Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS POMALAA
Jl. Protokol No.1 Kel. Dawi-Dawi Kec. Pomalaa, Kab. Kolaka
Call Center : (0405)2401890 E-mail : puskesmaspomalaa123@gmail.com Kode Pos 93562

POLWAN PPI

A.PENDAHULUAN

Pada tanggal 21 Oktober 2015 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi baru tentang Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/Suistainable Development Goals (SDGs) yang di sepakati oleh 193 negara untuk menjadi acuan pembangunan secara universal
hingga tahun 2030.

Pembangunan Kesehatan merupakan penjabaran tujuan 3 dari SDGs, mengamanatkan bahwa untuk menjamin kehidupan yang sehat dan
mendorong kesejaheraan bagi semua di segala usia maka setiap negara harus mewujudkan cakupan kesehatan universal/ Universal Health Coverage
(UHC)

Setelah tiga tahun pelaksanaan, World Health Organization (WHO) , Organitzation for Ekonomic Co-operatioan and Development (OECD)
dan World Bank (WB) daalam laporannya tahun 2018,mengingatkan semua bangsa bahwa meskipun UHC mampu dicapai, tersedia jaminan
pembiayaan kesehatan tetapi jika pelayanan kesehatan yang diberikan tidak bermutu maka hasilnya tetap tidak akan mencapai tujuan SDGs. Bahkan,
Pelayanan kesehatan yang tidak bermutu hanya akan menghabiskan waktu, sumber daya dan uang suatu negara. Oleh karena itu pelayanan
kesehatan yang bermutu merupakan kewajiban global untuk mencapai UHC (Pedoman Teknis PPI di FKTP,2020)

Oleh karena itu Kementrian Kesehatan telah menertibkan Permenkes nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pecegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) di fasilitas Pelayanan kesehatan baik di FKTP maupun untuk rumah sakit, tanpa kecuali milik pemerintah maupun swasta.
Pada pasal 3 ayat (4) Permenkes 27 tahun 2017 tersebut, menyebutkan bahwa Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mencakupinfeksi terkait
pelayanan kesehatan (HAIs) dan infeksi yang bersumber dari masyarakat.

FKTP merupakan fasilitas kesehatan yang berada di garda terdepan yang mengutamakan upaya preventif dan promotif dengan tidak
meninggalkan aspek kuratif dan rehabilitatif. Di Puskesmas, pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan perseorangan (UKP) yang dilaksanakan
di dalam maupun di luar fasilitas pelayanan kesehatanserta kegiatan yang bersifat pelayanan kesehatan masyarakat (UKM) yang dapat dilaksanakan
di luar maupun didalam pelayanan kesehatan.

Untuk mencegah atau memutus mata rantai penularan suatu penyakit infeksi tidaklah cukup jika hanya dilakukan dari sisi petugas, tetapi harus
melibatkan pasien,sasaran atau msyarakat yang dilayani.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada
pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan.

Konsep dasar penyakit infeksi :

a. Infeksi Virus, Virus adalah merupakan salah satu penyebab penyakit infeksi yang paling sering ditemui. Virus tidak dapat diamati dengan
mikroskop biasa karena ukurannya yang sangat kecil (± 1/50 bakteri).Virus bersifat parasite obligat,hal tersebut disebabkan karena virus
hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup. Beberapa penyakit akibat
infeksi virus yang banyak di temukan di Indonesia, antara lain : Influenza, Campak,Hepatitis,Demam Berdarah Dengue (DBD),HIV/AIDS,
Flu Burung, SARS, Novel Coronavirus (Covid-19).
b. Infeksi Bakteri, Bakteri adalah kelompok mikroorganisme yang tidak memiliki membran inti sel, dan berukuran sangat kecil tetapi lebih
besar dari virus. Bakteri memiliki peran besar dalam kehidupan manusia karena dapat memberikan manfaat di bidang pangan, oebgobatan,
dan industri. Namun kelompok bakteri patogen justru sangat merugikan manusia. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri pathogen
yang banyak ditemukan di Indonesia antara lain : Demam Tipoid, Tuberkulosis (TBC), Pneumonia, Infeksi Saluran Kemih, Difteri, Pertusis
(batuk rejan), Sepsis.
c. Infeksi jamur, di Indonesia jamur merupakan salah satu penyebab infeksi yang cukup banyak. Jamur mudah tumbuh di daerah beriklim
tropis, hangat, kelembaban tinggi dan tidak higienis. Beberapa contoh penyakit akibat jamur yang sering terjadi antara lain : Infeksi jamur
kaki ( athlete’s Foot), Infeksi jamur kulit (panu), Infeksi jamur pada kuku, Infeksi jamur pada vagina. Sebagian jenis dari jamur juga dapat
menyebabkan meningitis dan pneumonia.
d. Infeksi Parasit, Parasit adalah organisme yang hidup pada atau di dalam makhlluk hidup lain (inang) dengan menyerap nutrisi, tanpa
memberi manfaat lain padanya. Parasit yang paling banyak ditemui, antara lain : Cacing, Amuba, Malaria,Giardia, Amoeba, Toxoplasma.

Rantai penularan penyakit infeksi :

a. Agen infeksi, adalah mikroorganisme penyebab infeksi berupa virus, bakteri, jamur, dan parasit. Ada tiga factor yang mempengaruhi
terjadinya infeksi yaitu patogenitas, virulensi dan jumlah.
b. Reservoir atau tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan kepada penjamu atau manusia.
c. Pintu Keluar ( Portal of Exit) adalah tempat agen infeksi meninggalkan reservoir misalnya saluran nafas, saluran cerna, saluran kemih,
luka pada kulit atau transplasenta
d. Cara Penularan adalah metode transmisi dalah metode transport mikroorganismedari tempat/ reservoir ke penjamu yang rentan melalui
kontak (lansung dan tidak langsung),droplet,airborne, melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah)dan melalui vector (biasanya
serangga dan binatang pengerat).
e. Pintu Masuk (Portal of entry) adalah tempat agen infeksi memasuki host, misalnya saluran nafas, saluran cerna, kemih, mata, kelamin
atau kulit yang tidak utuh.
f. Penjamu Rentan adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi.
B.LATAR BELAKANG

Dampak Infeksi pada pelayanan kesehatan

Infeksi yang didapat di fasilitas pelayanan kesehatan dapat berkembang dan menciptakan serangkaian masalah baru bagi pasien sehingga
menjadi risiko dan ancaman pada kelangsunganhidup mereka. Menurut Center for Disease Control (CDC), sekitar satu dari 25 pasien memiliki
infeksi yang didapat di pelayanan kesehatan.Ada berbagai jenis infeksi yang berhubungan dengan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti infeksi aliran
darah akibat pemasangan intra vena kateter, infeksi saluran kemih terkait pemasangan urin kateter, infeksi di lokasi pembedahan dan infeksi
pneumonia terkait pemasangan ventilator.

Untuk di FKTP, pelayanan atau tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi, antara lain

1. Tindakan medis/invasive sederhana biasa dilakukan kepada pasien sebagai salah satu bentuk pelayanan yang tentunya akan beresiko
terjadinya infeksi jika standar prosedur pelayanan kesehatan diabaikan

2. Dalam beberapa kasus infeksi dapat ditularkan dari pasien ke pasien atau dari petugas kepasien atau sebaliknya pada saat pelayanan umum
berjalan, seperti pada antrian yang panjang karena menunggu pelayanan atau pada saat tindakan pelayanan persalinan serta tindakan medis
sederhana lainnya.

Beberapa dampak terjadinya infeksi pada pelayanan kesehatan yang dilaksanakan tidak sesuai standar, antara lain :

a. Meningkatkan morbiditas : lama hari rawat meningkat pada orang yang mengalami HAIs. Masa tinggal yang lebih lama menyebabkan
potensi tertular dan menularkan lebih tinggi, serta mengurangi hak pengguna lain.
b. Meningkatkan mortalitas : dalam beberapa kasus, infeksi yang didapat di fasilitas kesehatan bisa berakibat fatal menyebabkan komplikasi
dan kematian.
c. Menurunnya produktifitas pasien atau masyarakat : HAIs memperpanjang waktu pemulihan dan menghilangkan produktifitas karena pasien
tidak bisa segera kembali bekerja yang pada gilirannya berakibat hilangnya upah.
d. Karena waktu rawat yang lama menyebabkan penggunaan sumber daya menjadi tidak efisien sehingga mengganggu pembiayaan fasilitas
kesehatan.
e. Memicu munculnya ketidakpuasan pelanggan dan citra buruk bagi fasilitas pelayanan kesehatan. Kondisi ini berpotensi meningkatnya
tuntutan hokum semakinb besar yang dapat menimbulkan kerugian material dan non material bagi fasilitas kesehatan.

Berikut ini berbagai informasi yang menggambarkan kondisi global maupun lokal di Indonesia mencerminkan pentingnya pelayanan yang
bermutu termasuk kaitannya dengan pencegahan dan pengendalian infeksi

Data di Dunia:

 Pelayanan tidak sesuai standar : WHO, OECD dan WB, melaporkan bahwa 8-10% kemungkinan seseorang terinfeksi setelah mengalami
perawan di fasilitas kesehatan akibat pelayanan yang tiddak sesuai standar.Pelayanan tidak sesuai standar dapat menyebabkan kerugian
ekonomi hingga mencapai Trilliunan Dollars setiap tahun serta dapat mengakibatkan kecatatan dan pelayanan ber-biaya tinggi (World Healt
Organization, OECD and International Bank of Reconstruction anda Development/World Bank,2018-page 15-17)

 Angka kejadian HAIs (Health Associated Infections) : rata-rata dari 1 dari 10 pasien terkena HAIs. Negara maju setiap 100 pasien ditemukan
7 kasus HAIs sedangkan di negara berkembang terdapat 15 kasus. (WHO 2016, Health care without avoidable infection-page 6)

 Beban ekonomi dan kemanusian : dioperkirakan 15% belanja fasilitas kesehatan habis terpakai oleh karena kesalahan penanganan atau akibat
pazsien terinfeksi saat perawatan di rumah sakit. Beban pembiayaan meningkat disebabkan oleh waktu rawat inap lebih panjang, kecatatan
dan kemungkinan bertambahnya resiko resisten anti mikroba. (WHO, OECD, WB,2016,page 15-18)

 Penyuntikan yang tidak aman ; terdapat sekitar 16 miliar injeksi yang diberikan setiap tahun di seluruh dunia, 70% diantaranya merupakan
penggunaan ulang alat suntik di negara berkembang yangsangat beresiko terhadap HAIs (WHO 2016, Health care without avoidable
infection-page 6)
 Hand Hygiene : secara global, rata-rata 61% petugas kesehatan tidak mematuhi praktek kebersihan tangan yang direkomendasikan, (WHO
2016, Health care without avoidable infection-page 6)

 Persalinan dan tenaga kesehatan terlatih : WHO memperkirakan bahwa terdapat sekitar 303.000 ibu dan 2,7 juta bayimeninggal setiap tahun
karena terkait mutu layanan persalinan dan lebih banyak lagi akibat yang seharusnya dapat dicegah, bahkan terdapat 2,6 juta bayi terlahir
dalam keadaan meninggal tiap tahunnya. (World Healt Organization, OECD and International Bank of Reconstruction anda
Development/World Bank,2018-page 15-17)

 Dampak luka operasi pada kesehatan wanita : Di Afrika, 20% wanita mendapatkan infeksi luka pasca operasi Caesar,yang selanjutnya
berdampak pada kesehatan dan kemampuanmereka untuk merawat bayinya. (WHO 2016, Health care without avoidable infection-page 6)

 Resistensi anti-mikroba : pasien yang terinfeksi Staphylococcus Aureus menjadi Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA)
meninggal 50% lebih tinggi dibandinkan dengan mereka yang tidak resisten. (WHO 2016, Health care without avoidable infection-page 6)

Data di Indonesia memperlihatkan :

 Kejadian HAIs mencapai 15,74% jauh lebih tinggi diatas negara maju yang berkisar 4,8-15,5%. Infeksi saluran Kemih ( ISK ) adalah salah
satu kejadian infeksi yang paling sering terjadi yakni sekitar 40% dari seluruh kejadian infeksi yang terjadi di rumah sakit setiap tahunnya.
(Arisandy,2013)

 Penggunaan antibiotic : kasus HAIs diperburuk oleh peresepan antibiotic di Indonesia yang cukup tinggi dan kurang bijak terutama pada
pasien ISPA dan Diare. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa telah muncul mikroba yang resisten untuk Methicillin Resistant
Staphylococcus Aureus (MRSA), resisten multi obat pada penyakit tuberculosis(MDR-TB). Dampak dari resistensi obat adalah
meningkatnya morbiditas, mortalitas dan biaya kesehatan termasuk saat dirawat di fasilitas kesehatan yang pada akhirnya akan menjadi
ancaman nasional bagi kesehatan (MRSA di Indonesia, Unairs News, Nov 2020)

 Germas : Riskesdas 2018 menunjukkan indicator Germas (aktifitas fisik,makan buah, sayur, tidak merokok) tidak menunjukkan perbaikan
sejak 5 tahun lalu. Proporsi perilaku cuci tangan dengan dengan sabun di masyarakat secara nasional 49,5%. (Kemkes, Riskesdas, 2018)
Data yang di dapat selama monitoring penilaian indikator PPI BLUD UPTD Puskesmas Pomalaa mulai dari April – Desember 2022,sebagai
berikut :

MONITORING PENILAIAN INDIKATOR PPI PUSKESMAS POMALAA BULAN APRIL-DESEMBER 2022

APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER


JUMLAH TINDAKAN

JUMLAH TINDAKAN

JUMLAH TINDAKAN

JUMLAH TINDAKAN

JUMLAH TINDAKAN

JUMLAH TINDAKAN

JUMLAH TINDAKAN

JUMLAH TINDAKAN

JUMLAH TINDAKAN
KEJADIAN INFEKSI

KEJADIAN INFEKSI

KEJADIAN INFEKSI

KEJADIAN INFEKSI

KEJADIAN INFEKSI

KEJADIAN INFEKSI

KEJADIAN INFEKSI

KEJADIAN INFEKSI

KEJADIAN INFEKSI
TOTAL TOTAL
N INDIKATOR
JUMLAH JUMLAH

%
O PPI
TINDAKAN INFEKSI

PEMASANGAN
1
INFUS 39 12 34 5 38 54 54 14 54 14 47 12 35 10 41 15 52 17 394 106 27%
BEDAH
2
MINOR 0 0 0 0 20 8 8 4 2 1 1 0 6 2 0 0 0 0 37 19 51%
3 KATETER 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 1 0 0 14 4 0 0 20 5 25%
4 HECTING 12 4 17 2 23 22 22 5 14 6 29 6 19 7 14 4 17 5 167 44 26%
5 SUNTIK KB 11 3 10 2 9 9 9 1 15 6 17 4 15 5 11 5 14 4 111 31 28%
6 IUD 1 0 0 0 1 2 2 1 0 0 1 0 0 0 2 1 1 0 8 2 25%
7 IMPLANT 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 4 1 25%
8 POLI GIGI 36 4 32 2 23 3 35 3 32 5 43 38 38 12 42 10 33 8 314 51 16%
35
9
IMUNISASI 287 31 1 38 295 16 289 16 285 32 312 271 271 15 301 20 291 20 2682 224 8%
10 SUNTIK TT 0 0 6 2 1 2 5 2 33 1 6 0 0 0 9 3 3 1 63 11 17%

Dari data yang dikumpulkan sejak April sampe Desember 2022, ditemukan jumlah pemasangan intravena kateter sebanyak 394 tindakan, ada 106
kasus infeksi atau sekitar 27%. Untuk kasus bedah minor, ada 37 kasus tindakan dan ditemukan sebanyak 19 kasus infeksi atau sekitar 51%. Untuk
kasus pemasangan kateter ada 20 tindakan dan ditemukan sebanyak 5 kasus infeksi atau sekitar 25%.

Untuk tindakan hecting,ada 167 tindakan dan ditemukan 44 kasus infeksi atau sekitar 26%..............tolong di lanjutkan dok,sy ragu dr data yg mulai
suntikan kb smpe suntik TT…apakah mereka membuat mmg pelaporan infeksi nya,krn s tau sy..hnaya flebitis yg mereka kerja……

Tolong di koreksi jg yang lainnya dan mohon di tambai klo byk kurangnya
C.TUJUAN
Adapun tujuan dari kegiatan “POLWAN PPI’ ini adalah

1. Untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung yang menerima pelayanan kesehatan termasuk masyarakat dalam lingkungannya
dengan cara memutus mata rantai penularan penyakit infeksi melalui penerapan PPI.

D. MANFAAT

1. Untuk mewujudkan terbentuknya budaya di dalam lingkungan Puskesmas dalam hal Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
2. Menurunkan atau meminimalkan kejadian infeksi berhubungan dengan pelayanan kesehatan pada pasien, petugas dan pengunjung serta
masyarakat sekitar fasilitas kesehatan sehingga pelayanan menjadi cost effectiveness.
3. Dapat memberikan gambaran atau informasi tentang mutu pelayanan kesehatanyang diberikan oleh FKTP sesuai standar yang berlaku.

E.KONSEP PELAKSANAAN POLWAN PPI

Konsep pelaksanaan POLWAN PPI adalah tim yang dibentuk menjadi POLWAN PPI membagi tugas dalam hal patroli Pelaksanaan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di setiap ruangan dan lingkungan sekitar Puskesmas. Dimana indikator penilaiannya adalah pelaksanaan
Kewaspadaan Standar dengan Prinsip dasar pembersihan lingkungan yang terdiri dari ;

1. Semua permukaan horizontal di tempat pelayanan yang disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari atau bila terlihat kotor dan
harus dibersihkan kembali bila pasien sudah keluar dan sebelum pasien baru masuk.
2. Permukaan meja pemeriksaan pasien, ataub peralatan lainnya yang bersentuhan langsung dengan pasien segera dibersihkan dan di
desinfektan untuk pemeriksaan pasien yang berbeda.
3. Semua kain yang akan dipakai sebagai kain pembersih harus dibasahi dengan air sbelum digunakan untuk membersihkan debu, jangan
menggunakan kain kering atau dengan sapu karena dapat menimbulkan aerosolisasi debu.
4. Pengunjung yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan sepatu atau sandal yang kotor ( bercampur tanah atau lumpur) harus
membersihkan terlebih dahulu sebelum masuk ( tidak membuka sandal atau sepatu saat masuk).
5. Semua peralatan pembersih harus selalu dibersihkan dan dikeringkan setelah digunakan.
6. Tempat-tempat di sekitar pasien harus bersih dari peralatan serta perlengkapan yang tidak perlu, sehingga memudahkan pembersihan
menyeluruh setiap hari
7. Meja pemeriksaan dan peralatan di sekitar lingkungan pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA harus dibersihkan dengan
desinfektan setelah digunakan.

Dalam pelaksanaan kegiatan POLWAN PPI, dilaksanakan tahapan sebagai berikut :

1. PELANTIKAN POLWAN PPI

2. SWEEPING/PATROLI Pelaksanaan Kewaspadaan Standar dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Berikut penjelasan dari tahapan kegiatan POLWAN PPI

1. PELANTIKAN POLWAN PPI

Tahap awal dari pelaksanaan kegiatan POLWAN PPI adalah dengan Pelantikan POLWAN PPI yang dilakukan di apel pagi dan dihadiri oleh
semua petugas di Puskesmas Pomalaa.
Pelantikan ini bertujuan agar semua petugas di Puskesmas Pomalaa mengetahui, mengenal dan memahami siapa, apa, mengapa, kapan dan
dimana kegiatan POLWAN PPI. Bersamaan dengan kegiatan ini juga dilakukan komitmen bersama semua petugas Puskesmas Pomalaa dalam
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

2. SWEEPING/PATROLI PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR dengan Prinsip dasar pembersihan lingkungan

Tim Polwan PPI berbagi tugas dalam menjalankan sweeping/ patroli. POLWAN PPI akan melaksanakan tugasnya setiap hari untuk mengecek
dan memastikan apakah pelaksanaan Kewaspadaan Standar di unit-unit dan lingkungan Puskesmas berjalan dengan benar.Hasil penilaian dari
Sweeping/Patroli pelaksanaan kewaspadaan standar dengan prinsip dasar pembersihan lingkungan akan dibacakan di setiap awal minggu di apel
pagi. Dan akan di monitoring,di analisa dan ditindak lanjuti per triwulan.

F. KENDALA DALAM PELAKSANAAN POLWAN PPI

Dalam pelaksanaan POLWAN PPI didapatkan kendala utama adalah

1.Petugas yang menjadi POLWAN PPI memiliki pekerjaan utama sebagai tenaga dokter, bidan, perawat,dll.

2. Jam pelayanan di Puskesmas Pomalaa dimulai jam 08.00-14.00.

3. Jumlah pasien yang banyak di Puskesmas Pomalaa

4. Kurangnya tenaga Cleaning Service.


G.INDIKATOR KEBERHASILAN POLWAN PPI

Setelah dicanangkan pada tanggal , maka POLWAN PPI telah menghasilkan kemajuan berarti dalam upaya Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi bila angka kejadian HAIs di Puskesmas menurun. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya angka kasus infeksi pada tindakan
pemasangan infeksi aliran darah intra vena kateter, infeksi saluran kemih terkait pemasangan urin kateter, infeksi di lokasi pembedahan.

H. RENCANA TINDAK LANJUT KEGIATAN POLWAN PPI

Melihat keberhasilan dari menurunnya angka kasus infeksi di Puskesmas Pomalaa, maka rencana tindak lanjut dari kegiatan ini adalah:

1. Menunjuk petugas khusus sebagai POLWAN PPI yang tidak menjabat tugas lain selain sebagai POLWAN PPI.
2. Merencanakan penambahan tenaga Cleaning Service

J.PENUTUP

Demikanlah pemaparan kami tentang kegiatan POLWAN PPI, mudah-mudahan kegiatan ini dapat terus berlangsung dan dapat terus
menurunkan angka HAIs di PUSKESMAS POMALAA.Semoga bisa menjadi Role Model bagi Fasilitas Kesehatan lainnya terkhusus yang ada di
Kabupaten Kolaka dan Indonesia secara umum. Dengan program yang berkesinambungan dan terus-menerus, maka Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan / Suistainable Development Goals dapat dicapai.

Anda mungkin juga menyukai