Anda di halaman 1dari 110

23

SUSUNAN KEANGGOTAAN KELOMPOK KERJA KEGIATAN


PENERBITAN JURNAL KEPARIWISATAAN INDONESIA (JKI) DAN
E-JURNAL PADA DIREKTORAT KAJIAN STRATEGIS
TAHUN ANGGARAN 2021

Penanggung Jawab : Dr. Ir. Wawan Rusiawan, M.M


(Person in Charge)

Ketua Editor : Drs. Robby Ardiwidjaja, MBIT


(Editor in Chief)

Editor Bagian : 1. Norman Sasono, S.E, M.Si


(Handling/Managing/Co- 2. Dini Andriani, S.Sos, M.E
Editor)

Dewan Editor (Editorial Board):


a. Dewan Editor : 1. Dr. Frans Teguh, M.A
Internal Kementerian/Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
2. Drs. Noviendi Makalam, MA
Kementerian/Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
3. Dr. Sri Utari Widyastuti
Kementerian/Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
4. Shanthony, SH, M.H
Kementerian/Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif

b. Dewan Editor 5. Dr. Heri Hermawan


Eksternal Badan Pembinaan Ideologi Pancasila
6. Dr. Bashori Imron, M.Si,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Indonesia
7. Diena Lemy, A. Par, M.M
Scopus ID: 57193734223, SINTA
ID: 5990658, Universitas Pelita Harapan,
Indonesia
8. Busro
Scopus ID: 57205022652, UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, Indonesia
9. Firdaus,
Scopus ID: 57221607180, STKIP PGRI
Sumatera Barat, Indonesia
10. Asep Miftahuddin
SCOPUS ID: 57216936988, Universitas
Padjadjaran, Indonesia
11. Hayat,
Scopus ID: 57216270482, Universitas
Islam Malang, Indonesia

ii
12. Muhammad Arfin Muhammad Salim,
Scopus ID: 57195345354, Politeknik
Pariwisata Makassar, Indonesia
13. Faurani Santi Singagerda,
Scopus ID: 57201670863, Institute
Business and Informatics Darmajaya,
Indonesia

Mitra Bestari : 1. Prof Azril Azahari, Ph.D


(Peer-Reviewers) Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia
(ICPI), Indonesia
2. Prof. Dr. Janianton Damanik, M.Si
Scopus ID: 57192676817, Universitas
Gadjah Mada, Indonesia
3. Prof. Jatna Supriatna, M.Sc, Ph.D
SINTA ID: 5998979, Universitas
Indonesia, Indonesia
4. Prof. Dr. Muhammad Baiquni, M.A
Scopus ID: 57210758742, Universitas
Gadjah Mada, Indonesia
5. Prof.Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd
Scopus ID: 57190879046, Universitas
Pendidikan Indonesia, Indonesia
6. Dr. Bambang Rudito, M.Si
Scopus ID: 36632972600, Institut
Teknologi Bandung, Indonesia
7. Dr. Rudyanto,
Scopus ID: 57219201228, Universitas Tri
Sakti, Indonesia
8. Devi Roza Kausar, Ph.D, CHE
Scopus ID: 3514600550, Universitas
Pancasila, Indonesia
9. Dr. Thomas Stefanus Kaihatu, M.M
Scopus ID: 57191488161, Universitas
Ciputra, Indonesia
10. Dr. Astrid Kusumowidagdo S.T.,M.M
Scopus ID: 57192404810, Universitas
Ciputra
11. Dr. Herlan Suherlan, M.M
Scopus ID: 57201673730, Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung, Indonesia
12. Dr. Rahmi Setiawati
Scopus ID: 57192942985, Universitas
Indonesia, Indonesia
13. Yuliani Dwi Lestari, PhD
Scopus ID: 55766034400, Universitas
Indonesia, Indonesia
14. Nono Wibisono, PhD
Scopus ID: 57193737671, Politeknik
Negeri Bandung, Indonesia

iii
15. Dr. BA (Hons)., Marcella Suryana,
MM.Par
Scopus ID: 57211457469, Politeknik
Negeri Bandung, Indonesia
16. Dwiesty Dyah Utami, S.ST.Par., MM.Par.,
M.Sc
Scopus ID: 57216290194, Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung, Indonesia

Editor Teknis (Assistant Editor):


a. Editor Bahasa : 1. Kiftiawati, S.S., M.Hum (Bahasa
Indonesia)
2. Fitri Sumirah, SS (Bahasa Inggris)

b. Editor Layout : 1. Muhammad Iqbal Rosyidi, S.T


2. Maria Ulfa, S.Sos

Tim Teknologi Informasi : 1. Liza Hesti, S.Kom


(Journal Manager) 2. Debby Permatasari
3. Ahmad Muharom

Desain Grafis : Rizka Dyah Utami, S.E

Tata Usaha/Sekretariat 1. Raditya, SE, M.Sc


2. Masfuhurrizqi Iman, S. Si
3. Fransiska Novieta Prabandari, S.E
4. Prastitya Priswi Kurniasih, MBA
5. Avid Wirayodha Nugraha, S.E
6. Shintya Priscillia Simanjutak, A.Md

Creative Commons Share Alike

iv
DAFTAR ISI
◙ COVER i
◙ SUSUNAN REDAKSI ii - iv
◙ DAFTAR ISI v – vi

1 PENGEMBANGAN DESA WISATA BERKONSEP 71 – 85


KAPASITAS INOVASI DAERAH DI DESA
TANJUNGJAYA, KABUPATEN PANDEGLANG,
PROVINSI BANTEN
Sugeng Santoso, Syafaat Pradipta, Trubus Sumantono, Ari Ana
Fatmawati

2 PENGUKURAN DAN BENCHMARKING EFISIENSI 86 – 102


PARIWISATA DI PULAU JAWA-BALI-NUSA TENGGARA
MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS
TAHUN 2013-2017
Arif Kurnia Wicaksana, Erma Ziamah Fatoni

3 KONDISI EKSISTING DESTINASI PARIWISATA PANTAI 103 – 115


LASIANA KOTA KUPANG BERDASARKAN ATRAKSI,
AKSESIBILITAS, FASILITAS, KELEMBAGAAN, DAN
EKOSISTEM PARIWISATA
Jefirstson Richset Riwukore, Fellyanus Habaora, Tien Yustini

4 TELAAH TEORITIS-EMPIRIS POTENSI PANTAI 116 – 134


HUNIMUA-LIANG PROVINSI MALUKU
Ubaiyana

5 PERAN KLASTER PARIWISATA TERHADAP 134 – 147


EKONOMI KREATIF KABUPATEN BANYUWANGI DI
ERA INDUSTRI 4.0
Dias Satria, Joshi Maharani Wibowo

6 ANALISIS POTENSI WISATA MENGGUNAKAN 148 – 157


INFORMASI GEOGRAFIS DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
BERBASIS MASYARAKAT DI DESA SUMBERAGUNG,
GROBOGAN, JAWA TENGAH
Adifa Risa Bagasta, Cahya Iswara, Adesty Lasally

7 MINAT BERWISATA KAUM MILENIAL DI ERA NEW 158 – 167


NORMAL
Ramayani Yusuf, Mira Veranita

8 BIODATA PENULIS 168 – 169


9 BIODATA DEWAN EDITOR 170 – 171
9 BIODATA MITRA BESTARI 172 – 173
10 PEDOMAN PENULISAN 174

v
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

PENGEMBANGAN DESA WISATA BERKONSEP KAPASITAS


INOVASI DAERAH DI DESA TANJUNGJAYA,
KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN
Development of a Tourism Village with the Concept of Regional
Innovation Capacity in Tanjungjaya Village, Pandeglang District,
Banten Province
Sugeng Santoso , Syafaat Pradipta , Trubus Sumantono , Ari Ana Fatmawati
1 2 3 4

1,2,3,4
Universitas Mercubuana
Kampus Menteng, Jl. Menteng Raya No. 29, Jakarta Pusat 10340
sugeng.santoso@mercubuana.ac.id, syafaat.pradipta@gmail.com,
trubussumantono@gmail.com, ariana.aa66@gmail.com

Diterima: 21 April 2021. Disetujui: 06 Agustus 2021. Dipublikasikan: Desember 2021

Abstrak

Desa Tanjungjaya merupakan salah satu desa yang terdapat di sekitar wilayah Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Provinsi Banten. Potensi yang dimiliki oleh
Desa Tanjungjaya adalah pariwisata dan ekonomi kreatif. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengembangkan model desa wisata berbasis Kapasitas Inovasi Daerah yang diharapkan
berkontribusi dalam kebijakan pembangunan dan pengelolaan desa wisata. Kapasitas
Inovasi Daerah (KID) dikembangkan dari teori Kapasitas Inovasi Nasional (KIN).
Pendekatan KID dilakukan melalui penyesuaian beberapa variabel terhadap faktor daerah,
klaster industri yang dikembangkan, pengembangan ide fungsi produksi, dan kebijakan
strategis daerah, terutama terkait pariwisata dan ekonomi kreatif. Survei dilakukan terhadap
responden yang terdiri atas pemangku kebijakan, pengelola tempat wisata, mitra pengelola,
pengunjung, dan pelaku ekonomi kreatif. Pengolahan data dilakukan dengan regresi
eksponensial. Model desa wisata berbasis inovasi dikembangkan dengan KID sebagai
variabel Y dan variabel X yang terdiri dari 33 variabel: 15 variabel Infrastruktur Umum
Inovasi, 13 variabel Klaster Industri, dan 5 variabel Keterkaitan antara Infrastruktur Umum
Inovasi dengan Klaster Industri. Tiga puluh tiga variabel X secara bersama-sama
mempengaruhi KID dan dapat untuk memprediksi KID sebesar 72,4% (nilai R Square
adjusted). Hasil pengolahan regresi eksponensial secara parsial dengan signifikasi 5%
menunjukkan bahwa: (i) KID akan naik sebesar e.358= 1,43 pada variabel X1.7 (proporsi
jumlah putra daerah yang bekerja di daerah sendiri dibandingkan yang berasal dari luar
daerah) akibat adanya persentase perubahan X1.7 sebesar 35,8% dan (ii) KID akan naik
sebesar e.368 = 1,44 pada variabel X2.13 (jumlah industri yang menggunakan infrastruktur
dan sumber daya yang sama dalam klaster industri kreatif dan pariwisata) akibat adanya
persentase perubahan X2.13 sebesar 36,8%.

Kata Kunci: Desa Tanjungjaya, pariwisata dan ekonomi kreatif, inovasi, regresi
eksponensial

71
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Abstract

Tanjungjaya Village is one of the villages located around the Tanjung Lesung Special
Economic Zone (SEZ), Banten Province. The potential possessed by Tanjungjaya Village
is tourism and the creative economy. The purpose of this study is to develop a tourism
village model based on Regional Innovation Capacity which is expected to contribute to
tourism village development and management policies. Regional Innovation Capacity
(KID) was developed from the theory of National Innovation Capacity (KIN). KID
approach by adjusting several variables to regional factors, developing industrial clusters,
developing production function ideas, and regional strategic policies, especially related to
tourism and the creative economy. The survey was conducted on respondents consisting of
policymakers, tourist attractions managers, management partners, visitors, and creative
economy actors. Data processing is done by exponential regression. The innovation-based
tourism village model was developed with KID as the Y variable and the X variable
consisting of 33 variables: 15 Innovation General Infrastructure variables, 13 Industrial
Cluster variables, and 5 variables of Relationship between Innovation Public
Infrastructure and Industrial Clusters. The 33 variables of X together affect KID and can
predict KID by 72.4% (R Square adjusted value). The results of partial exponential
regression processing with a significance of 5% indicate that: (i) KID will increase by
e^.358 = 1.43 on the X1.7 variable (proportion of the number of regional sons who work
in their region compared to those from outside the region) due to the percentage change in
X1.7 of 35.8%; (ii) KID will increase by e^.368 = 1.44 in the X2.13 variable (number of
industries that use the same infrastructure and resources in the creative and tourism
industry clusters) due to the percentage change in X2.13 of 36.8%.

Keywords: Tanjungjaya Village, tourism and creative economy, innovation, exponential


regression

© 2021 Direktorat Kajian Strategis

PENDAHULUAN semua aspek kehidupan manusia. Pandemi


Covid-19 menyebar secara global pada
Pariwisata merupakan sektor yang tidak kurang dari 218 negara, termasuk
penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu Indonesia, dan melumpuhkan kehidupan
negara. Peningkatan devisa dari wisatawan politik, sosial, budaya, dan ekonomi. Salah
mancanegara, penyerapan lapangan kerja satu kegiatan ekonomi yang mengalami
baik formal maupun informal, dampak paling parah adalah industri
perdagangan, dan jasa dapat pariwisata. Hal ini sebagai akibat dari
menggerakkan dan meningkatkan pembatasan perjalanan yang diberlakukan
perekonomian terutama di sekitar desa di hampir semua negara (World Tourism
tujuan wisata. Industri pariwisata Organization, 2021). Seluruh negara
Indonesia menyumbang 5,7% dari Gross mengeluarkan berbagai kebijakan guna
Domestic Product dan menyerap 9,7% dari menekan penyebaran pandemi ini, mulai
total lapangan kerja pada tahun 2019 dari himbauan dan larangan bepergian,
(WTTC, 2020). penutupan jalur perbatasan antar negara,
Pada awal tahun 2020, dunia menolak kedatangan kunjungan dari
menghadapi pandemi Covid-19 yang negara tertentu, pemberlakuan pembatasan
berpengaruh sangat besar pada hampir perjalanan, kelengkapan dokumen

72
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

kesehatan (hasil PCR atau Antigen SARS- Inovasi dan rekayasa ulang proses
CoV-2) sebagai dokumen kelengkapan bisnis telah menjadi pendekatan yang
perjalanan, serta kewajiban karantina. diterima saat ini dalam upaya mereformasi
Berdasarkan informasi yang disampaikan organisasi sektor publik. Oleh karena itu,
oleh Kemenparekraf/Baparekraf, sejumlah birokrat di negara maju telah
kunjungan wisman ke Indonesia melalui menerapkan konsep ini pada organisasi
seluruh pintu masuk tahun 2020 berjumlah pemerintah dengan tujuan akhir
4.052.923 kunjungan atau mengalami meningkatkan kualitas kinerja
penurunan sebesar 74,84% dibandingkan kelembagaan, terutama dalam menghadapi
tahun 2019 yang berjumlah 16.108.600 berbagai tantangan di era globalisasi
kunjungan (Rahayu, 2021). (Andrea et al., 2020 dan Santoso et al.,
Pariwisata merupakan salah satu 2021). Dalam upaya meningkatkan daya
industri unggulan yang berekspansi dan saing, pemahaman terhadap peran inovasi
mengalami diversifikasi berkelanjutan menjadi sangat penting. Porter (2001)
(Friedman, 2020). Saat ini, Indonesia telah menyatakan bahwa peningkatan inovasi
mendapat pengakuan dari WTC (World dapat meningkatkan produktivitas dan
Trade Center) dengan dikeluarkannya kesejahteraan. Berdasarkan bukti empiris,
WTTC Safe Travels Stamp for Safety terdapat keterkaitan yang erat antara
Protocols untuk Indonesia pada 24 Juli inovasi dan daya saing. Pentingnya peran
2020. Hal ini menjadi potensi dan inovasi pada suatu lokasi (daerah)
kesempatan besar bagi Indonesia untuk ditentukan oleh kapasitas inovasi daerah.
menarik wisatawan, baik dalam maupun Kapasitas Inovasi Daerah dapat
luar negeri agar berkunjung ke Indonesia. diartikan sebagai kemampuan suatu daerah
Salah satu inovasi yang dapat dilakukan untuk menghasilkan aliran inovasi yang
adalah mengembangkan desa wisata di komersil. Kapasitas ini bukan hanya
Indonesia yang potensial secara budaya, tingkat inovasi yang terealisasi tetapi juga
alam, maupun pengembangan Sumber merefleksikan kondisi fundamental,
Daya Manusianya. investasi, dan pilihan kebijakan yang
Salah satu desa yang berpotensi menciptakan lingkungan untuk berinovasi
untuk dikembangkan menjadi desa wisata dalam suatu daerah. Kapasitas inovasi ini
adalah Desa Tanjungjaya yang terletak di tergantung pada teknologi, tenaga kerja,
Kecamatan Panimbang, Kabupaten dan beberapa pilihan kebijakan dan
Pandeglang, Provinsi Banten. Desa investasi yang memengaruhi produktivitas
Tanjungjaya merupakan suatu desa yang (Santoso et al., 2004).
strategis karena dekat dengan Kawasan Percepatan pembangunan
Wisata Tanjung Lesung yang sudah ekonomi membutuhkan perubahan dalam
ditetapkan oleh pemerintah sebagai cara pandang dan perilaku seluruh
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui komponen dengan pemenuhan prinsip
UU RI Nomor 39 Tahun 2009, dilanjutkan dasar perubahan, diantaranya (i) perubahan
dengan PP RI Nomor 26 Tahun 2012 pola pikir (mindset) dimulai dari
tentang Kawasan Ekonomi Khusus pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
Tanjung Lesung, serta Keputusan Ketua pemerintah daerah dengan birokrasinya,
Dewan Kawasan, Kawasan Ekonomi (ii) pemanfaatan dan penguatan modal
Khusus Banten Nomor 505/Kep.587- sosial dalam masyarakat melalui
Huk/2014 tentang Administrator Kawasan peningkatan kapasitas sumber daya
Ekonomi Khusus Provinsi Banten (Andrea manusia untuk meningkatkan kohesivitas,
et al., 2020). Selain itu, wilayah ini juga (iii) produktivitas, inovasi, dan kreativitas,
termasuk dalam kawasan yang diusulkan dan (iv) peningkatan peran dunia usaha
sebagai geopark nasional. dalam pembangunan ekonomi dengan

73
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

melakukan inovasi untuk mengembangkan Kapasitas Inovasi Nasional adalah (i) teori
teknologi dan metode (Perpres Nomor 80 pertumbuhan yang didorong oleh ide
Tahun 2019). (Romer, 1990) yang didasari oleh model
Desa adalah kesatuan masyarakat Solow dan ide fungsi produksi
hukum yang memiliki batas wilayah yang , teori inilah yang menjadi
berwenang untuk mengatur dan mengurus cikal bakal elemen Infrastruktur Umum
urusan pemerintahan serta kepentingan Inovasi (F2); (ii) model ekonomi mikro
masyarakat setempat (UU Nomor 6 Tahun keunggulan kompetitif nasional dan klaster
2014). Diharapkan desa menjadi pemeran industri yang diambil dari teori Porter
utama dalam pembangunan nasional. (1990), yakni teori yang digunakan dalam
Dalam rangka mengembangkan kawasan elemen Klaster Industri (F3); dan (iii)
dan klaster kreatif sebagai pusat unggulan literatur tentang Sistem Inovasi Nasional
ekonomi kreatif, sebagaimana target (Nelson, 1993). Berdasarkan kerangka
Rencana Pembangunan Jangka Menengah pemikiran inilah teori Romer (1990) dan
Nasional (RPJMN) 2020—2024, ragam Furman, Porter, & Stern (2000) tentang
kawasan dan klaster kreatif harus konsep Kapasitas Inovasi Nasional
dikembangkan tidak hanya di wilayah dimodelkan sebagai berikut.
perkotaan dan destinasi wisata
sebagaimana yang telah berjalan selama
ini. Desa, sebagai wilayah administratif
terkecil, memiliki beragam potensi untuk dimana:
dikembangkan sebagai kawasan dan : aliran teknologi baru negara j
klaster kreatif seperti yang ditargetkan pada tahun t
RPJMN. : total tingkat sumber daya
Tujuan dari penelitian ini adalah kapital dan tenaga kerja pada
melakukan pengembangan model desa sektor litbang (the ideas
wisata berbasis inovasi yang diharapkan sector)
menjadi dasar pijakan bagi pihak terkait : total pengetahuan (stock of
dalam mengembangkan kebijakan knowledge) yang dimiliki
pembangunan dan pengelolaan desa wisata pada suatu waktu yang
agar dapat meningkatkan kesejahteraaan menentukan tingkat inovasi
masyarakatnya. pada masa yang akan datang
(future ideas production)
METODE : lingkungan spesifik untuk
inovasi pada klaster industry
: kekuatan hubungan antara
Penelitian ini menggunakan
pendekatan Kapasitas Inovasi Daerah infrastruktur umum inovasi
(KID) yang dikembangkan dari teori dan klaster industri
Kapasitas Inovasi Nasional (KIN). : tingkat sumber daya dan
Pendekatan KID dilakukan dengan kebijakan yang efektif dari
menyesuaikan beberapa variabel dengan infrastruktur umum untuk
faktor daerah dan pengembangan dari ide inovasi
fungsi produksi. Kerangka Kapasitas
Inovatif Nasional berupaya Berdasarkan persamaan inilah
mengintegrasikan beberapa perspektif digunakan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan metode regresi eksponensial
mengenai sumber inovasi di tingkat
nasional. Beberapa teori yang digunakan karena persamaan eksponensial
sebagai acuan dalam pengembangan merupakan konsep Kapasitas Inovasi.
Metode analisis KID (Kapasitas Inovasi

74
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Daerah) merupakan turunan dari analisis ekonomi digital, akses permodalan, rantai
KIN (Kapasitas Inovasi Nasional) dengan nilai dan nilai tambah, business process
penyesuaian beberapa variabel terhadap reengineering, dan daya saing produk.
karakteristik daerah, klaster industri yang Masing-masing variabel diberikan
berkembang di daerah dan pengembangan skor untuk mendapatkan gambaran
dari ide fungsi produksi, serta kebijakan kondisi. Pengolahan statistik yang
dan program strategis daerah. Aplikasi digunakan dalam tulisan ini adalah regresi
pada penelitian ini menggunakan beberapa eksponensial sehingga pola variabel
variabel bebas sebagai (X) dan Kapasitas dependent (criteria) bisa diprediksi
Inovasi Daerah sebagai (Y), dengan melalui variabel independent (predictor)
menekankan variabel-variabel inovasi (Supardi, 2011).
daerah yang diidentifikasi dan pada Secara umum model eksponensial
umumnya terkait klaster industri dirumuskan sebagai berikut (Sudjana,
pariwisata dan ekonomi kreatif. Empat 2003 dalam Sofita, 2015).
elemen yang menentukan Kapasitas
Inovasi Daerah adalah data baseline, i=1,2,...,n
infrastruktur umum inovasi, klaster (1)
industri, dan keterkaitan antara dimana:
infrastruktur umum inovasi dan klaster X : variabel bebas
industri (Santoso et al., 2004). Infrastruktur β : parameter model regresi
umum inovasi terdiri atas sumber daya : 2,71828
inovasi, persediaan pengetahuan, dan e : residual
kebijakan inovasi. Klaster industri terdiri Model regresi eksponensial
atas kondisi input, kondisi permintaan ditransformasikan dengan transformasi
tingkat lokal, strategi perusahaan dan logaritmik dari bentuk nonlinier menjadi
persaingan lokal, serta ketersediaan dan persamaan bentuk linier untuk melakukan
kualitas pemasok lokal. Keterkaitan antara pengujian regresi linier (Saputra, 2015).
infrastruktur umum inovasi dan klaster Bentuk model regresi eksponensial pada
industri merupakan kualitas hubungan persamaan (1) diformulasikan menjadi
keduanya. fungsi Ln (Wibowo, 2001) dan dinyatakan
Penelitian ini menggunakan empat sebagai:
elemen dan 33 variabel (Tabel 1).
(2)
Sejumlah 33 variabel penelitian
dimodifikasi dan disitasi dari artikel jurnal
dan buku yang terdapat pada pustaka yang
terkait pariwisata, ekonomi kreatif,
kebijakan, inovasi, ekonomi syariah,

75
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Tabel 1: Variabel Operasional Penelitian


Elemen Variabel

F1. Data Baseline Penduduk


1. Jumlah penduduk
2. Tingkat Partisipasi Angkatan kerja

F2. Infrastruktur X1.1 Penyusunan Kekayaan Intektual


Umum Inovasi X1.2 Pendaftaran Kekayaan Intektual
X1.3 Pembiayaan Kekayaan Intektual
X1.4 Komersialisasi Kekayaan Intektual
X1.5 Jumlah perguruan tinggi atau sekolah vokasi
X1.6 Tempat untuk penelitian / laboratorium
X1.7 Proporsi jumlah putra daerah yang bekerja di daerah sendiri
dibandingkan yang berasal dari luar daerah
X1.8 Ahli putra daerah/desa
X1.9 Investasi
X1.10 Anggaran litbang pemerintah
X1.11 Anggaran litbang swasta
X1.12 Insentif kegiatan litbang
X1.13 Dukungan pemerintah dalam alih teknologi
X1.14 Adanya kebijakan/program
X1.15 Implementasi kebijakan/program

F3. Lingkungan X2.1 Jumlah klaster industri/nilai tambah disepanjang rantai nilai
Klaster Industri X2.2 Tingkat pengembangan klaster industry
(Pariwisata dan X2.3 Jumlah pemasok lokal bahan baku yang berkualitas
Ekonomi Kreatif) X2.4 Intensitas riset dan pelatihan
X2.5 Tingkat kecanggihan teknologi/inovasi
X2.6 Tanggapan konsumen/pengunjung dalam melakukan adaptasi pada
teknologi/inovasi
X2.7 Tingkat dengan memprioritaskan klaster industri spesifik
(pariwisata dan ekonomi kreatif)kompetisi lokal di tingkat penyedia
bahan baku
X2.8 Tingkat kompetisi dengan industri lain yang menggunakan bahan
baku yang sama
X2.9 Tingkat kecanggihan proses produksi
X2.10 Tingkat keunikan desain produk
X2.11 Tingkat penggunaan internet dalam mendukung kinerja
perusahaan
X2.12 Layanan pembiayaan untuk industri barang dan jasa
X2.13 Jumlah industri yang menggunakan infrastruktur dan sumber
daya yang sama dalam klaster industri

F4. Keterkaitan antara X3.1 Tingkat penyerapan teknologi/inovasi


Infrastruktur Umum X3.2 Kualitas lembaga litbang
Inovasi dengan Klaster X3.3 Penunjang pengembangan usaha
Industri (Pariwisata X3.4 Pakar dari lembaga litbang yang memberikan kontribusi
dan Ekonomi Kreatif) pemikirannya terhadap pengembangan klaster industri kreatif dan
pariwisata
X3.5 Modal Ventura & Crowd Funding

Sumber : Stern et al., 2000 dalam Santoso et al., 2004 dimodifikasi

76
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Penelitian ini dilakukan di Lesung. Jika kita lihat dari pantauan udara,
Kabupaten Pandeglang dengan fokus monografi Desa Tanjungjaya seperti
penelitian, yaitu Desa Tanjungjaya. Dinas kepala lesung. Oleh karena itu, diberi nama
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanjungjaya oleh penggagas pemekaran
Pandeglang dan Pemerintah Desa Desa Tanjungjaya. Pemekaran ini
Tanjungjaya merupakan salah satu bertujuan untuk memudahkan pelayanan
pemangku kebijakan yang berwenang administratif kepada masyarakat.
dalam pengembangan desa wisata di Desa Desa Tanjungjaya memiliki
Tanjungjaya sehingga diharapkan potensi wisata, mulai dari pertanian, alam,
pengembangan desa wisata ini dapat dan pantai di desa tersebut. Akan tetapi
meningkatkan kesejahteraan masyarakat potensi ini memerlukan perhatian serius
Desa Tanjungjaya dan pada akhirnya agar menjadi destinasi wisata alternatif.
meningkatkan PDRB Kabupaten Pada wilayah yang masuk ke dalam KEK
Pandeglang. Berdasarkan lokasi penelitian Tanjung Lesung ini juga banyak berdiri
ini, klaster industri spesifik yang penginapan yang diresmikan oleh Presiden
dikembangkan terkait pariwisata dan Joko Widodo, 23 Februari 2015.
ekonomi kreatif.
Metode pengambilan sampel
dilakukan dengan menyampaikan link
kuesioner yang diberikan secara daring
melalui Google Form guna meningkatkan
efektivitas dan efisiensi di tengah Pandemi
Covid-19 kepada (i) perwakilan
Pemerintah Kabupaten Pandeglang agar
diteruskan kepada pihak terkait, (ii)
pengelola tempat wisata, (iii) mitra
pengelola, (iv) wisatawan yang pernah
mengunjungi Kawasan Wisata KEK Gambar Potensi Desa Tanjungjaya
Sumber: Dok. Pribadi (2021)
Tanjung Lesung, dan (v) pelaku ekonomi
kreatif Kampung Cikadu Desa
Tanjungjaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Tanjungjaya berada pada


koordinat 105°39’9” Bujur Timur dan
6°30’28” Lintang Selatan. Dengan luas
3.301,74 (ha) dan ketinggian 26 m dpl,
tipologi Desa Tanjungjaya adalah desa Gambar Potensi Batik Cikadu Sumber:
pesisir/nelayan dengan jumlah penduduk Dok. Pribadi (2021)
6.865/2.097 Kepala Keluarga
(Desa/Kelurahan, 2021). Desa Selain Kawasan Wisata Tanjung
Tanjungjaya merupakan hasil pemekaran Lesung, Desa Tanjungjaya memiliki
Desa Citeureup pada tahun 1983 yang pada sejumlah obyek yang dapat dikunjungi, di
saat itu dijabat oleh Pejabat Kepala Desa antaranya Cikadu Culture Park, Budidaya
dari desa induk yang bernama M. Salamun. Salak Birus, dan Curug Lengka. Salah satu
Nama Tanjungjaya dijadikan nama desa produk unggulan Desa Tanjungjaya adalah
karena di sebelah utara Ranca Lembang Batik Cikadu dan Festival Tanjung
dan Ranca Reungit ada dataran yang Lesung. Secara empiris, Poon (1993)
menjorok ke lautan, yakni Tanjung menunjukkan bahwa untuk mendapatkan

77
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

keuntungan jangka panjang berkelanjutan dikembangkan oleh pemerintah setempat.


dalam sebuah obyek wisata, penting untuk Selanjutnya, terdapat enam kategori Hak
memiliki suatu keunggulan kompetitif Cipta yang berkaitan dengan wilayah
(Ety, 2019). tersebut, di antaranya adalah Ayo Ke
Tanjung Lesung (EC00202013633) dan
Pendekar Paguyuban Tanjung Lesung
(EC00202013652) (Intelektual, 2021).

Tabel 2: Elemen F1 Data Baseline

Sumber: Intelektual (2021)

Gambar Motif Batik Cikadu Saat ini, dari jumlah penduduk


Sumber: Dok. Pribadi (2021) Desa Tanjungjaya, yaitu 6.865 orang,
tingkat partisipasi angkatan yang bekerja
pada Desa Tanjungjaya sebesar 73%.
Hasil Pengolahan Data Berdasarkan hasil kuesioner yang
1. Variabel pada Elemen F1 dibagikan kepada 53 responden yang
Elemen data dasar/baseline terdiri atas pemangku kebijakan, pengelola
merupakan elemen mendasar yang tempat wisata, mitra pengelola,
menunjukkan tingkat kemampuan inovasi pengunjung, dan pelaku ekonomi kreatif,
dari suatu daerah terhadap daerah-daerah kita dapat melihat bahwa komposisi jenis
lain. Elemen pada data dasar ini meliputi kelamin 76,7% laki-laki dan 23,3%
kekayaan intelektual dan penduduk. perempuan, dengan umur di bawah 30
Seperti yang telah dijelaskan pada metode Tahun sebesar 43,3%, 30--45 Tahun
penelitian, fokus penelitian ini adalah di sebesar 48,3%, dan di atas 45 Tahun
Desa Tanjungjaya. sebesar 8,3%.
Terdapat delapan kekayaan
intelektual yang tercatat pada data 2. Variabel pada Elemen F2, F3, dan
Kemenkumham yang berhubungan dengan F4
Desa Tanjungjaya dan Pantai Tanjung Pengolahan data dengan regresi
Lesung. Ada dua kategori merek, yaitu eksponensial dari pengaruh variabel X
Batik Cikadu & Lukisan (IPT2019031635) terhadap variabel Y dilakukan dengan
serta Rhino X Triathlon Tanjung Lesung + menggunakan alat bantu (tools) SPSS.
Logo (EC00202013633). Batik Cikadu Variabel X yang digunakan dalam
dengan motifnya penelitian ini adalah 33 variabel yang telah
yang spesial merujuk pada Kampung disebutkan pada metode penelitian dan
Cikadu di Desa Tanjungjaya merupakan variabel Y adalah Kapasitas Inovasi
potensi yang harus dijaga dan Daerah. Kuesioner dibagikan kepada 53

78
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

responden. Berdasarkan tabel summary secara bersama-sama berpengaruh


yang diolah menggunakan SPSS, terhadap Y. Hal ini dapat dilihat dari
didapatkan hasil bahwa R Square pada tingkat signifikansinya pada Tabel Model
penelitian ini adalah 0.903 sebesar 90,3% Summary, yaitu 0,000 atau di bawah 0,05
dan adjusted R Square adjusted sebesar sehingga 33 Variabel X tersebut dapat
0,724. Hal ini menunjukkan bahwa 33 digunakan untuk memprediksi variabel Y.
variabel independen (variabel X) member Variabel X adalah 33 variabel dari Elemen
kontribusi pengaruh secara bersama-sama Infrastruktur Umum Inovasi yang
terhadap variabel Y (KID) sebesar 72,4%. mempunyai 15 variabel, di antaranya
pengelolaan kekayaan intelektual,
Tabel 3: Daftar Variabel X dan Variabel Y pendidikan, daya tarik daerah,
(KID) persediaan pengetahuan dan kebijakan
inovasi yang pada prinsipnya digunakan
dalam upaya mengontrol elemen data
dasar, elemen lingkungan klaster untuk
inovasi yang mempunyai 13 variabel (di
Sumber: Hasil Pengolahan Data antaranya usaha/industri inti, strategi
usaha, perilaku konsumen, pemasok lokal,
Tabel 4: Hasil Pengolahan SPSS (Model pengembangan klaster industry), dan
Summary) elemen keterkaitan antara infrastruktur
umum inovasi dengan klaster industri-
industri pariwisata dan ekonomi kreatif
yang mempunyai 5 variabel (di antaranya
ketersediaan modal ventura dan
crowfunding, kolaborasi antara
sekolah/perguruan tinggi dengan
pengusaha/industri, penyerapan dan
diseminasi teknologi dan inovasi).
Pada Tabel Anova, signifikansi
yang digunakan pada penelitian ini adalah
0,05 sehingga berdasarkan tabel di bawah
ini, ada dua variabel yang berpengaruh,
Sumber: Hasil Pengolahan Data yaitu Variabel X1.7 dan Variabel X2.13.
Variabel X1.7 adalah proporsi jumlah
Tabel 5: Hasil Pengolahan SPSS (Tabel Anova) putra daerah yang bekerja di daerah sendiri
dibandingkan yang berasal dari luar
daerah, dengan signifikansi 0,05. Variabel
X2.13 adalah jumlah industri yang
Sumber: Hasil Pengolahan Data menggunakan infrastruktur dan sumber
daya yang sama dalam klaster industri
Tabel Model Summary di atas kreatif dan pariwisata, dengan signifikansi
membuktikan bahwa 33 variabel tersebut sebesar 0,04.

79
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Tabel 6: Coefficients Hasil Penelitian


Coefficientsa
Unstandardized Standardized 95.0% Confidence Interval for
Coefficients Coefficients B
Model B Std. Error Beta t Sig. Lower Bound Upper Bound
1 (Constant) .725 .129 5.600 .000 .453 .996
LNX1.1 -.227 .304 -.448 -.747 .464 -.867 .412
LNX1.2 -.104 .208 -.204 -.499 .624 -.540 .333
LNX1.3 -.090 .205 -.185 -.437 .667 -.520 .341
LNX1.4 .205 .144 .408 1.417 .173 -.099 .508
LNX1.5 -.099 .144 -.202 -.684 .503 -.402 .205
LNX1.6 .068 .091 .140 .746 .465 -.124 .260
LNX1.7 .358 .113 .722 3.177 .005 .121 .595
LNX1.8 -.219 .121 -.450 -1.813 .087 -.473 .035
LNX1.9 -.045 .154 -.079 -.289 .776 -.368 .279
LNX1.10 .165 .145 .333 1.140 .269 -.139 .469
LNX1.11 .133 .149 .242 .892 .384 -.180 .446
LNX1.12 .020 .080 .043 .248 .807 -.148 .188
LNX1.13 .057 .146 .120 .389 .702 -.250 .364
LNX1.14 -.152 .138 -.289 -1.098 .286 -.442 .139
LNX1.15 .126 .146 .271 .864 .399 -.180 .432
LNX2.1 -.032 .192 -.061 -.165 .871 -.434 .371
LNX2.2 .525 .316 .952 1.661 .114 -.139 1.189
LNX2.3 -.435 .344 -.837 -1.265 .222 -1.158 .288
LNX2.4 .126 .192 .258 .656 .520 -.278 .530
LNX2.5 .131 .082 .331 1.601 .127 -.041 .303
LNX2.6 -.056 .154 -.099 -.363 .721 -.380 .268
LNX2.7 -.041 .123 -.076 -.333 .743 -.299 .217
LNX2.8 -.352 .230 -.671 -1.529 .144 -.836 .132
LNX2.9 .071 .156 .145 .451 .657 -.258 .399
LNX2.10 .108 .177 .194 .607 .551 -.265 .480
1 LNX2.11 .115 .082 .255 1.403 .178 -.057 .288
LNX2.12 -.246 .197 -.445 -1.247 .228 -.659 .168
LNX2.13 .368 .166 .659 2.220 .040 .020 .716
LNX3.1 -.282 .196 -.560 -1.437 .168 -.694 .130
LNX3.2 -.126 .194 -.213 -.647 .526 -.534 .283
LNX3.3 .096 .156 .181 .617 .545 -.231 .423
LNX3.4 -.069 .268 -.114 -.258 .799 -.632 .493
LNX3.5 -.089 .144 -.160 -.613 .548 -.392 .215

Sumber: Hasil Pengolahan Data


Lnx2.5-056 Lnx2.6-041Lnx2.7-352 Lnx 2.8
Hasil dari model akhir regresi eksponensial +071 Lnx2.9+108Lnx2.10+ 115Lnx2.11-
berganda dapat dilihat sebagai berikut. 246 Lnx2.12+368 Lnx2.13-282 Lnx 3.1-
LnY=725-227Lnx1.1-104 Lnx1.2- 126Lnx 3.2+096Lnx3.3-069Lnx3.4 -089
090Lnx1.3 +205 Lnx1.4- Lnx 3.5
099Lnx1.5+068Lnx1.6+ 358Lnx1.7-219
Lnx1.8-045 Lnx1.9+ 165 Lnx1.10 Berdasarkan fungsi tersebut, 33 variabel
+133Lnx1.11+.020Lnx1.12+.057Lnx1.13- operasional di atas kita kembalikan ke
152 Lnx1.14+126 Lnx1.15-032 Lnx2.1 bentuk awal sebagai berikut.
+525 Lnx.2-435 Lnx2.3+126Lnx 2.4 +131

80
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

eLNY=e.725*e- .227LNX1.1 *e- dibandingkan yang berasal dari luar


.104LNX1.2 *e-.090LNX1.3 daerah) akibat adanya persentase
*e.205LNX1.4 *e- .099LNX1.5 perubahan X1.7 sebesar 35,8%;
*e.068LNX1.6 *e.358LNX1.7 *e- 2. KID akan naik sebesar 1,44 pada
.219LNX1.8 *e- variabel X2.13 (jumlah industri yang
.045LNX1.9*e.165LNX1.10 menggunakan infrastruktur dan sumber
*e.133LNX1.11 *e.020LNX1.12 daya yang sama dalam klaster industri
*e.057LNX1.13 *e- .152LNX1.14 dengan memprioritaskan
*e.126LNX1.15 *e- pengembangan klaster spesifik
.032LNX2.1*e.525LNX2.2*e- (pariwisata dan ekonomi kreatif) akibat
.435LNX2.3*e.126LNX2.4*e.131LNX2.5 adanya persentase perubahan X2.13
*e- .056LNX2.6*e- .041LNX2.7*e- sebesar 36,8%.
.352LNX2.8*e.071LNX2.9*e.108LNX2.1
0*e.115LNX2.11*e- SIMPULAN
.246LNX2.12*e.368LNX2.13*e-
.282LNX3.1*e- Diperoleh model pengembangan
.126LNX3.2*e.096LNX3.3*e- desa wisata berkonsep Kapasitas Inovasi
.069LNX3.4*e- .089LNX3.5 Daerah di Desa Tanjungjaya dengan
variabel Y adalah kapasitas inovasi dan
Pada Tabel Model Summary variabel X adalah 33 variabel dari Elemen
dengan signifikansi 0,000 (dibawah 5%), Infrastruktur Umum Inovasi, Elemen
regresi ekponensial di atas dapat Lingkungan Klaster Industri Pariwisata
diinterpretasikan bahwa 33 variabel X dan Ekonomi Kreatif, dan Elemen
secara bersama-sama akan memengaruhi Keterkaitan antara Infrastruktur Umum
variabel (KID) sebesar 2,06. Nilai KID Inovasi dengan Klaster Industri Pariwisata
untuk uji t parsial dengan signifikansi 5% dan Ekonomi Kreatif. Tiga puluh tiga
akan mengalami peningkatan tertinggi variabel X secara bersama-sama
akibat pengaruh variabel X sebagai memengaruhi Kapasitas Inovasi Daerah di
berikut. Desa Tanjungjaya, Kabupaten Pandeglang,
1. Proporsi jumlah putra daerah yang Provinsi Banten dan dapat digunakan
bekerja di daerah sendiri dibandingkan untuk memprediksi KID sebesar 72,4%.
yang berasal dari luar daerah (Variabel 1. Interpretasi secara regresi
X1.7), dimana KID akan meningkat ekponensial adalah sebagai berikut:
sebesar e.358 = 1,43. 2. Nilai KID akan mengalami
2. Jumlah industri yang menggunakan peningkatan pada proporsi jumlah
infrastruktur dan sumber daya yang putra daerah yang bekerja di daerah
sama dalam klaster industri kreatif dan sendiri dibandingkan yang berasal
pariwisata (Variabel X2.13) dengan dari luar daerah (variabel LNX1.7),
memprioritaskan pengembangan dimana KID akan meningkat sebesar
klaster industri spesifik, yaitu e.358 = 1,43.
pariwisata dan ekonomi kreatif, 3. Nilai KID mengalami peningkatan
dimana KID akan meningkat sebesar pada jumlah industri yang
e.368 = 1,44. menggunakan infrastruktur dan
sumber daya yang sama dalam
Jika dinterpretasikan secara Elastisitas*), klaster industri dengan
1. KID akan naik sebesar 1,43 pada memprioritaskan pengembangan
variabel X1.7 (proporsi jumlah putra klaster spesifik, yaitu pariwisata dan
daerah yang bekerja di daerah sendiri ekonomi kreatif (variabel LNX2.13),

81
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

dimana KID meningkat sebesar pengembangan klaster spesifik yaitu


e.368 = 1,44. pariwisata dan ekonomi kreatif.

Hasil Pengembangan Desa Wisata DAFTAR PUSTAKA


Berkonsep Kapasitas Inovasi Daerah di
Desa Tanjungjaya, Kabupaten Buku
Pandeglang, Provinsi Banten diharapkan Atmaja, L. S. (2009). Statistik untuk Bisnis dan
dapat menjadi masukan dan pertimbangan Ekonomi. Yogyakarta: CV. Andi
bagi pihak terkait dan pengambil Offset.
kebijakan baik di pemerintah pusat Nelson, R. (1993). National Innovation
Systems: A Comparative Analysis.
maupun pemerintah Provinsi Banten dan
Oxford: Oxford University Pres.
Pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam Poon, A. (1993). Tourism, Technology and
mengembangkan desa wisata berbasis Competitive Strategies. Wallingford:
inovasi yang diharapkan memberi C.A.B International.
kontribusi kepada pelaku dan masyarakat Porter, M. (1990). The Competitive Advantage
dalam mengembangkan desa wisata untuk of Nations with A New Introduction.
meningkatkan kesejahteraaan New York: The Free Press.
masyarakat. Kebijakan tersebut terkait (i) Porter, M. E. (2001). National Innovative
Infrastruktur Umum Inovasi, diantaranya Capacity, Global Competititveness
meliputi pengelolaan kekayaan Report 2001--2002. New York:
Oxford University Press.
intelektual, pendidikan, daya tarik daerah,
Romer, D. (2019). Advanced Macroeconomics.
persediaan pengetahuan dan kebijakan Vol. 5. Berkeley: McGraw Hill
inovasi yang pada prinsipnya digunakan Education.
dalam upaya mengontrol elemen data Santoso, A. B. (2018). Tutorial & Solusi
dasar; (ii) Klaster Industri Pariwisata dan Pengolahan Data Regresi. Surabaya:
Ekonomi Kreatif yang diantaranya CV. Garuda Mas Sejahtera.
meliputi usaha (industri) inti, strategi Santoso, et al. (2004). Prakarsa Pendataan
usaha, perilaku konsumen, pemasok Kapasitas Inovatif Daerah.
lokal, pengembangan klaster industri; dan P2KTPUDPKM-BPPT.
(iii) Keterkaitan antara Infrastruktur -------. (2005). Konsep Ekonomi Berbasis
Pengetahuan untuk Indonesia. Jakarta:
Umum Inovasi dengan Klaster Industri
DB PKT BPPT.
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, -------. (2006a). Kajian Pemberdayaan SDM
diantaranya ketersediaan modal ventura Iptek Perguruan Tinggi dan Litbang.
dan crowfunding, kolaborasi antara Jakarta: Kementerian Negara Riset
sekolah/ perguruan tinggi dengan dan Teknologi Republik Indonesia.
pengusaha (industri), penyerapan, dan -------. (2006b). Kajian Peningkatan
diseminasi teknologi dan inovasi. Kompetensi SDM Iptek di Sektor
Berdasarkan hasil penelitian ini Industri. Kementerian Negara Riset
masukan untuk pihak terkait, khususnya dan Teknologi Republik Indonesia.
Pemerintah Kabupaten Pandeglang dan -------. (2007). Indikator Ekonomi Berbasis
Pengetahuan Indonesia. Kemenristek.
Pemerintah Desa Tanjungjaya, adalah
-------. (2017). Akses Permodalan, Tantangan
memperhatikan proporsi jumlah putra dan Telaah Strategi. Badan Ekonomi
daerah yang bekerja di daerah sendiri Kreatif.
dibandingkan yang berasal dari luar daerah -------. (2021a). Telaah Kebijakan dan Strategi
dan industri yang menggunakan Pengembangan Ekonomi Kreatif Sub
infrastruktur dan sumber daya yang sama Sektor Kuliner. Kementerian
dalam klaster industri kreatif dan Koordinator Bidang Kemaritiman dan
pariwisata dengan memprioritaskan Investasi.

82
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

-------. (2021b). Telaah Kebijakan dan Strategi Ety, S. A. (2019). Implementasi Model
Pengembangan Ekosistem Makanan Diamond Porter dalam Membangun
Dan Minuman Halal. Kementerian Keunggulan Bersaing pada Kawasan
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Agrowisata Kebun Belimbing
Investasi. Ngringginrejo Bojonegoro. Jurnal
-------. (2021c). Telaah Kebijakan Dan Strategi Ilmu Manajemen (JIMMU), 4(2),
Pengembangan Ekosistem 108-132.
Pembiayaan Ekonomi Kreatif. Fatmawati, A., & Santoso, S. (2020).
Kementerian Koordinator Bidang Penguatan Rantai Nilai Pariwisata
Kemaritiman dan Investasi. sebagai Strategi Pengembangan
Sudjana, P. D. (2003). Teknik Analisis Regresi Kawasan Kota Tua Jakarta Menjadi
dan Korelasi. Bandung: PT. Tarsito. Kawasan Wisata Ramah Muslim.
Supardi. (2011). Aplikasi Statistika dalam Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis,
Penelitian. Jakarta: PT Ufuk 6(3), 284-304.
Publishing House. doi:10.22441/jimb.v6i3.9825
World Tourism Organization. (2021). Friedman, C. (2020). Strategi Pengembangan
International Tourism Highlights Daya Tarik Wisata Alam yang
(2020 ed.). Madrid: UNWTO. Berkelanjutan di Setu Cileunca,
doi:10.18111/9789284422456 Kabupaten Bandung. Jurnal
. Kepariwisataan Indonesia, 14(2), 125-
Jurnal/Prosiding/Skirpsi/Tesis/Disertasi. 140.
Alika, V. A., Santoso, S., Nurmaliki, S., & Redata, L., Kezia, R., Solaiman, K. H., &
Anisa, N. (2021). Marketing Strategy Santoso, S. (2021). Analisis Korelasi
Sharia Financial Institutions to Pendampingan Komunitas terhadap
Promote Sharia Fintech and Micro Inovasi Pelaku Ekonomi Kreatif dan
and Small Enterprises (MSES). Pemenuhan Kebutuhan Konsumen:
Proceedings of the 1st MICOSS Studi Kasus pada Komunitas
Mercu Buana International Tangerang Berdaya dan Pelaku
Conference on Social Sciences, Ekonomi Kreatif Kuliner Tangerang.
MICOSS 2020, EAI. Business Management Journal, 16(1),
doi:10.4108/eai.28-9-2020.2307373 1-19. doi:10.30813/bmj
Andrea, G., & Santoso, S. (2020). Improving Romer, P. M. (1990). Endogenous
Economy of the Community Based on Technological Change. Journal of
Sustainable Tourism and Creative Political Economy, 98 (5), 71-102.
Economy through Business Process Santoso, S. (2020). Optimizing Access to
ReEngineering (BPR) With Geopark Financial Capital of Creative
Development in Lebak Regency Economy for Startups Towards
Banten Province. IJISRT, 5(1), 2165- Global Competitiveness. BECOSS
2456. (Business Economic,
Dumilah, D. R; Komarudin, M.; Ubaidillah, R.; Communication, and Social
Siagian, S.; Santoso, S. (2021). Peran Sciences), 2 (2), 13-21.
Ekonomi Kreatif dalam doi:10.21512/becossjournal.v2i2.624
Meningkatkan Industri Pariwisata di Santoso, S., Natanael, A., Fatmawati, A. A.,
Seaworld Ancol. Jurnal Master Griselda, A., Khoirunnisa, J.,
Pariwisata (JUMPA), 7(2), 558-583. Simanjuntak, M., & Bagus, A. A.
Endri, Syafarudin, A., Santoso, S., Imaningsih, (2021). Analisis Pengembangan
E. S., Suharti, T., & Rinda, R. T. Platform Ekspor Subsektor Kuliner
(2020). Consumption Behavior Tinjauan dari Model Sistem Inovasi.
Patterns Of Generations Y Halal Jurnal Distribusi, 9(1), 29-38.
Products In Indonesia. Academy of doi:10.29303/distribusi.v9i1.151
Entrepreneurship Journal, 26, (2), 1- Santoso, S., Natanael, A., Griselda, A.,
10. Khoirunnisa, J., Simanjuntak, M.,
Bagus, A. R., & Merry, L. Z. (2021).

83
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Analysis of Business Process WTTC. (2020). Indonesia 2020 Annual


Reengineering and Export Platform in Research: Key Highlights.
Supporting Business Exports of WTTC. (2020). WTTC reveals Indonesia,
Creative Economy Players in the Dubai and Rwanda as latest recipients
Micro, Small and Medium Business in of WTTC Safe Travels Stamp for
Culinary Sub-sector. Journal of Safety Protocols.
Economics, Business, and
Government Challenges (JoEBGC), 4 Sumber Online/Media Massa
(1), 32-49. Desa/Kelurahan, S. I. (2021, Maret 25).
doi:10.33005/ebgc.v4i1.170 Direktorat Jendral Bina Pemerintahan
Santoso, S., Nusraningrum, D., Hadibrata, B., Desa Web Site. Retrieved from
Widyanty, W., Isa, S. M., Apriyanto, Direktorat Jendral Bina Pemerintahan
Y., & Henny. (2021). Policy Desa Web Site:
Recommendation for Food Security in http://prodeskel.binapemdes.kemenda
Indonesia: Fish and Sea Cucumber gri.go.id/mpublik/
Protein Hydrolysates Innovation Fachreinsyah (2021, Januari 22). Penetapan
Based. European Journal of Business Geopark Ujung Kulon Jadi Geopark
and Management, 13 (7), 71-79. Nasional di Depan Mata. Diakses dari
doi:10.7176/EJBM/13-7-08 https://rri.co.id/banten/484-gaya-
Santoso, S., Soehari, T. D., Aprianto, Y., hidup-dan-
Andrean, D., & Henny. (2020). Value teknologi/965243/penetapan-
Creation in Fisheries Supply Chain as Geopark-ujung-kulon-jadi-Geopark-
a Role Model for Fish Protein nasional-di-depan-mata.
Hydrolyzate Cluster Development. Intelektual, P. D. (2021, Maret 25). Detail:
Jurnal Rekayasa Mesin, 11 (3), 401- Pangkalan Data Kekayaan Intelektual
407. Web Site. Retrieved from Pangkalan
doi:10.21776/ub.jrm.2020.011.03.12 Data Kekayaan Intelektual Web Site:
Santoso, S., Ubaidillah, R., Balqis, B., & https://pdki-
Sembiring, C. F. (2021). Community indonesia.dgip.go.id/detail
Role in Improving Muslim-Friendly Kemenkumham https://pdki-
Value Chain in COVID-19 Pandemic indonesia.dgip.go.id.
at Geopark Bayah Dome Tourism Kemenparekraf/Baparekraf, P. D. (2021,
Area. Proceedings of the 1st MICOSS Februari 8). Statistik-wisatawan-
Mercu Buana International mancanegara: Kemenparekraf.
Conference on Social Sciences, Retrieved from Kemenparekraf Web
MICOSS 2020, EAI. Site:
doi:10.4108/eai.28-9-2020.2307372 https://www.kemenparekraf.go.id/stat
Saputra, R. Y. (2015). Analisis Regresi istik-wisatawan-
Eksponensial Berganda (Studi Kasus: mancanegara/Statistik-Kunjungan-
Jumlah Kelahiran Bayi di Kalimantan Wisatawan-Mancanegara-2020.
Timur pada Tahun 2013 dan 2014). Rahayu, A. (2021, Maret 18). Berita:
Jurnal Eksponensial, 6 (2), 171-178. Kemenparekraf. Retrieved from
Sofita, D. Y. (2015). Analisis Regresi Kemenparekraf Web site:
Eksponensial (Studi Kasus: Data https://www.kemenparekraf.go.id/ber
Jumlah Penduduk dan Kelahiran di ita/Siaran-Pers-%3A-Buka-Rakernas-
Kalimantan Timur pada tahun 1992- I-PHRI-2021%2C-Menparekraf-
2013). Jurnal Eksponensial, 6(1), 57-- Ajak-Bersama-Pulihkan-Sektor-
64. Pariwisata.
Wibowo, M. (2001). Pemodelan Statistik
Hubungan Debit dan Kandungan Peraturan Perundang-undangan
Sedimen Sungai. Jurnal Teknologi Keputusan Ketua Dewan Kawasan, Kawasan
Lingkungan, 2 (3), 255-260. Ekonomi Khusus Banten Nomor
Artikel/Naskah Seminar 505/Kep.587-Huk/2014 Tentang

84
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Administrator Kawasan Ekonomi


Khusus Provinsi Banten.Serang.
Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 18 Tahun
2016 Tentang Pendaftaran Usaha
Pariwisata.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun
2012 Tentang Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung. Jakarta.
Peraturan Presiden Nomor Nomor 18 Tahun
2020 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024.
Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2019
Tentang Percepatan Pembangunan
Ekonomi di Kawasan Gresik -
Bangkalan - Mojokerto - Surabaya -
Sidoarjo - Lamongan, Kawasan
Bromo - Tengger - Semeru, serta
Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas
Selatan.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2019
Tentang Sistem Nasional Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2019
Tentang Ekonomi Kreatif.
Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009
Tentang Kawasan Ekonomi Khusus.

85
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

PENGUKURAN DAN BENCHMARKING EFISIENSI PARIWISATA DI PULAU


JAWA-BALI-NUSA TENGGARA MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT
ANALYSIS TAHUN 2013-2017
Measurement and Benchmarking of Tourism Efficiency in Java-Bali-Nusa Tenggara
Islands Using Data Envelopment Analysis
2013-2017

Arif Kurnia Wicaksana1


Fungsi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara
Jalan Selamanik no. 33, Banjarnegara, Jawa Tengah 53415
wicaksana.arifk@gmail.com

Erma Ziamah Fatoni2


Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Universitas Airlangga
Jalan Airlangga no.4, Surabaya, Jawa Timur 60286
ermaziamah@gmail.com

Diterima: 28 April 2021. Disetujui: 17 September 2021. Dipublikasikan: Desember 2021

Abstrak

Sumber daya pariwisata yang dimiliki pemerintah maupun swasta sering mengabaikan
aspek tepat guna. Penggunaan input yang tidak terkendali menjadi awal inefisiensi kegiatan
pariwisata yang berimbas pada tidak optimalnya output yang dihasilkan. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui tingkat efisiensi pengelolaan keuangan pemerintah pada
sektor pariwisata yang didukung melalui penyediaan fasilitas kepariwisataan terhadap
kunjungan wisatawan dan penerimaan daerah dari sektor pariwisata di Pulau Jawa, Bali,
dan Kepulauan Nusa Tenggara. Metode penelitian yang digunakan adalah Data
Envelopment Analysis Input-Oriented Constant Return to Scale Model dengan pendekatan
kuantitatif-deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Provinsi DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Banten relatif efisien dalam mengoptimalkan pembiayaan
pariwisata. Kedua, Provinsi DKI Jakarta dan Banten cenderung memiliki efisiensi yang
stabil sehingga baik untuk dijadikan acuan. Secara manajerial, rekomendasi yang dapat
disarankan adalah pemerintah daerah dan pihak swasta dapat melakukan benchmarking
efisiensi sektor pariwisata berdasarkan pola pengelolaan keuangan untuk pariwisata dan
penggunaan input daerah lain yang sudah teridentifikasi efisien. Peningkatan efisiensi
dapat dilakukan dengan cara meminimalkan penggunaan input pada tingkat output yang
tetap. Input yang minimal diharapkan dapat memperkecil total biaya. Secara teoretis, hasil
penelitian ini sangat bermanfaat dalam upaya pengembangan metode pengukuran efisiensi
pada sektor kepariwisataan yang belum banyak dilakukan di Indonesia.

Kata Kunci: benchmarking; DEA; efisiensi; nonparametrik; pariwisata

86
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Abstract
Tourism resources owned by the government and the private sector often ignore the proper
aspects.The use of uncontrolled inputs is the beginning of the inefficiency of tourism
activities, which impact the non-optimal output produced. This research aims to identify
the efficiency level of government financial management in the tourism sector supported
by the provision of tourism facilities to tourist visits and regional revenues from the tourism
sector in Java, Bali, and the Nusa Tenggara Islands. The research method used is Data
Envelopment Analysis Input-Oriented Constant Return to Scale Model with a quantitative
descriptive approach. The results showed that the provinces of DKI Jakarta, West Java,
Central Java, and Banten were relatively efficient in optimizing tourism financing. DKI
Jakarta and Banten tended to have stable efficiency, and they are good to be
referenced.Managerially, this research offers several suggested recommendations. The
local government and private sectors can benchmark the efficiency of the tourism sector
based on the pattern of financial management for tourism and the use of other regional
inputs identified as efficient. Improving efficiency can be done by minimizing the use of
inputs at a fixed level of output. Minimum input is expected to reduce the total cost.
Theoretically, the result of this study is very helpful in efforts to develop methods of
measuring efficiency in the tourism sector that has not been widely implemented in
Indonesia.

Keywords:Benchmarking; DEA; Efficiency; Nonparametrics; Tourism

© 2021 Direktorat Kajian Strategis

PENDAHULUAN besarannya dapat diukur melalui


kunjungan wisatawan.
Dalam program Nawacita Sektor swasta memandang
Presiden, pariwisata menjadi salah satu pariwisata melalui potensi bisnis yang
program prioritas nasional.Secara umum, dapat dikembangkan dan bersifat kontinyu.
pengembangan pariwisata ditempuh Semakin banyaknya destinasi wisata,
melalui pembangunan infrastruktur, baik menjamurnya usaha/perusahaan
berupa jalan dan jembatan maupun fasilitas pariwisata, dan mudahnya aksesibilitas
kepariwisataan (Moerwanto & mendorong para pengusaha pendukung
Junoasmono, 2017). Dalam rencana pariwisata untuk lebih mengembangkan
pembangunan dan penganggaran usahanya di berbagai bidang (Pangkey &
pemerintah terdapat pembelanjaan fungsi Pinatik, 2015). Jasa akomodasi jangka
pariwisata dan kebudayaan. Efisiensi pendek seperti hotel, motel, penginapan,
dalam penggunaan anggaran tersebut vila, homestay, dan hostel merupakan
mencerminkan keberhasilan pemerintah fasilitas utama bagi wisatawan untuk
dalam menarik wisatawan, baik domestik beristirahat selama berlibur.
maupun mancanegara. Belanja pemerintah Sektor perhotelan menjadi salah
lebih berfokus pada pengembangan sektor- satu sumber utama penerimaan daerah
sektor umum dan tidak seluruhnya berupa pajak usaha. Selain itu, retribusi
langsung bersentuhan dengan obyek wisata, restoran, dan penginapan
usaha/perusahaan penyedia fasilitas. Akan juga turut andil dalam memicu
tetapi, manfaat pembelanjaan tersebut akan peningkatan penerimaan daerah.
memberikan dampak tidak langsung yang Kolaborasi sektor swasta dengan
pemerintah ini diharapkan dapat memacu

87
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

pengembangan perekonomian khususnya berlokasi di wilayah yang strategis dan


sektor pariwisata. Jumlah tamu, berklasifikasi bintang lebih efisien.
penyewaan kamar, penyewaan ruangan, Pada level makro, analisis efisiensi
dan lain sebagainya menjadi tolok ukur pariwisata dilakukan pada besaran alokasi
suatu usaha/perusahaan perhotelan dipilih dana pariwisata oleh pemerintah untuk
oleh konsumen (Oukil, Channouf & Al meningkatkan daya tarik wisata melalui
Zaidi, 2016; Kurt, 2017). Semakin banyak peningkatan fasilitas pariwisata yang
pengunjung diharapkan semakin tinggi memadai, misalnya hotel dan restoran
pendapatan yang diterima (Kosmaczewska, 2014; Vrana, 2016).
usaha/perusahaan pariwisata. Proses benchmarking pariwisata akan
Data BPS menunjukkan bahwa efektif dilakukan untuk pengukuran
kepulauan Jawa-Bali-Nusa Tenggara efisiensi pada level makro (Kurt, 2017).
masih menjadi destinasi utama wisatawan, Pada temuannya, Finlandia menjadi
khususnya daerah Pulau Bali, Pulau benchmarksebanyak 6 (enam) kali, Cyprus
Lombok, Pulau Komodo, Yogyakarta, 5 (lima) kali, Spanyol 5 (lima) kali, Turki
Bandung, dan Malang. Pada tahun 2017, 4 (empat) kali, dan Polandia 4 (empat) kali.
jumlah wisatawan mancanegara yang Potential improvement rate dihitung untuk
masuk melalui Ngurah Rai International memberi guidance pengurangan/
Airport lebih dari 5 juta kunjungan. penambahan jumlah suatu variabel.
Kunjungan wisatawan ini menjadi salah Romania disarankan untuk mengurangi
satu tolok ukur bahwa sektor pariwisata jumlah pekerja hingga 67,64 persen, Italia
Indonesia terus menjadi fokus 54,52 persen, dan Belanda 38,39 persen
pengembangan sumber devisa negara. agar lebih efisien. Pengurangan alokasi
Pada sisi lain, ketersediaan dana biaya pariwisata disarankan untuk Belgia
yang dialokasikan dan menjamurnya 50,11 persen dan pengurangan jumlah
fasilitas pariwisata yang adamendorong kamar disarankan untuk Italia sebesar
perlunya dilakukan pengukuran efisiensi 54,52 persen.
dari pengelolaan faktor yang di-input Atan & Arslantürk (2015)
tersebut tersebut. Penggunaan inputyang menganalisis efisiensi pariwisata di 91
tidak efisien akan memberikan hasil output negara selama tahun 2006–2010
yang tidak optimal. Penggunaan input menggunakan DEA (Data Envelopment
yang berlebihan dengan hasil output yang Analysis. Hasilnya adalahterdapat 65
tidak memadai bagi suatu negara yang efisien dalam penggunaan
usaha/perusahaan pariwisataakan biaya wisata. Kosmaczewska (2014)
berimbas pada penurunan omset dan meneliti efisiensi daya tarik wisata di 27
tutupnya usaha kepariwisataan. Pada negara Uni Eropa menggunaan DEA
kenyataannya, banyak usaha/perusahaan danmenghasilkan kesimpulan efisiensi
pariwisata yang tidak dapat berkembang daya tarik wisata di negara yang cenderung
hanya karena tidak tepat dalam lebih miskin menyerupai negara yang lebih
pengelolaan anggaran dan sumber daya kaya.
yang dimiliki. Pada sisi lain, Vraná (2016)
Oukil, Channouf & Al Zaidi mengukur efisiensi anggaran negara
(2016) menyatakan bahwa sebagian besar Republik Ceko menggunakan metode
hotel di Oman tidak efisien secara teknis. Stochastic Frontier Analyisis (SFA). Hasil
Hotel-hotel dengan efisiensi yang lebih yang didapatkan adalah efisiensi anggaran
baik didominasi faktor kelas bintang hotel di negara tersebut lebih cocok
dan adanya pertunjukan atraksi. Prasetyo menggunakan metode SFA karena
(2010) juga menjelaskan bahwa hotel yang memasukkan unsur parametrik sebagai
gambaran perilaku shock yang terjadi pada

88
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

perekonomian. DEA sebagai ukuran Berkaitan dengan hal tersebut,


nonparametrik dari analisis efisiensi dinilai pembahasan penelitian ini lebih
underpower dalam mengukur efisiensi difokuskan pada proses benchmarking
yang terpengaruh shock perekonomian. suatu provinsi dalam mengefisienkan
Berdasarkan potensi belanja kegiatan pariwisata terhadap provinsi lain
pemerintah pada sektor pariwisata, yang terindikasi lebih efisien. Benchmark
tingginya antusiasme sektor swasta dalam merupakan upaya penyamaan penggunaan
pengembangan pariwisata, meningkatnya komponen input dan output efisiensi.
kunjungan wisatawan ke wilayah Efisiensi pariwisata dipandang
Indonesia, asumsi nonparametrik lebih bermakna untuk pelaku bisnis
padakarakteristik kepariwisataan khususnya usaha perhotelan, restoran, atau
Indonesia dengan tidak memasukkan obyek wisata. Akan tetapi, analisis makro
shock perekonomian (Lamiah, Dianne & terkait kepariwisataan di negara-negara
Mita, 2015 ; Ramdhan, 2018 ; Yasa, dengan potensi wisata yang besar seperti
Hazmira & Dodi, 2018), serta masih Indonesia, akan menjadi sangat bermanfaat
rendahnya pengukuran ketepatgunaan pada level provinsi sebagai tangan pertama
sumberdaya pariwisata di Indonesia, pengendali wilayah otonomi di bawah
dinilaisangat penting untuk melakukan pemerintah nasional.
analisis mengenai tingkat efisiensi Pada Gambar 1tampak bahwa
pengelolaan keuangan pemerintah pada setiap tahunnya jumlah kunjungan
sektor pariwisata yang didukung melalui wisatawan mancanegara yang masuk ke
penyediaan fasilitas perhotelan terhadap Indonesia, khususnya Jawa, Bali, dan
kunjungan wisatawan dan penerimaan Kepulauan Nusa Tenggara selalu
daerah dari sektor pariwisata,yaitu hotel, mengalami peningkatan. Berdasarkan data
restoran, vila, penginapan, dan tempat BPS, kunjungan wisatawan yang cukup
rekreasi/obyek wisata. Penelitian ini tinggi tercatat melalui pintu masuk
semakin menarik karena memandang Soekarno Hatta International Airportdan
efisiensi suatu sektor ekonomi dari dua Ngurah Rai International Airport.
sudut pada level makro, yaitu pemerintah Peningkatan cukup tajam terjadi pada
sebagai penyedia input dan sektor swasta tahun 2016 diseluruh pintu masuk yang
sebagai penyedia fasilitas serta penerima diamati. Selain banyaknya destinasi wisata
output. Secara garis besar, penelitian ini yang ada di Pulau Jawa, Bali, dan
diharapkan dapat memberi decision yang Kepulauan Nusa Tenggara, kemudahan
tepat guna dan tepat sasaran pada level akses untuk memasuki wilayah ini dinilai
makro oleh pemerintah maupun swasta paling mudah dibanding wilayah lain di
dalam mengembangkan dan Indonesia.
mengoptimalkan fasilitas pariwisata.

Gambar 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Pintu


Masuk Utama di Pulau Jawa-Bali-Nusa Tenggara, 2013-2017
Jumlah Wisman
(Kunjungan)

89
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Sumber : Badan Pusat Statistik


Keterangan :
SHIA: Soekarno-Hatta Intl. Airport LOP: Lombok Intl. Airport : 2013 : 2016
DPS: Ngurah Rai Intl. Airport JOG: Adi Sutjipto Intl. Airport : 2014 : 2017
SUB: Djuanda Intl. Airport BDO: H. Sastranegara Airport : 2015

METODE Teknis pengukurannya adalah


melakukan rasio pembobotan terhadap
Desain penelitian ini input dan output pada masing-masing
menggunakan pendekatan deskriptif DMU. Selanjutnya,akan dilakukan
kuantitatif. Pengeluaran pemerintah untuk perbandingan pada setiapDMU melalui
pariwisata diubah menjadi variable of Linear Programming (LP). Kombinasi
interest pada penelitian ini dan input atau output akan menghasilkan
dideskripsikan sebagai parameterefisiensi Frontier Line sebagai batas efisiensi
pariwisata. Jumlah pekerja pada sektor penggunaan input dalam menghasilkan
pariwisata, jumlah kamar hotel tersedia, output. Semakin jauh jarak kombinasi
pendapatan pariwisata, jumlah kunjungan input atau output suatu DMU terhadap
tamu hotel, dan jumlah malam kamar Frontier Line, DMU semakin tidak efisien
terpakai hotel digunakan sebagai variabel (Kurt, 2017).
pendukung. Hotel dalam hal ini adalah Terdapat 2 (dua) macam orientasi
seluruh jenis akomodasi jangka pendek variabel yang digunakan, yakni:
yang didata secara rutin oleh Badan Pusat a. input-oriented,meminimumkan
Statistik. penggunaan input untuk menghasilkan
Seluruh data yang digunakan output tertentu.
merupakan data sekunder dan dikompilasi b. output-oriented, memaksimumkan
dari publikasi Badan Pusat Statistik selama output pada input tertentu.
periode 2013–2017 . Penelitian ini Untuk model dasar, terdapat 2
menggunakan level provinsi sebagai objek (dua) macam skalapengembalian, yakni
penelitian serta dibatasi untuk wilayah CRS (Constant Return to Scale) dan VRS
Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.Alasannya (Variable Return to Scale).
adalahwilayah ini merupakan destinasi a. CRS-Model mengasumsikan tidak ada
utama wisata dengan pintu masuk yang hubungan subtansial antara skala dan
paling banyak. Selain itu, 6 dari 10 efisiensi pada DMU. Jika input
destinasi wisata yang menjadi fokus berubah pada proporsi tertentu,
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional outputjuga akan berubah sebesar
(KSPN) berada di wilayah ini, yaitu perubahan proporsiinput.
Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, b. VRS-Model memiliki kemungkinan
Borobudur, Bromo, Mandalika, dan skala pengembalian konstan,
Labuhan Bajo. meningkat, dan menurun.
Data Envelopment Analysis Pada penelitian ini, DEA yang
(DEA) merupakan salah satu alat analisis digunakan adalah Basic Envelopment
nonparametrik yang cukup baik dalam Model dengan skala pengembalian konstan
mengukur efisiensi (Shahraki & dan meminimumkan penggunaan input
Keshtegar, 2019). DEA mengukur atau dapat disebut DEA Input-Oriented
efisiensi DMU (Decision Making Units) CRS Model.Mekanisme flow chartpada
pada jumlah input dan output tertentu. penentuan efisiensi setiap DMU ada pada
DMU dalam hal ini adalah provinsi di Gambar 2. Berikut ini adalah bentuk model
Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. dasar yang digunakan(Zhu, 2009).

90
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

n n

 u j y j0 subject to: u j =1
j y jk
max h0 =
j =1 ... (1)
m
1
v x
m

dimana,
v x
i =1
i i0
i =1
i ik

h0 : skor efisiensi DMU0,


u j , vi  0 : penimbang outputke-j dan penimbang input ke-i,
y j 0 , xi 0 : nilai output ke-j dan nilai inputke-i untuk DMU referensi, dan
y jk , xik : nilai output ke-j dan nilai input ke-i untuk DMU lainnya.

Persamaan (1) merupakan model penghitungan ditransformasi kedalam


fraksional sehingga untuk memudahkan bentuk Linear Programming (LP):
m n m

 u j y jk −  vi xik  0
n
max  =  u j y j 0 subject to : v x
i =1
i i0 =1
j =1 i =1
j =1
... (2)
dimana, : objective function (parameter efisiensi).

Berdasarkan persamaan (2), jumlah output tertimbang tidak melebihi


dengan memaksimumkan fungsi objektif jumlah input tertimbang. Jika nilai optimal
untuk seluruh DMU akan diperoleh nilai dari objective function (θ*) sama dengan 1,
efisiensi masing-masing DMU. Syarat DMU0 efisien. Jika nilai θ* kurang dari 1,
nilai efisiensi yang akurat adalah jumlah DMU0 tidak efisien.
DMU yang diteliti harus lebih besar Untuk mengetahui tingkat
dibandingkan jumlah variabel input dan penyimpangan inefisiensi dan tingkat
output yang digunakan. Keseimbangan improvisasi input menuju efisien, harus
fungsi kendala akan menunjukkan jumlah digunakan model CRS dual form. Berikut
dari input tertimbang pada ini adalah bentuk model CRS dual
DMU0sedangkan ketidakseimbangan form(Zhu, 2009).
fungsi kendala akan menunjukkan bahwa
r
  m n  y j 0 =  y jk k − s +j
min  −    si− +  s +j 
subject to :
k =1
  i =1 j =1  r ... (3)
xi 0 =  xik  k + si−
k , si , s j  0 i, j , k
− +
k =1

Gambar 2.Alur Penghitungan Efisiensi DMU dan Proses Benchmarking

benchmarking
=1 End
DMU Efisien
(θxio - si-) (yj0 + sj+)
Sumber : Modifikasi Model Zhu (2009)
Start
Maksimisasi <1 DMU Pengurangan Penambahan
DMU Tidak
Fungsi Objektif input by PIR output by PIR
DMU Efisien
91
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Penambahan variabel slack pada a. pendapatan pariwisata: pendapatan


model CRS dual form menginformasikan pemerintah daerah pada sektor
adanya inefisiensi pada DMU dan dapat pariwisata melalui pajak dan retribusi,
diketahui pula apa yang seharusnya b. kunjungan tamu: seluruh tamu asing
dilakukan untuk efisien. θ merupakan dan domestik yang menginap di
besaran yang menunjukkan seberapa besar akomodasi jangka pendek, dan
inputxio harus dikurangi menjadi θxio agar c. malam kamar terpakai: jumlah malam
DMU efisien. Komponen slack si- kamar dimana tamu menginap di
merupakan kelebihan input ke-i pada akomodasi jangka pendek.
DMU0 yang seharusnya dikurangi agar
efisien dan komponenslack sj+ merupakan HASIL DAN PEMBAHASAN
kekurangan outputke-j pada DMU0 yang
seharusnya dapat ditambah produksinya. Efisiensi keuangan pemerintah
Berdasarkan model tersebut, jika input pada sektor pariwisata menjadi fokus
tertimbang pada DMU0 yang tidak efisien utama pada penelitian ini. Kegiatan utama
dapat diubah menjadi (θxio - si-) dan output pada sektor pariwisata adalah
tertimbang pada DMU0 yang tidak efisien usaha/perusahaan yang bergerak pada
dapat diubah menjadi (yj0 + sj+), DMU0 bidang perhotelan, restoran, dan obyek
tersebut akan menjadi efisien. Untuk wisata. Pemerintah mengalokasikan
mengetahui hasil slack, Two-Stage Linear belanja pada sektor pariwisata guna
Programming Model dapat digunakan, meningkatkan pelayanan dan optimalisasi
Stage I, model dual-form, dan nilai fasilitas di kawasan wisata.Hal ini
optimal objective function (θ*) sudah diharapkan mampu meningkatkan
didapatkan. Nilai θ* ini sama dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui
efisiensi pada primal linear model. pajak dan retribusi (Santi, 2018; Prasetya,
Stage II, memaksimumkan penjumlahan 2019).
slack pada input dan output sehingga Besar kecilnya belanja pemerintah
didapatkan θ = θ*. Pada kondisi CRS yang pada sektor pariwisata tidak dapat dinilai
efisien dengan θ*, λ*, si-*, dan sj+*, DMU0 secara linier terhadap besar kecilnya
harus memenuhi kriteria θ* = 1 dan atau pendapatan pemerintah pada sektor
(si-*, sj+*) = 0 (Shahraki & Keshtegar, pariwisata. Hal ini dikarenakan sasaran
2019). kebijakan pemerintah adalah
pengembangan sektor dan tidak
Variabel Input, terdiri atas: terkaitlangsung pada konsumen.
a. belanja pariwisata: belanja yang Pemerintah meningkatkan kualitas
dilakukan oleh pemerintah daerah pelayanan dan fasilitas wisata guna
pada sektor pariwisata ditujukan untuk mendukungsektor swasta dalam menarik
pengembangan pariwisata, wisatawan ke wilayahnya. Untuk itu,
b. pekerja pariwisata: jumlah tenaga dalam mengukur bagaimana alokasi
kerja yang bekerja di sektor belanja sektor pariwisata yang dikeluarkan
perhotelan, dan pemerintah berdampak pada
c. tempat tidur tersedia: seluruh tempat pendapatannya harus diketahui tingkat
tidur yang disediakan oleh akomodasi perkembangan usaha yang bergerak pada
jangka pendek yang siap digunakan sektor pariwisata sebagai daya dukung
dengan tarif yang ditentukan. utama. Data BPS menunjukkan bahwa
Provinsi Bali memiliki pendapatan sektor
Variabel Output, terdiri atas: pariwisata (pajak hotel, restoran, retribusi
penginapan/vila, dan obyek wisata) yang
paling tinggi selama 2013–2017 dibanding

92
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

provinsi lain di wilayah Jawa dan Nusa wilayah Jawa Barat sering digunakan
Tenggara. Hal ini dinilai sangat wajar untuk kegiatan bisnis, meeting, dan
karena Bali merupakan center of tourism konferensi, baik tingkat nasional maupun
Indonesia dengan beragamnya daya tarik internasional. Jumlah malam kamar
wisata dan menjamurnya fasilitas terpakai paling tinggi berada di Provinsi
kepariwisataan yang ada. Konsep Public DKI Jakarta (BPS, 2018).
Private Partnership memberi efisiensi dan
efektivitas dalam pelayanan publik kepada Efisiensi Kepariwisataan
masyarakat serta membantu pemerintah Tingkat efisiensi setiap
dalam menangani keterbatasan anggaran provinsiselama tahun 2013–2017 tersaji
dan sumberdaya yang dimiliki dalam pada Tabel 1. Berkaitan dengan efektivitas
pengembangan sektor pariwisata dan kemutakhiran analisis, pembahasan
(Burtseva, Nataliya & Irina 2020; efisiensi kepariwisataan hanya dilakukan
Djabbari, Alwi & Saddam, 2021). pada tahun 2016–2017. Hasil
Ditinjau dari sisi potensi fasilitas penghitungan tahun 2013–2015 digunakan
kepariwisataan, banyaknya pekerja dan sebagai perbandingan secara periodik
banyaknya tempat tidur tersedia di wilayah waktu ke waktu.
Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara cenderung Terdapat beberapa temuan
selalu mengalami peningkatan setiap menarik dari hasil penghitungan efisiensi
tahunnya (BPS, 2018). Jumlah pekerja di 9 provinsi amatan. DKI Jakarta dan
sektor perhotelan paling banyak ada
Banten menjadi provinsi dengan efisiensi
diProvinsi Bali, Jawa Barat, dan DKI
Jakarta. Jumlah tempat tidur yang kepariwisataan yang paling stabil selama
disediakan paling banyak di Provinsi Jawa tahun 2013–2017. Banyak faktor
Barat, Bali dan Jawa Timur. Hal ini sejalan pendukung dari stabilitas efisiensi
dengan potensi pariwisata yang menjadi ini.Beberapa diantaranya adalah efisiensi
faktor endowmentwilayah. Secara khusus, jumlah kamar yang tersedia dengan
sumberdaya menjadi faktor endowment memperhatikan perkembangan jumlah
yang paling besar. Dzulkifli dan Masjhoer
tamu menginap dan malam kamar terpakai
(2020) menjelaskan bahwa pariwisata
berbasis masyarakat adalah bentuk usaha pada waktu-waktu sebelumnya. Selain itu,
kepariwisataan yang erat kaitannya dengan pembiayaan pariwisata dari pemerintah
masyarakat dan bertujuan untuk relatif efisien terhadap pendapatan
menyejahterakannya. Sumberdaya yang pariwisata dari pajak dan retribusi. Dalam
dikelola masyarakat tentu perlu diatur hal ini, efisiensi tidak berarti selalu
penggunaannya agar dapat efektif dan menghasilkan output yang besar tetapi
efisien serta ramah lingkungan.
Temuan Li (2021) terkait output yang dihasilkan optimal terhadap
pengembangan pariwisata di Guangxi inputyang optimal pula. Demikian pula
memperkuat uraian faktor endowmentpada sebaliknya, efisiensi ini bukan sekadar
penelitian ini. Sumberdaya pariwisata minimalisasi input tetapi optimalisasi input
dasar membawa peran besar dalam untuk menghasilkan outputyang optimal.
mendorong peningkatan perekonomian. Hal ini sejalan dengan temuan Chaabouni
Selama tahun 2013–2017, jumlah
(2018) bahwa efisiensi dari sisi input atau
tamu menginap paling banyak berada di
Provinsi Jawa Barat, baik tamu asing output akan mendorong peningkatan
maupun domestik. Selain fasilitas di hotel, manajemen kepariwisataan regional.
Tabel 1.Skor Efisiensi Pariwisata 9 Provinsi di Jawa-Bali-Nusa Tenggara, 2013-2017

93
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Input-Oriented CRS Efficiency


DMU (Provinsi)
2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

DKI Jakarta 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000


Jawa Barat 0,80758 1,00000 0,78562 1,00000 1,00000 1,00000
Jawa Tengah 0,69454 1,00000 0,96546 1,00000 0,99307 1,00000
DI Yogyakarta 0,60504 0,81532 0,60408 0,95077 0,83439 0,79048
Jawa Timur 0,63413 0,89342 0,68634 0,94412 0,78503 0,82390
Banten 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000 1,00000
Bali 1,00000 1,00000 0,96115 1,00000 1,00000 0,99488
Nusa Tenggara Barat 0,80431 1,00000 0,34796 0,53725 0,51831 0,61034
Nusa Tenggara Timur 0,60260 1,00000 0,74527 0,80836 0,64342 0,80039
Sumber: Hasil Olahan Data (2021)

DKI Jakarta dan Banten tersedia, dan jumlah pekerja pariwisata


merupakan provinsi dengan fasilitas terhadap pendapatan pariwisata, malam
kepariwisataan yang sangat beragam. kamar terpakai, dan jumlah kunjungan
Banyak akomodasi jangka pendek dengan tamu. Hingga tahun 2017, sekitar 21,31
kualitas tinggi di wilayah ini sehingga persen angkatan kerja di provinsi DI
sangat tepat jika destinasi wisata di kedua Yogyakarta bekerja pada sektor jasa-jasa
wilayah ini masuk dalam 10 destinasi (BPS, 2018). Proporsi ini akan menjadi
wisata utama, yaitu Tanjung Lesung dan efisien dalam kegiatan pariwisata jika
Kepulauan Seribu. Selain itu, kedua lapangan pekerjaan yang digeluti memberi
provinsi ini sering dijadikan kesempatan kerja yang sesuai. Inefisiensi
sebagaipusatevent atau pertemuan skala pada tenaga kerja berdampak pada upah
nasional maupun internasional. yang diterima. Prasetya, Pudjihardjo,&
Temuan menarik lainnya adalah Nurul (2019) menyatakan bahwa
kepariwisataan di provinsi DI Yogyakarta pengeluaran pemerintah dan konsumsi
dan Jawa Timur selama tahun 2013-2017 wisatawan berpengaruh besar pada
dinilai tidak pernah mencapai efisiensi ketimpangan upah pekerja pariwisata. Hal
yang optimal. Pada kenyataannya, ini mengindikasikan bahwa penggunaan
destinasi wisata di kedua provinsi ini tenaga kerja yang tidak efisien memberi
sangat diminati oleh wisatawan seperti dampak ikutan yang lebih parah, yakni
Kawasan Bromo, Keraton Yogyakarta, ketimpangan upah yang harus ditanggung
Pantai Parangtritis, Tebing Breksi, dan lain oleh pekerja.
sebagainya. Inefisiensi ini dapat Pada tahun 2016, Provinsi DKI
disebabkan karena tidak optimalnya Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten,
penggunaan biaya pariwisata yang dan Bali tercatat efisien dalam pengelolaan
dikeluarkan pemerintah, jumlah kamar keuangan pemerintah sektor pariwisata

94
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

dan penyediaan fasilitas perhotelan. Secara ditargetkan. Besaran selisih ini harus
detail, rasio jumlah tamu menginap diperkecil untuk mengurangi inefisiensi.
terhadap jumlah tempat tidur yang tersedia Pada tahun 2017, provinsi Jawa
paling tinggi terdapat di provinsi Jawa Tengah tercatat relatif tidak efisien dalam
Tengah sebesar 207,15 danprovinsi DKI belanja pemerintah sektor pariwisata dan
Jakarta mencapai rasio 201,49.Hanya DKI penyediaan fasilitas perhotelan dengan
Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Bali yang nilai efisiensi 99,31 persen. Hal ini
relatif efisienpada tahun 2017. Inefisiensi dikarenakan ketiga input yang digunakan
di provinsi Jawa Tengah karena penurunan tidak efisien. Belanja pariwisata masih
rasio jumlah tamu menginap terhadap harus diturunkan sebesar 39,26 persen;
jumlah tempat tidur yang tersedia menjadi jumlah pekerja 0,69 persen; dan jumlah
205,84. tempat tidur yang disediakan 22,10 persen.
Terdapat hal yang menarik,yakni pada
DecisionPotential Improvement Rate inputjumlah tenaga kerja, nilai slack
(PIR) efisiensinya sebesar nol. Hal ini
Hasil penghitungan efisiensi pada dikarenakan nilai input tenaga kerja yang
tabel 1 perlu di-breakdown lebih rinci ditargetkan besarnya sama dengan
terkait komponen yang perlu dilakukan proporsi dari nilai efisiensi input
efisiensi. Terdapat 3 komponen yang aktualnya. Hal ini berbeda dengan
digunakan dalam penghitungan efisiensi inputbelanja pariwisata dan jumlah tempat
ini, yaitu belanja pariwisata, jumlah tidur yang disediakan. Proporsi input
pekerja pariwisata, dan jumlah tempat aktual terhadap efisiensi belum mampu
tidur tersedia. Hasil penghitungan mencapai input yang ditargetkan sehingga
Potential Improvement Rate (PIR)untuk terdapat nilai slack sebesar 100,98 miliar
provinsi yang teridentifikasi tidak efisien rupiah dan 14.414 tempat tidur.
tersaji pada tabel 2. Ketidakmampuan ini berkaitan dengan
Decision melalui PIR ini didekati jumlah akomodasi yang tersedia di suatu
melalui persentase perbedaan nilai input wilayah. Chaabouni (2018) menemukan
aktual terhadap nilai input efisien yang bahwa jumlah hotel dengan kelengkapan
ditargetkan. Besaran PIR ini digunakan fasilitasnya memiliki pengaruh sangat
untuk memberi batas penurunan inputyang besarpada efisiensi pariwisata di suatu
dapat dilakukan guna meningkatkan wilayah.
efisiensi.Untuk provinsi yang Provinsi DI Yogyakarta, Jawa
teridentifikasi efisien dalam pengelolaan Timur, dan Nusa Tenggara Timur perlu
keuangan pemerintah sektor pariwisata melakukan efisiensi belanja pariwisata dari
dan penyediaan fasilitas perhotelan, nilai sisi pemerintahdan jumlah pekerja serta
input aktual sama dengan nilai inputefisien jumlah tempat tidur tersedia dari sisi
yang ditargetkan. Pada provinsi yang swasta.Hal yang cukup berbeda terjadi di
belum efisienterdapat minimal 1 inputyang Provinsi Nusa Tenggara Barat, yakni
memiliki selisih antara aktual dengan yang ketiga inputtersebut belum menunjukkan
efisiensi yang baik sehingga terdapat nilai

95
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

PIR yang harus dicapai. Variabel jumlah disediakan harus diturunkan sebesar 46,27
tenaga kerja memiliki nilai slack sebesar persen.
2.459 orang. Penurunan jumlah tenaga Sektor pariwisata di provinsi Nusa
kerja yang harus dicapai juga cukup besar, Tenggara Barat sedang mengalami
yakni 64,57 persen. perkembangan pesat. Inefisiensi yang
Provinsi Nusa Tenggara Barat terjadi sangat wajar karena para pelaku
memiliki efisiensi yang relatif sangat usaha sedang menjalani proses perintisan
rendah pada tahun 2016, yakni 53,73 bisnis wisata. Kelebihan-kelebihan dalam
persen. Inefisiensi ini dikarenakan adanya penyediaan input menjadi bentuk
deviasi antara input aktual terhadap input responspara pelaku usaha untuk membuka
efisien yang ditargetkan. Deviasi paling peluang tingkat konsumsi yang besar.
besar terjadi pada inputtenaga kerja, yakni Hosseini & Hosseini (2021) menjelaskan
56,59 persen dengan nilai slack efisiensi juga bahwa performa pariwisata di suatu
sebesar 1.171 orang. Kedua input yang lain wilayah sangat bergantung padainput-
memiliki nilai PIR sebesar 46,27 persen, input strategisnya. Ketika input yang
yang berarti bahwa input belanja digunakan tidak maksimal, optimalisasi
pariwisata dan tempat tidur yang hasil akan gagal.

Tabel 2.Potential Improvement Rate dan Slack Efisiensi 9 Provinsi Berdasarkan Input-Oriented
CRS Model Tahun 2017 dan 2016
Tempat Tidur
Belanja Pariwisata Jumlah Pekerja
Tersedia
DMU (Provinsi) Efisiens
Tahun 2017 i Slack
PIR Slack PIR
(Orang PIR (%) Slack
(%) (Rp 000) (%)
)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
DKI Jakarta 1,00000 0,00 0 0,00 0 0,00 0
Jawa Barat 1,00000 0,00 0 0,00 0 0,00 0
- 100.976.75
Jawa Tengah 0,99307 -0,69 0 -22,10 14.414
39,26 6
- 320.429.27 -
DI Yogyakarta 0,83439 0 -28,75 4.437
83,56 7 16,56
- 277.117.84 -
Jawa Timur 0,78503 0 -32,33 8.694
70,75 9 21,50
Banten 1,00000 0,00 0 0,00 0 0,00 0
Bali 1,00000 0,00 0 0,00 0 0,00 0
- -
Nusa Tenggara Barat 0,51831 0 2.459 -48,17 0
48,17 64,57
Nusa Tenggara - -
0,64342 88.194.080 0 -50,10 1.855
Timur 88,38 35,66

Tahun 2016

96
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

DKI Jakarta 1,00000 0,00 0 0,00 0 0,00 0


Jawa Barat 1,00000 0,00 0 0,00 0 0,00 0
Jawa Tengah 1,00000 0,00 0 0,00 0 0,00 0
DI Yogyakarta 0,95077 -42,03 91.511.682 -4,92 0 -6,40 511
Jawa Timur 0,94412 -46,25 214.713.093 -5,59 0 -7,37 1.343
Banten 1,00000 0,00 0 0,00 0 0,00 0
Bali 1,00000 0,00 0 0,00 0 0,00 0
Nusa Tenggara Barat 0,53725 -46,27 0 -56,59 1.171 -46,27 0
Nusa Tenggara Timur 0,80836 -81,32 73.021.212 -19,16 0 -41,23 2.640
Sumber : Hasil Olahan Data (2021)

Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa wisatawan, dan tingkat penghunian hotel


Timur memiliki pola yang hampir sama, memberi pengaruh yang besar pada
yakni inefisiensi sektor pariwisata perekonomian wilayah. Hal ini menjadi
dikarenakan belum tepatnya jumlah input guidanceuntuk hasil penelitian ini bahwa
yang digunakan. Terdapat kelebihan 42,03 faktor input kepariwisataan harus
persen di provinsi DI Yogyakarta dan diefisienkan agar mampu mendorong
46,25 persen di provinsi Jawa Timur untuk perbaikan perekonomian wilayah.
input belanja pemerintah sektor pariwisata. Analisis Alternatif Benchmarking
Input tenaga kerja dan jumlah tempat tidur Analisis alternatif benchmarking
yang disediakan di kedua provinsi ini perlu erat kaitannya dengan input efisien yang
ditargetkan pada tabel 2. Analisis ini
diturunkan menjadi di bawah 10 persen. berguna untuk mengetahui wilayah acuan
Temuan ini cukup berbeda dengan kondisi dan besaran penyesuaiannya agarefisiensi
di provinsi Nusa Tenggara Barat. Geliat pengelolaan keuangan sektor pariwisata
pariwisata di DI Yogyakarta dan Jawa dan penyediaan fasilitas perhotelan di 9
Timur sudah ada sejak beberapa dekade provinsi di Pulau Jawa-Bali-Nusa
Tenggara dapat dilakukan sesuai besaran
terakhir. Potensi pengembangan tidak akan faktor kepadatan (λ).Pada tabel 3disajikan
secepat di Nusa Tenggara Barat. pola benchmarking efisiensi untuk setiap
Inefisiensi yang terjadi lebih disebabkan provinsi tahun 2017 dan 2016 (pola
belanja pemerintah pada sektor pariwisata benchmarking tahun 2013–2015 terdapat
tidak seluruhnya bermanfaat pada pada lampiran).
Secara umum, berdasarkan tabel 3
pengembangan fasilitas pariwisata. Hal ini dan tabel pada lampiran, dapat diketahui
ditunjukkan dengan pendapatan pajak dan bahwa provinsi Banten paling banyak
retribusi dari sektor pariwisata DI dijadikan sebagai benchmark peningkatan
Yogyakarta hanya 17,27 persen (Santi, efisiensi oleh provinsi lain setiap tahunnya.
2018). Pada tahun 2013 sebanyak 6 kali, 2014
sebanyak 2 kali, 2015 sebanyak 7 kali,
Sanjoto, Anderson,& Een (2021) 2016 sebanyak 4 kali, dan tahun 2017
menjelaskan dalam penelitiannya bahwa sebanyak 5 kali. Provinsi DKI Jakarta
jumlah wisatawan, lama tinggal dalam 5 tahun menjadi benchmark

97
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

sebanyak 4 kali, provinsi Jawa Tengah efisien. Untuk mengefisienkannya,


sebanyak 5 kali, dan provinsi Jawa Barat benchmarking dapat dilakukan
sebanyak 2 kali. berdasarkan efisiensi pada Provinsi
Kemampuan suatu wilayah untuk Banten. Provinsi Jawa Tengah dengan
menjadi acuan sangat bergantung pada λ=3,069 harus menerapkan Decreasing
stabilitas efisiensi. Hal ini sesuai dengan Return to Scale untuk mendapatkan
penghitungan efisiensi pada tabel 1 benchmarkinputefisien berdasarkan
terhadap hasil benchmarking pada tabel 3, inputprovinsi Banten. Demikian pula
yakni provinsi Banten dan DKI Jakarta untuk input tenaga kerja dan jumlah tempat
menjadi wilayah acuan dengan efisiensi tidur yang tersedia. Hal yang sama juga
yang paling stabil. Hasil identifikasi dapat dilakukan oleh provinsi DI
benchmarking efisiensi input pada tabel 3 Yogyakarta dan Jawa Timur untuk
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) menerapkan Decreasing Return to Scale
subbahasan sebagai berikut. berdasarkan inputprovinsi Banten (λDIY
a. Benchmarking Provinsi Jawa =1,518 dan λJatim=3,177).
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Timur terhadap
Provinsi Banten Tahun 2017 (1
Provinsi terhadap 1 Provinsi)
Pada tabel 3 tampak bahwa
keempat provinsi tersebut memiliki nilai
λ>1 yang berarti bahwa pengelolaan
inputdan output sektor pariwisata tidak

Tabel 3.Wilayah Acuan Benchmarking dan Komponen λ pada Efisiensi Pariwisata di 9 Provinsi di
Pulau Jawa-Bali-Nusa Tenggara Tahun 2017 dan 2016
Komponen 1 Komponen 2
DMU (Provinsi)
Total λ
Tahun 2017 Wil. Wil.
λ λ
Referensi Referensi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
DKI Jakarta 1,000 1,000 DKI Jakarta
Jawa Barat 1,000 1,000 Jawa Barat
Jawa Tengah 3,069 3,069 Banten
DI Yogyakarta 1,518 1,518 Banten
Jawa Timur 3,177 3,177 Banten
Banten 1,000 1,000 Banten
Bali 1,000 1,000 Bali
Nusa Tenggara Barat 0,532 0,027 Jawa Barat 0,505 Banten
Nusa Tenggara Timur 0,375 0,375 Banten

DMU (Provinsi) Total λ Komponen 1 Komponen 2 Komponen 3

98
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Tahun 2016
Wil. Wil. Wil.
λ λ λ
Referensi Referensi Referensi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
DKI Jakarta 1,000 1,000 DKI Jakarta
Jawa Barat 1,000 1,000 Jawa Barat
Jawa Tengah 1,000 1,000 Jawa Tengah
DI Yogyakarta 1,050 0,311 Jawa Tengah 0,739 Banten
Jawa Timur 2,750 0,499 Jawa Tengah 2,251 Banten
Banten 1,000 1,000 Banten
Bali 1,000 1,000 Bali
Nusa Tenggara Barat 0,360 0,050 DKI Jakarta 0,038 Jawa Tengah 0,272 Banten
Nusa Tenggara Timur 0,427 0,427 Banten
Sumber: Hasil Olahan Data (2021)
improvement yang dilakukan akan lebih
b. Benchmarking Provinsi Nusa rumit. Provinsi yang mengacu harus dapat
Tenggara Barat terhadap Provinsi mengidentifikasi faktor endownment
Jawa Barat dan Banten Tahun 2017 provinsi-provinsi yang diacu. Contohnya,
(1 Provinsi terhadap 2 Provinsi) provinsi DI Yogyakarta mengacu Jawa
Inefisiensi pada provinsi Nusa Tengah dan Banten. Kondisi geografis,
Tenggara Barat dapat ditanggulangi kultur budaya, aksesibilitas, dan jenis
melalui benchmarking terhadap provinsi obyek wisata antara Jawa Tengah dan DI
Jawa Barat dan Banten sesuai dengan Yogyakarta banyak kemiripan. Lain
proporsi faktor kepadatan (λ) yang halnya ketika disandingkan antara DI
dihasilkan. Yang harus dilakukan provinsi Yogyakarta dan Banten. Proporsi
Nusa Tenggara Barat adalah benchmark benchmarkingyang cukup besar (sekitar
sebesar 94,92 persen terhadap provinsi 0,739 dari 1,050) terhadap Provinsi Banten
Banten sedangkan sisanya kepada Provinsi lebih dikarenakan potensi improvement
Jawa Barat. Karakteristik provinsi Nusa input provinsi DI Yogyakarta lebih dekat
Tenggara Barat memiliki banyak dengan efisiensi input provinsi Banten.
kemiripan dengan provinsi Banten
daripada Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat c. Benchmarking Provinsi Nusa
dari luas wilayah yang relatif tidak Tenggara Barat terhadap Provinsi
timpang (BPS, 2018) dan kondisi DKI Jakarta, Jawa Tengah dan
masyarakat yang relatif mengelompok. Banten Tahun 2016 (1 Provinsi
Kemiripan ini sangat besar dampaknya terhadap 3 Provinsi)
dalam menentukan kebijakan, khususnya Pada analisis benchmarking ini,
sektor pariwisata. provinsi Nusa Tenggara Barat tercatat
Pola benchmarking lain dengan paling banyak melakukan benchmark,
konsep 1 provinsi terhadap 2 provinsi lain khususnya pada tahun 2016 ini, yakni
adalah benchmarking provinsi DI terdapat 3 provinsi yang dijadikan acuan.
Yogyakarta terhadap Jawa Tengah dan Untuk mencapai input efisien yang
Banten serta Provinsi Jawa Timur terhadap ditargetkan (sebesar 61.280.198.000
Jawa Tengah dan Bantenpada tahun 2016. rupiah untuk belanja pariwisata, 4.931
Pada dasarnya, proses benchmarking suatu orang tenaga kerja, dan 10.305 tempat
wilayah dengan wilayah lain yang lebih tidur yang tersedia) dapat dilakukan
dari 1 wilayah acuan, implementasi benchmarking IRS terhadap provinsi DKI

99
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Jakarta sebesar (684.844.432.000; 41.691; yang terjadi. Provinsi DKI Jakarta dan
66.284) x 0,05029; Jawa Tengah Banten memiliki tingkat efisiensi yang
(337.154.766.000; 22.638; 65.312) x paling stabil selama 5 tahun (2013–2017).
0,03087; dan Banten (51.428.056.000; Provinsi dengan tingkat efisiensi paling
7.243; 16.471) x 0,27231. rendah selama periode tersebut adalah
Nusa Tenggara Barat. Stakeholder terkait
SIMPULAN harus dapat memperhitungkan optimalisasi
input dengan memperhatikan
Provinsi yang teridentifikasi kesejahteraan masyarakat karena
efisien dalam pengelolaan keuangan pengurangan input tenaga kerja dinilai
pemerintah sektor pariwisata dan akan memperburuk kesejahteraan
penyediaan fasilitas perhotelan dapat masyarakat, khususnya yang bekerja pada
dijadikan sebagai benchmark bagi sektor pariwisata.Secara teoretis, hasil
provinsi-provinsilain yang teridentifikasi penelitian ini sangat bermanfaat dalam
tidak efisien.Pada tahun 2017, provinsi upaya pengembangan metode pengukuran
DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Bali efisiensi pada sektor kepariwisataan yang
teridentifikasi efisien pada pengelolaan belum banyak dilakukan di Indonesia.
sektor pariwisata sehingga input efisien Penelitian yang hanya mencakup
pada provinsi-provinsi ini dapat digunakan wilayah Pulau Jawa dan pemilihan skala
sebagai acuan dalam peningkatan efisiensi pengembalian CRS pada penghitungan
5 provinsi yang lain. Efisiensi yang efisiensi merupakan keterbatasan
dilakukan harus memperhatikan faktor penelitian ini. Pemilihan Pulau Jawa, Bali
input dan sumber daya yang dimiliki. dan Nusa Tenggara dilakukan karena
Setiap provinsi memiliki karakteristik wisatawan yang berkunjung ke wilayah ini
sumber daya masing-masing sehingga relatif dominan dibandingkan kepulauan
pemerintah bersama dengan sektor swasta lainnya. Pemilihan skala pengembalian
harus mampu bersinergi terutama dalam CRS lebih dikarenakan keterbatasan
upaya pengadaan dan pengembangan software yang digunakan.Oleh karena itu,
fasilitas kepariwisataan yang berorientasi perlu ada penelitian lebih lanjut dengan
pada optimalisasi sumberdaya. Benchmark memperluas cakupan dan variasi
dilakukan sebagai guidanceuntuk langkah penggunaan skala pengembalian pada
yang akan dilakukan, yaitu dari sisi input penghitungan efisiensi.
saja, output saja, atau keduanya.
Selain melalui benchmarking, DAFTAR PUSTAKA
proses peningkatan efisiensi dapat
dilakukan dengan cara meminimalkan Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik
penggunaan input pada tingkat output yang Hotel dan Akomodasi Lainnya di
tetap.Input yang minimal diharapkan Indonesia 2015-2017. Badan
memperkecil total biaya pengeluaran. Pusat Statistik.
Akan tetapi, pengurangan input yang tidak Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik
terprogram berpotensi menurunkan output Keuangan Pemerintah 2013-2017.
secara signifikan. Penurunan komponen Badan Pusat Statistik.
input didasarkan pada hasil analisis Badan Pusat Statistik. (2018).
inputefisien yang ditargetkan berdasarkan TingkatPenghunian Kamar Hotel
pengolahan DEA Input-Oriented CRS Tahun 2013–2017. Badan Pusat
Model. Persentase penurunan yang Statistik.
disarankan sudah mencakup komponen Atan, M. &Arslanturk, Y.
slack yang merupakan nilai optimal (2015).Efficency of the Tourism
penurunan input dibawah tingkat efisiensi Potential of World.Gazi Journal of

100
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Economics and Bussiness. vol. 1, Based on DEA-Malmquist Model.


hal. 59–76. Proseeding Conference Paper.
Burtseva, T., Nataliya M.& Irina K. E2S TEES 2021.
(2020). Assesment of Efficiency Lamiah, R., Dianne O. R. & Mita E. T.
of Innovative Technologies in (2015). Analisis Hubungan
Tourism.Proseeding Conference Kualitas Pelayanan dan Tingkat
Paper. E3S ITSE 2020. Kepuasan Pelanggan Outlet
Chaabouni, Sami. (2019). China’s Coffee Shop.Jurnal Hospitaliti dan
Regional Tourism Efficiency: A Pariwisata.Januari,vol. 2,no. 1,
Two-Stage Double Bootstrap Data hal. 76–96.
Envelopment Analysis.Journal of Moerwanto, A. S.&Junoasmono, T.
Destination Marketing and (2017). Strategi Pembangunan
Management. Nov 2019, hal. 183– Infrastruktur Wisata
191. Terintegrasi.Jurnal HPJI. Juli,vol.
Djabbari, M. H., Alwi. & Saddam H. T. 3,no. 2,hal. 67–78.
(2021). Implementasi Public Oukil, A., Channouf, H dan al-Zaidi, A.
Private Partnership dalam (2016). Performance Evaluation of
Pengembangan Pariwisata d the Hotel Industry in an Emerging
Kabupaten Toraja Utara.Jurnal Tourism Destination : the Case of
Analisis Kebijakan Publik. Juni Oman.Journal of Hospitality and
2021,vol. 7, hal. 1–13. Tourism Management. vol. 29,hal.
Dzulkifli, M.& Jussac M. M.(2020). 60–68.
Analisis Efisiensi Sumber Daya Pangkey, I. &Pinatik, S. (2015). Analisis
dan Produksi Bersih di Desa Efektivitas dan Efisiensi Anggaran
Wisata Pulesari, Sleman, Belanja pada Dinas Kebudayaan
Yogyakarta.JUMPA. Januari,vol. dan Pariwisata Provinsi Sulawesi
6,no. 2, hal. 307–333. Utara.Jurnal EMBA. Desember,
Hosseini, S. P. &Hosseini, S. M.(2021). vol. 3,no. 4,hal. 33–43.
Efficiency Assessment of Tourism Prasetya, L. M. A., M. Pudjihardjo, &
Industry in Developing Countries Nurul B. (2019). Analisis
in the Context of Infrastructure; A Pengeluaran Sektor Pariwisata
Two Stage Super Efficiency terhadap Ketimpangan Upah
Slacks Based Measure.Open Tenaga Kerja di Indonesia.Jurnal
Journal of Social Sciences. April, Ekonomi dan Pembangunan
vol. 9,hal. 346–372. Indonesia. Mei,hal. 100–118.
Kosmaczewska, J. (2014). Tourism Prasetyo, Danang. (2010). Analisis
Interest and the Efficiency of its Efisiensi Teknis dan Alokatif
Utilisation Based on the Example Hotel di Kawasan Wisata
of the European Unity Tawangmangu Kabupaten
Countries.Scientiarum Polonorum Karanganyar dengan
Oeconomia.vol. 13,hal. 77–90. Menggunakan Metode DEA.
Kurt, H.S. (2017). Measuring Tourism Surakarta: Universitas Sebelas
Efficiency of European Countries Maret.
by Using Data Envelopment Ramdhan, R. A. (2018). Analisis Dampak
Analysis.European Scientific Perkembangan Sektor Pariwisata
Jurnal. April,vol. 13,no. 10,hal. terhadap Kesejahteraan Pekerja
31–49. (Studi Kasus: Coban Ratu Kota
Li, Wenhua. (2021). Research on the Batu). Malang: Universitas
Tourism Efficiency in Guangxi- Brawijaya.

101
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Sanjoto, Y., Anderson G. K.& Een N. W.


(2021). Analisis Sektor Pariwisata
terhadap Perekonomian Kota
Tomohon.Jurnal Berkala Ilmu
Efisiensi. volume 21,no. 01,hal.
70–80.
Santi, D. K.(2018). Kontribusi Sektor
Pariwisata terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD)
Kabupaten/Kota di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2010-2016. Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.
Shahraki, A. S. &Keshtegar, A. (2019).
Determining the Efficiency of
Economic Tourism Industry in
Chababar Free Zone by Using
Data Envelopment Analysis
(DEA) Method. Journal of Iran
Economic Rev.vol. 23,no. 4,hal.
1019–1039.
Vraná, Bc. Veronika. (2016). The
Efficiency of Public Expenditure
Evidence from Czech Republic.
Prague: Institute of Economic
Studies Charles University.
Yasa, N., Hazmira Y.& Dodi D. (2018).
Pemodelan Data Jumlah
Kunjungan Wisatawan
Mancanegara ke Sumatera Utara
dengan Menggunakan Metode
Regresi Nonparametrik dengan
Pendekatan Deret Fourier dan
Sarima. Padang: Universitas
Andalas.
Zhu, Joe. 2009. Quantitative Models for
Permormance Evaluation and
Benchmarking : Data
Envelopment Analysis with
Spreadsheets (2nd Edition). New
York: Springer.

102
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

KONDISI EKSISTING DESTINASI PARIWISATA PANTAI


LASIANA KOTA KUPANG BERDASARKAN ATRAKSI,
AKSESIBILITAS, FASILITAS, KELEMBAGAAN, DAN
EKOSISTEM PARIWISATA
Existing Condition of Lasiana Beach Tourism Destination, Kupang
City Based On Attractions, Accessibility, Facilities, Institutions, and
Tourism Ecosystems

Jefirstson Richset Riwukore1


1
Dosen di Ilmu Manajemen Pascasarjana UIGM
Universitas Indo Global Mandiri
Jl. Jenderal Sudirman, KM-4, No.629, Kota Palembang, Sumatera Selatan, 30129
jefririwukore@gmail.com; jefritson@uigm.ac.id

Fellyanus Habaora2
2
Mahasiswa di Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Sekolah Pascasarjana IPB ,
Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB, Jl. Raya Dramaga, Babakan, Kec. Dramaga, Bogor, Jawa Barat
aryahabaora@gmail.com

Tien Yustini3
3
Dosen di Ilmu Manajemen Pascasarjana UIGM
Universitas Indo Global Mandiri
Jl. Jenderal Sudirman, KM-4, No.629, Kota Palembang, Sumatera Selatan,
tien_yustini@uigm.ac.id

Diterima: 22 Pebruari 2021. Disetujui: 01 Agustus 2021. Dipublikasikan: Desember 2021

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis kondisi eksisting destinasi
pariwisata Pantai Lasiana, Kota Kupang berdasarkan atraksi, aksesibilitas, fasilitas,
kelembagaan, dan ekosistem pariwisata. Penelitian dilaksanakan di Pantai Lasiana Kota
Kupang, bulan Juli–Desember 2019 menggunakan desain Research and Action Research
dan teknik pendekatan deskriptif. Penentuan sampel secara cross section atau sampel
tersedia. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara pada
beberapa informan masyarakat yang ditemui di sekitar objek wisata maupun dengan Kepala
Dinas Pariwisata Kota Kupang dan Penanggungjawab lokasi wisata, dan studi
dokumentasi/kepustakaan. Data dianalisis dengan sortasi informasi dan deskripsi terhadap
poin-poin hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa atraksi wisata Pantai Lasiana tertinggi untuk berenang dan terendah
untuk sekolah alam. Sebagian besar wisatawan mengeluhkan aksesibilitas ke destinasi
wisata. Meskipun demikian, sebagian besar wisatawan berpendapat fasilitas yang ada di
lokasi wisata cukup lengkap. Peran kelembagaan pariwisata dianggap kurang karena orang
berkunjung ke lokasi destinasi lantaran sering ke lokasi atau diajak orang lain. Ekosistem
pariwisata masih terlihat lemah dari aspek investasi, kebijakan, dan sumber daya
pariwisata. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah diversifikasi atraksi, peningkatan
kondisi fisik fasilitas dan involusi fasilitas wisata, efektivitas pemasaran dan promosi
destinasi wisata, peningkatan peran publik, dan perbaikan aksesibilitas destinasi wisata.

103
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Kata Kunci: atraksi, aksesibilitas, fasilitas, kelembagaan, ekosistem

Abstract

The purpose of the study was to determine and analyze the existing condition of the Lasiana
Beach tourism destination in Kupang City based on attractions, accessibility, facilities,
institutions, and tourism ecosystems. The research took at Lasiana Beach, Kupang City,
from July – December 2019 using Research and Action Research designs and descriptive
approach techniques. Determination of samples by cross-section or available samples. The
data were analyzed by sorting information and descriptions of the points from the
observations, interviews, and documentation carried out. The results showed that the
highest tourist attraction for Lasiana Beach was for swimming and the lowest for nature
schools. Most tourists complain about the accessibility to tourist destinations. However,
most tourists feel that the facilities at the tourist sites are quite complete. The role of tourism
institutions is considered lacking while people visit a destination because they often visit it
and are invited. The tourism ecosystem still looks weak in terms of investment, policies,
and tourism resources. Recommendations are diversification of attractions, improvement
of the physical condition of facilities and the involution of tourist facilities, the effectiveness
of marketing and promotion of tourist destinations, increasing the role of the public, and
improving the accessibility of tourist destinations.

Keywords: attractions, accessibility, facilities, institutions, ecosystem

© 2021 Direktorat Kajian Strategis

PENDAHULUAN kepariwisataan. Astuti & Noor (2016)


menyatakan, daya tarik wisata (atraksi)
Pariwisata merupakan salah satu merupakan elemen-elemen yang
industri terbesar yang sedang berkembang terkandung dalam destinasi dan
pesat di dunia, termasuk di Indonesia lingkungan di dalamnya yang secara
dengan kekayaan alam, budaya, dan adat individual atau kombinasinya memegang
istiadat yang berbeda dan menjadi modal peranan penting dalam memotivasi
utama dalam kepariwisataan (Maulana & wisatawan untuk berkunjung ke destinasi
Koesfardani, 2020). Keadaan ini tersebut.
menyebabkan pariwisata di Indonesia Yoeti (1996) menyatakan, fasilitas
menjadi salah satu daerah tujuan wisata umum dalam pariwisata merupakan semua
atau destinasi. fasilitas yang memungkinkan sarana
Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang kepariwisataan dapat hidup dan
Nomor 10 Tahun 2009 menyebutkan berkembang serta memberi pelayanan pada
bahwa destinasi pariwisata atau daerah wisatawan untuk memenuhi kebutuhan
tujuan pariwisata adalah kawasan mereka yang beraneka ragam, baik sebagai
geografis yang berada dalam satu atau fasilitas pokok, pelengkap, maupun
lebih wilayah administratif yang di penunjang seperti bank, rumah sakit,
dalamnya terdapat daya tarik wisata, polisi. Fasilitas umum ini dapat berupa (a)
fasilitas umum, fasilitas pariwisata, fasilitas pokok, yaitu perusahaan yang
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling hidup dan kehidupannya sangat tergantung
terkait dan melengkapi pada arus kedatangan wisatawan, seperti

104
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

travel agen, transportasi, akomodasi, dan Ekosistem pariwisata tersebut akan


restoran; (b) fasilitas pelengkap, yaitu memberi daya tarik pada seseorang untuk
perusahaan-perusahaan atau tempat- berkunjung ke destinasi wisata dengan
tempat yang menyediakan fasilitas untuk motif tertentu. Seseorang yang melakukan
rekreasi yang fungsinya tidak hanya perjalanan wisata ke suatu daerah biasanya
melengkapi sarana pokok kepariwisataan sekaedar untuk refreshing dan berjalan-
tetapi yang terpenting adalah membuat jalan. Selain itu, ada juga yang melakukan
wisatawan dapat lebih lama tinggal pada perjalanan wisata karena ada urusan bisnis
suatu daerah tujuan pariwisata; dan (c) ke suatu daerah.
fasilitas penunjang, yaitu perusahaan yang Ada berbagai jenis pariwisata yang
menunjang sarana pokok serta berfungsi dikelompokkan berdasarkan tujuan atau
tidak hanya membuat wisatawan lebih motif seseorang atau kelompok. Berikut
lama tinggal pada suatu daerah tujuan jenis-jenis pariwisata menurut Spillane
wisata tetapi agar wisatawan lebih banyak (1987).
mengeluarkan atau membelanjakan 1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan
uangnya di tempat yang dikunjungi. (pleasure tourism)
Selanjutnya, Pitana & Diarta (2009) Jenis pariwisata ini dilakukan oleh
menjelaskan, fasilitas destinasi/amenitas orang-orang yang meninggalkan
merupakan elemen dalam destinasi atau tempat tinggalnya untuk berlibur,
unsur yang berhubungan dengan destinasi mencari udara segar yang baru,
dan memungkinkan wisatawan tinggal di memenuhi rasa ingin tahu,
destinasi tersebut untuk menikmati atau mengendorkan ketegangan sarafnya,
berpartisipasi dalam atraksi yang melihat sesuatu yang baru, menikmati
ditawarkan. Fasilitas destinasi dapat keindahan alam, atau bahkan
berupa akomodasi, restoran, cafe dan bar, mendapatkan ketenangan dan
alat transportasi dan taksi, serta pelayanan kedamaian di daerah luar kota.
lain, termasuk toko, salon, pelayanan 2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation
informasi, dan sebagainya. tourism)
Seluruh elemen yang terdapat di Jenis pariwisata ini dilakukan oleh
destinasi wisata dan memiliki hubungan orang-orang yang memanfaatkan hari-
yang saling terkait sehingga menjadi hari liburnya untuk beristirahat,
kebutuhan yang kompleks di lokasi memulihkan kembali kesegaran
destinasi wisata disebut dengan ekosistem. jasmani dan rohani, menyegarkan
Leewellyn & Abdillah (2020) menyatakan keletihan dan kelelahan.
bahwa konsep ekosistem pariwisata 3. Pariwisata untuk kebudayaan (cultural
memaparkan tentang keterkaitan berbagai tourism)
komponen sebagai bagian dari Jenis pariwisata ini dilakukan karena
pengembangan destinasi pariwisata ada keinginan untuk mempelajari adat
berkelanjutan. Komponen pembentuk istiadat, kelembagaan, dan cara hidup
ekosistem pariwisata tersebut terdiri atas rakyat daerah lain, mengunjungi
12 komponen, yakni (1) tren pariwisata monumen bersejarah, peninggalan
global, (2) target wisatawan, (3) nilai-nilai peradaban masa lalu, pusat-pusat
produk pariwisata, (4) produk pariwisata, kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau
(5) destinasi pariwisata, (6) pemasaran ikut serta dalam festival seni musik,
pariwisata, (7) kebijakan dan kemitraan teater, tarian rakyat, dan lain-lain.
pariwisata, (8) industri pendukung, (9) 4. Pariwisata untuk olahraga (sport
infrastruktur pendukung, (10) sumber daya tourism)
pendukung, (11) investasi pariwisata, dan Jenis pariwisata ini dapat dibagi dalam
(12) pendapatan pariwisata. dua kategori, yaitu (a) big sports event,
pariwisata yang dilakukan karena ada
105
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

peristiwa-peristiwa olahraga besar juga akan berimplikasi pada peningkatan


seperti olympiade games, world cup, kesejahteraan masyarakat, promosi
dan lain-lain; (b) sporting tourism of budaya, konservasi alam, dan sumber daya
the practitioner, yaitu pariwisata lainnya menuju pariwisata berkelanjutan.
olahraga bagi mereka yang ingin Akan tetapi, aksesibilitas, fasilitas,
melatih dan mempraktikkan sendiri, kelembagaan, dan ekosistem pariwisata
seperti pendakian gunung, olahraga merupakan hal yang sangat mendukung
naik kuda, dan lain-lain. dalam pengembangan kepariwisataan
5. Pariwisata untuk urusan usaha dagang Pantai Lasiana.
(business tourism), yaitu bentuk travel Selama ini kajian kondisi eksisting
profesional atau perjalanan karena ada pada destinasi pariwisata di Kota Kupang
kaitannya dengan pekerjaan atau umumnya masih bersifat parsial atau
jabatan yang tidak memberi pilihan terbatas sehingga perlu dilakukan
daerah tujuan maupun pilihan waktu penelitian yang lebih komprehensif dari
perjalanan kepada pelakunya. aspek atraksi, aksesibilitas, fasilitas,
6. Pariwisata untuk berkovensi kelembagaan, dan ekosistem pariwisata.
(convention tourism), yaitu konvensi Berdasarkan uraian tersebut,
yang sering dihadiri oleh ratusan dan pengembangan destinasi pariwisata di
bahkan ribuan peserta yang biasanya Pantai Lasiana perlu dukungan elemen
tinggal beberapa hari di kota atau destinasi pariwisata yang tersedia seperti
negara penyelenggara. (1) bagaimana persepsi orang sehingga
Salah satu wilayah administratif tertarik untuk berkunjung (atraksi),
yang memiliki potensi destinasi wisata di (2) bagaimana aksesibilitas ke lokasi
propinsi NTT adalah Kota Kupang dengan destinasi (aksesibilitas), (3) bagaimana
daya tarik wisata berupa wisata alam, dukungan fasilitas destinasi wisata, (4)
wisata buatan, wisata kuliner, wisata bagaimana peran kelembagaan promosi
bawah laut, dan wisata religi. Sulaiman et pariwisata, dan (5) apakah destinasi
al. (2013) melaporkan bahwa penyebaran pariwisata sesuai dengan komponen-
jumlah destinasi pariwisata di Kota komponen ekosistem pariwisata. Dengan
Kupang ±38 lokasi yang dapat diakses dari demikian tujuan penelitian ini adalah
43 potensi objek wisata yang terdiri dari 26 mengetahui dan menganalisis kondisi
objek wisata alam, 9 objek wisata pantai, eksisting destinasi pariwisata Pantai
dan 8 objek wisata budaya. Salah satu Lasiana berdasarkan atraksi, aksesibilitas,
destinasi wisata yang sering dikunjungi fasilitas, kelembagaan, dan ekosistem
adalah Pantai Lasiana, Kota Kupang. pariwisata. Hasil penelitian diharapkan
Sanam & Adikampana (2014) melaporkan, menjadi bahan informasi untuk pemerintah
Pantai Lasiana merupakan salah satu di Kota Kupang dalam pengembangan
potensi dan daya tarik wisata berupa pantai destinasi wisata berkelanjutan sehingga
dengan letaknya yang strategis berada kebijakan pariwisata yang digunakan
dekat pusat Kota Kupang, berjarak ± 10 km efektif dan efisien.
dari pusat Kota Kupang. Pantai Lasiana
dikenal sebagai pantai yang landai dengan METODE
ombak yang tenang serta pasir putihnya
dan saat ini merupakan primadona bagi Penelitian ini dilaksanakan di Kota
masyarakat Kota Kupang. Kupang mulai bulan Juli–Desember 2019.
Sanam & Adikampana (2014) Desain penelitian ini adalah action
melaporkan bahwa perlu usaha konstruktif research. Action research (penelitian
untuk membangun dan mengembangkan tindakan) salah satu alternatif metode
destinasi wisata di Kota Kupang agar penelitian dalam studi dan aksi berbasis
memiliki atraksi orang berkunjung dan kondisi eksisting (Sekaran, 2010). Desain
106
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

research dan action research merupakan peran utama dan sejumlah peran
penelitian tindakan yang dilakukan tidak pendukung. Peran pertama adalah destinasi
hanya untuk memperoleh kebenaran harus berusaha untuk meningkatkan
semata namun juga menciptakan kondisi kesejahteraan sosial dan ekonomi warga
yang diharapkan karena memerlukan yang tinggal di sekitar wilayah destinasi
partisipasi masyarakat secara aktif. tersebut. Peran kedua, destinasi harus dapat
Partisipasi masyarakat dapat berupa menyediakan lapangan usaha tambahan
keadaan persepsi yang dirasakan saat bagi kesejahteraan penduduk dengan
berada dalam suatu objek penelitian menawarkan berbagai kegiatan atau
tersebut, misalnya masyarakat yang sedang pengalaman pariwisata (Ritchie & Crouch,
berkunjung di Pantai Lasiana. Melalui 2003).
action research akan dapat dihasilkan Pantai Lasiana Kota Kupang mulai
formula yang sesuai dengan kondisi dioperasikan untuk umum pada tahun
masyarakat dalam melakukan upaya 1970-an oleh Pemerintah Provinsi Nusa
pemberdayaan masyarakat (Darwis, Tenggara Timur (Pemprov NTT). Tahun
2016). 1986, Pemprov NTT mengembangkan
Penelitian ini menggunakan wisata Pantai Lasiana dengan menyiapkan
pendekatan deskriptif untuk menjelaskan dan membangun fasilitas pendukung
dan menampilkan data dan informasi wisata seperti lopo-lopo, kolam renang,
sesuai temuan lapangan terkait atraksi, kantor pengelola, panggung hiburan, dan
aksesibilitas, fasilitas, kelembagaan, dan jenis bangunan lainnya. Sejak tahun 1997,
ekosistem pariwisata. Populasi dan sampel aset dan manajemen pengelolaan wisata
ditentukan menggunakan metode cross Pantai Lasiana dialihkan dari Pemprov
section terhadap pengunjung lokasi NTT ke Pemerintah Kota Kupang (Pemkot
destinasi. Pengumpulan data dilakukan Kupang) melalui Dinas Kebudayaan dan
dengan observasi lapangan, wawancara Pariwisata Kota Kupang.
pada beberapa informan masyarakat yang Tahun 2009, Pemkot Kupang
ditemui di sekitar objek wisata maupun mengalokasikan dana APBD untuk menata
dengan Kepala Dinas Pariwisata Kota lokasi wisata dengan membangun tanggul-
Kupang dan Penanggungjawab lokasi tanggul pemecah ombak di pantai,
wisata, dan studi kios/warung untuk pedagang, perbaikan
dokumentasi/kepustakaan. Data dianalisis lopo-lopo tetapi penataannya tidak
dengan melakukan sortasi informasi dan optimal. Pantai Lasiana memiliki daya
deskripsi terhadap poin-poin hasil tarik bahari yang sangat potensial namun
observasi, wawancara, dan dokumentasi belum ditata secara baik. Keadaan ini dapat
yang dilakukan. dilihat dari daftar kunjungan wisatawan ke
Pantai Lasiana seperti tersaji pada Tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Daftar Kunjungan Wisatawan Pantai
Gambaran Umum Pantai Lasiana Lasiana
Kunjungan Wisatawan
Destinasi pariwisata adalah kawasan Tahun Total
Mancanegara Lokal
geografis yang berada dalam satu atau
2015 851 29.553 30.404
lebih wilayah administratif yang di 2016 1.177 27.225 28.402
dalamnya terdapat daya tarik wisata, 2017 1.209 39.550 40.759
fasilitas umum, fasilitas pariwisata, 2018 996 29.189 30.185
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling Sumber: Laporan Dinas Pariwisata Provinsi NTT
Tahun 2019
terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan (Undang-Undang Nomor
Informasi dan data pada Tabel 1
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan).
menunjukkan bahwa setiap tahun angka
Suatu destinasi pariwisata memiliki dua
107
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

kunjungan wisatawan terus menurun Atraksi Pantai Lasiana Kota Kupang


meskipun terjadi kenaikan di tahun 2017. Atraksi adalah daya tarik yang
Penurunan kunjungan wisatawan mungkin membuat orang berkeinginan untuk
dipengaruhi ketersediaan fasilitas yang mengunjungi dan melihat secara langsung
belum memadai dengan aksesibilitas ke suatu tempat yang menarik karena
destinasi yang terbatas. Fanggidae & Bere keindahan alam, keunikan kawasan,
(2020) melaporkan bahwa jumlah banyaknya sumber daya yang menonjol,
kunjungan wisatawan ke Pantai Lasiana keutuhan sumber daya alam, kepekaan
cenderung menurun karena keterbatasan sumber daya alam, pilihan rekreasi,
fasilitas wisata dan kurangnya perawatan kelangkaan flora dan fauna, serta
fasilitas-fasilitas yang ada. Ketiadaan dan kerawanan kawasan (Ahmad & Mukkadas,
keterbatasan fasilitas dapat menghalangi 2017). Informasi dan data atraksi Pantai
wisatawan dalam menikmati daya tarik Lasiana sebagai destinasi wisata dapat
wisata. Sumayang (2003) menyatakan dilihat pada Gambar 2.
bahwa indikator yang perlu diperhatikan
dalam penyediaan fasilitas antara lain: (1)
kelengkapan, kebersihan, dan kerapian
fasilitas yang ditawarkan, (2) kondisi dan
fungsi fasilitas yang akan ditawarkan, dan
(3) kemudahan menggunakan fasilitas
yang ditawarkan. Kemungkinan pada
tahun 2020 terjadi penurunan wisatawan
secara masif akibat pandemi corona.
Lokasi Wisata Pantai Lasiana
terletak di Kelurahan Lasiana, Kecamatan Gambar 2. Unsur Atraksi (Sumber: Olahan
Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa data)
Tenggara Timur dengan batas-batas
wilayah sebelah utara dengan Teluk Secara umum tujuan
Kupang, sebelah Selatan dengan Desa pengunjung/wisatawan mengunjungi
Oelnasi, sebelah Timur dengan Kelurahan Pantai Lasiana sebagai destinasi wisata
Tarus, dan sebelah Barat dengan sangat dipengaruhi oleh motif untuk
Kelurahan Oesapa. Pantai Lasiana. Pantai berenang (27%), perayaan (25%),
Lasiana memiliki potensi-potensi berpacaran (17%), kuliner (10%), olahraga
pengembangan destinasi wisata baik alam (7%), panorama alam (6%),
dan budaya. berfoto/berpose (4%), dan sekolah alam
(4%). Sebagian besar pengunjung/
wisatawan pergi ke lokasi Pantai Lasiana
sangat dipengaruhi oleh persepsi
pengunjung terhadap keadaan fisik Pantai
Lasiana. Nenobais & Lada (2017)
melaporkan bahwa minat
pengunjung/wisatawan ke Pantai Lasiana
sangat dipengaruhi oleh kondisi fisiknya
yang berpasir putih, ada perbukitan di
bagian Barat, airnya jenih dan biru dengan
Gambar 1. Peta Lokasi Pantai Lasiana debur ombak yang bergulung-gulung kecil
(Sumber: Olahan data) dan tenang sehingga menjadi alternatif
pilihan pengunjung/wisatawan untuk
melepaskan kepenatan dengan mandi,
berenang, berjemur, bermain bola, makan
108
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

jagung bakar, pisang gepe, dan minum es


kelapa muda di kala menjalani libur, juga
di pesisir pantai terdapat pondok-pondok
yang disebut lopo-lopo sebagai tempat
berteduh.
Sanam & Adikampana (2014)
melaporkan bahwa motivasi
pengunjung/wisatawan ke Pantai Lasiana
sangat dipengaruhi oleh daya tarik potensi
alam pantai yang berpasir putih dan tenang,
Gambar 3. Unsur Aksesibilitas (Sumber:
garis pantai yang panjang dengan pasirnya
Olahan data)
yang halus, dapat melihat panorama alam Sebagian besar
matahari terbenam (sunset), rindangnya pengunjung/wisatawan menyatakan bahwa
pepohonan lontar, dan aneka aktivitas yang Pantai Lasiana memiliki aksesibilitas yang
dapat dilakukan seperti duduk santai sangat tidak bagus (37%), kurang bagus
sambil menikmati alam, mandi dan selam, (33%), cukup bagus (20,4%), dan bagus
makan dan minum khas daerah, fotografi (8%) sampai dengan sangat bagus (2%).
dan olahraga pantai. Selain itu, Pantai Hal ini menjelaskan bahwa pengunjung
Lasiana memiliki daya tarik penunjang atau wisatawan dari sisi aksesibilitas
seperti pemanfaatan lontar menjadi merasa tidak nyaman. Akses ke dalam
berbagai barang kerajinan seperti alat lokasi wisata Pantai Lasiana melewati
musik sasando, dan pengolahan air yang pemukiman penduduk yang padat, jalanan
disadap dari pohon lontar menjadi gula. yang rusak dan sempit, serta pengaturan
Astuti & Noor (2016) menyatakan bahwa lalulintas keluar masuk lokasi yang belum
atraksi pada destinasi merupakan elemen- tertata dengan baik. Akses pemberhentian
elemen yang terkandung dalam destinasi transportasi umum menuju lokasi wisata
dan lingkungan di dalamnya yang secara yang cukup jauh memengaruhi
individual atau kombinasinya memegang ketidaknyamanan pengunjung atau
peranan penting dalam memotivasi wisatawan yang menggunakan transportasi
wisatawan untuk berkunjung ke destinasi umum. Hal ini berpotensi akan mengurangi
tersebut. Popichit et al. (2013) jumlah pengunjung/wisatawan ke Pantai
menyatakan, alasan wisatawan memilih Lasiana.
destinasi untuk dikunjungi karena atraksi Kapioru (2019) melaporkan bahwa
yang tersedia di destinasi mampu kunjungan wisatawan ke lokasi-lokasi
memengaruhi kepuasan wisatawan. pariwisata yang ada di Kota Kupang,
termasuk Pantai Lasiana, berfluktuasi
Aksesibilitas Pantai Lasiana dikarenakan sarana dan prasarana
Aksesibilitas adalah suatu indikasi pariwisata belum memadai. Sanam &
yang menyatakan mudah tidaknya suatu Adikampana (2014) melaporkan, akses
objek untuk dijangkau. Aksesibilitas jalan menuju lokasi wisata Pantai Lasiana,
merupakan faktor yang tidak dapat dari sisi kondisi jalan, masih sangat sempit
dipisahkan dalam mendorong potensi pasar dan berlubang di sepanjang jalan menuju
seperti transportasi dan jarak (Nisa et al., lokasi wisata Pantai Lasiana. Sulaiman et
2014; Ahmad & Mukaddas 2017). Secara al. (2013) melaporkan, rata-rata prasarana
deskriptif hasil wawancara tentang dan sarana objek wisata alam yang terdapat
aksesibilitas menuju lokasi destinasi Pantai di Kota Kupang terkendala oleh akses rute
Lasiana dapat dilihat pada Gambar 3. yang dilalui menuju objek wisata dan
belum tersedianya transportasi lokal yang
nyaman dan variatif yang menghubungkan

109
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

akses masuk ke semua objek wisata. penelitian Fanggidae dan Bere (2020) yang
Hendarto (dalam Nisa et al., 2014) menyatakan bahwa fasilitas wisata di
melaporkan bahwa probabilitas Pantai Lasiana memiliki kinerja yang
pengunjung untuk datang dipengaruhi oleh rendah, terdiri atas kondisi fisik lopo,
aksesibilitas lokasi. Kenaikan 1 (satu) kondisi fisik tempat sampah, ketersediaan
tingkat aksesibilitas akan meningkatkan jumlah tempat sampah, dan pemisahan
kemungkinan pengunjung untuk datang jenis tempat sampah organik dan
kembali pada masa yang akan datang nonorganik. Nenobais dan Lada (2017)
sebesar 13 (tiga belas) kali. melaporkan bahwa fasilitas di Pantai
Lasiana kurang memuaskan dari sisi
Fasilitas Pantai Lasiana penataan tempat parkir. Hasil penelitian ini
Puas dan tidaknya wisatawan tidak berbeda dari hasil penelitian
berkunjung ke suatu destinasi wisata Sulaiman et al. (2013) bahwa fasilitas
tergantung pada daya tarik wisata dan lokasi wisata yang cukup layak dan
fasilitas layanan yang ada di destinasi lengkap adalah fasilitas wisata di Pantai
tersebut. Fanggidae dan Bere (2020) Lasiana karena tersedia fasilitas berupa
menyatakan bahwa fasilitas atau sarana agen perjalanan, pusat informasi, salon,
penunjang sangat penting untuk kebutuhan fasilitas kesehatan, pemadam kebakaran,
wisatawan sewaktu-waktu diperlukan hydrant, tourism information centre (TIC),
sehingga tersedianya sarana penunjang pemandu wisata/guiding, plang informasi,
akan memperlancar perjalanan. Susetyarini serta petugas yang memeriksa masuk dan
dan Masjhoer (2018) menyatakan, keluarnya wisatawan.
peningkatan kualitas fasilitas wisata Hasil penelitian ini terkait erat
diharapkan sejalan dengan meningkatnya dengan persepsi pengunjung/wisatawan
kepuasan wisatawan yang berkunjung ke terhadap kebutuhan fasilitas di lokasi
suatu destinasi wisata karena kepuasan wisata. Persepsi terbentuk dari
wisatawan merupakan salah satu tolak ukur karakteristik (Habaora, 2015) dan
keberhasilan suatu daya tarik wisata. preferensi (Riwukore & Habaora, 2019ab;
Ketersediaan fasilitas di lokasi wisata Riwukore et al., 2019) akan kebutuhan
Pantai Lasiana tersaji pada Gambar 4. wisatawan yang berbeda-beda sehingga
wisatawan/pengunjung bisa saja merasa
puas pada 1 atribut tetapi belum tentu puas
terhadap atribut yang lain. Fanggidae &
Bere (2020) menyatakan bahwa fasilitas
bukanlah merupakan faktor utama yang
dapat menstimulus kedatangan wisatawan
ke suatu tempat wisata. Sebagai contoh,
saat pengunjung/wisatawan lapar, di
sekitar lokasi tersedia kantin untuk makan;
saat ingin berenang, tersedia penyewaan
alat renang; dan ketika memerlukan toilet
Gambar 4. Unsur Fasilitas (Sumber: Olahan dan atau kamar ganti, tersedia juga di
data)
dalam lokasi. Meskipun dengan kondisi
fisik fasilitas yang terbatas, hal tersebut
Sebagian besar pengunjung/wisatawan di
cukup memuaskan pengunjung/wisatawan.
Pantai Lasiana menyatakan ketersediaan
Suryadana dan Oktavia (2015) menyatakan
fasilitas di lokasi wisata Pantai Lasiana
bahwa apabila hasil produk lebih rendah
cukup lengkap (55%) dan lengkap (29%),
dari harapan, wisatawan merasa tidak puas;
dan kurang lengkap (16%). Hasil
apabila hasil produk sesuai harapan,
penelitian ini berbeda dengan hasil
wisatawan merasakan puas, dan apabila
110
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

hasil produk melebihi harapan, wisatawan dalam promosi lokasi wisata Pantai
akan merasa sangat puas. Lasiana oleh badan atau biro pemasaran
dalam penelitian ini tidak berbeda dari
Kelembagaan hasil penelitian Sulaiman et al. (2013),
Kelembagaan (ancillary) yaitu Sanam dan Adikampana (2014), Nenobais
organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan dan Lada (2017), Fanggidae dan Bere
untuk melayani wisatawan, seperti (2020). Semuanya menyatakan bahwa
destination marketing management perlu ada usaha kerja yang nyata dan
organzation, conventional and visitor berkelanjutan terkait promosi atraksi,
bureau. Informasi dan data peran aksesibilitas, dan fasilitas lokasi wisata
kelembagaan dalam mempromosikan Pantai Lasiana sebagai destinasi unik di
lokasi wisata Pantai Lasiana dapat dilihat Kota Kupang.
pada Gambar 5.
Ekosistem Wisata
Konsep ekosistem pariwisata
muncul dalam dokumen The Global
Sustainable Tourism Council (GTSC)
Criteria (2017) untuk memperoleh
pemahaman umum tentang pariwisata
berkelanjutan dan merupakan standar
minimum yang harus dicapai oleh setiap
usaha pariwisata. Kriteria ini disusun
dalam 4 (empat) tema utama, yaitu (1)
perencanaan keberlanjutan yang efektif,
Gambar 5. Unsur Kelembagaan (Data diolah) (2) memaksimalkan manfaat sosial dan
ekonomi bagi masyarakat setempat, (3)
Hasil penelitian menunjukkan meningkatkan warisan budaya, dan (4)
bahwa dalam mempromosikan Pantai mengurangi dampak negatif terhadap
Lasiana, peran kelembagaan biro promosi lingkungan. Ekosistem pariwisata adalah
seperti Dinas Pariwisata maupun UPTD suatu lingkungan organik dan nonorganik
yang menangani lokasi wisata sangat yang bersinergi satu sama lain membentuk
rendah. Rata-rata pengunjung/wisatawan tatanan mekanisme sistematis sehingga
datang ke lokasi wisata Pantai Lasiana menghasilkan atau mendorong tersedianya
karena diajak (46%), sering berkunjung produk dan layanan bagi kegiatan wisata
(40%), tahu dari internet terkait (Rahtomo 2018). Kondisi eksisting
pengalaman-pengalaman traveler (5%), ekosistem wisata Pantai Lasiana tersaji
dan lainnya (9%) seperti wisatawan pada Tabel 1.
nusantara atau karena warga Kota Kupang.
Peran yang rendah pada kelembagaan

Tabel 2. Deskripsi 12 Komponen Ekosistem Pantai Lasiana (Data Lapang, 2019)

No. Desain Subsistem Deskripsi


1. Tren pariwisata Lokasi wisata Pantai Lasiana bertumbuh dan berkembang secara
global tradisional dan belum mengikuti tren pariwisata global. Faktor utama
penyebabnya adalah minimnya perhatian pemerintah terkait
kebijakan dan anggaran serta partisipasi kelembagaan wisata yang
rendah.
2. Target wisatawan Wisatawan yang sering berkunjung umumnya merupakan wisatawan
nusantara (mayoritas wisatawan lokal) dan selama beberapa tahun
terjadi penurunan kunjungan wisatawan secara signifikan. Wisatawan
111
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

yang singgah umumnya adalah wisatawan lokal yang bertujuan untuk


berenang, makan, dan olahraga (jogging).
3. Nilai produk Nilai produk yang ditawarkan umumnya masih tradisional, belum ada
sentuhan kreativitas dan teknologi. Air kelapa muda, pisang gepe, dan
kuliner lainnya masih tradisional. Barang dan modal pada warung dan
lapak-lapak yang tersedia umumnya terbatas.
4. Produk wisata Produk wisata yang ditawarkan adalah wisata bahari untuk berenang
dan menikmati pasir putih selain melihat sunset.
5. Destinasi wisata Lokasi Pantai Lasiana sebagai destinasi wisata minim perhatian
sehingga fasilitas, aksesibilitas, dan kelembagaan masih terbatas
meskipun ditemukan atraksi wisata yang cukup mendukung potensi
yang ada.
6. Pemasaran Pemasaran belum dilakukan secara maksimal dan belum terorganisasi
pariwisata secara baik.
7. Kebijakan Telah ada kebijakan khusus dalam pengembangan Pantai Lasiana
pengembangan sebagai destinasi melalui Kebijakan Gubernur dan Walikota terkait
wisata Involusi Pengembangan Pantai Lasiana sebagai Destinasi Bahari.
8. Industri Industri pendukung pariwisata banyak terdapat di Kota Kupang tetapi
pendukung belum diarahkan untuk pengembangan destinasi pariwisata, seperti
industri kuliner, kerajinan, budaya, dan lainnya.
9. Fasilitas Infrastruktur yang ada sangat mendukung pengembangan destinasi
pendukung karena Pantai Lasiana terletak di pusat ibukota Provinsi NTT dan
wilayah administratif Kota Kupang yang menyebabkan
pembangunan fasilitas pendukung, seperti jalan raya, air bersih,
maupun akses transportasi, dapat terlaksana dengan baik.
10. Sumberdaya Sumber daya pendukung pariwisata perlu ditingkatkan kualitasnya.
pariwisata
11. Investasi Belum ada investasi yang cukup besar dalam pengembangan lokasi
wisata Pantai Lasiana.
12. Penerimaan Telah ada penerimaan masyarakat yang tampak dari banyaknya
masyarakat warung-warung maupun keterlibatan masyarakat dalam membangun
ekonomi kreatif dalam lokasi wisata.
Sumber: Data diolah

Tabel 2 menunjukkan bahwa berkaitan secara langsung maupun tidak


pengembangan Pantai Lasiana sebagai langsung akan kelangsungan
destinasi memerlukan kerja yang pengembangan pariwisata (Swarbrooke
signifikan dan keseriusan pemerintah. 1996). Dalam pengembangan pariwisata
Potensi yang dimiliki merupakan aset yang diperlukan aspek-aspek untuk mendukung
dapat dikembangkan. Berdasarkan 12 pengembangan tersebut. Cooper et al.
subsistem ekosistem tampaknya Pantai (1995) mengemukakan bahwa terdapat
Lasiana hanya siap dalam hal produk empat komponen yang harus dimiliki oleh
wisata yang dimiliki, yaitu daya tarik sebuah daya tarik wisata, yaitu: (1)
wisata bahari. attractions, seperti alam yang menarik,
kebudayaan daerah yang menawan, dan
Pengembangan Pariwisata seni pertunjukan; (2) accessibilities,
Pengembangan pariwisata seperti transportasi lokal dan terminal; (3)
merupakan suatu rangkaian upaya untuk amenities, seperti tersedianya akomodasi,
mewujudkan keterpaduan dalam rumah makan, dan agen perjalanan; dan (4)
penggunaan berbagai sumber daya acillary, yaitu organisasi kepariwisataan
pariwisata dan mengintegrasikan segala yang dibutuhkan untuk melayani
bentuk aspek di luar pariwisata yang wisatawan seperti destination marketing

112
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

management organization, conventional 5. Perbaikan aksesibilitas ke destinasi


and visitor bureau. Pantai Lasiana.
Pengembangan Pantai Lasiana
menjadi destinasi wisata di Kota Kupang SIMPULAN
diperlukan upaya-upaya seperti berikut ini.
1. Diversifikasi atraksi tambahan wisata Hasil penelitian menunjukkan
Pantai Lasiana, seperti diving, bahwa atraksi wisata Pantai Lasiana
snorkelling, wisata layar, wisata tertinggi untuk berenang dan terendah
memancing, olahraga air (banana untuk sekolah alam. Sebagian besar
boat, flying fish, jetsky, parasailing), wisatawan mengeluhkan aksesibilitas
olahraga pantai seperti bola kaki, menuju destinasi wisata. Meskipun
jogging track, bersepeda, voli pantai), demikian, sebagian besar wisatawan
dan olahraga tradisional setempat merasa fasilitas yang ada di lokasi wisata
seperti galasin, sikidoka, kayu doi, dan cukup lengkap. Peran kelembagaan
lain sebagainya; pagelaran atau pariwisata dianggap kurang karena orang
pameran budaya local, seperti tenunan berkunjung ke lokasi destinasi lantaran
dan motif-motif daerah. sering ke lokasi atau diajak orang lain.
2. Peningkatan kondisi fisik fasilitas dan Ekosistem pariwisata masih terlihat lemah
involusi fasilitas lokasi, seperti lopo- dari aspek investasi, kebijakan, dan sumber
lopo yang telah rusak direnovasi dan daya pariwisata. Rekomendasi yang dapat
dipugar, pengadaan kolam renang diberikan adalah diversifikasi atraksi,
untuk mencebur badan setelah peningkatan kondisi fisik fasilitas dan
berenang di laut, penyediaan air bersih involusi fasilitas wisata, efektivitas
untuk toilet atau MCK yang terjaga pemasaran dan promosi destinasi wisata,
kebersihannya, kreativitas gapura dan meningkatkan peran publik, dan perbaikan
papan nama pantai menjadi menarik, aksesibilitas destinasi wisata.
termasuk pos jaga dan kantor
administrasi destinasi Pantai Lasiana,
pengadaan home stay, kafe, area DAFTAR PUSTAKA
permainan anak, jalur disabilitas,
penerangan yang permanen, keamanan Ahmad; & Mukaddas, J. (2017). Analisis
dari sisi tempat penitipan barang potensi pengembangan ekowisata
maupun parkir, memunculkan di Kawasan Taman Nasional
ekonomi kreatif seperti penyewaan Rawa Aopa Watumohai
perahu layar, pelampung, ban selam, Kabupaten Konawe Selatan
cendera mata atau souvenir, dan lain Provinsi Sulawesi Tenggara.
sebagainya. Buletin Sosek, 35(19), 25--35.
3. Efektivitas pemasaran dan promosi Astuti, M. T.; & Noor, A. A. (2016). Daya
destinasi wisata Pantai Lasiana secara tarik Morotai sebagai destinasi
multi layered system baik internet, wisata sejarah dan bahari. Jurnal
penyuluhan, selebaran, audiovisual, Kepariwisataan Indonesia, 11(1),
dan lain sebagainya. Dapat juga 25--46.
dilakukan kerjasama dengan biro Cooper, J. F.; Gilbert, D.; & Wanhill, S.
pariwisata atau jasa akomodasi wisata (1995). Tourism, principles and
berbasis pusat informasi pariwisata. practice . London: Logman LTD.
4. Meningkatkan partisipasi warga dalam Darwis, R. S. (2016). Membangun desain
area sekitar lokasi wisata untuk dan model action research dalam
meningkatkan kreativitas produk lokal studi dan aksi pemberdayaan
dan kenyaman warga masyarakat. Komunika, 10(1),
pengunjung/wisatawan. 142--153.
113
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Fanggidae, R. P.; & Bere, M. L. (2020). destination potential, tourism


Pengukuran tingkat kepuasan activities and future travelling
wisatawan terhadap fasilitas intention towards tourism along
wisata di Pantai Lasiana. Jurnal the rivers in Phra Nakhon Si
Manajemen Aset Infrastruktur Ayutthaya Province.
dan Fasilitas, 4(1), 53--65. International Journal of Business
Habaora, F. (2015). Populasi opini and Social Science, 4(7), 116--
penyalahgunaan kekuasaan. 122.
Yogyakarta: Deepublish Press. Rahtomo, R W Ekosistem destinasi
Kapioru, C. (2019). Identifikasi objek pariwisata halal wadah
wisata potensial dan strategi pengembangan destinasi
pengelolaan dalam mendukung pariwisata ramah Muslim. (2018
pendapatan asli daerah ). Jurnal Kepariwisataan:
Pemerintah Kota Kupang . Jurnal Destinasi, Hospitalitas dan
Inovasi Kebijakan, 4( 1 ), 27--43. Perjalanan , 2 (2 ), 64--70.
Leewellyn, V. S.; & Abdillah, F. (2020). Riwukore, J. R.; & Habaora, F. (2019).
Inventarisasi konsep ekosistem Perception of farmers on the
pariwisata dalam pengembangan performance of extensionist in the
destinasi wisata berkelanjutan: pasture agroecosystem of Timor
Kasus Waduk Walahar, Tengah Utara District. Asian
Kabupaten Karawang. Journal of Agricultural
Destinesia: Jurnal Hospitaliti dan Extension, Economics &
Pariwisata, 1(2), 57--67. Sociology, 29(2), 1--10.
Maulana, A.; & Koesfardani, C. F. (2020). Riwukore, J. R.; & Habaora, F. (2019).
Seasonal pattern of foreign tourist The local community perception
arrivals to Bali. Jurnal towards pig farming in Kupang
Kepariwisataan Indonesia, 14(2), City East Nusa Tenggara
73--90. Indonesia. Asian Journal of
Nenobais, O. O.; & Lada, Y. A. (ei pvm). Science and Technology, 10(5),
Efektivitas penggunaan lahan 9660--9664.
parkir kendaraan di obyek wisata Riwukore, J. R.; Habaora, F.; Susanto, Y.;
Pantai Lasiana Kupang yang & Manafe, H. (2019). Persepsi
berdampak pada peningkatan publik terhadap penyandang
pendapatan masyarakat dan disabilitas di Kota Kupang
Pemerintah Daerah Kota Madya provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kupang. Juteks: Jurnal Teknik Jurnal Penelitian Kesejahteraan
Sipil, 2(1), 1--15. Sosial, 18(3), 209--218.
Nisa, K.;Fauzi, H.; & Abrani. (2014). Sanam, S. R.; & Adikampana, I. M.
Persepsi wisatawan dan (2014). Pengembangan potensi
masyarakat terhadap wisata alam pariwisata Pantai Lasiana sebagai
di areal hutan pendidikan Unlam pariwisata berkelanjutan di Kota
Madiangin, Kalimantan Selatan. Kupang Provinsi Nusa Tenggara
Jurnal Hutan Tropis, 2(2), 119-- Timur. Jurnal Destinasi
126. Pariwisata, 2(1 , 11--23.
Pitana, I. G.; & Diarta, I. (2009). Sekaran, U. (2003). Research Methods for
Pengantar ilmu pariwisata. Business . New York: John Wiley
Yogyakarta: Penerbit Andi. and Sons .
Popichit, N.; Anuwichanont, J.;
Chuanchom, J.; Serirat, S.; &
Mechinda, P. (2013). A survey of
114
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Spillane, J. (1994). Pariwisata Indonesia: Susetyarini, O.; & Masjhoer, J. M. (2018).


Siasat Ekonomi dan Rekayasa Pengukuran tingkat kepuasan
Kebudayaan. Yogyakarta: wisatawan terhadap fasilitas
Kanisius Press. umum, prasarana umum, dan
Sulaiman, A.; Irwan; & Pabiban, D. fasilitas pariwisata di Malioboro
(2013). Kajian obyek wisata Kota pasca revitalisasi kawasan. Jurnal
Kupang berdasarkan data Ilmiah Kepariwisataan, 12(1), 41-
penginderaan jauh dan Sistem -54.
Informasi Geografis . Jurnal Swarbrooke. (1996). Pengembangan
Eltek, 11 (2 ), 128--140. Pariwisata. Jakarta: Penerbit
Sumayang. (2003 ). Dasar-Dasar Gramedia Pustaka Utama.
Manajemen Produksi dan Yoeti, O. A. (1996). Pengantar Ilmu
Operasi. Jakarta: Salemba Empat Pariwisata. Bandung: Penerbit
Press. Angkasa.
Suryadana, L. M.; & Octavia, V. (2015).
Pengantar Pemasaran Pariwisata.
Bandung: Alfabeta Press .

115
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

TELAAH TEORITIS-EMPIRIS
POTENSI PANTAI HUNIMUA-LIANG PROVINSI MALUKU
Theoretic-Empiric Study of The Potential of Hunimua-Liang Beach,
Maluku Province

Ubaiyana
Magister Hukum Kenegaraan, Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Jalan Sosio Justisia No. 1, Bulaksumur, Sleman, D.I.Yogyakarta
Ubaiyana25@mail.ugm.ac.id/Ubaiyana25@gmail.com

Diterima: 22 Juli 2021. Disetujui: 02 September 2021. Dipublikasikan: Desember 2021

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan potensi, solusi, dan strategi dalam
merekonstruksi pengembangan Pantai Hunimua. Metode penelitian menggunakan tiga
metode pengumpulan data, yakni wawancara, observasi, dan studi pustaka, yang dianalisis
dengan cara deskriptif kualitatif-analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pantai
Hunimua memiliki potensi yang besar untuk menjadi destinasi wisata prioritas daerah
bahkan prioritas Indonesia. Kekuatan yang dimiliki Pantai Hunimua adalah aksesibilitas
yang mudah, adanya dukungan daya tarik objek wisata lain, terletak di desa/negeri adat,
dan lokasi wisata yang luas. Akan tetapi, dalam memaksimalkan potensi Pantai Hunimua,
terdapat berbagai hambatan yang perlu segera diatasi yaitu klaim Tanah Hunimua,
persoalan internal antara desa/negeri dan daerah, serta lemahnya dukungan pemerintah
pusat.

Kata Kunci: potensi; destinasi wisata; Pantai Hunimua

Abstract

This study aims to find the potential, solutions, and strategies in reconstructing the
development of Hunimua Beach. The research method used three methods of data
collection, namely interviews, observation, and literature study, which analyzed in a
descriptive-qualitative-analytical way. Results of the study show that Hunimua beach has
great potential to become a regional priority tourist destination and even Indonesia's
priority. The strengths of Hunimua Beach are easy accessibility, support for other tourist
attractions, being located in traditional villages, and extensive tourist sites. However, in
maximizing the potential of Hunimua Beach, various obstacles need to be addressed
immediately, namely the Hunimua Land claim, internal problems between the village and
the region, and the weak support from the central government.

Keywords: potential; tourist destinations; Hunimua beach

© 2021 Direktorat Kajian Strategis

116
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

PENDAHULUAN wisata (Muhammad Fadli Fakih, dkk.,


2017).
Indonesia Bagian Timur Data tersebut berbanding lurus
khususnya Provinsi Maluku, memiliki dengan pesona Pantai Hunimua yang
potensi pariwisata yang sangat kaya, baik perlahan sirna. Sebelum terjadinya gempa
berupa panorama alam, laut, maupun darat. bumi pada 26 September 2019 lalu,
Di beberapa wilayah Maluku, terdapat penataan objek wisata Pantai Hunimua
pariwisata yang sudah terkenal sampai masih terbilang belum baik, mulai dari
mancanegara, seperti Taman Laut fasilitas yang diperoleh wisatawan yang
Manuala, Pantai Pasir Panjang, Pintu Kota- berkunjung (kamar mandi, ruang ganti,
Ambon, dan juga Pantai Hunimua atau gazebo, ketersediaan air tawar bersih, dan
yang akrab dikenal dengan nama Pantai lain-lain), tidak ada daya tarik wisata
Liang. Pantai Hunimua yang terletak di tertentu (yang menarik hati wisatawan),
desa Liang, Kecamatan Salahutu, adalah tidak ada spot-spot khusus yang
salah satu pantai yang wajib didatangi saat unforgettable (hanya jembatan biasa yang
berkunjung ke Maluku. Bagaimana tidak, menjorok ke pantai), tidak memiliki tempat
pada tahun 1990, Pantai Hunimua berbelanja barang-barang khas atau oleh-
dinobatkan oleh United Nations oleh, tidak ada restoran atau kafe yang
Development Programme (UNDP-PBB) setidaknya menyediakan makanan dan
sebagai pantai terindah yang dimiliki minuman khas, dan yang paling penting
Indonesia (Pemerintah Kota Ambon, tidak ada penginapan. Tidak hanya itu,
2021). terletak di negeri (desa) adat tidak
Hasil penelitian yang dilakukan membuat Pantai Hunimua memiliki nilai
oleh Muhammad Fadli, Eko Mulyanto, dan lebih dibanding dengan desa-desa lain di
Supeno Mardi, menunjukkan tren Indonesia. Dapat dikatakan, sarana dan
kunjungan wisatawan tahun 2012—2015 prasarana Pantai Hunimua masih cukup
dengan menggunakan struktur data FP- jauh dari kata bagus apabila dibandingkan
Tree [5]-[7] dan pendekatan divide and dengan objek wisata pantai-pantai lain.
conquer. Total wisatawan (domestik dan Setelah terjadinya gempa bumi, kondisi
mancanegara) yang berkunjung ke objek Pantai Hunimua semakin terpuruk, pagar
wisata pantai di Pulau Ambon sebanyak dan kedai/warung roboh, jalan terbelah,
505 orang dengan jumlah objek kunjungan gazebo retak bahkan hancur, hingga
sebanyak 6 (enam) lokasi, yaitu Pantai jembatan yang menjadi spot utama pun
Liang, Pantai Namalatu, Pantai Pintu Kota, rusak tidak terjamah.
Pantai Hukurila, Pantai Natsepa, dan Jika ditelusuri secara mendalam,
Pantai Collins. Dibanding dengan pantai Pantai Hunimua memiliki potensi yang
lainnya, wisatawan paling banyak besar untuk menjadi destinasi wisata
mengunjungi Pantai Liang dengan jumlah prioritas daerah bahkan prioritas negara.
405 wisatawan, diikuti Pantai Namalatu Hal ini dikarenakan Pantai Hunimua
sebanyak 383 wisatawan, Pantai Pintu memiliki sejumlah kekuatan yang cukup
Kota sebanyak 337 wisatawan, Pantai potensial. Kekuatan tersebut diantaranya
Hukurila sebanyak 321 wisatawan, Pantai adalah memiliki aksesibilitas yang mudah,
Natsepa sebanyak 305 wisatawan, dan adanya daya tarik objek wisata lain yang
Pantai Collins sebanyak 53 wisatawan. mendukung, terletak di negeri adat
Membenarkan hal itu, Dinas Pariwisata sehingga memiliki ciri khas yang kuat, dan
dan Ekonomi Kreatif Provinsi Maluku memiliki lokasi wisata yang luas.
merilis data yang bahkan menunjukkan
terjadinya kenaikan kunjungan wisatawan
ke objek wisata Pulau Ambon dari tahun ke
tahun. Sayangnya, kenaikan jumlah
kunjungan ke Pulau Ambon tidak
diimbangi dengan perbaikan infrastruktur
dan peningkatan pelayanan pada objek
117
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

upaya yang dapat dilakukan untuk


memaksimalkan potensi Pantai Hunimua.
Dalam penelitian ini, peneliti
menawarkan solusi untuk mengatasi
hambatan dalam memaksimalkan potensi
Pantai Hunimua. Di samping itu, peneliti
juga menawarkan konsep pembangunan
Pantai Hunimua sesuai dengan
kebutuhannya. Tidak hanya sarana dan
prasarana yang difokuskan untuk
pengembangan objek wisata Pantai
Hunimua, tetapi pemerintah daerah juga
Gambar 1. Potret Sarana Pantai Hunimua perlu memfokuskan pengembangan pada
Tahun 2020 manajemen pengelolaan obyek wisata,
upaya pelibatan masyarakat negeri,
Sayangnya, untuk pemberlakuan regulasi, serta strategi
memaksimalkan potensi Pantai Hunimua, promosi dan kerja sama. Dengan penelitian
terdapat sejumlah hambatan internal dan ini, peneliti berharap dapat membantu
eksternal. Hambatan tersebut membuat pemerintah untuk menjadikan Pantai
Pantai Hunimua sulit untuk Hunimua sebagai destinasi wisata prioritas
dikembangkan, diantaranya adalah: daerah serta prioritas negara Indonesia.
persoalan “klaim tanah Hunimua”,
persoalan internal antara negeri dengan METODE
daerah, serta lemahnya dukungan
pemerintah pusat. Ketiga persoalan Lokasi Penelitian
tersebut menjadi hambatan yang cukup Penelitian ini dilaksanakan di
besar bagi pembangunan Pantai Hunimua. Desa/Negeri Liang, Kecamatan Salahutu,
Persoalan “klaim tanah Hunimua” Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi
menjadi persoalan yang berlarut-larut dan Maluku.
menghambat pembangunan Pantai Jenis dan Sumber Data
Hunimua dan masih terus diupayakan oleh Penelitian ini termasuk dalam jenis
pemerintah daerah. Sementara itu, isu penelitian eksploratif dengan
internal antara negeri dengan daerah menggunakan pendekatan kualitatif.
menjadi persoalan yang bahkan tidak Dengan demikian, penelitian ini
pernah dipersoalkan. Untuk mendeskripsikan objek penelitian
memaksimalkan potensi Pantai Hunimua, berdasarkan data dan fakta di
pemerintah daerah perlu melibatkan negeri lapangan/lokasi penelitian, dalam bentuk
dalam setiap keputusan dan kebijakannya. kata-kata dan bahasa.
Selain itu, pemerintah pusat juga perlu Data penelitian ini bersumber dari
menggelontorkan kebijakan yang data primer dan data sekunder. Data primer
mendukung upaya pemerintah daerah diperoleh secara langsung dari sumber asli
Maluku untuk mengembangkan objek yaitu pihak-pihak terkait yang relevan
wisata Pantai Hunimua. dengan topik penelitian ini.
Berdasarkan fakta dan persoalan Selain itu, data primer juga
tersebut, peneliti melakukan pengkajian diperoleh dari hasil observasi peneliti
mendalam terkait apa saja potensi Pantai dalam mengidentifikasi potensi Pantai
Hunimua, apa hambatan dalam Hunimua Liang. Data sekunder berasal
memaksimalkan potensi Pantai Hunimua, dari berbagai artikel jurnal, hasil/laporan
bagaimana cara mengatasi hambatan penelitian, serta karya-karya ilmiah yang
tersebut, serta bagaimana strategi dan berkaitan dengan topik penelitian.
118
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Tabel 1. Key Informants Pemerintah Provinsi Maluku. Penelitian ini


Key Informants Kewenangan juga telah diizinkan untuk dipublikasikan
Ketua AMPI melalui media.
Muhammad (Pelopor berdirinya Penelitian ini menggunakan desain
Bisri Objek Wisata penelitian kualitatif yang memungkinkan
Pantai Hunimua) peneliti untuk mengkonstruksi teori.
Kepala Seksi Penelitian ini tidak berdasarkan suatu teori
Hasrul Habibi Pengembangan tertentu, tetapi berdiri atas data yang
Matdoan Destinasi Dinas dikumpulkan. Hal ini sejalan dengan
Pariwisata Provinsi maksud grounded theory. Penelitian
Maluku grounded theory memberikan ruang
Abdul Razak Raja Negeri Liang kepada peneliti untuk menurunkan teori
Opier berdasarkan data yang telah ditemukan.
Penelitian jenis ini juga dipahami sebagai
penelitian yang berlandaskan pada suatu
Teknik Pengumpulan Data teori yang diturunkan dari data yang
Pengumpulan data penelitian, dikumpulkan secara sistematis dan
dilakukan dengan menggunakan tiga dianalisis melalui proses penelitian.
teknik, yaitu observasi, wawancara Dengan langsung terjun pada fenomena
mendalam, dan studi pustaka. Teknik sosial, peneliti mengembangkan persoalan
observasi dilakukan dengan memilih, secara mendalam (V.J. Wisnu Wardhono,
mengubah, mencatat, dan melakukan 2011).
pengodean serangkaian perilaku dan Teknik Analisis Data
suasana yang berkaitan dengan organisme Seluruh hasil penelitian, baik dari
in situ, sesuai dengan tujuan penelitian wawancara, observasi, maupun studi
(Koentjaraningrat, 1993). In situ yang pustaka, dianalisis secara deskriptif
dimaksud adalah dalam situasi alamiah kualitatif yaitu data yang diperoleh akan
(Jalaludin Rakhmat, 1997). diperiksa dan dikelompokkan ke dalam
Sementara itu, teknik wawancara bagian-bagian tertentu untuk diolah
mendalam dilakukan dengan cara bertanya menjadi data informasi. Hasil dari
langsung kepada pihak-pihak yang wawancara dan observasi dianalisis
berhubungan dengan pembangunan objek dengan menggunakan metode deskriptif
wisata Pantai Hunimua (Masri analitis, yaitu dengan menganalisis
Singarimbun dan Sofian Effend, 1995). hubungan dan keterkaitan data dan
Hasil wawancara selanjutnya berfungsi merumuskan kesimpulan (Zainudin Ali,
menjadi data tambahan sekaligus sebagai 2011).
pendukung data observasi. Studi pustaka Dikarenakan penelitian ini
dilakukan dengan menelaah data-data cenderung menggunakan grounded theory,
pustaka, seperti buku, literatur ilmiah, dan dalam hal menganalisis data, peneliti
laporan yang berhubungan dengan topik melakukannya secara bersamaan dengan
penelitian (Soerjono Soekanto, 1986). proses pengumpulan data. Peneliti
Data yang dikumpulkan melalui menggunakan proses “zig-zag” dalam
wawancara merupakan primary data. mengumpulkan data dan menganalisisnya,
Wawancara dilakukan secara langsung kembali ke lapangan untuk mengumpulkan
dengan pihak-pihak terkait. Data data lebih banyak dan kemudian
wawancara diambil sejak tahun 2020. Hal menganalisisnya lagi, dan seterusnya (V.J.
ini dikarenakan penelitian ini telah Wisnu Wardhono, 2011).
diikutkan dalam kompetisi “Membangun
Negeri” yang diselenggarakan oleh
Dekranasda Provinsi Maluku dan
119
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

HASIL DAN PEMBAHASAN 2019). Untuk menikmati keindahan Pantai


Ora selama satu hari, wisatawan harus
Pantai Hunimua, Liang: “Berlian” Lain menghabiskan lebih dari 11 jam perjalanan
yang Potensial di Maluku (perkiraan paling cepat), baik
Pantai Hunimua adalah satu dari menggunakan transportasi udara, laut,
beberapa pantai indah yang dimiliki maupun darat, dengan rincian: dari
Provinsi Maluku. Pantai ini terletak di Bandara Pattimura Ambon menuju
Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Pelabuhan Hurnala Tulehu menggunakan
Kabupaten Maluku Tengah. Campuran transportasi darat memakan waktu 1
warna air laut biru muda kehijau-hijauan sampai 1,5 jam, dari Pelabuhan Hurnala
dan biru tua pekat, bentangan pasir putih menuju Pelabuhan Amahai menggunakan
halus, pohon ketapang yang rimbun transportasi laut (kapal ferry) memakan
menjorok hingga bibir pantai, dan waktu 6 sampai 7 jam, dari Pelabuhan
rerumputan hijau yang luas, membuat Amahai menuju Desa Saleman
Pantai Hunimua menjadi objek wisata menggunakan transportasi darat memakan
yang banyak diminati masyarakat. Dengan waktu 2 sampai 3 jam, dan terakhir menuju
keindahan alami tersebut, Pantai Hunimua Pantai Ora menggunakan perahu kecil
layak disebut sebagai salah satu destinasi bermesin sekitar 15 menit. Total waktu
wisata yang sangat potensial dalam yang diperlukan untuk menempuh
pembangunan perekonomian daerah. perjalanan menuju Pantai Ora adalah
Tidak hanya karena keindahan Pantai sekitar 11 jam 15 menit, ini pun belum
Hunimua yang alami, tetapi juga karena terhitung menginap dan menunggu jadwal
adanya kekuatan lain yang dimiliki Pantai keberangkatan transportasi yang
Hunimua. Berikut ulasannya. digunakan (Rudy, 2019).
Hal ini berbanding terbalik dengan
Aksesibilitas yang Mudah Pantai Hunimua yang secara aksesibilitas
Berbicara mengenai pantai indah tergolong sebagai lokasi wisata yang
Maluku, sudah tentu Pantai Ora termasuk memiliki akses sangat baik. Pantai
di dalamnya. Pantai Ora memiliki fasilitas Hunimua terletak di negeri Liang,
menawan layaknya duplikat Maldives Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku
Island. Pantai Ora menyediakan keindahan Tengah. Perjalanan menuju Pantai
taman bawah laut, pantai yang bersih, pasir Hunimua dapat ditempuh dengan
putih, biru-hijaunya air laut, air laut yang menggunakan transportasi darat dari
jernih menembus penglihatan ke arah Bandara Pattimura dalam waktu kurang
terumbu karang dan dengan mudah lebih 2 jam. Dengan akses yang lebih
menjumpai biota laut hanya dengan mudah ditempuh dan biaya yang lebih
menyelam 2—3 meter. Untuk memanjakan murah, pada hakikatnya Pantai Hunimua
wisatawan, Pantai Ora menyediakan Ora lebih mudah menarik dan mendatangkan
Beach Resort dan Roneela Cottage atas wisatawan domestik maupun mancanegara
laut (rumah panggung), perlengkapan dibandingkan Pantai Ora. Akan tetapi,
snorkeling, tempat makanan kuliner sarana dan prasarana penunjang atau daya
tradisional, dan juga tempat perbelanjaan tarik objek wisata Pantai Hunimua
oleh-oleh. Berdasarkan aspek sarana dan memiliki posisi yang sangat jauh
prasarana, Pantai Ora berada tujuh sampai dibanding dengan Pantai Ora. Bayangkan,
sepuluh tingkat di atas Pantai Hunimua. apabila Pantai Hunimua dapat dikelola
Akan tetapi, untuk mengunjungi dengan baik layaknya Pantai Ora, sudah
Pantai Ora di sebelah Desa Saleman dan tentu wisatawan lebih memilih untuk
Desa Sawai, Pulau Seram, Kabupaten mengunjungi Pantai Hunimua. Dengan
Maluku Tengah, diperlukan waktu yang harga murah dan jarak tempuh yang dekat,
banyak dan biaya yang tidak murah (Rudy,
120
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

wisatawan dapat menikmati keindahan berada di Kecamatan Salahutu, Kabupaten


alam bahari Maluku. Maluku Tengah. Pulau ini memiliki pesona
laut yang kaya. Oleh karena itu, wisatawan
Adanya Dukungan Daya Tarik Objek berdatangan untuk menikmati wisata
Wisata Lain bawah lautnya. Selain menjadi objek
Pantai Hunimua pernah dinilai wisata, Pulau Pombo juga menjadi cagar
oleh UNDP pada tahun 1990 sebagai alam mini yang melindungi sejumlah biota
pantai yang indah. Akan tetapi, hal itu tidak laut seperti ikan, kerang, rumput laut,
membuat objek wisata Pantai Hunimua terumbu karang, dan moluska. Ketika air
memiliki daya tarik berbeda dan laut surut, batu-batu karang akan tampil
diperlakukan layaknya objek wisata pantai indah di permukaan (Pemkot Ambon,
indah lain di Indonesia. Pantai Hunimua 2021).
tidak seperti Kepulauan Seribu yang
memiliki jembatan Cinta sepanjang 800
meter untuk menghubungkan Pulau
Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil,
tidak seperti Pantai Tanjung Lesung yang
memiliki kegiatan wisata budaya
Kampung Cikadu berupa pertunjukkan Gambar 2.
Sumber: voinews.id Sumber: pertamina.com
seni tari hingga musik tradisional, atau
b. Terumbu Karang Pantai Hunimua
setidaknya seperti Pantai Tanjung
Pantai Hunimua dianugerahi
Kelayang yang menyediakan makanan
terumbu karang dan koral yang cantik.
khas Bangka sebagai oleh-oleh yang dapat
Sesekali, satwa-satwa langka seperti
dibawa pulang wisatawan. Sarana dan
lumba-lumba dan penyu bahkan ikan
prasarana Pantai Hunimua tergolong
duyung, berenang melintasi perairan
belum baik dibandingkan sarana dan
Hunimua. Sayangnya, sejak tahun 2010
prasarana pantai-pantai tersebut. Tidak
koral dan terumbu karang Hunimua dengan
heran, jika tiga objek wisata pantai tersebut
sengaja dirusak oleh oknum-oknum tidak
masuk dalam 10 (sepuluh) destinasi wisata
bertanggung jawab. Penggunaan bom dan
unggulan Indonesia (Traveloka.com,
linggis sebagai alat perusak, berpengaruh
2020). Akan tetapi, perlu diketahui bahwa
besar terhadap kerusakan parah terumbu
pada dasarnya Pantai Hunimua memiliki
karang dan koral pantai indah ini. Pelaku
sejumlah daya tarik wisata pendukung.
kerusakan ini diduga kuat adalah
Daya tarik wisata tersebut adalah sebagai
masyarakat yang hendak mencari kerang
berikut.
dan ikan (Abdul Razak Opier, 2020).
a. Nusa Pombo (Pulau Pombo)
Tingkat kesadaran masyarakat negeri
Nusa Pombo atau akrab dikenal dengan
Liang memang masih minim. Masyarakat
Pulau Pombo merupakan pulau cantik tak
tidak menyadari betapa potensialnya
berpenghuni yang letaknya berdekatan
kekayaan bahari Pantai Hunimua di masa
dengan Pantai Hunimua. Ketika menikmati
itu dan masa-masa mendatang. Kini
suasana laut Hunimua, kita dapat
keindahan bawah laut Hunimua hanya
memandang langsung Pulau Pombo.
menjadi kenangan. Akan tetapi, kerusakan
Untuk mengunjungi Pulau Pombo,
terumbu karang dan koral Hunimua pada
diperlukan waktu sekitar 15—20 menit
dasarnya masih dapat diperbaiki, seperti
dari Pantai Hunimua menggunakan speed-
dengan melakukan budidaya terumbu
boat. Pulau Pombo menjadi habitat burung
karang dan koral.
Pombo yang merupakan hewan endemik
Maluku. Secara geografis, pulau ini berada
di antara pulau Ambon dan pulau Haruku.
Akan tetapi secara administratif, pulau ini
121
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Terletak di Desa/Negeri Adat


Pantai Hunimua terletak di
desa/negeri Liang yang merupakan salah
satu dari enam negeri di wilayah
kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku
Tengah. Negeri Liang adalah suatu desa
adat yang dipimpin oleh seorang raja yang
berkedudukan seperti kepala desa. Seperti
sebutannya, negeri Liang memiliki
beberapa adat istiadat yang dinilai dapat
menjadi daya tarik wisata Pantai Hunimua,
salah satunya seperti tradisi makan meja
(Makan Patita). Makan meja adalah suatu
tradisi pertemuan sanak saudara dari fam
atau marga yang sama. Tidak hanya
bertemu, setiap orang harus menggunakan
kostum unik dan lucu. Tradisi ini menuntut
semua orang yang hadir untuk menyiapkan
cerita atau pantun lucu. Biasanya cerita dan Gambar 3
pantun yang disediakan adalah seputar Sumber: Ensiklopediaindonesia.com dan
kehidupan nyata yang telah dialami. Setiap Pribadi
orang akan beradu pantun dan cerita (cerita
yang saling berhubungan) dengan nada
tertentu, sambil menyantap makanan khas Lokasi Wisata yang Luas
negeri yang tersedia di meja. Makanan Perbedaan mendasar sekaligus
yang wajib dijajakan berupa papeda, ikan keunikan Pantai Hunimua dari pantai-
kuah kuning, kasbi (singkong) rebus, ikan pantai lain di Maluku adalah lokasinya
bakar colo-colo, dan gudangan (urap yang luas. Luas hamparan Pantai Hunimua
sayur). Sisanya adalah makanan tambahan sejauh 1 km dan lebar 300 m. Dengan
seperti kue-kue dan makanan pencuci lokasi yang luas, Pantai Hunimua
mulut lain. Tradisi ini diadakan untuk berpotensi sangat besar dalam
dipertontonkan kepada orang banyak. mendatangkan investor untuk
Orang-orang yang menonton akan tertawa pembangunan resort/hotel/villa,
ria mendengar cerita dan pantun lucu para restoran/café, atau sarana prasarana lain
peserta. Tidak hanya menjadi tradisi, yang relevan.
kegiatan ini diyakini sebagai tempat Di samping itu, berdasarkan kajian
berbagi cerita kehidupan masyarakat pengembangan objek wisata bahari Pantai
negeri Liang, terutama antarsanak saudara Hunimua oleh Deny Yarusain Amin,
bermarga yang sama. Di samping itu, daya ditemukan beberapa hal berikut (Deny
tarik lain Pantai Hunimua dapat juga Yarusain Amin, 2019).
berbentuk restoran atau sekadar warung
makan yang menjajakan makanan khas
negeri Liang.

122
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Tabel 2. SWOT
Pengembangan Pantai Hunimua
Strength Weakness
Aksesibilitas dan prasarana umum Daya tarik wisata belum dikembangkan
secara optimal
Ragam budaya dan adat istiadat
masyarakat yang terbuka Kualitas SDM yang masih rendah
Minimnya pemberdayaan masyarakat untuk
Tersedianya SDM pariwisata
Komitmen stakeholder terhadap
perkembangan objek wisata Pantai Permasalahan kepemilikan lahan wisata
Hunimua
Opportunity Threatment
Minat investor terhadap pengembangan Tergerusnya usaha ekonomi kecil karena
Pantai pemodal besar
Meningkatnya kunjungan wisatawan Degradasi nilai-nilai budaya dan adat
mancanegara ke Maluku istiadat masyarakat karena budaya luar
Program pemerintah yang mendukung Kondisi keamanan dan ketertiban yang
pengembangan kepariwisataan nasional mempengaruhi iklim investasi di daerah
Pengembangan bandara internasional Menurunnya daya tarik wisata karena
Pattimura sebagai Gerbang Pariwisata di dampak pembangunan fasilitas dan akivitas
Provinsi Maluku wisata

Berdasarkan tabel di atas, dapat dengan destinasi wisata pantai lain di


dipahami bahwa Pantai Hunimua memiliki Indonesia. Kepala Seksi Pengembangan
sejumlah kekuatan sebagai suatu destinasi Destinasi Dinas Pariwisata Provinsi
wisata yang potensial dalam meningkatkan Maluku, Hasrul Habibi Matdoan, juga
perekonomian daerah dan negara. Dengan menambahkan bahwa pada periode 2020—
aksesibilitas yang mudah dan beberapa 2021 ini, pembangunan Pantai Hunimua
potensi daya tarik wisata pendukung, akan dilakukan bertahap, mulai dari
ragam budaya, serta atensi masyarakat pembersihan puing-puing bangunan akibat
yang terbuka, Pantai Hunimua patut bencana gempa bumi, pemasangan pagar
dipertimbangkan menjadi salah satu dari kawat sebagai pagar sementara
10 destinasi wisata prioritas di tahun menggantikan pagar yang roboh akibat
2021—2022. Kelemahan yang dimiliki bencana, penanaman anakan buah salak
Pantai Hunimua seperti pengembangan dan berbagai jenis bunga sebagai daya tarik
daya tarik wisata yang belum optimal, serta wisata pendukung Pantai Hunimua,
sarana dan prasarana yang belum baik, pembangunan akses pintu keluar untuk
menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi mempermudah mobilisasi kendaraan, serta
Maluku, saat ini sedang dalam tahap pembangunan loket pembelian karcis yang
pembangunan, perbaikan, dan didesain dengan sentuhan unik.
pengembangan. Kepala Dinas Pariwisata Singkatnya, pada tahun anggaran 2021 ini
Provinsi Maluku, Markus J. Pattinama, akan dilaksanakan sejumlah pembangunan
mengonfirmasi bahwa Pantai Hunimua dalam rangka pengembangan objek wisata
Liang akan segera mengalami revitalisasi Pantai Hunimua (Kepala Seksi
total, baik dari segi sarana dan prasarana Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata
umum, manajemen pengelolaan dan Provinsi Maluku, 2021).
pengembangan, hingga daya tarik wisata
Pantai Hunimua yang dinilai berbeda

123
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Hambatan dalam Memaksimalkan yang dibuktikan dengan surat pemberian


Potensi Pantai Hunimua dusun daratan Hunimua oleh Kepala Dati
kepada Raja Negeri Liang (Kepala Desa).
Selain persoalan sarana dan
prasarana yang tidak layak, terdapat
persoalan-persoalan lain yang relevan dan
turut menyulitkan terjadinya pembangunan
dalam memaksimalkan potensi Pantai
Hunimua. Berikut adalah uraiannya.
1. Klaim Tanah Hunimua
Tanah Hunimua seluas lebih dari 8
hektar, selama ini diklaim sebagai milik
Talib Lessy. Hal ini tertuang dalam
Putusan Nomor 9 Tahun 1982 dan Putusan
Nomor 377 Tahun 1982. Legalitas klaim
tanah ini hingga sekarang terus menjadi
perbincangan masyarakat asli negeri Liang
yang menjadi saksi hidup keberadaan tanah
Hunimua. Bagaimana tidak, pengalihan
kepemilikan tanah Hunimua yang Gambar 4. Surat Pemberian Dusun Daratan
sebelumnya adalah milik negeri berubah Hunimua
menjadi milik Talib Lessy, turut Berdasarkan Surat Pemberian
berdampak pada pendapatan negeri Liang. tersebut, dapat dipahami bahwa:
Sebelum dimiliki oleh Talib Lessy, tanah a. Kepala Dati telah memberi dusun
Hunimua dikelola oleh AMPI yang daratan Hunimua kepada Orang Kaya
diketuai oleh Muhammad Bisri. AMPI Liang (Raja Negeri/Kepala Desa).
membangun kerja sama dengan Pernyataan tersebut menyimpulkan
Pemerintah negeri Liang dan Pemerintah bahwa sebelumnya dusun daratan
Provinsi Maluku untuk bersama-sama Hunimua adalah milik Kepala Dati
mengelola tanah Hunimua menjadi objek (pada saat itu) atau dapat disebut status
wisata Pantai Hunimua, dengan persentase dusun daratan Hunimua adalah hak
pembagian hasil 50% untuk desa dan 50% milik Kepada Dati, yang kemudian
untuk pemerintah provinsi (Tokoh diberikan kepada negeri Liang.
Masyarakat Negeri dan Ketua AMPI, Berdasarkan Pasal 27 Undang-Undang
2020). Kondisi itu sangat jauh berbeda Pokok Agraria, salah satu alasan hak
dengan pengelolaan Pantai Hunimua saat milik terhapus adalah penyerahan
ini, persentase bagi hasil yang diperoleh dengan sukarela oleh pemiliknya. Kata
adalah 70% untuk pengelola (dalam hal ini telah memberi membuktikan bahwa
Provinsi Maluku) dan 30% sisanya untuk hak milik Kepala Dati atas dusun
ahli waris (Dwi Murdaningsih, 2016). daratan Hunimua, telah terhapus.
Agar mudah menemukan titik Dengan demikian, pada hakikatnya
permasalahan, peneliti melakukan kajian tidak dapat dibenarkan, jika terdapat
mendalam terkait dengan persoalan oknum yang mengklaim dirinya
kepemilikan tanah Hunimua ini. sebagai ahli waris dari dusun daratan
Dalam sejarahnya, objek wisata Hunimua, datang untuk mengambil
Pantai Hunimua didirikan oleh suatu haknya atas dusun daratan Hunimua.
organisasi yang bernama AMPI dan Pemberian dusun daratan Hunimua
disponsori oleh Baparda (saat ini diubah tersebut telah menghapuskan status
menjadi Dinas Pariwisata). Pantai hak milik Kepala Dati beserta ahli
Hunimua dahulu adalah milik negeri (desa) warisnya atas dusun daratan Hunimua.

124
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Hal ini juga dibuktikan dengan istilah Liang.


yang digunakan surat ini, yaitu surat b. Orang Kaya Liang (Raja Negeri Liang
pemberian (yang tercantum dalam saat itu) berkuasa atas dusun daratan
paragraf terakhir surat). Hunimua. Kata kuasa bermakna
Jika ditelusuri mendalam, terdapat melaksanakan sesuatu atas nama orang
beberapa kesalahan mendasar pada orang yang memberikan kuasa. Sebagaimana
yang mengklaim dirinya sebagai ahli waris dijelaskan dalam Kitab Undang-
dusun daratan Hunimua, berikut Undang Hukum Perdata Pasal 1792,
ulasannya. pemberian kuasa ialah suatu
1) Orang yang mengklaim dirinya persetujuan yang berisi pemberian
sebagai ahli waris (Abdul Samad kekuasaan kepada orang lain untuk
Lessy) bukanlah ahli waris dari menerimanya untuk melakukan
Kepala Dati. Abdul Samad sesuatu atas nama orang yang
Lessy adalah ahli waris dari memberikan kuasa. Kuasa dapat
Talib Lessy yang mengklaim diberikan dan diterima dengan suatu
dirinya sebagai pemilik tanah akta umum, dengan suatu surat di
Hunimua, yang saat ini bawah tangan bahkan dengan sepucuk
mendapatkan keuntungan dari surat atau pun dengan lisan.
berjalannya objek wisata Pantai Penerimaan surat kuasa dapat pula
Hunimua. Berdasarkan asal- terjadi secara diam-diam (lihat juga
usulnya, Talib Lessy bukanlah Pasal 1793 KUH Perdata).
keturunan Dati tetapi pendatang c. Dusun daratan Hunimua (dari Batu
atau bukan bagian dari Itam sampai Tanjung Metiela) sejak
masyarakat asal. Berdasarkan berlakunya surat ini adalah hak
cerita yang peneliti peroleh dari kepunyaan negeri Liang. Hak
Ketua AMPI sekaligus kepunyaan atau dalam istilah hukum
pengelola tanah Hunimua, Talib disebut sebagai hak milik (hak
Lessy adalah seorang peternak eigendom) dalam Pasal 570 KUH
sapi di dusun daratan Hunimua. Perdata adalah hak untuk menikmati
Kegiatan beternak sapi oleh suatu barang secara lebih leluasa dan
Talib Lessy ini, dilakukan rutin berbuat terhadap barang itu secara
dan diketahui oleh semua bebas sepenuhnya, asalkan tidak
masyarakat negeri Liang bertentangan dengan undang-undang
khususnya masyarakat atau peraturan umum yang ditetapkan
pengelola tanah Hunimua pada oleh kuasa yang berwenang dan tidak
saat itu. mengganggu hak-hak orang lain.
2) Asumsinya, jika Abdul Samad Semua itu tidak mengurangi
Lessy mengklaim diri sebagai kemungkinan pencabutan hak demi
ahli waris Dati yang berhak kepentingan umum dan penggantian
memiliki dusun daratan kerugian yang pantas, berdasarkan
Hunimua, dan tidak ada ketentuan perundang-undangan.
bantahan terhadap klaim d. Surat tersebut ditandatangani oleh
tersebut, mengapa selama ini Kepala Dati, Orang Kaya Liang, dan
pendapatan tanah Hunimua Kontnoleir dari Ambon (sebagai
hanya dinikmati oleh satu saksi). Dalam ketentuan pada Pasal
keluarga ahli waris Dati saja, 1875 KUH Perdata, dijelaskan bahwa:
yaitu keluarga Abdul Samad “Suatu tulisan di bawah tangan yang
Lessy? Berbicara Dati, berarti diakui kebenarannya oleh orang yang
berbicara masyarakat asal yang dihadapkan kepadanya atau secara
paham sejarah lahirnya negeri hukum dianggap telah dibenarkan
125
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

olehnya, menimbulkan bukti lengkap a. Tidak Ada Komitmen Bersama antara


seperti suatu akta otentik bagi orang- Pemerintah Daerah dan Masyarakat Negeri
orang yang menandatanganinya, ahli Negeri Liang masuk sebagai
warisnya, serta orang-orang yang kawasan strategis provinsi di Provinsi
mendapat hak dari mereka”. Maluku berdasarkan aspek kepentingan
Berdasarkan ketentuan Pasal 1875 pertumbuhan ekonomi (Peraturan Daerah
KUH Perdata tersebut, dapat disimpulkan Provinsi Maluku Nomor 16 Tahun 2013
bahwa surat pemberian yang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
ditandatangani pihak terkait, Provinsi Maluku Tahun 2013-2033).
diakui/dibenarkan oleh hukum dan Kawasan strategis provinsi adalah wilayah
merupakan akta otentik bagi: yang penataan ruangnya diprioritaskan
1) Kepala Dati beserta ahli warisnya selaku karena mempunyai pengaruh yang sangat
pemberi dusun daratan Hunimua, yang penting dalam lingkup provinsi terhadap
kemudian tidak memiliki hak lagi atas ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
dusun daratan Hunimua. lingkungan (Pasal 1 angka 24). Ditegaskan
2) Negeri Liang selaku penerima dusun pula dalam Rencana Strategis (renstra)
daratan Hunimua serta berstatus pemilik 2006—2007 Dinas Kebudayaan dan
dusun daratan Hunimua, dapat Pariwisata, bahwa pelaksanaan otonomi
memanfaatkannya dengan baik dan daerah, kebudayaan dan pariwisata
bijaksana atas izin/kuasa Orang Kaya merupakan salah satu sumber daya yang
Liang (Raja Negeri Liang). diharapkan mampu memberi kontribusi
Terlepas dari ketetapan hukum dalam usaha meningkatkan kesejahteraan
yang ada (akta tanah dan putusan hakim rakyat (Maluku-Tale.com, 2021). Untuk
tentang kepemilikan Pantai Hunimua), itu, sudah menjadi tugas pemerintah untuk
kejelasan pemilik tanah Pantai Hunimua memprioritaskan penataan negeri Liang
sebaiknya dapat diselesaikan secara adat serta menjadi kewajiban masyarakat untuk
dan bersama pihak-pihak terkait. berkomitmen dalam membantu
Penyelesaian tersebut berlandaskan azas mempermudah, menjaga, dan memelihara
kemakmuran dan kesejahteraan tata ruang negeri.
masyarakat negeri, bukan kesejahteraan Penetapan negeri Liang sebagai
pribadi/golongan/kelompok tertentu. Kawasan Strategis Provinsi Maluku,
Penyelesaian ini dapat dilaksanakan secara seharusnya dapat menjadi peluang bagi
terbuka untuk masyarakat negeri dan masyarakat negeri Liang untuk
khalayak umum. Dengan solusi ini, membangun desanya bersama-sama
peneliti berharap Pantai Hunimua dapat dengan pemerintah. Program penataan
menjadi aset berharga negeri yang tidak ruang ini tentu mendukung komitmen
hanya menguntungkan daerah, tetapi juga negeri untuk meningkatkan perekonomian
menguntungkan negeri dan negeri, tidak terkecuali menata objek
masyarakatnya. wisata Pantai Hunimua. Komitmen
masyarakat dan pemerintah dapat
2. Persoalan Internal Desa/Negeri dan dibangun melalui ruang dialog atau
Daerah Musyawarah Rencana Pembangunan Desa
Setelah persoalan klaim tanah (Musrenbangdes) dengan menghadirkan
Hunimua diatasi, penting untuk memahami Gubernur, Bupati, Kepala Pemerintah
persoalan internal negeri dalam Negeri, Saniri Negeri, dan perwakilan
hubungannya dengan pembangunan objek masyarakat atau bahkan masyarakat negeri
wisata Pantai Hunimua. Terdapat secara keseluruhan (dengan dilaksanakan
ketidaksepahaman antara masyarakat, secara terbuka untuk umum). Terjalinnya
pemerintah desa/negeri, dan pemerintah komitmen ini dimaksudkan untuk menekan
daerah, antara lain sebagai berikut. pemerintah daerah agar membangun objek
126
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

wisata Pantai Hunimua secara layak dan yang meliputi, pendapatan yang diperoleh
mampu bersaing di kancah nasional dan dari usaha negeri, hasil kekayaan negeri,
internasional, serta mendorong masyarakat hasil swadaya dan partisipasi masyarakat,
untuk berpartisipasi melancarkan dan dari hasil gotong royong, dari pungutan,
memelihara keberlangsungan dan dari lembaga kemasyarakatan; b)
pembangunan sarana dan prasarana Pantai bantuan pemerintah yang meliputi, hasil
Hunimua. pajak daerah kabupaten, dana perimbangan
b. Perlunya Diseminasi Dana Negeri keuangan pusat dan daerah, serta bantuan
Pendanaan untuk desa telah pemerintah provinsi dan kabupaten; c)
ditetapkan dalam Pasal 67 ayat (1), (2), dan hibah dan sumbangan dari pihak ketiga
(3) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun yang tidak mengikat; d) pinjaman negeri;
2005, yang berasal dari Anggaran e) hasil kerja sama antarnegeri; f) lain-lain
Pendapatan Belanja Negara (APBN) pendapatan negeri sesuai ketentuan
maupun Anggaran Pendapatan Belanja perundang-undangan yang berlaku (Pasal
Daerah (APBD). Setiap desa akan 45 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten
mendapat dana dari sumber-sumber Maluku Tengah Nomor 1 Tahun 2006
pendapatan desa yang telah ditetapkan tentang Negeri).
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Dana-dana negeri tersebut di atas,
Nomor 37 Tahun 2007 tentang dalam kenyataannya sama sekali tidak
Pengelolaan Keuangan Desa pada pasal 4 diketahui bahkan tidak dipahami oleh
ayat (3), yaitu PAD (Pendapatan Asli masyarakat negeri, khususnya negeri
Desa), Bagi Hasil Pajak Kabupaten/Kota, Liang, padahal dalam menghimpun,
Bagian dari Retribusi Kabupaten/Kota, merencanakan, mengelola, dan
ADD (Alokasi Dana Desa), Bantuan merealisasikan dana negeri, membutuhkan
Keuangan dari Pemerintah Propinsi, partisipasi aktif masyarakat negeri. Oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Desa karena itu, perlu ada diseminasi dana
lainnya, Hibah, dan Sumbangan Pihak negeri. Diseminasi ini penting digalakkan,
Ketiga. Adanya ADD menunjukkan bahwa mengingat fakta yang terjadi di negeri
pemerintah pusat turut berpartisipasi dalam Liang saat ini. Adanya fenomena
membangun desa. ADD diberikan rutin ketidakpercayaan masyarakat kepada
kepada setiap desa, agar menjadi sumber Pemerintah Negeri Liang. Hal ini
pendapatan tambahan yang membantu ditambah, isu korupsi atau rasuah dana
keuangan desa secara berkelanjutan. desa yang ramai menjadi perbincangan
Lebih lanjut dalam ketentuan masyarakat.
pendanaan penyelenggaraan urusan Hal ini terjadi karena tidak ada
pemerintah negeri, berasal dari anggaran transparansi dana negeri dan buruknya
pendapatan dan belanja negeri, bantuan komunikasi antara pemerintah negeri dan
pemerintah, dan bantuan pemerintah masyarakatnya. Masyarakat berpikiran
daerah. Urusan pemerintah daerah yang buruk terhadap pemerintah negeri,
diselenggarakan oleh pemerintah negeri, pemerintah negeri pun terhambat dalam
didanai dengan anggaran pendapatan dan berbuat atau bahkan bersikap tidak peduli
belanja daerah. Penyelenggaraan urusan terhadap tanggung jawabnya dalam
pemerintah oleh pemerintah negeri, memerintah negeri. Jika dana desa dikelola
didanai dengan anggaran pendapatan dan dengan baik, dapat dipastikan bahwa
belanja negeri (Pasal 44 ayat (1), (2), dan antara negeri dan daerah akan bahu-
(3) Peraturan Daerah Kabupaten Maluku membahu dalam membangun objek wisata
Tengah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pantai Hunimua.
Negeri). c. Pembagian Keuangan yang
Sementara itu, pendapatan negeri Menguntungkan antara Daerah dan Negeri
diperoleh dari: a) pendapatan asli negeri
127
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Pembagian keuangan menjadi semua pendapatan dan pengeluaran kepada


jalan tengah dan salah satu solusi yang Pemerintah Kabupaten Tabanan (Digna
dapat ditawarkan dalam membangun Merian Andriani dan I Nyoman Sunarta,
komitmen yang dibentuk antara 2015).
pemerintah daerah dan negeri dalam 3) Pengelolaan Desa Wisata Penglipuran
mengembangkan objek wisata Pantai menyusun persentase penggunaan dana
Hunimua. Tentunya, pembagian keuangan yang masuk sesuai dengan peraturan
ini berlandaskan azas kesejahteraan rakyat, daerah yaitu 40% untuk operasional
bukan kesejahteraan pengelola dan desa adat, 60% untuk
orang/kelompok/golongan tertentu. Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli.
Sebagai gambaran, berikut peneliti berikan Dari 40% yang diterima, 20% untuk desa
contoh bentuk pembagian keuangan daerah adat dan 20% sisanya untuk petugas
dan desa dari aspek pariwisata yang terjadi operasional yang bekerja langsung di desa
di beberapa daerah, yang diharapkan dapat wisata (M. Bashori Imron, 2015).
menjadi pijakan bagi pembagian keuangan
hasil pengelolaan objek wisata Pantai 3. Lemahnya Dukungan Pemerintah
Hunimua. Pusat
1) Di Provinsi Bali, pola pembagian Pemerintah daerah maupun
bulanan dari hasil objek wisata Desa pemerintah pusat sudah cukup baik dalam
Pakraman Pecatu Kuta Selatan Bali, adalah mengalokasikan anggaran. APBN tahun
25% disetorkan kepada Pemerintah 2020 telah mengalokasikan Dana Alokasi
Kabupaten Badung dan 75% untuk desa Khusus (DAK) fisik pariwisata di daerah
sebagai pengelola. Kabupaten Badung sebesar Rp147 miliar. Pada tahun 2019,
adalah salah satu kabupaten di Provinsi pagu anggaran APBN Provinsi Maluku
Bali yang pendapatan asli daerahnya 90% sektor pariwisata dan budaya sebesar
lebih diperoleh dari sektor pariwisata. Pada Rp1.844 miliar, dengan realisasi Rp1.618
awalnya, penduduk Desa Pecatu miliar (87,37%) (Rri.co.id, 2020). Presiden
merupakan petani lahan kering dan Joko Widodo bahkan memberikan
peternak, namun saat ini sebagian dukungan dengan meminta Menteri
penduduknya menggantungkan hidupnya Keuangan, Sri Mulyani, untuk meninjau
dari sektor pariwisata (I Ketut Yudasuara, kembali APBN dengan melihat seluruh pos
2015). anggaran yang berhubungan dengan
2) Pendapatan yang diterima oleh Desa keuangan provinsi seperti Dana Alokasi
Wisata Belimbing sepenuhnya berasal dari Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum
Pemerintah Kabupaten Tabanan, bantuan (DAU), untuk kemudian menyokong
PNPM (Program Nasional Pemberdayaan APBD Maluku dalam pembangunan
Masyarakat), dan pendapatan pribadi yang Provinsi Maluku dari semua sektor (CNN
diperoleh masyarakat yang bekerja di Indonesia, 2019).
kantor desa sebagai guide lokal. Akan tetapi, berbicara mengenai
Pendapatan tersebut digunakan untuk pembangunan pariwisata, berarti berbicara
pengelolaan Desa Wisata Belimbing, mengenai semua hal yang berkaitan
seperti biaya pemeliharaan fasilitas, dengan strategi dan upaya
operasional kegiatan, infrastruktur, pengembangannya. Tidak hanya persoalan
pelayanan dan pengembangan SDM. dukungan pendanaan, tetapi juga
Sistem bagi hasil dari pengelolaan desa dukungan lain seperti dalam bentuk
wisata disalurkan langsung kepada kebijakan. Banyak kebijakan pemerintah
masyarakat lokal yang berprofesi sebagai pusat yang justru meleset dan dinilai bukan
guide, serta hasil dari usaha membuka suatu kebutuhan yang diperlukan sektor
warung atau akomodasi. Setiap bulan, pariwisata di daerah, terutama daerah yang
pengelola desa wisata wajib melaporkan
128
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

masih dalam tahap pembangunan dan Pantai Hunimua, justru termarginalkan


pengembangan. bahkan diperlakukan diskriminatif. Perlu
Seperti halnya kebijakan dana diketahui bahwa satu kendala utama dari
hibah pariwisata sebesar Rp3,3 triliun yang sejumlah kendala dalam pengembangan
diperuntukkan pemerintah daerah dalam objek wisata Pantai Hunimua dan objek
rangka pemulihan atas penurunan wisata lain di Provinsi Maluku dalam
Pendapatan Asli Daerah (PAD). kancah nasional bahkan internasional
Wishnutama, Menteri Pariwisata tahun adalah ongkos tiket pesawat yang tidak
2019—2020 menjelaskan bahwa dana murah. Jika Pemerintah tetap
hibah tersebut dibagi menjadi dua, yaitu mencanangkan kebijakan insentif hanya
70% dialokasikan untuk bantuan langsung untuk daerah-daerah tertentu, maka dapat
kepada industri hotel dan restoran, dan dipastikan sektor pariwisata di daerah lain
30% untuk penanganan dampak ekonomi seperti halnya Maluku, semakin sulit
dan sosial akibat pandemi Covid-19 membangun objek wisata yang
terutama di sektor pariwisata dan ekonomi dimilikinya. Selain harus bekerja mandiri,
kreatif. Tidak hanya itu, terdapat pula objek wisata di Provinsi Maluku juga harus
anggaran sebesar Rp119 miliar untuk bersaing dengan 10 objek wisata prioritas
program Sertifikasi CHSE bagi industri yang telah diberikan insentif khusus oleh
pariwisata seluruh provinsi di Indonesia. pemerintah.
Sertifikasi ini dimaksudkan untuk
menjamin kebersihan, kesehatan, Strategi dan Upaya Memaksimalkan
keamanan, dan kelestarian lingkungan Potensi Pantai Hunimua
industri pariwisata (Travel.tempo.co,
2020). Dalam upaya mengembangkan
Apabila dikaitkan, sudah jelas dan membangun Pantai Hunimua, terdapat
Pantai Hunimua tidak dapat diikutsertakan beberapa aspek lain yang perlu
dalam dana hibah dan program Sertifikasi diperhatikan secara saksama selain
CHSE. Hal ini sangat disayangkan karena pembaharuan dan perbaikan sarana dan
Pantai Hunimua adalah objek wisata prasarana. Berikut adalah ulasannya.
unggulan Maluku yang sedang dalam tahap 1. Pembentukan Manajemen
rekonstruksi, sehingga sangat memerlukan Pengelolaan Objek Wisata
perhatian khusus. Sejalan dengan Allison,
Di sisi lain, sering kali terjadi manajemen pengelolaan objek wisata yang
perlakuan berbeda antara satu objek wisata dapat diterapkan di Pantai Hunimua adalah
dengan objek wisata lainnya dan antara menggunakan 3 (tiga) fungsi manajemen:
satu daerah dengan daerah lainnya. fungsi manajemen strategi, fungsi
Sebagaimana halnya kebijakan potongan manajemen komponen internal, dan fungsi
harga 30% bahkan 50% tiket pesawat yang manajemen konstituen eksternal (Ni Luh
diberikan pemerintah kepada 10 destinasi Made Suryani, dkk., 2016). Pertama,
wisata, yaitu Danau Toba, Yogyakarta, fungsi manajemen strategi Pantai Hunimua
Malang, Manado, Denpasar Bali, meliputi penetapan tujuan dan prioritas
Mandalika Lombok, Labuan Bajo, pengelolaan Pantai Hunimua. Penetapan
Belitung, Batam, dan Bintan (Tempo.co, ini akan menjadi acuan pengelola Pantai
2020). Pemerintah juga tidak memungut Hunimua dalam jangka waktu tertentu.
pajak hotel dan restoran pada sepuluh Kemudian untuk memudahkan dan
destinasi wisata tersebut. Dengan kata lain mendorong keberhasilan strategi
pajak hotel dan restoran dinolkan pengelolaan objek wisata, dibutuhkan
(bisnis.tempo.co, 2020). Sangat fungsi selanjutnya yaitu manajemen
disesalkan, objek wisata yang seharusnya komponen internal berupa organisasi
memperoleh sokongan lebih besar seperti pengelola yang pada umumnya bertugas
129
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

untuk membuat rencana operasional, adalah memberi ruang bagi masyarakat


rencana kerja tahunan, rencana kerja negeri untuk berkontribusi dengan tetap
penggunaan anggaran, rencana kerja untuk memprioritaskan pemuda-pemuda
pembangunan fisik, dan rencana kerja negeri/pihak luar yang berbakat untuk
lainnya yang berkaitan erat dengan menduduki bidang-bidang penting yang
pengelolaan Pantai Hunimua. dibutuhkan (pariwisata, kesenian,
Terkait pengorganisasian, saat ini ekonomi, hukum, kelautan, tata ruang, dan
Pantai Hunimua sudah dikelola Dinas bidang lain yang relevan). Poin ini penting
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi mengingat Pantai Hunimua memerlukan
Maluku yang diwakilkan oleh beberapa banyak inovasi dan kreasi.
pegawai (PNS dan non-PNS). Akan tetapi, Menurut teori, terdapat beberapa
pengelolaan Pantai Hunimua tidak berjalan indikator pembangunan pariwisata yang
optimal. Para pegawai tersebut bertugas berkelanjutan, yaitu; lingkungan, produk
membersihkan beberapa lokasi di Pantai pariwisata, kemitraan, dan partisipasi
Hunimua (tidak termasuk membersihkan masyarakat (Ni Luh Made Suryani, dkk.,
air lautnya) dan pada setiap akhir pekan 2016). Selain itu, keberhasilan
(Sabtu dan Minggu) menjaga pintu masuk pengembangan suatu wilayah dapat diukur
dan menjual tiket. dari banyak faktor. Salah satunya adalah
Seperti yang telah disampaikan di dampak atau pengaruh yang positif
awal, Pantai Hunimua sepenuhnya dikelola terhadap masyarakat (Syamsuddin, dkk.,
oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2019).
Provinsi Maluku. Tidak ada organisasi Dalam melaksanakan
turunan pengelola Pantai Hunimua. Tugas pemberdayaan masyarakat negeri,
pembuatan rencana operasional, rencana masyarakat dapat memperoleh pembinaan
kerja tahunan, rencana kerja penggunaan untuk meningkatkan kualitasnya. Hal ini
anggaran, rencana kerja untuk dapat dilakukan dengan melaksanakan
pembangunan fisik, dan rencana kerja pelatihan dan pengembangan kemampuan
lainnya yang berkaitan erat dengan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif
pengelolaan Pantai Hunimua merupakan seperti jasa pijat tradisional (traditional
tugas dari Dinas Pariwisata, yang sudah massage), pemandu wisata (tour guide),
barang tentu tidak hanya bertugas untuk penjaga pantai, peningkatan kemampuan
menyusun rencana kerja pengelolaan objek berbahasa asing, pelatihan surfing dan
wisata Pantai Hunimua, tetapi juga seluruh pelatihan lainnya yang mendukung
objek wisata yang ada di Maluku. Agar pengelolaan objek wisata Pantai Hunimua.
pengelolaan Pantai Hunimua dapat 3. Membangun Kerjasama
berjalan optimal, organisasi pengelola Berdasarkan teori Allison,
turunan dari Dinas Pariwisata perlu manajemen pengelolaan objek wisata
dibentuk. selanjutnya yang dapat diterapkan di Pantai
2. Berdayakan Masyarakat Negeri Hunimua adalah fungsi manajemen
Sebagai lanjutan dari poin konstituen eksternal yang meliputi
sebelumnya, organisasi pengelola turunan hubungan kerja sama dengan pihak ketiga
sebaiknya dibentuk dengan menempatkan seperti pihak swasta. Dengan pihak swasta,
masyarakat negeri sebagai pengelola inti. kerja sama dapat dilakukan dalam hal
Hal ini karena masyarakat tersebut yang pelatihan penggunaan sarana objek wisata
sangat memahami apa yang dapat (surfing, banana boat, pijat refleksi,
diberikan negeri untuk pengembangan snorkeling dan diving, guide outbond, dan
Pantai Hunimua. lain-lain) atau pengadaan resort atau
Dalam mengoptimalkan fungsi restoran.
manajemen komponen internal, satu Bentuk lain dari kerja sama dapat
catatan penting yang patut digarisbawahi berupa pemasaran dan promosi. Untuk
130
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

menarik dan meningkatkan kunjungan strategi, dapat disimpulkan bahwa Pantai


wisatawan, perlu dibentuk strategi Hunimua memiliki potensi yang besar
pemasaran dan promosi yang baik. Strategi menjadi objek wisata prioritas daerah
promosi ini dapat dilakukan dengan bahkan prioritas Indonesia. Hal ini karena
melakukan kerja sama dengan berbagai sejumlah kekuatan dimiliki Pantai
instansi atau pelaku usaha, seperti: Hunimua, antara lain aksesibilitas yang
membuat promo paket liburan dan bekerja mudah, terdapat dukungan daya tarik objek
sama dengan pihak pemerintah (dalam hal wisata lain seperti Nusa Pombo yang
ini, Kementerian Pariwisata) dan pihak menghiasi pemandangan Pantai Hunimua
swasta, dengan travel pesawat, kapal laut, dan potensi terumbu karang, terletak di
dan travel bus/minibus. Opsi lain yang desa/negeri adat, serta memiliki lokasi
dapat dilakukan untuk mempromosikan wisata yang luas. Akan tetapi, dalam
Pantai Hunimua adalah bekerja sama memaksimalkan potensi Pantai Hunimua,
dengan stasiun televisi atau channel terdapat berbagai hambatan, seperti
youtube yang menayangkan acara seputar persoalan klaim tanah, tidak adanya
traveling. kesepahaman dan komitmen antara negeri
4. Menyiapkan Regulasi tentang dan daerah dalam membangun Pantai
Pengelolaan Objek Wisata dan Hunimua, serta lemahnya dukungan
Retribusi pemerintah pusat, terlebih di masa
Peraturan Menteri Dalam Negeri pandemi seperti ini. Untuk
Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara memaksimalkan potensi Pantai Hunimua,
Penyerahan Urusan Pemerintahan selain pembaharuan dan perbaikan sarana
Kabupaten/Kota Kepada Desa, Pasal 2, dan prasarana, peneliti menawarkan
menjelaskan bahwa salah satu urusan strategi dan upaya yang dapat dilakukan,
pemerintahan kabupaten/kota yang dapat yakni membentuk manajemen pengelolaan
diserahkan kepada desa adalah bidang objek wisata, memberdayakan masyarakat
pariwisata. Dengan demikian, untuk negeri Liang, membangun kerja sama dan
mengelola dan mengatur objek wisata menyiapkan regulasi.
desa, pemerintah Desa bersama pengelola
objek wisata berwenang untuk membuat DAFTAR PUSTAKA
regulasi umum dan khusus terkait
pengelolaan objek wisata. Buku
Regulasi yang disiapkan dalam Koentjaraningrat. (1993). Metode-Metode
rangka memaksimalkan potensi Pantai Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Hunimua, dapat berupa: regulasi mengenai Gramedia Pustaka Utama.
pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan Rakhmat, Jalaludin. (1997). Metode
prasarana objek wisata, prosedur Penelitian Komunikasi Dilengkapi
pelaksanaan investasi, syarat dan Contoh Analisis Statistik.
ketentuan yang berlaku bagi para pelaku Bandung: Remaja Rosdakarya.
usaha, retribusi bagi para pelaku usaha, Singarimbun, Masri., dan Effendi, Sofian.
seputar keamanan dan kebersihan objek (1995). Metode Penelitian Survai.
wisata (pengendalian lingkungan), aturan Jakarta: LP3ES.
khusus untuk wisatawan baik lokal Soekanto, Soerjono. (1986). Pengantar
maupun asing, serta persoalan lain yang Penelitian Hukum. Jakarta:
relevan dan penting untuk diatur. Universitas Indonesia Press.
Ali, Zainudin. (2011). Metode Penelitian
SIMPULAN Hukum. Jakarta: Grafik Grafika.
Jurnal Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan Andriani, Digna Merian dan I Nyoman
pembahasan terhadap potensi, solusi, dan Sunarta. (2015). Pengelolaan Desa
131
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Wisata Belimbing Menuju Yudasuara, I Ketut. (2015). Pengelolaan


Pariwisata Berkelanjutan Daya Tarik Wisata Berbasis
Kecamatan Pupuan, Kabupaten Masyarakat di Desa Pecatu, Kuta
Tabanan, Bali. Jurnal Destinasi Selatan, Kabupaten Badung,
Wisata, 3(1), 19. DOI: JUMPA, 2(1), 139. DOI:
https://doi.org/10.24843/JDEP https://doi.org/10.24843/JUMP
AR.2015.v03.i01.p03 A.2015.v02.i01.p08
Amin, Deny Yarusain. (2019). Kajian V.J. Wisnu Wardhono, (2011). Penelitian
Pengembangan Objek Wisata Grounded Theory, Apakah itu?
Bahari Pantai Hunimua Kabupaten Bina Ekonomi Majalah Ilmiah
Maluku Tengah. Jurnal Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas
Syariah, 1(1), 5-8. Katolik Parahyangan, 15(1), 24.
https://jurnal.iainambon.ac.id/inde https://media.neliti.com/media/pu
x.php/amal/article/download/922/ blications/27618-ID-penelitian-
743 grounded-theory-apakah-itu.pdf
Fakih, Muhammad Fadli, dkk. (2017).
Analisa Pola Kunjungan Peraturan Perundang-undangan
Wisatawan ke Berbagai Objek Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor
Daya Tarik Wisata di Pulau 16 Tahun 2013 tentang Rencana
Ambon Menggunakan Frequent Tata Ruang Wilayah Provinsi
Pattern Growth. KINETIK, 2(3), Maluku Tahun 2013-2033
189-192. Peraturan Daerah Kabupaten Maluku
https://doi.org/10.22219/kinetik.v Tengah Nomor 1 Tahun 2006
2i3.46 tentang Negeri
Imron, M. Bashori. (2015). Meretas Jalan
Meningkatkan Pendapatan Asli Sumber Online/Media Massa
Daerah (PAD) Melalui Desa CNN Indonesia. (2019, Oktober). Sokong
Wisata Panglipuran Bali. Jurnal Kenaikan APBD Maluku, Sri
Bina Praja, 7(4), 285. Mulyani Cek APBN. Diakses dari
DOI:https://doi.org/10.21787/jb https://www.cnnindonesia.com
p.07.2015.279-288 Republika. (2016, Agustus). Pantai Liang
Suryani, Ni Luh Made, dkk. (2016) di Maluku Diusulkan Masuk 10
Analisis Manajemen Pengelolaan Destinasi Wisata Prioritas.
Objek Wisata dalam Mewujudkan Diakses dari
Pembangunan Pariwisata yang https://republika.co.id
Berkelanjutan Melalui Badan Pemerintah Kota Ambon. Diakses dari
Usaha Milik Desa Adat https://www.ambon.go.id/pantai-
(BUMDA). Fakultas Ilmu Sosial liang
dan Ilmu Politik Universitas Pemkot Ambon. Nusa Pombo. Diakses
Udayana. 3-4. dari https://ambon.go.id/nusa-
https://ojs.unud.ac.id/index.php/ci pombo
tizen/article/view/23543/15464 Rri.co.id. Penyerapan APBN Sektor
Syamsuddin, dkk. (2019) Dampak Kesehatan dan Pariwisata di
Perkembangan Kawasan Wisata Maluku. Diakses dari
Pantai Liang Terhadap https://rri.co.id
Masyarakat. Jurnal Pemikiran Rudy. (2019, Mei). Pantai Ora, Surga
Islam dan Ilmu Sosial, 12(1), 73. Eksklusif yang Tersembunyi di
DOI:http://dx.doi.org/10.33477 Maluku Tengah. Diakses dari
/dj.v12i1.792
132
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

https://www.nativeindonesia.co Traveloka.com. (2020, Januari). 10


m/pantai-ora/ Destinasi Domestik Unggulan
Tempo.co. (2020, Februari). Ini Dia 10 Dari Kementerian Pariwisata.
Destinasi yang Nikmati Diskon Diakses dari
Tiket Pesawat dan Hotel. Diakses https://www.traveloka.com
dari https://travel.tempo.co
Tempo.co. (2020, Maret). Insentif Wawancara
Pariwisata Atasi Virus Corona Hasil Wawancara dengan Tokoh
Disebut Salah Sasaran. Diakses Masyarakat Negeri dan Ketua
dari https://bisnis.tempo.co AMPI (Pelopor berdirinya Objek
Tempo.co. (2020, Februari). Pemerintah Wisata Pantai Hunimua), Pada 22
Nihilkan Pajak Hotel dan Restoran Juli 2020
di 10 Destinasi. Diakses dari Hasil Wawancara dengan Kepala Seksi
https://bisnis.tempo.co Pengembangan Destinasi Dinas
Travel.tempo.co. (2020, Oktober). Pemda Pariwisata Provinsi Maluku, Pada
dan Pelaku Wisata Akan Dapat 27 Februari 2021
Dana Hibah Pariwisata Rp3,3 Hasil Wawancara dengan mantan Raja
triliun. Diakses dari Negeri Liang, Abdul Razak Opier,
https://travel.tempo.co Pada 25 Juli 2020

133
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

PERAN KLASTER PARIWISATA TERHADAP


EKONOMI KREATIF KABUPATEN BANYUWANGI DI ERA
INDUSTRI 4.0
The Role of Tourism Cluster toward Banyuwangi Regency
Creative Economics in Industry 4.0 Era
Dias Satria , Joshi Maharani Wibowo
1 2

1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono No. 165, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa
Timur 65300, Indonesia
dias.satria@ub.ac.id
2
Fakultas Bisnis dan Ekonomika
Joshi Maharani Wibowo
Universitas Surabaya
Jalan Tenggilis Mejoyo, Kali Rungkut, Kec. Rungkut, Kota Surabaya, Jawa
Timur 60293, Indonesia
joshiwibowo@staff.ubaya.ac.id

Diterima: 15 Juni 2021. Disetujui: 10 September 2021. Dipublikasikan: Desember 2021

Abstrak

Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi
tinggi di sektor pariwisata karena terdapat kawasan daya tarik pariwisata yang
diprioritaskan oleh pemerintah nasional yaitu Taman Wisata Alam Kawah Ijen (Kawah
Ijen). Pada tahun 2019, Kawah Ijen ditetapkan sebagai pusat klaster pariwisata Kabupaten
Banyuwangi untuk meningkatkan pertumbuhan perkonomian daerah dengan
memanfaatkan potensi lokal yang ada. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran
klaster pariwisata terhadapan industri pendukung pariwisata berbasis ekonomi kreatif yang
memanfaatkan potensi teknologi industri 4.0 di Kabupaten Banyuwanagi. Hasil penelitian
menunjukkan aplikasi kebijakan klaster pariwisata memiliki dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi khususnya pada sektor industri kreatif yang terletak di Kabupaten
Banyuwangi. Pengembangan klaster pariwisata di area Kawah Ijen, memotivasi
masyarakat lokal untuk melakukan inovasi kreatif seperti menciptakan produk lokal baru
dan lain sebagainya. Sayangnya, pengembangan usaha pada sektor industri kreatif di
klaster kawah ijen mengalami beberapa kendala yang disebabkan oleh faktor sosial,
finansial, dan infrastruktur. Untuk mengatasi kendala tersebut penelitian ini memberikan
beberapa rekomendasi kebijakan berupa penciptaan komunitas yang terintegrasi dengan
teknologi industri 4.0 dan kelembagaan masyarakat lokal. Sehingga akan tercipta
ekosistem berbasis digital di area Jawa Timur yang dapat memotivasi masyarakat untuk
tetap inovatif dan kreatif dengan memanfaatkan potensi yang ada.

Kata Kunci: Ekonomi kreatif, Industri 4.0, Klaster Pariwisata

134
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Abstract

Banyuwangi Regency is one city in Indonesia with a high potential in the tourism sector
and is famous for its main attraction, Ijen Crater National Park or more known as Ijen
Crater. In 2019, this destination was appointed as the center of the tourism cluster area by
utilizing local potential to support regional economic growth. This research was conducted
to determine the tourism clusters’ role in supporting the creative economy by applying
technology 4.0 in Banyuwangi Regency. The result showed that the tourism cluster policy
application positively encourages local communities to be more creative and innovate, like
creating new SME featured products by utilizing the existing biodiversity and local wisdom
nearby. Unfortunately, the development of the creative industry business in the Kawah Ijen
cluster have some obstacles, caused by social, financial, and infrastructure factors. To
overcome that obstacle, this research also tries to provide recommendation policy
suggestions in the form of local community inventions that integrate local community
institutions and technology 4.0 to overcome the negative impact. The related stakeholder
can create a digital-based ecosystem to motivate local people to continue being innovative
and creative.

Keywords: creative economics, Industry 4.0, tourism cluster

© 2021 Direktorat Kajian Strategis

PENDAHULUAN cukup fleksibel untuk diaplikasikan pada


berbagai aktivitas ekonomi nonformal
Pertumbuhan ekonomi kreatif di serta menawarkan peluang yang cukup
Indonesia dalam 5 tahun terakhir besar untuk meningkatkan kesejahteraan
mengalami perkembangan pesat. Kondisi masyarakat dan pendapatan daerah melalui
tersebut ditunjukkan melalui laporan pengembangan potensi pengetahuan lokal
BEKRAF (2019) yang menyatakan, dan transformasi aktivitas ekonomi yang
berbagai usaha terkait industri ekonomi lebih kreatif. OECD (2014) menyatakan,
kreatif di Indonesia pada tahun 2019 pada tahun 2012 industri ekonomi kreatif
mampu menyerap 19,01 juta orang tenaga di Indonesia memberi sumbangan 7,2%
kerja serta memiliki nilai ekspor yang terhadap PDB nasional dan 8,2% terhadap
cukup tinggi, yaitu 21,50 milyar USD. jumlah penyerapan tenaga kerja Indonesia.
Pertumbuhan ini memicu para pemangku Aktivitas ekonomi kreatif yang
kebijakan terkait, khususnya pemerintah berkembang dengan baik pada suatu area
Indonesia, untuk meningkatkan kapasitas dapat menciptakan kelompok atau klaster
tersebut pada tahun 2020 melalui integrasi yang berfokus pada sektor potensial
sistem Teknologi Informasi dan tertentu, seperti pariwisata (klaster
Komunikasi (TIK) dengan aktivitas pariwisata) atau seni budaya (klaster seni),
ekonomi terkait (Kementerian Komunikasi untuk meningkatkan kesejahteraan
dan Informatika, 2019). ekonomi dan lingkungan masyarakat
Pengembangan industri ekonomi (Zheng & Chan, 2014).
kreatif sangat penting untuk dilakukan di Borkowska-Niszczota (2015) dan
Indonesia. Hal ini disebabkan industri Jackson (2006) mendefinisikan klaster
ekonomi kreatif merupakan industri yang pariwisata sebagai sekelompok industri

135
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

pariwisata serta industri sektor terkait adalah Klaster Pendukung Selingkar Ijen
lainnya pada suatu kawasan tertentu yang (Kawah Ijen) yang berada di Kabupaten
bekerjasama untuk mempengaruhi daya Banyuwangi (Deputi Bidang
saing destinasi pariwisata pada area Pengembangan Destinasi dan Industri
tertentu. Beberapa penelitian sebelumnya Pariwisata, 2016). Klaster Kawah Ijen
menyatakan, pembentukan klaster dipilih karena memiliki destinasi
pariwisata memberi pengaruh positif untuk pariwisata internasional yang juga
meningkatkan pembentukan dan termasuk dalam 10 destinasi pariwisata
pemasaran destinasi pariwisata (tourism prioritas Indonesia, yaitu Taman Wisata
branding) di area tertentu (Ayu, Alam Kawah Ijen (Kawah Ijen) (Agmasati,
Dwihantoro, & Lokantara, 2020). Jackson 2019; Deputi Bidang Pengembangan
(2006) serta Lee, Jang, dan Kim (2020) Destinasi dan Industri Pariwisata, 2016).
juga mendukung teori tersebut karena Selain itu, aktivitas pariwisata dan
sektor pariwisata yang dikembangkan ekonomi yang berada di area Kawah
berdasarkan konsep klaster pariwisata akan Ijen secara langsung memberi multiplier
memicu masyarakat lokal untuk berfikir effect yang positif terhadap sektor terkait.
kreatif dalam mengembangkan aktivitas Contohnya, sektor informasi dan
pariwisata dan perekonomian mereka komunikasi serta sektor angkutan,
secara mandiri daripada hanya bergantung pergudangan, jasa penunjang angkutan,
pada subsidi yang diberikan oleh pos, dan kurir di Kabupaten Banyuwangi
pemerintah. Selain itu, klaster pariwisata (Aji, Pramono, & Rahmi, 2018).
juga memiliki peran penting dalam Aktivitas pengembangan daya
pembangunan daya saing daerah berbasis saing klaster pariwisata berbasis industri
ekonomi kreatif karena memberikan ekonomi kreatif pada Kabupaten
sumbangan pasti terhadap Pendapatan Asli Banyuwangi telah dilakukan sejak tahun
Daerah (PAD) dan optimalisasi 2016. Sayangnya, aktivitas tersebut tidak
penyerapan tenaga kerja lokal (Tenges, diimbangi dengan aplikasi dan
2016). Sektor pariwisata diyakini sebagai pemanfaatan teknologi era industri 4.0.
sektor yang mampu menggerakan Pemanfaatan teknologi dalam klaster
perekonomian daerah dan memberikan pariwisata Kabupaten Banyuwangi baru
multiplier effect terhadap banyak diaplikasikan pada tahun 2019 (Budi,
pemangku kepentingan dari masyarakat 2020). Integrasi teknologi informasi dan
lokal, pemerintah daerah, pebisnis pada komunikasi dengan aktivitas pariwisata
berbagai level, dan lain sebagainya dan industri kreatif di klaster pariwisata
(Fundeanu, 2015; Setyanto, 2018). Tidak Kawah Ijen akan memberikan manfaat
hanya itu, klaster pariwisata juga berfungsi yang positif pada aktivitas pariwisata dan
sebagai strategi penguatan daya saing industri kreatif terkait, seperti kemudahan
sektor pariwisata dan industri kreatif untuk promosi, pemasaran, dan penjualan
dengan memaksimalkan potensi lokal yang destinasi pariwisata (UNCTAD, 2005).
ada melalui aktivitas pariwisata dan Tidak hanya itu, integrasi teknologi dengan
industri kreatif (Tenges, 2016). klaster wisata dan industri kreatif akan
Salah satu klaster pariwisata yang mempermudah masyarakat mendapatkan
memiliki daya saing tinggi di Indonesia informasi terkait destinasi dan aktivitas

136
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

pariwisata yang dituju secara online serta aktivitas observasi, wawancara mendalam
mendorong terjadinya kontak langsung (in-depth interview), dan focus group
secara digital antara pengelolah destinasi discussion (FGD). Data sekunder
didapatkan melalui studi literatur terkait
pariwisata dengan calon wisatawan
berbagai macam dokumen, seperti jurnal,
(OECD, 2014; Santoso, Handayani, & laporan, dan buku yang didapat melalui
Ningsih, 2015). instansi terkait, tokoh masyarakat, dan
Berdasarkan latar belakang yang internet.
telah dipaparkan, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peran klaster pariwisata HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai strategi peningkatkan aktivitas
Pengembangan pariwisata 4.0
ekonomi kreatif masyarakat Kabupaten
Kawasan Pendukung Selingkar Ijen
Banyuwangi pada era industri 4.0. Hasil dipusatkan pada area Kabupaten
penelitian diharapkan dapat dikembangkan Banyuwangi dengan Taman Wisata Kawah
untuk menciptakan rekomendasi aplikatif Ijen (Kawah Ijen) sebagai destinasi
bagi para pemangku kepentingan terkait, pariwisata unggulan. Pengembangan
seperti masyarakat lokal, investor, dan destinasi pariwisata berbasis digital dengan
pemerintah, khususnya untuk strategi klaster pada area Kawah Ijen
dilakukan untuk memotivasi masyarakat
memaksimalkan daya saing yang dimiliki
agar mau mengembangkan aktivitas
oleh destinasi pariwisata serta masyarakat ekonomi baru sehingga area Kawah Ijen
Kabupaten Banyuwangi melalui aktivitas memiliki keberagaman aktivitas industri
ekonomi kreatif yang terintegrasi teknologi ekonomi kreatif baru. Pengembangan
industri 4.0. potensi lokal tersebut didukung aktivitas
industri terkait, seperti akomodasi dan
METODE amenitas berbasis ekonomi kreatif seluas-
luasnya serta terintegrasi dengan teknologi
Penelitian ini merupakan 4.0. Pada praktiknya, pengembangan
penelitian kualitatif deskriptif yang bersifat industri kreatif pendukung aktivitas
praktis dan dianalis berdasarkan model pariwisata yang terintegrasi teknologi 4.0
analisis interaktif yang dikemukakan oleh pada klaster Kawah Ijen dilakukan
Milles & Huberman (1994). Miles dan berdasarkan potensi yang dimiliki masing-
Huberman (1994) menyatakan, terdapat 3 masing kecamatan Kabupaten
(tiga) tahapan yang harus dilakukan dalam Banyuwangi yang terbagi dalam 7 (tujuh)
melakukan analis penelitian kualitatif kawasan sebagaimana terlihat pada tabel
secara keseluruhan, yaitu reduksi data 1.
(data reduction), paparan/penyajian data Tabel 1 menunjukkan bahwa
(data display), dan penarikan kesimpulan setiap kecamatan di Kabupaten
dan verifikasi (conclusion Banyuwangi memiliki beragam potensi
drawing/verifying). yang dapat ditingkatkan kapasitas
Penelitian dilakukan di Kabupaten ekonominya. Salah satunya adalah
Banyuwangi pada tahun 2019 dengan
Kecamatan Licin yang memiliki peran
berfokus pada destinasi pariwisata yang
tercakup dalam Kawasan Pendukung sebagai kawasan pariwisata, agropolitan,
Selingkar Ijen Kabupaten Banyuwangi dan industri pendukung perekonomian
sesuai dengan Peraturan Presiden Republik daerah. Untuk memfasilitasi potensi
Indonesia No. 80 Tahun 2019. Data dalam tersebut, pemerintah daerah menjadikan
penelitian ini menggunakan data sekunder Kecamatan Licin sebagai pusat aktivitas
dan data primer yang didapatkan melalui
137
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

klaster pariwisata Kabupaten Banyuwangi kreatif berbasis pariwisata digital melalui


dan dikenal dengan nama ‘Ijen Tourism aktivitas pariwisata dan UMKM (Usaha
Cluster’ (Pemerintah Kabupaten Mikro, Kecil, dan Menengah).
Banyuwangi, 2019b, 2019c). Pembentukan
klaster pariwisata di sekitar area destinasi
pariwisata Kawah Ijen dilakukan untuk
mendorong tumbuhnya industri ekonomi

Tabel 1. Potensi Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Wilayah


No Kawasan Kecamatan
Pusat Kegiatan Kecamatan Wongsorejo
1 Lokal Promosi Kecamatan Kalipuro
(PKLp) Kecamatan Bangorejo
Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangrejo yang didukung oleh
Kecamatan Purwoharjo, Kecamatan Tegaldlimo, Kecamatan
2 Agropolitan Tegaldlimo, Kecamatan Siliragung, dan Kecamatan Pesanggaran.
Kawasan Agropolitan Ijen Kecamatan Licin yang didukung oleh
Kecamatan Glagah, Kecamatan Kalipuro, dan Kecamatan Songgon
Zona inti yang dipusatkan pada Kecamatan Muncar
Zona sentra produksi pada Kecamatan Purwoharjo dan Kecamatan
3 Minapolitan Pesanggaran
Zona penyagga pada Kecamatan Roogojampi, Kecamatan Srono,
Kecamatan Tegaldlimo
Industrial estate pada Kecamatan Wongsorejo
Industri terintegrasi pelabuhan umum dan pelabuhan khusus pada
Kecamatan Kalipuro
4 Industri Industri pengolahan hasil perikanan dan kelaiutan pada Kecamatan
Muncar
Fishery Park pada Kecamatan Rogojampi
Agroindustri pada kawasan agropolitan
5 Pelabuhan Kecamatan Kalipuro
Kecamatan Rogojampi
6 Bandar Udara
Kecamatan Kabar
WPP I Kawah Ijen dipusatkan pada Kecamatan Licin
7 Pariwisata WPP II pada Kecamatan Tegaldlimo
WPP III Pantai Sukomade pada Kecamatan Pesanggaran
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi (2019a)

Keberadaan UMKM yang berpusat pada destinasi wisata Kawah Ijen


bergerak di sektor industri kreatif pada memberi kesempatan kepada masyarakat
Klaster Kawah Ijen memberi kontribusi lokal untuk terlibat dalam pengelolaan dan
besar terhadap kesejahteraan masyarakat perencanaan pengembangan kearifan lokal
lokal dan pemasukan daerah Kabupaten yang ada melalui aktivitas ekonomi kreatif
Banyuwangi. Hal ini disebabkan pada sektor UMKM dan pariwisata
pengembangan klaster pariwisata yang berbasis digital. Aplikasi konsep ekonomi
138
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

kreatif pada UMKM dan pariwisata secara cash ataupun melalui virtual
Kabupaten Banyuwangi sebagian besar payments
didominasi oleh aktivitas pada sektor • mengurangi terjadinya scamming
industri akomodasi dan amenitas yang karena melalui platform digital,
sering dibutuhkan oleh wisatawan. pengelolah industri kreatif di sekitar
Aplikasi digital pada sektor destinasi pariwisata Kawah Ijen dapat
industri akomodasi dan amenitas klaster mempromosikan usaha mereka dengan
pariwisata Kawah Ijen sering ditemui di memberikan informasi yang valid
Desa Tamansari Kecamatan Licin terkait fasilitas dan harga
Kabupaten Banyuwangi. Desa Tamansari • teknologi pada klaster pariwisata
merupakan desa terdekat dari destinasi Kawah Ijen juga berperan sebagai
pariwisata Kawah Ijen yang memiliki instrumen pemerluas pasar produk
keunggulan kompetitif dalam industri hasil industri berbasis kearifan lokal
bidang pelayanan publik (public service) Kabupaten Banyuwangi melalui
berbasis ICTs (Information plaform digital, seperti pada website
Communication and Technology Services). https://www.banyuwangi-mall.com/
Penerapan teknologi pada sektor industri dan aktivitas kreatif yang
kreatif berbasis pariwisata di area Desa dipromosikan secara online, seperti
Tamansari memberi keuntungan sebagai Festival gGandrung Sewu dan Festival
berikut. Ngopi Sepuluh Ewuh.
• memberi pilihan akomodasi bagi Pengembangan kawasan klaster
wisatawan melalui platform-platform pariwisata berbasis digital telah
digital tourism yang terintegrasi mempercepat masyarakat lokal Kabupaten
dengan fasilitas-fasilitas penunjang Banyuwangi untuk beradaptasi dengan
lainnya, seperti penginapan, jasa ekosistem digital. Aplikasi pariwisata 4.0
transportasi lokal, dan kunjungan pada klaster pariwisata Banyuwangi tidak
pariwisata ke destinasi terdekat hanya memberikan dampak positif
• memotivasi terjadinya kompetisi sehat terhadap sektor industri ekonomi kreatif
antar-UMKM yang telah ada tetapi juga terhadap kelembagaan
sebelumnya dan inovasi kreatif Kabupaten Banyuwangi. Transformasi
UMKM di sektor digital pada usaha pada kelembagaan stakeholder pariwisata
yang mereka miliki atau destinasi Kabupaten Banyuwangi terjadi untuk
pariwisata yang sedang mereka kelola. mendukung tumbuhnya industri ekonomi
• adanya fasilitas pariwisata 4.0 di area berbasis pariwisata dan UMKM pada
destinasi yang terintegrasi dengan Klaster Kawah Ijen. Secara keseluruhan,
literasi keuangan digital akan stakeholder yang memiliki peran dalam
meningkatkan transaksi keuangan pengembangan klaster pariwisata 4.0 dan
wisatawan untuk melakukan industri ekonomi kreatif klaster Kawah
pembelian barang dan jasa di sekitar Ijen dapat digolongkan menjadi empat
destinasi karena metode pembayaran peran utama, yaitu peran dalam
yang beragam, mulai dari pembayaran perlindungan sumber daya, pemberdayaan
masyarakat setempat, penyediaan jasa
139
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

pariwisata, serta penyediaan data dan perlindungan hutan, menghindari


informasi (tabel 2). perburuan satwa liar dan illegal logging
Tabel 2 menunjukkan, lembaga (Beljai, Mutasib, & Sulistyantara, 2014).
pemerintah memainkan peran Kelompok masyarakat juga dapat
perlindungan sumber daya (pengawasan membentuk organisasi pecinta alam atau
dan pengelolaan sumber daya pariwisata organisasi perlindungan warisan sejarah
dan lingkungan), penyediaan fasilitas budaya yang banyak melakukan usaha-
pendukung destinasi pariwisata (perbaikan usaha konservasi yang menjadi daya tarik
atau pembuatan jalan dan ke kawasan wisata (Damanik & Weber, 2006).
wisata), penyediaan data dan informasi Stakeholders yang teridentifikasi
(penyedian fasilitas digital di area dalam tabel 2 memiliki tingkat kepentingan
pariwisata, melakukan pengumpulan data dan pengaruh berbeda terhadap
terkait data obyek wisata, melakukan pengembangan pariwisata dan industri
publikasi atau promosi daya tarik kreatif klaster Kawah Ijen. Perbedaan
pariwisata secara online), dan tingkat ketergantungan stakeholders
pemberdayaan masyarakat lokal dipengaruhi oleh kekuatan kondisi,
(membentuk kelompok sadar wisata, kekuatan kelayakan, kekuatan kompensasi,
BUMDes dan BUMDesa Bersama). kekuatan individu, dan kekuatan organisasi
Lembaga swasta memiliki peran (Reed et al., 2009). Secara lebih detail,
sebagai penyedia kesempatan lapangan perbedaan tingkat kepentingan masing-
kerja bagi masyarakat lokal, bantuan dalam masing stakeholders dipengaruhi oleh
pengelolaan sumber daya destinasi wisata, bentuk keterlibatan dan ketergantungan
penyediaan jasa pariwisata (penyediaan stakeholders pada aktivitas pariwisata,
akomodasi, restoran/tempat makan, aktivitas masing-masing stakeholders yang
program pariwisata, dan fasilitas lainnya berkaitan dengan pariwisata, manfaat yang
yang dibutuhkan pengunjung), dan diperoleh stakeholders dari pariwisata,
penyediaan data dan informasi melalui serta peran yang dimainkan oleh
penyediaan sarana promosi (billboard, stakeholders dalam pengelolaan
website, leaflet). Sementara itu, kelompok pariwisata.
masyarakat berperan sebagai sumber daya
perlindungan melalui penanaman dan

Tabel 2. Stakeholders dan Perannya dalam Pengembangan Industri Pariwisata dan


Ekonomi Kreatif di Kabupaten Banyuwangi
Peran
Pemberdayaan Penyedia Penyedia
No Stakeholders Perlindungan
Masyarakat Jasa Data dan
Sumber Daya
Setempat Pariwisata Informasi
Balai Besar Konservasi
1 Sumber Daya Alam √ √ - √
(BBKSDA) Jatim
Dinas Kebudayaan dan
2 Pariwisata (Disbudpar) √ √ - √
Kab. Banyuwangi
140
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Peran
Pemberdayaan Penyedia Penyedia
No Stakeholders Perlindungan
Masyarakat Jasa Data dan
Sumber Daya
Setempat Pariwisata Informasi
Badan Perencanaan
3 Pembangunan Daerah √ √ - √
Kabupaten Banyuwangi
Badan Penanggulangan
4 Bencana Kabupaten √ - - √
Banyuwangi
5 Swasta √ √ √ √
Komunitas Transportasi
6 - √ √ √
Lokal
Perhimpunan Hotel dan
7 Restoran Indonesia - - √ -
(PHRI)
Asosiasi Perusahaan
8 Perjalanan Wisata - - √ -
Indonesia (ASITA)
Himpunan Pramuwisata
9 - - √ -
Indonesia (HPI)
Badan Promosi Pariwisata
10 - - √ √
Daerah Kab. Banyuwangi
BUMDes dan BUMDesa
11 √ √ - √
Bersama
12 Perhutani √ √ √ √
13 LSM Berbasis Konservasi √ √ - -
14 Koperasi - √ - -
15 Pemuda √ - - -
16 Masyarakat Setempat √ - - -
Sumber: Data Primer, 2020

Peran Klaster Pariwisata sebagai UMKM terkait parwisata yang terintegrasi


Instrumen Pendorong Aktivitas secara digital.
Ekonomi Kreatif di Era Industri 4.0 Tabel 3 merupakan data UMKM di
Aplikasi kebijakan berbasis klaster bidang makanan dan minuman yang
pariwisata merupakan kebijakan yang berkembang mengikuti perkembangan
sering dilakukan oleh pemerintah daerah aktivitas pariwisata di Kabupaten
untuk meningkatkan pertumbuhan Banyuwangi. Ke enam UMKM tersebut
ekonomi daerah melalui aktivitas ekonomi merupakan jenis usaha di bidang ekonomi
kreatif secara keseluruhan dan kreatif yang berkembang karena adanya
memberikan dampak positif terhadap aktivitas pariwisata dan telah terintegrasi
kesejahteraan masyarakat lokal. dengan teknologi di era industri 4.0
Pengembangan ekonomi kreatif yang menurut narasumber. Integrasi dengan
didukung oleh teknologi industri 4.0 pada teknologi era industri 4.0 terlihat dari
klaster industri pariwisata Kabupaten kemudahan konsumen yang sebagian besar
Banyuwangi dilakukan untuk menciptakan adalah wisatawan untuk memberikan
ekosistem digital yang dapat mendukung ulasan secara digital kepada enam rumah
masyakat lokal untuk berinovasi secara makan tersebut melalui platform
kreatif pada sektor UMKM dan pariwisata. Tripadvisor.
Contohnya adalah pengembangan sektor
141
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Tabel 3. UMKM Rumah Makan Kabupaten Banyuwangi beserta Trennya Ssecara Digital Tahun
2020

No. Nama Rumah Makan Total Ulasan TripAdvisor


1. Rawon Bik Ati 124
2. Kedai Bandeng Panaroma 64
3. Pecel Ayu 71
4. Ikan Bakar Pesona 61
5. Pondok Indah Banyuwangi 30
6. Ikan Bakar Blimbingsari 12
Sumber: Data Primer, 2020

dan cokelat. Perkembangan industri kopi


Boiko dkk (2017) dan Götz & dan cokelat di klaster Kawah Ijen tidak
Jankowska (2017) menyatakan bahwa hanya sebatas pada perkebunan kopi dan
daya saing industri berbasis ekonomi agrowisata kopi saja tetapi juga
kreatif pada suatu daerah sangat berkembang menjadi salah satu kawasan
bergantung pada sumber daya, kondisi ekonomi kreatif yaitu desa devisa.
lingkungan yang mendukung, dan inovasi Desa devisa merupakan kelompok
masyarakat lokal untuk mengembangkan yang berpotensi untuk melakukan aktivitas
produk yang memiliki keunggulan produksi secara berkelanjutan, serta
kompetitif yang menjadi keunikan daerah mengambil bagian dalam rantai pasokan
tersebut. Potensi kuliner yang ada pada ekspor global, baik secara langsung
klaster wisata Kawah Ijen diyakini sebagai maupun tidak langsung. Pada Kabupaten
salah salah satu UMKM yang bergerak Banyuwangi terdapat 3 desa yang termasuk
dalam industri kreatif dan pariwisata yang dalam desa devisa yaitu Desa Kenjo, Desa
potensial. Potensi seperti ini dapat Telembung, dan Desa Nusasri.
meningkatkan minat investasi bagi Pengembangan desa devisa pada
investor, mendorong terciptanya inkubator Kabupaten Banyuwangi dilakukan untuk
bisnis yang dibutuhkan oleh masyarakat, menciptakan aktivitas ekonomi kreatif
serta mendorong terjadinya pertumbuhan yang terintegrasi dengan teknologi era
ekonomi yang memberi keuntungan pajak industri 4.0 pada sektor agrikultur. Produk
bagi pemerintah daerah (Boiko, 2017). hasil pertanian dan perkebunan yang
Pengembangan industri ekonomi berada pada desa devisa khususnya
kreatif pada klaster Kawah Ijen tidak hanya komoditas kopi dan kakao nantinya akan
terbatas pada sektor UMKM rumah makan diperkenalkan kepada dunia internasional
saja tetapi juga pertanian dan perkebunan. melalui pameran-pameran domestik dan
Salah satu komoditas pertanian dan global serta dipasarkan melalui pasar
perkebunan yang cukup terkenal dari online atau marketplace pertanian.
klaster Kawah Ijen adalah komoditas kopi

142
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Gambar 1. Potensi Desa Devisa Kabupaten Banyuwangi

Hambatan Pengembangan Industri inovasi, kelengkapan, dan sistem


Ekonomi Kreatif Berbasis Teknologi 4.0 pendidikan yang berbeda-beda untuk
pada Klaster Pariwisata Kawah Ijen mendorong perekonomian daerah (Götz &
Jankowska, 2017).
Hasil penelitian terkait peran Keberagaman tersebut
klaster pariwisata Kawah Ijen terhadap menciptakan kendala bagi para pemangku
ekonomi kreatif Kabupaten Ijen di era kepentingan untuk memaksimalkan
industri 4.0 menunjukkan, setiap potensi keanekaragaman hayati dan
pemangku kepentingan atau stakeholder kearifan lokal yang ada di Kabupaten
memiliki tingkat kepentingan, keterlibatan, Banyuwangi. Berikut ini adalah 6 (enam)
dan ketergantungan yang berbeda terhadap kendala utama pengembangan ekonomi
aktivitas industri kreatif di Kabupaten kreatif berbasis teknologi industri 4.0 di
Banyuwangi. Kondisi ini terjadi klaster pariwisata Kawah Ijen.
karena setiap daerah memiliki potensi,
143
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

1. Aplikasi strategi klaster pariwisata Banyuwangi belum berhasil sepenuhnya.


untuk meningkatkan pertumbuhan Potensi yang ada di kawasan klaster
ekonomi daerah sebagian besar masih Kawah Ijen, seperti modal alam dan
menggunakan pendekatan sosial yang kearifan lokal yang ada di dalam
justru akan memperlambat masyarakat lokal, belum sepenuhnya
pertumbuhan daya saing industri terintegrasi dan dimanfaatkan dengan
kreatif Kabupaten Banyuwangi. baik.
2. Beberapa pelaku UMKM dan Digitalisasi klaster pariwisata
pengelola destinasi pariwisata lokal tidak hanya berfungsi sebagai alat promosi
masih belum menyadari peran inovasi dan brand industri UMKM dan pariwisata.
dan teknologi untuk memaksimal Teknologi pada klaster berfungsi sebagai
aktivitas dan brand UMKM di mata instrumen komunitas integrasi
calon konsumen. kelembagaan para pemangku kepentingan
3. Tantangan utama yang dihadapi aktivitas ekonomi kreatif Kabupaten
pelaku industri kreatif di Kabupaten Banyuwangi yang tergabung dalam
Banyuwangi adalah permodalan. komunitas tertentu. Komunitas yang
Sebagian besar pengembangan anggotanya terdiri dari pemangku
destinasi wisata lokal dilakukan kepentingan dan memiliki latar belakang
dengan modal yang sangat minim dan berbeda-beda namun terintegrasi secara
hanya mengandalkan daya tarik digital memiliki peran penting untuk
pariwisata sebagai alat branding dan melakukan koordinasi, kerjasama, dan
promosi. Kondisi yang sama juga komunikasi dalam menanggulangi kendala
terjadi di sektor UMKM, sebagian aplikasi strategi klaster pariwisata di
besar usaha UMKM dimulai dengan Kabupaten Banyuwangi, melalui
modal yang minim dan sulit untuk pengadaan komunitas seperti Gapoktan,
mengembangkan usahanya. BUMDes Bersama, Karang Taruna dan
4. Minim informasi tentang tren pasar Komunitas KUKM (Koperasi dan Usaha
dan pelatihan atau workshop yang Kecil Mengengah). Para pelaku usaha bisa
dibutuhkan untuk menunjang kapasitas mendapatkan informasi terkait tren pasar,
UMKM dan pengembangan destinasi pelatihan, dan permodalan yang mereka
pariwisata. butuhkan untuk mengembangkan usaha
5. Ketersediaan dan kesiapan infratruktur industri kreatif. Sebaliknya, para investor
pendukung industri kreatif masih dan pemerintah bisa mendapatkan
sedikit dan tidak merata. informasi terkait destinasi pariwisata
6. Minim peran masyarakat local, potensial yang perlu dikembangkan serta
khususnya pelaku usaha terhadap jenis-jenis pelatihan yang dibutuhkan oleh
penciptaan strategi atau kebijakan para pelaku usaha dan masyarakat lokal
terkait UMKM dan pariwisata di untuk mengembangkan aktivitas
Kabupaten Banyuwangi. ekonominya.
Götz & Jankowska (2017)
menyatakan bahwa salah satu ciri SIMPULAN
keberhasilan klaster pariwisata sebagai
instrumen kebijakan pendorong industri Berdasarkan hasil penelitian di
ekonomi kreatif adalah mudah ditemuinya atas dapat disimpulkan bahwa klaster
ekosistem digital di area tersebut. Adanya pariwisata Kawah Ijen memiliki peran
6 hambatan pada pengembangan ekonomi penting terhadap perkembangan industri
kreatif berbasis teknologi industri 4.0 pada ekonomi kreatif, khususnya jika klaster
klaster pariwisata Kawah Ijen pariwisata Kawah Ijen memiliki ekosistem
menunjukkan bahwa pengembangan digital berbasis teknologi industri 4.0.
ekosistem digital yang baik di Kabupaten Perkembangan klaster pariwisata Kawah
144
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Ihen memiliki dampak positif serta daya saing industri kreatif Kabupaten
beberapa kendala dalam aplikasinya. Banyuwangi.
Secara positif, klaster pariwisata dapat • Peningkatan kualitas SDM masyarakat
memotivitasi para pemangku kepentingan lokal melalui program seminar,
untuk melakukan penciptaan destinasi pelatihan, dan workshop untuk
pariwisata dan produk UMKM baru memberi pemahaman pada para pelaku
dengan memanfaatkan kearifan lokal dan usaha terkait pentingnya pemanfaatan
keanekaragaman hayati yang ada di sekitar teknologi 4.0 sebagai fasilitas
mereka, serta berusaha memperkenalkan penunjang daya saing dan kapasitas
hal tersebut kepada masyarakat luas ekonomi industri ekonomi kreatif di
dengan memanfaatkan instrumen Kabupaten Banyuwangi.
teknologi. • Pembentukan komunitas lokal yang
Kendala pada aplikasi anggotanya terdiri atas para pemangku
pengembangan industri kreatif pada klaster kepentingan industri kreatif Kabupaten
Kawah Ijen disebabkan oleh beberapa hal, Banyuwangi yang terintegrasi secara
seperti pendekatan sosial yang kurang digital. Komunitas akan menjadi
sesuai untuk meningkatkan daya saing instrumen digital untuk memberi
industri ekonomi kreatif Kabupaten informasi terkait permodalan, tren
Banyuwangi, rendahnya kualitas SDM pasar, dan tren teknologi, seperti sosial
masyarakat pedesaan, rendahnya modal media yang dibutuhkan untuk
yang digunakan untuk memulai usaha membidik konsumen yang tepat dalam
UMKM, serta akses permodalan diikuti promosi dan branding industri. Selain
dengan minimnya informasi terkait itu, komunitas juga berfungsi sebagai
investasi, tren pasar, dan pelatihan yang wadah sosial untuk melakukan transfer
dibutuhkan menunjang kapasitas UMKM ilmu dan pertukaran informasi yang
dan pengembangan destinasi pariwisata dibutuhkan oleh para stakeholder
lokal, serta minimnya infrastruktur yang untuk menghindari strategi/kebijakan
ada di daerah pedesaan untuk menunjang yang tumpang tindih dan merugikan
aktivitas industri ekonomi kreatif. Kendala satu sama lain.
tersebut dapat diatasi melalui penguatan
kelembagaan masyarakat lokal dan para DAFTAR PUSTAKA
pemangku kepentingan lainnya dalam
wadah komunitas yang terintegrasi secara Agmasati, S. (2019, August 23). Apa Itu 10
digital sehingga kebijakan klaster Destinasi Wisata Prioritas? Tugas
pariwisata akan lebih efektif dan dampak Lama untuk Wishnutama.
positif 2 (dua) arah terhadap industri kompas.com,
ekonomi kreatif dan penciptaan ekosistem https://travel.kompas.com/read/20
digital 4.0 di Kabupaten Banyuwangi. 19/10/23/104726127/apa-itu-10-
destinasi-wisata-prioritas-tugas-
Rekomendasi lama-untuk-
Berikut ini adalah beberapa wishnutama?page=all
rekomendasi kebijakan yang kami ajukan Aji, R. R., Pramono, R. W. D., & Rahmi,
untuk mengatasi hambatan pada aplikasi D. H. (2018). Kontribusi Sektor
pengembangan industri kreatif di era Pariwisata Terhadap Ekonomi
Industri 4.0 pada klaster Kawah Ijen. Wilayah Di Provinsi Jawa Timur.
• Penciptaan strategi baru menggunakan Jurnal Planoearth, 3 (2), 57.
pendekatan bisnis yang memberi BEKRAF. (2019). Laporan Kinerja Badan
dampak sosial positif terhadap Ekonomi Kreatif tahun 2019.
masyarakat lokal untuk meningkatkan Jakarta.

145
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Beljai, M., Mutasib, E. K. S. H., & Lee, Y. J. A., Jang, S., & Kim, J. (2020).
Sulistyantara, B. (2014). Konsep Tourism clusters and peer-to-peer
Penataan Lanskap Untuk Wisata accommodation. Annals of
Alam di Kawasan Taman Wisata Tourism Research, 83 (May),
Alam Sorong. Journal of People 102960.
and Environment, 21 (3), 356– Milles, matthew b, & Huberman, A.
365. (1994). Qualitative Data Analysis
Boiko, M., Bosovska, M., Vedmid, N., (2nd ed.). London: Sage
Melnychenko, S., & Okhrimenko, Publication.
A. (2017). Development of the OECD. (2014). Tourism and the creative
tourism cluster. Problems and economy. OECD, pp. 1–180.
Perspectives in Management, 15 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
(4), 134–149. (2019a). Analisa Potensi dan
Borkowska-Niszczota, M. (2015). Tourism Strategi Pengembangan Pariwisata
Clusters in Eastern Poland - di Wilayah Pengembangan
Analysis of Selected Aspects of Pariwisata (WPP) III Sukamade,
the Operation. Procedia - Social Kabupaten Banyuwangi.
and Behavioral Sciences, 213, Kabupaten Banyuwangi.
957–964. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Budi, B. (2020). Era Revolusi Industri 4. 0 (2019b). Kelembagaan Ijen
Sebagai Solusi Meningkatkan Tourism Cluster Kabupaten
Daya Saing Sektor Pariwisata di Banyuwangi. Kabupaten
Indonesia. (Decsember 2019). Banyuwangi.
Damanik, J., & Weber, H. (2006). Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Perencanaan Ekowisata dari Teori (2019c). Master Plan:
ke Aplikasi. Yogyakarta: Pengembangan Creative HUB
PUSPAR UGM. Community Based Tourism
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Kawasan Agrowisata Ijen
dan Industri Pariwisata. (2016). Banyuwangi. in Pemerintah
LAKIP 2016: Laporan Kabupaten Banyuwangi.
Akuntabilitas Kinerja. Jakarta: Kabupaten Banyuwangi.
Kementerian Pariwisata. Presiden Republik Indonesia. (2019).
Fundeanu, D. D. (2015). Innovative Peraturan Presiden Republik
Regional Cluster, Model of Indonesia No. 80 Tahun 2019
Tourism Development. Procedia Tentang Percepatan Pembangunan
Economics and Finance, 23 Ekonomi di Kawasan Gresik -
(Ocktober 2014), 744–749. Bangkalan - Mojokerto - Surabaya
Götz, M., & Jankowska, B. (2017). - Sidoarjo - Lamongan, Kawasan
Clusters and Industry 4.0 – do they Bromo-Tengger-Semeru, Serta
fit together? European Planning Kawasan Selingkar Wilis dan
Studies, 25 (9), 1633–1653. Lintas Selatan.
Jackson, J. (2006). Developing regional Reed, M. S., Graves, A., Dandy, N.,
tourism in China: The potential for Posthumus, H., Hubacek, K.,
activating business clusters in a Morris, J., … Stringer, L. C.
socialist market economy. (2009). Who’s in and why? A
Tourism Management, 27 (4), typology of stakeholder analysis
695–706. methods for natural resource
Kementerian Komunikasi dan Informatika. management. Journal of
(2019). Laporan Kinerja. Jakarta. Environmental Management, 90
(5), 1933–1949.
146
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Santoso, D. B., Handayani, D., & Ningsih,


U. (2015). E-Tourism Warisan
Budaya Kota Semarang dengan
Memanfaatkan Web Service.
Dinamika Informatika, 7 (1), 9–
16.
Setyanto, R. P. (2018). Value Chain
Klaster Pariwisata Banyumas:
Pendekatan Multiple Case Study.
Jurnal Ekonomi, Bisnis, Dan
Akuntansi (JEBA), 20 (02), 1–13.
Suminar Ayu, A., Dwihantoro, P., &
Lokantara, I. G. W. (2020).
Understanding Creative Economy
Concept through Innovation
Adopters Perspective.
Komunikator, 12 (1), 11–23.
Tenges, C. (2016). Peningkatan Daya
Saing Kota Manado (Studi Kasus :
Industri Pariwisata Kuliner
Wakeke). Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi, 16 (02), 529–539.
UNCTAD. (2005). E-tourism in
developing countries: More links,
fewer leaks. Issues In Brief, (6), 1–
2.
Zheng, J., & Chan, R. (2014). The impact
of “creative industry clusters” on
cultural and creative industry
development in Shanghai. City,
Culture and Society, 5 (1), 9–22.

147
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

ANALISIS POTENSI WISATA MENGGUNAKAN INFORMASI


GEOGRAFIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA
BERKELANJUTAN BERBASIS MASYARAKAT DI DESA
SUMBERAGUNG, GROBOGAN, JAWA TENGAH
Tourism Potential Analysis Using Geographic Information and Community-
Based Sustainable Tourism Development Strategy in the Village
Sumberagung, Grobogan, Central Java

Adifa Risa Bagasta1*, Cahya Iswara 2, Adesty Lasally 3


1
Program Studi Pascasarjana Biosains, Universitas Sebelas Maret, Indonesia
2
Program Studi Geologi, Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta, Indonesia
3
Program Studi Perhotelan, Universitas Mahakarya Asia Yogyakarta, Indonesia
Email: adifarisa9@gmail.com
Diterima: 19 Mei 2021. Disetujui: 23 September 2021. Dipublikasikan: Desember 2021

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan potensi wisata Desa Sumberagung dan
pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat. Informasi geografis diperlukan untuk
mengetahui persebaran potensi wisata dan melakukan inventarisasi potensi serta objek wisata di Desa
Sumberagung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif
untuk mengidentifikasi potensi wisata Desa Sumberagung dan pengembangan pariwisata
berkelanjutan berbasis masyarakat. Data penelitian ini berupa titik koordinat potensi dan objek wisata,
hasil wawancara, dan foto potensi dan objek wisata. Hasil penelitian yang diperoleh adalah Desa
Sumberagung memiliki Sumber Daya Alam yang mampu dikembangkan menjadi objek wisata dan
menarik wisatawan. Pengelolaan pariwisata di Desa Sumberagung kurang optimal karena belum ada
keterlibatan masyarakat secara penuh untuk mengembangkan dan mengelola potensi wisata Desa
Sumberagung. Rekomendasi diberikan guna memberikan referensi dalam pengelolaan dan
pengembangan pariwisata Desa Sumberagung khususnya pengembangan berbasis masyarakat.
Kata Kunci: Potensi wisata, Pariwisata berkelanjutan, Masyarakat.

Abstract
The research aims to map the tourism potential of Sumberagung Village and the development
of community-based sustainable tourism. Geographical information is needed to determine the
distribution of tourism potential and to do an inventory of tourism potentials and attractions in
Sumberagung Village. The research method used is a qualitative method with descriptive analysis to
identify the tourism potential of Sumberagung Village and community-based sustainable tourism
development. The research data is the coordinates of the potential and tourist objects, the results of
interviews and photos of potential and tourist objects. The result of the research is that Sumberagung
Village has natural resources that can be developed into tourist objects and can attract tourists. The
management of tourism in Sumberagung Village is not optimal because there is no full community
involvement in developing and managing the tourism potential of Sumberagung Village.
Recommendations are given to provide references in the management and development of tourism in
Sumberagung Village, mainly community-based development.
Key words: Tourism potential, Sustainable tourism, Community
© 2021 Direktorat Kajian Strategis

148
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

PENDAHULUAN merupakan tempat yang memiliki peluang untuk


menjadi objek wisata yang dikomersialkan
Desa Sumberagung terletak di (Nahuelhual, Carmona, Lozada, Jaramillo, &
Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Aguayo, 2013). Analisis potensi wisata bertujuan
Jawa Tengah. Desa Sumberagung memiliki jarak untuk menambah inventarisasi objek wisata yang
12 km dari pusat kecamatan dan 45 km dari pusat mampu dikelola masyarakat (Clarke, 1993) dan
kabupaten. Letak geografis desa Sumberagung mampu menyejahterakan kehidupan masyarakat
adalah 07°59’11” LS, 111°09’36” BT. Luas (Jaelani, dan Handayani, 2020).
wilayah desa Sumberagung adalah 2.238,788 ha Inventarisasi objek wisata menambah
yang terdiri atas pemukiman, wilayah hutan, keberagaman jenis wisata dari suatu wilayah
persawahan, tempat usaha, dan pemakaman. (Ridwan, 2019). Pengembangan potensi wisata
Potensi wisata di desa Sumberagung dilakukan berdasarkan Indicator Sustainable
memerlukan perkembangan yang berkelanjutan Tourism dari Word Tourism Organization
untuk menarik minat wisatawan dan memperbaiki (UNWTO). Indicator Sustainable Tourism
kualitas dari objek wisata (Manuel et al., 2019). digunakan sebagai dasar untuk mengetahui
Peningkatan kualitas dari objek wisata karakteristik potensi wisata di Desa Sumberagung
berdampak positif bagi tingkat kunjungan dan target pengembangan utama untuk
wisatawan (Aurel, Simina, 2016). Desa mendukung pengembangan pariwisata
Sumberagung berada di bentang wilayah yang berkelanjutan (Torres-delgado, 2014). Indikator
memiliki banyak potensi wisata. Objek wisata pengembangan pariwisata menurut UNWTO
yang mulai dikembangkan adalah objek wisata adalah kesejahteraan tuan rumah, terlindunginya
Sendang Wangi dan Jowo Dhuwur View. aset budaya, partisipasi masyarakat, jaminan
Sendang Wangi merupakan objek wisata unik, kesehatan dan keselamatan, manfaat ekonomi,
yaitu berupa sendang atau sumber air yang perlindungan aset alam, pengelolaan sumber daya
memiliki bau belerang, tidak berasa, dan bewarna alam langka, pembatasan dampak, perencanaan
biru. Jowo Dhuwur View merupakan objek dan pengendalian pembangunan. Daya tarik
wisata berbasis alam dengan pemandangan yang wisatawan untuk berkunjung pada sebuah objek
indah dan telah dikelola oleh swasta. wisata menurut Obie (2020) dikelompokkan
Desa Sumberagung memiliki potensi menjadi 3 kelompok besar yaitu: 1) natural
wisata yang tinggi, seperti wilayah hutan dan attractions meliputi sumber daya alam baik biotik
lanskap yang indah serta berada di ketinggian maupun abiotik, 2) build attractions meliputi
dibandingkan daerah sekitar. Selain itu, kearifan sekelompok bangunan atau arsitektur menarik
lokal yang kental masih terasa dari budaya, seperti rumah adat dan bangunan modern, dan 3)
kebiasaan masyarakat, dan makanan tradisional cultural attractions meliputi cerita rakyat
(Gstaettner et al., 2016). Keunggulan seperti peninggalan sejarah kesenian keagamaan yang
lanskap, kearifan lokal, dan budaya mampu kental dan juga menjadi ciri khas pariwisata di
menarik wisatawan dan berpotensi menjadi objek Indonesia.
wisata (Komariah, 2018). Metode yang Strategi pengembangan pariwisata yang
digunakan untuk mengetahui cakupan potensi mampu meningkatkan minat wisatawan dan
wisata serta objek wisata ialah dengan cara memberi fasilitas kepada wisatawan harus
pemetaan (Brown, 2006). Dalam hal ini adalah berawal dari masyarakat sekitar objek wisata
pemetaan potensi objek wisata pada Desa (Pareta, 2013). Pengembangan pariwisata
Sumberagung. berbasis masyarakat atau Community Based
Penyampaian informasi dengan bantuan Tourism (CBT) merupakan prinsip utama dalam
informasi geografis mampu mempermudah memajukan potensi objek wisata dengan
wisatawan untuk mengetahui objek (Wei, 2012). menggerakkan masyarakat sekitar untuk peduli
Informasi geografis salah satunya berbentuk peta dan bekerjasama untuk pengembangan objek
(Queralt & Witte, 1998). Pemetaan objek wisata wisata (Permin, Norn, & Kruse, 1997). Objek
digunakan untuk mengetahui cakupan luas lokasi wisata di Desa Sumberagung dikelola oleh
dan objek wisata maupun potensi wisata masyarakat sekitar yang tergabung dalam
(Sugiarto, Sofyan, Jayadianti, & Wibowo, 2020). Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
Objek wisata yang dipetakan merupakan objek Pokdarwis Desa Sumberagung memiliki
wisata yang telah dikelola dan potensi wisata fokus dalam pengembangan pariwisata berbasis

149
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

sumber daya alam namun pengembangannya masyarakat sekitar melalui teknik wawancara
kurang optimal karena kurangnya kesadaran terbuka dan terstruktur dengan teknik snow ball
sebagian masyarakat dalam memperhatikan objek serta observasi langsung pada titik potensi wisata
wisata dan kurangnya individu dalam di Desa Sumberagung. Data pendukung
pengelolaan. Masyarakat masih lebih memilih menggunakan studi literatur untuk memperkuat
bertani atau merantau sehingga objek wisata dan data utama.
potensial wisata tidak terperhatikan dengan baik.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
memetakan potensi wisata dan mengetahui
karakteristik potensi wisata di Desa Sumberagung Potensi Wisata Desa Sumberagung dengan
sebagai dasar pengembangan pariwisata Informasi Geografis
berkelanjutan. Potensi wisata Desa Sumberagung
dengan informasi geografis dipilih untuk
METODE memudahkan dalam memaparkan sebaran potensi
wisata (Rahayuningsih, Muntasib, & Budi, 2016).
Penelitian ini merupakan penelitian Informasi geografis merupakan alat untuk
kualitatif dengan metode analisis data, yaitu memperjelas sebaran dengan interpretasi kondisi
analisis deskriptif kualitatif. Penelitian kawasan aslinya (Ghorbanzadeh, Pourmoradian,
dilaksanakan di Desa Sumberagung, Kecamatan & Blaschke, 2019). Desa Sumberagung memiliki
Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa potensi wisata yang mampu menjadi peluang
Tengah. Prosedur penelitian meliputi proses untuk masyarakat sekitar demi meningkatkan
perencanaan, yaitu mengenai pertanyaan kesejahteraan.
wawancara, dan pengumpulan informasi tata Potensi wisata dari Desa Sumberagung
letak dari Desa Sumberagung dan persebaran dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu
objek wisata yang ada. Pelaksanaan penelitian potensi wisata alami, potensi wisata buatan, dan
dilakukan dengan observasi lapangan dan potensi wisata edukasi. Potensi wisata Desa
pengumpulan data berupa hasil wawancara, foto Sumberagung mampu dikembangkan menjadi
lanskap, dan titik persebaran potensi wisata di objek wisata yang khas dan berpotensi menarik
Desa Sumberagung. Tahap analisis data beserta wisatawan. Pengembangan potensi wisata terkait
reduksi dilakukan berdasarkan tujuan penelitian. dengan berbagai pihak, dari masyarakat lokal
Data penelitian diperoleh dalam bentuk titik sampai pihak pemerintah, dan sumber pendanaan
koordinat objek wisata sebagai dasar pemetaan (Fundeanu, 2015). Pariwisata yang dikelola
yang didapat dari observasi lapangan, foto masyarakat mampu menjadi pusat kegiatan dan
lanskap wilayah kajian, potensi objek wisata, pemerataan penghasilan dari bidang pariwisata
rencana pengembangan objek wisata, (Lekaota, 2015). Informasi kawasan dan sebaran
pengelolaan, dan aksi masyarakat untuk potensi wisata dari Desa Sumberagung disajikan
pariwisata yang diperoleh dari wawancara pada Gambar. 1.
Pokdarwis dan observasi langsung.
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan mewawancarai Pokdarwis atau

150
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Gambar 1. Sebaran Potensi Wisata Desa Sumberagung

Berdasarkan data informasi geografis agrowisata kebun kelengkeng dengan luas sekitar
pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa kawasan 6 ha dengan konsep wisata dan edukasi.
terbesar dari Desa Sumberagung adalah lahan Desa Sumberagung memiliki banyak
persawahan, lahan perkebunan, dan kawasan jenis potensi wisata, yaitu Sendang Gua, Sendang
hutan. Kekayaan alam menjadi potensi yang baik Pancur, Sendang Dhuwur. Sendang merupakan
untuk pengembangan desa wisata (Kim et al., sumber air alami yang biasa muncul di dalam
2015). Desa Sumberagung memiliki potensi tanah dan memiliki kualitas air yang jernih
wisata yang tersebar secara merata dan memiliki (Suwarno, 2021). Sendang di Desa Sumberagung
3 objek wisata yang telah dikenal masyarakat, kebanyakan hanya dimanfaatkan oleh masyarakat
yaitu Sendang Wangi Indah, Jowo Dhuwur View, sekitar sebagai sumber air bagi kebutuhan sehari-
dan Agrowisata Kebun Kelengkeng. hari. Kekayaan alam sumber mata air mampu
Objek wisata Sendang Wangi Indah dimanfaatkan (Folgado-Fernández, Di-Clemente,
memiliki ciri khas, yaitu sumber air alami yang 2019) dan dikembangkan menjadi objek wisata
mengandung sulfur atau belerang rendah dengan berbasis alam (Cole, 2015), kolam alami, dan
bau khas yang dipercaya masyarakat sebagai dimodifikasi sehingga mampu menarik minat
sarana penyembuhan penyakit kulit. Selain itu, wisatawan. Potensi wisata lainnya berada pada
cerita rakyat mengenai Sendang Wangi Indah kawasan hutan dan kawasan persawahan. Potensi
masih berkaitan dengan kejayaan Kerajaan wisata yang mampu dikembangkan pada kawasan
Demak. Keunikan lain dari Sendang Wangi Indah hutan adalah area bumi perkemahan dan dapat
adalah lokasinya jauh dari gunung berapi namun dikembangkan dengan fasilitas kegiatan luar
memiliki sumber air dengan kadar belerang atau ruangan lainnya, seperti outbond dan penunjang
sulfur dan beraroma khas. Objek wisata lainnya lainnya (Smith et al., 2018). Kawasan hutan
adalah Jowo Dhuwur View, yakni objek wisata terdapat jalur tracking pendek atau rute bersepeda
semibuatan yang memadukan pemandangan alam di tengah hutan jati yang dapat dimanfaatkan dan
dengan bangunan, dekorasi modern, dan memiliki nilai jual. Kawasan persawahan
memiliki potensi jalur tracking pagi di area

151
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

persawahan dan mampu dikembangkan menjadi pengembangan pariwisata terhadap


wisata edukasi penanaman padi untuk keseimbangan alam karena pengembangan
mengetahui budaya masyarakat dalam bertani. pariwisata harus disertai upaya pelestarian salam
Wisata tracking mampu menarik wisatawan menjaga sumber daya alam; 2) sosial
khususnya wisatawan asing (Gurung, 2008). adaptability, yaitu kemampuan beradaptasi
Potensi wisata lainnya dari Desa masyarakat akan adanya pengembangan dalam
Sumberagung adalah agrowisata. Agrowisata bidang pariwisata karena harus melibatkan sosial
merupakan pariwisata yang berkonsep pertanian masyarakat, sehingga sangat diperlukan
dan mengintegrasikan nilai pendidikan contohnya: pengembangan rumah masyarakat
(Romanenko, 2020). Kawasan Desa untuk guesthouse, objek wisata budaya
Sumberagung memiliki lingkungan yang masyarakat lokal, dan kawasan sosial ekonomi
mendukung baik pertumbuhan tanaman buah. seperti pasar tradisional; dan 3) cultural
Dengan demikian, kawasan Desa Sumberagung sustainability, yaitu pengembangan pariwisata
memiliki banyak potensi kawasan agrowisata tidak memberi pengaruh perubahan atau dampak
buah, contohnya agrowisata buah kelengkeng, negatif terhadap kebudayaan masyarakat sekitar
agrowisata buah sawo, dan agrowisata buah dan mampu mengembangkan kebudayaan lokal
alpukat. Potensi wisata bidang agrowisata mampu sebagai daya tarik wisatawan.
menjadi wisata unggulan yang menyajikan sarana Kebudayaan merupakan salah satu daya
pariwisata sambil belajar (Macfarland, 2019). tarik wisata, khususnya Indonesia.
Desa Sumberagung didukung potensi Pengembangan wisata untuk komponen kultural
wisata kuliner khas yang jarang ditemukan di mampu dilakukan dengan menyajikan unsur
daerah lain, yaitu masakan nasi jagung goreng. legenda mitologi daerah, cerita folklor, asal usul
Nasi ini merupakan olahan dari jagung yang desa, dan upaya-upaya yang dilakukan
digiling dan diproses sedemikian rupa sehingga masyarakat untuk mempertahankan suatu
menyerupai nasi yang diolah lagi dengan cara kebudayaan tradisional.
digoreng. Wisata kuliner mampu menjadi daya Pariwisata berbasis masyarakat atau
tarik penunjang atau bahkan tujuan utama Community Based Tourism (CBT) merupakan
wisatawan untuk mengunjungi sebuah objek upaya untuk melibatkan masyarakat di sekitar
(Seyitoğlu, 2020). Potensi lainnya adalah pusat objek wisata untuk bersama mengembangkan
oleh-oleh khas Desa Sumberagung, yaitu olahan pariwisata (Okazaki, 2008). Masyarakat lokal
kacang mete/cashew nuts. Desa Sumberagung memiliki peran penting dalam pengelolaan
merupakan salah satu daerah penghasil kacang (Amerta, 2017) dan menjaga kelestarian
mete dari tumbuhan yang dikenal jambu monyet lingkungan sekitar objek pariwisata agar tetap
(Annacardium ocidentale). memperhatikan kelestarian lingkungan
(Ghoddousi, Pintassilgo & Mendes, 2018). selain
Rekomendasi Pengelolaan dan Pengembangan itu, keterlibatan dalam sektor pariwisata akan
Pariwisata Berbasis Masyarakat di Desa mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sumberagung Optimalisasi pengembangan pariwisata
Pengelolaan lebih lanjut dan berkelanjutan berbasis masyarakat memiliki
pengembangan pariwisata sangat dibutuhkan. beberapa konsep penting menurut Okazaki,
Pariwisata berkelanjutan merupakan upaya atau (2008) yaitu partisipasi masyarakat,
konsep jangka panjang dari sebuah pengelolaan enterpeunership dalam pariwisata, peran
pariwisata dengan mempertimbangkan aspek masyarakat untuk konservasi lingkungan, dan
ekonomi, sosial, dan kelestarian lingkungan, peran local leader dalam pengembangan
berlaku untuk masa kini dan masa yang akan pariwisata. Konsep penting dalam partisipasi
datang (UNWTO). Sustainable development masyarakat dan enterpunership mampu
menurut Munt & Moforth (1998) meliputi 3 ditingkatkan dalam skala rumah tangga dengan
komponen penting, yaitu 1) ecologycal mengembangkan wisata makanan lokal, dan
sustainable, yaitu kajian bentang alam dengan menyajikan sarana edukasi untuk melihat
mempertimbangkan semua dampak langsung pembuatan makanan lokal dengan

152
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

experience ikut dalam proses pembuatan. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
Optimalisasi pengembangan wisata juga mampu sangat dibutuhkan melalui edukasi kepada
dilakukan dengan wisata insitu kultur dengan masyarakat secara langsung atau
mengadopsi budaya sekitar (Liu, 2014) untuk memberipercontohan serta sosialisasi dari
disajikan kepada wisatawan dan menambah pemerintah setempat sehingga masyarakat sadar
kekayaan budaya yang disajikan dalam suatu akan potensi wisata yang dapat dikembangkan.
kompleks wisata. Rekomendasi yang diberikan adalah
Pengembangan pariwisata berkelanjutan eksplorasi potensi wisata yang tertera pada
berbasis masyarakat di Desa Sumberagung harus Gambar. 1 (Pemetaan potensi wisata) sehingga
lebih ditingkatkan untuk mengajak seluruh mampu digunakan dan dibuka sebagai objek
elemen masyarakat untuk sadar wisata. Daerah wisata pendamping dari objek wisata utama.
dengan kepemilikan sumber daya alam yang Promosi wisata Desa Sumberagung
melimpah sangat potensial untuk dimanfaatkan masih perlu ditingkatkan mampu menarik
sebagai objek wisata yang mampu meningkatkan wisatawan untuk mengunjungi Desa
kesejahteraan masyarakat sekitar `(Fennell, Sumberagung. Masyarakat pengelola wisata Desa
2000). Masyarakat harus lebih menyadari potensi Sumberagung mampu memanfaatkan media
wisata di Desa Sumberagung yang dapat sosial, media cetak, dan bekerjasama dengan
dikembangkan sehingga mampu menopang pemerintah setempat untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar. promosi wisata (Zeng & Gerritsen, 2014). Desa
Desa Sumberagung memiliki banyak Sumberagung. Promosi pariwisata dilakukan
sumber daya alam yang sebagian besar belum untuk memberitahukan atau meningkatkan
dikembangkan bahkan belum disadari oleh jumlah wisatawan agar tertarik berkunjung ke
masyarakat. Masyarakat Desa Sumberagung daerah yang telah dipromosikan (Edwards &
memiliki keramah-tamahan yang baik, kebiasaan Curado, 2003). Dengan demikian, promosi
bertani yang mampu dimanfaatkan sebagai dilakukan secara efektif dan tepat sasaran karena
agroedutourism (Ghimire, Centre, & Asia, 2011), wisatawan mempunyai kemampuan dan
dan wisata kuliner khas yang hanya ditemui di keinginan yang berbeda-beda (Madasu, 2013).
Desa Sumberagung. Apabila hal itu Pengembangan usaha masyarakat sangat
dikembangkan, desa ini akan mampu menjadi dibutuhkan. Usaha masyarakat yang memberi
desa wisata yang dapat menyejahterakan fasilitas atau barang sangat diperlukan guna
masyarakat. meningkatkan daya beli wisatawan serta
Pengembangan pariwisata berkelanjutan kesejahteraan masyarakat (Peric, 2017).
berbasis masyarakat mengacu pada 7 indikator Penjualan seperti cenderamata, oleh-oleh khas,
menurut Keliwar, (2013), yaitu pengelolaan atau wisata kuliner masih perlu ditingkatkan
fasilitas, aksesibilitas, promosi, kemitraan, kuantitasnya. Pembagian zonasi dapat dilakukan
pemberdayaan masyarakat, kelestarian alam, dan untuk persebaran titik pelaku usaha dan
budaya. Berdasarkan indikator tersebut, memenuhi daya beli wisatawan di setiap
pengelolaan pariwisata di Desa Sumberagung persebaran zonasi wisata (Job, Becken, & Lane,
belum memenuhi kriteria pengembangan wisata 2017).
yang berkelanjutan berbasis masyarakat. Pengembangan kawasan pertanian dapat
Pemberdayaan masyarakat merupakan dijadikan sebagai salah satu objek wisata Desa
dasar untuk mewujudkan pariwisata Sumberagung. Kawasan pertanian mampu
berkelanjutan berbasis masyarakat (Piartrini, memberi pengalaman pariwisata sekaligus
2018). Masyarakat berperan penting dalam mengedukasi wisatawan (Liang, You, Ji, & Chen,
pengelolaan, aksesibilitas, penyedia jasa, dan 2020). Pembuatan jalur tracking mengelilingi
kelestarian alam (Sutawa, 2012). Keterlibatan persawahan, pengalaman menanam padi,
masyarakat sekitar sangat penting karena Desa pengalaman membajak sawah, hingga menikmati
Sumberagung memiliki potensi wisata yang makanan khas di gubuk tengah persawahan
masih mampu dikembangkan lagi dan perlu peran merupakan konsep matang dalam pengelolaan
aktif dari masyarakat Desa Sumberagung. dan pengembangan pariwisata kawasan

153
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

pertanian. Agroedutourism mampu memberi alam. Potensi wisata sumber air sebagai ikon
edukasi, khususnya pada anak-anak, untuk Desa Sumberagung dapat dikembangkan menjadi
memahami proses penanaman padi sebagai kolam renang alami. Potensi wisata lainnya juga
penghasil beras dan menghargai jasa para petani perlu dikembangkan, seperti potensi agrowisata,
(Belias, Velissariou, & Kyriakou, 2018). potensi wisata kawasan hutan dan pertanian, serta
Pengembangan kawasan hutan Desa usaha masyarakat, seperti oleh-oleh khas dan
Sumberagung perlu di eksplorasi lebih jauh. Desa kuliner khas Desa Sumberagung. Pengembangan
Sumberagung memiliki kawasan hutan luas yang pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat
didominasi hutan pohon jati. Kawasan hutan jati dapat terus dilakukan. Pengembangan berfokus
memiliki jalan setapak yang dapat digunakan pada sumber daya manusia untuk lebih sadar
sebagai objek wisata soft tracking atau lintasan wisata dengan memperhatikan indikator
sepeda dalam hutan atau down hill. Kawasan sustainable tourism dan mewujudkan kawasan
hutan juga memiliki daya tarik yang menjual, pariwisata kompleks yang mampu menjadi mata
yaitu wisata biodiversitas burung (Panuela & pencaharian masyarakat. Pengembangan
Winton, 2017). Kegiatan bird watching dapat pariwisata tidak lepas dari dukungan para
dilakukan dengan jalur soft tracking (Istomina & stakeholder terkait.
Luzhkova, 2016) yang telah ditentukan. Kawasan
hutan Desa Sumberagung memiliki camp ground DAFTAR PUSTAKA
(Gambar 1.) yang dapat dikembangkan untuk
wisata camping dan outbond bagi wisatawan Amerta, I. M. S. (2017). The Role of Tourism
dengan suasana hutan yang asri. Lokasi camp Stakeholders at Jasri Tourism Village
ground juga berdekatan dengan sumber air Development, Karangasem Regency.
sehingga mampu mengakomodasi kebutuhan air International Journal of Social Sciences and
untuk perkemahan. Humanities, 1 (2), 20–28.
Pengembangan sendang atau sumber air Aurel, M., Simina, A., & Ț, Ș. (2016). Measuring
Desa Sumberagung diperlukan untuk menambah Service Quality in Tourism Industry. Social
inventarisasi objek wisata. Objek wisata sumber and Behavioral Science, 221, 294–301.
air yang telah dikelola hanya Sendang Wangi https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.05.11
Indah dan merupakan sumber air dengan aroma 8.
belerang. Akan tetapi, tidak semua wisatawan Belias, D., Velissariou, E., & Kyriakou, D.
tahan dengan bau belerang pada Sendang Wangi (2018). Tourism Consumer Behavior and
Indah, sehingga diperlukan pengembangan dan Alternative Tourism : The Case of
pengelolaan sumber air nonbelerang untuk Agrotourism in Greece. Innovative
dijadikan objek wisata. Desa Sumberagung Approaches to Tourism and Leisure, 465–
memiliki banyak sumber air dengan kekhasan 478.
masing-masing. Sumber air Desa Sumberagung Brown, G. (2006). Mapping Landscape Values
dapat dikembangkan menjadi kolam renang alami and Development Preferences: a Method for
(Febriana, 2015) yang lebih dipilih wisatawan Tourism and Residential Development
karena kolam renang komersial memiliki Planning. International Journal of Tourism
kandungan kaporit tinggi. Pengembangan wisata Research, 113, 101–113.
sumber air perlu dukungan dari pemerintah atau Clarke, H. R. (1993). Tourism, Economic Welfare
investor serta pengelolaan berkelanjutan dari and Efficient Pricing. Annals of Tourism
masyarakat sekitar dan memperhatikan Research, 20, 613–632.
kelestarian alam. Dhan Gurung, K. S. (2008). Ecotourism in Bhutan
Extending its Benefits to Rural
SIMPULAN Communities. Annals of Tourism Research,
35(2), 489–508.
Desa Sumberagung memiliki potensi https://doi.org/10.1016/j.annals.2008.02.00
wisata yang strategis untuk dikembangkan secara 4.
menyeluruh untuk menjadi objek wisata berbasis Edwards, P., & Curado, A. (2003). The Promotion

154
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

of Tourism through Key Concepts and Henrik Permin, Svend Norn, Edith Kruse, P. R.
Specific Discourse. LSP & Professional K. (2013). Pola Pengelolaan Ekowisata
Communication, 3 (1), 26–42. Berbasis Komunitas di Taman Nasional
Febriana, W. W. (2015). Persepsi Wisatawan Gunung Halimun Salak. Jurnal Nasional
tentang Daya Tarik Wisata Pemandian Pariwisata, 5, 110–125.
TirtaAlami Kabupaten Padang Pariaman. Henrik Permin, Svend Norn, Edith Kruse, P. R.
Journal of Home Economics and Tourism. K. (2016). On the history of Cinchona bark
Fennell, D. A. (2000). What â€TM s in a Name ? in the treatment of Malaria. Medicinhist
Conceptualizing Natural Resource-Based Arbog, 9–30.
Tourism What â€TM s in a Name ? Istomina, E. A., & Luzhkova, N. M. (2016).
Conceptualizing Natural Resource-Based Birdwatching Tourism Infrastructure
Tourism. Tourism Recreation Research, 25 Planning in the Ria Formosa Natural Park (
(1), 97–100. Portugal ). Geography and Natural
https://doi.org/10.1080/02508281.2000.110 Resources, 37 (4), 371–378.
14903. https://doi.org/10.1134/S187537281604012
Fundeanu, D. D. (2015). Innovative Regional 0.
Cluster , Model of Tourism Development. Jaelani, A. K., I Gusti Ayu Ketut Rachmi
Procedia Economics and Finance, 23, 744– Handayani, L. K. (2020). Development of
749. https://doi.org/10.1016/S2212- Tourism Based on Geographic Indication
5671(15)00501-8. Towards to Welfare State. International
Ghimire, S., Centre, N., & Asia, S. (2011). Journal of Advanced Science and
Community Participation For Environment- Technology, 29 (3), 1227–1234.
friendly Tourism : The Avenue For Local Job, H., Becken, S., & Lane, B. (2017). Protected
Peace. The Journal of Tourism and Peace Areas in a neoliberal world and the role of
Research, 2 (1), 55–69. tourism in supporting conservation and
Ghoddousi, S., Pintassilgo, P., Mendes, J., & sustainable development : an assessment of
Ghoddousi, A. (2018). Tourism and nature strategic planning , zoning , impact
conservation : A case study in Golestan monitoring , and tourism management at
National Park , Iran. Tourism Management natural World Heritage Sites. Journal of
Perspectives, 26, 20–27. Sustainable Tourism, 25 (12), 1697–1718.
https://doi.org/10.1016/j.tmp.2017.12.006. https://doi.org/10.1080/09669582.2017.137
Ghorbanzadeh, O., Pourmoradian, S., & 7432.
Blaschke, T. (2019). Mapping potential José Antonio Folgado-Fernández , Elide Di-
nature-based tourism areas by applying Clemente, J. M. H.-M. and A. M. C.-C.
GIS-decision making systems in East. (2019). Water Tourism : A New Strategy for
Journal of Ecotourism, 1–23. the Sustainable Management of Water-
https://doi.org/10.1080/14724049.2019.159 Based Ecosystems and. Land, 8 (2).
7876. https://doi.org/10.3390/land8010002.
Gstaettner, A. M., Lee, D., Rodger, K., Maria, A., Kim, H., Lee, S., Uysal, M., Kim, J., Ahn, K.,
Lee, D., & Rodger, K. (2016). Current Kim, H., … Kim, J. (2015). Nature-Based
Issues in Tourism The concept of risk in Tourism : Motivation and Subjective Well-
nature-based tourism and recreation – a Being. Journal of Travel & Tourism
systematic literature review. Current Issues Marketing.
in Tourism, 0 (0), 1–26. https://doi.org/10.1080/10548408.2014.997
https://doi.org/10.1080/13683500.2016.124 958.
4174. Komariah, N. (2018). Development of Tourist
Henrik Permin, Svend Norn, Edith Kruse, P. R. Village Based on Local Wisdom. Journal of
K. (1997). On the history of Cinchona bark Enviromental Management and Tourism,
in the treatment of Malaria. Annnals of IX(6), 14505.
Tourism Research, 24 (3), 566–591. https://doi.org/10.14505/jemt.v9.6(30).05.

155
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Lekaota, L. (2015). The importance of rural Tourism Model : Its Conception and Use A
communities’ participation in the Community-Based Tourism Model :
management of tourism management. Journal of Sustainable Tourism, 16 (5),
Worldwide Hospitality and Tourism 511–529. https://doi.org/10.2167/jost782.0.
Themes, 7 (5), 435–462. Pareta, K. (2013). Remote Sensing and GIS Based
Liu, Y. (2014). Cultural Events and Cultural Site Suitability Analysis for Tourism
Tourism Development : Lessons from the Development. International Journal of
European Capitals of Culture Cultural Advanced Research in Engineering and
Events and Cultural Tourism Development : Applied Sciences, 2 (5), 43–58.
Lessons from the European Capitals of Peric, M. (2017). Organising for community-
Culture. European Planning Studies, based tourism : Comparing attitudes of local
(November), 37–41. residents and local tourism entrepreneurs in
https://doi.org/10.1080/09654313.2012.752 Ravna. Local Economy, 32 (7), 678–691.
442. https://doi.org/10.1177/0269094217734811
Macfarland, G. (2019). Correlation between Piartrini, P. S. (2018). The Relationship Among
Creative Tourism and Agrotourism Services Community Based Tourism Application ,
Experiences: An Empirical Research in the Community Attitude , Community
Mexican Rural Tourism Environment. Empowerment and Community Life
Journal of Applied Business and Economics, Satisfaction. E-Journal of Tourism, 5 (2),
21 (2). 130–143.
Madasu. (2013). Social Media Marketing and Queralt, M., & Witte, A. D. (1998). A Map for
Promoting of Tourism. Management You ? Geographic Information Systems in
Insight. the Social Services. Social Work, 43 (5),
Manuel, J., Martínez, G., María, J., Martín, M., 455–469.
Antonio, J., Fernández, S., & Mogorrón- Rahayuningsih, T., Muntasib, E. K. S. H., & Budi,
guerrero, H. (2019). An analysis of the L. (2016). Nature Based Tourism Resources
stability of rural tourism as a desired Assessment Using Geographic Information
condition for sustainable tourism. Journal of System ( GIS ): Case Study in Bogor.
Business Research, 100, 165–174. Procedia Enviromental Sciences, 33, 365–
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.03.0 375.
33. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2016.03.0
Munt, & Moforth. (2003). Tourism and 87.
Sustainablility. Horizontes Antropologicos, Ridwan, M. (2019). Inventory of Tourism Object
9 (20), 185–203. Based on Sinjai District Geographic
Nahuelhual, L., Carmona, A., Lozada, P., Information System. Prosiding Seminar
Jaramillo, A., & Aguayo, M. (2013). Nasional Pariwisata, 122.
Mapping recreation and ecotourism as a Romanenko, Y. O. (2020). AGRO-TOURISM
cultural ecosystem service : An application ACTIVITIES. International Journal of
at the local level in Southern Chile. Applied Management (IJM), 11 (4), 605–613.
Geography, 40, 71–82. Rong, A., Liang, D., You, Y., Ji, D., & Chen, P.
https://doi.org/10.1016/j.apgeog.2012.12.0 (2020). Journal of Hospitality and Tourism
04. Management Case studies on co-branding
Obie, M. (2020). Cultural and Natural Resources and farm tourism : Best match between farm
as a Tourism Destination in Gorontalo image and experience activities. Journal of
Regency-Indonesia: Its Potentials, Hospitality and Tourism Management, 42
Problemss, and Development. International (November 2019), 107–118.
Journal of Tourism & Hospitality Reviews, https://doi.org/10.1016/j.jhtm.2019.11.009.
6 (2), 01–07. Seyitoğlu, F. (2020). Tourist Experiences of
https://doi.org/10.18510/ijthr.2019.621. Guided Culinary Tours : The Case of
Okazaki, E. (2008). A Community-Based Istanbul Tourist Experiences of Guided

156
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Culinary Tours : The Case of. Journal of 94.


Culinary Science & Technology, 0 (0), 1– Winton, P. &. (2017). Economic and
22. Conservation Potential of Bird-Watching
https://doi.org/10.1080/15428052.2020.171 Tourism in Postconflict Colombia. Tropical
2289. Conservation Science, 10, 1–6.
Smith, A., Robbins, D., Dickinson, J. E., Smith, https://doi.org/10.1177/1940082917733862
A., Robbins, D., Defining, J. E. D., … .
Dickinson, J. E. (2018). Defining Zeng, B., & Gerritsen, R. (2014). What do we
sustainable transport in rural tourism : know about social media in tourism ? A
experiences from the New Forest. Journal of review. Toursm Management Perspective,
Sustainable Tourism. 10, 27–36.
https://doi.org/10.1080/09669582.2017.140 https://doi.org/10.1016/j.tmp.2014.01.001.
1633.
Stroma Cole, M. B. (2015). Tourism and Water
Inequity in Bali : A Social-Ecological
Systems Analysis. Human Ecology, 43(3).
https://doi.org/10.1007/s10745-015-9739-
z.
Sugiarto, M., Sofyan, H., Jayadianti, H., &
Wibowo, R. (2020). Mapping Of Village
Tourism Potential In The Framework Of
Implementing Community-Based Tourism.
PSS, 1 (1), 218–229.
Sutawa, G. K. (2012). Issues on Bali Tourism
Development and Community
Empowerment to Support Sustainable
Tourism Development. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 4 (Icsmed), 413–
422. https://doi.org/10.1016/S2212-
5671(12)00356-5.
Suwarno, Teguh Pramono, D. S. (2021).
Pemberdayaan Sendang Markinah di era
wabah Covid 19 dalam upaya peningkatan
kesejahteraan Masyarakat di Desa Plaosan,
Wates Kabupaten Kediri Jawa Timur.
Dinamika Hukum Dan Masyarakat, 3 (1).
http://dx.doi.org/10.30737/dhm.v1i1.1587.g
1381.
Torres-delgado, A. (2014). Using indicators to
assess sustainable tourism development : a
review. Tourism Geographies : An
International Journal of Tourism Space ,
Place and Enviroment, 16 (1), 37–47.
https://doi.org/10.1080/14616688.2013.867
530.
Wei, W. (2012). Research on the Application of
Geographic Information System in Tourism
Management *. Procedia Enviromental
Sciences, 12 (Icese 2011), 1104–1109.
https://doi.org/10.1016/j.proenv.2012.01.3

157
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

MINAT BERWISATA KAUM MILENIAL DI ERA NEW


NORMAL
Millennials Interest in Touring in The New Normal Era
Ramayani1 Yusuf 2, Mira Veranita2
1
Politeknik Piksi Ganesha, Bandung, Indonesia
2
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia
3
Universitas Pasundan, Bandung, Indonesia
Email: yusuframayani1907459@upi.edu

Diterima: 18 Pebruari 2021. Disetujui: 7 Nopember 2021. Dipublikasikan: Desember


2021

Abstrak

Sejak pandemi Covid-19 merebak, keinginan generasi milenial terhadap pariwisata


harus tertahan. Pemerintah telah memberlakukan banyak pembatasan kegiatan sosial untuk
mencegah penyebaran virus Covid-19. Padahal, menurut beberapa penelitian, sebelum
pandemi ini melanda, kaum milenial melakukan perjalanan setidaknya setahun sekali.
Dunia pariwisata merupakan sektor yang paling rentan terhadap krisis dan bencana,
termasuk krisis kesehatan yang kita hadapi. Padahal para milenial ini merupakan kelompok
yang cukup andal untuk meramaikan dunia traveling, kunjungan wisata, dan mendukung
perkembangan pariwisata di Indonesia. Kedekatan mereka dengan dunia dengan
perkembangan teknologi digital, bisnis online dan media sosial sangat membantu
penyebaran informasi tentang pariwisata, tidak hanya pariwisata nasional, tetapi juga
internasional. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian
deskriptif kuantitatif dengan metode survei menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data. Pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan mulai tanggal 11 Mei
sampai dengan 28 Juni 2021 dengan sampel sebanyak 312 kuesioner. Hasil analisis
menunjukkan bahwa destinasi lokal yang paling diminati kaum milenial saat ini adalah
Pantai Pangandaran. Pemerintah Daerah Pangandaran khususnya Dinas Pariwisata,
tentunya sudah mulai bersiap menyambut kunjungan wisatawan khususnya dari kalangan
Milenial. Pariwisata Pangandaran tidak hanya harus menyiapkan objek wisata yang lebih
instagramable, fasilitas yang lebih menarik dengan SDM yang siap membantu dan
melayani wisatawan dengan kualitas pelayanan yang baik tetapi juga terus melindungi dari
ancaman penularan virus Covid-19.

Kata Kunci: Covid-19; Era New Normal; Kaum Milenial; Wisata

Abstract

Since the Covid-19 pandemic has spread, the millennial generation's desire for tourism has
had stuck. The government enforces many restrictions on social activities to prevent the
spread of the Covid-19 virus. In fact, according to several studies, before this pandemic
hit, millennials traveled at least once a year. Tourism is the most vulnerable sector to crises
and disasters, including the health crisis we are going through. Even though these
millennials are a group that is reliable enough to enliven the world of traveling, tourist
visits, and supporting the development of tourism in Indonesia. Their closeness to the world
with the development of digital technology, online business, and social media helps
information dissemination about tourism, not only national tourism, but also international.
158
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

The research method used by the researcher is a descriptive quantitative research method
with a survey method using a questionnaire as a data collection tool. Data collection
through questionnaires was carried out from May 11 to June 28, 2021, with a sample of
312 questionnaires. The analysis shows that the local destination that most attracts
millennials today is Pangandaran Beach. Pangandaran Regional Government especially
the Department of Tourism, must have started preparing to welcome tourist visits,
particularly Millennials. Pangandaran tourism must prepare tourist objects that are more
Instagram-able, more attractive facilities with human resources who are ready to help and
serve tourists with good service quality but also continue to protect against the threat of
transmission of the Covid-19 virus.

Keywords: Covid-19; Millennials; The New Normal Era; travel

© 2021 Direktorat Kajian Strategis

INTRODUCTION generation, also known as millennials,


possess the highest interest to travel.
In 2020, the global outbreak of According to the observation conducted by
Covid-19 had made an impact on a variety Vina (2020), a millennial generation which
of different industries. (Veranita et al., consists of youngsters aged 20-39 years
2021). In 2020, the global epidemic of old, are commonly tech-savvy and familiar
Covid-19 had made a huge impact on a with tremendous varieties of mobile
variety of other industries. Based on data in applications. On the other hand, Reves and
the Tourism Trends Book from the Oh (2007) defined the millennial
Ministry of Tourism and Creative generation as people born between 1981-
Economy, since April 2020, foreign 2000. The millennial generation is
tourists entering Indonesia have fallen to recognized worldwide, not only in
158,000 and continued to decline until Indonesia. Moreover, millennials like to
now. The decline in tourist visits has also travel extensively nationally and
caused an impact on other sectors, such as internationally.
transportation, tourism, catering, retail and Teenagers in Indonesia, dubbed
entertainment. The World Tourism and the millennial generation, have recently
Travel Council (WTTC) estimated that become a hot topic of conversation. Apart
Covid-19 causes the global tourism from their relationship with education and
industry to suffer huge losses totaling at technology, their lifestyles differ from
least 22 billion dollars (Zhu et al., 2020) previous generations in interests and
The tourism industry has an hobbies. As is commonly known,
essential role in the country’s foreign millennials, or frequently referred to as
exchange earnings. Therefore, effective Generation Y, are a generation born after
communication about tourism in Indonesia Generation X. Their birth years range from
is one of the influential aspects in the 1980s to the 2000s. By 2020, the
promoting tourism in the archipelago. millennial generation will account for
Furthermore, the ease of finding relevant approximately 34% of the Indonesian
information about a country’s tourist population, followed by 20% of generation
destinations is a dominant factor X and 13% of the baby boomers (born
influencing the number of tourists visiting 1946 to 1964).
the country (Nurfalah & Wihayati, 2000). The millennial generation's
Everyone has a right to travel, even interest in travel is unique, mainly due to
if you are a child or an elderly (Zelazo et digital media technology development,
al., 2008). However, the younger online marketing, and social media.
159
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

This generation of millennials is Crow and crow (1989) defined


on the verge of using the internet. So that interest as the strength of motives that
they can easily accept and absorb various cause an individual to pay close attention
types of information. Additionally, this to certain people, objects, or activities. It
generation prefers non-cash transactions illustrates reasons why a person is attracted
and is generally capable of working faster to particular objects, people, or activities
and cleverer due to the appearance of over others (Riki Darmadi, 2017). Interest
technology. Additionally, technological can also act as a guiding principle for a
advancements encourage millennials to be person to make a decision.
multitaskers. This behavior has Interest is a psychological
conditioned millennials to perform two to statement that cannot be directly
three jobs concurrently. observed. However, it is possible to
The factors mentioned previously observe its dynamics or manifestations in a
have a significant impact on their desire to person’s actions or behavior. In
travel. The millennial generation is quick conclusion, interest is a psychological
to acquire information about unique, aspect that plays a very dominant role in
attractive, and must-see tourist attractions. causing the behavior. Interest is a sense of
When combined with the rapid growth of attraction towards an object based on
social media, they are vying for placement relevant preferences resulting in the desire
in tourist attractions. There is a sense of to get involved with the object. It is
accomplishment for those who can visit performing as a strong urge to get closer,
and travel to beautiful and attractive reasonably more active and deeper,
locations, document them with spontaneous and more selective
photographs and videos, and share them. relationship with a particular object.
However, with the spread of the Interest has two essential
Covid-19 pandemic, the millennial elements, namely motives and attention.
generation's desire for tourism has been Motive is a psychological force that leads a
curtailed. To halt the spread of the Covid- person to decide something about their
19 virus, the government has imposed interest. On the other hand, attention is a
numerous restrictions on social activities. mental concentration toward a specific
Indeed, several studies indicate that, before object. Interest may emerge and increases
the pandemic, millennials traveled at least after a person has acquired complete
once a year. Tourism is the sector most information about an object, so the object
susceptible to crises and disasters, of interest generally revolves around things
including the current health crisis. Even that were recognized before. The more
though these millennials are the trusted interests an individual gives to an object,
group capable of activating the world of the more active the projected individual
travel, tourist visits, and supporting involvement in the object is.
tourism development in Indonesia. Their According to research conducted
global connectivity, facilitated by the by Pintrich and Schunk (1996), several
development of digital technology, online aspects related to the interest, namely: a.
commerce, and social media, significantly general attitude toward the activity, refers
aids in information dissemination about to an individual’s like and dislike tendency
tourism, domestic and international. The behavior toward the activity; b. Specific
highlighted issue is interesting to review preference for or like the activity. An
further, for that the authors are willing to individual will decide whether they are
conduct research entitled “Millennial willing to do the activity or not; c.
Traveling Intentions after the Covid-19 enjoyment of the activity, that is, an
Pandemic.” individual’s positive feeling about
everything related to their actions; d.
160
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

personal interests or significant activities to forests, or national and marine parks. Then,
individuals. An individual feels that the they set to various activities like rafting
activities performed have a meaningful tours, jungle explorers, bird watching,
value; e. intrinsic interest in the content of scuba diving, exploring natural caves,
the activity, which means there are pleasant surfing, diving, and so on; b. Tourists’
feelings in the activity; f. reported choice presence recognized, physically, mentally,
of or participation in the activity. and emotionally towards the places they
Logically, an individual will visit. The object of the attractions is closely
participate in any activity that they prefer. related to cultural tourism includes cultural
Furthermore, Crow dan Crow (1989) stated heritage and direct exposure to the culture
three factors influence the interest, namely: with the local people. This type of tourist
a. inner urges which refer to the attractions served into cultural experiences
psychological impulses or desire towards in the form of historical-cultural tourism,
something which can spark someone’s rural tourism, exotic cultural tourism, and
interests; b. social motives. It motivates a so on; c. artificial recreation attraction with
person to take an interest in a certain adventure tourism as the most dominant
activity. A person can be well accepted and form of the attraction. Adventure tourism
recognized by their surrounding social works well with places that have natural
environment, including social status, self- sceneries and features.
esteem, prestige, etc. c. emotional factor Gamal Suwantoro (2004) explains
(emotional motive),. It is associated with some reasons behind tourists’ decision to
feelings in the form of impulses, motives, visit particular destinations: 1. The need for
emotional responses, and experiences vacation and recreation, 2. Educational and
gained by an individual. research needs, 3. The Religious or
Travel interest is a person’s spiritual journey, 4. Health-related needs,
interest to take a trip to a particular location 5. Having an interest in a specific culture
to gain unique experiences. Tourist interest and its arts, 6. Security interests, 7. Family
is exclusive. The world of tourism relations needs, 8. Political interests. Based
identifies that the specific interest of on the listed reasons, the author concluded
tourists has resulted from the that tourist interest is the motivational
uniqueness offered by traveling factor to promote them to travel to a
destinations (Fandeli, 1995). Tourist particular destination and give them a
interest is usually seen as a necessity, and personal sense of pleasant experiences like
tourists are seen as consumers. joy, happiness, and satisfaction (Wina
Consequently, the development of a tourist Asty; Vina Kumala, 2021). It can be used
destination should aim to offer tourist as a reference for entrepreneurs in the
attractions that can satisfy the tourists’ tourism industry to fulfill the needs,
interests. Special interest tourism is a form interests, and desires of prospective
of traveling activity where a tourist visits a travelers (Somantri & Dairoh, 2019).
particular destination because of the ability The millennial generation is a
of the location or tourist destination to person who was born in 1982 and
satisfy the consumer’s specific interests or graduated from high school in 2000
goals (Read, 1980, Hall and Weiler, 1992). belongs to millennial generation. Another
According to Fandeli (Fandeli, opinion delivered by Carlson (2008) on
1995), development programs for potential about the definition of the millennial
tourist attractions and destinations are to generation through his book titled “The
accommodate the special interests of Lucky Few: Between the Greatest
tourists, could be in the form of: a. Natural Generation and the Baby Boom” stated that
attractions such as flora, fauna, physical a person who belongs to the millennial
geology, volcanology, hydrology, natural generation must be born between the year
161
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

1983 and 2001. Other researchers proposed preparation of the questionnaire. The data
their theory and opinions regarding the collected is then analyzed further using
millennial generation, but generally, statistical methods to see millennial travel
people born from 1980 to 2000 were interest after the Covid-19 pandemic.
categorized as millennials.
The millennial generation is a RESULTS AND DISCUSSIONS
generation that interacts heavily through
instant communication and information Tourism is one of the most
technology such as e-mail, short message important social institutions in world life
service (SMS), instant messaging apps that be able to learn. It has a literary history
(WhatsApp, line), and social media like and an internal structure with operating
Facebook, Instagram, and Twitter. This principles, and it is extremely sensitive to
generation grew during the internet external influences, both natural and
booming era. According to (Ng et al., cultural. (Smith dan Eadington, 1992)
2010) the characteristics of the millennial The study was carried out from
generation are as follows: each individual 11th May to 20th May 2020, utilizing the
has their unique personality depending on Google form to 312 millennials with the
where they grew up, economic status, and details as follows:
the social status of their family. This
generation has a more open
communication pattern compared to the
previous generations. Social media
fanatics and their life strongly influenced
by the development of information
technology. Millennials have more
exposure to political and economic views,
so they seem to be very reactive to the
dynamics of their surroundings.
Furthermore, they pay attention to their
wealth.

METHODS Figure 1: Respondent Background by Age


The research method used Source: survey results (prepared by the
by the researcher is a descriptive author)
quantitative research method with a survey
method using a questionnaire as a data
collection tool.
Data collection through
questionnaires was carried out from Mei 11
to June 28, 2021, by distributing
questionnaires via Google Forms, shared
randomly to respondents via WhatsApp
social media. Respondents who became
sampled in this study were in the age range
of 20-30 years. The respondents who have
filled out the questionnaire is 327 people,
but the analysis only can be done on 312
questionnaires. The questionnaire was Figure 2: Respondent Background By Sex
prepared based on scientific principles by Source: survey results (prepared by the
taking into account the requirements in the author)

162
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

and energetic generation, generally engage


The results of a survey conducted in tourism activities motivated by a desire
on 312 millennials showed an interest in for refreshment, recreation, and vacations
traveling (refreshing) before, when a during busy schedules and piled-up school
pandemic occurred and entering the new- assignments and lectures. It is a method of
normal period showed: meeting physical and physiological
requirements.
After the pandemic hit the world
for almost two years, and conditions were
getting better with the decrease in the death
rate for COVID-19 victims, Indonesia
began to enter the New Normal period. The
survey conducted to find out millennial
tourism interest during the New Normal
period turned out to show that their highest
interest in traveling was traveling within
the country. 29% of respondents can't wait
to travel within the country, 21% want to
Figure 3: Millennial’s Interest in exercise, and the rest visit friends and
Travelling family, visit cafes, study, and shop.
Source: survey results (prepared by the Based on further investigation,
author) millennials like domestic tourism for
several reasons. The first reason is that
Before the pandemic, millennials' generally, those who already have small
interest in spending their time refreshing families want to travel and have fun with
and traveling was the highest (39%) was their families. Traveling with the family
traveling domestically, then (traveling) will be more practical and hassle-free for
abroad (21%), and others prefers to hang local (domestic) tourist destinations. The
out in cafes enjoying culinary tours, next reason is that generally, this
visiting friends, and family, sports, and generation likes to explore various places
shopping. However, 4% of respondents in one city or region only compared to
prefer to enjoy their days off to stay at abroad. They appreciate the uniqueness of
home, do hobby activities, and online domestic tourism, especially with the rapid
interactions. However, this tourism interest development of digital technology, they
changed drastically when the pandemic hit prefer to capture photos and videos and
the world. Visiting cafes, taking trips, and then share them on social media to inspire
visiting friends and family is a difficult many people.
choice to make when a lockdown is
everywhere. Tourist interest turned to shop
tourism as the highest choice. There are
28% of respondents who spend their fun
time shopping. Of course, through shops,
merchants, and online platforms. The
remaining 18% have interests in learning
and increasing knowledge and skills, 21%
do sports, and the rest spend time at home
with their family.
The findings of this study
corroborate Ratna Dewi's research (Ratna
et al., 2020) that millennials, as a young
163
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Figure 4: Most Interested Travel (Kurniasih et al., 2020) marine


Destination tourism in Pangandaran provides a
Source: survey results (prepared by the sufficient level of service for tourists to
author) engage in various tourism activities. Water
sports facilities and experts for activities,
The survey conducted also shows such as banana boating, snorkeling,
that the local destination that most attracts surfing, and swimming, as well as
millennials today is Pangandaran Beach. exploration activities aboard cruise ships,
Based on a deeper search, they generally are readily available. The majority of
feel that Pangandaran Beach has a tourist attractions in the Pangandaran
complete tourist attraction with beautiful Regency are based on natural beach
natural scenery that can be visited alone, attractions.
with friends, or with family. The The second-order after
publication of the Ministry of Tourism Pangandaran Beach is tourist visits to the
regarding the progress of Pangandaran Special Region of Yogyakarta. There are
Tourism succeeded in attracting 14% of respondents who miss this city.
respondents to come to visit there. Some Yogyakarta is indeed a complete and fun
respondents prefer to travel to tourist destination, whether it's cultural
Pangandaran. They feel that the location is tourism, culinary tourism, nature tourism,
not too far from Bandung. Most even just walking around the city center
respondents who live in Bandung City can get pictures, photos, and videos that are
who has also not visited Pangandaran for a Instagram-able. Traveling in Malioboro,
long time. Another reason is that traveling Yogyakarta Palace, South Square,
on Pangandaran Beach where the open air Tamansari, Tugu Yogyakarta, Prambanan
creates a sense of security and is not Temple and Borobudur Temple are
worried about disease transmission, mainly mandatory destinations that millennials
based on some information on social will visit. Now their interest is increasing
media, hotels in Pangandaran have with the destination of Pindul Cave, Ratu
implemented health protocols quite well. Boko temple, and several new objects
In addition to beach tourism, respondents known from the internet.
are also interested in visiting and enjoying The next tourist attraction which
the beauty of Green Canyon, West Coast, attracts millennial tourists is enjoying
East Coast, Citumang, Batu Hiu, and Batu nature and various new objects in
Karas. Lembang, Ciwidey, and Pangalengan. The
Pangandaran and its environs are next sequence that also attracted their
indeed quite attractive as a tourist interest was Garut City, Malang City,
destination, particularly to local tourists. Jakarta, Bromo, and Bali. The millennial
The 91-kilometer-long Pangandaran generation generally wants to be called a
Coastline has conducive characteristics slang child. They are willing to save for
and attractions to marine tourism months to be able to visit and see
(Pangandaran Tourism and Culture Office interesting things, especially what they get
2018). Five beaches in Pangandaran through various information on the internet
Regency that are the most popular with and social media. This generation is willing
tourists, namely Pangandaran Beach, to visit even remote and hidden places to
Batukaras Beach, Madasari Beach, get Instagramable pictures or videos. Their
Batuhiu Beach, and Karapyak Beach, each attention in traveling is separable from
with its distinct characteristics and number their interest in creating catchy content
of visitors (Ministry of Tourism and uploaded on various social media, web,
Creative Economy 2019). and even on their messenger status. This
generation is much more like traveling,
164
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

picnicking, and sightseeing compared to collaborate from all parties to ensure a


the generations before them. The successful performance.
millennial generation has its trend in
traveling..For example, reducing their REFERENCES
spending by using promo tickets, both
transportation and accommodation, and Books
reducing food costs for savings. BPS Kabupaten Ciamis. 2018. Kabupaten
Pangandaran dalam Angka.
CONCLUSIONS Ciamis : BPS Kabupaten Ciamis.
240 hlm.
Entering the New Normal, tourist Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
destinations must begin preparing for the Kabupaten Pangandaran. 2018.
influx of tourists. Tourist attractions, Laporan Perbandingan Tingkat
particularly Pangandaran Tourism, must Kunjungan Wisatawan Tahunan
start preparing for increased visitor traffic, Kabupaten Pangandaran.
particularly from Millennials. Pangandaran Pangandaran: Dinas Pariwisata
tourism must not only prepare more dan Kebudayaan Kabupaten
Instagram-able tourist attractions, more Pangandaran. 3 hlm.
attractive facilities, and human resources Crow and Crow, Home and Family. 1989
willing to assist and serve tourists with Creating the Domestic Sphere.
high-quality service, but also continue to Basingstoke, UK. Palgrave
protect against the threat of Covid-19 virus Macmillan, 200p
transmission. Esterberg KG. 2002. Qualitative Methods
Numerous factors need to be in Social Science. Boston:
improved to ensure the health of tourists, McGrawHill. 256 p.
including limiting visitor numbers, Elwood Carlson dan The Lucky Few.
limiting operating hours, implementing 2008. Between The Greatest
health protocols, and equipping themselves Generation and the Baby Boom.
with a CHSE (Cleanliness, Health, Safety, US : Pirg.
and Environmental Sustainability) Fandeli. 1995. Pengertian “Kerangka
certificate. Dasar Kepariwisataan dalam“
Dasar-dasar
Recommendation Manajemen Kepariwisataan Alam
It is time for the government, to . Jogyakarta : Liberty
begin cultivating optimism and preparing Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar
for tourist visits. Several strategies can be Pariwisata. Penerbit Andi
implemented, including product Yogyakarta
innovation, tourism innovation in response Pintrich, P., Smith, D., Garcia, T., &
to trends, collaboration while adapting to McKeachie, W.J. 1991.. A manual
the new normal, and developing health of the use of the motivated
protocols that ensure the safety and health strategies for learning
of tourists, as well as encouraging tourism questionnaire (MSLQ). Ann
businesses to be CHSE certified Arbor: The University of
Cooperation with a variety of Michigan
parties is required to carry out CHSE's Reeves, T. C., & Oh, E. 2008. Generational
implementation. Since CHSE is a novel Differences. Handbook of
concept, it is only natural that all parties are Research on Educational
still adapting to its implementation. Communications and Technology,
Requires awareness and a willingness to Online Publication. 295-303.

165
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Journals Pariwisata Dan Kebudayaan Jawa


Ade Titi Nifita dan Edi Asrisondha. 2002. Barat Dalam Menumbuhkan
The Influence Of Social Media On Minat Berwisata Di Cirebon.
Tourist Visiting Interest In Journal of Visual Languages &
Geopark Garden, Merangin Computing, 11(3), 287–301.
District. 13–14. Ratna, D., Rizkidarajat, W., & P, A.
Ali, B. S. 2016. Strategi Pengembangan (2020). enerasi Milenial Dan
Fasilitas Guna Meningkatkan Perilaku Berwisata Di Kabupaten
Daya Tarik Minat Wisatawan Di Banyumas. Prosiding Semnas
Darajat Pass (Waterpark) “Pengembangan Sumber Daya
Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Perdesaan Dan Kearifan Lokal
Garut. Universitas Pendidikan Berkelanjutan X,” 347–351.
Indonesia | Repository.Upi.Edu, Riki Darmadi. (2017). Motivasi
(10), 9–30. Pengunjung Berwisata ke Objek
Arohman N. 2021. 10 Prediksi Tren Wisata Wisata Pantai Air Manis Kota
Indonesia di 2021, Wisata Alam Padang. Jurnal Mandiri, 87(1,2),
Jadi Prioritas. IDNTimes.com. 149–200.
Travel. 06 Jan 2021. Smith, V. L., & Eadington, W. R. (1992).
Kristiana, Y., dan Liana, L. 2019. Analisis Tourism alternative: Potentials
Minat Wisatawan Lokal Terhadap and problems in the development
Taman Rekreasi di Tangerang of tourism. Philadelphia:
Selatan. Jurnal Pariwisata, 6(2), University of Pennsylvania Press.
128–135. Somantri, O., & Dairoh, D. (2019).
https://doi.org/10.31311/par.v6i2. Analisis Sentimen Penilaian
5544 Tempat Tujuan Wisata Kota Tegal
Nuraeni, B. S. 2014. Analisis Faktor- Berbasis Text Mining. Jurnal
Faktor Yang Mempengaruhi Edukasi Dan Penelitian
Minat Kunjung Ulang Wisatawan Informatika (JEPIN), 5(2), 191.
Museum Ranggawarsita https://doi.org/10.26418/jp.v5i2.3
Semarang. Jurnal Bisnis Strategi, 2661
23(1), 1–20. Retrieved from Veranita, M., Yusuf, R., Sahidin, Y.,
https://ejournal.undip.ac.id/index. Susilowati, R., Fatihah, D. C., &
php/jbs/article/viewFile/14113/10 Warsiati, W. (2021). Empowering
711 UMKM Dengan Pemanfaatan
Kurniasih, I., Nurhayati, A., Dewanti, L. Digital Marketing Di Era New
P., & Rizal, A. (2020). Potensi Normal (Literasi Media Digital
Wisata Bahari di Kabupaten Melalui Webinar). Jurnal
Pangandaran. Jurnal Perikanan Pengabdian Kepada Masyarakat
Dan Kelautan, 10(1), 8–19. UBJ, 4(2), 159–168.
Ng, E. S. W., Schweitzer, L., & Lyons, S. https://doi.org/10.31599/jabdimas.
T. (2010). New generation, great v4i2.585
expectations: A field study of the Wina Asty; Vina Kumala, D. A. (2021).
millennial generation. Journal of Pengaruh Produk dan Harga
Business and Psychology, 25(2), Akomodasi Terhadap Minat
281–292. Wisatawan Menginap di Kota
https://doi.org/10.1007/s10869- Bukit Tinggi. Jurnal
010-9159-4 Ensiklopediaku, 3(2), 102–110.
Nurfalah, F., & Wihayati, W. (2000). Zelazo, P. D., Carlson, S. M., & Kesek, A.
Peranan Media Promosi Melalui (2008). The development of
Website Yang Dilakukan Dinas executive function in childhood. In
166
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Handbook of developmental equation with Kerr law


cognitive neuroscience, 2nd ed. nonlinearity. Applied
(pp. 553–574). MIT Press. Mathematics and Computation,
Zhu, W., Xia, Y., & Bai, Y. (2020). 382, 1–27.
Traveling wave solutions of the https://doi.org/10.1016/j.amc.202
complex Ginzburg-Landau 0.125342

167
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Biodata Penulis

Sugeng Santoso1, Syafaat Pradipta2, Trubus Sumantono3, Ari Ana Fatmawati4


Penulis 1:
Sugeng Santoso
Lektor Kepala. Dosen Kinerja Terbaik Pasca Sarjana Universitas Mercu Buana TA 2019-
2020. Reviewer di beberapa Jurnal Nasional yang terakreditasi SINTA. Scopus ID:
57217559713, SINTA ID: 6728682, ORCID ID: 0000-0001-8621-7961.
Sur-el: sugeng.santoso@ mercubuana.ac.id

Penulis 2:
Syafaat Pradipta
Mahasiswa S2 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana,
Jakarta.
Sur-el: syafaat.pradipta@gmail.com

Penulis 3:
Trubus Sumantono
Mahasiswa S2 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana,
Jakarta.
Sur-el: trubussumantono@gmail.com

Penulis 4:
Ari Ana Fatmawati
Mahasiswi S2 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana,
Jakarta.
Sur-el: ariana.aa66@gmail.com

Arif Kurnia Wicaksana1, Erma Ziamah Fatoni2


Penulis 1 :
Arif Kurnia Wicaksana1
Fungsi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara
Jalan Selamanik no. 33, Banjarnegara, Jawa Tengah 53415
Sur-el : wicaksana.arifk@gmail.com

Penulis 2 :
Erma Ziamah Fatoni
Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Universitas Airlangga
Jalan Airlangga no.4, Surabaya, Jawa Timur 60286
Sur-el : ermaziamah@gmail.com

168
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Jefirstson Richset Riwukore1*, Fellyanus Habaora2, Tien Yustini3


Penulis 1:
Jefirstson Richset Riwukore
Lecture at University of Indo Global Mandiri dan Dosen di Ilmu Manajemen Pascasarjana
UIGM, Universitas Indo Global Mandiri
Sur-el : jefririwukore@gmail.com; jefritson@uigm.ac.id

Penulis 2 :
Fellyanus Habaora
Mahasiswa di Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Sekolah Pascasarjana IPB
Institut Pertanian Bogor
Sur-el : aryahabaora@gmail.com

Penulis 3 :
Tien Yustini
Dosen di Ilmu Manajemen Pascasarjana UIGM
Universitas Indo Global Mandiri
Jl. Jenderal Sudirman, KM-4, No.629, Kota Palembang, Sumatera Selatan,
Sur-el : tien_yustini@uigm.ac.id

Ubaiyana, S.H.
Magister Hukum Kenegaraan, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tahun 2019-2021 sebagai Kepala Divisi Sosial dan Pengabdian Masyarakat Kelurahan
LPDP UGM.
Sur-el : Ubaiyana25@gmail.com dan Ubaiyana25@mail.ugm.ac.id

Dias Satria1, Joshi Maharani Wibowo2


Penulis 1 :
Dias Satria, SE., M.App.Ec., Ph.D
Lektor Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Sur-el : dias.satria@ub.ac.id

Penulis 2 :
Joshi Maharani Wibowo
Dosen Ilmu Ekonomi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya 2021 dan
Asisten Tenaga Ahli Kegiatan Perhitungan Nilai Tambah Koperasi dan UMKM Jawa
Timur TA. 2021
Sur-el : joshiwibowo@staff.ubaya.ac.id

Adifa Risa Bagasta1*, Cahya Iswara 2, Adesty Lasally 3


Penulis 1:
Adifa Risa Bagasta
Peneliti Muda, Praktisi dalam bidang pariwisata, tergabung dalam Asosiasi Pemandu
Gunung Indonesia (APGI), Sebagai Ketua Bidang Penelitian dan Pelatihan APGI Dpprov
Jawa Tengah. Lulusan Sarjana Program studi Pendidikan Biologi Universitas Sebelas
Maret dan sedang melanjutkan Study Magister Program studi Biosains Universitas Sebelas
Maret.
Sur-el : adifarisa9@gmail.com

169
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Penulis 2:
Cahya Iswara
Mahasiswa program studi Geologi Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta.
Praktisi ahli dalam bidang geologi, survey lapangan dan pemetaan.
Sur-el : cahyaiswara101197@gmail.com

Penulis 3:
Adesty Lasally
Dosen D III Perhotelan di Universitas Mahakarya Asia, Yogyakarta. Lulusan Sarjana
program studi Sastra Prancis Universitas Negeri Semarang dan lulusan Magister program
Kajian Pariwisata Universitas Gajah Mada. Spesifik bidang Perencanaan, Pengembangan,
Monitoring dan Evaluasi Destinasi Wisata. Tergabung dalam Asosiasi Pemandu Gunung
Indonesia (APGI) Provinsi Yogyakarta
Sur-el : adestylasally@unmaha.ac.id

Ramayani Yusuf 1, Mira Veranita2


Penulis 1 :
Ramayani Yusuf S.Sos, MM
S3 Doktor Ilmu Manajemen, Bidang Ilmu Administrasi NiagaManajemen Keuangan,
Universitas Pendidikan Indonesiadan bekerja sebagai DosenTetap Yayasan/Politeknik
Piksi Ganesha, Mata Kuliah yang di ampu Kewirausahaan Manajemen Keuangan
Perpajakan
Sur-el : adestylasally@unmaha.ac.id

Penulis 2 :
Mira Veranita
Doctoral Pogram in Social Sciences, Pasundan University, Lecturer of Piksi Ganesha.
Polytechnic, Assessor of LSP PPG (Piksi Ganesha Polytechnic Professional Certification
Institute) and Assessor of ASPAPI (Asosiasi Sarjana dan Praktisi Administrasi Perkantoran
Indonesia)
Sur-el : Mirave2198@gmail.com

170
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Biodata Dewan Editor

Drs, Noviendi Makalam, MA


Analis Kebijakan Ahli Utama, alumni S2 pada Bournemouth University dengan Program
Studi Tourism and Hospitality Management. Pernah menjabat sebagai Sekretaris Deputi
Bidang Pengembangan Pemasaran I dan Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Teknologi
Informasi dan Komunikasi.
Sur-el: noviendi.makalam@kemenparekraf.go.id

Diena Lemy, A. Par, M.M


Alumni S3 Universitas Trisakti. Saat ini sebagai Lektor Kepala pada Universitas Pelita
Harapan.
Sur-el: diena.lemy@uph.edu

Dr. Fransiskus Xaverius Teguh, M.A


Alumni S3 pada Universitas Gadjah Mada dengan Program Studi Kajian Pariwisata. Saat
ini menjadi Staf Ahli Bidang Kemaritiman, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Sur-el: frteguh_budpar@yahoo.com

Dr. Heri Hermawan


Fungsional Widiyaswara pada Asdep Pengembangan Sumber Daya dan Hubungan Antar
Lembaga, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
Sur-el: hermawan_h@yahoo.com

Drs. Bashori Imron, M.Si


Alumni S1 Komunikasi dan S2 Komunikasi Universitas Indonesia dan Doktor pada PPS-
UNJ. Sebagai Pejabat Fungsional (Peneliti) Ilmu Komunikasi dan Media, sejakk tahun
1981- sekarang. Pernah menjabat sebagai Pejabat Struktural Eselon II (Kepala Biro
Organisasi dan Kepegawaian LIPI Tahun 2001 sd 2005 dan pernah sebagai Kepala
Pusbindiklat Peneliti LIPI – Tahun 2005 sd 23 Desember 2011
Sur-el: bhosyenfia@yahoo.co.id

Busro
Alumni S3 Religious Studies Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
ISNU Jabar Anggota 2018 – 2022.
Sur-el: busro@uinsgd.ac.id

Shanthony, SH, M.H


Sebagai Kasubdit Sinkronisasi Regulasi Peraturan Pusat dan Daerah Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Sur-el: shanthony_01@yahoo.co.id

171
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Muhammad Arfin Muhammad Salim


Master Degree of English Education (M.Pd) State Unuversity Makassar (UNM) 2 Senior
Lecturer and Head of Research Center of Tourism Polytechnic of Makassar, Deputy
Director of Academic Affairs of Tourism Polytechnic of Makassar.
Sur-el: arfin70@yahoo.com atau arfinsalim@gmail.com

Hayat
Alumni S3 Program Doktor Ilmu Administrasi, S3-Universitas Brawijaya Malang.
Menjabat Sebagai Asisten Ahli dan Dosen Tetap di Universitas Islam Malang. Tahun 2019-
Sekarang menjabat Editorial Bord Jurnal of Governance Innovation Universitas Islam
Raden Rahmat Malang dan Ketua Bidang Inkubator Bisnis P2KIB Unisma.
Sur-el. : hayat.150318@gmail.com

Kiftiawati, S.S., M.Hum (Bahasa Indonesia)


Saat ini menjabat sebagai Pengajar Bahasa Indonesia dan MPKT di lingkungan UI.
Merupakan Anggota Tim Pakar Bahasa Indonesia UI pada tahun 2009-2013. Gelar S1
diperoleh dari Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Gelar S2-nya juga
dari universitas yang sama pada prodi Ilmu Susastera. Saat ini, selain mengajar sastra
Indonesia, ia juga merupakan pengajar Bahasa Indonesia, Penulisan Ilmiah, dan
Matakuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi (MPKT) di lingkungan UI, sejak
2003.
Sur-el: kiftiawati.sulistyo@gmail.com

Fitri Sumirah, SS (Bahasa Inggris)


Penerjemah Ahli Muda di Bagian Hukum Biro Umum dan Hukum Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif. Saat ini sedang menyelesaikan tugas akhir pada Program Magister
di Politeknik STIA LAN Jakarta dengan konsentrasi Manajemen Keuangan Negara.
Sur-el: fitrisumirah@yahoo.com

172
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Biodata Mitra Bestari

Prof. Azril Azahari Ph.D


Ph.D in Community Development (Minor in Rural Development and Development
Communication). University of The Phillippine at Los Banos (UPLB), Phililippine. Saat
ini sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI).
Sur-el: azazahari@gmail.com

Prof. Dr. Phil. Janianton Damanik, M.Si


Alumni S3 Fach Sozialgeographie, Universitas Bielefeld, Jerman. Saat ini sebagai Guru
Besar pada Pembangunan Sosial, FISIPOL Universitas Gadjah Mada dan dosen Prodi
S2/S3 Kajian Pariwisata, Sekolah Pascasarjana di universitas yang sama.
Sur-el: antondmk@ugm.ac.id

Prof. Dr. Muhammad Baiquni, M.A.


Prof. Dr. M. Baiquni, MA mengajar di Universitas Gadjah Mada sebagai Professor
Geografi dan Ketua Departemen Geografi Pembangunan. Pernah menjabat sebagai Ketua
Program Magister dan Doktor Kajian Pariwisata Sekolah Pascasarjana (2011-2018),
Kepala Pusat Studi Pariwisata (2010-2012), Universitas Gadjah Mada. Reviewer journal
internasional antara lain JTR (Journal of Tourism Research, UK), Journal IJG (Indonesian
Journal of Geography, Ina), dan Jurnal Kepariwisataan Indonesia serta berbagai jurnal
ilmiah dan buku referensi di Indonesia.
Sur-el: mbaiquni@ugm.ac.id

Dr. Rudyanto
Alumni S3 pada Universitas Trisakti, saat ini menjadi Lektor Kepala pada Universitas
Pelita Harapan.
Sur-el: rudyanto62@gmail.com

Prof. Jatna Supriatna, M.Sc., Ph.D.


After finished his Master of Science (1986) and Doctorate degree (1991) in Biological
Anthropology from the University of New Mexico, Albuquerque-USA, plus pre and post-
doctoral at Columbia University in New York, he serves Lecturer, Senior Lecturer, then
Professor at the University of Indonesia. He had been appointed as Country Director then
Vice President of the major international organization based in Washington DC,
Conservation International (1994-2010).
Sur-el : jsupriatna@sci.ui.ac.id

Devi Roza Kausar, Ph.D, CHE


Dosen dengan Jabatan Akademik Lektor Kepala, saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas
Pariwisata Universitas Pancasila, Jakarta. Meraih gelar PhD dari Nagoya University,
Jepang, Master of Tourism Management dari Curtin University, Australia dan Sarjana
Ekonomi dari Universitas Padjadjaran, Bandung.
Sur-el: devikausar@univpancasila.ac.id

173
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

Dr. Astrid Kusumowidagdo, S.T., M.M


S3 Ilmu Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung. Menjabat sebagai Lektor dan
Dekan Fakultas Industri Kreatif. Mengajar di Fakultas Industri Kreatifm Jurusan Arsitektur
Interior Universitas Ciputra Surabaya. Tahun 2006-sekarang Himpunan Desainer Interior
Indonesia Cabang Jawa Timur, Desainer Interior Madya.
Sur-el: astrid@ciputra.ac.id

Bambang Rudito, M.Si


Alumni S3 pada Universitas Indonesia –Antropologi, saat ini sebagai Dosen Sekolah
Bisnis dan Manajemen pada Institut Teknologi Bandung.
Sur-el:brudito@sbm-itb.ac.id

Yuliani Dwi
Faculty Member, SBM ITB. Doctor of Philosophy School of Management, Taipei Taiwan
National Taiwan University of Science and Technology. School of Business and
Management, Institut Teknologi Bandung Faculty Member, Bandung Indonesia, Full time
faculty member in Business and Management.
Sur-el : yuliani.dwi@sbm-itb.ac.id

Prof. Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd., CIQaR


S3 Administrasi Pendidikan, UPI Bandung. Mengajar Metode Penelitian Kebijakan,
Kepemimpinan, Manajemen Jurusan Administrasi Pendidikan. 2019-sekarang sebagai
Reviewer IJLE (scopus Q1) dan 2017- sekarang sebagai Sekretaris Tim Beban Kinerja
Dosen, Kemenristek Dikti.
Sur-el : aan_komariah@upi.edu

174
P-ISSN: 1907 – 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 15 (2) (2021)
E-ISSN: 2685 - 9076
Desember 2021

PEDOMAN PENULISAN

1. Jurnal Kepariwisataan Indonesia merupakan jurnal di Direktorat Kajian Strategis,


Deputi Bidang Kebijakan Strategis, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, memuat tulisan hasil penelitian
atau kajian dibidang pariwisata, atau terkait dengan bidang pariwisata.

2. Naskah yang akan diterbitkan dalam Jurnal Kepariwisataan Indonesia merupakan


karya tulis ilmiah orisinal, belum pernah dipublikasikan di media cetak lain
maupun elektronik.

3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan menggunakan
tata bahasa yang benar. Di luar kata dalam bahasa Indonesia harus dicetak miring

4. Naskah ditulis menggunakan font Times New Roman; ukuran font 14 poin untuk
Judul, 12 poin untuk nama penulis dan institusi, 11 poin untuk tulisan utama, 10
poin untuk daftar pustaka, 9 poin untuk tulisan dalam tabel serta sumber gambar
dan tabel; spasi antar paragraf 1.2; margin atas dan kiri 4 cm, margin bawah dan
kanan 3 cm pada kertas berukuran A4 (21 cm x 29,5 cm). Panjang naskah
maksimum 20 halaman serta diberikan nomor halaman disetiap lembarnya.
Seluruh naskah yang dikirim menggunakan format Microsft Word (.doc) atau Rich
Text Format (.rtf).

5. Nama penulis dicantumkan di bawah judul, ditulis lengkap tanpa menyebutkan


gelar, diletakkan di tengah (centered). Alamat penulis (nama dan alamat instansi
tempat bekerja) ditulis lengkap di bawah nama penulis. Alamat e-mail ditulis di
bawah alamat penulis.

Sistematika penulisan naskah Jurnal Kepariwisataan Indonesia dapat dilihat pada template
jurnal yang dapat diakses di :

bit.ly/templatejki

175

Anda mungkin juga menyukai