Anda di halaman 1dari 29

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Laporan kasus

Fakultas Kedokteran September 2023


Universitas Tadulako

DIABETES MELITUS TIPE 2

Disusun Oleh :
Muh. Ilham Hidayat
N 111 21 079

Pembimbing:
Dr. dr. Ketut Suarayasa, M. Kes
dr. Delayla Afriana

DISUSUN DALAM RANGKA UNTUK MEMENUHI TUGAS


KEPANITERAAN KLINIK
DI BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang


bersangkutan sebagai berikut:

Nama : Muh. Ilham Hidayat


Stambuk : N 111 21 079
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Kedokteran
Universitas : Tadulako
Judul Kasus : Diabetes Mellitus Tipe 2
Bagian : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako.

Palu, September

2023

Mengetahui,

Pembimbing Pembimbing Lapangan

Dr. dr. Ketut Suarayasa, M.Kes dr. Delayla Afriani

Dokter Muda

Muh. Ilham Hidayat


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena
penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan
tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia).1
Pada diabetes mellitus didapatkan defisiensi insulin absolut atau relatif
dan gangguan fungsi insulin. Berdasarkan hal tersebut, diabetes melitus
diklasifikasikan atas DM tipe 1, DM tipe 2, dan DM pada kehamilan (DM
Gestasional). Sembilan puluh persen dari kasus diabetes adalah DMT2
dengan karakteristik gangguan sensitivitas insulin dan/atau gangguan
sekresi insulin. DMT2 secara klinis muncul ketika tubuh tidak mampu lagi
memproduksi cukup insulin unuk mengkompensasi peningkatan insulin
resisten.2
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya
kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi diabetes melitus
tipe 2 di berbagai penjuru dunia. Badan kesehatan WHO memprediksi
kenaikan jumlah penyandang DM tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Prediksi dari
International Diabetes Federation (IDF) juga menjelaskan bahwa pada
tahun 2013 – 2017 terdapat kenaikan jumlah penyandang DM dari 10,3 juta
menjadi 16,7 juta pada tahun 2045. Berdasarkan pola pertambahan
penduduk, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta
penduduk yang berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM
pada urban (14,7%) dan rural (7,2%), maka diperkirakan terdapat 28 juta
penyandang diabetes di daerah urban dan 13,9 juta di daerah rural. Laporan
hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh Departemen
Kesehatan menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi DM menjadi 8,5%.3
Tabel 1.1 Sepuluh Penyakit Terbanyak Puskesmas Wani pada bulan
Agustus 2023
Jumlah Jumlah
ICD
No. Jenis Penyakit Kasus Kasus Jumlah
10
Baru Lama
1 ISPA J06.9 68 75 143
2 Hipertensi Esensial I10 66 60 126
3 Dispepsia K30 22 26 48
4 Gastritis K29.7 22 23 45
5 Diabetes Melitus E08 22 23 45
Dermatitis Kontak
6 L23 15 16 31
Alergi
7 Rhinitis Akut J00 10 15 25
8 Rheumatoid arthritis M53.3 7 15 22
9 Vertigo R42 12 6 18
10 Myalgia M19.9 15 3 18

Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar merupakan


DM tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor risiko yang tidak dapat diubah
dan faktor risiko yang dapat diubah. Menurut American Diabetes
Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak
dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (first degree relative),
umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir
bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional. Sementara
itu, faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT
≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.4
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum sesuai dengan
Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia yaitu untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien DM. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan
pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil
lipid,melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan
perawatan mandiri dan perubahan perilaku.4
Peran pasien dan keluarga pada pengelolaan penyakit DM sangat
penting, karena DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup. Oleh karena itu, diperlukan edukasi kepada pasien dan
keluarganya untuk memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit,
pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM. Hal ini akan sangat
membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha memperbaiki
hasil pengelolaan.3

1.2. Tujuan Penulisan


1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako.
2. Sebagai gambaran penyakit Diabetes Mellitus di wilayah lingkungan
kerja Puskesmas Wani.
BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Menentukan Prioritas Masalah Menggunakan Rumus Hanlon


Kuantitatif
Tabel 2.1 Sepuluh masalah di Puskesmas Wani

Besar Kegawatda Kemungkinan


No Masalah kesehatan Nilai
masalah ruratan diatasi
1. ISPA 4 1 1 6
2. Hipertensi 4 2 2 8
3. Dispepsia 1 2 1 4

4. Gastritis 1 2 1 4

5. Diabetes Melitus 1 2 2 5

6. Dermatitis Kontak
1 1 1 3
Alergi
7. Rhinitis Akut 1 1 1 3

8. Rheumatoid Arthitis 1 1 2 4

9. Vertigo 1 2 1 4

10 Myalgia
1 2 1 4
.
Ket :
Skor Besar Masalah :
Skor 1 = 18 - 50 pasien
Skor 2 = 50 - 82 pasien
Skor 3 = 82 - 114 pasien
Skor 4 = 114 -146 pasien
Skor Kegawadaruratan :
Skor 1 = Tidak gawat
Skor 2 = Tidak terlalu gawat
Skor 3 = Gawat
Skor 4 = Gawat darurat
Skor kemungkinan diatasi :
Skor 1 = Dapat ditangani di Puskesmas secara tuntas
Skor 2 = Dapat ditangani di Puskesmas secara tuntas atau tidak
Skor 3 = Dapat ditangani di Puskesmas tapi tidak tuntas
Skor 4 = Tidak dapat ditangani dengan tuntas di Puskesmas
Keterangan Nilai :
Nilai 3 - 6 = Rendah
Nilai 7 - 9 = Sedang
Nilai 10 - 12 = Tinggi
Dilihat dari tabel diatas masalah yang menjadi prioritas pada
Puskesmas Wani adalah Hipertensi, Diabetes Mellitus, dan ISPA.

KRITERIA A : Besar masalah, dapat dilihat dari besarnya insidensi atau


prevalensi. Skor 1-10

Masalah Besar masalah Nilai


Kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hipertensi x 8
Diabetes x 4
Mellitus
ISPA x 9
Keterangan total skor:
Nilai 1-4 :Insidensi kurang (0-10%)
Nilai 5-7: Insidensi sedang (>10-20%)
Nilai 8-10: Insidensi sangat banyak (>20%)
KRITERIA B : Kegawatan masalah (SKOR 1-5)

Masalah Keganasan Tingkat Biaya yang Nilai


Kesehatan urgency dikeluarkan
Hipertensi 4 2 2 8
Diabetes Melitus 4 2 2 8
ISPA 2 2 2 6
Keterangan Nilai kegawatdaruratan
Nilai 1-4 = Tidak gawat
Nilai 5-7 = Tidak terlalu gawat (sedang)
Nilai 8-10 = Gawat
Nilai 11-12 = Gawat dan darurat
Keterangan Skala keganasan

Skor 1 = Jarang Menyebabkan Komplikasi

Skor 2 = Menyebabkan Komplikasi Ringan

Skor 3 = Menyebabkan Komplikasi Sedang

Skor 4 = Menyebabkan Komplikasi Berat

Skor 5 = Menyebabkan Kematian

Keterangan tingkat urgensi

Skor 1 = Tidak memerlukan tindakan medis

Skor 2 = Memerlukan tindakan medis sederhana atau pemberian obat

Skor 3 = Memerlukan tindakan medis segera tetapi masih dapat di tunda

Skor 4 = Memerlukan tindakan medis segera mungkin dan tidak dapat ditunda

Skor 5 = Memerlukan tindakan medis segara mungkin tapi tidak dapat ditindaki di
Puskesmas
Keterangan Skala biaya yang dikeluarkan

Skor 1 = Rp <5.000

Skor 2 = Rp. 5000-10.000

Skor 3 = Rp. 11.000-15.000

Skor 4 = Rp. 16.000-20.000

Skor 5 = Rp. >20.000

KRITERIA C :kemudahan dalam penanggulangan

Sangat sulit XY Z sangat mudah

1 2 3 4 5

Keterangan : semakin kecil skor, maka penanggulangan masalah semakin sulit


1 = Tidak dapat ditangani dipuskesmas

2 = Dapat ditangani dipuskesmas tapi tidak tuntas

3 = Dapat ditangani dipuskesmas secara tuntas atau tidak

4 = Dapat ditangani dipuskesmas dengan obat sampai tuntas

5 = Dapat ditangani dipuskesmas tanpa obat sampai tuntas

X= Hipertensi
Y = Diabetes Melitus
Z= ISPA

KRITERIA D : PEARL factor

Masalah P E A R L Hasil
Kesehatan perkalian
Hipertensi. 1 1 1 1 1 1
Diabetes 1 1 1 1 1 1
Melitus
ISPA 1 1 1 1 1 1
Ket :

P : Propriety (Kesesuaian)
E : Economics (Ekonomi murah)
A : Accetable (Dapat diterima)
R : Recoursces Availability (Tersedianya sumber)
L : Legality (Legalitas terjamin)
0 = Tidak
1 = Ya
PENETAPAN NILAI

 Hipertensi
NPD : (A+B) C = (8 + 8)3 = 16 x 3 = 48
NPT : (A+B) CxD = (8 + 8)3 x 1 = 16 x 3 = 48
 Diabetes Mellitus
NPD : (A+B) C = (4 + 8)3 = 12 x 3 = 36
NPT : (A+B) CxD = (4 + 8)3 x 1 = 12 x 3 = 36
 ISPA
NPD : (A+B) C = (9 + 6)4 = 15 x 4 = 60
NPT : (A+B) CxD = (9 + 6)4 x 1 = 15 x 4 = 60

KESIMPULAN

Masalah A B C NPD D NPT Prioritas


kesehatan (PEARL)
Hipertensi 8 8 3 32 1 48 2
Diabetes 4 8 3 24 1 36 3
Mellitus
ISPA 9 6 4 60 1 60 1
Dari rumus Hanlon kuantitatif diatas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
prioritas di Puskesmas Wani yaitu pada prioritas ke-1 Hipertensi, prioritas ke-2
Diabetes Mellitus dan prioritas ke-3 ISPA. Kesimpulan dari rumus ini yaitu
penyakit Diabetes Mellitus merupakan prioritas kedua dari masalah yang ada di
Puskesmas Wani. Hal ini berkaitan dengan tingkat morbiditas dan insidensi yang
timbul di ruang lingkup kerja Puskesmas Wani.

2.2 Kasus
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. A
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Honorer
Pendidikan terakhir : SMA sederajat
Alamat : Desa Wombompanau
Status : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 11 September 2023

B. Deskripsi Kasus
Keluhan Utama :
Mudah lelah dan badan lemas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Ny A usia 50 tahun datang ke Puskesmas Wani dengan keluhan mudah
lelah dan badan lemas sejak 1 tahun yang lalu, keluhan ini hilang timbul dan
biasaya muncul ketika putus obat dari dokter. Sebelumnya pasien pernah
mengeluhkan sering kecing, cepat lapar, sering haus dan penurunan berat
badan pada 1 tahun yang lalu. Namun saat ini, keluhan tersebut sudah mulai
berkurang. keluhan lain berupa mata kabur dan kaki sering terasa kram.
Keluhan lain berupa demam, sakit kepala, dan batuk disangkal pasien, serta
mual, muntah dan gangguan pada BAB disangkal pasien
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien didiagnosis dengan diabetes mellitus sejak 1 tahun yang lalu.
sejak didiagnosis diabetes melitus pasien rutin kontrol kesehatannya ke
puskesmas maupun ke posbindu PTM. namun, 6 bulan belakangan ini, pasien
sudah mulai tidak teratur mengkomsi obat antihiperglikemia oral yang
diberikan dari dokter. Pasien sering meminum air rebusan daun gersen yang
dipercaya dapat menurunkan kadar gula darah. obat alternatif ini diminum
saat pasien kehabisan dan putus obat dari dokter.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Secara umum, dalam keluarga tidak terdapat riwayat penyakit yang
sama dengan pasien, namun terdapat beberapa penyakit lain pada keluarga
yang ditunjukan pada bagan di bawah ini :

Gambar 2.1 Bagan Hirarki keluarga dan Riwayat penyakitnya

Riwayat Sosial, ekonomi dan Lingkungan:


1. Sebelum didiagnosis diabetes melitus, Pasien biasanya makan 2-3 kali
sehari, makanan yang dikonsumsi berupa nasi putih dengan ikan, sayur
dan tahu tempe. Pasien mengatakan sering mengkonsumsi nasi putih
dalam porsi yang banyak. Selain itu, pasien sangat suka makan kue atau
jajanan di pasar dan minum teh manis di pagi hari. Kebiasaan tersebut
dilakukan hampir setiap hari. Namun, semenjak didiagnosis sebagai
pengidap diabetes melitus, pasien sudah mulai mengubah pola dietnya dan
membatasi konsumsi gula dalam sehari.
2. Pasien tidak pernah mengonsumsi alkohol maupun merokok.
3. Pasien tinggal bersama suami dan tiga orang anaknya di rumah pribadi.
- Suami 52 tahun, bekerja sebagai petani
- Anak pertama Laki-laki berusia 21 tahun sebagai mahasiswa
- Anak kedua laki-laki berusia 18 tahun sebagai siswa SMA
- Anak ketiga perempuan berusia 15 tahun sebagai siswa SMP
4. Rumah pasien berukuran 8 x 8 meter persegi. Rumah terdiri dari ruang
tamu, 2 kamar tidur, dapur dan 1 kamar mandi yang berada dalam rumah.
Lantai rumah disemen halus, dinding rumah dari batako. Ruang tamu,
kamar dan dapur memiliki jendela dan pencahayaan yang cukup. Setiap
kamar berukuran 3 x 3 meter persegi. Kamar pertama merupakan tempat
tidur untuk anak pertama dan kedua, sedangkan kamar kedua merupakan
tempat tidur untuk anak ketiga. Pasien dan suaminya tidur di ruang tengah.
5. Kamar mandi pasien berada di dalam rumah dengan dinding batako.
adapun aliran air limbah pembuangan dari kamar mandi langsung mengalir
ke pipa pembuangan limbah
6. Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari adalah dari air sumur bor, untuk
minum pasien menggunakan air galon. Pasien dan keluarganya mandi dan
berganti pakaian 1 kali sehari.
7. Sumber listrik dari PLN, sampah dibuang pada tempat sampah di halaman
samping rumah dan dibuang ke tempat pembuangan sampah umum di
lingkungan tersebut saat tempat sampah telah terisi penuh.
8. Pasien tinggal bersama suami dan tiga orang anak di rumahnya. Pasien
memiliki hubungan dan komunikasi yang baik dengan orang-orang
disekitarnya. Pasien bekerja sebagai honorer di SDN 2 Tanantovea sejak
2005 sekaligus sebagai pedagang jajanan sekolah untuk murid-murid
disana. Rata rata pendapatan pasien sekitar 900.000 perbulan. sedangkan
suaminya pekerja sebagai petani yang merawat sawah milik orang lain.
pendapatan rata-rata suami pasien sekitar 1000.000 perbulan. Dengan
pendapat tersebut pasien membiayai ketiga sekolah anaknya dan juga
untuk kebutuhan sehari-hari. pasien mengatakan sudah merasa cukup
dengan pendapatannya.
Anamnesis Indikator PIS-PK
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
menjadi salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran
dan sekaligus meningkatkan akses pelayanan keehatan di wilayah kerjanya
dengan mendatangi keluarga. Kegiatan puskesmas bukan hanya bukan hanya
berfokus pada pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga luar
gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya. Adapun 12
indikator utama yaitu:

NO Indikator Ya Tidak Ket.

Keluarga mengikuti 
program keluarga berencana
(KB)

Ibu melakukan persalinan di 


fasilitas kesehatan

Bayi mendapat imunisasi 


dasar lengkap

Bayi mendapat air susu ibu 


(ASI) ekslusif selama 6
bulan

Balita mendapatkan 
pemantauan pertumbuhan
Penderita tuberkulosis paru Negatif (-) tidak ada
mendapatkan pengobatan anggota keluarga yang
standar menderita tuberkulosis

Penderita hipertensi Negatif (-) tidak ada


melakukan pengobatan anggota keluarga yang
secara teratur menderita hipertensi

Penderita gangguan jiwa Negatif (-) tidak ada


mendapatkan pengobatan anggota keluarga yang
dan tidak ditelantarkan menderita gangguan
jiwa

Anggota keluarga tidak ada  Suami dan anak


yang merokok pertama pasien seorang
perokok

Keluarga sudah menjadi 


anggota jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)

Keluarga mempunyai akses 


sarana air bersih

Keluarga mempunyai akses 


atau menggunakan jamban
sehat

Dari 12 indikator yang ditanyakan, pasien menjawab 8 pertanyaan


dengan jawaban Ya, 1 pertanyaan dengan jawaban Tidak dan 3
pertanyaan tidak memiliki jawaban. Berdasarkan anamnesis tersebut
maka dapat dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS)
dengan rumus berikut:
IKS = jumlah jawaban Ya/12 - jumlah pertanyaan tanpa jawaban

Ket: N(negatif): bila tidak ditemukan indikator tersebut

Pengkategorian keluarga menurut IKS adalah sebagai berikut:

Keluarga Sehat : IKS di atas 0,800

Keluarga Pra Sehat : IKS 0,500-0,800

Keluarga Tidak Sehat: IKS kurang dari 0,500

Skor IKS Pasien = 8/12-3=8/9 = 0,9 (Keluarga Pra Sehat)

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Pernapasan : 20 x / menit
Suhu : 36,50C
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 150 cm
Lingkar perut : 101 cm
BMI : 25,7 kg/m2 (overweight)
Kulit : Warna kulit coklat, sianosis (-), ikterik (-), turgor
kembali cepat

Kepala dan Leher


Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), palpebra ikterik (-/-),
gerakan bola mata normal, reflex cahaya (+/+)
Hidung : Sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (-/-)
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
Kelenjar limfe : Pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : Pembesaran (-)

Thorax
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan seimbang kanan
dan kiri, retraksi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), ictus cordis tidak teraba.
Perkusi : Sonor (+/+) kedua lapang paru, batas jantung
dalam batas normal.
Auskultasi : Vesikular (+/+),Rhonki (-/-),Wheezing (-/-). Bunyi
jantung I/II murni regular, murmur (-).
Abdomen
Inspeksi :Tampak datar, mengikuti gerak napas
Auskultasi : Peristaltic (+) kesan normal
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)

Anggota gerak
Ekstremitas Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)

D. Pemeriksaan Penunjang
GDS : 234 mg/dl
E. Diagnosis Klinis
Diabetes mellitus tipe 2
F. Diagnosis Sosial
Diabetes Melitus ec faktor diet dan perilaku
G. Tatalaksana
Promotif : Memberikan pemahaman mengenai diabetes melitus dan
kompliksinya
Preventif :
1. Memberikan edukasi terkait pencengahan DM dan komplikasi
2. Memberikan edukasi terkait pentingnya pengobatan dan kontrol gula
darah secara teratur.
3. Pengaturan cara dan pola makan dengan menyesuaikan jadwal makan,
jenis makanan dan jumlahnya.
4. Memberikan edukasi mengenai aktivitas atau olahraga dan manfaatnya
dalam menjaga kadar gula darah
5. Menganjurkan untuk mengubah perilaku dengan mengurangi konsumsi
makanan dan minuman yang manis-manis khususnya makanan dan
minuman yang disertai dengan pemanis buatan.
6. Menganjurkan diet berdasarkan program “Isi Piringku”

Kuratif :
Medikamentosa
Metformin tab 500 mg, 3x1 tab
Non-Medikamentosa
1. Mulai membiasakan diri membatasi memakan makanan tinggi karbohidrat,
menghindari sumber protein hewani dan perbanyak konsumsi makanan tinggi
serat.
2. Olahraga teratur, 3-5 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit ( total
durasi minimal 150 menit/minggu). Kegiatan yang bisa dilakukan adalah
rutin jalan kaki.
3. Mengatur diet berdasarkan Program Isi Piringku Untuk Pasien DM
4. Konseling dan edukasi seperti pada tatalaksana promotif dan preventif

Rehabilitatif : Melakukan konsultasi rutin ke puskesmas atau tempat


pelayanan kesehatan lainnya, serta melakukan pemeriksaan gula darah secara
berkala setiap bulan.
H. Prognosis : Dubia at Bonam
I. Identifikasi Masalah
1. Faktor resiko apa saja yang menyebabkan terjadinya DM pada pasien?
2. Faktor apa saja yang memengaruhi pasien putus berobat dan kontrol, serta
memilih obat alternatif/herbal?
3. Bagaimana pelaksanaan program puskesmas terkait DM di wilayah kerja
Puskesmas Wani?

BAB III

PEMBAHASAN
Aspek Klinis
Pasien didiagnosis dengan diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan gejala yang
dikeluhkan oleh pasien dan hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan.
Berdasarkan teori, kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat
keluhan seperti :3

a. Keluhan klasik DM : poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan


yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
b. Keluhan lain : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Tabel 1. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus.3

Tabel 2. Kadar Tes Laboratorium Darah Diagnosis Diabetes dan


Prediabetes.3
Pada pasien ini, 1 tahun sebelumnya ditemukan adanya keluhan klasik DM
berupa polidipsi, poliuri, polifagi, dan penurunan BB. Keluhan ini dilengkapi
dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah sewaktu pada saat pemeriksaan,
sehingga pasien didiagnosis dengan DM Tipe 2. Saat ini, keluhan yang dialami
pasien berupa rasa kesemutan yang sering muncul pada kedua ekstremitas bawah
disertai dengan badan yang terus menerus terasa lemas walaupun tidak melakukan
aktivitas fisik. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang kadar glukosa darah
sewaktu, ditemukan kadarnya meningkat 234 mg/dl.

Selain faktor tersebut, usia pasien yang mulai memasuki usia lanjut yaitu
50 tahun turut berkontribusi dalam terjadinya DM tipe 2 pada pasien ini. Semakin
meningkatnya umur, meningkatkan pula risiko mengalami diabetes. Pada negara
berkembang usia yang berisiko adalah usia di atas 45 tahun dan pada negara maju
penduduk yang berisiko adalah usia 65 tahun ke atas.5

Kebiasaan lain yang turut berperan adalah kegemaran mengonsumsi teh


manis, sirup dan kue manis serta konsumsi nasi dalam jumlah besar dalam sehari
yang merupakan sumber karbohidrat yang tinggi. Penderita DM biasanya
cenderung memiliki kandungan gula darah yang tidak terkontrol. Kadar gula
darah akan meningkat dratis setelah mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung karbohidrat dan/atau gula. Oleh karena itu, penderita DM perlu
menjaga pengaturan pola makan dalam rangka pengendalian kadar gula darah
sehingga kadar gula darahnya tetap terkontrol. Faktor diet karbohidrat yang
terkontrol merupakan faktor resiko terbesar yang terdapat pada pasien tersebut. 7

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah metformin 3 x 500 mg


peroral. Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer.
Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus DM tipe 2.
Selain terapi farmakologi, juga diberikan edukasi terkait kondisi penyakit pasien,
kemungkinan penyulit yang akan muncul, serta edukasi untuk mencegah
bertambahnya angka morbiditas dan mortalitas pasien. Tujuan penatalaksanaan
meliputi :3

1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas


hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.

Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat


Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan
faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Paradigma hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor
yaitu faktor genetik (keturunan), perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat,
faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor pelayanan kesehatan
(jenis, cakupan dan kualitasnya), namun yang paling berperan dalam terjadinya
diabetes adalah faktor genetik, perilaku, serta pelayanan kesehatan. Diabetes
menjadi masalah di mayarakat disebabkan oleh karena faktor-faktor berikut :

1. Faktor genetik (keturunan)


2. Faktor perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat
3. Faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik)
4. Faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya).1,4
Namun yang paling berperan dalam terjadinya Diabetes Mellitus pada kasus
ini adalah faktor genetik dan perilaku.

1) Faktor Genetik
Pada faktor genetik/keturunan merupakan faktor yang telah ada dalam diri
manusia yang sudah dibawa sejak lahir, misalnya golongan penyakit
keturunan salah satunya yaitu Diabetes Mellitus. Pada kasus ini, pasien
tidak memiliki riwayat pada keluarga yang menderita penyakit diabetes
mellitus

2) Faktor Perilaku
Faktor perilaku pada kasus ini yaitu pasien memiliki pola makan yang
teratur 3 kali dalam sehari namun harus mengkonsumsi nasi putih dalam
porsi yang banyak. Pasien juga sering mengkonsumsi makanan dan
minuman yang manis seperti kue, teh dan sirup. Selain itu, pasien juga
memiliki kebiasaan ngemil. Pasien juga terkadang terbangun dimalam hari
untuk makan. Pasien juga mengaku sering tidak dapat mengontrol
makanan yang dikonsumsi dikarenakan pasien selalu ingin makan
makanan yang diinginkan.

3) Faktor Lingkungan,
Faktor lingkungan yang mendukung pada pasien ini adalah tingkat
pendidikan dan dukungan keluarga. DM tipe 2 sering timbul karena
ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang memadai tentang penyakit
ini. Dengan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya
dalam hal ini DM tipe 2, penderita akan terdorong untuk patuh dengan
pengobatan yang mereka jalani. pasien juga mengaku tidak pernah
mengetahui tentang penyakit DM sebelum pasien terdiagnosis.

4) Faktor Pelayanan Kesehatan


Kegiatan pelayanan kesehatan untuk menangani diabetes melitus, sudah
sering dilakukan di UPTD Puskesmas Wani salah satunya melalui
kegiatan yang termasuk dalam program kerja Penyakit Tidak Menular
(PTM).
Pada kasus ini, pasien selain diberikan terapi medikamentosa, juga
diberikan edukasi seperti diet khusus pasien DM dengan menentukan
jadwal makan yang teratur, jenis makanan, dan jumlahnya, kemudian
membatasi karbohidrat, beralih sumber protein nabati, rendah lemak dan
tinggi serat serta kurangi makan-makanan yang manis, mulai
membiasakan diri, meningkatkan aktivitas fisik dan olahraga teratur.
pasien mengaku putus obat karena jangkauan rumah dengan tempat
fasilitas kesehatan yang dianggap sangat jauh sehingga lebih memilih
meminum obat herbal dari tumbuhan yang ada disekitar rumah. pasien
mengaku bahwa ketika hanya ada kesempatan dan waktu suami untuk
mengantarnya ke puskesmas, maka saat itu saja pasein meminum obat dari
dokter dan melanjutkan pengobatannya

Dari hasil observasi penyebab masalah tersebut, maka saya melanjutkan


untuk menentukan kegiatan sebagai solusi terhadap pasien.

Perencanaan

No Masalah Intervensi Tujuan Indikator Sasaran


Keberhasilan
1. Adanya faktor Memberikan Agar pasien Adanya Keluarga
genetik dimana informasi kepada dan keluarga kesadaran untuk
pasien merupakan keluarga bahwa lebih waspada merubah pola
penyandang DM peran genetik dalam hidup menjadi
dan memiliki 3 riwayat keluarga mengatur pola lebih baik dan
anak yang memiliki dapat meningkatkan hidup dan seimbang
resiko mengalami risiko kejadian DM memperbaiki
hal yang sama kualitas hidup

2. Pasien tidak dapat Memberikan edukasi Untuk Mulai Individu


mengontrol terkait pengaturan mengendalikan membiasakan
makanan yang cara dan pola makan kadar gula diri membatasi
dikonsumsi dan dengan darah sehingga mengonsumsi
harus menyesuaikan kadar gula makanan tinggi
mengkonsumsi nasi jadwal makan, jenis darahnya tetap karbohidrat dan
putih dalam porsi makanan dan terkontrol perbanyak
yang banyak jumlahya konsumsi
makanan tinggi
serat.

3. Pasien sering Memberikan edukasi Untuk Pasien Individu


mengkonsumsi untuk mengurangi mengendalikan menerapkan
makanan dan makanan dan kadar gula sikap untuk
minuman yang minuman yang darah sehingga mengurangi /
manis seperti kue, manis-manis kadar gula membatasi
teh dan sirup. khususnya makanan darahnya tetap mengonsumsi
dan minuman yang terkontrol makanan &
disertai dengan minuman yang
pemanis buatan. manis.

4. Pasien kesulitan Memberikan edukasi Untuk Pasien mau Individu


untuk datang terkait pentingnya mengurangi untuk datang
kontrol ke pengobatan dan resiko kontrol ke
Puskesmas karena kontrol gula darah terjadinya puskesmas dan
transportasi dan secara teratur dan komplikasi rutin minum
jarak jangkauan ke menyarankan kepada pada pasien obat secara
faskes? anggota keluarga DM teratur.
untuk memberikan
prioritas dan waktu
untuk membantu
pasien kontrol ke
Puskesmas
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Faktor risiko utama terjadinya diabetes mellitus pada pasien ini dibedakan
menjadi faktor yang tidak dapat diubah (faktor genetik) dan faktor yang
dapat diubah (gaya hidup).
Daftar penyebab masalah yang didapatkan :
a. Pasien tidak dapat mengontrol makanan yang dikonsumsi seperti harus
mengkonsumsi nasi putih dalam porsi yang dan pasien sering
mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis seperti kue, teh dan
sirup.
b. Kurangnya kesadaran pasien untuk patuh mengkonsumsi obat
antihiperglikemik oral.
c. Sulit dan kurangnya fasilitas transportasi pasien untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan seperti Puskesmas
d. Pasien tidak pernah berolahraga dengan teratur.

4.2 Saran
1. Untuk Pasien
- Memberikan edukasi terkait pentingnya pengobatan dan kontrol
gula darah secara teratur.
- Memberikan edukasi terkait pengaturan cara dan pola makan
dengan menyesuaikan jadwal makan, jenis makanan dan jumlahya
- Mulai membiasakan diri membatasi mengonsumsi makanan tinggi
karbohidrat dan perbanyak konsumsi makanan tinggi serat.
- Mengurangi makanan dan minuman yang manis-manis khususnya
makanan dan minuman yang disertai dengan pemanis buatan.
- Olahraga ringan dan teratur 3-5 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit, kegiatan yang bisa dilakukan seperti jalan kaki.
2. Untuk Puskesmas
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit diabetes mellitus
dapat dilaksanakan dengan mengaplikasikan lima tingkat pencegahan
penyakit (five level prevention), sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan (health promotion)
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya lansia
mengenai penyakit diabetes mellitus dan faktor-faktor risikonya.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit
tertentu (general and specific protection)
a. Mengurangi makanan yang banyak mengandung karbohidrat / gula
atau mengonsumsi cemilan yang manis.
b. Olahraga ringan teratur dapat merupakan salah satu solusi untuk
mencegah terjadinya masalah diabetes mellitus.
c. Pasien dengan obesitas, mengurangi berat badan adalah salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes mellitus.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat (early diagnosis and prompt treatment)
a. Petugas kesehatan diharapkan dapat mendiagnosis secara dini dan
memberikan pengobatan segera tentang DM.
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
a. Petugas kesehatan diharapkan dapat membantu mencegah terjadinya
komplikasi yang buruk seperti kaki diabetic pada diabetes mellitus.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
a. Pada tingkat ini, pasien diberikan konseling tentang pola hidup
pasien DM terutama pola makan untuk memperbaiki kualitas hidup
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mirza M, Cahyady E, Denafianti. Gambaran Faktor Risiko Diabetes Mellitus


Tipe-II Pada Pasien Poliklinik Penyakit Dalam di Rumah Sakit Meraxa Kota
Banda Aceh Tahun 2018. Jurnal Riset dan Inovasi Pendidikan. 2020. Vol 2
(2). Viewed from <http://jurnal.abulyatama.ac.id>
2. Decroli E. Diabetes Mellitus Tipe 2. Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas : Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam. 2019.
3. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Pedoman Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. Jakarta : PB
Perkeni. 2019.
4. Fatimah RN. Diabetes Mellitus Tipe 2. J MAJORITY . 2015. Vol 4 (5).
Viewed from <http://juke.kedokteran.unila.ac.id>
5. Utomo AZ, Aulia A, Rahmah S, Amalia R. Faktor Risiko Diabetes Mellitus :
A Systematic Review. Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan
Masyarakat. 2020. Vol 1 (1). Viewed from <http://jurnal.umj.ac.id>
6. Kusnadi G, Murbawani E, Fitranti D. Faktor Risiko Diabetes Melitus pada
Petani dan Buruh. 2017. Vol 6 (2). Halaman 138-148. Viewed from
<http://eprints.undip.ac.id>
7. Santosa A, Trijayanto PA, Endiyono. Hubungan Riwayat Garis Keturunan
dengan Usia Terdiagnosis Diabetes Melitus Tipe II. The 6th University
Research Colloquium. 2017. Universitas Muhammadiyah Magelang.
8. Susanti, Bistara DN. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus. 2018. Vol 3 (1). Viewed from
<http://journal.ugm.ac.id>
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1. Dokumentasi bersama pasien

Anda mungkin juga menyukai