Bju Hkum4208 Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Bju Hkum4208 Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman
ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran
akademik.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN,KEBUDAYAAN
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
2.
a. Euthanasia juga secara esensial dijamin pada Universal Declaration of Human Right
(UDHR) yaitu pada salah satu hak yang termuat adalah hak untuk menentukan nasib
sendiri (the right self of determination), hak untuk menentukan nasib sendiri pada
hakikatnya masih merupakan bagian dari HAM termasuk dalam hal ini hak dari pasien
untuk menentukan pilihannya dalam hal pelayanan kesehatannya sehingga gagasan
penolakan euthanasia dengan argumentasi ini bisa dipatahkan.
Pandangan dari pihak yang kontra atau menentang adanya euthanasia yang didasarkan
dari segi hak asasi manusia, mereka bertolak belakang dari Universal Declaration of
Human Right yang di dalamnya telah mencantumkan sejumlah hak hak asasi manusia.
Di dalam DUHAM tersebut diantara sekian banyak hak-hak asasi manusia yang ada
didalamnya tidak terdapat mengenai hak untuk mati. Namun, perlu diingat
bahwasannya beberapa hak yang termuat di dalam Universal Declaration of Human
Right pada dasarnya tidak memenuhi persyaratan untuk “all times”
Sejauh ini Indonesia belum mengatur secara spesifik mengenai euthanasia. Akan
tetapi secara yuridis formal dalam hukum positif di Indonesia hanya dikenal satu
bentuk euthanasia, yaitu euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien/korban
itu sendiri (voluntary euthanasia) sebagaimana dapat dipahami dalam Pasal 344
KUHP bahwa
“Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang
jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun”.
Masalah euthanasia yang kemudian dikaitkan dengan hak untuk menentukan nasib
sendiri kemudian juga menjadi problematika tersendiri dalam hal penentuan konteks
pelanggaran hak asasi manusia atau tidak. Hak untuk menentukan nasib sendiri ( the
right to self determination ) memang tidak disebutkan secara terperinci dalam
Universal Declaration of Human Rights, tetapi hak untuk menentukan nasib sendiri ini
diatur secara khusus dalam instrumen Hukum Hak Asasi Manusia dalam ICCPR. Hak
untuk menentukan nasib sendiri merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia, pada
hakekatnya hak ini menjadi bagian bagi hak-hak dasar tertentu, termasuk dalam hal
ini hak dari pasien untuk menentukan pilihannya dalam hal pelayanan kesehatannya.
Hal ini kemudian dikaitkan dengan euthanasia. Sehingga ketika seorang pasien pada
akhirnya memutuskan untuk meminta mengakhiri kehidupannya dengan cara
euthanasia kemudian ini didasarkan pada hak dari pasien tersebut untuk
menentukan hidupnya sendiri.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
3.
a. Iya, Human Trafficking sebagai Tindak pidana perdagangan orang adalah merupakan
pelanggaran terhadap hak asasi manusia,Human Trafficking merupakan modernisasi
dari perbudakan manusia. Definisi Human Trafficking menurut Pasal 3 Protokol PBB,
yaitu, “Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan
seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk
pemaksaan lain, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, atau memberi atau menerima bayaran atau manfaat atau memperoleh
izin dari orang yang mempunyai wewenang atas orang lain untuk tujuan eksploitasi.”
(Riswan Munthe, 2015).
Human Trafficking telah terjadi apabila tiga unsur yang dimuat dalam Pasal tersebut
terpenuhi secara kumulatif.
b. implikasi pelanggaran HAM ini juga sudah diatur di dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 terutama pada Pasal 28I Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi:
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,
dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak Asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun”.
Memang dalam UUD 1945 khususnya dalam Pasal 28I Ayat (1) tidak disebutkan kata
perdagangan orang, namun sesungguhnya terselubung dalam kata budak. Selengkapnya
pasal ini berbunyi:
“hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,
dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”.
Hak untuk tidak diperbudak berimplikasi pada hak untuk tidak diperdagangkan yang lazimnya
terhadap anak-anak dan perempuan. Jadi substansinya tetap pada perdagangan orang.
Sebab umumnya juga zaman dahulu budak dipedagangkan oleh tuannya.
Menurut Undang-Undang Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, sebagaimana bunyi Pasal
1 menyatakan bahwa hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaaan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa dan merupakan
anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat martabat
manusia.
Khususnya Pasal 3 yang menekankan bahwa setiap orang dilahirkan dengan bebas dengan
harkat dan martabat yang sama dan sederajat, serta hak setiap orang atas perlindungan
HAM dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi. Dilihat dari perspektif Hukum
Pidana, perilaku memperdagangkan perempuan dan anak laki-laki, telah dilarang oleh Pasal
297 KUHP, yang berbunyi sebagai berikut: Memperniagakan perempuan dan
memperniagakan laki-laki yang belum dewasa, dihukum penjara selama-lamanya enam
tahun.
4.
a. Iya, ada empat hak anak yang terabaikan, yaitu hak untuk bermain, mendapatkan pendidikan,
perlindungan, serta hak akan kesehatan. Berkaitan dengan hak untuk bermain, individu yang
menikah di usia dini, akan kehilangan masa remajanya.
Berdasarkan Konvensi Hak Anak PBB, terdapat 10 hak anak, yaitu hak untuk bermain,
mendapatkan pendidikan, perlindungan, mendapatkan nama (identitas), status kebangsaan,
mendapatkan makanan, hak akan kesehatan, rekreasi, mendapatkan kesamaan, serta
memiliki peran dalam pembangunan.
b. Iya, ada empat hak anak yang terabaikan, yaitu hak untuk bermain, mendapatkan
pendidikan, perlindungan, serta hak akan kesehatan. Berkaitan dengan hak untuk bermain,
individu yang menikah di usia dini, akan kehilangan masa remajanya.
Berdasarkan Konvensi Hak Anak PBB, terdapat 10 hak anak, yaitu hak untuk bermain,
mendapatkan pendidikan, perlindungan, mendapatkan nama (identitas), status kebangsaan,
mendapatkan makanan, hak akan kesehatan, rekreasi, mendapatkan kesamaan, serta
memiliki peran dalam pembangunan.