Makalah Aik 4 Kelompok 8
Makalah Aik 4 Kelompok 8
Disusun oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “METODE PENDIDIKAN
DALAM SURAT AL-LUQMAN" ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Khusnul Laely, M.Pd pada mata kuliah AIK IV.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang metode pendidikan
yang terdapat dalam surat Al-Luqman bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Khusnul Laely, M.Pd, selaku dosen mata
kuliah AIK IV yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Metode Pendidikan Surat Luqman..................................................................................................5
B. Hal Yang Harus Dihindari Dalam Pendidikan Karakter...................................................................13
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................................17
A. Kesimpulan....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................18
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
BAB 2 PEMBAHASAN
Pendidikan anak sangatlah penting untuk selalu dikaji. Anak sebagai penerus
bangsa juga penerus agama yang harus selalu dibekali dengan ilmu yang bisa menjadi
dasar untuk dewasa nanti. Anak-anak harus diberi arahan dengan bijak tanpa harus
menggurui, namun penuh kasih layaknya sahabat yang saling berdiskusi. Sebagaimana
dalam surat Luqman kita ketahui, banyak petuah-petuah yang beliau berikan padanya
agar menjadi seorang hamba yang baik budi serta iman pada Ilahi. pendidikan tidak
hanya dengan menyekolahkan di sekolah bergengsi namun juga dengan adab dan iman
agar menjadi bekal di akhirat mampu menjadi anak berbakti, saleh dan salihah
membanggakan orang tua. Firman Allah :
َو َلَقْد َء اَتْيَنا ُلْقٰم َن اْلِح ْك َم َة َأِن اْشُك ْر ِهّٰلِل َوَم ْن َيْشُك ْر َفِإَّنَم ا َيْشُك ُر ِلَنْفِس ِه َو َم ْن َكَفَر َفِإَّن َهللا َغ ِنٌّي َح ِم ْيٌد
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: “Bersyukurlah
kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka mesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, ,aka
sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Luqman: 12)
Surat Luqman ( )سورة لقمانadalah surah ke-31 dalam Al-Quran. Surat ini terdiri
dari atas 34 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah. Surah ini diturunkan
sesudah Surah As-Saaffat. Nama Luqman diambil sempena dari kisah Luqman yang
diceritakan dalam surah ini tentang bagaimana ia mendidik anaknya (Pendidikan et al.,
2019).
Luqman Al-Hakim adalah sosok teladan dalam mendidik anak. Keteladanan Luqman
Al-Hakim dalam mendidik anak ini telah diabadikan dalam Al-Qur’an Al-Karim agar
menjadi contoh dan pedoman bagai umat sesudahnya dalam mendidik anak sebagai
amanat sekaligus anugerah dari Allah Swt. Metode yang terkandung pada surat Luqman
ayat 12-19 anatara lain ialah sebagai berikut:
5
1. Keteladanan.
Luqman adalah seorang lelaki shaleh, ahli ibadah, pengetahuan dan hikmah yang
luas. Ada yang mengatakan bahwa dia adalah seorang hakim pada zaman Daud as.
Kajian ini menunjukkan bahwa semua nasehat yang diberikan Luqman kepada
anaknya merupakan perintah yang telah dilakukan untuk dirinya sendirisebagai
contoh/model bagi anaknya.
2. Perintah/pengajaran.
Secara tersurat, dalam ayat ini lebih banyak menggunakan kata perintah.
Diantaranya pada ayat 12 ‚anisykurlillah‛, ayat 14 yang berisi tentang perintah untuk
berbuat baik kepada ibu bapak dan bersyukur kepada Allah. Ayat 17 yang menyatakan
tentang perintah shalat, mengerjakan yang ma’ruf dan bersabar. Kemudian di ayat
19berisi tentang perintah untuk menyederhanakan cara berjalan dan melunakkan suara
ketika berbicara.Kata “wa idzqolaa” pada awal ayat 13 yang artinya “dan
ingatlah......” kata ini merupakan sebuah perintah yang ditujukan kepada nabi
Muhammad dan kepada siapa saja untuk merenungkan anugerah Allah kepada
Luqman dan mengingatkan orang lain.
6
3. Larangan
Bentuk larangan juga merupakan hal yang sering muncul dalam ayat ini. Ayat 13
berisi tentang larangan mempersekutukan Allah. Dalam ayat tersebut sebelum kata
laranganterdapat kata‚ yaidzu (berasal dari kata wa’zdu), kata ini mengandung arti
ucapanyangmengandung peringatan dan ancaman. Dalam tafsir al-Misbah
dikemukakan kata tersebut mengisyaratkan bahwa anak Luqman itu adalah seorang
yang musyrik, sehingga sang ayah yang menyandang hikmah terus menerusmenasihati
sang anak. Akan tetapi menurut Ibn‘Asyur ancaman ini tidak harus dikaitkan dengan
kemusyrikan.
Selain ayat 13, juga terdapat pada ayat 15 yang berkenaan dengan larangan
untuk tidak mematuhi orang tua jika mereka memaksa pada kekufuran.Kemudian ayat
18-19 yang berkenaan tentang akhlak. Dua ayatini (ayat 18-19) menjelaskan tentang
tata cara untuk bergaul dengan sesama manusia, disertai dengan penjelasan tentang
tata cara berjalan, untuk tidak berjalan dengan angkuh. Dalam ayat 19 ada kata
ughdhud terambil dari kata ghadahyang artinya: penggunaan sesuatu tidak dalam
potensinya yang sempurna. Mata dapat memandang dengan bebas, akan tetapi jika
kata ghadah ini diperintahkan ke mata (ghudul bashar) menunjukkan untuk
membatasi pandangan. Demikian pula jika digandengkan dengan kata shaut (suara),
maka seseorang diminta untuk tidak berteriak sekuat kemampuannya, tetapi dengan
suara perlahan namun tidak berbisik.
4. Setiap wasiat yang berupa larangan ataupun perintah semuanya disertai penjelasan dan
lasan.
Dari setiap perintah dan larangan yang disebut dalam surat Luqman ayat 12-19
selalu disertai dengan penjelasan dan alasan mengapa hal tersebut dilarang atau
diperintahkan. Sebagai berikut penjelasannya:
7
Ayat 12
١٢ – َلَقْد ٰا َتْيَنا ُلْقٰم َن اْلِح ْك َم َة َاِن اْشُك ْر ِهّٰلِلۗ َو َم ْن َّيْشُك ْر َفِاَّنَم ا َيْشُك ُر ِلَنْفِس ٖۚه َو َم ْن َكَفَر َفِاَّن َهّٰللا َغ ِنٌّي َحِم ْيٌد
12. Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu, ”Bersyukurlah
kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka
sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.
Dalam ayat 12 ini telah diperintahkan Luqman agar bersyukur kepada Allah, barang
siapa yang bersyukur sesungguhnya ia bersyukur atas dirinya sendiri.
Ayat 13
١٣ – َو ِاْذ َقاَل ُلْقٰم ُن اِل ْبِنٖه َو ُهَو َيِع ُظٗه ٰي ُبَنَّي اَل ُتْش ِرْك ِباِهّٰللۗ ِاَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع ِظ ْيٌم
13. Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Ayat 14
١٤ – َو َو َّصْيَنا اِاْل ْنَس اَن ِبَو اِلَد ْيِۚه َح َم َلْتُه ُاُّم ٗه َو ْهًنا َع ٰل ى َو ْهٍن َّوِفَص اُلٗه ِفْي َعاَم ْيِن َاِن اْشُك ْر ِلْي َو ِلَو اِلَد ْيَۗك ِاَلَّي اْلَم ِص ْيُر
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
8
Dalam ayat ini setiap manusia diperintahkan agar berbakti kepada orang tua,
terlebih lagi kepada ibu yang telah mengandung selama 9 bulan dengan keadaan yang
sangat lemah dan telah menyusui selama 2 tahun. manusia diperintah untuk banyak
bersyukur kepada Allah SWT. dan kedua orang tua namun perlu diingat sehebat apa
kita berbakti kepada kedua orang tua tempat kembali kita ialah kembali kepa Allah
SWT.
Ayat 15
َو ِاْن َج اَهٰد َك َع ٰٓلى َاْن ُتْش ِرَك ِبْي َم ا َلْيَس َلَك ِبٖه ِع ْلٌم َفاَل ُتِط ْعُهَم ا َو َص اِح ْبُهَم ا ِفى الُّد ْنَيا َم ْع ُرْو ًفاۖ َّو اَّتِبْع َس ِبْيَل َم ْن
١٥ – َاَناَب ِاَلَّۚي ُثَّم ِاَلَّي َم ْر ِج ُع ُك ْم َفُاَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم َتْع َم ُلْو َن
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku
beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Pada dasarnya kita harus patuh kepada perintah orang tua, namun pada ayat ke 15
ini menjelaskan apabila kedua orang tua kita memaksa kita untuk mempersekutukan
Allah maka kita kita boleh tidak taat kepada ke duanya. Dan apabila mereka mengajak
kita untuk mempersekutukan-Nya padahal kita sudah berusaha untuk mengajak ke
jalan yang benar, Allah telah memirantahkan kita untuk tetap menghormatinya didunia
dan kita diperintahkan oleh-Nya untuk berteman dengan orang-orang yang taat dan
tidak mensekutukan-Nya.
Ayat 16
ُۗبَنَّي ِاَّنَهٓا ِاْن َتُك ِم ْثَقاَل َح َّبٍة ِّم ْن َخ ْر َد ٍل َفَتُك ْن ِفْي َص ْخ َرٍة َاْو ِفى الَّسٰم ٰو ِت َاْو ِفى اَاْلْر ِض َيْأِت ِبَها ُهّٰللا
١٦ - ِاَّن َهّٰللا َلِط ْيٌف َخ ِبْيٌر
16. (Lukman berkata), ”Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah
akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti.
9
Pada ayat ini nasehat yang diberikan oleh luqman yaitu apabila ada masalah
sekecil biji sawi dan masalah yang berbelit-belit sulit untuk diselesaikan maka
percayalah bahwa Allah akan membalasnya karena hany Allah lah yang Maha Halus
lagi Maha Teliti.
Ayat 17
١٧ – ٰي ُبَنَّي َاِقِم الَّص ٰل وَة َو ْأُم ْر ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو اْنَه َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو اْص ِبْر َع ٰل ى َم ٓا َاَص اَبَۗك ِاَّن ٰذ ِلَك ِم ْن َع ْز ِم اُاْلُم ْو ِر
17. Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf
dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
Pada ayat 17 ini luqman memerintahkan anaknya agar mendirikan sholat, berbuat
baik, meralang melakukan perbuatan yang mungkar dan bersabarlah atas bala bencana
yang menimpa karena sesungguhnya hal itu adalah dari perkara-perkara yang utama.
Ayat 18
١٨ – َو اَل ُتَص ِّعْر َخَّد َك ِللَّناِس َو اَل َتْم ِش ِفى اَاْلْر ِض َم َر ًح ۗا ِاَّن َهّٰللا اَل ُيِح ُّب ُك َّل ُم ْخ َتاٍل َفُخ ْو ٍۚر
18. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan
janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membanggakan diri.
10
Ayat 19
ࣖ َو اْقِص ْد ِفْي َم ْش ِيَك َو اْغ ُضْض ِم ْن َص ْو ِتَۗك ِاَّن َاْنَك َر اَاْلْص َو اِت َلَص ْو ُت اْلَحِم
١٩ - ِْير
11
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar
benar kedzaliman besar”.
7. Analogi/cerita
Dalam ayat ini terdapat dua ayat yang berkisah tentang analogi/cerita. Pertama,
berkenaandengan perbandingan amalan yang kecil dengan biji sawi dan kedua,
berkenaan dengan perbandingan suara yang jelek dengan suara keledai. Menurut
Ainon Mohd dan Abdullah Hassan, analogi dapat dibuat dalam 3 bentuk. Pertama
analogi alam, seperti yang digunakan oleh Luqman. Kedua, analogi diri sendiri, yakni
dengan membayangkan diri sendiri pada situasi lain. Ketiga, analogi fantasi dengan
membayangkan perkara yang belum terjadi.
12
B. Hal Yang Harus Dihindari Dalam Pendidikan Karakter
Sudah tidak diragukan lagi bahwa menjadi orang tua bukanlah perkara yang
mudah, anda sebagai orang tua dituntut untuk menghasilkan anak yang mandiri dan
penuh dengan tanggung jawab. Kesalahan kecil dalam mendidik anak bisa berakibat fatal
yang juga dapat berakibat pada pola hidup dan kebiasaan anak itu sendiri. Selain itu, anak
balita belum dibekali kemampuan untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk sehingga anak cenderung akan meniru dan mengadopsi cara-cara dan
perilaku yang sering terjadi di kehidupannya. Untuk itulah, mengapa lingkungannya
harus senantiasa dijaga. Bisa anda bayangkan, akan seperti apa jadinya jika lingkungan
tempat anak anda tumbuh dipenuhi dengan hal-hal negative seperti halnya lingkungan
yang ‘keras’. Meski tak selalu demikian, namun lingkungan memang amat berpengaruh
pada kehidupan anak berikutnya, termasuk bagaimana pola orang tua dalam hal mendidik
anak (Luqman & Menurut, 2019).
Perbedaan akan terlihat mencolok pada anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam
keluarga yang hangat dan penuh cinta dengan anak yang selalu mendapatkan pola didikan
‘keras’ dari orang tuanya. Sayangnya, tak banyak orang tua yang tahu bagaimana cara
memberikan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan optimal anak. Akibatnya, anakpun
tumbuh tidak sebagaimana yang diharapkan. Untuk lebih mengenalkan bagaimana pola
lingkungan yang baik untuk mendidik anak, berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya
dihindari saat mendidik anak :
Sikap kita sebagai orang tua dalam menuntut anak untuk menunjukkan
kematangan sikap atau target tertentu yang pada umumnya berada diluar kemampuan
dan jangkauan wajar yang dimiliki anak anda, hanya akan melahirkan anak yang
terlalu berambisi pada semua hal. Memiliki ambisi pada sebuah tujuan memang hal
yang baik, namun jika proses pencapaian itu sendiri tak pernah dihargai dan anak
hanya mengedepankan kuantitas. Hal ini tidaklah baik untuk psikologisnya, bukan
tidak mungkin saat anak beranjak dewasa ia akan melakukan apa saja asalkan apa
13
yang telah menjadi targetannya bisa ia raih. Selain itu, menuntut anak dengan ‘keras’
hanya akan membuatnya stress dan trauma. Untuk itu, berikan kesempatan pada anak
untuk mencoba-coba terlebih dahulu apa yang menjadi hobinya, dengan begitu
seiring berjalannya waktu, ia akan mulai memaknai bahwa prestasi juga perlu
diperhitungkan.
2. Mengancam
Menghadapi anak yang sedikit susah diatur memang memusingkan bahkan tak
jarang hal itu justru sedikit menjengkelkan. Namun perilaku mengancam meski
secara halus maupun kasar tidak dibenarkan. Misalkan menghadapi anak yang sulit
mengunyah makanan dengan menakuti bahwa giginya bisa ompong dan sebagainya
hanya akan berdampak buruk. Mengancam dengan nada halus maupun tinggi tidak
akan menyelesaikan masalah. Ancaman memang efektif agar membuat anak mau
menuruti semua perintah kita, namun hal itu hanya bersifat sementara. Karena
didasari pada rasa takut bukan kesadaran anak semata. Dan kelak jika si anak sudah
mulai mengerti ia akan merasa dibohongi.
4. Terlalu Mengekang
Sikap terlalu mengatur dan mengarahkan anak, tanpa memperhatikan hak anak
untuk menentukan keinginan dan jalannya sendiri atau mengembangkan minat dan
bakatnya pada bidang yang mereka cintai. Akan berakibat pada psikologisnya seperti
akan menjadi lamban, tidak memiliki pendirian, selalu bekerja sesuai perintah
layaknya robot, dan bukan tak mungkin menjadikan anak menjadi suka melawan saat
ia mulai bisa membela diri nanti. Untuk itu, akan lebih baik jika anda memberikan
14
kesempatan anak untuk memilih bidang mana yang mereka sukai. Misalkan saat anak
senang mencoret-coret berikan kesempatan untuknya untuk menikmati hobinya
tersebut dari sana anda bisa mulai mengarahkannya pada kegiatan melukis yang mana
bakat tersebut akan berguna untuk hidupnya kelak.
5. Terlalu Lemah
Terkadang saat anak rewel menginginkan sesuatu anda cenderung akan mengalah
dengan memberikan apa yang mereka inginkan meskipun hal tersebut akan sedikit
merepotkan anda. Namun pola didik seperti ini sebenarnya menyalahi aturan. Anak-
anak diusia balita belum mengenal hak dan kewajiban. Akibatnya, anak menjadi
penuntut, cenderung egois, impulsive (gampang melakukan tindakan tanpa melalui
perhitungan panjang), dan tidak memperhatikan kepentingan orang lain. Untuk itulah,
peran dan pola asuh orangtua yang baik amat dibutuhkan pada fase ini. Namun bukan
berarti anda harus keras terhadap anak, hal yang paling penting untuk menumbuhkan
kesadaran anak adalah sikap tegas anda terhadap anak.
6. Melanggar Janji
Saat anda membuat janji pada anak kecil jangan pernah sesekali menganggapnya
sebagai hal yang sepele dan bisa dilanggar karena mereka masih kecil. Anak di usia
dini justru akan mengerti dengan lebih baik daripada yang anda bayangkan. Mereka
akan mengerti apakah anda menunjukkan prioritas atau tidak terhadap mereka. Untuk
membentuk pribadi anak yang lebih baik, ada baiknya jika anda juga menepati apa
yang sudah anda janjikan pada anak.
7. Ucapan Kasar
Di usia balita, si kecil akan mulai belajar mencontoh apa yang ia dengar dari
orang-orang sekitar dan lingkungannya. Mereka akan menyerap apa yang mereka
dengar dan saksikan dengan tanpa menyaring mana hal baik dan hal buruk. Untuk itu,
jangan sekali-kali mengucapkan kata-kata kasar di depan anak. Terkadang orang tua
lepas kendali dengan melepaskan kata-kata yang kurang pantas saat marah. Namun,
akan lebih baik jika anda tidak menyebutkannya di depan anak.
15
8. Mendorong Anak Terlalu Keras
Dukungan dan dorongan memang penting diberikan pada buah hati agar anak
terpacu dan termotivasi untuk melakukan beragam hal yang positif. Namun ada hal
yang harus anda waspadai adalah ‘mendorongnya’ secara berlebihan. Mungkin saat
teman-teman seusianya bisa melakukan sesuatu, hal yang sama juga ingin dipaksakan
pada anak sendiri. Alih-alih anak menjadi termotivasi, mereka malah akan tertekan
dan depresi dibuatnya. Untuk itulah, sebaiknya sesuaikan porsi prestasi dengan
kemampuan si kecil agar ia tidak terlalu terbebani.
Di usia balita anak-anak akan mulai menyerap segala informasi dan juga meniru segala
tindakan dari orang-orang disekitarnya. Tentu ini masa-masa dimana seharusnya para
orangtua memberikan bimbingan dan dituntut untuk lebih berhati-hati dalam bersikap
BAB 3 PENUTUP
16
A. Kesimpulan
Pendidikan anak dalam Al-Qur‟an surah Luqman ayat 12-19 adalah suatu usaha
sadar yang dilakukan guna membimbing, membina, dan mengarahkan anak dalam
mengembangkan potensi (fitrah) jasmani-rohani dalam dirinya sehingga mampu
mencapai keserasian dan keselarasan di dalam kehidupannya di dunia maupun akhirat
dengan upaya internalisasi dan transformasi nilai-nilai pendidikan, kebudayaan, serta adat
istiadat yang telah ada.
Kajian ini menunjukkan bahwa jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang,
AlQuran telah memaparkan dalam ayat-ayatnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa
konsep yang ada dalam Al-Quran termasuk juga konsep pendidikan mengandung
kebenaran haqiqi, etap up to date dalam setiap masa. Apa yang terkandung didalam Al-
Quran ini sejatinya sejalan dengan kajian dalam ilmu pendidikan. Kajian ini bukan untuk
membandingbandingkan ataupun melakukan dikotomi terhadap kajian Al-Quran dan
ilmu umum. Namun sebaliknya, kajian ini merupakan kajian untuk saling menguatkan
dan menginterasikan nilai-nilai di dalam dua ilmu ini. Artinya, Al-Quran merupakan
ayat-ayat Qouli yang saling mendukung terhadap penemuan-penemuan ayat-ayat
Kauni.Dalam ilmu psikologi, Metode-metode pendidikan yang terkandung dalam Al-
Quran telah dilakukan proses kajian dan eksperimen atas efektivitas metode pendidikan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
17
Luqman, S., & Menurut, A. (2019). No Title.
Pendidikan, M., Dalam, A., Luqman, S., Harmaliani, N., Dakwa, J., Tinggi, S., & Islam, A.
(2019). Metode pendidikan anak dalam surah luqman ayat 12-19 (perspektif tafsir ibnu
katsir) (study analisis al qur’an). 19.
18