Anda di halaman 1dari 27

Deontologi

Etika
Sesi 19
Teori Etika Deontologis
oleh Imanuel Kant
Revision
Normative Ethics
Note:
Teleological = emphasises Consequentialist Nonconsequentialist
outcomes (teleological) (deontological)
Other Theories

Deontological = emphasises
duties Utilitarianism Kantian Deontology Virtue Ethics
Virtue = emphasises character
Care = emphasises relationships
Ethics of Care
Pandangan Moral Imanuel Kant
1. Aturan moral itu sesuatu yang didapatkan melalui akal
budi (reason), menggunakan pikiran.
2. Bukan melalui pemahaman/rujukan terhadap perintah
yang diberikan dari luar (external). Kant menolak Tuhan
sebagai sumber moral.
3. Namun akal budi memiliki kemampuan memahami
obyektifitas dari sebuah tindakan moral (internal).
Pandangan Moral Imanuel Kant
Karena moralitas sifatnya internal, maka dapat muncul
dari dalam diri manusia KEWAJIBAN (imperative) untuk
menggunakan KEBEBASAN kita dalam melakukan
tindakan tertentu.
Pandangan Moral Imanuel Kant

Kant membedakan dua jenis Akal Budi:


1. Akal budi Teoritis: Pengetahuan teoritis
2. Akal budi Praktis: bekerja pada wilayah
tindakan
Pandangan Moral Imanuel Kant
Akal budi praktis mengenal dua IMPERATIF (Imperative)
1. Imperatif Hipotetis (Hypothetical Imperative)
2. Imperatif Kategoris (Categorical Imperative)
Ket:
Imperatif = Kewajiban (keharusan)
Hipotetis = Bersyarat
Kategoris = Absolut/Mutlak
Imperatif Hipotetis
• Kewajiban/Keharusan yang tergantung pada
tujuan/goal/sasaran.
• Bentuk umum: “Jika menghendaki A, lakukan B!”
1) Imperatif Teknis: keharusan menyangkut hal teknis. Contoh:
Kalau mau menelepon, harus ada pulsa. Kalau mau
menggambar segitiga, harus menggambar tiga sudut.
2) Imperatif Pragmatis: keharusan menyangkut hal-hal
bermanfaat. Contoh: Kalau mau sehat, harus olahraga. Kalau
mau nilai A, harus belajar keras
Imperatif Hipotetis
• Tindakan yang sifatnya imperative hipotetis, HARUS dilakukan HANYA
karena untuk mencapai TUJUAN tertentu.
• Artinya, kalau tidak hendak mencapai tujuan itu, maka tindakan itu TIDAK
HARUS dilakukan.
• Cth:
• “kalau mau nilai A, harus belajar.” Nilai A adalah Tujuan
• Jika nilai A tidak menjadi tujuan, maka belajar tidak menjadi keharusan.
• Ini bukan karakteristik TINDAKAN MORAL.
Imperatif Kategoris (Keharusan yang Absolut)
• Tindakan moral harus dilakukan karena tindakan itu sendiri
(absolut), bukan karena ada tujuan tertentu.
• Kalau belajar adalah tindakan yang baik, itu harus dilakukan
BUKAN karena ingin memenuhi tujuan tertentu, tapi karena
PADA DIRINYA SENDIRI, belajar itu tindakan yang
baik/bermoral.
• Inilah yang disebut Imperatif Kategoris
Imperatif Kategoris (Keharusan yang Absolut)
Cth:
• “Saya harus menyampaikan apa yang benar, karena kebenaran itu
memang sesuatu yang baik pada dirinya.” (Imperatif Kategoris)
• “Saya harus menyampaikan apa yang benar, karena saya dipaksa oleh
aturan di dalam masyarakat, atau supaya saya diterima masyarakat”
(Imperatif hipotetis)
Imperatif Kategoris (Keharusan yang Absolut)
Lantas, bagaimana menentukan tindakan yang
imperatif kategoris?
Imperatif Kategoris (Keharusan yang Absolut)
IMPERATIF KATEGORIS

Prinsip Otonomi Prinsip Hukum


Prinsip Tujuan
(Principle of Kodrat (Principle of
(Principle of Ends)
Autonomy) the Law of Nature)

• Auto-nomos: Membentuk hukum/aturan sendiri.


• Penekanan pada aspek sumber prinsip bertindak personal
(maksim), yaitu kehendak dalam diri (otonom), bukan kehendak
di luar diri (heteronom).
• “Saya tidak mencontek, karena tidak mencontek itu memang
tindakan yang baik.”
• “Saya tidak ribut di kelas karena itu tindakan yang memang baik”
IMPERATIF KATEGORIS

Prinsip Otonomi Prinsip Hukum


Prinsip Tujuan
(Principle of Kodrat (Principle of
(Principle of Ends)
Autonomy) the Law of Nature)

• Penekanan pada potensi maksim (aturan) menjadi hukum moral


universal.
• “Bertindaklah seakan maksim (aturan) tindakan yang ditetapkan oleh
kehendakmu dapat menjadi hukum moral universal!”
• Cth: Berbohong. Jika ini dijadikan Prinsip Hukum moral universal, maka
ini adalah sebuah kontradiksi. Semua orang berbohong, maka
perkataan tentang kebenaran jadi tidak masuk akal (self-contradictory)
IMPERATIF KATEGORIS

Prinsip Otonomi Prinsip Hukum


Prinsip Tujuan
(Principle of Kodrat (Principle of
(Principle of Ends)
Autonomy) the Law of Nature)

• Anda mencontek ketika ujian. Apakah anda mau kalau ini menjadi
prinsip umum/universal?
• Pilot mencontek ketika ujian mengendalikan pesawat,
• dokter mencontek ketika ujian final kedokteran.
• Dosen mencontek ketika hendak masuk ke sebuah universitas.
IMPERATIF KATEGORIS

Prinsip Otonomi Prinsip Hukum


Prinsip Tujuan
(Principle of Kodrat (Principle of
(Principle of Ends)
Autonomy) the Law of Nature)

• Penekanan pada orang lain yang terkena dampak tindakan.


• Tidak memperlakukan orang lain secara sewenang-wenang, namun
memperlakukan orang lain secara bermartabat. “Bertindaklah sedemikian
rupa sehingga engkau memperlakukan kemanusiaan, baik pada dirimu atau
orang lain, selalu sebagai tujuan, bukan sarana!”
• Cth: “orang yang menjual dirinya sama dengan memperlakukan dirinya
seperti binatang, dan menghina natur manusia”
Imperatif Kategoris
• Karena tindakan Imperatif Kategoris TIDAK mungkin
karena PAKSAAN, maka …
• Orang yang tidak mencuri karena takut ditangkap
polisi tidak dapat dikatakan melakukan tindakan baik
secara moral.
• Orang yang tidak mencuri karena mencuri itu pada
dirinya salah adalah yang pantas dikatakan telah
melakukan tindakan yang baik secara moral.
Imperatif Kategoris

Tindakan patuh pada kewajiban yang


kategoris yang muncul dari kebebasan
internal disebut DUTY (tugas)
Contoh Kasus
• Andi melihat seorang wanita menjatuhkan dompetnya ketika ia berjalan
menyebrang menuju Benton. Melihat wanita itu cantik, Andi segera lari mengambil
dompet itu dan mengembalikannya pada wanita itu.
• Tasya tahu bahwa berbohon itu salah secara obyektif, dan hal ini tidak boleh
dilakukan di dalam situasi apapun. Kemarin Tasya ngebut, dan sebenarnya ia tidak
mau mengaku pada polisi. Namun karena teman-temannya melihatnya ngebut, ia
akhirnya berkata jujur kepada polisi.
• Seorang dokter menyadari bahwa jika ia mengambil darah seorang pasien yang
sedang koma, tanpa persetujuan pasien koma itu, maka ia akan dapat
menyelamatkan nyawa seorang pasien lain yang membutuhkan tipe darah yang
sama. Dokter itupun mengambil darah pasien koma tersebut, dan menyelamatkan
pasien lain yang membutuhkan darah itu.
Kekuatan Deontologi

1) Memberi pendasaran kokoh


bagi rasionalitas, objektivitas,
dan universalitas [kesadaran]
moral.
2) Mendorong kemandirian
individu, melalui otonomi,
untuk bersikap.
3) Menjamin keluhuran
martabat manusia.
Kritik Terhadap Deontologis
sumber
sumber
sumber
sumber
sumber

Anda mungkin juga menyukai