Shasi Kirani Aurora 2104134745 BDP A BPA
Shasi Kirani Aurora 2104134745 BDP A BPA
Nim : 2104134745
Kelas : BDP - A
Jurusan : Budidaya Perairan
Matakuliah : Budidaya Pakan Alami
RINGKASAN ARTIKEL 1
Desain Penelitian
Prosedur Penelitian
Persiapan media kultur
Pada proses penelitian ini hal pertama kali yang harus dilakukan yaitu
persiapan media kultur infusoria berupa kangkung dan bibit infusoria. Bibit
infusoria yang akan digunakan untuk penelitian dibiakkan terlebih dahulu dengan
menggunakan kangkung yang sudah direbus dan dipisahkan dari airnya. Bibit
infusoria yang digunakan untuk pembiakkan di ambil dari alam. Setelah dilakukan
pembiakkan maka barulah menyiapkan media yang akan digunakan. Hasil biakkan
yang digunakan yaitu pada fase stasioner sekitar berada pada hari ke 3- 4.
Wadah yang akan digunakan Berupa toples besar dengan volume 10 liter.
Toples yang akan digunakan sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu (Dwirastina
dan Husnah., 2014). Setelah itu masing- masing media untuk setiap perlakuan
dimasukkan ke dalam akuarium. Untuk PO yaitu dimasukkan gandum sebanyak 1
(satu) sendok dan ditambah air sebanyak 5 liter. P1 dimasukkan kangkung rebus
sebanyak 500 gr dan ditambahkan air sebanyak 5 liter. P2 dimasukkan air rebusan
kangkung sebanyak 5 liter. P3 dimasukkan kangkung beserta air rebusan 5 liter.
Kemudian diberi aerator pada masing- masing akuarium untuk suplai oksigen.
Infusoria yang ditemukan pada penelitian ini ada dua kelompok yaitu
kelompok flagellata (Euglena sp dan Volvox sp) dan kelompok cilliata
(Paramecium sp. Stentor sp). Jenis Infusoria yang banyak ditemukan atau
mendominasi pada masing-masing perlakuan yaitu Paramecium sp yang mencapai
pada kelimpahan 2292,39 sell dengan persentase 98,35%. Sedangkan spesies yang
sedikit ditemukan yaitu spesies Stentor sp yang mencapai kelimpahan 3,54 dengan
persentase 0,15%. Kelimpahan tertinggi diikuti oleh Euglena sp dengan persentase
0,99 % dan Volvox sp dengan persentase 0,51%.
Metode Penelitian
Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan lima taraf perlakuan
yang meliputi konsentrasi probiotik 0 ml/l (sebagai kontrol), 0,5 ml/1, 1 ml, 2 ml/l,
dan 4 ml/1 dengan pengulangan sebanyak 4 kali untuk setiap perlakuan. Bibit
infusoria diperoleh dengan menggunakan air kolam ikan sekaligus sebagai media
tumbuh infusoria. Infusoria tersebut kemudiant ditumbuhkan dalam wadah kultur
berupa botol berukuran 1,5 liter dengan pemberian 1 liter air kolam yang sudah
disaring sebagai media kultur. Pada setiap perlakuan, ditambahkan sebanyak 5
gram daun pisang Siam (Musa paradisiaca) yang sudah dikeringkan sebagai
substrat untuk pertumbuhan infusoria. Pada setiap perlakuan kemudian
ditambahkan probiotik berupa EM4 dengan konsentrasi berbeda sebagai variabel
bebasnya. EM4 yang digunakan mengandung bakteri Lactobacillus casei dan.
Saccaromyces cerevisiae. Semua sampel perlakuan diletakkan pada tempat teduh
yang tidak terkena sinar matahari. Pengamatan dilakukan pada hari ke 2, 4, 6, 8, 10,
12, dan 14. Data yang diambil dalam pengamatan tersebut adalah data kepadatan
infusoria, keanekeragaman spesies infusoria beserta jumlah individu per spesies.
Selain itu dilakukan juga pengukuran terhadap berbagai parameter kualitas
lingkungan yang meliputi pH dan suhu.
Komposisi Infusoria
Addition of boiled water spinach and water spinach boiled water on infusoria culture
media on the diversity index
1) Program Studi Ilmu Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI Palembang
2) Program Studi Budidaya Ikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI Palembang
3) Program Studi Ilmu Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI Palembang
ABSTRAK
Infusoria berperan penting dalam rantai makanan. Infusoria memiliki ukuran tubuh
yang kecil dan lembut, sehingga sesuai untuk larva ikan pada tahap awal pemberian pakan.
Kangkung yang direbus beserta air rebusannya dapat digunakan sebagai media budidaya
infusoria. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap, perlakuan pertama
media kultur infusoria dengan menambahkan gandum sebagai kontrol, kedua dengan
menambahkan kangkung rebus, ketiga menggunakan air rebusan kangkung, dan ke empat
menggunakan kangkung rebus dan air rebusan kangkung untuk melihat indeks pertumbuhan
infusoria. Hasil penelitian menunjukkan indeks keanekaragaman populasi infusoria pada
masing-masing media perlakua rendah, yaitu pada P0 dengan nilai 0.1, P1 dengan nilai 0.4 dan
P2 dengan nilai 0.2 serta P3 dengan nilai 0.1. Sedangkan Fase-fase pertumbuhan infusoria
yang diperoleh dalam penelitian ini terdapat ada 4 fase yaitu fase lag, fase eksponensial, fase
stasioner, dan fase kematian.
ABSTRACT
Infusoria have an important role in the food chain. Infusoria has a small and soft
body size, making it suitable for fish larvae in the early stages of feeding. Boiled of water
spinach and the boiled water can be used as a medium for infusoria cultivation. This study
used a completely randomized design method, the first treatment was infusoria culture media
by adding wheat as a control, the second by adding boiled water spinach, the third using boiled
water spinach, and the fourth using boiled water spinach and water spinach boiled water to
see the growth index of infusoria. The results showed that the diversity index of the infusoria
population in each treatment medium was low, namely at P0 with a value of 0.1, P1 with a
value of 0.4 and P2 with a value of 0.2 and P3 with a value of 0.1. Meanwhile, the infusoria
growth phases obtained in this study contained 4 phases, namely the lag phase, the exponential
phase, the stationary phase, and the death phase.
19
e-ISSN 2620-4622
p-ISSN 1693-6442
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29
dalam Yuliana dkk., 2012; Sachlan, 1982 Salah satu cara termudah untuk
dalam Febrianto, 2020; Romimoharto, mendapatkan pakan alami yaitu dengan
2009 dalam Yusanti, 2018). Keragaman cara mengkultur atau budidaya (Koniyo,
jenis plankton merupakan suatu 2011). Pada penelitian yang dilakukan oleh
penggambaran secara matematik yang Dwirastina (2013), menggunakan media
dapat melukiskan struktur kehidupan dan sayuran kangkung, bayam, dan mentimun,
dapat mempermudah menganalisis menunjukkan bahwa media kangkung
informasi-informasi tentang jenis dan berpengaruh sangat optimal terhadap
jumlah plankton (Rahmatulloh dkk., 2016). pertumbuhan populasi infusoria. Kangkung
Indeks keanekaragaman akan air atau rawa memiliki bahasa latin
menggambarkan tingkat kemantapan atau Ipomoea memiliki kandungan gizi yang
stabilitas komunitas plankton (Sagala, cukup tinggi dan mengandung vitamin A,
2012). B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral
Infusoria merupakan terutama zat besi yang berguna bagi
mikroorganisme dan termasuk plankton pertumbuhan badan dan kesehatan (Adrian,
yang tergolong kelompok ciliata dan 2012). Pengukusan pada kangkung
flagellata. Ciliata ialah mikroba yang bertujuan untuk proses pemanasan guna
mempunyai sejumlah cilia atau bulu getar untuk menonaktifkan enzim yang akan
yang menjulur dari permukaannya. mengubah warna, cita rasa, maupun nilai
Flagellata ialah mikroba yang bergerak gizi yang dilakukan pada suhu air lebih dari
dengan menggunakan flagel atau bulu 66 ºC, tetapi kurang dari 82 ºC (Adrian,
cambuk. Infusoria dari Kelompok cilliata 2012).
antara lain yaitu Paramecium, Colpoda, Kangkung yang digunakan pada
Vorticella, dan Cycloposthium. Infusoria penelitian Dwirastina, (2013) adalah
dari kelompok flagellata antara lain yaitu kangkung yang telah direbus dan dibuang
Euglena, Volvox, Brachiomonas, Goniaum, airnya. Galuh dkk., (2012), menggunakan
Chlamydomonas, Pandarina, dan air dari rendaman atau rebusan jerami.
Dinobryon (Sastrodinoto, 1980). Selanjutnya Nugroho dkk., (2013),
Infusoria berperan penting dalam menggunakan media alang-alang beserta
rantai makanan. Infusoria memiliki ukuran airnya menunjukkan hasil yang baik untuk
tubuh yang kecil dan lembut, sehingga pertumbuhan organisme.
sesuai untuk larva ikan pada tahap awal Berdasarkan pernyataan di atas
pemberian pakan (Mukai dkk., 2016). diduga bahwa, air rebusan dan juga
Kandungan protein pada salah satu kangkung beserta air rebusan dapat
kelompok infusoria yaitu euglena digunakan sebagai media budidaya
mencapai 39-61% (Nur, 2014), yang infusoria. Oleh sebab itu perlu dilakukan
memenuhi standar SNI protein yang penelitian untu mengetahui indeks
dibutuhkan oleh ikan. Menurut Sambode keragaman infusoria serta mengtahui fase-
dkk. (2013), juga menyatakan Infusoria fase pertumbuhan kultur infusoria pada
mempunyai kandungan gizi yang lengkap media kangkung yang berbeda.
dan mudah dicerna dalam usus benih ikan.
Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat METODOLOGI
sesuai dengan bukaan mulut larva ikan. Waktu dan tempat
Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan Penelitian dilaksanakan selama 10
merangsang larva ikan untuk hari di Workshop Perikanan Universitas
memangsanya jika menggunakan infusoria PGRI Palembang dan di Laboraturium
sebagai pakan alami maka akan dibutuhkan Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan
dengan jumlah yang banyak. Penyuluhan Perikanan Palembang.
20
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29
21
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29
22
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29
Tabel 1. Jumlah Jenis-Jenis Infusoria (Paramecium sp, Euglena sp, Stentor sp, dan Volvox sp)
No Spesies Jumlah (sel/l) Persentase %
1 Paramecium sp 22.923,9 98,35
2 Euglena sp 229,6 0,99
3 Volvox sp 119,17 0,51
4 Stentor sp 3,54 0,15
a b c d
23
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29
Hasil uji statistik dari indeks 10%. Dengan demikian maka untuk
keanekaragaman infusoria pada masing- mengetahui ketelitiannya dilakukan uji
masing perlakuan menunjukkan bahwa lanjut BNT. Data hasil uji lanjut BNT dapat
berbeda nyata, yaitu F hitung > F tabel pada dilihat pada Tabel 4.
taraf 5% dan F hitung < F tabel pda taraf
24
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29
25
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29
Tabel 6. Uji Statistik Indeks Keanekaragaman Paramecium sp, Euglena sp, Stentor sp, dan
Volvox sp
Ftabel
SK DB JK KT Fhitung
0.05 0.01
a. Paramecium sp
Perlakuan 3 0,00812 0,00271 36,87** 4,07 7,59
Galat 8 0,00010 0,00001
Total 11 0,00822
b. Euglena sp
Perlakuan 3 0,11 0,04 5,94* 4,07 7,59
Galat 8 0,05 0,01
Total 11 0,15
c. Stentor sp
Perlakuan 3 0,00056 0,00271 89,64** 4,07 7,59
Galat 8 0,00002 0,00001
Total 11 0,00058
d. Volvox sp
Perlakuan 3 0,00050 0,00016 215,13** 4,07 7,59
Galat 8 0,00004 0,00005
Total 11 0,00054
26
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29
27
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29
28
Penambahan kangkung rebus dan air rebusannya pada media kultur infusoria .. Lilik Purwati, et al.
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 16 (1). Juni 2021: 19-29
29
e-ISSN 2540-9840 p-ISSN 1412-3770 Jurnal Ilmiah Sains, Oktober 2022, 22(2): 87-95
Accredited by Ministry of Education, Culture, DOI: https://doi.org/10.35799/jis.v22i2.39785
Research and Technology No: 105/E/KPT/2022 Available online at https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jis
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi probiotik terhadap kepadatan dan
komposisi infusoria yang ditumbuhkan pada subtrat daun pisang (Musa paradisiaca). Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan lima taraf
perlakuan yaitu konsentrasi probiotik 0 ml/l, 0,5 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l, dan 4 ml/l dengan pengulangan
sebanyak 4 kali untuk setiap perlakuan. Pengamatan dilakukan pada hari ke 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan
14 untuk memperoleh data berupa kepadatan infusoria, keanekeragaman spesies infusoria beserta
jumlah individu per spesies. Data tersebut digunakan untuk mengetahui kepadatan, indeks
keanekaragaman (H’), indeks dominansi, serta komposisi spesies infusoria pada setiap perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi probiotik berpengaruh signifikan terhadap
kepadatan insufosia (sig 0,010) berdasarkan analisis One Way ANOVA. Indeks keanekaragaman
infusoria termasuk dalam kategori rendah pada semua perlakuan. Sejalan dengan hasil tersebut,
indeks dominansi pada semua perlakuan berada dalam kategori tinggi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Paramecium sp mendominasi komposisi infusoria pada semua konsentrasi
probiotik. Konsentrasi probiotik sebesar 0,5 ml/l, 1 ml/l memicu pertumbuhan Chlorococcum dan
digantikan populasi Trichocerca tenuior pada konsentrasi 2 ml/l dan 4 ml/l.
Kata kunci: dominansi, infusoria, keanekaragaman, probiotik
dan mudah dicerna (Diansyah et al., 2017). Probiotik juga mendukung pertumbuhan
Menurut Rihi (2019) larva ikan yang rotifera yang merupakan salah satu jenis
dibudidayakan menggunakan pakan alami infusoria. Dengan menambahkan probiotik
memiliki pertumbuhan panjang, berat, dan pada kultur akan memberikan keuntungan
tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi dari bagi rotifera. Mikroba menguntungkan yang
pada larva ikan yang dibudidayakan terdapat dalam probiotik akan membantu
menggunakan pakan buatan. Hal ini memperoleh makanan dan mecegah
dikarenakan pakan alami cenderung memiliki kontaminasi pada kultur (Das et al., 2012).
enzim autolisis sendiri sehingga dapat dicerna Menurut Akbar et al. (2013) probiotik
dengan mudah oleh larva dan tidak membuat merupakan suatu agen berisi mikroorganisme
media budidaya menjadi kotor. Selain itu, hidup untuk menyediakan sumber makanan
pakan alami dapat menjadi solusi untuk bagi infusoria yang memakan
mengurangi pengeluaran dikarenakan mikroorganisme yang lebih kecil seperti
harganya yang lebih murah jika dibandingkan bakteri yang terdapat dalam probiotik dan
dengan pakan buatan. Salah satu pakan alami detritus halus. Probiotik dalam kultur dapat
yang dapat diberikan pada larva adalah membantu penguraian dari substrat sehingga
infusoria (Raharjo et al., 2016). akan lebih mudah dimanfaatkan oleh
Infusoria adalah sekelompok infusoria sebagai sumber energi.
organisme yang memiliki sel tunggal Penelitian yang dilakukan Elmi et al.
berukuran sekitar 40-100µm, seperti alga, (2018) tentang pengaruh pemberian darah
amoeba, euglena, paramecium, rotifer, ikan tongkol (Euthynnus Affinis) dengan
stentor, dan vorticella (Fitria et al., 2018). dosis yang berbeda terhadap laju
Infusoria sebagai salah satu pakan alami pertumbuhan dan kepadatan populasi
diharapkan dapat meningkatkan infusoria menunjukkan bahwa perbedaan
pertumbuhan larva dan kelulushidupan larva dosis berpengaruh nyata (P< 0,05%) terhadap
dikarenakan infusoria memiliki ukuran yang laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk di
kecil, lembut, mengandung sekitar 36,82% Infusoria. Semakin tinggi dosis darah ikan
protein, tidak bersifat racun, aman untuk tongkol memberikan pengaruh terhadap
menjadi pakan alami untuk larva ikan, serta pertumbuhan infusoria. Menurut penelitian
memiliki kemampuan perkembangbiakan Fitria et al. (2018) mengenai pengaruh
yang cepat sehingga dapat dilakukan pemberian esktrak bayam dengan dosis yang
pemanenan kultur dalam waktu singkat berbeda terhadap laju pertumbuhan dan
(Pratiwy et al., 2021). kepadatan populasi infusoria memberikan
Infusoria memerlukan substrat untuk pengaruh nyata (P <0,05) terhadap kepadatan
sumber makanannya. Substrat yang dan laju pertumbuhan infusoria yang
digunakan adalah bahan organik yang dapat dipengaruhi oleh jumlah makanan yang
mendukung pertumbuhan infusoria (Fitria et tersedia dalam media penelitian.
al., 2018) seperti daun pisang kering. Akan tetapi saat ini pengetahuan akan
Penggunaan daun pisang sebagai substrat faktor pendukung untuk meningkatkan hasil
kultur insuforia juga dapat menjadi salah satu kultur infusoria belum dimiliki oleh
alternatif pemanfaatan daun pisang kering kebanyakan pembudidaya ikan sehingga
yang masih belum banyak dimanfaatkan. pertumbuhan kultur infusoria tidak optimal.
Menurut Yanuartono et al. (2020) pada daun Dengan adanya kepadatan individu infusoria
pisang terdapat protein kasar 19,4 ±0,3%, dan yang tidak maksimal serta tidak beragamnya
lemak kasar 1,8±0,6%. Selain itu daun pisang jenis infusoria dalam kultur. Dari uraian
mengandung serat kasar yaitu 11,01 %. tersebut membuat peneliti tertarik untuk
Peningkatan nilai nutrisi pada serat kasar dan mengoptimalkan kepadatan dan komposisi
kandungan nutrisi dalam daun pisang dapat infusoria lebih optimal dengan menambahkan
dilakukan dengan hidrolisa selulosa secara probiotik selain menambahkan daun pisang
ensimatik dengan bantuan mikroorganisme. kering sebagai substrat.
Penyediaan mikroorga-nisme dapat Penelitian ini bertujuan untuk
dilakukan dengan menambahkan agen mengetahui pengaruh konsentrasi probiotik
mikroorganisme. Oleh karena itu, probiotik terhadap kultur infusoria ditinjau dari
diduga dapat menjadi faktor pendukung kepadatan dan komposisi infusoria yang
untuk meningkatkan kepadatan infusoria. ditumbuhkan pada substrat daun pisang
Insani et al.: Pengaruh Konsentrasi Probiotik Terhadap ……… 89
dengan probiotik yang diberikan. Pada hari semua perlakuan. Pada umur tersebut, kultur
ke-2 kultur infusoria sudah mulai mengalami infusoria dalam penelitian ini mengalami
peningkatan kepadatan akan tetapi puncak kepadatan untuk semua perlakuan di
pertumbuhan infusoria yang terjadi belum hari ke-10 (Gambar 1). Pada perlakuan
pesat. Peningkatan yang belum pesat ini konsentrasi probiotik sebesar 0 ml/l, puncak
terjadi karena infusoria masih beradaptasi rata-rata kepadatan infusorianya adalah
secara fisiologis terhadap media kultur sebesar 482 individu. Pada konsentrasi
sehingga metabolisme infusoria untuk probiotik 0,5 ml/l adalah sebesar 715
tumbuh lamban. Fase kedua yaitu fase individu, konsentrasi probiotik 1 ml/l adalah
eksponensial yang ditandai dengan pesatnya sebesar 769 individu, konsentrasi probiotik 2
laju pertumbuhan. Pada penelitian ini, fase ml/l adalah sebesar 938 individu dan pada
eksponensial terjadi pada hari ke-4 hingga konsentrasi probiotik 4 ml/l puncak rata-rata
hari ke-6. Pada fase eksponensial, nutrien dan kepadatan infusoria adalah sebesar 1171
pH pada medium masih berada pada kondisi individu. Pada hari berikutnya infusoria
optimal dalam memenuhi kebutuhan mulai mengalami penurunan kepadatan
fisiologis infusoria. Akibatnya, infusoria populasi, yaitu fase kematian yang diduga
memiliki kemampuan bertumbuh hingga terjadi mulai hari ke-14. Fase kematian
kepadatannya bertambah secara signifikan. ditandai dengan kepadatan populasi yang
Infusoria aktif berkembang biak pada fase terus berkurang (Susilowati, 2014). Menurut
eksponensial. Ciri metabolisme selama fase penelitian Igo et al. (2020), infusoria yang
eskponensial adalah tingginya aktivitas yang dikulturkan akan mengalami empat fase
berguna untuk pembentukan protein dan pertumbuhan, yaitu fase adaptasi, fase
komponen penyusun plasma sel yang eksponensial, fase stasioner dan fase
diperlukan untuk pertumbuhan. Setelah fase kematian. Pernyataan tersebut sejalan dengan
eksponensial kemudian terjadi fase stasioner, data kepadatan pada penelitian ini. Pada
ditandai dengan seimbangnya laju penelitian ini, kepadatan populasi infusoria
pertumbuhan dengan laju kematian. terendah pada fase kematian ada pada
Berdasarkan pengamatan, fase stasioner perlakuan konsentrasi probiotik 0 ml/l, yaitu
terjadi pada rentang hari ke 8-12 hari pada sebesar 217 individu.
Gambar 1. Kepadatan rata – rata infusoria setelah pemberian probiotik yang dikulturkan selama
14 hari. A= konsentrasi probiotik 0 ml/l, B= konsentrasi probiotik 0,5 ml/l,
C= konsentrasi probiotik 1 ml/l, D= konsentrasi 2 ml/l, E= konsentrasi probiotik 4 ml/l
berada dalam rentang kondisi optimal untuk sama pH pada perlakuan dalam penelitian ini
pertumbuhan infusoria. Asumsi tersebut berkisar dari 6-7 sedangkan suhu 25oC-27oC
terbukti dengan data parameter lingkungan (Tabel 1). Menurut Pangestu, et al.(2020),
yangdiambil dalam penelitian ini. Rata-rata infusoria dapat hidup optimal pada pH 6
pH dan suhu pada semua perlakuan relatif hingga 7 dan suhu antara 25oC-27oC.
Tabel 1. Hasil rata-rata SD pengukuran pH dan suhu pada setiap konsentrasi probiotik.
Perlakuan pH Suhu (0C)
A 7,38 0,54 25,12 0,33
B 6,89 0,72 25,89 1,11
C 6,7 0,68 26,14 1,03
D 6,45 0,74 27,00 1,53
E 6,12 0,76 27,78 1,92
A= konsentrasi probiotik 0 ml/l, B= konsentrasi probiotik 0,5 ml/l, C= konsentrasi probiotik 1 ml/l,
D= konsentrasi 2 ml/l, E= konsentrasi probiotik 4 ml/l
Komposisi Infusoria
Terdapat tiga jenis spesies infusoria hidup dengan mudah pada media kultur
yaitu Paramecium sp.,Chlorococcum, dan karena tidak memiliki kondisi yang ekstrim,
Trichocerca tenuior yang ditemukan dalam demikian halnya dengan ketiga jenis spesies
penelitian ini (Gambar 2). Infusoria dapat infusoria yang ditemukan dalam penelitian ini
(Das et al., 2012).
1.20
Keanekaragaman 1.00
0.80
Indeks
0.60
0.40
0.20
0.00
0 0.5 1 2 4
Konsentrasi (ml/l)
(a)
1.5
Indeks Dominansi
0.5
0
0 0.5 1 2 4
Konsentrasi (ml/l)
(b)
Gambar 3. (a) Nilai Indeks Keanekaragaman dan (b) Dominansi Infusoria pada setiap perlakuan
2 Chlorococcum - -
3 Trichocerca tenuior - - -
Igo, N.L., Ade, Y.H., Lukas. & Yudiana, J. Rihi, A.P. 2019. Pengaruh Pemberian
2020. Penggunaan Batang Pisang PakanAlami dan Buatan terhadap
Kepok (Musa paradisiaca Pertumbuhan dan Kelangsungan
formmatypica) Dengan Dosis Berbeda Hidup Benih Ikan Lele Dumbo
Dalam Menumbuhkan Pakan alami. (Clarias gariepinus Burchell.) di Balai
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, Benih Sentral Noekele Kabupaten
8(2): 129-140. Kupang. Jurnal Bioedu, 4(2): 56-62.
Kreutz, M., Thorsten, S. & Wilhelm, F. 2012. Shabrina, F.N., Dian, S,. Edwin, S. 2021.
Morphological and Molecular Struktur Komunitas Plankton di Pesisir
Characterization of Paramecium Utara Kabupaten Tuban. Jurnal Sains
(Viridoparamecium nov. subgen.) dan Seni ITS, 9(2): 1-6.
chlorelligerum Kahl, 1935 Segers, H. 2002. A Biogeographical
(Ciliophora). Eukaryot Microbiol Analysis of Rotifers of The Genus
Journals, 59(6): 548-563. Trichocerca Lamarck, 1801
Maya, S. & Nurhidayah. 2020. Zoologi (Trichocercidae, Monogononta,
Invertebrata. Widina Bhakti Persada, Rotifera), with notes on taxonomy.
Bandung. Hydrobiologia Journal, 500: 103-114.
Munthe, Y.V., Riris, A. & Isniaini. 2012. Susilowati. 2014. Pertumbuhan
Struktur Komunitas dan Sebaran Diaphanasoma sp. yang Diberi Pakan
Fitoplankton di Perairan Sungsang Nannochloropsis sp. Jurnal Rekayasa
Sumatera Selatan. Jurnal Maspari. dan Teknologi Budidaya Perairan,
4(1): 122-130. 2(2): 242-248.
Pangestu, R., Tedjo, S. & Harlis. 2020. Utama, C.S. & Mulyanto, A. 2014. Potensi
Keanekaragaman Zooplankton sebagai Limbah Pasar Sayur Menjadi Starter
Indikator Kualitas Danau Sipin Kota Fermentasi. Jurnal Kesehatan, 2(1): 6-
Jambi Sebagai Pengayaan Praktikum 13.
Taksonomi Monera Dan Protista. Yanuartono., Alfarisa, N., Soedarmanto, I.,
Jurnal Biospesies, 13(2): 40-45. Dhasia, R. & Hary, P. 2020. Potensi
Pratiwy, F.M., Roffi, G. & Fajar, N.A. 2021. Limbah Tanaman Pisang Sebagai
The Enrichment of Live Feeds: An Pakan Ternak Ruminansia. Jurnal
Inquiry For Feeding at Early Stages of Ilmu Ternak, 20(1): 56-68.
Fish. International Journal of
Fisheries and Aquatic Studies, 9(1):
131-134.
Raharjo, E.I., Hastiadi, H. & Darmawan.
2016. Pergantian Pakan Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelangsungan
Hidup Larva Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy). Jurnal
Ruaya, 4(1): 13-17.