Tugas 1-Ilmu Kepolisian
Tugas 1-Ilmu Kepolisian
MATA iKULIAH: i
ILMU KEPOLISIAN INDONESIA
Dosen: i
Dr. CHAIRUL MURIMAN SETYABUDI
……………………..
NPM i: i…………………
Oleh :
………………. / NPM i: i……………..
I. LATAR BELAKANG
Pengalaman, pekerjaan, alam, permasalahan, berbagai fenomena lainya
dapat menjadi ilmu pengetahuan tatkala dipikirkan secara sistematis dan
dikembangkan secara ilmiah (mengacu pada standar ketentuan-ketentuan yang
menjadi syarat-syarat sebuah karya ilmiah) dan terus dibangun menjadi konsep-
konsep dan teori-teori serta dapat ditunjukan adanya epistimologinya, ontologi,
metodologi serta aksiologinya. Pada awalnya pekerjaan-pekerjaan pengamanan
dikerjakan oleh pranata-pranata adat, dalam perkembanganya pekerjaan-pekerjaan
pengamanan menjadi sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam
masyarakat yang modern untuk dapat hidup tumbuh dan berkembang diperlukan
adanya produktifitas (http://portalkriminal.com/index.php/portal-opini/19446-polisi-
antara-hidup-dan-kehidupan-opini). Produktivitas tersebut dihasilkan dari aktifitas-
aktifitas, dan dalam kenyataanya, dalam proses aktivitas untuk menghasilkan
produksi-produksi ada tantangan, hambatan, gangguan bahkan ancaman yang
dapat menghambat, merusak bahkan mematikan produktifitas. Untuk melindungi
harkat dan martabat manusia yang berproduksi diperlukan aturan, norma, etika,
hukum. Untuk menegakkan dan mengajak masyarakat mentaatinya diperlukan
institusi yang menangani.
Disinilah dapat dipelajari dan ditunjukan bahwa keberadaan polisi adalah
kebutuhan dari masyarakat akan adanya pelayanan keamanan dan rasa aman.
Tatkala masyarakat semakin berkembang dan kehidupan semakin kompleks
pekerjaan-pekerjaan pengamanan tidak lagi sederhana melainkan memerlukan
kompetensi dan keahlian. Polisi yang awalnya sebagai craft saja sekarang telah
menjadi profesi. Tatkala polisi menjadi profesi maka polisi diwajibkan untuk menjadi
profesional. Pelaksanaan tugas-tugas yang profesional diperlukan kompetensi/
keahlian yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan (Chryshnanda, 2002).
Pada pasal 27 Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2021 tentang Pemolisian Masyarakat disebutkan bahwa tugas Pokok
Bhabinkamtibmas adalah melakukan pembinaan masyarakat, deteksi dini, dan
mediasi/negosiasi agar tercipta kondisi yang kondusif di desa/kelurahan. Dalam
rangka melaksanakan tugas pokok tersebut, Bhabinkamtibmas wajib melakukan
beberapa kegiatan, antara lain : kunjungan dari rumah ke rumah (door to door)
pada seluruh wilayah penugasannya, menerima informasi tentang terjadinya tindak
pidana, dan memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau
komunitas berkaitan dengan permasalahan Kamtibmas dan pelayanan Polri.
Dengan beban tugas oleh Bhabinkamtibmas tersebut dengan segala dinamikanya,
maka dirasa perlu ada kajian khusus mengenai “KOMPETENSI IDEAL
BHABINKAMTIBMAS DALAM MENDUKUNG PENYELENGGARAAN TUGAS
POLRI”
II. ANALISIS
ILMU KEPOLISIAN DAN PROFESIONALISME POLRI
Di dalam tugas Polri yang penting adalah loyalitas, ilmu kepolisian hanya
sebagian kecil saja digunakan untuk membangun profesionalisme Polri. Ada yang
bahkan mengatakan yang penting di lapangan bukan dengan teori-teori yang di
awang-awang dan tidak jelas. Berbagai pernyataan tersebut menunjukan bahwa
model pemolisian yang berkembang dewasa ini adalah pemolisian yang reaktif dan
konvensional dalam birokrasi paternalistik yang lebih menekankan hubungan
personal atau model patron-klien yang juga dikatakan model feodal dan militeristik.
Reformasi Polri dalam rangka menuju polisi sipil yang mandiri dan otonom
sebagai aparat penegak hukum dalam masyarkat yang demokratis sejalan dengan
pemikiran tersebut. Pada dasarnya, tugas polisi adalah sebagai profesi bukan
sekadar tugas-tugas rutin yang sederhana atau sebagai craft. Sejalan dengan
proses reformasi Polri yang sedang bergulir adalah membangun Polri (yang
merupakan suatu profesi) perlu berdasarkan ilmu pengetahuan. Tanpa dasar ilmu
pengetahuan atau tanpa mempunyai teori atau konsep dalam melaksanakan
pemolisian, maka yang terjadi adalah pemolisian yang konvensional dan hanya
bersifat temporen yang tidak mampu membuat forecasting jangka panjang, dan
biasanya cenderung korup.
Menuju Polri yang profesional yang menjadi landasan utama adalah sumber
daya manusia (SDM) yang mempunyai kemampuan yang memadai untuk dapat
dikatakan sebagai polisi sipil. Dalam hal ini dapat dikatakan SDM adalah aset
utama Polri yang harus terus ditumbuhkembangkan kemampuannya yang dilandasi
ilmu kepolisian. Sejalan dengan pendapat mengenai ilmu kepolisian sebagai ilmu
terapan, hal tersebut juga disampaikan oleh Dr. Bakharudin Muhammad Syah,
M.Si. yang mendefinisikan ilmu kepolisian sebagai sebuah bidang ilmu
pengetahuan yang mempelajari masalah-masalah sosial dan isu-isu penting serta
pengelolaan keteraturan sosial dan moral masyarakat, mempelajari upaya-upaya
penegakan hukum dan keadilan, serta mempelajari tehnik-teknik penyidikan dan
penyelidikan berbagai tindak kejahatan serta cara-cara pencegahannya.
Berdasarkan hal tersebut dasar dari ilmu kepolisian adalah ilmu sosial yang
mempelajari masyarakat. Lebih jauh menurut Dr. Chairudin Ismail menyampaikan
bahwa objek studi ilmu kepolisian berkaitan erat dengan tujuan dari diadakannya
organ kepolisian dalam suatu masyarakat di suatu negara. Tujuan itu adalah untuk
mewujudkan ketertiban dan ketentraman di dalam masyarakat (public safety).
Sehingga kemudian yang dipelajari adalah masyarakatnya. Namun kepolisian
merupakan ilmu terapan yang tidak mempelajari masyarakat tetapi menerapkan
ilmu pengetahuan tentang masyarakat ke dalam kehidupan sehari-hari untuk
melakukan perlindungan terhadap masyarakat (Dahniel, et.al, 2015). Dengan ilmu
kepolisian, maka para petugas kepolisian akan mempunyai pengetahuan secara
teoritikal maupun konseptual untuk melihat, memahami, maupun menganalisa
fenomena dan isu-isu sosial yang terjadi dalam masyarakat. Polisi dapat melakukan
problem solving secara tepat tanpa menimbulkan konflik yang lebih besar atau
mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Dalam masa transisi sekarang ini Polri menghadapi berbagai masalah yang
kompleks yang apabila penanganannya tidak profesional akan menjadi bumerang
bagi Polri sendiri atau dapat menimbulkan masalah baru. Masalah pemolisian yang
sering mendapat kritik dan sorotan publik, seperti kekerasan yang dilakukan oleh
petugas kepolisian di lapangan, salah prosedur, salah tembak, maraknya
penyalahgunaan narkoba, Konflik antar suku bangsa, perkelahian antar warga
masyarakat yang tidak tuntas penanganannya, kenakalan remaja, terorisme,
kejahatan kerah putih, ketidaknetralan petugas kepolisian dalam menyelesaikan
konflik, dan masih panjang lagi. Semua itu sudah menimbulkan isu yang
kontroversial dan sering menyudutkan serta memperburuk citra Polri. Pada sisi
lain, masyarakat selalu menuntut adanya pelayanan prima dan perubahan yang
signifikan dalam melaksanakan pemolisiannya. Kompleksnya masalah yang
dihadapi Polri untuk menuju polisi sipil dalam masyarakat modern dan demokratis
dapat dipercaya hanya mungkin dilaksanakan dengan kemampuan yang
profesional. Profesionalisme Polri hanya mungkin dapat dilakukan dengan
memberikan pengetahuan pengetahuan konseptual dan teoritikal mengenai
berbagai permasalahan sosial dan kepolisian. Hal ini dapat dimulai melalui
peningkatan kualitas teori dan konsep pada SDM Polri.
Rekomendasi
Sekarang ini sifat hakikat pekerjaan dan organisasi di sektor modern adalah
pekerjaan yang berbasis pengetahuan (knoledge based works). Kebutuhan sumber
daya manusia (SDM) juga berubah ke arah pekerja yang berpengetahuan
(knowledge workers). Berbagai pekerjaan yang bersifat rutin (meanigless repetitive
task) mulai diganti dengan tugas pekerjaan yang menekankan pada inovasi dan
perhatian (innovation and caring). Keterampilan dan keahlian tunggal mulai
ditinggalkan dan diganti dengan profesionalisasi dengan keahlian ganda.
Penugasan yang bersifat individual pun mulai berubah menjadi pekerjaan tim (team
work). Untuk dapat menjawab tantangan perubahan sosial dan dinamika di
dalamnya, Bhabinkamtibmas diharapkan dapat tampil dengan kompetensi yang
memadai sesuait dengan tuntutan zaman.
Daftar Referensi
Arsyam, A. T. (2017). Peran Bhabinkamtibmas dalam Upaya Pencegahan Kasus
Curanmor di Wilayah Hukum Polres Kudus. Indonesian Journal of Police
Studies, 1(1), 255–294.
Dahniel, et.al. (2015). Ilmu Kepolisian. Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta,
PTIK Press.
Hutabarat, D. T. H., Salam, A., Zuwandana, A., al Azmi, C., Wijaya, C. R., Darnita,
T. I., Lubis, L. K. A., Sitorus, M. A. P., Adawiyah, R., & Sinaga, R. (2022).
Analysis of the Implementation Of Law In Every Level Of Society In
Indonesia. Policy, Law, Notary and Regulatory Issues (POLRI), 1(2), 9– 14.
Spencer, Lyle and Signe Spencer. (1993). Competence at Work. Canada: Jhon
Wiley and Sons, Inc.