Anda di halaman 1dari 36

PENYIAPAN PAKET OBAT ANTI

TUBERKULOSIS (OAT)
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :1
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Proses penyiapan Obat Anti Tuberkulosis oleh farmasi sesuai dengan paket pengobatan
1. Pengertian
sejak tahap intensif/awal sampai tahap lanjutan
a. Sebagai standar penyiapan obat di Puskesmas.
2. Tujuan
b. Tercapainya keberhasilan pengobatan.
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan DOTS Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Ambil satu paket OAT
b. Bukalah paket OAT dan pastikan bahwa OAT dalam keadaan baik (tidak berubah
warna, menggelembung atau pecah wadah maupun tabletnya)
c. Tulis keterangan mengenai identitas pasien pada label yang terdapat pada sisi kanan
dan kiri paket OAT, yaitu : Nama UPK, Nomor Registrasi Pasien TB, Nama Pasien TB,
Umur Pasien, Jenis Kelamin Pasien, Berat Badan Pasien dan Nama PMO.
d. Hitung jumlah obat yang diperlukan pasien sesuai dengan protokol pengobatan TB.
e. Pastikan identitas pasien yang ditulis pada label paket OAT sudah benar.
5. Prosedur f. Pastikan perhitungan jumlah OAT yang diperlukan sudah benar.
g. Sesuaikan jumlah blister dan tablet yang ada dalam kemasan paket OAT
dengan berat badan pasien yang akan diobati sesuai dengan protokol pengobatan TB.
h. Patahkan blister RHZE tepat pada batas baris membujur blister yang menghadap ke
depan agar blister tetap utuh.
i. Guntinglah blister RH tepat pada kolom melintang blister yang menghadap ke depan.
j. Simpan kelebihan OAT di kotak persediaan cadangan yang diberi penandaan “KOTAK
PERSEDIAAN CADANGAN FDC”

6. Diagram Alir -
a. Instalasi Farmasi
7. Unit terkait
b. Petugas Program P2TB
a. Form TB 01
8. Dokumen Terkait b. Form Kartu Stok Obat
c. SITB

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

JUDUL SESUAI JUDUL SPO


No Dokumen
DAFTAR T
No Revisi
ILIK Tanggal terbit
Halaman

Nama petugas :
Jabatan :
Tanggal pelaksanaan :

No Kegiatan Ya Tidak Tidak Ber


laku

Rencana Tindak Lanjut:

………………………………………………………………………………….......................
......................................................................................................................…………..
………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………............………………

Petugas Pelaksana
Penilai/Observer
Program/Kegiatan

Hikmat Taopik Tika Mustika Dewi


NIP. 198403232012111001 NIP. 1984

PENYERAHAN OBAT ANTI


TUBERKULOSIS (OAT)
TAHAP INTENSIF
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :1
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Proses penyerahan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kepada pasien TB pada tahap
1. Pengertian
pengobatan intensif.
a. Sebagai standar penyerahan OAT pada tahap intensif
2. Tujuan
b. Tercapainya keberhasilan pengobatan
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan DOTS Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Ambil paket OAT yang sudah disiapkan.
b. Pastikan kembali bahwa identitas pasien yang tertera pada paket OAT sudah sesuai
dengan pasien yang akan menerima OAT.
c. Siapkan kemasan etiket.
d. Buka kemasan paket OAT dan keluarkan kotak tahap intensif/ awal yang berisi RHZE
(Blister warna merah).
e. Ambil sejumlah OAT sesuai kebutuhan pasien sampai kedatangan berikutnya yaitu
sesuai tablet yang harus ditelan setiap dosis berdasarkan berat badan seperti dalam
protokol pengobatan TB.
5. Prosedur f. Masukkan OAT ke dalam kemasan dan sertakan etiket yang sudah ditulis lengkap.
g. Tuliskan jumlah obat yang diserahkan ke pasien dengan memberi tanda pada kolom
penyerahan obat di Form TB 01.
h. Tambahkan catatan mengenai jumlah dosis dan jumlah tablet yang disediakan dalam
paket OAT milik pasien yang bersangkutan untuk tahap intensif/ awal serta jumlah
tablet yang ditelan setiap dosis ditempat yang tersedia di Form TB 01.
i. Edukasikan kepada pasien tentang pengobatan OAT pada tahap intensif ini sesuai
dengan bahan materi edukasi OAT.
j. Serahkan OAT kepada pasien dengan ramah dan ingatkan kapan harus kembali untuk
menerima obat yang akan diminum selanjutnya serta membawa blister kosong.
6. Diagram Alir -
a. Instalasi Farmasi
7. Unit terkait
b. Petugas Program P2TB
a. Form TB 01
8. Dokumen Terkait
b. SITB

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
PENYERAHAN OBAT ANTI
TUBERKULOSIS (OAT)
TAHAP LANJUTAN
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :-
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :1
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Proses penyerahan Obat Anti Tuberkulosis kepada pasien TB pada tahap pengobatan
1. Pengertian
lanjutan
a. Sebagai standar penyerahan OAT pada tahap lanjutan
2. Tujuan
b. Tercapainya keberhasilan pengobatan.
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan DOTS Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Ambil paket OAT dari tempat penyimpanan.
b. Pastikan kembali bahwa identitas pasien yang tertera pada paket OAT sudah sesuai
dengan pasien yang akan menerima OAT.
c. Siapkan kemasan dan etiket.
d. Buka kemasan paket OAT dan keluarkan tahap lanjutan yang berisi tablet RH (Blister
warna kunng).
e. Ambil sejumlah OAT sesuai kebutuhan pasien sampai kedatangan berikutnya
yaitu sesuai jumlah tablet yang harus ditelan setiap dosis berdasarkan berat badan
5. Prosedur dan kategori penyakit pasien sesuai protokol pengobatan TB
f. Masukkan OAT ke dalam kemasan dan sertakan etiket yang sudah ditulis lengkap.
g. Tuliskan jumlah obat yang diserahkan ke pasien dengan memberi tanda pada
kolom penyerahan obat di Form 01.
h. Edukasikan kepada pasien tentang pengobatan OAT pada tahap lanjutan ini sesuai
dengan bahan materi edukasi OAT.
i. Serahkan OAT kepada pasien dengan ramah dan ingatkan kapan harus kembali
untuk menerima obat yang akan diminum selanjutnya serta membawa blister
kosong
6. Diagram Alir -
a. Instalasi Farmasi
7. Unit terkait
b. Petugas Program P2TB
a. Form TB 01
8. Dokumen Terkait
b. SITB

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
ALUR PELAYANAN PASIEN BARU
DENGAN SUSPECT TB RAWAT
JALAN
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :2
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Merupakan alur pelayanan kepada pasien suspect TB yang melakukan kunjungan rawat
1. Pengertian
jalan di Puskesmas Ciampea
Diketahui urutan kegiatan ketika pasien memperoleh pelayanan rawat jalan di Puskesmas
2. Tujuan
Ciampea sejak pasien datang sampai dengan pasien pulang.
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan DOTS Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Setiap pasien yang akan memperoleh pelayanan di unit pelayanan kesehatan di
Puskesmas Ciampea wajib melakukan pendaftaran di loket pendaftaran rawat jalan
dengan prosedur sebagaimana yang telah ditetapkan.
b. Lakukan prosedur penjaringan suspek pasien TB dipoli Umum
c. Lakukan prosedur penetapan suspect TB
d. Rujuk pasien ke poli TB bila pasien dicurigai menderita TB
5. Prosedur e. Dilakukan prosedur pemeriksaan BTA dan catat pada form TB 04, TB 05 dan TB 06.
f. Beri therapy tanpa antibiotik untuk mengurangi keluhan pasien.
g. Arahkan pasien ke apotik rawat jalan untuk pengambilan obat
h. Pasien pulang dengan anjuran untuk kontrol kembali pada tanggal yang telah di
tentukan pada form TB 05
i. Dilakukan prosedur pemantauan pengobatan pasien

Pendaftaran Rawat Jalan

Tensi Timbang

Poli Umum

6. Diagram Alir Ada Indikasi TB Tidak ada indikasi TB

Rujuk ke Poli TB Instalasi Farmasi

Prosedur Pasien Pulang


Penatalaksanaan
Suspect TB

1. Instalasi Poli TB
7. Unit terkait 2. Instalasi Poli Umum
3. Instalasi Farmasi
1. Dokumen TB 04
8. Dokumen Terkait 2. Dokumen TB 06
3. Form TB 05

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
ALUR PELAYANAN PASIEN BARU TB
BTA POSITIF ATAU BTA NEGATIF
RONTGEN POSITIF
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :2
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Merupakan alur pelayanan kepada pasien TB yang melakukan kunjungan rawat jalan di
1. Pengertian
Puskesmas Ciampea
Diketahui urutan kegiatan ketika pasien memperoleh pelayanan rawat jalan di Puskesmas
2. Tujuan
Ciampea sejak pasien TB datang sampai dengan pasien TB pulang.
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan DOTS Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Setiap pasien yang akan memperoleh pelayanan di unit pelayanan kesehatan di
Puskesmas Ciampea wajib melakukan pendaftaran di loket pendaftaran rawat jalan
dengan prosedur sebagaimana yang telah ditetapkan.
b. Lakukan prosedur penjaringan pasien TB di poli Umum
c. Lakukan prosedur penetapan pasien TB di poli Umum
d. Rujuk pasien ke poli TB
e. Lakukan prosedur penatalaksanaan pasien TB
5. Prosedur f. Lakukan prosedur penegakan diagnosis dan penetapan klasifikasi serta tipe pasien
g. Dilakukan prosedur pencatatan pasien baru TB pada form TB 01, Tb 02, TB 03, TB 04,
TB 05 dan TB 06 serta masukan kedalam aplikasi SITB Puskesmas.
h. Beri therapy OAT sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.
i. Pasien pulang dengan anjuran untuk kontrol kembali pada tanggal yang telah di
tentukan pada form TB 05
j. Dilakukan prosedur pemantauan dan penjaringan pasien

6. Diagram Alir
1. Instalasi Poli Umum
7. Unit terkait
2. Petugas Program TB
a. Form TB 01
b. Form Tb 02
c. Dokumen TB 03
8. Dokumen Terkait
d. Dokumen TB 04
e. Form TB 05
f. Dokumen TB 06

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
ALUR PELAYANAN PASIEN
SUSPECT TB BARU TCM NEGATIF
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :1
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Merupakan alur pelayanan kepada pasien Suspect TB yang melakukan kunjungan rawat
1. Pengertian
jalan di Puskesmas Ciampea
Diketahui urutan kegiatan ketika pasien memperoleh pelayanan rawat jalan di Puskesmas
2. Tujuan
Ciampea sejak pasien datang sampai dengan pasien pulang.
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan DOTS Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Setiap pasien yang akan memperoleh pelayanan di unit pelayanan kesehatan di
Puskesmas Ciampea wajib melakukan pendaftaran di loket pendaftaran rawat jalan
dengan prosedur sebagaimana yang telah ditetapkan dengan membawa hasil
pemeriksaan BTA pada form TB 05 yang berisi BTA Negatif.
b. Lakukan prosedur penetapan pasien suspect TB di poli Umum dan berikan pengobatan
simptomatis selama 2 minggu.
c. Pantau perkembangan pengobatan terhadap gejala klinis pasien selama 2 minggu.
5. Prosedur
d. Bila gejala klinis masih mengarah ke TB lakukan pemeriksaan TCM ulang
e. Bila Hasil TCM Ulang Positif : Rujuk Ke Poli TB untuk dilakukan prosedur
penatalaksanaan PAsien TB
f. Bila Hasil BTA ulang Negatif : Lakukan RontgenThorak
g. Hasil Rontgen Positif TB : Rujuk ke poli TB untuk penatalaksanaan Pasien TB
h. Hasil Rontgen Negatif TB : Beri Pengobatan simtomatis dan pantau perkembangan
klinis pasien.
6. Diagram Alir -
 Instalasi Poli Umum
7. Unit terkait
 Petugas Program TB
a. Dokumen Rekam Medic
8. Dokumen Terkait b. Dokumen Hasil Pemeriksaan TCM
c. Dokumen Hasil Pemeriksaan Rontgen

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
PENANGANAN TB DENGAN
STRATEGI DOTS
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :-
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :1
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Penanganan TB dengan strategi DOTS adalah pengobatan penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis) dengan penderita TB minum obat
1. Pengertian
sesuai dengan anjuran yang telah ditetapkan dan harus ada seseorang yang ikut mengawasi
atau memantau penderita saat dia minum obatnya.
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit tuberkulosis serta mencegah
2. Tujuan
terjadinya resistensi obat
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan Dots Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Penanggung jawab progam menerima pasien dengan BTA positif dan atau rongent
positif BTA negatif
b. Penanggung jawab progam mengidentifikasi pasien dengan BTA positif atau rongent
positif BTA negatif dan ditanyakan sudah pernah makan obat tb atau belum, kalau
sudah pernah berapa lama.
c. Penderita ditimbang untuk menentukan dosis obat dan perkembangan pengobatan
d. Penanggung jawab progam menentukan jenis obat dan dosis sesuai kebutuhan
5. Prosedur
e. Penderita dijelaskan pengobatan penyakitnya minimal 6 bulan dan efek samping obat
f. penderita dijelaskan resiko apabila penyakitnya tidak diobati.
g. Penanggung jawab program mengajari cara minum obat,
h. Penderita diberi jadwal untuk konrol ulang/periksa dahak ulang bulan ke II, bulan ke V
dan bulan ke VI
i. Penanggung jawab program mengajari keluarga sebagai pengawas minum obat
j. Dilakukan evaluasi terhadap pemahaman panderita dan keluarga
6. Diagram Alir -
7. Unit terkait 1. Instalasi Poli Umum
2. Petugas Program TB
8. Dokumen Terkait 1. Form TB 01
2. Form Tb 02
3. Dokumen TB 03
4. Dokumen TB 04
5. Form TB 05
6. Dokumen TB 06

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
PEMBENTUKAN KADER TB/
KADER JTOSS
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :1

PUSKESMAS dr. Budi Suarman


CIAMPEA NIP. 196605112002121004

Pembentukan kader Tb yang biasa kami sebut kader JTOSS yang memiliki arti Janji
Temukan Obati Sampai Sembuh. Pembentukan Kader JTOSS di desa sangat sulit sekali
karena kader posyandu di desa sudah mendapatkan perannya masing-masing (tugasnya
1. Pengertian masing-masing) dalam program Puskesmas. Kader JTOSS di desa adalah kepanjangan
tangan dari petugas TB Puskesmas yang ada di desa. Dengan adanya Kader JTOSS di
desa, maka tugas dari petugas TB yang ada di luar gedung, dapat dipegang oleh kader TB
yang di desa.
a. Meningkatkan peran serta aktif kader TB di desa dalam penemuan dan peningkatan
2. Tujuan suspect TB
b. Meningkatkan peran serta aktif kader TB di desa dalam mencegah DO pasien TB
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan Dots Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Membuat usulan kegiatan kepada kepala puskesmas
b. Membuat jadwal kegiatan akan dilaksanakannya pembentukan kader TB/ Kader
JTOSS
c. Menyiapkan materi dan bahan untuk persiapan kegiatan
d. Mengajukan pembuatan surat undangan untuk di bagikan ke kader TB
e. Membuatkan surat undangan dan di tanda tangani oleh kepala puskesmas
f. Menandatangani surat undangan tersebut
g. Menggandakan surat dan membagikan ke masing-masing pemegang wilayah/ desa
untuk mengirimkan 1 orang kader untuk dijadikan sebagai kader TB
5. Prosedur
h. Mengirimkan 4 orang kader untuk di ikutkan sebagai pembentukan kader TB
i. Memberitahukan kepada Wasor TB Dinas Kesehatan Kab. Bogor sehubungan
dengan diadakannya acara tersebut
j. Pengelola dan pelaksana program serta Kepala Puskesmas Bersama para kader
tepilih membentuk kader TB dan disepakati bersama
k. Merencanakan tindak lanjut kegiatan serta Visi dan Misi kegiatan tersebut
l. Mencatat dan melaporkan hasil kegiatan kepada Kepala Puskesmas dan Bendahara
BOK

6. Diagram Alir -
7. Unit terkait a. Kepala Puskesmas
b. Pengelola program TB Puskesmas
c. Wasor TB Dinkes kab. Bogor
d. Peserta/ kader
8. Dokumen Terkait a. Form TB 05
b. Form TB 15K

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
PENCATATAN DAN PELAPORAN
PROGRAM P2 TB
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :2

PUSKESMAS dr. Budi Suarman


CIAMPEA NIP. 196605112002121004

Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk pencatatan dan pelaporan pasien TB yang
disusun dan disajikan untuk memantau secara kohort Perkembangan Pengobatan Pasien
1. Pengertian
TB yang dilakukan pada setiap unit Pelayanan Kesehatan sampai ke Kementerian
Kesehatan.
a. Memastikan petugas melakukan pencatatan dan pelaporan Pasien TB sesuai dengan
2. Tujuan aturan yang telah ditetapkan.
b. Memantau secara kohort Perkembangan Pengobatan Pasien TB.
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan Dots Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Form TB yang dipergunakan, minimal meliputi :
1) TB-06 : untuk mencatat data jumlah suspek pasien TB yang diperiksa dahak
untuk penegakan diagnosis, ada di klinik rawat jalan maupun ruang rawat inap,
diisi oleh pelaksana perawatan dinas jaga saat itu
2) TB-05 : untuk permintaan pemeriksaan dahak S-P-S, baik untuk penegakkan
diagnosis maupun folloew up pengobatan, ada di klinik rawat jalan maupun ruang
rawat inap, diisi oleh pelaksana perawatan dinas jaga saat itu
3) TB-01 : untuk mencatat perjalanan pengobatan pasien diagnosis TB, yang diberi
kan pengobatan OAT, baik per resep maupun per program, ada di klinik rawat
jalan diisi oleh pelaksana perawatan dinas jaga saat itu
4) TB-02 : untuk kartu kontrol pasien TB, ada di klinik rawat jalan diisi oleh
pelaksana perawatan dinas jaga saat itu
5) TB-04 : untuk mencatat data pasien yang dilakukan pemeriksaan dahak, baik
untuk penegakkan diagnosis maupun untuk follow up pengobatan, ada di
5. Prosedur
laboratorium, diisi oleh pelaksana laboratorium pada saat itu
6) TB-13 : untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran OAT program, ada di
farmasi / pojok DOTS, diisi oleh pelaksana farmasi / pelaksana harian pojok
DOTS
7) TB-03 : untuk rekap data pasien TB, ada di pojok DOTS, diisi oleh pelaksana
harian pojok DOTS / Tim DOTS RS

b. Penanggung jawab pencatatan dan pelaporan adalah ketua Tim DOTS, dengan
pelaksana harian pojok DOTS sebagai koordinator, yang akan melakukan rekap
seluruh data kasus TB yang ada
c. Pada setiap akhir bulan, dilakukan rekap data ( TB-06 / TB-01 ) oleh pelaksana harian
pojok DOTS, ke dalam TB-03, dan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat per
triwulan
d.
6. Diagram Alir -
7. Unit terkait a. Kepala Puskesmas
b. Pengelola program TB Puskesmas
c. Wasor TB Dinkes kab. Bogor
d. Peserta/ kader
8. Dokumen Terkait a. Form TB 01
b. Form Tb 02
c. Dokumen TB 03
d. Dokumen TB 04
e. Form TB 05
f. Dokumen TB 06

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
IDENTIFIKASI PASIEN TB MDR
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :2
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004

1. Pengertian Merupakan urutan alur pelayanan untuk penatalaksanaan pasien TB-MDR


Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan untuk penatalaksanaan pasien TB-MDR di
2. Tujuan
RSUD Ungaran
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7.8.1/ SK-Ukm Tentang
3. Kebijakan
Ketentuan Pelaksanaan Dots Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Menemukan dan mengidentifikasi suspek TB-MDR
b. Melakukan edukasi pasien suspek TB-MDR untuk pemeriksaan lebih lanjut
c. Merujuk pasien suspek TB-MDR untuk pemeriksan lebih lanjut ke RS rujukan / RS sub
rujukan TB-MDR, rujukan pasien ataupun rujukan spesimen dahak
d. Menunggu hasil pemeriksaan TB-MDR dari RS rujukan / RS sub rujukan TB-MDR
e. Melakukan kunjungan rumah pasien konfirm positif TB-MDR
f. Merujuk pasien konfirm positif TB-MDR untuk pengobatan ke RS rujukan TB-MDR
g. Membantu fasyankes satelit TB-MDR melakukan kunjungan rumah pasien TB-MDR
yang mangkir pengobatan
h. Berperan aktif dalam jejaring eksternal penatalaksanaan kasus TB-MDR di wilayah
nya, membantu pelacakan pasien konfirm TB-MDR mangkir pengobatan
i. Melakukan pencatatan pelaporan baku TB-MDR

5. Prosedur

identifikasi
6. Diagram Alir

suspek TB-MDR

tidak bersedia
edukasi untuk pemeriksaan
anjuran untuk kontrol ulang
bila klinis belum membaik

bersedia

rujukan suspek TB-MDR ke RS


rujukan / RS sub rujukan TB-MDR

bukan
menunggu konfirmasi hasil sesuai saran
RS rujukan / RS sub rujukan
TB-MDR

konfirm TB-MDR

kunjungan rumah

untuk pelacakan kontak erat /

pencatatan pelaporan TB-MDR


baku

7. Unit terkait a. Kepala Puskesmas


b. Pengelola program TB Puskesmas
c. Wasor TB Dinkes kab. Bogor
d. Peserta/ kader
8. Dokumen Terkait a. Form TB 03 RO
b. Form TB 03 RO

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

PENGOBATAN PASIEN TB
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :-
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :3
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004

Pasien yang di diagnosis TB dan telah di tetapkan klasifikasi serta tipenya, akan mendapat
1. Pengertian pengobatan dengan obat anti TB (OAT), baik mempergunakan OAT per resep maupun OAT
program
a. Menyembuhkan pasien TB
b. Mencegah kematian
2. Tujuan
c. Mencegah kekambuhan
d. Menurunkan resiko penularan
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan Dots Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
5. Prosedur Bahwa pengobatan pasien TB adalah mengacu pada standar WHO dan ISTC ( International
Standard of Tuberculosis Care ) :
a. Setiap praktisi yang mengobati pasien TB tidak hanya wajib memberikan paduan obat
yang memadai tapi juga harus mampu menilai kepatuhan berobat pasien dan dapat
menangani ketidakpatuhan bila terjadi.
b. Semua pasien TB ( termasuk mereka yang terinfeksi HIV / AIDS ) yang belum pernah
diobati harus diberi paduan obat lini pertama yang disepakati secara internasional
menggunakan obat yang biovalibilitinya telah diketahui, terdiri atas fase awal ( paduan :
isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol, selama 2 bulan ) dan fase lanjutan
( paduan : isoniazid dan rifampisin, selama 4 bulan ).
c. Dosis obat anti TB yang digunakan harus sesuai dengan rekomendasi internasional,
dalam bentuk kombinasi beberapa jenis, dan sediaan kombinasi dosisi tetap sangat
direkomendasikan terutama jika menelan obat tidak diawasi.
d. Untuk membina dan menilai kepatuhan pasien dilakukan pengawasan langsung mene -
lan obat ( directly observed therapy – DOT ) oleh pengawas menelan obat yang dapat
diterima dan dipercaya oleh pasien dan sistem kesehatan.
Prosedur :

a. Pasien yang telah didiagnosis TB dan telah ditetapkan klasifikasi serta


tipenya kemu -dian diberikan pengobatan dengan obat anti TB,
mempergunakan OAT program mau -pun OAT per resep, dengan
paduan regimen yang sesuai.

b. Paduan regimen OAT :


1. kategori-1 : 2 ( RHZE ) / 4 ( RH ) 3
2. kategori-2 : 2 ( RHZE ) S / 1 ( RHZE ) / 5 ( RH ) 3 E 3
3. kategori-anak : 2 ( RHZ ) / 4 ( RH )
4. kategori-sisipan : 1 ( RHZE )

kategori pasien TB paduan OAT

Kategori-1 1.pasien baru TB BTA (+) a. kombipak :


2.pasien baru TB BTA (-) 2 HRZE /
dengan kerusakan paru 4 H 3R 3
yang luas 1. FDC :
3.pasien TB ekstra paru 2 ( HRZE ) /
berat atau dengan 4 ( HR ) 3
penyakit ikutan HIV yang
berat

Kategori-2 1.pasien TB BTA (+) yang


sudah pernah diobati, 1. kombipak :
yaitu : kambuh, gagal 2 HRZE S / 1
atau setelah putus obat 1 HRZE /
( default ) 5 H 3R 3 E 3
1.FDC :
2 ( HRZE ) S
/
1 ( HRZE ) /
5 ( HR ) 3 E 3

Kategori-3 2.pasien baru TB BTA (-) b. kombipak :


3.pasien TB ekstra paru 2 HRZE /
ringan 4 H 3R 3
2. FDC :
2 ( HRZE ) /
4 ( HR ) 3

Kategori-4 a. pasien TB kronis individual


b. kasus MDR-TB

dengan dosis disesuaikan berat badan pasien

c. Untuk pengawasan minum obat, selanjutnya ditunjuk seorang PMO


( keluarga / tetangga ) yang dapat membantu melakukan pengawasan
minum obat oleh pasien
d. Perjalanan pengobatan pasien TB selain di catat dalam rekam medik
pasien juga di catat dalam lembar pengobatan TB ( form TB-01 )
e. Dilakukan konseling dan edukasi kepada pasien maupun kepada PMO,
mengenai TB dan pentingnya untuk berobat secara teratur dan lengkap
sampai masa pengo -batan selesai
f. Pasien TB dibuatkan kartu kontrol TB ( form TB-02 ), yang akan dibawa
pasien saat pasien kontrol, yang dipergunakan untuk mengingatkan
pasien jadwal kunjungan kontrol dan jadwal kunjungan pemeriksaan
dahak ulang
g. Form TB-01 selanjutnya di simpan di klinik rawat jalan yang merawat
pasien
h. Form TB-01 di lengkapi setiap pasien tersebut kunjungan kontrol selama
masa pengobatannya s.d akhir masa pengobatan

6. Diagram Alir -
7. Unit terkait a. Kepala Puskesmas
b. Pengelola program TB Puskesmas
c. Wasor TB Dinkes kab. Bogor
d. Peserta/ kader
8. a. Form TB 01
b. Form Tb 02
c. Dokumen TB 03
d. Dokumen TB 04
e. Form TB 05
f. Dokumen TB 06

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
ALUR PELAYANAN
PENEGAKAN PASIEN TB
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :2
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Merupakan kegiatan untuk menegakkan diagnosis TB pada pasien yang di curigai
1. Pengertian menderita TB (suspek), oleh staf medis dokter penangungjawab perawatan pasien di
Puskesmas Ciampea
Sebagai acuan tatalaksana penegakan diagnosis TB pada pasien yang di curigai menderita
2. Tujuan
TB (suspek pasien TB), untuk menemukan pasien TB.
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan Dots Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Penegakan diagnosis pasien TB di dasarkan pada :
1) Anamnesis ( keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu
dan riwayat penyakit keluarga )
2) Pemeriksaan fisik yang mendukung
3) Hasil pemeriksaan dahak S-P-S
4) Hasil pemeriksaan penunjang lainnya ( sesuai indikasi : foto thorax / uji
tuberkulin / histo-patologi / patologi anatomi )
5) Hasil pembobotan ( sistem skor ) pada kasus TB anak
b. Untuk pasien TB paru dewasa, apabila :
1) Pada suspek pasien TB, ditemukan BTA (+) pada ≥ 2 hasil pemeriksaan dahak S-P-
S, maka ditegakkan : diagnosis pasien TB, dan selanjutnya dilakukan peneta -pan
klasifikasi dan tipe pasien TB, untuk menentukan regimen pengobatan OAT-nya
2) Pada suspek pasien TB, ditemukan BTA (+) pada hanya 1 hasil pemeriksaan dahak
S-P-S, maka dilakukan pemeriksaan foto thorax:
a) Bila hasil foto thorax mendukung kelainan TB, maka ditegakkan diagnosis
pasien TB, selanjutnya dilakukan penetapan klasifikasi dan tipe pasien TB,
untuk menentukan regimen pengobatan OAT-nya.
5. Prosedur b) Bila hasil foto thorax tidak mendukung kelainan TB, maka dapat dilakukan
pemeriksaan dahak S-P-S ulang :
 Bila ditemukan BTA (+), ditegakkan diagnosis pasien TB
 Bila tidak ditemukan BTA (+), ditegakkan diagnosis bukan pasien TB
3) Pada suspek pasien TB, ditemukan BTA (-) pada ke-3 hasil pemeriksaan dahak S-
P-S, maka diberi pengobatan antibiotik spektruk luas terlebih dahulu, dan bila ada
perbaikan, maka ditegakkan diagnosis bukan pasien TB apabila dengan antibiotik
spektrum luas tidak ada perbaikan, maka dilakukan pe -meriksaan foto thorax :
a) Bila hasil pemeriksaan foto thorax mendukung kelainan TB, maka ditegakkan
diagnosis pasien TB, selanjutnya dilakukan penetapan klasifikasi dan tipe
pasien TB, untuk menentukan regimen pengobatan OAT-nya
b) Bila hasil pemeriksaan dahak foto thorax tidak mendukung kelainan TB, dan
maka ditegakkan diagnosis bukan pasien TB.
c. Untuk pasien TB anak, apabila berdasarkan hasil pembobotan :
1) Skor : 6 atau >, ditegakkan diagnosis TB anak
2) Skor : 5, dilakukan evaluasi lebih lanjut
3) Skor : < 5, ditegakkan diagnosis bukan TB anak

6. Diagram Alir -
a. Instalasi Poli TB
7. Unit terkait b. Instalasi Poli Umum
c. Instalasi Farmasi
8. Dokumen Terkait a. Form TB 01
b. Form Tb 02
c. Dokumen TB 03
d. Dokumen TB 04
e. Form TB 05
f. Dokumen TB 06

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
PROSEDUR TETAP BERSAMA
TIM DOTS – TIM VCT
UNTUK PENATALAKSANAAN
PASIEN TB DAN HIV
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :2
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Pelayanan kasus pasien koinfeksi tuberculosis dan HIV / AIDS ( ODHA ), secara bersama
1. Pengertian oleh Tim DOTS dan Tim VCT di unit pelayanan kesehatan penyelenggara kolaborasi TB-
HIV di Puskesmas Ciampea
a. Memberikan pelayanan kepada pasien koinfeksi tuberkulosis dan HIV / AIDS
( ODHA ), secara terpadu, profesional dan menyeluruh
b. Acuan komunikasi dan koordinasi, bagi Tim DOTS maupun Tim VCT, dalam
2. Tujuan
melakukan penatalaksanaan pasien koinfeksi tuberkulosis dan HIV / AIDS ( ODHA )
c. Monitoring, pencatatan dan pelaporan pasien koinfeksi tuberkulosis dan HIV / AIDS
( ODHA ), dengan tetap menjamin hak pasien ( voluntary and confidential )
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan Dots Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
5. Prosedur a. Pasien tuberkulosis yang di rawat Tim DOTS :
1) Pasien tuberkulosis, yang di rawat oleh Tim DOTS, di klinik rawat jalan maupun di
bangsal rawat inap, apabila di temukan salah satu atau lebih indikasi terinfeksi
HIV / AIDS :
- Multi Drug Resistance / MDR
- hasil terapi dengan OAT tidak memuaskan
- perilaku beresiko tertular HIV / AIDS
maka pasien di buatkan surat konsultasi kepada Tim VCT
2) Tim VCT melakukan pemeriksaan terhadap pasien yang di konsultasikan oleh Tim
DOTS :
a) apabila pasien sero positif ( positif HIV ), selanjutnya dilakukan rawat
bersama antara Tim DOTS dengan Tim VCT, dan masuk dalam registrasi /
pencatatan pelaporan bersama Tim DOTS – Tim VCT
b) apabila pasien sero negatif ( negatif HIV ), selanjutnya pasien di kembalikan
kepada Tim DOTS untuk penatalaksanaan tuberkulosis dengan strategi
DOTS

b. Pasien ODHA yang di rawat Tim VCT :


1) Pasien ODHA, yang di rawat oleh Tim VCT, di klinik rawat jalan maupun bangsal
rawat inap, apabila di temukan salah satu atau lebih indikasi terinfeksi tuberkulosis
:
a) batuk lebih dari 3 minggu
b) batuk darah
c) pembesaran kelenjar getah bening / limfonodi
d) gambaran radiologi thorax mendukung
e) gambaran TB ekstra paru maka pasien di buatkan surat konsultasi kepada
Tim DOTS

2) Tim DOTS melakukan pemeriksaan terhadap pasien yang di konsultasikan oleh


Tim VCT :
a) apabila pasien positif tuberkulosis, selanjutnya dilakukan rawat bersama an -
tara Tim VCT dan Tim DOTS, dan masuk dalam registrasi / pencatatan
pelaporan bersama Tim VCT – Tim DOTS
b) apabila pasien negatif tuberkulosis, selanjutnya pasien di kembalikan kepada
Tim VCT untuk penatalaksanaan HIV / AIDS
Algoritme Penatalaksanaan Pasien TB / HIV
PASIEN TUBERKULOSIS PASIEN ODHA DIRAWAT OLEH
DIRAWAT OLEH TIM DOT, TIM VCT, INDIKASI TERINFEKSI
INDIKASI TERINFEKSI HIV / TUBERKULOSIS
AIDS

KONSULTASI KEPADA KONSULTASI KEPADA


KLINIK VCT KLINIK DOTS

6. Diagram Alir

SERO NEGATIF PASIEN TUBERKULOSIS SERO PASIEN SERO POSITIF NEGATIF


( HIV NEGATIF ) POSITIF ( POSITIF HIV ) POSITIF TUBERKULOSIS TUBERKULOSIS

KEMBALI DI RAWAT RAWAT BERSAMA KEMBALI DI RAWAT


TIM DOTS TIM DOTS – TIM VCT TIM VCT

a. Instalasi Poli TB
7. Unit terkait b. Instalasi Poli Umum
c. Instalasi Farmasi
1) Form TB 01
8. Dokumen Terkait 2) Form Tb 02
3) Dokumen TB 03

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
PENEGAKAN DIAGNOSA PASIEN TB
PARU ANAK
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :4
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Gejala klinis berupa gejala sistemik/ umum atau sesuai organ terkait. Gejala klinis TB pada
anak tidak khas, karena gejala serupa juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit selain
TB. Gejala khas TB sebagai berikut:
a. Batuk ≥ 2 minggu
1. Pengertian
b. Demam ≥ 2 minggu
c. BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya
d. Lesu atau malaise ≥ 2 minggu Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan
terapi yang adekuat
Untuk mendapatkan pasien TB melalui serangkaian kegiatan mulai dari penjaringan terhadap
terduga pasien TB, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan,
menentukan diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB.
Prinsip penegakan diagnosis TB:
a. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan
pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud adalah
pemeriksaan mikroskopis, tes cepat molekuler TB dan biakan.
2. Tujuan
b. Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan pemantauan
kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga
dapat menyebabkan terjadi over diagnosis ataupun underdiagnosis.
d. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis.

Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan


3. Kebijakan
Pelaksanaan DOTS Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Gejala klinis
Berupa gejala sistemik/ umum atau sesuai organ terkait. Gejala klinis TB pada anak tidak
khas, karena gejala serupa juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit selain TB.
Gejala khas TB sebagai berikut:
5. Prosedur
1. Batuk ≥ 2 minggu
2. Demam ≥ 2 minggu
3. BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya
4. Lesu atau malaise ≥ 2 minggu Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan
terapi yang adekuat
b. Alur Diagnosis TB Pada Anak
1. Pemeriksaan mikroskopis/ tes cepat dahak, bila memungkinkan lakukan ;

Bila tidak memungkinkan :


2. Sistem Skrining Pada TB Anak
Parameter 0 1 2 3 Skor
Kontak TB Tidak - Laporan BTA(+)
jelas keluarga,
BTA(-)/BT
A
tidak
jelas/tidak tahu
Uji tuberculin Negatif - - Positif
(Mantoux) (≥10 mm
atau ≥5
mm
pada
Imuno
kompromais)
Berat Badan/ - BB/TB<90% Klinis gizi -
Keadaan Gizi atau buruk atau
BB/U<80% BB/TB<70%
atau
BB/U<60%
Demam yang - ≥2 minggu - -
tidak
diketahui
Penyebabnya
Batuk kronik - ≥3 minggu - -
Pembesaran - ≥1 cm, - -
kelenjar lebih dari
limfekolli, aksila, 1
Inguinal KGB,tidak
nyeri
Pembengkakan - Ada - -
tulang/sendi pembengkaka
panggul, lutut, n
falang
Foto toraks Normal/ Gambaran - -
kelainan sugestif
tidak (mendukung)
jelas TB
Skor Total

Penjelasan:
a. Pemeriksaan bakteriologis (mikroskopis atau tes cepat TB)
tetap merupakan pemeriksaan utama untuk konfirmasi diagnosis
TB pada anak. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk
memperoleh contoh uji dahak, di antaranya induksi sputum.
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan 2 kali, dan dinyatakan positif
jika satu contoh uji diperiksa memberikan hasil positif.
b. Observasi persistensi gejala selama 2 minggu dilakukan jika anak
bergejala namun tidak ditemukan cukup bukti adanya penyakit
TB. Jika gejala menetap, maka anak dirujuk untuk pemeriksaan
lebih lengkap. Pada kondisi tertentu di mana rujukan tidak
memungkinkan, dapat dilakukan penilaian klinis untuk
menentukan diagnosis TB anak.
c. Berkontak dengan pasien TB paru dewasa adalah kontak
serumah ataupun kontak erat, misalnya di sekolah, pengasuh,
tempat bermain, dan sebagainya.
c. Pada anak yang pada evaluasi bulan ke - 2 tidak menunjukkan
perbaikan klinis sebaiknya diperiksa lebih lanjut adanya kemungkinan faktor
penyebab lain misalnya kesalahan diagnosis, adanya penyakit penyerta, gizi
buruk, TB resistan obat maupun masalah dengan kepatuhan berobat dari
pasien. Apabila fasilitas tidak memungkinkan, pasien dirujuk ke RS. Yang
dimaksud dengan perbaikan klinis adalah perbaikan gejala awal yang
ditemukan pada anak tersebut pada saat diagnosis.
6. Diagram Alir

a. Keputusan Klinisi : Dokter Umum, Dokter Specialis Paru/ Dokter Specialis Anak
7. Unit terkait
b. Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang Lainnya
a. Form TB 01
8. Dokumen
b. Form Tb 02
Terkait
c. Dokumen TB 03

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
PERHITUNGAN KEBUTUHAN
LOGISTIK OAT DAN NON OAT
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :2
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Perhitungan kebutuhan logistik OAT dan Non OAT adalah perencanaan kebutuhan OAT
1. Pengertian dan Non OAT dilakukan secara terpadu dengan berpedoman padap enatalaksanaan OAT di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Sebagai acuan petugas untuk menjamin ketersediaan Obat Anti TB (OAT) untuk
2. Tujuan
penanggulangan TB sesuai dengan prosedur.
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan Dots Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Merencanakan Kebutuhan OAT
1) Pastikan difasilitas pelayanan kesehatant ersedia paket OAT dewasa maupun OAT
anak yang cukup untuk semua pasien TB yang akan memulai pengobatannya
untuk triwulan yang akan datang
2) Hitung kebutuhan OAT berdasarkan perkiraan kasus yang akan ditemukan pada
triwulan yang akan dating di tambah cadangan untuk 1 bulan
3) Gunakan pormulir laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO) untuk
pemantauan permintan OAT.
b. Melakukan Penyimpanan OAT
1) Hitung jumlah paket OAT masing-masing kategori, kemudian cocokan dengan
surat pengiriman
2) Periksa tanggal kadaluarsa dan nomor batch OAT
3) Perhatikan apakah OAT dalam keadaan baik (tablet tidak berubah warna,
tidakpecah, kemasan tidak rusak, tidak menggelembung dan tidak bocor)
4) Catatlah jumIah, tanggaI kadaluarsa dan tanggal penerimaan masing-masing OAT
5. Prosedur
kedalam kartu stok dan kartu stok induk
5) Tempatkan OAT dalam gudang obat difasilitas pelayanan Kesehatan.
6) Susunlah obat didalam rak atau lemari obat dan tempatkan di bagian lebih awal
obat yang tanggal kadaluarsanya. Dan tempatkan dibagian belakang obat yang
kadaluarsanya lebih lama ( first exfiredfrst out = lebih dahulu kadaluarsa lebih
dahulu digunakan)
7) Catat dalam kartu stok dan kartu induk setiap obat dikeluarkan
c. Memantau ketersediaan OAT digudang Lakukan pemantauan sisa stok OAT yang ada
digudang obat sekali sebulan, apabila stok tidak mencukupi sampai permintaan yang
akan datang dan segera ajukan permintaan ke Dinas Kesehatan kabupaten/ kota.
d. Menghitung Kebutuhan Non OAT
1) Pastikan ketersediaan logistik Non OAT untuk program TB dalam jumlah cukup.
2) Hitung kebutuhan Non OAT untuk triwulan yang akan datang didasarkan
pemakaian triwulan yang lalu dan ditambah dengan cadangan 1bulan untuk
antisipasi adanya peningkatan pasien TB yang ditemukan.
6. Diagram Alir

1. Instalasi Poli Umum


7. Unit terkait 2. Instalasi Farmasi
3. Instalasi Laboratorium
d. Form TB 01
8. Dokumen Terkait e. Form Tb 02
4. Dokumen TB 03

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
PENGELOLAAN OAT DAN NON OAT
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :1
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Pemesanan dan Pengelolaan Obat dan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
1. Pengertian
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit
pelayanan kesehatan dasar.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar tidak terjadi kelebihan dan
2. Tujuan
kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan Dots Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Petugas farmasi melakukan permintaan OAT dan Non OAT dengan
perhitungan kebutuhan dalam tiga bulan dikurangi sisa stok dan ditambah buffer
stock 5% dari kebutuhan dalam bentuk daftar pesanan (DP) OAT dan Non OAT
dibuat rangkap 4 (empat).
b. Petugas Farmasi mengajukan daftar pesanan (DP) OAT dan Non OAT ke Dinas
Kesehatan melalui seksi P2P dan seksi Farmasi untuk mendapat persetujuan.
c. Petugas farmasi mengambil OAT dan Non OAT ke Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten setelah daftar pesanan (DP) OAT dan Non OAT ditandatangi dan
disetujui untuk diberikan.
5. Prosedur
d. Petugas Farmasi melakukan pengecekan terhadap OAT dan Non OAT yang
diserahkan, meliputi jumlah obat, kondisi kemasan, kadaluarsa disesuaikan
dengan yang tercantumd alam dokumen Surat Bukti Barang Keluar (SBBK).
e. Petugas Farmasi melakukan peyimpanan terhadap OAT dan Non OAT yang diterima
di gudang obat Puskesmas dengan memperhatikan FIFO dan FEFO.
f. Petugas Farmasi mendistribusikan OAT dan Non OAT sesuai dengan permintaan dari
pemegang program
g. Petugas Farmasi mendokumentasikan setiap pemasukan dan pengeluaran OAT dan
Non OAT dalam aplikasi SITB dan buku catatan
6. Diagram Alir -
a. Instalasi Poli Umum
7. Unit terkait b. Instalasi Farmasi
c. Instalasi Laboratorium
a. Form TB 01
8. Dokumen Terkait b. Form Tb 02
c. Dokumen TB 03

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
PENGGUNAAN LOGISTIK TB
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :2
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Penggunaan logistik merupakan pemanfaatan barang sesuai dengan fungsi dan
peruntukannya. Logistik program TB digunakan di semua jenjang untuk mendukung
1. Pengertian
operasional program dimulai dari Unit Pelayanan Kesehatan sampai ke Kementerian
Kesehatan.
2. Tujuan Memastikan penggunaan logistik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan Dots Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
a. Alat dan bahan
1) Surat Perjanjian Pemakaian Barang
2) Surat Penyerahan barang rusak/kadaluarsa
3) Berita Acara penghapusan dan pemusnahan Barang
b. Langkah langkah
5. Prosedur
1) Perawat membuat surat pemakaian barang yang meliputi pemakaian dan sisa obat
yang digunakan untuk perencanaan kebutuhan OAT
2) Mencatat dalam kartu stok dan kartu stok induk setiap obat yang dikeluarkan
3) Mencatat jumlah, tanggal kadaluwarsa dan tanggal penerimaan masing –masing
OAT kedalam kartu stok dan kartu stok induk.

Perawat membuat surat


pemakaian barang yang

Mencatat dalam kartu stok dan kartu


stok induk setiap obat yang
6. Diagram Alir
dikeluarkan

Mencatat jumlah, tanggal


kadaluwarsa dan tanggal
a. Instalasi Poli TB
7. Unit terkait b. Instalasi Farmasi
c. Instalasi Laboratorium
a. Form TB 01
8. Dokumen Terkait b. Form Tb 02
c. Dokumen TB 03

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
PEMERIKSAAN KONTAK SERUMAH
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :2
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Pemeriksaan kontak serumah pasien TB BTA (+) adalah Pemeriksaan yang di lakukan pada
1. Pengertian anggota keluarga dimana penderita TB Paru BTA positif tinggal/bergaul dengan anggota
keluarga lainnya yang dalam pengobatan dengan Obat Anti Tuberkulosa
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pemeriksaan kontak serumah untuk menemukan
2. Tujuan
suspek TB Paru sehingga dapat memutus mata rantai penularan TB Paru
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan Dots Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

a. Petugas menemukan tersangka penderita TBC dan diperiksa dahaknya


b. Petugas menegakan diagnosa TBC dari hasil pemeriksaan dahak:
1) Bila sedikitnya 2 dari 3 spesimen SPS BTA hasilnya (+), maka penderita didiagnosis
sebagai TBC BTA positif
2) Bila hanya 1 spesimen yang (+), maka perlu foto rontgen dada dan bila hasil
pemerksaan rontgen mendukung ke TBC, maka penderita di diagnosis sebagai
penderita TBC BTA (+)
c. Bila petugas ragu dalam menegakan diagnosis TBC,konsul ke dokter puskesmas
d. Petugas mencatat hasil penegakan diagnosis di buku register TBC
e. Petugas Melakukan kunjungan rumah dalam rangka pemeriksaan kontak serumah
dengan melakukan pemeriksaan secara individu terhadap anggota keluarga.
f. Petugas melakukan tindak lanjut terhadap hasil pemeriksaan kontak tersebut apakah di
periksa dahak terhadap anggota yang di curigai TB paru atau pemberian obat sesuai
5. Prosedur
keluhan yang ada.
g. Petugas mencatat hasil kegiatan pemeriksaan kontak di buku register TB 01.
h. Petugas Melakukan kunjungan rumah dalam rangka pemeriksaan kontak serumah
dengan melakukan pemeriksaan secara individu terhadap anggota keluarga
i. Petugas melakukan tindak lanjut terhadap hasil pemeriksaan kontak tersebut apakah di
periksa dahak terhadap anggota yang di curigai TB paru atau pemberian obat sesuai
keluhan yang ada.
j. Petugas mencatat hasil kegiatan pemeriksaan kontak di buku register TB 01.
k. Penanggungjawab UKM monitoring dan evaluasi pemeriksaan kontak serumah
penderita TB paru BTA (+)
l. Kepala puskesmas merekomendasikan penanggungjawab program untuk melakukan
tindakan perbaikan bila ditemukan ketidaksesuaian dari hasil kegiatan monitoring
kegiatan pemeriksaan kontak serumah penderita TB paru BTA (+)
6. Diagram Alir -
7. Unit terkait a. Petugas Program P2TB
a. Form TB 01
8. Dokumen Terkait b. Form TB 15K
c. SITB

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
INVESTIGASI KONTAK PASIEN TB
Nomor : 400.7/ .SPO-UKM
No. Revisi :
SPO Tgl. Mulai Berlaku : 01 Januari 2023
Halaman :1
PUSKESMAS dr. Budi Suarman
CIAMPEA NIP. 196605112002121004
Invstigasi Kontak pasien TB adalah Pemeriksaan terhadap kontak serumah dengan pasien
1. Pengertian TB, terutama mereka yang BTA positif dan pada keluarga anak yang menderita TB yang
menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
Menemukan sedini mungkin pasien yang dicurigai menderita TB (suspek pasien TB), supaya
2. Tujuan
bisa segera diobati dan memutuskan mata rantai penularan.
Keputusan Kepala Puskesmas Ciampea Nomor : 400.7/ SK-Ukm Tentang Ketentuan
3. Kebijakan
Pelaksanaan Dots Di Puskesmas Ciampea
a. Permenkes No. 67 TAHUN 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
4. Referensi
b. Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
Alat dan bahan
1) Tensi dan Stetoskop
2) Masker Bedah
3) Sarung tangan disposible
Langkah langkah

5. Prosedur 1) Petugas menyiapkan Surat Tugas dan SPPD.


2) Petugas melapor ke Kepala Desa untuk menyampaikan maksud dan tujuan kunjungan
yaitu melakukan pemeriksaan kontak serumah pasien TB.
3) Petugas melakukan pemeriksaan kontak serumah (anamnesa).
4) Petugas merujuk ke Laboratorium Puskesmas Ciampea jika ada anggota keluarga yang
mempunyai gejala TB.

6. Diagram Alir
a. Petugas Program P2TB
7. Unit terkait
b. Lintas Sektor
a. Form TB 01
8. Dokumen Terkait b. Form TB 15K
c. SITB

9. Rekaman Historis Perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai