Jenis Lembaga Negaa
Jenis Lembaga Negaa
Setiap negara tentunya membutuhkan organ atau lembaga negara untuk menjalankan
struktur pemerintahan guna mencapai tujuan negara tersebut. Kelembagaan negara sendiri
dibentuk dalam sejumlah bagian berdasarkan fungsi dan tanggung jawab yang berbeda-beda
selama menjalankan tugasnya.
Lembaga dalam arti luas yaitu setiap individu atau organisasi yang memiliki fungsi
tertentu untuk mencapai tujuan negara. Sedangkan dalam arti sempit, setiap individu dapat
dikatakan organ atau lembaga negara apabila secara pribadi mempunyai kedudukan hukum
tertentu untuk melakukan sesuatu atas nama negara.
Publikasi dalam situs resmi Kemenkumham menyatakan, dari segi hierarki lembaga
negara dikategorikan ke dalam tiga lapisan. Pada lapis pertama disebut sebagai lembaga
tinggi negara, lapis kedua terdiri dari lembaga negara, sedangkan pada lapis ketiga
merupakan lembaga negara yang berasal dari regulator di bawah Undang-Undang.
Antara lembaga di lapisan satu dengan yang lainnya menerima perlakuan hukum dan
wewenang yang berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan kedudukan lembaga tersebut.
Yang termasuk ke dalam jajaran lembaga tinggi negara antara lain ialah organ
konstitusi yang secara langsung telah diatur kewenangannya pada UUD Negara RI Tahun
1945.
1. Presiden
Tugas dan wewenang MPR antara lain untuk mengubah dan menetapkan UUD,
memberhentikan presiden dan wakil presiden berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi,
memilih presiden dan wakil presiden untuk mengisi jabatan bila terjadi kekosongan, sera
menyaksikan pengucapan sumpah presiden dan wakil presiden. Meski begitu, sejumlah
kegiatan ini bukan merupakan kegiatan yang rutin untuk dilakukan.
Sebagaimana yang diatur dalam UUD Negara RI Tahun 1945 pasal 20, DPR memiliki
3 fungsi antara lain fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Fungsi legislasi
merupakan kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang, sedangkan fungsi anggaran yaitu
kewenangan membahas dan memberi persetujuan atas rancangan anggaran negara yang
diajukan presiden dalam bentuk rancangan Undang-Undang terkait Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
Selain ketiga fungsi tersebut, DPR juga memiliki fungsi lain seperti mengusulkan
pemberhentian presiden sebagai tindak lanjut hasil pengawasan, memberikan pertimbangan
kepada presiden atas pemberian Amnesti dan Abolisi, dan sebagainya.
Dalam UUD RI Tahun 1945 pasal 22D hasil amandemen, menegaskan bahwa
wewenang DPD antara lain dapat mengajukan rancangan Undang-Undang kepada DPR yang
berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran
serta penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya; serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Lebih lanjut, DPD juga ikut membahas rancangan tersebut serta turut melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang yang telah dirancang. DPD juga memiliki
kewenangan penuh untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kinerja pemerintahan
yang berkaitan dengan kepentingan daerah.
Namun, beberapa ahli hukum menyebutkan bahwa sebenarnya DPD tidak memiliki
kewenangan yang sifatnya otonom di bidang legislasi. Dalam artian, DPD tidak mempunyai
kekuasaan untuk memutuskan dalam proses pengambilan keputusan sama sekali (Jimly
Asshiddiqie, 2006: 188).
Tugas dan kewenangan BPK diatur dalam bab VIIIA UUD Negara RI Tahun 1945
terdiri dari tiga 3 pasal dan 7 ayat. Seperti yang tertulis di dalamnya, BPK bertugas
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara yang hasilnya akan
diserahkan pada DPR, DPD, serta DPRD sesuai kewenangannya. Kekuasaan ini dikenal
dengan sebutan kekuasaan eksaminatif.
Jika ditemukan adanya penyimpangan pada proses ini, maka DPR, DPD, maupun
DPRD berhak menindaklanjuti dengan menggunakan hak-hak dewan atau disampaikan pada
aparat penegak hukum.
Kewenangan yang dimiliki antara lain mengadili perkara pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan di bawah UU, dan juga memberikan pertimbangan kepada
presiden jika hendak memberikan grasi dan rehabilitasi.
Komisi Yudisial merupakan suatu badan kehakiman yang berada pada kekuasaan
kehakiman tetapi tidak menyelenggarakan peradilan. Lembaga negara dibentuk dengan
tujuan untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat, serta perilaku
hakim agar kekuasaan kehakiman tetap terkontrol.
Maka dari itu, dibutuhkan seseorang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman di
bidang hukum serta mempunyai integritas dan pengabdian yang tinggi untuk bisa menjadi
anggota dalam komisi ini.
Berikut Adalah Nama-Nama Pimpinan Lembaga Negara Periode 2014 – 2019.
3. Stereotype artinya menurut istilah adalah gambaran atau pandangan yang terlalu
umum dan seringkali tidak akurat tentang seseorang atau kelompok berdasarkan ciri-
ciri.