Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

ILMU BEDAH ANAK

CONGENITAL ANOMALIES: TONGUE TIE

Disusun oleh:

Pebrian Diki Prestya


160121210007

Pembimbing:

dr. Kurniawan Oki Pamungkas, Sp.BA., Subsp.U.A(K)

BAGIAN ILMU BEDAH ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN

BANDUNG

2023
Pendahuluan

Lidah merupakan salah satu organ organ penting pada tubuh manusia yang

memiliki banyak fungsi. Lidah memiliki peran dalam proses pencernaan,

menghisap, menelan, persepsi rasa, bicara, respirasi dan perkembangan rahang.

Lidah dapat mencerminkan kondisi kesehatan seseorang sehingga digunakan

sebagai indikator untuk mengetahui kesehatan oral dan kesehatan umum pasien.

Terdapat variasi anatomi tertentu pada lidah yang membuat proses menyusui

menjadi terganggu.1

Frenulum lingualis adalah lipatan membran mukosa yang menghubungkan

lidah ke dasar rongga mulut dan tulang mandibula. Frenulum lingualis terbentuk

dari jaringan ikat fibrosa yang padat dan serat superior dari otot genioglossus.

Frenulum lingualis bermigrasi menuju posisi sentral untuk menempati posisi

definitif seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan tulang erupsi gigi.

Ketika frenulum lingualis tebal, kencang dan atau perlekatan dari lidah terbatas

dapat mengkibatkan Ankyloglossia atau disebut juga dengan Tongue-tie.2

Suatu kondisi yang membatasi gerak lidah dikenal dengan sebutan

Ankyloglossia atau Tongue-tie (lidah dasi). Ankyglossia merupakan salah satu

kelainan kongenital yang dapat terjadi pada bagian lidah bayi ketika dilahirkan

sehingga mengakibatkan terbatasnya gerakan lidah. Encyclopedia and Dictionary

of Medicine, Nursing and Allied Health mengatakan bayi dengan ankyloglossia

umumnya mengalami kesulitan dalam menjulurkan lidahnya dan menyebabkan

kurang efektifnya kemampuan bayi dalam menghisap ASI.3

Angka kejadian bayi dengan Ankyglossia yang dilaporkan oleh data

populasi Britissh Columbia, dilaporkan berkisar 4,2 – 10,7% pada bayi baru lahir
dan hanya 25% dari keseluruhan kasus mengalami kesulitan menyusui.4 Hasil

studi epidemiologis lainnya menunjukkan kejadian Ankyglossia terjadi sekitar 1,7-

4,3% pada bayi baru lahir. Mayoritas penderita Ankyglossia adalah anak laki-laki

dengan perbandingan 3:1 dengan anak perempuan. 5 Penelitian lain yang dilakukan

oleh Avcu dan Kanli mendapatkan 2690 atau 52,5% dari 5150 pasien rawat jalan

di Turki memiliki kelainan lidah.1

Ankyglossia dilihat dari keparahannya dibagi menjadi 4 derajat, yaitu derajat

1 Ankyglossia ringan, dengan fungsi lidah yang dapat ditoleransi, biasanya

dilakukan observasi dan diharapkan seiring bertumbuhnya anak maka frenulum

akan menyusut dengan sendirinya, sedangkan derajat 4 adalah Ankyglossia berat

dimana fungsi dari lidah sangat terganggu dan perlu dilakukan tindakan

pembedahan untuk mengembalikan fungsi lidah. Terdapat dua macam tindakan

pembedahan pada pasien Ankyglossia yaitu Frenotomy dan Frenuloplasty.2

Definisi Tongue tie

Ankyloglossia didefinisikan sebagai sisa embriologis dari jaringan

membran frenulum di garis tengah antara permukaan bawah lidah dan dasar mulut

– yang pendek, tebal, dan tidak elastis sehingga membatasi gerakan lidah normal

(International Affiliation of Tongue-Tie Professionals = IATP, 2011). Insidens

ankyloglossia dilaporkan berkisar 4,2-10,7% pada bayi baru lahir, dan hanya

sekitar 25% dari keseluruhan kasus mengalami kesulitan menyusui. Kondisi

ankyloglossia dapat merupakan varian genetik dalam keluarga.1


Epidemiologi Tongue tie

Kejadian AG bervariasi dari 0,02 % sampai 5 %, tergantung pada

penelitian, definisi AG dan populasi yang diperiksa. Angka kejadian diantara

pasien rawat jalan di rumah sakit anak-anak dengan masalah menyusui hampir

tiga kali lebih tinggi (13%). Dua studi independen tentang anomaly oral pada

neonates menemukan prediktor 3X yang signifikan untuk AG pada pria. AG dapat

terjadi dengan peningkatan frekuensi pada berbagai sindroma kongenital,

termasuk sindrom Opitz, sindrom Orofaciodigital, sindrom Beckwith-

Wiedemann, sindrom Simpson-Golabi-Behmel dan X-linked cleft palate.1

Anatomi dan Fisiologi

Lidah merupakan organ tubuh yang memiliki mobilisasi yang tinggi baik
secara longitudinal, horizontal, vertikal, dan tranversal oleh otot-otot instrinsik.
Otot-otot ekstrinsik salah satunya adalah muskulus genioglossus yang masuk ke
bagian medial lidah, dan styloglossus dan hipoglossus pada bagian lateral.
Frenulum lingualis merupakan lipatan yang menghubungkan midline permukaan
inferior lidah dengan dasar mulut, sehingga tongue tie diberikan nama untuk
frenulum lingualis yang tebal, tegang, dan pendek. Terdapat beberapa variasi
derajat keparahan tongue tie.2

Pergerakan lidah saat masa feeding balita mempngaruhi peranan penting.


Lidah diproyeksikan lebih ke depan saat breast feeding dan puting susu
memanjang saat dihisap oleh bayi yang tidak dapat dilakukan oleh dot pada susu
botol. Saat feeding, dot atau puting susu tertahan penuh di dalam mulut yang
menutupi ridge gingiva. Puting susu terlindungi dari kerusakan dan nyeri pada
bagian payudara ibunya.1,3
Diagnosis Tongue Tie
Menurut Klasifikasi Kotlow, AG dapat dibagi menjadi:

Gambar 1: Klasifikasi tongue tie berdasarkan panjangnya lidah bergerak menurut Kotlow

Diagnosis ankyloglossia berdasarkan klasifikasi anatomis dibagi menjadi:


 Tipe I : insersi frenulum pada ujung permukaan bawah lidah
 Tipe II : insersi frenulum di belakang ujung permukaan lidah
 Tipe III : frenulum tebal dan ketat (tidak elastis)
 Tipe IV : frenulum ketat di pangkal lidah

Ankyloglossia tipe I dan II dikenal dengan ankyloglossia anterior, tipe III


disebut ankyloglossia posterior, dan tipe IV tergolong ankyloglossia submukosa.
Kriteria diagnostk bervariasi dari inspeksi visual yang sederhana hingga sistem
klasifikasi menggunakan instrument Hazelbaker’s Assessment Tool for Lingual
Frenulum Function (ATLFF). Instrument ATLFF telah teruji sebagai alat skrining
yang reliabel untuk penilaian bayi di bawah usia 3 (tiga) bulan.

 Skor ATLFF 14 menunjukkan fungsi frenulum yang sempurna dan tidak


memerlukan tindakan frenotomi
 Skor ATLFF 11-13 masih dapat ditoleransi, apabila skor penampilan  10
 Skor ATLFF <11 mengindikasikan kebutuhan frenotomi, apabila
konseling dan manajemen laktasi tidak berhasil menyelesaikan masalah
menyusui
 Skor tampilan frenulum <8 mendukung diagnostik ankyloglossia, namun
tidak direkomendasikan frenotomi kecuali jika bayi mengalami kesulitan
menyusu.
Alur penegakan diagnosis (algoritma) tatalaksana ankyloglossia secara
keseluruhan dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Algoritma tatalaksana tongue tie

Identifikasi Frenulum dengan Manuver Murphy’s


Palpasi frenulum dikerjakan mengikuti inspeksi dan pemeriksaan rutin
terhadap rongga mulut bayi. Caranya dengan menggerakkan jari pemeriksa
menyisir dari samping dasar lidah ke sisi seberangnya3:

 Tidak ada tahanan melebihi penghalang elastis: kemungkinan besar


normal
 Terdapat penghalang, tetapi dapat dilewati jari dengan sedikit usaha:
kemungkinan ankyloglossia posterior
 Penghalang tidak dapat dilalui tanpa menarik jari untuk ‘melompati pagar’
kemungkinan ankyloglossia anterior
 Tampak garis putih melintang di pangkal lidah dasar mulut: kemungkinan
ankyloglossia sub-mukosa

Gambar: Cara pemeriksaan frenulum lingualis pada bayi

Pertimbangkan konsultasi laktasi jika mendapati kondisi4:


 Bayi sulit melekat di payudara atau sulit mengisap ASI
 Puting ibu nyeri atau lecet
 Menyusu sangat lama dan sering (terputus-putus)
 Kenaikan berat badan bayi sangat lambat tidak sesuai dengan kurva
pertumbuhan Berat badan/Usia
Untuk menentukan indikasi frenotomi direkomendasikan pendampingan
sekitar 2-3 minggu sambil memperbaiki proses menyusu, memantau keluhan yang
dirasakan ibu, serta menilai status kesehatan dan pertumbuhan bayi. Tindakan
yang diambil bergantung kondisi sebagai berikut: [Level IIA]
 Ankyloglossia membranosa (tipis dan lentur) dengan skor ATLFF 11-14
Observasi oleh dokter anak, lazimnya pada saat menyusu dari waktu ke
waktu terjadi pergerakan lidah yang diikuti peregangan frenulum. Tidak
cukup data untuk membuktikan manfaat frenotomi sebagai upaya
pencegahan kesulitan menyusui.
 Ankyloglossia membranosa dengan skor ATLFF <11 atau skor tampilan
frenulum <8 tipis.
Frenotomi sederhana (tanpa anestesi dan tanpa jahitan) dapat dikerjakan
oleh dokter anak setelah mengikuti pelatihan dukungan menyusui yang
diselenggarakan IDAI. Keuntungan dari tindakan ini adalah perbaikan
yang segera dengan risiko infeksi 1:10.000 dan perdarahan yang jarang.
 Ankyloglossia sub-mukosa
Rujuk ke spesialis bedah mulut, bedah anak, atau THT-KL untuk
frenektomi atau frenuloplasti (Z-plasti). Jangan lakukan frenotomi karena
meningkatkan risiko perdarahan dan terbentuknya jaringan parut.

Tatalaksana Tongue Tie

Sebagian besar bayi atau anak dengan Tongue-tie tidak memerlukan


pengobatan. Apabila anak mengalami Tongue-tie dan tidak ada keluhan dalam
pemberian ASI, anak dapat diobservasi karena frenulum dapat teregang dan
menjadi lentur dengan sendirinya. Apabila terdapat masalah menyusui, perlu
dilakukan evaluasi yang komprehensif oleh dokter anak. Terapi masalah
menyusui pada bayi Tongue-tie terdiri dari terapi non-bedah dan bedah.4,5,5

a. Terapi non-bedah

Tongue-tie ringan belum diperlukan terapi signifikan seperti frenektomi


dikarenakan seiring perjalanan usia dan penggunaan lidah dapat memberi
penarikan dan penipisan frenulum lidah sehingga mendapat memanjang spontan.
Sehingga pada Tongue-tie ringan cukup dengan terapi konsultasi laktasi yaitu
penempatan posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui. Sebaiknya lakukan
konsultasi dengan konselor laktasi untuk membantu proses menyusui. Diperlukan
kerja sama antara ibu, konselor laktasi, dan dokter anak untuk keberhasilan terapi.

b. Terapi bedah

Terapi Tongue-tie dapat dilakukan dengan prosedur pembedahan.


Pembedahan dapat dilakukan menggunakan prosedur frenektomi. Pada sebagaian
kasus yang mana frenulum berbentuk tipis dapat dilakukan frenektomi, sedangkan
pada kasus frenulum yang tebal, dapat dilakukan operasi frenuloplasti dengan
teknik z-plasty flap closure untuk mencegah pembentukan jaringan ikat.
Frenektomi merupakan sebuah prosedur pengguntingan dan pemisahan frenulum
dari dasar mulut. Prosedur ini dapat dilakukan tanpa anestesi lokal, namun
disarankan untuk menggunakan anestesi topikal untuk mengkontrol rasa sakit dan
kekhawatiran dari orang tua. Berikut adalah gambar dari prosedur frenektomi:

Gambar: Prosedur Frenektomi. a) Pemberian anestesi topikal pada frenulum; b) Frenulum


dipisahkan dengan menggunakan gunting berujung tumpul steril; c) post-operasi setelah dilakukan
pemisahan; d) Hasil dari frenektomi.5

Kasus tongue-tie dengan frenulum yang sangat tebal dan terdapat cukup
banyak pembuluh darah yang dapat meningkatkan resiko pendarahan, maka
dilakukan prosedur frenuloplasti.

Gambar: Prosedur Frenulektomi (1) Gambaran pre-operatif menunjukkan angkyloglosia klas II (2)
Dilakukan fiksasi lidah menggunakan benang silk (3) Eksisi frenulum (4) Dilakukan suturing (5) 4
minggu post-operatif.3

Frenuloplasti dilakukan pada kasus ankyloglosia dengan frenulum tebal,


setelah itu dilakukan penjahitan dengan teknik z-plasty flap closure. Komplikasi
dari terapi invasif seperti frenektomi dan frenuloplasti dapat menyebabkan infeksi,
perdarahan masif, Tongue-tie rekuren yang disebakan pembentukan jaringan ikat
yang berlebih, gangguan bicara yang muncul setelah operasi, glossoptosis
perubahan posisi dari lidah ke belakang yang terkadang dapat menutup jalan nafas
dikarenakan mobilitas lidah yang berlebihan5.

Gambar: Frenektomi lingualis, dimana frenulum lingualis melekat ke alveolar


ridge

Frenektomi lingualis dilakukan ketika terdapat angkyloglosia atau terdapat


perlekatan frenulum lingualis yang tinggi. Frenulum melekat ke lidah pada
permukaan lingua dari ridge alveolar. Pasien dilakukan penjahitan pada ujung
lidah 2 cm dari ujung lidah untuk fiksasi. Dengan menggunakan gunting iris,
dilakukan pemotongan, pemotong harus parallel dengan dasar mulut. Hindari dari
cedera pada ductus submandibular, papilla dan pembuluh darah pada dasar mulut.
Pada kasus tertentu musckulus genioglossus perlu dilakukan diseksi. Luka ditutup
dengan benang silk atau polyglactin dengan Teknik interrupted suture.6
Komplikasi

Ankyloglossia baik itu parsial maupun total, dapat menyebabkan


gangguan berbicara pada individu tertentu, yaitu berupa gangguan artikulasi
seperti pengucapan huruf “t”, “d”, “l”, “th” dan “s”. Tongue-tie atau ankyloglossia
mempengaruhi cukup banyak bayi dan anak-anak. Hal ini dikarenakan AG dapat
menyebabkan kesulitan mengunyah dan menelan makanan, sehingga dapat
meningkatkan tekanan gaster dan menyebabkan kembung, mendengkur dan
mengompol saat tidur. Karies pada gigi dapat terjadi karena keterbatasan
mobilitas lidah dan penyebaran saliva.1,2
Tongue-tie dapat menyebabkan beberapa keadaan diantaranya gangguan
perkembangan organ mulut bayi, gangguan menyusu, makan, menelan, atau
kemampuan berbicara. Pada anak yang memiliki tongue-tie, beberapa suara yang
dihasilkan saat berbicara akan berbeda, seperti kesulitan melafalkan huruf-huruf
“r”, “s”, “z”, “th”, “d”, dan “t”. Kondisi ini biasa dinamakan dengan cadel. Selain
itu, beberapa kegiatan yang melibatkan organ mulut juga mungkin akan sulit
dilakukan, seperti memainkan alat musik tiup. Tongue-tie dapat menyebabkan
kebersihan mulut yang buruk. Hal ini terjadi karena sulitnya membersihkan
kotoran di dalam mulut. Dengan begitu, kerusakan gigi dan gingivitis dapat
terjadi. Selain kepada bayi, proses menyusui yang terhambat akibat Tongue-tie
turut berpengaruh kepada ibu. Selain rasa sakit pada puting payudara, bayi akan
kesulitan mengisap susu yang akan berdampak kepada berkurangnya asupan
nutrisi yang didapatkan. Tongue-tie juga bisa menyebabkan terbentuknya jarak
antara dua gigi depan bawah.3,4

Prognosis

Sekitar 25% bayi dengan ankyloglossia mungkin mengalami kesulitan


pelekatan saat menyusu, sehingga terjadi perlukaan dan nyeri pada putting ibu,
yang menyebabkan penurunan suplai ASI karena pengosongan kurang optimal,
mastitis, kenaikan berat badan bayi lambat, gagal tumbuh dan penyapihan dini.
Pada anak yang lebih besar, ankyloglossia dapat menyebabkan kesulitan artikulasi
(huruf D, N, L, S, T), susunan gigi yang abnormal, kebersihan mulut yang buruk,
dan gangguan rasa percaya diri akibat kendala pergaulan sosial. Kondisi
ankyloglossia tidak menyebabkan keterlambatan bicara dan berbahasa, namun
kendala artikulasi mungkin menimbulkan masalah sosial pergaulan. Tidak cukup
data untuk membuktikan bahwa frenulum bibir atau Lip-Tie (LT) juga
menyebabkan gangguan pelekatan saat bayi menyusui.4

Gambar: Hazelbaker’s assement tools pada pasien dengan angkyloglosia

Prognosis Pasca Pembedahan


Komplikasi yang diakibatkan tatalaksana pembedahan jarang terjadi,

termasuk kemungkinan frenulum yang menempel kembali ke sisi bawah atau

dasar lidah. Kemungkinan lainnya yaitu infeksi atau pendarahan, dan kerusakan

pada lidah atau kelenjar air liur. Prosedur frenektomi sangat aman dan mudah

serta faktor resiko infeksi pada luka irisan sangat kecil. Tindakan bedah yang

dilakukan tergolong sangat ringan dan sederhana.4

Edukasi

Orangtua dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan terapi bedah maupun

non-bedah, Tongue-tie tidak memerlukan perawatan tindak lanjut yang spesifik.

Pada pasien pasca operasi, analgetik dapat digunakan untuk pengendalian nyeri,

tetapi biasanya tidak diperlukan. Orangtua harus diedukasi bahwa gumpalan fibrin

putih pascaoperasi mungkin terlihat terbentuk di tempat sayatan selama beberapa

hari pertama. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah Tongue-tie rekuren

karena jaringan parut atau operasi primer yang tidak memadai. Frenektomi lebih

beresiko untuk mengalami Tongue-tie rekuren dibandingkan prosedur

frenuloplasty.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dezio M, Piras A, Gallottini L, Denotti G. Tongue-tie, from embriology to


treatment: a literature review. J Pediatr Neonatal Individ Med. 2015
Apr;4(1):e040101.

2. Hall DMB, Renfrew MJ. Tongue tie. Arch Dis Child. 2005
Dec;90(12):1211–5.

3. Antony VV, Khan R. “Management Of Ankyloglossia” - Case Reports. In


2013 [cited 2023 Jul 5]. Available from:
https://www.semanticscholar.org/paper/%22Management-Of-Ankyloglossia%22-
Case-Reports-Antony-Khan/116f2f543833cc08bb140e4353ae212d171d5318

4. Aldebei OM. Tongue Tie (Ankyloglossia). Glob J Otolaryngol [Internet].


2016 Jul 25 [cited 2023 Jul 5];1(4). Available from:
https://www.juniperpublishers.com/gjo/GJO.MS.ID.555570.php

5. Ramoser G, Guóth-Gumberger M, Baumgartner-Sigl S, Zoeggeler T,


Scholl-Bürgi S, Karall D. Frenotomy for tongue-tie (frenulum linguae breve)
showed improved symptoms in the short- and long-term follow-up. Acta Paediatr
Oslo Nor 1992. 2019 Oct;108(10):1861–6.

6. Balaji PP. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. Elsevier India;


2018.

Anda mungkin juga menyukai