BAB I-4 - New
BAB I-4 - New
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesehatan gizi pada tahun pertama dalam kehidupan. Salah satu indikator
Internasional 2025 dalam turunnya angka stunting dan wasting di usia balita.
prevalensi stunting balita ditargetkan menjadi 19%, disisi lain angka wasting
untuk lima program prioritas. Upaya perbaikan masalah status gizi masyarakat
dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan pada 1000 hari pertama
kehidupan anak atau dimulai sejak janin sampai anak usia 2 tahun (Sardjito,
2019). Dampak kekurangan gizi sangat kompleks yaitu anak dapat mengalami
(Proverawati, 2015).
World Health Organization (WHO) yaitu status gizi balita dapat diukur
berdasarkan tiga indeks, yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U) Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Panjang atau Tinggi
berat badan sangat kurang dan berat badan kurang. Penurunan berat badan
dengan ambang batas Z-Score BB/U <-2 SD sampai dengan ≥-3SD klasifikasi
gizi kurang. Jika kekurangan gizi terjadi dalam waktu lama akan
menyebabkan kekurangan gizi kronis yaitu ambang batas Z-Score BB/U <3SD
mengukur BB/U anak. BB/U menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan
menggambarkan status gizi saat ini. Jika masalah gizi pada anak terdeteksi
lebih awal dan dilakukan penanganan segera maka tidak terjadi masalah gizi
Menurut UNICEF tahun 2016 prevalensi gizi kurang balita di dunia pada
tahun 2016 sebanyak 14% (94,5 juta), dan pada tahun 2017 terdapat 13,5%
(92 juta) balita didunia. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 didapatkan
3
angka kejadian gizi buruk dan gizi kurang balita di Indonesia pada tahun 2017
sejumlah 17,8% dan pada tahun 2018 sejumlah 17,7% (RISKESDAS, 2018).
Persentase gizi sangat kurang di Indonesia tahun 2020 sebanyak 1,4% dan gizi
kurang 6,7%, sedangkan Jumlah balita gizi kurang di Provinsi Sumatera Barat
tahun 2020 sebanyak 8% status gizi kurang dan 1,4% status gizi sangat kurang
Status Gizi pada balita di pengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu
keluarga, pendidikan orang tua, pengetahuan ibu tentang gizi, pola asuh gizi
balita, jumlah anggota keluarga dan sanitasi lingkungan. Hal ini dilihat dari
beberapa penelitian Menurut (UNICEF, 2013), tahun 2011 ada 165 juta (26%)
dengan angka balita stunting tertinggi yaitu ada 7,5 juta balita. Faktor ekonomi
merupakan suatu penentu status gizi. Status ekonomi yang rendah atau
kesehatan. Sebagian besar orang tua yang tidak berpendidikan memiliki buta
sosial ekonomi dengan kejadian stunting pada balita dengan Pvalue= 0,032.
merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan
tentang gizi dan kesehatan pada orang tua, khususnya ibu merupakan salah
satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Seseorang ibu yang
memiliki pengetahuan dan sikap gizi yang kurang akan sangat berpengaruh
terhadap status gizi balitannya sehingga sukar untuk memilih makanan yang
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tapin Utara, yang menyatakan bahwa ada
hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita dengan Pvalue =0,002.
secara optimal baik bagi per individu keluarga maupun unit keluarga
utama di Indonesia terutama pada bayi dan balita (Purnama, 2017). Sanitasi
yang buruk dapat mengundang timbulnya penyakit infeksi pada balita seperti
menyebabkan berat badan anak turun. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu
yang lama maka dapat mengakibatkan masalah gizi buruk (Pusdatin, 2018).
ekonomi dan hygiene sanitasi lingkungan dengan status gizi anak Balita di
Penelitian ini juga sama dengan penelitian Aisah sti, dkk (2019)
tersebut sangat memerlukan kerja sama yang baik antara pihak-pihak terkait.
langsung dengan balita. Faktor yang mempengaruhi status gizi adalah pola
asuh yang tidak tepat (Renstra, 2015). Asupan makanan balita hampir
6
akhirnya permasalahan gizi balita akan muncul sebagai akibat dari praktik
pemberian makan dan pola asuh yang tidak baik (Suiraoka, 2011).
Hasil penelitian Amalia Husnul (2016) tentang hubungan pola asuh gizi
Ibu dengan status gizi balita diwilayah kerja Puskesmas Lamper Tengah Kota
yang bermakna pola asuh gizi dengan status gizi balita (pvalue = 0,019).
4.762 balita dengan persentase balita gizi kurang 13%., balita pendek 20,9%
dan balita kurus 8,3%. (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat,
2020). Puskesmas Air Bangis merupakan salah satu puskesmas yang ada di
bangis tahun 2021 berjumlah 2.314 orang balita dengan 30 orang balita
mengalami gizi kurang dan sangat kurang (Profil Puskesmas Air Bangis,
2021). Dari data tersebut ditemukan mayoritas pekerjaan orang tua balita yaitu
Survey yang peneliti lakukan pada 8 orang ibu balita di wilayah kerja
Puskesmas Air Bangis ditemukan 5 dari 8 orang ibu balita bekerja sebagai
nelayan dan yang lainnya sebagai IRT, dengan rata-rata pendidikan ibu
tamatan SD. Dari survey tersebut peneliti menanyakan pendapatan orng tua
balita dan bagaimana pengetahuan ibu mengenai gizi seimbang pada anak. 3
7
ibu balita menjawab bahwa pendapatannya cukup hanya untuk makan sehari-
hari saja, jangankan untuk makan seimbang untuk membeli beras dan lauk
sudah agak susah, mendapatkan ikan dari hasil pergi kelaut. Dan untuk yang
lainya seperti susu belum terpenuhi. 2 dari ibu balita juga mengatakan bahwa
terjadi pada anak jika gizi tidak terpenuhi. Selain itu, berdasarkan wawancara
dengan 3 ibu balita, didapatkan hasil bahwa ibu selama bekerja, menitipkan
balitanya pada nenek atau tetangga. Hal ini menyebabkan pola asuh terutama
praktik pemberian makan yang diterapkan pada balita sesuai dengan keinginan
pengasuh. Seperti halnya balita diberikan susu botol (karena ibu bekerja) dan
dan pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap status gizi balita, yang
nantinya akan berdampak pada tumbuh kembang anak. Maka dari itu penulis
Lingkungan, Dan Pola Asuh Gizi Dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
B. Rumusan Masalah
Ibu, Sanitasi Lingkungan Dan Pola Asuh Gizi Dengan Status Gizi Balita
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
8
Sanitasi Lingkungan Dan Pola Asuh Gizi Dengan Status Gizi Balita di
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
kinerja petugas kesehatan atau pengelola program gizi dalam rangka usaha
pengetahuan Ibu dengan status gizi Balita dan dapat dijadikan sebagai
balita.
Pengetahuan Ibu, Sanitasi Lingkungan Dan Pola Asuh Gizi Dengan Status
Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Air Bangis Tahun 2022. Jenis
cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April s/d Mei Tahun
10
2022 di wilayah kerja Puskesmas Air Bangis. Populasi penelitian ini adalah
seluruh ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Air Bangis
sebanyak 2.314 orang. Dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang dan teknik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
A. Tinjauan Teoritis
a. Balita
1) Definisi balita
seorang anak dari usia 1 sampai 3 tahun disebut batita atau toddler
dan anak usia 3 sampai 5 tahun disebut dengan usia pra sekolah
2) Karakteristik Balita
11
12
yaitu:
dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola
sering.
(Hockenberry, 2016).
yakni:
drastic
pertumbuhan.
2011).
pesat. Pada masa ini otak balita telah siap menghadapi berbagai
Tabel 2.1
Kecukupan Gizi Rata-Rata pada Anak Prasekolah
gizinya buruk maka perkembangan otak pun kurang dan itu akan
(Sibagariang, 2010).
c. Vitamin
zat besi.
Selain itu, status gizi juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan
dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke tubuh dan yang
atas gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih.
a) Gizi Buruk
b) Gizi Kurang
20
c) Gizi Baik
d) Gizi Lebih
Tabel 2.2
Klasifikasi Status Gizi
Kategori Status Ambang batas
Indeks
Gizi (Z-score)
Berat badan sangat < -3 SD
kurang (Severaly
Berat Badan
underweight)
menurut Umur
Berat badan kurang -3 SD sampai
(BB/U) Anak
(underweight) dengan < -2 SD
Umur 0-60
-2 SD sampai dengan
bulan Berat badan normal
+1 SD
Resiko berat badan
>+1 SD
lebih1
Tinggi Badan Sangat Pendek
<-3 SD
atau panjang (severaly stunted)
Badan menurut -3 SD sampai
Pendek (Stunted)
Umur (TB/U) dengan <-2 SD
atau (PB/U) -2 SD sampai
Normal
Anak Umur 0- dengan +3 SD
21
60 bulan
Tinggi2 > +3 SD
Gizi lebih + 1 SD sd +2 SD
(overweight)
> + 2 SD
Obesitas (obese)
Keterangan:
22
atau IMT/U
normal).
dkk, 2001).
i. Pemeriksaan Klinis
23
otot.
gelap.
yaitu:
a) Keunggulan antropometri
dimasa lampau
yang jelas
generasi berikutnya
b) Kelemahan Antropometri
(1) Pengukuran
komposisi pengukuran
27
a) Umur
dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak
b) Berat Badan
berlaku.
umum.
penimbangan
mudah dibawa
mungkin turun
melakukannya
tidak dipertimbangkan
31
pada balita
a) Penyebab langsung
penyakit.
kurang, yakni :
kesehatan.
33
d) Akar masalah
a) Keadaan Infeksi
kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat
c) Pengaruh budaya
Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang
d) Penyediaan Pangan
g) Tingkat pendapatan
Rp.1.375.000,-
2. Status Ekonomi
pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang
39
adalah tingkat pendapatan keluarga, dalam hal ini adalah daya beli
makanan itu sendiri, serta tingkat pengolahan sumber daya lahan dan
uang, berarti semakin baik makanan yang diperoleh. Dengan kata lain
a. Tingkat penghasilan
40
(Yanuar, 2011)
Dari data yang di peroleh dari Puskesmas Air Bangis untuk Upah
seseorang terutama ibu lebih tanggap terhadap status gizi pada anak.
(Adriani,2012).
3. Pengetahuan Ibu
a. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari setelah tahu, dan ini terjadi orang
b. Pembagian Pengetahuan
1) Tahu (know)
42
terhadap apa yang telah diterima yang bisa dikatakan suatu kata
2) Memahami (comprehenssion)
3) Aplikasi (application)
4) Analisis (analysis)
5) Sintesis (synthesis)
baru.
6) Evaluasi (evaluation)
2011).
bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya
kebiasaan, iklan dan lingkungan. Selain itu gangguan gizi juga disebabkan
menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai
berikut :
(Budiman, 2013).
4. Sanitasi Lingkungan
2009).
yang hidup dalam satu lingkup atap rumah. Dari defenisi tersebut,
keluarga yang sehat, sehingga hal ini juga akan meningkatkan ekonomi
dan kondisi sosial sebuah keluarga (Pusdatin, 2018). Jika salah satu
sehat adalah lingkungan yang bersih dan rapi, tidak terdapat genangan
air, sampah yang tidak berserakan, udara yang segar dan nyaman,
tahun 1990 tentang syarat dan pengawasan kualitas air, kualitas air
air, tidak berasa, suhu air sesuai dengan suhu lingkungan sekitar
dan tidak berwarna. Pada saat pembuatan sarana air bersih, jarak
pencemaran air bersih dari tinja hewan dan manusia adalah bakteri.
dapat terbuat dari kayu, batu bata, dan lain sebagainya. Tempat
penutup dan juga kedap dari air. Hal ini untuk menghindari
2014).
3) Sarana Jamban
air besar. Keberadaan jamban selain harus nyaman dan aman tetapi
(Purnama, 2017).
jamban yang sehat. Walaupun jamban sehat juga bisa bersifat non
tidak sehat. Bangunan jamban terdiri dari tiga bagian utama yaitu
(Purnama, 2017).
Air limbah dalam rumah tangga terdiri dari dua jenis yaitu grey
water dan black water. Grey water merupakan air bekas campuran
dapur, mesin cuci, dan air dari kamar mandi. Grey water bisa
tumbuh kembang fisik dan biologis balita secara tepat dan berimbang
Pola pengasuhan anak berupa sikap perilaku ibu atau pengasuh lain
3) Pengasuhan psiko-sosial
4) Penyiapan makanan
memberikan pola asuh akan berakibat pada kejadian gizi kurang bahkan
perlindungan yang aman dan nyaman bagi anak. Masa lima tahun
nanang D, 2010).
2) Pemberian Makan
berusia 6 bulan, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi paling
tidak sampai usia 24 bulan. Makanan tambahan bagi bayi ini harus
dari 6 bulan adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang
energi dan zat gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan
adalah:
oleh bayi
keadaan halus.
yang singkat.
(7) Bentuk dan porsi disesuaikan dengan selera dan daya makan
bayi
dengan baik
(1) 0 – 6 bulan
54
(2) 6 – 8 bulan
dalam buah. Pepaya salah satu jenis buah yang baik diberikan
(3) 8 – 10 bulan
Yanti A, 2010).
(4) 10 – 12 bulan
dengan rasa dan tekstur yang lebih kaya. Namun putih telur
Yanti A, 2010).
Yanti A, 2010).
3) Pengasuhan Psiko-Sosial
interaksi dengan anak dan orangtua interaksi timbal balik antara anak
58
kasih sayang serta interaksi antar ibu dan anak. Salah satu hak anak
dan perlakuan yang adil dari orangtuanya. Agar kelak menjadi anak
balik antara ibu dan anak. Meningkatkan kedekatan ibu dan anak
minim, sirkulasi udara yang tidak lancar, akan berdampak buruk bagi
a) Menyusui
bayi berusia 2 tahun. Selain ASI, ASI pun harus tetap diberikan
Kesehatan
a) Imunisasi
B. Kerangka Teoritis
Gambar 2.1`
Kerangka Teoritis
Hubungan status ekonomi, pengetahuan Ibu,
sanitasi lingkungan dan pola asuh gizi dengan Status Gizi Balita
Sumber : Permenkes (2020) Nuh (2013) Purnama (2017)
Keterangan :
Tidak diteliti
Diteliti
62
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Status Ekonomi
Pengetahuan Ibu
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Hubungan Status Ekonomi Pengetahuan Ibu, Sanitasi Lingkungan Dan
Pola Asuh Gizi Dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Bangis Tahun 2022
62
63
B. Defenisi Operasional
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
Tidak
Sejahtera <
UMR
(Rp.2.484.0
41-.)
Pengetahua Hasil dari tahu melalui Kuesioner Wawancara Tingi, Ordinal
n Ibu proses penginderaan apabila nilai
seperti mendengar dan > 50%
melihat yang diperoleh
dari dunia pendidikan Rendah,
atau promosi apabila nilai
pemerintah tentang gizi ≤ 50%
64
C. Hipotesis Penelitian
Ha:
4. Ada Hubungan Pola Asuh Gizi Dengan Status Gizi Balita di Wilayah
BAB IV
METODE PENELITIAN
fenomena yang terjadi dan mencoba menggali bagaimana fenomena itu bisa
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei s/d Juni Tahun 2022
1. Populasi
2. Sampel
sebagai berikut :
1. Sumber Data
a. Data primer
b. Data sekunder
67
study dokumentasi.
2. Pengkodean (Coding)
selanjutnya.
Memasukkan data yang telah diberi kode kedalam tabel dan diolah
secara komputerisasi.
4. Pemeriksaan (Cleaning)
Data yang telah dientry dicek kembali untuk memastikan bahwa data
dianalisis.
F. AnalisisData
1. Analisis Univariat
68
menggunakan komputerisasi.
2. Analisis Bivariat
dibandingkan dengan nilai α, dimana nilai P value >α 0,05 berarti secara
statistik tidak ada hubungan bermakna dan apabila nilai P value ≤ α 0,05