Anda di halaman 1dari 21

Fey Kim Storyline

Feat.
YG – SM Entertainment
Poster by :

POSTER BY IVRISLE ON POSTER DESIGN ART


A/N : New FF here! Enjoy^^
[ INTRODUCING CASTS ]
[Kim Taeyeon – 29 years old]

[Kwon Jiyong – 30 years old]


[Lauren Hanna – 5 years old]

[Bae Joohyun – 25 years old]


[Song Minho – 23 years old]

~~~

[ CHAPTER 1 ]
Gadis itu menghela nafas panjang dengan perasaan lega luar biasa yang muncul dari dalam hatinya
kala ia mengetahui perjuangan panjangnya telah berakhir sesuai dengan harapannya. Ia baru saja
melewati masa-masa kritisnya, detik-detik di mana nyawanya berada di ujung tanduk, detik-detik di
antara hidup dan mati, demi menyelamatkan satu nyawa yang ada di tubuhnya.

Ya, bayi. Seorang bayi.

Ia mendengar suara tangisnya yang membahana di ruang operasi tersebut. Sang dokter yang
membantu persalinannya menggendong bayi mungil yang masih dipenuhi darah itu dan seorang
perawat langsung memotong pusarnya yang melilit tubuh lemahnya. Beberapa perawat yang lainnya
langsung bergerak mendekati gadis itu yang sedang memejamkan kedua matanya, tampak berusaha
untuk menormalkan kembali dirinya yang sejak sejam tadi seperti lari marathon. Mereka menghapus
peluh di dahi si gadis yang sudah berhasil menjadi ibu tersebut dengan perlahan.

“Selamat , bayinya perempuan,” seru sang dokter sambil tersenyum hangat. Ia masih menimang bayi
itu, yang kini sudah bersih dan dibalut oleh kain tebal berwarna putih.

“Dan dia sangat cantik sekali sepertimu,” sambung salah seorang perawat.

“Kau ingin menamakannya siapa? Apakah sudah terfikirkan olehmu?”

Gadis itu mengangguk lemah. Ia tersenyum kecil dan memandangi buah hatinya dengan perasaan
sayang yang membuncah hebat. Kedua manik matanya berkaca-kaca.

“Ayahnya sudah memberikan nama,” lirih gadis itu. “Lauren Hanna. Ne, Lauren Hanna namanya,”
~~~

5 tahun kemudian…

At Incheon International Airport, 20.00 KST

Kwon Jiyong menyilangkan kedua lengannya di dada sembari melirik ke arah arloji emasnya untuk
yang entah keberapa kalinya. Ia berdecak kesal. Kerutan di dahinya kentara sekali kalau ia sedang
dalam keadaan mood yang jelek. Walaupun wajahnya ditekuk seperti itu, kadar charisma dan
ketampanan yang dia punya sama sekali tidak menurun. Bahkan, ia semakin tampan dan tampan jika
terlihat sedang emosional seperti sekarang. Tampak garang dan sexy di saat bersamaan.

Ia tengah menunggu seseorang untuk menjemputnya di airport. Sudah hampir lima belas menit
lamanya ia berdiri di depan pintu keluar ditemani tas ransel dan koper hitamnya tapi sama sekali
belum muncul tanda-tanda orang yang sudah berjanji akan datang menjemput. Berulang kali juga ia
mengecek ponselnya dan menghubungi orang tersebut, tapi tidak mendapat respon.

Seorang Kwon Jiyong benci dengan yang namanya menunggu dan ia orang yang sangat to the point.

“Yo, hyung!” seru seorang laki-laki berkacamata hitam dan memakai kaos hitam ketat yang
menampilkan lekuk tubuh seksinya yang bisa diduga setiap para perempuan kalau ia
memiliki sixpack yang hot.
Laki-laki itu berlari kecil mendekati Jiyong dan berhenti di hadapannya dengan tersenyum lebar
sekali. Ia tahu kalau orang yang dipanggilnya ‘hyung’ barusan tersebut pasti sedang kesal dan ia
menyembunyikan fakta itu dengan pura-pura tidak peka.

“Long time no see, hyung! Aku Sangat Merindukanmu!” serunya lalu ia melempar dirinya ke dalam
pelukan Jiyong. Laki-laki itu terhuyung ke belakang beberapa langkah, tak siap dengan sambutan
heboh dari sahabatnya itu yang tidak pernah berubah itu.

“Ya! Jangan pura-pura tidak bersalah sama sekali!” balas Jiyong dengan memiting kepala sahabatnya
yang diketahui bernama Seungri itu dengan gemas. Jiyong memang kesal beberapa menit yang lalu.
Namun, rasa kesalnya itu tidak pernah bertahan lama. Apalagi jika itu menyangkut dengan sahabat-
sahabatnya.

“Aigoo,” keluh Seungri setelah ia lepas dari pitingan Jiyong. Rambutnya yang hitam kecokelatan jadi
berantakan. “Aku menyambutmu dengan penuh suka cita dan inikah balasannya, hyung? Apa kau
tidak merindukanku?”

“Bagaimana bisa aku merindukan seseorang yang bahkan membiarkanku menunggu hampir
setengah jam?” Jiyong balik bertanya. “Rasa rinduku jadi menguap begitu saja,”

Seungri terkekeh pelan. “Jangan berlebihan, hyung. Kami hanya membiarkanmu menunggu lima
belas menit, kok,”

“Mwo? Jadi kalian sengaja?!” tanya Jiyong tak percaya.

“Youngbae hyung yang merencanakannya, bukan aku,” kilah Seungri cepat. “Dia hanya ingin melihat
bagaimana reaksimu saat sedang menunggu sesuatu…,”

“Dan ternyata kau masih memiliki kesabaran yang lebih tipis dari kertas jika menunggu lebih dari lima
menit,” sambung seorang laki-laki yang lain. Ia setinggi Seungri dan tubuhnya jauh
lebih sixpackdibandingkan dengan Seungri maupun dengan Jiyong sendiri. Kulitnya yang eksotis
membuatnya semakin memukau.
Ketiga lelaki tampan ini langsung mendapat perhatian dari berbagai orang yang lewat, terutama
perempuan.

“Apa di Paris sana kau tidak diajarkan untuk bersabar?” tanya Youngbae pada Jiyong sambil
memainkan kunci mobilnya.

“Di Paris aku diajarkan hal-hal yang berbau medis dan bagaimana cara merawat pasien,” jawab
Jiyong acuh tak acuh. “Dan aku harus bersabar jika ada pasien yang mengulah, itu saja. Dan aku
sama sekali tidak terganggu dengan rengekan anak-anak itu. Aku sangat menyukai anak-anak,
ingat?”

“Apa itu artinya kau ambil spesialisasi anak, hyung?” tanya Seungri sembari mereka bertiga
melangkah bersama menuju parkiran mobil. Dengan baik hatinya Seungri membantu Jiyong
membawakan kopernya.

“Hanya itu pekerjaan dokter yang kusuka. Dan aku sangat suka anak-anak,” jawab Jiyong. “Tapi aku
tidak akan buka praktek di sini kecuali aku berubah fikiran,”

“Khe, kau sudah mengatakan itu ribuan kali semenjak menggendong anak Dami noona yang
pertama,” ujar Youngbae dengan nada sedikit mencela. Ia membuka pintu kemudi mobilnya dan
langsung masuk ke dalam, diikuti Seungri, Jiyong dan barang-barangnya.

“Lalu bagaimana dengan Minho?” tanya Seungri lagi.

“Dia juga sama denganku,” jawab Jiyong. “Tapi dia lebih memilih untuk membuka praktek dokter anak
setibanya di Korea nanti,”

“Wae? Kufikir dia sama sepertimu. Mengikuti pembelajaran tentang medis hanya karena tuntutan
keluarga kalian dan setelah itu kembali bersenang-senang seperti sebelumnya. Wae geurae? Apa
ayahmu berhasil mencuci otak Minho sedangkan kau tidak?” tanya Youngbae dengan raut wajah
heran.
“Kurasa tidak sepenuhnya karena ayahku,” ujar Jiyong pelan. “Memang kemauan Minho sendiri tapi
dia tidak bilang alasannya apa. Tekadnya berubah semenjak tiga tahun yang lalu. Sejak itu dia mulai
rajin belajar tentang beberapa penyakit yang sering terjadi pada anak dari yang sederhana sampai
yang mematikan. Dia juga sudah membeli beberapa perlengkapan untuk prakteknya,”

“Tidak ada salahnya dia menjadi dokter,” ungkap Seungri beberapa detik kemudian. “Dia sudah
terlalu lama jadi anak yang ‘bebas’ dan hidup dalam masa remaja yang kelam. Sudah saatnya dia
berubah lebih dewasa dengan menjadi dokter. Dengan menjadi dokter anak, dia akan tahu seberapa
berharganya hidup seseorang,”

“Kenapa jadi kau yang bijak?” tanya Youngbae lalu disusul dengan tawa terbahak-bahaknya Jiyong.
“Kau bahkan belum keluar dari masa-masa remajamu yang ‘bebas’. Wae? Kau termotivasi untuk
tidak menjadi liar lagi? Kalau Minho jadi dokter anak, kenapa kau tidak menikah saja agar kau tahu
seperti apa menjadi seorang ayah yang punya anak nakal sepertimu,”

“I’m still young, hyung,” jawab Seungri dengan mimik wajah yang membuat Youngbae ingin
memukulnya. “Lagipula, yang sebentar lagi akan menikah, ‘kan seharusnya adalah Jiyong hyung,”

“Bagaimana bisa menikah kalau setiap harinya dia bermain dengan gadis yang berbeda,” sambar
Youngbae.

“Aku memang tidak berubah selama di Paris dan dalam pengawasan ayahku. Tapi soal status, tentu
saja harus berubah. Dan kali ini aku tidak mau main-main lagi. Umurku tidak semuda kemarin dan
aku juga tidak ingin anak-anakku menganggap aku sebagai Kakek mereka,” ujar Jiyong dan kali ini
wajahnya sedikit berseri-seri sejak pertama kali menginjakkan kakinya di negeri ginseng tersebut.

“Kau sudah punya pacar, hyung? benarkah? Kau tidak menceritakan apa-apa pada kami selama di
sana!” seru Seungri kesal. “Aku tidak menyangka kau berhasil menggaet gadis-gadis mancanegara
selain Jepang,”

Jiyong mendengus sebelum menjawab, “Orang Korea. Tapi sedang melanjutkan studinya di Paris
sekaligus jadi model ternama di sana. Kami tidak sengaja bertemu dan berkenalan dalam
acara Chanel Fashion Show dan sejak saat itu mulai dekat layaknya Senior dan Junior. Dia gadis
yang kaku, pendiam, dan serius. Dia memang sangat cantik. Tapi aku tidak melihat kecantikannya
saja, aku melihat rasa optimistis dan rasa kepercayaan dirinya yang besar. Aura positifnya benar-
benar keluar dan sebenarnya dia gadis yang lugu jika kita mengenalnya lebih dekat. Mendekati dan
mencari perhatiannya sangat sulit dan aku sangat suka itu. Seperti sebuah tantangan,”

“Dan bagaimana sikapnya sekarang padamu?” tanya Youngbae.

“Lebih terbuka dan… seperti pasangan kekasih pada umumnya, jadi bagaimana lagi?” Jiyong balik
bertanya.

“Kau berniat akan mencampakkannya, ‘kan saat waktunya tiba?” tanya Youngbae diiringi dengan
tawa mengejeknya. “Jangan mengatakan kalau kau tidak akan main-main lagi, Ji. Kau sudah
mengatakan itu ratusan kali pada kami ketika kau punya kekasih,”

“Hyung, kau itu king of mildang (push and pull relationship)! Kalau dia begitu baik dan perhatian
padamu, kau pasti cepat bosan dan berfikir akan menghilang dari dirinya sampai kalian putus,”
sembur Seungri.

“Gadis itu hanya membuatmu penasaran di awal, sama sekali bukan tipemu,” tambah Youngbae.
“Seiring berjalannya waktu aku yakin aku tidak akan seperti itu lagi. Dia gadis yang baik dan aku tidak
mau melepasnya,” ujar Jiyong dengan suaranya yang pelan, agak sedikit ragu.

Ragu bukan karena gadis yang sekarang ini tengah dikencaninya. Ragu karena dia adalah seorang
laki-laki yang masih ingin bermain dan menikmati apa yang biasanya dinikmati anak-anak
seumurannya, meskipun umurnya juga tidak bisa dibilang masih muda juga. Seorang laki-laki yang
masih ingin fokus dengan pekerjaan yang sedang digelutinya. Seorang laki-laki yang suka dengan
hubungan tarik ulur, artinya tidak ingin punya komitmen dulu untuk sementara waktu.

Yang artinya dia masih ingin bersenang-senang dengan beberapa perempuan dan tidak berniat
mengajak serius. Kwon Jiyong memang terkenal dengan seseorang yang susah percaya dengan
adanya cinta sejati. Dia percaya hal itu akan muncul jika dia sudah menemukan seseorang yang
tepat. Namun, sampai sekarang ini dia belum menemukannya.

Jiyong memang tidak ada niat untuk bermain-main dengan orang yang sudah resmi jadi kekasihnya.
Tapi jika ada satu hal yang menurutnya sama sekali tidak cocok, maka tanpa ragu dia akan
melepaskan gadis itu. Kekasih Jiyong tidak banyak, teman sepermainannyalah yang begitu banyak.

Wajar jika Jiyong memiliki sifat dan sikap seperti itu. Dia adalah anak dari CEO Kwon Group,
seorang millionaire yang tidak hanya disegani di Korea Selatan, melainkan di berbagai negara maju.
Usaha yang dibangun Jiyong sendiri adalah sebuah karya seni yang dia namakan
dengan Peaceminusone atau PMO. PMO adalah sebuah brand dari sepatu, kaos, hoodie, dan
banyak lagi. Bukan hanya fashion, PMO juga banyak mengeluarkan pameran seni dan bekerja sama
dengan Seoul Museum of Art. PMO juga sudah launching di London dan Paris. Kesuksesannya
bukan hanya sekedar nama sang ayah, tapi atas kerja kerasnya sendiri juga.

Meskipun ia memiliki PMO, tapi Jiyong tidak ingin mengambil posisi sebagai CEO. Ia mengangkat
salah satu sahabatnya, Jieun, untuk jadi CEO dari PMO. Juga Song Minho, salah satu sepupu
terdekatnya untuk jadi manager.

Jiyong punya segalanya sejak ia masih belia. Harta, tahta, dan wanita. Tidak sulit baginya untuk
mendapatkan tiga hal itu. Yang sulit adalah mendapatkan hatinya. Tidak ada yang benar-benar
berhasil mendapatkan tempat di hatinya untuk saat ini.

Dan ia ingin mencobanya untuk seseorang yang sudah resmi ia anggap sebagai kekasihnya, yang
masih stay di Paris untuk pemotretan majalah maupun iklan.

Langkah untuk serius dengan seseorang terpaksa dia lakukan karena ayahnya. Siapa lagi orang yang
bisa memaksanya dengan sekali perintah kalau bukan sang CEO Kwon Group? Ia
diminta CEO Kwon untuk mengambil studi kedokteran karena silsilah keluarga Kwon mempunyai
riwayat seorang dokter. Setelah lima tahun belajar dan mendapatkan persetujuan praktek, CEO Kwon
berjanji akan melepaskan Jiyong sesukanya.

Jiyong tentu saja memilih kembali ke Korea dan mengutamakan PMO-nya daripada membuka
praktek dokternya. Mungkin itu bisa dilakukannya nanti ketika dia bosan dengan dunianya yang
gemerlap.

Berbeda dengan sepupunya, Minho. Meskipun bukan dari keluarga Kwon, tapi Minho sudah dianggap
sebagai anak sendiri oleh CEO Kwon. Ia juga didepak ke Paris dan ambil studi kedokteran bersama
Jiyong. Bedanya, ia memperdalam ilmunya dan benar-benar berniat akan membuka praktek di Seoul.
Itu sebabnya dia tidak pulang bersama dengan Jiyong.

Jiyong sendiri juga tidak tahu kenapa adik sepupunya itu ‘bertaubat’. Padahal mereka berdua
sealiran, sepemikiran, dan sejalan. Sama-sama suka clubbing, flirting, drinking, dan smoking. Tapi
sejak dua tahun mengikuti studi itu, dia berubah. Tidak sepenuhnya, hanya ingin lebih fokus pada
gelar dokternya dan buka praktek di Korea lalu hidup dengan menyelamatkan nyawa anak-anak yang
akan menjadi pasiennya.

Tentu saja Jiyong mendukung Minho, tapi bukan berarti dia sepemikiran dengannya. Dia akan seperti
itu, hidup dengan ‘benar’ jika ada yang mendampinginya untuk selamanya.

“Hyung, bicara soal perempuan, bagaimana kalau kita having fun di NB Club? Youngbae hyung ikut
berpartisipasi dengan DJ di sana. Sudah lama kita tidak bersenang-senang berlima. Daesung dan
Tabi hyung pasti mau bergabung juga kalau kau ikut,” ajak Seungri dengan semangatnya yang tiada
tanding.

“Aku mau saja. Tapi aku ingin meletakkan barang-barangku di kondo terlebih dulu,” ujar Jiyong. “Ah,
bagaimana dengan kondoku? Kalian rajin membersihkannya, ‘kan selama lima tahun aku tidak ada di
sini?”

“Jangan konyol, hyung. Apa kau fikir kami tidak punya pekerjaan sehingga mau repot-repot
membersihkan kondomu?” tanya Seungri.

“Tenang saja, kondomu bersih seperti terakhir kali kau meninggalkannya,” ujar Youngbae. “Aku
mengirimkan seorang temanku untuk bantu-bantu membereskan kondomu seminggu sekali sejak
setahun terakhir ini,”

“Baru setahun terakhir? Dan apa temanmu ini perempuan? Kenapa dia mau sekali membantumu
untuk bersih-bersih?” tanya Jiyong.

“Perempuan. Dan sangat cantik,” sambar Seungri dengan intonasi suaranya yang membuat Jiyong
tertarik.

“Dia juga bekerja di kondoku, Ji. Sudah dua tahun. Tapi aku baru ingat mengenai kondomu setahun
belakangan dan dia mau-mau saja aku suruh, soalnya aku membayarnya dengan sebuah apartemen
di Sangji Ritz Ville,” sela Youngbae sebelum Jiyong sempat bersuara. “Tapi aku sudah menyuruhnya
berhenti membersihkan kondomu. Hari terakhirnya adalah besok pagi,”

“Wae?” tanya Jiyong heran.

“Kau sudah punya maid sendiri,” jawab Youngbae. “Kasihan juga kalau dia harus bekerja di dua
tempat sekaligus. Dia tidak punya banyak waktu. Bekerja denganku saja hanya sampai siang hari,”

“Kenapa kau bisa mengenalnya? Maksudku, sebelum mengenal Hyorin, kau ini payah sekali dalam
urusan perempuan,” cecar Jiyong. “Dan kata Seungri dia sangat cantik? Ah, aku tahu. Karena dia
sangat cantik itu sebabnya kau mempekerjakan dia? Kau berniat selingkuh dari Hyorin, eoh?”

“Ya! Bukan begitu!” bantah Youngbae cepat. “Dia adalah sahabat Tiffany. Kau tahu, ‘kan Tiffany
akrab sekali dengan Hyorin. Gadis ini butuh pekerjaan dan Hyorin menawarkan untuk
menjadi housekeeper-ku selama setengah hari. Hyorin dan Tiffany tidak mau mengajak gadis itu
bekerja sebagai seorang model seperti mereka. Padahal, gadis itu memiliki potensi besar,”

“Kenapa harus menjadi housekeeper-mu?” tanya Jiyong, tak puas. Ia merasa harus tahu siapa gadis
itu. Karena Youngbae tidak biasanya dekat dengan seorang perempuan dikarenakan sikap tidak
beraninya.
“Sudah kubilang gadis ini tidak punya cukup waktu untuk bekerja full day. Pekerjaan apa yang hanya
membutuhkan waktu setengah hari mengingat umurnya yang beda setahun dari kita,” jelas Youngbae
lagi. “Hyorin dan Tiffany bersikeras membantunya dan aku terpaksa mengiyakan usul mereka,”

“Lagipula hyung,” sela Seungri. “Youngbae hyung juga mungkin tidak akan berpaling karena gadis
ini… Memang sangat cantik. Tapi tubuhnya mungil, imut, dan tidak pantas juga dikatakan perempuan
usia 25 ke atas. Wajahnya seperti anak remaja. Youngbae hyung pasti dikira penyuka Loli kalau jalan
dengannya. Dan Hyorin noona jauh lebih sexy. Tapi, gadis ini juga tidak kalah menggemaskan. Kalau
kau lihat, hyung kau pasti juga akan sependapat denganku,”

“Jangan berharap bisa mendekatinya, Seungri-ah,” ujar Youngbae. “Kau akan dibunuh oleh dua
wanita itu,”

“Aku tidak diberi kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat, hyung. Youngbae hyung licik sekali.
Dia boleh-boleh saja dekat dengan gadis itu. Tapi aku, Daesung, dan Tabi hyung tidak diperbolehkan
sama sekali, bahkan hanya untuk sekedar menjadi teman ngobrol,” adu Seungri.

“Ada alasannya,” kata Youngbae.

“Apa dia sudah punya namchin?” tanya Jiyong dan Youngbae hanya mengangkat kedua bahunya,
tidak tahu.

“Pokoknya Tiffany dan Hyorin melarang teman-temanku yang laki-laki untuk mendekatinya. Berteman
boleh saja. Seungri berlebihan. Dia seperti itu karena memang berniat dari awal mau mendekati gadis
itu lebih intens,” ujar Youngbae dengan penekanan kata yang mengisyaratkan ia tidak ingin
melanjutkan percakapan itu.

“Kalau kau mungkin boleh-boleh saja mengenalnya, hyung. Katakan saja kau sudah punya kekasih,”
usul Seungri.

“Apa maksudmu? Kau ingin Jiyong mencari-cari perhatian gadis itu? Wae?” tanya Youngbae dengan
mengernyitkan dahinya. “Jangan sekali-sekali punya pemikiran itu begitu,”

“Aku penasaran, hyung. Kenapa kalian begitu overprotective padanya? Kurasa benar, dia pasti sudah
punya kekasih. Dan mungkin kekasihnya itu ada di luar angkasa atau di galaksi lain, itu sebabnya
kalian begitu menjaganya agar dia tidak berpaling,” ujar Seungri dan Youngbae hanya diam saja,
lebih memilih memusatkan perhatiannya ke jalanan.

Sedangkan Jiyong terdiam di bangku belakang sambil menyimak percakapan dua orang di depannya
itu dengan seksama. Dia juga penasaran siapa gadis itu, sampai-sampai Seungri sewot karena tidak
berhasil memikat gadis itu, apalagi dia tidak diberi kesempatan oleh Youngbae dan pacarnya, Hyorin.
Dia sangat heran apa istimewanya gadis itu sehingga seorang Youngbae mau berdekatan dengan
gadis lain selain pacarnya sendiri, apalagi dia juga sampai memberikan apartemen mewah untuknya.

“Apa kau mau mampir sebentar ke Galleria Forêt, Yongie-ah?” tanya Youngbae beberapa saat
setelah ketiganya diam.

“Eoh, dan tunggu aku selesai mandi, okay. Aku tidak mungkin berpesta dalam keadaan begini,” jawab
Jiyong.

~~~
Berpesta dan bersenang-senang sepanjang malam dan pulang pagi mungkin sudah menjadi aktifitas
yang kerap dilakukan oleh Jiyong dan teman-temannya. Menikmati masa muda yang tidak akan
mereka lalui lagi jika sudah memiliki jalannya masing-masing. Menikmati waktu berharga bagi mereka
dilakukan dengan cara menghamburkan uang untuk mencari kepuasan masing-masing. Kepuasan
dari seorang wanita, minum, dan sebagainya.

Seperti yang dilakukan oleh Jiyong saat ini. Meskipun tidak ada menggaet wanita di lengannya, tapi ia
sudah cukup bernostalgia setelah lima tahun lamanya ‘dikarantina’ di Paris dengan cara minum
sebanyak-banyaknya, smoking, bercanda tawa dengan teman-temannya yang lain, juga menari dan
bernyanyi bersama sang DJ sampai pukul empat pagi.

Setelah bubar, Jiyong memutuskan untuk ikut pulang ke kondo Youngbae karena ia tidak tahan untuk
pulang sendiri, kepalanya sudah sakit akibat banyak minum. Sedangkan Youngbae memang tidak
terlalu suka minum, ia hanya ikut bernyanyi dan menari dengan DJ-nya.

“Apa di Paris kau tidak sempat minum, eoh sampai sekarat begini,” sindir Youngbae begitu ia dan
Jiyong sudah sampai di kondo milik Youngbae dan Jiyong langsung ambruk di atas sofa empuk di
ruang tengah.

“Aku juga mabuk di sana, tapi mabuk medis. Dan aku harus membiasakan otakku kembali untuk
mengingatkan diriku kalau yang membuat mabuk dan melayang di saat bersamaan adalah alkohol
dan sejenisnya, bukan rumusan obat ini dan itu,” jawab Jiyong dengan suara yang sudah tidak terlalu
jelas lagi.

“Terserahlah, kau tidur saja sana. Bangun lebih cepat pagi ini, arra? Aku harus ke kantor pukul
sembilan dan Taeyeon akan datang sekitar pukul delapan,” ujar Youngbae dan detik berikutnya,
Jiyong sudah jatuh ke dalam mimpi indahnya.

~~~

Sekarang Jiyong tahu kenapa Seungri begitu ingin menarik perhatian Kim Taeyeon, housekeeper-nya
Youngbae yang begitu dipedulikan oleh Hyorin dan Tiffany.

Gadis itu berperawakan mungil, imut, dan memang sangat cantik seperti yang diungkapkan Seungri.
Tatapan matanya yang tajam dan bening di saat bersamaan ketika kedua mata Jiyong
memandangnya menarik perhatian laki-laki itu. Kulitnya putih seputih porselen dan make up yang ia
gunakan tampak natural. Hanya polesan bedak tipis dan lipbalm merah muda yang mewarnai bibir
tipisnya.

Jiyong memang terbiasa melihat wanita-wanita cantik dari kalangan apapun itu. Melihat gadis yang
ada di hadapannya ini seharusnya juga sudah biasa untuknya. Gadis ini cantik, tapi Jiyong tahu
gadis-gadis yang selama ini dikenalnya jauh lebih cantik lagi. Namun, Jiyong dapat melihat dan
merasakan pesona yang dimiliki gadis ini sangat kuat, memancar begitu saja tanpa adanya kemauan
dari si empunya.

“Cucianku agak sedikit menumpuk hari ini, Taeyeon-ah. Kemarin aku tidak sempat membawanya ke
binatu,” ujar Youngbae saat Taeyeon masuk ke dalam kondonya dan langsung membereskan meja
makan.

“Gwaenchannayo, oppa,” jawab Taeyeon pelan. Ia tersenyum kecil dan memandang ke arah
Youngbae sekilas, yang sedang duduk di atas sofa ruang tengah bersama dengan Jiyong. “Aku juga
tidak tahu lagi harus melakukan apa karena kondomu masih bersih sekali hari ini,”

“Ah, mengenai kondo,” sahut Youngbae. “Apa kau akan ke Galleria Forêt hari ini?”

Jiyong langsung mengalihkan pandangannya dari Taeyeon ke arah Youngbae dan menantikan apa
yang akan dikatakan sahabatnya itu mengenai kondo pribadinya.

“Hari ini adalah hari terakhir, ‘kan? Aku akan ke sana untuk membersihkan karpetnya saja. Wae?”
tanya Taeyeon dari arah dapur. Terdengar gemericik air yang menandakan gadis mungil itu sedang
mencuci piring.

“Pemiliknya sudah ada di sini. Kalau kau tidak keberatan, kau bisa pergi ke sana bersamanya,” ujar
Youngbae dan sedetik kemudian Jiyong menyeringai kecil. Kecil sekali sehingga sahabatnya itu tidak
menyadari.

“Kenapa aku harus pergi bersamanya?” tanya Jiyong pelan.

“Bukannya kau mau kembali dulu ke kondo setelah itu ke kantor PMO?” Youngbae balik bertanya.
“Taeyeon sedikit kerepotan kalau menunggu bus dari sini menuju kondomu. Kasihan, dia harus
kembali ke apartemennya pukul 12 siang,”

“Aku membuat teh chamomile untuk kalian berdua,” sela Taeyeon yang sudah ada di hadapan Jiyong
dan Youngbae sambil membawa nampan berisi dua gelas teh. Ia sedikit bersimpuh dan meletakkan
dua gelas kaca itu di atas meja. “Aku bisa pergi sendiri, oppa. Lagipula ini hari terakhirku dan aku
juga tidak ingin merepotkan pemiliknya yang baru sampai,”

“Gwaenchannayo,” potong Jiyong cepat. Kedua mata cokelat madunya menatap Taeyeon sebentar
lalu memandang ke arah Youngbae. “Aku memang akan ke kondoku setelah ini,”

“Sebaiknya kenalkan dirimu pada Jiyong, Taeyeon-ah,” usul Youngbae.

“Kim Taeyeon imnida,” sapa Taeyeon pada Jiyong sambil membungkukkan tubuhnya sedikit.

“Kwon Jiyong,” balas Jiyong. Ia mengulurkan tangan kanannya pada Taeyeon sembari tersenyum
manis. “Aku sahabat Youngbae dan Tiffany. Mannaseo bangaweoyo,”

Taeyeon terdiam sesaat. Ia memerhatikan tangan Jiyong yang terulur dan tampaknya ia sedikit
bimbang untuk menyambutnya atau tidak. Sedangkan Jiyong, masih tersenyum manis dengan
tangannya yang menunggu sambutan uluran tangan Taeyeon.
“Jiyong ini yang punya PMO, Tae. Kau sudah dengar dari Tiffany, ‘kan?” tanya Youngbae pada
Taeyeon.

Taeyeon tersentak kaget dan ia seperti kembali dari dunia alam bawah sadarnya. “Ah, ye. Aku sudah
dengar itu dari Tiffany. Selamat datang kembali ke Korea, Jiyong-ssi. Nado, mannaseo
bangapseumnida,(senang Berjumpa Dengan Anda)”

Taeyeon kembali membungkukkan tubuhnya dan ia permisi untuk kembali ke dapur, meninggalkan
Jiyong dengan tangannya yang perlahan-lahan turun karena tidak mendapatkan sambutan hangat
dari gadis itu. Melihat hal tersebut membuat Youngbae tersenyum kecil.

“Kau ingin memikatnya dengan senyuman manis ala Kwon Jiyong, ‘kan? First, tunjukkan sikap cool-
mu dan setelahnya berubah menjadi laki-laki humble yang hangat dengan mengulurkan tangan
seraya tersenyum manis penuh percaya diri,” ejek Youngbae. “Kau sama sekali tidak berubah,”

“Kenapa dia tidak mau membalas jabatan tanganku?” tanya Jiyong dengan nada tak percaya. Sama
sekali tidak ada yang pernah menolak pesona dirinya sebelumnya.

“Karena kau pemilik PMO yang terkenal itu dan dia hanyalah seorang housekeeper,” jawab
Youngbae. Ia menyesap teh yang dibuat oleh Taeyeon dengan perlahan. “Dia gadis yang begitu
merendah dan merasa tidak pantas untuk mengenal jauh orang-orang seperti kita, sepertimu. Dia
juga awalnya segan untuk minta tolong pada Tiffany, padahal mereka adalah sahabat dari sekolah,”

“Kurasa itu sebabnya dia sulit untuk didekati Seungri dan Tabi hyung,” timpal Jiyong.

“Dan Tiffany tahu benar Seungri dan Seunghyun hyung itu orangnya seperti apa. Memiliki banyak
gadis hanya untuk bersenang-senang. Tiffany tidak pernah mau sahabatnya memiliki kekasih seperti
itu. Taeyeon adalah gadis yang mempunyai hati murni dan kepribadian lugu dan cenderung setia.
Tidak pantas hanya dijadikan sebagai permainan, begitu kata Tiffany,” jelas Youngbae. “Kalau Tiffany
tahu aku membolehkanmu pergi berdua dengannya, mungkin aku akan memiliki nasib sial selama
satu hari ini,”

“Tenang saja,” ujar Jiyong dengan suara meyakinkan. “Aku akan membuat gadis itu nyaman,”
“Kau tidak akan bermain-main dengannya, ‘kan Jiyong-ah?” tanya Youngbae sambil menyipitkan
kedua matanya, curiga. “Hari ini saja aku mengizinkan dia ikut denganmu karena hari ini hari
terakhirnya. Dan jangan bertindak aneh-aneh, Ji. Dia sama sekali tidak cocok untuk kau jadikan
mainanmu. Dia jauh berbeda dengan gadis kebanyakan,”

“Memangnya aku seburuk itu?” tanya Jiyong yang mulai kesal. “Kim Taeyeon itu memang cantik tapi
aku punya banyak kenalan yang bahkan melebihi dia, Youngbae-ah. Kau juga tahu, ‘kan tipeku
seperti apa? Aku juga sudah punya kekasih,”

“Arra,” ujar Youngbae sambil menganggukkan kepalanya dan menyeruput habis teh chamomile-nya.
“Hanya ingin memperingatkanmu saja, bro. Kalau kau sedang bosan dengan kekasihmu yang jauh di
sana, jangan sampai tertarik untuk ‘mengganggu’ Taeyeon. Dia tidak pantas dipermainkan,”

~~~

Taeyeon membuang nafasnya dengan kasar setelah ia selesai membersihkan kaca jendela ruang
tengah kondo milik Youngbae. Ia tidak mengeluh karena lelah bekerja sebagai seorang housekeeper.
Sama sekali tidak pernah mengeluh. Ia senang dan nyaman dengan pekerjaan yang digelutinya
selama dua tahun terakhir ini. Apalagi pemilik kondo ini telah ia kenal dan sangat baik padanya.

Taeyeon menghela nafas karena adanya makhluk asing yang sedang duduk di sofa ruang tengah
sambil memainkan ponselnya. Siapa lagi kalau bukan Kwon Jiyong. Mereka tinggal berdua di kondo
Youngbae karena laki-laki itu harus segera bekerja, mengingat dia adalah seorang producer musik.

Taeyeon memang tidak mengenal Kwon Jiyong sama sekali. Dia hanya tahu laki-laki itu adalah
pemilik brand PMO yang sudah lauching di mana-mana. Sebuah brand terkemuka yang harga items-
nya bisa melebihi $1.000.000.

Laki-laki tersebut sangat berbahaya untuknya, itulah yang pertama kali Taeyeon fikirkan saat pertama
kali mereka bertatap muka. Ketika Jiyong mengulurkan tangannya untuk bersalaman, Taeyeon harus
berfikir keras apakah sebaiknya ia terima uluran itu atau tidak. Bukan karena ada alasan tertentu,
lagi-lagi pemikiran negative-nya tentang laki-laki tersebutlah yang membuatnya bertindak hati-hati.

Laki-laki yang sangat tampan, charismatic, mempesona, fresh and sexy. Ditambah lagi saat ia
tersenyum manis pada Taeyeon, menambah kesan cute di wajah cool-nya. Siapa yang tidak
terkesima dengan jeratan ketampanannya? Kedua mata hazel yang dimiliki pemuda itu juga sukses
membuat Taeyeon kagum. Mata cokelat madu yang menenangkan jika kita menatapnya dalam-
dalam.

Laki-laki seperti itulah yang masuk dalam daftar laki-laki berbahaya untuk kehidupan seorang Kim
Taeyeon. Taeyeon tidak akan pernah mau merasakan rasa tertarik layaknya gadis kebanyakan jika
orangnya seperti Jiyong. Gadis itu tidak ingin merasakan kekecewaan dan rasa sakit hati ke
depannya, meskipun Jiyong adalah orang yang baik hati sekalipun. Ia tidak ingin itu terjadi lagi.

Untuk saat ini ia tidak ingin mengagumi ataupun menyukai siapa-siapa.

“Kau sudah membersihkan kaca jendela itu sebanyak tiga kali kalau aku tidak salah hitung,” ujar
Jiyong, membuat lamunan Taeyeon buyar seketika.

Taeyeon langsung berbalik menghadap Jiyong dan tampak kebingungan mencari alasannya. Yah, ia
memang sengaja membersihkan kaca jendela itu selama mungkin. Tentu saja agar ia punya alasan
untuk tidak terlibat obrolan dengan Jiyong. “Aku… Baru sadar. Joseonghamnida,”
“Apa kau punya masalah yang sedang kau fikirkan sehingga tidak menyadarinya?” tanya Jiyong. Ia
masih memandangi wajah bening Taeyeon. Sedangkan Taeyeon sebisa mungkin tidak membalas
tatapan si penanya. Ia lebih memilih melipat kain yang dia gunakan untuk membersihkan kaca
tersebut.

“Eobseo, Jiyong-ssi,” jawab Taeyeon.

“Kalau begitu, baguslah. Mungkin saja jendelanya memang agak lebih kotor dari kemarin,” ujar Jiyong
asal. “Ah, kapan selesai membereskan kondo ini? Kita harus segera berangkat, aku
ada meeting sebelum makan siang,”

“Bolehkah aku tidak ke kondomu hari ini, Jiyong-ssi?” tanya Taeyeon hati-hati, agar orang yang ada
di hadapannya ini tidak mengamuk. “Jeongmal joseongeyo. Aku baru sadar ini sudah pukul 11. Aku
harus segera pergi ke suatu tempat,”

“Kenapa kau tidak bilang daritadi? Aku,’kan jadi tidak perlu menunggumu terlalu lama di sini,” kata
Jiyong. Ia memang tidak marah, ia hanya bingung.

“Aku benar-benar minta maaf. Aku memang selalu berhenti bekerja pukul 11 tiap harinya. Aku harus
ke suatu tempat dan ini sangat mendadak. Joseonghamnida. Aku akan ke kondomu besok setelah
dari sini dan kau tidak perlu menjemputku. Aku punya card duplikat kondomu yang diberikan oleh
Youngbae oppa,” jelas Taeyeon dengan nada sungguh-sungguh menyesal.

Jiyong bangkit berdiri dari sofa dan ia merapikan kemeja putihnya. Ia menghela nafas pendek dan
kembali menatap Taeyeon. “Kalau begitu, aku bisa mengantarmu ke tempat yang ingin kau tuju,”

“Tidak perlu,” tolak Taeyeon cepat, membuat kedua alis Jiyong bertaut. “Jalur kita beda arah.
Sebentar lagi kau juga akan mengadakan meeting. Aku tidak ingin membuatmu repot.
Gamsahamnida atas tawarannya,”

Jiyong mendengus. Apa gadis ini sedang menolaknya? “Arra, arra. Besok pagi aku akan datang ke
sini dan kita pergi bersama ke kondoku,”

“Aku bisa pergi sendiri,” tolak Taeyeon lagi.

“Taeyeon-ssi,” panggil Jiyong, yang sudah kehilangan kesabaran. “Aku pemilik kondo itu dan aku
harus tahu siapa-siapa saja yang masuk ke dalamnya. Kembalikan card duplikatku,”

“Sudah setahun aku bekerja di kondomu meskipun itu tidak setiap hari, Jiyong-ssi. Youngbae oppa
juga memastikan tidak ada hal-hal aneh yang kulakukan selama berada di kondomu. Lagipula, aku
juga tidak membawa pulang card duplikatmu. Aku memberikannya kembali pada Youngbae oppa jika
sudah selesai,” jelas Taeyeon.

“Itu kondoku,” ujar Jiyong.

“Dan yang mempekerjakanku adalah Youngbae oppa,” jawab Taeyeon cepat. “Tapi jika pemiliknya
memberhentikanku, aku tidak masalah. Aku akan mengembalikan card-nya pada Youngbae oppa,
karena dari dialah aku mendapatkannya,”

“Kau tidak mau pergi hari ini dan tidak mau kujemput besok karena tidak mau di dekatku atau seperti
inilah caramu untuk menarik perhatianku?” tanya Jiyong sambil menyilangkan kedua lengannya di
dada. Seringaian liciknya keluar. “Gadis-gadis yang punya pemikiran seperti ini sudah banyak sekali
kutemui, Kim Taeyeon-ssi,”

Taeyeon tersentak dan ia kedua matanya terbelalak. Jiyong bersumpah dalam hatinya jika baru saja
ia memuji gadis itu bahwa ia sangat menggemaskan.

“Animnida!” seru Taeyeon cepat-cepat. “Sama sekali tidak terfikir olehku untuk menarik perhatian
siapapun itu. Aku hanya berusaha bersikap sopan. Kita baru bertemu beberapa jam yang lalu dan
tidak sepantasnya aku merepotkanmu. Itu saja,”

Alasan yang tidak sepenuhnya jujur, sebenarnya. Taeyeon memang tidak ingin terlalu dekat dengan
laki-laki itu.

“Aku… Harus segera pergi sekarang. Aku tidak ingin terlambat,” pamit Taeyeon. Ia melepas apronnya
dan segera menghilang ke arah dapur.

~~~

“Gadis itu memang sepertinya sulit untuk didekati. Padahal aku hanya menawarkan untuk pergi
bersama ke kondoku, tidak ada yang lain. Tapi dia menolak. Beberapa kali dia sudah menolak
ajakanku. Aku seperti hama baginya. Atau apa mungkin karena kami baru pertama kali bertemu?”
ungkap Jiyong. Ia menyuap sepotong cheesecake yang ada di depannya ke dalam mulut. “Tidak
pernah ada yang mampu menolak tawaran dari cassanova sepertiku,”

“Dan sekarang ada,” imbuh Tiffany. Ia duduk di depan Jiyong dan menatap ke luar jendela. Dia,
Jiyong, dan Youngbae kini tengah berkumpul di Gureum café hanya untuk menghabiskan waktu
senggang mereka. “Tidak selamanya kau selalu jadi pujaan setiap gadis, oppa,”

“Bahkan Joohyun tertarik denganku pada pandangan pertama, walau dia selalu menutupinya,” lanjut
Jiyong.

“Siapa?” tanya Youngbae.

“Pacar parisku,” jawab Jiyong acuh tak acuh.

“Pacar parismu?” ulang Tiffany dengan nada geli. “Seolah-olah kau punya pacar dari setiap negara,
oppa. Apa kau juga masih punya pacar Jepang?”

“Apa dia punya namchin?” tanya Jiyong, mengabaikan ejekan dari bibir gadis blasteran itu. “Kim
Taeyeon itu,”

Tiffany mengernyit tidak suka. “Kenapa kau mau tahu sekali? Jangan buang-buang waktu hanya
untuk mencari tahu tentang sahabatku, oppa. Kau tidak pantas bersanding dengannya. Dia
perempuan yang tidak cocok untuk jadi teman sepermainanmu. Aku tidak akan pernah
mengizinkannya,”

“Aku sudah dengar itu berulang kali dari Youngbae, Ppany-ah,” ujar Jiyong. “Aku hanya ingin tahu
seperti apa kekasihnya sampai-sampai dia tidak terhanyut dengan pesonaku. Atau seleranya yang di
bawah rata-rata? Walaupun dia hanya housekeeper, gadis mana yang terlalu merendahkan diri
mereka lalu menolak tawaranku? Seharusnya dia mengambil kesempatan itu untuk memanfaatkan
kebaikanku, seperti gadis-gadis jalang lainnya,”
“Sudah kubilang dia itu berbeda,” pungkas Tiffany. “Bukan hanya dia merasa tidak pantas bersanding
dengan orang kelas atas seperti kalian, tapi karena dia juga merasa kalian tidak pantas untuknya. Dia
gadis yang memikirkan prospek hidup ke depannya dan tidak suka main-main dengan sebuah
hubungan,”

“Dia memang sedikit berbeda,” aku Jiyong.

“Jangan katakan padaku kau mulai merasa tertantang, Ji,” ujar Youngbae.

“Aku ingin dekat dengannya bukan berarti ingin melakukan seperti yang kalian berdua fikirkan. Aku
hanya ingin baik padanya selaku sahabat kalian berdua. Youngbae sah-sah saja dekat dengannya,”
kilah Jiyong.

“Kalau memang itu niat oppa boleh saja,” ujar Tiffany. “Youngbae oppa dekat dengan Taeyeon
karena ia tahu betul seperti apa Taeyeon itu. Dan… Youngbae oppa-lah yang memberikannya
pekerjaan juga tempat tinggal yang sangat bagus sebagai pengganti gajinya,”

“Aku juga tidak punya niatan aneh seperti kau, Seungri dan Tabi hyung,” tambah Youngbae.

“Dia pernah kecewa dan patah hati karena seseorang seperti oppadeul,” ungkap Tiffany. “Itulah salah
satu alasannya kenapa dia masih trauma dekat dengan laki-laki yang istilahnya sudah memiliki ‘name
card‘. Jadi, jangan tersinggung jika suatu hari nanti Taeyeon akan lebih menolakmu lagi, oppa.
Walaupun itu hanya sekedar tumpangan,”

“Setidaknya dia harus berusaha untuk membuka hati. Menyimpan luka dan kenangan lama juga tidak
ada gunanya,” ujar Jiyong.

“Seperti itulah seseorang jika sudah mencintai orang lain dengan sepenuh hatinya,” ujar Tiffany. Ia
mengambil tas tangannya dan bersiap-siap hendak pergi. “Sudah, eoh? Aku mau pergi bersama Bora
ke apartemen Taeyeon,”

“Hati-hati,” sahut Jiyong dan Youngbae bersamaan. Tiffany bangkit seraya melambaikan tangannya
dengan riang.

“Untuk apartemen mewah seperti Sangji Ritzville, berapa hari kerja yang dibutuhkan untuk Kim
Taeyeon?” tanya Jiyong beberapa saat setelah kepergian Tiffany.

“Kau masih membicarakan Taeyeon?” Youngbae balik bertanya. “Wae? Kau tidak akan bertemu
dengannya lagi setelah hari terakhirnya bekerja di kondomu,”

“Aku akan memanfaatkan kondisinya,” jawab Jiyong. “Kau tahu, ‘kan para maid-ku itu adalah
ahjumma gila yang selalu memintaku untuk melamar putrinya dan bahkan
bersikap overprotective padaku. Kalau aku memanggil mereka lagi, mungkin anak-anak gadisnya
akan di bawa semua ke kondoku,”

Youngbae menyipitkan matanya, lagi. Dia memang tidak pernah peduli dengan gadis-gadis yang
selalu jadi teman ‘main’ Jiyong jika laki-laki itu sedang bosan. Tapi untuk kali ini, untuk sosok seorang
Taeyeon yang sangat dikenalnya, ia ingin tahu.

“Kau tahu kalau Taeyeon bahkan bekerja padaku hanya tiga jam sehari. Dia tidak akan mau
menjadi housekeeper-mu setiap hari,”
“Bagaimana kalau kita bagi hari? Dia mau mengiyakan apa yang kau katakan, karena baginya kau
adalah ‘tuan’nya,” tawar Jiyong. “Apa kau mau aku difitnah yang tidak-tidak jika seandainya ahjumma
itu memberikanku obat perangsang dan membawa putrinya ke kondoku? Ibuku pasti senang karena
punya cucu, tapi ayahku mungkin akan menyiapkan peti mati untukku detik itu juga,”

“Kau berlebihan sekali,” timpal Youngbae.

Jiyong memang sungguh-sungguh dengan alasannya. Ia memang punya beberapa maid untuk
mengurusi kondonya sebelum pindah ke Paris. Semuanya adalah ibu-ibu yang terobsesi untuk
menjadikannya menantu. Saking terobsesinya membuat Jiyong sedikit takut untuk sekedar tidur di
kondonya sendiri dan lebih memilih bermalam di NB Club. Setidaknya di NB Club dia tahu siapa yang
ia tiduri.

Dan baginya, memilih Kim Taeyeon adalah pilihan yang bijak. Mengingat gadis muda itu bukanlah
gadis parasite yang suka menggoda laki-laki kaya raya. Meskipun ia rada kesal karena pesonanya
dapat ditolak gadis itu, sedangkan dia? Jujur saja, Jiyong memang terpesona saat pertama kali
bertemu dengan Taeyeon.

Wajar jika dia terpesona. Kwon Jiyong adalah laki-laki yang suka melihat keindahan. Menurutnya,
Taeyeon itu seperti diamond. Berkilau.

“Kalau dia bekerja di kondoku, aku juga tidak perlu takut untuk tidur di tempat tidurku sendiri. Dan,
aku selalu tidur di pagi hari, ingat? Aku akan bangun begitu dia sudah menyelesaikan semuanya,”
lanjut Jiyong.

“Arraseo. Aku akan coba tanya padanya nanti,” ujar Youngbae.

~~~

“Dia mungkin bisa membayarmu berkali-kali lipat dari yang kau minta, Taeng. Ingat, ‘kan kalau dia
pemilik PMO itu? Anak dari CEO Kwon Group? Empat hari bekerja dengannya, tiga hari bekerja
denganku,” jelas Youngbae pada Taeyeon keesokan paginya, saat Taeyeon tengah sibuk
membersihkan lantai kondo dengan vacuum cleaner.

“Harus empat hari?” tanya Taeyeon.

“Aku sudah bilang padanya untuk memberikanmu banyak tip karena kau bekerja lebih banyak
untuknya,” jawab Youngbae.

“Tapi oppa, aku…,”

“Taeng, jangan fikirkan apapun,” sela Youngbae dengan mimik serius. “Kau butuh banyak
pemasukan bulan depan, sedangkan kau tidak mau jika aku, Tiffany, Hyorin ataupun Bora
membantumu dengan sukarela. Hanya dengan ini kau bisa cepat mengumpulkan uang. Jiyong
memang laki-laki berpredikat iblis, tapi dia tidak akan melakukan apa-apa padamu, dia sudah berjanji.

“Kau bukan tipenya dan dia juga bukan orang yang pantas untukmu. Dia sudah punya kekasih dan
teman-teman wanitanya juga tidak kalah sexy dari Bella Hadid. Aku dan Tiffany juga sudah
memperingatinya untuk tidak mengganggamu. Dia mengerti dan dia bilang jika kau bekerja dia akan
tidur. Dia akan bangun saat kau selesai bekerja,”

“Aku mengerti,” jawab Taeyeon pelan. “Yah… Seharusnya aku tidak perlu khawatir,”
“Kau memang perlu khawatir, Taeyeon-ah. Tapi percayalah kau akan baik-baik saja,” ujar Youngbae.
“Jiyong akan sampai beberapa menit lagi. Untuk hari ini, dia hanya akan memberikanmu uang muka
dan passwordkondonya. Kau tidak memerlukan card lagi,”

Taeyeon hanya menganggukkan wajahnya dan kembali sibuk dengan pekerjaannya.

“Kalau begitu aku pergi, eoh? Annyeong, Taeng,”

“Annyeong, oppa,”

~~~

“Ini uang mukamu sebagai gaji awal yang kuberikan di minggu pertama dan benar, aku akan
membayarmu seminggu sekali. Aku mungkin akan memberikanmu tip jika aku puas dengan
pekerjaanmu. Dan seperti Youngbae, kau boleh pulang pukul 11, asalkan tiba di rumahku pukul tujuh
pagi. Otte?” tanya Jiyong pada Taeyeon, yang duduk di hadapannya sembari asyik mendengar
kesepakatan yang dilontarkan laki-laki itu.

“Tujuh pagi?” ulang Taeyeon, sedikit bimbang.

“Wae? Kau keberatan?” tanya Jiyong.

“Aku berangkat dari rumah pukul tujuh. Ada pekerjaan yang tidak bisa kutinggalkan sebagai seorang
wanita,” jawab Taeyeon.

“Terserahmu. Tapi, aku harap sebelum pukul delapan kau sudah ada di kondoku,”

“Waeyo?” kali ini Taeyeon yang balik bertanya.

“Aku pulang ke kondo pukul tujuh lewat. Kuharap sebelum aku pergi tidur kau sudah ada di tempat
agar aku yakin kau akan benar-benar datang nantinya,” jelas Jiyong.

“Aku tidak pernah melanggar perjanjian apapun sebelumnya,” ujar Taeyeon dengan wajah yang
menyiratkan ia tengah tersinggung dengan kata-kata yang dilontarkan Jiyong. “Kau pasti
penggila party,”

“Aku pulang pagi bukan karena berpesta, Miss Kim,” sanggah Jiyong, kali ini ia yang tampak
tersinggung. “Aku berada di kantor PMO lebih lama dari CEO-nya sendiri, memikirkan pemasaran,
pemasukan, dan semuanya. Pekerjaanku lebih berat mengingat akulah orang yang ada di baliknya,”

“Arraseo. Joseonghamnida,” ujar Taeyeon. Ia sedikit menunduk untuk menyatakan penyesalannya.

“Untuk?” tanya Jiyong. Ia mengambil gelas yang berisi teh chamomile yang dibuat oleh Taeyeon
beberapa saat yang lalu dan menyesapnya. Namun, tatapan mata cokelat madunya mengarah tajam
pada sang gadis.

“Karena asal menebak apa yang kau lakukan setiap tengah malam,” jawab Taeyeon. Ia mengangkat
wajahnya dan balas menatap Jiyong. “Padahal aku belum mengenalmu dengan baik, tapi aku sudah
mengira yang bukan-bukan,”
“Kalau begitu,” sela Jiyong cepat dengan suaranya yang sedikit meninggi, membuat Taeyeon
berjengit bingung. Jiyong bangkit dari sofa ruang tengah kondo Youngbae dan kedua kakinya
mengarah pelan menuju tempat duduk Taeyeon. Taeyeon mengikuti gerakan Jiyong dan terhenyak
kaget saat laki-laki itu mendudukkan dirinya tepat di samping Taeyeon. Dekat sekali sehingga
Taeyeon dapat menciumi harum aroma citrus dari tubuh Jiyong.

Dengan refleks Taeyeon menjauhkan tubuhnya ke belakang hingga punggungnya membentur lengan
sofa. Ia meremas kedua telapak tangannya yang berada di atas paha dan tidak berani memandang
wajah Jiyong, yang kedua netra cokelatnya tengah menatap gadis itu dengan pandangan yang sulit
dipahami. Seringaian licik muncul di wajah tampan laki-laki itu begitu mengetahui gadis itu langsung
gugup dan takut.

“Taeyeon-ah,” panggil Jiyong lambat-lambat dengan suara yang amat sangat lembut. Bukannya
terhanyut, Taeyeon malah semakin ciut dan tidak menanggapi panggilan Jiyong.

Merasa diacuhkan, Jiyong menggeser duduknya mendekati gadis itu dan ia membungkukkan sedikit
tubuhnya untuk memandang tepat ke dalam mata indah Taeyeon. Taeyeon membelalakkan kedua
matanya, terkejut atas tingkah Jiyong yang di luar pemikirannya.

“Karena kau belum mengenalku dengan baik, aku takut kau akan terus mengira hal yang aneh-aneh
tentangku,” lirih Jiyong. “Mulai detik ini dan seterusnya, mari mulai membuka diri masing-masing. Ayo
saling mengenal satu sama lain dan kau akan tahu laki-laki yang seperti apa aku ini. Kau akan tahu,
tidak semuanya laki-laki berpenampilan sepertiku itu brengsek,”

Jantung Taeyeon berdebar tak karuan mendengar ungkapan laki-laki yang ada di depannya ini. Ia
memang sudah terbiasa menghadapi gombalan dari mulut laki-laki playboy sejak dulu dan tak pernah
menanggapinya dengan serius. Namun, kali ini begitu kedua netra Taeyeon bertemu pandang
dengan kedua hazel Jiyong yang meneduhkannya, reaksi tubuhnya mengkhianati logikanya.

Ah, ia merindukan perasaan seperti ini. Saat-saat seperti ini. Saat-saat darah di dalam tubuhnya
menghangat dan menyebabkan rona di kedua pipinya muncul tanpa bisa ia cegah.

Ia tahu, seharusnya ia tak boleh merasakan hal itu lagi. Tidak untuk saat ini. Apalagi dengan seorang
Kwon Jiyong.

Jiyong tersenyum. Tatapannya makin dalam dan anehnya, Taeyeon tak bisa mengalihkan
pandangannya.

“Dan aku suka,” lanjut Jiyong. “Teh chamomile buatanmu,”

-To Be Continued-

Anda mungkin juga menyukai