Makalah Syi'ah Marco
Makalah Syi'ah Marco
EDU-PRENOURSHIP
“SYI’AH”
“BERFIKIR DAN BERPRILAKU EKONOMI”
Dosen Pengampu: Eni Rusnawati, M. E
COVER
OLEH :
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KAMPUS IV IAI QAMARUL HUDA BAGU
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sifat-Sifat Yang Dimiliki Wirausaha”,
“Berfikir Dan Berprilaku Ekonomi” dengan lancar. Dalam penulisan makalah ini
penulis tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada Ibu Eni Rusnawati, M. E selaku dosen Pengampu mata kuliah Edu-
Prenourship, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesian
penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Islam mencatat bahwa hingga saat ini terdapat dua macam
aliran besar dalam Islam. Keduanya adalah Ahlusunnah (Sunni) dan Syi’ah.
Tak dapat dipungkiri pula, bahwa dua aliran besar teologi ini kerap kali
terlibat konflik kekerasan satu sama lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Syi’ah ?
2. Bagaimana Latar Belakang Kemunculan Syi’ah ?
3. Bagaimana Doktrin, Ushuluddin dan Furu’uddin ?
4. Bagaimana Sekte yang terdapat dalam Syi’ah ?
5. Bagaimana Syiah dan Khilafahnya ?
3
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi syi’ah.
2. Untuk mengetahui latar belakang kemunculan syi’ah.
3. Untuk mengetahui doktrin, ushuluddin dan furu’uddin.
4. Untuk mengetahui sekte yang terdapat dalam syi’ah.
5. Untuk mengetahui syi’ah dan khilafahnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syi’ah
Syiah untuk pertama kalinya ditunjuk pada para pengikut Ali (Syi’ah
Ali), pemimpin pertama ahl al-bait pada masa Nabi Muhammad SAW. Para
pengikut Ali yang disebut syi’ah itu diantaranya adalah Abu dzar Al-Ghiffari,
Miqad bin al-Aswad, dan Ammar bin Yasir.
5
Selanjutnya, aliran ini tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali
bin Abi Thalib. Sedangkan Watt menyatakan bahwa syi’ah muncul ketika
berlangsung peperangan antara Ali dan Muawiyah yang dikenal dengan
Perang Shiffin. Dalam peperangan ini sebagai respons atas penerimaan Ali
terhadap arbitrase yang ditawarkan Muawiyah, pasukan Ali diceritakan
terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali disebut Syi’ah
dan kelompok lain menolak sikap Ali disebut Khawarij.
6
sibuk dengan persiapan penguburan dan pemakamannya. Teman-teman dan
pengikut - pengikut Ali mendengar kabar adanya kegiatan kelompok lain
telah pergi ke masjid tempat umat berkumpul menghadapi hilangnya
pemimpin yang tiba – tiba. Kelompok ini kemudian menjadi mayoritas,
bertindak lebih jauh dan dengan sangat tergesa-gesa memilih kaum muslim
dengan maksud menjaga kesejahteraan umat dan memecahkan masalah
mereka saat itu. Mereka melakukan hal itu tanpa berunding dengan ahl al –
bait. Keluarganya ataupun sahabat – sahabatnya yang sedang sibuk dengan
upacara pemakaman, dan sedikit pun tidak memberitahukan mereka. Dengan
demikian, kawan-kawan Ali dihadapkan pada suatu keadaan yang sudah
tidak dapat berubah lagi (faith accompli).
7
kelompok Syi’ah sudah ada. Mereka bergerak ke permukaan mengajarkan
dan menyebarkan doktrin - doktrin Syi’ah kepada masyarakat. Tampaknya,
Syi’ah sebagai salah satu faksi politik Islam yang bergerak secara terang -
terangan, muncul pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi,
Syi’ah sebagai doktrin yang diajarkan secara diam - diam oleh ahl al-bait
muncul setelah wafatnya Nabi.
8
manusia. Rasul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara
transenden diutus memberikan acuan untuk membedakan antara yang baik
dan yang buruk di alam semesta. Dalam keyakinan Syi’ah ltsna ‘Asyariah
Tuhan telah mengutus 124.000 Rasul untuk memberikan petunjuk kepada
manusia.
d) Ma’ad (the last day)
Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadapi pengadilan Tuhan
di akhirat, setiap muslim harus yakin keberadaan kiamat dan kehidupan
suci setelah dinyatakan bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati
adalah periode transit dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat.
e) Imamah (the devine guidance)
Imamah adalah institusi yang diinagurasikan Tuhan untuk
memberikan petunjuk manusia yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan
didelegasikan kepada keturunan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul
terakhir. Selanjutnya, dalam sisi yang bersifat mahdhah, Syi’ah ltsna
‘Asyariah berpijak pada delapan cabang agama yang disebut dengan furu’
ad-din. Delapan cabang tersebut terdiri atas shalat, puasa, haji, zakat,
khumus atau pajak sebesar seperlima dari penghasilan, jihad, aI-amr bi aI-
ma’ruf, dan an-nahyu ‘an al-munkar.
9
Berkaitan dengan pilar (rukun) pertama, yaitu iman, Qadhi An-
Nu’man (974 M) memerincinya sebagai berikut: iman kepada Allah, tiada
Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah; iman kepada surga;
iman kepada neraka; iman kepada hari kebangkitan; iman kepada hari
pengadilan; iman kepada para nabi dan rasul; imam kepada imam, percaya,
mengetahui, dan membenarkan imam zaman.
Imam adalah penunjukan melalui wasiat. Syarat-syarat seorang imam
dalam pandangan Syi’ah Sab’iah adalah sebagai berikut:
a. Imam harus dari keturunan Ali melalui perkawinannya dengan
Fatimah yang kemudian dikenal dengan Ahlul Bait.
b. Berbeda dengan aliran Kaisaniah, pengikut Mukhtar Ats-Tsaqafi,
mempropagandakan bahwa keimaman harus dan keturunan Ali melalui
pernikahannya dengan seorang wanita dan Bani Hanifah dan mempunyai
anak yang bernama Muhammad bin Al-Hanafiyah.
c. Imam harus berdasarkan penunjukan atau nash. Syi’ah Sab’iah
meyakini bahwa setelah Nabi wafat,’Ali menjadi imam berdasarkan
penunjukan khusus yang dilakukan Nabi sebelum wafat. Suksesi
keimaman menurut doktrin dan tradisi Syi’ah harus berdasarkan nash oleh
imam terdahulu.
d. Keimaman jatuh pada anak tertua. Syi’ah Sab’iah menggariskan
bahwa seorang imam memperoleh keimaman dengan jalan wiratsah
(heredity) dan seharusnya merupakan anak paling tua. Jadi, ayahnya yang
menjadi imam menunjuk anaknya yang paling tua.
e. Imam harus maksum (immunity from sin a error).41 Sebagaimana
sekte Syi’ah Iainnya, Syi’ah Sab’iah menggariskan bahwa seorang imam
harus terjaga dan salah satu dosa. Bahkan lebih dan itu, Syi’ah Sab’iah
berpendapat bahwa jika imam melakukan perbuatan salah, perbuatan itu
tidak salah.
10
3. Doktrin imamah menurut Syi’ah Zaidiah
lmamah sebagaimana telah disebutkan merupakan doktrin
fundamental dalam Syi’ah secara umum. Berbeda dengan doktrin imamah
yang dikembangkan Syi’ah lain, Syi’ah Zaidiah rnengembangkan doktrin
imamah yang tipikal. Kaum Zaidiah menolak pandangan yang
menyatakan bahwa seorang imam yang mewarisi kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW. telah ditentukan nama dan orangnya oleh Nabi, tetapi
hanya dtentukan sifat-sifatnya. Ini jelas berbeda dengan sekte Syi’ah lain
yang percaya bahwa Nabi Muhammad SAW telah menunjuk Ali sebagai
orang yang pantas sebagai imam setelah Nabi wafat karena sifat-sifat itu
tidak dirniliki oleh orang lain, selain Ali. Sifat-sifat itu adalah keturunan
Bani Hasyim, wara (saleh, menjauhkan diri dari segala dosa), bertakwa,
baik, dan membaur dengan rakyat untuk mengajak mereka hingga
mengakuinya sebagai imam.
Selanjutnya, menurut Zaidiah, seorang imam harus memiliki ciri- ciri
berikut. Pertama, merupakan keturunan ahl al-bait, baik yang bergaris
Hasan maupun Husein. Hal ini mengimplikasikan penolakan mereka atas
sistem pewarisan dan nash kepemimpinan. Kedua, memiliki kemampuan
mengangkat senjata sebagai upaya mempertahankan diri atau menyerang.
Atas dasar ini mereka menolak Mahdiisme yang merupakan salah satu ciri
sekte Syi’ah lainnya, baik yang gaib maupun yang masih di bawah umur.
Bagi mereka, pemimpin yang menegakkan kebenaran dari keadilan adalah
Mahdi. Ketiga, kecenderungan intelektualisme yang dibuktikan dengan ide
dan karya dalam bidang keagamaan. Keempat, mereka menolak
kemaksuman imam. Dalam kaitan ini, mereka mengembangkan doktrin
imamat al - mafdul. Artinya, seseorang dapat dipilih menjadi imam
meskipun mafdhul (bukan yang terbaik), sementara pada saat yang sama
ada yang afdhal.
11
4. Doktrin - doktrin Syi’ah Ghulat
Menurut Syahrastani ada empat doktrin yang membuat mereka
ekstrem, yaitu tanasukh, bada’, raj’ah, dan tasbih. Moojan Momen
menambahkannya dengan hulul dan ghayba. Tanasukh adalah keluarnya
roh dari satu jasad dan mengambil tempat pada jasad yang lain. Paham ini
diambil dari falsafah Hindu. Penganut agama Hindu berkeyakinan bahwa
roh disiksa dengan cara berpindah ke tubuh hewan yang lebih rendah dan
diberi pahala dengan cara berpindah dari satu kehidupan pada kehidupan
yang lebih tinggi. Syi’ah Ghulat menerapkan paham ini dalam konsep
imamahnya, sehingga ada yang menyatakan seperti Abdullah bin
Mu’awiyah bin Abdullah bin Ja’far bahwa roh Allah berpindah kepada
Adam kemudian kepada imam-imam secara turun-temurun.
Bada’ adalah keyakinan bahwa Allah mengubah kehendak-Nya
sejalan dengan perubahan ilmu-Nya, serta dapat memerintahkan perbuatan
kemudian memerintahkan yang sebaliknya.
Raj’ah ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah Ghulat
memercayai bahwa Imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi.
Paham raj’ah dan mahdiyah merupakan ajaran seluruh Syi’ah. Akan tetapi,
mereka berbeda pendapat tentang siapa yang akan kembali. Sebagian
menyatakan bahwa yang akan kembali adalah Ali, sedangkan sebagian
lainnya menyatakan Ja’far Ash-Shadiq, Muhammad bin Al-Hanafiah,
bahkan ada yang mengatakan Mukhtar Ats-Tsaqafi.
Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan. Syi’ah Ghulat
menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau
menyerupakan Tuhan dengan makhluk. Tasbih diambil dari paham
hululiyah dan tanasukh dengan khalik.
Hulul artinya Tuhan berada di setiap tempat, berbicara dengan semua
bahasa dan ada pada setiap individu manusia. Hulul bagi Syi’ah Ghulat
berarti Tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus disembah.
Ghayba (occultation) artinya menghilangnya lmam Mahdi. Ghayba
merupakan kepercayaan Syi’ah bahwa Imam Mahdi ada di dalam negeri
12
ini dan tidak dapat dilihat oleh mata biasa. Konsep ghayba pertama kali
diperkenalkan oleh Mukhtar Ats-Tsaqafi tahun 66 H/686 M di Kufah
ketika mempropagandakan Muhammad bin Hanafiah sebagai Imam
Mahdi.
D. Sekte dalam Syi’ah
13
irnamah dua belas imam, mereka dikenal dengan sebutan Syi’ah ltsna
‘Asyariah (ltsna ‘Asyariyah).
2. Syi’ah Sab’iyah (Syi’ah Tujuh)
Istilah Syi’ah Sab’iyah (Syi’ah Tujuh) dianalogikan dengan Syi’ah
Itsna Asy’ariyah. Istilah itu memberikan pengertian bahwa sekte Syi’ah
Sab’iyah hanya mengakui tujuh imam, yaitu Ali, Hasan, Husein, Ali
Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq dan Ismail bin
Ja’far.
3. Syi’ah Zaidiyah
Disebut Zaidiyah kerena sekte inimengakui zaid bin Ali sebagai imam
kelima, putra imam keempat, Ali Zainal Abidin. Kelompok ini berbeda
dengan sekte syi’ah lain yang mengakui Muhammad Al-Baqir, putra
Zainal Abidin yang lain, sebagai imam kelima. Dari nama Zaid bin Ali
inilah, nama Zaidiyah di ambil. Syi’ah Zaidiyah merupakan sekte syi’ah
yang moderat. Abu Zahrah menyatakan bahwa kelompok ini merupakan
sekte yang paling dekat dengan sunni.
4. Syi’ah Ghulat
Istilah Ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya
bertambah dan naik. Syi’ah ghulat adalah kelompok pendukung Ali yang
memiliki sikap yang berlebih lebihan atau ekstrim. Lebih jauh, Abu
Zahrah menjelaskan bahwa syi’ah ekstrim (ghulat) adalah kelompo yan
menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkat pada
derajat kenabian, bahkan lebih tinggi dari pada Muhammad.
E. Syiah dan Khilafah
14
khalifah. Hal ini tentunya diserahkan pada umat, sesuai dengan keadaan dan
tempat.
Ketika beliau wafat, pada saat itu juga sahabat-sahabat terkemuka dari
kalangan Muhajirin dan Anshar berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah, suatu
balai pertemuan untuk bermusyawarah tentang khalifah.
15
Abi Thalib, Sayyidina Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi
Waqash, Abdurrahman bin ‘Auf, Thalhah bin Ubaidillah, dan Abdullah bin
Umar. Sayyidina Umar berpesan agar panitia ini nanti memilih khalifah dan
jangan memilih Abdullah bin Umar putranya sendiri.
16
baiatnya secara paksa. Thalhah dan Zubair memang membaiatnya secara
terpaksa, karena pedang terhunus diatas kepala mereka.
4. Golongan yang dipimpin oleh Abdullah bin Umar, di dukung oleh
Muhammad bin Salamah, Utsman bin Zaid, Sa’ad bin Abi Waqas, Hasan
bin Tsabit, Abdullah bin Salam. Golongan ini bersikap pasif, tidak ikut
mengangkat khalifah Ali, tidak ikut menyalahkannya dalam peristiwa
pembunuhan terhadap khalifah Utsman dan juga tidak ikut menyokong
Mu’awiyah yang menyatakan diri sebagai khalifah di Syria. Mereka ini
tidak ingin terlibat masalah-masalah politik.
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bagi kaum syi’ah, bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus
Nabi adalah peristiwa tentang Ghadir Khum. Di dalam Syiah sendiri juga
terdapat banyak perbedaan antara kaum syiah, dan hasilnya ialah timbul
beberapa sekte-sekte dalam syiah yang berbeda antara ajaranya. Di antara
sekte-sekte syi’ah itu adalah Itsna Asy’ariyah, Sab’iyah, Zaidiyah, dan
Ghullat.
18
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin, Amin & Afifi Fauzi Abbas. 2014. Sejarah Pemikiran Islam. Jakarta:
AMZAH.
Rozak, Abdul & Harun Nasution. 2011. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Rozak, Abdul & Harun Nasution. 2012. Ilmu Kalam ‘Edisi Revisi’. Bandung: CV
Pustaka Setia.
http://mugnisulaeman.blogspot.co.id/2013/05/makalah-tentang-syiah-
zaidiyah_7.html, diakses pada tanggal 19 Februari 2017 pukul 22:00
WIB.
20