Anda di halaman 1dari 128

STRATEGI GURU PAI MENGELOLA KELAS DALAM

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DI SMP

SWASTA ISLAM ANNUR PRIMA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:
NUR ANNISA ISTIQOMAH
0301172412

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
STRATEGI GURU PAI MENGELOLA KELAS DALAM
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
DI SMP SWASTA ISLAM ANNUR PRIMA
MEDAN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
NUR ANNISA ISTIQOMAH
0301172412

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Dr. Mahariah, M.Ag


NIDN.2011047503

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
202

Medan, 14 Maret 2022

Nomor : Istimewa Kepada Yth.


Lamp :- Bapak Dekan FITK
Prihal : Skripsi UINSU
An. Nur Annisa Istiqomah di-
Medan

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan Hormat
Setelah membaca, meneliti, dan memberi saran-saran perbaikan
seperlunya pada skripsi saudari:
Nama : Nur Annisa Istiqomah
NIM : 0301172412
Jurusan/program : Pendidikan Agama Islam/ S-1
Judul Skripsi :Strategi Guru PAI Mengelola Kelas dalam
Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa di SMP
Swasta Islam Annur Prima Medan

Maka kami berpendapat bahwa skripsi ini sudah dapat diterima untuk di
Munaqosahkan pada sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN-SU Medan
Demikian kami sampaikan, atas perhatian saudari kami ucapkan
terimakasih
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Dr. Mahariah, M.Ag


NIDN.2011047503
SURAT KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nur Annisa Istiqomah


NIM : 0301172412
Jurusan/Program : Pendidikan Agama Islam / S1
Judul Skripsi : Strategi Guru PAI Mengelola Kelas dalam
Meningkatkan Keaktifan Siswa di SMP Swasta Islam
Annur Prima Medan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya serahkan ini


merupakan hasil karya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dari ringkasan-ringkasan
yang semuanya telah saya jelaskan sumbernya. Apabila dikemudian hari saya
terbukti skripsi hasil jiplakan, maka gelar dan ijazah yang diberikan Universitas
batal saya terima.

Medan,

Yang membuat pernyataan

Nur Annisa Istiqomah

NIM: 0301172412
ABSTRAK
Nama : Nur Annisa Istiqomah
NIM : 0301172412
Judul : Strategi Guru PAI Mengelola Kelas
Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa di SMP
Swasta Islam Annur Prima Medan
Pembimbing I : Drs. Hendri Fauza, M.Pd
Pembimbing II : Dr. Mahariah. M.Ag
T.T.L : P. Johar, 25 November 1999
Nomor HP : 081260534858
Email : nur.a.istiqomah@gmail.com
Kata Kunci : Strategi Mengelola Kelas, Keaktifan Belajar
Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) Untuk mengetahui keaktifan belajar
siswa di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan, (2) Untuk mengetahui Strategi
guru PAI mengelola kelas di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan, (3) Untuk
mengetahui faktor-faktor yang menjadi faktor penghambat strategi guru dalam
Mengelola kelas di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan
Penelitian ini di lakukan di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan. Jenis
penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan Fenomenologi. Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode : Observasi, Wawancara, dan
Dokumentasi. Data yang terkumpul diolah melalui reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi guru PAI mengelola
kelas dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa di SMP Swasta Islam Annur
Prima Medan adalah sebagai berikut: (1) siswa aktif dalam mencatat, mendengar,
bertanya, berdiskusi, dengan teman sekelompoknya dan menyampaikan hasil
diskusi didepan kelas kemudian menjawab pertanyaan dari kelompok lain. (2)
Strategi guru PAI dalam mengelola kelas di SMP Swasta Islam Annur Prima
Medan, yakni penataan formasi tempat duduk, menjadikan kelas rapi dan bersih,
penempatan posisi duduk yang sesuai dengan kondisi fisik dan psikis siswa,
memeriksa kedisiplinan dan kerapian siswa. (3) faktor-faktor yang menjadi faktor
penghambat yakni sarana dan prasarana, siswa yang tidak mengikuti aturan ketika
pembelajaran berlangsung, faktor teman yang tidak sesuai dan selalu menganggu
ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, ruang kelas yang sempit dan
banyaknya siswa didalam kelas.

Pembimbing Skripsi I

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan dan keselamatan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Tak lupa shalawat
penulis panjatkan dan shalawat kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman ilmu pengetahuan.
Untuk melengkapi tugas akhir perkuliahan dan melengkapi persyaratan
untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sumatera Utara Medan, maka disusun skripsi yang berjudul: “STRATEGI
GURU PAI MENGELOLA KELAS DALAM MENINGKATKAN
KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DI SMP SWASTA ISLAM ANNUR
PRIMA MEDAN”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya atas bimbingan, dorongan motivasi, dan bantuan berupa
moril maupun materil kepada yang terhormat :
1. Teristimewa kepada ayahanda Munawir dan ibunda Suwarti yang selama
ini telah memberikan kasih sayang, nasihat, bimbingan, dukungan, serta
doa serta bantuan moril maupun meteril sehingga perkuliahan dan
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik
2. Ibu Prof. Dr. Nurhayati , M.Ag, Rektor UIN Sumatera Utara Medan yang
secara tidak langsung telah memberikan kemudahan dan kelancaran bagi
penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Bapak Dr. Mardianto, M.Pd selaku dekan Fakultas ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan dan pembantu
dekan beserta bapak/ibu dosen yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas belajar kepada penulis
4. Ibu Dr. Mahariah, M.Ag ketua jurusan PAI UIN Sumatera Utara yang
telah memberikan izin dan bantuannya dalam penulisan skripsi ini

ii
5. Bapak Drs. Hendri Fauza, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan ibu Dr.
Mahariah, M.Ag selalu dosen pembimbing II yang dengan sabar
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi serta masukan dalam
penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Bani Hakimin, S.Pd kepala sekolah SMP Swasta Islam Annur
Prima Medan yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian
7. Ibu Rahmi, S.Pd guru mata pelajaran PAI SMP Swasta Islam Annur Prima
Medan yang telah membantu memberikan informasi kepada penulis
selama penelitian berlangsung
8. Sahabat-sahabat PAI-2 Stambuk 2017. Terimakasih telah memberikan
dukungan dan motivasi serta sumbangan pemikiran selama perkuliahan
dan dalam penyusunan skripsi ini
9. Sahabat-sahabat penulis, Khairul Umam,Nurul Hidayani, S.Sos. Dinda
Zulaikha, S.Pd. dan Sherly Marniati. S.Pd Terimakasih untuk motivasi dan
dukungannya selama pengerjaan skripsi.

Semoga Allah SWT menerima segala amal baik yang telah diberikan
kepada penulis selama perkuliahan, dan mendapatkan limpahan rahmat-Nya serta
selalu dalam lindungan dan hidayah Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua pihak didorong
untuk memberikan saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki keadaan
di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang terlibat.

Medan, 14 Maret 2022

Nur Annisa Istiqomah


NIM: 0301172412

iii
DAFTAR ISI

Abstrak .........................................................................................................i

Kata Pengantar...............................................................................................ii

Daftar Isi..........................................................................................................iv

Daftar Gambar................................................................................................vii

Daftar Tabel ...................................................................................................viii

Daftar Lampiran.............................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1

B. Fokus Penelitian....................................................................................5

C. Rumusan Masalah.................................................................................5

D. Tujuan penelitian..................................................................................5

E. Manfaat penelitian ...............................................................................5

BAB II KAJIAN TEORI

A. Strategi Guru Mengelola Kelas.............................................................7

1. Pengertian Guru...............................................................................7

2. Pengertian Strategi Mengelola Kelas...............................................9

3. Tujuan Mengelola Kelas..................................................................15

4. Langkah-langkah Mengelola Kelas..................................................17

5. Pendekatan Saintific pada K13........................................................21

6. Pendekatan dalam Mengelola Kelas................................................25

iv
7. Pentingnya pengeloaan kelas untuk menciptakan efektifitas

pembelajaran ...................................................................................30

8. Hambatan dalam Mengelola Kelas..................................................32

B. Keaktifan Belajar..................................................................................36

1. Pengertian Keaktifan Belajar...........................................................36

2. Bentuk-bentuk Keaktifan Belajar ....................................................39

3. Faktor yang mempengaruhi Keaktifan Belajar...............................42

4. Pembelajaran PAKEM.....................................................................44

5. Contextual Teaching Learning (CTL) ..........................................47

C. Penelitian yang relevan.........................................................................50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian...........................................................53

B. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................54

C. Informan Penelitian ..............................................................................54

D. Instrumen Pengumpulan Data..............................................................54

E. Teknik Analisis Data............................................................................56

F. Teknik Keabsahan Data.......................................................................58

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Temuan Umum.....................................................................................61

B. Temuan Khusus Penelitian...................................................................68

C. Pembahasan Hasil Penelitian................................................................83

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan...........................................................................................87

v
B. Saran ....................................................................................................88

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................89

LAMPIRAN ...................................................................................................94

DOKUMENTASI............................................................................................99

SURAT IZIN RISET......................................................................................107

SURAT BALASAN RISET............................................................................109

BIMBINGAN PROPOSAL PEMBIMBING I.............................................110

BIMBINGAN PROPOSAL PEMBIMBING II...........................................111

BIMBINGAN SKRIPSI PEMBIMBING I...................................................112

BIMBINGAN SKRIPSI PEMBIMBING II.................................................113

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................114

vi
Daftar Gambar

Gambar 41. Struktur Organisasi YPI Annur Prima

vii
Daftar Tabel

Tabel 4.1 Struktur Organisasi SMP Annur Prima

Tabel 4.2 Tenaga Kependidikan YPI Annur Prima


Tabel 4.3 Guru YPI Annur Prima
Tabel 4.4 Keadaan Saran dan Prasarana SMP Annur Prima
Tabel 4.5 Saran dan Prasarana Kantor SMP Annur Prima

viii
Daftar Lampiran

Lampiran 1 : Pedoman Observasi


Lampiran 2 : Daftar wawancara
Lampiran 3 : Dokumentasi penelitian
Lampiran 4 : Surat izin riset
Lampiran 5 : Surat balasan riset
Lampiran 6 : Bukti bimbingan proposal
Lampiran 7 : Bukti bimbingan Skripsi
Lampiran 8 : Daftar riwayat hidup

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Yusuf Hadi Miyarso menyatakan bahwa belajar adalah masalah yang


kompleks artinya belajar adalah proses yang rumit. Setiap orang dapat
memperoleh manfaat dari mempelajari keterampilan baru. Hal ini karena respon
dan efisiensi mekanisme penerimaannya. Seorang pembelajar tipikal akan
memproses pemahaman dengan memproses input eksternal yang ditangkap oleh
indranya termasuk penglihatan, pendengaran, penciuman dan sentuhan. Semakin
mudah untuk memahami dan mengingat suatu objek, orang, peristiwa atau
hubungan, semakin baik seseorang bereaksi terhadapnya.1
Tujuan pembelajaran menggambarkan perilaku yang harus ditunjukkan
siswa setelah mereka menyelesaikan proses pembelajaran. Sebagai hasil dari
kegiatan belajar siswa dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
Keaktifan belajar siswa sangat penting untuk meningkatkan kualitas
pendidikan mereka. Siswa diharapkan untuk sepenuhnya menampilkan
kemampuannya, sehingga setiap siswa harus diberi kesempatan untuk
melakukannya dengan cara yang paling sesuai dengan preferensi dan kekuatan
mereka.2
Menurut Sudjana, ada beberapa indikator kegiatan belajar:
1. Siswa berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas belajarnya.
2. Siswa berpartisipasi dalam kegiatan pemecahan masalah.
3. Jika mereka tidak memahami tantangan yang mereka hadapi, siswa
mendekati siswa atau guru lain untuk meminta bantuan.
4. Siswa secara aktif mencari pengetahuan terkait pemecahan masalah.
5. Siswa berpartisipasi dalam diskusi kelompok sesuai arahan guru.
6. Siswa dapat mengevaluasi kemampuannya sendiri serta hasilnya.
1
Yusuf Hadi Miyarso, Definisi Teknologi Pendidikan: Satuan Tugas Definisi dan
Terminologi AECT, (Jakarta: Rajawali, 1986), h.107
2
Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),
h. 26-27

1
2

7. Siswa berlatih menjawab pertanyaan sendiri.


8. Siswa mengerjakan apa yang mereka pelajari saat melakukan tugas
atau memecahkan masalah.3

Jika indikator kegiatan pembelajaran terpenuhi, maka proses pembelajaran


akan berhasil. Belajar adalah proses kolaboratif di mana guru dan siswa bekerja
sama untuk menghasilkan kesempatan bagi siswa untuk belajar. Individu pendidik
dan peserta didik yang sedang melaksanakan proses pembelajaran menentukan
berhasil tidaknya proses pembelajaran. Sekolah adalah satu-satunya lembaga
pendidikan yang membantu siswa mencapai potensi penuh mereka dengan
membantu mereka dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai keberhasilan
belajar mengajar, sarana, fasilitas, media, sumber daya dan tenaga kependidikan
semuanya berfungsi sebagai fasilitator, pendampingan, penyemangat dan
pendampingan siswa melalui proses pembelajaran.
Guru merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas pendidikan.
Guru adalah pendidik yang memberikan berbagai keterampilan kepada siswa di
dalam kelas. Guru adalah profesional dengan pengalaman bertahun-tahun di
bidangnya. Dengan ilmunya, ia bisa mengubah siswa menjadi orang pintar.4
Guru adalah profesional yang bertugas mendidik dan mengajar peserta
dalam konteks formal dan non-formal, dan melalui pekerjaan ini, siswa dapat
menjadi individu yang terdidik dan beretika.5
Guru memiliki enam tugas dan tanggung jawab, menurut Udin Syaefudin
Saud: (1) Guru berperan sebagai pendidik, dan (2) guru berperan sebagai
pembimbing. (3) Guru adalah pengawas kelas, (4) pengembang kurikulum, (5)
pengembangan profesional menjadi tanggung jawab guru, dan (6) Membina
hubungan dengan masyarakat.6

3
Sudjana, Keaktifan Belajar Siswa, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), h. 61
4
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h.126
5
Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2016), h.40
6
Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung, Alfabeta, 2008), h.32
3

Karena guru harus mampu memenuhi tujuan pendidikan, seperti


mengubah, menumbuhkan dan mendewasakan siswa, maka upaya tersebut
memerlukan tingkat kompetensi dan keterampilan tertentu.7
Menurut Mulyasa, keterampilan manajemen kelas adalah kemampuan
instruktur untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mengatasi
gangguan di dalam kelas.8
Turney mengusulkan delapan kemampuan inti untuk mengajar guru,
termasuk
1. Keterampilan bertanya
2. Keterampilan penguatan
3. Keterampilan variasi
4. Kemampuan menjelaskan
5. Membuka dan menutup pelajaran.
6. Kemampuan memimpin kelompok kecil
7. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan individu
8. Keterampilan manajemen kelas.9

Kemampuan manajemen kelas adalah salah satu dari delapan indikator


keterampilan dasar seorang guru dan mereka memainkan peran penting dalam
kapasitas guru untuk memberikan informasi kepada siswa.
Manajemen kelas adalah salah satu kemampuan paling penting yang harus
dimiliki seorang guru. Upaya instruktur untuk mengembangkan dan membangun
lingkungan kelas yang optimal selama pembelajaran ditekankan pada pengelolaan
kelas. Sekalipun kendala berkembang selama pelaksanaan, guru harus dapat
mengoptimalkan pemanfaatan lingkungan belajar di kelas untuk meningkatkan
kegiatan belajar mengajar.
Guru dapat mengatur kelas berdasarkan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan strategi seperti menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di
mana siswa merasa nyaman dan termotivasi selama di kelas, serta
mengembangkan variasi pengajaran yang inovatif dan kreatif, salah satunya
adalah penggunaan media.
Jika guru dapat mengelola kelas secara efektif dan bertanggung jawab
ketika menggunakan strategi ini, siswa akan termotivasi dan berpartisipasi aktif

7
Fitri Ovianti, Pengelolaan Pengajaran, (Palembang: Rafah Press, 2009), h.01
8
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menjadikan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005). H. 91
9
Etin Solihatin, Strategi Pembelajaran PPKN, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 56
4

dalam proses pembelajaran. Partisipasi guru dalam pengelolaan kelas sangat


penting karena guru adalah orang yang mendidik dan bertanggung jawab untuk
menciptakan lingkungan belajar yang positif di kelas. Peran guru dalam
menentukan pendekatan, menurut Abdul Majid, sangat penting karena sikap dan
tindakan pengajar di kelas sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa.10
Pengajar dapat dikatakan berhasil mengelola kelas jika suasana kelas
kondusif, siswa nyaman dalam kegiatan belajar mengajar dan materi pembelajaran
berhasil menjangkau siswa. Jika kelas menyenangkan dan menghibur, serta
diterapkan strategi pengelolaan kelas yang tepat, siswa akan lebih terlibat dalam
berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Jika guru menerapkan
teknik manajemen kelas yang sangat baik dan menciptakan suasana belajar yang
merangsang, siswa akan termotivasi dan bersemangat untuk belajar.
Penulis ingin melihat bagaimana strategi guru PAI mengelola kelas agar
peserta aktif dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah karena pentingnya
strategi guru PAI dalam mengelola kelas agar kelas menjadi kondusif dan siswa
aktif berpartisipasi dalam belajar. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi penulis
untuk melakukan penelitian khususnya pada lokasi penelitian yang telah
ditetapkan oleh penulis yaitu Annur Prima Islamic Private Jumeirah.
Peneliti menganalisis gaya pengelolaan kelas guru PAI di SMP Islam
Swasta Annur Prima Medan berdasarkan temuan observasi awal dan wawancara.
Peneliti mengamati gaya manajemen kelas guru, yang meliputi pengaturan kelas
yang bagus dan nyaman, menjaga kebersihan kelas, dan menerapkan strategi
pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis tertarik dan
menetapkan penelitian kualitatif dengan judul “Strategi Guru PAI Mengelola
Kelas Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Di SMP Swasta Islam
Annur Prima Medan”

B. Fokus Penelitian
10
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006),
h.94
5

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu fokus penelitian yakni:


Penelitian ini di fokuskan pada Strategi Guru PAI Mengelola Kelas Untuk
Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Di SMP Swasta Islam Annur Prima
Medan

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Keaktifan Belajar Siswa di SMP Swasta Islam Annur Prima
Medan?
2. Bagaimana Strategi Guru PAI Mengelola Kelas di SMP Swasta Islam
Annur Prima Medan ?
3. Faktor-Faktor apa saja yang menjadi penghambat Strategi Guru PAI
mengelola kelas di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan?

D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Keaktifan siswa di SMP Swasta Islam Annur Prima
Medan
2. Untuk mengetahui Strategi Guru PAI Mengelola kelas di SMP Swasta
Islam Annur Prima Medan
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang menjadi penghambat strategi guru
PAI mengelola kelas di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan

E. Manfaat Penelitian
Berikut ini adalah beberapa manfaat dari penelitian:
1. Teoritis
Temuan penelitian ini diharapkan dapat mengungkap cara-cara
pengelolaan kelas untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam proses
pembelajaran, yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, khususnya di Indonesia.
6

2. Praktis
a. Untuk sekolah
Pendidik hendaknya menggunakan Strategi Pengelolaan Kelas sebagai
pedoman dan acuan pembelajaran dalam mengelola kelas. Selanjutnya,
sekolah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam
pembelajaran PAI.
b. Ditujukan untuk Guru
Berkontribusi pada bidang pendidikan dengan memberikan nasehat
kepada guru dan pendidik, khususnya guru PAI, tentang perlunya taktik
pengelolaan kelas untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan
menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif.
c. Untuk mahasiswa
Sebagai sarana peningkatan kualitas pembelajaran dan keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Strategi Guru Mengelola Kelas


1. Pengertian Guru
Istilah "guru" atau "pendidik" berasal dari bahasa Indonesia yang
berarti "orang yang mengajar". Kata guru dalam bahasa Inggris, yang berarti
"mengajar". Ada kata lain yang dapat diakses, seperti tutor privat yang
mengajar di rumah, pendidik dan siswa ahli.11
Guru adalah pendidik profesional yang peran utamanya dalam
pendidikan formal adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Jika guru menunjukkan
profesionalisme dengan kompetensi, bakat atau keterampilan yang memenuhi
standar kualitas atau norma etika tertentu, tugas utama akan berhasil
diselesaikan.12
Guru atau pendidik bertugas membantu anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar dapat mendewasakan diri menjadi
orang dewasa yang mampu memenuhi perannya sebagai abdi, makhluk sosial
dan pribadi yang mandiri. Pendidik dalam pendidikan Islam adalah orang-
orang yang sebagai hasil dari ketaqwaan agamanya bertanggung jawab atas
pendidikannya sendiri maupun pengajaran orang lain. Instruktur adalah sifat
yang melekat pada setiap orang karena tanggung jawab pendidikan.13
Guru adalah mereka yang bekerja di bidang pendidikan dan pengajaran
serta bertugas membantu anak dalam mencapai potensinya secara maksimal,
baik secara individu maupun secara tradisional, baik di dalam maupun di luar
sekolah. Guru adalah profesional yang bekerja di bidang pendidikan dan

11
Abudin Nata, Persfektif Islam dalam Pola Hubungan Guru Murid (Jakarta: PT. Raja
GrafindoPersada, 2001), h. 41.
12
Supiyadi, Strategi Belajar Dan Mengajar, (Yogyakarta: Paramal Ilmu, 2019), h.11
13
Syafaruddin dkk, Ilmu Pendidikan Islam: Melejitkan Potensi Budaya Umat (Jakarta:
Hijri Pusaka Utama, 2006), h. 54.

7
8

pengajaran dan bertugas membantu anak-anak dalam mencapai tonggak


perkembangan mereka.14
Profesi atau pekerjaan seorang guru seringkali dilakukan oleh orang-
orang yang memiliki banyak informasi. Dalam Islam, guru memegang peran
yang tinggi; dia memberikan pengetahuan kepada semua orang sehingga
mereka dapat terus berbuat baik dan merenungkan apa yang benar dan salah.
Guru mengajari kita bagaimana belajar dari orang yang tidak tahu dan
bagaimana memahami dari mereka yang tidak mengerti. Menurut firman
Allah SWT dalam Surah Al-Mujdah/60:11, kedudukan guru sangatlah mulia
dan tinggi derajatnya di mata masyarakat dan Allah SWT.
‫ِا ِق‬ ‫ِل‬ ‫ِا ِق‬ ‫ِذ‬
‫َيَا ُّيَه ا اَّل ْيَن ٰا َم ُ̃نْو َذا ْيَل َلُك ْم َتَفَّس ُحْو اىِف اٰجَم ِس َفاْفَس ُحْو ا َيْف َس ِح ااُهلل َلُك ْم ۚ َو َذا ْيَل اْنُش ُزْو‬
‫ِب‬ ‫ٍت‬ ‫ِع‬ ‫ِذ‬ ‫ِم‬ ‫ِذ‬
‫اَفا ْنُش ُزْو اَيْر َفِع اُهلل اَّل ْيَن ٰاَم ُنْو ا ْنُك ْم ۙ َو اَّل ْيَن ُاْو ُتوا اْل ْلَم َد َر ٰج ؕ َو ا اُهلل َمِبا َتْع َم ُلْو َن َخ ْيٌر‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu
“Berilah kelapangan dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujadilah:
11).15

Al-Qur'an di atas tidak secara tegas menyatakan bahwa Allah akan


meninggikan orang yang berilmu, tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki
kedudukan yang lebih tinggi daripada orang yang hanya beriman. Dia tidak
menggunakan kata "meningkatkan" untuk menyiratkan bahwa
pengetahuannya, bukan faktor di luar bidang spesialisasinya, berdampak besar
pada gelarnya.16

14
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT
Asdi Mahasatya, 2009), h. 32
15
Departemen Agama RI, Al-Quran Al-Hufaz Dan Terjemahannya, (Bandung: Al-
Quran Al-Hufaz, 2020), h. 543
16
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta:
Lentera Hatii, 2007), h. 14
9

Yang dimaksud dengan ( ‫ )ُاْو ُت وا اْلِعْلَم َد َر ٰج ٍت‬ayat ini membagi orang-orang

mukmin menjadi dua kelompok utama: orang-orang yang beriman dan


mengerjakan amal saleh serta berakal. Gelar kelompok ini meningkat bukan
hanya sebagai hasil dari pengetahuannya, tetapi juga sebagai hasil dari kasih
sayang dan pengajarannya kepada orang lain, baik secara lisan, tulisan atau
melalui teladan.17
Dapat dilihat bahwa pekerjaan guru sangat mulia dan Allah
meninggikan derajat bagi orang yang berilmu. Guru mentransfer ilmu kepada
siswa dan dengan ilmu yang diberikannya, guru dapat mencegah kemungkaran
yang akan dilakukan siswa karena guru bertanggung jawab untuk
menginternalisasi nilai-nilai agama. Ini bercita-cita untuk mengembangkan
orang-orang dengan pola pikir ilmiah dan pribadi yang ideal.18

2. Pengertian Strategi Mengelola Kelas


Strategi menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah cara atau tata cara,
sedangkan strategi secara umum merupakan garis besar jalan untuk bertindak
dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.19
Strategi adalah seni dan ilmu untuk memaksimalkan semua sumber
daya yang ada, baik yang dimiliki maupun yang dapat dimobilisasi guna
memenuhi tujuan yang telah ditetapkan. Upaya mencapai tujuan akhir tersebut
dijadikan pedoman untuk mengelola kekuatan dan menutup kekurangan yang
kemudian diterjemahkan ke dalam tindakan program, yang merupakan
pemikiran strategis.
Cara seorang guru menyampaikan pembelajaran di kelas sedemikian
rupa sehingga tujuan tercapai tepat waktu dikenal sebagai strategi. Strategi
merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan oleh guru yang
bersangkutan untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien.

17
Ibid
18
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h.85
19
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h.5
10

Penggunaan taktik yang tepat dalam proses belajar mengajar dapat


meningkatkan aktivitas belajar siswa, memungkinkan siswa lebih cepat
menyerap dan memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Al-Qur'an menyarankan siswa untuk menerapkan praktik pembelajaran
yang efektif. Hal ini tertuang dalam Surah An-Nahl ayat 125 Al-Qur'an:
‫ِإ‬ ‫ِة ِد ِب َّل ِه‬ ‫ِع ِة‬ ‫ِب ِحْل ِة‬ ‫ِإ ِب‬
‫ٱْد ُع ٰىَل َس ْيِل َر ِّبَك ٱ ْك َم َو ٱْلَمْو َظ ٱَحْلَس َن َۖو َج ُهْلْم ٱ يِت َي َأْح َسُن ۚ َّن َر َّبَك ُه َو َأْع َلُم‬

‫ِد‬ ‫ِب‬ ‫ِب ِلِه‬


‫َمِبن َض َّل َعن َس ْي ۦ َو ُه َو َأْع َلُم ٱ ْلُم ْه َت ْيَن‬

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang mengatahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS An-Nahl : 125).20

Hikmah pada hakikatnya diskusi dengan menggunakan kata-kata


yang tepat, bijak, penyayang, santun, mudah, disertai argumentasi yang
kuat dan perumpamaan yang mungkin meresap dan berdampak pada jiwa
siswa. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, pendidik harus bertutur
dengan santun, cerdas, dan lemah lembut.
Maka mau'izah adalah nasehat yang santun dan tulus, ajakan
kepada sesuatu yang positif atau penyampaian pelajaran atau argumentasi
yang diterima akal serta kemampuan siswa untuk mengungkapkannya
dengan contoh. Strategi ini, menurut Quraish Shihab, hanya bisa sampai
ke hati target jika kata-kata yang disampaikan dilengkapi dengan amalan
dan keteladanan pendidik.21
"Mengelola kelas" terdiri dari dua kata: kelola dan kelas. Dalam
bahasa Inggris dan Indonesia, istilah mengelola kelas dan menjadi
manajer memiliki arti yang sama. Menurut Saiful Sagala, manajemen
adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memaksimalkan

20
Departemen Agama RI, Al-Quran Al-Qosbah Dan Terjemahannya, (Bandung: Al-
Quran Al-Qosbah, 2020), h. 281
21
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume-7, (Jakarta:: Lentera Hati, 2002), h. 387
11

penggunaan semua sumber daya guna mencapai semua tujuan. Kelas


adalah ruangan dengan empat dinding yang mengumpulkan sekelompok
murid untuk tujuan belajar.22
Guru memiliki dampak yang cukup besar pada kualitas dan
kuantitas pembelajaran; dengan demikian, kapasitas pendidik untuk
mengelola kelas sangat penting untuk lingkungan belajar-mengajar yang
ideal serta bagi guru untuk menangani masalah kelas.
Segala upaya yang diarahkan oleh guru untuk menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan yang dapat
memotivasi siswa untuk belajar secara efektif sesuai dengan kapasitasnya
disebut sebagai pengelolaan kelas. Pengajar bertanggung jawab atas
segala upaya yang dilakukan untuk memperlancar kegiatan belajar
mengajar.23
Menurut Al-Muchtar, mengelola kelas adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik dalam rangka membangun dan memelihara
tatanan pembelajaran yang optimal serta memperbaiki tatanan
pembelajaran yang terganggu. Proses pembelajaran akan optimal jika
pendidik dapat mempertahankan pengaturan pembelajaran yang ideal.24
Menurut Fathurrohman dan Sutikno, pengelolaan kelas adalah
upaya sadar yang dilakukan guru untuk memastikan siswa belajar secara
efektif dan efisien guna memenuhi tujuan pembelajaran.25
Manajemen kelas mencakup kegiatan seperti menghilangkan
perilaku siswa yang mengganggu dari kelas, menghargai penyelesaian
tugas yang tepat waktu dengan menetapkan norma kelompok yang
produktif dan sebagainya.

22
Saiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan , (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 52
23
Faizhal Chan, Agung Rimba Kurniawan, Nurmaliza, Novia Herwati, Rendi Nur
effendi, Jihan Sri Mulyani, (2019), Strategi Guru dalam Mengelola Kelas di Sekolah Dasar,
International Journal Of Elementry Education, Vol 3 No 4, h. 440
24
Al-Muchtar, Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya, (Bandung: Gelar Pustaka
Mandiri, 2005), h.72
25
Puput Fathurohman dan M Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2007), h. 104
12

Manajemen kelas mengacu pada pengaturan orang (dalam konteks


ini, terutama siswa) serta tata letak fasilitas sebagai penyediaan konsep
dasar dan produksi kondisi untuk proses pembelajaran yang sukses.
Fasilitas di sini mencakup berbagai topik, termasuk ventilasi,
pencahayaan, dan tempat duduk, serta pengembangan program belajar-
mengajar yang efektif. Tentu saja, terutama yang lebih ke software
(perangkat lunak) baru-baru ini terjun ke dunia pendidikan.26
Pengelolaan kelas dapat dilaksanakan dalam berbagai cara, antara
lain organisasi kelas fisik, menciptakan lingkungan yang sesuai untuk
kegiatan belajar, mengendalikan perilaku siswa, dan membina komunikasi
yang baik, antara lain. Agar tidak terjadi kejenuhan lingkungan belajar
pada diri siswa yang berujung pada kegiatan belajar yang tidak efektif dan
efisien.
Berkembangnya kegiatan pembelajaran yang tidak efektif dan tidak
efisien akan mendorong berkembangnya kegiatan pembelajaran yang
berkualitas rendah, yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan
pembelajaran dan siswa tidak mendapatkan imbalan atas usahanya. Dalam
mengelola proses pembelajaran, guru harus mengembangkan taktik
pengelolaan kelas yang tepat.
Mengelola kelas adalah usaha yang sulit, sehingga guru harus
belajar banyak tentang hal itu sebelum memulai tanggung jawab
profesional mereka. Menurut Doyle, hal-hal yang membuat pengelolaan
kelas menjadi sulit adalah,
a. Berdimensi banyak (multidimensionality)
Guru diharapkan melakukan berbagai kegiatan di kelas, baik tugas
akademik maupun tugas penunjang, seperti tugas administrasi.
b. Serentak (simultanetity)
Ada banyak hal yang terjadi di kelas sekaligus, dan tidak ada yang bisa
ditunda. Guru tidak hanya harus mendengarkan dan membimbing perspektif
siswa selama percakapan, tetapi juga mengawasi siswa yang kurang terampil

26
Ahmad Rohani, Pengelola Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. -123-124
13

berpartisipasi dalam kegiatan dan merancang strategi untuk menjamin wacana


berjalan dengan lancar.
c. Segera (immediacy)
Proses pengajaran di kelas dapat digambarkan sebagai cepat, sebagai
murid disajikan dengan beberapa kursus dalam satu hari. Guru harus
membagi waktu yang diberikan sedemikian rupa sehingga efektif dalam
menghasilkan sesuatu yang dapat dikuasai siswa. Guru dan siswa berinteraksi
sedemikian cepat sehingga guru harus merespon dengan cepat melalui proses
mental, menerima masukan dari luar, membuat keputusan, dan melakukan
tindakan.
d. Iklim kelas yang tidak dapat diramalkan terlebih dahulu
Iklim di dalam kelas, menurut Doyle, tidak semata-mata merupakan
konsekuensi dari usaha guru. Banyak elemen yang mempengaruhi
perkembangan suasana kelas, beberapa di antaranya muncul secara tidak
terduga.
e. Sejarah (history)
Doyle juga menyatakan bahwa apa yang terjadi di dalam kelas akan
memiliki pengaruh jangka panjang. Pada tataran selanjutnya, peristiwa yang
terjadi pada awal tahun ajaran akan berdampak besar pada pengelolaan kelas.
Kelas awal yang dikelola dengan baik adalah kelanjutan dari kelas yang
mudah dikelola, dan sebaliknya.27
Strategi pengelolaan kelas adalah pola atau taktik yang menentukan
bagaimana guru mengembangkan dan memelihara kondisi kelas yang
kondusif agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan pembelajarannya.28
Berikut ini adalah beberapa strategi pengelolaan kelas:
a. Menyiapkan suasana belajar

27
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993), h.191-
192
28
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Perlibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Pernada Media, 2004), h. 123
14

Di kelas, lingkungan belajar mengacu pada pengaturan fisik dan sosial


yang signifikan bagi proses belajar atau konteks pengalaman belajar siswa.29
Pengelolaan lingkungan fisik meliputi penataan ruang kelas, pengaturan
tempat duduk, pengaturan ventilasi dan pencahayaan yang baik untuk
menjamin kesehatan siswa, serta pengaturan penyimpanan barang yang diatur
sedemikian rupa sehingga barang dapat segera digunakan.30
Hal-hal yang termasuk dalam pengelolaan kelas secara fisik adalah:
1) Penataan bangku dalam kelas
Desain interior ruang kelas harus sedemikian rupa sehingga anak-anak
dapat belajar dengan baik sambil tetap bersenang-senang dan tertantang.
Kursi kelas sangat mudah dipindahkan dan dapat diatur sesuai keinginan
Anda. Penataan tempat duduk merupakan salah satu upaya pengelolaan
kelas guru. karena kualitas kelas berdampak pada kualitas hasil belajar.
2) Hiasan dinding
Dinding adalah tampilan pesan yang dapat disesuaikan agar sesuai
dengan pesan yang ingin Anda komunikasikan kepada siswa. Kerajinan atau
foto belajar siswa yang membantu proses belajar di kelas juga dapat
digunakan sebagai hiasan dinding.
3) Papan tulis, kapur tulis dan lain-lain
Ukurannya diatur, warnanya harus kontras, dan lokasinya menarik dan
murah bagi pelajar.
4) Halaman sekolah
Administrasi sekolah bertanggung jawab untuk menghidupkan segala
sesuatu, serta menyampaikan pesan dan kesan kepada siswa. Guru harus
selalu memperhatikan ketertiban dan kebersihan halaman sekolah, karena
halaman sekolah yang rapi akan memberikan rasa nyaman saat belajar.
Seorang guru harus mampu mengelola lingkungan sosial di dalam kelas
selain pengelolaan fisik kelas yang telah dibenahi. Manajemen sosial di
kelas dicapai melalui berbagai pendekatan pembelajaran yang berbeda.

29
Mila Rianto, Pengelolaan Kelas Model PAKEM, (Jakarta: Dirjen PMPTK, 2007), h. 01
30
Jhon W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 7-8
15

b. Cara pengajaran guru (Pendidik)


Guru harus dapat menentukan metode yang tepat untuk menerapkan
pembelajaran untuk mempertahankan kondisi pembelajaran yang efektif.
Karena seorang guru harus bekerja dengan kelompok siswa yang beragam, ia
harus mampu memahami sejumlah metodologi pembelajaran dan dapat
menerapkannya secara fleksibel.31
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat disikapi dengan
menggunakan strategi pembelajaran sebagai berikut:
1) Teknik pembelajaran seluruh kelas yang melibatkan ceramah, diskusi,
debat dan strategi mengajar, serta memberikan arahan kepada siswa.
2) Pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif dan metodologi
pembelajaran kelompok kecil lainnya
3) Teknik pembelajaran yang melibatkan bekerja berpasangan dengan
pembimbing siswa serta pasangan dipilih secara acak (random)
4) Metode pembelajaran individual, yaitu guru harus mampu memilih dan
menerapkan teknik pembelajaran dengan memadukan berbagai strategi
dengan situasi saat ini. Guru harus mampu mengelola kelas,
menciptakan pengaturan yang optimal, dan menjaga kondisi tersebut
agar pembelajaran menjadi menyenangkan.32

3. Tujuan Mengelola Kelas


Hasil dari suatu kegiatan dapat digunakan untuk menentukan
keberhasilannya. Tujuan adalah titik akhir dari suatu kegiatan dan titik awal
untuk pelaksanaan kegiatan berikutnya. Efektivitas dalam mencapai suatu
tujuan dan besarnya efisiensi dalam pemanfaatan berbagai sumber daya yang
dimiliki merupakan indikator tercapainya suatu tujuan. Keberhasilan proses
pengelolaan kelas atau manajemen kelas ditentukan oleh tujuan yang telah
ditetapkan, sehingga guru harus menetapkan tujuan yang akan dicapai melalui
kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukannya.
31
Ibid
32
N.A. Ametembun, Sistem Manajemen Kelas-Kelas Modern, (Bandung: Suri, 2005), h.
49
16

Tujuan dari pengelolaan kelas, sering dikenal sebagai kontrol kelas,


adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.
Kedua manajemen fisik dan sosial-emosional merupakan komponen penting
dari pembelajaran siswa dan pencapaian tujuan pembelajaran.
Pencapaian tujuan pengelolaan kelas dapat diketahui atau dilihat dengan
melihatnya:
a. Anak-anak merespon dengan benar terhadap perlakuan orang dewasa
yang sopan dan penuh perhatian, yang menyiratkan bahwa perilaku siswa
mencerminkan pengamatan guru tentang seberapa tinggi, seberapa baik
dan berapa banyak pola perilaku yang berbeda yang ada di kelas.
b. Mereka akan bekerja dengan hati-hati dan sepenuhnya fokus pada proyek
yang sesuai dengan keahlian mereka. Tingkah laku guru yang berupa
performance, maupun pola tingkah laku orang dewasa berupa nilai dan
norma timbal balik, akan ditiru dan dicontoh oleh siswa, baik buruknya,
tergantung bagaimana tingkah laku itu digambarkan.33
Banyaknya keterampilan yang dimiliki siswa atau daya serap yang
dihasilkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar merupakan ukuran
seberapa baik tujuan pengelolaan kelas terpenuhi. Siswa mampu
menyelesaikan tugas tepat waktu, kegiatan tidak terhenti, dan mampu
mengelola sendiri kesulitan belajar. Akibatnya, manajemen kelas bertujuan
untuk menyediakan lingkungan belajar dan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan mereka dan mencapai hasil belajar yang
positif. Tujuan pengelolaan kelas dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori:
a. Tujuan akhir manajemen kelas adalah untuk menciptakan dan
memanfaatkan fasilitas belajar untuk kegiatan belajar mengajar yang
beragam untuk mencapai hasil yang sukses.

33
Euis Karwati, Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas, classroom Manajement,
(Bandung: Alfabeta, 2015), h.27-28
17

b. Tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam


menggunakan perangkat pembelajaran, untuk menciptakan lingkungan
kerja dan belajar serta untuk membantu siswa mencapai tujuan mereka.34
Pengelolaan kelas memiliki tujuan tertentu karena hanya membahas
karakteristik eksternal siswa, seperti fasilitas belajar, motivasi belajar dan
penciptaan situasi yang mendukung kegiatan belajar siswa.
Keberhasilan pengelolaan kelas ditentukan oleh tingkat pencapaian
tujuan pengelolaan kelas. Manajemen kelas seorang guru didefinisikan
sebagai urutan tindakan yang dilakukan untuk menciptakan kondisi di dalam
kelas yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan sesuai rencana.
Selain merencanakan atau mempersiapkan pengajaran, guru harus berdiskusi
dan berinteraksi dengan siswa secara timbal balik dan berhasil membangun
situasi kelas.
Dalam melaksanakan tanggung jawab mengajar di kelas, guru harus
merencanakan dan menentukan bagaimana pengelolaan kelas harus
dilakukan, dengan memperhatikan kondisi keterampilan belajar siswa dan
mata pelajaran yang akan diajarkan di kelas. Mengembangkan strategi untuk
mengatasi tantangan dan hambatan masa lalu sehingga proses belajar
mengajar dapat berlanjut dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan tercapai. 35

4. Langkah-langkah Mengelola Kelas


Ruang kelas adalah tempat Anda harus memulai jika Anda ingin
melakukan pekerjaan manajemen yang baik. Langkah-langkah yang diambil
harus didahului dengan pertimbangan yang matang, kemudian langkah-
langkah yang akan dilaksanakan harus direncanakan dan dirumuskan agar
proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
a. Kegiatan Membuka Pelajaran

34
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
h. 10
35
St Fatimah Kadir, (2014), Keterampilan Mengelola Kelas Dan Implementasinya
Dalam Proses Pembelajaran, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 7, h. 23-24
18

Pendidik berupaya untuk menciptakan kondisi yang baik bagi peserta


didik dalam kegiatan pembelajaran agar pikiran dan perhatiannya terfokus
pada ajaran yang akan disampaikan, sehingga memudahkan mereka untuk
memperoleh kompetensi yang dibutuhkan. Untuk memulai kelas, guru harus
melakukan berbagai hal, termasuk:
1) Menyambut siswa dan memulai kelas dengan berdoa
2) Perhatikan anak-anak secara teratur dan kemudian memotivasi atau
mendorong mereka
3) Menyampaikan KI dan KD kepada peserta didik. Guru harus
menjelaskan KD dan KI kepada siswa sebelum mereka mulai belajar.
Karena materi yang berbeda diperlukan untuk setiap kompetensi inti
dan kompetensi dasar dalam kegiatan pembelajaran, guru harus
memutuskan kompetensi dasar mana yang harus dikuasai siswa.36
4) Menyampaikan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dikomunikasikan kepada siswa sebagai indikator keberhasilan atau
kegagalan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada hakekatnya
adalah definisi perilaku atau kemampuan siswa yang harus dicapai dan
dimiliki siswa setelah proses belajar mengajar selesai. Pada hakekatnya
guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
5) Menyampaikan cakupan materi yang akan dibahas. Sesuai dengan
silabus yang telah disampaikan kepada siswa, guru menyampaikan
informasi untuk dituangkan dalam bentuk garis besar dan menjelaskan
deskripsi kegiatan.
b. Kegiatan Inti
Tahap pengembangan, juga dikenal sebagai kegiatan inti dalam
pembelajaran, adalah proses pembelajaran menyeluruh yang biasanya terkait
erat dengan tahap sebelumnya.
Isi kegiatan inti ini berkaitan langsung dengan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Dengan memasukkan unsur-unsur strategis, serta media,

36
Rusydi Ananda, Perencanaan Pembelajaran, (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan
Pendidikan Indonesia (LPPPI), 2019), h. 98
19

sumber daya dan lokasi kegiatan, antara lain. Kegiatan ini dirancang untuk
membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Akibatnya,
instruktur selalu dipimpin dalam kegiatan ini dengan tujuan pembelajaran,
metode, media, sumber daya dan kegiatan latar belakang.37
Selama kegiatan inti, siswa didorong untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Kegiatan utama menggunakan taktik yang secara
khusus disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan mata pelajaran yang
diberikan. Dalam skenario ini, guru menginstruksikan siswa untuk melakukan
studi ekstensif pada topik atau tema pembelajaran yang akan diperiksa secara
menyeluruh.
Dalam kegiatan inti, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membaca dan menulis tentang materi pembelajaran, serta mendiskusikannya,
sehingga dapat memberikan ide-ide yang baik kepada guru.
c. Kegiatan Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk
menutup pelajaran. Menutup pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan kembali proses pembelajaran dari
awal sampai akhir. Beberapa kriteria diselidiki pada akhir sesi, termasuk
hubungan kognitif, umpan balik dan pembelajaran berkelanjutan. Selama
proses pembelajaran, setiap instruktur dituntut untuk memasukkan pesan
moral dalam setiap interaksi tatap muka dengan siswanya.38
Undanglah siswa untuk meninjau dan meringkas pelajaran saat pelajaran
berakhir. Siswa didorong untuk melakukan transfer atau perpindahan selain
belajar dan meringkas. Proses mentransfer pengetahuan dan keterampilan
baru ke dalam situasi kehidupan nyata dan menyelesaikan tugas belajar di
masa depan dikenal sebagai transfer pembelajaran.39
Setelah mengkaji dan mengomunikasikan temuan pembelajaran
sebelumnya, guru memotivasi atau menguatkan siswa agar lebih bersemangat
dalam belajar dan diakhiri dengan salam kepada siswa.
37
Punaji Setyosari, Desain Pembelajaran,….h. 134
38
Karwono, Ahmad Irfan Muzni, Strategi….h. 191
39
Punaji Setyosari, Desain Pembelajaran,….h. 135
20

Seorang guru harus memutuskan urutan tindakan yang terkait dengan


proses pengelolaan kelas yang diatur secara metodis berdasarkan pemikiran
rasional untuk menyediakan lingkungan belajar yang efektif bagi siswa.
Pendekatan pengelolaan kelas dirancang dengan menggunakan beberapa
faktor, antara lain:
1) Memahami definisi, tujuan, dan sifat pengelolaan kelas akan membantu
Anda memutuskan apa yang harus dilakukan, mengapa melakukannya,
dan bagaimana melakukannya.
2) Pemahaman tentang sifat anak-anak yang bekerja dengan mereka, yang
berarti bahwa setiap siswa, pada waktu tertentu dan dalam situasi
tertentu, akan menunjukkan sikap dan tindakan tertentu.
3) Mengenali jenis penyimpangan dan konteks tindakan penyimpangan
siswa dengan mengidentifikasi jenis penyimpangan yang dilakukannya
4) Pemahaman tentang taktik pengelolaan kelas yang dapat diterapkan.
Pengetahuan ini akan meningkatkan kemampuan untuk mengadaptasi
teknik tertentu pada masalah penyimpangan siswa.
5) Mengenal dan mampu mengembangkan teknik manajemen kelas.40
Peran dan pengaruh guru sangat penting karena selain kemampuan dan
kecakapan guru dalam mengimplementasikan desain, sikap, perilaku,
kepribadian, dan kapasitas untuk berpartisipasi semuanya harus diperhatikan.
Proses pengelolaan kelas dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengenali hakikat gagasan pengelolaan kelas dan tujuannya. Tentukan
apakah masalahnya adalah salah satu pencegahan atau penyembuhan.
2) Memperhatikan fitrah anak yang memiliki tumbuh kembangnya sendiri,
perhatikan realitas setiap penyimpangan perilaku yang ada.
3) Menganalisis masalah dari perspektif orang dan kelompok
4) Buat konsep untuk prosedur manajemen kelas yang mempertimbangkan
pencegahan kelompok individu.
5) Menguraikan proses kegiatan desain prosedur untuk manajemen kelas

40
Afriza, Manajemen Kelas, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi Publishing and Consulting
Company, 2014), h. 77
21

6) Menempatkan rencana ke dalam tindakan, dengan fungsi dan peran guru


menjadi kritis.
7) Pemantauan digunakan untuk menentukan seberapa baik solusi
pemecahan masalah telah diadopsi dan dipatuhi, serta apakah ada
perkembangan baru yang terjadi.41

5. Pendekatan Saintific pada K13


Proses ilmiah dan pendekatan ilmiah terkait erat. Observasi atau
observasi biasanya diperlukan untuk menetapkan hipotesis atau
mengumpulkan data dalam metode ilmiah (sains). Metode ilmiah pada
umumnya didasarkan pada pemaparan fakta yang dikumpulkan melalui
observasi atau eksperimen dalam proses pembelajaran. Akibatnya, operasi
eksperimental dapat diganti dengan mengumpulkan data dari berbagai
sumber.42
Kurikulum 2013 menekankan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
sebagai faktor pedagogik modern. Menggali pengetahuan dengan cara
observasi, bertanya, bereksperimen, kemudian mengelola data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, menganalisis, menalar, menyimpulkan, dan
menghasilkan merupakan bagian dari pendekatan saintifik pembelajaran.43
Berikut ini adalah ciri-ciri pembelajaran saintifik:
a. Berpusat pada siswa
b. Melibatkan keterampilan proses ilmiah dalam konstruksi konsep,
hukum, atau prinsip
c. Melibatkan proses kognitif yang memiliki kemampuan untuk
mendorong perkembangan intelektual, khususnya keterampilan siswa
tingkat tinggi
d. Memiliki kemampuan untuk membentuk kepribadian siswa.44

41
Ibid, h. 78
42
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 50-51
43
Misykat Malik Ibrahim, Implementasi Kurikulum 2013 : Rekontruksi Kompetensi
Revolusi Pembelajaran dan Reformasi Penilaian (Cet, I: Makassar: Alauddin University Press,
2014), h. 85
22

Pembelajaran dengan metode saintifik menitikberatkan pada


kemampuan berpikir dan pengembangan karakter siswa, yang meliputi ranah
sikap, pengetahuan, dan kemampuan yang dielaborasi untuk setiap lingkup
pendidikan.
Pendekatan saintifik memiliki tujuan pembelajaran dalam kurikulum
2013, diantaranya
a. Meningkatkan bakat intelektual, khususnya kemampuan berpikir tinggi
bagi anak.
b. Untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
secara sistematis.
c. Menciptakan lingkungan belajar di mana siswa percaya bahwa belajar
adalah suatu kebutuhan.
d. Mencapai hasil belajar yang sangat baik.
e. Mengajarkan siswa bagaimana mengkomunikasikan dan menerapkan
ide, khususnya dalam bentuk artikel ilmiah.
f. Untuk membantu anak-anak meningkatkan karakter mereka. 45
Langkah langkah dalam pembelajaran saintifik yakni,
a. Mengamati (observing)
Siswa diajak untuk melihat, mendengar, mendengarkan, dan
membaca suatu materi yang diberikan oleh guru selama proses observasi
untuk mengidentifikasi fakta-fakta yang berkaitan dengan materi
pelajaran.46
Keterampilan observasi merupakan keterampilan dasar yang harus
dimiliki setiap orang ketika melakukan penelitian ilmiah. Panca indera
dapat digunakan untuk mengamati, tetapi hal ini tidak menutup
kemungkinan untuk melakukan pengamatan dengan alat.47

44
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, Cet I: Yogyakarta:
Gava Media, 2014), h. 53
45
Ibid, h. 53
46
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), h. 211
47
Usman Samatowo, Bagaimana Membelajarkan IPA di SD, (Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas, 2006), h. 138
23

Keikhlasan, ketekunan, dan pengumpulan informasi termasuk di


antara keterampilan yang telah dibina. Guru dalam situasi ini menyediakan
perangkat pembelajaran berupa media pembelajaran untuk membantu
pelaksanaan proses pembelajaran. Guru sering menunjukkan film, gambar,
miniatur, perasaan atau hal-hal yang ingin diselidiki ketika menyaksikan
kegiatan.48
b. Menanya (Quetioning)
Ketika guru mengamati, siswa memiliki banyak kesempatan untuk
bertanya tentang apa yang telah mereka lihat, dengar, atau baca. Kualitas
yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan membuat pertanyaan, dan kemampuan membangun berpikir
kritis, yang kesemuanya diperlukan untuk hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat.49
Ketika guru mengamati, siswa memiliki banyak kesempatan untuk
bertanya tentang apa yang telah mereka lihat, dengar atau baca. Kualitas
yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan membuat pertanyaan, dan kemampuan membangun berpikir
kritis, yang kesemuanya diperlukan untuk hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat.
c. Mengumpulkan informasi
Menindaklanjuti kegiatan bertanya adalah kegiatan memperoleh
informasi. Praktik ini memerlukan penggalian informasi dan
pengumpulannya. Dalam kegiatan ini, siswa dapat mencari sumber
informasi tambahan, dimulai dengan membaca buku dan berlanjut ke
pengamatan yang lebih mendalam terhadap item atau gambar serta
melakukan eksperimen.
Mengembangkan sikap teliti, jujur, santun dan menghargai pendapat
orang lain, menerapkan keterampilan berkomunikasi dan mampu
mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber, kompetensi yang
48
Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 : Kunci
Sukses Implementasi Kurikulum 2013, (Cet. III; Bogor : Ghalia Indonesia, 2016) h. 39-40
49
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, h. 64-65
24

diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, santun dan hormat


terhadap orang lain. pendapat masyarakat, menerapkan keterampilan
komunikasi dan mampu mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai
sumber.
Siswa menjadi lebih percaya diri pada sesuatu dengan melakukan
eksperimen daripada hanya memperoleh pengetahuan dari profesor atau
buku, mendapatkan pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah dan
menemukan hasil yang akan melekat pada mereka untuk waktu yang
lama.50
Hal ini dimaksudkan agar dengan mengikuti latihan ini, siswa akan
dapat mengumpulkan data dan fakta dari pengamatan bukan hanya
pandangan dan pengetahuan yang diperoleh akan bertahan lama di benak
mereka.
d. Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/ Menalar (Associating)
Dalam konteks proses pembelajaran, kurikulum 2013 menggunakan
metode saintifik untuk menunjukkan bahwa guru dan siswa adalah peserta
aktif. Dalam pengaturan kelas, siswa harus lebih terlibat daripada guru.
Penalaran adalah proses mental yang logis dan sistematis yang
menggunakan bukti faktual untuk sampai pada kesimpulan berbasis
pengetahuan.51
Kemampuan mengelola pengetahuan melalui penalaran dan
pemikiran yang masuk akal merupakan keterampilan kritis yang harus
dimiliki siswa. Informasi yang dikumpulkan melalui pengamatan atau
pengujian yang harus diproses untuk menghasilkan satu informasi dan
informasi lainnya.52
Berdasarkan temuan kegiatan pengolahan informasi, kegiatan ini
dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Hal ini dimaksudkan

50
Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci
Sukses Implementasi Kurikulum 2013, h. 57-67
51
Misyat Malik Ibrahim, Implementasi Kurikulum 2013; Rekontruksi Kompetensi,
Revolusi Pembelajaran dan Reformasi Penilaian, h. 95
52
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, h.
66
25

agar siswa mampu menjalin hubungan antara satu bagian pengetahuan


dengan bagian lainnya, serta mampu menarik kesimpulan baik secara
kelompok maupun secara mandiri.
e. Mengkomunikasikan pembelajaran
Guru seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan apa yang telah dipelajarinya dalam pendekatan saintifik.
Guru dapat mengklarifikasi dalam kegiatan ini agar siswa mengerti jika
jawaban yang telah mereka berikan dan simpulkan sudah benar atau perlu
dikoreksi kembali.
Setiap orang, termasuk siswa, perlu dapat berkomunikasi secara
efektif. Hal ini mengacu pada komunikasi informasi dan data yang telah
diperoleh baik secara lisan maupun tertulis sedemikian rupa sehingga
penerima informasi dapat memahaminya.53

6. Pendekatan dalam Mengelola Kelas


Seorang guru, sebagai pekerja profesional harus menyelidiki kerangka
acuan pengelolaan kelas karena untuk menerapkannya, ia harus terlebih
dahulu memastikan bahwa strategi yang ia pilih untuk menangani kasus
pengelolaan kelas adalah pilihan terbaik berdasarkan sifat situasinya.
masalah. Ini berarti bahwa seorang guru harus terlebih dahulu memutuskan
apakah pendekatan yang digunakan sesuai atau tidak untuk masalah yang
dihadapi.
Beberapa pengertian dalam pengelolaan kelas tidak lagi dianggap
memadai, seperti pandangan penguasa yang memandang pengelolaan kelas
secara eksklusif sebagai upaya untuk memaksakan disiplin atau pendekatan
permisif yang menekankan pada upaya memaksimalkan siswa. Dalam
penjelasan ini, akan dihadirkan tiga perspektif yang tampaknya menawarkan
optimisme, baik berdasarkan logikanya maupun bukti yang dikumpulkan
melalui penyelidikan.54
53
Usman Samatowa, Bagaimana Membelajar IPA di SD, h. 139
54
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, sebuah pengantar menuju guru
profesional,edisi revisi 2010, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 171
26

a. Behavior-Modification Approach
Pendekatan ini menentang asumsi bahwa (1) semua perilaku “baik” dan
“buruk” adalah hasil dari proses pembelajaran, dan (2) terjadinya proses
pembelajaran yang dimaksud dapat dijelaskan oleh sejumlah kecil proses
psikologis yang mendasar.
Penguatan positif (memberikan stimulus positif sebagai hadiah) dan
penguatan negatif (menawarkan stimulus negatif sebagai hukuman) keduanya
diperlukan untuk mendorong perilaku yang diinginkan (menghapus hukuman,
stimulus negatif).
Sedangkan instruktur memanfaatkan punishment (stimulus negatif),
eliminasi (tidak memberikan reward yang benar-benar diharapkan siswa),
atau time out (tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerima
reward, baik berupa “barang” maupun dalam bentuk imbalan) untuk
menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. hiburan favorit).
Penguatan primer (yang menjadi penguatan tanpa dianalisis) dan
penguatan sekunder adalah dua jenis penguatan (yang menjadi penguatan
sebagai hasil dari proses pembelajaran). Penguatan sosial (perhatian, pujian,
dan sebagainya), penguatan simbolik (nilai, pujian, atau tanda penghargaan),
dan penguatan berupa kegiatan (permainan atau kegiatan yang disukai siswa)
merupakan contoh-contoh penguat sekunder yang diberikan secara terus
menerus atau selama jangka waktu tertentu.55
Guru diperlukan untuk menyampaikan rangsangan positif dan negatif
kepada siswa yang diharapkan bertindak atau berperilaku sesuai dengan
keinginan guru, seperti pujian atau pembatalan penghargaan.
b. Socio-Emotional Climate Approach
Pendekatan pengelolaan kelas berbasis psikologi klinis dan konseling
yang mengasumsikan bahwa (1) proses belajar mengajar yang efektif
memerlukan iklim sosio-emosional yang baik dalam arti hubungan
interpersonal yang baik antara guru-siswa dan antar siswa, dan (2) guru

55
Ibid, h. 172
27

mengadakan posisi paling penting untuk pembentukan iklim sosio-emosional


yang baik.
Carl A. Rogers menyoroti pentingnya guru bersikap jujur kepada siswa
di depan mereka, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan
mengenal siswa dari sudut pandang mereka sendiri.
Rudolf Dreikurs menyoroti perlunya lingkungan kelas yang demokratis
di mana siswa dididik untuk bertanggung jawab, mampu membuat keputusan
yang masuk akal, dan menerima tanggung jawab atas tindakan mereka
sendiri.56
Dalam teknik ini, guru harus jujur, menghormati siswa, dan memahami
sudut pandang siswa. Ajari anak untuk bertanggung jawab, mampu
mengambil keputusan, dan menerima segala risiko.
c. Group-Processes Approach
Metode ini didasarkan pada dinamika kelompok dan psikologi sosial.
Akibatnya, asumsi mendasar adalah bahwa (1) pembelajaran di sekolah
terjadi dalam setting kelompok sosial, dan (2) peran utama guru adalah
mendidik.
Unsur-unsur pengelolaan kelas dalam pendekatan Proses Kelompok,
menurut Richard A. Schmuck dan Patria A, adalah (1) harapan bersama
terhadap perilaku guru-siswa dan antara siswa itu sendiri. Kelas yang baik
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) harapan yang realistis dan jelas bagi
semua pihak; (2) kepemimpinan baik dari guru maupun siswa yang
mengarahkan kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan; (3) pola persahabatan antar anggota kelas; semakin kuat ikatan
persahabatan, semakin besar peluang kelompok untuk menjadi produktif; (4)
norma, aturan, dan peraturan, memiliki dan memelihara standar kelompok
yang konstruktif, serta mengubah dan mengganti norma yang kurang
produktif; (5) terjadinya komunikasi yang efisien; (6) kohesi, diartikan
sebagai perasaan kesetiaan setiap anggota terhadap kelompoknya.

56
Ibid, h. 173
28

Jacob Kounin menyarankan tiga jenis perilaku pengelolaan kelas yang


efektif: (1) perilaku intensitas, yang menyampaikan kepada siswa bahwa guru
"hadir" dalam semua kegagalan mereka; (2) perilaku tumpang tindih, yang
menunjukkan kemampuan guru untuk “hadir” dalam dua atau lebih jenis
kegiatan yang terjadi pada waktu yang bersamaan; dan (3) perilaku fokus
kelompok, khususnya dalam pengajian dimana guru melibatkan seluruh
kelompok dalam pemenuhan tugas. 57
Pengalaman belajar siswa dalam lingkungan sosial diartikan sebagai
siswa berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas bersama-sama,
berdiskusi dan bertanya langsung kepada guru. Guru seharusnya memimpin
dengan baik di dalam kelas agar tujuan yang telah ditetapkan dapat terlaksana
dengan baik dan kelompok belajar dapat berbuah dalam pembelajarannya.
d. Eclectical Approach
Seorang guru harus menggunakan pendekatan listrik, yang berarti
bahwa dia (1) mempelajari pendekatan manajemen kelas yang potensial,
seperti strategi perubahan perilaku dalam situasi ini. (2) dapat mengambil
pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang tepat dalam
tantangan pengelolaan kelas, dengan guru memilih strategi pengelolaan kelas
yang tepat berdasarkan kemampuannya untuk menilai masalah pengelolaan
kelas yang dihadapinya.58
Adapun pendekatan-pendekatan lainnya,
1) Pendekatan kekuasaan. Guru menciptakan dan memelihara kondisi di
kelas menggunakan strategi kekuatan. Disiplin merupakan suatu kekuatan
yang harus ditaati oleh siswa. Ada kekuatan dan standar yang mengikat
untuk diikuti oleh anggota kelas di dalam kelas.59
2) Pendekatan pengajaran. Pendekatan ini didasarkan pada gagasan bahwa
persiapan dan pelaksanaan yang tepat akan mencegah munculnya masalah

57
Ibid, h. 175
58
Ibid, h. 177
59
Abu Hasan Agus R,(2015), Strategi Pengelolaan Kelas Dalam Proses Pembelajaran,
Jurnal Pendidikan Pedagogik,Vol 03 No. 01, h. 4
29

perilaku siswa dan, jika tidak memungkinkan, akan memperbaiki masalah


tersebut
3) Pendekatan kerja kelompok. Guru, dalam pendekatan ini, menetapkan
pengaturan yang memungkinkan terbentuknya kelompok produktif; Selain
itu, guru harus mampu menjaga kondisi tersebut agar tetap baik.
4) Pendekatan elaktis dan pluralistic. Pendekatan elaktis menyoroti kapasitas,
daya cipta dan inisiatif instruktur atau wali siswa, karena guru kelas
memilih banyak pendekatan ini berdasarkan skenario yang ada. Metode
pluralistik, juga dikenal sebagai pendekatan elastis, mengacu pada
manajemen kelas yang berusaha menggunakan berbagai cara untuk
menciptakan dan memelihara lingkungan yang kondusif untuk pengajaran
dan pembelajaran yang sukses dan efisien.60
5) Pendekatan ancaman. Pendekatan ini melibatkan penggunaan ancaman
seperti melarang, mengejek, menyindir, dan memaksa untuk mengontrol
perilaku atau tindakan siswa.
6) Pendekatan resep. Pendekatan ini memerlukan penyediaan daftar apa yang
harus dan tidak boleh dilakukan seorang guru dalam menanggapi masalah
atau keadaan yang muncul di kelas.
7) Pendekatan perubahan tingkah laku. Pendekatan perilaku bertentangan
dengan pendekatan ini yang berpusat pada perubahan perilaku. Pujian atau
hadiah yang menghasilkan perasaan senang atau puas harus diberikan
untuk mendorong perilaku yang baik dan positif. Sebaliknya, perilaku
buruk dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman,
sehingga menimbulkan emosi tidak puas dan akibatnya perilaku tersebut
dihindari.
8) Pendekatan kebebasan. Pengelolaan didefinisikan sebagai suatu metode
untuk membantu siswa agar merasa bebas melakukan sesuatu kapan saja
dan di mana saja. Tugas guru adalah memaksimalkan kemandirian siswa.
9) Pendidikan Sosio-Emosional. Pendekatan ini ketika interaksi interpersonal
yang baik muncul di kelas, ini dapat dicapai. Hubungan tersebut mencakup

60
Ibid, h. 5
30

baik hubungan guru-murid dan hubungan murid-murid. untuk


menumbuhkan hubungan guru-murid yang menguntungkan, sikap kasih
sayang, dan sifat peduli atau protektif.61

7. Pentingnya Pengelolaan Kelas untuk Menciptakan Efektifitas


Pembelajaran
Efektifitas pembelejaran tergolong dari dua pengertian, efektifitas dan
pembelajaran. Efektifitas adalah usaha untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, rencana dengan menggunakan data,
sarana ataupun waktu yang tersedia untuk memperoleh hasil yang sebaik
baiknya secara kualitatif ataupun secara kuantitatif.62
Menurut Stress, bahwa “sebuah organisasi yang benar efektif adalah
orang yang mampu mencipatakan suasana kerja dimana para pekerja tidak
hanya melaksanakan pekerjaan yang telah dibebankan saja tetapi mampu
membuat membuat para pekerja merasa nyaman supaya para pekerja ada
perasaan bertanggung jawab, kreatif untuk mencapai tujuan.
Di dalam bidang Pendidikan, efektifitas ini dapat di tinjau dari dua segi,
yaitu:
1. Efektifitas mengajar guru, terutama menyangkut bagaimana kegiatan
pembelajaran yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik
2. Efektifitas belajar murid, sejauh mana tujuan pembelajaran diinginkana
telah tercapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.63
Efektifitas juga dapat dilihat dari kesesuaian masing-masing komponen
yang terdiri dari input, proses dan output terhadap pencapaian tujuan
Pendidikan yang diharapkan. Efektifitas dapat menjadi salah satu tolak ukur
sejuah mana manfaat dan tujuan yang telah di capai

61
Ibid, h. 6
62
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2012. h.
109
63
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara 1996), h. 126
31

Pembelajaran adalah proses perilaku kearah yang lebih baik untuk


memecahkan masalah perorangan, ekonomi, sosial dan politik yang ditemui.64
Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseoarang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dan kondisi khusus atau menghasilkan respon pada
situasi tertentu.65
Sedangkan menurut Gagne sebagaimana yang dikemukakan oleh
Margaret E. Bell Gradler bahwa istilah pembelajaran dapat diartikan
seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung
terjadinya proses belajar yang sifatnya internal.66
Istilah pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan
seseorang atau kelompok melalui berbagai upaya, strategi, metode,
pendekatan kekarah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Bagi guru
pembelajaran ialah sebagai kegiatan secara terprogram untuk membuat siswa
belajar aktif yang menenakankan pada penyediaan sumber belajar.67
Dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah segala usaha untuk
menciptakan kondisi agar tujuan pembelajaran dapat mudah dicapai.
Pengelolaan kelas merupakan tugas guru dalam menciptakan suasana
kelas yang memungkinkan terjadinya interaksipembelajaran semaksimal
mungkin sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif. Pada prinsip
nya bahwa pengelolaan kelas beguna untuk mencari jalan bagi peserta didik
yang ingin belajar sungguh-sungguh dan hal yang paling utama adalah
pengelolaan kelas itu harus sesuai dengan kemauan pendidik ataupun peserta
didik ketika pengelolaan kelas itu menyenangkan dan membuat peserta didik
termotivasi untuk belajar.
Pengelolaan kelas merupakan salah satu usaha yang secara langsung
dapat membantu peserta didik dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Dalam pengelolaan kelas pendidik harus mampu memelihara dan
64
Agus Suryana, Panduan Praktis Mengelola Pelatihan, ( Jakarta : EDSA Mahkota,
2006), h. 29
65
Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna pembelajaran, (Bandung : Alfabeta,2008), h. 61
66
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, (Jogjakarta : Teras, 2007), h. 162
67
Abdul Majid, Belajar dan …………….., h.109
32

menciptakan suasana belajar yang maksimal dan mengatasi masalah-masalah


yang dapat mengganggu suasana pembelajaran sehingga kelas menjadi lebih
efektif.68
Pembelajaran efektif merupakan tujuan belajar mengajar yang sudah
dirumuskan dan agar diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembelajaran
efektif dapat berhasil apabila mampu membentuk kemampuan peserta didik
dalam memberikan pengalaman baru dan menghantarkan ke tujuan yang
hendak dicapai secara maksima. Harwono menjelaskan bahwa belajar akan
berjalan dengan efektif apabila berada dalam kondisi yang tidak
membosankan. Ini pula oleh yang dikatakan jika belajar tanpa adanya minat
dan motivasi akan membosankan.69
Maka dari itu pentingnya pengelolaan kelas dalam menciptakan
efektifitas pembelajaran, dengan adanya pengelolaan kelas tujuan dan
manfaat dalam pembelajaran dapat mudah diperolah, peserta didik dan juga
pendidik dapat bekerjasama untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif
selama proses belajar dan mengajar sedang berlangsung

8. Hambatan dalam Mengelola Kelas


Untuk pelaksanaan pengelolaan kelas akan didapatkan berbagi faktor
penghambat. Hambatan tersebut dapat muncul dari interaksi guru dan siswa,
lingkungan keluarga, atau fasilitas yang kurang memadai.
a. Faktor guru
Guru dituding sebagai penghambat proses belajar mengajar. Berikut ini
adalah beberapa faktor penghambat guru:
1) Tipe kepemimpinan guru. Tipe kepemimpinan siswa akan
mengembangkan sikap tunduk dan agresif jika gurunya otoriter dan
kurang demokratis. Kedua pola pikir siswa ini menjadi sumber masalah
pengelolaan kelas karena guru yang bersifat otoriter dan kurang
68
Irfan, Alimin Alwi,dkk, Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Efektifitas
Pembelajaran Di SMKN 1 Kediri, Jurnal Eduscience (JES), volume 9, No. 3 Tahun 2022. h.3
69
M. Gusniwati. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar terhadap
Penguasaan Konsep Matematika Siswa SMAN di Kecamatan Kebon Jeruk. Formatif: Jurnal
Ilmiah Pendidikan MIPA, 2015, Volume 5 No. 1,h. 26–41.
33

demokratis akan menghambat proses pencapaian tujuan pengelolaan


kelas.
2) Format belajar mengajar yang monoton Siswa akan bosan dengan
metode belajar mengajar yang berulang-ulang. Siswa dapat menjadi
bosan, frustrasi, atau kecewa jika gaya belajar mengajar tidak berubah,
yang dapat menyebabkan pelanggaran disiplin. Menurut riwayat hadits
Al-Bukhori, Muslim, Tirmizi, dan Imam Ahmad

.‫ َك َر اَه َة الَّس آ َم ِة َعَلْيَنا‬,‫َعِن اْبِن َمْس ُعوٍد َقاَل َك اَن الَّنُّىِب ﷺ َيَتَخ َّو ُلَنا ِبا ْلَمْو ِعَظِة ىِف اَأل َّيا‬

)‫ الرتمذى و أمحد‬,‫ مسلم‬,‫(زواه البخارى‬


“Bersumber dari Ibnu Mas’ud berkata: Nabi SAW selalu menyeling-
nyelingi kami dalam beberapa dengan nasehat karena khawatir
membosankan”. (HR. Al-Bukhor, Muslim, Al-Tirmizi, dan Imam
Ahmad).70

Dari hadits di atas, jelas bahwa untuk mencapai tujuan dan


keseimbangan dalam pembelajaran, guru harus dapat memahami kondisi
kelas serta kondisi peserta dan merencanakan strategi apa yang tepat
untuk digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan materi agar
pembelajaran tidak membosankan
3) Kepribadian guru. Untuk menciptakan lingkungan emosional yang positif
dalam proses belajar mengajar, seorang guru yang efektif harus bersikap
baik, adil, objektif, dan fleksibel. Masalah pengelolaan kelas akan
muncul jika sikap berbenturan dengan individu tersebut.71
4) Pengetahuan guru. Guru memiliki pemahaman yang terbatas tentang
masalah dan pendekatan manajemen kelas, baik secara teoritis maupun
praktis. Mereka akan dapat memperkuat keterampilan manajemen kelas
mereka dalam proses belajar mengajar dengan mendiskusikan masalah
ini dengan teman sekelas mereka.

70
Alfiah, Hadist Tarbawi (Pendidikan Islam Dalam Tinjaun Hadist Tarbawi),
(Pekanbaru: Publishing and Consulting Company), h. 130
71
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran……, h. 181
34

5) Pemahaman guru terhadap peserta didik. Guru memiliki pemahaman


yang terbatas tentang masalah dan pendekatan manajemen kelas, baik
secara teoritis maupun praktis. Mereka akan dapat memperkuat
keterampilan manajemen kelas mereka dalam proses belajar mengajar
dengan mendiskusikan masalah ini dengan teman sekelas mereka.72
b. Faktor peserta didik
Guru memiliki pemahaman yang terbatas tentang masalah dan
pendekatan manajemen kelas, baik secara teoritis maupun praktis. Mereka
akan dapat memperkuat keterampilan manajemen kelas mereka dalam
proses belajar mengajar dengan mendiskusikan masalah ini dengan teman
sekelas mereka.
Peserta didik harus memahami bahwa mengalihkan perhatian teman
yang sedang belajar berarti gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai
anggota komunitas kelas dan gagal menghormati hak siswa lain untuk
mendapatkan manfaat penuh dari kegiatan belajar-mengajar.
Kurangnya kesadaran siswa akan tanggung jawab dan hak mereka
sebagai anggota kelas atau sekolah dapat menjadi kontributor utama
masalah pengelolaan kelas.
c. Faktor keluarga
Perilaku kelas siswa adalah cerminan dari situasi keluarga mereka.
Sikap otoriter orang tua akan tercermin dalam perilaku agresif atau acuh tak
acuh anak-anaknya. Siswa yang menggertak dan menggertak orang lain
sering ditemukan di dalam kelas. Mereka biasanya berasal dari keluarga
yang berantakan atau kacau, dan cara orang tua mendidik anak-anaknya
akan terlihat saat mereka berada di luar atau di sekolah.
Latar belakang yang menyebabkan siswa melanggar disiplin kelas
adalah kebiasaan buruk di lingkungan keluarga, seperti tidak teratur,
memberontak terhadap disiplin, kebiasaan yang berlebihan atau terlalu
dikekang. Di sinilah letak nilai hubungan kerjasama yang sehat antara

72
Ibid, h. 182
35

sekolah dan rumah, memastikan bahwa situasi dan harapan kelas atau
sekolah selaras.73
Sebagaimana yang terdapat di dalam hadist

‫َعْن َأْيِب ُه َر ْيَر َة َر ِض َيااهلل َعْنُه َقاَل َرُسْو ٌل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم ْك ُّل َمْو ُلْو ٍد ُيْو َلُد َعَلى‬

)‫اْلِف ْطَر ِة َفَأَبَو اُه ُيَه ِّو َداِنِه َأْو ُيَنِّص ِر اِنِه َأْو َمُيِّج َس اِنِه (روه أبو داود‬
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya dia berkata bahwa Rasulullah saw
telah bersabda: setiap kelahiran (anak yang lahir) berada dalam
keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang mempengaruhi anak itu
menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi. (HR. Abu Daud ).74

d. Faktor fasilitas
1) Jumlah seluruh siswa dalam kelas. Akan sulit untuk mengelola kelas
dengan sejumlah besar siswa. Masalah tersendiri dalam pengelolaan
kelas adalah ketika jumlah siswa dalam satu kelas melebihi kapasitas
yang ditentukan.
2) Besar ruang kelas. Tantangan manajemen termasuk ruang kelas kecil
dibandingkan dengan jumlah murid dan kebutuhan bagi siswa untuk
bergerak di seluruh kelas. Demikian pula jumlah ruangan yang
dibutuhkan lebih kecil dari jumlah kelas, begitu pula dengan jumlah
ruangan khusus yang dibutuhkan, seperti laboratorium, auditorium, ruang
seni, ruang menggambar, ruang olahraga, dan sebagainya.
3) Ketersediaan alat. Masalah pengelolaan kelas akan muncul jika ada
kekurangan buku atau bahan lain untuk jumlah siswa yang
membutuhkannya.75

B. Keaktifan Belajar

73
Ibid, h. 183
74
Abu Daud Sulaiman, Sunan Abi Daud, (Maktabah Syamilah), Versi 1 Jilid 2, h. 229
75
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran…….., h. 184
36

1. Pengertian Keaktifan Belajar


Keaktifan berasal dari kata aktif, mendapat imbuhan ke-an menjadi
keaktifan yang berarti kegiatan atau kesibukan.76
Aktivitas fisik dan spiritual adalah dua jenis aktivitas. Beberapa
kegiatan ini terlihat, sementara yang lain tidak. Masing-masing hal tersebut
menuntut partisipasi intelektual dan emosional siswa dalam proses
pembelajaran melalui asimilasi dan akomodasi kognitif guna
mengembangkan pengetahuan, tindakan, dan pengalaman langsung guna
membentuk keterampilan (motorik, kognitif dan sosial) serta apresiasi dan
internalisasi pengetahuan nilai dalam pembentukan sikap.77
Pembelajaran aktif adalah metode belajar mengajar yang memfokuskan
aktivitas fisik, mental, intelektual dan emosional siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang meliputi komponen kognitif, afektif dan psikomotorik.
Belajar, menurut Skinner adalah proses adaptasi atau penyesuaian perilaku
yang progresif.78
Pembelajaran aktif siswa dapat dikembangkan secara reflektif. Selain
dapat diolah untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah, pengalaman belajar
siswa baik di dalam maupun di luar kelas juga harus dijadikan lahan untuk
berpikir kritis. Mahasiswa didorong untuk merenungkan dampak ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat untuk menajamkan hati nurani,
meningkatkan kesadaran sosial, dan membangun rasa tanggung jawab.
Kesadaran yang direfleksikan digunakan sebagai titik awal tindakan (seperti
mengungkapkan perhatian dan kepedulian), yang hasilnya harus dievaluasi.
Akibatnya, kegiatan belajar siswa dapat menggabungkan pertumbuhan
akademik dan nilai-nilai kemanusiaan.
Siswa harus dibantu dalam mendengarkan dengan penuh perhatian,
melihat dengan jelas, mengajukan pertanyaan tentang apa yang mereka
pelajari, dan mendiskusikan pelajaran dengan teman sebayanya untuk
76
W.J.S Poerwadarmanta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1976), h. 26
77
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 137
78
Ihsana El Khuluqo, Belajar dan Pembelajaran Konsep Dasar, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2017), h. 4
37

mempelajari sesuatu secara efektif. Siswa harus belajar sambil melakukan,


dengan menampilkan diri dalam proses, memunculkan contoh, menguji
keterampilannya, dan melaksanakan kegiatan berdasarkan bakatnya sendiri
berdasarkan pengetahuan yang telah dikuasai atau akan dicapai.
Cara menolong murid memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
sikap secara efektif dengan belajar dengan menciptakan iklim sebagai berikut
a. Berkonsentrasi pada seluruh kelas. Guru melakukan pelajaran yang
merangsang untuk seluruh kelas.
b. Diskusi di kelas. Ini dapat dicapai dengan mengadakan diskusi
kelompok dan berdebat tentang hal-hal penting.
c. Menanyakan tentang isi materi. Siswa membutuhkan penjelasan guru
sampai mereka memahami isinya.
d. Pembelajaran kolaboratif. Siswa bekerja dalam kelompok belajar kecil
untuk menyelesaikan tugas.
e. Menggunakan teman sebagai instruktur. Siswa bertanggung jawab
untuk mengajar teman-temannya.
f. Belajar tidak dibatasi. Pembelajaran individu atau privat dimungkinkan.
g. Pembelajaran emosional Siswa dapat menggunakan kegiatan ini untuk
menguji perasaan, nilai, dan sikap mereka.
h. Peningkatan kemampuan. Mempelajari dan mempraktikkan
keterampilan teknis dan non-teknis.
Hanya melalui keterlibatan siswa yang tinggi dalam skenario
pembelajaran yang ditetapkan oleh guru, semua siswa dapat mencapai potensi
penuh mereka. Pembelajaran ini harus disertai dengan pelaksanaan yang sulit,
menghibur dan disesuaikan dengan kebutuhan dan pertumbuhan program
pengajaran siswa.79
Nana sudjana mengemukakan ada tujuh dimensi keaktifan siswa dalam
belajar yakni:

79
Syafaruddin, Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Ciputat: Quantum Teaching,
2005), h.216-218
38

a. Siswa tidak hanya menerima tetapi juga mencari dan menyumbangkan


informasi tambahan.
b. Siswa membombardir guru dan siswa lain dengan pertanyaan.
c. Siswa lebih cenderung mengungkapkan pendapatnya atas informasi
guru daripada pendapat siswa lain.
d. Siswa merespon rangsangan belajar seperti membaca, mengerjakan
tugas, mendiskusikan pemecahan masalah, dan kegiatan lain yang
diberikan oleh guru.
e. Siswa mendapatkan kemampuan untuk meneliti sendiri hasil
pekerjaannya, serta memperbaiki dan menyempurnakannya.
f. Siswa, baik sendiri atau dalam kelompok, membuat kesimpulan
pelajaran mereka sendiri dalam bahasa dan gaya mereka sendiri.
g. Siswa memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada
semaksimal mungkin.80
Salah satu tanda keinginan dan dorongan siswa untuk belajar adalah
partisipasi aktif mereka dalam proses belajar mengajar. Siswa dikatakan aktif
jika sering bertanya kepada guru atau siswa lain, ingin menyelesaikan tugas
guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberikan kegiatan belajar, dan
sebagainya.
Karena siswa terlibat dalam proses pembelajaran maka akan banyak
terjadi kontak antara mahasiswa, antara guru dengan siswa dan antara siswa
itu sendiri. Ini akan menghasilkan lingkungan kelas yang bersemangat dan
ramah di mana setiap siswa dapat sepenuhnya memanfaatkan kekuatannya.
Kegiatan siswa akan memberikan kontribusi pada pembentukan pengetahuan
dan keterampilan yang akan bermuara pada peningkatan prestasi.
Keaktifan dapat dibagi menjadi dua yaitu keaktifan jasmani dan
keaktifan rohani. Keaktifan jasmani artinya siswa terlibat dalam kegiatan
yang mengharuskan mereka menggunakan semua anggota tubuh mereka,
seperti memproduksi sesuatu, bermain atau bekerja. Jadi jangan hanya duduk

80
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
Sinar Baru Algesindo Offset, 1996), h. 110-111
39

diam melihat dan mendengarkan. Menurut pandangan di atas, keaktifan


didefinisikan sebagai siswa secara aktif memproses informasi dan berusaha
berperilaku dengan semua teman sebayanya untuk mengenali, merumuskan
masalah, menemukan dan menentukan fakta, mengevaluasi, menafsirkan dan
menarik kesimpulan.81

2. Bentuk-bentuk Keaktifan Belajar


Adapun bentuk-bentuk keaktifan belajar, yaitu sebagai berikut:
a. Keaktifan psikis
Belajar menurut aliran kognitif, menunjukkan adanya jiwa yang aktif;
jiwa menganalisis pengetahuan yang diperoleh daripada hanya
menyimpannya tanpa perubahan. Di antara kegiatan psikologis adalah:
1) Keaktifan indra. Mereka harus melibatkan indra mereka sebanyak
mungkin ketika belajar di kelas, dengan siswa manusia menggunakan
indera penglihatan, pendengaran, dan lain-lain.82
2) Keaktifan emosi. Siswa harus berusaha untuk mencintai apa yang
mereka akan dan pelajari selama proses pembelajaran, dan mereka
harus ceria, senang, berani, dan damai saat belajar.
3) Keaktifan akal. Pikiran harus selalu aktif dalam kegiatan proses
belajar mengajar agar dapat mengambil inisiatif atau membuat
kesimpulan.
Akibatnya, setiap pengajaran harus membentuk pikiran anak-anak.
Mendengar, melihat, dan berpikir/bernalar semuanya harus aktif.
Sebagaimana terdapat dalam Al-Quran surah Al-Hajj Ayat 46

‫َا َفَلْم َيِس ْيُر ْو اىِف اَاْلْر ِض َفَتُك ْو َن ُهلْم ُقُلْو ٌب َيْع ِق ُلْو َن َهِبآ َأْو َءاَذااٌن َيْسَم ُعَن َهِبا ۖ َفِإ َنَه ا اَل‬

‫َتْع ى ٱ َأْلْبَص َلِكْن َتْع ى ٱ ْلُقُلوُب ٱَّلىِت ىِف ٱلُّص ُد ْو ِر‬


‫َم‬ ‫ُر َو‬ ‫َم‬

81
Winarti, (2013), Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan
Penyusutan Aktivitas Tetap Dengan Metode Menjodohkan Kotak, Jurnal Pendidikan Ekonomi
Dinamika Pendidikan, Vol. VIII, No. 2, h.125
82
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 45
40

Artinya: “Maka apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi,lalu


mereka mempunyai hati (akal) yang dengan itu mereka dapat
memahami atau mempunya telinga yang dengan itu mereka
dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu
yang buta, tetapi yang buta, ialah hati didalam dada.(Q.S.Al-
Hajj: 46).83

4) Keaktifan ingatan. Siswa harus terlibat dalam menerima isi pelajaran


guru dan berusaha untuk menyimpannya di otak agar dapat
melafalkannya secara hipotesis dan memori akan berfungsi.84
5) Keaktifan berusaha. Keaktifan berusaha merupakan usaha sungguh-
sungguh murid dalam belajar, dimana guru hanya memantau sejauh
mana usaha murid dalam belajar dan berinisiatif untuk
mengunggapkan ide-ide atau kreatifitasnya selama pembelajaran
sedang berlangsung.
Siswa yang lebih aktif mencari tahu dan bersungguh-sungguh dalam
belajar pasti akan mendapatkan ilmu dan mendapatkan apa yang di
inginkannya. Seperti dalam Q.S Al-Ankabut Ayat 69:
‫ِس ِن‬ ‫ِد‬ ‫ِف‬ ‫ِذ‬
‫َو اَّل ْيَن َج اَه ُد ْو ا ْيَنا َلَنْه َيَّنُه ْم ُسُبَلَنا َو ِإَّن اَهلل َلَمَع اُملْح َنْي‬
Artinya: ”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan)
Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.
(QS. Al-Ankabut: 69).85

Mengenai hal ini, juga dijelaskan dalam hadis Nabi Saw berikut ini:

: ‫ َو ِإْن َأَص اَبَك َش ْي ٌء َفَال َتُقْل‬, ‫َاْح ِر ْص َعَلى َم ا َيْنَف ُعَك َو اْس َتِعْن ِباِهلل َو َال َتْع ِج َز َّن‬
‫ َفِإَّن‬,‫ َقَد ُر اِهلل َو َم ا َش ا َء َفَعَل‬: ‫ َو َلِكْن ُقْل‬, ‫َلْو َأْيِّن َفَعْلُت َك َذ ا َلَك َنا َك َذ ا َو َك َذ ا‬
‫الَّش َطاِن‬
‫َلْو َتْف َتُح َعَم َل ْي‬
83
Departemen Agama RI, Al-Quran Al-Hufaz Dan Terjemahannya, (Bandung: Al-
Quran Al-Hufaz, 2020), h. 338
84
Sriyono, Teknik Belajar dan Mengajar dalam CBSA, (Jakarta: Rineka Citpa, 1992), h.
75
85
Departemen Agama RI, Al-Quran Al-Hufaz Dan Terjemahannya, (Bandung: Al-
Quran Al-Hufaz, 2020), h. 404
41

Artinya: “Bersungguh-sungguhlah dalam hal-hal yang bermanfaat


bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala
urusan), serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Jika
kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu
mengatakan, ‘seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak
akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ‘ini telah
ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa
yang dikehendaki; karena sesungguhnya perkataan seandainya
akan membuka (pintu) perbuatan setan.” (HR. Muslim).86

b. Keaktifan Fisik
Keaktifan fisik dapat meliputi:
1) Mencatat. Mencatat dan menulis dapat dikatakan sebagai kegiatan
belajar jika siswa dalam menulis, khususnya anak-anak memiliki
kebutuhan dan tujuan tertentu, sehingga catatan tersebut dapat
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut nantinya
2) Membaca. Membaca memiliki dampak yang signifikan terhadap
kegiatan belajar; hampir semua kegiatan belajar melibatkan membaca,
dan sangat penting untuk membaca dengan lancar untuk mengikuti
pelajaran.
3) Berdiskusi. Banyak kegiatan belajar dalam kegiatan diskusi, seperti
bertanya, mengungkapkan pendapat, dan sebagainya. Jika debat
diadakan sebagai bagian dari proses pembelajaran potensi siswa akan
dikembangkan, memungkinkan mereka untuk dapat lebih dalam
ketika menganalisis suatu permasalahan dan lebih kreatif saat
berbicara.
4) Mendengar. Mendengar adalah respons terhadap rangsangan dan suara
namun, penerimaan gelombang suara oleh indra pendengar tidak
berarti bahwa pendengar memiliki pengalaman sadar tentang apa yang
didengar, karena banyak orang mendengar tetapi tidak memahami apa
yang mereka dengar. Dalam skenario ini, mendengarkan aktif siswa
sangat penting untuk membuat mereka berpartisipasi di kelas.87

86
Al Albani, Muhammad Nashiruddin, Penerjemah, Asep dkk, (2012), Ringkasan Shahih
Bukhari/ Muhammad Nashiruddin Albani, Jakarta: Pustaka Azam, hal. 167
87
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran……,, h. 45
42

3. Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar


Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat membantu mereka
untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan mereka; mereka juga
dapat melatih pemikiran kritis dan memecahkan kesulitan dalam kehidupan
nyata. Selain itu, guru dapat merancang sistem pembelajaran secara metodis
untuk mendorong partisipasi siswa dalam pembelajaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa dalam proses
pembelajaran, yakni:
a. Faktor intern
Karena setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, segala
sesuatu yang dibawa sejak lahir adalah suci, dan sifat ini adalah
keterampilan bawaan sejak lahir sebagai sifat setiap individu.88
b. Faktor ekstern
1) Keluarga. Bagi seorang anak, keluarga adalah tempat pertama di mana
orang tuanya mengajarinya pelajaran dan mendidiknya. Interaksi anak
dengan dunia luar terjadi untuk pertama kalinya dalam keluarga.
Pentingnya pendidikan di rumah berdampak pada kehidupan anak-
anak serta pendidikan yang mereka dapatkan di sekolah dan di
masyarakat.
2) Sekolah. Dalam sekolah terdapat pula variabel yang dapat
mempengaruhi keaktifan siswa antara lain:
a) Sikap guru. Mendorong dorongan intrinsik sebagai strategi bagi
guru untuk meningkatkan kreativitas siswa. Motivasi ini muncul
dari dalam diri individu tanpa paksaan atau dorongan dari orang
lain; dalam hal ini guru harus memiliki sikap seperti memberikan
rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah,
memposisikan diri sebagai pembimbing, selalu menghargai
pendapat siswa dan menyediakan sumber belajar murid.

88
Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 177
43

b) Ruang kelas. Aktivitas visual siswa harus ditumbuhkan di dalam


kelas tanpa menjadi terganggu. Pengaturan ruang kelas yang
fleksibel dan tidak biasa akan mendorong siswa untuk secara aktif
dan artistik mengembangkan bakat dan aktivitas mereka.89
c) Masyarakat. Pendidikan tidak langsung, atau pendidikan yang
dilakukan secara tidak sengaja oleh masyarakat, dapat diartikan
sebagai siswa yang secara sadar atau tidak sadar mendidik dirinya
sendiri. Berbagai jenis pendidikan yang diterima seseorang dalam
masyarakat mencakup berbagai topik, termasuk pembentukan
kreativitas dan aktivitas siswa serta sikap dan minat.90
Kegiatan belajar juga dipengaruhi oleh beberapa unsur, menurut
Chalidijah Hasan. Faktor-faktor ini meliputi:
a. Faktor individu adalah faktor yang terjadi di dalam organisme itu
sendiri. Faktor kedewasaan/pertumbuhan, kecerdasan, pelatihan,
dorongan, dan faktor pribadi adalah contoh faktor individu.
b. Faktor sosial, faktor keluarga/kondisi rumah tangga, guru dan metode
pengajarannya, peralatan yang digunakan dalam belajar mengajar,
lingkungan dan kemungkinan yang tersedia, dan motivasi sosial adalah
semua aspek yang ada di luar individu.91
Gagne dan Brignes menyoroti faktor-faktor berikut yang dapat
mendorong partisipasi siswa dalam proses pembelajaran:
a. Memotivasi atau memperhatikan siswa agar mereka dapat berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran.
b. Kemampuan mengajar (basic ability of learner).
c. Mengingatkan siswa akan keterampilan dasar.
d. Memberikan rangsangan (masalah, mata pelajaran, dan konsep yang
akan dipelajari)
e. Memberikan instruksi pembelajaran kepada siswa
89
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h. 111
90
Ibid, h. 113
91
Chalidjah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2004),
h.32
44

f. Memunculkan aktivitas dan keterlibatan siswa dalam kegiatan


pembelajaran
g. Menawarkan umpan balik (Feedback)
h. Memberikan pelatihan kepada siswa berupa tes kemampuan dan
monitoring kemampuan
i. Meringkas semua informasi yang ditawarkan di bagian akhir.92

4. Pembelajaran PAKEM
PAKEM adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan keaktifan
dan partisipasi siswa sejauh mungkin, memungkinkan mereka untuk
mengubah perilaku mereka dengan sukses dan efisien tanpa tekanan dari luar
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pengajar adalah merancang
pengajaran, melaksanakan proses belajar mengajar, dan mengevaluasi hasil
belajar di lapangan untuk mencerminkan aktivitas maksimal siswa dalam
belajar sehingga mereka menguasai berbagai kemampuan belajar dengan cara
yang menyenangkan.93
PAKEM upaya untuk membangun lingkungan belajar yang lebih
mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan kelas dalam hal keterampilan,
pengetahuan dan sikap. Guru harus mampu membangun lingkungan yang
menyenangkan di mana siswa secara aktif bertanya, menanggapi,
mengungkapkan ide dan menunjukkan pemahaman mereka.94
PAKEM adalah paradigma pembelajaran yang menyangkut
pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
a. Pembelajaran partisipatif
Secara khusus, pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan
yang optimal dengan tetap mengutamakan partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Siswalah yang diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif
92
Doni Juni Priansa, Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran, (Bandung :Cv
Pustaka Setia, 2017), h. 43
93
Mohammad Ali, Konsep dan Penerapan CBSA Dalam Pengajaran, (Belajar: PT.
Sarana Panca Karya, 1988), h. 15
94
ibid
45

dalam berbagai kegiatan pembelajaran, bukan pengajar; guru hanyalah


fasilitator dan mediator agar siswa dapat berperan aktif dalam menerapkan
kemampuannya baik di dalam maupun di luar kelas.
b. Pembelajaran aktif
Pembelajaran aktif adalah pendekatan pengajaran yang lebih banyak
melibatkan tindakan siswa dalam mengakses beragam fakta dan
pengetahuan yang akan dibahas dan dipelajari di kelas.95
c. Pembelajaran kreatif
Berpikir kreatif adalah upaya untuk memecahkan suatu masalah
dengan mempertimbangkan semua fakta dan menganalisis data yang
dikumpulkan dari data. Agar siswa dapat meningkatkan kreativitasnya,
berpikir kritis harus dikembangkan selama proses pembelajaran
d. Pembelajaran efektif
Efektif adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang
melalui penerapan proses yang tepat, bermanfaat dan terfokus pada siswa
Hal ini mengacu pada apa yang siswa pelajari dan apa yang guru lakukan
untuk mengajar siswa. Perhatian, motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung, dan latihan adalah beberapa elemen yang mungkin terlibat
dalam pembelajaran yang efektif. Prinsip-prinsip ini harus diperhatikan
selama proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran terpenuhi dan
konten yang diajarkan dapat dipahami dengan benar oleh siswa.
e. Pembelajaran menyenangkan
Siswa mencurahkan seluruh perhatiannya untuk belajar sehingga
perhatiannya tinggi, dan ada hubungan yang kuat antara guru dan siswa
selama proses pembelajaran, tanpa merasa terdorong atau tertekan saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung.96
PAKEM adalah strategi pembelajaran uang yang mendorong interaksi
siswa secara langsung untuk menciptakan lingkungan belajar yang

95
Hamzah & Mohammad, Belajar dengan Pendekatan PAIKEM, (Jakarta: Bumi Aksara.
2002), h.4
96
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013), h. 326
46

menyenangkan bagi anak-anak. PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran


Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
a. Aktif
Proses pembelajaran harus menghasilkan aktivitas, dan inovasi
instruktur sangat bermanfaat dalam menumbuhkan lingkungan belajar
yang aktif. Siswa harus terlibat aktif dalam pembelajarannya, bertanya,
mengerjakan soal, mengungkapkan ide, dan sebagainya, dengan tujuan
untuk menambah pengetahuan siswa.
b. Kreatif
Guru diharapkan inovatif saat merencanakan pembelajaran. Ini
seharusnya menjadi kasus ketidak jenuhan kelas. Guru harus dipaksa untuk
menggunakan strategi pembelajaran aktif agar siswa dapat memahami
materi yang diberikan kepada mereka.
c. Efektif
Efektif mengacu pada seberapa relevan proses pembelajaran bagi
siswa. Jika tujuan pembelajaran terpenuhi dengan baik, pembelajaran
dikatakan efektif. Pembelajaran yang efektif mendorong siswa untuk
mempelajari sesuatu yang berguna guna mencapai hasil belajar yang
diinginkan.
d. Menyenangkan
Siswa dapat memahami perhatian dan konsentrasi mereka dalam
belajar karena kesenangan menghasilkan lingkungan belajar yang
menyenangkan bagi mereka. Ketika belajar menyenangkan, anak-anak
cenderung tidak bosan dan lebih bersemangat untuk terlibat dalam kelas.97
Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan PAKEM adalah sebagai berikut:
a. Setiap pelajaran mengharuskan siswa untuk menjadi tangan-on. Artinya
siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
b. Siswa dan siswa, serta guru dan siswa, berinteraksi secara kompleks.
c. Komunikasi yang dibangun tidak hanya satu arah, tetapi juga dua arah.

97
Intan Maylani, Penerapan Pendekatan PAKEM untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Matematika, Jurnal Nasional, 2013, vol.1 Edisi 1. H, 4
47

d. Setiap pelajaran dievaluasi untuk memperbaiki pelajaran berikutnya..98


Ciri-ciri pembelajaran model PAKEM yaitu,
a. Melibatkan siswa dengan mengajukan pertanyaan, melakukan latihan
soal, dan berpartisipasi dalam diskusi
b. Mendorong kreativitas siswa dengan mengembangkan dan membuat
sesuatu
c. Pembelajaran yang efektif, yaitu menguasai keterampilan yang
dibutuhkan
d. Karena belajar itu menyenangkan, anak-anak lebih cenderung bertanya
dan berbagi ide.99

5. Contextual Teaching Learning (CTL)


Model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah
gagasan yang membantu guru dalam menghubungkan konsep topik dengan
situasi dunia nyata dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara
pengetahuan mereka dan penerapannya dalam kehidupan mereka.100
Pembelajaran kontekstual dapat membantu guru memotivasi dan
meningkatkan hasil belajar siswa dengan memungkinkan siswa menerapkan
apa yang telah mereka pelajari di kelas ke situasi kehidupan nyata. CTL
memuat tujuh konsep, yaitu sebagai berikut,
a. Kontruktivisme
1) Berdasarkan informasi yang ada, mereka mengembangkan pemahaman
mereka sendiri tentang pertemuan baru
2) Pembelajaran harus dikemas sebagai proses "membangun" daripada
proses "menerima".
b. Inquiry
1) Proses dari pengamatan ke pemahaman

98
Ibid, h. 5
99
Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif, (Jakarta: AV Publisher,
2009), h.209
100
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovati-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2009), h. 104
48

2) Siswa belajar berpikir kritis..101


c. Questioning (Bertanya)
1) Kegiatan yang dipimpin guru untuk mendorong, membimbing, dan
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.
2) Bagi siswa yang memainkan peran kunci dalam pembelajaran berbasis
inkuiri.
d. Learning community (Masyarakat Belajar)
1) Sekelompok orang yang terjalin dalam suatu proses pembelajaran
2) Bekerjasama dengan orang lain yang lebih baik daripada belajar sendiri
3) Bertukar pengalaman
4) Berbagi ide
e. Modeling (Pemodelan)
1) Proses memimpin dengan memberi contoh untuk menginspirasi orang
lain untuk berpikir, bekerja, dan belajar.
2) Membiarkan anak-anak melakukan apa yang mereka inginkan agar
mereka dapat melakukannya
f. Reflection (Refleksi)
1) Memikirkan tentang apa saja yang telah di pelajari
2) Mencatat apa saja yang telah di pelajari
3) Membuat karya, kerja kelompok, jurnal dan seni.
g. Authentic Assessment (Penilaian yang sebenarnya)
1) Menilai kemampuan dan pengetahuan siswa
2) Evaluasi produk (kinerja)
3) Tugas yang relevan dan kontekstual.102
Elaine B. Johnson, memberikan tujuh strategi yang haru di tempuh
dalam CTL, yakni,
a. Instruksi berbasis masalah Siswa diajarkan untuk berpikir kritis untuk
memecahkan masalah.

101
Nurhadi, dkk, Pembelajaran Contextual Teaching and Learning/CTL dan
Penerapannya dalam KBK, (Penerbit Universitas Negeri Malang, Malang, 2004), h. 43
102
Ibid
49

b. Menggunakan berbagai keadaan Tidak hanya dalam buku teks atau buku
pelajaran, tetapi juga dalam lingkungan fisik dan sosial, makna dapat
ditemukan di mana-mana.
c. Memperhatikan keragaman siswa Dalam CTL, guru harus menjaga setiap
siswa dan merasa bahwa keragaman adalah sumber penghargaan dan rasa
hormat.
d. Mendorong siswa untuk belajar mandiri.
e. Berkolaborasi untuk mendapatkan pengetahuan. Siswa terbiasa belajar
dalam kelompok untuk berbagi pengetahuan dan memiliki kendali atas
fokus pembelajaran.
f. Melakukan penelitian yang sungguh-sungguh Hal ini karena kontekstual
hampir disamakan dengan individu, yaitu mengakui keunikan serta
keluasan belajar, bahan ajar dan prestasi siswa.
g. Kepatuhan terhadap standar yang tinggi. Standar yang sangat baik
kadang-kadang digunakan sebagai jaminan mendapatkan pekerjaan atau
sebagai motivator bagi siswa untuk bersemangat tentang prospek masa
depan mereka.103

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan, memiliki kesamaan dengan penelitian yang

akan di ringkas sebagai berikut:

1. Sanjaya dengan penelitian yang berjudul “ Strategi Guru PAI Dalam

Mengelola Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 47 Seluma” dalam

103
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Mizan Learning Center, Bandung, 2007), h. 21-22
50

penelitian dapat disimpulkan bahwa strategi guru PAi mengelola kelas

pada siswa kelas VII di SMP negeri 47 seluma meliputi menyusun RPP

yang digunakan untuk acuan mengajar, mengkaji standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang akan di capai dalam pembelajaran, melakukan

pemeraan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan

memperhatikan kondisi sekolah, daerah dan kemampuan peserta didik

dalam menerima pelajaran, melakukan persiapan agar mengusai dengan

baik materi yang akan disampaikan. Selain itu guru menunjukkan sikap

hangat dan antusias kepada siswa dan memberikan reward serta

menggunakan berbagai variasi metode mengajar. Pada penelitian ini

hanya terfokus pada strategi guru PAI maksudnya bagaimana guru PAI

tersebut mengelola kelas dalam pembelajaran dengan berbagai variasi

metode mengajar agar pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh

siswa, lalu penelitian yang saya lakukan mempunyai tujuan khusus

keaktifan siswa dalam belajar, guru mempunyai kewajiban untuk

memberikan pelajaran secara baik maka dari itu bagaimana strategi guru

PAI dalam mengelola kelas agar siswa-siswi yang ada di kelas dapat aktif

berkontribusi dalam proses pembelajaran yang dilakukan bukan hanya

guru saja yang aktif didalam kelas.

2. Khusnul Khatimah Adamy dengan penelitian berjudul “ Pengelolaan

Kelas dalam Peningkatan Keaktifan Belajar siswa di MTSs Pesantren

Modern Al-Manar Aceh Besar” dalam penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa pertama, pengelolaan kelas dilakukan mulai dari segi penataan


51

kelas yaitu dengan cara pengaturan formasi tempat duduk yang bervariasi

sesuai dengan keinginan siswa dan pembelajaran dilakukan. Kedua, dari

segi pengaturan siswa, yaitu pengaturan yang dikelompokkan sesuai

dengan kesenangan berkawan dan menurut kemampuan. Ketiga, dari segi

pendekatan dalam pendekatan kelas yaitu dengan menggunakan

pendekatan kekuasaan, pendekatan ancaman dan pendekatan kebebasan.

Dalam penelitian ini pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru secara

luas disemua mata pelajaran dengan barbagai cara agar siswa dapat aktif

mengikuti pembelajaran, lalu pada penelitian yang saya lakukan guru

menggunakan strategi dalam mengelola kelas terkhusus pada mata

pelajaran PAI bagaimana guru menggunakan strategi disetiap materi

pelajaran, pada penelitian yang saya lakukan ini bagaimana cara atau

strategi yang digunakan untuk mengkondisikan kelas agar siswa-siswi

dapat aktif dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan didalam kelas.

3. Intan Gadis Sitompul dengan penelitian berjudul “keterampilan dasar

guru PAI dalam mengelola kelas di SMP Swasta Al-Maksum Desa Cinta

Rakyat Kecamatan Percut Sei Tuan” dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa dalam mengelola kelas guru PAI di SMP Swasta Al-

Maksum belum bisa dikatakan baik dan maksimal karena masih banyak

kekurangan , selain itu jumlah siswa yang terlalu banyak, rendahnya

kedisiplinan guru dan siswa dan masalah individu yang ingin menarik

perhatian orang lain dengan perlakuan yang menyimpang. Pada

penelitian yang saya lakukan yakni terfokus pada strateginya, bagaimana


52

guru mengelola kelas sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa aktif

dan memahami pembelajaran yang diberikan dengan baik dan juga

terdapat perbedaan di lokasi penelitian yang saya lakukan


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yang diartikan
sebagai penelitian untuk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman
yang mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, yang
dilakukan secara wajar dan wajar sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa
manipulasi, sebagai serta jenis data yang dikumpulkan, khususnya data kualitatif.
Mengamati orang dalam kehidupan sehari-hari, berbicara dengan mereka,
dan mencoba memahami bahasa dan interpretasi mereka tentang dunia di sekitar
mereka adalah bagian dari proses penelitian.104
Karena observasi, wawancara, dan studi dokumentasi digunakan sebagai
pengganti angka untuk mengamati kegiatan belajar mengajar di kelas, maka studi
yang digunakan adalah kualitatif. Peneliti mengkaji data dalam penelitian
kualitatif dengan cara memperkaya informasi, membandingkan, dan
membandingkannya. Hasil analisis data berupa pemaparan terhadap skenario yang
diteliti, yang disajikan sebagai sebuah cerita.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan gambaran yang faktual,
akurat, objektif, dan sistematis sesuai dengan rumusan masalah yang dilakukan di
SMP Swasta Islam Annur Prima Medan .
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis yakni berusaha
menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau peristiwa pengalaman
berdasarkan kesadaran yang muncul pada diri setiap manusia. Karena penelitian
ini dilakukan di alam, tidak ada kendala dalam menafsirkan atau memahami
fenomena yang diteliti.105
Penelitian ini merupakan sebuah studi lapangan dengan
mengungkapkan, mengemukakan dan menggali informasi mengenai Strategi

104
Dimas Agung Trislianto, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: ANDI, 2020), h. 16
105
Ahmad Nizar Rangkuti, Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif,
PTK, dan Penelitian Pengembangan, (Bandung: Cipta Pustaka Media, 2016), h. 118

53
54

Guru Mengelola kelas dalam Meningkatkkan Keaktifan Belajar Siswa di


SMP Swasta Islam Annur Prima Medan

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini berlangsung di kelas VIII SMP Swasta Islam Annur Prima
Medan yang terletak di Jalan Rawe IV No 23 Tangkahan Kecamatan Medan
Labuhan Kota Medan 20244. Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal
tahun ajaran 2021/2022.
Lokasi ini dipilih berdasarkan kriteria subjektif, seperti kemudahan bagi
penulis untuk mengumpulkan data dan mencari informan. Karena lokasi
penelitian dekat dengan rumah peneliti.

C. Informan Penelitian
Informan atau orang yang akan memberikan informasi dalam penelitian ini
adalah data yang diperoleh peneliti, termasuk data yang diperoleh langsung oleh
peneliti dan data yang dikumpulkan peneliti dari sumber data yang ada.
Dalam penelitian ini kepala sekolah, guru PAI, dan siswa kelas VIII SMP
Swasta Islam Annur Prima Medan Semester Ganjil TA 2020/2021 menjabat
sebagai informan. Observasi awal peneliti, yang dilakukan untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih baik tentang subjek yang diteliti dan untuk memberikan
beberapa informasi kepada peneliti, digunakan untuk memilih informan
penelitian.

D. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data merupakan tahapan terpenting dalam proses
penelitian karena tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan
data. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penyelidikan ini
tercantum di bawah ini,
1. Observasi
55

Observasi adalah suatu jenis pengumpulan data dimana peneliti turun


ke lapangan dan meneliti hal-hal seperti ruang, tempat, pelaku, kegiatan,
waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.106
Pelaksanaan teknik observasi dapat mengambil banyak bentuk, seperti
metode yang digunakan oleh peneliti, yang disebut observasi partisipan, di
mana observasi dilakukan oleh pengamat atau peneliti yang ikut serta dalam
kehidupan yang diamati.107
Dalam observasi partisipan, peneliti melakukan observasi langsung
dengan sekelompok orang yang akan menjadi subjek penelitian. Peneliti
menjadi terlibat langsung dalam penelitian untuk mendapatkan pengetahuan
yang lebih baik tentang subjek.
Partisipan diamati untuk lebih mengenal dan berpartisipasi dalam
teknik manajemen kelas guru PAI untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
pada mata pelajaran PAI di kelas VIII. Pengamatan peneliti terhadap guru dan
siswa PAI di kelas selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu pendekatan pengumpulan data yang
menggunakan diskusi langsung atau tanya jawab untuk mengambil informasi
dari sumber data. Dalam penelitian kualitatif, wawancara mendalam
digunakan untuk menggali informasi dari informan secara holistik dan
jelas.108
Wawancara terstruktur adalah wawancara di mana peneliti telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis dan mengikuti
aturan wawancara untuk pengumpulan data yang telah diatur secara sistematis
dan lengkap.
Dalam wawancara terorganisir ini, peneliti mengajukan pertanyaan
kepada setiap responden dan mencatat. Dalam penelitian kualitatif, langkah-
langkah yang dilakukan untuk memperoleh data adalah sebagai berikut:
a. Tentukan untuk siapa wawancara itu;
b. Siapkan poin-poin utama yang akan dibahas; dan
106
Ibid, h. 114
107
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2012), h. 15
108
Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2020), h. 163
56

c. Mengontrol atau membuka alur wawancara.


d. Ikuti alur wawancaranya
e. Mengkonfirmasi hasil wawancara
f. Mencatat hasil wawancara dalam catatan lapangan
g. Mengidentifikasi setiap tindak lanjut wawancara yang telah dilakukan.

3. Studi Dokumentasi
Dokumen adalah catatan tertulis atau fotografis dari segala sesuatu yang
telah terjadi. Dokumen adalah fakta dan data yang telah disimpan sebagai
dokumentasi dalam berbagai media. Surat, laporan, peraturan, buku harian,
biografi, dan simbol mengandung sebagian besar informasi. Artefak, sketsa,
gambar, dan hal-hal lain yang telah disimpan.
Peneliti dapat menyelidiki peristiwa yang terjadi guna memperkuat data
observasi dan wawancara dalam hal memvalidasi data, membuat interpretasi,
dan menarik kesimpulan karena dokumen tidak dibatasi oleh tempat atau
waktu.109
Visi misi sekolah, struktur organisasi sekolah, jumlah siswa, dan data
lain yang mendukung penelitian digunakan untuk mengumpulkan data.

E. Teknik Analisis Data


Pencarian yang disengaja dan pengumpulan urutan data dikenal sebagai
analisis data. Pilih apa yang penting dan akan dipelajari, dan gambarkan temuan
dengan cara yang dapat mereka dan orang lain pahami.
Analisis data kualitatif induktif didasarkan pada data yang diperoleh,
dengan pembentukan pola hubungan tertentu atau hipotesis berikut. Data dicari
kembali berdasarkan hipotesis yang terbentuk dari data tersebut, untuk menilai
apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak berdasarkan data yang diperoleh.
Teknik analisis data merupakan bagian penting untuk memperoleh temuan
penelitian karena, bila ditinjau dengan benar, data mengarah pada kesimpulan
ilmiah. Analisis dilakukan sebelum penelitian, selama penelitian, dan setelah
penelitian. Penelitian kualitatif melibatkan pengolahan data sebelum peneliti

109
Dimas Agung Trislianto Metodologi Penelitian……. h, 355
57

terjun ke lapangan. Setelah masuk dan selama di lapangan, fokus penelitian ini
masih bergeser dan berkembang.110

Teori dapat membantu peneliti mengumpulkan dan menganalisis data


dalam skenario ini. Akibatnya, data yang diperoleh diperiksa menggunakan
analisis data kualitatif model interaktif Miles dan Huberman, yaitu:
1. Reduksi Data
Mereduksi data memerlukan meringkas, memilih elemen yang paling
relevan, memfokuskan pada elemen yang paling penting, mengidentifikasi
tema dan pola dengan jelas, dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan
data tambahan dan mencarinya jika diperlukan. Tujuan dari reduksi data
adalah untuk memudahkan dalam menarik kesimpulan dari data yang
dikumpulkan selama proses penelitian.
Peneliti mengumpulkan semua informasi yang dikumpulkan dari guru
PAI, siswa, dan kepala SMP Islam Swasta Annur Prima Medan, kemudian
memeriksa ulang dan menurunkan data mana yang sesuai atau sudah valid
dengan mempertimbangkan informasi lain. Setelah itu, data dibersihkan dan
dikategorisasikan sesuai kebutuhan, dalam hal ini untuk menjawab tujuan
penelitian dan sesuai dengan tinjauan pustaka (teori) yang digunakan.
2. Penyajian Data
Penyajian data yang diperoleh sedemikian rupa sehingga kesimpulan
dapat ditarik dikenal sebagai penyajian data. Materi yang penting untuk
tujuan penelitian harus diambil dari data yang disediakan dan terstruktur,
termasuk temuan umum dan khusus. Untuk membuat data lebih mudah
dipahami, digunakan rangkuman dan pengorganisasian data yang telah
diperoleh secara metodis.
Peneliti mengkategorikan data sesuai dengan tujuan penelitian dan
menawarkan keterbatasan berdasarkan teori yang digunakan. Untuk
menjawab permasalahan dan tujuan penelitian, maka data yang telah
direduksi yaitu data yang bersumber dari informan penelitian di SMP Islam

110
Ahmad Nizar Rangkuti, Penelitian Pendidikan……. h. 170-171
58

Swasta Annur Prima Medan selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan


masalah dan tujuan penelitian. Data yang dikelompokkan mengacu pada
pendekatan pengelolaan kelas guru PAI, aktivitas belajar siswa, keterampilan
pengelolaan kelas guru, dan hambatan pengelolaan kelas, yang selanjutnya
dikelompokkan berdasarkan jawaban pertanyaan penelitian.
3. Kesimpulan
Setelah itu, informasi yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan
hasil dokumen diproses, ditinjau, dan dikonfirmasi. Terus memoles informasi
yang ditawarkan, yang pada akhirnya akan mengarah pada kesimpulan yang
ditarik selama proses penelitian.111
Kesimpulan awal bersifat sementara, dan jika tidak ada bukti kuat yang
ditemukan untuk mendukung siklus pengumpulan data berikutnya,
kesimpulan tersebut akan diubah. Akibatnya, kesimpulan penelitian kualitatif
mungkin atau mungkin tidak dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan di awal, karena seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,
rumusan masalah dan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian lapangan selesai.
diadakan.
Kesimpulan diperoleh dengan membandingkan data dari beberapa
sumber, seperti satu sumber dengan sumber lainnya, data dari informan
berdasarkan observasi, dan triangulasi. Selanjutnya, kesimpulan dihasilkan
dengan menghubungkan satu kejadian (data) dengan fenomena lain sehingga
dapat ditarik kesimpulan yang spesifik terhadap tujuan dan pertanyaan
penelitian.

F. Teknik Keabsahan Data


Dalam penelitian kualitatif, keabsahan data sangat penting untuk dilakukan
karena temuan penelitian tidak akan ada artinya jika tidak mendapat pengakuan
dan kepercayaan. Keandalan data yang dikumpulkan oleh peneliti sangat penting
dalam mendapatkan pengakuan untuk penelitian ini.

111
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta, Gaung Persada, 2007), h.139
59

Untuk membangun kepercayaan data di perlukan teknik pemeriksaan


berdasarkan kriteria tertentu, kriteria tersebut adalah derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (Transferability), ketergantungan (Dependability), dan
kepastian (confirmability).

1. Kreadibilitas
Metode berikut dapat digunakan untuk mencapai kredibilitas yang
diinginkan:
a. Ketekunan pengamatan, di mana peneliti melakukan penyelidikan terus-
menerus pada aspek-aspek yang menonjol, kemudian mempelajarinya
secara mendalam sampai semua faktor yang diperhatikan dipahami.
Dalam contoh ini, peneliti melakukan wawancara mendalam serta
observasi terus menerus.
b. Kesesuaian Referensi: Referensi berasal dari dokumentasi peneliti
melalui rekaman atau foto.
c. Triangulasi, memeriksa keakuratan data yang dikumpulkan pada
berbagai fase fase penelitian dengan membandingkan data yang
diperoleh dari berbagai sumber pada masalah yang sama.
d. Peer deferbing, adalah berdialog dengan rekan sejawat yang tidak
berpartisipasi dalam penelitian untuk membahas dan mengkritisi
seluruh proses dan hasil penelitian guna meningkatkan kepercayaan diri
peneliti.
e. Pola pencocokan, hasil wawancara peneliti akan dihubungkan dengan
gambar-gambar atau foto-foto yang menunjukkan perilaku tersebut,
membentuk suatu pola untuk mencocokkan data pendukung dengan
data utama yang dikumpulkan.
2. Keteralihan (Transferability)
Pembaca laporan penelitian harus dapat memperoleh gambaran yang
jelas tentang situasi tersebut. Hal ini dimaksudkan agar temuan penelitian
dapat diterapkan pada berbagai keadaan dan konteks. Yang dimaksud dengan
“transferabilitas” mengacu pada kesesuaian makna fungsi unsur-unsur yang
60

terkandung dalam fenomena penelitian dan fenomena lain di luar ruang


lingkup penelitian.
Teknik terbaik untuk memastikan keteralihan adalah dengan menulis
deskripsi yang jelas dari data ke teori atau kasus ke kasus sehingga pembaca
dapat menerapkannya dalam situasi yang sama.

3. Kebergantungan (Dependability)
Bagaimana melakukan audit terhadap proses penelitian yang lengkap
untuk melakukan uji ketergantungan. Dalam penelitian ini, ketergantungan
dibangun melalui pengumpulan data dan analisis data laporan, serta saat
menyajikan data laporan penelitian.
4. Ketegasan/ Kepastian (confirmability)
Uji konfirmabilitas, juga dikenal sebagai tes objektivitas, menentukan
apakah hasil studi telah disetujui oleh banyak orang. Jika hasil penelitian
telah disepakati oleh banyak orang, maka penelitian tersebut dikatakan
objektif. Keabsahan data dalam laporan penelitian ini dibandingkan dengan
teknik seperti konsultan konsultan pada setiap tahapan proses, mulai dari
pengembangan desain hingga penataan kembali fokus penentuan konteks nara
sumber, penentuan teknik pengumpulan data, dan penyajian data penelitian.
BAB IV

TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Temuan Umum
1. Letak Geografis YPI Annur Prima Medan
Yayasan Pendidikan Islam Annur Prima terletak di Jl. Rawe IV Lk. VI
No. 23-A Psr 6 Martubung Kelurahan Martubung Kecamatan Medan
Labuhan Kota Medan, 20259. Sebelah selatan berbatasan dengan KIM
(Kawasan Industri Medan), sebelah barat berbatasan dengan lapangan sepak
bola dan sebelah utara berbatasan dengan pasar tradisional (pajak UKA
Martubung)
2. Sejarah singkat YPI Annur Prima Medan
Berawal dari sebuah mimpiuntuk menghadirkan lembaga pendidikan
untuk masyarakat sekitar yang syarat akan nilai spiritual dan penguatan
karakter. Seiring lamanya pengabdian di dunia pendidikan, maka pada tahun
1997 Bapak Drs. H. Nurman. S. Seorang tokoh agama sekaligus tokoh
pendidikan ingin mendirikan sebuah Yayasan Pendidikan sendiri. Lembaga
ini beliau beri nama Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Annur
Hadirnya yayasan ini menjadi lembaga pendidikan islam pertama di
sekitar Kecamatan Medan. Belum adanya lembaga pendidikan islam
membuat masyarakat senang menyambut dan mendaftarkan anaknya di
Annur. Berkat profil pendiri Annur yang dekat dengan masyarakat dan sudah
berpengalaman di dunia pendidikan menambah kepercayaan para orang tua
siswa.
Kondisi bangunan awal hanya dua lokal, masing-masing untuk
Raudhatul Athfal (RA), setingkat TK dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat
SD. Adapun jumlah siswa di awal pertama Tahun Ajaran yaitu berjumlah 25
orang untuk MI dan 36 orang untuk RA. Sungguh jumlah yang cukup banyak
pada tahun itu. Adapun tenaga pendidik berjumlah 4 orang saja.
Perlahan namun pasti, kepercayaan dan harapan masyarakat kian tinggi.
Mereka meminta agar Annur membuka unit SMP,maka pada tahun 2012

61
62

berdirilah SMP Islam Annur Prima. Kenapa ada penambahan “Prima” ? sebab
Akte Yayasan juga terjadi penambahan nama menjadi YPI Annur Prima
Dengan mengusung motto Islami dan berkualitas, YPI Annur Prima
terus mengepakkan sayapnya, konsep Pendidikan terintegrasi antara
pendidikan umum dan nilai-nilai keislaman terus diterapkan. Program
unggulan seperti Tahfizh Al-Qur’an makin menorehkan hasil yang positif.
Pendidikan berbasis karakter dan minat bakat juga tak kalah hebat
memperoleh prestasi yang cukup menggembirakan bagi perkembangan para
siswa.
Hingga kini tahun 2020 jumlah siswa YPI Annur Prima telah mencapai
hampir 800 an orang. Dengan tenaga pendidik dan kependidikan mencapai 70
an orang.
3. Visi dan Misi YPI Islam Annur Prima Medan
a. Visi
Menjadi sekolah Islam unggulan di Kota Medan dalam rangka
mewujudkan generasi Qur’ani, cerdas dan mandiri
b. Misi
 Mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam proses kegiatan belajar
mengajar
 Mengembangkan sistem pendidikan yang berorientasi pada siswa agar
lebih kreatif, inovatif dan mampu bereksplorasi
 Mendidik siswa untuk senantiasa menjadi kelurusan kasidah dan
kifrah, ketaatan ibadah serta memiliki perilaku islam dalam
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya
 Membentuk siswa agar memiliki keunggulan konfetitif pada aspek
keberanian bertindak, bersikap dengan pencapaian prestasi akademik
yang unggul
63

4. Struktur Organisasi YPI Islam Annur Prima Medan


Daftar Gambar 4.1

5. Struktur Organisasi SMP Swasta Islam Annur Prima Medan


Daftar Tabel 4.1

Kepala Sekolah : Bani Hakimin, S.Pd.I


Wakil Kepala Bidang Kurikulum : Ririn Tri Pradilla, S.Pd
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan : Fauziah Siregar, S.Pd
Wakil Kepala Bidang Sarana : Illa Masyitah Rani Hrp, S.Hut
64

Prasarana
Wakil Kepala Bidang SDM : Rismayati
Wakil Kepala Bidang Penjamin : Abdul Aziz
Mutu
Bimbingan Konseling : Fauziah Siregar, S.Pd

6. Tenaga Kependidikan YPI Annur Prima Medan


Daftar Tabel 4.2

Kepala Sekolah : Bani Hakimin, S.Pd.I


Wakil Kepala Bidang Kurikulum : Ririn Tri Pradilla, S.Pd
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan : Fauziah Siregar, S.Pd
Wakil Kepala Bidang Sarana : Ika Masyitah Rani Hrp, S.Hut
Prasarana
Wakil Kepala Bidang SDM : Rismayati
Wakil Kepala Bidang Penjamin Mutu : Abdul Aziz
Bimbingan Konseling : Fauziah Siregar, S.Pd.I
TU dan Operator : Anisyah Putri
Keuangan : Andika Prihatini
Pustakawan : Adly Nur Rahman
Kebersihan : Rina dan Yuni
Petugas Keamanan : Slamet Riadi dan Boby
Sujatmiko

7. Guru YPI Annur Prima Medan


Daftar Tabel 4.3

Nama Guru Mata Pelajaran


Syafrida Hafni, S.Pd PAI
Sri Wahyuni, S.Pd Bahasa Inggris
Abdul Aziz, S.Pd SBK
Rismayati, S.Pd PKN
65

Illa Masyitah Rani, S.Pd PKN


Ririn Tri Pradilla, S.Pd Matematika
Rahmi S.Pd PAI
Yunita, S.Pd Bahasa Inggris
Suhendrik Saputra, S.Pd Bahasa Indonesia
Saiful Amri, S.Pd Penjasorkes
Siti Fatimah, S.Pd Penjasorkes
Siti Rahmadani Siregar, S.Pd Bahasa Indonesia
Asnalita, S.Pd IPA
Sufathudin, S.Pd Matematika
Wahyuni, S.Pd IPA
Patmawati, S.Pd Prakarya
Febri Masnaria, S.Pd SBK
Ivan Fadlur Rohman, S.Pd Prakarya
Yudha Franata Hasibuan, S.Pd IPS
Rasidah Berampu, S.Pd IPS

8. Siswa SMP Islam Annur Prima Medan


 Kelas 7 Putra 31 Siswa
 Kelas 7 Putri 30 Siswa
 Kelas 8 Putra 20 Siswa
 Kelas 8 Putri 28 Siswa
 Kelas 9 Putra 30 Siswa
 Kelas 9 Putri 27 Siswa

9. Sarana dan Prasarana SMP Swasta Islam Annur Prima Medan


Deskripsi Data Sarana Dan Prasarana
a. Keadaan sarana dan prasarana (fisik Sekolah)
Daftar Tabel 4.4

Ruang Kelas : 6 Ruang


Ruang Kepala Sekolah : 1 Ruang
66

Ruang Guru : 2 Ruang


Ruang Tata Usaha : 1 Ruang
Gedung : 1 Ruang
WC Guru : 1 Ruang
Kantin Sekolah : 1 Ruang
Kantin OSIS : 1 Ruang
Wc siswa : 2 Ruang
Perpustakaan : 1 Ruang

b. Keadaan Sarana dan Prasarana Kantor


Daftar Tabel 4.5

Keadaan
No Nama Barang Jumlah
B S R
1 Sound besar 1 1
2 Sound sedang wirales 1 1
3 Speaker kecil 1 1
4 Speaker kecil wireless 1 1
5 Ampli 1 1
6 Jam dinding 1 1
7 Lemari kabinet 2 2
8 Rak buku 2 2
9 Proyektor 1 1
10 Kipas angin 2 2
11 Printer 3 3
12 Dispenser 1 1
13 Galon air 3 3
14 Cok sambung 7 7
15 Sapu ijuk 1 1
16 Papan tulis 1 1
17 Tikar plastic 2 1 1
18 Lampu 4 4
67

19 Kursi 18 8 10
20 P3K 1 1
21 Screen proyektor 1 1
22 Screen komputer 1 1
23 Box/container besar 3 3
24 Cntainer kecil 2 2
25 Mesin jahit 2 2
26 Matras 1 1
27 Sajadah 3 3
28 Bingkai besar 3 3
39 Lampu neon panjang 1 1
30 Piala 28 5 23
31 Papan tulis kecil 2
32 Meja 13
33 Sapu 2
34 Kain jendela 3
35 Kompor gas 2
36 Rak sepatu putra/putri 1
68

B. Temuan Khusus Penelitian

Dalam pembahasan ini akan dideskripsikan secara mendalam


tentang Strategi Guru PAI dalam Meningkat Keaktifan Belajar Siswa di
SMP Swasta Islam Annur Prima Medan.

Sebagaimana tercantum dalam BAB III, penelitian ini


menggunakan prosedur atau teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan subjek
penelitian. Akibatnya, perdebatan ini akan diberikan panjang lebar dan
sistematis, dan akan sepenuhnya membahas semua rumusan masalah
penelitian.

a. Keaktifan belajar siswa di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan


Dalam proses pembelajaran siswa di tekankan untuk aktif, baik aktif
secara fisik, mental atau intelektual sehingga pembelajaran yang disampaikan
oleh guru dapat tersampaikan dengan baik kepada peserta didik.
Untuk menumbuhkan keaktifan siswa, seorang guru harus aktif pula
dalam menyampaikan materi pembelajaran, harus dapat menggunakan
strategi yang tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga
siswa akan ikut aktif berkontribusi dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan wawancara dengan Guru PAI Mengenai Kektifan Belajar
Siswa di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan adalah sebagai berikut :
“Para Siswa siswi disini aktif dalam pembelajaran PAI. Karena
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangatlah penting, jika
mereka tidak aktif maka proses pembelajaran belum maksimal,
keaktifan belajar siswa sangat penting dikarenakan tujuan dari
pembelajaran PAI adalah mereka jadi intinya peserta didik harus
aktif.”112
Lalu beliau mengatakan bahwa:

112
Wawancara dengan Guru PAI Mualimah Rahmi pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus
2021, pukul 09.30 WIB
69

“ ketika ada siswa disini yang tidak aktif mereka saya dorong mereka
untuk aktif seperti bertanaa atau menjawab pertanyaan yang saya
ajukan ketika pelajaran PAI “113

Dari informasi diatas dapat dijelaskan bahwa, keaktifan siswa sangat


penting bagi pelaksanaan proses pembelajaran karena tujuan dari
pembelajaran PAI adalah peserta didik jika peserta didik tidak aktif maka
proses pembelajaran yang berlangsung tidak akan sesuai dengan tujuan yang
telah dibuat. Jika peserta didik tidak aktif maka proses pembelajaran tidak
maksimal.

Hasil wawancara peneliti dengan Mualim Bani Hakimin selaku kepala


sekolah SMP Swasta Annur Prima Medan mengenai keaktifan belajar Siswa
SMP Swasta Islam Annur Prima Medan beliau mengatakan bahwa

“ Setiap peserta didik disini Alhamdulillah aktif, guru juga menarik


dalam membawakan materi dan juga siswa di haruskan untuk berperan
aktif dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik. Guru harus dapat menguasai materi yang disampaikan
dengan strategi yang tepat agar pembelajaran lebih menarik dan anak-
anak aktif dalam proses pembelajaran.”114
Setiap guru mempunyai caranya masing-masing dalam membuat siswa
aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas,

Tidak semua peserta didik memiliki tingkat pemahaman yang sama, pasti
ada yang lebih rendah ketika pemahaman siswa lebih rendah pasti ia akan
tertinggal daripada teman-temannya. maka dari itu guru harus dapat
memantau siswa, setidaknya jika peserta didik tidak aktif mereka tidak
ketinggalan materi pelajaran, Berdasarkan wawancara dengan guru PAI,
mengenai hal tersebut beliau mengatakan bahawa:

“Sebelum belajar harus mengenal dahulu kualitas siswa saya, ada yang
pengetahuannya sangat minim sekali, ada yang sangat jauh. Lalu yang
saya lakukan yakni, menyamakan materinya dahulu, kalau bisa

113
Wawancara dengan Guru PAI Mualimah Rahmi pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus
2021, pukul 09.30 WIB
114
Wawancara dengan Mualim Bani Hakimin pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus 2021,
pukul 11.30 WIB
70

menyamakan materi yang lain pasti ngikut perlahan-lahan dan kita tau
tingkat keaktifannya dari hari kehari”115
Setiap guru memiliki cara masing-masing dalam meningkatkan
keaktifan siswa di kelas tinggal bagaimana gurunya saja. Berdasarkan
wawancara dengan guru PAI beliau menyatakan bahwa:

“Selama saya sesuai dengan materinya juga, kalau tentang wudhu saya
langsung praktek dengan cara saya sendiri. InsyaAllah cara yang saya
tempuh membuat mereka aktif. Sejauh pengalaman saya apapun materi
yang saya bawakan saya paksa murid-muridnya untuk aktif, lalu dalam
hal mencatat materi pembelajaran, mendengarkan mereka juga aktif,
bertanya mengenai hal-hal yang tidak mengerti. Ketika saya menjelaskan
materi mereka mendengarkan lalu mencatat point-point penting dan
bertanya ketika tidak mengeti. Cara lain yang saya lakukan agar mereka
aktif yakni dengan membuat kelompok lalu saya beri materi disetiap
kelompok itu berbeda-beda agar mereka dapat berdiskusi dengan teman
sekelompoknya, menyampaikan gagasan atau ide-idenya mengenai
materi tersebut setelah itu perwakilan setiap kelompok akan menjelaskan
kedepan kelas lalu kelompok lain akan memberi pertanyaan, menaggapi
pertanyaan temannya atau menanggapi materi tersebut.”116

Berdasarkan wawancara di atas, guru PAI di SMP Islam Annur Prima


Medan mendorong siswanya siswanya yang kurang aktif untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran dengan aktif mendengarkan, mencatat,
bertanya, berdiskusi, dan menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru
PAI. guru atau teman-temannya. Banyak sekali aktivitas siswa dalam
pembelajaran di SMP Islam Annur Prima Medan dalam contoh ini, antara
lain,

1. Siswa aktif dalam mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru lalu
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru secara
cepat
2. Siswa aktif dalam hal mencatat point-point penting yang disampaikan
oleh guru ketika menjelaskan didepan kelas

115
Wawancara dengan Guru PAI Mualimah Rahmi pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus
2021, pukul 09.30 WIB
116
Wawancara dengan Guru PAI Mualimah Rahmi pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus
2021, pukul 09.30 WIB
71

3. Siswa aktif dalam berdiskusi dengan kelompoknya, menyampaikan ide-


ide atau gagasan yang berhubungan dengan materi tersebut
4. Ketua kelompok menjelaskan hasil diskusi didepan kelas lalu kelompok
lain memberikan pertanyaan atau menanggapi hasil diskusi yang
disampaikan.
5. Siswa dari kelompok lain juga aktif dalam menjawab pertanyaan dari
teman-temannya

Selanjutnya hasil wawancara yang peneliti lakukan, pada hari Rabu


tanggal, 11 Agustus 2021 kepada salah satu siswa kelas VIII, ia mengatakan
bahwa

“ Didalam kelas kami aktif bertanya terus mencatatat, mendengarkan


mualimah ketika menjelaskan dan menjawab soal yang diberikan oleh
mualimah, terus kalau kalau ada yang tidak aktif selalu dipaksa untuk
aktif sama Mualimah kadang disuru menjawab atau bertanya mengenai
materi yang dijelaskan, lalu ketika menjelaskan Mualimah sering
bertanya kepada kami mengenai materi pembelajaran yang dibahas,
terkadang kami diskusi dengan materi yang berbeda disetiap kelompok
dan menyampaikan hasil diskusi kami didepan kelas. ketika materi
wudhu dan sholat kami praktek”117
Untuk melengkapi data, peneliti melakukan observasi yang akan di
paparkan sebagai berikut:

Pada hari Senin Tanggal 09 Agustus 2021, peneliti melakukan


pengamatan di kelas VIII pada proses pelajaran PAI oleh Mualimah Rahmi
mengenai keaktifan belajar siswa. pada proses pembelajaran siswa dengan
tertib mengikuti pembelajaran, ketika di tanya oleh guru mengenai materi
yang sebelumnya mereka menjawab dengan cepat.

Dalam proses pembelajaran ada beberapa siswa yang kurang aktif guru
mendodong siswa untuk aktif, guru berulang-ulang bertanya agar siswa
terbiasa untuk menjawab dan lama kelamaan mereka akan terbiasa untuk
berbicara dan aktif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh Mualimah Rahmi,


Peserta didik mendengarkan guru menjelaskan, lalu mencatat point-point
117
Wawancara dengan Ivone Charairani pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus 2021, pukul
09.00 WIB
72

penting mengenai pembelajaran yang di lakukan dengan penaataan meja dan


kursi dikelas sesuai dengan kondisi fisik dan psikis siswa. Rata-rata siswa
yang melaksanakan proses pembelajaran didalam kelas merespon dengan
baik dan ikut aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, mereka
aktif dalam hal mencatat, mendengar kan apa yang disampaikan oleh guru.
Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik.118

Lalu pada tanggal 23 Agustus 2021. Pada proses belajar mengajar guru
menjelaskan materi secara garis besar kepada para siswa dan selanjutnya
siswa mendengarkan materi dari audio yang di hidupkan guru dari loudspeker
dan setelah selesai para siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru secara cepat. Sebelum pembelajaran di tutup guru
mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai
materi yang masih belum di pahami. Ketika selesai proses pembelajaran guru
menyampaikan kesimpulan dari materi yang telah di pelajari dan menutup
pelajaran dengan doa.119

Pada tanggal 30 Agustus. Pada proses belajar mengajar guru


menggunakan infocus, menampilkan video mengenai proses pembelajaran
lalu siswa mendiskusikan bersama teman-teman sekelompoknya. Masing-
masing perwakilan kelompok menjelaskan hasil diskusi didepan kelas lalu
kelompok lain memberikan pertanyaan dan tanggapan mengenai hasil diskusi
kelompoknya.120

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa di SMP


Swasta Islam Annur Prima Medan, keaktifan siswa ketika belajar sangat
tinggi,selain mendengarkan siswa juga ikut berpartisipasi, mencatat point-
ponit penting, bertanya kepada guru mengenai hal yang dimengarti dan
menjawab apa yang ditanyakan oleh guru. Lalu Ketika peserta didik sudah
terbiasa untuk aktif maka dalam proses pembelajaran materi yang
disampaikan akan mudah di pahami oleh peserta didik

118
Hasil observasi hari Senin, tanggal 09 Agustus 2021 pukul 08.00 WIB- selesai
119
Hasil observasi hari Senin, tanggal 23 Agustus 2021 pukul 08.00 WIB- selesai
120
Hasil observasi hari Senin, tanggal 30 Agustus 2021 pukul 08.00 WIB- selesai
73

b. Strategi Guru PAI Mengelola Kelas di SMP Swasta Islam Annur


Prima Medan
Guru memainkan peran penting dalam proses pembelajaran di kelas;
guru berdampak pada kualitas dan kuantitas pembelajaran yang berlangsung.
Guru dan pendidik harus mampu mengelola kelas dan memiliki keterampilan
manajemen kelas.
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah tentang kompetensi
guru dalam pengelolaan kelas, antara lain,

“setiap guru harus memiliki keterampilan dalam mengelola kelas, jika


tidak mempunyai keterampilan dalam mengelola kelas, kita akan
dianggap sebagai patung yang bediri oleh anak-anak. Bagaimana
kondisi dikelas tergantung gurunya masing-masing, maka di perlukan
supervisi yang memantau guru mengajar, apakah strategi yang
digunakan berbeda-beda setiap pertemuan atau sama, ini juga perlu di
evaluasi lalu diperbaiki, guru PAI disini sudah memilki keterampilan
untuk mengelola kelas beliau pandai untuk mengkondusifkan kelas dan
membawa suasana kelas menjadi hidup ketika proses pembelajaran
berlangsung”121
Berdasarkan wawancara diatas setiap guru yang mengajar terutama
guru PAI harus memiliki keterampilan dalam mengelola kelas, ketika guru
sudah memiliki keterampilan tersebut maka kelas akan mudah untuk di
kondusifkan. Guru merupakan unsur yang penting dalam pendidikan,
meyenangkan atau tidaknya proses pembelajaran tergantung guru yang
memegang kelas tersebut.

Ketika seorang guru dapat mengelola kelas dengan baik maka tujuan
pembelajaran dapat dicapai. Ketika kelas dapat dikelola dengan baik dan
materi yang diajarkan dapat dipahami oleh peserta didik maka guru dapat
dengan mudah mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang sudah dibuat
sebelumnya

121
Wawancara dengan Mualim Bani Hakimin pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus 2021,
pukul 11.30 WIB
74

Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah mengenai strategi


pengelolaan kelas yang baik, yakni:

“Intinya begini dalam ruang kelas yang kecil siswa jangan sampai
bosan ketika belajar PAI, malas dan sebagainya karena ini adalah
pelajaran yang penting, dan strategi PAI ini pun tergantung dengan apa
yang ia dapatkan di luar kelas. Tetapi tetap kita dorong untuk
pembelajaran aktif yang tidak hanya gurunya saja yang menyampaikan
materi tetapi lebih ke interaksi interaktif siswa. Bukan hanya guru saja
yang menyampaikan materi tetapi murid tidak dikasi kesempatan untuk
berbicara atau dikelas saja tidak ada praktek atau kegiatan di luar kelas.
Jangan sampai anak itu bosan dalam pembelajaran PAI.”122
Setiap guru harus punya strategi nya sendiri dalam pembelajaran PAI,
guru harus bisa membuat siswa aktif dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan, lalu memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan
pendapatnya mengenai materi yang telah diajarkan jadi bukan hanya guru
yang aktif menyampaikan materi tetapi siswa juga ikut serta berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah di SMP Swasta Islam


Annur Prima Medan tentang pengelolaan kelas:

“Peran guru dalam pengelolaan kelas disini meliputi mengatur tempat


duduk siswa, menjaga kebersihan kelas, dan menjaga kebersihan
lingkungan kelas agar siswa merasa nyaman mengikuti kegiatan
pembelajaran. Ketika kelas rapi dan siswa santai, proses belajar akan
lancar, dan siswa akan lebih fokus dalam belajar.123
Lalu berdasarkan wawancara dengan guru PAI, beliau mengatakan
bahwa.

“Pengelolaan kelas yang baik itu siswanya bisa aktif, bisa ikut
berpartisipasi dalam segala kegiatan pembelajaran. Kita nyaman,
mereka nyaman dan materi tersampaikan dengan baik dan mereka pun
paham.”124

122
Wawancara dengan Mualim Bani Hakimin pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus 2021,
pukul 11.30 WIB
123
Wawancara dengan Mualim Bani Hakimin pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus 2021, pukul
11.30 WIB
124
Wawancara dengan Guru PAI Mualimah Rahmi pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus
2021, pukul 09.30 WIB
75

Lalu berdasarkan, hasil wawancara peneliti dengan Guru PAI, beliau


mengatakan bahwa:

“Strategi guru dalam mengelola kelas itu penting bahkan sangat


penting, agar kelas menjadi kondusif dan siswa nyaman dalam
mengikuti proses pembelajaran”125

Beliau melanjutkan

“ketika dikelas saya mewajibkan siswa agar kelas selalu bersih dan rapi
agar mereka juga nyaman dalam peroses pembelajaran, saya selalu
memeriksa kerapian siswa, baik pakaian, buku catatan atau buku pr
siswa, selain itu dibeberapa materi pembelajaran saya menerapkan
perubahan kursi, terkadang berkelompok-kelompok dan juga bentuk
kursi seperti biasanya dan formasi-formasi yang saya lakukan ketika
proses pembelajaran. Ketika bentuk kursi yang susun saya atur siswa
duduk sesuai dengan kondisi psikis dan fisiknya agar siswa juga dapat
menerima materi pembelajaran dengan baik. Ketika berkelompok dalam
satu kelompok saya gabung antara yang pintar atau aktif dengan yang
kurang agar mereka yang tidak aktif termotivasi juga untuk berdiskusi
atau menyampaikan pendapat dengan teman-temannya sehingga proses
pembelajaran tetap dapat berjalan dengan baik. Dan yang terakhir yakni
penggunaan strategi pembelajaran yang tepat sehingga siswa akan
terfokus pada materi yang diberikan oleh guru didepan kelas.”126
Selanjutnya beliau juga mengatakan bahwa,

“ketika dikelas ada beberapa hal yang saya lakukan agar kelas tetap
nyaman yakni dengan mengontrol berbagai tingkah laku siswa,
melarang mereka melakukan berbagai macam sesuatu yang dapat
menyebabkan kelas tidak kondusif lalu saya menciptakan suasana dan
peraturan yang harus di taati setiap anggota kelas selama proses
pembelajaran”
Lalu peneliti mewawancarai siswa kelas VIII mengenai guru PAI dalam
mengelola kelas, beliau mengatakan bahwa:

“Ketika dikelas sebelum pembelajaran mualimah selalu memeriksa PR


kami lalu memeriksa kerapian pakaian dan kuku lalu ketika
menyampaikan pembelajaran Mualimah menjelaskan materi diselingi
dengan bercandaannya jjuga agar kami tidak bosan, ketika menjelaskan
Mualimah selalu bertanya-tanya kepada kami. Ketika belajar PAI
Suasana kelas juga kondusif tapi terkadang juga tidak karena Mualimah
125
Wawancara dengan Guru PAI Mualimah Rahmi pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus
2021, pukul 09.30 WIB
126
Wawancara dengan Guru PAI Mualimah Rahmi pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus
2021, pukul 09.30 WIB
76

menyuruh kami berdiskusi mengenai materi jadi susasana kelas


ribut.”127
Lalu peneliti mewawancarai mengenai respon siswa terhadap strategi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, beliau mengatakan :

“Pada saat pelaksanaan Strategi Pengelolaan Kelas kami menerima


dengan Positif dan senang hati karena ketika Mualimah masuk suasana
kelas menjadi nyaman dan kondusif membuat kami bersemangat untuk
melaksanakan pembelajaran PAI apalagi dengan guru yang
menyenangkan, dan pengaturan tempat duduk yang sesuai kadang
berkelompok juga kadang tempat duduk seperti biasanya berjajar
kedepan. Atau formasi lainnya yang di buat oleh Mualimah ketika
belajar. Dengan berbagai strategi dan pengaturan tempat duduk yang
bemacam-macam kami senang dan selalu kami tunggu ketika mualimah
masuk untuk mengajar”128

Dari data di atas strategi guru dalam mengelola kelas yakni,


1. Guru harus memiliki keterampilan dasar dalam mengelola kelas
2. Menggunakan strategi pembelajaran yang tepat sehingga siswa tidak
bosan ketika mengikuti pembelajaran
3. Menciptakan peraturan yang harus ditaati oleh setiap siswa, yakni
menyampul buku, tetap kondusif selama pembelajaran berlangsung dan
sebagainya
4. Menjadikan ruang kelas bersih dan rapi sehingga siswa nyaman dan
fokus dalam melakukan proses pembelajaran
5. Memeriksa kerapian dan kebersihan setiap siswa
6. Mengatur formasi tempat duduk sesuai dengan kondisi fisik dan psikis
siswa
7. Ketika duduk berkelompok dalam diskusi guru menggabungkan siswa
yang kurang aktif dengan yang aktif sehingga pembelajaran tetap akan
berjalan secara kondusif
8. Respon siswa terhadap strategi yang digunakan oleh Guru ketika
pelaksanaan pembelajaran yakni menerima dengan positif setiap

127
Wawancara dengan Ivone Chairani pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus 2021, pukul
09.00 WIB
128
Wawancara dengan Ivone Chairani pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus 2021, pukul
09.00 WIB
77

strategi yang diterapkan mereka merasa senang dan bersemangat,


mereka selalu menunggu ketika Guru masuk kelas untuk
menyampaikan pembelajaran

Untuk melengkapi data tersebut, peneliti melakukan observasi sebagai


berikut:

Pada hari Senin tanggal, 06 September 2021 pada proses pelajaran PAI
oleh Mualimah Rahmi, ketika awal pembelajaran Mualimah memulai proses
pembelajaran dengan membaca pujian-pujian dan membaca doa. Selanjutnya
mengecek kerapian siswa, seperti kuku, ciput, kaus kaki, dan sampul buku,
lalu mengabsen siswa dengan memanggil nama satu-satu.

Lalu, guru kembali mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan kondisi
fisik dan psikisnya. Siswa yang mempunyai kekurangan dalam melihat,
mendengar dan cukup susah dalam memahami materi diletakkan di kursi
paling depan, dan juga siswa yang mempunyai fisik yang kurang atau tinggi
badan yang kurang di tempatkan di kursi urutan kedua. Dan selebihnya di
tempatkan urutan kursi yang paling belakang.

Selanjutnya memeriksa apakah buku catatan peserta didik sudah


disampul semua atau tidak, ada beberapa peserta didik yang bukunya belum
disampul. Sebagai hukuman agar mereka jera, guru menyuruh mereka untuk
keluar dan mengerjakan beberapa tugas yang diberikan dengan tujuan agar
merek jera dan menyampul buuku catatatan agar rapi dan kompak dengan
teman-teman sekelasnya

Setelah selesai guru mulai proses pembelajaran, dengan mengajukan


pertanyaan-pertanyaan kepada siswa mengenai materi pembelajaran
sebelumnya, apakah siswa tersebut sudah mengerti atau tidak dengan materi
sebelumya. Lalu menjelaskan materi selanjutnya berdasarkan buku panduan
yang ada, guru menjelaskan dalil-dalil Al-Qur’an berhubungan dengan materi
tersebut sambil sesekali bertanya kepada siswa agar mereka paham materi
yang dijelaskan oleh guru tersebut setelah selesai menjelaskan guru
memberikan tugas atau Pr kepada siswa untuk dikerjakan di rumah
78

Lalu, menceritakan kisah inspiratif yang terdapat didalam buku dan


membuat ringkasan setelah selesai siswa mengumpulkann ringkasan yang
telah dikerjakan dengan teman sebangkunya. setelah itu guru menutup
pembelajaran dengan salam dan doa kafaratul majelis.129

Berdasarkan hasil pengamatan, suasana kelas kondusif dan kelas yang


nyaman untuk melakukan pembelajaran sehingga peserta didik bersemangat
untuk belajar dikelas dengan pengaturan tempat duduk yang sesuai dengan
siswa. Strategi yang dilakukan guru ketika penyampaian pembelajaran antara
lain, bertanya kepada siswa, guru menjelaskan materi dengan baik dan jelas
serta menyenangkan sehingga siswa mudah memahami materi pembelajaran
yang di sampaikan oleh guru.

Selama pembelajaran sedang berlangsung setiap strategi yang


digunakan oleh guru pasti selalu di respon baik oleh para siswa, mereka
menjadi bersemangat ketika mengikuti pembelajaran, ketika diskusi ataupun
ketika guru menjelaskan materi didepan.

Hal inilah yang menjadi semangat guru untuk menggunakan berbagai


strategi ketika proses pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran tersebut
dapat tercapai dan siswa dapat menerima materi yang disampaikan dengan
baik. Dengan berbagai macam strategi pengelolaan kelas yang digunakan
oleh guru hal inilah yang menjadi alasan untuk siswa selalu bersemangat
dalam mengikuti setiap pembelajaran yang dilakukan oleh guru

Didalam pembelajaran tidak hanya guru yang aktif menjelaskan para


siswa ikut serta dalam proses pembelajaran seperti bertanya, ketika guru
bertanya siswa menjawab, dan berdiskusi dengan teman sebangkunya.

Persepsi atau pandangan siswai di SMP Swasta Islam Annur terhadap


strategi pengelolaan kelas yang digunakan oleh guru yakni siswa
meresponnya dengan positif para siswa sangat tertarik dan dengan senang hati
menerima setiap strategi yang digunakan.

129
Hasil observasi hari Senin, tanggal 06 September 2021, pukul 08.00 WIB-Selesai
79

Mereka berpandangan bahwa dengan adanya strategi yang digunakan


disetiap kegiatan belajar mengajar siswi menjadi lebih mengerti terhadap
materi yang diajarkan oleh guru suasana kelas juga tidak membosankan setiap
siswa aktif untuk sama-sama memahami materi disetiap pembelajaran ketika
ada yang bertanya mereka tanggap dan responsif untuk ikut menjawab atau
menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh teman-temannya menurut yang
mereka pahami.

Dengan dilaksanakannya beberapa strategi seperti penataan bangku


kelas, duduk berkelompok ketika berdiskusi, menjadikan ruang kelas bersih,
memeriksa kerapian serta kebersihan setiap siswa menggunakan strategi
tanya jawab dan lain sebagainya dapat meningkatkan minat siswa dan
keterlibatan siswa dalam keaktifannya didalam kelas sehingga pelaksanaan
pembelajaran semakin bervariatif dan menyenangkan.

Dengan adanya strategi pengelolaan kelas yang digunakan oleh guru


membuat siswa bersemangat dalam menjalani pembelajaran sehingga tujuan
dan kompetensi lebih mudah untuk dicapai karena setiap siswa memiliki
keterbatasan pemahaman yang berbeda dalam mempelajari sesuatu.

Maka dari itu dengan adanya strategi pengelolaan kelas tersebut


membuat para siswa menjadi lebih aktif, tanggap, dan responsif serta
memahami setiap materi yang diajarkan karena disetiap akan dilaksanakan
pembelajaran PAI dikelas mereka jadi bertanya-tanya hari ini strategi apalagi
yang akan digunakan oleh gurunya sehingga mereka menjadi bersemangat
setiap pelaksanaan pembelajaran PAI

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa, strategi guru PAI mengelola
kelas yakni, dengan menggunakan strategi Tanya jawab lalu diskusi dan
praktek jika ada materi yang harus di praktekkan.

Guru harus dapat mencari model-model strategi yang sesuai dengan


materi yang di bahas agar proses pembelajaran menyenangkan dan materi
sampai ke peserta didik. Jika guru tidak tepat menggunakan strategi maka
80

peserta didik akan bosan dan mereka tidak akan memperhatikan materi yang
disampaikan guru didepan kelas.

c. Faktor penghambat Strategi Guru PAI mengelola kelas di SMP


Swasta Islam Annur Prima Medan

Dari Hambatan akan selalu muncul dalam pelaksanaan tindakan


pengelolaan kelas, baik yang datang dari guru, siswa, maupun sarana dan
prasarana.

Menurut wawancara dengan kepala SMP Swasta Islam Annur Prima di


Medan, alasan berikut membatasi strategi manajemen kelas guru,

“ Faktor penghambat strategi guru mengelola kelas yakni, sarana dan


prasarana, berkaitan dengan alat-alat pembelajaran seperti buku-buku
pendukung untuk pembelajaran perlunya pengembangan sarana dan
prasarana agar bisa memaksimalkan proses pembelajaran. Lalu siswa
yang sulit untuk mengikuti atuaran-aturan yang sudah diterapkan oleh
sekolah, saya selalu mengingatkan kepada siswa untuk selalu menjaga
kebersihan sekolah baik dikelas ataupun diluar kelas dan menjaga
kedisiplinan agar pelakasanaan pembelajaran menjadi lebih kondusif”130
Faktor yang paling menghambat dalam mengelola kelas yaitu sarana
dan prasarana termasuk infocus, karena sarana dan prasarana merupakan
salah satu hal yang dapat menunjang dan memaksimalkan proses
pembelajaran yang dilakukan, kemudian faktor siswa yaitu sulitnya mengikuti
aturan yang dibuat. oleh guru dan sekolah, serta siswa yang tidak disiplin
dapat menghambat proses pembelajaran, sehingga guru harus mampu mampu
mampu mampu mampu mampu mampu mampu mampu.

Berdasarkan wawancara dengan guru PAI mengenai faktor penghambat


beliau mengatakan bahwa:

“Faktor penghambat dalam mengelola kelas diantaranya yaitu, pertama,


banyaknya siswa dikelas dan sempitnya ruang kelas sehingga guru
kesulitan untuk mengatur siswa, mengatur formasi tempat duduk dan
menerapkan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya, kedua,
pengelompokan siswa, biasanya siswa itu ada bergeng-geng atau
berkelompok-kelompok. Ketika kita pecah mereka dan tidak sesuai
dengan geng mereka, mereka akan mengerjakan tugas dengan cemberut
130
Wawancara dengan Mualim Bani Hakimin pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus 2021,
pukul 11.30 WIB
81

tidak sesuai dengan kemauannya kalau anak-anak ini harus belajar


dengan hati yang senang, mereka sudah remaja sudah ada ceritanya
masing-masing. Lalu ketika dikelas pasti ada saja siswa yang
menganggu teman disebelahnya, bertengkar ketika pembelajaran
berlangsung, dan tidak menyelelesaikan tugas, tidak membawa buku
catatan dan sebagainya sehingga dapat menghambat proses
pembelajaran yang sedang dilaksanakan.”131
Lalu beliau melanjutkan
“ Termasuk juga siswa yang malu-malu untuk mengutarakan
pendapatnya atau mengajukan pertanya, masih ada rasa takut yang
muncul disetiap siswa ketika mengajukan pertanyaan atau menjawab
pertanyaan yang saya ajukan kepada mereka”
Berdasarkan wawancara di atas, salah satu kendala guru PAI dalam
mengelola kelas adalah jumlah siswa dan sempitnya ruang kelas. Karena
banyaknya siswa di setiap kelas, sulit bagi guru untuk menerapkan taktik
pembelajaran yang efektif; jika mereka melakukannya, kelas tidak akan
mendukung pembelajaran, dan konten yang dipelajari tidak akan sampai ke
siswa.

Lalu, Siswa mempunyai kelompok-kelompok bermainnya sendiri ketika


pembelajaran kelompok mereka dipecah maka kemauan belajar mereka akan
menurun, tidak bersemangat belajar dan cemberut ketika pembelaran. Masa-
masa mereka adalah masa mencari jati diri sehingga ketika disekolah peserta
didik akan mencari teman yang sesuai dengan keinginannya, sebagai guru
PAI harus bisa mengontrol peserta didik agar bisa mencari teman yang dapat
membawa dirinya kepada kebaikan.

Data diatas faktor-faktor penghambat guru dalam mengelola kelas yakni

1. Faktor sarana dan prasarana, seperti kurangnya buku-buku yang


mendukung proses pembelajaran siswa
2. Sempitnya ruang kelas dan banyaknya siswa di dalam kelas sehingga
guru kesulitan untuk mengatur dan menerapkan strategi yang telah
ditetapkan sebelumnya

131
Wawancara dengan Guru PAI Mualimah Rahmi pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus
2021, pukul 09.30 WIB
82

3. Faktor siswa, siswa masih ada yang malu-malu untuk bertanya kepada
guru mengenai materi yang belum di mengerti, jika tidak di paksa oleh
guru mereka tidak akan mau berbicara
4. Adanya siswa yang bergeng-geng sehingga ketika pengelompokan
belajar mereka tidak mendapatkan kawan segeng mereka, maka mereka
akan cemberut dan tidak akan semangat untuk belajar
5. Masih ada siswa yang tidak peduli dengan pembelajaran mereka acuh
dan terkadang menganggu teman sekelompoknya seperti mengajak
bercerita atau bercanda ketika sedang diskusi
6. Adanya siswa yang tidak taat peraturan seperti tidak memakai ciput,
tidak membawa buku catatan, lalu tidak menyampul buku dan berisik
ketika didalam kelas

Untuk melengkapi informasi tersebut, peneliti melakukan observasi


sebagai berikut:

Pada hari Selasa Tanggal, 10 Agustus 2021, Sempitnya ruang kelas dan
banyaknya siswa pada satu kelas menjadi salah satu faktor penghambat guru
untuk mengelola kelas hal ini disebabkan karena siswa akan sulit di atur dan
tidak terkontrol selama proses pembelajaran.

Kemudian dalam proses pembelajaran, masih ada siswa yang ragu-ragu


untuk mengikuti kegiatan kelas seperti bertanya atau mengungkapkan
pikirannya sendiri, dan siswa lain yang ragu-ragu menjawab pertanyaan
ketika guru tidak ada untuk melakukannya. Sarana dan prasarana ruang kelas
cukup mendukung proses pembelajaran, dan suasana kelas juga bersih dan
nyaman, memungkinkan siswa merasa tentram dan tentram selama proses
belajar mengajar.

Ketika proses pembelajaran, masih ada murid yang acuh dan tak acuh
mereka seakan-akan tidak perduli dengan pembelajaran yang disampaikan
oleh gurunya, duduk tidak rapi dan sebagainya. Masih ada murid yang tidak
taat peraturan seperti tidak menyampul buku tulis PAI sehingga Mualimah
83

menghukum untuk belajar sendiri di luar kelas, tidak memakai ciput serta
tidak memotong kuku.132

Dari hasil pengamatan faktor penghambat dalam mengelola kelas yakni,


banyaknya murid didalam satu kelas, lalu masih ada murid yang acuh dan tak
acuh ketika proses pembelajaran lalu ketika pembelajaran kelompok diskusi
yang ditetapkan oleh guru tidak sesuai dengan yang mereka inginkan maka
mereka tidak akan bersemangat untuk belajar

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pendekatan guru PAI dalam mengelola kelas untuk meningkatkan


aktivitas belajar siswa di SMP Islam Swasta Annur Prima Medan telah
dilakukan dengan baik dan lancar tanpa hambatan, berdasarkan hasil studi
lapangan. Hal ini terlihat dari banyaknya upaya yang dilakukan oleh guru
PAI dan pihak sekolah, serta pernyataan tegas yang dikumpulkan peneliti
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dari berbagai sumber,
antara lain kepala sekolah, guru PAI, dan siswa.

Maka dari itu adapun penjelasan dalam pembahasan hasil penelitian ini
yang berpatokan dengan rumusan masalah:

a. Keaktifan belajar siswa di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan

Siswa di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan cukup aktif ketika

belajar PAI. Guru menjelaskan materi dalam pembelajaran PAI, kemudian

siswa bertanya dan menjawab pertanyaan guru, kemudian berdiskusi dengan

kelompoknya dan menjawab atau merespon hasil diskusi kelompok lainnya,

132
Hasil observasi hari Selasa, tanggal 10 Agustus Pukul 09.00 WIB
84

dan guru mengajak siswa berlatih beberapa kali agar lebih memahami isi

jodoh.

Siswa dapat menggunakan inderanya secara efektif dalam proses

pembelajaran di kelas, seperti mencatat, mendengarkan, dan berbicara untuk

mengajukan pertanyaan atau menyampaikan ide berdasarkan temuan

percakapan. Mereka harus menggunakan indera mereka sebanyak mungkin

ketika belajar di kelas; manusia diajarkan untuk menggunakan indera

penglihatan, pendengaran, dan lain-lain.133

Untuk meningkatkan pembelajaran aktif, guru menuntut siswa yang


kurang terlibat dalam proses pembelajaran menjadi lebih terlibat. Lebih
lanjut, para guru besar di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan ini cukup
memukau saat membawakan bahan ajar ke dalam kelas. Selama proses
pembelajaran, siswa dapat mengoptimalkan potensi mereka dengan terlibat
dalam pembelajaran aktif. Penting untuk diingat bahwa ketika siswa
berpartisipasi dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran berjalan
dengan lancar dan tujuan pembelajaran tercapai.

Guru juga harus mampu menciptakan lingkungan di mana siswa dapat


secara aktif menjawab, bertanya, berdiskusi, dan mengungkapkan
pendapatnya di depan kelas, serta menanggapi pertanyaan dari teman
sebayanya selama percakapan. Menurut Rusman, guru sebagai mediator dan
fasilitator belajar siswa membangkitkan dan mengkondisikan proses belajar
siswa.134

b. Strategi Guru PAI Mengelola Kelas di SMP Swasta Islam Annur


Prima Medan

Taktik pengelolaan kelas sangat penting, jika tidak kritis, dalam proses
pembelajaran agar suasana kelas kondusif dan mata pelajaran yang dipelajari

133
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. h. 45
134
Rusman, Model-Model Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2010), cet. 7. h. 141
85

mencapai siswa. Saat menggunakannya, guru harus bisa mengelola kelas; jika
kita tidak memiliki keterampilan untuk mengelola kelas, anak-anak akan
menganggap kita sebagai patung berdiri yang berbicara di depan kelas; kelas
juga akan membosankan jika guru tidak mampu mengkondisikan kelas dan
menggunakan strategi yang tepat.

Guru PAI di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan menggunakan


strategi pengelolaan kelas yang melibatkan penempatan kursi sesuai
kebutuhan siswa. Hal ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada
studi mereka. Cara guru mengatur tempat duduk, menurut Bobbi Deporter,
sangat penting dalam memperoleh fokus. Guru bebas mengatur kursi siswa
dengan cara apa pun yang mereka suka untuk memudahkan siswa
berpartisipasi. 135

Kemudian membuat kelas rapi dan bersih agar siswa bersemangat


mengikuti kegiatan pembelajaran dengan kondisi kelas yang bersih dan
nyaman; periksa kedisiplinan siswa dengan cara apapun agar siswa terbiasa
dengan perilaku disiplin seperti memakai ciput, sampul buku, memotong
kuku, tidak membuat keributan saat pembelajaran berlangsung, dan lain
sebagainya.

Guru berupaya menjaga keadaan kelas agar tetap kondusif dengan


memberlakukan berbagai ancaman dan aturan yang harus dipatuhi oleh setiap
siswa agar kelas tetap kondusif. Hal ini sesuai dengan pendekatan manajemen
kelas, pendekatan kekuasaan, di mana guru menetapkan dan memelihara
pengaturan kelas, disiplin sebagai kekuatan yang mengharuskan siswa untuk
mematuhinya, dan pendekatan ancaman, di mana instruktur menggunakan
ancaman untuk mengatur perilaku siswa.

Proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar, siswa akan nyaman


saat belajar, dan materi akan sampai kepada mereka jika pengajar memiliki
kemampuan mengelola kelas dengan baik dan menggunakan metodologi
pembelajaran di kelas dengan tepat.

135
Bobbi Deporter, Quantum Teaching : Mempraktikkan Quantum Learning di ruang-
ruang kelas , (Bandung :Kaifa, 2000), h. 128
86

c. Faktor-Faktor yang menjadi faktor penghambat Strategi Guru PAI


mengelola kelas di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan.

Metode pengelolaan kelas guru PAI di SMP Islam Swasta Annur Prima
Medan terkendala oleh ruang kelas yang sempit dan terlalu banyak anak
dalam satu kelas. Guru merasa kesulitan untuk mengawasi anak-anak karena
banyaknya jumlah siswa di setiap kelas. Karena sarana dan prasarana yang
kurang memadai, proses pembelajaran tidak maksimal. Jumlah murid dalam
satu kelas, luasnya ruang kelas, dan ketersediaan sumber daya, menurut
Ahmad Rohani, merupakan elemen pembatas dalam pengelolaan kelas.

Kemudian masalah siswa yang tidak mengikuti aturan, baik yang


ditetapkan oleh guru maupun yang dibuat oleh siswa itu sendiri selama proses
pembelajaran, mengakibatkan lingkungan dengan siswa yang tidak patuh.
Ada berbagai macam faktor yang menyebabkan siswa melanggar tata tertib,
antara lain mereka yang melanggar tata tertib di kelas atau di sekolah untuk
mendapatkan perhatian siswa lain atau guru yang mengajar di kelas agar
mengganggu suasana kelas. Menurut Abdul Majid, permasalahan dalam
pengelolaan kelas adalah siswa berperilaku tidak baik, bercanda, menyela,
bersikap sok, dan terus-menerus mengemis atau rewel untuk mendapatkan
perhatian. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian dari daerah
sekitarnya.136

Selanjutnya, pengaruh teman sebaya, terutama teman yang tidak tepat


saat berdiskusi di kelas, menyebabkan siswa menjadi malas dan tidak
termotivasi untuk belajar. Teman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
proses belajar siswa. Ketika temannya bermain dan mengganggu temannya
yang lain pada saat pembelajaran berlangsung, siswa tidak akan dapat
berkonsentrasi dan akan merasa terganggu.

136
A bdul Majid, Perencanaan Pembelajaran……h.117
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan tentang Strategi Guru PAI Mengelola


Kelas dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa di SMP Swasta Islam Annur
Prima Medan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Keaktifan Belajar Siswa di SMP Swasta Islam Annur Prima Medan, dalam
proses pembelajaran dikelas siswa aktif. Siswa aktif mencatat dan
mendengarkan lalu berdikusi dalam kelompok dan menjelaskan kedepan
kelas mengenai materi diskusi. Guru juga mendorong sebagian siswa yang
tidak aktif untuk aktif sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana
dengan baik
2. Strategi guru PAI dalam mengelola kelas di SMP Swasta Islam Annur
Prima Medan, dalam mengelola kelas guru harus terampil agar murid
nyaman mengikuti pembelajaran dan materi yang disampaikan akan mudah
dipahami oleh peserta didik, strategi yang digunakan dalam mengelola kelas
diantaranya yakni, penataan formasi tempat duduk, menjadikan kelas rapi
dan bersih, penempatan posisi duduk yang sesuai dengan kondisi psikis dan
fisik siswa, dan selalu memeriksa kedisiplinan dan kerapian siswa.
3. Faktor-faktor yang menjadi faktor penghambat guru PAI dalam Mengelola
Kelas yakni, pertama sarana dan prasarana yang kurang mendukung proses
pembelajaran kedua, siswa yang tidak mengikuti aturan yang dibuat oeh
guru dan tidak disiplin ketika pembelajaran berlangsung. Ketiga faktor
teman, teman yang tidak sesuai dengan yang diinginkan ketika pembagian
kelompok diskusi dan selalu menganggu ketika proses pembelajaran sedang
berlangsung. Keempat, ruang kelas yang sempit dan banyaknya siswa
didalam kelas. Kelima, siswa yang masih takut ketika akan mengajukan
pertanyaan kepad guru dan tidak perduli dengan pembelajaran

87
88

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian dari Strategi Guru dalam


Mengelola Kelas di SMP Islam Annur Prima Medan, berikut penulis
menyampaikan saran sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak
yang berkepentingan, antara lain :

1. Disarankan kepada siswa untuk lebih aktif dan bersemangat lagi dalam
mengikuti proses pembelajaran, mendengarkan materi yang dijelaskan
dengan cermat dan mengikuti semua proses pembelajaran PAI dengan
tertib, Sehingga Strategi Guru PAI dalam Mengelola Kelas untuk
meningkatkan Keaktifan belajar dapat berjalan dangan lancar dan efektif
serta semua tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik
2. Disarankan kepada guru PAI untuk menambah pengetahuan dan
mengupdate informasi mengenai pengelolaan kelas agar guru PAI lebih
terampil lagi dalam mengelola kelas dan menggunakan strategi yang tepat
dalam proses pembelajaran sehingga murid tidak mudah bosan dalam
melaksanakan proses pembelajaran
3. Dapat juga dimanfaatkan sebagai sumber informasi atau sumber referensi
untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agus R Abu Hasan ,(2015), Strategi Pengelolaan Kelas Dalam Proses


Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Pedagogik,Vol 03 No. 01

Al-Muchtar, 2005, Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya,Bandung: Gelar


Pustaka Mandiri

Fitri Ovianti, 2009, Pengelolaan Pengajaran, Palembang: Rafah Press

Sanjaya Wina, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan, Jakarta: Kencana

Afriza, 2014, Manajemen Kelas, Pekanbaru: Kreasi Edukasi Publishing and


Consulting Company

Departemen Agama RI, 2020, Al-Quran Al-Hufaz Dan Terjemahannya,


Bandung: Al-Quran Al-Hufaz

Arikunto, Suharsimi, 1993, Manajemen Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta

Santrock Jhon W, 2008, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group

Ametembun N. A, 2005, Sistem Manajemen Kelas-Kelas Modern, Bandung: Suri

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta

Rosyada Dede, 2004, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model


Perlibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta:
Pernada Media

Rianto Rianto, 2007, Pengelolaan Kelas Model PAKEM, Jakarta: Dirjen


PMPTK
Trislianto Dimas Agung, 2020, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: ANDI

Rusman, 2010, Model-Model Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan, (Jakarta: Kencana, cet. 7

Deporter Bobbi Deporter, 2000, Quantum Teaching : Mempraktikkan Quantum


Learning di ruang-ruang kelas , Bandung :Kaifa

Dimyati dan Mudjiono, 2013, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain, Aswan, 2002, Strategi Belajar


Mengajar,Jakarta: Rineka Cipta

89
90

Djamarah, Syaiful Bahri, 2009,Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Daryanto, 2014, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, Cet I:
Yogyakarta: Gava Media

Majid Abdul, 2014, Pembelajaran Tematik Terpadu, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Usman Samatowo, 2006, Bagaimana Membelajarkan IPA di SD, (Jakarta: Dirjen


Dikti Depdiknas

Faizhal Chan, Agung Rimba Kurniawan, Nurmaliza, Novia Herwati, Rendi Nur
effendi, Jihan Sri Mulyani, (2019), Strategi Guru dalam Mengelola Kelas
di Sekolah Dasar, International Journal Of Elementry Education, Vol 3
No 4

Fathurohman Puput dan Sutikno M Sobry, 2007, Strategi Belajar Mengajar,


Bandung: PT. Refika Aditama

Hamalik, Oemar, 2008,Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

Kompri, 2016, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya Offset

Hasan, Chalidjah, 2004, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, Surabaya: Al-


Ikhlas

Iskandar, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta, Gaung Persada

Jalaludin, 2001, Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Kadir St Fatimah, (2014), Keterampilan Mengelola Kelas Dan Implementasinya


Dalam Proses Pembelajaran, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 7

Karwati Euis,dan Priansa Donni Juni, 2015, Manajemen Kelas, classroom


Manajement, Bandung: Alfabeta

Karwono dan Muzni Irfani Ahmad , 2020, Strategi Pembelajaran Dalam Profesi
Keguruan, ,Depok: Rjawali Pers

Khuluqo Ihsana El , 2017, Belajar dan Pembelajaran Konsep Dasar,


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Majid Abdul, 2006, Perencanaan Pembelajaran, Bandung, PT Remaja


Rosdakarya

Mulyasa. E, 2005, Menjadi Guru Profesional, Menjadikan Pembelajaran Kreatif


dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
91

Etin Solihatin, 2012 Strategi Pembelajaran PPKN, Jakarta: Bumi Aksara

Ibrahim Misykat Malik, 2014, Implementasi Kurikulum 2013 : Rekontruksi


Kompetensi Revolusi Pembelajaran dan Reformasi Penilaian., Cet, I:
Makassar: Alauddin University Press

Munandar Utami, 2003,Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Jakarta:


Rineka Cipta

Poerwadarmanta, W.J.S, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka

Priansa Doni Juni, 2017, Pengembangan Strategi & Model


Pembelajaran,Bandung : Cv Pustaka Setia

Rahim Farida,2002, Pengajaran membaca di Sekolah Dasar, Jakarta: PT Rineka


Cipta

Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia

Sani Ridwan Abdullah, 2014 , Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi


Kurikulum 2013, Jakarta: Bumi Aksara

Sagala Saiful,2010, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan , Bandung:


Alfabeta

Satori Djam’an, dan Komariah Aan, 2020,Metodologi Penelitian Kualitatif,


Bandung: Alfabeta

Setyosari, Punaji, 2020, Desain Pembelajaran,, Jakarta: Bumi Aksara

Shihab M Quraish, 2002, Tafsir Al-Misbah, Volume-7,Jakarta: Lentera Hati

Shihab Quraish, 2007,Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,


Jakarta: Lentera Hati

Sriyono, 1992, Teknik Belajar dan Mengajar dalam CBSA, Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana Nana, 1996,Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset

Sulaiman Abu Daud ,dan Daud, Sunan Abi, (Maktabah Syamilah), Versi 1 Jilid 2

Supiyadi, 2019, Strategi Belajar Dan Mengajar, Yogyakarta: Paramal Ilmu

Syafaruddin, dan Nasution Irwan, 2005,Manajemen Pembelajaran,Ciputat:


Quantum Teaching
92

Syafaruddin, dkk, 2006, Ilmu Pendidikan Islam: Melejitkan Potensi Budaya


Umat,Jakarta: Hijri Pusaka Utama
Usman Moh Uzer, 2007, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja
Rosdakarya

Winarti, (2013), Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan
Penyusutan Aktivitas Tetap Dengan Metode Menjodohkan Kotak, Jurnal
Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan, Vol. VIII, No. 2

Suprihatini, 2001, Belajar yang Efektif, Jogyakarta: Analisa, 2001

Hamzah & Mohammad, 2002, Belajar dengan Pendekatan PAIKEM, Jakarta:


Bumi Aksara

Nurhadi, dkk, 2004, Pembelajaran Contextual Teaching and Learning/CTL dan


Penerapannya dalam KBK, Penerbit Universitas Negeri Malang, Malang

Albani Al, Nashiruddin Muhammad, Penerjemah, Asep dkk, 2012 , Ringkasan


Shahih Bukhari/ Muhammad Nashiruddin Albani, Jakarta: Pustaka Azam

Daryanto, 2009, Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif, Jakarta: AV


Publisher

Trianto, 2009, Mendesain Model Pembelajaran Inovati-Progresif, Jakarta:


Kencana Prenada Media

Maylani Intan, Penerapan Pendekatan PAKEM untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika, Jurnal Nasional, 2013,
vol.1 Edisi 1.

Hosnan, 2016, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad


21 : Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013, Cet. III; Bogor : Ghalia
Indonesia

Rusman, 2013, Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Rajagrafindo Persada

Majid Abdul, 2012 Belajar dan Pembelajaran, Bandung, PT Remaja


Rosdakarya

Daradjat Zakiyah , 1996, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara

Suryana Agus, 2006, Panduan Praktis Mengelola Pelatihan, Jakarta : EDSA


Mahkota

Sagala Syaiful, 2008, Konsep Dan Makna pembelajaran, Bandung : Alfabeta

Nazarudin, 2007, Manajemen Pembelajaran, Jogjakarta : Teras


93

Irfan, Alimin Alwi,dkk, 2022, Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Efektifitas


Pembelajaran Di SMKN 1 Kediri, Jurnal Eduscience (JES), volume 9,
No. 3

Gusniwati, M. 2015. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar


terhadap Penguasaan Konsep Matematika Siswa SMAN di Kecamatan
Kebon Jeruk. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, Volume 5 No. 1
94

Lampiran 1 : pedoman observasi

PEDOMAN OBSERVASI STRATEGI GURU PAI DALAM


MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DI SMP SWASTA
ISLAM ANNUR PRIMA MEDAN

1. Mengamati sarana dan prasarana sekolah sebagai pendukung keberhasilan

proses belajar mengajar

2. Mengamati proses belajar mengajar PAI

3. Mengamati cara guru PAI mengajar dikelas

4. Mengamati cara guru PAI mengelola kelas

5. Mengamati cara guru PAI menggunakan strategi dalam mengajar

6. Mengamati respon peserta didik dikelas pada pelajaran PAI

7. Mengamati peserta didik dalam mengikuti pelajaran PAI

8. Mengamati Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran PAI

9. Mengamati interaksi guru PAI dengan peserta didik

10. Mengamati faktor penghambat guru PAI dalam Strategi mengelola kelas
95

Lampiran 2 : pedoman wawancara

PEDOMAN WAWANCARA
Pedoman Wawancara Dengan Kepala Sekolah SMP Swasta Islam Annur
Prima Medan
1. Sudah berapa lama bapak menjabat sebagai kepala sekolah?

2. Menurut bapak apakah sarana dan prasarana disekolah ini sudah mendukung

keberhasilan terhadap proses belajar mengajar ?

3. Apa harapan bapak terhadap guru PAI yang mengajar disekolah ini? Apakah

sudah sesuai dengan harapan itu?

4. Menurut bapak apakah peserta didik di SMP Swasta Islam Annur Prima aktif

dalam mengikuti pembelajaran?

5. Bagaimana menurut bapak tentang strategi pengelolaan kelas yang baik ?

6. Apakah setiap guru PAI harus mempunyai keterampilan untuk mengelola kelas

7. Apakah guru PAI disekolah ini memiliki keterampilan untuk mengelola atau

mengkondusifkan kelas ?

8. Menurut bapak seberapa penting kegiatan mengelola kelas bagi proses

pembelajaran ?

9. Menurut bapak bagaimana guru PAI mengelola kelas di sekolah ini ?

10. Menurut bapak apa saja faktor penghambat bagi seorang guru dalam

mengelola kelas ?
96

Pedoman Wawancara Dengan Guru PAI di SMP Swasta Islam Annur


Prima Medan

1. Sudah berapa lama bapak/ibu mengajar disekolah ini?

2. Bagaimana interaksi bapak/ibu dengan siswa dan orang tua siswa disekolah

ini?

3. Apakah sarana dan prasarana disekolah ini sudah mendukung bapak/ibu

untuk menerapkan strategi mengelola kelas?

4. Bagaimana menurut ibu tentang strategi pengelolaan kelas yang baik ?

5. Menurut bapak/ibu seberapa pentingkah strategi mengelola kelas yang

dilaksanakan guru PAI agar peserta didik aktif dalam mengikuti

pembelajaran?

6. Menurut bapak/ibu apakah yang dimaksud dengan strategi guru PAI

mengelola kelas ?

7. Bagaimana pendekatan pengelolaan kelas yang bapak/ibu di lakukan ?

8. Bagaimana cara bapak/ibu menerapkan strategi pengelolaan kelas dalam

pembelajaran PAI agar kelas tetap kondusif selama pembelajaran?

9. Apakah selama bapak/ibu mengajar siswa aktif mengikuti pembelajaran

PAI ?

10. Setiap kecerdasan dan daya nalar setiap anak pasti berbeda-beda yang

menyebabkan peserta didik aktif dan tidak aktif, bagaimana cara bapak/ibu

mengatasi anak yang tidak aktif dikelas agar tetap dapat memahami

pembelajaran dengan baik?


97

11. Menurut bapak/ibu apa saja faktor penghambat atau kendala dalam

menerapkan strategi mengelola kelas?

12. Menurut bapak/ibu apa saja faktor-faktor yang membuat siswa tidak aktif

dikelas?

13. Bagaimana peningkatan keaktifan belajar siswa melalui strategi pengelolaan

kelas yang bapak/ibu lakukan ?


98

Pedoman Wawancara dengan Siswa di SMP Islam Annur Prima


Medan
1. Apa saja yang dilakukan oleh bapak/ibu guru PAI sebelum memulai

pembelajaran ?

2. Apakah ada tatatertib yang harus di taati sebelum memulai pembelajaran ?

3. Bagaimana bapak/ibu guru menyampaikan materi pembelajaran PAI dikelas ?

4. Apakah ketika belajar bapak/ibu guru PAI sering mengadakan praktek

didepan kelas ?

5. Dalam kegiatan belajar apakah guru PAI sering menggunakan media

pembelajaran seperti laptop, infocus dan lain sebagainya ?

6. Apakah dalam pembelajaran PAI adik sering bertanya kepada bapak/ibu

guru ?

7. Apakah suasana di kelas ketika pembelajaran PAI kondusif ?

8. Apakah dalam pembelajaran PAI adik adik sering berdiskusi atau membuat

kelompok ?

9. Ketika pembelajaran di kelas apakah menyenangkan atau malah membosan

kan ?

10. pengelolaan kelas seperti apa yang dilakukan oleh ibu guru ketika didalam

kelas ?
99

Lampiran 3: Dokumentasi penelitian


Foto-Foto hasil observasi

Foto gedung sekolah Annur Prima Medan


100

Wawancara dengan Kepala Sekolah

Foto wawancara dengan Guru PAI


101

Foto wawancara dengan siswa


102

Foto Kegiatan Belajar Mengajar PAI


103
104
105

Foto Kegiatan Kreativitas Siswa


106

Foto Pemberian Plakat Kepada Kepala Sekolah

Foto dengan para siswa SMP Islam Annur Prima Medan


107

Lampiran 4: Surat Izin Riset


108
109

Lampiran 5: Surat balasan riset


110

Lampiran 6: Bukti bimbingan proposal


111
112

Lampiran 7: Bukti bimbingan Skripsi


113
114

Lampiran 8 : Daftar Riwayat Hidup


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Annisa Istiqomah


NIM : 030117412
Fakultas/Jurusan : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/ PAI
Tempat/Tanggal Lahir : P. Johar, 25 November 1999
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Komp. PTPN IV Lingk VI Martubung Kel.
Besar Kec. Medan Labuhan
Alamat Email : nur.a.istiqomah@gmail.com
Nomor Handphone : 081260534858

Orang Tua

Nama
1. Ayah : Munawir
2. Ibu : Suwarti
Pekerjaan
1. Ayah : Wiraswasta
2. Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua : Komp. PTPN IV Lingk VI Martubung Kel.
Besar Kec. Medan Labuhan

Jenjang Pendidikan

1. RA Annur Prima Medan Labuhan


2. MIS Swasta Annur Prima Medan Labuhan
3. MTs Swasta PAB-1 Helvetia
4. MAN IV Medan Labuhan
5. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai