Lapleng Termodinamika Kimfis Pantulan 5 Baru
Lapleng Termodinamika Kimfis Pantulan 5 Baru
OLEH :
KELOMPOK 1
TRANSFER A 2022
Keterangan :
Q = kalor yang diterima atau dilepaskan oleh sistem,
ΔU = U2 — U1 = perubahan energi dalam sistem, dan
W = usaha yang dilakukan sistem.
Perjanjian tanda yang berlaku untuk persamaan diatas adalah
sebagai berikut (Raymond, 2004).
a. Jika sistem melakukan kerja maka nilai W berharga positif.
b. Jika sistem menerima kerja maka nilai W berharga negatif
c. Jika sistem melepas kalor maka nilai Q berharga negatif
d. Jika sistem menerima kalor maka nilai Q berharga positif
II.4.3 Hukum II Termodinamika
Hukum II Termodinamika menjelaskan tentang pembatasan
perubahan energi yang dapat terjadi dan tidak dapat terjadi. Hukum II
Termodinamika dapat dijelaskan dalam konsep entropi. Berikut adalah
bunyi Hukum II Termodinamika dalam konsep Entropi: “Suatu proses yang
bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam
satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang
menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin besar
(Raymond, 2004).
II.5 Kesetimbangan Termodinamika
Diasumsikan, sebuah sistem yang sedang tidak dalam keadaan
berubah. Suatu benda dikatakan berada dalam keadaan kesetimbangan
termodinamika bila nilai dari besaran-besaran keadaan mikroskopiknya
tidak lagi berubah dalam jangka waktu yang cukup lama. Termodinamika
hanya akan meninjau besaran-besaran keadaan setelah sistem berada
dalam kesetimbangan termodinamika (Satriawan M, 2013).
Termodinamika berkaitan dengan equilibrium state (Keadaan
kesetimbangan). Sistem dikatakan berada dalam keadaan kesetimbangan
apabila tidak ada potensi ketidakseimbangan dalam sistem dan dalam
keadaan terisolasi. Dalam termodinamika kesetimbangan dapat meliputi,
(Ramdlan, Mukhammad kirom., 2021).
a. Kesetimbangan termal (termal equilibrium). Bila didalam sistem tidak
lagi terjadi proses perbedaan temperatur sehingga tidak terjadi proses
perpindahan panas antar molekul.
b. Kesetimbangan mekanik (mechanical equilibrium). Bila dalam sistem
tidak lagi terjadi proses perbedaan tekanan sehingga tidak terjadi
proses interaksi gaya mekanik.
c. Kesetimbangan fasa (phase equilibrium). Bila dalam sistem terjadi
kesetimbangan tingkat masa pada masing-masing fasa.
d. Kesetimbangan kimia (chemical equilibrium). Bila di dalam sistem
tidak lagi terjadi proses reaksi kimia.
II.6 Aplikasi Termodinamika
Pengembangan ilmu termodinamika dimulai dengan pendekatan
mikroskopik, yaitu sifat termodinamis didekati dari perilaku umum partikel-
partikel zat yang menjadi media pembawa energi, yang disebut
pendekatan termodinamika klasik. Pada pendekatan termodinamika
mikroskopik atau dikenal sebagai termodinamika statistik, pengkajian
dilakukan secara langsung pada tingkat struktur dari materi.
Termodinamika statistik bertujuan untuk mempelajari perilaku rata-rata
partikel penyusun sistem dalam pengkajian dengan menggunakan
pengertiaan statistik dan menguhubungkan informasi yang didapat
dengan hasil observasi perilaku sistem secara makroskopik
(Moran,2003).
II.7 Uraian Bahan
II.7.1 Aquadest (Dirjen POM, 2020 : 69; NCBI, 2023)
Nama resmi : AIR MURNI
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02 g/mol
Titik didih : 100°C
Titik leleh : 0°C
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
:
tidak mempunyai rasa
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
II.7.2 Kalsium Karbonat (Dirjen POM, 2020 : 800; NCBI, 2023)
Nama resmi : KALSIUM KARBONAT
Nama lain : Calcium Carbonate
RM / BM : CaCO3 / 100,09 g/mol
Titik didih : 899°C
Titik leleh : 825°C
Pemerian Serbuk halus mikro hablur, putih; tidak
:
berbau; tidak berasa; stabil di udara
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; kelarutan dalam
air meningkat dengan adanya sedikit garam
amonium atau karbon dioksida; adanya alkali
: hidroksida menurunkan kelarutan; tidak larut
dalam etanol; larut dalam asam asetat 1 N,
asam hidroklorida 3 N dan asam nitrat 2 N
dengan membentuk gelembung gas
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
II.7.3 Kalium Bromida (Dirjen POM, 1979 : 328; NCBI, 2023)
Nama resmi : KALII BROMIDUM
Nama lain : Kalium bromida
RM / BM : KBr / 119,002 g/mol
Titik didih 1.435°C
Titik leleh 734°C
Pemerian Hablur tak berwarna, transparan atau buram
: atau serbuk butir, tak berbau, rasa asin dan
agak pahit
Kelarutan Larut dalam lebih kurang1,6 bagian air dan
:
lebih kurang 200 bagian etanol (90%) P
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3 mL 410 C 400 C
9 mL 410 C 370 C
0,5 g 5 Ml 270 C
1g 5 Ml 260 C
KBr
1,5 g 5 Ml 250 C
2g 5 Ml 240 C
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan percobaan mengenai termodinamika.
Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi
dan kerja dari suatu sistem, prinsipnya yaitu pada peristiwa perpindahan
panas dan kerja (Sudjito, 2016). Adapun percobaan yang dilakukan yaitu
reaksi endoterm (menyerap panas) menggunakan sampel KBr dan H 2O
dan reaksi eksoterm (melepaskan panas) menggunakan sampel CaCO3
dan HCl pekat.
Pada percobaan panas pelarutan atau endoterm digunakan sampel
KBr 0,01 mol dengan menggunakan konsentrasi penambahan KBr, 0,5 g;
1 g; 1,5 g; dan 2 g. KBr dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer yang
sebelumnya telah dilapisi lakban hitam. Hal ini dilakukan agar keadaan di
dalam sistem tidak terpengaruh oleh adanya suhu di lingkungan luar
selain itu lakban hitam juga dapat menjadi bahan penyerap panas
(Syaidatul, 2017).
Sampel masing-masing konsentrasi kemudian dilarutkan
menggunakan H2O 5 mL didalam gelas erlenmeyer kemudian diukur
suhunya serta dibuat grafik. Pada konsentrasi KBr 0,5 g didapatkan suhu
27oC, konsentrasi 1 g didapatkan suhu 26oC, konsentrasi 1,5 g didapatkan
suhu 25oC, dan konsentrasi 2 g didapatkan suhu 24 oC. Dengan demikian,
semakin tinggi konsentrasi KBr maka semakin menurun suhunya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan yang dilakukan sudah
sesuai dengan literatur dimana menurut Sukma (2015), panas pelarutan
suatu sampel bukan bergantung pada jenis zat yang dilarutkan, jenis
pelarut, suhu dan tekanan, tetapi tergantung pada konsentrasi larutan
yang hendak dicapai (Alberty, 1992).
Pada percobaan reaksi eksoterm digunakan sampel CaCO3 0,01 mol
dengan menggunakan pelarut HCl pekat sebanyak 0,1 mol. CaCO 3
dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer yang telah dilapisi lakban hitam
lalu dilarutkan dengan H2O panas, kemudian dilakukan penambahan HCl
pekat 0,1 mol 5 mL tiga kali, kemudian dicatat suhu awal termometer lalu
kemudian dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer dan diamati kemudian
diukur suhu akhir. Pada sampel CaCO3 yang ditambahkan HCl 3 mL
sebanyak 3 kali terjadi penurunan suhu. Pada penambahan pertama,
kedua, dan ketiga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur,
dimana reaksi kelingkungan (kalor dibebaskan oleh sistem kelingkungan)
ditandai dengan adanya kenaikan suhu lingkungan disekitar sistem dan
pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil
(Cahyani, 2019).
Adapun faktor kesalahan yang terjadi, karena pada saat pengukuran
pertama sampel tidak didinginkan terlebih dahulu, sehingga berpengaruh
pada data yang diperoleh dan alat yang digunakan juga menjadi salah
satu faktor kesalahan yang memungkinkan terjadi kesalahan.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pada reaksi endoterm terjadi terjadi penurunan suhu dari 270C ke
suhu 240C sedangkan pada reaksi eksoterm tidak terjadi kenaikan
suhu,namun yang terjadi penurunan suhu dari 410C ke suhu 370C.
V.2. Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Sebaiknya dosen mendampingi praktikan pada setiap percobaan
agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Sebaiknya tetaplah menjadi asisten yang senantiasa membimbing
dan mengarahkan kami dalam melakukan percobaan agar kami bisa
melakukan percobaan dengan baik dan benar serta mengurangi
kesalahan-kesalahan dalam percobaan.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya dapat memfasilitasi lebih lengkap mengenai alat maupun
bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Panas Reaksi
40.5
40
39.5
39
Suhu ( C)
38.5
38
37.5
37
36.5
36
35.5
3 6 9
Volume (mL)
Panas Pelarutan
28
27
26
Suhu ( C)
25
24
23
22
0.5 g 1g 1.5 g 2g
Konsentrasi
2. Lampiran perhitungan
KBr dan CaCO3 yang ditimbang :
• KBr 0,01 mol
Mol = g/BM
0,01 = g / 119,01
g = 119,01 × 0,01
= 1,1901 g
• CaCO3 0,01 mol
Mol = g/BM
0,01 = g / 100
g = 100 × 0,01
=1g
3. Lampiran Skema kerja
a. Lampiran Skema kerja Panas Reaksi
Ditimbang CaCO3 yang setara 0.01 mol
Ditambah Aquadest 5 mL
3. Ditambahkan aquadest 5 ml
Diukur suhu setiap penambahan
4. aquadest 5 ml (5 ml, 10 ml, 15 ml,
dan 20 ml)