Email : semnaslampung@gmail.com
Kepada Yth.
Etty Hesthiati
Di
Tempat
Dengan hormat,
Panitia telah menerima dan mengevaluasi abstrak dengan judul “Pengolahan Dessert Mousse
Bisbul dan Alpukat Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Sebagai Pangan Fungsional”. Dengan ini
kami menyatakan bahwa abstrak Bapak/Ibu lolos seleksi, dan selanjutnya kami mengundang
Bapak/Ibu untuk mempresentasikannya secara oral saat Seminar Nasional pada hari Rabu, 30 Juni
2021 via Zoom Video Conferencing.
Pemakalah yang diterima untuk presentasi oral dimohon agar mengirimkan makalah lengkap,
paling lambat tanggal 21 Juni 2021 melalui email: semnaslampung@gmail.com, serta
mempersiapkan soft copy bahan presentasi dengan format Microsoft Power Point dengan rekaman
suara, dan dikumpulkan kepada panitia paling lambat tanggal 29 Juni 2021 dengan durasi
presentasi selama 5 menit.
Demikian surat undangan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu kami
ucapkan terima kasih.
Kementerian Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
BALITBANGDA Fakultas Pertanian Politeknik Negeri
Provinsi Lampung Universitas Lampung Lampung
BUKU PANDUAN
Sponsor :
www.lampung.litbang.pertanian.go.id
science.innovation.networks
BUKU PANDUAN dan ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL
BPTP LAMPUNG
2021
BUKU PANDUAN dan
ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL
BPTP LAMPUNG 2021
INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
LAHAN KERING MASAM MENDUKUNG
KEMANDIRIAN PANGAN DAN EKSPOR
Juni 2021
Page ii
Daftar isi
SEMINAR NASIONAL i
KATA PENGANTAR iv
SUSUNAN PANITIA v
SAMBUTAN KEPALA BPTP LAMPUNG viii
Susunan Acara 1
Daftar Abstrak 6
Panduan Seminar Online 18
Kumpulan Abstrak 40
Daftar Peserta 135
Sponsor 144
Page iii
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
Page iv
SUSUNAN PANITIA
SEMINAR NASIONAL BPTP LAMPUNG
1. Seksi Publikasi :
Hasil Seminar
Page v
16. Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P. (Unila)
Page vi
12. Tri Kusnanto, S.ST.
13. Reli Hevrizen, S.Pt.
14. Dea Sylva Lisnandar, M.Si.
15. Betty Mailina, S.P.
16. Erliana Novitasari, S.T.P., M.Sc.
17. Tika Nafiah Ramadhani, A.Md.
18. Rismawita Sinaga, S.P.
19. Hestiana Karyati, A.Md.
Page vii
SAMBUTAN KEPALA BPTP LAMPUNG
Dr. Drs. Jekvy Hendra, M.Si
Assalammualaikum wr wb.
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadhirat ALLAH SWT atas
segala berkah, hidayah dan bimbingan-NYA. Peran inovasi teknologi
pertanian dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat tidak dapat diragukan lagi. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian
merupakan lembaga penghasil teknologi yang berperan nyata
menghasilkan inovasi dan teknologi pertanian seperti varietas unggul,
teknologi budidaya, teknologi pascapanen, teknologi pengolahan, alat
dan mesin pertanian serta pengembangan kelembagaan pertanian.
Bertolak dari paradigma Balitbangtan bahwa “Research for
Development” mempunyai makna bahwa Balitbangtan berkomitmen
kuat dan memberikan perhatian yang besar terhadap pendayagunaan
hasil penelitian dan mempercepat proses penerapan di lapangan. Hal
ini berarti inovasi hasil penelitian dan pengkajian pertanian yang telah
dihasilkan, baik skala nasional mauoun spesifik lokasi perlu
secepatnya sampai kepada khalayak masyarakat pengguna.
Paradigma dimaksud sangat mendukung visi Kementerian Pertanian
untuk menuju pertanian maju, mandiri dan modern.
Pada era global bahwa penguasaan teknologi, sinergisme dan
kolaborasi lembaga riset merupakan kunci untuk membangun
pertanian Indonesia. Pemanfaatan inovasi teknologi pertanian,
sumberdaya manusia, dan sumberdaya alam secara tepat guna dan
tepat pengelolaan penting dilakukan. Untuk itu BPTP Lampung pada
tahun 2021 ini menyelenggarakan seminar nasional inovasi teknologi
pertanian. Tema yang dipilih pada seminar nasional tahun ini adalah
“Inovasi Teknologi Pertanian Lahan Kering Masam Mendukung
Kemandirian Pangan dan Ekspor”. Seminar Nasional merupakan
media komunikasi terhadap hasil pencapaian inovasi teknologi
pertanian oleh para expert, peneliti, dosen, mahasiswa, pemerhati dan
praktisi pertanian dari berbagai kalangan yang meliputi berbagai
lembaga penelitian (Balit Komoditas dan Puslit-Puslit), perguruan
tinggi, BPTP seluruh Indonesia dan beberapa institusi pemerintah dan
swasta lain yang terkait pengembangan bidang pertanian.
Page viii
Tujuan pelaksanaan seminar nasional ini adalah mengkomunikasikan,
mendiskusikan serta mendiseminasikan hasil karya inovasi dan
teknologi pertanian lahan kering masam sehingga dihasilkan suatu
arah dalam pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Lahan Kering
Masam Mendukung Kemandirian Pangan dan Ekspor. Disamping itu,
diharapkan hasil-hasil penelitian unggul karya para peneliti-peneliti
muda di Indonesia dapat diterbitkan pada jurnal ilmiah nasional
terakreditasi. Terdapat sekitar 100 makalah hasil litkaji terseleksi yang
akan dipaparkan pada seminar nasional ini.
Tak lupa apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada Tim Steering
Committee, Kepala Balitbangda Propinsi Lampung, Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung, Direktur Politeknik Negeri Lampung,
dan Stakeholder lainnya yang telah membantu sumbang pemikiran,
dan segenap jajaran kepanitiaan dalam penyelenggaraan seminar
nasional ini. Terakhir, jalinan kerjasama antara Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian dengan Pemda
Propinsi Lampung dalam membangun pertanian harus tetap dieratkan.
Semoga seminar memberikan manfaat bagi pengembangan dunia ilmu
pengetahuan, inovasi serta teknologi bidang pertanian. Terimakasih.
Wassalammualaikum wr wb.
Page ix
Susunan Acara
SEMINAR NASIONAL
BPTPLAMPUNG2021
INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN
KERING MASAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN
PANGAN DAN EKSPOR
1
SEMINAR NASIONAL
BPTP LAMPUNG 2021
INOVASI TEKNOLOGI
PERTANIAN LAHAN
KERING MASAM
MENDUKUNG
KEMANDIRIAN PANGAN
DAN EKSPOR
30 JUNI 2021
08.30-16.30 WIB
LIVE
Keynote Speaker
Ir. H. Arinal Djunaidi
Gubernur Lampung
Kebijakan Pemerintah Provinsi
Terhadap Kemandirian Pangan
dan Ekspor.
Opening Speech
Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si
Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
Inovasi Teknologi Pertanian
Mendukung Kemandirian Pangan
dan Ekspor
Page 2
Pemakalah Utama
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si
Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung (UNILA)
Peran Perguruan Tinggi dalam
mendukung Kemandirian
Pangan pada Lahan Kering
Masam
Pemakalah Utama
Dr. Ir. Sarono, M.Si
Direktur Politeknik Negeri Lampung
(Polinela)
Peran Sekolah Vokasi dalam
Penyiapan Kader Pertanian
Tangguh Mendukung
Kemandirian Pangan dan
Ekspor
Pemakalah Utama
Husnain, SP, MP, MSc, Ph.D
Kepala Balai Besar Sumberdaya Lahan
Pertanian (BBSDLP)
Inovasi Teknologi Lahan
Kering Masam untuk
Kemandirian Pangan
Page 3
SUSUNAN ACARA
SEMINAR NASIONAL BPTP LAMPUNG
Bandar Lampung, 30 JUNI 2021
11.50-13.00 Ishoma MC
SEMINAR NASIONAL
BPTP LAMPUNG 2021
“INOVASI TEKNOLOGI
PERTANIAN LAHAN KERING
MASAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN
DAN EKSPOR”
https:bit.ly/SemnasBPTPLampung2021
DAFTAR ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL BPTP LAMPUNG 2021
KODE
NO. NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Page 7
KODE
NO. NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Page 8
KODE
NO. NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Page 9
KODE
NO. NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Rini Hermanasari,
Penampilan Galur-Galur Padi
Yullianida, Angelita Puji
27 PGN 27 Gogo Terpilih di Lahan Kering
Lestari dan Aris
Masam
Hairmansis
Karakteristik Pelindian
Fibrianty, Eko Hanudin , Udipsamment Pada Ameliorasi
28 PGN 28
dan Azwar Ma’as Menggunakan Tanah Mineral
Dan Polimer Perekat
Optimalisasi Pemanfaatan Lahan
Usahatani Mendorong
Meidaliyantisyah,
29 PGN 29 Peningkatan Indeks Pertanaman
Asropi, dan Slameto
Pangan Di Wilayah Kabupaten
Lampung Selatan
Rahadian Mawardi dan Peranan Mikroba Pelarut Fosfat
30 PGN 30
Sandi Nugroho Pada Tanah Ultisol
Page 10
KODE
NO. NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Page 11
KODE
NO. NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Page 12
KODE
NO. NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Faktor–Faktor Yang
Fikri Syahputra, Mempengaruhi Keputusan
53 SEKP 01 Zulkarnain, Ainul Petani Kopi Bermitra Dengan
Mardliyah PT.Nestle Di Kabupaten
Lampung Barat
Dampak Perubahan Faktor
Dwi Haryadi, Zulkarnain, Eksternal Dan Internal
54 SEKP 02
Ainul Mardliyah, Maryati Pendapatan Rumah Tangga
Petani Jagung
Kepuasan Petani Cabai
Ketut Ratna Sri Rahayu,
Terhadap Pelaksaan Kemitraan
55 SEKP 03 Zulkarnain, Ainul
CV Metro Global Makmur di
Mardliyah, Maryati
Kabupaten Lampung Timur
Page 13
KODE
NO. NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Peningkatan Pengetahuan
Ely Novrianty dan Peserta Bimbingan Teknis
62 SEKP 10
Fauziah Yulia Adriyani Penyuluh Di Kabupaten Lampung
Timur dan Kabupaten Pesawaran
Analisa Usaha Tani Padi Sawah
Berdasarkan Tiga Teknik Cara
Asropi, Erliana
63 SEKP 11 Tanam Di Kecamatan Seputih
Novitasari, Widodo
Raman Kabupaten Lampung
Tengah
Zahara, Rangga Ditya
Yofa, Anastasia Asri Determinan Penawaran Daging
64 SEKP 12
Widyasari, Robet Sapi Di Indonesia
Asnawi
Pengetahuan Pengunjung
Gohan Octora Terhadap Teknologi Budidaya
65 SEKP 13 Manurung dan Edwin Cabai Pada Visitor Plot Taman
Herdiansyah Sains Pertanian Natar Di
Lampung
Tiara Aprilia Putri Strategi Pengembangan
66 SEKP 14
Hernanda, Erdiansyah Agrowisata Petik Jeruk
Aliran Perdagangan Lada
67 SEKP 15 Eka Miftakhul Jannah
Indonesia di pasar Internasional
Minat Petani Karet dalam
Penerapan Pemupukan
M. Naufal Elmuttaqin
68 SEKP 16 Berimbang di Kecamatan
Sembawa Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan
Etty Hesthiati, Nurul Pengolahan Dessert Mousse
Hanifah, Dena Anggari Bisbul Dan Alpukat Untuk
69 PPMP 01
dan Inkorena G.S. Meningkatkan Nilai Tambah
Sukartono Sebagai Pangan Fungsional
Efektifitas Minyak Jeruk Nipis
Leni Marlina, Hendri, Dan Purut Untuk Mengendalikan
70 PPMP 02 Jumjunidang, dan Mizu Jamur Penyebab Penyakit
Istianto Pascapanen Salak Pondoh
Secara Invitro
Nurdeana Susut Panen dan Pascapanen
Cahyaningrum, Kedelai Di Kabupaten
71 PPMP 03
Muhammad Fajri, dan Gunungkidul Daerah Istimewa
Heni Purwaningsih Yogyakarta
Page 14
KODE
NO. NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Pengaruh Persentase
Astrid Fransisca, Jonri Penambahan Sawi Hijau
72 PPMP 04
Suhendra Sitompul Terhadap Daya Leleh dan
Organoleptik Es Krim
Bahan Tambahan Makanan
Erliana Novitasari and
73 PPMP 05 (BTM) Buatan: Pengawet dan
Tika Nafiah Ramadhani
Pemanis Makanan
Page 15
KODE
NO. NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Page 16
KODE
NO. NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Page 17
Panduan Seminar Online
Via Zoom Meeting
SEMINAR NASIONAL
BPTP LAMPUNG 2021
“INOVASI TEKNOLOGI
PERTANIAN LAHAN KERING
MASAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN
PANGAN DAN EKSPOR”
https:bit.ly/SemnasBPTPLampung2021
PANDUAN PESERTA SEMINAR NASIONAL
BPTP LAMPUNG
JUNI 2021
Kegiatan seminar nasonal ini terdiri atas planery session dan parallel
session:
1. Peserta dapat mengakses Zoom Meeting mulai pukul 07.30 WIB
2. ID peserta menggunakan nama asli, bukan nama perangkat
atau nama Institusi
3. Peserta Non Pemakalah dipersilahkan mengikuti sesi presentasi
dan hanya diperbolehkan memilih 1 Ruang Presentasi yang akan di
ikuti (daftar Ruang Presentasi, nama pemakalah dan judul
makalah terlampir)
4. ID Peserta Non Pemakalah menggunakan nama ruang_nama
Contoh: jika ingin mengikuti sesi presentasi di Ruang 1 maka
peserta non pemakalah menggunakan ID sebagai berikut
R1_Novilia
5. ID peserta digunakan sejak awal bergabung di Zoom Meeting
untuk memudahkan Host dalam melakukan breakout room
6. Selama acara berlangsung diharapkan mematikan suara (mute)
7. Bagi peserta yang mengajukan pertanyaan pada saat planery
session dan parallel session dapat menulis di kolom chat, dengan
format: TANYA_Nama_Pertanyaan singkat. Moderator akan
Page 19
memilih pertanyaan yang akan diajukan kepada pemateri
8. Sertifikat akan diberikan kepada peserta yang mengisi form
absensi dan mengikuti acara dari awal hingga akhir kegiatan
9. Link daftar hadir akan dibagikan pada saat acara berlangsung dan aktif
selama 60 menit
1. Kegiatan seminar nasonal ini terdiri atas planery session dan parallel
session
2. Peserta dapat mengakses Zoom Meeting mulai pukul 07.30 WIB
3. ID peserta pemakalah menggunakan nama asli, bukan nama
perangkat atau nama Institusi
4. ID Peserta Pemakalah menggunakan nama ruang_kode
makalah_nama peserta Contoh : Peserta di Ruang 1, kode
makalah PGN 01, nama Novilia Santri maka peserta menggunakan
ID sebagai berikut R1_PGN 01_Novilia
5. ID peserta digunakan sejak awal bergabung di Zoom Meeting untuk
memudahkan Host dalam melakukan breakout room
6. Selama acara berlangsung diharapkan mematikan suara (mute) dan
mengaktifkan video.
7. Bagi peserta yang mengajukan pertanyaan pada saat planery
session dan parallel session dapat menulis di kolom chat, dengan
format: TANYA_Nama_Pertanyaan singkat. Moderator akan
memilih pertanyaan yang akan diajukan kepada pemateri
8. Peserta pemakalah wajib hadir pada saat sesi presentasi sesuai
dengan pembagian ruang yang telah ditentukan oleh panitia
(Ruang presentasi terlampir)
9. Bahan tayang berupa Video presentasi disiapkan oleh pemakalah
dan share screen dilakukan oleh Operator ruang sesuai urutan
pemakalah.
Page 20
10. Sertifikat akan diberikan kepada peserta yang mengisi form absensi
dan mengikuti acara dari awal hingga akhir kegiatan.
11. Pengumuman pemakalah terbaik akan diumumkan pada akhir
acara.
Terima kasih
Panitia
Page 21
Ruang Paralel 1 (Room 1) :
Bidang Tanaman Pangan A
KODE NAMA
NO. WAKTU JUDUL MAKALAH
ABSTRAK PENULIS
Sesi 1
Diseminasi Inovasi
Zahara dan Teknologi Pertanian
1 PGN 01 13.05 -13.11 Yennita Lahan Kering Masam
Sihombing Mendukung Ketahanan
Pangan
Slamet Eksplorasi Karakter
Bambang Sekunder Untuk Seleksi
2 PGN 02 13.11 -13.17 Priyanto, Tidak Langsung Pada
Moch. Arif Jagung Di Kondisi
Subechan Kekeringan
Edyson
Indawan, Sri
Umi Lestari,
Perbaikan Lahan Kering
3 PGN 03 13.17 -13.23 Reza Prakoso
Masam Dengan Biochar
Dwi Julianto
Poppy Indri
Hastuti
Uji Efektifitas
Ponijan, Etik
Bioinsektisida Terhadap
Puji
Mortalitas Walang
Handayani,
4 PGN 04 13.23 -13.29 Sangit (Leptoorisa
Sutomo,
oratorius. F) Pada
Nurleni
Tanaman Padi (Oryza
Kurniawati
sativa L.)
Diskusi 13.29 -13.39
Sesi 2
Ratna sari,
Yati Haryati, Kajian Varietas Unggul
13.39 -
5 PGN 05 Bebet Baru Kedelai Di
13.45
Nurbaeti dan Kabupaten Majalengka
Irma Noviana
Page 22
Ruang Paralel 1 (Room 1) :
Bidang Tanaman Pangan A
KODE NAMA
NO. WAKTU JUDUL MAKALAH
ABSTRAK PENULIS
Sesi 3
Keragaan Tujuh Asesi
Padi Lokal Asal Jambi Di
Muhammad Lahan Rawa Lebak
9 PGN 09 14.13 -14.19
Saleh Dangkal Kebun
Percobaan Banjarbaru
Kalimantan Selatan
Aplikasi Berbagai
Tietyk Amelioran Dan Dosis
10 PGN 10 14.19 -14.25 Kartinaty dan Rhizobium Terhadap
Sri Sunardi Pertumbuhan Dan Hasil
Kedelai Di Lahan Kering
Peran Biochar Untuk
Eni Maftuah
Meningkatkan
11 PGN 11 14.25 -14.31 dan A.
Produktivitas Lahan
Susilawati
Masam
Page 23
Ruang Paralel 1 (Room 1) :
Bidang Tanaman Pangan A
KODE NAMA
NO. WAKTU JUDUL MAKALAH
ABSTRAK PENULIS
Doni Wahyu,
Ameliorasi Kimia Tanah
Wahida
12 PGN 12 14.31 -14.37 Masam Tropika: Meta
Annisa, Yiyi
Analisis
Sulaeman
Diskusi 14.37 -14.47
Sesi 4
Pengaruh Penggunaan
Beberapa Dosis
Sution dan Pemupukan Urea dan
13 PGN 13 14.47 -14.53 Muhammad Beberapa Varietas
Hatta Unggul Jagung Hibrida
Terhadap Produktivitas
Tanaman Jagung
Septiana Pengaruh Kombinasi
Simanjuntak, Fungisida Mankozeb
Joko dan Trichoderma Sp.
14 PGN 14 14.53 -14.59 Prasetyo, Terhadap Penyakit Bulai
Sudiono, Dan Pertumbuhan
Titik Nur Tanaman Jagung (Zea
Aeny mays L.)
Optimalisasi Lahan
Yuli Lestari
Masam Berbasis Bahan
15 PGN 15 14.59 -15.05 dan Afthanur
Pembenah Tanah Untuk
Rifqi Hidayat
Budidaya Kedelai
Endriani, Analisis Vegetasi Gulma
Dian Pada Tanaman
16 PGN 16 15.05 -15.11 Meithasari, Tumpangsari Padi Gogo
Tri Kusnanto, dan Kedelai Di Lahan
Sunaryo Kering Masam Lampung
Diskusi 15.11 -15.21
Page 24
Ruang Paralel 2 (Room 2) :
Bidang Tanaman Pangan B
KODE NAMA
NO. WAKTU JUDUL MAKALAH
ABSTRAK PENULIS
Sesi 1
Distribusi Spasial Fe Di
Mawardi,
Lahan Sawah Rawa
Bambang
Pasang Surut Akibat
Hendro S.,
Pasang Surut Air Di
17 PGN 17 13.05 -13.11 Benito H.P.
Kawasan Sungai Barito
Putu Sudira,
Kalimantan Selatan
Totok
Sebagai Acuan
Gunawan
Pertanaman Padi
Tini Siniati
Dampak
Koesno,
Penyelenggaraan
Arina Ulfa
18 PGN 18 13.11 -13.17 Penyebaraluasan Inovasi
Hidayati dan
pada Petani Etnis
Syarif
Madura
Fajrullah
Yuli
Sulistyowati,
Ade Nena
Nurhasanah,
Dwi Astuti,
Dwi
Seleksi dan Evaluasi
Widyajayanti
Sorgum Mutan Generasi
e,Carla
M2 Hasil Radiasi Sinar
19 PGN 19 13.17 -13.23 Frieda
Gamma untuk
Pantouw,
Peningkatan Karakter
Vincentia
Biomassa
Esti
Windiastri,
Agus
Rachmat,
Satya
Nugroho
Page 25
Ruang Paralel 2 (Room 2) :
Bidang Tanaman Pangan B
Sesi 2
Agung
Pengaruh Pemberian
Lasmono,
Hara Mikro Zn Terhadap
Setyo Dwi
Peningkatan Umbi Dan
21 PGN 21 13.39 -13.45 Utomo, Agus
Pati Pada Sistem
Karyanto,
Tumpangsari Ubi Kayu
dan Kukuh
Dan Sorgum
Setiawan
Prospek Pemanfaatan
Danarsi
Bioteknologi Dalam
Diptaningsar
22 PGN 22 13.45 -13.51 Pengelolaan Hama
i, Edhi
Tanaman Padi Di
Martono
Indonesia
Slameto,
Dayahasil Padi Gogo
Meidaliyantis
dan Kedelai Pada Sistem
yah, D.A.
23 PGN 23 13.51 -13.57 “Turiman Gole 9-5” Di
Lisnandar
Lahan Kering Wilayah
dan Wahyu
Lampung Timur
Wibawa
Dea Sylva
,
Lisnandar
Endriani,
Pengaruh Olah Tanah
Suryani
24 PGN 24 13.57 -14.03 pada Pertumbuhan Dan
Hestiana
Produksi Kedelai
Karyati,
Sandy
Nugroho
Page 26
Ruang Paralel 2 (Room 2) :
Bidang Tanaman Pangan B
Sesi 3
Jihan Haura,
Identifikasi Serangan
Gina Dania
Hama pada Kacang
25 PGN 25 14.13 -14.19 Pratami,
Hijau (Vigna radiata L.)
Agung
Di IP2TP Natar
Lasmono
Yullianida,
Rini
Galur-Galur Harapan
Hermanasari
Padi Gogo Toleran
26 PGN 26 14.25 -14.31 , Angelita
, Kekeringan Dan
Puji Lestari
Keracunan Aluminium
Aris
Hairmansis
Rini
Hermanasari
, Yullianida, Penampilan Galur-Galur
27 PGN 27 14.31 -14.37 Angelita Puji Padi Gogo Terpilih di
Lestari dan Lahan Kering Masam
Aris
Hairmansis
Fibrianty, Karakteristik Pelindian
Eko Udipsamment Pada
28 PGN 28 14.37 -14.43 Hanudin, Ameliorasi Menggunakan
dan Azwar Tanah Mineral Dan
Ma’as Polimer Perekat
Diskusi 14.43 -14.53
Sesi 4
Optimalisasi
Pemanfaatan Lahan
Meidaliyantis Usahatani Mendorong
29 PGN 29 14.53 -14.59 yah, Asropi, Peningkatan Indeks
dan Slameto Pertanaman Pangan Di
Wilayah Kabupaten
Lampung Selatan
Rahadian
Peranan Mikroba Pelarut
Mawardi dan
30 PGN 30 14.59 -15.05 Fosfat Pada Tanah
Sandi
Ultisol
Nugroho
Page 27
Ruang Paralel 2 (Room 2) :
Bidang Tanaman Pangan B
Page 28
Ruang Paralel 3 (Room 3) :
Bidang Hortikultura
Moderator : Ir. Ratna Wylis Arief, MTA.
Operator : Dea Sylva Lisnandar, S.Si., M.Si
Notulis : Rismawita Sinaga, SP.
KODE
NO. WAKTU NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Sesi 1
Eko Darma Kajian Hubungan Unsur
Husada, Yuni Fitri Iklim Terhadap
Cahyaningsi, Nur Produktivitas Beberapa
34 HRT 01 13.05 -13.11
Salamah Tanaman Buah Di
Harahap, dan Kabupaten Agam
Fauzul Hamdika Sumatera Barat
Efikasi Insektisida Alfa
Sipermetrin 15 G/L
Terhadap Spodoptera
Siska Efendi dan
35 HRT 02 13.11- 3.17 litura Dan Pengaruhnya
Reflinaldon
Terhadap Parasitoid
Snellenius Manilae
Pada Tanaman Cabai
Karakter Morfologi dan
Etty Hesthiati,
Aplikasi Pupuk Organik
Rizqy Permana
Pada Pertumbuhan
36 HRT 03 13.17 -13.23 dan Inkorena
Bibit Tanaman Langka
Gern Suzwaina
Kepel (Stelechocarpus
Sukartono
burahol)
Komoditas Bawang
37 HRT 04 13.23 -13.29 Jhon David Merah Dilahan Gambut
Di Kalimantan Barat
Keragaman Fenotipe
Tanaman Kenikir
(Cosmos caudatus) Di
38 HRT 05 13.29 -13.35 Muhammad Saleh Kebun Percobaan
Banjarbaru Balai
Penelitian Pertanian
Lahan Rawa
Diskusi 13.35 -13.45
Page 29
Ruang Paralel 3 (Room 3) :
Bidang Hortikultura
Moderator : Ir. Ratna Wylis Arief, MTA.
Operator : Dea Sylva Lisnandar, S.Si., M.Si
Notulis : Rismawita Sinaga, SP.
KODE
NO. WAKTU NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Sesi 2
Page 30
Ruang Paralel 3 (Room 3) :
Bidang Hortikultura
Moderator : Ir. Ratna Wylis Arief, MTA.
Operator : Dea Sylva Lisnandar, S.Si., M.Si
Notulis : Rismawita Sinaga, SP.
KODE
NO. WAKTU NAMA PENULIS JUDUL MAKALAH
ABSTRAK
Inventarisasi Dan
Identifikasi Sumber
Dian Meithasari
45 HRT 12 14.37 -14.43 Daya Genetik Lokal
dan Rr. Ernawati
Tanaman Di Lampung
Barat
Helmi Kurniawan Bobot 1000 Butir Dan
46 HRT 13 14.43 -14.49 dan Chotimatul Kualitas Benih Tujuh
Azmi Lot Varietas Cabai
Diskusi 14.49 -14.59
Sesi 4
Pertumbuhan Dan
Preferensi Lalat Buah
Amelia Sebayang,
Betina (Bactrocera
47 HRT 15 14.59 -15.05 Shaw-Yhi Hwang ,
Dorsalis Hendel) Pada
Andi Tenrirawe
Tujuh Tanaman Tropis
Yang Berbeda
Analisis Komponen
, Utama Pada Peubah
Shalati Febjislami
Pertumbuhan Dan
Maya Melati, Ani
48 HRT 16 15.05 -15.11 Produksi Beberapa
Kurniawati,
Aksesi Tanaman Kumis
Yudiwanti Wahyu
Kucing (Orthosiphon
Aristatus)
Pengaruh Pemberian
Rismawita Sinaga, Pupuk Boron Dan
Ernawati, Gohan Varietas Terhadap
49 HRT 17 15.11 -15.17 Octora Manurung Pertumbuhan Dan Hasil
dan Edwin Bawang Merah Di
Herdiansyah Lahan Kering Masam,
Lampung
Asal Benih Dan
Nina Mulyanti , Pemakaian Agensia
50 HRT 18 15.17 -15.23 Nila Wardani dan Hayati Pada Budidaya
Agung Lasmono Bawang Merah Di
Tanggamus – Lampung
Diskusi 15.23 -15.33
Page 31
Ruang Paralel 4 (Room 4) :
Bidang Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Bidang Pascapanen Mekanisasi Pertanian
Moderator : Dr. Ir. Slameto, M.Si.
Operator : Asropi, STP., M.Sc.
Notulis : Erliana Novitasari, STP., M.Sc.
KODE NAMA
NO. WAKTU JUDUL MAKALAH
ABSTRAK PENULIS
Sesi 1
Faktor–Faktor Yang
Mempengaruhi
Fikri Syahputra,
Keputusan Petani Kopi
51 SEKP 01 13.05-3.11 Zulkarnain,
Bermitra Dengan
Ainul Mardliyah
PT.Nestle Di Kabupaten
Lampung Barat
Dwi Haryadi, Dampak Perubahan
Zulkarnain, Faktor Eksternal Dan
52 SEKP 02 13.11 -3.17 Ainul Internal Pendapatan
Mardliyah, Rumah Tangga Petani
Maryati Jagung
Ketut Ratna Sri Kepuasan Petani Cabai
Rahayu, Terhadap Pelaksaan
Zulkarnain, Kemitraan CV Metro
53 SEKP 03 13.17 -3.23
Ainul Global Makmur di
Mardliyah, Kabupaten Lampung
Maryati Timur
Adi Asmariadi Pencurian dan Alih
Budi, Henita Fungsi Lahan Komoditas
54 SEKP 04 13.23 -3.29 Astuti, Gita Lada: Rangkaian
Paramita Penyebab Dan Rumusan
Djausal Solusi
Respon Dan Peningkatan
Pengetahuan Peserta
55 SEKP 05 13.29 -3.35 Nasriati
Temu Teknis Inovasi
Pertanian Di Lampung
Diskusi 13.35 -3.45
Sesi 2
Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat
Suryani, Zahara
Pengetahuan Petani
56 SEKP 06 13.45 13.51 dan Hestiana
Terhadap Fungsi
Karyati
Kelompok Tani Di
Kabupaten Pringsewu
Page 32
Ruang Paralel 4 (Room 4) :
Bidang Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Bidang Pascapanen Mekanisasi Pertanian
Moderator : Dr. Ir. Slameto, M.Si.
Operator : Asropi, STP., M.Sc.
Notulis : Erliana Novitasari, STP., M.Sc.
Hambatan Adopsi VUB
Fauziah Yulia Padi Sawah: Studi
57 SEKP 07 13.51 -13.57 Adriyani dan Betty Kasus Kacamatan
Meilina Trimurjo Lampung
Tengah
Preferensi Petani
Terhadap Penerapan
Fauziah Yulia
Sistem Tanam Zigzag
58 SEKP 08 13.57 -14.03 Adriyani dan Tri
Pada Budidaya Jagung
Kusnanto
Berdasarkan
Karakteristik Inovasi
Tingkat Adopsi
Teknologi PTT Padi
Erdiansyah, Yulia Pada Kawasan
59 SEKP 09 14.03 -14.09 Pujiharti2, Nila Pengembangan
Wardani1 Pertanian Bioindustri
Berbasis Integrasi Padi-
Sapi Di Lampung
Peningkatan
Pengetahuan Peserta
Ely Novrianty dan
Bimbingan Teknis
60 SEKP 10 14.09 -14.15 Fauziah Yulia
Penyuluh Di Kabupaten
Adriyani
Lampung Timur dan
Kabupaten Pesawaran
Diskusi 14.15 -14.25
Sesi 3
Analisa Usaha Tani
Padi Sawah
Asropi, Erliana Berdasarkan Tiga
61 SEKP 11 14.25 -14.31 Novitasari, Teknik Cara Tanam Di
Widodo Kecamatan Seputih
Raman Kabupaten
Lampung Tengah
Zahara, Rangga
Ditya Yofa, Determinan
62 SEKP 12 14.31 -14.37 Anastasia Asri Penawaran Daging
Widyasari, Robet Sapi Di Indonesia
Asnawi
Page 33
Ruang Paralel 4 (Room 4) :
Bidang Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Bidang Pascapanen Mekanisasi Pertanian
Moderator : Dr. Ir. Slameto, M.Si.
Operator : Asropi, STP., M.Sc.
Notulis : Erliana Novitasari, STP., M.Sc.
Pengetahuan
Gohan Octora Pengunjung Terhadap
Manurung dan Teknologi Budidaya
63 SEKP 13 14.37 -14.43
Edwin Cabai Pada Visitor Plot
Herdiansyah Taman Sains Pertanian
Natar Di Lampung
Tiara Aprilia Putri Strategi
64 SEKP 14 14.43 -14.49 Hernanda, Pengembangan
Erdiansyah Agrowisata Petik Jeruk
Aliran Perdagangan
Eka Miftakhul
65 SEKP 15 14.49 -14.55 Lada Indonesia di pasar
Jannah
Internasional
Diskusi 14.55 -15.05
Sesi 4
Pengolahan Dessert
Etty Hesthiati,
Mousse Bisbul Dan
Nurul Hanifah,
Alpukat Untuk
66 PPMP 01 15.05 -14.11 Dena Anggari dan
Meningkatkan Nilai
Inkorena G.S.
Tambah Sebagai
Sukartono
Pangan Fungsional
Efektifitas Minyak Jeruk
Leni Marlina, Nipis Dan Purut Untuk
Hendri, Mengendalikan Jamur
67 PPMP 02 15.11 -15.17
Jumjunidang, dan Penyebab Penyakit
Mizu Istianto Pascapanen Salak
Pondoh Secara Invitro
Nurdeana Susut Panen dan
Cahyaningrum, Pascapanen Kedelai Di
68 PPMP 03 15.17 -15.23 Muhammad Fajri, Kabupaten Gunungkidul
dan Heni Daerah Istimewa
Purwaningsih Yogyakarta
Pengaruh Persentase
Astrid Fransisca, Penambahan Sawi
79 PPMP 04 15.23 -15.29 Jonri Suhendra Hijau Terhadap Daya
Sitompul Leleh dan Organoleptik
Es Krim
Page 34
Ruang Paralel 4 (Room 4) :
Bidang Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Bidang Pascapanen Mekanisasi Pertanian
Moderator : Dr. Ir. Slameto, M.Si.
Operator : Asropi, STP., M.Sc.
Notulis : Erliana Novitasari, STP., M.Sc.
Bahan Tambahan
Erliana Novitasari
Makanan (BTM)
70 PPMP 05 15.29 -15.35 and Tika Nafiah
Buatan: Pengawet dan
Ramadhani
Pemanis Makanan
Uji Cita Rasa Kopi
Bubuk Robusta
Alvi Yani dan
71 PPMP 06 15.35 -15.41 Lampung Dari
Erliana Novitasari
Beberapa Tipe
Penyangraian
Page 35
Ruang Paralel 5 (Room 5) :
Bidang Perkebunan
Bidang Peternakan
KODE NAMA
NO. WAKTU JUDUL MAKALAH
ABSTRAK PENULIS
Sesi 1
Karakterisasi Morfologi
Pada Pertumbuhan
Muhammad
Awal Beberapa Aksesi
72 BUN 01 13.05-13.11 Susanto
Jambu Mete
Prabowo
(Anacardium
Occidentale L.)
Efektivitas Minyak Atsiri
Terhadap
Dini Florina,
PertumbuhanColletotric
Marlina Puspita
73 BUN 02 13.11 -13.17 hum Gloeosporioides,
Sari, Dono
Penyebab Penyakit
Wahyuno
Busuk Basah Buah
Pala
Strategi Pengelolaan
Lahan Kering Masam
Rizka Aidina Pada Kebun Entres
74 BUN 03 13.17 -13.23
Putri1 Karet Di BPSBP
Tungkap, Kalimantan
Selatan
Pengaruh Kemasakan
Buah Dan Teknik
Darwin
Skarifikasi Pada
75 BUN 04 13.23 -13.29 Taula’bi’, Elisa
Pertumbuhan Benih
Winanda
Pala (Myristica
Fragrans)
Dewi Rumbaina
Mustikawati, Kajian Perbenihan
76 BUN 05 13.29 -13.35 Ratna Wylis Tanaman Lada Di
Arief dan Lampung Timur
Endriani
Page 36
Ruang Paralel 5 (Room 5) :
Bidang Perkebunan
Bidang Peternakan
Sesi 2
Page 37
Ruang Paralel 5 (Room 5) :
Bidang Perkebunan
Bidang Peternakan
Sesi 3
Peningkatan Kualitas
Adhe Phoppy
Kompos Dari Campuran
82 NAK 04 14.25 -14.31 Wira Etika, Zikril
Kotoran Sapi Dan
Hidayat, Nuraini
Serbuk Gergaji Kayu
Helminthiasis Pada
Sionita Gloriana Sapi Potong Yang
Gunawan, Nur Digembalakan Di
83 NAK 05 14.31 -14.37 Rizqi Bariroh, Perkebunan Sawit Di
Muhammad Kalimantan Timur (Studi
Dimas Arifin Kasus Di Kabupaten
PPU Dan Paser)
Optimalisasi Teknologi
Sari Yanti Inseminasi Buatan
Hayanti dan Melalui Program Sapi
84 NAK 06 14.37 -14.43
Yeny Indukan Wajib Bunting
Widyaningrum (SIWAB) Di Rpovinsi
Jambi
Ahmad Subhan,
Kinerja Produksi
Akhmad
Pengembangan Ayam
Hamdan, Fiqy
Kampung Unggul
85 NAK 07 14.43 -14.49 Hilmawan , Siti
Balitbangtan Berbasis
Nurawaliah,
Rumah Tangga Di
dan Eni Siti
Kalimantan Selatan
Rohaeni
Viabilitas Semen Cair
Yeni Sapi Pogasi Dengan
Widyaningrum Pengencer Cep Yang
86 NAK 08 14.49 -14.55
dan Dian Ditambahkan
Ratnawati Antioksidan Pada Suhu
Yang Berbeda
Diskusi 14.55-15.05
Page 38
Ruang Paralel 5 (Room 5) :
Bidang Perkebunan
Bidang Peternakan
Sesi 4
Perilaku Harga
Novita
Komoditas Peternakan
Ardiarini,Jonath
87 NAK 09 14.55 -15.05 Di Maluku Utara Pada
an Anugrah
Hari Besar Keagamaan
Lase
Nasional
Anthelmintik Alami
Untuk Penanggulangan
Reny Debora
88 NAK 10 15.05 -14.11 Cacing Gastrointestinal
Tambunan
Pada Ternak
Ruminansia Kecil
Nandari Dyah
Suretno, Reli Produktivitas Rumput
Hevrizen, Reny Cloris Gayana Yang
89 NAK 11 15.11 -15.17
Debora Ditanam Pada Lahan
Tambunan, Kering Masam
Andi Maryanto
Produktivitas Ayam Kub
Marsudin
Berbasis Rumah
Silalahi , Reli H
90 NAK 12 15.17 -15.23 Tangga Di Empat
dan Panjaitan
Kecamatan Kabupaten
Imelda
Tanggamus
Tingkat Adopsi Petani
Terhadap Teknologi
Akhmad
Pengolahan Pakan
Ansyor, Andi
Ternak Pada Program
Maryanto,
91 NAK 13 15.23 -15.29 Pendampingan
Robinson, dan
Pengembangan
Marsudin
Kawasan Pertanian
Silalahi
Nasional Di Kabupaten
Pringsewu
Page 39
Kumpulan Abstrak
SEMINAR NASIONAL
BPTP LAMPUNG 2021
“INOVASI TEKNOLOGI
PERTANIAN LAHAN KERING
MASAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN
PANGAN DAN EKSPOR”
https:bit.ly/SemnasBPTPLampung2021
PGN 01
DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN KERING MASAM
MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN
1 2
Zahara dan Yennita Sihombing
1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung
Jl. Z.A. Pagar Alam No. 1A, Rajabasa, Bandar Lampung, Provinsi lampung,
35145
2
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Jl. Tentara Pelajar No. 10, Bogor, 16114
ABSTRAK
Lahan kering masam berpotensi sangat besar mendukung pembangunan
pertanian di Indonesia, baik tanaman pangan, hortikultura (sayuran dan buah-
buahan), maupun tanaman tahunan (perkebunan) dalam upaya mencapai
ketahanan pangan. Lahan kering masam dicirikan oleh karakternya yang
kurang subur, mengandung Al tinggi sehingga dapat meracuni tanaman dan
mengganggu penyerapan hara, miskin hara terutama N, P, K, Ca, dan Mg,
miskin bahan organik, dan miskin mikroba tanah Tanpa pengelolaan yang tepat
produksi tanaman pada lahan kering masam masih rendah dan tidak sesuai
dengan potensi hasil tanaman. Tujuan penulisan adalah untuk mengidentifikasi
jenis-jenis inovasi teknologi pertanian lahan kering masam yang telah di
diseminasikan dalam mendukung ketahanan pangan. Pengkajian dilakukan
dengan menggunakan metode Desk Research, kemudian dianalisa dengan
mengunakan analisa deskriktif kualitatif untuk menjawab tujuan penulisan
melalui telaah literatur dengan mendeskripsikan jenis - jenis inovasi teknologi
yang telah di diseminasikan terhadap petani dengan menggunakan data
sekunder yang bersumber dari Kementerian Pertanian, berbagai hasil
penelitian, jurnal, kebijakan pemerintah, dan lembaga terkait yang dapat
mempertajam kedalaman analisis. Diseminasi inovasi teknologi pengelolaan
lahan kering masam sudah dilakukan sejak beberapa dekade lalu, akan tetapi
tingkat adopsinya masih tergolong rendah Hal ini terjadi karena sebagian besar
petani lahan kering masih mengelola lahan pertanian secara subsistem. Dari
hasil pengkajian diperoleh kesimpulan bahwa tingkat adopsi inovasi teknologi
masih rendah menyebabkan rata-rata produktivitasnya rendah bahkan
cenderung menurun. Untuk mewujudkan keberlanjutan pengelolaan lahan
kering masam, selain upaya teknis dan teknologis yang dilakukan, harus
mempertimbangkan dampak ekologisnya, kesesuaian sosio-kultural dengan
masyarakat lokal, serta secara ekonomi menguntungkan petani sebagai pelaku
utamanya
Kata Kunci : Diseminasi, inovasi teknologi, ketahanan pangan, lahan kering
masam
Page 41
PGN 02
ABSTRAK
Seleksi langsung untuk karakter hasil biji jagung di kondisi kekeringan seringkali
tidak sangkil. Penggunaan karakter skunder dalam seleksi tidak langsung
diharapkan dapat meningkatkan kesangkilan seleksi. Penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh karakter sekunder yang dapat digunakan untuk seleksi tidak
langsung. Penelitian ini akan dilaksanakan di IP2TP Bajeng Balai Penelitian
Tanaman Serealia Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan pada bulan Juli
sampai November 2020. Penelitian disusun dalam rancangan Acak kelompok
Alpha Lattice dengan 3 ulangan. Genotipe yang digunakan adalah 36 calon
jagung hibrida dan 4 varietas pembanding. Karakter yang memiliki keragaman
tinggi ditentukan dengan karakter yang memiliki nilai loading factor lebih dari
0,7 korelasi antara karakter sekunder dengan hasil menggunakan korelasi
pearson serta nilai heritabiitas diturunkan dari analisis ragam. Hasil penelitian
menunjukka bahwa karakter umur berbunga jantan, umur berbunga betina,
jumlah tongkol panen dan diameter tongkol merupakan karakter skunder yang
bisa digunakan sebagai seleksi tidak langsung jagung pada kondisi kekeringan.
Page 42
PGN 03
ABSTRAK
Page 43
PGN 04
Page 44
PGN 05
ABSTRAK
Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang startegis namun minat
petani untuk melakukan usahatani kedelai masih rendah. Salah satu
penyebabnya adalah rendahnya produktivitas kedelai. Kementerian Pertanian
telah merilis berbagai varietas unggul baru (VUB) kedelai yang memiliki
produktivitas tinggi. Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji keragaan
beberapa VUB kedelai di Kabupaten Majalengka. Pengkajian dilakukan dengan
menanam lima varietas VUB dan dibandingkan dengan varietas Anjasmoro
yang biasa ditanam oleh petani. Pengkajian dilakukan dilahan petani dengan
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang diulang lima kali.
Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman (tinggi dan jumlah
cabang) dan komponen hasil (jumlah polong isi, jumlah polong hampa dan
berat brangkasan) serta hasil panen. Semua data dianalisa dengan uji ANOVA
dan dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil tersebut lalu dibandingkan dengan
deskripsi varietas kedelai untuk melihat kesesuaiannya. Sehingga diperoleh
varietas yang sesuai untuk dikembangkan di Kabupaten Majalengka. Hasil
pengkajian menunjukan bahwa semua varietas yang diuji sesuai untuk
dibudidayakan kecuali varietas DETAP-1.
Page 45
PGN 06
ABSTRACT
Page 46
PGN 07
ABSTRAK
Jagung merupakan salah satu tanaman serealia penting selain gandum dan
beras di dunia. Ulat grayak (FAW), Spodoptera frugiperda merupakan hama
invasif di Indonesia termasuk Bengkulu. Hama ini asli dari wilayah tropis dan
subtropis Amerika, merupakan hama penting pada jagung dan juga
menyerang lebih dari 100 tanaman inang. Hal tersebut menyebabkan
kerusakan yang penting secara ekonomi. Pengendalian hama ini telah
dilakukan umumnya secara kimiawi. Teknik pengendalian hama berbasis
PHT (pengendalian hama terpadu) semakin meningkat seiring dengan
kesadaran pentingnya pertanian berkelanjutan. Salah satu komponen dari
PHT adalah pengunaan musuh alami dengan Biopestisida berbasis mikroba
Nucleopolyhedrovirus (NPV). Tujuan penelitian ini untuk mempelajari
insidensi alami NPV yang menginfeksi S. frugiperda di sentra jagung
Bengkulu. Metode penelitian dilakukan dengan survei di daerah sentra
jagung di Bengkulu dan asosiasi NPV dengan S. frugiperda dikonfirmasi
dengan mikroskop fase kontras dan studi patogenisitas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa insidensi NPV secara alami terjadi pada larva S.
frugiperda dengan tingkat jumlah larva terinfeksi mulai dari 1 hingga 5 ekor,
sementara persentase kerusakan tanaman jagung akibat serangan S.
frugiperda berkisar antara 40-96%. Larva yang mati terinfeksi virus NPV
ditemukan di lapangan dengan tanda tubuh larva menggantung dengan
kedua tungkai semu bagian abdomen menempel pada daun jagung
membentuk huruf V terbalik. Occlusion bodies (OB) dari NPV berbentuk segi
banyak (polyhedral). Pemeriksaan kualitatif terhadap larva mati setelah diberi
pakan dengan pakan yang terkontaminasi dengan OB menunjukkan bahwa
OB virus tersebut memiliki sifat yang sama dengan OB yang diaplikasikan,
baik morfologi (bentuk OB) dan biologis (virulensi OB).
Page 47
PGN 08
Optimization Of Dry And Saving Lands For Food Plants With The Supply
Of Organic Fertilizer
1 1
Mirawanty Amin *, Anggella Tesalonika Tombuku
1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Utara
Jl. Kampus Pertanian Kalasey, Manado 95013, Sulawesi Utara, Indonesia
*Email:mirawantyamin@gmail.com
ABSTRAK
Page 48
PGN 09
Muhammad Saleh
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
Jalan Kebun Karet Loktabat Banjarbaru
ABSTRAK
Keragaan tujuh varietas padi lokal asal Jambi di lahan rawa lebak dangkal.
Pengujian dilaksanakan pada Musim Kemarau 2015, di Kebun Percobaan
Banjarbaru. Sebagai perlakuan adalah tujuh padi varietas lokal yang berasal
dari Jambi, yaitu varietas Gadis Jambi, Serendah Kuning, Kotek, Kuning
Betung, Serendah Halus, Karya dan Rimbun Daun. Pengamatan dilakukan
terhadap skor pertumbuhan vegetatif, generatif, tinggi tanaman, jumlah
malai/rumpun, panjang malai, bobot 1000 gabah, dan hasil. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa : keragaan pertumbuhan vegetatif dan genertif tergolong
baik (skor 3). Hasil yang dicapai oleh varietas Gadis Jambi, Rimbun Daun,
Karya, Serendah Kuning, Kotek, Kuning Betung dan Serendah Halus masing
masing sebesar 5,23 ; 3,80 ; 2,80; 2,13 ; 1,16 ; 1,13 dan 1,00 t/ha. Nilai duga
heritabilitas yang tinggi ditunjukkan oleh karakter tinggi tanaman, panjang
malai, bobot 1000 gabah dan hasil. Keragaman genetik yang luas ditunjukkan
oleh karakter tinggi tanaman, jumlah malai/rumpun dan bobot 1000 gabah.
Page 49
PGN 10
ABSTRAK
Page 50
PGN 11
Page 51
PGN 12
ABSTRAK
Page 52
PGN 13
ABSTRAK
Page 53
PGN 14
ABSTRAK
Page 54
PGN 15
ABSTRAK
Lahan masam baik yang berupa lahan kering maupun lahan rawa mempunyai
potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian. Kedelai
merupakan salah satu jenis komoditas yang bisa dibudidayakan di lahan
masam. Pada umumnya lahan masam mempunyai tingkat kesuburan dan
produktivitas yang rendah. Salah satu usaha untuk mengoptimalkan
produkstivitas lahan masam adalah dengan memanfaatkan bahan pembenah
tanah. Berdasarkan senyawa penyusunnya, bahan pembenah tanah dapat
dikelompokkan menjadi bahan pembenah organik, anorganik dan hayati.
Penggunaan bahan pembenah tanah ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah. Pemberian bahan pembenah tanah dapat
meningkatkan kemantapan agregat, memperbaiki aerasi dan struktur tanah.
Sifat kimia tanah seperti pH, kandungan P dan KTK meningkat sebaliknya
toksisitas aluminium menurun akibat pemberian bahan pembenah tanah. Selain
itu pemberian bahan pembenah tanah juga dapat mengefisienkan pemupukan
anorganik dan menurunkan kejenuhan Al. Pemberian bahan pembenah tanah
berupa dolomit di lahan sulfat masam actual dapat meningkatkan hasil kedelai
dari 232 kg/ha menjadi 1387-272 kg/ha. Pemberian bahan pembenah tanah
berupa dolomit, kotoran ayam dan petroganik, masing-masing dapat
meningkatkan hasil kedelai dari 1,5 t/ha menjadi 2 t/ha, 2,5 t/ha dan 1,9 t/ha.
Makalah ini bertujuan untuk memaparkan peranan bahan pembenah tanah
dalam meningkatkan kesuburan tanah dan produksi kedelai di lahan masam.
Page 55
PGN 16
ABSTRAK
Page 56
PGN 17
ABSTRAK
Page 57
PGN 18
ABSTRAK
Pulau Madura yang secara pemerintahan masuk dalam wilayah Provinsi Jawa
Timur, berpenduduk etnis asli Madura. Agroekosistem lahan pertanian tidak
sesubur Pulau Jawa, menjadikan berpengaruh terhadap pembentukan karakter
dikenal sulit menerima pembaharuan, inovasi. Ini tantangan bagi
penyelenggara penyebarluasan pembaharuan, inovasi dalam rangka
pemberdayaan masyarakat petani. Pembaharuan inovasi banyak dilakukan
oleh BPTP Jawa Timur melalui pendekatan Research-Extension-Linkage,
dengan payung hukum Permentan No. 11 tahun 2019. Oleh sebab itu perlu
mereview hasil penerapan inovasi padi sistem tanam jajar legowo 2016 s/d
2018, dan perkembangan hingga tahun 2020. Metode yang digunakan
intepretasi data perkembangan hasil penerapan inovasi berdasarkan luasan
(ha); jumlah poktan; dan sebaran lokasi (jumlah desa). Pada tahun 2016
kegiatan penerapan inovasi di kecamatan Guluk-Guluk merencanakan satu
poktan, seluas 15 ha, di satu desa, namun terealisasi 40 ha dilaksanakan tiga
poktan. Pada MH 2020 capaian realisasi penerapan inovasi meningkat menjadi
262 ha, melibatkan 22 poktan tersebar di 7 desa. Di tahun 2018, kegiatan
berdampak ke desa gapura Tengah, kecamatan Gapura, dengan menerapkan
inovasi yang sama seluas 5 ha dikerjakan oleh 3 poktan. Pada MH 2020,
penerapan inovasi berkembang menjadi 168 ha melibatkan 25 poktan tersebar
di 5 desa. Dari hasil kegiatan tersebut, nampak bahwa dalam memasifkan
inovasi ke petani sampai berdampak penerapannya ke lokasi lainnya (desa
atau kecamatan), diperlukan pengulangan hingga beberapa musim tanam.
Terlebih pada sasaran yang berkarakter perlu penanganan khusus Hal ini
untuk memberikan efek kepada petani agar, membiasakan diri untuk hal
tersebut.
Page 58
PGN 19
ABSTRAK
Page 59
PGN 20
ABSTRAK
Page 60
PGN 21
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui produksi ubi kayu dengan
penambahan hara mikro Zn yang ditanam secara tumpangsari. Penelitian ini
dilaksanakan pada Maret 2017 sampai Maret 2018 di Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial
-1
dengan dua dosis pupuk mikro Zn (0 dan 40 kg ha ) yang disusun secara Strip
plot dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Homogenitas diuji
dengan Uji Bartlett dan dilanjutkan analisis ragam dengan Uji Beda Nyata Jujur
(BNJ) taraf nyata 5% menggunakan software SAS. Pengamatan dilakukan saat
tanaman ubi kayu berusia 7 dan 10 bulan. Variabel yang diamati yaitu jumlah
umbi per tanaman, bobot umbi per tanaman, dan kadar pati. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian mikro Zn dapat meningkatkan produksi ubi
kayu yaitu jumlah umbi sebesar 46,94% dan 43,36%, bobot umbi 64,58% dan
55,74%, serta kadar pati 2,24% dan 1,2% masing-masing pada umur panen 7
dan 10 bulan. Sistem tumpangsari ubi kayu dengan sorgum menurunkan
produksi ubi kayu yaitu untuk jumlah umbi (antara 29,16 – 60,28% dan 33,57 –
65,78%) dan bobot umbi (antara 54,64 – 77,05% dan 66,41 – 85,33%), namun
meningkatkan kadar pati sebesar 15,92% dan 13,06% masing-masing pada
umur panen 7 dan 10 bulan.
Page 61
PGN 22
ABSTRAK
Page 62
PGN 23
The Yield Of Upland Rice And Soybean In “Turiman Gole 9-5” System In
Dry Land East Lampung Area
1)* 2) 3) 4)
Slameto , Meidaliyantisyah , D.A. Lisnandar dan Wahyu Wibawa
1) 2) 3)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung
Jl. Hi. Zainal Abidin Pagar Alam No. 1a, Rajabasa, Bandar Lampung,
Provinsi Lampung, Indonesia.
4)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat,
Jl.Raya Padang-Solok Km 40 Sukarami, Solok 27366, Indonesia.
Telp. (0755)31122; 31564, Fax. (0755) 731138; e-mail:
sumbar_bptp@yahoo.com
*e-mail: islameto@yahoo.co.id; Telp.085840258333
ABSTRAK
Kata kunci: tumpangsari, turiman gole 9-5, padi gogo-kedelai, lahan kering
Page 63
PGN 24
ABSTRAK
Page 64
PGN 25
ABSTRAK
Page 65
PGN 26
ABSTRAK
Budidaya padi di lahan kering masam identik dengan cekaman kekeringan dan
keracunan aluminium (Al). Diperlukan solusi yang bersifat lestari atau
berkelanjutan untuk mengatasi hal ini. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh galur-galur harapan padi gogo yang toleran kekeringan dan
keracunan Al. Uji daya hasil lanjutan (UDHL) dilakukan pada MT 1 2020 di
Tamanbogo, Lampung, sedangkan pengujian tingkat toleransi pada fase
vegetatif dilakukan di rumah kaca Muara, Bogor. Materi uji terdiri atas 18 galur
harapan padi gogo dan empat varietas pembanding, yaitu Situbagendit, Inpago
8, Inpago 10 dan Inpago 12. Keragaan galur-galur padi gogo di lapang
dibandingkan dengan rata-rata varietas pembanding menunjukkan tinggi
tanaman lebih tinggi, jumlah anakan produktif, umur bunga, umur panen dan
bobot 1000 butir gabah tidak berbeda nyata dengan pembanding (LSD 5%),
jumlah gabah isi per malai lebih banyak dan hasil gabah yang lebih tinggi. Rata-
rata tingkat toleransi galur uji terhadap keracunan aluminium di lapang lebih
toleran dibanding rata-rata varietas pembanding, sedangkan tingkat toleransi
berdasarkan hasil uji di rumah kaca menunjukkan rata-rata galur uji setara
toleransinya dengan varietas pembanding. Teridentifikasi lima galur harapan
terbaik dengan hasil lebih tinggi dari rata-rata hasil galur uji (2.64 t/ha) dan
berbeda nyata pada taraf LSD 5% (0.73), yaitu B14987E-MR-6, B14987E-MR-
32, B15150E-MR-31, B15150E-MR-10 dan B15152E-MR-45. Kelima galur
harapan terbaik berespon agak toleran-toleran Al di lapang dan toleran Al pada
fase vegetatif.
Kata kunci: keragaan tanaman, lahan kering masam, seleksi, skoring, toleransi
Page 66
PGN 27
ABSTRAK
Program pemuliaan padi gogo diarahkan untuk merakit varietas unggul yang
toleran terhadap berbagai cekaman abiotik dan biotik. Sejumlah varietas unggul
baru padi gogo yang adaptif terhadap berbagai cekaman lingkungan dan
memiliki ketahanan terhadap blas yang beragam telah dihasilkan melalui
program pemuliaan, namun varietas baru yang dihasilkan masih memiliki
kelemahan-kelemahan sehingga perlu diperbaiki. Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi (BB Padi) telah merakit galur-galur padi gogo tahan terhadap
penyakit blas. Galur-galur tersebut perlu diseleksi pada lingkungan target
seperti lahan kering masam. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan galur
padi gogo berpotensi hasil tinggi, toleran Al, dan tahan terhadap penyakit blas
serta beradaptasi baik pada lingkungan lahan kering masam. Percobaan
observasi galur-galur padi gogo dilaksanakan di Kebun Percobaan Tamanbogo,
Lampung pada musim penghujan tahun 2020. Percobaan ini menggunakan
rancangan augmented. Materi yang diseleksi sebanyak 300 galur-galur padi
gogo generasi menengah yang berasal dari program pemuliaan BB Padi dan
lima varietas pembanding yang di ulang empat kali. Penampilan tanaman dan
tingkat ketahanan terhadap blas serta cekaman Al diamati di lapangan. Hasil
percobaan menunjukkan dari 300 galur yang diuji, terpilih 16 galur yang
memiliki rata-rata hasil melebihi rata-rata hasil varietas pembanding Inpago 9
(4.01 t/ha) dan 11 galur memiliki skor satu untuk ketahanan terhadap blas daun
dan blas leher. Galur-galur yang terpilih toleran terhadap keracunan
Alumunium. Karakter agronomi galur-galur yang terpilih memiliki jumlah anakan
produktif sangat bervariasi antara 5 - 18 batang per rumpun, tinggi tanaman
antara 90 – 154 cm, umur tanaman berbunga antara 64 - 82 hari, umur dapat
dipanen antara 88 - 104 hari.
Page 67
PGN 28
ABSTRAK
Tanah Udipsamment di Pantai Selatan Yogyakarta berasal dari deposit erupsi
Gunung Merapi yang diangkut dan bercampur dengan material dari daerah aliran
sungai maupun laut. Fraksi pasir > 95%, lepas-lepas, tak berstruktur, dan
pelindian sangat tinggi. Ameliorasi dilakukan agar Udipsamment dapat
dimanfaatkan untuk pertanian. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh
amelioran tanah mineral dan polimer perekat terhadap karakter pelindian hara di
Udipsamment. Penelitian menggunakan Rancangan acak lengkap dengan tiga
ulangan. Perlakuan meliputi Inceptisol+bagasse, Vertisol+bagasse,
Inceptisol+bagasse+tapioka 1%, Inceptisol+bagasse+tapioka 2%,
Vertisol+bagasse+ tapioka 1%, Vertisol+bagasse+tapioka 2%,
Inceptisol+bagasse+ampas tapioka 1%, Inceptisol+bagasse+ampas tapioka 2%,
Vertisol+bagasse+ampas tapioka 1%, Vertisol+ bagasse+ampas tapioka 2%,
Inceptisol+bagasse+Polyvinylalcohol 0,1%, Inceptisol+ bagasse+Polyvinylalcohol
0,2%, Vertisol+bagasse+Polyvinylalcohol 0,1%, dan Vertisol+
Bagasse+polyvinylalcohol 0,2%. Takaran bagasse dan fraksi lempung masing-
masing 1 dan 5 % dari berat kering tanah. Takaran tapioka dan ampas tapioka
dalam variasi 1 dan 2 %, serta polyvinylalcohol sebanyak 0,1 dan 0,2% dari berat
kering tanah. Penelitian pelindian dalam lisimeter dilaksanakan di Laboratorium
Tanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. Parameter meliputi:
waktu pelolosan air, tekstur, berat volume, C organik, N total, P tersedia, dan
kapasitas pertukaran kation (KPK). Pengamatan dilakukan sebelum dan setelah
pelindian. Vertisol+bagasse+tapioka 2% terbaik meningkatkan daya pegang
lengas. Ameliorasi memperbaiki kemampuan Udipsamment memegang hara,
meskipun setelah pelindian selama 6 bulan terjadi penurunan kadar C organik, N
total, dan P tersedia dibandingkan sebelum pelindian. Ameliorasi meningkatkan
KPK tanah dan hingga pelindian pada bulan ke-6 menunjukkan nilai KPK yang
lebih tinggi dibandingkan sebelum pelindian. Jumlah fraksi lempung relatif
seragam antara permukaan dan dasar lisimeter menunjukkan bahwa polimer
perekat berhasil merekatkan partikel pasir-lempung dan mencegah pelindian
lempung.
Kata kunci : amelioran, lempung, pelindian, udipsamment
Page 68
PGN 29
ABSTRAK
Upaya peningkatan indeks pertanaman pada lahan usahatani dan produksi
pangan khususnya padi dan jagung tetap dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk
mengkaji optimalisasi pemanfaatan lahan usahatani petani dalam mendorong
indeks pertanaman dan produksi pangan di wilayah Kabupaten Lampung
Selatan. Metode yang dilakukan adalah observasi lapangan dalam bentuk
demplot penerapan inovasi teknologi budidaya padi di lahan tadah hujan dan
jagung di lahan kering. Desain penelitian dengan membandingkan
implementasi inovasi teknologi antar musim tana. Observasi dilakukan pada
penerapan inovasi teknologi pertanian cara petani maupun introduksi, Lokasi
kajian di Desa Batuliman, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan,
Provinsi Lampung. Lahan demplot yang digunakan sekitar 7 ha. Inovasi
teknologi introduksi berupa pendekatan pengelolaan tanaman terpadu tanaman
pangan dan waktu penanaman MT-1 dan MT-2 tahun 2020. Data yang diamati
berupa pola tanam setahun, jenis tanaman setahun dan komponen produksi
tanaman. Analisis data statistik dengan membandingkan (compare) rata-rata
produksi, Penyajian hasil secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan sebaran
pola tanam satu tahun pada lahan sawah tadah hujan adalah padi-
padi/jagung/palawija-bero/palawija/jagung. Pola tanam satu tahun pada lahan
kering adalah jagung/padigogo-jagung/palawija-bero/palawija. Rerata produksi
padi di lahan sawah tadah hujan pada MT-1 sebesar 6720 kg GKP/ha dan pada
MT-2 sebesar 5718 kg GKP/ha. Rerata produksi Jagung MT-2 sebesar 2436 kg
pipilan kering/ha, Indeks pertanaman (IP) di lahan sawah tadah hujan adalah
150-200. Perhitungan waktu tanam yang tepat serta inovasi pemanfaatan
terbatasnya ketersediaan air, menjadi kunci keberhasilan produksi pada pola
tanam setahun di lahan sawah tadah hujan dan lahan kering. Di wilayah
Lampung Selatan pada lahan dengan IP 150-200 masih sangat potensial untuk
ditingkatkan menjadi IP 200-300.
Page 69
PGN 30
ABSTRAK
Page 70
PGN 31
ABSTRAK
Page 71
PGN 32
ABSTRAK
Pertanian organik saat ini menjadi salah satu pilihan bagi para petani, hal ini
dikarenakan produknya memiliki harga jual yang lebih tinggi dan juga
kesadaran konsumen sudah mulai meningkat untuk mengkonsumsi produk-
produk organik. Namun demikian, dari beberapa penelitian yang telah dilakukan
menunjukan bahwa ada beberapa produk pertanian organik memiliki
kandungan logam berat yang melebihi ambang batas sehingga dapat
membahayakan kesehatan para konsumennya. Tujuan dari makalah ini adalah
untuk mengetahui sumber asal logam berat dan juga mengetahui bagaimana
tanah dan produk pertanian dapat mengandung logam berat akibat dari
pertanian organik. Kandungan logam berat didalam tanah bersumber dari dua
kemungkinan, pertama adalah secara alami dikarenakan adanya proses
geologi dan yang kedua adalah merupakan dampak dari aktivitas manusia.
Logam berat tidak membahayakan bagi mahluk hidup selama tidak masuk
kedalam metabolisme mahluk hidup dan yang terpenting juga adalah jumlahnya
tidak melebihi ambang batas. Terdapat fakta yang menarik bahwasanya
beberapa unsur yang termasuk kedalam logam berat, dalam jumlah yang
sedikit, ternyata memiliki peranan sebagai unsur hara mikro yang dibutuhkan
tanaman agar dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi.
Page 72
PGN 33
ABSTRAK
Scab merupakan penyakit yang menyerang bagian daun dan batang tanaman
ubi jalar yang menyebabkan produktivitas tanaman menurun akibat
terganggunya proses fotosintesis. Penelitian bertujuan untuk menduga
keragaan dan menyeleksi 8 genotipe ubi jalar lokal Papua asal Kabupaten
Manokwari terhadap penyakit Scab. Penelitian dilaksanakan selama ± 5 bulan
dari bulan Januari 2020 sampai dengan Juni 2020, di Kebun Percobaan
Manggoapi Faperta Universitas Papua Manokwari. Penelitian menggunakan
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 8 klon ubi jalar lokal Papua asal
Kabupaten Manokwari yaitu arfai, oransbari, SP 1, SP 4, SP 5, SP 7, amban,
dan macuan. Analisis data terdiri dari analisis ragam, regresi, korelasi dan
pengaruh langsung, seleksi berdasarkan tingkat ketahanan. Genotipe ubi jalar
lokal Papua Asal kabupaten Manokwari yang diuji di kabupaten Manokwari
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada karakter produktivitas dan
tidak berbeda nyata pada karakter intensitas penyakit. Sebanyak 62,5%
genotipe ubi jalar lokal Papua asal Kabupaten Manokwari agak tahan terhadap
serangan penyakit Scab, 25,0% agak rentan dan sebanyak 12,5% rentan.
Genotipe Arfai merupakan genotupe yang agak tahan terhadap serangan
Penyakit Scab dan memiliki produktivitas 19 - 28 ton/ha.
Kata Kunci : Ubi Jalar, Scab, Keragaan, Seleksi
Page 73
PGN 34
PERANAN UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER (UPBS) BPTP LAMPUNG
DALAM ADOPSI DAN PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB)
PADI DI LAMPUNG
Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) BPTP Lampung menjadi bagian penting
dalam upaya mendukung percepatan penyebaran dan adopsi varietas unggul
baru (VUB) padi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Dalam hal ini VUB
padi menjadi salah satu teknologi yang berperan penting dalam meningkatkan
kuantitas dan kualitas padi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
peranan UPBS BPTP Lampung dalam pengembangan VUB padi di Lampung.
Kebutuhan terhadap benih sumber padi yang adaptif di Provinsi Lampung yaitu
varietas yang sesuai dengan agroekologi, mutu benih yang terjamin, tersedia
tepat waktu dan mudah diperoleh merupakan variabel penting yang dalam
upaya untuk meningkatkan produktivitas. Metode penelitian dilaksanakan
secara deskriptif dengan data dukung berupa informasi produksi dan sebaran
VUB padi yang dihasilkan oleh UPBS BPTP Lampung. Sejak produksi tahun
2012 hingga tahun 2020, UPBS BPTP Lampung telah mengembangkan benih
padi Inbrida Padi Irigasi (Inpari), Inbrida Padi Gogo (Inpago) dan Inbrida Padi
Rawa (Inpara) dengan kemampuan sebaran yang masih harus ditingkatkan
agar dapat membantu dalam menyediakan kebutuhan terhadap benih sumber
padi yang adaptif di Provinsi Lampung.
Page 74
HRT 01
ABSTRAK
Page 75
HRT 02
ABSTRAK
Pestisida masih menjadi pilihan utama untuk mengendalikan S. litura pada
tanaman cabai. Agar memberikan hasil yang optimal maka penggunaan
pestisida didasari dengan pengetahuan tentang jenis, takaran, cara dan waktu
aplikasi yang tepat. Alfa sipermetrin adalah salah satu bahan aktif pestisida
yang termasuk dalam kelompok piretroid. Secara garis besar piretroid termasuk
pestisida generasi baru. Untuk itu dilakukan percobaan yang bertujuan menguji
keefektifan insektisida Pasto 15 EC dengan bahan aktif Alfa sipermetrin pada
beberapa taraf konsentrasi terhadap S. litura. Selain itu penelitian ini juga
bertujuan untuk mempelajari pengaruh insektisida tersebut terhadap parasitoid
S. manilae pada tanaman cabai di laboratorium. Penelitian ini disusun
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5
ulangan. Perlakuan adalah beberapa konsentrasi insektisida Pasto 15 EC yakni
0,125 ml/l; 0,250 ml/l; 0,375 ml/l; dan 0,50 m/l/l. Satuan percobaan adalah satu
polybag tanaman cabai berumur 6 minggu setelah tanam. Pengujian dilakukan
dengan dua metode yaki secara kontak dan racun perut Data dianalisis sidik
ragam, kemudian dilanjutkan uji LSD pada taraf 5%. Analisis ragam
menunjukkan bahwa semua konsentrasi insektisida Pasto 15 EC yang diuji
berpengaruh nyata terhadap mortalitas S. litura sebagai racun kontak dan racun
perut. Mortalitas S. litura tertinggi terdapat pada konsentrasi 0,50 ml/l. Pada uji
yang sudah dilakukan nilai efikasi (El)> 80% dan terdapat pada empat waktu
pengamatan hanya pada konsentrasi 0,50 ml/l baik sebagai racun kontak atau
racun perut. Insektisida Pasto 15 EC tergolong tidak beracun terhadap
parasitoid S. manilae. Insektisida Pasto 15 EC direkomendasikan untuk
mengendalikan S. litura pada tanaman cabai.
Page 76
HRT 03
ABSTRAK
Tanaman kepel telah langka dan mulai sulit ditemukan. Nilai ekonomis yang
rendah dan sulitnya budidaya menjadi faktor penyebab kelangkaan tanaman
kepel. Namun buah kepel mengandung senyawa bioaktif yang bermanfaat
sehingga perlu dilakukan konservasi. Tujuan penelitian ini adalah
mempelajari karakter morfologi tanaman kepel dan aplikasi pupuk organik yang
tepat untuk pertumbuhan bibit kepel. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif purposif untuk mendeskripsikan tanaman kepel
yang dilanjutkan dengan studi eksperimental menggunakan RAK faktorial
petak terpisah untuk mempelajari pertumbuhan bibit kepel. Perlakuan
yang diujikan adalah 4 jenis pupuk organik yaitu bokashi, kandang sapi,
kandang ayam dan kompos, sedangkan faktor perlakuan kedua adalah dosis
pupuk yaitu 120, 160 dan 200 kg N.Ha-1. Berdasarkan karakter morfologi
diperoleh hasil daun kepel berbentuk lancet, warna hijau tua pada daun tua
dan berwarna merah muda pada daun muda. Bunga berumah satu
berkelamin tunggal, bunga jantan pada batang sebelah atas atau pada
cabang yang lebih tua, berkumpul sebanyak 8-16 kuntum, sedangkan bunga
betinanya berada di pangkal batang. Buah kepel berada di sepanjang
batang tumbuh secara berkelompok berwarna cokelat. Biji kepel berbentuk
lanceolate berukuran besar dalam satu buah terdapat 2-4 biji dengan posisi
melintang. Perlakuan pupuk kompos dengan dosis 200 kg N.Ha-1 cenderung
menghasilkan jumlah tunas terbanyak sedangkan pada perlakuan pupuk
bokashi dosis 120 kg N.Ha-1 dan pupuk kandang sapi dengan dosis
160 kg N.Ha-1 menghasilkan tunas pada batang utama yang lebih panjang.
Kotoran sapi cenderung memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah
tunas dan panjang tunas, sedangkan dosis 200 kg N.Ha-1 cenderung
memberikan pengaruh terbaik terhadap diameter batang dan jumlah tunas.
Kata kunci : kepel, karakter morfologi, pemupukan, tanaman langka
Page 77
HRT 04
Jhon David
Peneliti BPTP KALBAR
jhondavidsilalai@yahoo.com
ABSTRAK
Page 78
HRT 05
ABSTRAK
Kenikir merupakan tanaman hortikultura yang sudah lama dikenal
oleh masyarakat Indonesia. Kenikir berfungsi sebagai tanaman sayuran,
tanaman hias, bunga papan dan tanaman refogea. Pengujian dilaksanakan
pada kebun Percobaan Banjarbaru, Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa,
dari bulan September 2018 sampai dengan bulan maret 2019. Penelitian
bertujuan untuk melihat keragaman fenotif tanaman kenikir. Sebagai perlakuan
adalah 3 jenis kenikir yang berasal dari Balai Penelitian Tanaman Hias
(Balithi). Pengamatan dilakukan terhadap karakter kualitatif yaitu skor
pertumbuhan vegetatif, generatif, warna bunga, warna daun dan warna tulang
daun, sedang karakter kuantitatif yang diamati meliputi tinggi tanaman, panjang
daun. Lebar anak daun, diameter bunga, panjang mahkota bunga, lebar
mahkota bunga, panjang tangkai bunga, jumlah mahkota bunga dan jumlah
kelopak bunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karagaman yang luas
ditunjukkan oleh karakter tinggi tanaman, panjang daun, diameter bunga,
panjang mahkota bunga, lebar mahkota bunga, dan panjang tangkai bunga.
Ketiga jenis juga menunjukkan warna mahkota bunga yang berbeda beda yaitu
kuning, jingga dan merah muda.
Kata kunci : Keragaman Fenotif , tanaman kenikir
Page 79
HRT 06
ABSTRAK
Kata kunci : Ageratum Yellow Vein Virus, Inang alternatif, Gulma, Pepaya
Page 80
HRT 07
ABSTRAK
Page 81
HRT 08
ABSTRAK
Kata kunci: hama utama, keragaman hayati, kutu putih, perlindungan tanaman,
taksonomi
Page 82
HRT 09
ABSTRAK
Page 83
HRT 10
ABSTRAK
Page 84
HRT 11
ABSTRAK
Page 85
HRT 12
ABSTRAK
Lampung Barat memiliki ketersediaan sumber daya genetik yang cukup banyak
dan beragam. Dari satu jenis spesies tanaman lokal, bisa memiliki beberapa
jenis aksesi yang tersedia, tetapi belum banyak teridentifikasi dengan baik.
Kegiatan inventarisasi dan identifikasi merupakan upaya mendapatkan
informasi pendahuluan macam kultivar yang menjadi objek pengumpulan untuk
diketahui dan dapat dijadikan sebagai sumber perbaikan genetik adaptif
lingkungan tertentu dan dasar preferensi konsumen. Hasil inventarisasi dan
identifikasi selama tiga bulan di Kabupaten Lampung Barat, berhasil
mendapatkan informasi identifikasi dan keberadaan enam sumber daya
genetik lokal tanaman yaitu tiga aksesi anggrek, satu aksesi alpukat, satu
aksesi pisang, dan satu aksesi pakis.
Page 86
HRT 13
BOBOT 1000 BUTIR DAN KUALITAS BENIH TUJUH LOT VARIETAS CABAI
The Thousand-Seed Weight And Seed Quality Of Seven Lot Chili Varieties
1 1
Helmi Kurniawan * dan Chotimatul Azmi
1
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat, 40391
*Email:h_kurniawan1@yahoo.com
ABSTRAK
Page 87
HRT 14
ABSTRAK
Program eradikasi dan manajemen hama lalat buah (Bactrocera dorsalis
Hendel) telah banyak diaplikasikan di beberapa negara dikarenakan kerusakan
yang parah yang dialkibatkan hama ini. Pengkajian tentang perkembangan,
berat pupa, dan kemampuan untuk menjadi serangga dewasa dapat menjadi
data dasar dalam melakukan pengendalian hama tanaman. Selain itu,
preferensi serangga merupakan perilaku substansial yang harus diperhatikan
dalam keberadaan betina yang mempengaruhi populasi serangga. Oleh karena
itu, dalam studi ini memfokuskan pada waktu perkembangan lalat buah dan
preferensi betina yang dapat digunakan untuk membangun pengelolaan hama
secara ekologis. Penelitian dilakukan pada pengembangan bioassay untuk
mengetahui lama waktu perkembangan lalat buah oriental pada 7 tanaman
inang (pisang, jeruk keprok, pepaya, belimbing, lemon, jambu biji, nanas) dan
pakan buatan; percobaan tanpa pilihan (non-choice experiment) dan pilihan
(choice experiment) untuk mempelajari preferensi betina antara 7 tumbuhan
inang. Berdasarkan hasil penelitian, waktu perkembangan lalat buah berbeda
nyata pada setiap tanaman inangnya. Kemampuan pupa menjadi dewasa juga
berbeda nyata (lemon dan nanas memiliki kemampuan paling rendah untuk
menjadi dewasa). Lalat buah memiliki preferensi dengan meletakkan lebih
banyak telur dalam jeruk keprok dan jambu biji dalam percobaan tanpa pilihan
dan lebih memilih pisang, lemon, dan jambu biji dalam percobaan pilihan.
Preferensi (eksperimen pilihan) lalat buah oriental tidak berkorelasi dengan
kemampuan pupa menjadi dewasa. Dari studi ini, kami menyarankan
penggunaan pohon jeruk sebagai perangkap pohon dengan preferensi tinggi
dan daya tetas rendah yang dapat digunakan sebagai pengendalian hama
terpadu.
Page 88
HRT 15
ABSTRAK
Tanaman kumis kucing merupakan tanaman berkhasiat obat, salah satunya
untuk mengobati penyakit diabetes. Senyawa kimia yang berperan sebagai
obat pada tanaman kumis kucing adalah sinensetin. Analisis komponen utama
bisa bermanfaat sebagai alat bantu dalam analisis gerombol yaitu untuk
eksplorasi posisi objek. Analisis komponen utama dapat digunakan untuk
mengetahui ciri atau karakter pembeda dalam pengelompokan. Tujuan
penelitian adalah untuk mempelajari karakter pembeda berdasarkan analisis
komponen utama pada peubah pertumbuhan dan produksi tanaman kumis
kucing asal koleksi eksitu dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur yang ditanam di Bogor pada bulan Maret-September 2015. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak
dengan perlakuan 18 aksesi dan satu pembanding (aksesi Lembang yang
berbunga ungu) diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan
komponen utama pertama pada 11 peubah pertumbuhan dan produksi
tanaman kumis kucing mempunyai kontribusi 45.9% terhadap keragaman.
Gabungan tiga komponen utama mampu menjelaskan 79% keragaman.
Peubah dominan yang membedakan masing-masing aksesi pada komponen
utama I adalah akumulasi pertambahan tinggi saat 8 MST, jumlah cabang
2
sekunder, indeks luas daun, bobot kering daun per 4.41 m dan bobot kering
2
batang per 4.41 m yang menyumbang keragaman sebesar 45.9%. Kemudian
peubah dominan pada komponen utama II adalah jumlah buku cabang
2
sekunder dan rasio bobot kering daun dan brangkasan per 4.41 m yang
menyumbang keragaman sebesar 20.9%. Diagram pencar hasil analisis
komponen utama menunjukkan sebanyak 5 aksesi mengelompok pada kuadran
I, 4 aksesi pada kuadran II, 3 aksesi pada kuadran III dan 5 aksesi pada
kuadran IV.
Kata kunci: AKU, diagram pencar, Orthosiphon stamineus
Page 89
HRT 16
ABSTRAK
Page 90
HRT 17
ABSTRAK
Page 91
HRT 18
ABSTRAK
Pengembangan bawang merah off season masih rendah,hal ini terkendala
dengan ketersediaan benih yang adaftif dan teknik budidaya yang tepat. Tujuan
utama penelitian ini adalah untuk mendapatkan bawang merah (Allium cepa
var Aggregatum L.) yang adaftif, berproduksi tinggi sesuai dengan preferensi
konsumen pada musim hujan (off season) di lahan kering masam, Lampung.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Mei 2019 di Kebun
IP2TP Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, Natar, Bandar
Lampung. Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok
lengkap dengan lima ulangan. Perlakuan terdiri dari lima varietas unggu baru
(VUB) bawang merah yang telah didaftar oleh Badan Litbang Pertanian antara
lain Violetta 1 Agrihorti (V1), Violetta 2 Agrihorti (V2), Violetta 3 Agrihorti (V3),
Sembrani (V4) dan Maja Cipanas (V5). Parameter pengamatan mencakup
komponen pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah anakan) dan komponen
hasil (diameter umbi, jumlah umbi dan bobot kering eskip per Ha, bobot basah
per rumpun, per plot dan per Ha) dan uji kualitas bawang merah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bawang merah varietas Violetta 3 Agrihorti
adaftif pada musim hujan di Lahan kering masam karena mempunyai daya
hasil dan mutu fisik yang terbaik dibandingkan dengan varietas lainnya karena
mempunyai produksi ekskip per Ha tertinggi, diameter umbi yang paling besar,
persentase umbi busuk dan persentase umbi berjamur yang paling rendah,
warna umbi yang lebih merah, dan nilai kekerasan yang lebih rendah (tekstur
lebih keras).
Kata kunci : bawang merah, varietas, off season
Page 92
SEKP 01
Factors Affecting The Decision Coffee Farmers In Partner With Pt. Nestle
In The District Lampung Barat
1 3
Fikri Syahputra , Zulkarnain2, Ainul Mardliyah
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana
Jl. Kenanga No. 3 Mulyojati, 16C, Kota Metro, Lampung
fikrisyahputra912@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) karakteristik petani kopi mitra PT.
Nestle, dan (2) faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani kopi di
Kabupaten Lampung Barat bermitra dengan PT. Nestle. Penelitian ini
menggunakan metode survey dengan menggunakan data primer dan sekunder.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis
logistik. Hasil penelitian yang didapat adalah karakteristik sosial ekonomi petani
kopi mitra PT. Nestle sebagian besar terdiri dari laki-laki dengan rata-rata
berumur 48 tahun. Tingkat pendidikan petani kopi rata-rata tamatan Sekolah
Dasar (SD) dengan jumlah anggota keluarga petani kopi rata-rata berjumlah 3
orang. Petani kopi mitra PT. Nestle memiliki pengalaman berusahatani rata-rata
25 tahun dengan masing –masing memiliki luas lahan sebesar 0,5
Ha.Kemudian hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel tingkat
pendidikan, pengalaman berusahatani dan luas lahan usahatani kopi
berpengaruh terhadap keputusan petani bermitra dengan PT. Nestle.
Page 93
SEKP 02
ABSTRAK
Page 94
SEKP 03
ABSTRAK
Page 95
SEKP 04
ABSTRAK
Page 96
SEKP 05
Nasriati
Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) Lampung
Jln. Z.A. Pagar Alam No.1 A. Rajabasa. Bandar Lampung
E-mail: bptplampung@telkom.net
ABSTRAK
Page 97
SEKP 06
ABSTRAK
Kajian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat pengetahui responden tentang fungsi kelompoktani
sebagai kelas belajar, wahana kerjasama maupun fungsi kelompok sebagai unit
usaha melalui bimtek kelembagaan kelompoktani, dilaksanakan pada Tanggal
5 Juli 2019 di KelompokTani Srimakmur VIII, Desa margodadi kec Ambarawa
Kabupaten Pringsewu menggunakan metode Ceramah dan diskusi dengan
mendalam. Pengambilan data dilakukan setelah memberian materi bimtek
tentang fungsi kelompoktani dengan cara memberikan kusioner dan
wawancara. kepada peserta yang hadir yaitu sebanyak 30 orang, jenis data
yang di kumpulkan adalah umur, pendidikan, pengalaman berusahatani, pernah
mengikuti pelatihan. Data yang dikumpulkan kemudian di tabulasi dan di
analisis dengan menggunakan analisis korelasi. Hasil analisis menunjukan
bahwa, Umur responden mempunyai korelasi yang sangat tinggi terhadap
tingkat pengetahuan responden tantang fungsi kelompoktani, Pendidikan
mempunyai korelasi yang cukup signifikan,Pengalaman berusahatani juga
mempunyai koelasi yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan responden
tentang fungsi kelompoktani.Sedangkan jumlah pelatihan yang pernah diikuti
oleh responden tidak mempunyai kolerasi terhadap tingkat pengetahuan
responden tentang fungsi kelompoktani.
Page 98
SEKP 07
ABSTRAK
Page 99
SEKP 08
ABSTRAK
Selain benih unggul, peningkatan produksi jagung juga dapat diperoleh dari
peningkatan populasi tanaman. Pada budidaya jagung telah dikembangkan
sistem tanam Zig-Zag, akan tetapi inovasi ini belum banyak diterapkan oleh
petani. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui keunggulan sistem tanam
Zig-Zag dan preferensi petani berdasarkan karakterisasi inovasi. Pengkajian
dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2020 di lokasi Demplot penerapan sistem
tanam Zig-Zag pada budidaya jagung Desa Karangrejo Kecamatan Jatiagung
Lampung Selatan seluas 1 ha. Data yang dikumpulkan yaitu tinggi tanaman,
panjang tongkol, bobot tongkol, bobot biji per tongkol dan produksi dan
preferensi petani berdasarkan karakteristik inovasi. Responden merupakan
petani di sekitar lokasi demplot sebanyak 30 orang. Data dianalisis secara
deskriptif. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa sistem tanam Zig-Zag
menyebabkan pertumbuhan tanaman lebih rendah daripada sistem tanam pada
umumnya, namun produksi tanaman pada sistem tanam Zig-Zag lebih tinggi
(±4,5 ton/ha). Berdasarkan karakteristik inovasi, sebagian besar petani
menyukai sistem tanam Zig-Zag karena menguntungkan secara ekonomi,
inovasi ini dinilai juga dapat dicoba terlebih dahulu pada luasan kecil dan petani
dapat melihat penerapan inovasi secara langsung. Namun, sebagian besar
petani juga tidak ingin menerapkan sistem tanam Zig-Zag karena inovasi ini
dianggap rumit.
Page 100
SEKP 09
ABSTRAK
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan salah satu paket teknologi yang
diterapkan dalam sistem budidaya padi sawah di Lokasi Pengembangan Pertanian
Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi dan Sapi di Lampung. Diseminasi
paket teknologi PTT padi telah dilakukan melalui demplot sejak Tahun 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui tingkat adopsi PTT padi sawah di
wilayah pengembangan bioindustri berbasis integrasi tanaman padi dan sapi.
Lokasi penelitian di Desa Poncokresno, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten
Pesawaran sebagai daerah pengembangan kegiatan Bioindustri Berbasis
Integrasi Tanaman Padi dan Sapi. Responden penelitian ini berjumlah 30
orang yang dipilih secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara kepada masing-masing responden menggunakan kuesioner.
Tingkat adopsi petani terhadap PTT padi sawah diukur menggunakan formulasi
Hendayana (2016), yakni: TA = SA x IA. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
adopsi petani terhadap PTT padi masuk dalam kategori sedang. Komponen
utama PTT padi sawah yang sebaran adopsinya sudah berada pada klasifikasi
sangat tinggi yakni pemupukan dan penggunaan benih bermutu masuk dalam
kategori tinggi.
Page 101
SEKP 10
PENINGKATAN PENGETAHUAN PESERTA BIMBINGAN TEKNIS
PENYULUH DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DAN KABUPATEN
PESAWARAN
ABSTRAK
Page 102
SEKP 11
ABSTRAK
Page 103
SEKP 12
1 2 3 4
Zahara , Rangga Ditya Yofa , Anastasia Asri Widyasari , Robet Asnawi
1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung
2) Pusat Sosial Ekonomi-Kebijakan Pertanian (PSE-KP) Bogor
3,4) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Bogor
ABSTRAK
Produk daging sapi merupakan komoditas peternakan kedua terbesar setelah
ayam potong. Kontribusi daging sapi terhadap kebutuhan daging nasional
sebesar 15,45 persen dan akan terus mengalami peningkatan. Produksi daging
sapi dalam negeri mengalami tren yang cenderung meningkat dari tahun 2000-
2014 yaitu 401,5 ribu ton, sedangkan konsumsi nasional mencapai 647,8 ribu
ton. Angka tersebut menunjukkan ada senjang antara penawaran dan
permintaan daging sapi domestik, sehingga pemerintah mengambil kebijakan
impor daging sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran daging sapi dalam negeri. Data yang digunakan
adalah data deret waktu (time series) tingkat nasional selama kurun waktu 37
tahun mulai tahun 1982 - 2018. Metode analisis yang digunakan adalah regresi
Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
yang berpengaruh terhadap penawaran daging sapi dalam negeri adalah harga
pakan, harga daging domestik, populasi ternak dan jumlah impor daging.
Sedangkan Variabel harga daging impor, harga ternak, jumlah sapi bakalan
impor dan teknologi produksi tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran
daging sapi dalam negeri.
Page 104
SEKP 13
ABSTRAK
Page 105
SEKP 14
ABSTRAK
Page 106
SEKP 15
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara produsen dan eksportir kopi terbesar
di dunia. Namun pertumbuhan volume ekspor lada Indonesia memiliki
pertumbuhan lebih rendah dari pertumbuhan produksinya. Rendahnya ekspor
lada Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi
perdagangan lada Indonesia di pasar internasional. Adapun tujuan dari
penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perdagangan
lada Indonesia di pasar internasional dan menjelaskan potensi perdagangan
lada Indonesia di negara tujuan. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis data panel dengan gravity model dan analisis potensi perdagangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aliran perdagangan ekspor lada Indonesia
secara signifikan sangat dipengaruhi oleh nilai GDP riil perkapita Indonesia,
GDP riil perkapita negara tujuan ekspor, jarak ekonomi Indonesia dengan
negara tujuan ekspor, nilai tukar rupiah terhadap negara tujuan ekspor, dan
nilai RCA Indonesia. Namun demikian tarif impor negara tujuan ekspor tidak
memiliki pengaruh signifikan. (3) Indonesia memiliki potensi untuk terus
meningkatkan perdagangan lada terhadap negara China, Malaysia, Taiwan,
Belanda, Perancis, dan Jerman. Hal ini disebabkan perdagangan lada
Indonesia dengan mitra dagang masih mengalami under trade. Sementara
China merupakan negara yang memiliki potensi perdagangan paling tinggi.
Page 107
SEKP 16
M. Naufal Elmuttaqin
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat minat petani karet dalam
penerapan pemupukan berimbang dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi minat petani karet dalam penerapan pemupukan berimbang.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan, pada tanggal 29 Maret sampai dengan 23 Mei
2021. Metode pengumpulan data yaitu observasi, dokumentasi dan wawancara
menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitasnya, sementara
metode analisis data menggunakan skala likert dan linier berganda dengan
bantuan SPSS for windows 22. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat
minat petani karet dalam penerapan pemupukan berimbang tergolong sangat
tinggi yaitu 90,11%, sementara hasil analisis linier berganda terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhi minat petani karet dalam penerapan pemupukan
berimbang yaitu pendidikan formal, pengalaman bertani, luas lahan dan
ketersediaan sarana dan prasarana, dengan nilai thitung lebih besar dari ttabel
Page 108
PPMP 01
ABSTRAK
Bisbul (Diospyros blancoi) dan Alpukat (Persea americana Mill) merupakan
buah lokal Indonesia. Bisbul merupakan tanaman buah endemik Jawa Barat
yang belum banyak dibudidayakan dan dimanfaatkan buahnya walaupun
kandungan nutrisinya tinggi, berbeda dengan buah alpukat yang telah banyak
dikonsumsi. Kedua buah ini mengandung komponen gizi yang spesifik
sehingga keduanya memiliki potensi sebagai pangan fungsional. Salah satu
cara memanfaatkan buah-buahan adalah dengan mengolahnya menjadi
makanan inovatif, misalnya sebagai dessert mousse. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan mutu mousse yang dihasilkan dari jenis buah
yang berbeda yang diberi perlakuan bahan penstabil pengganti gelatin.
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial. Faktor pertama
adalah jenis buah: alpukat dan bisbul dan faktor kedua adalah bahan penstabil:
CMC dan jelly powder. Hasil penelitian menunjukan mousse yang diolah dari
buah bisbul dan alpukat dengan bahan penstabil CMC dan jelly powder
menghasilkan total padatan terlarut dan pH yang berbeda tidak nyata. Mutu
organoleptik mousse bisbul dengan bahan penstabil CMC maupun jelly powder
menghasilkan rasa yang cukup disukai, aroma cukup disukai, tekstur lembut
dan warna putih gading, sedangkan mousse alpukat dengan bahan penstabil
jelly powder lebih baik dibanding CMC yang menghasilkan rasa lebih disukai,
aroma yang cukup disukai, teskturnya lembut dengan warna mousse hijau
muda. Baik bisbul maupun alpukat mempunyai prospek diolah menjadi dessert
mousse sehingga dapat memberikan nilai tambah.
Page 109
PPMP 2
ABSTRAK
Salak pondoh merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Akan tetapi
dalam pengembangannya masih terkendala karena adanya penyakit
pascapanen. Jamur T. paradoxa merupakan jamur utama penyebab penyakit
yang mengakibatkan kehilangan hasil buah salak pondoh setelah panen.
Minyak jeruk nipis dan purut merupakan antimikroba alami yang bahan bakunya
berlimpah di Indonesia dan berpotensi untuk mengendalikan penyakit
pascapanen buah salak pondoh. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
efektifitas minyak jeruk nipis dan purut untuk mengendalikan jamur penyebab
penyakit pascapanen salak pondoh secara invitro. Penelitian dilaksanakan dari
bulan Januari sampai Desember 2020 di Laboratorium Proteksi Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika, Solok Sumatera Barat. Penelitian menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan, setiap unit
perlakuan terdiri dari 2 cawan petri. Perlakuan pada penelitian ini adalah 1)
minyak jeruk nipis 3 ml/L, 2) minyak jeruk nipis 2 ml/L, 3) minya jeruk nipis 1
ml/L, 4) minyak jeruk purut 3 ml/L, 5) minyak jeruk purut 2 ml/L, 6) minya jeruk
purut 1 ml/L, dan 7) tanpa minyak jeruk nipis/purut (kontrol). Hasil penelitian
menunjukkan minyak jeruk nipis 3 ml/L dan 2 ml/L paling efektif mengendalikan
jamur T. paradoxa dengan daya hambat 100% , diikuti minyak jeruk purut 3
ml/L dengan daya hambat 78,19%, dan minyak jeruk nipis 1 ml/L dengan daya
hambat 63, 68% secara invitro.
Page 110
PPMP 03
ABSTRAK
Page 111
PPMP 04
ABSTRAK
Sawi hijau merupakan salah satu sayuran yang banyak dikembangkan di Pulau
Bintan. Sawi hijau merupakan produk hortikutura yang mengandung banyak gizi
namun memiliki umur yang relatif singkat dan memiliki rasa pahit jika
dikonsumsi langsung. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan
menambahkan sawi hijau kedalam pembuatan es krim. Es krim merupakan
salah satu bentuk olahan beku yang memiliki daya simpan yang relatif anjang
dan banyak disukai oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
es krim dengan tingkat persentase penambahan sawi hijau terbaik serta
mengetahui pengaruhnya terhadap daya leleh dan organoleptik es krim yang
dihasilkan.Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan persentase penambahan sawi
hijau (5%,10%, 15%, 20%, 25%) dengan 4 kali ulangan. Parameter yang
diukur dalam penelitian ini adalah daya leleh dan organoleptik warna, aroma,
rasa serta tekstur es krim. Data daya leleh es krim dianalisis dengan Anova dan
jika berbeda nyata dilakukan uji lanjut Duncan sedangkan data organoleptik es
krim dinalisis dengan Kruskal-Wallis dan jika berbeda nyata dilakukan uji lanjut
Mean Whitney. Perlakuan terbaik untuk parameter organoleptik dan daya leleh
adalah es krim dengan penambahan sawi sebanyak 5% dengan nilai
parameter organoleptik warna 3,3 (suka), aroma 2,9 (agak suka), rasa 3,37
(suka), tekstur 3,1 (suka) dan parameter daya leleh adalah 16,65 menit.
Persentase penambahan sawi hijau kedalam pembuatan es krim berpengaruh
nyata terhadap parameter organoleptik warna, rasa dan tekstur namun tidak
berpengaruh nyata terhadap aroma dan daya leleh es krim yang dihasilkan.
Page 112
PPMP 05
ABSTRAK
Page 113
PPMP 06
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian uji cita rasa kopi bubuk Robusta Lampung dari
beberapa tipe penyangraian. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan BPTP
Lampung di Natar, Desa Way Harong, Laboratorium BPTP Lampung dan
Laboratorium Pangan Polinela pada bulan Mei 2018 sampai Juli 2018.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui cita rasa kopi bubuk Robusta dari
beberapa type penyangraian. Sampel kopi yang digunakan adalah kopi
Robusta yang telah melalui proses panen petik merah dan pengolahan secara
semi basah. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 taraf perlakuan penyangraian (medium roast, medium dark
roast dan dark roast) dengan 5 kali ulangan. Parameter yang diamati meliputi
kadar air, tingkat keasaman dan kadar gula sedangkan uji cita rasa dilakukan
melalui uji organoleptik dengan parameter rasa, warna dan aroma serta
penampilan menggunakan 20 orang panelis dengan kisaran skor penilaian 1 –
5 (tidak suka – sangat suka). Data dianalisis secara statistik dan kalau berbeda
nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
kadar air kopi bubuk dari ketiga type penyangraian berkisar antara 0,41 –
0,58% tertinggi penyangraian dengan tipe dark roast. Kadar keasaman berkisar
antara 7,11 – 11, 86% dengan tertinggi pada tipe penyangraian dark roast dan
kadar gula berkisar antara 0,74 – 1,49 dengan tertinggi pada tipe penyangraian
medium roast. Uji organoleptik terhadap aroma berkisar antara 2,38 – 3,59 dan
yang tertinggi adalah kopi dengan tipe penyangraian medium dark roast (3,59).
Uji organoleptik terhadap warna berkisar antara 2,03 – 3,83 dan yang tertinggi
kopi dengan tipe penyangraian dark roast (3,83). Selanjutnya uji organoleptik
terhadap rasa berkisar antara 2,17 – 3,21 dan yang tertinggi adalah kopi tipe
penyangraian dark roast (3,21). Secara keseluruhan diketahui bahwa kopi
bubuk terbaik secara uji rasa adalah kopi dengan tipe penyangraian dark roast
dan diikuti dengan medium dark roast.
Page 114
BUN 01
1 1 2
Muhammad Susanto Prabowo *, co-author , co-author …..dst
1
Balai PengkajianTeknologiPertanian (BPTP) Lampung
Jl. Z. A. PagarAlam No. 1a, Rajabasa, Bandar Lampung, Provinsi Lampung
*Email:email.korespondensi@abc.com
2
Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang, Jawa Timur
Phone: +62 341 464 318 (Hunting)
Fax: +62 341 460 435
ABSTRAK
Jambu mete (Anacardium occidentale) adalah salah satu tanaman yang dapat
tumbuh dan menghasilkan meski ditanam di daerah-daerah kurang subur.
Jambu mete memiliki sifat tahan kekeringan dan pemeliharaan yang mudah,
sehingga sangat cocok sebagai tumbuhan penghijauan. Produksi jambu metedi
Indonesia berasal dari 9 varietas jambu mete yang berebeda. Varietas-varietas
tersebut berkembang dalam lingkungan yang berbeda-beda. Tujuan penelitian
ini yaitu mendeskripsikan dan menganalisis hubungan kekerabatan antara
jambu mete di beberapa daerah. Metode pengamatan menggunakan buku
panduan karakterisasi jambu mete kemudian analisis data menggunakan
minitab.
Page 115
BUN 02
ABSTRAK
Penyakit busuk buah pala masih menjadi kendala pada budi daya pala di
Indonesia. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh suhu dan minyak
atsiri terhadap pertumbuhan cendawan penyebab penyakit busuk buah pala
secara in vitro. Karakter cendawan patogen diidentifikasi berdasarkan ciri
morfologi. Inokulum diperoleh dari isolasi konidia tunggal dari buah pala
bergejala. Uji patogenisitas dilakukan dengan mencelupkan buah pala ke
dalam suspensi konidia dan diinkubasi pada suhu ruang. Pengujian
pengaruh suhu terhadap koloni cendawan dilakukan dengan menanam
cendawan uji pada medium agar-agar dekstrosa kentang(ADK) dan diinkubasi
pada suhu 25, 28, 31 dan 34 °C, sedangkan pengaruh suhu terhadap
perkecambahan konidia dilakukan dengan meneteskan suspensi konidia di
permukaan gelas preparat dan diinkubasi pada suhu yang sama. Uji efikasi
minyak atsiri (minyak kayu manis, cengkeh, seraiwangi dan daun pala) dan
mankozeb sebagai pembanding dilakukan dengan menanam cendawan uji
pada medium ADK yang telah diteteskan minyak atsiri dengan konsentrasi
50, 100, 150, 200 dan 250 PPMP menggunakan pelarut tween 80. Pengaruh
minyak atsiri terhadap perkecambahan konidia cendawan dilakukan dengan
meneteskan suspensi konidia cendawan yang sudah diberi perlakuan minyak
atsiri (50, 100, 150, 200 dan 250 PPMP) ke permukan ADK yang sudah
dilubangi dengan bor gabus (± 5 mm) dan diletakkan di atas gelas preparat
kemudian ditutup dengan kaca penutup dan diinkubasi selama 16 jam pada
suhu ruang. Cendawan penyebab busuk basah buah pala diidentifikasi
sebagai Colletotrichum gloeosporioides berdasarkan karakteristik
morfologinya. Pada uji patogenisitas, kumpulan masa konidia berwarna
jingga muncul di bagian tangkai buah (petiole) 14 hari setelah inokulasi.
Suhu optimum untuk pertumbuhan cendawan C. gloeosporioides adalah 28
°C. Konidia cendawan mampu berkecambah dan membentuk appressoria
pada semua tingkatan suhu yang diuji, sedangkan pada uji efikasi, minyak
cengkeh mampu menekan pertumbuhan koloni C. gloeosporioides lebih baik
dibandingkan kontrol dengan nilai EC50 dan EC90 sebesar 502 PPMP dan
24.397,86 PPMP. Minyak kayumanis mampu menekan perkecambahan
konidia pada konsentrasi 250 PPMP.
Kata kunci: cengkeh, fungisida, kayu manis, pestisida nabati, seraiwangi
Page 116
BUN 03
ABSTRAK
Page 117
BUN 04
ABSTRAK
Pala (Myristica fragrans Houtt.) adalah salah satu komoditi penting perkebunan
Indonesia. Perbanyakan tanaman pala pada umumnya dilakukan secara
generatif namun mempunyai kendala dalam pemilihan benih yang tepat
berdasarkan kemasakan buah. Kendala lainnya adalah proses perkecambahan
dan pertumbuhan yang lama karena cangkang biji keras. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemasakan buah dan teknik skarifikasi
terhadap pertumbuhan benih pala. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
februari sampai April 2021 di Green House BPTP Sulawesi Utara. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama
yaitu kemasakan buah terdiri dari buah masak petik (MP) dan buah masak petik
terbelah (MPT). Faktor kedua yaitu teknik skarifikasi yang terdiri dari tanpa
skarifikasi (S0), skarifikasi pengikisan (S1), skarifikasi pengupasan (S2).
Parameter yang diamati yaitu panjang radikula, panjang plumula, panjang daun,
lebar daun, jumlah daun, jumlah akar lateral. Hasil penelitian menunjukkan
faktor teknik skarifikasi berpengaruh sangat nyata pada semua parameter
pengamatan. Sedangkan faktor kemasakan buah berpengaruh tidak nyata pada
semua parameter pengamatan. Kombinasi perlakuan buah masak petik
terbelah (MPT) dengan Skarifikasi Pengupasan (S2) merupakan perlakuan
terbaik dengan rata – rata panjang radikula 12,04 cm, rata – rata panjang
plumula 17,20 cm, rata – rata panjang daun 10,86 cm, rata – rata lebar daun
3,94 cm, rata – rata jumlah daun 3,21 helai, dan rata – rata jumlah akar lateral
5,41.
Kata kunci : buah masak petik, buah masak petik terbelah, skarifikasi
Page 118
BUN 05
ABSTRAK
Page 119
BUN 06
ABSTRAK
Page 120
BUN 07
Abstrak
Komoditi perkebunan, khususnya tanaman palma memiliki peranan penting
dalam peningkatan pendapatan petani dan berkontribusi pada devisa negara.
Beberapa tanaman palma dengan nilai ekonomi tinggi yaitu kelapa, aren,
pinang, sagu, sawit dan kurma, berpeluang dikembangkan di berbagai daerah
di Indonesia. Masing-masing komoditi memiliki keunggulan kompetitif dalam hal
produksi, juga keunggulan komparatif terkait produk olahannya. Dalam rangka
mendukung pengembangan tanaman palma, telah dilakukan serangkaian
penelitian yang telah menghasilkan invensi maupun inovasi teknologi. Berbagai
inovasi teknologi tanaman palma dari hulu sampai hilir telah dihasilkan oleh
Balit Palma, Balitbangtan, Kementan. Sampai tahun 2021 telah dihasilkan 51
varietas unggul kelapa, 4 varietas aren, 3 varietas sagu dan 2 varietas pinang.
Sawit sedang dilakukan penelitian untuk perakitan varietas unggul tipe baru,
sedangkan kurma sedang diuji beberapa varietas introduksi hasil kultur
jaringan. Ketersediaan benih perlu didukung dengan perbanyakan massal.
Inovasi teknologi budidaya telah tersedia untuk kelapa, aren, sagu dan pinang.
Pada bagian hilir telah dihasilkan inovasi pengolahan kelapa menjadi produk
utama, produk ikutan dan produk alternatif. Pada Aren telah dihasilkan model
pengolahan nira menjadi gula kristal dan gula cetak. Program penelitian
tanaman palma lainnya diarahkan untuk menghasilkan inovasi teknologi yang
efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Semuanya bertujuan untuk
menghasilkan inovasi teknologi dalam pengembangan tanaman palma,
mendukung pembangunan sektor perkebunan.
Page 121
NAK 01
ABSTRAK
Telah dilakukan kajian pemanfaatan serbuk daun kelor sebagai obat cacing,
penelitian dilakukan di kelompok tani “Sari Mekar “ Desa Dawan Kecamatan
Dawan Kabupaten Klungkung pada bulan Nopember 2019 terhadap ayam
buras umur 4 bulan sebanyak 80 ekor terbagi dalam 4 perlakuan dengan
masing – masing 5 ekor sebagai ulangan yaitu P0 ( Ayam tanpa serbuk daun
kelor ), P1 (Ayam diberi serbuk daun kelor 3 mg/ekor/hari), P2 (Ayam diberi
serbuk daun kelor dosis 5 mg/ ekor/hari ) dan P3 (Ayam diberi serbuk daun
kelor dosis 8 mg/ ekor/hari). Serbuk daun kelor mengandung bahan aktif tannin,
alkaloid dan saponin. Hasil menunjukkan secara keseluruhan ayam terinfeksi 2
jenis cacing berupa cacing nematoda (Ascaris sp, Heterakhis sp dan Syngamus
sp ) dan cacing cestoda ( Relittina sp). Daya antelminthik serbuk daun kelor
level 5 mg/ekor / hari memberi hasil paling efektif menurunkan jumlah telur
cacing hingga 35 % serta derajat infeksi terjadi tahap ringan.
Page 122
NAK 02
ABSTRAK
Kata kunci : Respon produksi, kambing lokal, pakan silase, sawit, kakao
Page 123
NAK 03
ABSTRAK
Page 124
NAK 04
ABSTRAK
Peternakan sapi umumnya menghasilkan limbah padat dan cair yang bila tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan polusi air, tanah dan udara. Di sisi
lain limbah industri seperti limbah serbuk gergaji juga sering mencemari
lingkungan dan perlu dicari solusinya. Pengkajian ini bertujuan mendapatkan
komposisi kompos dengan kualitas terbaik yang dihasilkan dari pencampuran
limbah kotoran sapi dan serbuk gergaji pada berbagai komposisi. Penelitian
berlangsung selama dua bulan di Kepualauan Bangka Belitung. Rancangan
yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dan
sembilan ulangan. Perlakuan dibagi tiga yakni campuran volume kotoran
sapi:serbuk gergaji dengan komposisi: 100:0 (P1), 50:50 (P2), 75:25 (P3).
Parameter data yang diambil adalah parameter yang berkaitan dengan kualitas
kompos yakni kandungan pH,EC, bahan humat, unsur mikro (Fe, Mn, Cu, Zn),
unsur makro (N, P,K), basa-basa (Ca dan Mg), C-organik, C/N, logam berat
(Pb dan Cd). Data dianalisis dengan analisis sidik ragam. Apabila uji F pada
analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan
Duncan’s Multiple Range Test pada pada taraf 5%. Hasil kajian menunjukkan
bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap kandungan pH, EC, humat,
unsur makro (N, P, K), Mg, Pb dan rasio C/N. Sedangkan ketiga perlakuan tidak
berpengaruh nyata terhadap kandungan Ca, unsur mikro (Fe, Mn, Cu, Zn), C-
organik dan Cd. Komposisi kotoran dan serbuk gergaji dengan perbandingan
100:0 (P1) memiliki kualitas kompos terbaik, namun tidak berbeda nyata
dengan perbandingan 75:25 (P2). Sedangkan dari segi ekonomis dan
pengurangan limbah, pupuk kompos dengan komposisi 75% kotoran sapi dan
25% serbuk gergaji merupakan yang terbaik dibandingkan perlakuan lainnya.
Page 125
NAK 05
ABSTRAK
Page 126
NAK 06
ABSTRAK
Page 127
NAK 07
ABSTRAK
Ayam KUB merupakan ayam kampung murni yang berasal dari Balai
Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, merupakan hasil seleksi betina selama enam generasi dengan
keunggulan produksi telur tinggi, 45-50% henday dengan sifat mengeram 10%
dari total populasi. Selain itu, di samping memiliki keunggulan produksi telur
yang tinggi, juga mampu beradaptasi di lingkungan tempat
dikembangkan.Warna bulu masih seperti ayam Kampung pada umumnya yaitu
beragam, namun demikian didominasi oleh warna hitam, campur coklat dan
kehitaman. Kegiatan pengembangan ayam KUB berbasis rumah tangga ini
dilaksanakan pada lahan lintas agroeko sistem di Kecamatan Batang Alai
Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan, mulai Juni -
Desember 2018. Ruang Lingkup Kegiatan pembesaran ayam untuk 100 rumah
tangga masing-masing 20 ekor. Parameter yang diamati adalah keragaan
produksi, kelembagaan dan perhitungan ekonomi serta pontensi
pengembangan dan kelayakan usahatani ayam unggul Balitbangtan. Hasil
kegiatan ini diperoleh beberapa informasi antara lain: 1) penerapan
pengembangan ayam KUB berbasis rumah tangga dengan formulasi pakan
berupa berupa dedak padi dan bungkil inti sawit untuk mengurangi biaya
pakan komersial untuk pakan ayam, 2) adanya dampak penambahan gizi
rumah tangga dan pengurangan pengeluaran rumah tangga untuk membeli
protein hewani. 3) Petani kooperator berharap bisa lestari dalam
mengembangkan ayam KUB berbasis rumah tangga dengan pendampingan
berlanjut dari BPTP Kalimantan Selatan.
Page 128
NAK 08
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi viabilitas semen cair sapi
POGASI yang menggunakan pengencer CEP dengan penambahan antioksidan
yang disimpan pada suhu yang berbeda selama 72 jam. Materi penelitian
menggunakan 5 ekor sapi POGASI jantan, ditampung dengan vagina buatan.
Syarat semen segar yang digunakan adalah mempunyai motilitas progresif
>70%. Terdapat 3 formula pengencer yaitu P1: pengencer CEP; P2 : CEP +
antioksidan; dan P3 : CEP + rafinosa yang diuji cobakan dengan semen segar
tersebut. Terdapat 3 perlakuan penyimpanan semen, yaitu pada suhu 3-5°C,
15-18°C dan 26-28°C. Parameter yang diukur motilitas spermatozoa dan
viabilitas dianalisis dengan CASA selama 0, 24, 48 dan 72 jam. Penelitian
diulang lima kali, dan dianalisis menggunakan analisis of varian (ANOVA). Hasil
dari penelitian ini adalah pengencer spermatozoa baik formula 1, 2, dan 3
0
mampu menunjang daya hidup spermatozoa pada suhu 3-5 C selama
penyimpanan 3 hari dengan tingkat motilitas berturut-turut adalah (62%;
0
62,1%;56.7%). Sedangkan pada suhu 15 C hanya mampu bertahan sampai
jam ke-48 pada formula 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah (64%, 54%, 49%). Dan
0
pada suhu penyimpanan 26 C tidak dapat mendukung daya hidup
spermatozoa sampai jam ke-72 Pengencer CEP+antioksidan (P2) pada suhu 3-
0
5 C memiliki viabilitas spermatozoa yang cukup tinggi secara signifikan (81%)
selama penyimpanan 72 jam dibandingkan P1 (74,6%) dan P2 (66.8 %).
0
Sedangkan pada suhu 15-18 C memiliki viabilitas berturut-turut (45,4%;
0
26,4%;26,2%) dan pada suhu 26-28 C formulasi 1,2 dan 3 sebesar (0 –
26,3%). Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa penyimpanan pada suhu ruang
0
26 C belum dapat mendukung daya hidup spermatozoa.
Page 129
NAK 09
ABSTRAK
Page 130
NAK 10
ABSTRAK
Page 131
NAK 11
ABSTRAK
Page 132
NAK 12
1) 1) 2)
Marsudin Silalahi , Reli H dan Panjaitan Imelda
1) Balai Pengkajian Teknologi Lampung
2) Politeknik Negeri Lampung
ABSTRAK
Page 133
NAK 13
ABSTRAK
Page 134
Daftar Peserta
SEMINAR NASIONAL
BPTP LAMPUNG 2021
“INOVASI TEKNOLOGI
PERTANIAN LAHAN KERING
MASAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN
PANGAN DAN EKSPOR”
https:bit.ly/SemnasBPTPLampung2021
DAFTAR PESERTA SEMINAR NASIONAL
BPTP LAMPUNG 2021
No NAMA INSTANSI
Page 136
17 Arfi Irawati, SP., M.Si BPTP Lampung
Page 137
Departemen Perlindungan Tanaman,
39 Edhi Martono Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada
40 Edwin Herdiansyah BPTP Lampung
41 Ir. Edyson Indawan, MP FP Universitas Tribhu
Balai Penelitian Tanaman Buah
42 Eko Darma Husada, SP
(Balitbu) Tropika
43 Eka Miftakhul Jannah BPTP Lampung
44 Ely Novrianty BPTP Lampung
45 Endriani, SP., M.Si BPTP Lampung
46 Enti Sirnawati Balitbangtan
47 Eni Maftuah Balai Penelitian Lahan Rawa (Balitra)
48 Erdiansyah, SP BPTP Lampung
49 Ir. Ernawarti, MTA BPTP Lampung
50 Ir. Etty Hesthiati, M.Si Universitas Nasional
STIPER Dharma Wacana Metro-
51 Etik Puji Handayan
Lampung
52 Fauziah Yulia Adriyani BPTP Lampung
Page 138
60 Hiryana Windiyani, SP BPTP NTB
61 Ine Indriastuti
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
62 Irma Noviana
Jawa Barat
63 drh I Wayan Sudarma BPTP Bali
70 Krisna Yusuf, SP
Page 139
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
79 Muhammad Hatta
(BPTP) Kalimantan Barat
94 Putu Sudira
Page 140
97 Rahadian Mawardi BPTP Lampung
Page 141
Dinas Pertanian Tulang Bawang
114 Siswanto, SP
Barat
Page 142
132 Tri Kusnanto BPTP Lampung
145 Zamsidar, SP
Page 143
Sponsor
Terima Kasih
SEMINAR NASIONAL
BPTP LAMPUNG 2021
“INOVASI TEKNOLOGI
PERTANIAN LAHAN KERING
MASAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN
PANGAN DAN EKSPOR”
https:bit.ly/SemnasBPTPLampung2021
SPONSOR
Page 145
www.lampung.litbang.pertanian.go.id
2021
1 PENGOLAHAN DESSERT MOUSSE BISBUL DAN ALPUKAT UNTUK
2 MENINGKATKAN NILAI TAMBAH SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL
3
4 Processing Of Apple Velvet and Avocado Mousse Dessert To Increase
5 Additional Value As Functional Food
6
7 Etty Hesthiati1*, Nurul Hanifah1, Dena Anggari1 dan Inkorena G.S. Sukartono1
1
8 Fakultas Pertanian Universitas Nasional, Jakarta
9 Jl. Sawo Manila No.61, Pejaten Bar., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta
10 *Email : efshw2016@gmail.com
11
12
13 ABSTRAK
14 Bisbul (Diospyros blancoi) dan Alpukat (Persea americana Mill) merupakan buah lokal
15 Indonesia. Bisbul merupakan tanaman buah endemik Jawa Barat yang belum banyak
16 dibudidayakan dan dimanfaatkan buahnya walaupun kandungan nutrisinya tinggi, berbeda
17 dengan buah alpukat yang telah banyak dikonsumsi. Kedua buah ini mengandung
18 komponen gizi yang spesifik sehingga keduanya memiliki potensi sebagai pangan
19 fungsional. Salah satu cara memanfaatkan buah-buahan adalah dengan mengolahnya
20 menjadi makanan inovatif, misalnya sebagai dessert mousse. Penelitian ini bertujuan untuk
21 mengetahui perbedaan mutu mousse yang dihasilkan dari jenis buah yang berbeda yang
22 diberi perlakuan bahan penstabil pengganti gelatin. Penelitian menggunakan rancangan
23 acak kelompok faktorial. Faktor pertama adalah jenis buah: alpukat dan bisbul dan faktor
24 kedua adalah bahan penstabil: CMC dan jelly powder. Hasil penelitian menunjukan mousse
25 yang diolah dari buah bisbul dan alpukat dengan bahan penstabil CMC dan jelly powder
26 menghasilkan total padatan terlarut dan pH yang berbeda tidak nyata. Mutu organoleptik
27 mousse bisbul dengan bahan penstabil CMC maupun jelly powder menghasilkan rasa yang
28 cukup disukai, aroma cukup disukai, tekstur lembut dan warna putih gading, sedangkan
29 mousse alpukat dengan bahan penstabil jelly powder lebih baik dibanding CMC yang
30 menghasilkan rasa lebih disukai, aroma yang cukup disukai, teskturnya lembut dengan
31 warna mousse hijau muda. Baik bisbul maupun alpukat mempunyai prospek diolah menjadi
32 dessert mousse sehingga dapat memberikan nilai tambah.
33
34 Kata Kunci : alpukat, bahan penstabil, bisbul, gelatin, mousse
35
36
37 ABSTRACT
38
39 Bisbul (Diospyros blancoi) and Avocado (Persea americana Mill) are local Indonesian fruits.
40 Bisbul is an endemic fruit plant in West Java that has not been widely cultivated and utilized
41 for its fruit even though its nutritional content is high, in contrast to avocado which has been
42 widely consumed. Both of these fruits contain specific nutritional components so that both of
43 them have potential as functional food. One way to take advantage of fruit is to process it
44 into innovative foods, for example as a dessert mousse. This study aims to determine the
45 differences in the quality of mousse produced from different types of fruit treated with a
46 gelatin substitute as a stabilizer. This research used factorial randomized block design. The
47 first factor is the type of fruit: avocado and bisbul and the second factor is the stabilizer:
48 CMC and jelly powder. The results showed that mousse made from bisbul fruit and avocado
49 with CMC stabilizer and jelly powder resulted in insignificant differences in total dissolved
50 solids and pH. The organoleptic quality of bisbul mousse with CMC stabilizer or jelly powder
51 produces a favorable taste, a pleasant aroma, soft texture and ivory white color, while
52 avocado mousse with jelly powder stabilizer is better than CMC which produces a preferred
53 taste, a rather favorable aroma. , the texture is soft with a light green mousse color. Both
54 bisbul and avocado have the prospect of being processed into a dessert mousse so that
55 they can provide added value.
56 Keyword : Apple velvet, stabilizer, avocado, gelatin, mousse
57
58
59 PENDAHULUAN
60
61 Buah bisbul (Diospyros blancoi )merupakan salah satu tanaman buah lokal tropis
62 yang tumbuh di Indonesia. Keberadaannya mulai langka sehingga sangat disayangkan
63 karena mengandung senyawa nutrisi yang tinggi. Buah bisbul merupakan salah satu buah
64 lokal exotic yang diduga endemik di daerah tertentu, memiliki rasa dan aroma yang khas
65 dan hingga saat ini baru dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Menurut Rodrigues et.al
66 (2018) buah exotic adalah buah lokal yang dikonsumsi berdasarkan praktek budaya
67 setempat, sering kali bentuknya tidak umum, rasanya unik, bersifat musiman dan endemik
68 akan tetapi memiliki kandungan nutrisi yang lebih kaya dibanding buah umumnya. Widowati,
69 et al. (2010) melaporkan salah satu tanaman yang mempunyai efek antioksidan adalah buah
70 bisbul. Penelitian Noviardi et al., (2019) juga melaporkan kandungan fitokimia buah bisbul
71 adalah golongan senyawa alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, fenolik, triterpenoid dan
72 glikosida. Golongan senyawa flavonoid dan fenolik berpotensi sebagai antioksidan.
73 Antioksidan dapat menghambat proses kerusakan sel kulit akibat oksidasi. Lebih jauh
74 dilaporkan ekstrak kental buah bisbul menggunakan etanol 95 % memiliki kadar antioksidan
75 yang tinggi yaitu memiliki nilai IC50 sebesar 69,13 ppm. Namun demikian, buah bisbul yang
76 merupakan buah endemik Jawa Barat ini belum dimanfaatkan secara maksimal, bahkan
77 buah ini masih memiliki nilai ekonomi yang rendah. Buah bisbul yang matang daging
78 buahnya lembut seperti krim (creammy) dengan aroma harum yang khas. Berdasarkan
79 potensi yang dipunyainya tersebut amatlah sayang apabila bila buah ini tidak diolah agar
80 diperoleh manfaat yang lebih besar. Di sisi yang lain, buah alpukat (Persea americana Mill)
81 merupakan buah yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat dan dikonsumsi sehari-hari
82 sebagai buah meja. Namun tanaman buah dari famili Lauraceae yang dapat tumbuh di
83 daerah tropis dan subtropis ini masih belum banyak diketahui dapat berkhasiat sebagai
84 obat. Alpukat secara empiris berkhasiat mengobati penyakit seperti sariawan, kencing batu,
85 sakit gigi, muka kering, bengkak karena peradangan dan juga kencing manis (Katja dan
86 Wehantouw 2009 dalam Aminah et al., 2017). Dewasa ini pengolahan hasil pertanian
87 khususnya pengolahan buah-buahan mulai banyak dikembangkan. Pengolahan ini pada
88 umumnya bertujuan untuk memperpanjang umur simpan karena sifat khas dari buah-
89 buahan adalah mudah rusak ( perishable), selain juga menciptakan diversifikasi produk.
90 Buah-buahan ini diolah bukan hanya berupa hidangan utama tapi juga berupa hidangan
91 penutup atau dessert. Dessert merupakan makanan ringan yang biasanya mempunyai rasa
92 manis dan menyegarkan. Jenis olahan ini sekarang menjadi tren di kalangan anak muda
93 milenial. Salah satu produk dessert yang sering disantap adalah Mousse. Mousse
94 merupakan dessert yang berasal dari Prancis yang memiliki arti busa yang memiliki tekstur
95 cerah. Mousse memiliki cita rasa manis yang berasal dari perisa buah yang digunakan.
96 Mousse biasanya menggunakan Topping Cream, yang diolah menjadi whipped cream
97 kemudian ditambahkan susu sapi segar serta dengan pemberian gelatin sebagai bahan
98 pensabil/pengikat (Panji et al., 2019). Bahan penstabil merupakan bagian dari bahan
99 tambahan pangan yang sering digunakan pada proses pengolahan produk pangan seperti
100 pada es krim, minuman kemasan, saos sambal, dan masih banyak lagi. Bahan penstabil
101 yang sudah banyak dikenal adalah gelatin. Gelatin yang beredar di pasaran sebagian besar
102 berasal dari kulit dan tulang babi atau sapi. Data dari Gelatin Manufacturers of Europe
103 produksi gelatin dunia terbesar berasal dari bahan baku kulit babi yakni 44,5% (136.000 ton)
104 (Faridah dan Susanti, 2018). Oleh karena itu peluang pemanfaatan bahan lain yang
105 memiliki karakteristik mirip dengan gelatin untuk menggantikan fungsi gelatin cukup terbuka.
106 Carboxy methyl cellulose (CMC) adalah salah satu jenis hidrokoloid atau bahan pengental
107 yang sering digunakan dalam industri makanan (Mailoa et al., 2017). CMC mengandung
108 selulosa yang tinggi sekitar 42-47% yang memiliki pengaruh untuk menjerap air. Jelly
109 powder adalah serbuk yang terbuat dari rumput laut, agar atau agarosa adalah zat yang
110 biasanya berupa gel yang diolah dari rumput laut atau alga (Sari dan Sutiadiningsih, 2016).
111 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu mousse pada perlakuan menggunakan buah
112 bisbul dan buah alpukat yang diberi perlakuan penambahan bahan penstabil pengganti
113 gelatin yaitu CMC dan jelly powder. Variabel yang diamati adalah nilai pH, total padatan
114 terlarut, dan mutu organoleptik mousse. Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk mempelajari
115 pemanfaatan buah bisbul dan alpukat menjadi produk olahan sehingga memberikan nilai
116 tambah (added value) serta untuk mengembangkan potensinya sebagai pangan fungsional.
117
118 BAHAN DAN METODE
119
120 Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu-ilmu Pertanian, Pusat Laboratorium
121 Universitas Nasional, Jl. Bambu Kuning, Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada
122 bulan Maret-April 2021.
123 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah bisbul dan buah alpukat
124 sebagai bahan utama, gula pasir, telur, maizena, susu sapi segar full cream, whipped
125 cream, bahan penstabil CMC dan jelly powder sebagai pengganti gelatin. Alat yang
126 digunakan antara lain blender, mangkuk, mixer, kompor, panci, sendok, gelas piala, gelas
127 ukur, timbangan, pisau, pH meter dan hand-refractometer.
128 Percobaan dirancang menggunakan RAK faktorial. Faktor pertama yaitu perbedaan
129 bahan utama (A) yang terdiri atas dua jenis, yaitu: A 1= Alpukat; dan A2= Bisbul. Faktor
130 kedua adalah perbedaan bahan penstabil pengganti gelatin (B) yang terdiri dari dua taraf,
131 yaitu: B1= CMC; dan B2= Jelly powder. Pada percobaan ini diperoleh 4 kombinasi perlakuan
132 yang dicobakan pada 2 kelompok percobaan sebagai ulangan, sehingga akan diperoleh
133 sebanyak 8 unit percobaan. Pengaruh perlakuan dianalisis menggunakan Analysis of
134 Variance (ANOVA) dengan taraf signifikansi 0,05. Adanya perbedaan antar perlakuan
135 selanjutnya akan diuji menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 0,05
136 dengan menggunakan aplikasi SPSS. Variabel yang diamati adalah total padatan terlarut,
137 nilai pH dan mutu organoleptik yang meliputi rasa, tekstur, aroma dan warna
138 Pembuatan mousse menggunakan formula Hesthiati et al. (2019) yang dimodifikasi.
139 Daging buah bisbul dan alpukat masing masing sebanyak 200 gram diblender hingga halus.
140 Selanjutnya 1 butir telur ayam yang diambil kuningnya saja, tambahkan 25 gram gula pasir,
141 dicampur dan dikocok hingga gula halus dan kuning telur menjadi lebih pucat. Tambahkan
142 10 gram maizena. Kemudian ditambahkan 165 mL susu sapi segar full cream kemudian
143 diaduk. Adonan dimasak dengan menggunakan api kecil sambil ditambahkan bahan
144 penstabil sesuai perlakuan (CMC atau jelly powder) sebanyak 10 gram sedikit demi sedikit
145 agar tidak menggumpal dan dimasak hingga mengental. Whipped cream 165 mL dikocok
146 atau dimixer hingga kaku dan mengembang lalu ditambahkan adonan yang sebelumnya
147 sudah dimasak. Adonan dimixer hingga tercampur rata dan tidak ada gumpalan, kemudian
148 adonan ditambahkan daging buah sesuai perlakuan (bisbul atau alpukat) lalu diaduk lagi
149 hingga merata. Setelah tercampur rata, adonan atau mousse ini dimasukkan ke dalam
150 plastik segitiga kemudian dimasukkan ke dalam cup yang sebelumnya sudah diberikan base
151 cokelat brownies sebagai pelengkap rasa.
152
153 HASIL DAN PEMBAHASAN
154
155 Kandungan Buah Bisbul dan Alpukat
156
157 Pangan fungsional menurut Halawa (2018) adalah pangan yang karena kandungan
158 komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang
159 diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya. Beberapa fungsi fisiologis yang
160 diharapkan dari pangan fungsional adalah pencegahan dari timbulnya penyakit,
161 meningkatnya daya tahan tubuh, memperlambat proses penuaan, dan sebagai pemulihan.
162 Buah bisbul berdasarkan literatur mengandung komponen nutrisi yang lengkap sehingga
163 berpotensi sebagai pangan fungsional. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan uji
164 kandungan buah bisbul sebagai acuan untuk mengetahui kandungannya sebelum diolah
165 menjadi mousse (Tabel 1).
166 Hasil pengujian daging buah bisbul tersebut diperoleh data komponen gizi yang
167 menonjol tinggi adalah kadar serat kasar (3.25 %), vitamin C (255 mg/100 g), karbohidrat
168 (15.0 %) dan lemak yang cukup rendah (0.21 %) sehingga buah bisbul mempunyai potensi
169 yang besar untuk dikonsumsi sebagai sumber gizi. Selain itu Tim Riset IDNmedis (2020)
170 juga melaporkan bisbul mengandung sejumlah mineral diantara yang tinggi adalah kalsium
171 (42.80/100 g), kalium (19.60 mg/100 g), fosfor (17.00 mg/100 g) juga beberapa mineral lain
172 yaitu magnesium,seng dan zat besi. Oleh karena itu berdasarkan kandungan-kandungan
173 tersebut bisbul sangatlah berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan fungsional.
174
175 Tabel 1. Hasil Analisis Laboratorium Kandungan Nutrisi Buah Bisbul per 100 gram
Parameter Satuan Kandungan Metode/Uji Teknik
Air % 80,0 SNI 01-2891-1992, butir 5.1
Abu % 0,86 SNI 01-2891-1992, butir 6.1
Protein % 0,69 SNI 01-2891-1992, butir 7.1
Lemak % 0,21 SNI 01-2891-1992, butir 8.2
Serat kasar % 3,25 SNI 01-2891-1992, butir 11
IK 7.2.3
Karbohidrat % 15,0
(cara penghitungan)
Beta karoten mg/100 g 0.2 MU/INST/3 (HPLC)
Vitamin C
mg/100 g 255 MU/INST/9 (HPLC)
(Asam askobat)
Vitamin E (Tokoferol) mg/100 gram <0,01 MU/INST/11(HPLC)
176
177 Di sisi lain buah alpukat, selain telah diketahui mengandung gizi utama yang tinggi,
178 juga mengandung mineral yang lengkap dan tinggi. Lebih jauh kandungan buah alpukat
179 dalam 100 gramnya menurut Marsigit, dkk (2016) dan Hudayani (2017) seperti disajikan
180 pada Tabel 2 berikut :
181
182 Tabel 2. Kandungan Nutrisi Daging Buah Alpukat Panjang Ijo per 100 gram
Komponen Gizi Satuan Kandungan
Air g 81.81
Karbohidrat g 8.84
Protein g 1.32
Lemak g 7.13
Abu g 0.44
Serat g 0.011)
Vitamin A µg 832.39
Vitamin C mg 49.69
Vitamin E mg 40.24
Kalsium mg 14.32
Besi mg 1.75
Magnesium mg 32.34
Natrium mg 10.73
Kalium mg 1587.45
Mangan mg 0.27
Seng mg 3.25
Fosfor mg 271.73
183 Sumber : Marsigit, dkk (2016) dan 1) Hudayani (2017)
184
185 Pengujian Mutu Mousse Dessert
186 Total Padatan Terlarut
187 Pengukuran total padatan terlarut menggunakan hand refractometer menurut SNI
188 01-3546-2004. Mutu mousse yang dihasilkan berdasarkan total padatan terlarutnya (TPT)
189 disajikan pada Tabel 3 berikut:
190
191 Tabel 3. Pengaruh Jenis Buah dan Bahan Penstabil Terhadap Total Padatan Terlarut
192 Mousse
Perlakuan TPT (°Brix)
Jenis Buah :
Alpukat 4,75a
Bisbul 2,25a
Bahan Penstabil :
CMC 3,25a
Jelly Powder 3,75a
193 Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
194 menunjukkan berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.
195
196 Berdasarkan Tabel 3 di atas baik perlakuan perbedaan jenis buah dan perbedaan
197 bahan penstabil tidak menghasilkan total padatan terlarut yang berbeda nyata, namun
198 mousse alpukat cenderung mempunyai TPT yang lebih tinggi dibanding mousse bisbul.
199 Walaupun kandungan karbohidrat total daging buah alpukat lebih rendah dari bisbul namun
200 TPT yang cenderung lebih tinggi ini diduga dipengaruhi oleh komponen-komponen lain
201 seperti glukosa, fruktosa dan sukrosanya juga kemungkinan kandungan asam-asam organik
202 yang dikandungnya. Pada percobaan ini nilai TPT mousse mengalami peningkatan yang
203 signifikan karena pengukuran TPT awal buah alpukat dan bisbul mempunyai nilai yang
204 sama yaitu 0.20Brix. Total padatan terlarut merupakan komponen komponen kimia (lemak,
205 protein, karbohidrat, mineral dan vitamin) yang terkandung dalam bahan pangan setelah
206 kandungan air diuapkan (Ismawati et al., 2016).
207 Pada perlakuan bahan penstabil CMC dan jelly powder menunjukkan total padatan
208 terlarut yang juga berbeda tetapi tidak nyata. Hal ini dikarenakan CMC merupakan salah
209 satu penstabil yang memiliki kemampuan mengikat gula, air, asam asam organik dan
210 komponen lain sehingga menjadi lebih stabil dalam mengikat komponen tersebut
211 (Novidahlia et al., 2018). Menurut (Alistair, 1995 dalam Widjaja et al., 2017) sumber total
212 padatan terlarut “jelly” berasal dari bahan pengental, natrium benzoat dan gula yang
213 ditambahkan.
214
215
216
217 Tabel 4. Interaksi Jenis Buah dengan Bahan Penstabil Terhadap Total Padatan Terlarut
218 Mousse
Total Padatan Terlarut
Jenis Buah
CMC Jelly Powder
Alpukat 4,50Aa 5,00Aa
Bisbul 2,00Aa 2,50Aa
219 Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada kolom yang
220 sama dan angka rata-rata yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris
221 yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%
222 - huruf besar membandingkan perlakuan perbedaan jenis buah.
223 - huruf kecil membandingkan perlakuan bahan penstabil.
224
225 Berdasarkan Tabel 4 di atas terlihat total padatan terlarut yang berbeda namun
226 tidak nyata pada semua interaksi perlakuan yang berbeda. Mousse yang diolah
227 menggunakan buah alpukat dengan bahan penstabil CMC maupun Jelly powder cenderung
228 memiliki kandungan total padatan terlarut yang lebih tinggi dibanding mousse yang diolah
229 menggunakan buah bisbul. Demikian pula pada interaksi bahan penstabil dengan jenis
230 buah. Bahan penstabil CMC berbeda tidak nyata dengan Jelly powder baik pada buah
231 alpukat maupun bisbul.
232
233 Derajat Keasaman (pH)
234 Pengujian mutu mousse selanjutnya adalah penilaian derajat keasaman (pH). Hasil
235 uji pH pada mousse dapat dilihat pada Tabel 5.
236
237 Tabel 5. Pengaruh Jenis Buah dan Bahan Penstabil Terhadap pH Mousse
Perlakuan Nilai pH
Jenis Buah :
Alpukat 7,33a
Bisbul 7,30a
Bahan Penstabil :
CMC 7,33a
Jelly Powder 7,30a
238 Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
239 menunjukkan berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.
240
241 Berdasarkan Tabel 5 di atas baik perlakuan perbedaan jenis buah maupun
242 perbedaan bahan penstabil menghasilkan nilai pH yang berbeda tidak nyata. pH yang
243 dihasilkan cenderung netral karena mempunyai nilai sekitar 7. Pada pH netral (7) bakteri E.
244 coli menunjukkan efektivitas inaktivasi terendah dibanding pada pH rendah (73%) maupun
245 pH tinggi (57%) (Kurniati et al., 2020). Hasil ini menunjukkan dessert mousse mempunyai
246 mutu yang relatif baik sehingga diharapkan mempunyai daya tahan yang relatif lama.
247 Penggunaan bahan penstabil CMC maupun jelly powder menghasilkan pH yang berbeda
248 tidak nyata. Dessert mousse yang dihasilkan mempunyai nilai pH antara 7,20 – 7,40.
249 Kisaran nilai ini wajar karena sesuai dengan penelitian Mahendra dan Mitarlis (2017)
250 bahwa pH CMC mendekati netral, dan CMC terbaik yang dibuat dari eceng gondok memiliki
251 pH sebesar 7,79.
252
253 Tabel 6. Interaksi Jenis Buah dengan Bahan Penstabil Terhadap Nilai pH Mousse
Nilai pH
Jenis Buah
CMC Jelly Powder
Alpukat 7,25Aa 7,40Aa
Bisbul 7,40Aa 7,20Aa
254 Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada kolom yang
255 sama dan angka rata-rata yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris
256 yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%
257 - huruf besar membandingkan perlakuan perbedaan jenis buah.
258 - huruf kecil membandingkan perlakuan bahan penstabil.
259
260 Berdasarkan Tabel 6 di atas, interaksi antara jenis buah dengan bahan penstabil
261 menghasilkan pH yang berbeda tidak nyata. Semua interaksi dinyatakan baik karena
262 memiliki pH yang netral, meskipun hingga saat ini mousse belum ada syarat mutu SNInya
263
264 Mutu Organoleptik
265 Pengujian organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan mousse.
266 Pengujian ini dilakukan oleh panelis dengan kualifikasi panelis agak terlatih sebanyak 12
267 orang, yang terdiri atas laki laki dan perempuan dengan rentang usia 18-23 tahun. Atribut
268 yang diamati yaitu rasa, aroma dan tekstur dan warna. Hasil uji organoleptik dapat dilihat
269 pada Tabel 7.
270
271 Tabel 7. Hasil Uji Organoleptik Dessert Mousse
Mutu Organoleptik Total
Perlakuan
Rasa Aroma Tekstur Warna
3,30 3,40 4,10 4,20
Alpukat, CMC 18,90
(cukup suka) (cukup suka) (lembut) (hijau muda)
Alpukat, Jelly 3,90 3,70 4,10 4,10
15,80
Powder (suka) (suka) (lembut) (hijau muda)
2,90 3,50 3,50 4,10
Bisbul, CMC 12,00
(cukup suka) (suka) (lembut) (putih gading)
Bisbul, Jelly 2,90 3,30 3,50 4,10
11,80
Powder (cukup suka) (cukup suka) (lembut) (putih gading)
272
273 Rasa
274 Mutu organoleptik berdasarkan tingkat kesukaan terhadap atribut rasa dari mousse
275 didapatkan hasil dari cukup suka hingga suka. Pada Tabel 7 terlihat mousse dari alpukat
276 dengan jelly powder menghasilkan skor mutu rasa paling tinggi, yaitu 3,90 (suka).
277 Sedangkan pada mousse dari bisbul dengan CMC menghasilkan mutu rasa yang relatif
278 rendah, yaitu 2,90 (cukup suka). Tingkat kesukaan rasa dari mousse yang dihasilkan diduga
279 disebabkan karena perbedaan jenis buah. Hal ini diduga sangat dipengaruhi oleh belum
280 dikenalnya buah bisbul. Hampir semua panelis belum mengenal dengan baik buah bisbul
281 dan belum pernah mengkonsumsi buah segarnya.
282 Kondisi ini berbeda dengan buah alpukat yang sudah sangat familiar bagi panelis.
283 Walaupun demikian pengolahan mousse alpukat maupun bisbul dapat diterima panelis
284 karena skor yang paling rendah yaitu kurang suka hanya dihasilkan dari penilaian 1 panelis.
285 Pada perlakuan bahan penstabil pengganti gelatin baik CMC maupun jelly powder tidak
286 mempengaruhi rasa dari mousse karena menurut Abdullah dan Mutia (2020) CMC
287 merupakan bahan penstabil yang tidak memiliki rasa. Demikian juga dengan jelly powder
288 yang juga bersifat tidak memiliki rasa dan tidak berpengaruh terhadap pembuatan permen
289 jelly (Kurniawan dan Deglas, 2019).
290 Lebih jauh grafik jumlah panelis yang menyatakan tingkat kesukaan terhadap mutu
291 rasa dari dessert mousse dapat dilihat pada Gambar 1.
292
Rasa
7
JUMLAH PANELIS
6
5
4
3
2
1
0
Alpukat+Jelly Bisbul+Jelly
Alpukat+CMC Bisbul+CMC
Powder Powder
Kurang Suka 1 1 1 1
Agak Suka 2 2 2
Cukup Suka 3 2 6 6
Suka 4 5 3 3
Sangat Suka 2 4
293
294 Gambar 1. Grafik Uji Organoleptik Rasa
295
296 Pada Gambar 1. dapat dijelaskan bahwa 33,3% menyatakan suka dengan mousse
297 alpukat dengan bahan penstabil CMC, 25% menyatakan cukup suka dan masing masing
298 16,6% menyatakan agak suka dan sangat suka. Pada mousse alpukat dengan bahan
299 penstabil jelly powder sebanyak 41,6% menyatakan suka, dan 33,3% menyatakan sangat
300 suka rasanya. Pada mousse bisbul dengan bahan penstabil CMC dan jelly powder masing
301 masing sebanyak 50% menyatakan cukup suka, 25% menyatakan suka, dan hanya 25%
302 menyatakan agak suka sampai kurang suka.
303
304
305
306 Aroma
307 Mutu organoleptik berdasarkan kesukaan terhadap atribut aroma diperoleh hasil
308 tingkat kesukaan dari cukup suka hingga suka. Pada Tabel 7 terlihat perlakuan mousse
309 alpukat dengan bahan penstabil jelly powder menghasilkan skor mutu aroma paling tinggi,
310 yaitu 3,70 (suka). Sedangkan pada perlakuan mousse bisbul dengan bahan penstabil jelly
311 powder menghasilkan mutu aroma relatif rendah, yaitu 3,30 (cukup suka). Tingkat kesukaan
312 panelis terhadap aroma diduga dipengaruhi oleh perbedaan jenis buah. Buah bisbul
313 memiliki aroma yang khas dan cukup tajam dibanding dengan buah alpukat. Aroma yang
314 cukup tajam/menyengat inilah yang justru oleh beberapa panelis kurang disukai. Namun
315 secara keseluruhan panelis menyatakan kesukaan terhadap aroma mousse bisbul pada
316 tingkat cukup suka hingga suka.
317 Pada perlakuan bahan penstabil tidak mempengaruhi aroma, hal ini sesuai dengan
318 penelitian Widjaja et al. (2017) bahwa perbedaan konsentrasi jelly powder tidak
319 mempengaruhi aroma pada minuman jeli yang dihasilkan. Demikian pula bahan penstabil
320 CMC juga tidak memiliki komponen volatil yang dapat menguap sehingga tidak memberikan
321 pengaruh yang nyata terhadap aroma bahan makanan (Abdullah dan Mutia, 2020). Lebih
322 jauh grafik jumlah panelis yang menyatakan tingkat kesukaan terhadap mutu aroma dari
323 dessert mousse dapat dilihat pada Gambar 2.
324
Aroma
8
JUMLAH PANELIS
7
6
5
4
3
2
1
0
Alpukat+Jelly Bisbul+Jelly
Alpukat+CMC Bisbul+CMC
Powder Powder
Kurang Suka 1 1
Agak Suka 1 1
Cukup Suka 5 2 4 7
Suka 5 7 6 3
Sangat Suka 1 2 1 1
325
326 Gambar 2. Grafik Uji Organoleptik Aroma
327
328 Pada Gambar 2. dapat dijelaskan bahwa 41,6% menyatakan cukup suka dan suka
329 dengan mousse alpukat dengan bahan penstabil CMC, serta hanya 8,3% menyatakan
330 sangat suka dan kurang suka. Pada mousse alpukat dengan bahan penstabil jelly powder
331 sebanyak 58,3% menyatakan suka, dan masing masing 16,6% menyatakan sangat suka
332 dan cukup suka. Pada mousse bisbul dengan bahan penstabil CMC 50% menyatakan suka
333 dengan aromanya, dan 33,3% menyatakan cukup suka. Sedangkan pada mousse bisbul
334 dengan bahan penstabil jelly powder 58,3% menyatakan cukup suka, 25% menyatakan
335 suka.
336
337 Tekstur
338 Mutu organoleptik berdasarkan kesukaan terhadap atribut tekstur diperoleh hasil
339 rata-rata pada tingkatan lembut. Pada Tabel 7. terlihat bahwa semua perlakuan tidak
340 menghasilkan mutu tekstur yang berbeda, semua dinyatakan lembut (skor 3,50- 4,10).
341 Tekstur mousse sangat dipengaruhi oleh dari tekstur dari buah yang digunakan, baik
342 alpukat maupun bisbul keduanya memiliki tekstur buah yang lembut. Hal ini juga diduga
343 karena pada proses pengolahan mousse daging buah dilembutkan dengan cara diblender.
344 Penambahan bahan lainnya pada proses pengolahan seperti telur juga dapat menambah
345 kelembutan tesktur. Lebih jauh grafik jumlah panelis yang menyatakan tingkat kesukaan
346 terhadap mutu tekstur dari dessert mousse dapat dilihat pada Gambar 3.
Tekstur
9
8
JUMLAH PANELIS
7
6
5
4
3
2
1
0
Alpukat+Jelly Bisbul+Jelly
Alpukat+CMC Bisbul+CMC
Powder Powder
Sangat Kasar
Kasar 1
Agak Kasar 1 3 6 5
Lembut 8 4 5 5
Sangat Lembut 3 5 1 1
347
348 Gambar 3. Grafik Uji Organoleptik Tekstur
349 Pada Gambar 3. dapat dijelaskan bahwa 58,3% panelis menyatakan lembut pada
350 tekstur mousse alpukat dengan bahan penstabil CMC, dan sebanyak 25% menyatakan
351 sangat lembut. Pada mousse alpukat dengan bahan penstabil jelly powder sebanyak 41,6%
352 panelis menyatakan sangat lembut, 33,3% menyatakan lembut dan hanya 25% menyatakan
353 agak kasar terhadap teksturnya. Pada mousse bisbul dengan bahan penstabil CMC,
354 sebanyak 41,6% panelis menyatakan lembut, 50% menyatakan agak kasar dan 8,3%
355 menyatakan sangat lembut. Sedangkan pada mousse bisbul dengan bahan penstabil jelly
356 powder masing-masing 41,6% menyatakan agak kasar dan lembut, dan masing-masing
357 8,3% menyatakan kasar dan sangat lembut. Tingkat kelembutan mousse bisbul yang sedikit
358 lebih rendah dibanding mousse alpukat diduga disebabkan oleh kadar serat yang lebih
359 tinggi pada bisbul dibanding alpukat. Namun kadar serat yang tinggi ini justru menunjukkan
360 bahwa bisbul mempunyai nilai pangan fungsional yang tinggi.
361
362 Warna
363 Warna yang berbeda pada mousse bisbul dan mousse alpukat disebabkan oleh
364 warna asli dari masing-masing jenis buah tersebut. Mousse bisbul berwarna putih
365 kecoklatan/krem, putih gading hingga putih bersih. Perbedaan warna atau gradasi warna
366 pada mousse bisbul ini diduga karena terjadinya reaksi browning yang disebabkan enzim
367 polifenol oksidase yang dikandung buah bisbul pada proses pengolahannya. Hal ini sesuai
368 dengan yang dilaporkan Abdullah dan Mutia (2020) bahwa bahan penstabil CMC berwarna
369 putih, hampir tidak memiliki bau dan rasa dan memiliki bentuk higroskopis sehingga tidak
370 menyebabkan perubahan warna hasil olahannya. Selanjutnya jelly powder adalah contoh
371 dari hidrokoloid yang merupakan bahan biodegradable yang tidak memiliki warna sehingga
372 tidak berpengaruh terhadap karakteristik warna suatu bahan pangan yang digunakan
373 (Nurzakiyah, 2017). Sedangkan mousse alpukat berwarna hijau dan hijau muda. Perbedaan
374 warna ini diduga disebabkan adanya penambahan susu full cream dan whipped cream yang
375 ditambahkan pada pengolahan mousse. Warna dari mousse alpukat dan bisbul disajikan
376 pada Gambar 4 berikut ini :
377
378
379 Gambar 4. Mousse Alpukat dan Bisbul dengan Warna yang berbeda sesuai Warna Buahnya
380
381 Lebih jauh grafik jumlah panelis yang menyatakan tingkat kesukaan terhadap mutu
382 warna dari dessert mousse dapat dilihat pada Gambar 5.
383
Warna
12
JUMLAH PANELIS
10
8
6
4
2
0
Alpukat+Jelly Bisbul+Jelly
Alpukat+CMC Bisbul+CMC
Powder Powder
Putih 1 1
Putih Gading 8 8
Krem 3 3
Hijau Muda 9 10
Hijau 3 2
384
385 Gambar 5. Grafik Uji Organoleptik Warna
386
387 Pada Gambar 5. dapat dijelaskan bahwa 75% panelis menyatakan warna mousse
388 alpukat dengan bahan penstabil CMC adalah hijau muda, dan sebanyak 25% menyatakan
389 hijau. Pada mousse alpukat dengan bahan penstabil jelly powder sebanyak 83,3% panelis
390 menyatakan hijau muda, dan 16,6% menyatakan hijau terhadap warna mousse yang
391 dihasilkan. Pada mousse bisbul dengan bahan penstabil CMC maupun jelly powder masing
392 masing sebanyak 66,67% panelis menyatakan warnanya adalah putih gading, 25%
393 menyatakan putih kecoklatan/krem dan 8,3% menyatakan putih.
394
395
396 KESIMPULAN
397 Mousse bisbul maupun alpukat menggunakan bahan penstabil pengganti gelatin
398 CMC maupun jelly powder menghasilkan total padatan terlarut dan pH yang tidak berbeda.
399 Mutu organoleptik mousse bisbul dengan bahan penstabil CMC maupun jelly powder
400 menghasilkan rasa yang cukup disukai, aroma cukup disukai, tekstur lembut dan warna
401 putih gading, sedangkan mousse alpukat dengan bahan penstabil jelly powder lebih baik
402 dibanding CMC pada tingkat kesukaan rasa lebih disukai, aroma cukup disukai, teskturnya
403 lembut dengan warna mousse hijau muda. Baik bisbul maupun alpukat mempunyai prospek
404 diolah menjadi dessert mousse yang saat ini menjadi tren di kalangan anak muda milenial
405 sehingga dapat memberikan nilai tambah.
406
407
408
409
410
411 DAFTAR PUSTAKA
412 Abdullah, F., dan Mutia, A.K. 2020. Pengaruh Penambahan CMC (Carboxyl Methyl
413 Cellullose) Terhadap Uji Organoleptik Otak Otak Ikan Nike. Jurnal Pendidikan
414 Teknologi Pertanian, 6 (2) : 171-180.
415 Aminah, A., Tomayahu, N., dan Abidin, Z. 2017. Penetapan kadar flavonoid total ekstrak
416 etanol kulit buah alpukat (Persea Americana Mill.) dengan metode spektrofotometri
417 Uv-Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 4(2) : 226-230.
418 Faridah, H.D. dan Susanti, T. 2018. Polisakarida Sebagai Material Pengganti Gelatin Pada
419 Halal Drug Delivery System. Journal of Halal Product and Research (JHPR), 1(2) :
420 16-21.
421 Hesthiati, E., Rasyad R.N., dan Sukartono, I.G.S. 2019b. Pengolahan Alkesa (Pouteria
422 campechiana) Menjadi Mousse Brownies. Artikel Ilmiah. Fakultas Pertanian
423 Universitas Nasional. Jakarta.
424 Hudayani, A., & Daningsih, E. 2017 Kelayakan Media Pembelajaran Poster Kandungan Gizi
425 Buah Alpukat dan Buah Naga pada Sub Materi Zat Makanan. Jurnal Pendidikan dan
426 Pembelajaran Khatulistiwa, 6(4).
427 Ismawati, N., Nurwantoro, N., Pramono, Y.B. 2016. Nilai pH, Total Padatan Terlarut , dan
428 Sifat Sensoris Yoghurt dengan Penambahan Ekstrak Bit (Beta vulgaris L.) Jurnal
429 Aplikasi Teknologi Pangan, 5 : 89-93.
430 Kurniati, E., Anugroho, F., dan Sulianto, A. A. 2020. Analisis pengaruh pH dan suhu pada
431 desinfeksi air menggunakan microbubbble dan karbondioksida bertekanan. Journal
432 of Natural Resources and Environmental Management, 10(2): 247-256.
433 Kurniawan, T.W., dan Deglas, W. 2019. Pemanfaatan Kulit Buah Jeruk Mandarin (Citrus
434 reticulata) dalam Pembuatan Permen Jelly dengan Variasi Konsentrasi Bubuk Agar.
435 Jurnal Pertanian dan Pangan, 1 (2) : 1-5.
436 Mahendra, A dan Mitarlis. 2017. Sintesis dan Karakterisasi Carboxymethyl Cellulose (CMC)
437 dari Selulosa Eceng Gondok (Eichhornia crassipes). UNESA Journal of Chemistry,
438 6(1).
439 Mailoa, M., Rodiyah, S., dan Palijama, S. 2017. Pengaruh Konsentarasi Carboxymethyl
440 Celulose Terhadap Kualitas Es Krim Ubi Jalar (Ipomea batatas L.). AGRITEKNO.
441 Jurnal Teknologi Pertanian, 6(2) : 45-51.
442 Marsigit, W., Astuti, M., Anggrahini, S., & Naruki, S. 2016. Kandungan Gizi, Rendemen
443 Tepung, dan Kadar Fenol Total Alpukat (Persea americana, Mill) Varietas Ijo
444 Panjang dan Ijo Bundar. agriTECH, 36(1), 48-55.
445 Noviadahlia, N., Pangandian, G. P., dan Aminullah. 2018. Karakteristik Red Smoothies dari
446 Buah Pisang Ambon dan Naga Merah dengan Penambahan CMC (Carboxyl Methyl
447 Cellullose). Jurnal Agroindustri Halal, 4 (2) : 183-191.
448 Noviardi, H., Ratnasari, D., dan Fermadianto, M. 2019. Formulasi Sediaan Krim Tabir Surya
449 dari Ekstrak Etanol Buah Bisbul (Diospyros blancoi). Jurnal Ilmu Kefarmasian
450 Indonesia, 17(2): 262-271.
451 Nurzakiyah, U. 2017. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Hidrokoloid Terhadap Karakteristik
452 Mie Basah Tepung Komposit (Terigu dan Bekatul). Skripsi. Universitas Al Ghifari.
453 Bandung.
454 Panji, D. D., Octaviany, V., dan Gusnandi, D. 2019. Pemanfaatan Buah Nangka Sebagai
455 Subtitusi Gula dan Lemak Nabati Pada Mousse 2019. e-Proceeding of Applied
456 Science, 5(3) : 2785.
457 Sari, A.A.A., dan Sutiadiningsih, A. 2016. Pengaruh Proporsi Sari Buah Belimbing dan
458 Tomat Serta Bahan Pengental (Jelly Powder dan Agar) terhadap Sifat Organoleptik.
459 E-Journal Boga, 5(1) : 211-220.
460 Widowati, W., Safitri, R., Rumumpuk, R., & Siahaan, M. (2010). Penapisan aktivitas
461 superoksida dismutase pada berbagai tanaman. Jurnal Kedokteran Maranatha,
462 5(1): 33-47
463 Widjaja, W.P., Sumartini, dan Rifani. 2017. Pengaruh Konsentrasi Jelly Powder Terhadap
464 Karakteristik Minuman Jeli Ikan Lele (Clarias sp.). Jurnal Pasundan Food
465 Techonology, 4 (3) : 197-207.
PENGOLAHAN DESSERT MOUSSE BISBUL
DAN ALPUKAT
UNTUK MENINGKATKAN
NILAI TAMBAH SEBAGAI
PANGAN FUNGSIONAL
Oleh :
Etty Hesthiati, Nurul Hanifah, Dena Anggari dan Inkorena G.S. Sukartono
WARNA
• Warna yang berbeda pada mousse bisbul dan TEKSTUR
mousse alpukat disebabkan oleh warna asli • Tekstur yang dihasilkan lembut disebabkan karena tesktur buah
dari masing-masing jenis buah tersebut bisbul dan alpukat itu sendiri.
• Perlakuan bahan penstabil menghasilkan
warna yang berbeda tidak nyata karena bahan
penstabil tidak memiliki warna.
KESIMPULAN