Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MENGALISIS GAYA KEPEMIMPINAN

Dosen Pengampu : Dr. ELLY NOER, SE.,MM

Disusun Oleh :

Kelompok IV

 Ana Wahyuningsih (202061201038)


 Hamzinar S (202061201039)
 Ulfa Dewiyanti Eka Safitri (202061201043)
 Siti Munfarida (202061201054)
 Widya Rahayu (202061201060)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUSAMUS

2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan
karunianya kepada kita semua, dan atas izin-nyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah Kepemompinan dengan judul “ Menganalisis Gaya Kepemimpinan” makalah ini
disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah kepemimpinan.

Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi sebagai pedoman bagi mahasiswa


dalam melakukan pembelajaran penyusun memohon maaf apabila sekirannya dalam penyusunan
makalah masih banyak terjadi kesalahan dan ketidak sempurnaan.

Merauke, 02 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (pemimpin atau leader)
untuk mempengaruhi orang lain (yaitu orang yang di pimpin atau pengikut-pengikutnya),
sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana di kehendaki oleh pemimpin
tersebut. Kepemimpinan ini biasanya di perankan oleh laki-laki, karena laki-laki
dianggap mempunyai sifat kuat, pemberani, bijaksana dan pembawa perubahan sosial
bagi masyarakat yang di pimpinnya. Sedangkan perempuan dianggap lemah lembut dan
perasa, sehingga tidak bisa di jadikan sebagai seorang pemimpin.
Negara Indonesia khususnya dari mulai pemerintahan pusat sampai pemerintahan
Desa di pegang oleh seorang laki-laki, jarang di pegang oleh seorang perempuan. Karena
mayoritas penduduk Negara Indonesia muslim yang persepsi masyarakatnya belum
terbuka terhadap kepemimpinan perempuan. Di antara sektor-sektor publik yang telah
dimasuki perempuan, kepemimpinan perempuan merupakan hal yang sangat menarik
sekaligus sangat penting. Menarik dikarenakan secara historis memang sangat masih
minim keterlibatan kaum perempuan untuk menduduki posisi kepemimpinan. Juga sangat
penting karena sesungguhnya keterlibatan perempuan dalam kepemimpinan memiliki
peran besar untuk kebijakan yang diambil, khususnya berkaitan dengan peran perempuan
secara menyeluruh dalam mewujudkan kesetaraan gender.
Kurangnya pemimpin perempuan disebabkan oleh adanya stereotipe sosial yang
menghambat perempuan untuk memimpin, beberapa orang memandang bahwa kehadiran
pemimpin perempuan menjadi suatu permasalahan tersendiri karena perempuan dianggap
belum memiliki kemampuan yang mumpuni dalam hal kepemimpinan. Hal tersebut juga
disampaikan oleh Eagly, A. H., dan Carli, L. L. (2003) yang menuturkan bahwa
perempuan memiliki beberapa keunggulan dalam gaya kepemimpinan yang khas tetapi
juga harus menanggung beberapa kerugian terkait dengan stereotipe atau prasangka
buruk terkait kompetensi kepemimpinan mereka.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, berikut merupakan rumusan
masalah :
1. Apa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan?
2. Bagaimana perbedaan dan persamaan gaya kepemimpinan laki – laki dan perempuan?
3. Mengapa lebih banyak laki – laki yang menjadi pempimpin daripada perempuan?

C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang disebutkan, berikut merupakan tujuan dari permasalahan
tersebut yaitu :
1. Memahami tentang gaya kepemimpinan.
2. Mengetahui perbedaan dan persamaan gaya kepemimpinan laki – laki dan
perempuan.
3. Mengetahui mengapa lebih banyak laki – laki yang menjadi pemimpin daripada
perempuan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain (Thoha (2017, hlm. 49).
Dengan demikian gaya kepemimpinan ini merupakan perilaku berdasarkan suatu aturan
atau prinsip tertentu agar dapat digunakan untuk memimpin atau mengarahkan orang lain.
Sementara itu menurut Rivai (2014, hlm. 42) gaya kepemimpinan adalah beberapa ciri
yang di tunjukkan pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya agar tujuan organisasi
tercapai. Ciri yang ditunjukkan ini tentunya bekaitan dengan berbagai perilaku yang
dapat digunakan untuk memersuasi atau memengaruhi orang lain seperi bawahan atau
anggota organisasi yang berada di bawah pimpinannya. Lebih lanjut Purwanto (2020,
hlm. 24) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya suatu cara bagaimana
seorang pemimpin mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi dan mengendalikan
bawahannya dengan cara tertentu, sehingga bawahannya mampu menyelasaikan tugas
secara efektif dan efisien.
Gaya kepemimpinan sendiri mengacu pada kenyataan bahwa terdapat beberapa
gaya kepemimpinan yang berbeda-beda dan memiliki tingkat efektivitas serta efisiensi
untuk konteks dan tujuan tertentu. Beberapa gaya kepemimpinan mungkin cocok untuk
diterapkan pada organisasi di industri tertentu, namun tidak efektif untuk diterapkan di
industri lainnya. Berikut adalah berbagai uraian mengenai gaya kepemimpinan mulai dari
tipe atau jenis-jenis dari gaya kepemimpinan, yaitu :
1. Gaya Kepemimpinan Ototratik
Gaya kepemimpinan otokratik adalah gaya kepemimpinan seorang pemimpin
yang egois. Egonya yang sangat besar menumbuh kembangkan persepsi bahwa tujuan
organisasi identik dengan tujuan pribadinya dan oleh karaena itu organisasi
diperlakukan sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadinya.Dengan demikian,
seorang pemimpin yang otokratik dalam praktik akan memiliki ciri atau
menggunakan gaya kepemimpinan yang :
1. Menuntut ketaatan penuh dari para bawahan;
2. Dalam menegakkan disiplin menunjukkan kekuatan;
3. Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi;
4. Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh
bawahan (Siagian, 2016, hlm. 31).

2. Gaya Kepemimpinan Patnerlistik


Gaya kepemimpinan paternalistik adalah gaya kepemimpinan yang
mengutamakan nilai kebersamaan dan keadilan. Berdasarkan nilai kebersamaan itu,
dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang paternalistik
kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol pula. Artinya,
pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan semua orang yang
terdapat dalam organisasi secara adil.

3. Gaya Kepemimpinan Kharismatik


Gaya kepemimpinan karismatik adalah gaya kepemimpinan yang dilakukan
dengan cara menonjolkan karisma atau citra dari pemimpinnya sendiri. Pemimpin
yang karismatik adalah pemimpin yang dikagumi oleh banyak pengikut, meskipun
para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkrit mengapa
pemimpin itu dikagumi (Siagian, 2016, hlm. 37).
Gaya kepemimpinan karismatik ini amatlah berkaitan dengan self-branding yang
dilakukan oleh seseorang. Contohnya adalah bagaimana Elon Musk menggunakan
self-brandingnya sendiri baik untuk kepentingan kepemimpinannya maupun
mendapatkan eksposur luar biasa besar dari publik terhadap perusahaan atau produk
yang dibangunnya.

4. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire (Delegatif)


Nilai-nilai yang dianut oleh seorang pemimpin yang menggunakan gaya
kepemimpinan Laissez Faire adalah dengan menyelenggarakan fungsi-fungsi
kepemimpinannya yang biasanya bertolak dengan nilai filsafat hidup bahwa manusia
memiliki rasa solidaritas dalam kehidupan bersama, taat pada norma-norma yang
telah disepakati bersama, mempunyai rasa tanggung jawab atas tugas yang diberikan.

5. Gaya Kepemimpinan Demokrasi


Dari kalangan ilmuwan maupun di kalangan praktisi terdapat kesepakatan bahwa
tipe pemimpin yang paling ideal dan paling didambakan adalah pemimpin dengan
gaya kepemimpinan demokrasi. Gaya kepemimpinan demokrasi adalah gaya
kepemimpinan yang memandang perannya selaku koordinator dan integrator dari
berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas.
Dengan kata lain ia hanya mewakili dan menjembatani berbagai ide, aspirasi,
keinginan, dan kepentingan semua anggota organisasi.

6. Gaya kepemimpinan Birokrasi


Gaya kepemimpinan birokrasi ini biasa diterapkan pada sebuah perusahaan dan
akan efektif apabila setiap karyawan mengikuti setiap alur prosedur dan melakukan
tanggung jawab rutin setiap hari. Tetap saja dalam gaya kepemimpinan ini tidak ada
ruang bagi para anggota untuk melakukan inovasi karena semuanya sudah diatur
dalam sebuah tatanan prosedur yang harus dipatuhi oleh setiap lapisan.

7. Gaya Kepemimpinan Partisipatif


Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, ide-ide dapat mengalir dari bawah
(anggota) karena posisi kontrol atas pemecahan suatu masalah dan pembuatan
keputusan dipegang secara bergantian. Pemimpin juga memberikan ruang gerak bagi
para bawahan untuk dapat berpartisipasi dalam pembuatan suatu keputusan serta
adanya suasana persahabatan dan hubungan saling percaya antar pimpinan dan
anggota.

8. Gaya Kepemimpinan Transaksional


Gaya kepemimpinan transaksional, cenderung terjadi interaksi antara pemimpin
dan bawahan di mana pemimpin akan memberikan reward ketika bawahan berhasil
melaksanakan tugas yang telah diselesaikan sesuai kesepakatan. Pemimpin dan
bawahan memiliki tujuan, kebutuhan dan kepentingan masing-masing.

9. Gaya Kepemimpinan Transformasional


Gaya kepemimpinan transformasional, pemimpin diharapkan dapat menginspirasi
perubahan positif pada mereka (anggota) yang mengikuti. Para pemimpin jenis ini
memperhatikan dan terlibat langsung dalam proses termasuk dalam hal membantu
para anggota kelompok untuk berhasil menyelesaikan tugas mereka. Pemimpin
cenderung memiliki semangat yang positif untuk para bawahannya sehingga
semangatnya tersebut dapat berpengaruh pada para anggotanya untuk lebih energik.
Pemimpin akan sangat memedulikan kesejahteraan dan kemajuan setiap anak
buahnya.

10. Gaya Kepemimpinan Melayani (Servant)


Dalam gaya kepemimpinan ini hubungan yang terjalin antara pemimpin yang
melayani dengan para anggota berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral
spiritual. Pemimpin yang melayani lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan
aspirasi dari para anggota daripada kepentingan pribadinya.

11. Gaya Kepemimpinan situasional


Pemimpin yang menerapkan jenis kepemimpinan situasional lebih sering
menyesuaikan setiap gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap perkembangan para
anggota yakni sejauh mana kesiapan dari para anggota melaksanakan setiap tugas.
Gaya kepemimpinan situasional mencoba mengombinasikan proses kepemimpinan
dengan situasi dan kondisi yang ada.
B. Perbedaan Kepemimpinan
1. Menurut jurnal penelitian yang dilakukan oleh Stefany Ghaniah Kriska Sari dan Febe
Yuanita Ratna menuliskan bahwa :
Berdasarkan hasil uji perbedaan gaya kepemimpinan berdasarkan gender
pemimpin, terdapat perbedaan signifikan pada dimensi gaya kepemimpinan
intellectual stimulation dan individualized consideration yang merupakan dimensi
dari gaya kepemimpinan transformasional. Pada dimensi intellectual stimulation,
pemimpin wanita digambarkan lebih kritis dalam menyeleksi asumsi yang tepat serta
mencari perspektif berbeda dalam pemecahan masalah dibandingkan pemimpin pria.
Pada individualized consideration, pemimpin wanita digambarkan lebih fokus pada
pengembangan dan pemberdayaan karyawan dibandingkan pemimpin pria.
Pemimpin wanita juga dinyatakan mendapatkan skor lebih tinggi pada dimensi
Contingent Reward dan Management by exception (active) yang merupakan dimensi
dari gaya kepemimpinan transaksional.
Menurut Hussain et al. (2017 dalam Tang, 2019) pemimpin transaksional akan
ikut campur ketika karyawan tidak memenuhi standar kinerja serta akan memulai
tindakan korektif untuk meningkatkan kinerja. Kepemimpin transaksional
menghadirkan bentuk kepemimpinan strategis yang sangat penting untuk
pengembangan organisasi dan pengembangan inovasi. Disisi lain, kepemimpinan
transaksional ditemukan lebih meningkatkan kepuasan kerja karyawan (Epitropaki &
Martin, 2005; LePine, Zhang, Crawford, & Rich, 2015 dalam Asrar- ul-Haq &
Kuchinke, 2016). Pada dimensi kepemimpinan laissez-faire, pemimpin pria
mendapatkan skor lebih tinggi dibandingkan pemimpin wanita.
Para pemimpin laissez-faire akan menghindari keterlibatan sehingga memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan secara independen,
memberikan kebebasan untuk memilih metode dan melakukan pekerjaan (Spreitzer,
1996 dalam Pahi et al., 2018). Oleh karena itu, pemimpin ini akan mendorong
bawahan untuk menghasilkan ide-ide baru dan mendorong inovasi (Zhang & Zhou,
2014; Ryan & Tipu, 2013 dalam Pahi et al. ,2018). Pernyataan tersebut mengkritik
asumsi bahwa pemimpin laissez- faire yang cenderung menghindar dan gagal
menginterfensi masalah hingga masalah menjadi serius. Disisi lain, temuan penelitian
Pahi et al. (2018) menyatakan gaya kepemimpinan laissez-faire yang memengaruhi
komitmen serta kreatifitas dan inovasi karyawan.

2. Menurut jurnal penelitian dari Jumiati Sasmita dan Said As’ad Raihan, yaitu :
Dalam hal-hal tertentu terdapat perbedaan penting antara laki-laki dan wanita
dalam manajemen dan kepemimpinan, sebagaimana disampaikan oleh Shakeshaft
(1989) berdasarkan hasil peninjauan ulang penelitian di Amerika Serikat, bahwa:
a) Perempuan cenderung memiliki lebih banyak melakukan kontak dengan atasan
dan bawahan, guru dan murid.
b) Perempuan menghabiskan banyak waktu dengan para anggota komunitas dan
dengan koleganya, walaupun mereka bukanlah perempuan.
c) Mereka lebih informal.
d) Mereka peduli terhadap perbedaan-perbedaan individual murid.
e) Mereka lebih memandang posisinya sebagai seorang pemimpin pendidikan
daripada seorang manajer, dan melihat kerja sebagai suatu pelayanan terhadap
komunitas
f) Terdapat suatu sikap kurang menerima terhadap para pemimpin perempuan
dari pada laki-laki. Oleh karenanya, para pemimpin perempuan hidup dalam dunia
yang terpendam dan gelisah.
g) Mereka bisa mendapatkan kepuasan yang banyak dari instruksi supervisi dan
sementara laki dari adminsitrasi.
h) Dalam komunikasi, mereka dapat tampil lebih sopan dan tentatif daripada laki-
laki, yang cenderung sederhana dalam memberikan statemen. Bahasa tubuh juga
berbeda, yang menunjukkan bahwa perempuan lebih rendah daripada laki-laki.
i) Perempuan cenderung lebih menggunakan model manajemen partisipatoris,
dan menggunakan strategi-strategi kolaboratif dalam menyelesaikan konflik.

3. Menurut jurnal penelitian dari Nuri Herachwati dan Bhaskaroga Dwiatmaja Basuki,
yaitu :
a. Dalam penelitian jurnal yang di tulis oleh Nuri Herachwati menjelaskan bahwa
gaya kepemimpinan yang digunakan adalah kepemimpinan otokratis dan
demokratis dimana laki – laki cenderung menyelesaikan tugas dengan cepat, lebih
cenderung menonjolkan diri dengan memotivasi anggotanya serta lebih
mementingkan kepentingan orang lain.
b. Sedangkan gaya kepemimpinan perempuan berdasarkan jurnal penelitian ialah
mereka memiliki sifat yang keras sehingga lebih mengarah pada gaya
kepemimpinan otokratis dimana mereka harus mengenal lingkungan baru
sehingga mereka harus bisa beradaptasi dengan cepat, dapat dikatkan pemimpin
wanita disini lebih berani dengan menonjolkan jati diri mereka untuk memberikan
keyakinan kepada anggota bahwa mereka mampu menjadi pemimpin.

5. Menurut jurnal penelitian yang ditulis oleh Ryani Dhyan Parashakti, yaitu :

a. Dalam jurnal dituliskan bahwa perempuan lebih condong menggunakan


kepemimpinan transaformasional dengan memberikan motivasi kesenangan kerja
nya kepada bawahan untuk menuju tujuan dari perusahaan atau organisasi
b. Perempuan lebih menggunakan kepemimpinan interaktif dengan mendorong
partisipasi, pmebagian kekuasan dan informasi, serta mempertinggi hara diri
orang – orang.
c. Dalam setiap aspek manajemen, mencoba membuat orang-orang merasa sebagai
bagian organisasi mulai dari membuat tujuan-tujuan sampai memutuskan strategi.
d. Sedangkan laki – laki Mengadopsi gaya-gaya kepemimpinan transaksional
(memberikan penghargaan atau hukuman untuk bawahan).
e. Laki – laking senang menggunakan kekuasaan yang datang dari posisi dan
wewenang formal organisasi mereka.

6. Menurut jurnal penelitian yang tulis oleh Eva Meizara, Puspita Dewi dan Basti,
yaitu :
a. Dalam hal ini terdapat perbedaan kepemimpinan laki – lkai dan perempuan yiatu
perempuan cenderung detail, sistematis, terkontrol, kaku, mudah marah dan
mudah memberikan tugas untuk bawahan.
b. Sedangkan laki laki dalam mengerjakan tugas tidak detail, lebih banyak percaya
pada bawahan, emosinya lebih stabil.

Berdasarkan beberapa jurnal penelitian yang telah dipaparkan diatas banyak sekali
perbedaan gaya kepemimpinan antara laki – laki dengan perempuan yang mana mereka memiliki
cara tersendiri dalam memimpin anggota nya yang memiliki tujuan sama yaitu mencapaik tujuan
perusahaan. Namun dari sisi lain terdapat persamaan gaya kepemimpinan antara laki – laki
dengan perempuan, yaitu sebagai berikut :

a. Baik perempuan maupun laki – laki memiliki tujuan yang sama dalam memimpin
yiatu untuk mencapai tujuan perusahaan.
b. Ada beberapa pemimpin baik perempuan maupun laki laki menggunakan gaya
kepemimpinan transaksional yaitu kepemimpinan dimana ketika anggota atau
bawahan nya mampu menyelesaikan pekerjaan nya dengan baik mereka akan
memberikan seuah reward dan funisment yang mampu mendorong bawahan untuk
selalu bekerja dengan maksimal.

Dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa baik laki – laki maupun perempuan mampu
menjadi pemimpin dengan cara mereka sendiri, persamaan yang mampu kita ketahui ialah
mereka sama sama memiliki tujuan untuk memajukan perusahaan yang mereka pegang dan
mampu bersaing dengan sehat dengan menggunakan cara kepemimpinan mereka masing –
masing, karena pada dasarnya seseorang mampu menjadi seorang pemimpin ketika ia meresa
memiliki kemampuan, pengetahuan yang luas serta mampu menghargai orang lain dengan baik.

C. Mengapa Laki – Laki Lebih Banyaj menjadi Pemimpin daripada Perempuan

Berdasarkan beberapa jurnal yang telah menuliskan berbagai macam gaya


kepemimpinan laki – laki dan perempuan banyak ditemukan perbedaan maupun persamaan
antara mereka pada saat memimpin suatu perusahaan. Wanita sendiri memiliki cara gaya
kepemimpinan yang berbeda degan pria, dan tidak selamanya wanita selalu bersikap
fenimiseme dan pria dengan sikap maskulinisme. Dasar dari Stereotype wanita ialah
kemampuan untuk multitasking yang seluruhnya dapat dikerjakan dalam waktu atupun
konsentrasi yang sama. Berbeda dengan pria yang jika menghadapai masalah kompleks
cenderung memperbaiki secara satu per satu dan melakukan dengan terkontrol.

Dalam kepemimpinan laki – laki mampu menghadapi permasalhan dengan tenang


tanpa melibatkan perasaan atau emosi yang tinggi, mereka mampu mengontrol kedua hal
tersebut sehingga mereka mampu berpikir secara logika serta tidak salah dalam mengambil
keputusan. Sedangkan perempuan atau wanita mampu bekerja sama dengan bawahan yang
cenderung demokratis dan pasrtsipatif berbeda dengan laki – laki yang lebih senang
memberikan perintah atau tugas kepada bawahan nya.

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan mengapa lebih banyak laki – laki yang
menjadi pemimpin hal tersebut dapat dilihat dari beberapa hal yaitu laki – laki mampu
mengontrol emosi, mampu berpikir dengan logika yang benar, mampu bersikap professional
serta lebih percaya dengan bawahan nya dan dapat dilihat mayoritas dari Negara kita Nagara
Indonesia yang menganut agama islam percaya bahwa yang pantas menjadi seorang
pemimpin ialah Laki – Laki karena mereka mampu mengatur anggotanya dengan baik dan
apa yang mereka ucapkan akan didengar daripada suara wanita yang masih dianggap remeh.
Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan seorang wanita tidak bisa menjadi seorang
pemimpin, wanita masih bisa menjadi seorang pemimpin karena mereka pada dasarnya
memiliki cara kerja yang lebih detail sistematis sehingga ketika mereka diberi kepercayaan
untuk menjadi seorang peimpin mereka mampu bertanggung jawa dan memberikan yang
terbaik untuk perusahaan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (pemimpin atau leader)
untuk mempengaruhi orang lain (yaitu orang yang di pimpin atau pengikut-pengikutnya),
sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana di kehendaki oleh pemimpin
tersebut. Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.
Banyak teori yang menyampaikan pendapat nya bahwa lebih banyak laki – laki yang
menjadi seorang pemimpin namun tidak menutup kemungkinan bahwa seorang perempuan
tidak mampu menjadi pemimpin, karena adanya emasipasi wanita yang telah dicetuskan
oleh RA Kartini yang mampu membuka jalan para wanita agar berani mengeluarkan
pendapatnya bukan hanya sekedar berada di belakang layar.

B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih memliki banyak kekurangan. Saran dan kritik diharapkan dapat diberikan
kepada kami, karena kritik dan saran yang mmebangun dapat menambah wawasan kami
serta dapat memperbaiki makalah kami yang masih kurang ini. sekian terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Meizara, Eva. Dewi, Puspita. Basti. Analisis Kompetensi Kepemimpinan Wanita. Jurnal JIPT. 04
No.2 (2016), 175-181

Sasmita, J. Raihan, A,S. Kepemimipinan Pria dan Wanita. Jurnal Fakultas Bisnis dan
Pascasarjana UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA.225-239

Herachwati, Nuri. Basuki, D, B. Gaya Kepemimpinan laki – laki dan perempuan. Majalah
Ekonomi. No. 02(2012). 135-147

Asy’ari’, A, A. El Syam, S, R. Kepemimpinan wanita menurut Al- Quran. Jurnal Penddikan


Sains Sosial dan Agama. 08 No. 1 (2022). 241-252

Parashakti, D, R. Perbedaan Gaya Kepemimipinan Perspektif Maskulin dan Feminim. Jurnal


Ilmiah Manajemen dan Bisnis. 01 No 01(2015). 92-101

https://asana.com/id/resources/leadership-styles

https://serupa.id/gaya-kepemimpinan-pengertian-jenis-faktor-indikator-teori/

http://digilib.uinsgd.ac.id/3910/4/4_bab1.pdf

http://repository.upi.edu/70109/2/S_PLS_1705985_Chapter1.pdf

Anda mungkin juga menyukai