Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE INFARK (CEREBAL INFARCTION)


DI RUANG MELATI 1 RSUD DR. R. SOETRASNO REMBANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Stase Keperawatan Paliatif


Dosen Pengampu : Yayuk Fatmawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh :
Putri Arum Sari
2019012200

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS
2O22

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dengan judul “Stroke Infark (Cerabal Infarction) di Ruang


Melati 1 Rsud Dr. R. Soetrasno Rembang” telah mendapatkan persetujuan dari
pembimbing akademik dan ruangan.
Nama : Putri Arum Sari
NIM : 2019012200
Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

Putri Arum Sari


Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )

2
BAB 1
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Definisi
Stroke merupakan kegawatdaruratan neurologi yang mendadak
(akut) karena oklusi atau hipoperfusi pada pembuluh darah otak,
sehingga jika tidak segera diatasi maka akan terjadi kematian sel dalam
beberapa menit, kemudian akan menimbulkan defisit neurologis dan
menyebabkan kecacatan atau kematian (Misbach, 2014).
Stroke infark atau infark serebal (cerebal infarction) atau stroke
iskemik adalah kondisi ketika aliran darah di otak terhambat,sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan otak. Kerusakan ini terjadi karena
jaringan otak tidak mendapat cukup oksigen yang disebabkan oleh
adanya hambatan di pembuluh darah otak.
Stroke iskemik/stroke non hemoragik biasanya juga dikenal
sebagai infark serebral karena penyumbatan arteri. Sekitar 80 persen dari
stroke adalah iskemik, karena gangguan pasokan darah. Biasanya
disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah (arteri) di otak. Jika
arteri tersumbat, sel-sel otak tidak bisa mendapatkan oksigen dan nutrisi
dan akhirnya akan berhenti bekerja. Jika arteri tetap tersumbat lebih
dari beberapa menit, sel-sel otak mungkin mati (Silva, dkk. 2014).
Stroke menurut WHO adalah suatu gangguan fungsi saraf akut
yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana
secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam
beberapa jam) gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak
yang terganggu.
B. Ganguan-Gangguan yang terjadi

1. Tubuh terasa lemah dan sulit digerakkan (kelemahan, kelumpuhan,


mati rasa pada wajah, lengan atau tungkai).
2. Kesulitan saat berbicara dan mengerti ucapan orang lain
(melemahnya otot wajah).
3. Gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata. Tiba-tiba saja
penglihatan kabur atau buram pada satu maupun kedua mata yang
berlangsung lama.
3
4. Kesulitan berjalan, stroke infark juga ditandai dengan pusing
mendadak, sehingga penderitanya kehilangan keseimbangan atau
koordinasi saat berjalan.
5. Sakit kepala mendadak parah tanpa diketahui penyebabnya, muncul
secara tiba-tiba, terlebih jika disertai gejala lain seperti muntah,
pusing atau penurunan kesadaran, dapat menjadi pertanda /
mengindikasi bahwa anda mengalami stroke.

C. Penyebab

Penyebab stroke menurut Rendi dan Margareth (2015) :

a. Infark otak (80%)

1) Emboli

Emboli kardiogenik, fibrilasi atrium dan aritmia lain,

thrombus mural dan ventrikel kiri, penyakait katub mitral

atau aorta, endokarditis (infeksi atau non infeksi).

2) Emboli paradoksal

Emboli arkus aorta, aterotrombotik (penyakit pembuluh

darah sedang-besar), penyakit eksrakanial, arteri karotis

interna, arteri vertebralis.

3) Penyakit intracranial

Arteri karotis interna, arteri serebri interna, arteri

basilaris, lakuner (oklusi arteri perforans kecil).

D. Manisfesti Klinis

Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah timbulnya

defisit neurologist, secaara mendadak/subakut, di dahului gejala prodromal,

terjadinya pada waktu istirahat atau bangun pagi dan biasanya kesadaran tidak

menurun, kecuali bila embolus cukup besar, biasanya terjadi pada usia > 50

tahun. Menurut WHO dalam International Statistic Dessification Of Disease


4
And Realeted Health Problem 10th revitoan, stroke hemoragik dibagi atas

Pendarahan Intra Serebral (PIS) dan Pendarahan Subaraknoid (PSA) (Rendi,

Margareth, 2015).

Stroke akibat PIS mempunyai gejala yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala

karena hipertensi, serangan sering kali siang hari, saat aktifitas atau

emosi/marah, sifat nyeri kepala hebat sekali, mual dan muntah sering terdapat

pada permulaan serangan, kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk

koma (60% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara setengah jam s.d dua

jam, dan 12% terjadi setelah dua jam, sampai 19 hari) (Rendi, Margareth,

2015).

Pada pasien PSA gejala prodormal berupa nyeri kepala hebat dan akut,

kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi, ada gejala/tanda rangsang

maningeal, oedema pupul dapat terjadi bila ada subhialoid karena pecahnya

aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna. Gejala

neurologis tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan

lokasinya (Rendi, Margareth, 2015).

Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa kelumpuhan wajah atau

anggota badan (hemiparesis yang timbul mendadak), gangguan sensabilitas

pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemiparesik), perubahan

mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), afasia

(bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan),

disartria (bicara pelo/cadel), gangguan penglihatan (hemianopia/monokuler,

atau diplopia), ataksia (trunkal/anggota badan), vertigo, mual dan muntah,

atau nyeri kepala (Rendi, Margareth, 2015).

5
BAB II

TINJAUAN KASUS

1. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian di bagi menjadi dua:


a. Pengkajian Primer
Melalui Airway menurut Sudiharto & Sartono (2011), prioritas
penilaian airway (jalan napas), kelancaran jalan napas, Breathing
menurut Sudiharto & Sartono (2011), mengungkapkan pertukaran
oksigen dan karbondioksida bisa terjadi bila udara bisa masuk dan
keluar jalan napas tanpa hambatan, tidak ada cairan atau darah di
dalam paru, tidak ada infeksi di dalam paru, tidak ada tumor di dalam
paru atau jaringan parut serta dinding torak dan diafragma dalam
keadaan normal, Circulation menurut Sudiharto & Sartono (2011),
circulation adalah pengkajian yang dilakukan pada tingkat kesadaran,
warna kulit, nadi, tekanan darah dan kontrol perdarahan (Wardani,
Setyorini, dan Rifai, 2018).
b. Pengkajian Sekunder
Menggunakan S: Sign and symptom, tanda gejala yang dialami, A:
Allergy, adakah riwayat atau tanda-tanda alergi, M: Medication,
riwayat penggunaan obat atau pengobatan yang sedang dialami, P:
Past medical history, riwayat medis sebelumnya, E: Event, apa yang
sedang dilakukan tadi, L : Last meal, makan terakhir (Panacea, 2013
dalam Wardani, Setyorini, dan Rifai, 2018).
c. Pengkajian Umum

Pengkajian neurologi termasuk jenis pengkajian fokus dan bersifat


darurat. Hal ini dikarenakan lingkup pengkajian lebih spesifik pada
sistem persarafan dengan waktu yang singkat dan dapat
mengidentifikasi situasi yang menyangkut penyelamatan nyawa pasien.
Sampai saat ini metode yang digunakan untuk mengkaji kondisi pasien
stroke fase akut adalah NIHSS (Black & Hawks, 2005; Edwards, 2007;
6
Smeltzer & Bare, 2008 dalam Damhudi, Irawaty, dan Hariyati, 2012).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kekuatan otot adalah
dengan menggunakan Manual Muscle Testing (MMT) menurut Lovelt,
Naniel dan Worthinghom dengan pemberian skore sebagai berikut
Derajat 0: paralise total, Derajat 1: kontakksi otot hanya diketahui dari
palpasi, Derajat 2: otot hanya mampu menggerakkan persendian tidak
dapat melawan gravitasi, Derajat 3: otot mampu menggerakkan sendi,
mampu menahan gravitasi, tetapi tidak menerima tahanan, Derajat 4:
kemampuan otot seperti derajat 3 tetapi mampu menahan beban ringan,
Derajat 5: kekuatan otot normal (Nurbaeni, Sudiana, Harmayetty,
2010).

B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan


stroke adalah sebagai berikut :
a. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik : renal, serebral, kardiovaskuler,
pulmonal, gastrointestinal, perifer) berhubungan dengan aliran arteri
terhambat.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal
& neurovaskular.
c. Risiko disfungsi neurovakuler perifer berhubungan dengan imobilisasi
d. Konstipasi berhubungan dengan aktifitas fisik tidak adekuat.
e. Gangguan cinta tubuh berhubungan dengan penyakit
f. Kurang perawatan diri : mandi, berpakaian, makan, toileting berhubungan
dengan tidak berfungsinya anggota gerak.
Prioritas Diagnosa
Hardman & Kamitsuru (2018) mengatakan salah satu masalah keperawatan yang
dapat muncul pada stroke non hemoragik adalah Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal & neurovaskular.

C. Nursing Care Plan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan partisipan akan mencapai mobilitas fisik maksimal dalam kondisi
keterbatasan karena stroke non hemoragik yang ditandai dengan lebih banyak
gerakan normal pada ekstremitas yang terpengaruh, peningkatan kekuatan otot
dan penggunaan alat bantu adaptif yang efektif.
7
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
muskuloskeletal & neurovaskular.
Kriteria Hasil :
a. Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop.
b. Partisipan berpartisipasi dalam program latihan.
c. Partisipan mencapai keseimbangan saat duduk.
d. Partisipan mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk
kompensasi hilangnya fungsi pada sisi yang hemiplagi.

Nursing Interventions Classification(NIC):


1) Terapi Latihan: Mobilitas Sendi
a) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam mobilitasi.
b) Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan melihat respon
pasien saat latihan.
c) Terapi Latihan : Mobilitas (pergerakan) sendi yakni, berikan latihan
ROM minimal 1 kali sehari saat hemodinamik stabil.
d) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan.
e) Dukung ambulasi jika memungkinkan.
f) Tentukan perkembangan terhadap pencapaian tujuan.
g) Sediakan dukungan positif dalam melakukan latihan sendi.
2) Pengaturan Posisi
a) Posisikan sesuai dengan kesejajaran tubuh yang tepat.
b) Dorong latihan ROM pasif.
3) Memonitoring Tanda-tanda Vital
a) Memonitoring tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan
tepat.
D. Implementasi
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan berdasarkan
rencana keperawatan yang telah dibuat. Kegiatan tersebut bertujuan untuk
mencapai kriteria dengan hasil yang optimal.

E. Progress Report
Progress report adalah laporan perkembangan untuk menyampaikan perubahan
atau tahap mana yang sudah dicapai dalam usaha untuk mencapai tujuan yang
telah ditentu
8
F. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan menurut Moorhead S, dkk (2016), pada
partisipan dengan hambatan mobilitas fisik, sebagai berikut :
e. Partisipan mampu untuk melakukan aktivitas mobilitas fisik secara mandiri.
f. Partisipan mampu menyeimbangkan badan dan anggota gerak secara
mandiri.
g. Partisipan mampu mengkoordinasikan anggota gerak secara mandiri.
h. Partisipan mampu menggerakan sendi secara mandiri.

9
Daftar Pustaka

Nasution L.F., 2013, Stroke Non Hemoragik pada Laki-Laki Usia 65

Tahun, Medula Unila, 1 (3), 1–9

Overgaard K., 2014, The Effects of Citicoline on Acute Ischemic Stroke: A

Review, Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases, 23 (7), 1–6. Terdapat

di: http://dx.doi.org/10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2014.01.020.

Usrin I., Mutiara E. and Yusad Y., 2013, Pengaruh Hipertensi Terhadap

Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah

Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittingi Tahun 2011,. Universitas Sumatera

Utara.

Junaidi, I., 2011, Stroke Waspadai Ancamannya, ANDI, Yogyakarta.

Karuniawati, H., Ikawati, Z., Gofir, A., 2015, Pencegahan Sekunder untuk

Menurunkan Kejadian Stroke Berulang pada Stroke Iskemik, Jurnal Manajemen

dan Pelayanan Farmasi (JMPF); Vol. 5 No.1

10
11

Anda mungkin juga menyukai