Anda di halaman 1dari 2

HADITS QUDSI

SALAT adalah sarana dialog dengan Allah SWT. Dalam sebuah Hadits Qudsi Allah SWT
berfirman yang artinya: “Salat Aku-bagi dua bagian antara Aku dan hamba-ku.
Apabila seorang hamba berkata: Bismillahirrahmanirrahim (Dengan nama Allah Yang
Maha Pengasih Maha Penyayang). Allah SWT menjawab: Zakarani Abdi (Hamba-Ku telah
mengingat-Ku).
Bila sang hamba berkata: Alhamdulillhirabbil-’alamin (Segala puji bagi Allah Tuhan
Semesta Alam). Allah SWT menjawab: Hamidani ‘abdi (Hamba-Ku telah memuji-Ku).
Bila sang hamba berkata: Arrahmanirrahim (Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
Allah SWT menjawab: Atsna’alaiyya ‘abdi (Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku).
Bila sang hamba berkata: Maliki yaumiddin (Raja yang menguasai hari pembalasan).
Allah SWT menjawab: Majjadani ‘abdi (Hamba-Ku telah memuliakan-Ku).
Bila sang hamba berkata: Iyyaka-na’budu wa iyyaka nasta’in (Hanya kepada Engkau
kami menyembah dan kepada Engkau kami memohon pertolongan). Allah SWT menjawab:
Haza baini wa baina abdi, wali ‘abdi ma sa’ala (Ayat ini antara Aku dan hamba-Ku; dan
hamba-Ku berhak atas apa yang ia minta).
Bila sang hamba berkata: Ihdinashshirathal-mustaqim, shirathallazina ‘an’am
ta’alaihim ghairil-magdubi ‘alaihim waladhdhallim (Tunjukilah aku ke jalan yang lurus, jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan
bukan pula jalannya orang-orang sesat). Allah SWT menjawab: Haza li’abdi wa li’abdi ma
sa’ala (Ini semua untuk hamba-Ku dan hamba-Ku berhak atas apa yang ia minta). (Al-Fakhru
Ar-Razi, At-Tafsir Al-Kabir, Juz I hal 270).
Nabi SAW bersabda pula yang artinya: “Seorang hamba, paling dekat dengan
Tuhannya ialah pada waktu ia sedang sujud, perbanyaklah doa olehmu pada waktu itu” (HR
Muslim Abud Daud dan Nasa’i).
Dialog dengan Tuhan memerlukan jiwa dan raga yang bersih. Salat itu sendiri adalah sarana
pembersih jiwa dan raga, pembersih diri lahir dan batin. Bersih-bersih lahiriyah nampak jelas
dengan adanya kewajiban wudhu; mandi janabat; bersiwak; mensucikan badan, pakaian dan
tempat salat dari najis.
Bersih-bersih batiniyah, adalah lanjutan dari bersih-bersih lahiriyah, yaitu bersihnya hati dari
penyakit hati seperti riya (pamer), hasad (dengki), culas dan lain-lain.
Rasul SAW mengajak para sahabat berpikir: “Seandainya di depan rumah anda ada sungai,
setiap hari anda mandi di sungai itu lima kali dalam sehari semalam, apakah masih tersisa
kotoran di badan anda?” Para sahabat menjawab : “Tidak ada lagi wahai Rasul.” Mendengar
jawaban mereka itu, lalu Rasulullah SAW menimpali dengan ucapan: “Demikianlah salat
fardhu, dengan salat Allah SWT menghapus kesalahan-kesalahan anda.” (HR. Muttafaq
Alaih).
Suatu hari Rasulullah SAW menggoyang-goyang ranting sebatang kayu yang sudah mati,
sehingga daun-daunnya jatuh berguguran dengan mudah. Lalu ia berkata kepada seorang
sahabat yang bernama Salman Al-Farisi: “Wahai Salman, apakah perbuatanku ini tidak
menarik perhatianmu.”
Salman menjawab: “Memangnya mengapa wahai Rasul?” Beliau pun menerangkan:
“Demikianlah salat fardhu, apabila seseorang berwudhu dengan sempurna, kemudian ia salat
fardhu yang lima waktu, niscaya dosa kesalahannya berguguran dengan mudah, seperti
halnya mudahnya daun-daun kering yang berjatuhan dari ranting yang sudah mati.”
Selanjutnya Rasulullah SAW membaca surah Hud ayat 114 yang artinya: “Dan dirikanlah
salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada
malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”

Anda mungkin juga menyukai