Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KEGIATAN

PELATIHAN MENULIS

SD NEGERI SAYIDAN
YOGYAKARTA
2019/2020
LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN MENULIS

A. Latar Belakang

Selama ini siswa SD Negeri Sayidan jarang menulis dengan kata-kata mereka sendiri. Mereka hanya
menyalin tulisan dari papan tulis, dan seakan-akan “diseragamkan” tulisan mereka tersebut. Hal
tersebut berakibat pada dangkalnya penguasaan kosakata untuk mengungkapkan gagasan dengan
kata-kata lain dan kurang dapat berpikir logis karena mereka selalu dituntun dan jarang diberi
kesempatan bertanya.

Oleh karena itu, maka diperlukan hal untuk mengatasi problematika tersebut. Salah satunya perlu
diadakannya pendampingan dalam hal keterampilan menulis melalui pelatihan menulis menggunakan
metode yang menyenangkan.

Kebetulan sekali perpustakaan Kota Yogyakarta memiliki program meningkatkan minat membaca dan
kegemaran menulis dengan menyelenggarakan pelatihan menulis yang diikuti oleh siswa-siswa di Kota
Yogyakarta dan sekitarnya.

B. Pelatihan JELITA (Jejak Literasi Siswa Kota Yogyakarta)

Merupakan pelatihan menulis yang diikuti oleh para siswa SD sekota Yogyakarta dan sekitarnya.
Pelatihan ini dilaksanakan secara secara terstruktur, didampingi pakar kepenulisan, sehingga pada
akhirnya akan menghasikan karya tulis berupa buku.

Untuk SD Negeri Sayidan diikuti oleh satu siswa keas IV Bernama Rita Mona Lestari. Alhamdulilah
lolos seleksi. Sehingga dapat mengikuti pelatihan samapai tuntas

Rita Mona lestari mengikuti pelatihan JELITA yang dilaksanakan secara daring 10 kali pertemuan.
Dengan pelasksanaan satu minggu satu kali,dengan rincian jadwal sebagai berikut :
C. Tugas Akhir Pelatihan

Setelah mengikuti pelatihan JELITA ini diharapkan setiap peserta menulis dengan tema :

Hasil tulisan ini akan di buat menjadi sebuah buku, kumpulan cerita para siswa peserta
pelatihan menulis.

D. Penutup
Demikian laporan ini kami buat sebahgai pedoman pelaksanaan
kegiatan agar dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang
sesuai dengan harapan.
Lampiran :

1. Informasi

Perpustakaan Kota Yogyakarta dalam upaya meningkatkan minat membaca dan kegemaran
menulis anak, menyelenggarakan pelatihan menulis yang diikuti oleh siswa-siswa di Kota
Yogyakarta dan sekitarnya. Pelatihan ini dilaksanakan secara secara terstruktur, didampingi pakar
kepenulisan, sehingga pada akhirnya akan menghasikan karya tulis berupa buku. Kegiatan
pelatihan ini terdiri dari dua angkatan: - Pelatihan JELITA (Jejak Literasi Siswa Kota Yogyakarta),
berupa pelatihan menulis yang diikuti oleh para siswa SD. - Pelatihan MELISA (Merajut Literasi
Siswa Kota Yogyakarta Istimewa), merupakan pelatihan menulis dengan peserta siswa setingkat
SLTP.
2. Modul

3. Rita Mona mengikuti Zoom pelatihan


4. Hasil Karya Rita Mona

Identitas Diri :
Tema Cerita : Pandemi Covid 19
Judul Cerita : Terimakasih Covid
Nama Pengarang : Rita Mona Lestari
Sekolah : SD Negeri Sayidan
Waktu pengerjaan : 2 hari
Terimakasih Covid

Suasana pandemi covid ini aku selalu berusaha menjaga badanku sehat dan kuat, oleh
karena itu aku setiap pagi selalu berjemur untuk mendapatkan vitamin D, aku juga memakai
masker kalau berjemur atau keluar rumah.aku juga tidak lupa bersama ayahku dan adikku
selalu berolah raga, bersepeda, lari pagi dan badminton.

Berjemur dan berolahraga membuat aku berkeringat, kemudian aku menunggu


keringatku reda, setelah keringatku reda lalu aku mandi yang bersih agar badanku wangi, lalu
aku ganti baju dan makan. Setelah makan aku minum vitamin agar badanku sehat serta bugar.

Ibuku berusaha selalu menyuruhku untuk makan sayur, yang kadang-kadang aku tidak
suka, tetapi aku harus berusaha untuk mau makan, agar badanku sehat dan terhindar dari sakit.
Pertama memang susah untuk makan sayur dan memang harus memaksakan diri, karena aku
sadar bahwa sayur baik dan sehat untuk badanku, ya aku terus mencoba menyukai sayur. Lama-
lama aku bisa merasakan enaknya makan sayur. Sekarang aku tidak perlu dipaksa lagi untuk
makan sayur.

Sekarang ini aku merasa sedih, karena aku tidak bisa bermain di luar bersama teman-
temanku, jadi aku hanya bisa bermain di dalam rumah. Ibuku sangat khawatir karena sudah
banyak tetangga sekitar rumahku yang sakit. Entah karena sakit flu, panas atau sakit yang lain,
tetapi semua sudah khawatir akan kena virus covid. Padahal sekarang kan baru musim
pancaroba jadi biasa kan jika sakit flu, badan deman atau tenggorokan sakit. Tetapi orang-
orang sudah terlanjur curiga dan takut. Yah, memang aku bukan dokter sih,jadi pendapatku
tidak mungkin didengar.

Saat ini aku tidak bisa bersekolah karena pandemi covid. Aku berusaha mencari
kegiatan untuk mengisi waktuku. Seperti saat ini aku berusaha untuk membantu ibu seperti
membersihkan kamar, menyapu halaman, mencuci piring juga membantu adikku belajar.
Kadang aku juga membantu ibuku di warung, melayani para pembeli seblak dengan
membuatkan minum untuk para driver ojek online yang menunggu pesanan seblaknya siap.
Tapi lama kelamaan aku bosan melakukan kegiatan ini, aku merindukan saat-saat
sebelum ada virus covid. Dulu setiap pagi aku selalu semangat untuk bangun pagi-pagi
kemudian mandi dengan riang, cepat-cepat sarapan, berganti baju seragam yang bersih dan
wangi, mengenakan sepatuku tersayang, menyandang tas sekolahku yang lucu. Kemudian
diatar ibuku ke sekolah.

Sesampai di sekolah aku langsung berlari menghampiri teman-temanku, ramai sekali


ada yang bermain gambar, ada yang bermain uno ada juga yang bermain’mekdi”. Semua
temanku terlihat senang dan gembira.

Saat pelajaran tidak kalah asyiknya, guruku mengajak untuk bermain menempel peta.
Cara bermainnya, saat guruku bilang pulau Madura maka siswa mencari di peta dimana letak
pulau Madura, kemudian siswa menempel gambar pulau madura di peta dengan kertas
berwarna yang telah disiapkan. Dalam permainan ini dirancang agar kita berlomba antar
kelompok, jadi seru sekali.

Pelajaran matematika yang biasanya terkenal sulit, ternyata juga tidak terasa berat.
Guruku menggunakan kelereng dan mangkuk-mangkuk untuk menjelaskan tetang perkalian,
jadi kita terasa bermain tidak sedang belajar matematika. Tidak terasa bel istirahat berbunyi.

Dihalaman sekolah aku bermain petak umpet, kejar-kejaran dan engkleng. Jika sudah
capek bermain aku menuju ke kantin sekolah, aku jajan minum dan roti, kadang aku berbagi
dengan teman sekelasku, yang sekarang tidak mungkin bisa dilakukan karena takut tertular
virus covid. Aku merasa virus ini membuatku jauh dengan teman-teman, tidak bisa berakrab-
akrab ria. Harus menjaga jarak, tidak bisa berjabat tangan apalagi mau gandengan. Hah,
sedihnya.

Bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah berakhir, kami masuk ke kelas masing-
masing.untuk pelajaran terakhir. Kali inipun bu guru mengajak kami bermain, “Marsmalow
river” . Cara bermainnya kita pura-pura menyeberang sungai dengan teman kelompok kita.
Oleh bu guru kita di peri 3 papan sebagai pijakan kaki kita saat menyebrang, tapi papan ini
harus kita jaga jangan sampai “kenter” atau hanyut. Jadi harus selalu kita pegang atau kita
injak dengan kaki.

Kita bermain dengan gembira, sampai berteriak-teriak dan tertawa. Kelompok yang
menang yang sampai ke seberang dengan cepat dan selamat. Karena banyak teman-teman yang
hanyut atau kenter disungai atau pijakannya berkurang, disebabkan tidak dijaga dengan baik
jadinya hilang terbawa arus sungai. Kalau mau menang harus kompak dan bergotong royong
serta kerjasama yang kuat, tidak bisa kalau main sendiri harus bersama-sama dengan teman.

Waktu berlalu tidak terasa padahal ini pelajaran tema indahnya kebersamaan, tapi
dengan bermain terasa menggembirakan. Setelah permainan ‘marsmalow river” ibu guru
memberi kita kertas untuk menuliskan apa yang kita rasakan tentang permainan tadi.

Ya, aku menceritakan bahwa aku jadi gembira, aku tidak bisa marah-marahan dengan
temanku, aku juga berkeringat karena aku bergerak terus. Aku harus tetap berusaha keras untuk
sampai diseberang walaupun banyak temanku yang berjatuhan. Jika aku terus berusaha maka
aku yang menjadi pemenangnya.

Oh, mengenang permainan-permainan itu membuat aku tergugah. Jika aku tetap
gembira tertawa dan selalu berusaha untuk tetap semangat akan membuat diriku tetap kuat.
Seperti sekarang, banyak temen dan tetangga berjatuhan karena sakit covid, jika aku menjadi
sedih, murung dan takut maka aku juga akan jatuh hanyut seperti dalam permainan
“marsmalow river” dan pasti aku akan kalah. Berati aku harus tetap semangat, gembira dan
selalu berusaha menggapai tujuan dan cita-citaku maka aku akan menjadi pemenang.

Ternyata dengan adanya pandemi corona atau covid membuat aku sadar diri. Bahwa
jika kita lemah maka kita akan kalah, tetapi jika kita ingin jadi pemenang maka kita harus kuat
dan bahagia. Terimakasih covid.

Itulah cerita aku disaat pandemi covid 19 teman-teman dan


ucapan penutup saya
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Rita Mona Lestari

Anda mungkin juga menyukai