Anda di halaman 1dari 3

Nama : Kurniawan

NIM : 043905091

UPBJJ : Bogor

Assalamualaikum Wr. Wb.

Selamat sore ijin menanggapi.

1. Seorang pemasar perlu mempelajari perilaku konsumen karena hal itu sangat penting untuk
mengembangkan strategi pemasaran yang efektif yang sesuai dengan audiens target mereka.
Memahami perilaku konsumen memungkinkan pemasar untuk menyelaraskan produk, pesan, dan
pendekatan keseluruhan dengan kebutuhan dan preferensi pelanggan mereka. Untuk
mengilustrasikannya kita contoh Apple yang memanfaatkan studi perilaku konsumen.

1. Pengembangan Produk: Apple menginvestasikan banyak waktu dan sumber daya untuk memahami
preferensi dan perilaku konsumen. Misalnya, mereka menganalisis data untuk mengidentifikasi tren,
seperti peningkatan permintaan akan layar yang lebih besar atau kemampuan kamera yang lebih baik.
Dengan melakukannya, mereka mengembangkan iPhone yang sesuai dengan preferensi ini, memastikan
bahwa produk mereka sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen.

2. Strategi Harga: Apple memahami bahwa konsumen mungkin bersedia membayar premi untuk produk
mereka karena faktor-faktor seperti loyalitas merek dan persepsi kualitas. Mereka menggunakan
wawasan ini untuk menetapkan harga mereka pada tingkat yang mencerminkan baik nilai produk
maupun kemauan konsumen untuk membayar, menjaga citra premium mereka.

3. Pemasaran dan Periklanan: Kampanye pemasaran Apple terkenal karena daya tarik emosionalnya dan
fokus pada bagaimana produk mereka dapat meningkatkan kehidupan konsumen. Mereka
memanfaatkan wawasan perilaku konsumen untuk menciptakan pesan yang beresonansi dengan
audiens mereka. Misalnya, mereka menyoroti fitur-fitur seperti antarmuka yang mudah digunakan dan
integrasi yang mulus antara perangkat, yang mengatasi keinginan konsumen untuk kesederhanaan dan
kenyamanan.

4. Pengalaman Pelanggan: Pengalaman berbelanja di toko Apple dan daring dirancang dengan
mempertimbangkan perilaku konsumen. Mereka memastikan bahwa lingkungan tersebut bersahabat,
memberikan bantuan personal, dan membuat proses pembelian sebaik mungkin, mengatasi faktor-
faktor emosional dan psikologis yang memengaruhi keputusan konsumen.

5. Keterlibatan Setelah Pembelian: Apple mengakui pentingnya perilaku setelah pembelian. Mereka
menawarkan dukungan pelanggan yang sangat baik, pembaruan perangkat lunak berkala, dan
ekosistem yang mendorong pelanggan untuk tetap berada dalam ekosistem Apple. Dengan
melakukannya, mereka meminimalkan disonansi kognitif setelah pembelian dan memupuk loyalitas
jangka panjang.

6. Diversifikasi Produk: Apple telah mendiversifikasi lini produk mereka berdasarkan wawasan perilaku
konsumen. Misalnya, mereka memperkenalkan iPad untuk mengakomodasi kebutuhan akan perangkat
dengan layar yang lebih besar dan Apple Watch untuk mengejar minat yang berkembang dalam
pelacakan kesehatan dan kebugaran.

Secara keseluruhan, kesuksesan Apple di pasar sebagian besar disebabkan oleh pemahaman mendalam
mereka tentang perilaku konsumen. Mereka memanfaatkan pengetahuan ini untuk mengembangkan
produk, menetapkan harga, membuat kampanye pemasaran, meningkatkan pengalaman pelanggan,
dan memupuk loyalitas merek. Dengan menyelaraskan strategi mereka dengan preferensi dan perilaku
konsumen, Apple secara konsisten memberikan produk yang diinginkan konsumen dan terus menjadi
pemimpin di industri teknologi.

2. Konsep perilaku konsumen dapat digunakan untuk menganalisis kebijakan pembangunan alun-alun kota
dalam hal feasibility, yaitu kelayakan untuk dilaksanakan. Dengan menggunakan konsep perilaku
konsumen, Walikota dapat memahami kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap alun-alun kota,
manfaat yang dirasakan masyarakat dari alun-alun kota, dan persepsi masyarakat terhadap alun-alun
kota.

Kebutuhan dan keinginan masyarakat

Salah satu konsep perilaku konsumen yang dapat digunakan adalah konsep motivasi. Motivasi adalah
kekuatan yang mendorong seseorang untuk bertindak. Dalam konteks pembangunan alun-alun kota,
motivasi masyarakat untuk menggunakan alun-alun kota dapat bermacam-macam, seperti untuk
bersantai, olahraga, berkumpul bersama keluarga, atau bahkan untuk berbisnis.

Untuk memahami kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap alun-alun kota, Walikota dapat
melakukan survei atau wawancara kepada masyarakat. Survei atau wawancara dapat dilakukan untuk
menanyakan hal-hal berikut:

 Apa yang biasa Anda lakukan di alun-alun kota?


 Apa yang Anda inginkan ada di alun-alun kota?
 Berapa sering Anda menggunakan alun-alun kota?

Dengan memahami kebutuhan dan keinginan masyarakat, fasilitas dan program yang ditawarkan di
alun-alun kota dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Manfaat yang dirasakan masyarakat

Konsep perilaku konsumen lainnya yang dapat digunakan adalah konsep nilai. Nilai adalah manfaat yang
dirasakan oleh konsumen dari suatu produk atau jasa. Dalam konteks pembangunan alun-alun kota,
nilai yang dirasakan oleh masyarakat dapat berupa manfaat fisik, seperti ruang terbuka hijau, fasilitas
olahraga, dan area parkir. Nilai juga dapat berupa manfaat non-fisik, seperti interaksi sosial, rasa
kebersamaan, dan identitas kota.

Untuk memahami manfaat yang dirasakan masyarakat dari alun-alun kota, Walikota dapat melakukan
survei atau wawancara kepada masyarakat. Survei atau wawancara dapat dilakukan untuk menanyakan
hal-hal berikut:

 Apa manfaat yang Anda rasakan dari alun-alun kota?


 Apakah alun-alun kota telah memenuhi kebutuhan Anda?

Dengan memahami manfaat yang dirasakan masyarakat, kebijakan pembangunan alun-alun kota dapat
dibuat dengan lebih bermanfaat bagi masyarakat.

Persepsi masyarakat terhadap alun-alun kota

Konsep perilaku konsumen juga dapat digunakan untuk memahami persepsi masyarakat terhadap alun-
alun kota. Persepsi adalah cara seseorang memandang suatu objek atau peristiwa. Persepsi masyarakat
terhadap alun-alun kota dapat mempengaruhi tingkat penerimaan masyarakat terhadap alun-alun kota.

Untuk memahami persepsi masyarakat terhadap alun-alun kota, Walikota dapat melakukan survei atau
wawancara kepada masyarakat. Survei atau wawancara dapat dilakukan untuk menanyakan hal-hal
berikut:

 Bagaimana pendapat Anda tentang alun-alun kota?


 Apakah Anda setuju dengan pembangunan alun-alun kota?
 Apa yang Anda sukai dan tidak sukai dari alun-alun kota?

Dengan memahami persepsi masyarakat, kebijakan pembangunan alun-alun kota dapat dibuat dengan
lebih diterima oleh masyarakat.

Kesimpulan :

Dengan menganalisis feasibility kebijakan pembangunan alun-alun kota dengan menggunakan konsep
perilaku konsumen, Walikota dapat membuat kebijakan yang lebih tepat sasaran, efektif, dan
bermanfaat bagi masyarakat.

Sumber referensi

 Kotler, Philip, Kevin Lane Keller, and Douglas B. Lichtenstein. Marketing Management. 15th ed.
New Jersey: Pearson Education, 2016.
 Schiffman, Leon G., Leslie Lazar Kanuk, and Donald L. Lehmann. Consumer Behavior. 13th ed.
New York: Pearson Education, 2015.

Anda mungkin juga menyukai