REFKA IKM DM Ilham Hidayat (FIX 4)
REFKA IKM DM Ilham Hidayat (FIX 4)
Disusun Oleh :
Muh. Ilham Hidayat
N 111 21 079
Pembimbing:
Dr. dr. Ketut Suarayasa, M. Kes
dr. Delayla Afriana
Palu, September
2023
Mengetahui,
Dokter Muda
IDENTIFIKASI MASALAH
4. Gastritis 1 2 1 4
5. Diabetes Melitus 1 2 2 5
6. Dermatitis Kontak
1 1 1 3
Alergi
7. Rhinitis Akut 1 1 1 3
8. Rheumatoid Arthitis 1 1 2 4
9. Vertigo 1 2 1 4
10 Myalgia
1 2 1 4
.
Ket :
Skor Besar Masalah :
Skor 1 = 18 - 50 pasien
Skor 2 = 50 - 82 pasien
Skor 3 = 82 - 114 pasien
Skor 4 = 114 -146 pasien
Skor Kegawadaruratan :
Skor 1 = Tidak gawat
Skor 2 = Tidak terlalu gawat
Skor 3 = Gawat
Skor 4 = Gawat darurat
Skor kemungkinan diatasi :
Skor 1 = Dapat ditangani di Puskesmas secara tuntas
Skor 2 = Dapat ditangani di Puskesmas secara tuntas atau tidak
Skor 3 = Dapat ditangani di Puskesmas tapi tidak tuntas
Skor 4 = Tidak dapat ditangani dengan tuntas di Puskesmas
Keterangan Nilai :
Nilai 3 - 6 = Rendah
Nilai 7 - 9 = Sedang
Nilai 10 - 12 = Tinggi
Dilihat dari tabel diatas masalah yang menjadi prioritas pada
Puskesmas Wani adalah Hipertensi, Diabetes Mellitus, dan ISPA.
Skor 4 = Memerlukan tindakan medis segera mungkin dan tidak dapat ditunda
Skor 5 = Memerlukan tindakan medis segara mungkin tapi tidak dapat ditindaki di
Puskesmas
Keterangan Skala biaya yang dikeluarkan
Skor 1 = Rp <5.000
1 2 3 4 5
X= Hipertensi
Y = Diabetes Melitus
Z= ISPA
Masalah P E A R L Hasil
Kesehatan perkalian
Hipertensi. 1 1 1 1 1 1
Diabetes 1 1 1 1 1 1
Melitus
ISPA 1 1 1 1 1 1
Ket :
P : Propriety (Kesesuaian)
E : Economics (Ekonomi murah)
A : Accetable (Dapat diterima)
R : Recoursces Availability (Tersedianya sumber)
L : Legality (Legalitas terjamin)
0 = Tidak
1 = Ya
PENETAPAN NILAI
Hipertensi
NPD : (A+B) C = (8 + 8)3 = 16 x 3 = 48
NPT : (A+B) CxD = (8 + 8)3 x 1 = 16 x 3 = 48
Diabetes Mellitus
NPD : (A+B) C = (4 + 8)3 = 12 x 3 = 36
NPT : (A+B) CxD = (4 + 8)3 x 1 = 12 x 3 = 36
ISPA
NPD : (A+B) C = (9 + 6)4 = 15 x 4 = 60
NPT : (A+B) CxD = (9 + 6)4 x 1 = 15 x 4 = 60
KESIMPULAN
2.2 Kasus
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. A
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Honorer
Pendidikan terakhir : SMA sederajat
Alamat : Desa Wombompanau
Status : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 11 September 2023
B. Deskripsi Kasus
Keluhan Utama :
Mudah lelah dan badan lemas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Ny A usia 50 tahun datang ke Puskesmas Wani dengan keluhan mudah
lelah dan badan lemas sejak 1 tahun yang lalu, keluhan ini hilang timbul dan
biasaya muncul ketika putus obat dari dokter. Sebelumnya pasien pernah
mengeluhkan sering kecing, cepat lapar, sering haus dan penurunan berat
badan pada 1 tahun yang lalu. Namun saat ini, keluhan tersebut sudah mulai
berkurang. keluhan lain berupa mata kabur dan kaki sering terasa kram.
Keluhan lain berupa demam, sakit kepala, dan batuk disangkal pasien, serta
mual, muntah dan gangguan pada BAB disangkal pasien
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien didiagnosis dengan diabetes mellitus sejak 1 tahun yang lalu.
sejak didiagnosis diabetes melitus pasien rutin kontrol kesehatannya ke
puskesmas maupun ke posbindu PTM. namun, 6 bulan belakangan ini, pasien
sudah mulai tidak teratur mengkomsi obat antihiperglikemia oral yang
diberikan dari dokter. Pasien sering meminum air rebusan daun gersen yang
dipercaya dapat menurunkan kadar gula darah. obat alternatif ini diminum
saat pasien kehabisan dan putus obat dari dokter.
Keluarga mengikuti
program keluarga berencana
(KB)
Balita mendapatkan
pemantauan pertumbuhan
Penderita tuberkulosis paru Negatif (-) tidak ada
mendapatkan pengobatan anggota keluarga yang
standar menderita tuberkulosis
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Pernapasan : 20 x / menit
Suhu : 36,50C
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 150 cm
Lingkar perut : 101 cm
BMI : 25,7 kg/m2 (overweight)
Kulit : Warna kulit coklat, sianosis (-), ikterik (-), turgor
kembali cepat
Thorax
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan seimbang kanan
dan kiri, retraksi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), ictus cordis tidak teraba.
Perkusi : Sonor (+/+) kedua lapang paru, batas jantung
dalam batas normal.
Auskultasi : Vesikular (+/+),Rhonki (-/-),Wheezing (-/-). Bunyi
jantung I/II murni regular, murmur (-).
Abdomen
Inspeksi :Tampak datar, mengikuti gerak napas
Auskultasi : Peristaltic (+) kesan normal
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Anggota gerak
Ekstremitas Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
D. Pemeriksaan Penunjang
GDS : 234 mg/dl
E. Diagnosis Klinis
Diabetes mellitus tipe 2
F. Diagnosis Sosial
Diabetes Melitus ec faktor diet dan perilaku
G. Tatalaksana
Promotif : Memberikan pemahaman mengenai diabetes melitus dan
kompliksinya
Preventif :
1. Memberikan edukasi terkait pencengahan DM dan komplikasi
2. Memberikan edukasi terkait pentingnya pengobatan dan kontrol gula
darah secara teratur.
3. Pengaturan cara dan pola makan dengan menyesuaikan jadwal makan,
jenis makanan dan jumlahnya.
4. Memberikan edukasi mengenai aktivitas atau olahraga dan manfaatnya
dalam menjaga kadar gula darah
5. Menganjurkan untuk mengubah perilaku dengan mengurangi konsumsi
makanan dan minuman yang manis-manis khususnya makanan dan
minuman yang disertai dengan pemanis buatan.
6. Menganjurkan diet berdasarkan program “Isi Piringku”
Kuratif :
Medikamentosa
Metformin tab 500 mg, 3x1 tab
Non-Medikamentosa
1. Mulai membiasakan diri membatasi memakan makanan tinggi karbohidrat,
menghindari sumber protein hewani dan perbanyak konsumsi makanan tinggi
serat.
2. Olahraga teratur, 3-5 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit ( total
durasi minimal 150 menit/minggu). Kegiatan yang bisa dilakukan adalah
rutin jalan kaki.
3. Mengatur diet berdasarkan Program Isi Piringku Untuk Pasien DM
4. Konseling dan edukasi seperti pada tatalaksana promotif dan preventif
BAB III
PEMBAHASAN
Aspek Klinis
Pasien didiagnosis dengan diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan gejala yang
dikeluhkan oleh pasien dan hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan.
Berdasarkan teori, kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat
keluhan seperti :3
Selain faktor tersebut, usia pasien yang mulai memasuki usia lanjut yaitu
50 tahun turut berkontribusi dalam terjadinya DM tipe 2 pada pasien ini. Semakin
meningkatnya umur, meningkatkan pula risiko mengalami diabetes. Pada negara
berkembang usia yang berisiko adalah usia di atas 45 tahun dan pada negara maju
penduduk yang berisiko adalah usia 65 tahun ke atas.5
1) Faktor Genetik
Pada faktor genetik/keturunan merupakan faktor yang telah ada dalam diri
manusia yang sudah dibawa sejak lahir, misalnya golongan penyakit
keturunan salah satunya yaitu Diabetes Mellitus. Pada kasus ini, pasien
tidak memiliki riwayat pada keluarga yang menderita penyakit diabetes
mellitus
2) Faktor Perilaku
Faktor perilaku pada kasus ini yaitu pasien memiliki pola makan yang
teratur 3 kali dalam sehari namun harus mengkonsumsi nasi putih dalam
porsi yang banyak. Pasien juga sering mengkonsumsi makanan dan
minuman yang manis seperti kue, teh dan sirup. Selain itu, pasien juga
memiliki kebiasaan ngemil. Pasien juga terkadang terbangun dimalam hari
untuk makan. Pasien juga mengaku sering tidak dapat mengontrol
makanan yang dikonsumsi dikarenakan pasien selalu ingin makan
makanan yang diinginkan.
3) Faktor Lingkungan,
Faktor lingkungan yang mendukung pada pasien ini adalah tingkat
pendidikan dan dukungan keluarga. DM tipe 2 sering timbul karena
ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang memadai tentang penyakit
ini. Dengan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya
dalam hal ini DM tipe 2, penderita akan terdorong untuk patuh dengan
pengobatan yang mereka jalani. pasien juga mengaku tidak pernah
mengetahui tentang penyakit DM sebelum pasien terdiagnosis.
Perencanaan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Faktor risiko utama terjadinya diabetes mellitus pada pasien ini dibedakan
menjadi faktor yang tidak dapat diubah (faktor genetik) dan faktor yang
dapat diubah (gaya hidup).
Daftar penyebab masalah yang didapatkan :
a. Pasien tidak dapat mengontrol makanan yang dikonsumsi seperti harus
mengkonsumsi nasi putih dalam porsi yang dan pasien sering
mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis seperti kue, teh dan
sirup.
b. Kurangnya kesadaran pasien untuk patuh mengkonsumsi obat
antihiperglikemik oral.
c. Sulit dan kurangnya fasilitas transportasi pasien untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan seperti Puskesmas
d. Pasien tidak pernah berolahraga dengan teratur.
4.2 Saran
1. Untuk Pasien
- Memberikan edukasi terkait pentingnya pengobatan dan kontrol
gula darah secara teratur.
- Memberikan edukasi terkait pengaturan cara dan pola makan
dengan menyesuaikan jadwal makan, jenis makanan dan jumlahya
- Mulai membiasakan diri membatasi mengonsumsi makanan tinggi
karbohidrat dan perbanyak konsumsi makanan tinggi serat.
- Mengurangi makanan dan minuman yang manis-manis khususnya
makanan dan minuman yang disertai dengan pemanis buatan.
- Olahraga ringan dan teratur 3-5 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit, kegiatan yang bisa dilakukan seperti jalan kaki.
2. Untuk Puskesmas
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit diabetes mellitus
dapat dilaksanakan dengan mengaplikasikan lima tingkat pencegahan
penyakit (five level prevention), sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan (health promotion)
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya lansia
mengenai penyakit diabetes mellitus dan faktor-faktor risikonya.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit
tertentu (general and specific protection)
a. Mengurangi makanan yang banyak mengandung karbohidrat / gula
atau mengonsumsi cemilan yang manis.
b. Olahraga ringan teratur dapat merupakan salah satu solusi untuk
mencegah terjadinya masalah diabetes mellitus.
c. Pasien dengan obesitas, mengurangi berat badan adalah salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes mellitus.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat (early diagnosis and prompt treatment)
a. Petugas kesehatan diharapkan dapat mendiagnosis secara dini dan
memberikan pengobatan segera tentang DM.
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
a. Petugas kesehatan diharapkan dapat membantu mencegah terjadinya
komplikasi yang buruk seperti kaki diabetic pada diabetes mellitus.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
a. Pada tingkat ini, pasien diberikan konseling tentang pola hidup
pasien DM terutama pola makan untuk memperbaiki kualitas hidup
pasien.
DAFTAR PUSTAKA