Makalah Sosiologi Azzuha
Makalah Sosiologi Azzuha
Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang mana atas rahmat-nya dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini kami membahas mengenai “Anak Bolos Kelas”. Makalah ini merupakan salah
satu tugas mata pelajaran Sosiologi.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada bapak/ibu guru kami yang telah memberikan tugas ini sehingga kami menjadi lebih
dekat lagi untuk saling berinteraksi sesama kelompok. Dan terimakasih yang sebesar-
besarnya untuk teman-teman kelompok yang mau membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampunan
kami, maka kritik dan saran yang senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini berguna
bagi kami dan pada pihak lain.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................3
BAB I ....................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang ...........................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah .....................................................................................................5
1.3 Tujuan .......................................................................................................................5
1.4 Manfaat .....................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................6
3
BAB I
PENDAHULUAN
5
DAFTAR PUSTAKA
http://enisuryanitas3.blogspot.com/2012/05/kajian-bimbingan-konseling.html
Sumber : http://depdiknas.go.id, Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi 36.
Diunggah tanggal 17 Oktober 2023
http://www.teacheracim.blogspot.com/ diunggah tangga 17 Oktober 2023
6
7
BAB II
PEMBAHASAN
Kehadiran yang tidak teratur merupakan problem besar di sekolah - sekolah saat ini.
Ketidakhadiran yang dimaksud di sini adalah ketidakhadiran yang disebabkan karena alasan
yang tidak jelas, bukan karena alasan sakit atau lainnya. Jika ketidakhadiran siswa
dikarenakan sakit atau ada kepentingan, dalam artian masih bisa memberikan alasan yang
jelas, hal itu masih bisa diterima. Tetapi jika alasannya tidak jelas mengapa ia tidak hadir atau
tidak masuk sekolah, hal ini perlu penanganan serius. Sebab, cepat atau lambat masalah ini
akan berdampak buruk baik untuk siswa itu sendiri maupun terhadap lingkungan sekolahnya.
Pergi ke sekolah bagi siswa merupakan suatu hak sekaligus kewajiban sebagai sarana
mengenyam pendidikan dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Sayang,
kenyataannya banyak siswa yang enggan melakukannya tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Banyak yang akhirnya membolos. Perilaku yang dikenal dengan
istilah truancy ini dilakukan dengan cara, siswa tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan
berseragam, tetapi mereka tidak berada di sekolah. Salah satu penyebabnya terkait dengan
masalah kenakalan siswa secara umum. Perilaku tersebut tergolong perilaku yang tidak
adaptif sehingga harus ditangani secara serius. Penanganan dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab munculnya perilaku membolos tersebut.
Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak - anak
dengan berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak menjadi manusia
yang berwatak baik. Mengajar tidak sekedar hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi
lebih kepada usaha untuk membentuk pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga
jika terjadi suatu permasalahan pada siswa, pendidik ataupun pihak sekolah juga turut
memikirkannya serta senantiasa juga berusaha mencarikan jalan keluar.
Menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang tidaklah mudah dan sangatlah
minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut
tentu ada. Dan salah satu usaha dari pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan
Konseling (BK). Kita mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana
rasanya dihukum karena membolos. Padahal menghukum bukanlah satu - satunya jalan untuk
membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan
anak lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa yang baru menginjak masa remaja
merupakan masa - masa di saat kondisi emosi yang tidak labil, mudah tersinggung dan
8
mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan untuk lurus maka ia akan patah.
Oleh karena itu penanganannya harus hati-hati. Tindakan yang dapat dilakukan dengan
mengetahui faktor - faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi
permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa yang
membolos mau menerima arahan dari guru. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup, tidak
mau menceritakan permasalahan mengapa Ia membolos, maka pembimbing menggunakan
cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua informasi yang diperlukan
telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti
yang telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat
dan arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak
teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang
terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak.
Jadi, kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar
yang juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas program Bimbingan
dan Konseling (BK) selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan
sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu,
pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam
usaha mengatasi masalah anak.
Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah, dengan
menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku. yang merentang dari kategori ringan
sampai dengan berat.
Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran
disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:
(1) Pendekatan disiplin, dan
(2) Pendekatan bimbingan dan konseling.
Penanganan siswa bernasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan
ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu
komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu
ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku
siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus
mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai
9
lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha
menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu pendekatan
melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan
pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah melalui
Bimbingan dan Konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan
menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui
Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih
mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara
konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat
memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna
tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.
Sebagai ilustrasi, misalkan di suatu sekolah ditemukan kasus seorang siswa yang sering
berkelahi disekolah , sementara tata tertib sekolah secara tegas Jika hanya mengandalkan
pendekatan disiplin, mungkin tindakan yang akan diambil sekolah adalah berusaha
memanggil orang tua/wali siswa yang bersangkutan. Jika tanpa intervensi Bimbingan dan
Konseling, maka sangat mungkin siswa yang bersangkutan akan meninggalkan sekolah
dengan dihinggapi masalah-masalah baru yang justru dapat semakin memperparah keadaan.
Tetapi dengan intervensi Bimbingan dan Konseling di dalamnya, diharapkan siswa yang
bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif atas masalah yang menimpa
dirinya, misalnya secara sadar menerima dan sadar bahwa berkelahi adalah perbuatan yang
tidak terpuji, keinginan untuk tetap sekolah, serta hal-hal positif lainnya.
Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan Bimbingan dan Konseling lebih
mengedepankan pelayanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, pelayanan
Bimbingan dan Konseling terhadap siswa bermasalah tetap masih menjadi perhatian. Dalam
hal ini, perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa harus ditangani oleh guru Bimbingan
dan Konseling (BK/Konselor). Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan
tingkatan masalah berserta mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagaimana dalam
bagan berikut :
1. Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang
tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap
awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan
guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan
mengadakan kunjungan rumah.
10
2. Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan
menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga,
minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan
sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan
berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya.
Dapat pula mengadakan konferensi kasus.
3. Masalah (kasus) berat, seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan
narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan
senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada
ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu
dilakukan kegiatan konferensi kasus.
Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa bermasalah
melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata menjadi tanggung jawab
guru Bimbingan dan Konseling (BK/Konselor) di sekolah tetapi dapat melibatkan pula
berbagai pihak lain untuk bersama - sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian
diri dan perkembangan pribadi secara optimal.
Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah adalah kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang sering
14
membolos, pendekatan individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah. Selain terkait
dengan permasalahan pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan pandangan
mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah, apakah siswa merasa tugas - tugas yang
ada sangat mudah sehingga membosankan dan kurang menantang atau sebaliknya
sangat sulit sehingga membuat frustasi.
15
Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor sekolah merupakan faktor yang berisiko
meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja, yaitu antara lain kebijakan
mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa
dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang
menantang bagi siswa.
2.4 Peran dan Fungsi Bimbingan Konseling (BK) dalam Mengatasi Siswa yang Suka
Membolos
Bimbingan Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali menjadi
momok atau bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih berfungsi sebagai
pengadilan siswa dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa yang bermasalah melanggar
aturan sekolah maka langsung dipanggil guru BP untuk dilakukan pembinaan yang
cenderung ke arah penghakiman. Paradigma itu semestinya perlu sedikit diubah yaitu bahwa
Bimbingan Konseling tidak hanya mengurusi anak yang bermasalah melanggar aturan
sekolah namun juga harus bisa berfungsi sebagai teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa
16
menjadi tempat curhat. Bimbingan konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman
kepada siswa dengan dapat memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah yang
dihadapi siswa baik stres masalah pelajaran, keluarga,pertemanan dan lain sebagainya.
Perubahan paradigma ini diharapkan kenakalan maupun stress dikalangan siswa bisa semakin
dieliminir.
Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak - anak dengan
berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak menjadi manusia yang
berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk
membentuk pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu
permasalahan pada siswa, pendidik atau pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha
mencarikan jalan keluar.
Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana untuk
mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya siswa
dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan
mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya
kebiasaan membolos memang tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi
usaha untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu usaha
dari pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin pernah
melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum karena membolos.
Padahal menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat siswa jera dalam
melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan anak lebih bengal dan
lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja merupakan masa kondisi emosi yang tidak labil,
mudah tersinggung dan mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan untuk
lurus maka ia akan patah. Oleh karena itu, penanganannya harus hati - hati.
SOLUSI
1. Guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa
sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa
2. Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat
dihukum sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja.
3. Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan
hidup.
4. Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan
memahami yang telah diajarkan guru.
5. Guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur dan tidak
merekayasa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ø Bimbingan merupakan
a) Suatu proses yang berlesinambungan.
19
b) Suatu proses membantu individ.
c) Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang
bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya
secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinya.
d) Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu
dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan
lingkungannya.
Ø Membolos merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam penanganannya perlu
perhatian yang serius. Memang tidak sepenuhnya kegiatan membolos dapat
dihilangkan, tetapi usaha untuk meminimalisir tetap ada.
Ø Faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos terbagi menjadi dua golongan,
yaitu faktor internal dan eksternal. Selain itu, faktor – faktor lain yang menjadi
penyebab siswa membolos lainnya, meliputi : faktor keluarga, faktor kurangnya
kepercayaan diri, perasaan yang termarginalkan, faktor personal serta faktor yang
berasal dari sekolah.
Ø Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos, akan mengalami kegagalan dalam
pelajaran. Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami
marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman - temannya.
Ø Peran program Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal mengatasi siswa yang suka
membolos, yakni dengan mengetahui faktor - faktor penyebab siswa membolos,
menerapkan gerakan disiplin serta sosialisasi kepada pengelola hiburan.
20
Ø Melalui program BK, pihak sekolah berupaya mencari solusi bagi mereka yang suka
membolos. Karena membolos terkait berbagai faktor, maka dalam penyelesaiannya
tidaklah mudah. Oleh karena itu pihak sekolah juga mengikutsertakan orang tua.
Ø Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah (dalam hal ini BK) dan orang
tua siswa, permasalah membolos siswa diharapkan dapat diselesaikan sehingga tidak
menjalar kepada siswa lainnya.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca bisa lebih mengetahui tentang cara
menanggulangi Perilaku siswa yang suka membolos yang kerap dilakukan para siswa
sekolah.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. http://enisuryanitas3.blogspot.com/2012/05/kajian-bimbingan-konseling.html
2. Sumber : http://depdiknas.go.id, Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi 36.
Diunggah tanggal 4 Juni 2012
3. http://www.teacheracim.blogspot.com/ diunggah tanggal 5 Juni 2012
22
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur haturkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan perlindungannya
yang telah memberikan kekuatan lahir maupun batin sehingga penulisan makalah ini dapat
terselesaikan. makalah ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi guru dalam mengatasi
masalah yang timbul dari sekolah atau kelasnya sendiri.
Adapun penulisan makalah ini berjudul “Mengatasi Siswa Yang Sering Membolos
Sekolah”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Makalah ini jauh dari
sempurna, baik dalam penulisan, isi maupun tata bahasanya.
23