Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXA (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : SUHERI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042427975

Tanggal Lahir : 02 Januari 1982

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4208/HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Kode/Nama Program Studi : 311/ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 17/JAMBI

Hari/Tanggal UAS THE : SENIN, 27 JUNI 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman
ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran
akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN,KEBUDAYAAN
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : SUHERI


NIM : 042427975
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4208/HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
Fakultas : FHISIP
Program Studi : ILMU HUKUM
UPBJJ-UT : JAMBI

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

KUALATUNGKAL, SENIN, 27 JUNI 2022


Yang Membuat Pernyataan

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA


SUHERI
JAWABAN
1.
a. Karena Hukum Humaniter sebagai keseluruhan asas, kaidah, dan ketentuan
intemasional, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang mencakup hukum perang dan
hukum HAM bertujuan untuk menjamin penghormatan terhadap harkat dan martabat
manusia.
Hukum Humaniter berupaya untuk memberikan perlindungan kepada korban
perang/konflik bersenjata dan juga perlindungan bagi penduduk sipil (Konvensi Jenewa
1949) dan mengatur tentang alat dan cara yang boleh digunakan dalam perang
(Hukum Den Haag 1907).
Dalam perkembangan hukum humaniter mulai memberikan perhatian yang signifikan
terhadap perlindungan penduduk sipil dan kerugian-kerugian yang mereka alami
akibat suatu peperangan, aturanaturan dasar (basic rules) bagi penduduk sipil, dan
juga ketentuan tentang perlindungan masyarakat.

b. Mekanisme penegakan hukum humaniter dapat ditemukan dalam ketentuan-


ketentuan hukum itu sendiri. Mekanisme tersebut ditempuh melalui pembentukan
sejumlah mahkamah kejahatan perang, baik yang bersifat ad hoc maupun yang
permanen. Dalam mekanisme nasiong menurut Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol
Tambahan 1977 mekanisme yang terdapat pada ketentuan ini adalah suatu
mekanisme di mana penegakan hukum humaniter yang dilaksanakan berdasarkan
suatu proses peradilan nasional. Sedangkan dalam mekanisme internasional ada dua
bentuk yang dikenal sampai saat ini yaitu mahkamah atau tribunal yang bersifat ad
hoc, dan mahkamah yang bersifat permanen.

2.
a. Euthanasia juga secara esensial dijamin pada Universal Declaration of Human Right
(UDHR) yaitu pada salah satu hak yang termuat adalah hak untuk menentukan nasib
sendiri (the right self of determination), hak untuk menentukan nasib sendiri pada
hakikatnya masih merupakan bagian dari HAM termasuk dalam hal ini hak dari pasien
untuk menentukan pilihannya dalam hal pelayanan kesehatannya sehingga gagasan
penolakan euthanasia dengan argumentasi ini bisa dipatahkan.

Pandangan dari pihak yang kontra atau menentang adanya euthanasia yang didasarkan
dari segi hak asasi manusia, mereka bertolak belakang dari Universal Declaration of
Human Right yang di dalamnya telah mencantumkan sejumlah hak hak asasi manusia.
Di dalam DUHAM tersebut diantara sekian banyak hak-hak asasi manusia yang ada
didalamnya tidak terdapat mengenai hak untuk mati. Namun, perlu diingat
bahwasannya beberapa hak yang termuat di dalam Universal Declaration of Human
Right pada dasarnya tidak memenuhi persyaratan untuk “all times”

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA


b. euthanasia sampai saat ini masih belum ada regulasi atau peraturan yang legal
diterapkan dan berlaku di Indonesia. Eutanasia merupakan perbuatan yang
melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia, perbuatan yang tidak beretika, amoral,
bahkan melanggar hukum.

Sejauh ini Indonesia belum mengatur secara spesifik mengenai euthanasia. Akan
tetapi secara yuridis formal dalam hukum positif di Indonesia hanya dikenal satu
bentuk euthanasia, yaitu euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien/korban
itu sendiri (voluntary euthanasia) sebagaimana dapat dipahami dalam Pasal 344
KUHP bahwa
“Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang
jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun”.

Berdasarkan ketentuan Pasal 344 KUHP tersebut dapat dipaham ibahwa


pembunuhan atas permintaan korban sekalipun tetap diancam pidana bagi
pelakunya.

Dengan demikian, dalam konteks hukum positif di Indonesia euthanasiatetap


dianggap sebagai perbuatan terlarang, walaupun pasal tersebut tidak menyebut
istilah euthanasia secara eksplisit. Dalam ketentuan Pasal 338 KUHP secara tegas
dinyatakan Barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain karena salah telah
melakukan pembunuhan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima
belas tahun. Sementara itu, dalam ketentuan Pasal 340 KUHP dinyatakan Barang
siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dulu merampas nyawa orang lain
diancam, karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.

Masalah euthanasia yang kemudian dikaitkan dengan hak untuk menentukan nasib
sendiri kemudian juga menjadi problematika tersendiri dalam hal penentuan konteks
pelanggaran hak asasi manusia atau tidak. Hak untuk menentukan nasib sendiri ( the
right to self determination ) memang tidak disebutkan secara terperinci dalam
Universal Declaration of Human Rights, tetapi hak untuk menentukan nasib sendiri ini
diatur secara khusus dalam instrumen Hukum Hak Asasi Manusia dalam ICCPR. Hak
untuk menentukan nasib sendiri merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia, pada
hakekatnya hak ini menjadi bagian bagi hak-hak dasar tertentu, termasuk dalam hal
ini hak dari pasien untuk menentukan pilihannya dalam hal pelayanan kesehatannya.
Hal ini kemudian dikaitkan dengan euthanasia. Sehingga ketika seorang pasien pada
akhirnya memutuskan untuk meminta mengakhiri kehidupannya dengan cara
euthanasia kemudian ini didasarkan pada hak dari pasien tersebut untuk
menentukan hidupnya sendiri.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3.
a. Iya, Human Trafficking sebagai Tindak pidana perdagangan orang adalah merupakan
pelanggaran terhadap hak asasi manusia,Human Trafficking merupakan modernisasi
dari perbudakan manusia. Definisi Human Trafficking menurut Pasal 3 Protokol PBB,
yaitu, “Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan
seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk
pemaksaan lain, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, atau memberi atau menerima bayaran atau manfaat atau memperoleh
izin dari orang yang mempunyai wewenang atas orang lain untuk tujuan eksploitasi.”
(Riswan Munthe, 2015).

Human Trafficking telah terjadi apabila tiga unsur yang dimuat dalam Pasal tersebut
terpenuhi secara kumulatif.

Terkait dengan permasalahan ini, masyarakat internasional sudah memiliki protokol


PBB sebagai upaya mencegah, menindak dan menghukum perdagangan orang
terutama perempuan dan anak-anak. Protokol ini sudah berlaku sejak 25 Desember
2003, bersifat melengkapi the United Nations Convention against Transnational
Organized Crime.

b. implikasi pelanggaran HAM ini juga sudah diatur di dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 terutama pada Pasal 28I Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi:
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,
dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak Asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun”.
Memang dalam UUD 1945 khususnya dalam Pasal 28I Ayat (1) tidak disebutkan kata
perdagangan orang, namun sesungguhnya terselubung dalam kata budak. Selengkapnya
pasal ini berbunyi:
“hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,
dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”.

Hak untuk tidak diperbudak berimplikasi pada hak untuk tidak diperdagangkan yang lazimnya
terhadap anak-anak dan perempuan. Jadi substansinya tetap pada perdagangan orang.
Sebab umumnya juga zaman dahulu budak dipedagangkan oleh tuannya.

Pemberian perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana perdagangan orang,


khususnya masalah restitusi telah diatur dalam Pasal 48 sampai dengan Pasal 50 Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2007, juga diatur dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia yang mengatur tentang perlindungan hak asasi
kesejahteraan manusianya.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Menurut Undang-Undang Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, sebagaimana bunyi Pasal
1 menyatakan bahwa hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaaan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa dan merupakan
anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat martabat
manusia.

Khususnya Pasal 3 yang menekankan bahwa setiap orang dilahirkan dengan bebas dengan
harkat dan martabat yang sama dan sederajat, serta hak setiap orang atas perlindungan
HAM dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi. Dilihat dari perspektif Hukum
Pidana, perilaku memperdagangkan perempuan dan anak laki-laki, telah dilarang oleh Pasal
297 KUHP, yang berbunyi sebagai berikut: Memperniagakan perempuan dan
memperniagakan laki-laki yang belum dewasa, dihukum penjara selama-lamanya enam
tahun.

4.
a. Iya, ada empat hak anak yang terabaikan, yaitu hak untuk bermain, mendapatkan pendidikan,
perlindungan, serta hak akan kesehatan. Berkaitan dengan hak untuk bermain, individu yang
menikah di usia dini, akan kehilangan masa remajanya.

Berdasarkan Konvensi Hak Anak PBB, terdapat 10 hak anak, yaitu hak untuk bermain,
mendapatkan pendidikan, perlindungan, mendapatkan nama (identitas), status kebangsaan,
mendapatkan makanan, hak akan kesehatan, rekreasi, mendapatkan kesamaan, serta
memiliki peran dalam pembangunan.

b. Iya, ada empat hak anak yang terabaikan, yaitu hak untuk bermain, mendapatkan
pendidikan, perlindungan, serta hak akan kesehatan. Berkaitan dengan hak untuk bermain,
individu yang menikah di usia dini, akan kehilangan masa remajanya.
Berdasarkan Konvensi Hak Anak PBB, terdapat 10 hak anak, yaitu hak untuk bermain,
mendapatkan pendidikan, perlindungan, mendapatkan nama (identitas), status kebangsaan,
mendapatkan makanan, hak akan kesehatan, rekreasi, mendapatkan kesamaan, serta
memiliki peran dalam pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai