ii
12. Muhammad Arfin Muhammad Salim,
Scopus ID: 57195345354, Politeknik
Pariwisata Makassar, Indonesia
13. Faurani Santi Singagerda,
Scopus ID: 57201670863, Institute
Business and Informatics Darmajaya,
Indonesia
iii
15. Dr. BA (Hons)., Marcella Suryana,
MM.Par
Scopus ID: 57211457469, Politeknik
Negeri Bandung, Indonesia
16. Dwiesty Dyah Utami, S.ST.Par., MM.Par.,
M.Sc
Scopus ID: 57216290194, Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung, Indonesia
iv
DAFTAR ISI
◙ COVER i
◙ SUSUNAN REDAKSI ii - iv
◙ DAFTAR ISI v – vi
v
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
1,2,3,4
Universitas Mercubuana
Kampus Menteng, Jl. Menteng Raya No. 29, Jakarta Pusat 10340
sugeng.santoso@mercubuana.ac.id, syafaat.pradipta@gmail.com,
trubussumantono@gmail.com, ariana.aa66@gmail.com
Abstrak
Desa Tanjungjaya merupakan salah satu desa yang terdapat di sekitar wilayah Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Provinsi Banten. Potensi yang dimiliki oleh
Desa Tanjungjaya adalah pariwisata dan ekonomi kreatif. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengembangkan model desa wisata berbasis Kapasitas Inovasi Daerah yang diharapkan
berkontribusi dalam kebijakan pembangunan dan pengelolaan desa wisata. Kapasitas
Inovasi Daerah (KID) dikembangkan dari teori Kapasitas Inovasi Nasional (KIN).
Pendekatan KID dilakukan melalui penyesuaian beberapa variabel terhadap faktor daerah,
klaster industri yang dikembangkan, pengembangan ide fungsi produksi, dan kebijakan
strategis daerah, terutama terkait pariwisata dan ekonomi kreatif. Survei dilakukan terhadap
responden yang terdiri atas pemangku kebijakan, pengelola tempat wisata, mitra pengelola,
pengunjung, dan pelaku ekonomi kreatif. Pengolahan data dilakukan dengan regresi
eksponensial. Model desa wisata berbasis inovasi dikembangkan dengan KID sebagai
variabel Y dan variabel X yang terdiri dari 33 variabel: 15 variabel Infrastruktur Umum
Inovasi, 13 variabel Klaster Industri, dan 5 variabel Keterkaitan antara Infrastruktur Umum
Inovasi dengan Klaster Industri. Tiga puluh tiga variabel X secara bersama-sama
mempengaruhi KID dan dapat untuk memprediksi KID sebesar 72,4% (nilai R Square
adjusted). Hasil pengolahan regresi eksponensial secara parsial dengan signifikasi 5%
menunjukkan bahwa: (i) KID akan naik sebesar e.358= 1,43 pada variabel X1.7 (proporsi
jumlah putra daerah yang bekerja di daerah sendiri dibandingkan yang berasal dari luar
daerah) akibat adanya persentase perubahan X1.7 sebesar 35,8% dan (ii) KID akan naik
sebesar e.368 = 1,44 pada variabel X2.13 (jumlah industri yang menggunakan infrastruktur
dan sumber daya yang sama dalam klaster industri kreatif dan pariwisata) akibat adanya
persentase perubahan X2.13 sebesar 36,8%.
Kata Kunci: Desa Tanjungjaya, pariwisata dan ekonomi kreatif, inovasi, regresi
eksponensial
71
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Abstract
Tanjungjaya Village is one of the villages located around the Tanjung Lesung Special
Economic Zone (SEZ), Banten Province. The potential possessed by Tanjungjaya Village
is tourism and the creative economy. The purpose of this study is to develop a tourism
village model based on Regional Innovation Capacity which is expected to contribute to
tourism village development and management policies. Regional Innovation Capacity
(KID) was developed from the theory of National Innovation Capacity (KIN). KID
approach by adjusting several variables to regional factors, developing industrial clusters,
developing production function ideas, and regional strategic policies, especially related to
tourism and the creative economy. The survey was conducted on respondents consisting of
policymakers, tourist attractions managers, management partners, visitors, and creative
economy actors. Data processing is done by exponential regression. The innovation-based
tourism village model was developed with KID as the Y variable and the X variable
consisting of 33 variables: 15 Innovation General Infrastructure variables, 13 Industrial
Cluster variables, and 5 variables of Relationship between Innovation Public
Infrastructure and Industrial Clusters. The 33 variables of X together affect KID and can
predict KID by 72.4% (R Square adjusted value). The results of partial exponential
regression processing with a significance of 5% indicate that: (i) KID will increase by
e^.358 = 1.43 on the X1.7 variable (proportion of the number of regional sons who work
in their region compared to those from outside the region) due to the percentage change in
X1.7 of 35.8%; (ii) KID will increase by e^.368 = 1.44 in the X2.13 variable (number of
industries that use the same infrastructure and resources in the creative and tourism
industry clusters) due to the percentage change in X2.13 of 36.8%.
72
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
kesehatan (hasil PCR atau Antigen SARS- Inovasi dan rekayasa ulang proses
CoV-2) sebagai dokumen kelengkapan bisnis telah menjadi pendekatan yang
perjalanan, serta kewajiban karantina. diterima saat ini dalam upaya mereformasi
Berdasarkan informasi yang disampaikan organisasi sektor publik. Oleh karena itu,
oleh Kemenparekraf/Baparekraf, sejumlah birokrat di negara maju telah
kunjungan wisman ke Indonesia melalui menerapkan konsep ini pada organisasi
seluruh pintu masuk tahun 2020 berjumlah pemerintah dengan tujuan akhir
4.052.923 kunjungan atau mengalami meningkatkan kualitas kinerja
penurunan sebesar 74,84% dibandingkan kelembagaan, terutama dalam menghadapi
tahun 2019 yang berjumlah 16.108.600 berbagai tantangan di era globalisasi
kunjungan (Rahayu, 2021). (Andrea et al., 2020 dan Santoso et al.,
Pariwisata merupakan salah satu 2021). Dalam upaya meningkatkan daya
industri unggulan yang berekspansi dan saing, pemahaman terhadap peran inovasi
mengalami diversifikasi berkelanjutan menjadi sangat penting. Porter (2001)
(Friedman, 2020). Saat ini, Indonesia telah menyatakan bahwa peningkatan inovasi
mendapat pengakuan dari WTC (World dapat meningkatkan produktivitas dan
Trade Center) dengan dikeluarkannya kesejahteraan. Berdasarkan bukti empiris,
WTTC Safe Travels Stamp for Safety terdapat keterkaitan yang erat antara
Protocols untuk Indonesia pada 24 Juli inovasi dan daya saing. Pentingnya peran
2020. Hal ini menjadi potensi dan inovasi pada suatu lokasi (daerah)
kesempatan besar bagi Indonesia untuk ditentukan oleh kapasitas inovasi daerah.
menarik wisatawan, baik dalam maupun Kapasitas Inovasi Daerah dapat
luar negeri agar berkunjung ke Indonesia. diartikan sebagai kemampuan suatu daerah
Salah satu inovasi yang dapat dilakukan untuk menghasilkan aliran inovasi yang
adalah mengembangkan desa wisata di komersil. Kapasitas ini bukan hanya
Indonesia yang potensial secara budaya, tingkat inovasi yang terealisasi tetapi juga
alam, maupun pengembangan Sumber merefleksikan kondisi fundamental,
Daya Manusianya. investasi, dan pilihan kebijakan yang
Salah satu desa yang berpotensi menciptakan lingkungan untuk berinovasi
untuk dikembangkan menjadi desa wisata dalam suatu daerah. Kapasitas inovasi ini
adalah Desa Tanjungjaya yang terletak di tergantung pada teknologi, tenaga kerja,
Kecamatan Panimbang, Kabupaten dan beberapa pilihan kebijakan dan
Pandeglang, Provinsi Banten. Desa investasi yang memengaruhi produktivitas
Tanjungjaya merupakan suatu desa yang (Santoso et al., 2004).
strategis karena dekat dengan Kawasan Percepatan pembangunan
Wisata Tanjung Lesung yang sudah ekonomi membutuhkan perubahan dalam
ditetapkan oleh pemerintah sebagai cara pandang dan perilaku seluruh
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui komponen dengan pemenuhan prinsip
UU RI Nomor 39 Tahun 2009, dilanjutkan dasar perubahan, diantaranya (i) perubahan
dengan PP RI Nomor 26 Tahun 2012 pola pikir (mindset) dimulai dari
tentang Kawasan Ekonomi Khusus pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
Tanjung Lesung, serta Keputusan Ketua pemerintah daerah dengan birokrasinya,
Dewan Kawasan, Kawasan Ekonomi (ii) pemanfaatan dan penguatan modal
Khusus Banten Nomor 505/Kep.587- sosial dalam masyarakat melalui
Huk/2014 tentang Administrator Kawasan peningkatan kapasitas sumber daya
Ekonomi Khusus Provinsi Banten (Andrea manusia untuk meningkatkan kohesivitas,
et al., 2020). Selain itu, wilayah ini juga (iii) produktivitas, inovasi, dan kreativitas,
termasuk dalam kawasan yang diusulkan dan (iv) peningkatan peran dunia usaha
sebagai geopark nasional. dalam pembangunan ekonomi dengan
73
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
melakukan inovasi untuk mengembangkan Kapasitas Inovasi Nasional adalah (i) teori
teknologi dan metode (Perpres Nomor 80 pertumbuhan yang didorong oleh ide
Tahun 2019). (Romer, 1990) yang didasari oleh model
Desa adalah kesatuan masyarakat Solow dan ide fungsi produksi
hukum yang memiliki batas wilayah yang , teori inilah yang menjadi
berwenang untuk mengatur dan mengurus cikal bakal elemen Infrastruktur Umum
urusan pemerintahan serta kepentingan Inovasi (F2); (ii) model ekonomi mikro
masyarakat setempat (UU Nomor 6 Tahun keunggulan kompetitif nasional dan klaster
2014). Diharapkan desa menjadi pemeran industri yang diambil dari teori Porter
utama dalam pembangunan nasional. (1990), yakni teori yang digunakan dalam
Dalam rangka mengembangkan kawasan elemen Klaster Industri (F3); dan (iii)
dan klaster kreatif sebagai pusat unggulan literatur tentang Sistem Inovasi Nasional
ekonomi kreatif, sebagaimana target (Nelson, 1993). Berdasarkan kerangka
Rencana Pembangunan Jangka Menengah pemikiran inilah teori Romer (1990) dan
Nasional (RPJMN) 2020—2024, ragam Furman, Porter, & Stern (2000) tentang
kawasan dan klaster kreatif harus konsep Kapasitas Inovasi Nasional
dikembangkan tidak hanya di wilayah dimodelkan sebagai berikut.
perkotaan dan destinasi wisata
sebagaimana yang telah berjalan selama
ini. Desa, sebagai wilayah administratif
terkecil, memiliki beragam potensi untuk dimana:
dikembangkan sebagai kawasan dan : aliran teknologi baru negara j
klaster kreatif seperti yang ditargetkan pada tahun t
RPJMN. : total tingkat sumber daya
Tujuan dari penelitian ini adalah kapital dan tenaga kerja pada
melakukan pengembangan model desa sektor litbang (the ideas
wisata berbasis inovasi yang diharapkan sector)
menjadi dasar pijakan bagi pihak terkait : total pengetahuan (stock of
dalam mengembangkan kebijakan knowledge) yang dimiliki
pembangunan dan pengelolaan desa wisata pada suatu waktu yang
agar dapat meningkatkan kesejahteraaan menentukan tingkat inovasi
masyarakatnya. pada masa yang akan datang
(future ideas production)
METODE : lingkungan spesifik untuk
inovasi pada klaster industry
: kekuatan hubungan antara
Penelitian ini menggunakan
pendekatan Kapasitas Inovasi Daerah infrastruktur umum inovasi
(KID) yang dikembangkan dari teori dan klaster industri
Kapasitas Inovasi Nasional (KIN). : tingkat sumber daya dan
Pendekatan KID dilakukan dengan kebijakan yang efektif dari
menyesuaikan beberapa variabel dengan infrastruktur umum untuk
faktor daerah dan pengembangan dari ide inovasi
fungsi produksi. Kerangka Kapasitas
Inovatif Nasional berupaya Berdasarkan persamaan inilah
mengintegrasikan beberapa perspektif digunakan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan metode regresi eksponensial
mengenai sumber inovasi di tingkat
nasional. Beberapa teori yang digunakan karena persamaan eksponensial
sebagai acuan dalam pengembangan merupakan konsep Kapasitas Inovasi.
Metode analisis KID (Kapasitas Inovasi
74
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Daerah) merupakan turunan dari analisis ekonomi digital, akses permodalan, rantai
KIN (Kapasitas Inovasi Nasional) dengan nilai dan nilai tambah, business process
penyesuaian beberapa variabel terhadap reengineering, dan daya saing produk.
karakteristik daerah, klaster industri yang Masing-masing variabel diberikan
berkembang di daerah dan pengembangan skor untuk mendapatkan gambaran
dari ide fungsi produksi, serta kebijakan kondisi. Pengolahan statistik yang
dan program strategis daerah. Aplikasi digunakan dalam tulisan ini adalah regresi
pada penelitian ini menggunakan beberapa eksponensial sehingga pola variabel
variabel bebas sebagai (X) dan Kapasitas dependent (criteria) bisa diprediksi
Inovasi Daerah sebagai (Y), dengan melalui variabel independent (predictor)
menekankan variabel-variabel inovasi (Supardi, 2011).
daerah yang diidentifikasi dan pada Secara umum model eksponensial
umumnya terkait klaster industri dirumuskan sebagai berikut (Sudjana,
pariwisata dan ekonomi kreatif. Empat 2003 dalam Sofita, 2015).
elemen yang menentukan Kapasitas
Inovasi Daerah adalah data baseline, i=1,2,...,n
infrastruktur umum inovasi, klaster (1)
industri, dan keterkaitan antara dimana:
infrastruktur umum inovasi dan klaster X : variabel bebas
industri (Santoso et al., 2004). Infrastruktur β : parameter model regresi
umum inovasi terdiri atas sumber daya : 2,71828
inovasi, persediaan pengetahuan, dan e : residual
kebijakan inovasi. Klaster industri terdiri Model regresi eksponensial
atas kondisi input, kondisi permintaan ditransformasikan dengan transformasi
tingkat lokal, strategi perusahaan dan logaritmik dari bentuk nonlinier menjadi
persaingan lokal, serta ketersediaan dan persamaan bentuk linier untuk melakukan
kualitas pemasok lokal. Keterkaitan antara pengujian regresi linier (Saputra, 2015).
infrastruktur umum inovasi dan klaster Bentuk model regresi eksponensial pada
industri merupakan kualitas hubungan persamaan (1) diformulasikan menjadi
keduanya. fungsi Ln (Wibowo, 2001) dan dinyatakan
Penelitian ini menggunakan empat sebagai:
elemen dan 33 variabel (Tabel 1).
(2)
Sejumlah 33 variabel penelitian
dimodifikasi dan disitasi dari artikel jurnal
dan buku yang terdapat pada pustaka yang
terkait pariwisata, ekonomi kreatif,
kebijakan, inovasi, ekonomi syariah,
75
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
F3. Lingkungan X2.1 Jumlah klaster industri/nilai tambah disepanjang rantai nilai
Klaster Industri X2.2 Tingkat pengembangan klaster industry
(Pariwisata dan X2.3 Jumlah pemasok lokal bahan baku yang berkualitas
Ekonomi Kreatif) X2.4 Intensitas riset dan pelatihan
X2.5 Tingkat kecanggihan teknologi/inovasi
X2.6 Tanggapan konsumen/pengunjung dalam melakukan adaptasi pada
teknologi/inovasi
X2.7 Tingkat dengan memprioritaskan klaster industri spesifik
(pariwisata dan ekonomi kreatif)kompetisi lokal di tingkat penyedia
bahan baku
X2.8 Tingkat kompetisi dengan industri lain yang menggunakan bahan
baku yang sama
X2.9 Tingkat kecanggihan proses produksi
X2.10 Tingkat keunikan desain produk
X2.11 Tingkat penggunaan internet dalam mendukung kinerja
perusahaan
X2.12 Layanan pembiayaan untuk industri barang dan jasa
X2.13 Jumlah industri yang menggunakan infrastruktur dan sumber
daya yang sama dalam klaster industri
76
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Penelitian ini dilakukan di Lesung. Jika kita lihat dari pantauan udara,
Kabupaten Pandeglang dengan fokus monografi Desa Tanjungjaya seperti
penelitian, yaitu Desa Tanjungjaya. Dinas kepala lesung. Oleh karena itu, diberi nama
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanjungjaya oleh penggagas pemekaran
Pandeglang dan Pemerintah Desa Desa Tanjungjaya. Pemekaran ini
Tanjungjaya merupakan salah satu bertujuan untuk memudahkan pelayanan
pemangku kebijakan yang berwenang administratif kepada masyarakat.
dalam pengembangan desa wisata di Desa Desa Tanjungjaya memiliki
Tanjungjaya sehingga diharapkan potensi wisata, mulai dari pertanian, alam,
pengembangan desa wisata ini dapat dan pantai di desa tersebut. Akan tetapi
meningkatkan kesejahteraan masyarakat potensi ini memerlukan perhatian serius
Desa Tanjungjaya dan pada akhirnya agar menjadi destinasi wisata alternatif.
meningkatkan PDRB Kabupaten Pada wilayah yang masuk ke dalam KEK
Pandeglang. Berdasarkan lokasi penelitian Tanjung Lesung ini juga banyak berdiri
ini, klaster industri spesifik yang penginapan yang diresmikan oleh Presiden
dikembangkan terkait pariwisata dan Joko Widodo, 23 Februari 2015.
ekonomi kreatif.
Metode pengambilan sampel
dilakukan dengan menyampaikan link
kuesioner yang diberikan secara daring
melalui Google Form guna meningkatkan
efektivitas dan efisiensi di tengah Pandemi
Covid-19 kepada (i) perwakilan
Pemerintah Kabupaten Pandeglang agar
diteruskan kepada pihak terkait, (ii)
pengelola tempat wisata, (iii) mitra
pengelola, (iv) wisatawan yang pernah
mengunjungi Kawasan Wisata KEK Gambar Potensi Desa Tanjungjaya
Sumber: Dok. Pribadi (2021)
Tanjung Lesung, dan (v) pelaku ekonomi
kreatif Kampung Cikadu Desa
Tanjungjaya.
77
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
78
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
79
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
80
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
81
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
82
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
-------. (2021b). Telaah Kebijakan dan Strategi Ety, S. A. (2019). Implementasi Model
Pengembangan Ekosistem Makanan Diamond Porter dalam Membangun
Dan Minuman Halal. Kementerian Keunggulan Bersaing pada Kawasan
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Agrowisata Kebun Belimbing
Investasi. Ngringginrejo Bojonegoro. Jurnal
-------. (2021c). Telaah Kebijakan Dan Strategi Ilmu Manajemen (JIMMU), 4(2),
Pengembangan Ekosistem 108-132.
Pembiayaan Ekonomi Kreatif. Fatmawati, A., & Santoso, S. (2020).
Kementerian Koordinator Bidang Penguatan Rantai Nilai Pariwisata
Kemaritiman dan Investasi. sebagai Strategi Pengembangan
Sudjana, P. D. (2003). Teknik Analisis Regresi Kawasan Kota Tua Jakarta Menjadi
dan Korelasi. Bandung: PT. Tarsito. Kawasan Wisata Ramah Muslim.
Supardi. (2011). Aplikasi Statistika dalam Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis,
Penelitian. Jakarta: PT Ufuk 6(3), 284-304.
Publishing House. doi:10.22441/jimb.v6i3.9825
World Tourism Organization. (2021). Friedman, C. (2020). Strategi Pengembangan
International Tourism Highlights Daya Tarik Wisata Alam yang
(2020 ed.). Madrid: UNWTO. Berkelanjutan di Setu Cileunca,
doi:10.18111/9789284422456 Kabupaten Bandung. Jurnal
. Kepariwisataan Indonesia, 14(2), 125-
Jurnal/Prosiding/Skirpsi/Tesis/Disertasi. 140.
Alika, V. A., Santoso, S., Nurmaliki, S., & Redata, L., Kezia, R., Solaiman, K. H., &
Anisa, N. (2021). Marketing Strategy Santoso, S. (2021). Analisis Korelasi
Sharia Financial Institutions to Pendampingan Komunitas terhadap
Promote Sharia Fintech and Micro Inovasi Pelaku Ekonomi Kreatif dan
and Small Enterprises (MSES). Pemenuhan Kebutuhan Konsumen:
Proceedings of the 1st MICOSS Studi Kasus pada Komunitas
Mercu Buana International Tangerang Berdaya dan Pelaku
Conference on Social Sciences, Ekonomi Kreatif Kuliner Tangerang.
MICOSS 2020, EAI. Business Management Journal, 16(1),
doi:10.4108/eai.28-9-2020.2307373 1-19. doi:10.30813/bmj
Andrea, G., & Santoso, S. (2020). Improving Romer, P. M. (1990). Endogenous
Economy of the Community Based on Technological Change. Journal of
Sustainable Tourism and Creative Political Economy, 98 (5), 71-102.
Economy through Business Process Santoso, S. (2020). Optimizing Access to
ReEngineering (BPR) With Geopark Financial Capital of Creative
Development in Lebak Regency Economy for Startups Towards
Banten Province. IJISRT, 5(1), 2165- Global Competitiveness. BECOSS
2456. (Business Economic,
Dumilah, D. R; Komarudin, M.; Ubaidillah, R.; Communication, and Social
Siagian, S.; Santoso, S. (2021). Peran Sciences), 2 (2), 13-21.
Ekonomi Kreatif dalam doi:10.21512/becossjournal.v2i2.624
Meningkatkan Industri Pariwisata di Santoso, S., Natanael, A., Fatmawati, A. A.,
Seaworld Ancol. Jurnal Master Griselda, A., Khoirunnisa, J.,
Pariwisata (JUMPA), 7(2), 558-583. Simanjuntak, M., & Bagus, A. A.
Endri, Syafarudin, A., Santoso, S., Imaningsih, (2021). Analisis Pengembangan
E. S., Suharti, T., & Rinda, R. T. Platform Ekspor Subsektor Kuliner
(2020). Consumption Behavior Tinjauan dari Model Sistem Inovasi.
Patterns Of Generations Y Halal Jurnal Distribusi, 9(1), 29-38.
Products In Indonesia. Academy of doi:10.29303/distribusi.v9i1.151
Entrepreneurship Journal, 26, (2), 1- Santoso, S., Natanael, A., Griselda, A.,
10. Khoirunnisa, J., Simanjuntak, M.,
Bagus, A. R., & Merry, L. Z. (2021).
83
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
84
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
85
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Abstrak
Sumber daya pariwisata yang dimiliki pemerintah maupun swasta sering mengabaikan
aspek tepat guna. Penggunaan input yang tidak terkendali menjadi awal inefisiensi kegiatan
pariwisata yang berimbas pada tidak optimalnya output yang dihasilkan. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui tingkat efisiensi pengelolaan keuangan pemerintah pada
sektor pariwisata yang didukung melalui penyediaan fasilitas kepariwisataan terhadap
kunjungan wisatawan dan penerimaan daerah dari sektor pariwisata di Pulau Jawa, Bali,
dan Kepulauan Nusa Tenggara. Metode penelitian yang digunakan adalah Data
Envelopment Analysis Input-Oriented Constant Return to Scale Model dengan pendekatan
kuantitatif-deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Provinsi DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Banten relatif efisien dalam mengoptimalkan pembiayaan
pariwisata. Kedua, Provinsi DKI Jakarta dan Banten cenderung memiliki efisiensi yang
stabil sehingga baik untuk dijadikan acuan. Secara manajerial, rekomendasi yang dapat
disarankan adalah pemerintah daerah dan pihak swasta dapat melakukan benchmarking
efisiensi sektor pariwisata berdasarkan pola pengelolaan keuangan untuk pariwisata dan
penggunaan input daerah lain yang sudah teridentifikasi efisien. Peningkatan efisiensi
dapat dilakukan dengan cara meminimalkan penggunaan input pada tingkat output yang
tetap. Input yang minimal diharapkan dapat memperkecil total biaya. Secara teoretis, hasil
penelitian ini sangat bermanfaat dalam upaya pengembangan metode pengukuran efisiensi
pada sektor kepariwisataan yang belum banyak dilakukan di Indonesia.
86
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Abstract
Tourism resources owned by the government and the private sector often ignore the proper
aspects.The use of uncontrolled inputs is the beginning of the inefficiency of tourism
activities, which impact the non-optimal output produced. This research aims to identify
the efficiency level of government financial management in the tourism sector supported
by the provision of tourism facilities to tourist visits and regional revenues from the tourism
sector in Java, Bali, and the Nusa Tenggara Islands. The research method used is Data
Envelopment Analysis Input-Oriented Constant Return to Scale Model with a quantitative
descriptive approach. The results showed that the provinces of DKI Jakarta, West Java,
Central Java, and Banten were relatively efficient in optimizing tourism financing. DKI
Jakarta and Banten tended to have stable efficiency, and they are good to be
referenced.Managerially, this research offers several suggested recommendations. The
local government and private sectors can benchmark the efficiency of the tourism sector
based on the pattern of financial management for tourism and the use of other regional
inputs identified as efficient. Improving efficiency can be done by minimizing the use of
inputs at a fixed level of output. Minimum input is expected to reduce the total cost.
Theoretically, the result of this study is very helpful in efforts to develop methods of
measuring efficiency in the tourism sector that has not been widely implemented in
Indonesia.
87
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
88
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
89
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
90
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
n n
u j y j0 subject to: u j =1
j y jk
max h0 =
j =1 ... (1)
m
1
v x
m
dimana,
v x
i =1
i i0
i =1
i ik
u j y jk − vi xik 0
n
max = u j y j 0 subject to : v x
i =1
i i0 =1
j =1 i =1
j =1
... (2)
dimana, : objective function (parameter efisiensi).
benchmarking
=1 End
DMU Efisien
(θxio - si-) (yj0 + sj+)
Sumber : Modifikasi Model Zhu (2009)
Start
Maksimisasi <1 DMU Pengurangan Penambahan
DMU Tidak
Fungsi Objektif input by PIR output by PIR
DMU Efisien
91
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
92
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
provinsi lain di wilayah Jawa dan Nusa wilayah Jawa Barat sering digunakan
Tenggara. Hal ini dinilai sangat wajar untuk kegiatan bisnis, meeting, dan
karena Bali merupakan center of tourism konferensi, baik tingkat nasional maupun
Indonesia dengan beragamnya daya tarik internasional. Jumlah malam kamar
wisata dan menjamurnya fasilitas terpakai paling tinggi berada di Provinsi
kepariwisataan yang ada. Konsep Public DKI Jakarta (BPS, 2018).
Private Partnership memberi efisiensi dan
efektivitas dalam pelayanan publik kepada Efisiensi Kepariwisataan
masyarakat serta membantu pemerintah Tingkat efisiensi setiap
dalam menangani keterbatasan anggaran provinsiselama tahun 2013–2017 tersaji
dan sumberdaya yang dimiliki dalam pada Tabel 1. Berkaitan dengan efektivitas
pengembangan sektor pariwisata dan kemutakhiran analisis, pembahasan
(Burtseva, Nataliya & Irina 2020; efisiensi kepariwisataan hanya dilakukan
Djabbari, Alwi & Saddam, 2021). pada tahun 2016–2017. Hasil
Ditinjau dari sisi potensi fasilitas penghitungan tahun 2013–2015 digunakan
kepariwisataan, banyaknya pekerja dan sebagai perbandingan secara periodik
banyaknya tempat tidur tersedia di wilayah waktu ke waktu.
Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara cenderung Terdapat beberapa temuan
selalu mengalami peningkatan setiap menarik dari hasil penghitungan efisiensi
tahunnya (BPS, 2018). Jumlah pekerja di 9 provinsi amatan. DKI Jakarta dan
sektor perhotelan paling banyak ada
Banten menjadi provinsi dengan efisiensi
diProvinsi Bali, Jawa Barat, dan DKI
Jakarta. Jumlah tempat tidur yang kepariwisataan yang paling stabil selama
disediakan paling banyak di Provinsi Jawa tahun 2013–2017. Banyak faktor
Barat, Bali dan Jawa Timur. Hal ini sejalan pendukung dari stabilitas efisiensi
dengan potensi pariwisata yang menjadi ini.Beberapa diantaranya adalah efisiensi
faktor endowmentwilayah. Secara khusus, jumlah kamar yang tersedia dengan
sumberdaya menjadi faktor endowment memperhatikan perkembangan jumlah
yang paling besar. Dzulkifli dan Masjhoer
tamu menginap dan malam kamar terpakai
(2020) menjelaskan bahwa pariwisata
berbasis masyarakat adalah bentuk usaha pada waktu-waktu sebelumnya. Selain itu,
kepariwisataan yang erat kaitannya dengan pembiayaan pariwisata dari pemerintah
masyarakat dan bertujuan untuk relatif efisien terhadap pendapatan
menyejahterakannya. Sumberdaya yang pariwisata dari pajak dan retribusi. Dalam
dikelola masyarakat tentu perlu diatur hal ini, efisiensi tidak berarti selalu
penggunaannya agar dapat efektif dan menghasilkan output yang besar tetapi
efisien serta ramah lingkungan.
Temuan Li (2021) terkait output yang dihasilkan optimal terhadap
pengembangan pariwisata di Guangxi inputyang optimal pula. Demikian pula
memperkuat uraian faktor endowmentpada sebaliknya, efisiensi ini bukan sekadar
penelitian ini. Sumberdaya pariwisata minimalisasi input tetapi optimalisasi input
dasar membawa peran besar dalam untuk menghasilkan outputyang optimal.
mendorong peningkatan perekonomian. Hal ini sejalan dengan temuan Chaabouni
Selama tahun 2013–2017, jumlah
(2018) bahwa efisiensi dari sisi input atau
tamu menginap paling banyak berada di
Provinsi Jawa Barat, baik tamu asing output akan mendorong peningkatan
maupun domestik. Selain fasilitas di hotel, manajemen kepariwisataan regional.
Tabel 1.Skor Efisiensi Pariwisata 9 Provinsi di Jawa-Bali-Nusa Tenggara, 2013-2017
93
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
94
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
dan penyediaan fasilitas perhotelan. Secara ditargetkan. Besaran selisih ini harus
detail, rasio jumlah tamu menginap diperkecil untuk mengurangi inefisiensi.
terhadap jumlah tempat tidur yang tersedia Pada tahun 2017, provinsi Jawa
paling tinggi terdapat di provinsi Jawa Tengah tercatat relatif tidak efisien dalam
Tengah sebesar 207,15 danprovinsi DKI belanja pemerintah sektor pariwisata dan
Jakarta mencapai rasio 201,49.Hanya DKI penyediaan fasilitas perhotelan dengan
Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Bali yang nilai efisiensi 99,31 persen. Hal ini
relatif efisienpada tahun 2017. Inefisiensi dikarenakan ketiga input yang digunakan
di provinsi Jawa Tengah karena penurunan tidak efisien. Belanja pariwisata masih
rasio jumlah tamu menginap terhadap harus diturunkan sebesar 39,26 persen;
jumlah tempat tidur yang tersedia menjadi jumlah pekerja 0,69 persen; dan jumlah
205,84. tempat tidur yang disediakan 22,10 persen.
Terdapat hal yang menarik,yakni pada
DecisionPotential Improvement Rate inputjumlah tenaga kerja, nilai slack
(PIR) efisiensinya sebesar nol. Hal ini
Hasil penghitungan efisiensi pada dikarenakan nilai input tenaga kerja yang
tabel 1 perlu di-breakdown lebih rinci ditargetkan besarnya sama dengan
terkait komponen yang perlu dilakukan proporsi dari nilai efisiensi input
efisiensi. Terdapat 3 komponen yang aktualnya. Hal ini berbeda dengan
digunakan dalam penghitungan efisiensi inputbelanja pariwisata dan jumlah tempat
ini, yaitu belanja pariwisata, jumlah tidur yang disediakan. Proporsi input
pekerja pariwisata, dan jumlah tempat aktual terhadap efisiensi belum mampu
tidur tersedia. Hasil penghitungan mencapai input yang ditargetkan sehingga
Potential Improvement Rate (PIR)untuk terdapat nilai slack sebesar 100,98 miliar
provinsi yang teridentifikasi tidak efisien rupiah dan 14.414 tempat tidur.
tersaji pada tabel 2. Ketidakmampuan ini berkaitan dengan
Decision melalui PIR ini didekati jumlah akomodasi yang tersedia di suatu
melalui persentase perbedaan nilai input wilayah. Chaabouni (2018) menemukan
aktual terhadap nilai input efisien yang bahwa jumlah hotel dengan kelengkapan
ditargetkan. Besaran PIR ini digunakan fasilitasnya memiliki pengaruh sangat
untuk memberi batas penurunan inputyang besarpada efisiensi pariwisata di suatu
dapat dilakukan guna meningkatkan wilayah.
efisiensi.Untuk provinsi yang Provinsi DI Yogyakarta, Jawa
teridentifikasi efisien dalam pengelolaan Timur, dan Nusa Tenggara Timur perlu
keuangan pemerintah sektor pariwisata melakukan efisiensi belanja pariwisata dari
dan penyediaan fasilitas perhotelan, nilai sisi pemerintahdan jumlah pekerja serta
input aktual sama dengan nilai inputefisien jumlah tempat tidur tersedia dari sisi
yang ditargetkan. Pada provinsi yang swasta.Hal yang cukup berbeda terjadi di
belum efisienterdapat minimal 1 inputyang Provinsi Nusa Tenggara Barat, yakni
memiliki selisih antara aktual dengan yang ketiga inputtersebut belum menunjukkan
efisiensi yang baik sehingga terdapat nilai
95
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
PIR yang harus dicapai. Variabel jumlah disediakan harus diturunkan sebesar 46,27
tenaga kerja memiliki nilai slack sebesar persen.
2.459 orang. Penurunan jumlah tenaga Sektor pariwisata di provinsi Nusa
kerja yang harus dicapai juga cukup besar, Tenggara Barat sedang mengalami
yakni 64,57 persen. perkembangan pesat. Inefisiensi yang
Provinsi Nusa Tenggara Barat terjadi sangat wajar karena para pelaku
memiliki efisiensi yang relatif sangat usaha sedang menjalani proses perintisan
rendah pada tahun 2016, yakni 53,73 bisnis wisata. Kelebihan-kelebihan dalam
persen. Inefisiensi ini dikarenakan adanya penyediaan input menjadi bentuk
deviasi antara input aktual terhadap input responspara pelaku usaha untuk membuka
efisien yang ditargetkan. Deviasi paling peluang tingkat konsumsi yang besar.
besar terjadi pada inputtenaga kerja, yakni Hosseini & Hosseini (2021) menjelaskan
56,59 persen dengan nilai slack efisiensi juga bahwa performa pariwisata di suatu
sebesar 1.171 orang. Kedua input yang lain wilayah sangat bergantung padainput-
memiliki nilai PIR sebesar 46,27 persen, input strategisnya. Ketika input yang
yang berarti bahwa input belanja digunakan tidak maksimal, optimalisasi
pariwisata dan tempat tidur yang hasil akan gagal.
Tabel 2.Potential Improvement Rate dan Slack Efisiensi 9 Provinsi Berdasarkan Input-Oriented
CRS Model Tahun 2017 dan 2016
Tempat Tidur
Belanja Pariwisata Jumlah Pekerja
Tersedia
DMU (Provinsi) Efisiens
Tahun 2017 i Slack
PIR Slack PIR
(Orang PIR (%) Slack
(%) (Rp 000) (%)
)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
DKI Jakarta 1,00000 0,00 0 0,00 0 0,00 0
Jawa Barat 1,00000 0,00 0 0,00 0 0,00 0
- 100.976.75
Jawa Tengah 0,99307 -0,69 0 -22,10 14.414
39,26 6
- 320.429.27 -
DI Yogyakarta 0,83439 0 -28,75 4.437
83,56 7 16,56
- 277.117.84 -
Jawa Timur 0,78503 0 -32,33 8.694
70,75 9 21,50
Banten 1,00000 0,00 0 0,00 0 0,00 0
Bali 1,00000 0,00 0 0,00 0 0,00 0
- -
Nusa Tenggara Barat 0,51831 0 2.459 -48,17 0
48,17 64,57
Nusa Tenggara - -
0,64342 88.194.080 0 -50,10 1.855
Timur 88,38 35,66
Tahun 2016
96
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
97
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Tabel 3.Wilayah Acuan Benchmarking dan Komponen λ pada Efisiensi Pariwisata di 9 Provinsi di
Pulau Jawa-Bali-Nusa Tenggara Tahun 2017 dan 2016
Komponen 1 Komponen 2
DMU (Provinsi)
Total λ
Tahun 2017 Wil. Wil.
λ λ
Referensi Referensi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
DKI Jakarta 1,000 1,000 DKI Jakarta
Jawa Barat 1,000 1,000 Jawa Barat
Jawa Tengah 3,069 3,069 Banten
DI Yogyakarta 1,518 1,518 Banten
Jawa Timur 3,177 3,177 Banten
Banten 1,000 1,000 Banten
Bali 1,000 1,000 Bali
Nusa Tenggara Barat 0,532 0,027 Jawa Barat 0,505 Banten
Nusa Tenggara Timur 0,375 0,375 Banten
98
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Tahun 2016
Wil. Wil. Wil.
λ λ λ
Referensi Referensi Referensi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
DKI Jakarta 1,000 1,000 DKI Jakarta
Jawa Barat 1,000 1,000 Jawa Barat
Jawa Tengah 1,000 1,000 Jawa Tengah
DI Yogyakarta 1,050 0,311 Jawa Tengah 0,739 Banten
Jawa Timur 2,750 0,499 Jawa Tengah 2,251 Banten
Banten 1,000 1,000 Banten
Bali 1,000 1,000 Bali
Nusa Tenggara Barat 0,360 0,050 DKI Jakarta 0,038 Jawa Tengah 0,272 Banten
Nusa Tenggara Timur 0,427 0,427 Banten
Sumber: Hasil Olahan Data (2021)
improvement yang dilakukan akan lebih
b. Benchmarking Provinsi Nusa rumit. Provinsi yang mengacu harus dapat
Tenggara Barat terhadap Provinsi mengidentifikasi faktor endownment
Jawa Barat dan Banten Tahun 2017 provinsi-provinsi yang diacu. Contohnya,
(1 Provinsi terhadap 2 Provinsi) provinsi DI Yogyakarta mengacu Jawa
Inefisiensi pada provinsi Nusa Tengah dan Banten. Kondisi geografis,
Tenggara Barat dapat ditanggulangi kultur budaya, aksesibilitas, dan jenis
melalui benchmarking terhadap provinsi obyek wisata antara Jawa Tengah dan DI
Jawa Barat dan Banten sesuai dengan Yogyakarta banyak kemiripan. Lain
proporsi faktor kepadatan (λ) yang halnya ketika disandingkan antara DI
dihasilkan. Yang harus dilakukan provinsi Yogyakarta dan Banten. Proporsi
Nusa Tenggara Barat adalah benchmark benchmarkingyang cukup besar (sekitar
sebesar 94,92 persen terhadap provinsi 0,739 dari 1,050) terhadap Provinsi Banten
Banten sedangkan sisanya kepada Provinsi lebih dikarenakan potensi improvement
Jawa Barat. Karakteristik provinsi Nusa input provinsi DI Yogyakarta lebih dekat
Tenggara Barat memiliki banyak dengan efisiensi input provinsi Banten.
kemiripan dengan provinsi Banten
daripada Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat c. Benchmarking Provinsi Nusa
dari luas wilayah yang relatif tidak Tenggara Barat terhadap Provinsi
timpang (BPS, 2018) dan kondisi DKI Jakarta, Jawa Tengah dan
masyarakat yang relatif mengelompok. Banten Tahun 2016 (1 Provinsi
Kemiripan ini sangat besar dampaknya terhadap 3 Provinsi)
dalam menentukan kebijakan, khususnya Pada analisis benchmarking ini,
sektor pariwisata. provinsi Nusa Tenggara Barat tercatat
Pola benchmarking lain dengan paling banyak melakukan benchmark,
konsep 1 provinsi terhadap 2 provinsi lain khususnya pada tahun 2016 ini, yakni
adalah benchmarking provinsi DI terdapat 3 provinsi yang dijadikan acuan.
Yogyakarta terhadap Jawa Tengah dan Untuk mencapai input efisien yang
Banten serta Provinsi Jawa Timur terhadap ditargetkan (sebesar 61.280.198.000
Jawa Tengah dan Bantenpada tahun 2016. rupiah untuk belanja pariwisata, 4.931
Pada dasarnya, proses benchmarking suatu orang tenaga kerja, dan 10.305 tempat
wilayah dengan wilayah lain yang lebih tidur yang tersedia) dapat dilakukan
dari 1 wilayah acuan, implementasi benchmarking IRS terhadap provinsi DKI
99
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Jakarta sebesar (684.844.432.000; 41.691; yang terjadi. Provinsi DKI Jakarta dan
66.284) x 0,05029; Jawa Tengah Banten memiliki tingkat efisiensi yang
(337.154.766.000; 22.638; 65.312) x paling stabil selama 5 tahun (2013–2017).
0,03087; dan Banten (51.428.056.000; Provinsi dengan tingkat efisiensi paling
7.243; 16.471) x 0,27231. rendah selama periode tersebut adalah
Nusa Tenggara Barat. Stakeholder terkait
SIMPULAN harus dapat memperhitungkan optimalisasi
input dengan memperhatikan
Provinsi yang teridentifikasi kesejahteraan masyarakat karena
efisien dalam pengelolaan keuangan pengurangan input tenaga kerja dinilai
pemerintah sektor pariwisata dan akan memperburuk kesejahteraan
penyediaan fasilitas perhotelan dapat masyarakat, khususnya yang bekerja pada
dijadikan sebagai benchmark bagi sektor pariwisata.Secara teoretis, hasil
provinsi-provinsilain yang teridentifikasi penelitian ini sangat bermanfaat dalam
tidak efisien.Pada tahun 2017, provinsi upaya pengembangan metode pengukuran
DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Bali efisiensi pada sektor kepariwisataan yang
teridentifikasi efisien pada pengelolaan belum banyak dilakukan di Indonesia.
sektor pariwisata sehingga input efisien Penelitian yang hanya mencakup
pada provinsi-provinsi ini dapat digunakan wilayah Pulau Jawa dan pemilihan skala
sebagai acuan dalam peningkatan efisiensi pengembalian CRS pada penghitungan
5 provinsi yang lain. Efisiensi yang efisiensi merupakan keterbatasan
dilakukan harus memperhatikan faktor penelitian ini. Pemilihan Pulau Jawa, Bali
input dan sumber daya yang dimiliki. dan Nusa Tenggara dilakukan karena
Setiap provinsi memiliki karakteristik wisatawan yang berkunjung ke wilayah ini
sumber daya masing-masing sehingga relatif dominan dibandingkan kepulauan
pemerintah bersama dengan sektor swasta lainnya. Pemilihan skala pengembalian
harus mampu bersinergi terutama dalam CRS lebih dikarenakan keterbatasan
upaya pengadaan dan pengembangan software yang digunakan.Oleh karena itu,
fasilitas kepariwisataan yang berorientasi perlu ada penelitian lebih lanjut dengan
pada optimalisasi sumberdaya. Benchmark memperluas cakupan dan variasi
dilakukan sebagai guidanceuntuk langkah penggunaan skala pengembalian pada
yang akan dilakukan, yaitu dari sisi input penghitungan efisiensi.
saja, output saja, atau keduanya.
Selain melalui benchmarking, DAFTAR PUSTAKA
proses peningkatan efisiensi dapat
dilakukan dengan cara meminimalkan Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik
penggunaan input pada tingkat output yang Hotel dan Akomodasi Lainnya di
tetap.Input yang minimal diharapkan Indonesia 2015-2017. Badan
memperkecil total biaya pengeluaran. Pusat Statistik.
Akan tetapi, pengurangan input yang tidak Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik
terprogram berpotensi menurunkan output Keuangan Pemerintah 2013-2017.
secara signifikan. Penurunan komponen Badan Pusat Statistik.
input didasarkan pada hasil analisis Badan Pusat Statistik. (2018).
inputefisien yang ditargetkan berdasarkan TingkatPenghunian Kamar Hotel
pengolahan DEA Input-Oriented CRS Tahun 2013–2017. Badan Pusat
Model. Persentase penurunan yang Statistik.
disarankan sudah mencakup komponen Atan, M. &Arslanturk, Y.
slack yang merupakan nilai optimal (2015).Efficency of the Tourism
penurunan input dibawah tingkat efisiensi Potential of World.Gazi Journal of
100
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
101
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
102
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Fellyanus Habaora2
2
Mahasiswa di Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Sekolah Pascasarjana IPB ,
Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB, Jl. Raya Dramaga, Babakan, Kec. Dramaga, Bogor, Jawa Barat
aryahabaora@gmail.com
Tien Yustini3
3
Dosen di Ilmu Manajemen Pascasarjana UIGM
Universitas Indo Global Mandiri
Jl. Jenderal Sudirman, KM-4, No.629, Kota Palembang, Sumatera Selatan,
tien_yustini@uigm.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis kondisi eksisting destinasi
pariwisata Pantai Lasiana, Kota Kupang berdasarkan atraksi, aksesibilitas, fasilitas,
kelembagaan, dan ekosistem pariwisata. Penelitian dilaksanakan di Pantai Lasiana Kota
Kupang, bulan Juli–Desember 2019 menggunakan desain Research and Action Research
dan teknik pendekatan deskriptif. Penentuan sampel secara cross section atau sampel
tersedia. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara pada
beberapa informan masyarakat yang ditemui di sekitar objek wisata maupun dengan Kepala
Dinas Pariwisata Kota Kupang dan Penanggungjawab lokasi wisata, dan studi
dokumentasi/kepustakaan. Data dianalisis dengan sortasi informasi dan deskripsi terhadap
poin-poin hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa atraksi wisata Pantai Lasiana tertinggi untuk berenang dan terendah
untuk sekolah alam. Sebagian besar wisatawan mengeluhkan aksesibilitas ke destinasi
wisata. Meskipun demikian, sebagian besar wisatawan berpendapat fasilitas yang ada di
lokasi wisata cukup lengkap. Peran kelembagaan pariwisata dianggap kurang karena orang
berkunjung ke lokasi destinasi lantaran sering ke lokasi atau diajak orang lain. Ekosistem
pariwisata masih terlihat lemah dari aspek investasi, kebijakan, dan sumber daya
pariwisata. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah diversifikasi atraksi, peningkatan
kondisi fisik fasilitas dan involusi fasilitas wisata, efektivitas pemasaran dan promosi
destinasi wisata, peningkatan peran publik, dan perbaikan aksesibilitas destinasi wisata.
103
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Abstract
The purpose of the study was to determine and analyze the existing condition of the Lasiana
Beach tourism destination in Kupang City based on attractions, accessibility, facilities,
institutions, and tourism ecosystems. The research took at Lasiana Beach, Kupang City,
from July – December 2019 using Research and Action Research designs and descriptive
approach techniques. Determination of samples by cross-section or available samples. The
data were analyzed by sorting information and descriptions of the points from the
observations, interviews, and documentation carried out. The results showed that the
highest tourist attraction for Lasiana Beach was for swimming and the lowest for nature
schools. Most tourists complain about the accessibility to tourist destinations. However,
most tourists feel that the facilities at the tourist sites are quite complete. The role of tourism
institutions is considered lacking while people visit a destination because they often visit it
and are invited. The tourism ecosystem still looks weak in terms of investment, policies,
and tourism resources. Recommendations are diversification of attractions, improvement
of the physical condition of facilities and the involution of tourist facilities, the effectiveness
of marketing and promotion of tourist destinations, increasing the role of the public, and
improving the accessibility of tourist destinations.
104
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
research dan action research merupakan peran utama dan sejumlah peran
penelitian tindakan yang dilakukan tidak pendukung. Peran pertama adalah destinasi
hanya untuk memperoleh kebenaran harus berusaha untuk meningkatkan
semata namun juga menciptakan kondisi kesejahteraan sosial dan ekonomi warga
yang diharapkan karena memerlukan yang tinggal di sekitar wilayah destinasi
partisipasi masyarakat secara aktif. tersebut. Peran kedua, destinasi harus dapat
Partisipasi masyarakat dapat berupa menyediakan lapangan usaha tambahan
keadaan persepsi yang dirasakan saat bagi kesejahteraan penduduk dengan
berada dalam suatu objek penelitian menawarkan berbagai kegiatan atau
tersebut, misalnya masyarakat yang sedang pengalaman pariwisata (Ritchie & Crouch,
berkunjung di Pantai Lasiana. Melalui 2003).
action research akan dapat dihasilkan Pantai Lasiana Kota Kupang mulai
formula yang sesuai dengan kondisi dioperasikan untuk umum pada tahun
masyarakat dalam melakukan upaya 1970-an oleh Pemerintah Provinsi Nusa
pemberdayaan masyarakat (Darwis, Tenggara Timur (Pemprov NTT). Tahun
2016). 1986, Pemprov NTT mengembangkan
Penelitian ini menggunakan wisata Pantai Lasiana dengan menyiapkan
pendekatan deskriptif untuk menjelaskan dan membangun fasilitas pendukung
dan menampilkan data dan informasi wisata seperti lopo-lopo, kolam renang,
sesuai temuan lapangan terkait atraksi, kantor pengelola, panggung hiburan, dan
aksesibilitas, fasilitas, kelembagaan, dan jenis bangunan lainnya. Sejak tahun 1997,
ekosistem pariwisata. Populasi dan sampel aset dan manajemen pengelolaan wisata
ditentukan menggunakan metode cross Pantai Lasiana dialihkan dari Pemprov
section terhadap pengunjung lokasi NTT ke Pemerintah Kota Kupang (Pemkot
destinasi. Pengumpulan data dilakukan Kupang) melalui Dinas Kebudayaan dan
dengan observasi lapangan, wawancara Pariwisata Kota Kupang.
pada beberapa informan masyarakat yang Tahun 2009, Pemkot Kupang
ditemui di sekitar objek wisata maupun mengalokasikan dana APBD untuk menata
dengan Kepala Dinas Pariwisata Kota lokasi wisata dengan membangun tanggul-
Kupang dan Penanggungjawab lokasi tanggul pemecah ombak di pantai,
wisata, dan studi kios/warung untuk pedagang, perbaikan
dokumentasi/kepustakaan. Data dianalisis lopo-lopo tetapi penataannya tidak
dengan melakukan sortasi informasi dan optimal. Pantai Lasiana memiliki daya
deskripsi terhadap poin-poin hasil tarik bahari yang sangat potensial namun
observasi, wawancara, dan dokumentasi belum ditata secara baik. Keadaan ini dapat
yang dilakukan. dilihat dari daftar kunjungan wisatawan ke
Pantai Lasiana seperti tersaji pada Tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Daftar Kunjungan Wisatawan Pantai
Gambaran Umum Pantai Lasiana Lasiana
Kunjungan Wisatawan
Destinasi pariwisata adalah kawasan Tahun Total
Mancanegara Lokal
geografis yang berada dalam satu atau
2015 851 29.553 30.404
lebih wilayah administratif yang di 2016 1.177 27.225 28.402
dalamnya terdapat daya tarik wisata, 2017 1.209 39.550 40.759
fasilitas umum, fasilitas pariwisata, 2018 996 29.189 30.185
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling Sumber: Laporan Dinas Pariwisata Provinsi NTT
Tahun 2019
terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan (Undang-Undang Nomor
Informasi dan data pada Tabel 1
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan).
menunjukkan bahwa setiap tahun angka
Suatu destinasi pariwisata memiliki dua
107
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
109
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
akses masuk ke semua objek wisata. penelitian Fanggidae dan Bere (2020) yang
Hendarto (dalam Nisa et al., 2014) menyatakan bahwa fasilitas wisata di
melaporkan bahwa probabilitas Pantai Lasiana memiliki kinerja yang
pengunjung untuk datang dipengaruhi oleh rendah, terdiri atas kondisi fisik lopo,
aksesibilitas lokasi. Kenaikan 1 (satu) kondisi fisik tempat sampah, ketersediaan
tingkat aksesibilitas akan meningkatkan jumlah tempat sampah, dan pemisahan
kemungkinan pengunjung untuk datang jenis tempat sampah organik dan
kembali pada masa yang akan datang nonorganik. Nenobais dan Lada (2017)
sebesar 13 (tiga belas) kali. melaporkan bahwa fasilitas di Pantai
Lasiana kurang memuaskan dari sisi
Fasilitas Pantai Lasiana penataan tempat parkir. Hasil penelitian ini
Puas dan tidaknya wisatawan tidak berbeda dari hasil penelitian
berkunjung ke suatu destinasi wisata Sulaiman et al. (2013) bahwa fasilitas
tergantung pada daya tarik wisata dan lokasi wisata yang cukup layak dan
fasilitas layanan yang ada di destinasi lengkap adalah fasilitas wisata di Pantai
tersebut. Fanggidae dan Bere (2020) Lasiana karena tersedia fasilitas berupa
menyatakan bahwa fasilitas atau sarana agen perjalanan, pusat informasi, salon,
penunjang sangat penting untuk kebutuhan fasilitas kesehatan, pemadam kebakaran,
wisatawan sewaktu-waktu diperlukan hydrant, tourism information centre (TIC),
sehingga tersedianya sarana penunjang pemandu wisata/guiding, plang informasi,
akan memperlancar perjalanan. Susetyarini serta petugas yang memeriksa masuk dan
dan Masjhoer (2018) menyatakan, keluarnya wisatawan.
peningkatan kualitas fasilitas wisata Hasil penelitian ini terkait erat
diharapkan sejalan dengan meningkatnya dengan persepsi pengunjung/wisatawan
kepuasan wisatawan yang berkunjung ke terhadap kebutuhan fasilitas di lokasi
suatu destinasi wisata karena kepuasan wisata. Persepsi terbentuk dari
wisatawan merupakan salah satu tolak ukur karakteristik (Habaora, 2015) dan
keberhasilan suatu daya tarik wisata. preferensi (Riwukore & Habaora, 2019ab;
Ketersediaan fasilitas di lokasi wisata Riwukore et al., 2019) akan kebutuhan
Pantai Lasiana tersaji pada Gambar 4. wisatawan yang berbeda-beda sehingga
wisatawan/pengunjung bisa saja merasa
puas pada 1 atribut tetapi belum tentu puas
terhadap atribut yang lain. Fanggidae &
Bere (2020) menyatakan bahwa fasilitas
bukanlah merupakan faktor utama yang
dapat menstimulus kedatangan wisatawan
ke suatu tempat wisata. Sebagai contoh,
saat pengunjung/wisatawan lapar, di
sekitar lokasi tersedia kantin untuk makan;
saat ingin berenang, tersedia penyewaan
alat renang; dan ketika memerlukan toilet
Gambar 4. Unsur Fasilitas (Sumber: Olahan dan atau kamar ganti, tersedia juga di
data)
dalam lokasi. Meskipun dengan kondisi
fisik fasilitas yang terbatas, hal tersebut
Sebagian besar pengunjung/wisatawan di
cukup memuaskan pengunjung/wisatawan.
Pantai Lasiana menyatakan ketersediaan
Suryadana dan Oktavia (2015) menyatakan
fasilitas di lokasi wisata Pantai Lasiana
bahwa apabila hasil produk lebih rendah
cukup lengkap (55%) dan lengkap (29%),
dari harapan, wisatawan merasa tidak puas;
dan kurang lengkap (16%). Hasil
apabila hasil produk sesuai harapan,
penelitian ini berbeda dengan hasil
wisatawan merasakan puas, dan apabila
110
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
hasil produk melebihi harapan, wisatawan dalam promosi lokasi wisata Pantai
akan merasa sangat puas. Lasiana oleh badan atau biro pemasaran
dalam penelitian ini tidak berbeda dari
Kelembagaan hasil penelitian Sulaiman et al. (2013),
Kelembagaan (ancillary) yaitu Sanam dan Adikampana (2014), Nenobais
organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan dan Lada (2017), Fanggidae dan Bere
untuk melayani wisatawan, seperti (2020). Semuanya menyatakan bahwa
destination marketing management perlu ada usaha kerja yang nyata dan
organzation, conventional and visitor berkelanjutan terkait promosi atraksi,
bureau. Informasi dan data peran aksesibilitas, dan fasilitas lokasi wisata
kelembagaan dalam mempromosikan Pantai Lasiana sebagai destinasi unik di
lokasi wisata Pantai Lasiana dapat dilihat Kota Kupang.
pada Gambar 5.
Ekosistem Wisata
Konsep ekosistem pariwisata
muncul dalam dokumen The Global
Sustainable Tourism Council (GTSC)
Criteria (2017) untuk memperoleh
pemahaman umum tentang pariwisata
berkelanjutan dan merupakan standar
minimum yang harus dicapai oleh setiap
usaha pariwisata. Kriteria ini disusun
dalam 4 (empat) tema utama, yaitu (1)
perencanaan keberlanjutan yang efektif,
Gambar 5. Unsur Kelembagaan (Data diolah) (2) memaksimalkan manfaat sosial dan
ekonomi bagi masyarakat setempat, (3)
Hasil penelitian menunjukkan meningkatkan warisan budaya, dan (4)
bahwa dalam mempromosikan Pantai mengurangi dampak negatif terhadap
Lasiana, peran kelembagaan biro promosi lingkungan. Ekosistem pariwisata adalah
seperti Dinas Pariwisata maupun UPTD suatu lingkungan organik dan nonorganik
yang menangani lokasi wisata sangat yang bersinergi satu sama lain membentuk
rendah. Rata-rata pengunjung/wisatawan tatanan mekanisme sistematis sehingga
datang ke lokasi wisata Pantai Lasiana menghasilkan atau mendorong tersedianya
karena diajak (46%), sering berkunjung produk dan layanan bagi kegiatan wisata
(40%), tahu dari internet terkait (Rahtomo 2018). Kondisi eksisting
pengalaman-pengalaman traveler (5%), ekosistem wisata Pantai Lasiana tersaji
dan lainnya (9%) seperti wisatawan pada Tabel 1.
nusantara atau karena warga Kota Kupang.
Peran yang rendah pada kelembagaan
112
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
115
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
TELAAH TEORITIS-EMPIRIS
POTENSI PANTAI HUNIMUA-LIANG PROVINSI MALUKU
Theoretic-Empiric Study of The Potential of Hunimua-Liang Beach,
Maluku Province
Ubaiyana
Magister Hukum Kenegaraan, Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Jalan Sosio Justisia No. 1, Bulaksumur, Sleman, D.I.Yogyakarta
Ubaiyana25@mail.ugm.ac.id/Ubaiyana25@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan potensi, solusi, dan strategi dalam
merekonstruksi pengembangan Pantai Hunimua. Metode penelitian menggunakan tiga
metode pengumpulan data, yakni wawancara, observasi, dan studi pustaka, yang dianalisis
dengan cara deskriptif kualitatif-analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pantai
Hunimua memiliki potensi yang besar untuk menjadi destinasi wisata prioritas daerah
bahkan prioritas Indonesia. Kekuatan yang dimiliki Pantai Hunimua adalah aksesibilitas
yang mudah, adanya dukungan daya tarik objek wisata lain, terletak di desa/negeri adat,
dan lokasi wisata yang luas. Akan tetapi, dalam memaksimalkan potensi Pantai Hunimua,
terdapat berbagai hambatan yang perlu segera diatasi yaitu klaim Tanah Hunimua,
persoalan internal antara desa/negeri dan daerah, serta lemahnya dukungan pemerintah
pusat.
Abstract
This study aims to find the potential, solutions, and strategies in reconstructing the
development of Hunimua Beach. The research method used three methods of data
collection, namely interviews, observation, and literature study, which analyzed in a
descriptive-qualitative-analytical way. Results of the study show that Hunimua beach has
great potential to become a regional priority tourist destination and even Indonesia's
priority. The strengths of Hunimua Beach are easy accessibility, support for other tourist
attractions, being located in traditional villages, and extensive tourist sites. However, in
maximizing the potential of Hunimua Beach, various obstacles need to be addressed
immediately, namely the Hunimua Land claim, internal problems between the village and
the region, and the weak support from the central government.
116
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
122
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Tabel 2. SWOT
Pengembangan Pantai Hunimua
Strength Weakness
Aksesibilitas dan prasarana umum Daya tarik wisata belum dikembangkan
secara optimal
Ragam budaya dan adat istiadat
masyarakat yang terbuka Kualitas SDM yang masih rendah
Minimnya pemberdayaan masyarakat untuk
Tersedianya SDM pariwisata
Komitmen stakeholder terhadap
perkembangan objek wisata Pantai Permasalahan kepemilikan lahan wisata
Hunimua
Opportunity Threatment
Minat investor terhadap pengembangan Tergerusnya usaha ekonomi kecil karena
Pantai pemodal besar
Meningkatnya kunjungan wisatawan Degradasi nilai-nilai budaya dan adat
mancanegara ke Maluku istiadat masyarakat karena budaya luar
Program pemerintah yang mendukung Kondisi keamanan dan ketertiban yang
pengembangan kepariwisataan nasional mempengaruhi iklim investasi di daerah
Pengembangan bandara internasional Menurunnya daya tarik wisata karena
Pattimura sebagai Gerbang Pariwisata di dampak pembangunan fasilitas dan akivitas
Provinsi Maluku wisata
123
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
124
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
wisata Pantai Hunimua secara layak dan yang meliputi, pendapatan yang diperoleh
mampu bersaing di kancah nasional dan dari usaha negeri, hasil kekayaan negeri,
internasional, serta mendorong masyarakat hasil swadaya dan partisipasi masyarakat,
untuk berpartisipasi melancarkan dan dari hasil gotong royong, dari pungutan,
memelihara keberlangsungan dan dari lembaga kemasyarakatan; b)
pembangunan sarana dan prasarana Pantai bantuan pemerintah yang meliputi, hasil
Hunimua. pajak daerah kabupaten, dana perimbangan
b. Perlunya Diseminasi Dana Negeri keuangan pusat dan daerah, serta bantuan
Pendanaan untuk desa telah pemerintah provinsi dan kabupaten; c)
ditetapkan dalam Pasal 67 ayat (1), (2), dan hibah dan sumbangan dari pihak ketiga
(3) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun yang tidak mengikat; d) pinjaman negeri;
2005, yang berasal dari Anggaran e) hasil kerja sama antarnegeri; f) lain-lain
Pendapatan Belanja Negara (APBN) pendapatan negeri sesuai ketentuan
maupun Anggaran Pendapatan Belanja perundang-undangan yang berlaku (Pasal
Daerah (APBD). Setiap desa akan 45 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten
mendapat dana dari sumber-sumber Maluku Tengah Nomor 1 Tahun 2006
pendapatan desa yang telah ditetapkan tentang Negeri).
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Dana-dana negeri tersebut di atas,
Nomor 37 Tahun 2007 tentang dalam kenyataannya sama sekali tidak
Pengelolaan Keuangan Desa pada pasal 4 diketahui bahkan tidak dipahami oleh
ayat (3), yaitu PAD (Pendapatan Asli masyarakat negeri, khususnya negeri
Desa), Bagi Hasil Pajak Kabupaten/Kota, Liang, padahal dalam menghimpun,
Bagian dari Retribusi Kabupaten/Kota, merencanakan, mengelola, dan
ADD (Alokasi Dana Desa), Bantuan merealisasikan dana negeri, membutuhkan
Keuangan dari Pemerintah Propinsi, partisipasi aktif masyarakat negeri. Oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Desa karena itu, perlu ada diseminasi dana
lainnya, Hibah, dan Sumbangan Pihak negeri. Diseminasi ini penting digalakkan,
Ketiga. Adanya ADD menunjukkan bahwa mengingat fakta yang terjadi di negeri
pemerintah pusat turut berpartisipasi dalam Liang saat ini. Adanya fenomena
membangun desa. ADD diberikan rutin ketidakpercayaan masyarakat kepada
kepada setiap desa, agar menjadi sumber Pemerintah Negeri Liang. Hal ini
pendapatan tambahan yang membantu ditambah, isu korupsi atau rasuah dana
keuangan desa secara berkelanjutan. desa yang ramai menjadi perbincangan
Lebih lanjut dalam ketentuan masyarakat.
pendanaan penyelenggaraan urusan Hal ini terjadi karena tidak ada
pemerintah negeri, berasal dari anggaran transparansi dana negeri dan buruknya
pendapatan dan belanja negeri, bantuan komunikasi antara pemerintah negeri dan
pemerintah, dan bantuan pemerintah masyarakatnya. Masyarakat berpikiran
daerah. Urusan pemerintah daerah yang buruk terhadap pemerintah negeri,
diselenggarakan oleh pemerintah negeri, pemerintah negeri pun terhambat dalam
didanai dengan anggaran pendapatan dan berbuat atau bahkan bersikap tidak peduli
belanja daerah. Penyelenggaraan urusan terhadap tanggung jawabnya dalam
pemerintah oleh pemerintah negeri, memerintah negeri. Jika dana desa dikelola
didanai dengan anggaran pendapatan dan dengan baik, dapat dipastikan bahwa
belanja negeri (Pasal 44 ayat (1), (2), dan antara negeri dan daerah akan bahu-
(3) Peraturan Daerah Kabupaten Maluku membahu dalam membangun objek wisata
Tengah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pantai Hunimua.
Negeri). c. Pembagian Keuangan yang
Sementara itu, pendapatan negeri Menguntungkan antara Daerah dan Negeri
diperoleh dari: a) pendapatan asli negeri
127
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
133
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono No. 165, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa
Timur 65300, Indonesia
dias.satria@ub.ac.id
2
Fakultas Bisnis dan Ekonomika
Joshi Maharani Wibowo
Universitas Surabaya
Jalan Tenggilis Mejoyo, Kali Rungkut, Kec. Rungkut, Kota Surabaya, Jawa
Timur 60293, Indonesia
joshiwibowo@staff.ubaya.ac.id
Abstrak
Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi
tinggi di sektor pariwisata karena terdapat kawasan daya tarik pariwisata yang
diprioritaskan oleh pemerintah nasional yaitu Taman Wisata Alam Kawah Ijen (Kawah
Ijen). Pada tahun 2019, Kawah Ijen ditetapkan sebagai pusat klaster pariwisata Kabupaten
Banyuwangi untuk meningkatkan pertumbuhan perkonomian daerah dengan
memanfaatkan potensi lokal yang ada. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran
klaster pariwisata terhadapan industri pendukung pariwisata berbasis ekonomi kreatif yang
memanfaatkan potensi teknologi industri 4.0 di Kabupaten Banyuwanagi. Hasil penelitian
menunjukkan aplikasi kebijakan klaster pariwisata memiliki dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi khususnya pada sektor industri kreatif yang terletak di Kabupaten
Banyuwangi. Pengembangan klaster pariwisata di area Kawah Ijen, memotivasi
masyarakat lokal untuk melakukan inovasi kreatif seperti menciptakan produk lokal baru
dan lain sebagainya. Sayangnya, pengembangan usaha pada sektor industri kreatif di
klaster kawah ijen mengalami beberapa kendala yang disebabkan oleh faktor sosial,
finansial, dan infrastruktur. Untuk mengatasi kendala tersebut penelitian ini memberikan
beberapa rekomendasi kebijakan berupa penciptaan komunitas yang terintegrasi dengan
teknologi industri 4.0 dan kelembagaan masyarakat lokal. Sehingga akan tercipta
ekosistem berbasis digital di area Jawa Timur yang dapat memotivasi masyarakat untuk
tetap inovatif dan kreatif dengan memanfaatkan potensi yang ada.
134
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Abstract
Banyuwangi Regency is one city in Indonesia with a high potential in the tourism sector
and is famous for its main attraction, Ijen Crater National Park or more known as Ijen
Crater. In 2019, this destination was appointed as the center of the tourism cluster area by
utilizing local potential to support regional economic growth. This research was conducted
to determine the tourism clusters’ role in supporting the creative economy by applying
technology 4.0 in Banyuwangi Regency. The result showed that the tourism cluster policy
application positively encourages local communities to be more creative and innovate, like
creating new SME featured products by utilizing the existing biodiversity and local wisdom
nearby. Unfortunately, the development of the creative industry business in the Kawah Ijen
cluster have some obstacles, caused by social, financial, and infrastructure factors. To
overcome that obstacle, this research also tries to provide recommendation policy
suggestions in the form of local community inventions that integrate local community
institutions and technology 4.0 to overcome the negative impact. The related stakeholder
can create a digital-based ecosystem to motivate local people to continue being innovative
and creative.
135
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
pariwisata serta industri sektor terkait adalah Klaster Pendukung Selingkar Ijen
lainnya pada suatu kawasan tertentu yang (Kawah Ijen) yang berada di Kabupaten
bekerjasama untuk mempengaruhi daya Banyuwangi (Deputi Bidang
saing destinasi pariwisata pada area Pengembangan Destinasi dan Industri
tertentu. Beberapa penelitian sebelumnya Pariwisata, 2016). Klaster Kawah Ijen
menyatakan, pembentukan klaster dipilih karena memiliki destinasi
pariwisata memberi pengaruh positif untuk pariwisata internasional yang juga
meningkatkan pembentukan dan termasuk dalam 10 destinasi pariwisata
pemasaran destinasi pariwisata (tourism prioritas Indonesia, yaitu Taman Wisata
branding) di area tertentu (Ayu, Alam Kawah Ijen (Kawah Ijen) (Agmasati,
Dwihantoro, & Lokantara, 2020). Jackson 2019; Deputi Bidang Pengembangan
(2006) serta Lee, Jang, dan Kim (2020) Destinasi dan Industri Pariwisata, 2016).
juga mendukung teori tersebut karena Selain itu, aktivitas pariwisata dan
sektor pariwisata yang dikembangkan ekonomi yang berada di area Kawah
berdasarkan konsep klaster pariwisata akan Ijen secara langsung memberi multiplier
memicu masyarakat lokal untuk berfikir effect yang positif terhadap sektor terkait.
kreatif dalam mengembangkan aktivitas Contohnya, sektor informasi dan
pariwisata dan perekonomian mereka komunikasi serta sektor angkutan,
secara mandiri daripada hanya bergantung pergudangan, jasa penunjang angkutan,
pada subsidi yang diberikan oleh pos, dan kurir di Kabupaten Banyuwangi
pemerintah. Selain itu, klaster pariwisata (Aji, Pramono, & Rahmi, 2018).
juga memiliki peran penting dalam Aktivitas pengembangan daya
pembangunan daya saing daerah berbasis saing klaster pariwisata berbasis industri
ekonomi kreatif karena memberikan ekonomi kreatif pada Kabupaten
sumbangan pasti terhadap Pendapatan Asli Banyuwangi telah dilakukan sejak tahun
Daerah (PAD) dan optimalisasi 2016. Sayangnya, aktivitas tersebut tidak
penyerapan tenaga kerja lokal (Tenges, diimbangi dengan aplikasi dan
2016). Sektor pariwisata diyakini sebagai pemanfaatan teknologi era industri 4.0.
sektor yang mampu menggerakan Pemanfaatan teknologi dalam klaster
perekonomian daerah dan memberikan pariwisata Kabupaten Banyuwangi baru
multiplier effect terhadap banyak diaplikasikan pada tahun 2019 (Budi,
pemangku kepentingan dari masyarakat 2020). Integrasi teknologi informasi dan
lokal, pemerintah daerah, pebisnis pada komunikasi dengan aktivitas pariwisata
berbagai level, dan lain sebagainya dan industri kreatif di klaster pariwisata
(Fundeanu, 2015; Setyanto, 2018). Tidak Kawah Ijen akan memberikan manfaat
hanya itu, klaster pariwisata juga berfungsi yang positif pada aktivitas pariwisata dan
sebagai strategi penguatan daya saing industri kreatif terkait, seperti kemudahan
sektor pariwisata dan industri kreatif untuk promosi, pemasaran, dan penjualan
dengan memaksimalkan potensi lokal yang destinasi pariwisata (UNCTAD, 2005).
ada melalui aktivitas pariwisata dan Tidak hanya itu, integrasi teknologi dengan
industri kreatif (Tenges, 2016). klaster wisata dan industri kreatif akan
Salah satu klaster pariwisata yang mempermudah masyarakat mendapatkan
memiliki daya saing tinggi di Indonesia informasi terkait destinasi dan aktivitas
136
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
pariwisata yang dituju secara online serta aktivitas observasi, wawancara mendalam
mendorong terjadinya kontak langsung (in-depth interview), dan focus group
secara digital antara pengelolah destinasi discussion (FGD). Data sekunder
didapatkan melalui studi literatur terkait
pariwisata dengan calon wisatawan
berbagai macam dokumen, seperti jurnal,
(OECD, 2014; Santoso, Handayani, & laporan, dan buku yang didapat melalui
Ningsih, 2015). instansi terkait, tokoh masyarakat, dan
Berdasarkan latar belakang yang internet.
telah dipaparkan, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peran klaster pariwisata HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai strategi peningkatkan aktivitas
Pengembangan pariwisata 4.0
ekonomi kreatif masyarakat Kabupaten
Kawasan Pendukung Selingkar Ijen
Banyuwangi pada era industri 4.0. Hasil dipusatkan pada area Kabupaten
penelitian diharapkan dapat dikembangkan Banyuwangi dengan Taman Wisata Kawah
untuk menciptakan rekomendasi aplikatif Ijen (Kawah Ijen) sebagai destinasi
bagi para pemangku kepentingan terkait, pariwisata unggulan. Pengembangan
seperti masyarakat lokal, investor, dan destinasi pariwisata berbasis digital dengan
pemerintah, khususnya untuk strategi klaster pada area Kawah Ijen
dilakukan untuk memotivasi masyarakat
memaksimalkan daya saing yang dimiliki
agar mau mengembangkan aktivitas
oleh destinasi pariwisata serta masyarakat ekonomi baru sehingga area Kawah Ijen
Kabupaten Banyuwangi melalui aktivitas memiliki keberagaman aktivitas industri
ekonomi kreatif yang terintegrasi teknologi ekonomi kreatif baru. Pengembangan
industri 4.0. potensi lokal tersebut didukung aktivitas
industri terkait, seperti akomodasi dan
METODE amenitas berbasis ekonomi kreatif seluas-
luasnya serta terintegrasi dengan teknologi
Penelitian ini merupakan 4.0. Pada praktiknya, pengembangan
penelitian kualitatif deskriptif yang bersifat industri kreatif pendukung aktivitas
praktis dan dianalis berdasarkan model pariwisata yang terintegrasi teknologi 4.0
analisis interaktif yang dikemukakan oleh pada klaster Kawah Ijen dilakukan
Milles & Huberman (1994). Miles dan berdasarkan potensi yang dimiliki masing-
Huberman (1994) menyatakan, terdapat 3 masing kecamatan Kabupaten
(tiga) tahapan yang harus dilakukan dalam Banyuwangi yang terbagi dalam 7 (tujuh)
melakukan analis penelitian kualitatif kawasan sebagaimana terlihat pada tabel
secara keseluruhan, yaitu reduksi data 1.
(data reduction), paparan/penyajian data Tabel 1 menunjukkan bahwa
(data display), dan penarikan kesimpulan setiap kecamatan di Kabupaten
dan verifikasi (conclusion Banyuwangi memiliki beragam potensi
drawing/verifying). yang dapat ditingkatkan kapasitas
Penelitian dilakukan di Kabupaten ekonominya. Salah satunya adalah
Banyuwangi pada tahun 2019 dengan
Kecamatan Licin yang memiliki peran
berfokus pada destinasi pariwisata yang
tercakup dalam Kawasan Pendukung sebagai kawasan pariwisata, agropolitan,
Selingkar Ijen Kabupaten Banyuwangi dan industri pendukung perekonomian
sesuai dengan Peraturan Presiden Republik daerah. Untuk memfasilitasi potensi
Indonesia No. 80 Tahun 2019. Data dalam tersebut, pemerintah daerah menjadikan
penelitian ini menggunakan data sekunder Kecamatan Licin sebagai pusat aktivitas
dan data primer yang didapatkan melalui
137
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
kreatif pada UMKM dan pariwisata secara cash ataupun melalui virtual
Kabupaten Banyuwangi sebagian besar payments
didominasi oleh aktivitas pada sektor • mengurangi terjadinya scamming
industri akomodasi dan amenitas yang karena melalui platform digital,
sering dibutuhkan oleh wisatawan. pengelolah industri kreatif di sekitar
Aplikasi digital pada sektor destinasi pariwisata Kawah Ijen dapat
industri akomodasi dan amenitas klaster mempromosikan usaha mereka dengan
pariwisata Kawah Ijen sering ditemui di memberikan informasi yang valid
Desa Tamansari Kecamatan Licin terkait fasilitas dan harga
Kabupaten Banyuwangi. Desa Tamansari • teknologi pada klaster pariwisata
merupakan desa terdekat dari destinasi Kawah Ijen juga berperan sebagai
pariwisata Kawah Ijen yang memiliki instrumen pemerluas pasar produk
keunggulan kompetitif dalam industri hasil industri berbasis kearifan lokal
bidang pelayanan publik (public service) Kabupaten Banyuwangi melalui
berbasis ICTs (Information plaform digital, seperti pada website
Communication and Technology Services). https://www.banyuwangi-mall.com/
Penerapan teknologi pada sektor industri dan aktivitas kreatif yang
kreatif berbasis pariwisata di area Desa dipromosikan secara online, seperti
Tamansari memberi keuntungan sebagai Festival gGandrung Sewu dan Festival
berikut. Ngopi Sepuluh Ewuh.
• memberi pilihan akomodasi bagi Pengembangan kawasan klaster
wisatawan melalui platform-platform pariwisata berbasis digital telah
digital tourism yang terintegrasi mempercepat masyarakat lokal Kabupaten
dengan fasilitas-fasilitas penunjang Banyuwangi untuk beradaptasi dengan
lainnya, seperti penginapan, jasa ekosistem digital. Aplikasi pariwisata 4.0
transportasi lokal, dan kunjungan pada klaster pariwisata Banyuwangi tidak
pariwisata ke destinasi terdekat hanya memberikan dampak positif
• memotivasi terjadinya kompetisi sehat terhadap sektor industri ekonomi kreatif
antar-UMKM yang telah ada tetapi juga terhadap kelembagaan
sebelumnya dan inovasi kreatif Kabupaten Banyuwangi. Transformasi
UMKM di sektor digital pada usaha pada kelembagaan stakeholder pariwisata
yang mereka miliki atau destinasi Kabupaten Banyuwangi terjadi untuk
pariwisata yang sedang mereka kelola. mendukung tumbuhnya industri ekonomi
• adanya fasilitas pariwisata 4.0 di area berbasis pariwisata dan UMKM pada
destinasi yang terintegrasi dengan Klaster Kawah Ijen. Secara keseluruhan,
literasi keuangan digital akan stakeholder yang memiliki peran dalam
meningkatkan transaksi keuangan pengembangan klaster pariwisata 4.0 dan
wisatawan untuk melakukan industri ekonomi kreatif klaster Kawah
pembelian barang dan jasa di sekitar Ijen dapat digolongkan menjadi empat
destinasi karena metode pembayaran peran utama, yaitu peran dalam
yang beragam, mulai dari pembayaran perlindungan sumber daya, pemberdayaan
masyarakat setempat, penyediaan jasa
139
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Peran
Pemberdayaan Penyedia Penyedia
No Stakeholders Perlindungan
Masyarakat Jasa Data dan
Sumber Daya
Setempat Pariwisata Informasi
Badan Perencanaan
3 Pembangunan Daerah √ √ - √
Kabupaten Banyuwangi
Badan Penanggulangan
4 Bencana Kabupaten √ - - √
Banyuwangi
5 Swasta √ √ √ √
Komunitas Transportasi
6 - √ √ √
Lokal
Perhimpunan Hotel dan
7 Restoran Indonesia - - √ -
(PHRI)
Asosiasi Perusahaan
8 Perjalanan Wisata - - √ -
Indonesia (ASITA)
Himpunan Pramuwisata
9 - - √ -
Indonesia (HPI)
Badan Promosi Pariwisata
10 - - √ √
Daerah Kab. Banyuwangi
BUMDes dan BUMDesa
11 √ √ - √
Bersama
12 Perhutani √ √ √ √
13 LSM Berbasis Konservasi √ √ - -
14 Koperasi - √ - -
15 Pemuda √ - - -
16 Masyarakat Setempat √ - - -
Sumber: Data Primer, 2020
Tabel 3. UMKM Rumah Makan Kabupaten Banyuwangi beserta Trennya Ssecara Digital Tahun
2020
142
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Ihen memiliki dampak positif serta daya saing industri kreatif Kabupaten
beberapa kendala dalam aplikasinya. Banyuwangi.
Secara positif, klaster pariwisata dapat • Peningkatan kualitas SDM masyarakat
memotivitasi para pemangku kepentingan lokal melalui program seminar,
untuk melakukan penciptaan destinasi pelatihan, dan workshop untuk
pariwisata dan produk UMKM baru memberi pemahaman pada para pelaku
dengan memanfaatkan kearifan lokal dan usaha terkait pentingnya pemanfaatan
keanekaragaman hayati yang ada di sekitar teknologi 4.0 sebagai fasilitas
mereka, serta berusaha memperkenalkan penunjang daya saing dan kapasitas
hal tersebut kepada masyarakat luas ekonomi industri ekonomi kreatif di
dengan memanfaatkan instrumen Kabupaten Banyuwangi.
teknologi. • Pembentukan komunitas lokal yang
Kendala pada aplikasi anggotanya terdiri atas para pemangku
pengembangan industri kreatif pada klaster kepentingan industri kreatif Kabupaten
Kawah Ijen disebabkan oleh beberapa hal, Banyuwangi yang terintegrasi secara
seperti pendekatan sosial yang kurang digital. Komunitas akan menjadi
sesuai untuk meningkatkan daya saing instrumen digital untuk memberi
industri ekonomi kreatif Kabupaten informasi terkait permodalan, tren
Banyuwangi, rendahnya kualitas SDM pasar, dan tren teknologi, seperti sosial
masyarakat pedesaan, rendahnya modal media yang dibutuhkan untuk
yang digunakan untuk memulai usaha membidik konsumen yang tepat dalam
UMKM, serta akses permodalan diikuti promosi dan branding industri. Selain
dengan minimnya informasi terkait itu, komunitas juga berfungsi sebagai
investasi, tren pasar, dan pelatihan yang wadah sosial untuk melakukan transfer
dibutuhkan menunjang kapasitas UMKM ilmu dan pertukaran informasi yang
dan pengembangan destinasi pariwisata dibutuhkan oleh para stakeholder
lokal, serta minimnya infrastruktur yang untuk menghindari strategi/kebijakan
ada di daerah pedesaan untuk menunjang yang tumpang tindih dan merugikan
aktivitas industri ekonomi kreatif. Kendala satu sama lain.
tersebut dapat diatasi melalui penguatan
kelembagaan masyarakat lokal dan para DAFTAR PUSTAKA
pemangku kepentingan lainnya dalam
wadah komunitas yang terintegrasi secara Agmasati, S. (2019, August 23). Apa Itu 10
digital sehingga kebijakan klaster Destinasi Wisata Prioritas? Tugas
pariwisata akan lebih efektif dan dampak Lama untuk Wishnutama.
positif 2 (dua) arah terhadap industri kompas.com,
ekonomi kreatif dan penciptaan ekosistem https://travel.kompas.com/read/20
digital 4.0 di Kabupaten Banyuwangi. 19/10/23/104726127/apa-itu-10-
destinasi-wisata-prioritas-tugas-
Rekomendasi lama-untuk-
Berikut ini adalah beberapa wishnutama?page=all
rekomendasi kebijakan yang kami ajukan Aji, R. R., Pramono, R. W. D., & Rahmi,
untuk mengatasi hambatan pada aplikasi D. H. (2018). Kontribusi Sektor
pengembangan industri kreatif di era Pariwisata Terhadap Ekonomi
Industri 4.0 pada klaster Kawah Ijen. Wilayah Di Provinsi Jawa Timur.
• Penciptaan strategi baru menggunakan Jurnal Planoearth, 3 (2), 57.
pendekatan bisnis yang memberi BEKRAF. (2019). Laporan Kinerja Badan
dampak sosial positif terhadap Ekonomi Kreatif tahun 2019.
masyarakat lokal untuk meningkatkan Jakarta.
145
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Beljai, M., Mutasib, E. K. S. H., & Lee, Y. J. A., Jang, S., & Kim, J. (2020).
Sulistyantara, B. (2014). Konsep Tourism clusters and peer-to-peer
Penataan Lanskap Untuk Wisata accommodation. Annals of
Alam di Kawasan Taman Wisata Tourism Research, 83 (May),
Alam Sorong. Journal of People 102960.
and Environment, 21 (3), 356– Milles, matthew b, & Huberman, A.
365. (1994). Qualitative Data Analysis
Boiko, M., Bosovska, M., Vedmid, N., (2nd ed.). London: Sage
Melnychenko, S., & Okhrimenko, Publication.
A. (2017). Development of the OECD. (2014). Tourism and the creative
tourism cluster. Problems and economy. OECD, pp. 1–180.
Perspectives in Management, 15 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
(4), 134–149. (2019a). Analisa Potensi dan
Borkowska-Niszczota, M. (2015). Tourism Strategi Pengembangan Pariwisata
Clusters in Eastern Poland - di Wilayah Pengembangan
Analysis of Selected Aspects of Pariwisata (WPP) III Sukamade,
the Operation. Procedia - Social Kabupaten Banyuwangi.
and Behavioral Sciences, 213, Kabupaten Banyuwangi.
957–964. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Budi, B. (2020). Era Revolusi Industri 4. 0 (2019b). Kelembagaan Ijen
Sebagai Solusi Meningkatkan Tourism Cluster Kabupaten
Daya Saing Sektor Pariwisata di Banyuwangi. Kabupaten
Indonesia. (Decsember 2019). Banyuwangi.
Damanik, J., & Weber, H. (2006). Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Perencanaan Ekowisata dari Teori (2019c). Master Plan:
ke Aplikasi. Yogyakarta: Pengembangan Creative HUB
PUSPAR UGM. Community Based Tourism
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Kawasan Agrowisata Ijen
dan Industri Pariwisata. (2016). Banyuwangi. in Pemerintah
LAKIP 2016: Laporan Kabupaten Banyuwangi.
Akuntabilitas Kinerja. Jakarta: Kabupaten Banyuwangi.
Kementerian Pariwisata. Presiden Republik Indonesia. (2019).
Fundeanu, D. D. (2015). Innovative Peraturan Presiden Republik
Regional Cluster, Model of Indonesia No. 80 Tahun 2019
Tourism Development. Procedia Tentang Percepatan Pembangunan
Economics and Finance, 23 Ekonomi di Kawasan Gresik -
(Ocktober 2014), 744–749. Bangkalan - Mojokerto - Surabaya
Götz, M., & Jankowska, B. (2017). - Sidoarjo - Lamongan, Kawasan
Clusters and Industry 4.0 – do they Bromo-Tengger-Semeru, Serta
fit together? European Planning Kawasan Selingkar Wilis dan
Studies, 25 (9), 1633–1653. Lintas Selatan.
Jackson, J. (2006). Developing regional Reed, M. S., Graves, A., Dandy, N.,
tourism in China: The potential for Posthumus, H., Hubacek, K.,
activating business clusters in a Morris, J., … Stringer, L. C.
socialist market economy. (2009). Who’s in and why? A
Tourism Management, 27 (4), typology of stakeholder analysis
695–706. methods for natural resource
Kementerian Komunikasi dan Informatika. management. Journal of
(2019). Laporan Kinerja. Jakarta. Environmental Management, 90
(5), 1933–1949.
146
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
147
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan potensi wisata Desa Sumberagung dan
pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat. Informasi geografis diperlukan untuk
mengetahui persebaran potensi wisata dan melakukan inventarisasi potensi serta objek wisata di Desa
Sumberagung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif
untuk mengidentifikasi potensi wisata Desa Sumberagung dan pengembangan pariwisata
berkelanjutan berbasis masyarakat. Data penelitian ini berupa titik koordinat potensi dan objek wisata,
hasil wawancara, dan foto potensi dan objek wisata. Hasil penelitian yang diperoleh adalah Desa
Sumberagung memiliki Sumber Daya Alam yang mampu dikembangkan menjadi objek wisata dan
menarik wisatawan. Pengelolaan pariwisata di Desa Sumberagung kurang optimal karena belum ada
keterlibatan masyarakat secara penuh untuk mengembangkan dan mengelola potensi wisata Desa
Sumberagung. Rekomendasi diberikan guna memberikan referensi dalam pengelolaan dan
pengembangan pariwisata Desa Sumberagung khususnya pengembangan berbasis masyarakat.
Kata Kunci: Potensi wisata, Pariwisata berkelanjutan, Masyarakat.
Abstract
The research aims to map the tourism potential of Sumberagung Village and the development
of community-based sustainable tourism. Geographical information is needed to determine the
distribution of tourism potential and to do an inventory of tourism potentials and attractions in
Sumberagung Village. The research method used is a qualitative method with descriptive analysis to
identify the tourism potential of Sumberagung Village and community-based sustainable tourism
development. The research data is the coordinates of the potential and tourist objects, the results of
interviews and photos of potential and tourist objects. The result of the research is that Sumberagung
Village has natural resources that can be developed into tourist objects and can attract tourists. The
management of tourism in Sumberagung Village is not optimal because there is no full community
involvement in developing and managing the tourism potential of Sumberagung Village.
Recommendations are given to provide references in the management and development of tourism in
Sumberagung Village, mainly community-based development.
Key words: Tourism potential, Sustainable tourism, Community
© 2021 Direktorat Kajian Strategis
148
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
149
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
sumber daya alam namun pengembangannya masyarakat sekitar melalui teknik wawancara
kurang optimal karena kurangnya kesadaran terbuka dan terstruktur dengan teknik snow ball
sebagian masyarakat dalam memperhatikan objek serta observasi langsung pada titik potensi wisata
wisata dan kurangnya individu dalam di Desa Sumberagung. Data pendukung
pengelolaan. Masyarakat masih lebih memilih menggunakan studi literatur untuk memperkuat
bertani atau merantau sehingga objek wisata dan data utama.
potensial wisata tidak terperhatikan dengan baik.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
memetakan potensi wisata dan mengetahui
karakteristik potensi wisata di Desa Sumberagung Potensi Wisata Desa Sumberagung dengan
sebagai dasar pengembangan pariwisata Informasi Geografis
berkelanjutan. Potensi wisata Desa Sumberagung
dengan informasi geografis dipilih untuk
METODE memudahkan dalam memaparkan sebaran potensi
wisata (Rahayuningsih, Muntasib, & Budi, 2016).
Penelitian ini merupakan penelitian Informasi geografis merupakan alat untuk
kualitatif dengan metode analisis data, yaitu memperjelas sebaran dengan interpretasi kondisi
analisis deskriptif kualitatif. Penelitian kawasan aslinya (Ghorbanzadeh, Pourmoradian,
dilaksanakan di Desa Sumberagung, Kecamatan & Blaschke, 2019). Desa Sumberagung memiliki
Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa potensi wisata yang mampu menjadi peluang
Tengah. Prosedur penelitian meliputi proses untuk masyarakat sekitar demi meningkatkan
perencanaan, yaitu mengenai pertanyaan kesejahteraan.
wawancara, dan pengumpulan informasi tata Potensi wisata dari Desa Sumberagung
letak dari Desa Sumberagung dan persebaran dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu
objek wisata yang ada. Pelaksanaan penelitian potensi wisata alami, potensi wisata buatan, dan
dilakukan dengan observasi lapangan dan potensi wisata edukasi. Potensi wisata Desa
pengumpulan data berupa hasil wawancara, foto Sumberagung mampu dikembangkan menjadi
lanskap, dan titik persebaran potensi wisata di objek wisata yang khas dan berpotensi menarik
Desa Sumberagung. Tahap analisis data beserta wisatawan. Pengembangan potensi wisata terkait
reduksi dilakukan berdasarkan tujuan penelitian. dengan berbagai pihak, dari masyarakat lokal
Data penelitian diperoleh dalam bentuk titik sampai pihak pemerintah, dan sumber pendanaan
koordinat objek wisata sebagai dasar pemetaan (Fundeanu, 2015). Pariwisata yang dikelola
yang didapat dari observasi lapangan, foto masyarakat mampu menjadi pusat kegiatan dan
lanskap wilayah kajian, potensi objek wisata, pemerataan penghasilan dari bidang pariwisata
rencana pengembangan objek wisata, (Lekaota, 2015). Informasi kawasan dan sebaran
pengelolaan, dan aksi masyarakat untuk potensi wisata dari Desa Sumberagung disajikan
pariwisata yang diperoleh dari wawancara pada Gambar. 1.
Pokdarwis dan observasi langsung.
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan mewawancarai Pokdarwis atau
150
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Berdasarkan data informasi geografis agrowisata kebun kelengkeng dengan luas sekitar
pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa kawasan 6 ha dengan konsep wisata dan edukasi.
terbesar dari Desa Sumberagung adalah lahan Desa Sumberagung memiliki banyak
persawahan, lahan perkebunan, dan kawasan jenis potensi wisata, yaitu Sendang Gua, Sendang
hutan. Kekayaan alam menjadi potensi yang baik Pancur, Sendang Dhuwur. Sendang merupakan
untuk pengembangan desa wisata (Kim et al., sumber air alami yang biasa muncul di dalam
2015). Desa Sumberagung memiliki potensi tanah dan memiliki kualitas air yang jernih
wisata yang tersebar secara merata dan memiliki (Suwarno, 2021). Sendang di Desa Sumberagung
3 objek wisata yang telah dikenal masyarakat, kebanyakan hanya dimanfaatkan oleh masyarakat
yaitu Sendang Wangi Indah, Jowo Dhuwur View, sekitar sebagai sumber air bagi kebutuhan sehari-
dan Agrowisata Kebun Kelengkeng. hari. Kekayaan alam sumber mata air mampu
Objek wisata Sendang Wangi Indah dimanfaatkan (Folgado-Fernández, Di-Clemente,
memiliki ciri khas, yaitu sumber air alami yang 2019) dan dikembangkan menjadi objek wisata
mengandung sulfur atau belerang rendah dengan berbasis alam (Cole, 2015), kolam alami, dan
bau khas yang dipercaya masyarakat sebagai dimodifikasi sehingga mampu menarik minat
sarana penyembuhan penyakit kulit. Selain itu, wisatawan. Potensi wisata lainnya berada pada
cerita rakyat mengenai Sendang Wangi Indah kawasan hutan dan kawasan persawahan. Potensi
masih berkaitan dengan kejayaan Kerajaan wisata yang mampu dikembangkan pada kawasan
Demak. Keunikan lain dari Sendang Wangi Indah hutan adalah area bumi perkemahan dan dapat
adalah lokasinya jauh dari gunung berapi namun dikembangkan dengan fasilitas kegiatan luar
memiliki sumber air dengan kadar belerang atau ruangan lainnya, seperti outbond dan penunjang
sulfur dan beraroma khas. Objek wisata lainnya lainnya (Smith et al., 2018). Kawasan hutan
adalah Jowo Dhuwur View, yakni objek wisata terdapat jalur tracking pendek atau rute bersepeda
semibuatan yang memadukan pemandangan alam di tengah hutan jati yang dapat dimanfaatkan dan
dengan bangunan, dekorasi modern, dan memiliki nilai jual. Kawasan persawahan
memiliki potensi jalur tracking pagi di area
151
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
152
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
experience ikut dalam proses pembuatan. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
Optimalisasi pengembangan wisata juga mampu sangat dibutuhkan melalui edukasi kepada
dilakukan dengan wisata insitu kultur dengan masyarakat secara langsung atau
mengadopsi budaya sekitar (Liu, 2014) untuk memberipercontohan serta sosialisasi dari
disajikan kepada wisatawan dan menambah pemerintah setempat sehingga masyarakat sadar
kekayaan budaya yang disajikan dalam suatu akan potensi wisata yang dapat dikembangkan.
kompleks wisata. Rekomendasi yang diberikan adalah
Pengembangan pariwisata berkelanjutan eksplorasi potensi wisata yang tertera pada
berbasis masyarakat di Desa Sumberagung harus Gambar. 1 (Pemetaan potensi wisata) sehingga
lebih ditingkatkan untuk mengajak seluruh mampu digunakan dan dibuka sebagai objek
elemen masyarakat untuk sadar wisata. Daerah wisata pendamping dari objek wisata utama.
dengan kepemilikan sumber daya alam yang Promosi wisata Desa Sumberagung
melimpah sangat potensial untuk dimanfaatkan masih perlu ditingkatkan mampu menarik
sebagai objek wisata yang mampu meningkatkan wisatawan untuk mengunjungi Desa
kesejahteraan masyarakat sekitar `(Fennell, Sumberagung. Masyarakat pengelola wisata Desa
2000). Masyarakat harus lebih menyadari potensi Sumberagung mampu memanfaatkan media
wisata di Desa Sumberagung yang dapat sosial, media cetak, dan bekerjasama dengan
dikembangkan sehingga mampu menopang pemerintah setempat untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar. promosi wisata (Zeng & Gerritsen, 2014). Desa
Desa Sumberagung memiliki banyak Sumberagung. Promosi pariwisata dilakukan
sumber daya alam yang sebagian besar belum untuk memberitahukan atau meningkatkan
dikembangkan bahkan belum disadari oleh jumlah wisatawan agar tertarik berkunjung ke
masyarakat. Masyarakat Desa Sumberagung daerah yang telah dipromosikan (Edwards &
memiliki keramah-tamahan yang baik, kebiasaan Curado, 2003). Dengan demikian, promosi
bertani yang mampu dimanfaatkan sebagai dilakukan secara efektif dan tepat sasaran karena
agroedutourism (Ghimire, Centre, & Asia, 2011), wisatawan mempunyai kemampuan dan
dan wisata kuliner khas yang hanya ditemui di keinginan yang berbeda-beda (Madasu, 2013).
Desa Sumberagung. Apabila hal itu Pengembangan usaha masyarakat sangat
dikembangkan, desa ini akan mampu menjadi dibutuhkan. Usaha masyarakat yang memberi
desa wisata yang dapat menyejahterakan fasilitas atau barang sangat diperlukan guna
masyarakat. meningkatkan daya beli wisatawan serta
Pengembangan pariwisata berkelanjutan kesejahteraan masyarakat (Peric, 2017).
berbasis masyarakat mengacu pada 7 indikator Penjualan seperti cenderamata, oleh-oleh khas,
menurut Keliwar, (2013), yaitu pengelolaan atau wisata kuliner masih perlu ditingkatkan
fasilitas, aksesibilitas, promosi, kemitraan, kuantitasnya. Pembagian zonasi dapat dilakukan
pemberdayaan masyarakat, kelestarian alam, dan untuk persebaran titik pelaku usaha dan
budaya. Berdasarkan indikator tersebut, memenuhi daya beli wisatawan di setiap
pengelolaan pariwisata di Desa Sumberagung persebaran zonasi wisata (Job, Becken, & Lane,
belum memenuhi kriteria pengembangan wisata 2017).
yang berkelanjutan berbasis masyarakat. Pengembangan kawasan pertanian dapat
Pemberdayaan masyarakat merupakan dijadikan sebagai salah satu objek wisata Desa
dasar untuk mewujudkan pariwisata Sumberagung. Kawasan pertanian mampu
berkelanjutan berbasis masyarakat (Piartrini, memberi pengalaman pariwisata sekaligus
2018). Masyarakat berperan penting dalam mengedukasi wisatawan (Liang, You, Ji, & Chen,
pengelolaan, aksesibilitas, penyedia jasa, dan 2020). Pembuatan jalur tracking mengelilingi
kelestarian alam (Sutawa, 2012). Keterlibatan persawahan, pengalaman menanam padi,
masyarakat sekitar sangat penting karena Desa pengalaman membajak sawah, hingga menikmati
Sumberagung memiliki potensi wisata yang makanan khas di gubuk tengah persawahan
masih mampu dikembangkan lagi dan perlu peran merupakan konsep matang dalam pengelolaan
aktif dari masyarakat Desa Sumberagung. dan pengembangan pariwisata kawasan
153
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
pertanian. Agroedutourism mampu memberi alam. Potensi wisata sumber air sebagai ikon
edukasi, khususnya pada anak-anak, untuk Desa Sumberagung dapat dikembangkan menjadi
memahami proses penanaman padi sebagai kolam renang alami. Potensi wisata lainnya juga
penghasil beras dan menghargai jasa para petani perlu dikembangkan, seperti potensi agrowisata,
(Belias, Velissariou, & Kyriakou, 2018). potensi wisata kawasan hutan dan pertanian, serta
Pengembangan kawasan hutan Desa usaha masyarakat, seperti oleh-oleh khas dan
Sumberagung perlu di eksplorasi lebih jauh. Desa kuliner khas Desa Sumberagung. Pengembangan
Sumberagung memiliki kawasan hutan luas yang pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat
didominasi hutan pohon jati. Kawasan hutan jati dapat terus dilakukan. Pengembangan berfokus
memiliki jalan setapak yang dapat digunakan pada sumber daya manusia untuk lebih sadar
sebagai objek wisata soft tracking atau lintasan wisata dengan memperhatikan indikator
sepeda dalam hutan atau down hill. Kawasan sustainable tourism dan mewujudkan kawasan
hutan juga memiliki daya tarik yang menjual, pariwisata kompleks yang mampu menjadi mata
yaitu wisata biodiversitas burung (Panuela & pencaharian masyarakat. Pengembangan
Winton, 2017). Kegiatan bird watching dapat pariwisata tidak lepas dari dukungan para
dilakukan dengan jalur soft tracking (Istomina & stakeholder terkait.
Luzhkova, 2016) yang telah ditentukan. Kawasan
hutan Desa Sumberagung memiliki camp ground DAFTAR PUSTAKA
(Gambar 1.) yang dapat dikembangkan untuk
wisata camping dan outbond bagi wisatawan Amerta, I. M. S. (2017). The Role of Tourism
dengan suasana hutan yang asri. Lokasi camp Stakeholders at Jasri Tourism Village
ground juga berdekatan dengan sumber air Development, Karangasem Regency.
sehingga mampu mengakomodasi kebutuhan air International Journal of Social Sciences and
untuk perkemahan. Humanities, 1 (2), 20–28.
Pengembangan sendang atau sumber air Aurel, M., Simina, A., & Ț, Ș. (2016). Measuring
Desa Sumberagung diperlukan untuk menambah Service Quality in Tourism Industry. Social
inventarisasi objek wisata. Objek wisata sumber and Behavioral Science, 221, 294–301.
air yang telah dikelola hanya Sendang Wangi https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.05.11
Indah dan merupakan sumber air dengan aroma 8.
belerang. Akan tetapi, tidak semua wisatawan Belias, D., Velissariou, E., & Kyriakou, D.
tahan dengan bau belerang pada Sendang Wangi (2018). Tourism Consumer Behavior and
Indah, sehingga diperlukan pengembangan dan Alternative Tourism : The Case of
pengelolaan sumber air nonbelerang untuk Agrotourism in Greece. Innovative
dijadikan objek wisata. Desa Sumberagung Approaches to Tourism and Leisure, 465–
memiliki banyak sumber air dengan kekhasan 478.
masing-masing. Sumber air Desa Sumberagung Brown, G. (2006). Mapping Landscape Values
dapat dikembangkan menjadi kolam renang alami and Development Preferences: a Method for
(Febriana, 2015) yang lebih dipilih wisatawan Tourism and Residential Development
karena kolam renang komersial memiliki Planning. International Journal of Tourism
kandungan kaporit tinggi. Pengembangan wisata Research, 113, 101–113.
sumber air perlu dukungan dari pemerintah atau Clarke, H. R. (1993). Tourism, Economic Welfare
investor serta pengelolaan berkelanjutan dari and Efficient Pricing. Annals of Tourism
masyarakat sekitar dan memperhatikan Research, 20, 613–632.
kelestarian alam. Dhan Gurung, K. S. (2008). Ecotourism in Bhutan
Extending its Benefits to Rural
SIMPULAN Communities. Annals of Tourism Research,
35(2), 489–508.
Desa Sumberagung memiliki potensi https://doi.org/10.1016/j.annals.2008.02.00
wisata yang strategis untuk dikembangkan secara 4.
menyeluruh untuk menjadi objek wisata berbasis Edwards, P., & Curado, A. (2003). The Promotion
154
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
of Tourism through Key Concepts and Henrik Permin, Svend Norn, Edith Kruse, P. R.
Specific Discourse. LSP & Professional K. (2013). Pola Pengelolaan Ekowisata
Communication, 3 (1), 26–42. Berbasis Komunitas di Taman Nasional
Febriana, W. W. (2015). Persepsi Wisatawan Gunung Halimun Salak. Jurnal Nasional
tentang Daya Tarik Wisata Pemandian Pariwisata, 5, 110–125.
TirtaAlami Kabupaten Padang Pariaman. Henrik Permin, Svend Norn, Edith Kruse, P. R.
Journal of Home Economics and Tourism. K. (2016). On the history of Cinchona bark
Fennell, D. A. (2000). What â€TM s in a Name ? in the treatment of Malaria. Medicinhist
Conceptualizing Natural Resource-Based Arbog, 9–30.
Tourism What â€TM s in a Name ? Istomina, E. A., & Luzhkova, N. M. (2016).
Conceptualizing Natural Resource-Based Birdwatching Tourism Infrastructure
Tourism. Tourism Recreation Research, 25 Planning in the Ria Formosa Natural Park (
(1), 97–100. Portugal ). Geography and Natural
https://doi.org/10.1080/02508281.2000.110 Resources, 37 (4), 371–378.
14903. https://doi.org/10.1134/S187537281604012
Fundeanu, D. D. (2015). Innovative Regional 0.
Cluster , Model of Tourism Development. Jaelani, A. K., I Gusti Ayu Ketut Rachmi
Procedia Economics and Finance, 23, 744– Handayani, L. K. (2020). Development of
749. https://doi.org/10.1016/S2212- Tourism Based on Geographic Indication
5671(15)00501-8. Towards to Welfare State. International
Ghimire, S., Centre, N., & Asia, S. (2011). Journal of Advanced Science and
Community Participation For Environment- Technology, 29 (3), 1227–1234.
friendly Tourism : The Avenue For Local Job, H., Becken, S., & Lane, B. (2017). Protected
Peace. The Journal of Tourism and Peace Areas in a neoliberal world and the role of
Research, 2 (1), 55–69. tourism in supporting conservation and
Ghoddousi, S., Pintassilgo, P., Mendes, J., & sustainable development : an assessment of
Ghoddousi, A. (2018). Tourism and nature strategic planning , zoning , impact
conservation : A case study in Golestan monitoring , and tourism management at
National Park , Iran. Tourism Management natural World Heritage Sites. Journal of
Perspectives, 26, 20–27. Sustainable Tourism, 25 (12), 1697–1718.
https://doi.org/10.1016/j.tmp.2017.12.006. https://doi.org/10.1080/09669582.2017.137
Ghorbanzadeh, O., Pourmoradian, S., & 7432.
Blaschke, T. (2019). Mapping potential José Antonio Folgado-Fernández , Elide Di-
nature-based tourism areas by applying Clemente, J. M. H.-M. and A. M. C.-C.
GIS-decision making systems in East. (2019). Water Tourism : A New Strategy for
Journal of Ecotourism, 1–23. the Sustainable Management of Water-
https://doi.org/10.1080/14724049.2019.159 Based Ecosystems and. Land, 8 (2).
7876. https://doi.org/10.3390/land8010002.
Gstaettner, A. M., Lee, D., Rodger, K., Maria, A., Kim, H., Lee, S., Uysal, M., Kim, J., Ahn, K.,
Lee, D., & Rodger, K. (2016). Current Kim, H., … Kim, J. (2015). Nature-Based
Issues in Tourism The concept of risk in Tourism : Motivation and Subjective Well-
nature-based tourism and recreation – a Being. Journal of Travel & Tourism
systematic literature review. Current Issues Marketing.
in Tourism, 0 (0), 1–26. https://doi.org/10.1080/10548408.2014.997
https://doi.org/10.1080/13683500.2016.124 958.
4174. Komariah, N. (2018). Development of Tourist
Henrik Permin, Svend Norn, Edith Kruse, P. R. Village Based on Local Wisdom. Journal of
K. (1997). On the history of Cinchona bark Enviromental Management and Tourism,
in the treatment of Malaria. Annnals of IX(6), 14505.
Tourism Research, 24 (3), 566–591. https://doi.org/10.14505/jemt.v9.6(30).05.
155
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Lekaota, L. (2015). The importance of rural Tourism Model : Its Conception and Use A
communities’ participation in the Community-Based Tourism Model :
management of tourism management. Journal of Sustainable Tourism, 16 (5),
Worldwide Hospitality and Tourism 511–529. https://doi.org/10.2167/jost782.0.
Themes, 7 (5), 435–462. Pareta, K. (2013). Remote Sensing and GIS Based
Liu, Y. (2014). Cultural Events and Cultural Site Suitability Analysis for Tourism
Tourism Development : Lessons from the Development. International Journal of
European Capitals of Culture Cultural Advanced Research in Engineering and
Events and Cultural Tourism Development : Applied Sciences, 2 (5), 43–58.
Lessons from the European Capitals of Peric, M. (2017). Organising for community-
Culture. European Planning Studies, based tourism : Comparing attitudes of local
(November), 37–41. residents and local tourism entrepreneurs in
https://doi.org/10.1080/09654313.2012.752 Ravna. Local Economy, 32 (7), 678–691.
442. https://doi.org/10.1177/0269094217734811
Macfarland, G. (2019). Correlation between Piartrini, P. S. (2018). The Relationship Among
Creative Tourism and Agrotourism Services Community Based Tourism Application ,
Experiences: An Empirical Research in the Community Attitude , Community
Mexican Rural Tourism Environment. Empowerment and Community Life
Journal of Applied Business and Economics, Satisfaction. E-Journal of Tourism, 5 (2),
21 (2). 130–143.
Madasu. (2013). Social Media Marketing and Queralt, M., & Witte, A. D. (1998). A Map for
Promoting of Tourism. Management You ? Geographic Information Systems in
Insight. the Social Services. Social Work, 43 (5),
Manuel, J., Martínez, G., María, J., Martín, M., 455–469.
Antonio, J., Fernández, S., & Mogorrón- Rahayuningsih, T., Muntasib, E. K. S. H., & Budi,
guerrero, H. (2019). An analysis of the L. (2016). Nature Based Tourism Resources
stability of rural tourism as a desired Assessment Using Geographic Information
condition for sustainable tourism. Journal of System ( GIS ): Case Study in Bogor.
Business Research, 100, 165–174. Procedia Enviromental Sciences, 33, 365–
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.03.0 375.
33. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2016.03.0
Munt, & Moforth. (2003). Tourism and 87.
Sustainablility. Horizontes Antropologicos, Ridwan, M. (2019). Inventory of Tourism Object
9 (20), 185–203. Based on Sinjai District Geographic
Nahuelhual, L., Carmona, A., Lozada, P., Information System. Prosiding Seminar
Jaramillo, A., & Aguayo, M. (2013). Nasional Pariwisata, 122.
Mapping recreation and ecotourism as a Romanenko, Y. O. (2020). AGRO-TOURISM
cultural ecosystem service : An application ACTIVITIES. International Journal of
at the local level in Southern Chile. Applied Management (IJM), 11 (4), 605–613.
Geography, 40, 71–82. Rong, A., Liang, D., You, Y., Ji, D., & Chen, P.
https://doi.org/10.1016/j.apgeog.2012.12.0 (2020). Journal of Hospitality and Tourism
04. Management Case studies on co-branding
Obie, M. (2020). Cultural and Natural Resources and farm tourism : Best match between farm
as a Tourism Destination in Gorontalo image and experience activities. Journal of
Regency-Indonesia: Its Potentials, Hospitality and Tourism Management, 42
Problemss, and Development. International (November 2019), 107–118.
Journal of Tourism & Hospitality Reviews, https://doi.org/10.1016/j.jhtm.2019.11.009.
6 (2), 01–07. Seyitoğlu, F. (2020). Tourist Experiences of
https://doi.org/10.18510/ijthr.2019.621. Guided Culinary Tours : The Case of
Okazaki, E. (2008). A Community-Based Istanbul Tourist Experiences of Guided
156
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
157
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Abstrak
Abstract
Since the Covid-19 pandemic has spread, the millennial generation's desire for tourism has
had stuck. The government enforces many restrictions on social activities to prevent the
spread of the Covid-19 virus. In fact, according to several studies, before this pandemic
hit, millennials traveled at least once a year. Tourism is the most vulnerable sector to crises
and disasters, including the health crisis we are going through. Even though these
millennials are a group that is reliable enough to enliven the world of traveling, tourist
visits, and supporting the development of tourism in Indonesia. Their closeness to the world
with the development of digital technology, online business, and social media helps
information dissemination about tourism, not only national tourism, but also international.
158
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
The research method used by the researcher is a descriptive quantitative research method
with a survey method using a questionnaire as a data collection tool. Data collection
through questionnaires was carried out from May 11 to June 28, 2021, with a sample of
312 questionnaires. The analysis shows that the local destination that most attracts
millennials today is Pangandaran Beach. Pangandaran Regional Government especially
the Department of Tourism, must have started preparing to welcome tourist visits,
particularly Millennials. Pangandaran tourism must prepare tourist objects that are more
Instagram-able, more attractive facilities with human resources who are ready to help and
serve tourists with good service quality but also continue to protect against the threat of
transmission of the Covid-19 virus.
personal interests or significant activities to forests, or national and marine parks. Then,
individuals. An individual feels that the they set to various activities like rafting
activities performed have a meaningful tours, jungle explorers, bird watching,
value; e. intrinsic interest in the content of scuba diving, exploring natural caves,
the activity, which means there are pleasant surfing, diving, and so on; b. Tourists’
feelings in the activity; f. reported choice presence recognized, physically, mentally,
of or participation in the activity. and emotionally towards the places they
Logically, an individual will visit. The object of the attractions is closely
participate in any activity that they prefer. related to cultural tourism includes cultural
Furthermore, Crow dan Crow (1989) stated heritage and direct exposure to the culture
three factors influence the interest, namely: with the local people. This type of tourist
a. inner urges which refer to the attractions served into cultural experiences
psychological impulses or desire towards in the form of historical-cultural tourism,
something which can spark someone’s rural tourism, exotic cultural tourism, and
interests; b. social motives. It motivates a so on; c. artificial recreation attraction with
person to take an interest in a certain adventure tourism as the most dominant
activity. A person can be well accepted and form of the attraction. Adventure tourism
recognized by their surrounding social works well with places that have natural
environment, including social status, self- sceneries and features.
esteem, prestige, etc. c. emotional factor Gamal Suwantoro (2004) explains
(emotional motive),. It is associated with some reasons behind tourists’ decision to
feelings in the form of impulses, motives, visit particular destinations: 1. The need for
emotional responses, and experiences vacation and recreation, 2. Educational and
gained by an individual. research needs, 3. The Religious or
Travel interest is a person’s spiritual journey, 4. Health-related needs,
interest to take a trip to a particular location 5. Having an interest in a specific culture
to gain unique experiences. Tourist interest and its arts, 6. Security interests, 7. Family
is exclusive. The world of tourism relations needs, 8. Political interests. Based
identifies that the specific interest of on the listed reasons, the author concluded
tourists has resulted from the that tourist interest is the motivational
uniqueness offered by traveling factor to promote them to travel to a
destinations (Fandeli, 1995). Tourist particular destination and give them a
interest is usually seen as a necessity, and personal sense of pleasant experiences like
tourists are seen as consumers. joy, happiness, and satisfaction (Wina
Consequently, the development of a tourist Asty; Vina Kumala, 2021). It can be used
destination should aim to offer tourist as a reference for entrepreneurs in the
attractions that can satisfy the tourists’ tourism industry to fulfill the needs,
interests. Special interest tourism is a form interests, and desires of prospective
of traveling activity where a tourist visits a travelers (Somantri & Dairoh, 2019).
particular destination because of the ability The millennial generation is a
of the location or tourist destination to person who was born in 1982 and
satisfy the consumer’s specific interests or graduated from high school in 2000
goals (Read, 1980, Hall and Weiler, 1992). belongs to millennial generation. Another
According to Fandeli (Fandeli, opinion delivered by Carlson (2008) on
1995), development programs for potential about the definition of the millennial
tourist attractions and destinations are to generation through his book titled “The
accommodate the special interests of Lucky Few: Between the Greatest
tourists, could be in the form of: a. Natural Generation and the Baby Boom” stated that
attractions such as flora, fauna, physical a person who belongs to the millennial
geology, volcanology, hydrology, natural generation must be born between the year
161
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
1983 and 2001. Other researchers proposed preparation of the questionnaire. The data
their theory and opinions regarding the collected is then analyzed further using
millennial generation, but generally, statistical methods to see millennial travel
people born from 1980 to 2000 were interest after the Covid-19 pandemic.
categorized as millennials.
The millennial generation is a RESULTS AND DISCUSSIONS
generation that interacts heavily through
instant communication and information Tourism is one of the most
technology such as e-mail, short message important social institutions in world life
service (SMS), instant messaging apps that be able to learn. It has a literary history
(WhatsApp, line), and social media like and an internal structure with operating
Facebook, Instagram, and Twitter. This principles, and it is extremely sensitive to
generation grew during the internet external influences, both natural and
booming era. According to (Ng et al., cultural. (Smith dan Eadington, 1992)
2010) the characteristics of the millennial The study was carried out from
generation are as follows: each individual 11th May to 20th May 2020, utilizing the
has their unique personality depending on Google form to 312 millennials with the
where they grew up, economic status, and details as follows:
the social status of their family. This
generation has a more open
communication pattern compared to the
previous generations. Social media
fanatics and their life strongly influenced
by the development of information
technology. Millennials have more
exposure to political and economic views,
so they seem to be very reactive to the
dynamics of their surroundings.
Furthermore, they pay attention to their
wealth.
162
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
165
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
167
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Biodata Penulis
Penulis 2:
Syafaat Pradipta
Mahasiswa S2 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana,
Jakarta.
Sur-el: syafaat.pradipta@gmail.com
Penulis 3:
Trubus Sumantono
Mahasiswa S2 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana,
Jakarta.
Sur-el: trubussumantono@gmail.com
Penulis 4:
Ari Ana Fatmawati
Mahasiswi S2 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana,
Jakarta.
Sur-el: ariana.aa66@gmail.com
Penulis 2 :
Erma Ziamah Fatoni
Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Universitas Airlangga
Jalan Airlangga no.4, Surabaya, Jawa Timur 60286
Sur-el : ermaziamah@gmail.com
168
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Penulis 2 :
Fellyanus Habaora
Mahasiswa di Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Sekolah Pascasarjana IPB
Institut Pertanian Bogor
Sur-el : aryahabaora@gmail.com
Penulis 3 :
Tien Yustini
Dosen di Ilmu Manajemen Pascasarjana UIGM
Universitas Indo Global Mandiri
Jl. Jenderal Sudirman, KM-4, No.629, Kota Palembang, Sumatera Selatan,
Sur-el : tien_yustini@uigm.ac.id
Ubaiyana, S.H.
Magister Hukum Kenegaraan, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tahun 2019-2021 sebagai Kepala Divisi Sosial dan Pengabdian Masyarakat Kelurahan
LPDP UGM.
Sur-el : Ubaiyana25@gmail.com dan Ubaiyana25@mail.ugm.ac.id
Penulis 2 :
Joshi Maharani Wibowo
Dosen Ilmu Ekonomi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya 2021 dan
Asisten Tenaga Ahli Kegiatan Perhitungan Nilai Tambah Koperasi dan UMKM Jawa
Timur TA. 2021
Sur-el : joshiwibowo@staff.ubaya.ac.id
169
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Penulis 2:
Cahya Iswara
Mahasiswa program studi Geologi Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta.
Praktisi ahli dalam bidang geologi, survey lapangan dan pemetaan.
Sur-el : cahyaiswara101197@gmail.com
Penulis 3:
Adesty Lasally
Dosen D III Perhotelan di Universitas Mahakarya Asia, Yogyakarta. Lulusan Sarjana
program studi Sastra Prancis Universitas Negeri Semarang dan lulusan Magister program
Kajian Pariwisata Universitas Gajah Mada. Spesifik bidang Perencanaan, Pengembangan,
Monitoring dan Evaluasi Destinasi Wisata. Tergabung dalam Asosiasi Pemandu Gunung
Indonesia (APGI) Provinsi Yogyakarta
Sur-el : adestylasally@unmaha.ac.id
Penulis 2 :
Mira Veranita
Doctoral Pogram in Social Sciences, Pasundan University, Lecturer of Piksi Ganesha.
Polytechnic, Assessor of LSP PPG (Piksi Ganesha Polytechnic Professional Certification
Institute) and Assessor of ASPAPI (Asosiasi Sarjana dan Praktisi Administrasi Perkantoran
Indonesia)
Sur-el : Mirave2198@gmail.com
170
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Busro
Alumni S3 Religious Studies Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
ISNU Jabar Anggota 2018 – 2022.
Sur-el: busro@uinsgd.ac.id
171
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Hayat
Alumni S3 Program Doktor Ilmu Administrasi, S3-Universitas Brawijaya Malang.
Menjabat Sebagai Asisten Ahli dan Dosen Tetap di Universitas Islam Malang. Tahun 2019-
Sekarang menjabat Editorial Bord Jurnal of Governance Innovation Universitas Islam
Raden Rahmat Malang dan Ketua Bidang Inkubator Bisnis P2KIB Unisma.
Sur-el. : hayat.150318@gmail.com
172
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Dr. Rudyanto
Alumni S3 pada Universitas Trisakti, saat ini menjadi Lektor Kepala pada Universitas
Pelita Harapan.
Sur-el: rudyanto62@gmail.com
173
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
Yuliani Dwi
Faculty Member, SBM ITB. Doctor of Philosophy School of Management, Taipei Taiwan
National Taiwan University of Science and Technology. School of Business and
Management, Institut Teknologi Bandung Faculty Member, Bandung Indonesia, Full time
faculty member in Business and Management.
Sur-el : yuliani.dwi@sbm-itb.ac.id
174
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021
PEDOMAN PENULISAN
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan menggunakan
tata bahasa yang benar. Di luar kata dalam bahasa Indonesia harus dicetak miring
4. Naskah ditulis menggunakan font Times New Roman; ukuran font 14 poin untuk
Judul, 12 poin untuk nama penulis dan institusi, 11 poin untuk tulisan utama, 10
poin untuk daftar pustaka, 9 poin untuk tulisan dalam tabel serta sumber gambar
dan tabel; spasi antar paragraf 1.2; margin atas dan kiri 4 cm, margin bawah dan
kanan 3 cm pada kertas berukuran A4 (21 cm x 29,5 cm). Panjang naskah
maksimum 20 halaman serta diberikan nomor halaman disetiap lembarnya.
Seluruh naskah yang dikirim menggunakan format Microsft Word (.doc) atau Rich
Text Format (.rtf).
Sistematika penulisan naskah Jurnal Kepariwisataan Indonesia dapat dilihat pada template
jurnal yang dapat diakses di :
bit.ly/templatejki
175