Gas Metana Batubara
Gas Metana Batubara
Gas metana batubara, juga dikenal sebagai gas metana dari batubara (CBM), adalah gas alam
yang terperangkap dalam lapisan batubara bawah tanah. Gas metana ini terbentuk selama proses
pembentukan batubara dan tetap terperangkap di dalamnya. Gas ini terutama terdiri dari metana
(CH4), tetapi juga dapat mengandung sedikit gas lainnya seperti karbon dioksida (CO2), nitrogen
(N2), dan hidrogen sulfida (H2S).
Gasmetana (CH4) merupakan salah satu gas yang terdapat dalam batubara yang
dapatdimanfaatkan sebagai sumber energi. (W, 2011). Gas metana batubara memiliki potensi
ekonomi sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, pemanasan,
dan berbagai aplikasi industri. Namun, penting untuk memahami risiko keselamatan yang terkait
dengannya. Gas metana adalah gas yang sangat mudah terbakar, dan jika mencapai konsentrasi
yang cukup di udara, dapat menyebabkan bahaya ledakan yang serius di tambang batubara. Oleh
karena itu, kontrol yang ketat dan sistem ventilasi yang efisien digunakan untuk mencegah
pelepasan gas metana yang berpotensi membahayakan.
1. Pembentukan Batubara
Proses ini dimulai dengan penimbunan materi organik, seperti tumbuhan mati, di dalam
lingkungan yang menghasilkan sedimen seperti rawa, danau, atau laut. Materi organik
ini terkubur di dalam tanah dan terperangkap di lapisan-lapisan sedimentasi. Selama
proses pembatubaraan material organik akan mengeluarkan air, CO2, gas metana dan
lainnya. Kandungan gas pada GMB sebagian besar berupa gas metana dengan sedikit
gas hidrokarbon dan gas non hidrokarbon lainnya. (Tryono, 2017).
Reaksi kimia pembentukan batubara adalah sebagai berikut :
Keterangan :
QT : Jumlah Total Kandungan Gas (cc)
Q1 : Kandungan Gas yang Hilang (Lost Gas) (cc)
Q2 : Kandungan Gas yang Diukur dalam Canister (cc)
Q3 : Kandungan Gas Sisa (Saat Crusher) (cc)
2. Formula Kim
Formula ini merupakan rumus empiris yang dibuat oleh Kim pada tahun 1977 dan
digunakan untuk menghitung kandungan gas metana dalam batubara berdasarkan data
proksimat batubara.
3. Pengukuran sensor
Pengukuran sensor dilakukan dengan menggunakan alat monitoring gas metan di dalam
tambang batu bara yang dilengkapi dengan sensor MQ-4 untuk mengukur kadar gas
metana.
4. Pemboran dalam dan pengukuran kandungan gas
Metode ini dilakukan dengan melakukan pemboran dalam dan pengukuran kandungan
gas pada lapisan batubara untuk mengetahui kandungan gas metana dalam batubara
Mekanisme terjadinya swabakar batubara melibatkan serangkaian reaksi kimia yang kompleks
dan proses fisika yang berkelanjutan. Ini adalah rangkaian peristiwa yang memicu dan
mempertahankan kebakaran batubara tanpa memerlukan sumber eksternal panas. Berikut
adalah penjelasan lebih lanjut mengenai mekanisme terjadinya swabakar batubara: