Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGEMBANGAN POTENSI HAKIKAT MANUSIA


Di ajukan untuk memenuhi mata kuliah “Pengantar Pendidikan”
Dosen Pengampu :
M. Labib Al-Halim. M.Pd.

Kelompok 1 :
1. Dwi Rizatussholihah (03.1.2023.0012)
2. Lubna Azka Affadina (03.1.2023.0012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BILLFATH
LAMONGAN
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke- hadirat Allah SWT. atas segala limpahan
rahmat, taufik, hidayah dan inayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia”. Hadirnya
makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa program pendidikan bahasa inggris.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak, penulisan
makalah ini mungkin tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H. Kholid Novianto, S.S., M.E. selaku rektor UNIVERSITAS
BILLFATH Lamongan yang telah mengizinkan kami menempuh mata
kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Ibu Wilujeng A.P., M.A. selaku kaprodi Pendidikan Bahasa Inggris
UNIVERSITAS BILLFATH Lamongan yang telah mengizinkan kami
menempuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak M. Labib Al-Halim. M.Pd. selaku pengampu mata kuliah
Pendidikan Pengantar Pendidikan yang telah memberikan bimbingan
dan mengarahkan kami, sehingga kami mendapatkan pemahaman yang
benar mengenai mata kuliah ini.
4. Teman-teman jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang telah
memberikan motivasinya.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam


penulisan Makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Lamongan, Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1. Latar Belakang........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................................3
3. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
1. Pengertian Hakikat Manusia...................................................................................4
2. Sifat Hakikat Manusia.............................................................................................6
3. Pengertian Sifat Hakikat Manusia...........................................................................6
4. Hakikat Manusia dan Wujudnya.............................................................................7
a. Kemampuan Menyadari Diri...............................................................................7
b. Kemampuan Bereksistensi..................................................................................7
c. Kata Hati.............................................................................................................7
d. Moral..................................................................................................................8
e. Tanggung Jawab.................................................................................................8
5. Hubungan Antara Sifat Hakikat Manusia dengan Kebutuhan Akan Pendidikan....11
6. Hubungan Hakikat Manusia Dan Pendidikan........................................................13
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
A. Kesimpulan...........................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah usaha yang di lakukan secara sadar


untuk Menunjang proses pembelajaran peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya. Poin-poin yang dipentingkan meliputi
bidang keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keilmuan,
pengetahuan, wawasan, dan keterampilan. Pendidikan diambil dari kata
dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti
memelihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan
dengan Pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu
usaha manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia
untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua
subjek pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik
dan subjek didik. Subjek-subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi
dapat berupa media atau alat-alat pendidikan. Sehingga pada pendidikan
terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna mencapai tujuan
pendidikan.
Menurut wadah yang menyelenggarakan pendidikan, pendidikan dapat
dibedakan menjadi pendidikan formal, informal dan nonformal.
Pendidikan formal adalah segala bentuk pendidikan atau pelatihan yang
diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik bersifat umum maupun
bersifat khusus. Contohnya adalah pendidikan SD, SMP, SMA dan
perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Pendidikan Informal adalah jenis
pendidikan atau pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarakat
yang diselenggarakan tanpa ada organisasi tertentu (bukan organisasi).
Pendidikan nonformal adalah segala bentuk pendidikan yang diberikan
secara terorganisasi tetapi di luar wadah pendidikan formal. Pada makalah
ini, akan dikaji hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan formal yang
diselenggarakan di Indonesia. Pada dasarnya setiap kegiatan yang
dilakukan menimbulkan dua macam dampak yang saling bertentangan.
Kedua dampak itu adalah dampak positif dan dampak negatif. Dampak
positif adalah segala sesuatu yang merupakan harapan dari pelaksanaan
kegiatan tersebut, dengan kata lain dapat disebut sebagai ’Tujuan’.
Sedangkan dampak negatif adalah segala sesuatu yang bukan merupakan

1
harapan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, sehingga dapat disebut
sebagai hambatan atau masalah yang ditimbulkan. Jika peristiwa di atas
dihubungkan dengan pendidikan, maka pelaksanaan pendidikan akan
menimbulkan dampak negatif yang disebut sebagai masalah dan hambatan
yang akan dihadapi.

Hal ini akan lebih tepat bila disebut sebagai permasalahan Pendidikan.
Istilah permasalahan pendidikan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu
“problem“. Masalah adalah segala sesuatu yang harus diselesaikan atau
dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan berarti sesuatu yang
dimasalahkan atau hal yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan
adalah segala-sesuatu hal yang merupakan masalah dalam pelaksanaan
kegiatan pendidikan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
Permasalahan Pendidikan Indonesia adalah segala macam bentuk masalah
yang dihadapi oleh program-program pendidikan dinegara Indonesia.
Seperti yang diketahui dalam TAP MPR RI No. II/MPR/1993dijelaskan
bahwa program utama pengembangan pendidikan di Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan.
b. Peningkatan mutu pendidikan.
c. Peningkatan relevansi pendidikan.
d. Peningkatan Efisiensi dan efektivitas pendidikan.
e. Pengembangan kebudayaan.
f. Pembinaan generasi muda.
Adapun masalah yang sangat rumit di dunia pendidikan adalah sebagai
berikut:
a. Pemerataan
b. Mutu dan Relevansi.
c. Efisiensi dan efektivitas
Setiap masalah yang dihadapi disebabkan oleh faktor-faktor
pendukungnya adapun faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya 4
masalah di atas adalah sebagai berikut :
a. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
b. Laju Pertumbuhan penduduk
c. Kelemahan guru/dosen (tenaga pengajar) dalam menangani tugas
yang dihadapinya.
d. Ke-tidak fokus-an peserta didik dalam menjalani proses pendidikan
(Permasalahan Pembelajaran)

2
2. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan diajukan penulis pada makalah ini


adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian hakikat manusia ?
2. Apa saja Sifat hakikat manusia ?
3. Apa Hubungan antara sifat hakikat manusia dengan kebutuhan
akan pendidikan ?

3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan


makalah
Ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari hakikat manusia
2. Mengetahui sifat hakikat manusia
3. Menemukan hubungan antara sifat hakikat manusia dengan
kebutuhan pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hakikat Manusia

Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia


adalah rohani, jiwa. Jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian
dari rohani. Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik
yang secara prinsip membedakan manusia dari hewan, meskipun
antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat
dari segi biologisnya.
Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan
{common sense, ilmiah, filosofis, religi)dan melalui berbagai sudut
pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).
Dalam kehidupannya yang riil manusia menunjukkan keragaman
dalam berbagai hal, baik tampilan fisiknya, strata sosialnya,
kebiasaannya, bahkan sebagaimana dikemukakan di atas,
pengetahuan tentang manusia pun bersifat ragam sesuai pendekatan
dan sudut pandang dalam melakukan studinya. Alasannya
bukankah karena mereka semua adalah manusia maka harus diakui
kesamaannya sebagai manusia? (M.I. Soelaiman, 1988).
Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik esensial
setiap manusia ini disebut pula sebagai hakikat manusia, sebab
dengan karakteristik esensialnya itulah manusia mempunyai
martabat khusus sebagai manusia yang berbeda dari yang lainnya.
Contoh: manusia adalah animal rasional, animal symbolicm, homo
feber, homo sapiens, homo sicius, dan sebagainya.
Mencari pengertian hakikat manusia merupakan tugas
metafisika, lebih spesifik lagi adalah tugas antropologi (filsafat
antropologi). Filsafat antropologi berupaya mengungkapkan
konsep atau gagasan-gagasan yang sifatnya mendasar tentang
manusia, berupaya menemukan karakteristik yang sifatnya
mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik
yang secara prinsipil (bukan gradual) membedakan manusia dari
makhluk lainnya. Antara lain berkenaan dengan: (1) asal-usul
keberadaan manusia, yang menanyakan apakah adanya manusia
didunia ini hanya kebetulan saja sebagai hasil evolusi atau hasil
ciptaan Tuhan?; (2) struktur metafisika manusia, apakah yang
esensial dari manusia itu badannya atau jiwanya atau badan dan

4
jiwa; (3) berbagai karakteristik dan makna eksistensi manusia di
dunia, antara lain berkenaan dengan individualitas, sosialitas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa
pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau
konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi
manusia di dunia. Pengenian hakikat manusia berkenaan dengan
“prinsip adanya” Qrincipe de’etre) manusia. Dengan kata lain,
pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang
“sesuatu yang olehnya” manusia memiliki karakteristik khas yang
memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis Leahy, 1985).
Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan
dengan asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan),
struktur metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-
ruh), sena karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia
(eontoh: manusia sebagai makhluk individual, sebagai makhluk
sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai makhluk susila, dan
sebagai makhluk beragama).
Hakikat manusia adalah sebagai berikut:
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat
menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya.

b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung


jawab atastingkah laku intelektual dan sosial yang
mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif
sehingga mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan
mampu menentukan nasibnya.

c. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan


terus berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya.

d. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan


dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri,
membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.

e. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudan-


nya merupakan ke-tak terduga-an dengan potensi yang
tak terbatas.

5
f. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang
mengandung kemungkinan baik dan jahat.

g. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan


terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa
berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya
tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

2. Sifat Hakikat Manusia

Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia


adalah rohani, jiwa. Jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian
dari rohani. Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik
yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan, meskipun
antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat
dari segi biologisnya.
Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang
seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua
kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segala.
Bahkan carles darwin dengan teori evolusinya telah berjuang
menemukan bahwa manusia berasal dari primata atau kera tapi
ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari
primata atau kera.
Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat
tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada
hewan. Karena manusia mempunyai hati yang halus dan dua
pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan,
kaki, mata dan seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk
kepada perintah hati. Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua,
pasukan yang mempunyai dasar yang lebih halus seperti syaraf dan
otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan kemauan
inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.

3. Pengertian Sifat Hakikat Manusia

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri


karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari
hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan
terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Bahkan beberapa filosof
seperti Socrates menamakan manusia itu Zoon Politicon (hewan

6
yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia
sebagai Das Kranke Tier (hewan yang sakit) yang selalu gelisah
dan bermasalah.

Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang


keliru, mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda
secara
gradual, yaitu suatu perbedaan yang melalui rekayasa dapat dibuat
menjadi sama keadaannya, misalnya air karena perubahan
temperatur lalu menjadi es batu. Seolah-olah dengan kemahiran
rekayasa pendidikan orang utan dapat dijadikan manusia. Padahal
kita tahu bahwa manusia mempunyai akal dan pikiran yang dapat
dijadikan sebagai perbedaan manusia dengan hewan.

4. Hakikat Manusia dan Wujudnya

Mengenai wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki


oleh hewan), akan dipaparkan oleh paham eksistensialisme dengan
tujuan agar menjadi masukan dalam membenahi konsep
pendidikan, yaitu:

a. Kemampuan Menyadari Diri


Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia
dengan hewan pada adanya kemampuan adanya menyadari
diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan
menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia
menyadari bahwa dirinya(akunya) memiliki ciri khas atau
karakteristik diri. Drijarkara menyebut kemampuan tersebut
dengan istilah “mengaku”, yaitu kemampuan
mengeksplorasi potensi- potensi diri yang ada pada diri,
dan memahami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan
yang dapat dikembangkan sehingga aku dapat berkembang
kearah kesempurnaan diri.

b. Kemampuan Bereksistensi
Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos,
dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya.
Karena inilah manusia mempunyai kebebasan yaitu
manusia bukan “berada” melainkan “mengada”

c. Kata Hati

7
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan
bahwa hati itu adalah kemampuan pada diri manusia yang
memberi penerangan tentang baik buruknya perbuatan
sebagai manusia.

d. Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan
sendiri. Moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam
yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia
merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur).

e. Tanggung Jawab
Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu
perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan
demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai
keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan
sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.

f. Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh
sesuatu) yang sesuai dengan kodrat manusia. Kemerdekaan
berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang
sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai
dengan kodrat manusia.

g. Kewajiban dan Hak Kewajiban


Merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh
manusia. Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang
patut dituntut setelah memenuhi kewajiban.

h. Mampu Menghayati Kebahagiaan.


Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari
kehidupan manusia. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan
hanya sebagai himpunan saja, tetapi merupakan integrasi
dari segenap kesenangan, kepuasan dan sejenisnya dengan
pengalaman pahit dan penderitaan. Manusia adalah mahluk
yang serba terhubung, dengan masyarakat, lingkungan, diri
sendiri dan Tuhan. Dalam krisis total manusia mengalami
krisis hubungan dengan masyarakat dengan lingkungannya,
dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Kebahagiaan hanya
dapat dicapai apabila manusia meningkatkan kualitas
hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba
terhubung dan dengan memahami kelebihan dan

8
kekurangan diri sendiri. Kebahagian itu rupanya tidak
terletak pada keadaan diri secara faktual tetapi terletak pada
kesanggupan menghayati semua itu dengan keheningan
jiwa, dan mendudukan hal-hal tersebut didalam rangkaian
tiga hal yaitu: usaha, norma-norma, dan takdir. Manusia
yang menghayati kebahagiaan adalah pribadi manusia
dengan segenap keadaan dan kemampuannya.

4. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan


Dinamikanya

a. Dimensi Keindividuan

Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”,


sesuatu yang merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat
dibagi-bagi . Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi.
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai
potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi
seperti dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik
di muka bumi. Demikian kata M.J. Langeveld (seorang
pakar pendidikan yang tersohor di negeri Belanda) yang
mengatakan bahwa setiap orang memiliki individualitas.
Bahkan anak kembar yang berasal dari satu telur pun, yang
lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit
dibedakan satu dari yang lain, hanya serupa tetapi tidak
sama, apalagi identik. Hal ini berlaku baik dari sifat-sifat
fisiknya maupun hidup kejiwaannya (kerohaniannya).
Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki
kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat,
dan daya tahan yang berbeda.

b. Dimensi Kesosialan

Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas.


Demikian kataM.J. Langeveld. Pernyataan tersebut diartikan
bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk
bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang
pada hakikatnya didalamnya terkandung unsur saling memberi
dan menerima. Bahkan menurut Langeveld, adanya kesediaan
untuk saling memberi dan menerima itu dipandang sebagai

9
kunci sukses pergaulan. Ada-nya dorongan untuk menerima
dan memberi itu sudah menggejala mulai pada masa bayi.
Seorang bayi sudah dapat menyambut atau menerima belaian
ibunya dengan rasa senang kemudian sebagian balasan ia dapat
memberikan senyuman kepada lingkungannya, khususnya pada
ibunya. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak
lebih jelas dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan
untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Betapa kuatnya dorongan tersebut sehingga bila dipenjarakan
merupakan hukuman yang paling berat dirasakan oleh manusia.
Karena dengan diasingkan di dalam penjara berarti
diputuskannya dorongan bergaul tersebut secara mutlak.
Immanuel Kant seorang filosofis tersohor bangsa jerman
menyatakan: Manusia hanya menjadi manusia jika berada di
sekitar manusia. Kiranya tidak ada seorang pun yang bisa hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain.3.

c. Dimensi Kesusilaan

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan


yang lebih tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan
bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas
jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung
kejahatan terselubung. Karena itu pengertian susila
berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi
kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan
dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu
etiket(persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika
(persoalan kebaikan). Kedua hal tersebut biasanya dikaitkan
dengan persoalan hak dan kewajiban. Sehubungan dengan hal
tersebut ada dua pendapat yaitu:

 Golongan yang menganggap bahwa kesusilaan


mencakup kedua-duanya. Etiket tidak bisa
dibedakan dari etika karena sama-sama dibutuhkan
dalam kehidupan.

 Golongan yang memandang bahwa etiket dan etika


perlu dibedakan, karena masing-masing
mengandung kondisi yang tidak selamanya selalu
berjalan. Kesopanan merupakan minyak pelincir
dalam pergaulan hidup, sedangkan etika merupakan
isinya.

10
Di dalam uraian ini ke susiala-an diartikan mencakup
etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat
dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta
melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah
makhluk susila. Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai
manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan
melaksanakan nilai-nilai tersebit dalam perbuatan. Nilai-nilai
merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena
mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan, dan
sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman
dalam kehidupan.

d. Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Sejak


dahulu-kala, sebelum manusia mengenal agama mereka telah
percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau dengan
perantara alat indranya, diyakini akan adanya kekuatan
supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk
dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan
tersebut diciptakanlah mitos-mitos. Kemudian setelah ada
agama manusia mulai menganutnya. beragama merupakan
kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang
lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia
memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Dapat
dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia.
Ph. Khonstam berpendapat bahwa pendidikan agama
seyogyanya menjadi tugas orang tua dalam lingkungan
keluarga, karena pendidikan agama adalah persoalan afektif
dan kata hati. Pemerintah dengan berlandaskan GBHN
memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah
mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Di sini perlu
ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui mata
pelajaran agama ditingkatkan, namun harus tetap disadari
bahwa pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama
yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama. Jadi dari
segi-segi afektif harus diutamakan.

5. Hubungan Antara Sifat Hakikat Manusia dengan Kebutuhan


Akan Pendidikan

11
Sifat hakikat manusia memberikan tempat kedudukan pada
manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi
daripada hewan dan sekaligus menguasai hewan. Salah satu
sifat hakikat manusia yang istimewa ialah adanya kemampuan
menghayati kebahagiaan pada manusia. Semua sifat hakikat
manusia dapat dan harus ditumbuhkembangkan melalui
pendidikan, berkat pendidikan maka sifat hakikat manusia
dapat ditumbuh kembangkan secara selaras dan berimbang
sehingga menjadi manusia yang utuh.

Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan


mendidik, mengajar, dan melatih. Kegiatan tersebut kita
laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan
nilai-nilai. Maka dalam pelaksanaan-nya, kegiatan tadi harus
berjalan secara serempak dan terpadu, berkelanjutan, serta
serasi dengan perkembangan anak didik serta lingkungan
hidupnya dan berlangsung seumur hidup.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala
sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan manusia. Mulai
dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran,
perasaan, kemauan, sosial, sampai pada perkembangan iman,
semuanya ditangani oleh pendidik. Berarti pendidikan
bermaksud membuat manusia lebih sempurna, membuat
manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah
menjadi berbudaya. Mendidik adalah membudayakan manusia.

Berbagai pendekatan mengenai hakikat pendidikan telah


melahirkan berbagai teori mengenai apakah sebenarnya
pendidikan itu. Pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan
manusia. Subyek, obyek atau sasaran pendidikan adalah
manusia. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Oleh
karena keberadaan manusia yang tidak dapat terlepas dari
lingkungannya maka berlangsungnya proses pendidikan itu
selamanya akan berkaitan erat dengan lingkungan dan akan
saling mempengaruhi secara timbal balik.

Potensi-potensi manusia dapat dikembangkan melalui


pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi
secara efektif dan efisien antara manusia dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial manusia. Interaksi manusia dengan lingkungannya secara
efektif dan efisien yang memberikan pengalaman yang dapat
mengembangkan potensi-potensi kemanusiaan itulah yang
disebut pendidikan.

12
Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas
arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan
efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila
dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang
kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para
pendidik perlu terlebih dahulu memper-kokoh landasan
pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah
humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para
pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu
landasannya.

Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan


berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya.
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud
membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan
potensi-potensi kemanusiaannya. Wujud sifat hakikat manusia
mencakup: kemampuan menyadari diri, kemampuan
bereksistensi, pemilikan kata hati, moral, kemampuan
bertanggung jawab, rasa kebebasan (kemerdekaan), kesediaan
melaksanakan kewajiban dan menyadari hak, kemampuan
menghayati kebahagiaan.

Sedangkan dimensi-dimensinya meliputi: dimensi ke-


individual-an, kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman. Sifat
hakikat manusia dan segenap dimensinya hanya dimiliki
manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas
tersebut membedakan secara prinsipil dunia hewan dari dunia
manusia. Adanya sifat hakikat tersebut memberikan tempat
kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya
lebih tinggi daripada hewan dan sekaligus menguasai hewan,
terutama kemampuan menghayati kebahagiaan pada manusia.
Korelasi antara manusia dan pendidikan dapat terlihat pada
pernyataan: semua sifat hakikat manusia dapat dan harus
ditumbuh-kembangkan melalui pendidikan dan berkat
pendidikan, maka sifat hakikat dapat ditumbuhkembangkan
secara selaras dan berimbang sehingga menjadi manusia yang
utuh.

6. Hubungan Hakikat Manusia Dan Pendidikan

 Asas-asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi


manusia. Asas keharusan pendidikan ada 3 asas yaitu:

13
a. Manusia sebagai makhluk yang belum selesai,
artinya manusia harus merencanakan, berbuat, dan
menjadi. Dengan demikian setiap saat manusia
dapat menjadi lebih atau kurang dari keadaan-nya.
Contoh manusia belum selesai: manusia lahir dalam
keadaaan tidak berdaya sehingga memerlukan
bantuan orang tuanya atau orang lain dan selain itu
manusia harus mengejar masa depan untuk
mencapai tujuannya.

b. Tugas dan tujuan manusia adalah menjadi manusia,


yaitu aspek potensi untuk menjadi apa dan siapa,
merupakan tugas yang harus diwujudkan oleh setiap
orang.

c. Perkembangan manusia bersifat terbuka, yaitu


manusia mungkin berkembang sesuai dengan
kodratnya dan martabat kemanusiaanya, sebaliknya
mungkin pula berkembang ke-arah yang kurang
sesuai. Contoh: manusia memiliki kesempatan
memperoleh kepandaian, sehat jasmani rohani, tata
krama yang baik, tujuan hidupnya.

 Asas-asas Kemungkinan Pendidikan Ada lima asas


antropologi yang mendasari kesimpulan bahwa manusia
mungkin di didik atau dapat di didik yaitu:

a. Azas Potensial, yaitu manusia akan dapat didik


karena memiliki potensi untuk dapat menjadi
manusia.
b. Azas Dinamika, yaitu manusia selalu menginginkan
dan mengejar segala yang lebih dari apa yang telah
dicapainya.
c. Azas Individualitas, yaitu manusia sebagai mahluk
individu tidak akan pasif, melainkan bebas dan aktif
berupaya untuk mewujudkan dirinya.
d. Azas Sosialitas, yaitu manusia butuh bergaul dengan
orang lain.
e. Azas Moralitas, yaitu manusia memiliki
kemampuan untuk membedakan yang baik dan
tidak.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat


manusia dengan segenap dimensinya hanya dimiliki oleh manusia dan
tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri khas tersebutlah yang membedakan
secara prinsipil dunia hewan dan dunia manusia. Adanya hakikat tersebut
memberikan tempat dan kedudukan pada manusia sedemikian rupa
sehingga derajat manusia lebih tinggi daripada hewan. Salah satu hakikat
yang istimewa adalah kemampuan menghayati ke bahagia an pada
manusia dapat dan harus ditumbuh kembangkan melalui pendidikan.
Berkat pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuh
kembangkan secara selaras dan berimbang sehingga membuat kita menjadi
manusia yang seutuhnya.
B. Saran

Manusia sebagai makhluk yang derajatnya lebih tinggi dari


makhluk hidup lainnya seharusnya memanfaatkan potensi dirinya demi
keberlangsungan umat di dunia. Hakikat manusia sebagai makhluk
pribadi, manusia sebagai makhluk sosial, manusia sebagai makhluk susila
dan manusia sebagai makhluk religius hanya dapat dijalankan oleh
manusia itu sendiri sebagai andil dari kehidupan di dunia. Akhir kata
hakikat yang dimiliki oleh manusia harus sejalan dengan tujuan hidupnya
dan membedakan dirinya dari makhluk hidup lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Norma (ed.). 1997. Hakikat Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hadari Nawawi. 1993. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. Arif,


A. 2010. Manusia dan Pendidikan Hakikat Manusia dan
Pengembangannya.

http://m-arif-am.blogspot.com. Diakses pada tanggal 09 September 2017.


Miranda, Dian. 2008. Hakekat Manusia dan pengembangannya.

http://dianmiranda.wordpress.com. Diakses pada tanggal 09 September


2017.Oddi. 2009.

Wujud Hakekat Manusia. http://oddy32.wordpress.com. Diunduh pada


tanggal 09 September 2017. Rojib. 2009.

Hakekat Manusia dan Pengembangan Dimensinya.


http://blog.beswandjarum.com. Diakses pada tanggal 09 September
2017.Tirtaharja, Umar dan La Sula. 1994.

Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta dan Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan

16

Anda mungkin juga menyukai