Laporan 5 - C2 - Salep Dan Gel
Laporan 5 - C2 - Salep Dan Gel
Disusun oleh:
Susi Susilawati 10060319094
Novisya Nur Fadlillah 10060319095
Kaamilah Naadiyah 10060319096
Mega Putri Dhea Damayanti 10060319097
M Jihad Wibawa Putra 10060319098
Aryuqo Ardha Syaqa 10060319099
Syifa Nur Oktaviani 10060319100
Shift/Kelompok :C/2
Tanggal Praktikum : Senin, 18 Oktober 2021
Tanggal Pengumpulan : Senin, 25 Oktober 2021
Asisten : Siska Ayuningtyas, S.Farm.
I. Teori Dasar
1.1. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep
yang cocok (Departemen Kesehatan, 1995).
Berdasarkan komposisinya, dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut
(Ansel H. , 2005):
1. Dasar salep hidrokarbon (dasar salep berlemak) bebas air. Kerjanya sebagai bahan
penutup saja. Tidak mengering atau tidak ada perubahan dengan berjalannya
waktu. Dasar salep hidrokarbon yaitu Vaselinum, Jelene, minyak tumbuh-
tumbuhan.
2. Dasar salep absorpsi dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
a) Yang memungkinkan percampuran larutan berair, hasil dari pembentukan
emulsi air dan minyak (misalnya: Petrolatum Hidrofilik dan Lanolin
Anhidrida).
b) Yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar emulsi), memungkinkan
bercampurnya sedikit penambahan jumlah larutan berair (misalnya: Lanolin
dan Cold Cream). Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak
menyediakan derajat penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak.
Dasar salep absorpsi tidak mudah dihilangkan dari kulit oleh pencucian air.
3. Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air, merupakan emulsi minyak dalam
air yang dapat dicuci dari kulit dan pakaian dengan air. Atas dasar ini bahan
tersebut sering dikatakan sebagai bahan dasar salep “tercuci air”.
4. Dasar salep yang dapat larut dalam air, yaitu dasar salep yang hanya mengandung
komponen yang larut dalam air. Basis yang larut dalam air biasanya disebut
sebagai greaseless karena tidak mengandung bahan berlemak.
Metode pembuatan salep Menurut Ansel (1989), Metode untuk pembuatan tertentu
terutama tergantung pada sifat-sifat bahannya.
1. Pencampuran, dalam metode pencampuran komponen dari salep dicampur dengan
segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.
2. Peleburan, dalam metode peleburan semua atau beberapa komponen dari salep
dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan pengadukan
yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan
biasanya ditambahkan pada cairan yang sedang mengental setelah didinginkan.
Bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperatur dari campuran
telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen.
1.2. Gel
Menurut (Departemen Kesehatan, RI, 2014) sediaan gel kadang – kadang
disebut jeli, adalah sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik kecil atau molekul organik besar, yang terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika
massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai
sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika
ukuran partikel dari fase terdispersi relative besar, massa gel kadang -kadang
dinyatakan sebagai magma(misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma
dapat berupa tiksotropik,membentuk semipadat jika dibiarkan dan dapat menjadi cair
pada saat pengocokan (Syamsuni, 2007).
Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik:
1. Dasar gel hidrofobik, Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel
anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikitsekali
interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahanhidrofobik tidak
secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang denganprosedur yang khusus
(Ansel H. , 2005)
2. Dasar gel hidrofilik, Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul -
molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan
molekul dari fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut.Umumnya
daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilikkebalikan dari
tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistemkoloid hidrofilik
biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitasyang lebih besar .Gel
hidrofilik umummnya mengandung komponen bahanpengembang, air,
humektandan bahan pengawet (Voigt, 1994).
Keuntungan sediaan gel adalah kemampuan penyebarannya baik pada kulit,
efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit, tidak ada
penghambatan fungsi rambut secara fisiologis, kemudahan pencuciannya dengan air
yang baik, pelepasan obatnya baik (Voigt, 1994).
V. Prosedur Pembuatan
5.1. Prosedur Salep
5.1.1. Prosedur Pembuatan Sedian Metode Triturasi
Alat dan bahan disiapkan. Kemudian, semua bahan ditimbang. Zat aktif (ZnO)
digerus menggunakan hingga halus. Basis vaselin album dimasukkan kedalam matkan
dan diaduk dengan ultra thurax stirrer. Lalu basis adeps lanae ditambahkan kedalam
matkan dan diaduk hingga terbentuk massa semisolid. Lalu setelah basis homogen, zat
aktif (ZnO) ditambahkan kedalam matkan sedikit demi sedikit lalu diaduk dengan ultra
thurax stirrer hingga homogen. Sediaan salep yang telah dibuat di timbang sebanyak
20 gram. Lalu sediaan dimasukkan kedalam pot salep.
a. Uji organoleptik
Pada evaluasi ini dilakukan dengan mengamati warna dan bau dari sediaan
salep.
b. Uji homogenitas
Mula-mula diambil sediaan salep secukupnya kemudian diletakan pada kaca
arloji. Setelah itu, ditutup dengan kaca arloji lainnya sambil sedikit ditekan,
lalu diamati apakah sediaan salep sudah homogen atau tidak.
c. Uji konsistensi
Mula-mula diambil sediaan salep secukupnya kemudian dioleskan
kepermukaan kulit dan diamati apakah sedian salep konsistensinya rendah atau
tinggi.
d. Uji stabilitas
Mula-mula disiapkan tabung sentrifugasi, kemudian dimasukkan sediaan salep
pada tabung sedimentasi kemudian dinyalakan alat sentrifugasi. Dibuka tutup
alat dan disimpan tabung sentrifugasi yang berisi sediaan ke dalam lubang
dengan posisi yang bersebrangan lalu tutup alat, diatur kecepatan alat ±30.000
rpm dan ditunggu 15-30 menit. Lalu diturunkan kecepatan alat menjadi 0 rpm,
dan dibiarkan sampai berhenti berputar. Lalu diakeluarkan sediaan yang ada
pada alat dan diamati apakah terjadi pemisahan atau tidak.
5.2. Prosedur Gel
5.2.1. Prosedur Pembuatan Sediaan Formula 1
Alat dan bahan disiapkan. Lalu semua bahan ditimbang. Kemudian aquadest
dipanaskan diatas penangas air. Carbopol berupa gelling agent dikembangkan terlebih
dahulu didalam matkan dengan ditambahkan air panas dan diaduk dengan ultra thurax
stirrer hingga terbentuk setengah gel. Lalu TEA (Trietanolamin) diteteskan
secukupnya kedalam matkan hingga mencapai pH 6-7 dan hingga terbentuk massa gel.
Lalu zat aktif (Natrium diklofenak) ditambahkan sedikit demi sedikit dan diaduk
dengan ultra thurax stirrer hingga homogen. Selanjutnya air panas ditambahkan secara
perlahan dan aduk hingga homogen. Gel yang telah diperoleh, kemudian ditimbang
dan sediaan gel dimasukkan kedalam kemasan.
6.2. Gel
6.2.1. Tabel Pengamatan
FORMULA ORGANOLEPTIS
HOMOGENITAS KONSISTENSI pH SENTRIFUGASI
SEDIAAN WARNA BAU
Formula 1 Tidak
Jernih Homogen ++ 7,013 Stabil
(Carbopol+TEA) berbau
Formula 2 Tidak
Jernih Homogen + 6,482 Stabil
(HPMC) berbau
Formula 3
Tidak
(Natrium Jernih Homogen + 6,512 Stabil
berbau
Alginat)
Keterangan:
+ = Kental
++ = Sangat kental
VII. Pembahasan
7.1. Salep
Pada percobaan kali ini dilakukan percobaan pembuatan sediaan semisolida
yaitu salep, dan juga dilakukan evaluasi dari sediaan tersebut. Pada percobaan kali ini
akan dibuat 3 macam formulasi salep dengan 3 dasar salep berbeda dan dibandingkan
hasil evaluasinya untuk dipilih formulasi mana yang paling baik. Salep adalah sediaan
setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir
(Dirjen POM, 2020). Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep
yang cocok (Dirjen POM, 1979). Salep tidak boleh berbau tengik, kecuali dinyatakan
lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah
10 %. Pada dasarnya, zat aktif dari salep haruslah dapat larut/terdispersi dalam basis
untuk meningkatkan penetrasi pada kulit.
Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar.
Preparat farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan penambahan
pengawet kimia sebagai antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme yang terkontaminasi. Pengawet-pengawet ini termasuk
hidroksibenzoat, fenol-fenol, asam benzoat, asam sorbat, garam amonium kuartener,
dan campuran-campuran lain. Preparat setengah padat menggunakan dasar salep yang
mengandung atau menahan air, yang membantu pertumbuhan mikroba supaya lebih
luas daripada yang mengandung sedikit uap air, dan oleh karena itu merupakan
masalah yang lebih besar dari pengawetan.
Zat aktif yang digunakan pada percobaan ini yaitu zinc oxide. Zinc oxide
merupakan salah satu mild asringent dengan kajian farmakologis sebagai antiseptik
local. Mild astringent yang dimaksud adalah mengecilkan jaringan kulit sehingga
dapat melindungi jaringan kulit. Selain itu juga zinc oxide digunakan untuk mengobati
dan mencegah ruam dikulit, dan iritasi kulit ringan. Bekerja dengan cara membentuk
pelindung pada kulit untuk meindungi dari iritasi/kelembapan (Markoc, 2009).
Salep terdiri dari beberapa macam basis atau dasar salep yaitu dasar salep
senyawa hidrokarbom yang berbahan dasar lemak (bebas air), dasar salep serap
sebagai emolien walaupun tidak menyediakan derajat penutupan seperti yang
dihasilkan dasar salep berlemak, dasar salep dapat dicuci air dasar salep emulsi minyak
dalam air, dan dasar salep yang dapat larut dalam air (dasar salep tak berlemak dan
memiliki konstituen larut air (Ansel, 2005). Zinc oksida memiliki stabilitas relative
stabil pada kondisi normal, namun ketika kontak dengan udara, ZnO perlahan
menyerap uap dan CO2 (Dirjen POM, 1995).
Adapun dasar salep yang akan digunakan pada percobaan kali ini adalah dasar
salep berupa vaselin album + adeps lanae untuk formula 1, lalu Propilenglikol +
vaselin album untuk formula 2 dan vaselin album + setil alkohol untuk formula 3. Serta
digunakan 2 metode pembuatan yaitu metode triturasi dan metode pelelehan. Dasar
salep yang digunakan pada percobaan kali ini adalah kelompok dasar salep senyawa
hidrokarbon karena dasar salep yang digunakan adalah vaselin album. Dasar salep
hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, tidak mengering dan tidak tampak
berubah dalam waktu yang lama. Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak
(bebas air) antara lain vaselin putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat
dicampur ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan
obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup.
Sebelum dilakukan pembuatan sediaan, terlebih dahulu dilakukan studi
preformulasi. Studi preformulasi adalah suatu tahapan sebelum formulasi dimana
dilakukan pencarian informasi mengenai berbagai sifat dan karakteristik bahan aktif
ataupun bahan tambahan yang nantinya akan penting untuk melakukan penyusunan
formula. Proses preformulasi dilakukan dengan tujuan untuk dapat menghasilkan
sediaan yang stabil, efektif dan aman sesuai dengan karakteristik masing-masing zat.
Data prefomulasi dapat menjadi panduan dan cara akurat untuk mendesain bentuk dan
formulasi sediaan farmasi. Studi preformulasi meliputi sifat organoleptis, ukuran
partikel, kelarutan dari zat, pH larutan, titik lebur, sifat kristalisasi polimorfisme,
stabilitas, dan inkompatibilitas. Selain itu, salah satu faktor penentu akan dibuat
sediaan apakah suatu zat aktif yang dimiliki dengan melihat kekuatan sediaan dari zat
aktif tersebut. Barulah dibuat sediaan salep dengan tahapan-tahapan khusus.
7.1.1. Formula 1 dengan Metode Triturasi
Pada pembuatan salep dengan formula pertama yaitu dengan basis adeps lanae
5%, vaselin album ad. 20gram dan zat aktif zinc oxide 2% dilakukan dengan metode
triturasi. Dimana basis yang dibutuhkan ditimbang kemudian dicampurkan satu sama
lain dengan metode pencampuran geometris sambil digerus di dalam mortir hingga
homogen. Metode ini dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan basis
yang memiliki konsistensi yang sama. Vaselin album dan adeps lanae mempunyai
konsistensi yang sama yaitu berupa massa berminyak seperti lemak dan lengket
sehingga menggunakan metode triturasi. Keuntungan dari metode triturasi yaitu
metode yang lebih efisien dibandingkan dengan metode pelelehan, karena waktu yang
digunakan untuk mencampurkan basis lebih cepat dibandingkan dengan pelelehan
yang harus menunggu waktu leleh basis sampai meleleh secara sempurna (Ansel,
2005).
Dalam menggunakan metode triturasi, prosedur pertama yang dilakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan. Kemudian melakukan penimbangan terhadap zat aktif dan
zat tambahan. Pada penimbangan adeps lanae dan vaselin album, kertas saring yang
digunakan untuk menimbang terlebih dahulu diberi paraffin cair agar basis tidak
lengket. Lalu zinc oxide ditimbang sebanyak 0, 4 gram, adeps lanae sebanyak 1gram
dan vaselin album sebanyak 18,6 gram. Selanjutnya menghaluskan/menggerus zat
aktif berupa zinc oxide, dihaluskan terlebih dahulu agar lebih mudah terdispersi dalam
basis salep. Selanjutnya mengatur kecepatan ultra thurax stirrer, yang merupakan alat
yang berfungsi sebagai alat pengaduk dan pencampuran bahan. Kemudian dimasukkan
basis salep vaselin album lalu diaduk dan kemudian setelah itu dimasukan adeps lanae
kedalamnya. Dimana basis yang digunakan yaitu vaselin album dan adeps lanae.
Vaselin album berwarna putih, memiliki sifat lengket, dan lunak (Dirjen POM, 1979).
Vaselin album merupakan basis salep berlemak, hanya sejumlah kecil komponen
berair yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut
penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar dicuci,
tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. Dan termasuk kedalam
golongan epidermis (salep penutup) yang digunakan pada permukaan kulit yang
berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan menghasilkan efek local (Dirjen POM,
1994). Sedangkan adeps lanae berwarna kuning, lengket liat dan memiliki bau khas
(Dirjen POM, 1995). Maka dari itu pada sediaan salep ini digunakan vaselin album
agar zat aktif yang ada pada salep bekerja / berefek lebih lama dalam
mengobati.Adepss lanae merupakan dasar salep serap yang terdiri atas emulsi air
dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan dan juga
berfungsi sebagai emolien atau melembabkan kulit dan dapat juga digunakan untuk
pencampuran larutan berair kedalam larutan berlemak. Dan termasuk ekdalam
golongan salep diadermic (serap) dimana bahan obatnya akan menembus kedalam
melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan kareana diabsorpsi seluruhnya
(Ansel, 2005).
Kemudian tahapan selanjutnya ditambahkan sisa vaselin album dan zat aktif
zinc oxide. Alasan zinc oxide dimasukkan terakhir yakni agar zat aktif dapat
terdispersi dengan baik pada fasa krim yang telah dibuat sebelumnya sehingga dosis
yang didapat tepat dan efek teurapetiknya akan tercapai. Setelah itu ditimbang 20
gram, lalu dimasukkan kedalam wadah pot salep dan dilakukan evaluasi sediaan.
7.1.2 Formula 2 dengan metode pelelehan
Pada pembuatan salep dengan formula kedua yaitu dengan basis setil alkohol
5%, vaselin album ad. 20gram dan zat aktif zinc oxide 2% dilakukan dengan metode
pelelehan. Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep
dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang
konstan sampai mengental. Untuk komponen yang tidak ikut dilarutkan dicampurkan
setelah komponen basis salep yang yang dilarutkan sudah dingin kemudian basis
dicampurkan sampai homogen (Ansel, 2005).
Dalam menggunakan metode pelelehan, prosedur pertama yang dilakukan
yaitu menyiapkan alat dan bahan. Kemudian melakukan penimbangan terhadap zat
aktif dan zat tambahan. Pada penimbangan vaselin album, kertas saring yang
digunakan untuk menimbang diberi paraffin cair terlebih dahulu agar basis tidak
lengket. Dan penimbangan ditambahkan 10% karena dikhawatirkan banyaknya zat
yang menguap saat dilakukan pelelehan dan tertinggal atau menempel pada benda lain
seperti perkamen, ultra thurax stirrer, dan matkan sehingga dapat menurunkan
efektivitas sediaanya. Zinc oxide ditimbang sebanyak 0,44 gram, setil alcohol 1,1gram,
dan vaselin album sebanyak 20,46 gram. Selanjutnya menghaluskan/menggerus zat
aktif berupa zinc oxide, dihaluskan terlebih dahulu agar lebih mudah terdispersi dalam
basis salep. Selanjutnya melakukan pelelehan vaselin album dan asetil alcohol
menggunakan cawan penguap diatas penangas air. Tujuan dilakukannya pelelehan
pada asetil alcohol dan vaselin album untuk meningkatkan kelarutan asetil alcohol,
karena asetil alcohol memiliki kelarutan yang meningkat jika adanya kenaikan suhu
dan setil alcohol memiliki bentuk granul besar, sehingga jika langsung dilmasukkan
kedalam basis tidak dapat terdispersi dengan baik (Dirjen POM, 1995). Tetapi pada
metode pelelehan / fusion dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai seluruh basis
salep meleleh sempurna. Tetapi untuk metode pelelehan dapat dihasilkan campuran
basis yang sempurna dan homogeny (Ansel, 2005). Vaselin album berwarna putih,
memiliki sifat lengket, dan lunak (Dirjen POM, 1979). Vaselin album merupakan basis
salep berlemak, hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicampurkan
kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan
kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan
terutama sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah
dalam waktu lama dan termasuk kedalam golongan epidermis (salep penutup) yang
digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan
menghasilkan efek local (Dirjen POM, 1994). Maka dari itu pada sediaan salep ini
digunakan vaselin album agar zat aktif yang ada pada salep bekerja / berefek lebih
lama dalam mengobati. Setil alkohol mampu menyerap air sehingga dapat
meningkatkan stabilitas dan meningkatkan konsistensi. Maka dapat dikatakan setil
alkohol pada sediaan salep berfungsi sebagai bahan untuk memperbaiki konsistensi.
Kemudian campuran basis yang sudah dipanaskan lalu kedalam matkan. Kemudian
diaduk menggunakan ultra thurax stirrer hingga membentuk massa semisolid. Fungsi
dari ultra thurax stirrer yaitu sebagai alat pengaduk dan mencampurkan bahan yang
lain sehingga dapat tercampur dengan rata. Setelah itu diaduk hingga homogen dan
ditambahkan zat aktif zinc oxide. Lalu ditimbang 20 gram, kemudian dimasukkan
kedalam pot salep dan dilaukan evaluasi sediaan.
7.1.3 Formula 3 dengan metode triturasi
Pada pembuatan salep dengan formula ketiga yaitu dengan basis propilen
glikol 10%, vaselin album ad. 20gram dan zat aktif zinc oxide 2% dilakukan dengan
metode triturasi. Dimana basis yang dibutuhkan ditimbang kemudian dicampurkan
satu sama lain dengan metode pencampuran geometris sambil digerus di dalam mortir
hingga homogen. Metode ini dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas
dan basis yang memiliki konsistensi yang sama
Dalam percobaan ini, prosedur pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat
dan bahan. Kemudian melakukan penimbangan terhadap zat aktif dan zat tambahan.
Pada penimbangan propilen glikol menggunakan cawan penguap agar lebih
memudahkan dalam proses penimbangan dan untuk vaselin album, kertas saring yang
digunakan untuk menimbang terlebih dahulu diberi paraffin cair agar basis tidak
lengket. Zinc oxide ditimbang sebanyak 0,4 gram, propilen glikol sebanyak 2 gram,
dan vaselin album sebanyak 17,6 gram. Selanjutnya menghaluskan/menggerus zat
aktif berupa zinc oxide, dihaluskan terlebih dahulu agar lebih mudah terdispersi dalam
basis salep. Vaselin album berwarna putih, memiliki sifat lengket, dan lunak (Dirjen
POM, 1979). Vaselin album merupakan basis salep berlemak, hanya sejumlah kecil
komponen berair yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut
penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar dicuci,
tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. Dan termasuk kedalam
golongan epidermis (salep penutup) yang digunakan pada permukaan kulit yang
berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan menghasilkan efek local (Dirjen POM,
1994). Maka dari itu pada sediaan salep ini digunakan vaselin album agar zat aktif
yang ada pada salep bekerja / berefek lebih lama dalam mengobati. Kemudian sebagian
basis Vaseline album dimasukan kedalam matkan, lalu diaduk menggunakan ultra
thurax stirrer hingga membentuk massa semisolid. Fungsi dari ultra thurax stirrer yaitu
sebagai alat pengaduk dan mencampurkan bahan yang lain sehingga dapat tercampur
dengan rata. Setelah terbentuk semisolid, dimasukkan propilen glikol kedalam matkan
sedikit demi sedikit. Propilen glikol merupakan basis salep yang memiliki sifat dapat
dicuci oleh air, dapat disebut juga emulsi minyak dalam air. Basis salep yang dapat
dicuci dengan air dan mudah diencerkan dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada
kelainan dermatolgik (Ansel, 2005). Setelah itu diaduk hingga homogen dan
ditambahkan zat aktif zinc oxide. Lalu ditimbang 20 gram, kemudian dimasukkan
kedalam pot salep dan dilakukan evaluasi sediaan.
7.1.4 Evaluasi Sediaan
Pada evaluasi sediaan yang pertama dilakukan yaitu uji organoleptik. Pada uji
ini bertujuan untuk memeriksa kesesuaian aroma, warna dan konsistensi dari sediaan
salep apakah sudah mendekati sediaan yang telah ditentukan atau tidak. Pada
prinsipnya uji ini dilakukan dengan menggunakan panca indera. Berdasarkan hasil
evaluasi yang diperoleh pada ketiga formula, sediaan salep berwarna putih pada
formula dua dan tiga, serta warna putih kekuningan pada formula satu serta berbau
khas pada formula satu dan tidak berbau pada formula dua dan tiga. Hal tersebut sesuai
dengan hasil yang seharusnya karena pada formula tersebut digunakan bahan dengan
pemerian berwarna putih dan putih kekuningan serta tidak berbau dan bau yang khas.
Dalam hal ini sediaan salep berwarna putih atau kekuningan dan tidak berbau atau
khas menunjukkan salep tidak terkontaminasi oleh zat asing. Formula 1 memiliki
konsistensi yang sangat kental, sedangkan formula 2 dan 3 memiliki konsistensi yang
kental.
IX. Kesimpulan
9.1. Salep
Berdasarkan pada uji evaluasi sediaan didapatkan bahwa ketiga formula
dapat di uji dengan cara uji organoleptis dan hasilnya adalah berwarna putih dan
tidak berbau, pada uji homogenitas pun ketiga formula terpantau homogen, tidak
ada bercak-bercak, dan pada uji stabilitas pun ketiga formula terlihat stabil dan tidak
ada pemisahan dan ketiga formula layak untuk dipakai.
9.2. Gel
Berdasarkan pada uji evaluasi sediaan didapatkan bahwa ketiga formula gel
layak digunakan berdasarkan pada uji organoleptis, uji pengukuran pH, uji
homogenitas, uji evaluasi viskositas dan uji stabilitas.
Daftar Pustaka
Agoes. (2012). Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida. Bandung: ITB Press.
Anief. (2000). Farmasetika. Yogyakarta: UGM Press.
Ansel, H. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed IV. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Barel, Paye, & Maibach. (2009). Handbook of Cosmetic Science and Technology, 3rd
Edition. New York: Informa Healthcare USA.
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia III. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Depkes RI. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. (2020). Farmakope Indonesia VI. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Dirjen POM. (1994). Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Obat Tradisonal Yang Baik.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Goodman, & Gilman. (2012). Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10. Jakarta:
Kedokteran EGC.
Johnson, & Steer. (2006). Propilen Glycol, In: Rowe, R. C., Shesky, P. J., And Owen,
S. C. (Eds.), Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition. UK:
Pharmaceutical Press.
Katzung, B. G. (2004). Basic and Clinical Pharmacology, 9th, ed. Boston: McGraw
Hill.
Lachman, Leon, & Lieberman. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi
Ketiga. Jakarta: UI Press.
Markoc. (2009). Zinc Oxide Fundamentals, Materials, and Device Technology.
Weinhem : Wiley VCH, Varleg GmbH.
RI, D. (1997,2009.2015). Depkes RI,merck pp sweetman the departement of healtfi.
Fisher Science pp.1-7.
Rowe, & C, R. (2009). Handbook of Pharmaceutical Exapients sixth Edition. London:
The Pharmaceutical Press.
Stationery Office (Great Britain). (2009). British Pharmacopoeia. London: Stationery
Office.
Sweetman, & Sean. (2007). Martindale, the Complete Drug Reference, 34th Edition.
London: Pharmaceutical Press.
Sweetman, S. C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference (Thirty-Sixth ed.).
London: Pharmaceutical Press.
Syamsuni, H. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
The Department of Health. (2009). British Pharmacopeia (Vol. III). London:
Pharmaceutical Press.
Tjay, Hoan, T., & Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya Edisi Keenam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Voight. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.
Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Industri. Jakarta: UI Press.