Anda di halaman 1dari 7

1.

Struktur keruangan serta perkembangan desa dan kota

A. Struktur dan Pola Keruangan Desa

Struktur atau pola keruangan desa diklasifikasikan berdasarkan tiga aspek, mulai dari
lahan atau letak geografis, pola pemukiman, dan kegiatan ekonominya. Mengutip modul
Geografi Kelas XII (2020), pada aspek pertama, letak geografis, terdapat lima pola keruangan
seperti berikut ini:

1. Desa pedalaman: terdapat di pelosok (jauh dari kota).


2. Desa pegunungan: terdapat di daerah sekitar pegunungan.
3. Desa dataran tinggi: terdapat di daerah yang lebih pendek dibanding pegunungan.
4. Desa dataran rendah: terletak di dataran rendah dan biasanya bermata pencaharian di
sektor tani.
5. Desa pesisir: terdapat di wilayah yang dekat dengan pantai (garis batas laut dan darat).

Selain lima pola keruangan di atas, ada klasifikasi kedua yang didasarkan melalui
pola pemukimannya, mulai dari:

a. Pola pemukiman menyebar: rumah masing-masing penduduk berjauhan karena belum


memiliki jalan besar.
b. Pola pemukiman memanjang: pemukiman berbaris di sepanjang jalan raya atau tepi
sungai.
c. Pola pemukiman berkumpul: rumah penduduk menyatu di sebuah titik (misalnya
perkampungan).
d. Pola pemukiman melingkar: tempat tinggal penduduk membentuk lingkaran, biasanya
mengikuti bentuk jalan raya yang juga melingkar.

Terakhir, klasifikasi ketiga membagi struktur dan pola keruangan desa berdasarkan
kegiatan ekonominya, yaitu:

1. Desa nelayan: bermata pencaharian nelayan.


2. Desa persawahan: bermata pencaharian di usaha persawahan.
3. Desa perladangan: bermata pencaharian di bidang ladang.
4. Desa perkebunan: bermata pencaharian di bidang kebun.
5. Desa peternakan: bermata pencaharian di usaha peternakan hewan.
6. Desa perdagangan: berperan sebagai tempat perdagangan.
7. Desa pertambangan: usaha sehari-hari adalah bertambang karena letaknya dekat
tambang.
8. Desa industri kecil: penduduk sudah berusaha melakukan kegiatan industri skala
kecil.
9. Desa industri sedang dan besar: mata pencahariannya berupa industri, namun
skalanya sudah sedang hingga besar.

B. Struktur dan Pola Keruangan Kota


Tentunya, kota yang merupakan wujud perkembangan dari wilayah desa ini memiliki
pola dan struktur keruangannya sendiri. Dalam hal ini, terdapat pengklasifikasian kota
berdasarkan pola keruangan dan struktur keruangannya.

Pola keruangan kota:

1. Sentralisasi (kegiatan kota berkelompok di sebuah wilayah utama)


2. Desentralisasi (persebaran menjauhi pusat kota)
3. Nukleasi (berkelompok di sebuah wilayah, namun skalanya lebih kecil dibanding kota
sentralisasi)
4. Segregasi (persebaran penduduk terpisah karena faktor sosial, budaya, ekonomi, dan
lain-lain)

Selain pola keruangan, ada klasifikasi kota berdasarkan struktur keruangannya.


Berikut ini poin-poin struktur tersebut.

a. Teori Konsentris: kota dibagi menjadi beberapa zona, yakni pusat, peralihan, tempat
tinggal pekerja, tempat tinggal kelas menengah, dan tempat tinggal para penglaju.
b. Teori Ketinggian Bangunan: tinggi bangunan ditekankan untuk perumusan sebuah
kota agar tergambar pola ketinggian masing-masing lingkupnya.
c. Teori Sektor: dibagi atas wilayah berupa pusat, daerah manufaktur, pemukiman kelas
rendah, menengah, dan tinggi.
d. Teori Inti Ganda: inti kota ada di beberapa zona dan tidak konsen di satu titik, ada
pusat, kawasan niaga, pemukiman rendah, menengah, dan tinggi, pusat industri, pusat
niaga pinggiran, kawasan industri serta skala kecil (upakota).

2. Pola dan faktor faktor interaksi desa dan kota

Interaksi wilayah diperlukan untuk saling melengkapi berbagai macam kebutuhan


yang mungkin tidak bisa dicukupi oleh sebuah wilayah. Sebuah wilayah memerlukan
kehadiran wilayah lain untuk tetap menjaga eksistensinya. Termasuk antara kota dan desa,
keduanya saling berhubungan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan kepentingan. Kota
dan desa melakukan interaksi wilayah.

Mengutip laman Sumber Belajar Kemendikbud, interaksi wilayah diartikan sebagai


hubungan timbal balik yang saling memengaruhi dua wilayah atau lebih. Pola interaksi itu
bisa menimbulkan gejala, kenampakan, dan permasalahan baru, yang bisa muncul secara
langsung atau tidak langsung. Dalam interaksi wilayah, hal-hal yang akan terpengaruh sangat
beragam karena merupakan sebuah hubungan timbal balik. Beberapa hal yang dapat muncul
adalah pergerakan manusia, pergerakan informasi atau gagasan, dan pergerakan benda atau
materi.

Pergerakan manusia, misalnya, bergeraknya orang dari desa ke kota, dan sebaliknya.
Pergerakan informasi, contohnya, informasi keadaan suatu wilayah. Lalu, pergerakan benda
seperti distribusi barang dari kota ke desa, atau sebaliknya. Sementara itu, interaksi wilayah
juga dapat menimbulkan gejala, kenampakan dan permasalahan baru. Hal ini dapat bermakna
positif, tetapi bisa pula bersifat negatif.

Contoh kenampakan positif yaitu terjadi perkawinan antar-suku yang punya budaya
berbeda. Dan, contoh permasalahan baru seperti urbanisasi yang tidak terkendali yang
menimbulkan kekurangan sumber daya manusia di suatu wilayah. Baca juga: Mengenal
Objek, Konsep, Prinsip dan Pendekatan Geografi Edward Ullman, pakar geografi dari
Amerika Serikat menemukan, interaksi wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Potensi berbeda yang dimiliki tiap wilayah membuat berbagai wilayah menciptakan
hubungan timbal balik untuk tujuan saling melengkapi (regional complementarity).

2. Muncul kesempatan untuk berintervensi (intervening opportunity). Kedua wilayah


mempunyai hubungan timbal balik dan tidak ada pihak ketiga yang membatasi
kesempatan itu. Kehadiran pihak ketiga dapat menghambat atau melemahkan interaksi
wilayah.

3. Terdapat kemudahan pada urusan pemindahan atau transfer dalam ruang. Artinya,
perpindahan baik manusia, informasi, hingga barang dapat dilakukan dengan mudah.
Biasanya hal-hal itu berpengaruh pada biaya transportasi, jarak, dan sebagainya.
Transfer lancar maka lebih besar lagi arus komoditas.

3. Dampak perkembangan kota terhadap masyarakat desa dan kota

Perkembangan sektor industri dan perdagangan di kota menyebabkan terjadinya arus


urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi tersebut menyebabkan
berbagai dampak positif dan dampak negatif bagi kota dan desa.
Dampak Positif Bagi Kota
1. Kota dapat memenuhi kebutuhan jumlah tenaga kerja.
2. Semakin banyaknya sumber daya manusia yang berpotensi dan berkualitas.

Dampak Negatif Bagi Kota


1. Meningkatnya kemacetan lalu lintas
2. Meningkatnya kriminalitas (pelacuran, perjudian, perampokan, dll)
3. Munculnya tunawisma, tunasusila, gubuk liar di kota.

Dampak Positif Bagi Desa


1. Mendorong pembangunan desa karena penduduk telah mengetahui kemajuan di kota.
2. Mengurangi jumlah pengangguran di desa.
3. Bagi desa yang padat penduduk, urbanisasi dapat mengurangi jumlah penduduk.
4. Meningkatnya kesejahteraan penduduk desa melalui kiriman uang dari keluarga yang
bekerja di kota.
Dampak Negatif Bagi Desa
1. Perilaku yang tidak sesuai dengan norma setempat akibat contoh gaya hidup di
perkotaan yang ditularkan di kehidupan desa.
2. Desa banyak kehilangan penduduk yang memiliki potensi dan berkualitas.
3. Desa kekurangan tenaga kerja untuk mengolah pertanian.

4. Usaha pemerataan pembangunan di desa dan kota

Untuk mengatasi ketimpangan pembangunan yang tidak merata antara di desa


dan kota ialah dengan melakukan pemerataan pembangunan. Dengan melihat kondisi
kedua wilayah, pembangunan dapat dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang mendesak. Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan sebagai usaha
pemerataan pembangunan di desa dan kota seperti dikutip dari modul Interaksi Desa-
Kota.

1. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat desa

Usaha ini dapat ditempuh dengan program wajib belajar 12 tahun. Di desa, tingkat
pendidikan masih sangat rendah. Hal itu disebabkan jarak sekolah yang cukup jauh dan akses
jalanan yang rumit. Semestinya, hal itu tidak menghalangi anak-anak sebagai generasi bangsa
yang memiliki semangat dan tekat yang kuat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Kelak,
mereka mampu menjadi pembangun desa.

2. Membuka kesempatan kerja

Upaya ini dapat menekan arus urbanisasi dari desa ke kota. Banyaknya penduduk
desa yang pindah ke kota membuat tenaga kerja di desa berkurang. Hal ini berdampak pada
sektor pertanian yang menjadi mata pencaharian utama penduduk desa. Dengan membuka
lapangan pekerjaan dan memberlakukan peraturan yang membatasi arus masuk bagi
pendatang diharapkan dapat mengikis angka pelaku urbanisasi.

3. Mengadakan penyuluhan, pelatihan serta pembinaan

Perlu dilakukan penyuluhan dan pelatihan untuk meningkatkan sumber daya manusia
(SDM) di desa. Sebagai contoh, dilaksanakannya penyuluhan dan pelatihan tentang budi daya
pertanian dan pemberdayaan perempuan guna meningkatkan keterampilan mereka.

4. Perbaikan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana di desa masih jauh dari fasilitas penunjang yang ada di kota. Di
daerah pegunungan, akses jalan masih perlu perbaikan. Adanya sarana dan prasarana yang
baik dapat melancarkan hasil pemasaran dari desa ke kota. Tentu, pembangunan akses jalan
yang merata perlu dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi desa. Baik penduduk
desa maupun masyarakat kota, pasti pernah terlibat dalam satu kegiatan yang sama. Dalam
hal ini, terjadilah interaksi antara wilayah desa dan wilayah kota. Interaksi itu tentunya
menghadirkan dampak positif dan negatif bagi kedua wilayah.
5. Pola keruangan desa/kota dan interaksinya dilengkapi dengan peta/grafik

Di Indonesia, istilah desa yaitu pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan,


yang dipimpin Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa unit
permukiman kecil yang disebut juga kampung (Banten, Jawa Barat) atau dusun (Yogyakarta)
atau banjar (Bali) atau jorong (Sumatera Barat). Kepala Desa bisa disebut dengan nama lain
misalnya Kepala Kampung atau Petinggi di Kalimantan Timur Pengertian Desa menurut para
ahli:
Menurut R. Bintarto Desa yaitu perwujudan atau kesatuan sosial, ekonomi, geografi,
politik, serta kultural yang ada di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara
timbal balik dengan daerah lain
Menurut Rifhi Siddiq Desa adalah suatu wilayah yang memilikii tingkat kepadatan
rendah yang dihuni oleh penduduk dengan interaksi sosial yang bersifat homogen, bermata
pencaharian di bidang agraris dan juga mampu berinteraksi dengan wilayah lain di sekitarnya
Menurut Sutardjo Kartohadikusumo Desa adalah suatu kesatuan hukum yang di
dalamnya bertempat tinggal sekelompok masyarakat yang berkuasa mengadakan
pemerintahan sendiri.
Menurut UU No. 6 Tahun 2014, desa ialah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2.1. Pola Keruangan Desa

Pola Persebaran Desa

1. Bentuk desa linear atau memanjang mengikuti jalur jalan raya atau alur sungai. Pola
semacam ini dapat dijumpai di daerah dataran, terutama dataran rendah. Tujuan utama
bentuk desa yang linear atau memanjang adalah mendekati prasarana transportasi (jalan
atau alur sungai) sehingga memudahkan mobilitas manusia, barang, dan jasa.

2. Bentuk desa yang memanjang mengikuti garis pantai.


3. Bentuk desa terpusat. Bentuk desa semacam ini banyak dijumpai di wilayah
pegunungan. Wilayah pegunungan biasanya dihuni oleh penduduk yang berasal dari
keturunan yang sama sehingga antara sesama warga masih merupakan saudara atau
kerabat.

4. Bentuk desa yang mengelilingi fasilitas tertentu. Bentuk semacam ini banyak dijumpai
di wilayah dataran rendah dan memiliki fasilitas umum yang banyak dimanfaatkan oleh
penduduk setempat, seperti mata air, danau, waduk, dan fasilitas-fasilitas lainnya.

2.2. Pola Keruangan Kota

1. Teori Konsentris (Concentric Theory)


Teori Konsentris dari Ernest W. Burgess, kota berkembang kesegala arah, merata, dan
bentuknya melingkar. Berdasarkan teori konsentris, wilayah kota dibagi menjadi lima :
2. Teori Sektoral (Sector Theory)
Teori Sektoral (Sector Theory) Dikemukakan oleh Hommer Hoyt, Hoyt
berkesimpulan bahwa proses pertumbuhan kota lebih ditentukan oleh sektor-sektor dari pada
sistem melingkar.

3. Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)


Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory) Dikemukakan oleh Harris dan Ullman
pada tahun 1945. Pertumbuhan kota berawal dari pusat pertumbuhan kemudian menjadi
bentuk kompleks karena muncul nukleus-nukleus baru sebagai kutub pertumbuhan, seperti
perguruan tinggi, kompleks industri, dan terminal bus. Dalam teori ini tidak ada
urutan-urutan yang teratur dari zona-zona kota seperti halnya pada teori konsentris dan
sektoral.

Desica utari

Putri syahida

Sasa sasmita

Febry yanti

Husmidatul fatma

Anda mungkin juga menyukai