PDF Buku Limbah b3 Ok Compress
PDF Buku Limbah b3 Ok Compress
BERACUN
(Limbah B3)
UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
ii
Riyanto, Ph.D.
iii
Jl. Elang 3, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Hotline: 0838-2316-8088
0838-2316-8088
Website: www.deepublish.co.id
e-mail: deepublish@ymail.com
deepublish@ymail.com
RIYANTO
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun/oleh Riyanto.--Ed.1, Cet. 1--
Yogyakarta: Deepublish, Nopember 2013.
x, 228 hlm.; 23 cm
ISBN 978-602-280-153-5
PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Isi diluar tanggungjawab percetakan
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
1.6 Kejadiandi
Beracun Limbah Bahan
Indonesia Berbahaya dan
............................................ 15
BAB II SIFAT DAN SUMBER LIMBAH BERBAHAYA ...... 19
2.1 Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) .......................................................................... 19
2.2 Klasifikasi Limbah B3 ........................
........... .........................
...................
....... 24
2.3 Asal dan Jumlah Limbah.............
Limbah.........................
........................
.............. 37
2.4 Zat-zat yang Dapat Terbakar dan Meledak ....... 42
2.5 Zat-zat Reaktif ..........................
............. ........................
........................
..................
..... 48
2.6 Zat-zat Korrosif .............
.........................
.........................
.........................
...............
... 52
vii
viii
ix
BAB I
serta para editor Niagara Falls Gazette. Akhirnya, pada musim semi
tahun 1978, Dr Robert P. Whalen menyatakan daerah sekitar Love
Canal berbahaya. Sekolah ditutup, tanah itu ditutup, dan lebih dari
200 keluarga dievakuasi. Pada bulan Agustus tempat berbahaya
tersebut sedang mendapat perhatian nasional. Pada tanggal 7
Agustus, Presiden Jimmy Carter dipanggil Badan Bantuan Bencana
Federal untuk diminta bantuan. Pada bulan September, Dr Whalen
merilis laporan mengenai bencana, yang berbunyi antara lain:
"Sebuah akibat mendalam dan menghancurkan dari tragedi love
canal, dari segi kesehatan manusia, penderitaan, dan kerusakan
lingkungan, tidak bisa, dan tidak akan pernah terbayarkan.
Tuntutan hukum kepada penimbun lebih dari $ 11 miliar.
Korporasi membantah keterlibatannya dalam siding di Departemen
Kehakiman federal pada tahun 1979 dan New York State pada
tahun 1989. Namun, banyak kerusakan telah dilakukan, dan
akhirnya lebih dari 1.000 keluarga harus pindah dari wilayah Love
Canal. Sebuah studi EPA mengungkapkan bahwa dari tiga puluh
enam diuji, sebelas mengalami kerusakan kromosom, dan bahwa
dari lima belas bayi yang lahir antara Januari 1979 dan Januari 1980,
hanya dua yang sehat. Agen di tingkat negara bagian dan federal
menghabiskan ratusan juta dolar mencoba untuk membersihkan
polusi akibat limbah B3.
Satu hal yang baik yang keluar dari bencana itu munculnya
peraturan mengenai lingkungan seperti Komprehensif Respon
Lingkungan, Kompensasi, dan Kewajiban Undang-undang, lebih
dikenal sebagai "Hukum Superfund". Tujuannya adalah untuk
mengumpulkan pajak dari perusahaan gas dan kimia yang
digunakan secara langsung untuk membersihkan dan mengolah
limbah B3 yang dihasilkan.
6
8
melacak masalah ini dengan melakukan penelitian-penelitian,
tetapi tidak mendapatkan hasil memuaskan.
9
Chisso adalah penanggung jawab penyakit yang berjangkit di
Minamata. 22 Maret 1979 dua pemimpin Chisso, yang pada saat itu
telah berumur 77 tahun dan 68 tahun, dihukum masing-masing 2
tahun dan 3 tahun penjara. Disamping itu, korban kasus ini
menerima santunan yang dibebankan pada Chisso.
10
pengamannya. Pada temperatur yang sesuai, reaksi kimiawi yang
terjadi menghasilkan 2,3,7,8-TCDD. Sekitar 1 Kg dioxin terbuang ke
udara membentuk kabut melewati ribuan hektar sekitar bencana.
Penduduk di sekitarnya dievakuasi. Daerah sekitarnya dibagi
menjadi 2 area bahaya. Area A penduduknya dievakuasi, dan
dilarang menggunakan barang-barangnya. Ibu ibu yang hamil
dianjurkan untuk menggugurkan kandungannya, dan prianya
dihawatirkan mengalami kerusakan pada fungsi genetiknya. Daun-
daun pohon di sekitarnya menjadi rontok, binatang-binatang
seperti terpanggang. Anak-anak dengan langsung menunjukkan
gejala chloracne pada mukanya dan bagian lain di tubuhnya.
Pembersihan daerah terkontaminasi merupakan usaha
besar-besaran yang dilakukan, terutama pada pabrik itu sendiri
yang tercemar berat. Pemerintah Italia akhirnya memutuskan
penggunaan teknik insinerasi dan landfilling bagi komponen-
komponen pabrik tersebut. Landfilling dalam tanah dilakukan
dalam 2 lubang dengan proteksi kuat, yaitu dilapis bentonit dan
lembaran polyethylene. Pohon-pohon terkontaminasi ditebang.
Tanah terkontaminasi dikupas sedalam rata-rata 5 cm. Daerah
tersebut kemudian dijadikan taman. Pekerjaan ini membutuhkan
waktu lebih dari 10 tahun.
Kasus tersebut ternyata tidak berhenti di sana, dengan
timbulnya suatu kasus yang cukup meggegerkan daratan Eropa
Barat pada tahun 1981, yaitu kasus transportasi dioxin antar negara.
Ternyata penanggung jawab upaya pembersihan daerah Seveso
11
dikenal untuk kasus ini). Pengiriman ini bersifat rahasia, namun
akhirnya beritanya tersebar di daratan Eropa dan menjadi
pemberitaan hangat selama 9 bulan. Informasi yang didapat
menyatakan bahwa drum tersebut akan diangkut ke Inggris untuk
12
kepone ke sungai James yang bermuara di Chesapeake Bay. Kepone
dikembangkan oleh Allied sekitar tahun 1950-an. Produksinya
dikontrakkan pada Hooker Chemical antara 1950 – 1960. Namun
karena pasaran meningkat, Allied juga memproduksi sendiri.
Produksi tahunan meningkat dari 36.000 pound pada tahun 1965
menjadi 400.000 pound pada tahun 1972. Allied memproduksi
kepone di Hopewell. Tahun 1973 pembuatan kepone
disubkontrakkan pada LSP sementara Allied tetap menangani
polimer.
Maret 1974, 2 minggu setelah produksi penuh, secara
periodik limbah dari LSP masuk ke sistem penyaluran air buangan
dan pengolahan limbah kota. Dalam 2 bulan, limbah
li mbah ini membunuh
bakteri di sistem digester pengolah limbah. Lumpur dari pengolah
limbah yang belum terolah secara baik langsung dibuang secara
illegal ke lahan-urug. Dinas kesehatan setempat kemudian
menginvestigasi industri kepone tersebut setelah salah seorang
pekerja dinyatakan keracunan kepone. Darah yang diambil dari
pekerja tersebut menunjukkan kandungan kepone antara 2 – 72
ppm, sedangkan konsentrasi tertinggi yang pernah diamati adalah
5 ppm. Kemudian 31 pekerja yang dirawat di Rumah Sakit, sedang
pabrik kepone pada tahun 1975 ditutup.
Yang dijumpai pada pabrik kepone tersebut ternyata lebih
buruk dari yang diperkirakan sebelumnya. Debu kepone menutup
lantai sampai beberapa inch dan memenuhi udara dalam pabrik.
Sebetulnya buruh di sana sudah mengeluh terhadap kondisi ini
tetapi manajemen LSP tidak memperhatikan hal ini. Pencemaran
udara juga telah meluas ke sekitar pabrik itu. Agustus 1975 LSP
didenda US$ 16500. Tindakan berikutnya melibatkan US EPA (US
Environmental Protection Agency); ternyata LSP telah
mengeluarkan efluen kepone sebesar 500 –600 ppb, sedangkan
13
standar yang berlaku adalah 100 ppb. EPA kemudian melakukan
sampling air minum, udara, tanaman dan limbah kota Hopewell
serta sungai. Lumpur dari pengolah limbah mengandung kepone
200–600 ppm. Ikan di dekat sungai James mengandung kepone 0,1 –
20 ppm, sedang sungai James sendiri mengandung kepone 0,1 –4
cair B3 dan
berlokasi terjadilah
di atas pencemaran
akuifer Chino air tanah.
Basin yang Lahansumber
merupakan ini juga
air
minum bagi sekitar 500.000 penduduk. Interpretasi hasil analisis air
tanah pada tahun 1972 ternyata juga salah, dengan menganggap
14
bahwa pencemaran air tanah yang terjadi berasal dari limpasan air
permukaan bukan dari lahan tersebut. Hasil interpretasi yang salah
juga dilakukan oleh sebuah konsultan lain
lain pada tahun 1977.
Prakiraan biaya untuk menyingkirkan dan mengolah
seluruh cairan dan tanah yang terkontaminasi pada tahun 1977
sekitar 3,4 juta US$. Estimasi biaya pada tahun 1974 meningkat 4
kali lipat dengan cara tersebut. Akhirnya Pemerintah memilih cara
yang lebih murah, yaitu:
Meyingkirkan cairan terkontaminasi ke lahan yang lain,
Menetralisir tanah terkontaminasi dengan abu semen kiln,
Menempatkan lapisan clay untuk mengisolasi,
Membangun sumur-sumur pemantauan.
Sekitar 800.000 gallon (3028 m 3) air tercemar dialirkan ke
area di hilirnya, dan 4 juta gallon (15140 m 3) air tercemar dialirkan
ke lahan-urug West Covina, namun ternyata lahan ini juga bocor
dan akhirnya ditutup. Lahan-urug lain, Casmalia Resources, juga
menerima sekitar 70.000 gal/hari (265 m 3) dari Stringfellow, tetapi
dianggap belum dimonitor secara benar. Sekitar 15 juta US $ telah
dihabiskan untuk program tersebut, dan masih dibutuhkan sekitar
65 juta US $ untuk mentuntaskan permasalahan, dengan program
pengolahan in-situ terhadap air tanah yang tercemar.
15
16
17
18
BAB II
19
berapi
karena yang beracun
kurangnya ataupun
ventilasi menyerah
perapian kepada
dalam karbon
gua-gua monoksida
ya ng
yang demikian
ketat isolasinya menghadapi dinginnya zaman es. Para budak di
zaman Romawi kuno terkena penyakit paru-paru karena
menganyam serat mineral asbes menjadi kainagar agar ia menjadi
lebih tahan. Beberapa studi arkeologi dan sejarah dan sejarah telah
menyimpulkan bahwa guci-guci angur yang terbuat dari timbal
pada msyarakat berkecukupan yang berkuasa, yang menyebabkan
perilaku tak menentu misalnya kesukaan yang berlebihan akan
peristiwa-peristiwa olah raga yang sepektakuler, defisit angaran
yang luar biasa, institusi-institusi keuangan yang jelek, dan tak
20
Legislasi
Pemerintah pada sejumlah negara telah mengeluarkan
peraturan yang berhubungan dengan limbah dan barang-barang
berbahaya. Di AS peraturan seperti itu meliputi:
21
22
CERCLA
pengesahan telah Amendements
Superfund diperluas selama
and lima tahun dengan
Reauthorization Act
(SARA) pada tahun 1986, perundang-undangan dengan skope yang
meluas dan 8.5 juta US dollar untuk waktu lima tahun. Sebenarnya
lebih panjang dari pada CERCLA, SARA mempunyai tugas dan
tujuan penting sebagai berikut:
Lima kali lipat peningkatan pendanaan hingga 8,5 juta US
dollar untuk lima tahun.
Alternatif-alternatif untuk pembuangan di daratan yang
membantu solusi permanen dengan pengurangan volume,
mobilitas dan keracunan limbah.
Meningkatkan tekanan bagi kesehatan publik, riset, training,
dan keterlibatan warga Negara dan pemerintah Negara
bagian.
Kodifikasi peraturan-peraturan yang menjadi kebijakan di
bawah CERCLA.
Keharusan adanya jadwal dan tujuan tentang masa
berlakunya peraturan.
Prosedur peraturan baru dan otoritas bagi pelaksanaan.
Sebuah program baru tentang kebocoran tangki-tangki
penyimpan bawah tanah.
23
24
25
kimia spesifiknitrile
chloropropane misalnya
(P027). fluorine (P056) atau 3-
U-tipe limbah lainnya yang berbahaya, bahan-bahan
ini sebagian besar adalah campuran misalnya kalsium
kromat (U032) atau phthalic anhidrida (U190).
Dibandingkan dengan RCRA, CERLA memberikan difinisi
agak luas tentang zat-zat
zat -zat berbahaya yang meliputi berikut:
Elemen, kumpulan, campuran cairan, atau zat-zat, yang
lepas yang boleh jadi secara substansial membahayakan
kesehatan publik, kesejahteraan publik atau
lingkungan.
Elemen, kumpulan, campuran, cairan atau zat-zat
dalam kuantitas yang dilaporkan ditentukan oleh
CERCLA bagian 102.
Zat-zat tertentu atau polutan beracun yang di tentukan
oleh Federal Water pollution Control Act.
Zat-zat kimia yang akan segera berbahaya ataupun
campurannya yang menjadi topik aksi pemerintahan
26
(TSCA).
Dengan pengecualian yang ditunda oleh kongres dalam
Solid Waste Disposal Act, semua limbah berbahaya yang
ditentukan atau memiliki karakteristik yang
diidentifikasi oleh RCRA paragrap 3001.
b. Limbah Berbahaya
Setelah didefinisikan secara mendetail di atas, sekarang
saatnya sampai pada yang lebih detail sehubungan dengan arti
limbah berbahaya. Tiga pendeketan utama untuk mendefinisikan
limbah berbahaya yaitu (1) sebuah diskripsi kualitatif pada asalnya,
tipe, dan pendukungnya, (2) klasifikasi dengan dasar karaktristik
terutama bedasarkan prosedur tes, dan (3) dengan cara konsentrasi
zat-zat spesifik yang berbahaya. Li
Limbah
mbah digolongkan menurut tipe
umum, misalnya”spent halogenated solvents” atau pelarut
terhalogenasi atau oleh sumber-sumber industri misalnya “picking
liquor from steel manufacturing”atau mendapat cairan dari industri
manufaktur baja.
Berbagai negara mempunyai definisi yang berbeda tentang
limbah yang berbahaya. misalnya The Federal Republic of Germany
Federal Act tentang Pembangunan Limbah (1972, yang diamandir
tahun 1976) menyebutkan limbah khusus adalah khususnya
berbahaya bagi kesehatan manusia, udara, air, atau eksplosif,
mudah terbakar, atau boleh jadi menyebabkan penyakit. “ The
Ontario Waste Management Corporation ” sebuah biro propinsi yang
di bentuk lembaga konstitusi Ontorio, Kanada mendefinisikan
limbah khusus adalah cairan industri dan limbah yang berbahaya
yang tidak layak disuling dan dibuang pada sistem penyulingan
27
air raksa, nikel.
Pelaryt: bensin, karbon tetrachloride, chlorofrom,
chlorometan, tetracholoroetheylene, 1,1,1-trichloroet
1,1,1 -trichloroetane,
ane,
trichloroethylene.
29
lain lain (contoh dapat dilihat pada lampiran 1). Limbah B3
dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu
industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan
(contoh dapat dilihat pada lampiran 2). Limbah B3 dari
bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasai, karena
tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak
dapat di manfaatkan kembali, maka suatu produk menjadi
limbah B3 yang memerlukan pengelolahan seperti limbah
B3 lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk sisa kemasan
limbah B3 dan bahan-bahan kimia yang kadaluarsa (contoh
dapat dilihat pada lampiran 3)
2. Daftar limbah dengan kode limbah D220, D221, D222, dan
D223 dapat dinyatakan limbah B3 setelah di lakukan uji
Toxicity Characteristic Leaching Prosedure(TCLP)dan/ atau uji
karaktristik.
3. Memiliki salah satu atau lebih karakteristik sebagai berikut
a. Mudah meledak
b. Mudah terbakar
c. Bersifat reaktif
d. Beracun
e. Menyebabkan infeksi dan
f. Bersifat korosif.
4. Limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah lain yang
apabila diuji dengan metode toksikologi memiliki LD50 di
bawah ambang batas yang telah ditetepkan. Pengujian
karaktristik limbah dilakukan sebelum limbah tersebut
mendapat perlakuan pengolahan. Dalam ketentuan ini yang
di maksud dengan:
30
a. Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada
suhu tekanan standar (25 oC, 760 mmHg) dapat meledak
atau melaluireaksi kimia dan/atau fisika dapat
31
gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan
lingkungan.
4. Merupakan limbah sianida, sulfida atau amoniak
yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat
menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam
jumlah yang membahayakan kesehatan manusia
dan lingkungan.
5. Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi
pada suhu dan tekanan standar (25 OC, 760
mmHg).
6. Limbah yang menyebabkan kebakaran karena
lepas atau menerima oksigen atau limbah organik
peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
32
Toxicity characteristic leaching procedure (TCLP)
adalah metode ekstraksi sampel untuk analisis kimia
digunakan sebagai metode analisis untuk
mensimulasikan pencucian melalui tempat
33
Tabel 2.1 Konsentrasi maksimum bahan pencemar untuk
karakterisasi racun
No. Bahan pencemar Konsentrasi maksimum (mg/L)
1 Arsenic 5.0
2 Barium 100.0
3 Benzene 0.5
4 Cadmium 1.0
5 Carbon tetrachloride 0.5
6 Chlordane 0.03
7 Chlorobenzene 100.0
8 Chloroform 6.0
9 Chromium 5.0
10 o-Cresol 200.0
11 m-Cresol 200.0
12 p-Cresol 200.0
13 Cresol 200.0
14 2,4-Dichlorobenzene 10.0
15 1,4-Dichlorobenzene 7.5
16 1,2-Dichloroethane 0.5
17 1,1-Dichloroethylene 0.7
18 2,4-Dinitrotoluen
2,4-Dinitrotoluenee 0.13
19 Endrin 0.02
20 Heptachlor (dan hidroksida) 0.008
21 Hexachlorobenzene 0.13
22 Hexachloro-1,3-butadiene 0.5
23 Hexachloroethane 3.0
24 Lead 5.0
25 Lindane 0.4
26 Mercury 0.2
27 Methoxychlor 10.0
28 Methyl ethyl ketone 200.0
29 Nitrobenzene 2.0
30 Pentachlorop
Pentachlorophenol
henol 100.0
31 Pyridine 5.0
32 Selenium 1.0
33 Silver 5.0
34 Tetrachloroethy
Tetrachloroethylene
lene 0.7
34
No. Bahan pencemar Konsentrasi maksimum (mg/L)
35 Toxaphene 0.5
36 Trichloroethylene 0.5
37 2,4,5-Trichloroph
2,4,5-Trichlorophenol
enol 400.0
38 2,4,6-Trichloroph
2,4,6-Trichlorophenol
enol 2.0
39 2,4,5-TP (Silvex) 1.0
40 Vinyl chloride 0.2
41 Methoxychlor 10.0
42 Methyl ethyl ketone 200.0
43 Nitrobenzene 2.0
44 Pentachlorop
Pentachlorophenol
henol 100.0
45 Pyridine 5.0
46 Selenium 1.0
47 Silver 5.0
48 Tetrachloroethy
Tetrachloroethylene
lene 0.7
49 Toxaphene 0.5
50 Trichloroethylene 0.5
51 2,4,5-Trichloroph
2,4,5-Trichlorophenol
enol 400.0
52 2,4,6-Trichloroph
2,4,6-Trichlorophenol
enol 2.0
53 2,4,5-TP (Silvex) 1.0
54 Vinyl chloride 0.2
35
36
37
38
besar bagioleh
dihasilkan pemurniannya, dan
campuran limbah limbah-limbah
berbahaya cair
dengan air lainnya
limbah.
Beberapa limbah yang mungkin menunjukkan tahapan
berbahaya dikecualian oleh peraturan RCRA dengan undang-
undang. Perkecualian limbah-limbah tersebut termasuk berikut.
Abu bahan bakar dan kerak lumpur yang berasal dari
pembangkit tenaga.
Lumpur pengeboran minyak dan gas.
Produk samping air asin dari produksi minyak bumi.
Abu cerobong semen.
Limbah dan lumut dari pertambangan fosfat dan
semacamnya.
39
40
41
42
93.5 C (200 F). Gas adalah suatu zat yang keberadaanya dalam fase
ᵒ ᵒ
43
44
b. Oxidizer/Oksidan
Zat-zat yang dapat terbakar adalah reducing agent/agen
pereduksi yang berekasi dengan oksidizer/aksidan yang
menghasilkan panas. Oksigem beratom 2, O 2 yang berada di udara
adalah oksidan yang umum. Beberapa oksidan adalah campuran
kimia yang mengandung oksigen dalam formulanya. Halogen
(Golongan VIIA pada tabel periodik) dan berbagai campuranya
adalah oksidan. Beberapa contoh oksidan ditunjukkan pada Tabel
2.3.
Satu contoh reaksi sebuah oksidan adalah konsentrat HNO 3
dengan logam copper/tembaga, yang menghasilkan gas beracun
NO2.
45
4HNO3+Cu Cu(NO3)2+2H2O+2NO2
Akibat racun dari sejumlah oksidan adalah disebabkan
karena kemampuanya mengoksidasi molekul pada system
kehidupan.
Tabel 2.3 Contoh beberapa oksidator
No Nama Rumus Wujud Materi
1 Amonium Nitrat NH4NO4 Padat
2 Amonium Perklorat NH4CIO4 Padat
3 Brom Br2 Cair
4 Klor Cl2 Gas
5 Fluor F2 Gas
6 Hidrogen Peroksida H2O2 Larutan dalam air
7 Asam Nitrat HNO3 Larutan
8 Nitrogen Oksida N2O Gas
9 Ozon O3 Gas
10 Asam Perklorat HClO4 Larutan
11 Kalium Permanganat KMnO4 Padat
12 Natrium Kromat Na2Cr2O7 Padat
46
47
49
a. Struktur Kimiawi dan Reaktivitas/Chemical Structure and
Reactivity.
Beberapa struktur kimiaw dihubungkan dengan reaktivitas
tinggi pada beberapa campuran organik dari ikatan tak
jenuh/unsaturated. Beberapa struktur organik yang melibatkan
oksigen adalah sangat reaktif. Contohnya etilen oksida dengan
rumus struktur:
50
No Nama Struktur atau Formula
2 Senyawa Anorganik
a. Nitrogen oksida N2O
b. Nitrogen halide NCl3,NI3
c. Senyawa interhalogen BrCl
d. Halogen oksida ClO2
e. Halogen azida CIN3
f. Hipohalida NaClO
51
keseimbangan positif oksigen, beberapa lainya memiliki jumlah
stoikiometri oksigen yang sesuai yang diperlukan (pelepasan energi
maksimum) dan yang lain memerlukan dari sumber luar untuk
mengoksidasi segala komponen secara lengkap.
Trinitroluene memiliki kesetimbangan negatif yang besar,
ammonium dichromat {(NH4)2Cr2O7} memiliki kesetimbangan nol,
bereaksi dengan stoikhiometri terhadap H 2O, N2, dan Cr2O3, dan
nitroglycerine memiliki kesetimbangan positif sebagaimana
ditunjukan oleh reaksi berikut:
4C3H5N3O9 12CO2 + 10H2O + 6N2 + O2
Asam Sulfat
Asam sulfat adalah contoh utama dari pada zat-zat korosif.
Sebagai asam keras, asam sulfat terkonsentrasi merupakan agen
dehidrasi
terhadap airdan oksidan.panas
dihasilkan Kedekatan yang
ketika air danberlebihan
asam sulfatdari H 2SO4
dicampur.
Jika hal ini dilakukan tidak secara cermat dengan menambahkan air
ke dalam asam, pendidihan dan lompatan dapat terjadi yang
menyebabkan terlukanya seseorang. Akibat buruk dari asam sulfat
pada jaringan kulit pelepasan air dengan terlepasnya panas yang
52
menyertainya. Asam sulfat menguraikan kabohidrat dengan
pemindahan air. Dalam berhubungan dengan gula, misalnya,
konsentrasi asam sulfat bereaksi meninggalkan karbon. Reaksinya
adalah:
C12H22O11 + H2SO4 11H2O (H2SO4) + 12C + Panas
Beberapa reaksi dehidrasi asam sulfat boleh jadi sangat
nyata. Misalnya, reaksi dengan asam perchlorik menghasilkan
Cl2O7 yang tidak stabil, dan dapat menyebabkan ledakan dahsyat.
Konsentrasi asam sulfat menghasilkan racun ataupun produk yang
berbahaya lainya, misalnya racun carbon monoksida (CO) dari
reaksi dengan asam oksalat, H2C2H4: racun bromin dan sulfat
dioksida (Br2, SO2) dari reaksinya dengan sodium bromide, NaBr:
dan racun chlorin dioksida yang tak stabil (ClO 2) dari reaksinya
dengan Natrium chlorate, NaClO3.
53
No Nama Formula Sifat dan Efek
4 Logam alkalo NaOH dan Basa kuat, merusak seng, lead,
hidroksida KOH alumunium, zat yang
melarutkan jaringan,
penyebab luka bakar yang
hebat.
5 Hidrogen H2O2 Oksidator, menyebabkan luka
peroksida bakar yang hebat
6 Senyawa ClF, BrF3 Korosif yang sangat kuat,
Interhalogen iritasi dimana keasaman,
oksidasi dan dehidrasi
jaringan tubuh.
7 Halogen OF2,Cl2O,Cl2O2 Korosif yang sangat kuat,
Oksida iritasi dimana keasaman,
oksidasi dan dehidrasi
jaringan tubuh
8 Elemen flour, F2,Cl2,Br2 Sangat korosif pada selaput
klor dan brom lender dan jaringan basah,
iritasi yang kuat
54
kemungkinan zat-zat beracun masuk lingkungan hidup dan
menyebabkan ancaman bagi organisme. Tes yang diharuskan oleh
EPA AS adalah Toxicity Characteristic Leaching Prosedure (TCLP)
dimaksudkan menentukan keberadaan pengotor organik maupun
anorganik pada limbah cair, padat, dan multi fase. Untuk
menganalisis jenis racun, suatu cairan meluber dari limbah dan
dianggap sebagai ekstraksi TCLP. Jika limbah adalah cairan dengan
kandungan kurang dari 0,5% cairan tersebut disaring melewati
filter fiber flas dengan ukuran 0,6-0,8 mmikron dan dianggap sari
TCLP. Untuk limbah yang mengandung limbah lebih dari 0,5%
seluruh cairan dipisahkan untuk dianalisis, limbah padat dikurangi
ukuran besarnya atau dikecilkan dan diekstrak untuk dianalisis.
Dalam limbah campuran cair-padat, cairan dipisahkan dan
dianalisis terpisah. Limbah padat yang diekstraksi harus
mempunyai luas permukaan setiap gram bahan sama dengan atau
lebih besar dari 3,1 cm² atau mengandung partikel-partikel lebih
kecil dari 1 cm pada ukuranya yg paling kecil. Bentuk cairan
ekstraksi yang digunakan pada limbah padat/keras ditentukan
berdasarkan pH campuran 5 gram limbah padat dikocok kuat-kuat
dengan 96,5ml liter air. Jika pH air setelah dicampur kurang dari 5.0
cairan ekstraksi yang digunakan adalah asam asetat/natrium asetat
buffer pHnya 4,93 ± 0.05. Jika pH lebih besar dari 5.0, sebanyak 3,5
mL dari 1 M HCl di tambahkan, campuran diaduk, campuran
dipanaskan hingga 50oC selama 10 menit, kemudian didinginkan
hingga mencapai suhu kamar. pH dari cairan yang didinginkan
diukur dan jika kurang dari 5,0 pH cairan buffer digunakan untuk
ekstraksi, dan jika lebih besar dari 5,0 larutan asam asetat dengan
pH 2,88 ± 0,05 (hanya pH cairan buffer digunakan untuk
mengekstraksi). Ekstraksi dilakukan dalam bejana yang tertutup
diletakkan pada alat yang berputar dari sisi ke sisi selama 18 jam.
55
56
57
Campuran organik
Ada berjuta-juta campuran organik yang dikenal,
kebanyakan berbahaya dalam cara dan tingkatan tertentu.
Kebanyakan campuran organik dapat dibagi diantara hidrokarbon,
campuran yang mengandung oksigen, campuran yang
mengandung nitrogen, organohalida, campuran yang mengandung
sulfat, campuran yang mengandung posfor, ataupun campurannya.
58
59
60
61
62
BAB III
3.1 Pendahuluan
Kimia lingkungan limbah berbahaya boleh jadi
dipertimbangkan dengan basis definisi kimia lingkungan sesuai
dengan faktor-faktor berikut:
o Asal-usul
o Transfortasi
o Reaksi-reaksi
o Akibat-akibat
o Nasib Akhir
Begitu pula, pertimbangan harus diberikan terhadap
distribusi limbah limbah berbahaya diantara geosper, hidrosfer,
atmosper, dan biosper, sebagaimana zat pengotor/pollutan.
3.2 Asal Limbah Berbahaya
Asal usul limbah berbahaya menunjuk pada titik masuk
mereka kedalam lingkungan hidup. Hal ini menyangkut kegiatan
berikut:
o Pemberian dengan sengaja pada tanah, air, dan udara oleh
manusia
o Penguapan/evaporasi atau erosi angin laut dari tempat
buangan limbah ke atmosfir.
65
o
Meluber dari timbunan limbah pada air, tanah, sungai
badan air.
o Kebocoran, misalnya dari tangki penimbunan bawah tanah
atau saluran pipa.
o Evolusi dan deposisi lanjutan karena kecelakaan, misalnya
kebakaran atau ledakan.
o Pelepasan dari pengolahan limbah yang beroperasi secara
tak layak ataupun fasilitas penimbunan
Transportasi
sifat fisiknya, sifat limbah berbahaya
fisik dari matrik sebagian besar adalah
sekelilingnya, kondisifungsi
fisik
dimana mereka berada, dan faktor-faktor kimiawi. Limbah yang
sangat cepat menguap secara nyata kemungkinannya dipindahkan
melalui atmosfir dan jenis yang lebih cair dibawa melalui air.
Limbah-limbah akan berpindah jauh sekali, lebih cepat pada
formasi tanah berpasir berpori-pori dibandingkan pada tanah yang
lebih pekat. Limbah yang mudah menguap adalah lebih mudah
bergerak dalam kondisi panas, berangin dan yang cair pada
periode hujan. Limbah yang secara biokimia dan kimiawi reaktif
tidak akan berpindah sejauh limbah yang kurang reaktif sebelum
terurai.
66
67
b. Faktor-faktor kimiawi
68
70
relatif yang kental bersama dengan air tanah pada aquifer. Derajat
aliran air tanah tergantung pada gradien air dan karakteristik
aquifer, misalnya daerah yang dapat ditembus air dan belah-
lintang/cross section. Tingkat mengalirnya air pada umumnya
relatif perlahan-lahan 1 meter setiap hari dianggap cepat. Air tanah
yang terkontaminasi dapat menyebabkan kontaminasi sumber air
permukaan. Hal ini dapat terjadi pada daerah buangan dimana air
tanah mengalir ke dalam danau atau mata air
Limbah berbahaya yang larut dalam air tanah diperparah
karena tanah dan bebatuan dengan cara berbagai mekanisme
penyerapan. Secara matematis, distribusi kelarutan antara air tanah
atau air luberan dan tanah dinyatakan dengan koeficient distribusi
atau Kd
71
(humus), kehadiran oksida logam hidro, dan kandungan dan tipe
lempung. Karakteristik kimia luberan juga mempengaruhi
pelemahan/etenuasi. Misalnya, pelemahan/atenuasi logam adalah
72
Logam berat khususnya merusakkan air tanah dan
pergerakannya pada geosfir memprihatinkan. Ion logam berat
mungkin akan terserap tanah, ditahan oleh proses pertukaran ion,
interaksi dengan zat organik dalam tanah, melakukan proses
oksidasi-reduksi menyebabkan mobilitasi atau immobilisasi, atau
bahkan mudah menguap sebagai campuran organologamik yang
terbentuk karena bakteri methelating. Banyak faktor
mempengaruhi mobilitas logam berat dan pelemahannya pada
tanah. Termasuk pH, pE, temperatur, kapasitas pertukaran ion
yang bermuatan positif, sifat zat mineral tanah, dan kehadiran
berbagai zat organik tanah.
Biasanya mobilitas logam berat dalam tanah dan zat mineral
relatif rendah. Sebuah studi tentang mobilitas relatif pada lajur
mineral menunjukkan bahwa Pb, Zn, Cd dan Hg dilemahkan
sangat kuat oleh lempung, terutama karena pengendapan, dan
proses pertukaran. Besi sedikit melemah, yang harus menjadi
reduksi besi yang sangat tidak larut (III) menjadi besi yang larut
(II):
Fe2O3.xH2O + 2e- + 6e+ → 2Fe2+ + (3+x) H2O
73
logam pada molekul yang sama) dapat memiliki pengaruh kuat
atas mobilitas ion logam dalam tanah. Hal ini diamati dalam
sebuah studi tentang pengaruh pembuangan bersama limbah
nuklir tingkat menengah bersama dengan agen chelating selama
74
pembuangan limbah radioaktif. Material dasar batuan ini memiliki
kapasitas resapan yang tinggi bagi kebanyakan radionuklides yang
dihasilkan sebagai produk samping fisi nuklir, khususnya adalah
ion positif. Walaupun demikian, migrasi radionuclides telah
diamati ditempat yang digunakan untuk membuang limbah padat
dan libah cair. Beberapa migrasi ini telah membantu curah hujan
yang tinggi didaerah ini, meningkatkan permukaan air tanah
dangkal, peretakan bebatuan dibawah sehingga memungkinkan
infitrasi yang cepat bagi limbah yang dapat larut, dan faktor-faktor
fisik lainnya.
Sebagai tambahan bagi faktor yang tertera diatas sebagai
membantu migrasi radionuclides dari parit-parit pembuangan
limbah, didapati bahwa agen cheating yang digunakan untuk
dekontaminasi, sebagimana terjadinya chelator zat humik alamiah,
bertanggung jawab atas migrasi berlebihan dari pada yang
diharapkan. Yang paling terkenal 60Co didapati diluar parit-parit
pembuangan. Tingkat kontaminasi radioaktif pada isotop ini yang
berdekatan dengan parit pembuangan didapati setinggi 1.10 5
disintegrasi permenit (dpm) per gram (45000 picocuries/g) dalam
tanah dan setinggi 1.103 dpm/mL pada air tanah. Tambahan pula
jejak berbagai isotop dari uranium, plutonium, radium, thorium,
dan californium, telah ditemukan diluar area pembungan.
Percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menentukan nilai-nilai
Kd dari 60Co antara sampel air dari sumur pada daerah
pembuangan dan serpihan-serpihan ditempat. (Koefisien distribusi
adalah ukuran kedekatan dari sebuah cairan pada fase padatan;
semakin
padatan).tinggi nilainya,pH
Bagi sebaran semakin besar
air sumur tendensi
dari cairan
6,0 hingga 8,5.diresap oleh
Nilai Kd diukur dari 7 hingga 70 dengan rata-rata kira-kira
35. Ini sangatlah berbeda dengan nilai 7,0 x 10 2 bagi Kd yang
75
diperoleh dengan sebuah standard campuran 60Co yang diperoleh
dari kobalt anorganik dimana ketidak tersediaan agen chelating,
berindikasi kedekatan yang amat sangat kobalt anorganik dengan
serpihan. Cairan yang serupa yang mengandung 1 x 10 -10 M EDTA
dan kobalt dengan pH yang sama memberikan nilai K d hanya 2,9.
76
sejumlah
reduksi, proses kimia dandan
pengendapan biokimia,
reaksitermasuk asam
hidrolisis, basa, oksidasi
demikian pula
biodegradasi.
Kehadiran zat-zat organik dalam air mempunyai satu
tendensi meningkatnya kemampuan bercampurnya zat-zat organik
yang berbahaya. Khususnya kemampuan bercampurnya
hexachlorobenzene adalah 1.8 ug/L pada air murni dengan suhu
25oC mengingat hanya 2.3 ug/L pada air sungai-sungai kecil yang
mengandung cairan organik dan 4.5 ug/L dalam luapan tanah.
Apabila mempertimbangkan proses limbah-limbah
berbahaya masuk ke dalam air, adalah perlu untuk mengingat sifat
77
78
79
untuk waktu yang lama. Dalam bentuk ini, zat-zat berbahaya lebih
mobil/berpindah-pindah dan beroleh kesempatan/jalan terhadap
organisme dibandingkan dengan bentuk endapan. Pertimbangan
penting kedua adalah bahwa berbagai logam berat mengendap
bersamaan dengan besi (III) hidrada oksida (Fe2O3 xH2O) atau
mangan (IV) oksida ( MnO2 xH2O).
Proses penyerapan adalah metode biasa bagi penyingkiran
bahan
adalah tingkat bahayatrnsformasi
alat penting rendah dari air. Reaksi
limbah oksidasi-reduksi
berbahaya dalam air.
Degradasi sebagian besar limbah organik berlangsung dengan cara
oksidasi. Pada berbagai keadaan proses biokimia sebagian besar
menentukan nasib spesies kimia yang berbahaya pada hidrosfir.
Proses-proses di lingkungan banyak dimediasi dengan
mikroorganisme. Khususnya, oksidasi degradasi biolimbah organik
yang berbahaya dalam air umumnya terjadi dengan cara mediasi-
mikro-organisme reaksi biokimia. Bakteri menghasilkan asam-asam
organik dan agen chelating, misalnya sitrat, yang mempunyai
pengaruh melarutkan ion logam berat yang berbahaya. Beberapa
80
81
82
83
84
85
a. Proses Biodegaradasi
Biotransformasi adalah apa yang terjadi atas suatu zat yang
di metabolisme
metabolisme dan beberubah
rubah oleh karena pros
proses
es bio
biokimia
kimia pada
suatu organisme. Metabolisme
Metabolisme dibagi menjadi dua kategori utama
utama
katabolisme yaitu membentuk molekul-molekul yang hidup dari
bahan yang lebih kompleks dan anaboliseme yaitu membentuk
molekul hidup dari bahan yang lebih sederhana. Zat dapat
menjalani biotransformasi mungkin terjadi di alam atau
antrophogenik (dibuat
molekul xenobiotic karena
yang asing ulah
bagi manusia). Mereka mengandung
sistem kehidupan.
Proses biokimia penting yang terjadi pada biodegradasi
bahan-bahan limbah berbahaya dan sintesis adalah cometabolisme.
Cometabolisme tidaklah melakukan suatu maksud yang berguna
organisme dalam sudut pandang penyediaan energi atau bahan
mentah untuk membangun biomasa, tetapi terjadi bersamaan
dengan proses metabolisme normal.
normal. Sebuah cont
contoh
oh cometabolisme
limbah berbahaya disajikan oleh jenis-jenis campuran
86
Fenol CO2 + H2O +energi
87
merekaoksigen
bebas sangat(anoxic)
sulit diteliti di pE
dan nilai laboratorium
kurang darikarena kondisinya
-3,4 dalam rangka
untuk bertahan. Bakteri-bakteri ini menguraikan biomassa melalui
proses hydrolytic, menguraikan protein, gemuk dan sakarida.
Mereka juga diketahui mereduksi campuran nitro menjadi amines,
mendegradasi nitro amina, menyebabkan reduksi dechlorinasi,
mereduksi kelompok epoxide menjadi alkenes, dan menguraikan
struktur aromatik. Actinomycetes adalah mikroorganisme yang
88
4. Industri
Penghasilpangan/susu,
Limbah B3 Home industiPariwisata,
Perhotelan, batik; dan Usaha
Laundry;
5. Penghasil Limbah B3 dari Bandara dan Bengkel kendaraan,
seperti sisa oli bekas dan sisa air aki bekas;
6. Penghasil Limbah B3 dari kegiatan pertambangan emas;
7. Penghasil Limbah B3 dari kegiatan usaha percetakan dan
fotografi;
8. Penghasil Limbah B3 dari industri kreatif atau Home Made
dan Handicraft;
9. Penghasil Limbah B3 dari rumah tangga, antara lain: lampu
91
6. Dari garasi atau taman: pestisida dan insektisida, pupuk, cat
dan solvent pengencer, perekat, oli mobil dan motor, aki
bekas.
Tabel 3.1. Beberapa sifat berbahaya dan beracun dari rumah tangga
No Nama Bahan Sifat Bahan
1. Bubuk penggosok abrasive
abrasive:: Korosif
2. Pembersih mengandung Korosif
alumunium
3. Penggelantangan klorin
Penggelantangan Toksik dan korosif
4. Pembersih saluran air Korosif
5. Pengkilab mebel Mudah terbakar
6. Pembersih kaca Korosif (iritasi)
7. Semir sepatu Mudah terbakar
8. Pengkilap logam (perak) Mudah terbakar
9. Pembersih toilet dan lantai Korosif
10. Pembersih karpet/kain Korosif dan mudah terbakar
11 Shampoo anti ketombe Toksik
12. Penghilang cat kuku Toksik dan mudah terbakar
13. Minyak wangi Mudah terbakar
14. Obat-obatan Toksik
92
BAB IV
93
Dokumen ini menjadi alat pengawasan untuk mengetahui
mata rantai perpindahan dan penyebaran limbah B3.
Dokumen limbah B3 terdiri dari:
1. Bagian I: Bagian yang harus diisi oleh
penghasil/pengumpul
2. Bagian II: Bagian yang harus diisi oleh pengangkut
3. Bagian III: Bagian yang harus diisi oleh
pengumpul/pemanfaat/pengolah
94
7. Lembar ketujuh (warna ungu) setelah ditandatangani oleh
penerima, maka pengangkut mengirimkan kepada pengirim
limbah B3
8. Lembar kedelapan s/d kesebelas dikirm pengangkut
kepada pengirim limbah B3 setelah ditandatangani
pengangkut terdahulu dan diserahkan kepada pengangkut
berikutnya.
pengumpul), meliputi:
1. Nama dan alamat perusahaan penghasil/pengumpul
limbah B3
2. Lokasi muat jika berbeda dengan alamat penghasil
3. Nomor penghasil
95
4. Jenis limbah B3
5. Nama teknis (jika ada)
6. Karakteristik limbah B3
7. Kode limbah B3
8. Kode UN/NA yaitu nomor identifikasi atau nomor kode
limbah yang dikeluarkan oleh PBB mempunyai kode UN
(United Nation) atau NA (North America) diikuti oleh 4 digit
angka, yang secara cepat akan dapat memberikan informasi
bila terjadi kecelakaan. Diharapkan Tim yang
bertanggungjawab dalam menangani kecelakaan, secara
cepat dapat mengidentifikasi sifat bahan berbahaya itu serta
cara penanggulangannya.
9. Kelompok kemasan (drum/container)
10. Satuan ukuran
11. Jumlah total kemasan
12. Peti kemas
13. Keterangan lain limbah B3 (tidak tercantum dalam kode
limbah B3)
14. Instruksi penanganan khusus
15. Nomor telpon
96
25. Nama penanggungjawab perusahaan pengangkut
26. Tangan tangan
27. Jabatan
28. Tanggal pengangkutan
29. Tanggal tandatangan
97
Dokumen Teknis
o Jenis-jenis limbah yang akan dikelola
o Jumlah limbah B3 (untuk per jenis limbah) yang akan
dikelola
o Karakteristik per jenis limbah B3 yang akan dikelola
o Desain konstruksi tempat penyimpanan atau
pengumpulan limbah B3
o Flowsheet lengkap proses pengelolaan limbah B3
98
yang diangkut
Uraian tentang asal limbah yang diangkut
Rute pengangkutan
99
Data komposisi
Uraian input dankimia danlimbah
output fisika limbah
B3
(Neraca LB3)
100
Uraian
tempat tentang mekanisme penutupan
penimbunan
Formulir Permohonan Perizinan Pengelolaan Limbah B3
(Lampiran Permen LH 18/2009)
Lampiran I. Formulir Permohonan Rekomendasi
Pengangkutan Limbah B3
Lampiran II. Formulir Permohonan Izin Pengelolaan
Limbah B3
Lampiran III. Persyaratan Minimal Permohonan Izin
Lampiran IV. Formulir Permohonan Uji Coba Pengelolaan
Limbah B3
Lampiran V. Formulir Permohonan Perpanjangan Izin
Pengelolaan Limbah B3
Penyimpanan dan/atau
dan/atau
Lampiran IV. Neraca Pengumpul
Pengumpulan
Limbah B3 an Limbah B3
101
Manifest
Manifest merupakan dokumen yang menunjukkan
perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan sampai
dimanfaatkan/diolah/ditimbun.
Dokumen limbah B3 bertujuan untuk mengetahui mata
rantai perpindahan dan penyebaran limbah B3, dan legalitas
kegiatan pengelolaan limbah B3.
Dokumen limbah B3 terdiri dari 7 (tujuh) rangkap apabila
pengangkutan hanya satu kali dan terdiri dari 11 (sebelas)
rangkap bila pengangkutan lebih dari satu kali.
102
BAB V
103
104
105
106
B3 harus:ketentuan
dengan ditandai dengan simbol
mengenai dan label
penandaan yang
pada sesuai
kemasan
limbah B3; selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya
dapat dibuka jika akan dilakukan penambahan atau
pengambilan limbah dari dalamnya; disimpan di tempat
yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan limbah B3
serta mematuhi tata cara penyimpanannya.
7. Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi
limbah B3 dan disimpan ditempat penyimpanan harus
dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan sekurang-
kurangnya 1 (satu) minggu satu kali.
107
108
109
111
c) Pengumpulan data untuk memastikan bahwa sistem
tangki berfungsi sesuai dengan rancang bangunnya;
dan
d) Bahan-bahan konstruksi dan areal seputar sistem tangki
termasuk struktur pengumpul sekunder (misalnya
tembok isolasi tumpahan) untuk mendeteksi pengikisan
atau tandatanda terlepasnya limbah B3 (misalnya bintik
lembab, kematian vegetasi);
dalam 6 (enam)
selanjutnya bulan
setiap setelah
tahun sekali;pengoperasian awal, dan
b) Semua bagian yang dapat mempengaruhi sistem
perlindungan (a) harus diperiksa sekurang-kurangnya 2
(dua) bulan sekali. Pemilik atau operator harus
menyimpan catatan hasil pemeriksaan kegiatan nomor
6 dan 7 tersebut.
112
c) Mewadahi limbah yang terlepas ke lingkungan,
mencegah terjadinya perpindahan tumpahan ke tanah
atau air permukaan, serta mengangkat tumpahan yang
terlanjur masuk ke tanah atau air permukaan.
d) Membuat catatan dan laporan mengenai kecelakaan
dan penanggulangan yang telah dilakukan.
113
5.7 Penempatan Tangki
Penyimpanan limbah cair dalam jumlah besar disarankan
menggunakan tangki (gambar 4) dengan ketentuan
k etentuan sebagai berikut:
114
c. Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi
udara yang memadai (gambar 5) untuk mencegah
terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan,
serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah
masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam
ruang penyimpanan;
d. Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari)
yang memadai untuk operasional penggudangan atau
inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka lampu
penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas
kemasan denqan sakelar (stop contact) harus terpasang
di sisi luar bangunan;
e. Dilengkapi dengan sistem penangkal petir;
f. Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi
penandaan (simbol) sesuai dengan tata cara yang
berlaku.
115
karakteristik limbah B3, atau limbah-limbah B3 yang
saling cocok (gambar 6).
b. Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus
dibuat tanggul atau tembok pemisah untuk
menghindarkan tercampurnya atau masuknya
tumpahan limbah B3 ke bagian penyimpanan lainnya.
c. Setiap bagian penyimpanan masing-masing harus
mempunyai bak penampung tumpahan limbah dengan
kapasitas yang memadai.
d. Sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat
sebanding dengan kapasitas maksimum limbah B3 yang
tersimpan sehingga cairan yang masuk ke dalamnya
dapat mengalir dengan lancar ke tempat penampungan
yang telah disediakan.
116
a) Jika bangunan berdampingan dengan gudang
gudang lain maka
harus dibuat tembok pemisah tahan api, berupa:
a. Tembok beton bertulang, tebal minimum 15 cm;
atau
b. Tembok bata merah, tebal minimum 23 cm; atau
hidran.
117
118
119
120
121
122
3) Sistem
terjadinyaventilasi udara
akumulasi gas didirancang untuk
dalam ruang mencegah
pengumpulan,
serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah
masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam
ruang pengumpulan;
4) Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang
memadai untuk operasional penggudangan atau inspeksi
rutin. Jika menggunakan lampu, maka lampu penerangan
harus dipasang minimum 1 meter di atas kemasan dengan
sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan;
5) Lantai bangunan pengumpulan harus kedap air, tidak
123
7) Fasilitas tambahan
Laboratorium
Laboratorium yang tersedia harus mampu:
1) melakukan pengujian jenis dan karakteristik dari
limbah B3 yang diterima, sehingga penanganan lebih
lanjut seperti pencampuran, pengemasan ulang atau
pengolahan awal (pre treatment) dapat dilakukan
dengan tepat;
2) melakukan pengujian kualitas terhadap timbulan dari
kegiatan pengelolaan limbah yang dilakukan (misalnya
cairan dari fasilitas pencucian atau dari kolam
penampungan darurat) sehingga dapat penanganan
sebelum dibuang ke lingkungan dapat ditetapkan.
Fasilitas pencucian
1) Setiap pencucian peralatan atau perlengkapan yang
digunakan dalam kegiatan pengumpulan limbah B3 harus
dilakukan di dalam fasilitas pencucian. Fasilitas tersebut
harus dilengkapi bak penampung dengan kapasitas yang
memadai dan harus kedap air;
2) Sebelum dapatbak
cairan dalam dibuang ke lingkungan,
penampung maka dilakukan
tersebut harus terhadap
analisis laboratorium guna memperoleh kepastian
pemenuhan terhadap baku mutu. Cairan dari bak
penampung dapat dibuang ke lingkungan sepanjang beban
maksimum tidak dilampauinya;
3) Setiap kendaraan pengangkut yang akan meninggalkan
lokasi pengumpulan harus dibersihkan/dicuci terlebih
dahulu, terutama bagian-bagian yang diduga kuat
terkontaminasi limbah B3 (misalnya bak kendaraan
pengangkut, roda, dll).
124
125
126
BAB VI
127
128
129
130
132
Gambar 6.5. Simbol untuk B3 klasifikasi
k lasifikasi bersifat beracun
(toxic)
133
Gambar 6.6. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya
(harmful)
134
3. Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi
alergi pada kulit; dan/atau
4. Iritasi/kerusakan parah pada mata yang dapat
menyebabkan iritasi serius pada mata.
karakteristik
1. sebagai
Menyebabkan berikut:
iritasi (terbakar) pada kulit;
2. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
SAE 1020 dengan laju korosi > 6,35 mm/tahun dengan
temperatur pengujian 55oC; dan/atau
135
3. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3
bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk
B3 yang bersifat basa.
136
Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan (misalnya
PCBs = Polychlorinated Biphenyls).
berwarna
Simbol iniputih pada dada paparan jangka pendek, jangka
menunjukkan
panjang atau berulang dengan bahan ini dapat
menyebabkan efek kesehatan sebagai berikut:
137
1. karsinogenik yaitu penyebab sel kanker;
2. teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio;
3. mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan
perubahan kromosom yang berarti dapat merubah
4. genétika;
toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik;
5. toksisitas terhadap sistem reproduksi; dan/atau
6. gangguan saluran pernafasan
138
139
140
6.2 Label
A. Bentuk, warna dan ukuran
Label B3 berbentuk persegi panjang dengan ukuran
disesuaikan dengan kemasan yang digunakan, ukuran
perbandingannya adalah panjang : lebar = 3:1, dengan
warna dasar putih dan tulisan serta garis tepi berwarna
hitam.
141
Gambar 6.12 Label B3
B. Pengisian label B3
Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak
mudah terhapus dan dipasang pada setiap kemasan B3
C. Pemasangan label B3
Label B3 dipasang pada kemasan di sebelah bawah simbol
dan harus terlihat dengan jelas. Label ini juga harus
dipasang pada wadah yang akan dimasukkan ke dalam
kemasan yang lebih besar.
142
Gambar 6.13. Contoh pemasangan symbol dan tabel
143
144
BAB VII
PENGOLAHAN
PENGOLAHAN LIMBAH B3
limbah
dan/atauB3immobilisasi
menjadi tidak berbahaya
limbah dan/atau
B3 sebelum tidak dan/atau
ditimbun beracun
memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur
ulang). Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara:
1. Pengolahan fisika dan kimia
2. Stabilisasi/solidifikasi,
3. Insenerasi
Proses pengolahan secara fisika dan kimia bertujuan untuk
mengurangi daya racun limbah B3 dan/atau menghilangkan
sifat/karakteristik limbah B3 dari berbahaya menjadi tidak
berbahaya. Proses pengolahan secara stabilisasi/solidifikasi
bertujuan untuk mengubah watak fisik dan kimiawi limbah B3
dengan cara penambahan senyawa pengikat B3 agar pergerakan
senyawa B3 ini terhambat atau terbatasi dan membentuk massa
monolit dengan struktur yang kekar. Sedangkan proses pengolahan
secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang
terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung
B3.
147
148
149
150
operator, kebocoran
menyebabkan terlepasnyaatau
limbahtumpahan
dari fasilitasyang dapat
pengolahan
ke lingkungan. Program ini juga harus menyangkut
terlepasnya limbah dari fasilitas pengolahan ke lingkungan.
Program ini juga harus menyangkut mekanisme tanggap
darurat;
3) Penggunaan bahan penyerap (absorbent) yang sesuai dengan
jenis dan karakteristik tumpahan
tumpahan limbah B3.
6. dengan jenis
Memiliki limbahtindakan
prosedur B3 yang darurat
ditangani di lokasi tersebut;
pengangkutan;
7. Menetapkan prosedur untuk penutupan sementara fasilitas
pengolahan;
8. Melakukan pelatihan bagi karyawan dalam
penanggulangan keadaan darurat yang dilakukan minimal
dua kali dalam setahun.
Pelatihan Karyawan
Perusahaan wajib memberikan pelatihan secara berkala
kepad karyawan yang meliputi:
Pelatihan dasar diantaranya:
(a) Pengenalan limbah; meliputi jenis limbah, sifat dan
karakteristik serta bahayanya terhadap lingkungan dan
manusia, serta tindakan pencegahannya.
(b) Peralatan pelindung: menyangkut kegunaan dan
penggunaannya.
(c) Pelatihan untuk keadaan darurat: meliputi kebakaran,
ledakan, tumpahan, matinya listrik, evakuasi, dan
sebagainnya.
(d) Prosedur inspeksi.
153
proses pengolahan limbah B3 tersebut. Setelah
kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi
yang terkandung dalam limbah B3 tersebut di ketahui, maka
terhadap selanjutnya adalah menentukan pilihan proses
pengolahan limbah B3 yang dapat memenuhi kualitas dan baku
mutu pembuangan dan/atau lingkungan yang ditetapkan.
154
yang ditetapkan oleh Bapedal. Baku mutu emisi udara wajib
memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam Kep-men 13/1995 atau yang ditetapkan
oleh Bapedal. Penimbunan wajib memenuhi semua persyaratan
yang tercantum dalam PP 19/1994 dan ketentuan lain yang
ditetapkan.
Proses pengolahan secara Kimia antara lain:
(a) Reduksi – Oksidasi,
(b) Elektrolisasi,
(c) Netralisasi,
(d) Presipitasi/Pengendapan,
(e) Solidifikasi/Stabilisasi,
(f) Absorpsi,
(g) Penukar Ion,
(h) Pirolisa
Proses pengolahan secara fisika antara lain:
Pembersihan Gas
1. Elektrostatik presipitator
2. Penyaringan partikel
3. Wet scrubbing
4. Adsorpsi dengan karbon aktif
Pemisahan cairan dan padatan:
1. Sentrifugasi
2. Klarifikasi
3. Koagulasi
4. Filtrasi
5. Flokulasi
6. Flotasi
7. Sedimentasi
8. Thickening
155
Penyisihan komponen-komponen yang spesifik:
1. Adsorpsi
2. Kristalisasi
3. Dialisasi
4. Electrodialisa
5. Evaporasi
6. Leaching
7. Reverse osmosis
8. Solvent extraction
9. Stripping
Berbagai sumber mengelompokkan pengolahan limbah
menjadi tiga golongan besar yaitu teknik kimia meliputi oksidasi,
pengendapan kimia, koagulasi, Dissolved air flotation, oksidasi
dengan elektrokimia, flokulasi, hidrolisis, netralisasi, ekstraksi
solvent dan Ion Exchange. Cara fisika yaitu Carbon adsorption,
Distillation, Filtration, Steam Stripping, Oil and grease skimming,
Oil/water separation, Sedimentation, Membrane technologies. Cara
biologi meliputi Biological nitrogen removal, Bioaugmentation,
Activated sludge, Extended aeration, Anaerobic processes, Rotating
biological contactors, Sequencing batch reactors and trickling filters.
156
keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut karena akan memicu
reaksi pembakaran. Pirolisa merupakan proses konversi bahan
organik padat melalui pemanasan tanpa kehadiran oksigen.
Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur tinggi,
molekul-molekul organik yang berukuran besar akan terurai
menjadi molekul organik yang kecil dan lebih sederhana. Hasil
pirolisa dapat berupa tar, larutan asam asetat, methanol, padatan
char, dan produk gas.
2. Elektrostatik presipitator
ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif
penangkap debu dengan effisiensi tinggi (diatas 90%) dan rentang
partikel yang didapat cukup besar. Dengan menggunakan
electrostatic precipitator (ESP) ini, jumlah limbah debu yang keluar
dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16% (dimana efektifitas
penangkapan debukomponen
Salah satu mencapai 99,84%).
terpenting dalam proses produksi di
Pabrik Gula dan PLTU adalah boiler yang berfungsi sebagai tempat
untuk memanaskan air, sehingga menghasilkan uap yang nantinya
akan digunakan untuk proses selanjutnya. Pada PLTU, uap ini
digunakan untuk memutar turbin uap sebagai penggerak
generator. Untuk melakukan kerja, boiler membutuhkan adanya
panas yang digunakan untuk memanaskan air. Panas ini disuplai
oleh bagian yang disebut dengan ruang bakar atau furnace, dimana
pada ruang bakar ini dilengkapi dengan alat pembakaran atau
burner. Hasil pembakaran di ruang bakar tersebut akan
157
keluar melalui cerobong, maka gas buang tersebut akan melewati
kisi-kisi suatu electrostatic precipitator (ESP).
158
3. Wet scrubbing
Wet scrubber adalah peralatan pengendali pencemar udara
yang berfungsi untuk mengumpulkan partikel-partikel halus yang
terbawa dalam gas buang suatu proses dengan menggunakan titik-
titik air.
Pada pengolahan
menangkap ini cairan
partikel debu atau umumnya air digunakanukuran
untuk meningkatkan untuk
aerosol. Partikel halus berukuran 0,1 sampai 20 mikron dapat
disisihkan secara efektif dari gas pembawa menggunakan wet
collector. Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet
Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara
yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt,
sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat
udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut
disemprotkan air turun ke bawah.
Venturi Scrubber menghilangkan partikel debu dan
159
160
4. Klarifikasi
Clarifier berfungsi untuk memisahkan sejumlah kecil
partikel-partikel halusyang menghasilkan liquid yang jernih yang
bebas partikel-partikel solid ataususpensi. Teknologi pemisahan
liquid-solid umumnya dipakai pada proses pengolahan air bersih
pada berbagai industri antara lain pada pengolahan air
minumPDAM dan pengolahan air baku untuk Demin Plant
maupun Cooling Water System. Di dalam Clarifier terjadi proses
yang kita sebut dengan proses klarifikasiyang mana proses ini
berfungsi menghilangkan suspended solid.
5. Setrifugasi
Sentrifugasi adalah proses yang memanfaatkan gaya
sentrifugal untuk sedimentasi campuran dengan menggunakan
mesin sentrifuga atau pemusing. Komponen campuran yang lebih
rapat akan bergerak menjauh dari sumbu sentrifuga dan
membentuk endapan (pelet), menyisakan cairan supernatan yang
dapat diambil dengan dekantasi. Teknik sentrifugasi telah
dimanfaatkan baik untuk keperluan penelitian, misalnya pada
bidang biologi sel dan biologi molekular, maupun untuk industri,
misalnya dalam pengayaan uranium dan pengolahan anggur.
6. Koagulasi-flokulasi
Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai
menjadi kesatuan proses tak terpisahkan. Pada proses koagulasi
terjadi destabilisasicepat
dari pengadukan koloid dan
dan partikel dalam
pembubuhan air kimia
bahan sebagai(disebut
akibat
koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel yang
161
162
163
7. Elektrodialisis
Elektrodialisis adalah gabungan antara elektrokimia dan
penukaran ion. Elektrodialisis yang disingkat ED merupakan
proses pemisahan elektrokimia dengan ion-ion berpisah melintas
membran selektif anion dan kation dari larutan encer kelarutan
membran lebih pekat akibat aliran arus searah atau DC. Pada
dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh
medan listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan
8. Flotasi
Flotation (flotasi) berasal dari kata float yang berarti
mengapung atau mengambang. Flotalasi dapat diartikan sebagai
suatu pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada suatu
cairan/larutan berdasarkan perbedaan sifat permukaan dari zat
yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik tetap
164
berada fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan terikat
pada gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan
dan membentuk buih yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan
tersebut. Secara umum flotation melibatkan 3 fase yaitu cair
(sebagai media), padat (partikel yang terkandung dalam cairan)
dan gas (gelembung udara).
Faktor- faktor yang mempengaruhi flotation adalah ukuran
partikel, pH larutan , surfaktan, dan bahan kimia yang lain,
misalnya koagulan. Ukuran partikel yang besar membuat partikel
tersebut cenderung untuk mengendap sehingga susah untuk
terflotasi. Sedangkan pH yang tinggi partkel cenderung
mengendap. Fungsi surfaktan adalah kolektor yang merupakan
reagen yang memiliki gugus polar dan gugus non polar sekaligus.
Kolektor akan mengubah sifat partikel dari hidrofil menjadi
hidrofob. Sedangkan penambahan koagulan dapat mengakibatkan
ukuran partikel-partikel menjadi lebih besar. Faktor lain yang
mempengaruhi flotasi adalah laju udara yang berfungsi sebagai
pengikat partikel yang memiliki sifat permukaan hidrofobik, persen
padatan, untuk flotasi pada partikel kasar dapat dilakukan dengan
persen padatan yang besar demikian sebaliknya, besar laju
pengumpanan yang berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu
tinggal. Laju udara pembilasan yang berfungsi untuk mengalirkan
konsentrrat ke dalam lounder. Ketebalan lapisan buih dan ukuran
gelembung udara juga mempengaruhi flotasi.
165
9. Reverse Osmosis
Reverse Osmosis untuk pengolahan air industri, air umpan
ketel, air minum dan desalinasi air laut. engertian dari sistem
Reverse Osmosis atau RO adalah perpindahan air melalui satu
tahap ke tahap berikutnya yakni bagian yang lebih encer ke bagian
yang lebih pekat. Teknologi reverse osmosis (RO) banyak
dimanfaatkan manusia untuk berbagai keperluan, salah satunya
adalah untuk teknologi pengolahan air minum. Salah satu ciri
utama reverse osmosis system (RO) adalah dengan adanya
membran (semipermeable membrane). Membran semipermeabel
ini harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat
terlarut.Proses reverse osmosis menggunakan tekanan tinggi agar
air bisa melewati membran, di mana kerapatan membran reverse
osmosis ini adalah 0, 0001 mikron (satu helai rambut dibagi 500.000
bagian).Jika air mampu melewati membran reverse osmosis, maka
air inilah yang akan kita pakai, tapi jika air tidak bisa melewati
membran semipermeable maka akan terbuang pada saluran
166
167
10. Thickening
Thickening adalah proses yang dilakukan untuk
mengurangi volume lumpur sekaligus meningkatkan konsentrasi
padatan di dalam lumpur. Proses ini dapat dilakukan
menggunakan peralatan
thickener, rotary antara laincentrifuge,
drum, separator, gravity thickener, gravity
dan flotator. belt
Metode
thickening yang cukup terkenal adalah gravity thickening. Sesuai
dengan namanya, dalam proses ini terjadi pemanfaatan gaya
gravitasi (pengendapan) untuk memisahkan air dari dalam sludge.
Unit pengolahan yang digunakan untuk proses ini disebut gravity
thickener yang serupa dengan secondary clarifier pada sistem
lumpur aktif.
Sludge thickening adalah alat yang berfungsi untuk
mengurangi kadar air (liquid) dalam lumpur, sehingga menambah
kandungan solid (padatan) dalam lumpur. Pabrik pengolahan air
limbah pada umumnya menggunakan perangkat penebalan untuk
meningkatkan konsentrasi padatan pada akhir langkah proses
tertentu dalam proses lumpur aktif. Penebalan meningkatkan
kandungan padatan lumpur dan mengurangi volume air gratis
sehingga meminimalkan beban unit pada proses hilir seperti
pencernaan dan dewatering. Proses yang digunakan penebalan
mencakup penebalan gravitasi, flotasi udara terlarut, sabuk
penebalan gravitasi dan rotary drum penebalan. Jenis penebalan
dipilih biasanya ditentukan oleh ukuran dari pabril limbah,
hambatan fisik dan proses hilir. Di pabrik pengolahan air limbah
168
169
Hasilnya adalah
memastikan bahwabahwa denganakan
kekompakan melakukan ini, mendapatkan
terjadi dan maka akan
lumpur untuk melakukan perjalanan ke bawah. Kadang-kadang
proses dapat ditingkatkan dengan memperlambat laju umpan
sementara desain harus benar merencanakan untuk memberikan
waktu penahanan yang cukup.
11. Stripping
Sebagaimana aerasi, "stripping" juga merupakan istilah lain
dari transfer gas dengan penyempitan makna, lebih dikhususkan
pada transfer gas dari fase cair ke fase gas. Fungsi utama stripping
170
171
4. Limbah B3 olahan
nilai uji kuat tekan yang memenuhi
dan lolos persaratan
tes paint filter test;kadar TCLP,
selanjutnya
harus ditimbun ditempat penimbunan ( landfill) yang
ditetapkan pemerintah atau yang memenuhi persaratan
yang ditetapkan.
173
Pengolahan dengan Insinerasi (Thermal Treatment)
Sebelum mulai membangun atau memasang insinerator
fasilitas pengolahan limbah B3, pemilik harus memberikan data-
data spesifikasi teknis di bawah ini: a) Spesifikasi insinerator,
sekurang-kurangnya memuat informasi antara lain:
1. Nama Pabrik pembuat dan nomor model.
2. Jenis insinerator.
3. Dimensi internal dari unit isinerator termasuk luas
penampang zona/ruang proses pembakaran.
4. Kapasitas udara penggerak utama (prime air mover).
5. Uraian mengenai system bahan bakar (jenis/umpan).
(jenis/umpan).
6. Spesifikasi teknis dan desain dari nozzle dan burner.
7. Temperatur dan tekanan operasi di zona/ruang bakar.
8. Waktu tinggal limbah dalam zona/ruang pembakar.
9. Kapasitas blower.
10. Tinggi dan diameter ceroong.
11. Uraian peralatan pencegah pencemaran udara dan peralatan
pemantauan emisi cerobong (stack/chimney).
12. Tempat dan deskripsi dari alat pencatat suhu, tekanan,
aliran dan alat-alat pengontrol lain.
13. Deskripsi system pemutus umpan limbah yang bekerja
otomatis.
14. Efisiensi Penghancuran dan penghilangan (DRE), dan
Efisiensi Pembakaran (EP).
174
Gambar 7.9 Skema insenerator yang digunakan pada pengolahan
limbah B3
175
Uji coba pembakaran ini bertujuan untuk memperoleh:
a) Deskripsi kualitatif dan kuantitatif sifat fisika, kimia dan
biologi dari:
1. Limbah B3 yang akan dibakar termasuk semua jenis
bahan organic bebrbahaya dan beracun utama (POHCs,
PCBs, PCDFs, PCDDs), Halogen, Total Hidrokarbon
(THC), dan Sulfur serta konsentrasi timah hitam dan
merkuri dalam limbah B3;
2. Emisi udara termasuk POHCs, produk pembakaran
tidak sempurna (PICs) dan parameter yang tercantum
pada Tabel 3;
3. Limbah cair yang dikeluarkan (effluent) dari
pengoperasian insinerator dan peralatan pencegahan
pencemaran udara, termasuk semua POHCs, PICs dan
parameter-parameter sebagaimana tercantum dalam
Tabel 4.
b) Menentukan kondisi Operasi,
1) Suhu di ruang bakar, sesuai dengan jenis limbah B3;
2) Waktu tinggal (residence time) gas di zona/ruang bakar
minimum 2 detik;
3) Konsentrasi dari excess oxygen di exhaust peneluaran.
c) Menentukan kondisi meteorology yang spesifik (arah angin,
kecepatan angin, curah hujan, dan lain-lain) dan konsentrasi
ambient dari POHCs, PICs, dan parameter yang tercantum
pada Tabel 3;
d) Menentukan efisiensi penghancuran dan penghilangan
(DRE) dengan menggunakan persamaan di bawah ini.
176
Rumus Penghitung DRE (Efisiensi
(Efisiensi Penghancur dan Penghilang):
DRE =
x 100%
EP = x 100%
a) Pengoperasian
a. Memeriksa insinerator dan peralatan pembantu
(pompa, Conveyor, pipa, dll) secara berkala;
b. Menjaga tidak terjadi kebocoran, tumpahan atau emisi
sesaat;
177
c. Menggunakan system pemutus otomatis pengumpan
limbah B3 jika kondisi pengoperasian tidak memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan;
d. Memastikan bahwa DRE dari insinerator sama dengan
atau lebih besar dari yang tercantum pada Tabel 2.
e. Mengendalikan peralatan yang berhubungan dengan
pembakaran maksimum selama 15 – 30 menit pada saa
start-up sebelum melakukan operasi pengolahan secara
terus menerus.
f. Pengecekan peralatan perlengkapan insinerator
(conveyer, pompa, dll) harus dilakukan setiap hari.
g. Pengolah hanya boleh membakar limbah sesuai dengan
izin yang dipunyai.
h. Residu/abu dari proses pembakaran insinerator harus
ditimbun sesuai dengan persyaratan penimbunan
(landfill).
b) Pemantauan:
1) Secara terus menerus mengukur dan mencatat;
a. Suhu di zona/ruang bakar;
b. Laju umpan limbah (waste feed rate);
c. Laju bahan bakar pembantu;
d. Kecepatan gas saat keluar dari daerah pembakaran;
e. Konsentrasi karbon monoksida, karbon dioksida,
nitrogen oksida, sulfur dioksida, oksigen, HCL,
Total Hidrokarbon (THC) dan partikel debu di
f. cerobong
Opositas. (stack/chimney);
178
2) Secara berkala mengukur dan mencatat konsentrasi
POHCs. PCDs, PCDFs, PICs dan logam berat di
cerobong.
3) Memantau kualitas udara sekeliling dan kondisi
meteorologi sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam
c) Pelaporan
1) Melaporkan hasil pengukuran emisi cerobong yang
telah dilakukan selama 3 bulan terakhir sejak
digunakan dan dilakukan pengujian kembali setiap 3
tahun untuk menjaga nilai minimum DRE.
2) Konsentrasi maksimum untuk emisi dan nilai minimum
DRE sebagaimana tercantum daam Tabel 2 dan 3.
Pelaporan datadata di atas dilakukan setiap 3 (tiga)
bulan ke Bapedal.
179
180
Konsentrasi Maksimum
Parameter
Nilai Satuan
Seng (Zn) 5 mg/L
Krom valensi 6 (Cr6+) 0,1 mg/L
Krom total (Cr) 0,5 mg/L
Kadmium (Cd) 0,05 mg/L
Merkuri 0,002 mg/L
Timbal (Pb) 0,1 mg/L
Stanum (Sn) 2 mg/L
Arsen (As) 0,1 mg/L
Selenium (Se) 0,05 mg/L
Nikel (Ni) 0,2 mg/L
Kobal (Co) 0,4 mg/L
Sianida (CN-) 0,05 mg/L
Sulfida (S2-) 0,05 mg/L
Fluorida (F) 2 mg/L
Klorin bebas (Cl2) 1 mg/L
Amoniak bebas (NH3-N) 1 mg/L
181
Limbah Oli
Limbah oli berdasarkan PP 85 tahun 1999 termasuk dalam
kategori limbah B3. Limbah. Limbah oli mengandung senyawa-
senyawa kimia baik organic dan anorganik yang sangat berbahaya.
Kandungan senyawa dan logam berat dalam limbah oli (oli bekas)
sebagai berikut:
Tabel 7.3 Kontaminan yang ada pada limbah oli (oli bekas)
Logam Hidrokarbon Senyawa organik
(anorganik) terklorinasi lainnya
Aluminium Diklorofluorometana Benzena
Antimon Triklorofluorometana Toluena
Arsenik 1,1,1-trikloroetana Xylena
Barium Trikloroetilena Benzaantrasena
Kadmium Total klorine Benzopirena
Krom Poliklorin biphenil Naftalena
Kobalt
Tembaga
Plumbum
Magnesium
Mangan
Merkuri
Nikel
Pospor
Silikon
Sulfur
Zeng
182
lainnya. Kandungan
ethylbenzene, xylenesdari
danhydrocarbon
logam berat antara
sepertilain benzene,
timbal (Pb). toluene,
Limbah oli atau limbah minyak pelumas residu dari oli
murni atau vaseline berada di antara C16 sampai ke C20. Di
indonesia jumlah limbah pelumas bekas pada tahun 2003 sekitar
465 juta liter pertahun. Sumber dari limbah ini berasal dari berbagai
aktivitas sarana mesin serta industri. Proses yang dilakukan melalui
tahapan absorpsi dan distilasi (untuk mengolah oli bekas menjadi
sampel bahan bakar). Oli bekas atau Minyak Pelumas Bekas
selanjutnya disebut Minyak Pelumas Bekas adalah sisa pada suatu
kegiatan dan/atau proses produksi.
183
184
185
3. terikat misalnya
Dewatering dalamdiartikan
biasanya bentuk emulsi.
sebagai proses penghilangan
air bebas
4. Bila air dalam keadaan teremulsi, emulsi dapat dirusak
dengan penambahan demulsifier
5. Dewatering merupakan proses sederhana yang didasarkan
pada pemisahan air dan oli dalam rentang waktu dan
dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
6. Oli bekas dimasukkan ke dalam tangki dan air bebas
dikeluarkan untuk diolah lebih lanjut sesuai dengan
parameter yang berlaku sebelum di buang ke perairan bebas
186
Propane-deasphalting
1. Proses Propane De-asphalting (PDA) merupakan salah satu
tahapan pretreatment yang penting dalam pengolahan
menghasilkan oli bebas aspal. Keluaran lainnya adalah
propana
2. Destilasi (Fraksinasi) merupakan proses pemisahan
komponen oli berdasarkan titik didih.
187
Distillation
1. Destilasi merupakan proses utama untuk menghasilkan
pelumas berkualitas dasar.
2. Ada 2 jenis of Destilasi, atmospheric distillatin and vacuum
distillation
3. Atmospheric distillation pada umumnya dianggap sebagai
tahapan pretreatment untuk tahapan vacuum distillation
tanpa memerlukan proses dewatering. Atmospheric
distillation dilakukan pada tekanan atmosfer normal pada
temperatur sampai 300°C.
4. Atmospheric distillation relatif sederhana.
5. Oli bekas dipanaskan (A) dan dialirkan ke menara destilasi
(B). Pada temperatur rendah, oli menghasilkan Hidrokarbon
(gas, petrol/bensin dan pelarut/petroleum eter) dan air
tertampung dalam puncak (B). Beberapa hidrokarbon ini
dikondendasi dan ditampung untuk digunakan sebagai
BBM.
6. Prose ini hanya bagus sampai temperatur 300oC. Pada
temperatur lebih tinggi dapat terjadi"thermal cracking"
molekul hidrokarbon yang lebih besar
7. Vacuum distillation dianggap sebagai kunci dalam prose
pengolahan oli bekas.
8. Sifat-sifat utama oli seperti viskositas, flash point dan residu
karbon.
188
Sabun:
a. Sabun adalah garam alkali
a lkali karboksilat.
b. Molekul sabun lebih mudah terdegradasi oleh bakteri
pengurai.
c. Tidak bisa dipakai untuk mencuci dalam air sadah, karena
sabunakan bereaksi dengan ion Ca 2+ dan Mg2+
d. Sabun adalah hasil proses penetralan asam lemak dengan
menggunakan alkali
e. Sabun biasanya digunakan untuk membersihkan suatu
product yang berhubungan langsung dengan kulit manusia
seperti sabun mandi/ sabun handsoap yang membutuhkan
189
190
191
192
BAB VIII
PENIMBUNAN LIMBAH B3
194
d. Peruntukan lokasi penimbun yang telah dihentikan
kegiatannya tidak dapat dijadikan pemukiman atau fasilitas
umum lainnya.
195
Gambar 8.1 Penimbunan limbah B3 berbentuk cair
196
Gambar 8.3 Tiga kategori penimbunan limbah B3
197
198
DAFTAR PUSTAKA
199
Undang RI No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Wardhana, W.A.,2001 Dampak Pencemaran Lingkungan , Andi
Jogjakarta, Jogjakarta.
Jogjakarta.
200
201
202
k
if
s i
e
p
S
g
n
a
y
r
e
b
m
u
S
ra i
D
3
B
h
a
b
mi
L
r
a tf
a
D
.
2
n
a
ri
p
m
a
L
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
Lampiran 3. Daftar Limbah Dari Bahan Kimia Kadaluarsa,
Tumpahan, Sisa Kemasan, Atau Buangan Produk Yang Tidak
Memenuhi Spesifikasi
D3019 Dietilarsina
D3020 Barium danSenyawanya
D3021 Chromated Copper Arsenat
D3022 Benzena
219
KODE BAHAN PENCEMAR
LIMBAH
D3023 Klorobenzena
D3024 1,3 Diisosianatom
Diisosianatometil-Benzena
etil-Benzena
D3025 Dietilbenzena
D3026 Heksahirdobenzena
D3027 BenzenasulfonatAsamKlorida
D3028 BenzenasulfonatKlorida
D3029 Beriliumdansenyawanya
D3030 Bis (Klorometil) Eter
D3031 Bromoform
D3032 1,1,2,3,4,5-Heksakloro-1,3-Butadiena
D3033 n-ButilAlkohol
D3034 Butana
D3035 Butilaldehida
D3036 Kadmiumdansenyawanya
D3037 KalsiumKromat
D3038 Amoniacal Copper Arsenat
D3039 DikloroKarbonat
D3040 KarbonDisulfida
D3041 KarbonTetraklorida
D3042 Kloroasetaldehida
D3043 Klorodana, Isomer Alfa dan Beta
D3044 Kloroetana (EtilKlorida)
D3045 Kloroetana (VetilKlorida)
D3046 Klorobromometana
D3047 Kloroform
220