Anda di halaman 1dari 26

TUGAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

DIAGRAM ALIRAN DATA UNTUK PERUSAHAAN KECIL

(STUDI KASUS PT. ANGKASA PURA)

Disusun Oleh :

Salsabilla (43219010009)

Neneng Galis (43219010010)

Dela Marisa Utami (43219010013)

Bella Salsabila Octariani (43219010014)

Dosen Pengampu : Yananto Mihadi Putra, SE., M.Si

Kelas : C-413

Program Studi Akuntansi S1

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Mercu Buana

2021
ABSTRAK

Diagram aliran data atau data flow diagram (DFD) adalah suatu diagram yang
menggunakan notasi-notasi untuk arus dari data sistem, yang penggunaannya sangat
membantu untuk memahami sistem secara logika, terstruktur dan jelas. DFD juga bisa dikatakan
sebagai suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan dari mana
asal data dan kemana tujuan data yang keluar dari sistem, dimana data disimpan, proses apa
yang menghasilkan data tersebut dan interaksi antara data yang tersimpan dan proses yang
dikenakan pada data tersebut. DFD ini sering disebut juga dengan nama Bubble chart,
Bubble diagram,model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi. DFD ini adalah salah satu
alat pembuatan model yang sering digunakan, khususnya bila fungsi–fungsi sistem
merupakan bagian yang lebih penting dan kompleks daripada data yang dimanipulasi oleh
sistem. Dengan kata lain, DFD ini merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada
alur data dengan konsep ke komposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisa maupun
rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh professional sistem kepada pemakai
maupun pembuat program.

PENDAHULUAN

Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk
arus dari data sistem, yang penggunaannya sangat membantu untuk memahami sistem secara
logika, terstruktur dan jelas. Atau DFD bisa juga dikatakan sebagai suatu model logika data atau
proses yang dibuat untuk menggambarkan dari mana asal data dan kemana tujuan data yang
keluar dari sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut
dan interaksi antara data yang tersimpan dan proses yang dikenakan pada data tersebut. DFD
ini sering disebut juga dengan nama Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram
alur kerja, atau model fungsi.

DFD ini adalah salah satu alat pembuatan model yang sering digunakan, khususnya bila
fungsi-fungsi sistem merupakan bagian yang lebih penting dan kompleks dari pada data yang
dimanipulasi oleh sistem. Dengan kata lain, DFD adalah DFD ini merupakan alat perancangan
sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan
untuk penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh
professional sistem kepada pemakai maupun pembuat program. DFD terdiri dari context
diagram dan diagram rinci (DFD Levelled). Context diagram berfungsi memetakan model
lingkungan (menggambarkan hubungan antara entitas luar, masukan dan keluaran sistem),
yang direpresentasikan dengan lingkaran tunggal yang mewakili keseluruhan sistem.

DFD levelled menggambarkan sistem sebagai jaringan kerja antara fungsi yang
berhubungan satu sama lain dengan aliran dan penyimpanan data, model ini hanya
memodelkan sistem dari sudut pandang fungsi. Dan untuk Basis data (database) dapat di
bayangkan sebuah lemari arsip. Jika kita memiliki lemari arsip dan bertugas mengelolanya,
maka akan melakukan hal-hal seperti memberi sampul, memberi nomor, lalu menempatkan
arsip-arsip tersebut dengan urutan tertentu dalam lemari tersebut. Kalau berbicara basis data,
maka seluruh data disimpan dalam basis data pada masing-masing tabel atau file sesuai dengan
fungsinya, sehingga dengan mudah dapat melakukan penelusuran data yang diinginkan.
Sedangkan masalah yang dihadapi pada lemari arsip adalah kelambatan dalam menelusuri data
yang ada pada lemari arsip tersebut, misalkan ingin mencari arsip untuk pegawai tertentu akan
dihasilkan dengan lambat, dikarenakan petugas harus mencari lembaran-lembaran yang ada pada
dokumen tersebut. Jika berbicara basis data, maka seluruh data disimpan dalam basis data pada
masing-masing tabel atau file sesuai dengan fungsinya, sehingga akan dengan mudah dapat
melakukan penelusuran data yang diinginkan, sehingga akan cepat mendapatkan informasi
yang diperlukan.

Data Flow Diagram (DFD) penyampaian keluhan pada industri penerbangan terjadi
apabila data dari penumpang (yang tervalidasi saat proses check-in) dapat dibaca oleh SSP,
sistem yang berjalan dapat me-broadcast menggunakan Short Message Service (SMS) informasi
adanya program SSP kepada penumpang sekaligus meregistrasikan mereka sehingga pengguna
tinggal me-replay pesan tersebut sebagai bentuk laporan (reporting). Keberadaan sistem
informasi ini penting. Sistem informasi ini dibangun agar dapat memberikan kemudahan dalam
pengolahan data penerbangan agar lebih tepat dan akurat.
LITERATUR TEORI

Pengertian DAD/DFD
Diagram Alir Data (DAD) atau Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu diagram yang
menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem, yang penggunaannya
sangat membantu untuk memahami sistem secara logika, tersruktur dan jelas. DFD merupakan
alat bantu dalam menggambarkan atau menjelaskan DFD ini sering disebut juga dengan nama
Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi.

Latar Belakang DAD/DFD


Suatu yang lazim bahwa ketika menggambarkan sebuah sistem kontekstual data flow
diagram yang akan pertama kali muncul adalah interaksi antara sistem dan entitas luar. DFD
didisain untuk menunjukkan sebuah sistem yang terbagi-bagi menjadi suatu bagian sub-sistem
yang lebih kecil adan untuk menggarisbawahi arus data antara kedua hal yang tersebut diatas.
Diagram ini lalu “dikembangkan” untuk melihat lebih rinci sehingga dapat terlihat model-model
yang terdapat di dalamnya.

Tujuan DAD/DFD
1. Memberikan indikasi mengenai bagaimana data ditransformasi pada saat data bergerak
melalui system
2. Menggambarkan fungsi-fungsi(dan sub fungsi) yang mentransformasi aliran data.

Manfaat DFD
1. Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional
sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang
dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual maupun komputerisasi.
2. DFD ini adalah salah satu alat pembuatan model yang sering digunakan,khususnya bila
fungsi-fungsi sistem merupakan bagian yang lebih penting dan kompleks dari pada data yang
dimanipulasi oleh sistem.Dengan kata lain, DFD adalah alat pembuatan model yang
memberikan penekanan hanya pada fungsi sistem.
3. DFD ini merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep
dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang
mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun pembuat program.

Hubungan Sistem Informasi dengan DFD


Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan data yang sudah diolah,
terintegrasi dan saling melengkapi yang menghasilkan informasi yang mempunyai nilai atau
berguna dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi akuntansi pada aplikasi ini merupakan
sistem informasi yang memproses data transaksi bisnis sehingga menghasilkan keluaran berupa
informasi keuangan yang berguna bagi pemakainya.
Diagram Alir Data (Data Flow Diagram-DFD) memperlihatkan bagaimana
aliran informasi dan transformasi data dalam suatu data informasi. DFD dapat digunakan
untuk merancang logika sebuah program atau rincian Entity Relationship Diagram (ERD)
merupakan notasi grafis dalam pemodelan, ERD digunakan untuk menggambarkan hubungan
antar penyimpanan secara konseptual. ERD digunakan untuk memodelkan struktur data
dan hubungan antardata. ERD mempunyai notasi atau simbol yang digunakan
dalam menggambarkan ERD.

Kebutuhan Sistem
Dalam tahap analisis kebutuhan sistem, sebelum menentukan kebutuhan sistem
perlu melakukan identifikasi masalah. Kasus ini mengambil contoh sebuah usaha kecil Toko
Komputer, dari permasalahan-permasalahan usaha dagang tersebut dapat diidentifikasi, bahwa
penyebab utama yang terjadi adalah karena pengolahan datanya masih manual yaitu masih
mengandalkan kertas dalam pengarsipan, karenanya dibutuhkan sebuah sistem yaitu sistem
informasi akuntansi. Sistem informasi akuntansi ini pada akhirnya untuk menampilkan informasi
laporan keuangan suatu usaha dagang.
Informasi laporan keuangan yang akan ditampilkan dalam sistem informasi akuntansi ini yaitu :
 Buku Besar
 Neraca Saldo
 Laporan Laba Rugi
 Laporan Perubahan Modal
 Neraca

Rancangan Sistem Informasi Akuntansi


Perancangan sistem dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap perancangan
pertama menentukan rancangan diagram entitas (Diagram E-R) dari sistem yang merupakan
gambaran relasi antar entitas yang ada dalam sistem. Setelah membuat diagram entitas,
kemudian membuat perancangan basis data sistem termasuk didalamnya adalah proses
normalisasi data agar terbentuk basisdata yang efektif. Kemudian membuat diagram konteks
untuk memberikan pandangan / gambaran umum sistem sebagai suatu proses.

Diagram E-R (Entity Relationship)


Diagram E-R pada aplikasi sistem informasi akuntansi ini ditunjukkan pada Gambar ini :

Diagram Konteks
Diagram konteks merupakan diagram yang memperlihatkan sistem sebagai satu proses.
Tujuan diagram konteks adalah untuk memberikan pandangan umum suatu sistem sebagai suatu
proses. Diagram konteks menunjukkan aliran data yang masuk dan keluar dari sistem dan
entitas luar (lingkungannya). Diagram konteks dalam sistem informasi akuntansi ini dipengaruhi
oleh tiga terminator utama, yaitu pimpinan, kasir, data entry (inventory dan akuntan). Diagram
konteks sistem informasi akuntansi ini seperti pada Gambar berikut ini :
Ada lima macam bagan alir yang yang sering digunakan pada perusahaan sebagai alat bantu SIA,
yaitu:
1. Bagan alir sistem (systems flowchart).
2. Bagan alir dokumen (document flowchart).
3. Bagan alir skematik (schematic flowchart).
4. Bagan alir program (program flowchart).

Systems Flowchart
Bagan alir sistem (systems flowchart) merupakan bagan yang menunjukkan arus
pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. Bagan ini menjelaskan urut-urutan dari prosedur-
prosedur yang ada di dalam sistem. Bagan alir sistem menunjukkan apa yang dikerjakan di
sistem.
Document Flowchart
Bagan alir dokumen (document flowchart) atau disebut juga bagan alir formulir (form
flowchart) atau paperwork flowchart merupakan bagan alir yang menunjukkan arus dari laporan
dan formulir termasuk tembusan-tembusannya.Bagan alir dokumen ini menggunakan simbol-
simbol yang sama dengan yang digunakan di dalam bagan alir sistem.

Schematic Flowchart
Bagan alir skematik (schematic flowchart) merupakan bagan alir yang mirip dengan
bagan alir sistem, yaitu untuk menggambarkan prosedur di dalam sistem. Perbedaannya adalah,
bagan alir skematik selain menggunakan simbol-simbol bagan alir sistem, juga menggunakan
gambar-gambar komputer dan peralatan lainnya yang digunakan. Maksud penggunaan gambar-
gambar ini adalah untuk memudahkan komunikasi kepada orang yang kurang paham dengan
simbol-simbol bagan alir. Penggunaan gambar-gambar ini memudahkan untuk dipahami, tetapi
sulit dan lama menggambarnya.

Program Flowchart
Bagan alir program (program flowchart) merupakan bagan yang menjelaskan secara rinci
langkah-langkah dari proses program. Bagan alir program dibuat dari derivikasi bagan alir
sistem. Bagan alir program dibuat dengan menggunakan simbol-simbol. Bagan alir program
dapat terdiri dari dua macam, yaitu bagan alir logika program (program logic flowchart) dan
bagan alir program komputer terinci (detailed computer program flowchart). Bagan alir logika
program digunakan untuk menggambarkan tiap-tiap langkah di dalam program komputer secara
logika. Bagan alir-logika program ini dipersiapkan oleh analis sistem.

Pocess Flowchart
Bagan alir proses (process flowchart) merupakan bagan alir yang banyak digunakan di
teknik industri. Bagan alir ini juga berguna bagi analis sistem untuk menggambarkan proses
dalam suatu prosedur. Bagan alir proses menggunakan lima buah simbol tersendiri. Bagan alir
proses selain dapat menunjukkan kegiatan dan simpanan yang digunakan dalam suatu prosedur,
dapat juga menunjukkan jarak kegiatan yang satu dengan yang lainnya serta waktu yang
diperlukan oleh suatu kegiatan. Berikut contoh bagan alir proses.
Flow Map
Flowmap adalah paket perangkat lunak yang didedikasikan untuk menganalisis dan
menampilkan interaksi atau aliran data. Jenis data dalam arti khusus ada dua lokasi geografis
yang berbeda terhubung ke masing-masing item data: Sebuah lokasi tempat asal aliran dimulai
dan lokasi tujuan di mana aliran berakhir. Aliran data itu sendiri dapat orang (misalnya komuter,
berbelanja, pengunjung rumah sakit), barang, penggunaan layanan pertanian atau telekomunikasi
dan sebagainya. Sedangkan menurut Phan (2005), a mix of maps and flow charts, that show
the movement of objects from one location to another, such as the number of people in a
migration, the amount of goods being traded, or the number of packets in a network. Flow Map
dapat digunakan untuk menunjukkan gerakan hampir segala sesuatu, termasuk hal-hal nyata
seperti orang, produk, sumber daya alam, cuaca, dll, serta hal-hal tak berwujud seperti
know-how, bakat, kredit sebesar niat baik. Flow Map dapat menunjukkan hal-hal seperti
berikut:
1) Data yang mengalir, bergerak, berpindah, dll
2) Arah aliran data bergerak dan / atau apa sumber dan tujuan tersebut.
3) Jumlah data yang mengalir, yang ditransfer, diangkut.
4) Informasi umum yang mengalir dan proses data mengalir

Ilustrasi Flow Map Sistem Informasi Akuntansi Penggajian

Flow Map Sistem Informasi Akuntansi Penggajian


BENDAHARA/
PEGAWAI KEUANGAN KEPALA KEUANGAN

Gambar diatas, menggambarkan entitas-entitas yang berhubungan dengan penggajian yang


terdiri dari tiga entitas, antara lain:
a. Pengawai Entitas yang menerima gaji setelah di hitung dan diproses oleh
: bagian
Bendahara gaji/keuangan berdasarkan daftar hadir, jagi
tunjangan
pokok, dan lain-lainnya.
b. Bendahara Gaji : Entitas kelompok keuangan yang menghitung dan membayarkan gaji
c. Pimpinan Entitas yang melakukan verifikasi, otorisasi dan
: pembayaran
persetujuan gaji.

PEMBAHASAN

Data Flow Diagram (DFD) Penyampaian Keluhan pada Industri Penerbangan

Apabila data dari penumpang (yang tervalidasi saat proses check-in) dapat dibaca oleh
SSP, sistem yang berjalan dapat me-broadcast menggunakan Short Message Service (SMS)
informasi adanya program SSP kepada penumpang sekaligus meregistrasikan mereka sehingga
pengguna tinggal me-replay pesan tersebut sebagai bentuk laporan (reporting). Bentuk integrasi
data ditunjukkan pada gambar 1 berikut :

Gambar 1 : Integrasi System SSP dengan Data Operator Airline

Jika proses pada gambar 1 di atas dapat dilakukan, maka diagram konteks ditunjukkan pada
gambar 2 sebagai berikut :
Gambar 2 : Diagram Konteks Sistem Pelaporan Sukarela yang Ditawarkan

Untuk sistem Pelaporan wajib, program SSP ini dapat bekerjasama dengan badan/ pihak ketiga
(third party) seperti operator perawatan pesawat udara, operator bandar udara, operator airline,
operator lalu-lintas udara dan pabrikan pesawat udara yang menyimpan data kepegawaian
khususnya pegawai yang berkewajiban melaporkan adanya insiden berkaitan fasilitas industri
penerbangan yang mempengaruhi keselamatan penerbangan. Proses integrasi ini digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 3 : Integrasi dengan Berbagai Sistem

Proses integrasi dengan mandatory officer di atas dapat menyebabkan diagram konteks
komunikasi menjadi berikut:
Gambar 4 : Diagram Konteks Sistem Pelaporan Wajib yang Ditawarkan

Dari kedua diagram konteks pelaporan wajib dan sukarela, dapat digambarkan diagram konteks
(Diagram Alir Data Level 0) lengkap pada gambar 5 sebagai berikut:

Gambar 5 : Diagram Alir Data Level 0

Keuntungan sistem ini adalah:

a. Pelapor wajib (mandatory reporter) dan pelapor sukarela (voluntary reporter) tidak perlu
melakukan registrasi terlebih dulu untuk melakukan pelaporan. Registrasi dilakukan pada
backend process dan tidak dilakukan oleh pengguna dalam hal ini pelapor. Artinya, saat
masyarakat sebagai penumpang melakukan pemesanan tiket di operator, mereka sudah
didaftarkan dalam sistem sebagai pelapor sukarela (voluntary reporter). Proses validasi
data tersebut, dilakukan saat pengguna tersebut melakukan check-in sesaat sebelum
mereka boarding. Begitu juga dengan pelapor wajib (mandatory reporter), saat mereka
terdaftar sebagai pegawai di lingkungan transportasi udara, mereka sebenarnya sudah
diregistrasikan sebagai pelapor wajib sehingga tidak perlu lagi melakukan registrasi.
b. Pelapor sukarela tidak perlu mengakses portal web karena tidak semua pelapor memiliki
akses internet maupun paham tentang teknologi web.
c. Pelapor wajib masih perlu memiliki username dan password karena sifat pelaporan yang
lebih terpercaya (credential) untuk pelaporan melalui portal web. Untuk sistem pelaporan
berbasis SMS, cukup dengan password karena nomor handphonePerson in Charge (PIC)
sudah dapat digunakan sebagai username.
d. Teknologi yang digunakan untuk mendukung sistem ini adalah teknologi "rendah"
dimana hampir semua lapisan pelapor dapat mengirim dan membaca SMS di handphone
mereka.
e. Bagi pemangku kepentingan dalam hal ini regulator memiliki mekanisme untuk
mensosialisasi program-program lanjutan atau peraturan perundang-undangan
penerbangan yang baru kepada masyarakat.

Proses integrasi antara sistem SSP dan sistem eksternal tidak memaksa sistem-sistem tersebut
dikembangkan pada platform yang sama. Sistem-sistem tersebut tetap dikembangkan dan
berjalan secara mandiri dan terpisah-pisah (heterogeneous). Untuk mendukung komunikasi antar
sistem, dapat digunakan web service yang mendukung interoperabilitas di level data
menggunakan format eXtensible Markup Language (XML) atau bisa juga menggunakan
JavaScript Object Notation (JSON). Konsep komunikasi dalam sistem yang heterogen ini
diilustrasikan pada gambar 6 sebagai berikut :
Gambar 6 : Komunikasi Antar Sistem Yang Heterogen Menggunakan Web Service

Komunikasi ini diatur menggunakan protokol Simple Object Access Protocol (SOAP) atau
Representational State Transfer (REST). Kedua protokol ini memungkinkan komunikasi data
menggunakan Hypertext Transfer Protocol (HTTP) yang lazim digunakan dalam dunia internet.
Pertukaran data ini menggunakan jaringan terbuka (public) yang berpotensi terjadinya akses data
oleh pihak yang tidak berhak.

Diagram Alir Data (DFD) Level 1

Karena terdapat dua macam pelaporan yaitu wajib (mandatory) dan (voluntary), diagram alir
data (DFD) level 1 yang akan dijelaskan secara terpisah.

 Diagram Alir Data Level 1 Voluntary Reporting

Diagram Alir Data level 1 untuk sistem pelaporan sukarela dimulai dari proses masukan data
registrasi penumpang yang divalidasi oleh proses check-in. Setelah data diverifikasi, data
tersebut dikirim ke sistem SSP dalam bentuk XML sebagai proses registrasi pengguna. Proses
pengiriman data ini menggunakan teknologi web service yang telah dijelaskan sebelumnya. Jika
proses registrasi ini berhasil, sistem akan mengirim sebuah pemberitahuan kepada pengguna
bahwa mereka telah menjadi anggota SSP dan pengguna dapat melaporkan kejadian yang
berpotensi membahayakan penerbangan sebagai voluntary reporting sekaligus menjadi proses
sosialisasi program SSP kepada masyarakat.
Laporan dari masyarakat ini disimpan dalam sebuah basis data yang dapat digunakan sebagai
bentuk monitoring dan analisis. Hal ini merupakan peran aktif masyarakat dalam meningkatkan
keselamatan penerbangan. Diagram Alir Data level 1 sistem pelaporan sukarela ditunjukkan pada
gambar x.x sebagai berikut:

Gambar 7 : DFD Level 1 Voluntary Reporting

 Diagram Alir Data Level 1 Mandatory Reporting

Pada sistem Mandatory Reporting seperti telah dijelaskan sebelumnya dimana terdapat lima
badan yang merupakan Mandatory Officer yaitu Airline (Operator Penerbangan), Maintenance
Repair Overhaul (MRO), Air Navigation (AirNav), Flight Crew dan Pengelola Bandar Udara
pada prinsipnya sama. Mereka memberikan data Person In Charge (PIC), yaitu orang yang
bertanggung jawab menangani hal tertentu ke dalam sistem SSP dari database mereka masing-
masing. Data inilah yang nantinya menjadi Mandatory Reporter ke dalam sistem SSP. Aliran
data pada sistem Mandatory Reporting ini ditunjukkan pada DFD Level 1 di gambar 8 sebagai
berikut:

Gambar 8 : DFD Level 1 Mandatory Reporting

Diagram Alir Data (DFD) Level 2

Diagram alir data level 2 merupakan dekomposisi dari diagram alir data level 1. Seperti halnya
diagram alir data level 1, bagian ini akan menjelaskan diagram alir data level 2 secara terpisah
antara sistem pelaporan sukarela dan sistem pelaporan wajib.

 Diagram Alir Data Level 2 Sistem Pelaporan Sukarela

Pelapor sukarela dalam hal ini adalah penumpang pesawat, melakukan pemesanan tiket melalui
agen atau portal pemesanan tiket yang secara umum mudah diakses. Data yang diberikan berupa
identitas pribadi seperti nomor identitas (KTP, Paspor, kartu ijin tinggal dsb), nama lengkap,
alamat tinggal, nomor handphone dan sebagainya. Untuk menghindari kerumitan pendaftaran,
biasanya aplikasi pemesanan tiket hanya meminta data primer dari calon penumpang. Hal ini
kurang bijaksana karena semakin lengkap sebuah data, semakin lengkap pula informasi yang
dapat diperoleh akan tetapi jika aplikasi ini juga meminta data sekunder, calon penumpang akan
meninggalkan aplikasi ini dan beralih pada moda transportasi yang lain sehingga perlu regulasi
yang tepat dan nyaman untuk pengambilan data penumpang. Karena sistem pelaporan sukarela
berbasis SMS, maka perlu ada verifikasi awal nomor handphone dengan pengguna, misalnya
mengirimkan serangkaian kode yang wajib diisikan ke sistem pemesanan tiket sebagai validasi.
Cara ini dipandang efektif untuk mengurangi data sampah yang dapat masuk ke sistem SSP
nantinya. Penumpang juga dapat melakukan pembatalan atau perubahan tiket dikarenakan
sesuatu hal. Secara umum sistem pemesanan, perubahan dan pembatalan tiket, sudah
diakomodasi oleh aplikasi pemesanan tiket. Data akhir penumpang akan diverifikasi oleh petugas
check-in sesaat sebelum penumpang boarding. Data inilah yang nantinya dikemas dalam format
XML dan diambil oleh aplikasi registrasi SSP dan dimasukkan ke dalam tabel pengguna
sukarela. Diagram Alir Data Level 2 untuk proses ini ditunjukkan pada gambar sebagai berikut :

Gambar 9 : DFD Level 2 Input Data Penumpang

Setelah data dimasukkan ke sistem SSP, sistem SSP dapat mengirimkan pemberitahuan bahwa
penumpang telah teregristrasi ke program SSP dan penumpang dapat melakukan pembatalan
registrasi terkait privasi, mengabaikan pesan tersebut atau segera melakukan pelaporan sukarela.
Hal ini berfungsi sebagai proses sosialisasi kepada masyarakat bahwa ada program SSP yang
dapat dimanfaatkan untuk penyampaian keluhan untuk peningkatan kenyamanan dan
keselamatan penerbangan. Proses ini ditunjukkan dalam diagram alir data pada gambar 10
sebagai berikut:

Gambar 10 : Proses Validasi dan Penyediaan Data SSP

Laporan yang dikirimkan oleh masyarakat dalam hal ini penumpang, nantinya disimpan ke
dalam sebuah tabel pelaporan sukarela di sistem SSP. Tabel ini yang nantinya menjadi bahan
analisa bagi pemangku kepentingan untuk mengambil kebijakan, regulasi atau keputusan demi
peningkatan faktor keselamatan.

Diagram alir data (DFD) untuk sistem ini ditunjukkan pada gambar 11 sebagai berikut:
Gambar 11 : Proses Registrasi dan Pelaporan Sukarela

 Diagram Alir Data (DFD) Level 2 Sistem Pelaporan Wajib

Sistem pelaporan wajib memiliki proses yang jauh lebih sederhana dibanding sistem pelaporan
sukarela. Hal ini disebabkan karena data Person in Charge, sudah terdaftar dalam sistem
kepegawaian masing-masing instansi. Sebagai contoh, data flight crew sudah ada dalam data
kepegawaian operator atau data teknisi perawatan pesawat sudah ada di data kepegawaian
Maintenance Repair Overhaul (MRO) dan seterusnya. Data-data tersebut telah tervalidasi di
masing-masing Mandatory Officer dan tidak perlu lagi divalidasi sehingga tinggal disetor ke
program SSP. Data ini juga cenderung tetap, tidak berubah setiap saat seperti data penumpang
sehingga hanya diperbaiki hanya saat terjadi perubahan saja.

Kemudahan kedua, PIC tidak bisa melakukan penggantian data maupun penghapusan data secara
mandiri dengan alasan privasi. Segala bentuk perubahan harus dilakukan oleh badan atau
institusi tempat PIC tersebut bertanggung jawab. Diagram alir data penyediaan data PIC
ditunjukkan pada gambar 14 sebagai berikut:

Seperti halnya Setelah data valid PIC siap, proses berikutnya adalah mengubah format datanya
dalam bentuk XML dan kemudian mengirim data tersebut ke program SSP sebagai proses
registrasi.

Gambar 12 : DFD Level 2 Input Data PIC


Setelah data XML diterima oleh proses registrasi SSP, proses berikutnya adalah membongkar
data tersebut (parsing), membangkitkan username dan password untuk setiap PIC,
memasukkannya ke database SSP sekaligus memicu proses pengiriman notifikasi ke PIC bahwa
PIC telah terdaftar dalam program SSP dan mengirimkan username dan password untuk mereka.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, username dan password ini digunakan sebagai validasi
laporan, mengingat laporan yang dikirim bersifat "sangat penting". Diagram alir data proses
registrasi pelapor wajib ini dijelaskan pada gambar 13 sebagai berikut :

Gambar 13 : Proses Registrasi dan Pelaporan Wajib

Flow Map Sistem yang Diusulkan pada Industri Penerbangan

Flow map memberikan gambaran tentang aliran atau perpindahan dokumen yang berjalan.
Pembuatan flow map bertujuan untuk mengetahui lebih jelas aliran maupun perpindahan data-
data yang ada, sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya.

Berikut adalah Flow Map untuk sistem dari penyedia tiket pesawat terbang dan sistem
pengolahan data arus lalu lintas angkutan udara pada PT. Angkasa Pura:
Gambar 14 : Flow map penyedia tiket
Gambar 15 : Flow map pengolahan data arus lalu lintas angkutan udara
KESIMPULAN

Diagram Alir Data (DAD) atau Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu diagram yang
menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem, yang penggunaannya
sangat membantu untuk memahami sistem secara logika, tersruktur dan jelas. Diagram Alir Data
(Data Flow Diagram-DFD) memperlihatkan bagaimana aliran informasi dan transformasi data
dalam suatu data informasi.

Data Flow Diagram (DFD) Penyampaian Keluhan pada Industri Penerbangan pada PT.
Angkasa memiliki keuantungan dalam sistem ini yakni: Pelapor wajib (mandatory reporter) dan
pelapor sukarela (voluntary reporter) tidak perlu melakukan registrasi terlebih dulu untuk
melakukan pelaporan, Pelapor sukarela tidak perlu mengakses portal web karena tidak semua
pelapor memiliki akses internet maupun paham tentang teknologi web, Teknologi yang
digunakan untuk mendukung sistem ini adalah teknologi "rendah" dimana hampir semua lapisan
pelapor dapat mengirim dan membaca SMS di handphone mereka, danbagi pemangku
kepentingan dalam hal ini regulator memiliki mekanisme untuk mensosialisasi program-program
lanjutan atau peraturan perundang-undangan penerbangan yang baru kepada masyarakat.

Diagram Alir Data level 1 untuk sistem pelaporan sukarela dimulai dari proses masukan
data registrasi penumpang yang divalidasi oleh proses check-in. Diagram alir data level 2
merupakan dekomposisi dari diagram alir data level 1. Pelapor sukarela dalam hal ini adalah
penumpang pesawat, melakukan pemesanan tiket melalui agen atau portal pemesanan tiket yang
secara umum mudah diakses.

SARAN

Setiap perusahaan diharapkan dapat menerapkan teknik Diagram Aliran Data agar semua
pekerjaan yang dilakukan oleh para karyawan menjadi lebih efektif dan efisien. Sebelum
digunakan dalam industri penerbangan teknik Diagram Aliran Data untuk menyampaikan
keluhan pada Industri Penerbangan harus melakukan pengembangan sistem informasi terlebih
dahulu agar nantinya tidak terjadi kendala saat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, K., Fardinal., (2019). The Effect of Information Technology Utilization,


Management Support, Internal Control, and User Competence on Accounting Information
System Quality. Schollars Bulletin, 5(12), 751-758.

Hanifah, S., Sarpingah, S., & Putra, Y. M., (2020). The Effect of Level of Education, Accounting
Knowledge, and Utilization Of Information Technology Toward Quality The Quality of MSME ’
s Financial Reports. The 1st Annual Conference Economics, Business, and Social Sciences
(ACEBISS) 2019, 1(3). https://doi.org/10.4108/eai.3-2-2020.163573

Herliansyah, Y., Nugroho, L., Ardilla, D., & Putra, Y. M., (2020). The Determinants of Micro,
Small and Medium Entrepreneur (MSME) Become Customer of Islamic Banks (Religion,
Religiosity, and Location of Islamic Banks ). The 1st Annual Conference Economics, Business,
and Social Sciences (ACEBISS) 2019, 1 , (2). https://doi.org/10.4108/eai.26-3-2019.2290775

Nugroho, L., Mastur, A.A., Fardinal, F., Putra, Y.M., (2019). Hajj, Civilization and Islamic
Banking Contribution Discourses. Location of Islamic Banks ). The 1st Annual Conference
Economics, Business, and Social Sciences (ACEBISS) 2019, 1 (11),
http://dx.doi.org/10.4108/eai.26-3-2019.2290773

Putra, Y. M., (2018). Diagram Aliran Data untuk Perusahaan Kecil. Modul Kuliah Sistem
Informasi Akuntansi. FEB-Universitas Mercu Buana: Jakarta

Putra, Y. M., (2019). Analysis of Factors Affecting the Interests of SMEs Using Accounting
Applications. Journal of Economics and Business, 2(3), 818-826.
https://doi.org/10.31014/aior.1992.02.03.129

Zamzami, A.H., & Putra, Y. M., (2019). Intensity of Taxpayers Using E-Filing (Empirical
Testing of Taxpayers in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi). EPRA International
Journal of Multidisciplinary Research (IJMR) 5(7), 154-161.

Malighetti G., Martini G., Paleari S. and Redondi R., 2009,“The Impacts of Airport Centrality in
the EU Network and Inter- Airport Competition on Airport Efficiency”, MPRA.
Li W., Chai X., 2004, “Statistical analysis of airport network of China”. Phys. Rev.E. 69 046106.

Pujet N., Delcaire B. dan Feron E., 1990, “InputOutput Modeling And Control Of The Departure
Process Of Congested Airports”, AIAA Guidance, Navigation and Control Conference, Portland,
Oregon. 1–18.

Qiu Decheng, Liu Junning, Zhao Guoying., 2016,“Design and application of data integration
platform based on web services and XML, 2016 6th International Conference on Electronics
Information and Emergency Communication (ICEIEC) DOI 10.1109/ICEIEC.2016.7589732
Print ISBN New-2005_CD_978-1-5090-1995-3, Oktober 2016.

Wardani. E.K., 2006, Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen Jasa Penerbangan (Studi Kasus
pada Jasa Penerbangan Garuda Indonesia Semarang-Jakarta)., Jurnal Studi Manajemen &
Organisasi, Volume 3, Nomor 1, Januari, Tahun 2006, Halaman 40.

Wibowo, K.A., 2009,Analisis Strategi Bersaing dalam Persaingan Usaha Penerbangan


Komersial, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Jan—Apr 2009, hlm. 45-52 ISSN 0854-
3844 Volume 16, Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai