Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

“Pengkajian Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)”

Dosen Pengampu:

Dr. Ns. Meri Neherta., S.Kep., M.Biomed.

Disusun Oleh:

Azzahra Faradisa Marwa

2111312020

A2 2021

Kelompok B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh.

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Pengkajian Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS)” dapat saya selesaikan dengan baik. Saya berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Begitu pula atas
limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada saya sehingga
makalah ini dapat saya susun melalui beberapa sumber, yakni melalui kajian pustaka
maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua


pihak yang telah memberikan saya semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada dosen pembimbing yang telah memberikan banyak kontribusi,
Ibu Dr. Ns. Meri Neherta., S.Kep., M.Biomed. Harapan saya, informasi dan materi
yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang
sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu
saya memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah saya
selanjutnya.

Padang, 28 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………...

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………….


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………..

BAB II TINJAUAN TEORI ………………………………………………………..

2.1 Pengertian Manajemen Terpandu Balita Sakit (MTBS) ……………………..


2.2 Sejarah Manajemen Terpandu Balita Sakit (MTBS) …………………………
2.3 Materi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) …………………………...
2.4 Algoritma MTBS Untuk Balita Demam ……………………………………..
2.5 Sasaran Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) ………………………….
2.6 Tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) …………………………..
2.7 Strategi Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) ……………...
2.8 Hambatan-Hambatan Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
………………………………………………………………………………..
2.9 Dampak Negatif Tidak Dilakukan MTBS …………………………………...
2.10 Manfaat Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit ………………………

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ……………………………………………

3.1 Skenario Kasus ………………………………………………………………


3.2 Pengkajian Keperawatan …………………………………………………….
3.3 Analisa Data …………………………………………………………………
3.4 Diagnosa Keperawatan ……………………………………………………...
3.5 Intervensi Keperawatan ……………………………………………………..
3.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan …………………………………...

BAB IV ANALISIS JURNAL …………………………………………………….

4.1 Jurnal 1
4.2 Jurnal 2
4.3 Jurnal 3

BAB V PENUTUP …………………………………………………………………

ii
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….
5.2 Saran …………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) merupakan suatu pendekatan yang
terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan focus pada
kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan, tetapi suatu pendekatan atau cara
penatalaksanaan balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali
diperkenalkan oleh organisasi kesehatan dunia, WHO (World Health
Organizations) merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan, dan kecacatan
bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
Angka kematian bayi dan balita merupakan parameter kesehatan di
sebuah negara. Angka kematian bayi juga merupakan indikator pertama dalam
menentukan derajat kesehatan anak di suatu negara (Hidayat, 2008). Menurut
hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menunjukkan bahwa angka kematian bayi (AKB) di Indonesia mencapai 34
per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Angka kematian balita di Indonesia
yaitu 43 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah tersebut belum mampu mencapai
salah satu target MDG’s (Millennium Development Goals) untuk menurunkan
angka kematian anak ≤ 23 per 1000 kelahiran hidup. MDG’s Indonesia
memiliki 8 target yang ingin dicapai yaitu (1) Memberantas kemiskinan dan
kelaparan ekstrem; (2) Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua; (3)
Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4)
Menurunkan angka kematian anak; (5) Meningkatkan kesehatan ibu; (6)
Memerangi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome), Malaria, serta penyakit lainnya; (7)
Memastikan kelestarian lingkungan; (8) Promote global partnership for
development (Stalker, 2008).
Sebagai upaya nyata Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah
memberlakukan peningkatan pelayanan kesehatan menggunakan pendekatan
MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) sejak tahun 1997. MTBS
(Manajemen Terpadu Balita Sakit) merupakan bentuk pelayanan kesehatan
yang diberikan untuk balita sakit dengan tujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan serta kualitas pelayanan kesehatan. Dikatakan terpadu karena

1
bentuk pengelolaannya dilaksanakan secara bersamaan dan penanganan
kasusnya tidak terpisah yang meliputi manajemen anak sakit, pemberian
nutrisi, pemberian imunisasi, pencegahan penyakit, serta konseling ibu.
Bentuk pengelolaan ini dapat dilaksanaan pada pelayanan tingkat pertama
seperti di puskesmas dan polindes (Hidayat, 2008).
Derajat kesehatan merupakan pencerminan keseshatan perorangan,
kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan
hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat
mencakup pengertian yang sangat luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit,
tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan, baik fisik, sosial, dan mental.
Balita adalah anak usia diatas satu tahun atau anak dibawah usia 5
tahun (Muaris, 2006). Menurut Person, sakit adalah ketidakseimbangan fungsi
normal tubuh manusia, termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi
penyesuaian. Balita sakit adalah anak usia 1 sampai 5 tahun yang mengalami
ketidakseimbangan fungsi normal tubuh, termasuk sistem biologis. Ketika
balita sakit akan berpengaruh pada keluarga diantaranya perubahan peran,
masalah keuangan serta perubahan kebiasaan sosial dalam keluarga (Asmadi,
2008).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu MTBS?
2. Bagaimana sejarah dari MTBS?
3. Apa saja materi yang ada di MTBS?
4. Bagaimana algoritma MTBS untuk balita yang demam?
5. Apa saja sasaran dari MTBS?
6. Apa saja tujuan dari MTBS?
7. Bagaimana strategi penerapan MTBS?
8. Apa saja hambatan-hambatan dalam penerapan MTBS?
9. Apa saja dampak negative jika tidak dilakukan MTBS?
10. Apa saja manfaat dari penerapan MTBS?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu MTBS
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dari MTBS
3. Untuk mengetahui materi-materi yang ada di MTBS

2
4. Untuk mengetahui algoritma MTBS pada balita yang demam
5. Untuk mengetahui sasaran dari MTBS
6. Untuk mengetahui tujuan dari MTBS
7. Untuk mengetahui bagaimana strategi penerapan MTBS
8. Untuk mengetahui apa saja hambatan dalam penerapan MTBS
9. Untuk mengetahui apa saja dampak negative jika tidak dilakukan
MTBS
10. Untuk mengetahui apa saja manfaat dari penerapan MTBS

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Manajemen Terpandu Balita Sakit (MTBS)


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah modul yang secara
rinci menjelaskan penanganan balita sakit yang datang ke fasilitas kesehatan
(Syafrudin & Hamidah, 2009). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau
Integrated Management of Childhood Illness (IMCI dalam Bahasa Inggris)
merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana
balita sakit usia 0-5 tahun secara menyeluruh (Maryunani, 2014).

Menurut Maryunani (2014):

1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu bentuk


manajemen yang dilakukan secara terpadu, tidak terpisah;
2) Dikatakan ‘terpadu dan terintegrasi’ karena bentuk manajemen atau
pengelolaannya dilaksankan secara Bersama dna penanganan kasusnya
tidak terpisah-pisah, yang meliputi manajemen anak sakit, pemberian
nutrisi, pemberian imunisasi, pencegahan penyakit, dan promosi untuk
tumbuh-kembang;
3) Disamping itu juga, pelaksanaan MTBS yang terpadu ini sangat cocok
untuk balita yang berobat ke puskesmas.

2.2 Sejarah Manajemen Terpandu Balita Sakit (MTBS)


WHO dan UNICEF meresmikan Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) pada pertengahan tahun 1990 untuk meningkatkan
kelangsungan hidup bayi di negara-negara berkembang karena setiap 1.000
kelahiran angka kematian bayi mencapai lebih dari 40 bayi dan menyediakan
pelayanan terintegrasi diantaranya adalah pencegahan, pengobatan, serta
perawatan pada balita yang sakit. Kemudian strategi diperluas termasuk
perawatan bayi baru lahir atau usia dibawah satu minggu yang mengalami
sakit, dan secara berkala memperbarui pengetahuan teknis mengenai IMCI ini
untuk kemajuan pendekatan ini dalam rangka mengurangi angka kematian
bayi. Lebih dari 100 negara mengadopsi IMCI dan mengimplementasikan nya
baik secara keseluruhan atau sebagian. Terdapat tiga komponen dalam IMCI
yakni meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan, memperkuat sistem

4
kesehatan, serta meningkatkan praktik dari keluarga dan komunitas. IMCI
terbukti berkontribusi untuk mengurangi angka kematian anak pada era
Millennium Development Goals (MDGs), penelitian pada saat itu juga
membuktikan bahwa IMCI bila di terapkan pada fasilitas kesehatan dan
komunitas mampu mengurangi 15% angka kematian anak (Boschi Pinto et al.,
2018).
Indonesia juga mengadopsi dan mengimplementasikan pendekatan
IMCI dimulai pada tahun 1997, dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) (R, Maita, Saputri, &
Yulviana, 2014). Menurut info Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2009, dalam Rekawati, Chriswardani, & Arso, 2012 : 72) jumlah puskesmas
di Indonesia yang sudah menerapkan MTBS pada tahun 2009 yakni 51,9%
dari total puskesmas yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan kriteria
penatalaksanaan menggunakan MTBS minimal 60% dari jumlah kunjungan
balita sakit. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009
dari 933 puskesmas yang tersebar di Jawa Timur, puskesmas yang sudah
melaksanakan MTBS adalah 692 puskesmas, tetapi hanya sedikit puskesmas
yang sudah memenuhi kriteria penatalaksanaan MTBS yakni 0,7%. Dari
sekian banyak puskesmas di Jawa Timur yang menerapkan MTBS, tetapi
pada kenyataannya masih sedikit puskesmas yang menerapkan MTBS sesuai
kriteria

2.3 Materi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)


Penilaian Anak Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun dengan
memeriksa tanda bahaya umum dan menanyakan keluhan utama seperti
apakah anak sukar bernafas, menderita diare, serta mempunyai masalah
telinga. Penilaian bayi muda umur kurang dua bulan dengan memeriksa
kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi, memeriksa apakah bayi
ikterus, apakah bayi diare, memeriksa status HIV, memeriksa kemungkinan
bayi dengan berat badan rendah, serta masalah pada pemberian ASI
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Terdapat klasifikasi dalam buku bagan MTBS, yang dimaksud
klasifikasi pada buku bagan MTBS bukan klasifikasi penyakit, tetapi
klasifikasi penggolongan derajat keparahan yang dialami balita sakit. Warna
pada klasifikasi untuk penggolongan derajat keparahan balita sakit, yakni:

5
 Warna merah yang berarti anak memerlukan penanganan segera atau
perlu dirujuk
 Warna kuning anak memerlukan pengobatan spesifik pada layanan
kesehatan
 Warna hijau yang berarti anak hanya memerlukan perawatan dirumah
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Terdapat tiga tindakan inti dalam buku bagan MTBS, diantaranya:

a. Pengobatan, pada pengobatan ini petugas MTBS mengkomunikasikan kepada


ibu bagaimana cara pemberian obat kepada anak ketika di rumah (dosis dan
obat apa yang harus di minum).
b. Konseling, konseling bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai cara
pemberian obat lokal, mengajari ibu cara menyusui yang baik, cara
meningkatkan produksi ASI, dan edukasi lain mengenai penanganan balita
sakit ketika di rumah.
c. Perawatan di rumah dan kapan kembali, tindakan yang dilakukan pada
tindakan ini hampir sama dengan konseling, mengedukasi ibu mengenai
perawatan balita sakit di rumah dan kapan seharusnya kunjungan berikutnya
ke Puskesmas (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

2.4 Algoritma MTBS Untuk Balita Demam


Ibu yang mengantarkan anaknya ke Puskesmas, ketika dilakukan
pemeriksaan oleh petugas kesehatan, pertama petugas kesehatan yang
melakukan penatalaksanaan MTBS akan memeriksa tanda bahaya umum yang
terjadi pada anak, kedua berdasarkan keluhan utama yang didapatkan dari
anamnesis kepada ibu atau pemeriksaaan yang dilakukan oleh petugas
didapatkan hasil bahwa keluhan utama adalah demam, ketiga yang ketiga
petugas melakukan anamnesis kepada ibu mengenai gejala yang dialami anak
dan petugas kesehatan melakukan pemeriksaan dengan cara lihat dan periksa
untuk mengetahui klasifikasi demam yang dialami balita, serta yang terakhir
penentuan tindakan yang harus diberikan oleh petugas kesehatan
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015)

6
7
8
9
10
Gambar 1. Bagan MTBS untuk Balita Demam

2.5 Sasaran Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)


Sasaran MTBS adalah anak usia 0-5 tahun yang dibagi menjadi dua
kelompok, yakni kelompok usia satu hari sampai dua bulan atau biasa disebut
bayi muda dan kelompok usia dua bulan sampai lima tahun (Maryunani,
2014). Pelayanan kesehatan yang diberikan pada penatalaksanaan MTBS
tidak hanya untuk anak sakit, tetapi juga kepada anak sehat, yaitu pemberian
imunisasi. Sasaran MTBS pada anak balita di layanan kesehatan tingkat dasar
yakni untuk mengurangi angka kematian balita (Maternity, Putri, & Aulia,
2017).

2.6 Tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)


Terdapat dua tujuan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),
yaitu:
a. Tujuan yang pertama, yakni tujuan secara umum yang bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan yang sering terjadi pada balita dan
mengurangi angka kematian balita, serta memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.
b. Tujuan yang kedua, yakni tujuan secara luas yang bertujuan untuk
menilai tanda-tanda dan gejala penyakit, status imunisasi, status gizi,
dan pemberian vitamin A, membuat klasifikasi, menentukan tindakan
yang sesuai dengan klasifikasi dan menentukan apakah anak perlu
dirujuk, memberi pengobatan pra-rujukan, seperti dosis pertama
antibiotic, vitamin A, dan perawatan anak untuk mencegah
menurunnya gula darah dengan pemberian air gula, serta mencegah
hipotermia. Pada tujuan secara luas juga dilakukan tindakan di fasilitas
kesehatan berupa tindakan preventif dan kuratif, seperti imunisasi,
tablet zinc, dan oralit, mengedukasi ibu cara pemberian obat dirumah
dan asuhan dasar bayi muda, serta melakukan penilaian ulang dan
memberi tindakan pada saat anak kembali untuk pelayanan tindak
lanjut (Maryunani, 2014).

11
2.7 Strategi Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Strategi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) membutuhkan
kerjasama antara petugas kesehatan, keluarga, dan masyarakat. Dengan
kerjasama antara ketiga pihak tersebut, maka MTBS memungkinkan
keikutsertaan orang tua anak dan masyarakat dalam peningkatan derajat
kesehatan. Strategi menurut WHO mencakup tiga komponen, yakni:
a. Penatalaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada balita
di fasilitas kesehatan. Yang dimaksud terpadu adalah penanganan
kasus tidak terpisah-pisah, meliputi manajemen balita sakit, pemberian
imunisasi, pencegahan penyakit, dan promosi untuk tumbuh kembang.
b. Penguatan sistem kesehatan berupa obat-obatan dan alat yang
mendukung untuk penatalaksanaan MTBS di fasilitas kesehatan.
c. Bekerjasama dengan komunitas atau keluarga dan masyarakat untuk
praktik MTBS, tujuannya agar penatalaksanaan MTBS dapat
maksimal (Eastwood, 2018).

Dengan tiga komponen strategi tersebut MTBS dapat dikatakan bahwa


pendekatan yang lengkap.

2.8 Hambatan-Hambatan Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit


(MTBS)
Meskipun penerapan MTBS sudah lama di Indonesia tetapi masih ada
beberapa hambatan dalam penerapan MTBS, contohnya terbatasnya jumlah
tenaga kesehatan yang dapat mengikuti pelatihan MTBS, sedangkan jumlah
Puskesmas yang tersebar di Indonesia sekitar 7.500 Puskesmas. Dalam satu
kali penyelenggaraan pelatihan MTBS, jumlah peserta yang dapat mengikuti
pelatihan hanya 30-40 tenaga kesehatan yang dibagi menjadi 3 sampai 4 kelas
yang pelatihannya diadakan selama enam hari, dalam satu tahun Kementerian
Kesehatan RI menyelenggarakan pelatihan sebanyak 10 kali. Artinya dalam
satu tahun petugas yang dapat mengikuti pelatihan MTBS kurang lebih hanya
300-400 orang, sedangkan setiap Puskesmas minimal dua orang yang harus
memahami mengenai penatalaksanaan menggunakan MTBS (Maryunani,
2014).
Seiring bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun, maka terdapat
peningkatan jumlah Puskesmas juga di Indonesia. Data Kementerian
Kesehatan RI jumlah Puskesmas di Indonesia dari tahun 2013 sampai dengan

12
tahun 2017 terus mengalami peningkatan, jumlah Puskesmas pada tahun 2017
mencapai 9.825 Puskesmas yang tersebar di Indonesia (Kementerian
Kesehatan RI, 2018). Dengan bertambahnya jumlah Puskesmas setiap
tahunnya juga termasuk dalam hambatan penetalaksanaan MTBS, karena
semakin banyaknya petugas kesehatan yang harus dilatih, tetapi pengadaan
pelatihan hanya 10 kali dalam satu tahun. Hambatan lain yakni perpindahan
tenaga kesehatan yang telah mengikuti pelatihan, serta kurang lengkapnya
sarana dan prasarana pendukung untuk penatalaksanaan MTBS (Maryunani,
2014)

2.9 Dampak Negatif Tidak Dilakukan MTBS


Mengingat sebelum dilakukannya pendekatan MTBS angka kematian
anak tergolong tinggi, khususnya di negara berkembang. Jika tidak dilakukan
pendekatan MTBS, besar kemungkinan kejadian tersebut terulang kembali.
Dampak yang terjadi selain angka kematian yang tinggi pada anak yaitu tidak
diketahui bahwa anak mengalami gizi buruk karena tidak adanya pemantauan
gizi pada anak, penanganan gizi buruk kurang baik. Tidak terlaksananya atau
kurang lengkapnya konseling yang diberikan kepada ibu untuk pemberian
makan dan ASI kepada anak, yang akan berakibat kurangnya gizi pada anak
(Maryunani, 2014). Serta yang terakhir tidak terdiagnosisnya lima penyakit
yang sering dialami oleh anak, seperti pada penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Kabupaten Kebumen akibat kurang maksimalnya petugas
kesehatan dalam melakukan pendekatan MTBS, maka anak terlambat di
diagnosis terkena pneumonia (Silviana et al., 2015).

2.10 Manfaat Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit


Manfaat dalam penerapan MTBS pada negara berkembang yakni
menurunkan angka kematian, karena dapat mengkombinasikan pemeriksaan
lima penyakit yang dominan diderita oleh balita, serta terdapat sembilan
penyakit yang harus dicegah pada balita. Dilakukan pemantauan status gizi
pada balita untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi, pada balita yang
sudah terdiagnosis gizi buruk, maka pada bagan MTBS terdapat langkah-
langkah memperbaiki status gizi, kemudian konseling kepada ibu mengenai
pemberian makanan pada anak, pemberian ASI (Air Susu Ibu), meningkatkan
pemanfaatan layanan kesehatan. Adanya buku bagan MTBS dapat

13
menurunkan tingkat kesalahan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan
(Maryunani, 2014).

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Skenario Kasus


An.R yang berusia 18 bulan dibawa ke RS Graha Hermine pada
tanggal 23 Mei 2017 pukul 13.05 WIB dengan keluhan muntah 1 kali, demam
tinggi sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan BAB encer sudah 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. An.R BAB ± 20 kali dari pagi sebelum masuk
rumah sakit, badan lemah, nafsu makan berkurang.
Pada saat pengkajian, Ny.Y mengatakan dari mulai masuk ruangan
anaknya sudah 6 kali BAB. BAB anaknya encer, berlendir tidak disertai
darah, jumlahnya ±50 ml setiap diare, BAB sudah tidak ampas, warna kuning,
area sekitar anus lembab dan tampak sedikit kemerahan. An.R masih demam,
anak tampak lemah dan rewel, setiap kali anak BAK bercampur dengan BAB,
anak tampak lesu, dan rewel. Ny.Y juga mengatakan sebelum diare, An.R
menderita demam dan pilek. Ny.Y mengatakan sebelumnya tidak ada anggota
keluarga yang menderita diare ataupun mengalami sakit sebelumnya. Ny.Y
mengatakan anak ke 2 umur 5 bulan dan ke 3 umur 9 bulan meninggal dunia
karena gastroenteritis akut.
Ny.Y mengatakan anaknya tidak mau makan. Setiap kali disuapkan
makan An.R memuntahkannya. Ny.Y mengatakan biasanya An.R makan
makanan yang dilunakkan, seperti nasi, sayur, lauk yang dilunakkan dan An.R
juga minum susu formula Bebelac ± 4 kali dalam sehari. An.R juga
mengalami penurunan berat badan dari 8,9 kg menjadi 8,6 kg saat sakit. An.R
lebih suka minum oralit (± 8 dot sehari, ± 200cc/dot) dibanding minum air
putih saja. Pola tidur An.R terganggu karena BAB dan badannya masih panas.

3.2 Pengkajian Keperawatan


A. Identifikasi Data
I. Pasien
Nama: An. R
Tanggal lahir: 23 November 2015
Jenis kelamin: laki-laki
II. Penanggungjawab
Nama: Ny. Y
Tanggal lahir: 25 Juni 1984

15
Jenis kelamin: perempuan
Pekerjaan: ibu rumah tangga
Alamat: Desa Sukamaju RT 03/RW 03, Kertanegara

B. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik An.R ditemukan mata cekung, mukosa mulut
kering, pucat, ada bintik merah pada perut, bunyi nafas vesikuler.
Bising usus positif lebih dari 10 kali/menit, turgor kulit kembali
lambat, CRT lebih dari 2 detik, akral teraba hangat. Kulit sekitar anus
lembab dan berwarna kemerahan. An.R mengalami penurunan berat
badan, berat badan sebelum sakit 8,9 kg, berat badan saat sakit 8,6 kg
dan tinggi badan 93 cm. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital S: 38,8ºC
N: 100 x/mnt RR: 20 x/mnt. Hasil laboratorium pemeriksaan darah
pada tanggal 23 Mei 2017 Hb : 11,8 gl/dl. Leukosit : 11.620 mm3
Trombosit : 305.000 mm3. Hematokrit : 36,1 %. Hasil laboratorium
pemeriksaan feses pada tanggal 23 Mei 2017 Makroskopis, keadaan :
lunak, Lendir : ada, Darah : tidak ada. Mikoskopis Leukosit : 10-15 /
LPB Eritrosit : 4-5 / LPB. Terapi IVFD RL 20 tts/mnt, Zink 1x1
sendok teh, Oralit.

C. Keadaan Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal


Hasil pengkajian mengenai lingkungan rumah An.R, ibu mengatakan
sumber air minum dari air galon isi ulang dan untuk keperluan sehari-
hari Ny.Y menggunakan air dari PDAM. Ny.Y juga mengatakan untuk
kebiasaan mencuci tangan pakai sabun saat menyiapkan makanan dan
menyiapkan susu untuk anaknya jarang dilakukan.

D. Keluhan Utama
Ny. Y mengeluhkan bayinya yang sudah demam tinggi sejak 2 hari
sebelum dibawa ke rumah sakit, disertai dengan muntah 1x, BAB
encer dan sudah BAB sebanyak ±20 kali dari pagi sebelum masuk
rumah sakit, badan lemah, nafsu makan berkurang.

E. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Pada saat dilakukan pengkajian, Ny.Y mengatakan dari mulai masuk
ruangan anaknya sudah 6x BAB. BAB anaknya encer, berlendir tidak
disertai darah, jumlahnya ±50 ml setiap diare, BAB sudah tidak

16
ampas, warna kuning, area sekitar anus lembab dan tampak sedikit
kemerahan. An.R masih demam, anak tampak lemah dan rewel, setiap
kali anak BAK bercampur dengan BAB, anak tampak lesu, dan rewel.
Ny.Y juga mengatakan sebelum diare, An.R menderita demam dan
pilek. Ny.Y mengatakan anaknya tidak mau makan. Setiap kali
disuapkan makan An.R memuntahkannya. An.R juga mengalami
penurunan berat badan dari 8,9 kg menjadi 8,6 kg saat sakit.

F. Riwayat Kesehatan Dahulu


Ny.Y mengatakan sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang
menderita diare ataupun mengalami sakit sebelumnya. Ny.Y
mengatakan anak ke 2 umur 5 bulan dan ke 3 umur 9 bulan meninggal
dunia karena gastroenteritis akut.

3.3 Analisa Data


No. Data Masalah
1. DS: Kekurangan volume
 Ny.Y mengatakan anaknya diare cairan b.d kehilangan
sejak 2 hari sebelum masuk rumah cairan aktif akibat
sakit diare
 Ny.Y mengatakan sebelum masuk
rumah sakit anaknya BAB ± 20 kali
 Ny.Y mengatakan saat diruangan
An.R BAB sudah 6 kali, dan
warnanya kuning
DO:
 BAB encer, berlendir tapi tidak
berdarah
 Anak rewel,
 Infus terpasang RL 20 tts/mnt dalam
8 jam
 Setiap kali BAB ± 50 ml
 Anak minum oralit ± 8 dot sehari, ±
200cc/dot
 BAK sedikit, warna kuning, bau
khas
 Anak menggunakan pempers
 Jumlah urine tidak bisa dihitung

17
karena bercampur dengan BAB
 Mukosa mulut kering, dan mata
cekung.
2. DS: Ketidakseimbangan
 Ny.Y mengatakan selama sakit nafsu nutrisi kurang dari
makan anaknya berkurang, dan kebutuhan tubuh b.d
setiap kali disuapkan makan anak ketidakmampuan
selalu memuntahkannya. mengabsorbsi
 Ny.Y mengatakan mengganti makanan
makanan anaknya dengan roti tapi
anaknya tetap tidak mau makan
DO:
 Minum oralit ± 8 dot sehari,
±200cc/dot
 Anak tampak lesu, rewel, makanan
yang diberikan tidak dimakan.
 An.R mengalami penurunan berat
badan dari 8,9 kg menjadi 8,6 kg saat
sakit
 Membran mukosa mulut kering
 Turgor kulit kembali lambat
 CRT >2 detik.
3. DS: Hipertermi b.d
 Ny.Y mengatakan anaknya demam dehidrasi
sudah 2 hari sebelum masuk rumah
sakit.
 Ny.Y mengatakan anaknya tampak
lesu sejak demam, saat diruangan
anaknya masih demam tinggi S:
38,8ºC
 Ny.Y sudah mengompres anaknya,
badan anak masih terasa panas
DO:
 An.R mengalami diare dengan
dehidrasi sedang
 Anak mau minum jika dicampur
dengan oralit
 Anak minum oralit ± 8 dot sehari, ±
200cc/dot.

18
4. DS: Diare b.d proses
 Ny.Y mengatakan BAB anaknya infeksi
encer sudah 2 hari sebelum masuk
rumah sakit.
DO:
 BAB An. R encer, berlendir
 Sebelum masuk RS pasien ± 20 kali
BAB
 Saat baru masuk ruangan An.R
sudah 6 kali BAB
 Anak tampak lesu
 Hasil pemeriksaan laboratorium
darah didapatkan leukosit 11.620
mm3.
5. DS: Kerusakan integritas
 Ny.Y mengatakan anaknya BAB kulit b.d ekskresi atau
sudah 2 hari sebelum masuk RS ± 20 sering BAB
kali
 Ny.Y mengatakan frekuensi BAB
anaknya sangat sering, BAB sedikit-
sedikit, jarak untuk BAB sangat
dekat
 Ny.Y mengatakan anaknya tampak
lesu setelah BAB dan setiap kali
BAB anaknya pasti menangis
DO:
 BAB sudah tidak ada ampas
 Daerah sekitar anus tampak lembab,
sedikit berwarna kemerahan dan
bersih
 Anak memakai pempers.

19
6. DS: Gangguan rasa
 Ny.Y mengatakan anaknya sangat nyaman b.d gejala
rewel terkait penyakit
 Ny.Y mengatakan setiap kali BAB
anaknya selalu menangis.
DO:
 An.R BAB ± 20 kali, BAB encer
 Anus dan daerah sekitarnya lembab
dan sedikit kemerahan.
 Pola tidur An.R tidak teratur karena
gelisah, dan BAB.
7. DS: - Defisiensi
DO: pengetahuan b.d
 Ny.Y tidak mencuci tangan setelah kurang informasi
membersihkan BAB anaknya dengan
tisu basah, setelah itu Ny.Y
membuatkan oralit untuk anaknya.
 Sebelumnya anak kedua dan ketiga
dari Ny.Y meninggal dunia karena
gastroenteritis akut
 Sumber air minum dari air galon isi
ulang dan air untuk keperluan sehari-
hari menggunakan air PDAM.

3.4 Diagnosa Keperawatan


1) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif akibat diare
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
3) Hipertermi b.d dehidrasi
4) Diare b.d proses infeksi
5) Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi atau sering BAB
6) Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit
7) Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi

20
3.5 Intervensi Keperawatan
No. Diagnose Kriteria Hasil Intervensi
1. Kekurangan Kriteria hasil yang a) Monitor status
volume cairan hendak dicapai yaitu: hidrasi (kelembaban
b.d kehilangan a) Turgor kulit mukosa mulut, nadi
cairan aktif tidak yang adekuat)
akibat diare terganggu b) Mencatat intake dan
b) Berat badan output pasien
stabil c) Monitor dan hitung
c) Kelembaban asupan kalori pasien
membran d) Kolaborasi
mukosa tidak pemberian cairan IV
terganggu e) Monitor status nutrisi
d) Keseimbangan f) Monitor tanda-tanda
intake dan vital
output dalam g) Timbang berat badan
24 jam tidak pasien
terganggu h) Monitor respon
e) Intake cairan pasien terhadap
tidak penambahan cairan.
terganggu
f) Mata tidak
cekung.
2. Ketidakseimba Kriteria hasil yang a) Identifikasi adanya
ngan nutrisi hendak dicapai yaitu: alergi terhadap
kurang dari a) Asupan makanan
kebutuhan makanan dan b) Monitor
tubuh b.d cairan tidak kecendrungan turun
ketidakmampu menyimpang BB
an dari rentang c) Monitor diit dan
mengabsorbsi normal asupan kalori
makanan b) Asupan d) Timbang BB pasien
makanan e) Monitor adanya mual
secara oral dan muntah
adekuat f) Monitor turgor kulit
c) Berat badan g) Instruksikan cara
dalam kisaran meningkatkan
normal. asupan nutrisi.

21
3. Hipertermi b.d Kriteria hasil yang a) Memantau suhu dan
dehidrasi hendak dicapai, yaitu: tanda-tanda vital
a) Melaporkan b) Monitor intake
suhu tubuh output cairan
tidak c) Dorong konsumsi
terganggu cairan
b) Tidak terjadi d) Montior kelembaban
peningakatan mukosa mulut
suhu tubuh e) Monitor suhu kulit
c) Dehidrasi setiap 2 jam
tidak ada f) Tingkatkan intake
d) Tanda-tanda cairan
vital tidak ada g) Ajarkan cara
deviasi dari kompres.
kisaran
normal.
4. Diare b.d Kriteria hasil yang a) Anjurkan pasien
proses infeksi hendak dicapai, yaitu: untuk menggunakan
a) Frekuensi obat diare
BAB tidak b) Evaluasi intake
terganggu makanan yang
b) Intake cairan pernah dikonsumsi
secara adekuat c) Identifikasi factor
c) Mengkonsums penyebab diare
i serat secara d) Berikan makanan
adekuat dalam porsi kecil dan
d) Tidak terjadi lebih sering
peningkatan e) Monitor tanda dan
hiperperistaltik gejala diare
usus. f) Monitor BAB
(frekuensi,
konsistensi, bentuk,
volume, warna)
g) Monitor bising usus
h) Instruksikan pasien
untuk makan
makanan yang tinggi
serat.

22
5. Kerusakan Kriteria hasil yang a) Menganjurkan
integritas kulit hendak dicapai, yaitu: kepada orang tua
b.d ekskresi a) Integritas kulit untuk menggunakan
atau sering tidak pakaian yang longgar
BAB terganggu kepada anak
b) Suhu kulit b) Jaga kebersihan kulit
tidak area anus agar tetap
terganggu bersih dan kering
c) Kulit menjadi c) Monitor kemerahan
normal. pada kulit
d) Oleskan baby oil
atau lotion pada
daerah yang tertekan
e) Tingkatkan intake
cairan per oral.
6. Gangguan rasa Kriteria hasil yang a) Peluk dan beri
nyaman b.d hendak dicapai, yaitu: kenyamanan pada
gejala terkait a) Perasaan bayi atau anak
penyakit gelisah tidak b) Identifikasi orang
ada terdekat klien yang
b) Intake bisa membantu klien
makanan dan c) Gunakan pendekatan
cairan tidak yang tenang dan
terganggu menyenangkan
c) Mual dan d) Dorong keluarga
muntah tidak untuk mendampingi
terganggu klien dengan cara
d) Kontrol yang tepat
terhadap e) Monitor pola tidur
gejala tidak klien dan catat
terganggu. kondisi fisik
(misalnya,
ketidaknyamanan)
atau psikologis
(ketakutan atau
kecemasan) keadaan
yang mengganggu
tidur
f) Sesuaikan
lingkungan untuk
meningkatkan tidur.

23
7. Defisiensi a) Mengkaji tingkat
pengetahuan pengetahuan
b.d kurang keluarga terkait
informasi penyakit yang
dialami anak
b) Jelaskan tanda dan
gejala yang umum
dari penyakit
c) Jelaskan mengenai
proses penyakit
d) Jelaskan alasan
dibalik
manajemen/terapi/pe
nanganan yang
direkomendasikan
e) Edukasi keluarga
mengenai tindakan
untuk
mencegah/meminima
lkan gejala, sesuai
kebutuhan.

24
3.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No. Implementasi Evaluasi

1. Kekurangan volume cairan b.d Kekurangan volume cairan b.d


kehilangan cairan aktif akibat kehilangan cairan aktif akibat diare
diare dapat teratasi setelah melengkapi
a) Memberikan cairan oralit asuhan keperawatan dengan
200 cc/3 jam kunjungan rumah selama 1 hari
b) Memberitahu Ny.Y untuk S:
tetap memberikan  Ny.Y mengatakan saat
anaknya minum sesering dirumah anaknya masih
mungkin diberi oralit
c) Memberikan cairan IV RL  Ny.Y mengatakan anaknya
20 tts/mnt dalam 8 jam masih diberi zink
d) Memantau respon pasien  Ny.Y mengatakan BAB
setelah 7 jam pemberian anaknya sudah normal ± 3
oralit kali, konsistensi lembek,
e) Memberikan terapi zink jumlah ± 50ml
1x1 sendok teh setelah  Ny.Y mengatakan sudah
BAB paham dengan apa yang
f) Memantau mata cekung, dijelaskan
turgor kulit, kelembaban perawat, yaitu tentang
mukosa mulut, CRT pada pentingnya
anak kembali >2 detik pemberian oralit dan zink
g) Memantau pola minum O:
anak hasil yang  Anak tampak tenang
didapatkan anak minum  Anak sudah bisa bermain
oralit ± 200 cc/dot
 Mata tidak cekung
h) Memantau warna urine
 Turgor kulit baik
dan frekuensi urine anak,
A: tujuan tercapai, keseimbangan
hasil yang didapatkan
intake dan output dalam 24 jam
warna kuning, frekuensi
tidak terganggu, kelembaban
setiap kali anak BAB
membran mukosa tidak terganggu,
langsung BAK.
turgor kulit tidak terganggu
P: intervensi dihentikan

25
2. Ketidakseimbangan nutrisi Ketidakseimbangan nutrisi kurang
kurang dari kebutuhan tubuh dari kebutuhan tubuh b.d
b.d ketidakmampuan ketidakmampuan mengabsorbsi
mengabsorbsi makanan makanan dapat teratasi setelah
a) Mengkaji riwayat alergi melengkapi asuhan keperawatan
makanan pada anak dengan kunjungan rumah selama 1
b) Memberikan informasi hari
kepada ibu tentang S:
kebutuhan nutrisi yang  Ny.Y mengatakan anaknya
diperlukan anak sudah
c) Menjelaskan kepada Ny.Y mulai makan seperti biasa
makanan untuk (nasi, sayur ikan,
memberikan makanan dilunakkan)
yang tinggi serat  Ny.Y mengatakan anaknya
d) Mencatat jumlah makanan dapat menghabiskan
yang dihabiskan anak, makanan yang diberikan
hasil yang didapatkan (dalam mangkuk kecil),
anak tidak mau makan, O:
setiap disuapkan sama  Turgor kulit anak baik
ibunya An.R  Mukosa bibir lembab
memuntahkan  CRT < 2 detik
makanannya  Mata anak sudah tidak
e) Memeriksa turgor kulit, cekung
kelembaban mukosa
 Anak dapat menghabiskan
mulut setelah 8 jam makanannya
f) Memberitahu Ny.Y untuk
 Anak banyak minum
tetap menyuapi anaknya
A: tujuan tercapai, asupan makanan
makan
dan cairan tidak menyimpang dari
g) Memantau mual dan
rentang normal, asupan makanan
muntah selama makan
secara oral sebagian besar adekuat
P: intervensi dihentikan

26
3. Hipertermi b.d dehidrasi Hipertermi b.d dehidrasi dapat
a) Mengukur suhu tubuh teratasi pada hari rawatan ke 2
anak saat awal S:
pengkajian, hasil yang  Ny.Y mengatakan badan
didapatkan S: 38,8ºC anaknya sudah tidak panas
b) Menganjurkan ibu untuk lagi
tetap memberikan minum  Anak masih rewel
kepada anaknya, sesering  Ny.Y mengatakan masih
mungkin mengompres anaknya
c) Memberitahu Ny.Y untuk  Ny.Y mengatakan bintik-
tetap melakukan kompres bintik merah di daerah
hangat pada kening, sekitar perut anaknya sudah
lipatan paha, dan axila hilang
d) Memantau perubahan  Ny.Y mengatakan anaknya
suhu anak setelah sudah mulai berkeringat
dikompres  Ny.Y mengatakan anaknya
e) Mengukur suhu anak banyak minum oralit
setelah 2 jam setelah di O:
kompres hangat.
 An.R masih rewel
 Anak sudah banyak minum
 S: 36,6ºC
 N: 72x/mnt
 RR: 18 x/mnt
 Bintik-bintik di perut sudah
hilang
A: tujuan tercapai, melaporkan suhu
tubuh tidak terganggu
P: intervensi dihentikan

27
4. Diare b.d proses infeksi Diare b.d proses infeksi teratasi
a) Mengkaji faktor penyebab pada hari rawatan ke 4
dari diare S:
b) Mencatat warna,  Ny.Y mengatakan anaknya
frekuensi, konsistensi dan masih
jumlah feses setiap kali BAB, frekuensi BAB ± 4
BAB hasil yang kali, warna kuning, BAB
didapatkan BAB warna sudah ada ampasnya, jumlah
kuning, encer, ± sudah 6 ± 50 ml
kali, jumlah ±70 cc  Mengatakan jarak anaknya
c) Memantau jumlah dan untuk BAB udah tidak
frekuensi dari BAB setiap terlalu sering
7 jam O:
d) Memberitahu ibu untuk  Anak tampak sudah lebih
memberikan oralit kepada baik
anak setiap kali setelah  Anak sudah bisa bermain,
BAB, hasil yang tidak
didapatkan anak minum lagi rewel
oralit ± 200 cc/dot  Jarak anak untuk BAB
e) Memberitahu Ny.Y untuk sudah tidak terlalu dekat
memberikan oralit ±200 A: tujuan tercapai, diare jarang
cc setelah anak BAB menunjukkan, mengeluarkan feses
f) Memberikan terapi obat paling tidak 3 kali per hari secara
zink 1x10 mg sesuai order konsisten menunjukkan, minum
dokter cairan secara adekuat secara
g) Memantau mukosa mulut konsisten menunjukkan, frekuensi
dan turgor kulit anak BAB sedikit terganggu, konsistensi
h) Menanyakan kepada BAB tidak terganggu,
Ny.Y, An.R berapa P: intervensi dihentikan
banyak minum setelah
BAB

28
5. Kerusakan integritas kulit b.d Kerusakan integritas kulit b.d
ekskresi atau sering BAB ekskresi atau sering BAB teratasi
a) Menganjurkan Ny.Y pada hari rawatan ke 3 S:
untuk memberikan  Ny.Y membersihkan BAB
pakaian longgar pada anaknya dengan tisu basah
anaknya  Ny.Y mengatakan daerah
b) Menjelaskan kepada Ny.Y sekitar anus sudah tidak
cara membersihkan berwarna kemerahan lagi
daerah sekitar anus agar O:
tidak lembab  Area sekitar anus masih
c) Menjelaskan kepada Ny.Y tampak lembab
untuk merubah posisi  Ny.Y tidak mencuci tangan
setiap 3 jam sekali setelah
d) Menyarankan kepada membersihkan BAB
Ny.Y untuk memakai anaknya
baby oil untuk dioleskan  Area sekitar anus tampak
diaerah sekitar anus setiap bersih, dan sedikit bau
setelah BAB atau setelah  Bokong pasien tampak tidak
mandi berwarna kemerahan lagi
e) Menyarankan kepada A: tujuan tercapai, integritas kulit
Ny.Y untuk langsung tidak terganggu, suhu kulit tidak
mengganti pempers ketika terganggu, elastisitas tidak
anak BAB. terganggu,
P: intervensi dihentikan
6. Gangguan rasa nyaman b.d Gangguan rasa nyaman b.d gejala
gejala terkait penyakit terkait penyakit teratasi pada hari
a) Menjelaskan kepada Ny.Y rawatan ke 3
untuk tetap mendampingi S:
anaknya selama sakit  Ny.Y mengatakan anaknya
b) Menjelaskan kepada Ny.Y sudah
untuk memberikan tidak rewel lagi
kenyamanan kepada anak  Ny.Y mengatakan anak
dengan cara memeluk sudah bisa diajak bermain,
atau menggendong anak O:
c) Identifikasi orang terdekat  An.R tampak lebih tenang
dengan anak  BAB sudah tidak sering
d) Monitor pola tidur dan lagi, ± 6 kali, dan sudah
catat kondisi fisik pasien tidak encer lagi,
saat itu.  Anak tampak sudah mulai
bermain,
A: tujuan tercapai, kontrol terhadap

29
gejala sedikti terganggu, perasaan
gelisah tidak ada
P: intervensi dihentikan.

30
7. Defisiensi pengetahuan b.d Defisiensi pengetahuan b.d kurang
kurang informasi informasi dapat teratasi pada hari ke
a) Mengkaji tingkat 2
pengetahuan keluarga S:
terkait proses diare yang  Ny.Y mengatakan sudah
dialami anak mengerti dengan proses
b) Menjelaskan tanda dan penyakit diare
gejala dari diare  Ny.Y juga mengatakan
c) Menjelaskan alasan anak sudah mengerti dengan
mendapat terapi oralit, tanda dan gejala dari diare
zinc, dan mendapatkan yang dialami anaknya
terapi RL  Ny.Y mengatakan sudah
d) Memberikan edukasi mengerti dengan terapi
kepada keluarga agar oralit dan anak yang
tidak terjadi diare diharuskan untuk minum
berulang pada anak. banyak
O:
 Ny.Y sudah berpengalaman
merawat anak dengan diare
karena anak kedua dan
ketiga meninggal karena
gastroenteritis akut
 Ny.Y tidak tahu alasan
diberikannya oralit dan anak
yang diwajibkan banyak
minum
 Ny.Y tidak mencuci tangan
setelah membersihkan BAB
anaknya, setelah itu Ny.Y
membuatkan oralit untuk
anaknya
A: tujuan tercapai, Ny.Y
mengetahui karakteristik spesifik
dari diare, Ny.Y mengetahui faktor
penyebab, tanda dan gejala dari
diare, Ny.Y mengetahui strategi
untuk meminimalkan agar tidak
terjadi diare berulang pada anak
P: intervensi dihentikan

31
BAB IV

ANALISIS JURNAL

4.1 Kebutuhan Perancangan Sistem Screening Balita Sakit Berdasarkan


Klasifikasi dan Penatalasanaan MTBS

Analisis PICO:
P (Problem) Angka kematian balita (AKBA) di Indonesia tahun
2015 sebesar 26,29 per 1000 kelahiran hidup
(Kemenkes,2016). Target SDG’s angka kematian
balita dapat menurun sebesar 25 per 1000 kelahiran
pada tahun 2030. Penyebab kematian anak usia
dibawah 5 tahun antara lain infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA), demam, dan diare (SDKI, 2012).
Angka kematian balita dapat menurun jika penyebab
kematian balita dapat dideteksi sedini mungkin
sehingga tidak menyebabkan kematian. Terdapat tools
manajemen pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

32
dapat digunakan untuk mendeteksi balita sakit sejak
dini dan memberikan tindakan kesehatan agar dapat
mencegah terjadinya kematian balita yaitu Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Pelaksanaan MTBS tidak terlaksana dengan baik salah
satunya adalah karena bagan MTBS yang terlalu
panjang dan petugas kesehatan tidak punya banyak
waktu untuk mengisi formulir MTBS (Susilaningrum,
2012).
I (Intervention) Metode perancangan atau pengembangan sistem
menggunakan metode Waterfall terdiri dari 4 langkah,
yaitu analisis kebutuhan, desain, pengodean, dan
pengujian (Rosa, et al 2013). Oleh karena itu, langkah
awal sebelum mendesain sistem screening balita sakit
adalah dengan melakukan analisis kebutuhan pada
pengguna MTBS di pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Analisis kebutuhan secara keseluran
bertujuan untuk mengetahui alur kerja bagan MTBS
revisi 2015 dan untuk mengetahui sistem screening
balita sakit yang diinginkan user.
Bagan MTBS yang panjang tersebut menyebabkan
tenaga kesehatan khususnya bidan dan perawat tidak
dapat menerapkannya secara optimal. Perancangan
bagan MTBS menjadi sebuah sistem berbasis android
diharapkan mampu membantu petugas kesehatan
khususnya bidan dan perawat dalam deteksi dini balita
sakit secara cepat, tepat, dan akurat.
Tujuan perancangan sistem screening balita sakit yang
diadopsi dari bagan MTBS dalam penelitian ini selain
untuk memudahkan petugas kesehatan, diharapkan
juga aplikasi MTBS yang dirancang nantinya dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Perawat dan
bidan di Puskesmas Jelbuk menjelaskan bahwa MTBS
merupakan tools yang hanya diperuntukkan bagi
tenaga kesehatan, khususnya perawat dan bidan. Perlu
pelatihan khusus untuk menggunakan bagan MTBS
tersebut.
C (Comparation) -
O (Outcome) Dengan hadirnya aplikasi system screening tersebut,
diharapkan perawat dan bidan dapat menggunakannya
dengan baik, dan juga diharapkan aplikasi tersebut
dapat memudahkan dan mempercepat proses kerja para

33
perawat dan bidan. Selain itu, aplikasi screening ini
juga diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
umum.

4.2 Hubungan Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Diare


dengan Kesembuhan Diare pada Balita di Puskesmas Bahu Kota
Manado

Analisis PICO:

34
P (Problem) Setiap tahunnya lebih dari sepuluh juta anak di dunia
meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun. Lebih dari
setengahnya disebabkan oleh lima kondisi yang
sebenarnya dapat dicegah dan diobati, antara lain
pneumonia, diare, malaria, campak, dan malnutrisi.
Sering kali dikombinasi dari beberapa penyakit lain
(Soenarto, 2009).
Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dapat
dipengaruhi oleh masalah dalam keterampilan petugas
kesehatan, sistem kesehatan, dan praktek di keluarga
dan komunitas. Perlu adanya integrasi dari faktor –
faktor tersebut untuk memperbaiki kesehatan anak
sehingga tercipta peningkatan derajat kesehatan.
Perbaikan kesehatan anak dapat dilakukan dengan
memperbaiki manajemen kasus anak sakit, memperbaiki
gizi, memberikan imunisasi, mencegah trauma,
mencegah penyakit lain, dan memperbaiki dukungan
psikososial. Berdasarkan alasan tersebut, munculah
program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
(Soenarto, 2009).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di
tatalaksana dengan MTBS adalah penyakit yang menjadi
penyebab utama kematian, antara lain pneumonia, diare,
malaria, campak, dan kondisi yang diperberat oleh
masalah gizi (malnutrisi dan anemia).

I (Intervention) Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi


mikroorganisme meliputi virus, bakteri, protozoa,
parasit dan penularannya secara fekal-oral. Diare dapat
mengenai semua kelompok umur dan berbagai golongan
sosial baik di negara maju atau negara berkembang dan
erat hubungannya dengan kemiskinan serta lingkungan
yang tidak higienis (WHO, 2005).
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama dari
morbiditas dan mortalitas anak-anak di negara yang
sedang berkembang, dengan perkiraan sebesar 3-5
milyar kasus setiap tahun di dunia, sekitar 5-18 juta
kematian setiap tahunnya adalah disebabkan diare.
Kematian ini disebabkan karena dehidrasi akut yang
menyebabkan kekurangan cairan dan elektrolit (Soegeng
Soegijanto, 2009). Penyembuhan penyakit diare dapat
dilakukan dengan pengobatan yang tepat menurut
klasifikasi diare dan dapat dicegah dengan hidup secara

35
higienis dan bersih (Ngastiyah, 2005).
Menurut Bamford (2008) dari National Departement of
Health, yang mengatakan bahwa comprehensive
approach to the care of the ill child, which attempt to
ensure appropriate and combined treatment of the five
major diseases. Artinya, MTBS dihampir seluruh negara
berkembang merupakan pelayanan kesehatan anak balita
sakit secara komprehensif karena dapat
mengkombinasikan pemeriksaan lima penyakit yang
dominan di derita anak balita, salah satunya diare.
Karena pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering
menyebabkan kematian pada balita di dunia, termasuk
diare.
Penerapan MTBS yang dilaksanakan sebagian besar
sudah lengkap (67,6%) sehinga diare sebagian besar
tidak
berulang (67,6%), Puskesmas dikatakan sudah
menerapkan MTBS apabila memenuhi kriteria
melaksanakan/melakukan pendekatan MTBS minimal
60% dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas
(KemenKes RI, 2011).
Menurut WHO tahun 2005 telah mengakui bahwa
pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-
negara berkembang dalam upaya menurunkan angka
kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita
bila dilaksanakan dengan lengkap dan baik. Karena
pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering
menyebabkan kematian pada balita di dunia, termasuk
diare. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya
preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya
promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif
(pengobatan).
C (Comparasion)
O (Outcome) Dari hasil penelitian tersebut, pendekatan MTBS sudah
terbukti bahwa pendekatan MTBS sangat cocok untuk
diterapkan di negara-negara berkembang supaya angka
mortalitas dan morbiditas anak semakin menurun, dan
juga untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang
sering menyebabkan kematian balita di dunia dan diare
adalah salah satu dari beberapa jenis dari penyakit

36
tersebut.

37
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda atau balita
yang berusia kurang dari 2 bulan atau yang berusia antara 2 bulan hingga 5
tahun merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi muda atau
balita yang sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit yang sangat
berat atau infeksi bakteri, diare, icterus, berat badan rendah dan atau masalah
pemberian ASI dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi,
pemberian vitamin A, dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas
karena penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan
pelayanan terhadap bayi muda atau balita sakit yang dikembangkan oleh
WHO. Dengan MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi
muda dan atau balita pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang
memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif, dan promotif,
termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan
masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak. Program MTBS ini
dikembangkan untuk mencegah tingkat kematian bayi muda yang berumur
kurang dari 2 bulan dan balita yang berumur antara 2 bulan hingga 5 tahun.

5.2 Saran
Sebagai calon perawat, penting bagi kita untuk mengetahui apa itu
MTBS dan juga penyakit-penyakit yang tercakup dalam MTBS supaya derajat
kesehatan bayi muda dan balita di Indonesia lebih terjamin, dan supaya
morbiditas yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut semakin berkurang. Oleh
karena itu, penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini maka dapat
menambah pengetahuan penulis dan pembaca, dan ilmu yang sudah penulis
sampaikan dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca.

38
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

No. Dokumen :

No. Revisi :
SOP
Tgl.Terbit :

Halaman :

Kepala Puskesmas
Perawatan Pekik Nyaring

PUSKESMAS
PEAWATAN PEKIK
NYARING dr.Rina Aprilina

NIP. 19850413 201411 2


001

1. Pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan


terpadu yang tata pelaksanaanya dilakukan pada balita sakit dengan
fasilitas rawat jalan dengan pengetahuan pelayanan kesehatan.

2. Tujuan Sebagai pedoman petugas dalam menklasifikasikan penyakit


dan memberikan pengobatan yang sesuai

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Perawatan Pekik Nyaring No. Tentang


Manajemen Terpadu Balita Sakit

4. Referensi Buku MTBS Modul 1 s/d Modul 5 Depkes RI dan Dinkes

39
Bengkulu Tengah 2006

5. Alat dan Bahan 1. Timbangan Badan


2. Termometer
3. Ukur Panajang Badan
4. KMS Bayi
5. Stetoskop
6. Ruang Lingkup Anak balita sakit umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun

7. Prosedur a. Petugas Memanggil pasien


b. Petugas Mempersiapkan Alat bukti kegiatan
(register,Formulir MTBS)
c. Petugas Mencuci tangan
d. Petugas Menanyakan kepada ibu mengenai masalah anaknya
e. Petugas Menimbang BB, mengukur TB dan mengukur suhu
tubuh anak
f. Petugas Memeriksa tanda bahaya umum,meliputi :
1) Anak tidak bisa minum/menetek
2) Anak memuntahkan semuanya
3) Anak Kejang
4) Anak letargis/tidak sadar
g. Petugas Menanyakan kepada ibu mengenai 4 keluhan utama
1) Batuk / Sukar bernafas
2) Diare
3) Demam
4) Masalah Telinga
h. Petugas Menanyakan gejala lain yang berhubungan dengan
gejala utama
i. Petugas Memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi anak

40
dan anemia
j. Petugas Memeriksa status immunisasi dan pemberian Vit A
dan menentukan apakah Anak membutuhkan immunisasi
dan atau Vit A pada saat kunjungan tersebut
k. Petugas Menilai masalah / keluhan lain yang dihadapi anak
l. Petugas Menentukan perlunya dilakukan rujukan segera jika
kondisi perlu dirujuk
m. Petugas Menentukan tindakan dan pengobatan pra rujukan
n. Petugas Merujuk anak, menjelaskan perlunya rujukan dan
membuat surat rujukan
o. Petugas Menentukan tindakan dan pengobatan untuk anak
yang tidak memerlukan Rujukan segera
p. Petugas Memilih obat yang sesuai dan menentukan dosis
obat ,jadwal pemberian dan Mengajarkan ibu cara cara
pemberian obat dirumah
q. Petugas Memberi cairan tambahan untuk diare dan
melanjutkan pemberian makan.
r. Petugas Memberikan immunisasi setiap anak sakit sesuai
dengan kebutuhan
s. Petugas Memberikan suplemen Vit A
t. Petugas Memberikan konseling, meliputi
1) Pemberian makan
2) Pemberian cairan
3) Kapan harus kunjungan ulang
4) Menasehati ibu untuk menjaga kesehatan dirinya
u. Petugas Mempersilahkan ibu untuk mengambil obat ke loket
obat
v. Petugas Mencuci tangan

41
w. Petugas mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan,
therapy dan tindakan

8. Dokumen  Formulir MTBS


Terkait
 Lembar status rawat jalan
 Buku Register
 Surat rujukan

9. Unit Terkait

10. Rekaman Historis Perubahan

NO Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai


Diperlakukan

42
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

No. Kode :

Terbitan :

DAFTAR No. Revisi :


TILIK
Tgl. Mulai :
Berlaku
UPT PUSKESMAS
BATURETNO I Halaman : 1/2

Tidak
No Kegiatan Ya Tidak
Berlaku

1 Apakah Petugas memanggil pasien?

2 Apakah Mempersiapkan Alat dan bukti kegiatan (register,


status)?

3 Apakah Petugas mencuci tangan?

4 Apakah Petugas menanyakan masalah anaknya?

5 Apakah Petugas menimbang BB,TB dan mengukur suhu


tubuh?

6 Apakah Petugas memeriksa tanda bahaya umum?

7 Apakah Petugas menanyakan keluhan utama?

8 Apakah Petugas menanyakan keluhan lain yang menyertai


keluhan utama?

9 Apakah Petugas memeiksa dan menklasifikasi status gizi anak


dan anemia?

43
10 Apakah Petugas memeriksa status immunisasi dan pemberian
Vit A?

11 Apakah Petugas mengklasifikasi masalah anak?

12 Apakah Petugas menentukan dilakukan rujukan segera?

13 Apakah Petugas memberikan tindakan dan pengobatan pra


rujukan?

14 Apakah Petugas merujuk anak, memberikan penjelasan dan


membuat surat rujukan?

15 Apakah Petugas memberikan tindakan dan pengobatan untuk


anak yang tidak memerlukan dirujuk?

16 Apakah Petugas memilih obat yang sesuai, dosis pemberian


,jadwal pemberian dan cara pemberian?

17 Apakah Petugas memberikan cairan tambahan untuk penderita


diare dan melanjutkan pemberian makan?

18 Apakah Petugas memberikan immunisasi yang dibutuhkan?

19 Apakah Petugas memberikan suplemen Vit A?

20 Apakah Petugas memberikan konseling,? meliputi :

1) Pemberian makan
2) Pemberian Cairan
3) Kapan kunjungan ulang
4) Menasehati agar ibu menjaga kesehatan dirinya
21 Apakah Mempersilahkan ibu untuk mengambil obat ke loket

44
obat?

22 Apakah Petugas mencuci tangan?

23 Apakah Petugas mendokumentasikan semua hasil


pemeriksaan, therapy dan tindakan?

CR : …………………………%.

Baturetno,……………………..

Pelaksana / Auditor

(……………………..)

45
RUBRIK PENILAIAN PRESENTASI

Indikator Skala
Sangat baik (A) Baik (B) Cukup (C) Kurang baik Gagal (E)
(D)
Skor ≥ 80 Skor ≥70-79 Skor ≥55-69 Skor ≥40-54 Skor <40
Akurasi dari Mampu Mampu Mampu Hanya Tidak
penjelasan menjelaskan menjelaskan menjelaskan membaca slide berpartisipasi
konsep materi presentasi, materi materi powerpoint dalam
dihubungkan menambahkan presentasi dan presentasi presentasi
dengan contoh dalam menambahka namun tidak
kasus kehidupan nyata n contoh mampu
dan mampu dalam menambahkan
menjawab setiap kehidupan contoh dalam
pertanyaan nyata namun kehidupan
dengan baik tidak mampu nyata dan tidak
menjawab mampu
pertanyaan menjawab
dengan baik pertanyaan
dengan baik
Akurasi dari Proses dalam Proses Proses Proses Tidak ada
penyelesaian menjawab kasus menjawab menjawab menjawab proses dalam
kasus benar dan kasus benar kasus hampir kasus salah menjawab
jawabannya juga namun benar dan kasus dan
benar jawaban salah jawaban salah jawaban
salah
Kerjasama Setiap anggota Setiap Semua anggota Beberapa Tidak siap
tim terlibat dalam anggota terlibat dalam anggota untuk
presentasi dan terlibat dalam presentasi terlibat dalam presentasi
ikut menjawab presentasi namun hanya presentasi
pertanyaan namun hanya satu orang namun hanya
beberapa yang yang satu orang
menjawab menjawab yang
pertanyaan pertanyaan menjawab

46
pertanyaan

Keterangan :
Nilai = jumlah skor/3

47
RUBRIK PENILAIAN MAKALAH

No. Komponen Penilaian Skor Penilaian


Maks Dosen
I. Identitas Makalah
1 Judul makalah 2
2 Keperluan ditulisnya makalah 2
3 Nama penulis makalah 2
4 Tempat dan waktu penulisan makalah 2
II. Sistematika Makalah
5 Makalah terorganisasi dengan baik dan lengkap:
§ Ada Kata Pengantar dan Daftar Isi/Tabel/Gambar 2
§ Pendahuluan berisi: latar belakang penulisan makalah, 2
masalah beserta batasannya, dan tujuan penulisan
makalah
§ Bagian inti berisi paparan topik-topik bahasan 2
§ Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran 2
§ Memuat daftar rujukan/pustaka dan lampiran (jika 2
ada)
§ Makalah ditulis sesuai EYD, kriteria penulisan ilmiah, 8
pengetikan dan layout rapi (font konsisten dan minim
typo/kesalahan pengetikan)
III. Bagian Teks Utama Makalah
6 Latar Belakang memaparkan:
§ Hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah 10
(secara teoritis maupun praktis)
§ Masalah yang memerlukan pemecahan/penjelasan/ 5
pendeskripsian /penegasan
§ Tujuan penulisan makalah 5
7 Topik-topik Bahasan pada bagian inti:
§ Relevan dengan masalah yang dipaparkan pada 15
bagian pendahuluan (isi dan kuantitas)
§ Beragam konsep dieksplor dari banyak sumber (> 10 9
sumber buku atau artikel)

48
§ Gambar/diagram/foto yang disertakan sesuai dengan 5
pembahasan
8 Penutup memaparkan:
§ Kesimpulan atau penegasan atau ringkasan 5
pembahasan
§ Saran/rekomendasi sehubungan dengan masalah yang 5
dibahas
IV. Lain-Lain
9 Makalah disertai dengan power point atau tayangan yang 15
berkualitas
Jumlah Skor Maksimal 100

49
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mu'is, A. Y. (2014). HUBUNGAN PENERAPAN MANAJEMEN TERPADU


BALITA SAKIT (MTBS) DIARE DENGAN KESEMBUHAN DIARE
PADA BALITA DI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO. 1-8.

Adnyani, K. D. (2016, Juni). Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Manajemen


Terpadu Balita Sakit (MTBS) Di Puskesmas Di Kabupaten Tabanan.

Erawantini, I. N. (2018, Desember). Kebutuhan Perancangan Sistem Screening Balita


Sakit Berdasarkan Klasifikasi dan Penatalasanaan MTBS. Jurnal Kesehatan,
Vol. 6 No. 3, 83-87.

RI, K. K. (2018). Pedoman Pelayanan Medis MTBM dan MTBS.

50

Anda mungkin juga menyukai