Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA


“TERMODINAMIKA”

OLEH :
KELOMPOK 1
TRANSFER A 2022

ASISTEN : FEBRIANI KAPU’ PADANG

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI DAN KIMIA MEDISINAL


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak bersentuhan dengan
energi. Energi dari makanan yang dimakan menjadi sumber energi untuk
digunakan dalam kerja atau melakukan aktivitas. Di rumah, kantor dan
lingkungan juga selalu bersentuhan dengan penggunaan energi, contoh
energi listrik untuk kebutuhan pencahayaan dan atau penggunaan alat-
alat listrik. Ilmu Termodinamika adalah ilmu tentang energi, sehingga
dapat mengetahui prinsip-prinsip penting untuk bagaimana energi itu
dibangkitkan dan bagaimana caranya dapat melakukan, menjaga atau
meningkatkan efisiensi dari sistem (Boedi, 2020).
Termodinamika berurusan dengan sifat-sifat zat yang berhubungan
dengan panas dan kerja. Seperti semua sains, dasar termodinamika
adalah observasi eksperimental. Dalam termodinamika, penemuan ini
telah diformalkan menjadi hukum dasar tertentu, yang dikenal sebagai
hukum termodinamika pertama, kedua, dan ketiga. Selain hukum-hukum
ini, hukum nol termodinamika (Boedi, 2020).
Termodinamika memiliki beberapa peran penting dalam analisis pada
sebuah sistem yang terlibat dalam proses transfer energi. Termodinamika
merupakan ilmu energi yang mendalami mengenai hubungan antara
panas, kerja, entropi, dan kesepontanan proses. Energi bisa diubah dari
satu bentuk ke bentuk yang lainnya, baik secara alami atau buatan
manusia. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat
dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari
satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau
penambahan (Sudjito, dkk. 2016 dan Yolanda, 2021).
Seperti telah diketahui bahwa energi di dalam alam dapat terwujud
dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia,
energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnetik, energi
akibat gaya magnit, mekanika statik. Sehingga penerapan termodinamika
bisa terjadi pada tubuh manusia, perkakas elektronik, refrigerator, mobil,
pembangkit listrik dan industri. Penerapan Hukum Termodinamika dalam
industri farmasi seperti penggunaan energi panas dalam Pengobatan,
misalnya diagnostik termografi (mendeteksi temperatur permukaan kulit)
Termografi dengan prinsip fotokonduktivitas, pembuatan emulsi dengan
bantuan emulgator prinsipnya dengan bantuan emulgator untuk
mencampurkan zat-zat yang tidak saling campur. Contohnya pada
pembuatan emulsi dengan adanya emulgator, maka kedua senyawa
dapat tercampur dan setelah tercampur sulit untuk dipisahkan lagi karena
terjadi gerakan-gerakan yang bebas dalam sistem (Raihan, dkk. 2022).
Oleh karena itu, untuk mempelajari lebih lanjut proses dalam
termodinamika diperlukan pengamatan mengenai bagaimana proses dan
reaksi yang terjadi dalam termodinamika berdasarkan ilmu kimia fisika.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk menegetahui
prinsip kerja termodinamika dengan melihat perubahan suhu.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah memahami prinsip kerja
termodinamika dengan melihat perubahan suhu yang terjadi
menggunakan termometer.
I.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu berdasarkan konversi atau
perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan (eksoterm) dan perpindahan
kalor dari linkungan ke sistem (endoterm).
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
II.1 Termodinamika
II.1.1 Definisi Termodinamika
Termodinamika mempelajari hubungan antara energi, panas, kerja,
entropi dan proses yang spontan. Termodinamika juga berhubungan erat
dengan mekanika statistika, yang dimana kedua ilmu ini berasal.
Termodinamika berasal dari dua kata bahasa Yunani yakni thermos
berarti panas dan dynamic mempunyai arti perubahan (Rompas, 2015).
Termokimia bagian dari termodinamika kimia yang mempelajari efek
panas yang terjadi dalam suatu proses fisika maupun reaksi kimia.
Sedangkan Termodinamika kimia mempelajari perubahan energi yang
terjadi pada suatu proses kimia. Dalam termodinamika dikenal beberapa
istilah, yaitu sistem dan lingkungan. Segala sesuatu yang dipelajari atau
diamati disebut dengan sistem, sedangkan semua yang berada di luar
sistem disebut dengan lingkungan (Endang, 2014).
II.2 Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endotermi
II.2.1 Sistem dan Lingkungan
Energi dapat dapat mengalami perpindahan dari sistem ke
lingkungan atau sebaliknya. Sistem merupakan segala sesuatu yang
menjadi pusat perhatian yang diteliti perubahan energinya. Sementara
lingkungan merupakan segala sesuatu di luar sistem. Contohnya ialah air
panas yang berada dalam gelas dimana air panas merupakan sistem,
sementara gelas sebagai wadahnya termasuk lingkungan (Epinur, dkk.
2016).
Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan sistem digolongkan
menjadi sebagai berikut (Sutresna, 2014):
a. Sistem Terbuka

Gambar II.1 Sistem Terbuka


Sistem ini merupakan suatu sistem yang memungkinkan terjadinya
pertukaran kalor dan materi antara sistem dan lingkungan. Contohnya air
panas dalam gelas atau wadah yang tidak tertutup. Dalam kehidupan
nyata sehari-hari sistem ini banyak sekali dijumpai, misalnya meletakkan
kapur barus (naftalena) di antara buku atau baju-baju, kapur barus akan
menguap, jadi ada materi yang dipertukarkan yaitu antara uap naftalena
dan udara, botol yang berisi cuka atau alkohol. Di laboratorium semua
reaksi kimia yang dilakukan umumnya dilakukan dengan sistem terbuka.
b. Sistem Tertutup

Gambar II.2 Sistem Tertutup


Sistem ini merupakan suatu sistem yang memungkinkan terjadinya
pertukaran kalor antara sistem dan lingkungannya, tetapi tidak terjadi
pertukaran materi. Dalam bahasa sehari-hari dapat dikatakan sistem
berada dalam suatu tempat yang ditutup rapat, tetapi masih dapat
mengamati perubahan suhu dari dinding sistem. Contohnya air panas
dalam gelas atau wadah yang tertutup, botol- botol zat kimia yang masih
disegel, susu kaleng, dan makanan kaleng.
c. Sistem Terisolasi atau Tersekat

Gambar II.3 Sistem Terisolasi


Sistem ini merupakan sistem yang tidak memungkinkan atau sama
sekali tidak terjadinya pertukaran kalor dan materi antara sistem dan
lingkungan. Contohnya air panas dalam termos. Di laboratorium ada yang
dikenal sebagai termostat, kalorimeter, maupun instrumen untuk reaksi-
reaksi in-situ menggunakan sistem terisolasi.
II.2.2 Reaksi Eksoterm
Dalam reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa kalor dilepas atau
dibebaskan ke lingkungan sehingga lingkungan menjadi lebih panas.
Dengan demikian, reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan
atau menghasilkan kalor. Reaksi eksoterm akan membebaskan energi
atau mengalami penurunan energi kimia sistem sehingga entalpi sistem
berkurang. Oleh karena itu, ∆H reaksi eksoterm bertanda negatif (-)
(Sutresna, 2014).
Contoh reaksi eksoterm ialah reaksi antara kalsium (CaO) dan air
yang menghasilkan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) melalui persamaan
berikut:
CaO + H2O → Ca (OH)2 + panas
Jika reaksi dilakukan pada tabung reaksi, tangan dapat merasakan
panas yang dilepaskan oleh reaksi ini. Dimana tangan yang merupakan
lingkungan akan menerima panas dari sistem yang bereaksi tersebut
(Sutresna, 2014).
II.2.3 Reaksi Endoterm
Dalam reaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke
sistem. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa kalor diserap atau diterima
oleh sistem sehingga suhu lingkungan turun dan menjadi lebih dingin.
Dengan demikian, reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap atau
menerima kalor (Sutresna, 2014).
Reaksi endoterm akan menyerap sejumlah energi sehingga entalpi
sistem bertambah. Oleh karena itu, ∆H reaksi endoterm bertanda positif
(+). Contoh reaksi endoterm ialah reaksi antara barium hidroksida
(Ba(OH)2) dan kristal amonium klorida (NH4Cl) dengan beberapa tetes air
yang menghasilkan barium klorida (BaCl2) dan amonium hidroksida
(NH4OH) melalui persamaan berikut:
Ba(OH)2 + 2NH4Cl → BaCl2 + NH4OH
Jika reaksi dilakukan pada tabung reaksi, tangan dapat merasakan
dinginnya tabung karena sistem menyerap kalor dari tangan yang
merupakan lingkungan (Sutresna, 2014).
II.3 Prinsip Termodinamika
Para ilmuwan merumuskan prinsip termodinamika dengan
pernyataan “kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda
yang dingin, kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin
ke benda panas” (Wahyuni, dkk. 2021). Semua siklus kompresi uap di
desain dan dibangun mengikut prinsip dasar termodinamika dasar yaitu
sebagai berikut (Ambo, dkk. 2021):
a. Fluida menyerap panas Ketika berubah dari fase cair ke fase uap dan
melepas panas dari fase uap ke fase cair.
b. Suhu dimana terjadi perubahan fase adalah constant tetapi suhu ini
akan berbeda dengan perubahan tekanan fluida. Suhu penguapan
pada tekanan tertentu berbeda untuk fluida yang berbeda.
c. Panas akan mengalir pada suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih
rendah.
d. Dalam memilih logam dari unit pendingin dan unit kondensasi, logam
yang dipilih yang memiliki konduktivitas tinggi.
e. Energi panas dan bentuk lain dari energi saling mengkonversi dengan
hubungan langsung yang dikenakan oleh hukum kedua
termodinamika.
II.4 Hukum Termodinamika
II.4.1 Hukum ke Nol Termodinamika
Hukum Nol Termodinamika menyatakan bahwa “Jika ada dua benda
masing-masing dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga, maka
benda-benda tersebut berada dalam kesetimbangan termal dengan satu
sama lainnya”. Kesetimbangan termal berarti bahwa ketika dua benda
terjadi sentuhan dengan satu sama lain dan dipisahkan oleh penghalang
yang permeabel terhadap kalor, tidak akan ada transfer kalor dari satu
benda ke yang lain. Hukum ke 0 Termodinamika pada dasarnya
menyatakan bahwa tiga benda semuanya memiliki suhu yang sama.
“Semua kalor dari jenis yang sama” (James Clerk Maxwell,) menyebutkan
hukum ini mungkin lebih sederhana (Aris, dkk. 2021).
Hukum ke nol Termodinamika menetapkan bahwa suhu adalah
properti fundamental dan terukur dari materi. Untuk lebih memahami
tentang isi hukum ke 0 termodinamika, maka bunyi hukum ini dapat ditulis
ulang dengan kata-kata yang lebih sederhana. Jika benda A mempunyai
temperatur yang sama dengan benda B dan benda B mempunyai
temperatur yang sama dengan benda C maka temperatur benda A akan
sama dengan temperatur benda C atau disebut ketiga benda (benda A, B
dan C) berada dalam kondisi kesetimbangan termal. Kondisi ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar II.4 Ilustrasi Hukum Nol Termodinamika


Jika 2 benda yang berbeda temperatur bersentuhan, maka dikatakan
ke dua benda itu berada dalam kondisi kontak termal. Permukaan tempat
kedua benda bersentuhan disebut permukaan kontak termal. Panas atau
dinginnya suatu benda ditentukan oleh banyaknya energi panas (kalor)
yang diserap oleh molekul benda. Besarnya derajat panas benda ini
disebut temperatur benda atau suhu benda. Temperatur adalah ukuran
energi kinetik yang dimiliki oleh molekul-molekul penyusun suatu benda
(Aris, dkk. 2021).
Benda-benda di alam tersusun oleh molekul-molekul dan atom-atom.
Molekul yang menyusun benda tidak berada dalam keadaan diam, tetapi
molekul-molekul ini bergetar atau bergerak secara acak sesuai dengan
besarnya energi kinetik yang dimiliki oleh molekul-molekul. Molekul–
molekul dalam benda padat hanya dapat bergetar. Ini terjadi karena
energi yang dimiliki oleh molekul dalam benda padat relatif kecil sehingga
tidak dapat melepaskan diri dari ikatan antar molekul (Aris, dkk. 2021).
II.4.2 Hukum I Termodinamika
Perubahan energi dalam dapat terjadi jika terjadi perubahan suhu
(energi dalam akan meningkat jika suhu gas (sistem) meningkat atau pada
gas diberikan kalor), dalam hukum pertama termodinamika menyatakan
bahwa perluasan bentuk dari Hukum Kekekalan Energi dalam mekanika.
Hukum ini menyatakan bahwa: "Jumlah kalor pada suatu sistem sama
dengan perubahan energi dalam sistem tersebut ditambah usaha yang
dilakukan oleh sistem. "Dengan demikian, meskipun energi kalor sistem
telah berubah menjadi energi mekanik (usaha) dan energi dalam, jumlah
seluruh energi tersebut selalu tetap”. Secara matematis, Hukum Pertama
Termodinamika dituliskan menjadi sebagai berikut (Raymond, 2004).

Keterangan :
Q = kalor yang diterima atau dilepaskan oleh sistem,
ΔU = U2 — U1 = perubahan energi dalam sistem, dan
W = usaha yang dilakukan sistem.
Perjanjian tanda yang berlaku untuk persamaan diatas adalah
sebagai berikut (Raymond, 2004).
a. Jika sistem melakukan kerja maka nilai W berharga positif.
b. Jika sistem menerima kerja maka nilai W berharga negatif
c. Jika sistem melepas kalor maka nilai Q berharga negatif
d. Jika sistem menerima kalor maka nilai Q berharga positif
II.4.3 Hukum II Termodinamika
Hukum II Termodinamika menjelaskan tentang pembatasan
perubahan energi yang dapat terjadi dan tidak dapat terjadi. Hukum II
Termodinamika dapat dijelaskan dalam konsep entropi. Berikut adalah
bunyi Hukum II Termodinamika dalam konsep Entropi: “Suatu proses yang
bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam
satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang
menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin besar
(Raymond, 2004).
II.5 Kesetimbangan Termodinamika
Diasumsikan, sebuah sistem yang sedang tidak dalam keadaan
berubah. Suatu benda dikatakan berada dalam keadaan kesetimbangan
termodinamika bila nilai dari besaran-besaran keadaan mikroskopiknya
tidak lagi berubah dalam jangka waktu yang cukup lama. Termodinamika
hanya akan meninjau besaran-besaran keadaan setelah sistem berada
dalam kesetimbangan termodinamika (Satriawan M, 2013).
Termodinamika berkaitan dengan equilibrium state (Keadaan
kesetimbangan). Sistem dikatakan berada dalam keadaan kesetimbangan
apabila tidak ada potensi ketidakseimbangan dalam sistem dan dalam
keadaan terisolasi. Dalam termodinamika kesetimbangan dapat meliputi,
(Ramdlan, Mukhammad kirom., 2021).
a. Kesetimbangan termal (termal equilibrium). Bila didalam sistem tidak
lagi terjadi proses perbedaan temperatur sehingga tidak terjadi proses
perpindahan panas antar molekul.
b. Kesetimbangan mekanik (mechanical equilibrium). Bila dalam sistem
tidak lagi terjadi proses perbedaan tekanan sehingga tidak terjadi
proses interaksi gaya mekanik.
c. Kesetimbangan fasa (phase equilibrium). Bila dalam sistem terjadi
kesetimbangan tingkat masa pada masing-masing fasa.
d. Kesetimbangan kimia (chemical equilibrium). Bila di dalam sistem
tidak lagi terjadi proses reaksi kimia.
II.6 Aplikasi Termodinamika
Pengembangan ilmu termodinamika dimulai dengan pendekatan
mikroskopik, yaitu sifat termodinamis didekati dari perilaku umum partikel-
partikel zat yang menjadi media pembawa energi, yang disebut
pendekatan termodinamika klasik. Pada pendekatan termodinamika
mikroskopik atau dikenal sebagai termodinamika statistik, pengkajian
dilakukan secara langsung pada tingkat struktur dari materi.
Termodinamika statistik bertujuan untuk mempelajari perilaku rata-rata
partikel penyusun sistem dalam pengkajian dengan menggunakan
pengertiaan statistik dan menguhubungkan informasi yang didapat
dengan hasil observasi perilaku sistem secara makroskopik
(Moran,2003).
II.7 Uraian Bahan
II.7.1 Aquadest (Dirjen POM, 2020 : 69; NCBI, 2023)
Nama resmi : AIR MURNI
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02 g/mol
Titik didih : 100°C
Titik leleh : 0°C
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
:
tidak mempunyai rasa
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
II.7.2 Kalsium Karbonat (Dirjen POM, 2020 : 800; NCBI, 2023)
Nama resmi : KALSIUM KARBONAT
Nama lain : Calcium Carbonate
RM / BM : CaCO3 / 100,09 g/mol
Titik didih : 899°C
Titik leleh : 825°C
Pemerian Serbuk halus mikro hablur, putih; tidak
:
berbau; tidak berasa; stabil di udara
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; kelarutan dalam
air meningkat dengan adanya sedikit garam
amonium atau karbon dioksida; adanya alkali
: hidroksida menurunkan kelarutan; tidak larut
dalam etanol; larut dalam asam asetat 1 N,
asam hidroklorida 3 N dan asam nitrat 2 N
dengan membentuk gelembung gas
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
II.7.3 Kalium Bromida (Dirjen POM, 1979 : 328; NCBI, 2023)
Nama resmi : KALII BROMIDUM
Nama lain : Kalium bromida
RM / BM : KBr / 119,002 g/mol
Titik didih 1.435°C
Titik leleh 734°C
Pemerian Hablur tak berwarna, transparan atau buram
: atau serbuk butir, tak berbau, rasa asin dan
agak pahit
Kelarutan Larut dalam lebih kurang1,6 bagian air dan
:
lebih kurang 200 bagian etanol (90%) P
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

II.7.4 Asam Klorida (Dirjen POM, 2020 : 185; NCBI, 2023)


Nama resmi : ASAM HIDROKLORIDA
Nama lain : Hydrochloric Acid
RM / BM : HCl / 36,46 g/mol
Titik didih : 110°C
Titik leleh : −27,32°C
Pemerian Cairan tidak berwarna; berasap; bau
:
merangsang
Kelarutan Larut dalam etanol (95%) P dan dalam air. Jika
: diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap
hilang.
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu batang
pengaduk, gelas beaker, timbangan analitik dan termometer.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Asam
Klorida (HCl) Pekat, Aquadest (H2O), Kalium Bromida (KBr), dan Kalsium
Karbonat (CaCO3).
III.2 Prosedur Kerja
III.2.1 Panas Pelarutan (Reaksi Endoterm)
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang KBr yang setara dengan setara 0.01 mol.
3. Dimasukkan ke dalam beaker glass.
4. Ditambahkan aquadest 5 ml (5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml).
5. Diukur suhu tiap penambahan 5 ml.
6. Diamati perubahan suhu.
7. Dibuat grafik.
III.2.2 Panas Reaksi (Reaksi Eksoterm)
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang CaCO3 yang setara 0,01 mol.
3. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah dilapisi lakban hitam.
4. Ditambahkan aquadest panas 100 ml.
5. Ditambahkan HCl pekat 3 ml (3 ml, 6 ml, dan 9 ml).
6. Diukur suhu larutan tiap penambahan 3 ml.
7. Dibuat grafik.
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Tabel Hasil Panas Reaksi

Sampel HCl Suhu awal Suhu akhir

3 mL 410 C 400 C

CaCO3 6 mL 410 C 380 C

9 mL 410 C 370 C

IV.1.2 Tabel Hasil Panas Pelarutan


Konsentrasi
Sampel Jumlah H2O Suhu
KBr

0,5 g 5 Ml 270 C

1g 5 Ml 260 C
KBr
1,5 g 5 Ml 250 C

2g 5 Ml 240 C

IV.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan percobaan mengenai termodinamika.
Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi
dan kerja dari suatu sistem, prinsipnya yaitu pada peristiwa perpindahan
panas dan kerja (Sudjito, 2016). Adapun percobaan yang dilakukan yaitu
reaksi endoterm (menyerap panas) menggunakan sampel KBr dan H 2O
dan reaksi eksoterm (melepaskan panas) menggunakan sampel CaCO3
dan HCl pekat.
Pada percobaan panas pelarutan atau endoterm digunakan sampel
KBr 0,01 mol dengan menggunakan konsentrasi penambahan KBr, 0,5 g;
1 g; 1,5 g; dan 2 g. KBr dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer yang
sebelumnya telah dilapisi lakban hitam. Hal ini dilakukan agar keadaan di
dalam sistem tidak terpengaruh oleh adanya suhu di lingkungan luar
selain itu lakban hitam juga dapat menjadi bahan penyerap panas
(Syaidatul, 2017).
Sampel masing-masing konsentrasi kemudian dilarutkan
menggunakan H2O 5 mL didalam gelas erlenmeyer kemudian diukur
suhunya serta dibuat grafik. Pada konsentrasi KBr 0,5 g didapatkan suhu
27oC, konsentrasi 1 g didapatkan suhu 26oC, konsentrasi 1,5 g didapatkan
suhu 25oC, dan konsentrasi 2 g didapatkan suhu 24 oC. Dengan demikian,
semakin tinggi konsentrasi KBr maka semakin menurun suhunya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan yang dilakukan sudah
sesuai dengan literatur dimana menurut Sukma (2015), panas pelarutan
suatu sampel bukan bergantung pada jenis zat yang dilarutkan, jenis
pelarut, suhu dan tekanan, tetapi tergantung pada konsentrasi larutan
yang hendak dicapai (Alberty, 1992).
Pada percobaan reaksi eksoterm digunakan sampel CaCO3 0,01 mol
dengan menggunakan pelarut HCl pekat sebanyak 0,1 mol. CaCO 3
dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer yang telah dilapisi lakban hitam
lalu dilarutkan dengan H2O panas, kemudian dilakukan penambahan HCl
pekat 0,1 mol 5 mL tiga kali, kemudian dicatat suhu awal termometer lalu
kemudian dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer dan diamati kemudian
diukur suhu akhir. Pada sampel CaCO3 yang ditambahkan HCl 3 mL
sebanyak 3 kali terjadi penurunan suhu. Pada penambahan pertama,
kedua, dan ketiga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur,
dimana reaksi kelingkungan (kalor dibebaskan oleh sistem kelingkungan)
ditandai dengan adanya kenaikan suhu lingkungan disekitar sistem dan
pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil
(Cahyani, 2019).
Adapun faktor kesalahan yang terjadi, karena pada saat pengukuran
pertama sampel tidak didinginkan terlebih dahulu, sehingga berpengaruh
pada data yang diperoleh dan alat yang digunakan juga menjadi salah
satu faktor kesalahan yang memungkinkan terjadi kesalahan.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pada reaksi endoterm terjadi terjadi penurunan suhu dari 270C ke
suhu 240C sedangkan pada reaksi eksoterm tidak terjadi kenaikan
suhu,namun yang terjadi penurunan suhu dari 410C ke suhu 370C.
V.2. Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Sebaiknya dosen mendampingi praktikan pada setiap percobaan
agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Sebaiknya tetaplah menjadi asisten yang senantiasa membimbing
dan mengarahkan kami dalam melakukan percobaan agar kami bisa
melakukan percobaan dengan baik dan benar serta mengurangi
kesalahan-kesalahan dalam percobaan.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya dapat memfasilitasi lebih lengkap mengenai alat maupun
bahan.
DAFTAR PUSTAKA

Aris Barokah, Sugianto, Budi Astuti. 2021. Analysis of Evaluation


nnInstrument Development Plan Based on Higher Order Thinking
Skills (Hots) Thermodynamics Legal Materials. Jurnal
Phenomenon. Vol 11 No (1). Pp 75-78. Universitas Negeri
Semarang.

Ambo Intang, S.T., M.T., Nursiwan, S.T. 2021. Aplikasi Termodinamika:


Analisa Eksergi Siklus Kompresi Uap Sistem Pompa Panas pada
AC 3/4 Pk. Media Sains Indonesia. Bandung.

Boedi, S. 2020. Termodinamika Teknik. Polimdo: Press.Sulawesi Utara

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Dirjen POM. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Endang, Widjajanti. 2014. Termokimia. Universitas Negeri Yogyakarta.

Moran, Michael J. 2003. Termodinamika Teknik Edisi Ke-4. Jakarta :


Erlangga

National Center for Biotechnology Information. 2023. Calcium Carbonate.


PubChem Compound Summary for CID 10112.

National Center for Biotechnology Information. 2023. Hydrochloric Acid.


PubChem Compound Summary for CID 313.

National Center for Biotechnology Information. 2023. Potassium Bromide.


PubChem Compound Summary for CID 253877.

National Center for Biotechnology Information. 2023. Water. PubChem


Compound Summary for CID 962.

Raihan, dkk., 2022. Konsep Dasar Termodinamika. Enotek Jurnal Energi


dan Inovasi Teknologi. 1(2), 25-50.

Ramdlan, Mukhammad kirom. 2021. Termodinamika Teknik. Aceh :Syiah


Kuala Universty Press.

Raymond, Chang. 2004. Kimia Dasar Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta:


Erlangga.

Satriawan, Mirza. 2013. Termodinamika.Wordpress.pdf.


Sudjito, Saifuddin Baedoewie, Agung Sugeng. 2016. Diktat
Termodinamika Dasar. Program Semi Que IV, Fakultas Teknik
Jurusan Mesin. Universitas Brawijaya. Malang.

Sukma, R.F.S. 2015. Entalpi Larutan Fakultas Matematika. Ilmu


Pengetahuan Alam. Uviversitas Jember.

Sutresna,Nana. 2014. Kimia. PT. Grafindo Media Pratama. Bandung.

Rompas, P. 2015. Buku Ajar Termodinamika Teknik 1. Universitas Negeri


Manado (UNIMA Press).

Wahyuni, Sari. Dkk. 2021. Hendout Termodinamika. Jakarta: Penerbit


NEM.

Yolanda, Y. 2021. Pengembangan Modul Ajar Fisika Termodinamika


Berbasis Kontekstual. Jurnal Jendela Pendidikan, 1(3), 80-95
LAMPIRAN
1. a. Lampiran Grafik Panas Reaksi

Panas Reaksi
40.5
40
39.5
39
Suhu ( C)

38.5
38
37.5
37
36.5
36
35.5
3 6 9
Volume (mL)

b. Lampiran Grafik Panas Pelarutan

Panas Pelarutan
28
27
26
Suhu ( C)

25
24
23
22
0.5 g 1g 1.5 g 2g
Konsentrasi
2. Lampiran perhitungan
KBr dan CaCO3 yang ditimbang :
• KBr 0,01 mol
Mol = g/BM
0,01 = g / 119,01
g = 119,01 × 0,01
= 1,1901 g
• CaCO3 0,01 mol
Mol = g/BM
0,01 = g / 100
g = 100 × 0,01
=1g
3. Lampiran Skema kerja
a. Lampiran Skema kerja Panas Reaksi
Ditimbang CaCO3 yang setara 0.01 mol

Dimasukkan sampel ke dalam erlenmeyer

Ditambah H2O panas

Ditambah HCl pekat

Diukur suhu setiap penambahan HCl 3 ml (3 ml, 6 ml dan 9 ml.


b. Lampiran skema kerja Panas Pelarutan
Ditimbang KBr yang setara 0.01 mol

Dimasukkan sampel ke dalam erlenmeyer

Ditambah Aquadest 5 mL

Diukur suhu setiap penambahan aquadest 5 ml (5 ml, 10 ml, 15 ml,


dan 20 ml
4. Lampiran gambar
a. Lampiran gambar Panas Reaksi
No. Gambar Keterangan

Ditimbang CaCO3 yang setara


1.
0.01 mol

Dimasukkan sampel ke dalam


2.
erlenmeyer

3. Ditambah H2O panas

4. Ditambah HCl pekat


Diukur suhu setiap penambahan
5.
HCl 3 ml (3 ml, 6 ml dan 9 ml.

b. Lampiran Gambar Panas Pelarutan


No. Gambar Keterangan

Ditimbang KBr yang setara 0.01


1.
mol

Dimasukkan sampel ke dalam


2.
erlenmeyer

3. Ditambahkan aquadest 5 ml
Diukur suhu setiap penambahan
4. aquadest 5 ml (5 ml, 10 ml, 15 ml,
dan 20 ml)

Anda mungkin juga menyukai