Anda di halaman 1dari 27

Nama : Shasi Kirani Aurora

Nim : 2104134745
Kelas : BDP - A
Jurusan : Budidaya Perairan
Matakuliah : Budidaya Pakan Alami

RINGKASAN ARTIKEL 1

Judul : Penambahan Kangkung Rebus Dan Air Rebusannya Pada media


Kultur Infusoria Terhadap Indeks Keragamannya

Infusoria merupakan mikroorganisme dan termasuk plankton yang


tergolong kelompok ciliata dan flagellata. Ciliata ialah mikroba yang mempunyai
sejumlah cilia atau bulu getar yang menjulur dari permukaannya. Flagellata ialah
mikroba yang bergerak dengan menggunakan flagel atau bulu cambuk. Infusoria
dari Kelompok cilliata antara lain yaitu Paramecium, Colpoda Vorticella, dan
Cycloposthium. Infusoria dari kelompok flagellata antara lain yaitu Euglena,
Volvox, Brachiomonas, Goniaum, Chlamydomonas, Pandarina, Dan Dinobryon.

Infusoria berperan penting dalam rantai makanan. Infusoria memiliki


ukuran tubuh yang kecil dan lembut, sehingga sesuai untuk larva ikan pada tahap
awal pemberian pakan (Mukai dkk., 2016). Kandungan protein pada salah satu
kelompok infusoria yaitu euglena mencapai 39-61% (Nur, 2014), yang memenuhi
standar SNI protein yang dibutuhkan oleh ikan. Menurut Sambode dkk. (2013),
juga menyatakan Infusoria mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah
dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai
dengan bukaan mulut larva ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan
merangsang larva ikan untuk memangsanya jika menggunakan infusoria sebagai
pakan alami maka akan dibutuhkan dengan jumlah yang banyak.

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL).


Rancangan Acak Lengkap digunakan apabila rancangan tersebut bersifat homogen.
Dikatakan homogen apabila alat dan bahan yang digunakan sama atau seragam.
Penelitian ini terdapat 12 percobaan dengan 3 (tiga) kali perlakuan dan 3 (tiga) kali
ulangan, ditambah 1 (satu) perlakuan kontrol dengan 3 (tiga) kali ulangan.

Perlakuan P0 adalah media kultur infusoria berupa gandum sebanyak 1 (satu


sendok) dan air sebanyak 5 liter. P1 adalah media kultur infusoría berupa kangkung
rebus sebanyak 500 gr ditambah dengan air 5 liter. P2 adalah media kultur infusoria
berupa air rebusan kangkung sebanyak 5 liter. P3 adalah media kultur infusoria
berupa kangkung beserta air rebusannya sebanyak 5 liter.

Prosedur Penelitian
Persiapan media kultur

Pada proses penelitian ini hal pertama kali yang harus dilakukan yaitu
persiapan media kultur infusoria berupa kangkung dan bibit infusoria. Bibit
infusoria yang akan digunakan untuk penelitian dibiakkan terlebih dahulu dengan
menggunakan kangkung yang sudah direbus dan dipisahkan dari airnya. Bibit
infusoria yang digunakan untuk pembiakkan di ambil dari alam. Setelah dilakukan
pembiakkan maka barulah menyiapkan media yang akan digunakan. Hasil biakkan
yang digunakan yaitu pada fase stasioner sekitar berada pada hari ke 3- 4.

Kangkung yang sudah disiapkan dicuci dan dipotong-potong menggunakan


pisau. Potongan kangkung ditimbang sebanyak 3 kg dan dibagi menjadi enam yaitu
masing-masing 500 gr. Kemudian dilakukan 6 (enam) kali perebusan, untuk setiap
perebusan kangkung direbus dengan menggunakan air 5 (lima) liter pada suhu
mencapai 80°C selama 15 menit (Adrian, 2012). Setelah semua selesai direbus
maka dicampur semua hasil rebusan agar homogen. Setelah itu dibiarkan dingin
terlebih dahulu barulah dipisahkan antara air dan kangkung tersebut. Kemudian
dibagi untuk masing-masing perlakuan.
Persiapan wadah

Wadah yang akan digunakan Berupa toples besar dengan volume 10 liter.
Toples yang akan digunakan sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu (Dwirastina
dan Husnah., 2014). Setelah itu masing- masing media untuk setiap perlakuan
dimasukkan ke dalam akuarium. Untuk PO yaitu dimasukkan gandum sebanyak 1
(satu) sendok dan ditambah air sebanyak 5 liter. P1 dimasukkan kangkung rebus
sebanyak 500 gr dan ditambahkan air sebanyak 5 liter. P2 dimasukkan air rebusan
kangkung sebanyak 5 liter. P3 dimasukkan kangkung beserta air rebusan 5 liter.
Kemudian diberi aerator pada masing- masing akuarium untuk suplai oksigen.

Hasil Dan Pembahasan


Jenis Infusoria

Infusoria yang ditemukan pada penelitian ini ada dua kelompok yaitu
kelompok flagellata (Euglena sp dan Volvox sp) dan kelompok cilliata
(Paramecium sp. Stentor sp). Jenis Infusoria yang banyak ditemukan atau
mendominasi pada masing-masing perlakuan yaitu Paramecium sp yang mencapai
pada kelimpahan 2292,39 sell dengan persentase 98,35%. Sedangkan spesies yang
sedikit ditemukan yaitu spesies Stentor sp yang mencapai kelimpahan 3,54 dengan
persentase 0,15%. Kelimpahan tertinggi diikuti oleh Euglena sp dengan persentase
0,99 % dan Volvox sp dengan persentase 0,51%.

Hasil pengamatan pada masing-masing diketahui bahwa spesies


Paramecium sp yang mendominasi dan pertumbuhannnya sangat pesat. Hal ini
disebabkan oleh laju pertumbuhan Paramecium sp lebih tinggi dibanding infusoria
spesies lainnya. Selain itu juga waktu generasi Paramecium sp juga lebih cepat
dibandingkan dengan yang lain.

Indek keragaman infusoria

Indeks keanekaragaman tertinggi terjadi pada P1 dengan nilal indeks


keanekaragaman 0,4. Untuk perlakuan P0 dan P3 memiliki indeks keanekaragaman
terendah diantara empat perlakuan dan juga memiliki nilai yang sama yaitu 0.1.
Selanjutnya P2 memiliki indeks keanekaragaman yang lebih tinggi dari P0 dan P3
tetapi masih rendah dari P2 yaitu dengan nilai 0.2.

Uji statistik keanekaragaman populasi infusoria pada berbagai perlakuan


menunjukkan hasil bahwa terjadi perbedaan pada masing- masing perlakuan. Dari
tabel diatas maka diperoleh hasil bahwa F hitung F tabel pada taraf 5% dan F hitung
< F tabel pda taraf 10%. Maka pernyataan H1 diterima Indeks Dan H0 ditolak.
Berdasarkan uji lanjut BNT didapatkan hasil bahwa perlakuan kontrol
berpengaruh signifikan terhadap P1 tetapi tidak signifikan terhadap P2 dan P3P1
signifikan terhadap P2 tetapi tidak signifikan terhadap P3, sedangkan P2 tidak
signifikan terhadap P3Berdasarkan hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa PO
(gandum) signifikan terhadap P1 (ampas) dan P2 air kangkung) P3
campuran)Untuk indeks keanekaragaman media yang sebaiknya digunakan ialah
ampas kangkungkarena mempunyai indeks keragaman yang lebih maksimal
dibandingkan dengan media lainnya.

Uji statistik indeks keanekaragaman infusoria pada keempat spesies dengan


berbagai perlakuan menunjukkan hasil bahwa terjadi perbedaan yang sangat nyata
pada masing- masing perlakuan. Dari tabel 18 diperoleh F hitung F tabel pada taraf
5% maupun 10 %. Tetapi pada tabel 16 F hitung F tabel pada taraf 5% dan F hitung
<F tabel pad taraf 10%. Maka dari hasil tersebut pernyataan yang diterima H1 dan
H0.
RINGKASAN ARTIKEL 2

Judul : Pengaruh Konsentrasi Probiotik Terhadap Kepadatan dan Komposisi


Infusoria yang Ditumbuhkan pada Substrat Daun Pisang (Musa paradisiaca)

Infusoria adalah sekelompok organisme yang memiliki sel tunggal


berukuran sekitar 40-100um, seperti alga, amoeba, euglena, paramecium, rotifer,
stentor, dan vorticella (Fitria et al., 2018). Infusoria sebagai salah satu pakan alami
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan larva dan kelulushidupan larva
dikarenakan infusoria memiliki ukuran yang kecil, lembut, mengandung sekitar
36,82% protein, tidak bersifat racun, aman untuk menjadi pakan alami untuk larva
ikan, serta memiliki kemampuan perkembangbiakan yang cepat sehingga dapat
dilakukan pemanenan kultur dalam waktu singkat (Pratiwy et al., 2021).

Infusoria memerlukan substrat untuk sumber makanannya. Substrat yang


digunakan adalah bahan organik yang dapat mendukung pertumbuhan infusoria
(Fitria et al., 2018) seperti daun pisang kering. Penggunaan daun pisang sebagai
substrat kultur insuforia juga dapat menjadi salah satu alternatif pemanfaatan daun
pisang kering yang masih belum banyak dimanfaatkan. Menurut Yanuartono et al.
(2020) pada daun pisang terdapat protein kasar 19,4 +0,3%, dan lemak kasar 1,8-
0,6%. Selain itu daun pisang mengandung serat kasar yaitu 11.01 %. Peningkatan
nilai nutrisi pada serat kasar dan kandungan nutrisi dalam daun pisang dapat
dilakukan dengan hidrolisa selulosa secara ensimatik dengan bantuan
mikroorganisme. Penyediaan mikroorga-nisme dupat dilakukan dengan
menambahkan agen mikroorganisme. Oleh karena itu, probiotik diduga dapat
menjadi faktor pendukung untuk meningkatkan kepadatan infusoria.

Metode Penelitian
Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan lima taraf perlakuan
yang meliputi konsentrasi probiotik 0 ml/l (sebagai kontrol), 0,5 ml/1, 1 ml, 2 ml/l,
dan 4 ml/1 dengan pengulangan sebanyak 4 kali untuk setiap perlakuan. Bibit
infusoria diperoleh dengan menggunakan air kolam ikan sekaligus sebagai media
tumbuh infusoria. Infusoria tersebut kemudiant ditumbuhkan dalam wadah kultur
berupa botol berukuran 1,5 liter dengan pemberian 1 liter air kolam yang sudah
disaring sebagai media kultur. Pada setiap perlakuan, ditambahkan sebanyak 5
gram daun pisang Siam (Musa paradisiaca) yang sudah dikeringkan sebagai
substrat untuk pertumbuhan infusoria. Pada setiap perlakuan kemudian
ditambahkan probiotik berupa EM4 dengan konsentrasi berbeda sebagai variabel
bebasnya. EM4 yang digunakan mengandung bakteri Lactobacillus casei dan.
Saccaromyces cerevisiae. Semua sampel perlakuan diletakkan pada tempat teduh
yang tidak terkena sinar matahari. Pengamatan dilakukan pada hari ke 2, 4, 6, 8, 10,
12, dan 14. Data yang diambil dalam pengamatan tersebut adalah data kepadatan
infusoria, keanekeragaman spesies infusoria beserta jumlah individu per spesies.
Selain itu dilakukan juga pengukuran terhadap berbagai parameter kualitas
lingkungan yang meliputi pH dan suhu.

Hasil Dan Pembahasan


Pertumbuhan Dan Kepadatan Infusoria

Kepadatan infusoria pada hari ke 0 masih rendah hal ini dikarenakan


infusoria yang terdapat dalam kultur murni dari air kolam yang digunakan dan
belum beradaptasi dengan probiotik yang diberikan. Pada hari ke-2 kultur infusoria
sudah mulai mengalami peningkatan kepadatan akan tetapi pertumbuhan infusoria
yang terjadi belum pesat. Peningkatan yang belum pesat ini terjadi karena infusoria
masih beradaptasi secara fisiologis terhadap media kultur sehingga metabolisme
infusoria untuk tumbuh lamban.

Berdasarkan pengamatan, fase stasioner terjadi pada rentang hari ke 8-12


hari pada semua perlakuan. Pada umur tersebut, kultur infusoria dalam penelitian
ini mengalami puncak kepadatan untuk semua perlakuan di hari ke-10. Pada
perlakuan konsentrasi probiotik sebesar 0 ml/L, puncak rata-rata kepadatan
infusorianya adalah sebesar 482 individu. Pada konsentrasi probiotik 0.5 ml/l
adalah sebesar 715 individu, konsentrasi probiotik 1 ml/l adalah sebesar 769
individu, konsentrasi probiotik 2 ml/l adalah sebesar 938 individu dan pada
konsentrasi probiotik 4 ml/1 puncak rata-rata kepadatan infusoria adalah sebesar
1171 individu. Pada hari berikutnya infusoria mulai mengalami penurunan
kepadatan populasi, yaitu fase kematian yang diduga terjadi mulai hari ke-14.

Komposisi Infusoria

Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman infusoria


pada semua perlakuan termasuk rendah. Dimana indeks keanekaragaman lebih dari
() dan kurang dari 1,5 termasuk dalam kategori rendah, sedangkan lebih dari 1,5
dan kurang dari 3,5 termasuk dalam kategori sedang, dan indeks keanekaragaman
dengan nilai lebih dari 3,5 termasuk dalam kategori tinggi. Indeks keanekaragaman
yang rendah menunjukkan bahwa dalam suatu ekosistem terdapat kecenderungan
dominansi jenis.Hal ini sesuai dengan data indeks dominansi pada penelitian yang
termasuk dalam kategori tinggi dengan Indeks dominansi lebih dari 0 dan kurang
dari 0,5 termasuk dalam kategori rendah, sedangkan lebih dari 0,5 dan kurang dari
0,75 termasuk kategori sedang, dan indeks dominansi 0,75-1 termasuk dalam
kategori tinggi.

Penggunaan probiotik yang dapat mempengaruhi kepadatan infusoria yang


dibuktikan pada peneltian ini, dapat dijadikan dasar oleh pembudidaya larva ikan
untuk mengembangkan kultur infusoria sebagai pakan alami lebih optimal
menggunakan probiotik. Selain itu biaya yang diperlukan untuk kebutuhan pakan
larva akan dapat berkurang. Hal ini akan berdampak bagi pembudidaya larva yang
dapat memberikan pakan untuk larva ikan secara maksimal dengan harga
terjangkau.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan
Penambahan kangkung rebus16,
Volume danNomor
air rebusannya pada media
1, Juni 2021 kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
: 19-29
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/ikan

PENAMBAHAN KANGKUNG REBUS DAN AIR REBUSANNYA PADA MEDIA


KULTUR INFUSORIA TERHADAP INDEKS KERAGAMNNYA

Addition of boiled water spinach and water spinach boiled water on infusoria culture
media on the diversity index

Lilik Purwati1, Syaeful Anwar2*, Sumantriyadi2, Indah Anggraini Yusanti3

1) Program Studi Ilmu Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI Palembang
2) Program Studi Budidaya Ikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI Palembang
3) Program Studi Ilmu Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI Palembang

*Corresponding author: syaeful.anwar81@gmail.com

ABSTRAK
Infusoria berperan penting dalam rantai makanan. Infusoria memiliki ukuran tubuh
yang kecil dan lembut, sehingga sesuai untuk larva ikan pada tahap awal pemberian pakan.
Kangkung yang direbus beserta air rebusannya dapat digunakan sebagai media budidaya
infusoria. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap, perlakuan pertama
media kultur infusoria dengan menambahkan gandum sebagai kontrol, kedua dengan
menambahkan kangkung rebus, ketiga menggunakan air rebusan kangkung, dan ke empat
menggunakan kangkung rebus dan air rebusan kangkung untuk melihat indeks pertumbuhan
infusoria. Hasil penelitian menunjukkan indeks keanekaragaman populasi infusoria pada
masing-masing media perlakua rendah, yaitu pada P0 dengan nilai 0.1, P1 dengan nilai 0.4 dan
P2 dengan nilai 0.2 serta P3 dengan nilai 0.1. Sedangkan Fase-fase pertumbuhan infusoria
yang diperoleh dalam penelitian ini terdapat ada 4 fase yaitu fase lag, fase eksponensial, fase
stasioner, dan fase kematian.

Kata kunci : Infusoria, kangkung, rebus, pertumbuhan

ABSTRACT
Infusoria have an important role in the food chain. Infusoria has a small and soft
body size, making it suitable for fish larvae in the early stages of feeding. Boiled of water
spinach and the boiled water can be used as a medium for infusoria cultivation. This study
used a completely randomized design method, the first treatment was infusoria culture media
by adding wheat as a control, the second by adding boiled water spinach, the third using boiled
water spinach, and the fourth using boiled water spinach and water spinach boiled water to
see the growth index of infusoria. The results showed that the diversity index of the infusoria
population in each treatment medium was low, namely at P0 with a value of 0.1, P1 with a
value of 0.4 and P2 with a value of 0.2 and P3 with a value of 0.1. Meanwhile, the infusoria
growth phases obtained in this study contained 4 phases, namely the lag phase, the exponential
phase, the stationary phase, and the death phase.

Keyword: Infusoria, water spinach, boiled, growth

PENDAHULUAN terapung secara pasif di permukaan


Plankton merupakan sekelompok biota perairan, dan pergerakan serta
akuatik baik berupa tumbuhan maupun penyebarannya dipengaruhi oleh gerakan
hewan yang hidup melayang maupun arus walaupun sangat lemah (Odum, 1998

19

e-ISSN 2620-4622
p-ISSN 1693-6442
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29

dalam Yuliana dkk., 2012; Sachlan, 1982 Salah satu cara termudah untuk
dalam Febrianto, 2020; Romimoharto, mendapatkan pakan alami yaitu dengan
2009 dalam Yusanti, 2018). Keragaman cara mengkultur atau budidaya (Koniyo,
jenis plankton merupakan suatu 2011). Pada penelitian yang dilakukan oleh
penggambaran secara matematik yang Dwirastina (2013), menggunakan media
dapat melukiskan struktur kehidupan dan sayuran kangkung, bayam, dan mentimun,
dapat mempermudah menganalisis menunjukkan bahwa media kangkung
informasi-informasi tentang jenis dan berpengaruh sangat optimal terhadap
jumlah plankton (Rahmatulloh dkk., 2016). pertumbuhan populasi infusoria. Kangkung
Indeks keanekaragaman akan air atau rawa memiliki bahasa latin
menggambarkan tingkat kemantapan atau Ipomoea memiliki kandungan gizi yang
stabilitas komunitas plankton (Sagala, cukup tinggi dan mengandung vitamin A,
2012). B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral
Infusoria merupakan terutama zat besi yang berguna bagi
mikroorganisme dan termasuk plankton pertumbuhan badan dan kesehatan (Adrian,
yang tergolong kelompok ciliata dan 2012). Pengukusan pada kangkung
flagellata. Ciliata ialah mikroba yang bertujuan untuk proses pemanasan guna
mempunyai sejumlah cilia atau bulu getar untuk menonaktifkan enzim yang akan
yang menjulur dari permukaannya. mengubah warna, cita rasa, maupun nilai
Flagellata ialah mikroba yang bergerak gizi yang dilakukan pada suhu air lebih dari
dengan menggunakan flagel atau bulu 66 ºC, tetapi kurang dari 82 ºC (Adrian,
cambuk. Infusoria dari Kelompok cilliata 2012).
antara lain yaitu Paramecium, Colpoda, Kangkung yang digunakan pada
Vorticella, dan Cycloposthium. Infusoria penelitian Dwirastina, (2013) adalah
dari kelompok flagellata antara lain yaitu kangkung yang telah direbus dan dibuang
Euglena, Volvox, Brachiomonas, Goniaum, airnya. Galuh dkk., (2012), menggunakan
Chlamydomonas, Pandarina, dan air dari rendaman atau rebusan jerami.
Dinobryon (Sastrodinoto, 1980). Selanjutnya Nugroho dkk., (2013),
Infusoria berperan penting dalam menggunakan media alang-alang beserta
rantai makanan. Infusoria memiliki ukuran airnya menunjukkan hasil yang baik untuk
tubuh yang kecil dan lembut, sehingga pertumbuhan organisme.
sesuai untuk larva ikan pada tahap awal Berdasarkan pernyataan di atas
pemberian pakan (Mukai dkk., 2016). diduga bahwa, air rebusan dan juga
Kandungan protein pada salah satu kangkung beserta air rebusan dapat
kelompok infusoria yaitu euglena digunakan sebagai media budidaya
mencapai 39-61% (Nur, 2014), yang infusoria. Oleh sebab itu perlu dilakukan
memenuhi standar SNI protein yang penelitian untu mengetahui indeks
dibutuhkan oleh ikan. Menurut Sambode keragaman infusoria serta mengtahui fase-
dkk. (2013), juga menyatakan Infusoria fase pertumbuhan kultur infusoria pada
mempunyai kandungan gizi yang lengkap media kangkung yang berbeda.
dan mudah dicerna dalam usus benih ikan.
Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat METODOLOGI
sesuai dengan bukaan mulut larva ikan. Waktu dan tempat
Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan Penelitian dilaksanakan selama 10
merangsang larva ikan untuk hari di Workshop Perikanan Universitas
memangsanya jika menggunakan infusoria PGRI Palembang dan di Laboraturium
sebagai pakan alami maka akan dibutuhkan Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan
dengan jumlah yang banyak. Penyuluhan Perikanan Palembang.

20
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29

Desain penelitian infusoria yang akan digunakan untuk


Penelitian ini menggunakan metode penelitian dibiakkan terlebih dahulu
Rancangan Acak Lengkap (RAL). dengan menggunakan kangkung yang
Rancangan Acak Lengkap digunakan sudah direbus dan dipisahkan dari airnya.
apabila rancangan tersebut bersifat Bibit infusoria yang digunakan untuk
homogen. Dikatakan homogen apabila alat pembiakkan di ambil dari alam. Setelah
dan bahan yang digunakan sama atau dilakukan pembiakkan maka barulah
seragam. Penelitian ini terdapat 12 menyiapkan media yang akan digunakan.
percobaan dengan 3 (tiga) kali perlakuan Hasil biakkan yang digunakan yaitu pada
dan 3 (tiga) kali ulangan, ditambah 1 (satu) fase stasioner sekitar berada pada hari ke 3-
perlakuan kontrol dengan 3 (tiga) kali 4.
ulangan. Kangkung yang sudah disiapkan
Perlakuan P0 adalah media kultur dicuci dan dipotong-potong menggunakan
infusoria berupa gandum sebanyak 1 (satu pisau. Potongan kangkung ditimbang
sendok) dan air sebanyak 5 liter. P1 adalah sebanyak 3 kg dan dibagi menjadi enam
media kultur infusoria berupa kangkung yaitu masing-masing 500 gr. Kemudian
rebus sebanyak 500 gr ditambah dengan air dilakukan 6 (enam) kali perebusan, untuk
5 liter. P2 adalah media kultur infusoria setiap perebusan kangkung direbus dengan
berupa air rebusan kangkung sebanyak 5 menggunakan air 5 (lima) liter pada suhu
liter. P3 adalah media kultur infusoria mencapai 800C selama 15 menit (Adrian,
berupa kangkung beserta air rebusannya 2012). Setelah semua selesai direbus maka
sebanyak 5 liter. dicampur semua hasil rebusan agar
homogen. Setelah itu dibiarkan dingin
Preparasi Bahan dan Biota Uji terlebih dahulu barulah dipisahkan antara
Biota uji yang digunakan adalah air dan kangkung tersebut. Kemudian
infusoria yang berasal dari pembiakan yang dibagi untuk masing-masing perlakuan.
dilakukan sebelum penelitian. Pembiakan
yang dilakukan dengan bibit yang di ambil Persiapan wadah
dari alam dan dibiakkan dengan media Wadah yang akan digunakan
gandum. Bibit infusoria yang ditebar untuk berupa toples besar dengan volume 10 liter.
setiap perlakuan sebanyak 10 ml pada Toples yang akan digunakan sebelumnya
masing-masing perlakuan. Bahan uji yang dibersihkan terlebih dahulu (Dwirastina
digunakan yaitu berupa kangkung air yang dan Husnah., 2014). Setelah itu masing-
didapatkan dari alam. Sebelum bahan uji masing media untuk setiap perlakuan
digunakan dicuci terlebih dahulu, dimasukkan ke dalam akuarium. Untuk P0
dipotong-potong, dan ditimbang sebanyak yaitu dimasukkan gandum sebanyak 1
500 g terlebih dahulu. Kangkung yang (satu) sendok dan ditambah air sebanyak 5
sudah ditimbang direbus sampai pada suhu liter. P1 dimasukkan kangkung rebus
800C yang dipertahankan selama 15 menit. sebanyak 500 gr dan ditambahkan air
Setelah kangkung direbus dibiarkan dingin sebanyak 5 liter. P2 dimasukkan air
dan dipisahkan dari airnya, dan juga ada rebusan kangkung sebanyak 5 liter. P3
yang dibiarkan tercampur dengan airnya. dimasukkan kangkung beserta air rebusan 5
liter. Kemudian diberi aerator pada masing-
Prosedur Penelitian masing akuarium untuk suplai oksigen.
Persiapan Media Kultur
Pada proses penelitian ini hal Pengamatan dan Pengambilan Sampel
pertama kali yang harus dilakukan yaitu Pengambilan sampel dilakukan
persiapan media kultur infusoria berupa setiap hari dikarenakan biasanya organisme
kangkung dan bibit infusoria. Bibit yang akan diamati akan membelah atau

21
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29

berkembangbiak setiap 24 jam (Sambode Fase-fase pertumbuhan infosuria


dkk. 2012). Adapun langkah-langkah untuk dapat diketahui dengan mengetahui
mengambil sampel yang akan digunakan pertumbuhan populasi infusoria. Dengan
untuk pengamatan menurut Rahmatulloh diketahui populasi pertumbuhan infusoria
dkk. (2016), dengan cara masing-masing dari hari kehari maka akan diketahui fase-
perlakuan diambil sampel dengan fase pertumbuhan, seperti fase lag, fase
menggunakan pipet tetes, sebanyak 10 ml , eksponensial, fase stasioner, dan fase
dan dimasukkan ke dalam masing-masing kematian.
botol sampel dan dikomposit. Setelah
sampel diambil diberi lugol untuk Indeks Keanekaragaman
memberikan warna pada organisme guna Untuk mengetahui indeks
mempermudah pengamatan. Pengamatan keragaman maka diperlukan rumus indeks
menggunakan SR (sedweight rafter). keanekaragaman Sagala, 2012.
Selajutnya membersihkan SR (sedweight
rafter) dan dikeringkan menggunakan 𝐇′ = − ∑ 𝐏𝐢 𝐈𝐧 𝐏𝐢
kertas tisu diteteskan air sampel pada parit
yang melintang dengan menggunakan pipet
hingga penuh. Jangan sampai terbentuk Keterangan :
gelembung, kemudian pasang gelas H’ = indeks keanekaragaman
penutup untuk SR (sedweight rafter) dan Pi = ni/N
dilakukan pengamatan dibawah mikroskop ni = nilai individu satu jenis
dengan pembesaran 100 atau 400 kali dan N = jumlah total individu
dicari bidang kotak-kotak yang terdapat
mikroorganismenya. Untuk membantu Kualitas Air
mengingat dalam perhitungan digunakan Kualitas air yang diamati untuk
hand counter. Setelah didapat hasil dari suhu dan pH dilakukan setiap hari.
penghitungan kemudian dilakukan Pengamatan dilakukan selama penelitian
perhitungan kepadatan infusoria. berlangsung yaitu pada pagi, siang dan sore
hari (Dwirastina, 2013). Sedangkan untuk
Parameter yang Diamati pengamatan DO dan ammonia dilakukan 2
Parameter yang diamati yaitu (dua) kali selama penelitian yaitu pada awal
kepadatan populasi infusoria, fase-fase penelitian dan akhir penelitian.
pertumbuhan infusoria, indeks keragaman
infusoria dan kualitas air. Adapun kualitas HASIL DAN PEMBAHASAN
air yang diamati antara lain suhu, pH, DO, Jenis-Jenis Infusoria
dan amoniak. Hasil pengamatan pada penelitian
pakan alami infusoria dengan
Jenis-jenis Infusoria menggunakan media kangkung dengan 4
Jenis-jenis infusoria ini dapat (empat) perlakuan dan 3 (tiga) ulangan
diketahui dengan cara diamati yang dilakukan pengamatan selama 10 hari
menggunakan mikroskop. Untuk dan bertempat di Workshop Perikanan
mengetahui jenis-jenis infusoria apa saja Universitas PGRI Palembang didapatkan
yang terdapat dalam penelitian yaitu hasil bahwa ditemukan 4 (empat) spesies
menggunakan panduan buku identifikasi yaitu Paramecium sp, Euglena sp, Stentor
rujukan Sachlan (1982). sp, dan Volvox sp. Data selengkapnya dan
morfologi masing-masing spesies infusoria
Fase-Fase Pertumbuhan Infusoria tertera pada Tabel

22
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29

Tabel 1. Jumlah Jenis-Jenis Infusoria (Paramecium sp, Euglena sp, Stentor sp, dan Volvox sp)
No Spesies Jumlah (sel/l) Persentase %
1 Paramecium sp 22.923,9 98,35
2 Euglena sp 229,6 0,99
3 Volvox sp 119,17 0,51
4 Stentor sp 3,54 0,15

Infusoria yang ditemukan pada disebabkan oleh laju pertumbuhan


penelitian ini ada dua kelompok yaitu Paramecium sp lebih tinggi dibanding
kelompok flagellata (Euglena sp dan infusoria spesies lainnya. Selain itu juga
Volvox sp) dan kelompok cilliata waktu generasi Paramecium sp juga lebih
(Paramecium sp, Stentor sp). Jenis cepat dibandingkan dengan yang lain. Pada
Infusoria yang banyak ditemukan atau penelitian ini tidak dilakukan perhitungan
mendominasi pada masing-masing waktu generasi tetapi pada penelitian
perlakuan yaitu Paramecium sp yang sebelumnya yang dilakukan oleh
mencapai pada kelimpahan 2292,39 sel/l Dwirastina (2013) menyatakan bahwa
dengan persentase 98,35%. sedangkan Paramecium sp mempunyai waktu
spesies yang sedikit ditemukan yaitu generasi 10.5 jam sedangkan yang lainnya
spesies Stentor sp yang mencapai seperti Stentor sp membutuhkan waktu
kelimpahan 3,54 dengan persentase 0,15%. generasi selama 32 jam. Selain itu juga
Kelimpahan tertinggi diikuti oleh Euglena menurut Suriawiria (1985) dalam suatu
sp dengan persentase 0,99 % dan Volvox sp populasi akan timbul kompetisi antara
dengan persentase 0,51%. sesama organisme. Hal tersebut terjadi
Hasil pengamatan pada masing- dimana yang kuat yang akan tetap tumbuh
masing diketahui bahwa spesies dan berkembang dan bagi yang lemah akan
Paramecium sp yang mendominasi dan mati atau musnah.
pertumbuhannnya sangat pesat. Hal ini

a b c d

Gambar 1. (a) Stentor sp (b) Paramecium sp (c) Volvox sp (d) Euglena sp

Tubuh Paramecium sp terdapat makanan dan untuk berenang dan Stentor


sejumlah kanal (lubang) yang mengelilingi sp juga memiliki vakuola kontraktil.
vakuola kontraktil pada tubuhnya. Selain Euglena memiliki tubuh yang menyerupai
itu Paramecium sp memiliki dua vakuola gelendong dan diselimuti oleh pelikel
masing-masing terletak di ujung tubuhnya Euglena viridis. Ukuran tubuhnya 35 – 60
(Ijong, 2015). Stentor sp tubuhnya mikron dimana ujung tubuhnya meruncing
berbentuk tanduk, dengan cincin silia dengan satu bulu cambuk (Handayani dkk.,
menonjol disekitar anterior. Manfaat dari 2014). Volvox yaitu koloni yang berbentuk
cincin tersebut adalah untuk menarik bulat atau oval berongga didalam dan

23
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29

mungkin lebih besar dari kepala peniti. INDEKS KERAGAMAN INFUSORIA


Berisi sekitar 500 sampai 50000 sel koloni. Rata-rata indeks keanekaragaman
Sel- sel dalam koloni yang terkandung Populasi infusoria pada masing-masing
dalam dinding jelly. perlakuan terjadi perbedaan. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Indeks Keanekaragaman Populasi Infusoria pada Masing-Masing


Perlakuan
No Perlakuan Indeks Keanekaragaman
1 P0 (gandum+air) 0,1 (rendah)
2 P1 (kangkung rebus) 0,4 (rendah)
3 P2 (air rebusan kangkung) 0,2 (rendah)
4 P3 (kangkung+air rebusan) 0,1 (rendah)

Data statistik untuk indeks pembiakan dapat dilihat pada Tabel 3


keanekaragaman populasi infusoria pada dibawah ini.
masing-masing perlakuan selama

Tabel 3. Statistik Indeks Keanekaragaman Populasi Infusoria


Ftabel
SK DB JK KT Fhitung
5% 1%
Perlakuan 3 0,115 0,038 5,755* 4,07 7,59
Galat 8 0,053 0,007
Total 11 0,168

Hasil uji statistik dari indeks 10%. Dengan demikian maka untuk
keanekaragaman infusoria pada masing- mengetahui ketelitiannya dilakukan uji
masing perlakuan menunjukkan bahwa lanjut BNT. Data hasil uji lanjut BNT dapat
berbeda nyata, yaitu F hitung > F tabel pada dilihat pada Tabel 4.
taraf 5% dan F hitung < F tabel pda taraf

Tabel 4 .Uji Lanjut BNT Indeks Keanekaragaman Infusoria


Notasi
Perlakuan Rata-rata
5% 1%
P0 0,09 a A
P1 0,45 a A
P2 0,15 a A
P3 0,10 a A

Indeks keanekaragaman tertinggi dan P3 tetapi masih rendah dari P2 yaitu


terjadi pada P1 dengan nilai indeks dengan nilai 0,2. Berdasarkan kriteria
keanekaragaman 0,4. Untuk perlakuan P0 dalam rumus indeks keanekaragaman
dan P3 memiliki indeks keanekaragaman Simpson keanekaragaman pada masing-
terendah diantara empat perlakuan dan juga masing perlakuan dikategorikan dalam
memiliki nilai yang sama yaitu 0,1. indeks keanekaragaman yang rendah
Selanjutnya P2 memiliki indeks (Rahmatulloh, 2016). Menurut Astirin dkk
keanekaragaman yang lebih tinggi dari P0 (2012) indeks keanekaragaman yang

24
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29

rendah mengindikasikan bahwa dalam berpengaruh signifikan terhadap P1 tetapi


ekosistem tersebut ada kecenderungan tidak signifikan terhadap P2 dan P3. P1
dominasi jenis. Indeks keanekaragaman signifikan terhadap P2 tetapi tidak
yang cenderung rendah biasanya signifikan terhadap P3, sedangkan P2 tidak
mengalami tekanan fisik dan kimia (Odum, signifikan terhadap P3. Berdasarkan hasil
2004 dalam Wibowo, 2014). uji tersebut dapat disimpulkan bahwa P0
Uji statistik indeks (gandum) signifikan terhadap P1 (ampas)
keanekaragaman populasi infusoria pada dan P2 (air kangkung) = P3 (campuran).
berbagai perlakuan menunjukkan hasil Untuk indeks keanekaragaman media yang
bahwa terjadi perbedaan pada masing- sebaiknya digunakan ialah ampas
masing perlakuan. Dari tabel diatas maka kangkung, karena mempunyai indeks
diperoleh hasil bahwa F hitung > F tabel keragaman yang lebih maksimal
pada taraf 5% dan F hitung < F tabel pda dibandingkan dengan media lainnya.
taraf 10%. Maka pernyataan H1 diterima Data statistik untuk indeks
dan H0 ditolak. keanekaragaman pada masing-masing
Berdasarkan uji lanjut BNT spesies infusoria selama pembiakan dapat
didapatkan hasil bahwa perlakuan kontrol dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Indeks Keanekaragaman Pada Masing-Masing Perlakuan Berdasarkan


Spesies
Spesies
Perlakuan Paramecium sp Euglena sp Stentor sp Volvox sp
P0 0,01 0,03 0,02 0,00
P1 0,03 0,25 0,00 0,04
P2 0,02 0,03 0,01 0,07
P3 0,01 0,04 0,01 0,11

Indeks keanekaragaman infusoria perlakuan. Data selengkapnya dapat dilihat


pada masing-masing spesies juga pada Tabel 5.
mengalami perbedaan pada masing-masing

Tabel 5. Rata-rata Indeks Keanekaragaman Pada Masing-Masing Perlakuan Berdasarkan


Spesies
Spesies
Perlakuan Paramecium sp Euglena sp Stentor sp Volvox sp
P0 0,01 0,03 0,02 0,00
P1 0,03 0,25 0,00 0,04
P2 0,02 0,03 0,01 0,07

P3 0,01 0,04 0,01 0,11

Data statistik untuk indeks spesies infusoria selama pembiakan dapat


keanekaragaman pada masing-masing dilihat pada Tabel 6.

25
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29

Tabel 6. Uji Statistik Indeks Keanekaragaman Paramecium sp, Euglena sp, Stentor sp, dan
Volvox sp

Ftabel
SK DB JK KT Fhitung
0.05 0.01
a. Paramecium sp
Perlakuan 3 0,00812 0,00271 36,87** 4,07 7,59
Galat 8 0,00010 0,00001
Total 11 0,00822
b. Euglena sp
Perlakuan 3 0,11 0,04 5,94* 4,07 7,59
Galat 8 0,05 0,01
Total 11 0,15
c. Stentor sp
Perlakuan 3 0,00056 0,00271 89,64** 4,07 7,59
Galat 8 0,00002 0,00001
Total 11 0,00058
d. Volvox sp
Perlakuan 3 0,00050 0,00016 215,13** 4,07 7,59
Galat 8 0,00004 0,00005
Total 11 0,00054

Hasil perhitungan indeks spesies dikategorikan dalam indeks


keanekaragaman tertinggi infusoria keanekaragaman yang rendah
Euglena sp dengan nilai berkisar antara (Rahmatulloh, 2016). Menurut Wilhm &
0,03-0,25. Menurut Yusanti (2019), Dorris (1968) dalam Yuliana dkk (2012)
Euglena sp merupakan zooplankton yang nilai indeks keanekaragaman (H’) ≤ 1
mampu beradaptasi dengan kondisi termasuk keanekaragaman rendah, dan
lingkungan perairan. Infusoria yang paling nilai 1 ≤ H’ ≤ 3,00 keanekaragaman
rendah untuk nilai keanekaragaman yaitu sedang. Apabila dalam suatu ekosistem
Stentor sp dengan nilai berkisar antara
0,00-0,02. Selanjutnya dengan nilai atau perairan terjadi dominasi spesies maka
tertinggi kedua diikuti oleh Volvox sp yang indeks keanekaragaman akan rendah
memiliki nilai berkisar antara 0,00- 0,11. (Wibowo, 2014).
dan selanjutnya Paramecium sp dengan Uji statistik indeks
nilai berkisar antara 0,01-0,03. Menurut keanekaragaman infusoria pada keempat
Hasti (2011) dalam Ramadhan (2020), spesies dengan berbagai perlakuan
paramecium memiliki tingkat reaksi yang menunjukkan hasil bahwa terjadi
sangat rendah dan tidak mempunyai sistem perbedaan yang sangat nyata pada masing-
saraf. Genus Paramecium ini dapat masing perlakuan. Dari tabel 18 diperoleh
bereaksi terhadap cahaya dan perubahan F hitung > F tabel pada taraf 5% maupun
suhu. 10 %. Tetapi pada tabel 16 F hitung > F
Berdasarkan kriteria dalam rumus tabel pada taraf 5% dan F hitung < F tabel
indeks keanekaragaman Simpson pad taraf 10%. Maka dari hasil tersebut
keanekaragaman pada masing-masing pernyataan yang diterima H1 dan H0

26
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29

ditolak. Data statistik indeks setiap organisme termasuk Infusoria


keanekaragaman populasi infusoria dan mempunyai kemampuan untuk
masing-masing spesies dapat dilihat pada menyesuaikan diri terhadap perubahan
Lampiran 3. yang terjadi di lingkungannya yang masih
dalam tingkat toleransi (Hora, 1962 dalam
Kualitas Air Dwirastina, 2013). Hasil pengamatan
Parameter kualitas air suhu, pH dan kualitas air selama kegiatan penelitian
DO pada setiap perlakuan masih berada ditampilkan pada Tabel 7 berikut.
dalam kisaran toleransi. Secara ilmiah

Tabel 19. Data Pengukuran Kualitas Air


Paramete Perlakuan Kisaran toleransi
r P0 P1 P2 P3
Suhu (0C) 26-27 26-27 26-27 26-27 24-30
pH 6-7,5 6-7,5 6-7,5 6-7,5 5-9
DO (ppm) 1,98 – 4,84 1,74 – 1,83 – 4,76 1,69 – 4,74 1-4
4,74
Amoniak 0,164-3,889 0,117- 0,117-3,889 1,118 -3,889 0,003 -1,1731
(mg/l) 3,888

Untuk kandungan amoniak dalam DAFTAR PUSTAKA


media termasuk tinggi yaitu berkisar antara Adrian. 2012. Deskripsi Mikroskopis dan
0,164 – 3,889 mg/l. Menurut Haris (2018); Kandungan Mineral Tanaman
Haris (2019); Ramadhan (2020) Kangkung Air. Skripsi. Fakultas
menyatakan bahwa kandungan amoniak Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
yang terlalu tinggi maka akan berdampak Pertanian Bogor. Bogor.
buruk bagi kehidupan organisme air.
Amoniak juga merupakan salah satu Astirin, O.P., Setyawan, A. D dan Harini,
parameter kualitas air yang mempengaruhi M. 2012. Keragaman Plankton
pertumbuhan dan juga kehidupan suatu sebagai Indikator Kualitas Sungai di
organisme. Nilai optimum amoniak antara Kota Surakarta Plankton diversity as
0,003 -1,1731 mg/l. Untuk simpangan baku bioindicator of Surakarta rivers
nilai amoniak untuk pertumbuhan quality. Jurnal Biodiversitas 3(2):
organisme yaitu 0,2446 (mg/l) 236-241.
(Marsambuana dkk., 2011). Lebih lanjut
Dwirastina, M. 2013. Kepadatan Infusoria
KESIMPULAN pada Pembiakan Secara Terkontrol
Indeks keanekaragaman populasi dengan Berbagai Media. Skripsi.
infusoria pada masing-masing media Fakultas Perikanan Universitas PGRI
perlakuan rendah, yaitu pada P0 dengan Palembang. Palembang.
nilai 0.1, P1 dengan nilai 0.4 dan P2 dengan
nilai 0.2 serta P3 dengan nilai 0.1. Dwirastina, M dan Husnah. 2014.
Sedangkan Fase-fase pertumbuhan Inventarisasi Jenis-Jenis Infusoria
infusoria yang diperoleh dalam penelitian dengan Media Kangkung Rawa.
ini terdapat ada 4 fase yaitu fase lag, fase Prosiding Seminar Nasional Lahan
eksponensial, fase stasioner, dan fase Suboptimal.. Palembang, 26-27
kematian. September 2014.

27
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29

Febrianto, M.T., Yusanti, I.A., Anwar, S. Akuakultur. Sulawesi Selatan.


2020. Keanekaragaman Plankton Di Sulawesi Selatan.
Sungai Komering Desa Serdang
Menang Kecamatan Sirah Pulau Nugroho, T., Budijastuti, W dan Faizah, U.
Padang Kabupaten OKI. Jurnal 2013. Pola Pertumbuhan Populasi
Sainmatika. Vol. 17(1). Hal 9-16 Vorticella Globosa pada Media
Kultur Air Rendaman Alang-alang,
Galuh, A. D., Budijastuti, W dan Bekatul, dan Gedebok Pisang dengan
Rachmadiarti, F. 2012. Resistensi Berbagai Konsentrasi. Jurnal Lentera
Paramaecium caudatum terhadap Bio 2(2):155-160.
Logam Tembaga (Cu) dengan
Pemberian Pakan Pseudomonas Nur, M. M. A. 2014. Potensi Mikroalga
fluorescens pada Media Jerami. sebagai Sumber Pangan Fungsional
Jurnal Lentera Bio 1(2):105-110. di Indonesia (overview). Jurnal
Eksorgi. 11(2):1-66.
Handayani, T., Mulyanto, A dan Sopiah, N.
2014. Penyerapan Emisi CO2 oleh Rahmatulloh, Ali, M. A dan Karina,S.
Mikroalga Euglena sp dengan 2016. Keanekaragaman dan
Bioreaktor Kolam Kultur. Jurnal Dominansi Plankton di Estuari Kuala
Ecoleb 8(1):1-152. Rigaih Kecamatan Setia Bakti
Kabupaten Aceh Jaya. Jurnal Ilmiah
Haris, RBK, Yusanti, I.A. 2018. Studi Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
Parameter Fisika Kimia Air untuk Unsyiah 1(3):325-330.
Keramba Jaring Apung Di
Kecamatan Sirah Pulau Padang Ramadhan, R., dan Yusanti, I.A. 2020.
Kabupaten Ogan Komering Ilir Studi Parameter Studi Kadar Nitrat
Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Dan Fosfat Perairan Rawa Banjiran
Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Desa Sedang Kecamatan Suak Tapeh
Perairan. Vol.13 (2). Hal : 61-66. Kabupaten Banyuasin. Jurnal Ilmu-
ilmu Perikanan dan Budidaya
Haris, RBK., Yusanti, I.A. 2019. Analisis Perairan. Vol 15(1) : 37-41. DOI:
Kesesuaian Perairan untuk Keramba http://dx.doi.org/10.31851/jipbp.v15
Jaring Apung di Kecamatan Sirah i1.4407.
Pulau Padang Kabupaten Ogan
Komering Ilir Provinsi Sumatera Ramadhan., Mutiara, D dan Yusanti, I.A.
Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal. 2020. Keanekaragaman Jenis Pakan
Vol. 8(1) hal: 20-30. Pada Lambung Ikan Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis) Di Rawa
Ijong, F.G. 2015. Mikrobiologi Perikanan Banjiran Desa Sedang Kecamatan
dan Kelautan. Rineka Cipta. Jakarta: Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin.
61 hlm. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia.
Vol.8(2) : 164 – 175.
Marsambuana, A.P dan Utojo. 2011.
Hubungan Antara Kelimpahan Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas
Plankton dan Peubah Kualitas Air di Peternakan dan Perikanan
Kawasan Pertambakkan Kabupaten Universitas Diponegoro. Semarang.
Tangkep Provinsi Sulawesi Selatan.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Sagala, E. P. 2012. Indeks
Keanekaragaman dan Indeks

28
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29

Saprobik Plankton dalam Menilai Berdasarkan Indeks Keragaman


Kualitas Perairan Laut Bangka di Plankton. Jurnal Lentara Bio
Sekitar FSO Laksmiati PT. MEDCO 3(3):209-215.
E & P INDONESIA, Kabupaten
Bangka Barat, Propinsi Bangka Yuliana., Adiwilaga, E.M., Haris, E dan
Belitung. Jurnal Maspari 4(1):23-32. Pratiwi, N.T.M. 2012. Hubungan
Kelimpahan Antara Fitoplankton dan
Sambode, D., Pangkey, H dan Lantu, S. Parameter Fisisk Kimiawi di Perairan
2013. Pertumbuhan Cladocera Jenis Teluk Jakarta. Jurnal Akuatika.
Chydoridae pada Media Kultur yang 3(2):169-179.
Berbeda. Jurnal Budidaya Perairan
1(2):1-7. Yusanti, I.A., Widayatsih, T., Ramadhan.
2018. Keanekaragaman Zooplankton
Sastrodinoto, S. 1980. Biologi Umum. di Rawa Banjiran Kecamatan Suak
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: Tapeh Kabupaten Banyuasin. Jurnal
187 hlm. Biota. Vol 1 (1). Hal : 7-11.

Suriawiria, U. 1985. Mikrobiologi Air. Yusanti, I.A. 2019. Kelimpahan


Alumni Bandung : 36 hlm. Zooplankton Sebagai Indikator
Kesuburan Perairan Di Rawa
Wibowo, H. P. E., Purnomo,T dan Banjiran Desa Sedang Kecamatan
Ambarwati,R. 2014. Kualitas Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin.
Perairan Sungai Bengawan Solo di Jurnal Sainmatika. Vol. 16 (1). Hal :
Wilayah Kabupaten Bojonegoro 33-39.

29
e-ISSN 2540-9840 p-ISSN 1412-3770 Jurnal Ilmiah Sains, Oktober 2022, 22(2): 87-95
Accredited by Ministry of Education, Culture, DOI: https://doi.org/10.35799/jis.v22i2.39785
Research and Technology No: 105/E/KPT/2022 Available online at https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jis

Pengaruh Konsentrasi Probiotik Terhadap Kepadatan dan Komposisi Infusoria


yang Ditumbuhkan pada Substrat Daun Pisang (Musa paradisiaca)
Laras Puput Insanni1), Sucahyo1), Desti Christian Cahyaningrum1)
1)
Program Studi Biologi, Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga, 50715, Indonesia
Email: 412018029@student.uksw.edu; sucahyo2009@gmail.com; desti.cahyaningrum@uksw.edu

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi probiotik terhadap kepadatan dan
komposisi infusoria yang ditumbuhkan pada subtrat daun pisang (Musa paradisiaca). Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan lima taraf
perlakuan yaitu konsentrasi probiotik 0 ml/l, 0,5 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l, dan 4 ml/l dengan pengulangan
sebanyak 4 kali untuk setiap perlakuan. Pengamatan dilakukan pada hari ke 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan
14 untuk memperoleh data berupa kepadatan infusoria, keanekeragaman spesies infusoria beserta
jumlah individu per spesies. Data tersebut digunakan untuk mengetahui kepadatan, indeks
keanekaragaman (H’), indeks dominansi, serta komposisi spesies infusoria pada setiap perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi probiotik berpengaruh signifikan terhadap
kepadatan insufosia (sig 0,010) berdasarkan analisis One Way ANOVA. Indeks keanekaragaman
infusoria termasuk dalam kategori rendah pada semua perlakuan. Sejalan dengan hasil tersebut,
indeks dominansi pada semua perlakuan berada dalam kategori tinggi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Paramecium sp mendominasi komposisi infusoria pada semua konsentrasi
probiotik. Konsentrasi probiotik sebesar 0,5 ml/l, 1 ml/l memicu pertumbuhan Chlorococcum dan
digantikan populasi Trichocerca tenuior pada konsentrasi 2 ml/l dan 4 ml/l.
Kata kunci: dominansi, infusoria, keanekaragaman, probiotik

Probiotic Concentrations Effect on Density and Compotition of Infusoria Grown


on Banana Leaf Substrate
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of probiotic concentration on the density and composition
of infusoria grown on banana leaf substrate (Musa paradisiaca). This research is an experimental
study in a one-factor Completely Randomized Design (CRD) with five levels of treatment, namely
the probiotic concentration 0 ml/l, 0,5 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l and 4 ml/l with 4 repetitions for each
treatment. Observations were made on days 2, 4, 6, 8, 10, 12, and 14 to obtain data in the form of
infusoria density, infusoria species diversity and the number of individuals per species. These data
were used to determine the density, diversity index (H'), dominance index, and the composition of
infusoria species in each treatment. The results showed that the concentration of probiotics had a
significant effect on the density of insuffocia (sig 0.010) based on One Way ANOVA analysis. The
infusoria diversity index was included in the low category in all treatments. In line with these
results, the dominance index in all treatments was in the high category. The results showed that
Paramecium sp dominated the composition of the infusoria at all concentrations. The probiotic
concentration was 0,5ml/l; 1ml/l; stimulated the growth of Chlorococcum and was replaced by
Trichocerca tenuior populations at concentrations of 2 ml/l and 4 ml/l.
Keywords: dominance, infusoria, diversity, probiotic

(Article History: Received 02-04-2022; Accepted 12-07-2022; Published 24-07-2022)

PENDAHULUAN yang menentukan kualitas larva ikan. Pakan


ikan khususnya bagi larva atau juvenile harus
Pada sektor perikanan kualitas larva
berkualitas baik yaitu disukai larva, tinggi
ikan adalah faktor penting untuk keberhasilan
protein, memiliki gizi tinggi, mudah diolah,
budidaya. Pakan merupakan faktor utama

2022 Author, Some Right Reserved, Licence: CC-BY-NC


88 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 22 No 2, Oktober 2022

dan mudah dicerna (Diansyah et al., 2017). Probiotik juga mendukung pertumbuhan
Menurut Rihi (2019) larva ikan yang rotifera yang merupakan salah satu jenis
dibudidayakan menggunakan pakan alami infusoria. Dengan menambahkan probiotik
memiliki pertumbuhan panjang, berat, dan pada kultur akan memberikan keuntungan
tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi dari bagi rotifera. Mikroba menguntungkan yang
pada larva ikan yang dibudidayakan terdapat dalam probiotik akan membantu
menggunakan pakan buatan. Hal ini memperoleh makanan dan mecegah
dikarenakan pakan alami cenderung memiliki kontaminasi pada kultur (Das et al., 2012).
enzim autolisis sendiri sehingga dapat dicerna Menurut Akbar et al. (2013) probiotik
dengan mudah oleh larva dan tidak membuat merupakan suatu agen berisi mikroorganisme
media budidaya menjadi kotor. Selain itu, hidup untuk menyediakan sumber makanan
pakan alami dapat menjadi solusi untuk bagi infusoria yang memakan
mengurangi pengeluaran dikarenakan mikroorganisme yang lebih kecil seperti
harganya yang lebih murah jika dibandingkan bakteri yang terdapat dalam probiotik dan
dengan pakan buatan. Salah satu pakan alami detritus halus. Probiotik dalam kultur dapat
yang dapat diberikan pada larva adalah membantu penguraian dari substrat sehingga
infusoria (Raharjo et al., 2016). akan lebih mudah dimanfaatkan oleh
Infusoria adalah sekelompok infusoria sebagai sumber energi.
organisme yang memiliki sel tunggal Penelitian yang dilakukan Elmi et al.
berukuran sekitar 40-100µm, seperti alga, (2018) tentang pengaruh pemberian darah
amoeba, euglena, paramecium, rotifer, ikan tongkol (Euthynnus Affinis) dengan
stentor, dan vorticella (Fitria et al., 2018). dosis yang berbeda terhadap laju
Infusoria sebagai salah satu pakan alami pertumbuhan dan kepadatan populasi
diharapkan dapat meningkatkan infusoria menunjukkan bahwa perbedaan
pertumbuhan larva dan kelulushidupan larva dosis berpengaruh nyata (P< 0,05%) terhadap
dikarenakan infusoria memiliki ukuran yang laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk di
kecil, lembut, mengandung sekitar 36,82% Infusoria. Semakin tinggi dosis darah ikan
protein, tidak bersifat racun, aman untuk tongkol memberikan pengaruh terhadap
menjadi pakan alami untuk larva ikan, serta pertumbuhan infusoria. Menurut penelitian
memiliki kemampuan perkembangbiakan Fitria et al. (2018) mengenai pengaruh
yang cepat sehingga dapat dilakukan pemberian esktrak bayam dengan dosis yang
pemanenan kultur dalam waktu singkat berbeda terhadap laju pertumbuhan dan
(Pratiwy et al., 2021). kepadatan populasi infusoria memberikan
Infusoria memerlukan substrat untuk pengaruh nyata (P <0,05) terhadap kepadatan
sumber makanannya. Substrat yang dan laju pertumbuhan infusoria yang
digunakan adalah bahan organik yang dapat dipengaruhi oleh jumlah makanan yang
mendukung pertumbuhan infusoria (Fitria et tersedia dalam media penelitian.
al., 2018) seperti daun pisang kering. Akan tetapi saat ini pengetahuan akan
Penggunaan daun pisang sebagai substrat faktor pendukung untuk meningkatkan hasil
kultur insuforia juga dapat menjadi salah satu kultur infusoria belum dimiliki oleh
alternatif pemanfaatan daun pisang kering kebanyakan pembudidaya ikan sehingga
yang masih belum banyak dimanfaatkan. pertumbuhan kultur infusoria tidak optimal.
Menurut Yanuartono et al. (2020) pada daun Dengan adanya kepadatan individu infusoria
pisang terdapat protein kasar 19,4 ±0,3%, dan yang tidak maksimal serta tidak beragamnya
lemak kasar 1,8±0,6%. Selain itu daun pisang jenis infusoria dalam kultur. Dari uraian
mengandung serat kasar yaitu 11,01 %. tersebut membuat peneliti tertarik untuk
Peningkatan nilai nutrisi pada serat kasar dan mengoptimalkan kepadatan dan komposisi
kandungan nutrisi dalam daun pisang dapat infusoria lebih optimal dengan menambahkan
dilakukan dengan hidrolisa selulosa secara probiotik selain menambahkan daun pisang
ensimatik dengan bantuan mikroorganisme. kering sebagai substrat.
Penyediaan mikroorga-nisme dapat Penelitian ini bertujuan untuk
dilakukan dengan menambahkan agen mengetahui pengaruh konsentrasi probiotik
mikroorganisme. Oleh karena itu, probiotik terhadap kultur infusoria ditinjau dari
diduga dapat menjadi faktor pendukung kepadatan dan komposisi infusoria yang
untuk meningkatkan kepadatan infusoria. ditumbuhkan pada substrat daun pisang
Insani et al.: Pengaruh Konsentrasi Probiotik Terhadap ……… 89

(Musa paradisiaca). Diharapkan dapat


memberikan kontribusi dalam dimana:
pengembangan dan alternatif pada sektor N = Kepadatan individu infusoria
perikanan dan dapat menjadi acuan dalam (individu/liter)
penelitian selanjutnya. q = Jumlah infusoria yang teramati
(individu/ml)
METODE PENELITIAN f = Fraksi yang diambil (volume sub
sampel per volume sampel)
Penelitian ini dilaksanakan di
v = Volume air yang tersaring (ml)
Laboratorium Ekologi dan Lingkungan,
Sementara itu data berupa
Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya
keanekaragaman spesies infusoria beserta
Wacana pada bulan Oktober 2021. Bahan
jumlah individu per spesies digunakan untuk
yang digunakan adalah daun pisang kering
menghitung indeks keanekaragaman spesies
sebagai substrat kultur, bibit infusoria
berdasarkan rumus persamaan Shanon
menggunakan air kolam 1 liter yang
Wiener yaitu:
diperoleh dari air kolam ikan, dan probiotik
berupa EM4 perikanan.
𝐻′ = −∑ Pi.ln(Pi).............................. (2)
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental Rancangan Acak Lengkap
dimana:
(RAL) satu faktor dengan lima taraf
H’ = Indeks keanekaragaman Shanon-
perlakuan yang meliputi konsentrasi
Wiener
probiotik 0 ml/l (sebagai kontrol), 0,5 ml/l, 1
Pi = Proporsi jumlah Individu (ni/N)
ml/l, 2 ml/l, dan 4 ml/l dengan pengulangan
N = Jumlah individu seluruh spesies (ind/l)
sebanyak 4 kali untuk setiap perlakuan. Bibit
Ni = Jumlah individu infusoria dari spesies
infusoria diperoleh dengan menggunakan air
ke-i (ind/l)
kolam ikan sekaligus sebagai media tumbuh
infusoria. Infusoria tersebut kemudian
Dan indeks dominasi berdasarkan rumus:
ditumbuhkan dalam wadah kultur berupa
𝐷 = ∑(𝑃𝑖)2 = ∑(𝑛𝑖/𝑁)2..................... (3)
botol berukuran 1,5 liter dengan pemberian 1
liter air kolam yang sudah disaring sebagai
D = Indeks dominansi
media kultur. Pada setiap perlakuan,
Pi = proporsi jumlah Individu (ni/N)
ditambahkan sebanyak 5 gram daun pisang
Semua data kemudian dianalisis secara
Siam (Musa paradisiaca) yang sudah
stasistik menggunakan uji One Way ANOVA
dikeringkan sebagai substrat untuk
untuk mengetahui signifikansi pada
pertumbuhan infusoria. Pada setiap perlakuan
perbedaan rata-rata dalam setiap perlakuan.
kemudian ditambahkan probiotik berupa
Data komposisi infusoria diperoleh
EM4 dengan konsentrasi berbeda sebagai
berdasarkan hasil pengamatan masing masing
variabel bebasnya. EM4 yang digunakan
sampel menggunakan mikroskop yaitu
mengandung bakteri Lactobacillus casei dan
dengan meneteskan 1ml sampel pada gelas
Saccaromyces cerevisiae. Semua sampel
benda kemudian dilakukan pengamatan pada
perlakuan diletakkan pada tempat teduh yang
perbesaran 10x dan 40x. Data berupa gambar
tidak terkena sinar matahari. Pengamatan
akan digunakan untuk mengidentifikasi
dilakukan pada hari ke 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan
spesies infusoria.
14. Data yang diambil dalam pengamatan
tersebut adalah data kepadatan infusoria,
HASIL DAN PEMBAHASAN
keanekeragaman spesies infusoria beserta
jumlah individu per spesies. Selain itu Pertumbuhan dan Kepadatan Infusoria
dilakukan juga pengukuran terhadap berbagai Fase adaptasi atau biasa disebut fase
parameter kualitas lingkungan yang meliputi lag ditandai dengan rendahnya peningkatan
pH dan suhu. kepadatan individu dan pada penelitian ini
Data berupa kepadatan infusoria terjadi pada hari ke-0 dan hari ke-2.
dihitung berdasarakan rumus (Dewiyanti et Kepadatan infusoria pada hari ke-0 masih
al., 2015) yaitu: rendah hal ini dikarenakan infusoria yang
𝑞
𝑁= ………………........ (1) terdapat dalam kultur murni dari air kolam
(𝑓 𝑥 𝑣)
yang digunakan dan belum beradaptasi
90 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 22 No 2, Oktober 2022

dengan probiotik yang diberikan. Pada hari semua perlakuan. Pada umur tersebut, kultur
ke-2 kultur infusoria sudah mulai mengalami infusoria dalam penelitian ini mengalami
peningkatan kepadatan akan tetapi puncak kepadatan untuk semua perlakuan di
pertumbuhan infusoria yang terjadi belum hari ke-10 (Gambar 1). Pada perlakuan
pesat. Peningkatan yang belum pesat ini konsentrasi probiotik sebesar 0 ml/l, puncak
terjadi karena infusoria masih beradaptasi rata-rata kepadatan infusorianya adalah
secara fisiologis terhadap media kultur sebesar 482 individu. Pada konsentrasi
sehingga metabolisme infusoria untuk probiotik 0,5 ml/l adalah sebesar 715
tumbuh lamban. Fase kedua yaitu fase individu, konsentrasi probiotik 1 ml/l adalah
eksponensial yang ditandai dengan pesatnya sebesar 769 individu, konsentrasi probiotik 2
laju pertumbuhan. Pada penelitian ini, fase ml/l adalah sebesar 938 individu dan pada
eksponensial terjadi pada hari ke-4 hingga konsentrasi probiotik 4 ml/l puncak rata-rata
hari ke-6. Pada fase eksponensial, nutrien dan kepadatan infusoria adalah sebesar 1171
pH pada medium masih berada pada kondisi individu. Pada hari berikutnya infusoria
optimal dalam memenuhi kebutuhan mulai mengalami penurunan kepadatan
fisiologis infusoria. Akibatnya, infusoria populasi, yaitu fase kematian yang diduga
memiliki kemampuan bertumbuh hingga terjadi mulai hari ke-14. Fase kematian
kepadatannya bertambah secara signifikan. ditandai dengan kepadatan populasi yang
Infusoria aktif berkembang biak pada fase terus berkurang (Susilowati, 2014). Menurut
eksponensial. Ciri metabolisme selama fase penelitian Igo et al. (2020), infusoria yang
eskponensial adalah tingginya aktivitas yang dikulturkan akan mengalami empat fase
berguna untuk pembentukan protein dan pertumbuhan, yaitu fase adaptasi, fase
komponen penyusun plasma sel yang eksponensial, fase stasioner dan fase
diperlukan untuk pertumbuhan. Setelah fase kematian. Pernyataan tersebut sejalan dengan
eksponensial kemudian terjadi fase stasioner, data kepadatan pada penelitian ini. Pada
ditandai dengan seimbangnya laju penelitian ini, kepadatan populasi infusoria
pertumbuhan dengan laju kematian. terendah pada fase kematian ada pada
Berdasarkan pengamatan, fase stasioner perlakuan konsentrasi probiotik 0 ml/l, yaitu
terjadi pada rentang hari ke 8-12 hari pada sebesar 217 individu.

Gambar 1. Kepadatan rata – rata infusoria setelah pemberian probiotik yang dikulturkan selama
14 hari. A= konsentrasi probiotik 0 ml/l, B= konsentrasi probiotik 0,5 ml/l,
C= konsentrasi probiotik 1 ml/l, D= konsentrasi 2 ml/l, E= konsentrasi probiotik 4 ml/l

Grafik tersebut menunjukkan bahwa diberikan sebagai perlakuan masih dapat


lama waktu untuk setiap fase pertumbuhan mendukung pertumbuhan infusoria dengan
infusoria relatif sama pada kelima taraf baik. Hal ini diduga terjadi karena kondisi
konsentrasi probiotik. Hal ini menunjukan lingkungan yang dihasilkan dengan adanya
bahwa semua taraf konsentrasi probiotik yang penambahan probiotik hingga 4 ml masih
Insani et al.: Pengaruh Konsentrasi Probiotik Terhadap ……… 91

berada dalam rentang kondisi optimal untuk sama pH pada perlakuan dalam penelitian ini
pertumbuhan infusoria. Asumsi tersebut berkisar dari 6-7 sedangkan suhu 25oC-27oC
terbukti dengan data parameter lingkungan (Tabel 1). Menurut Pangestu, et al.(2020),
yangdiambil dalam penelitian ini. Rata-rata infusoria dapat hidup optimal pada pH 6
pH dan suhu pada semua perlakuan relatif hingga 7 dan suhu antara 25oC-27oC.
Tabel 1. Hasil rata-rata  SD pengukuran pH dan suhu pada setiap konsentrasi probiotik.
Perlakuan pH Suhu (0C)
A 7,38  0,54 25,12  0,33
B 6,89  0,72 25,89  1,11
C 6,7  0,68 26,14  1,03
D 6,45  0,74 27,00  1,53
E 6,12  0,76 27,78  1,92

A= konsentrasi probiotik 0 ml/l, B= konsentrasi probiotik 0,5 ml/l, C= konsentrasi probiotik 1 ml/l,
D= konsentrasi 2 ml/l, E= konsentrasi probiotik 4 ml/l

Tabel 2. Hasil analisis One Way ANOVA data kepadatan infusoria


Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1108020,650 4 277005,163 3,904 0,010
Within Groups 2483154,125 35 70947,261
Total 3591174,775 39

Meskipun demikian, berdasarkan data perlakuan dengan konsentrasi probiotik 0 ml/l


kepadatan infusoria diketahui bahwa dengan konsentrasi 4 ml/l (signifikansi
pemberian probiotik dengan konsentrasi 0,006). Sehingga dalam penelitian ini dapat
4ml/l menghasilkan kepadatan infusoria disimpulkan bahwa semakin tinggi
tertinggi pada setiap fase mulai dari fase lag konsentrasi probiotik yang diberikan akan
hingga fase kematian. Hal tersebut diduga menghasilkan kepadatan infusoria yang
karena pada konsentrasi tersebut ketersediaan semakin tinggi juga.
pakan paling tinggi dengan adanya probiotik Penelitian dari Abidin (2005)
sebagai makanan tambahan bagi infusoria membandingkan kultur infusoria dengan
selain berasal dari substrat yang diberikan pemberian substrat kubis (kol) dan kulit
pada kultur berupa daun pisang kering. pisang menunjukkan perbedaan nyata. Media
Penggunaan daun pisang kering dikarenakan kultur kubis mengalami puncak pembiakan
proses penguraian akan terjadi lebih cepat hingga 59.350.000 per liter. Media kultur
dibandingkan menggunakan daun pisang kulit pisang hanya mencapai 20.160.000
segar. Probiotik yang diberikan pada media individu per liter. Substrat kultur kubis
kultur akan membantu menyediakan mikroba memiliki jumlah individu lebih banyak dari
yang dapat digunakan infusoria sebagai pada kultur kulit pisang. Kubis mengandung
sumber makanannya. Probiotik juga akan protein, lemak, dan karbohidrat. Demikian
membantu proses penguraian substrat pula kandungan nutrisi dengan kulit pisang
sehingga mudah dimanfaatkan oleh infusoria. dan daun pisang. Kultur infusoria dengan
Hasil analisis One Way Anova menunjukan media substrat kubis, kulit pisang dan daun
bahwa nilai signifikasnsi 0,010 dengan taraf pisang memiliki kandungan nutrisi yang telah
signifikansi 95%. Dengan hasil uji tersebut mencukupi agar dapat dijadikan sebagai
diketahui bahwa terdapat perbedaan sumber nutrien bagi mikroorganisme dalam
kepadatan antar konsentrasi. Lebih jauh, probiotik ketika proses penguraian substrat
analisis Post Hoc melalui uji Tukey berlangsung. Dengan demikian pertumbuhan
menunjukkan bahwa perbedaan kepadatan infurosia akan dapat mengalami peningkatan
infusoria yang paling signifikan terjadi antara (Utama et al., 2014).
92 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 22 No 2, Oktober 2022

Komposisi Infusoria
Terdapat tiga jenis spesies infusoria hidup dengan mudah pada media kultur
yaitu Paramecium sp.,Chlorococcum, dan karena tidak memiliki kondisi yang ekstrim,
Trichocerca tenuior yang ditemukan dalam demikian halnya dengan ketiga jenis spesies
penelitian ini (Gambar 2). Infusoria dapat infusoria yang ditemukan dalam penelitian ini
(Das et al., 2012).

(a) (b) (c)


Gambar 2. (a) Paramecium sp, (b) Chlorococcum, (c) Trichocerca tenuior. Perbesaran 400x.
(sumber dok pribadi, 2021)
Paramecium sp merupakan organisme merupakan rotifera yang memiliki bagian
uniseluler berbentuk bulat memanjang tubuh bulat lonjong, memiliki flagel dan
dengan silia somatik yang menyelubungi bulu-bulu halus sebagai alat penyaringan
seluruh permukaan tubuh untuk bergerak dan makanan yang meruncing pada bagian
mencari makan. Paramecium sp merupakan anterior. Tidak seperi Chlorococcum, jenis
organisme heterotrof yang berarti tidak dapat rotifera ini bersifat heterotrof dimana tidak
membuat makanannya sendiri dan memiliki kemampuan mensintesis langsung
memerlukan organisme lain seperti bakteri makanannya akan tetapi memerlukan
atau organisme yang lebih kecil dari organisme lain sebagai sumber makanannya.
tubuhnya sebagai sumber makanannya Trichorcerca tenuior dapat hidup pada
(Kreutz et al., 2012). Habitat Paramecium perairan tawar atau laut dengan kondisi
sp. di air tawar dan banyak ditemukan pada lingkungan yang stabil (Segers et al., 2002).
sisa tumbuhan yang membusuk. Dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menggetarkan silianya akan terjadi aliran air indeks keanekaragaman infusoria pada semua
keluar masuk mulut sel. Secara bersamaan perlakuan termasuk rendah. Dewiyanti et al.,
bakteri,bahan organik ataupun hewan (2015) menyatakan bahwa indeks
uniseluler lain masuk kedalam mulut selnya keanekaragaman lebih dari 0 dan kurang dari
(Maya et al., 2020). Chlorococcum memiliki 1,5 termasuk dalam kategori rendah,
bentuk bulat, termasuk kedalam makhluk sedangkan lebih dari 1,5 dan kurang dari 3,5
hidup uni seluler, tidak memiliki flagel, inti termasuk dalam kategori sedang, dan indeks
dan plasmanya dapat membelah dan keanekaragaman dengan nilai lebih dari 3,5
menghasilkan delapan hingga enam belas termasuk dalam kategori tinggi. Indeks
zoospora (Fauziah et al., 2015). keanekaragaman yang rendah menunjukkan
Chlorococcum yang tergolong dalam bahwa dalam suatu ekosistem terdapat
Chlorophyta merupakan salah satu produsen kecenderungan dominansi jenis. Hal ini
utama dalam ekosistem perairan karena sesuai dengan data indeks dominansi pada
memiliki klorofil sehingga efektif untuk penelitian yang termasuk dalam kategori
melakukan fotosintesis. Dengan kemampuan tinggi pada semua perlakuan (Gambar 3).
berfotosistesis Chlorococcum bersifat Indeks dominansi lebih dari 0 dan kurang dari
autotrof yaitu mensintesis makanan langsung 0,5 termasuk dalam kategori rendah,
dari senyawa anorganik. Habitat yang sesuai sedangkan lebih dari 0,5 dan kurang dari 0,75
untuk Chlorococcum adalah dengan suhu termasuk kategori sedang, dan indeks
antara 20-30oC dan pada nilai keasaman yang dominansi 0,75-1 termasuk dalam kategori
stabil yaitu antara 6-9 (Harmoko et al., tinggi. Indeks dominansi yang tinggi
2018). Sementara itu, Trichorcerca tenuior
Insani et al.: Pengaruh Konsentrasi Probiotik Terhadap ……… 93

menunjukkan adanya spesies infusoria yang


dominan (Shabrina et al., 2021).

1.20
Keanekaragaman 1.00
0.80
Indeks

0.60
0.40
0.20
0.00
0 0.5 1 2 4
Konsentrasi (ml/l)

(a)
1.5
Indeks Dominansi

0.5

0
0 0.5 1 2 4
Konsentrasi (ml/l)

(b)
Gambar 3. (a) Nilai Indeks Keanekaragaman dan (b) Dominansi Infusoria pada setiap perlakuan

Menurut Munthe et al. (2012) Paramecium sp, konsentrasi probiotik


menyatakan bahwa jika indeks dominansi sebesar 0,5 ml/l, 1 ml/l memicu pertumbuhan
mendekati nol menunjukkan secara umum Chlorococcum sedangkan pada konsentrasi 2
struktur komunitas dalam keadaan stabil dan ml/l dan 4m/l populasi Chlorococcum tidak
tidak terjadi tekanan ekologis terhadap dapat tumbuh dan digantikan oleh populasi
organisme dalam kultur atau habitat tersebut. Trichocerca tenuior (Tabel 3). Hal ini terjadi
Sedangkan dalam penelitian ini diperoleh karena media pada konsentrasi probiotik 2
hasil indeks dominasi yang tinggi yang ml/l dan 4 ml/l memiliki konsentrasi yang
berarti bahwa dalam media kultur terdapat pekat sehingga berwarna keruh, selain itu
tekanan ekologis yang diduga berupa tidak adanya cahaya yang diperoleh
pencemaran organik. Pencemaran tersebut menghambat proses fotosintesis yang
diduga berasal dari limbah yang dihasilkan seharusnya dapat dilakukan oleh
dari proses metabolisme probiotik yang Chlorococcum (Fauziah et al., 2015).
ditambahkan. Pencemaran inilah yang diduga Penggunaan probiotik yang dapat
menyebabkan adanya dominansi mempengaruhi kepadatan infusoria yang
Paramecium sp pada semua konsentrasi dibuktikan pada peneltian ini, dapat dijadikan
probiotik. Menurut (Darmanto et al., 2000) dasar oleh pembudidaya larva ikan untuk
Paramecium sp bersifat lebih toleran mengembangkan kultur infusoria sebagai
terhadap pencemaran organik dibanding jenis pakan alami lebih optimal menggunakan
insuforia lainnya. Jenis infusoria dipengaruhi probiotik. Selain itu biaya yang diperlukan
oleh jenis media yang digunakan. Sejalan untuk kebutuhan pakan larva akan dapat
dengan penelitian tersebut yang mengatakan berkurang. Hal ini akan berdampak bagi
bahwa kultur infusoria dengan pH yang pembudidaya larva yang dapat memberikan
cenderung netral akan didominansi oleh pakan untuk larva ikan secara maksimal
Paramecium sp, sedangkan pada penelitian dengan harga terjangkau.
ini pH kultur berada pada kisaran 6-7. Selain
94 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 22 No 2, Oktober 2022

Tabel 3. Jenis-jenis infusoria yang ditemukan di setiap konsetrasi probiotik


Perlakuan
No Nama Spesies
A B C D E
1 Paramecium sp     

2 Chlorococcum    - -
3 Trichocerca tenuior - - -  

KESIMPULAN Dewiyanti, G.A.D., Bambang, I. & Noer, M.


Probiotik berpengaruh nyata terhadap 2015. Kepadatan dan Keanekaragaman
kepadatan insuforia yang ditumbuhkan pada Plankton di Perairan Mangetan Kanal
substrat daun pisang (Musa paradisiaca) Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa
kering. Semakin tinggi konsentrasi probiotik Timur Dari Daerah Hulu, Daerah
yang diberikan akan menghasilkan kepadatan Tengah dan Daerah Hilir Bulan Maret
insuforia yang semakin tinggi juga. 2014: 1-10.
Paramecium sp mendominasi komposisi Diansyah, S., Erina, Y. & Jannah, M.R. 2017.
infusoria pada semua konsentrasi probiotik. Pemberian Pakan Alami yang Berbeda
Selain Paramecium sp, konsentrasi probiotik TerhadapPertumbuhan dan
sebesar 0,5 ml/l, 1 ml/l memicu pertumbuhan Kelangsungan Hidup Larva Ikan
Chlorococcum. Sedangkan pada konsentrasi Nilem (Osteochilus hasseltii). Jurnal
2 ml/l dan 4 m/l populasi Chlorococcum tidak Akuakultura, 1(1): 24-28.
dapat tumbuh dan digantikan oleh populasi Elmi, D., Abdullah., Muhammadar. &
Trichocerca tenuior. Nurfadillah. 2018. Pengaruh
Pemberian Darah Ikan Tongkol
DAFTAR PUSTAKA (Euthynnus Affinis) Dengan Dosis
yang Berbeda Terhadap Laju
Abidin, M. 2005. Teknik Budidaya Infusoria
Pertumbuhan dan Kepadatan Populasi
Di Dalam Laboratorium. Buletin
Infusoria. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Teknik Litkayasa Akuakultur, 4(2): 27-
Kelautan dan Perikanan Unsyiah,
29.
3(1): 33-38.
Akbar, F., Mansur, M., Dewi N.S. & Ketut,
Fauziah, S.M. & Ainun, N.L. 2015.
M.S. 2013. Pengaruh Pemberian
Identifikasi Mikroalga dari Divisi
Probiotik EM4 dengan Dosis Berbeda
Chlorophyta di Waduk Sumber Air
terhadap Kelangsungan Hidup Larva
JayaDusun Krebet Kecamatan
Ikan Badut (Amphiprion percula).
Belulawang Kabupaten Malang.
Jurnal Perikanan Unram, 1(2): 60-69.
Jurnal Bioedukasi, 8(1): 20- 22.
Das, P., Mandal, S.C., Bhagabati, S.K., Fitria, S., Cut, N. D., & Nurfadillah. 2018.
Akhtar, M.S. & Singh, S.K. 2012. Pengaruh Pemberian Esktrak Bayam
Important Live Food Organisms And dengan Dosis yang BerbedaTerhadap
Their Role In Aquacultur. Frontiers in Laju Pertumbuhan dan Kepadatan
Aquaculture Journal: 69–86. Populasi Infusoria. Jurnal Ilmiah
Darmanto., Darti, S., Adhisa, P., Chumadi. & Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
Mei, R.D. 2000. Budidaya Pakan Unsyiah, 3(1): 157-162.
Alami Untuk Benih Ikan Air Tawar. Harmoko & Sepriyaningsih. 2018.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Keanekaragaman Mikroalga
Pertanian Instalasi Penelitian Dan Chlorophyta Di Sungai Kelingi Kota
Pengkajian Teknologi Pertanian, Lubuklinggau Sumatera Selatan.
Jakarta. Jurnal Pro-Life, 5(3): 666-676.
Insani et al.: Pengaruh Konsentrasi Probiotik Terhadap ……… 95

Igo, N.L., Ade, Y.H., Lukas. & Yudiana, J. Rihi, A.P. 2019. Pengaruh Pemberian
2020. Penggunaan Batang Pisang PakanAlami dan Buatan terhadap
Kepok (Musa paradisiaca Pertumbuhan dan Kelangsungan
formmatypica) Dengan Dosis Berbeda Hidup Benih Ikan Lele Dumbo
Dalam Menumbuhkan Pakan alami. (Clarias gariepinus Burchell.) di Balai
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, Benih Sentral Noekele Kabupaten
8(2): 129-140. Kupang. Jurnal Bioedu, 4(2): 56-62.
Kreutz, M., Thorsten, S. & Wilhelm, F. 2012. Shabrina, F.N., Dian, S,. Edwin, S. 2021.
Morphological and Molecular Struktur Komunitas Plankton di Pesisir
Characterization of Paramecium Utara Kabupaten Tuban. Jurnal Sains
(Viridoparamecium nov. subgen.) dan Seni ITS, 9(2): 1-6.
chlorelligerum Kahl, 1935 Segers, H. 2002. A Biogeographical
(Ciliophora). Eukaryot Microbiol Analysis of Rotifers of The Genus
Journals, 59(6): 548-563. Trichocerca Lamarck, 1801
Maya, S. & Nurhidayah. 2020. Zoologi (Trichocercidae, Monogononta,
Invertebrata. Widina Bhakti Persada, Rotifera), with notes on taxonomy.
Bandung. Hydrobiologia Journal, 500: 103-114.
Munthe, Y.V., Riris, A. & Isniaini. 2012. Susilowati. 2014. Pertumbuhan
Struktur Komunitas dan Sebaran Diaphanasoma sp. yang Diberi Pakan
Fitoplankton di Perairan Sungsang Nannochloropsis sp. Jurnal Rekayasa
Sumatera Selatan. Jurnal Maspari. dan Teknologi Budidaya Perairan,
4(1): 122-130. 2(2): 242-248.
Pangestu, R., Tedjo, S. & Harlis. 2020. Utama, C.S. & Mulyanto, A. 2014. Potensi
Keanekaragaman Zooplankton sebagai Limbah Pasar Sayur Menjadi Starter
Indikator Kualitas Danau Sipin Kota Fermentasi. Jurnal Kesehatan, 2(1): 6-
Jambi Sebagai Pengayaan Praktikum 13.
Taksonomi Monera Dan Protista. Yanuartono., Alfarisa, N., Soedarmanto, I.,
Jurnal Biospesies, 13(2): 40-45. Dhasia, R. & Hary, P. 2020. Potensi
Pratiwy, F.M., Roffi, G. & Fajar, N.A. 2021. Limbah Tanaman Pisang Sebagai
The Enrichment of Live Feeds: An Pakan Ternak Ruminansia. Jurnal
Inquiry For Feeding at Early Stages of Ilmu Ternak, 20(1): 56-68.
Fish. International Journal of
Fisheries and Aquatic Studies, 9(1):
131-134.
Raharjo, E.I., Hastiadi, H. & Darmawan.
2016. Pergantian Pakan Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelangsungan
Hidup Larva Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy). Jurnal
Ruaya, 4(1): 13-17.

Anda mungkin juga menyukai