Anda di halaman 1dari 4

Dalam dunia usaha yang sangat komplek saat ini tidak dapat dilupakan peran penting Sumber

Daya Manusia (SDM) yang dimiliki suatu organisasi atau korporasi. Sumber Daya Manusia
(SDM) merupakan aset potensial organisasi dan berperan penting dalam pencapaian tujuan
organisasi. Sumber daya manusia diibaratkan motor penggerak sebuah organisasi. Sebagus
apapun tujuan, visi, misi, dan strategi organisasi tidak akan berguna apabila SDM-nya tidak
diperhatikan dan dikelola dengan baik. Sebuah organisasi juga tidak akan berkembang
apabila SDM di dalamnya tidak mempunyai rasa memiliki (sense of belonging) dan
keinginan untuk memajukan organisasi dari dalam diri mereka. Disamping itu, SDM yang
berkualitas tinggi akan menjadi nilai tambah organisasi dan membantu organisasi dalam
pengambilan keputusan optimal, sehingga memberikan kontribusi bagi keunggulan bersaing
organisasi (competitive advantage). Pengembangan SDM juga akan meningkatkan efektivitas
dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuannya.

Untuk memastikan bahwa fungsi SDM telah berjalan dan memberikan kontribusi dengan
baik dalam pencapaian keberhasilan institusi, maka organisasi perlu melakukan penilaian
(evaluasi) terhadap pelaksanaan program-program SDM yang telah dikembangkan dalam
mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Penilaian atau evaluasi ini digunakan untuk
mengukur apakah SDM sudah bekerja secara efektif dan apa saja kontribusi yang telah
diberikan SDM untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi tersebut.

Evaluasi dapat dilakukan melalui audit atas SDM yang dilaksanakan secara komprehensif
untuk menciptakan perbaikan atas kekurangan – kekurangan dan mencari solusi atas
hambatan-hambatan yang ditemukan dalam mencapai tujuan dari fungsi SDM. Secara
singkat, audit merupakan suatu pengecekan pengendalian kualitas secara keseluruhan
(overall quality control check ) terhadap aktivitas SDM dalam suatu organisasi dan dalam
keadaan bagaimana aktivitas tersebut mendukung strategi organisasi. Melalui audit
manajemen SDM, kebijakan sistem kerja fungsi SDM dapat dinilai. Dari paparan diatas,
Saudara diminta untuk :

No Tugas Tutorial Skor Maksimal


1. Dari paparan diatas, guna melakukan suatu proses audit, para
auditor diharapkan dapat membuat tahapan dan aktivitas audit.
20
Untuk itu Saudara diminta menguraikan tahapan-tahapan audit
beserta aktivitasnya dengan disertai contoh.
2. Menurut Saudara, keputusan di bidang SDM yang tidak tepat,
sehingga berdampak negatif terhadap organisasi dapat di
minimalisir atau dapat dihindarkan dengan cara melakukan
audit SDM. 40
Berikan tanggapan Saudara secara konseptual, dengan disertai
contoh serta sumber referensinya.

3. Bagaimana seorang auditor menjaga hubungannya dengan 40


pihak stakeholder atau auditi, selama pelaksanaan audit?
Berikan pernyataan Saudara disertai dengan contoh dan sumber
referensinya.

Jawab
1. Audit adalah proses independen yang dilakukan oleh seorang auditor untuk mengevaluasi
dan memverifikasi informasi keuangan atau non-keuangan suatu entitas. Tahapan-tahapan
dalam proses audit dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Perencanaan Audit
Pada tahap ini, auditor melakukan perencanaan audit dengan tujuan untuk memahami
aktivitas bisnis, risiko yang terkait, dan lingkungan operasional entitas. Auditor juga
menentukan strategi audit dan menentukan lingkup pekerjaan audit. Contoh aktivitas
yang dilakukan pada tahap ini adalah:
 Memahami aktivitas bisnis entitas dan tujuan audit.
 Menganalisis risiko entitas dan lingkungan operasionalnya.
 Menentukan strategi audit dan lingkup pekerjaan audit.
2) Pengumpulan Informasi
Pada tahap ini, auditor mengumpulkan data dan informasi terkait entitas yang akan
diaudit. Auditor juga memeriksa dan memverifikasi informasi yang ada pada dokumen
dan catatan entitas. Contoh aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah:
 Mengumpulkan informasi dan dokumen yang terkait dengan entitas.
 Memeriksa dan memverifikasi informasi pada dokumen dan catatan entitas.
 Menilai keandalan dan relevansi informasi yang diperoleh.
3) Evaluasi Risiko dan Kontrol Intern
Pada tahap ini, auditor mengevaluasi risiko dan kontrol intern yang ada pada entitas.
Auditor juga menentukan pengujian substantif yang akan dilakukan. Contoh aktivitas
yang dilakukan pada tahap ini adalah:
 Mengevaluasi risiko dan kontrol intern yang ada pada entitas.
 Menentukan pengujian substantif yang akan dilakukan.
 Memeriksa dan mengevaluasi efektivitas kontrol intern yang diterapkan oleh
entitas.
4) Pengujian Substantif
Pada tahap ini, auditor melakukan pengujian substantif untuk memperoleh bukti yang
cukup dan memadai terkait informasi keuangan atau non-keuangan entitas. Contoh
aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah:
 Melakukan pengujian substantif untuk memperoleh bukti yang cukup dan memadai.
 Memeriksa dan membandingkan informasi keuangan dengan dokumen
pendukungnya.
 Memverifikasi aset, kewajiban, dan transaksi yang tercatat dalam laporan
keuangan.
5) Penarikan Kesimpulan dan Pelaporan
Pada tahap ini, auditor menarik kesimpulan dan menyiapkan laporan audit. Laporan
audit tersebut berisi pendapat auditor terkait keandalan dan relevansi informasi
keuangan atau non-keuangan entitas yang diaudit. Contoh aktivitas yang dilakukan pada
tahap ini adalah:
 Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengujian substantif.
 Menyiapkan laporan audit yang berisi pendapat auditor terkait keandalan dan
relevansi informasi keuangan atau non-keuangan entitas yang diaudit.
 Menyampaikan laporan audit kepada pihak yang berkepentingan.

2. Saya setuju bahwa audit SDM dapat membantu organisasi dalam menghindari atau
meminimalkan dampak negatif akibat keputusan di bidang SDM yang tidak tepat. Hal ini
karena audit SDM dapat membantu organisasi untuk mengidentifikasi kelemahan dan
kekurangan pada sistem manajemen SDM, sehingga dapat dilakukan perbaikan dan
perbaikan yang diperlukan. Salah satu contoh keputusan di bidang SDM yang dapat
berdampak negatif terhadap organisasi adalah keputusan perekrutan pegawai yang tidak
tepat. Misalnya, jika organisasi merekrut pegawai yang tidak memenuhi kualifikasi yang
dibutuhkan atau tidak sesuai dengan budaya organisasi, dapat menyebabkan kinerja pegawai
yang kurang optimal dan bahkan dapat merusak citra organisasi.
Dalam hal ini, audit SDM dapat membantu organisasi dalam mengidentifikasi kelemahan
dan kekurangan pada sistem perekrutan pegawai, seperti kelemahan pada proses seleksi atau
kurangnya penilaian terhadap kemampuan dan kecocokan kandidat dengan budaya
organisasi. Dengan melakukan audit SDM dan melakukan perbaikan yang diperlukan,
organisasi dapat memperbaiki sistem perekrutan pegawai dan menghindari dampak negatif
pada kinerja pegawai dan citra organisasi.
Selain itu, audit SDM juga dapat membantu organisasi dalam mengidentifikasi kelemahan
pada sistem manajemen kinerja, pengembangan karyawan, dan kompensasi. Dengan
mengidentifikasi kelemahan pada sistem SDM dan melakukan perbaikan yang diperlukan,
organisasi dapat meningkatkan kinerja karyawan, meningkatkan motivasi dan loyalitas
karyawan, serta meningkatkan produktivitas dan keuntungan organisasi secara keseluruhan.
Referensi:
Fibriany, F. W. (2016). Penerapan Sistem Informasi Manajemen Pada Pengambilan
Keputusan di Departemen SDM. Cakrawala: Jurnal Humaniora Bina Sarana
Informatika, 16(2).

3. Seorang auditor harus dapat menjaga hubungannya dengan pihak stakeholder atau auditi
selama pelaksanaan audit dengan cara yang profesional dan transparan. Salah satu cara
untuk menjaga hubungan yang baik adalah dengan melakukan komunikasi yang terbuka dan
jelas dengan pihak stakeholder atau auditi. Auditor harus berkomunikasi secara terbuka dan
jelas dengan pihak stakeholder atau auditi mengenai tujuan dan lingkup audit, prosedur audit
yang akan dilakukan, temuan yang ditemukan selama audit, serta rekomendasi yang
diusulkan untuk perbaikan dan peningkatan sistem. Auditor juga harus bersikap objektif dan
tidak memihak, serta menghindari konflik kepentingan yang mungkin muncul selama
pelaksanaan audit. Contoh dari cara menjaga hubungan yang baik dengan pihak stakeholder
atau auditi selama pelaksanaan audit adalah dengan melakukan pertemuan awal sebelum
audit dimulai. Pertemuan awal ini dapat digunakan untuk memperkenalkan diri dan tujuan
audit kepada pihak stakeholder atau auditi, serta untuk membahas lingkup audit, jadwal
audit, dan prosedur audit yang akan dilakukan.
Selain itu, auditor juga dapat meminta umpan balik dari pihak stakeholder atau auditi selama
pelaksanaan audit. Misalnya, auditor dapat memberikan update status audit secara berkala
kepada pihak stakeholder atau auditi, serta meminta masukan dan saran dari pihak
stakeholder atau auditi mengenai perbaikan yang dapat dilakukan pada sistem manajemen
yang sedang diaudit.
Dalam menjaga hubungan yang baik dengan pihak stakeholder atau auditi, auditor juga
harus selalu memperhatikan kode etik profesi dan peraturan yang berlaku. Dengan menjaga
hubungan yang baik dan berkomunikasi secara terbuka dan jelas, auditor dapat membantu
memastikan bahwa audit berjalan dengan efektif dan hasilnya dapat dipercaya oleh semua
pihak yang terkait.
Referensi:
Utama, M. (2014). Komite audit, good corporate governance dan pengungkapan
informasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 61-79.

Anda mungkin juga menyukai