Anda di halaman 1dari 8

BUDAYA ORGANISASI

“PROSES TERBENTUKNYA BUDAYA, SUB BUDAYA ORGANISASI DAN UPAYA


UNTUK MELESTARIKANNYA”
DOSEN PENGAMPU:
SOPIA BETAUBUN,SE.,MM

-
-
-
-
Disusun oleh:
KELOMPOK 9
TATA DWI CHITRA 202061201011
RESSY VIOLITA BAYU 202061201012

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami semua dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah “BUDAYA ORGANISASI”.
Kami memahami dan menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
kosakata, dan segi bahasa, oleh karenanya kami mengharapkan masukan, saran, maupun kritik yang
dapat memotivasi yang membangun sebagai bahan evaluasi dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu SOPIA BETAUBUN,SE.,MM yang
telah memberikan tugas makalah ini.

Sekian jika ada kurang dan lebihnya kami sampaikan banyak – banyak terima kasih, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penyusun sendiri lebih – lebih
kepada seluruh pembaca pada umumnya. Sekian dan Terima kasih.

Merauke,27 februari 2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Budaya tidak hanya berlaku pada kebudayaan dan adat istiadat seperti yang dimiliki
oleh negara Indonesia yang kaya dengan kebudayaannya. Pada kenyataannya, setiap
organisasi juga memiliki budaya yang menjadi ciri khas organisasi mereka masing-
masing. Budaya dalam organisasi disebut sebagai budaya organisasi. Sebelum memahami
pengertian dari budaya organisasi, kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan
budaya dan organisasi. Budaya adalah seperangkat pemahaman penting yang dimiliki,
diyakini, serta diterapkan oleh anggota komunitas yang sama. Budaya terdiri dari
serangkaian nilai, ide-ide, persepsi, preferensi, konsep moralitas, kode perilaku, yang
nantinya akan menciptakan kekhasan di antara kelompok manusia tersebut. Sedangkan,
organisasi adalah suatu platform dimana individu dari berbagai latar belakang bersatu dan
bekerja sebagai unit kolektif untuk mencapai tujuan bersama dan target tertentu. Di dalam
sebuah organisasi juga terjadi interaksi social yang tidak semata-mata bersifat formal
tetapi juga informal, layaknya sebuah masyarakat, organisasi juga memiliki tata nilai dan
budaya. Dengan demikian proses terbentuknya budaya organisasi mengoperasikan
organisasi jauh lebih sulit di bandingkan alat bantu karena,organisasi tidak hanya
menghadapi persoalan manusia sebagai individu tetapi juga manusia sebagai bagian dari
sebuah kelompok (masyarakat). Secara kronologis paling tidak ada dua tahap yang harus
di lalui dari terbentuknya sebuah organisasi yakni tahap menuangkan ide pembentukan
organisasi ( courtship stage) dan tahap kelahiran organisasi ( birth stage).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa proses terbentuknya organisasi ?
2. Bagaimana proses terbentuknya budaya organisasi?
3. Bagaimana proses terbentuknya sub-budaya organisasi?
4. Bagaimana melestarikan budaya organisasi?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui proses terbentuknya organisasi
2. Untuk memahami proses terbentuknya budaya organisasi
3. Untuk mengetahui proses terbentuknya sub-budaya organisasi
4. Untuk menengetahui bagaimana melestarikan budaya organisasi

BAB II

PEMBAHASAN
A. Proses Terbentuknya Budaya
 Proses terbentuknya organisasi
Yang barang kali perlu di sadari oleh para manajer yang menjalankan kegiatan
organisasi adalah manusia merupakan variabel yang unik susah di manage,di
koordinasikan,dan di kendalikan. Argumentasi yang mendukung pernyataan ini antara lain:
1). Pada dasarnya manusia bukan sekedar objek tetapi juga subjek yang tidak sekedar
mengikuti keinginan orng lain tetapi bisa menentukan arah tujuannya sendiri sehingga bisa
saja seseorang menolak keinginan orang lain jika di anggap tidak sesuai dengan keinginannya
2). Karena setiap individu memiliki mind set atau mental program yang berbeda maka
perilaku setiap orang juga berbeda ( perbedaan inilah yang biasanya di sebut law of
individual differences ) dan
3). Di samping secara individual berbeda, pada saat yang sama manusia juga makhluk social
yang tidak bisa berdiri sendiri sehingga di sadari atau tidak ia akan berupaya membentuk atau
paling tidak menjadi bagian dari satu system social tertentu ( masyarakat ).
a. Courtship Stage
Seperti yang sudah di katakan di atas bahwa pada pembentukan organisasi dari ide
seseorang atau kelompok yang merasa perlu mendirikan organisasi untuk mencapai suatu
tujuan. Pada tahap ini organisasi baru pada tahap sebatas gagasan,pemikiran, dan ide.
b. Birth Stage
Seperti yang sudah di katakan di atas bahwa courtship stage pada tahap ini secara
formal organisasi telah terbentuk namun biasanya belum memiliki kelengkapan perangkat
organisasi. Para pendiri mencoba-coba menerapkan system yang cocok di gunakan dan
sedikit dimodifikasi untuk mencapai tujuan. Proses pembentukan budaya
organisasi,pembentukan budaya organisasi tidak bisa di pisahkan dari peran pada pendiri
organisasi. Prosesnya mengikuti alur.
1). Para pendiri dan pemimpin lainnya membawa serta satu set amunisi dasar, nilai-nilai,
perspektif, artefak kedalam organisasi dan menanamkannya kepada para anggota.
2). Budaya muncul ketika para anggota organisasi berinteraksi satu sama lain untuk
memecahkan masalah-masalah pokok organisasi.
3). Secara perorangan, masing-masing anggota organisasi boleh menjadi seorang pencipta
budaya baru dengan mengembangkan berbagai cara untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan individual. Alur diatas menegaskan bahwa para pendiri disamping menuangkan ide
untuk membentuk organisasi, menyediakan dana dan, semua saran dan prasarana yang di
butuhkan,juga bertindak sebagai peletak dasar ideologi organisasi. Pada awalnya, dalam
banyak kasus, ideologi organisasi tidak di nyatakan secara eksplisit dalam bentuk pernyataan
tertulis, bahkan hanya orang- orang tertentu khususnya para pendiri itu sendiri yang
memahami ideologi tersebut.
 Proses pembentukan budaya organisasi
Pembentukan budaya organisasi tidak bisa di pisahkan dari peran para pendiri organisasi.
Prosesnya mengikuti alur sebagai berikut:
1. Para pendiri dan pimpinan lainnya membawa serta satu set asumsi dasar, nilai -nilai,
perspektif, artefak ke dalam organissi dan menanamkannya kepada para karyawan.
2. Budaya muncul ketika para anggota organisasi berinteraksi satu sama lain untuk
memecahkan masalah-masalah pokok organisasi yakni masalah integrasi internal dan
adaptasi eksternal.
3. Secara perorangan, masing-masing anggota organisasi boleh menjadi seseorang
pencipta budaya baru ( culture, creator ) dengan mengembangkan berbagai cara untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan individual seperti persoalan identitas
diri,control,dan pemenuhan kebutuhan serta bagaimana agar bisa di terima oleh
lingkungan organisasi yang di ajarkan kepada generasi penerus.
Alur di atas menegaskan bahwa para pendiri di samping menuangkan ide untuk
membentuk organisasi, menyediakan dana dan semua sarana dan prasarana yang di butuhkan,
juga bertindak sebagai peletak dasar ideologi organisasi. Para pendiri ketika mendirikan
organisasi,tidak sekedar menginginkan agar organisasi tersebut berdiri kokoh melainkan agar
cita-citanya bisa di capai melalui organisasi tersebut. Itulah yang di sebut,alasan mengapa
organisasi didirikan ( biasa di sebut core purpose ) di samping cita-cita ,pada saat yang sama
para pendiri juga meletakkan landasan filosofi sebagai pedoman moral dan pedoman
bertindak dalam menjalankan semua aktivitas dalam rangka meraih cita-cita. Pedoman inilah
yang biasa di sebut core values.

B. Sub-Budaya Organisasi
Pertumbuhan dan perkembangan organisasi,saling tarik-menarik antara virtous circle
dan vicious circle akan terus berlangsung secara berulang. Semakin organisasi tumbuh dan
berkembang, semakin virtous circle menghadapi tantangan. Dalam hal ini ada dua
kemungkinan yang terjadi. Pertama, budaya akan terus mengikuti garis edar virtous circle
jika nilai – nilai lama bisa di pertahankan. Namun, jika organisasi gagal mempertahankan
nilai-nilai lama, akan terjadi kemungkinan. Kedua, yakni budaya akan membentuk garis edar
baru vicious circle. Secara teoritis,proses terjadinya penyimpangan ini bisa di jelaskan
dengan dua teori terkait yaitu interpersonal attraction dan group dynamic
1. Interpersonal Attaction
Hasil penelitian pada bidang psikologi menunjukkan bahwa seseorang cenderung
lebih tertarik pada orang lain jika mereka memiliki kesamaan. Hal ini secara umum bisa di
artikan bahwa orang-orang yang memiliki kesamaan lebih tertarik untuk memilih dan
melakukan pekerjaan yang sama, jenis pekerjaannya sama, menempati posisi dalam hierarki
organisasi yang sama dam memilih departemen atau organisasi tertentu. Kesamaan seseorang
dengan orang lain juga bisa di lihat dari jenis kelamin, umur dan keanggotaan mereka di luar
organisasi. Semua kesamaan ini akan mendorong sekelompok orang atau anggota organisasi
untuk membentuk dan mempertahankan identitas dirinya yang dalam batas-batas tertentu
berbeda dengan identitas diri kelompok lain. Jika upaya mempertahankan identitas diri ini di
anggap jauh menguntungkan kelompok mereka dan di saat yang sama terjadi pelemahan
budaya organisasi secara keseluruhan maka identitas diri masing-masing kelompok di dalam
organisasi cenderung menguat. Saat inilah muncul sub-sub budaya organisasi.
2. Group Dynamic
Hal ini tidak saja terjadi misalnya dalam satu departemen tetapi juga ketika sebuah
organisasi membentuk tim kerja, ketika tugas – tugas mereka terkait, krtika design kantor
memungkinkan mereka saling berinteraksi secara terus menerus, dan dalam kesehariannya
mereka menggunakan fasilitas yang sama seperti menggunakan mesin photo copy, dispenser,
dan ruang istirahat yang sama. Semua ini seperti pada teori pertama, akan memberikan
kontribusi terhadap kemungkinan terbentuknya sub-budaya. Secara keseluruhan, gabungan
antara kesamaan, antara seseorang dengan orang lain dalam kesempatan mereka untuk saling
berinteraksi dalam kurung waktu yang lebih lama akan semakin menguatkan terjadinya sub-
sub budaya di dalam sebuah organisasi. Kondisi yang hampir sama dengan alasan yang
berbeda juga terjadi pada level bawah yang cenderung mempunyai perasaan senasib.
Kelompok ini akan membentuk sub-budaya yang berbeda dengan sub-budaya yang di bangun
oleh elite organisasi. Melestarikan budaya organisasi karena budaya organisasi merupakan
fenomena kolektif maka eksistensi dan kelestarian budaya tidak bergantung semata-mata
pada individu per-individu, misalnya hanya bergantung pada pendiri organisasi, melainkan
kepada keseluruhan anggota organisasi. Secara umum ada dua acara yang bisa di gunakan
untuk melestarikan budaya organisasi yaitu cara formal dan informal. Kedua cara tersebut
bisa di jalankan secara bersamaan karena masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan.

C. Upaya Untuk Melestarikannya

a. Melestarikan budaya secara Formal


Upaya secara formal untuk mengatasi organisasi budaya di mulai pada saat perusahaan
akan merekrut karyawan baru. Para pemimpin organisasi tertentu tidak mau mengambil
resiko dan berspekulasi untuk merekrut karyawan yang tidak mereka ketahui asal – usulnya.
Demikian juga mereka tidak mau merekrut karyawan yang di anggap tidak cocok dengan
kondisi dan budaya perusahaan. Secara sederhana dengan kontak psikologis adalah satu set
kewajiban Bersama dan tidak tertulis antara pencari kerja dan pemberi kerja. Kontak
psikologis dengan demikian merupakan harapan masing-masing pihak yang sedapat mungkin
bisa terpenuhi saat kedua belah pihak menjalani kontrak kerja secara formal.
1). Tahap seleksi awal calon karyawan baru tahap pertama, pada tahap ini di lakukan seleksi
awal untuk menentukan calon karyawan yang layak di terima dan calon karyawan yang harus
di tolak.
2). Tahap kedua, pada tahap ini calon yang di terima mulai melakukan orientasi awal.
3). Tahap ini untuk memperkokoh pemahaman karyawan terhadap kondisi perusahaan yang
telah mereka peroleh pada tahap orientasi awal.
4). Tahap ini pemahaman secara rinci tentang model pengukuran kinerja dan imbalan system
yang akan mereka terima
5). Pada tahap ini karyawan kembali diyakinkan agar menjiwai dan mempraktikkan nilai-nilai
transcendental perusahaan.
6). Tahap selanjutnya setelah karyawan menjiwai nilai-nilai perusahaan bukan berarti upaya-
upaya memperkokoh nilai perusahaan berhenti. Sebaliknya, upaya ini akan terus di lakukan
misalnya melalui cerita rakyat yang menceritakan tentang legenda yang menyejarah di
perusahaan.
7). Pada tahap ini sebagai tahap akhir sosialisasi,harus tercipta role model dan perilaku yang
konsisten di antara para pemimpin perusahaan, para atasan langsung karyawan maupun
teman kerja lebih senior.
b. Melestarikan budaya secara Informal
Jika upaya pemulihan budaya secara formal di lakukan dengan cara terprogram mulai dari
rekrutmen sampai sosialisasi dan ke pelatihnya, upaya pemulihan budaya secara informal
baru di mulai setelah seorang karyawan telah resmi menjadi karyawan perusahaan. Karena
sifatnya yang informal maka tidak ada baku bagaimana pelestariannya budaya harus di
lakukan. Semuanya di lakukan di luar tatanan formal. Melestarikan budaya secara informal
berarti menggunakan media yang simbolik. Di samping cerita rakyat ( folklore ) seperti telah
di uraikan di atas, beberapa media lain yang dapat di gunakan untuk penyelesaian budaya
secara informal adalah cerita sukses perusahaan, ritus dan ritual, penokohan seseorang, baik
orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal,menggunakan
slogan,kredo,humor,upacara keagamaan,piknik keluarga.

BAB II

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebudayaan merupakan hasil karya manusia sebagai perwujudan kemampuan
akal budi yang kemudian menjadikan manusia istimewa di bandingkan makhluk hidup
lainnya. Kebudayaan ini menjadi bagian dari kehidupan manusia dan senantiasa berkembang
dari waktu ke waktu. Budaya organisasi merujuk kepada suatu system pengertian Bersama
yang di pegang oleh anggota – anggota suatu organisasi, yang membedakan organisasi
tersebut dari organisasi lainnya. Semua karakteristik budaya organisasi tidak memiliki
hubungan yang searah ( positif ) dengan kinerja karyawan. Setiap individu memiliki
pandangan yang tidak sejalan dengan budaya yang di harapkan dalam perusahaan.
Kebanyakan karyawan tersebut hanya bekerja tetapi tidak berusaha menerapkan budaya-
budaya yang ada dalam perusahaan, mereka membawa budaya yang sudah mereka terima
dalam masyarakat dan membawa budaya tersebut kedalam lingkungan kerja sehingga budaya
yang di usahakan perusahaan untuk meningkatkan kinerja belum dapat diaplikasikan dengan
baik pada diri karyawan tersebut yang berhubungan dengan etos kerja yang sulit untuk di
ubah.
B. SARAN

Budaya yang terbentuk di perusahaan sudah terbilang baik karena karakteristiknya


tergolong kuat. Perusahaan dapat mempertahankan karakteristik ini sebagai identitas yang di terapkan
dalam perusahaan sebagai pedoman dalam berorganisasi. Perusahaan dapat mempertahankan nya
dengan lebih sering membangun komunikasi yang lebih baiklagi dengan karyawan. Selain itu, untuk
menjaga stabilitas dalam perusahaan,karyawan yang bekerja di perusahaan sebaiknya karyawan lebih
sering mendapat pelatihan yang berhubungan dengan pelaksanaan proses produksi dan sebaiknya
mengadakan pelatihan untuk membangun dan meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja. Untuk
meningkatkan kinerja karyawan di perusahaan sebaiknya perusahaan memperhatikan factor-faktor
yang berkaitan dengan budaya organisasi (komunikasi, motivasi, karakteristik organisasi,proses-
proses administrative, struktur organisasi, kepemimpinan ).

Anda mungkin juga menyukai