Anda di halaman 1dari 16

BAB I

RASIO DAN PROPORSI, ANALISIS DIMENSIONAL


DAN APLIKASI FARMASI

1.1 Defenisi Rasio


Rasio adalah perbandingan antara 2 besaran atau lebih, dalam menghitung rasio
harus menggunakan satuan yang sama apabila terdapat perbedaan maka harus dilakukan
penyamaan satuan terlebih dahulu.
Pernyataan : rasio a/b atau a : b a adalah bagian banding b bagian
Contoh rasio 15 terhadap 105 adalah 15/105 = 1/7 = 1:7

1.2 Sifat sifat Rasio


a/b x 2 = 2a/2b
a/b : 2 = a/2/b/2
a/b = c/d = hasil kali silangnya adalah nilai yang sama
contoh : 2/4 = 4/8 2x8 = 16 4x4 = 16

1.3 Penerapan Dalam Farmasi


Rasio tunggal digunakan dalam farmasi untuk menyatakan jumlah relatif satu item
dibandingkan dengan item kedua, biasanya kuantitas satu komponen sediaan
dibandingkan dengan kuantitas total sediaan hal ini disebut dengan rasio kekuatan.
Contoh : R/ Belangkin 5 bagian
Seng oksid 10 bagian
Salep hidrofilik 50 bagian

Rasio kekuatan belankin kuantitas 1 komponen sediaan : kuantitas total sediaan


kuantitas belankin : kuantitas total hasilnya 5 bagian : 65 bagian
Contoh bentuk rasio lainnya : Kandungan paracetamol dalam 1 tablet adalah 500 mg
Rasio 500 mg ; 1 tablet
Kandungan amoxicillin dalam 5 mL cth adalah 125 mg
Rasio 125 mg : 5 mL
25 mg : 1mL atau 25 mg/mL

1.4 Defenisi Proporsi


Proporsi adalah pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebutnya.
Proporsi artinya jumlah / frekuensi dari suatu sifat tertentu dibandingkan dengan seluruh
populasi dimana sifat tersebut didapatkan. Digunakan untuk melihat komposisi suatu
variabel dalam populasi, bentuk ini sering dinyatakan dalam persen yaitu dengan
mengalihkan pecahan ini dengan 100%.
Contoh : pada populasi yang terdiri atas 50 ibu hamil terdapat 5 ibu hamil yang
mengalami placenta previa. Berapa proporsi ibu hamil yang mengalami placenta previa?
Jawab : proporsi = x 100%
x 10 %
10 % didapat dari 50/5 adalah 10
1.5 Sifat-sifat proporsi
Untuk setiap bilangan rasional dan dengan a ≠ o dan c ≠ o = jika dan hanya jika =
contoh : pada sebuah toko swalayan 7 butir jeruk super dijual dengan harga Rp 10.000 di
toko swalayan lain 21 butir jeruk super dijual dengan harga Rp 30.000 pada toko
swalayan mana harga jeruk super lebih murah ?
jawab : jika harga 7 butir adalah Rp 10.000 maka harga 3x7 butir jeruk adalah 3 x 10.000,
dengan menggunakan rasio kita tahu bahwa rasio banyaknya jeruk sama dengan rasio
harganya hal ini berarti 7/21 = 10.000/30.000

1.6 Defenisi Analisis Dimensional


Analisis dimensional adalah suatu cara untuk menentukan satuan dari suatu besaran
turunan dengan cara memperhatikan dimensi besaran tersebut. Selain untuk mencari
satuan dimensi juga dapat digunakan untuk menunjukkan kesetaraan besaran yang
terlihat berbeda.
Contoh buktikan bahwa besaran usaha (W) memiliki kesetaraan dengan besaran kinetik
(Ek) Diketahui : dimensi usaha (W) =[M] [L]2 [T]-2
Persamaan energi kinetik Ek = ½ mv2
Deitanyakan : bukti kesetaraannya
Jawab : dimensi usaha (W) = [M] [L]2 [T]-2
Angka setengah pada persamaan energi kinetik merupakan bilangan tak berdimensi
sehingga dimensi energi kinetik menjadi sebagai berikut :
Dimensi energi kinetik (Ek) = mv2 = massax(kecepatan)2
[T]-1]2 = [M] [L]2[T]-2
Jadi karena nilai dimensi usaha (W) dan energi kinetik (Ek) sama maka hal ini
menunjukkan bahwa besaran usaha memiliki kesetaraan dengan besaran energi kinetik.
BAB II

KONVERSI SATUAN PENGUKURAN DAN


BEBERAPA KONSENTRASI LARUTAN

2.1 KONVERSI SATUAN PENGUKURAN


A. KONVERSI SATUAN
Secara umum konversi satuan memiliki arti mengubah nilai dari suatu sistem satuan
ke sistem satuan lainnya. Pada dasarnya satuan tidak pernah mengubah nilai dari suatu
besaran, konversi satuan sendiri dapat dilakukan pada sistem satuan yang sama maupun
sistem satuan yang berbeda.
Konversi satuan yang dilakukan pada sistem yang sama misalnya ingin mengubah satuan
Internasional kedalam satuan lainnya dalam sistem yang sama. Konversi pengubahan
satuan ini bisa menggunakan faktor konversi atau dengan menggunakan bantuan tangga
konversi.
Untuk konversi satuan yang dilakukan pada sistem satuan yang berbeda, maksudnya
adalah jika mengubah atau mengkonversi nilai pada suatu sistem tertentu kedalam sistem
satuan lainnya. Contoh mengubah satuan inggris kedalam sistem satuan Internasional
atau sebaliknya, konversi seperti ini dapat dilakukan dengan menggunakan faktor
konversi satuan.

B. FAKTOR KONVERSI
Faktor konversi digunakan untuk mengubah satuan besaran tampa mengubah nilainya.
Metode terdiri dari pecahan dimana penyebutnya sama dengan pembilang, tetapi dalam
satuan berbeda. Karena adanya karakteristik dari perkalian maka nilai besarannya tidak
berubah selama dikalikan.
Jadi jika pecahan pembilang sama dengan penyebutnya, maka pecahannya akan sama
dengan satu. Selama pecahan dan penyebutnya masih ekivalen maka nilai besarannya
akan tetap sama.

1. Konversi Satuan Panjang


Satuan panjang biasanya digunakan dalam mengukur panjang dari sesuatu, entah
itu jalan, benda, ataupun lainnya. Untuk melakukan konversi terhadap satuan panjang
caranya sangat mudah. Satuan panjang yang digunakan diseluruh dunia adalah
meter.jika menaikkan satuan meter ke satuan yang ada diatasnya maka nilainya harus
di bagi 10. Namun jika kita menurunkan satuan meter ke satuan dibawahnya maka
nilainya harus dikalikan 10. Contoh :

km = kilo meter
hm = hekto meter
dam = deka meter
m = meter
dm = desi meter
cm = centi meter
mm = mili meter
1m = 10 cm
1m = 100 cm
1m 1000 mm
1km = 10 hm
1m = 1000 mm
1km = 10 hm
1km = 100 dam
1km = 1000 m

2. Konversi Satuan Berat


Sebenarnya dalam ilmu fisika satuan berat yang benar adalah Newton. Akan tetapi
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari satuan berat lebih sering menggunakan
kilogram. Padahal satuan kilogram tersebut digunakan untuk mengukur satuan massa.
Massa tidak akan berubah meskipun berbeda tempat, beda halnya dengan berat yang
akan berbeda-beda bergantung pada gravitasi tempat tersebut.
Untuk konversi satuan berat sama dengan konversi satuan panjang, kamu hanya perlu
membagi dengan 10 setiap kenaikan satuan dan membagi 10 setiap penurunan
satuannya. Contoh :

1 gram (g) = 1000 mg (miligram)


1 kilogram (KG) = = 1000 g (gram)
1 ton = 1000 kg
1 kuintal = 100 kg
1 kg = 10-3 ton
1 kg = 10 ons

3. Konversi Satuan Waktu


Berbeda dengan kedua konversi satuan sebelumnya, pada satuan waktu tidak bisa
dikonversi hanya dengan membagi atau mengkali 10. Hal tersebut terjadi karena pada
dasarnya waktu berbasis jam yakni kelipatan 6 bukan kelipatan 10.
Contoh :

1 hari 24 jam
1 jam = 60 menit
1 menit = 60 detik
1 detik = 1/60 menit
1 menit = 1/60 jam
1 jam = 3.600 detik
1 hari 86.400 detik

4. Konversi Satuan Luas


Untuk satuan luas, konversi dapat dilakukan dengan cara mengkalikan 100 setiap
kenaikan satuan dan membagi 100 setiap penurunan satuan.
Contoh konversi luas :

1 km2 = 1.000.000 m2 = 106 m2


1hm2 = 10.000m2 = 104 m2
1 dam2 = 100m2 = 102 m2
1 dm2 = 0,01 m2 = 10-2 m2
1 cm2 = 0,0001 m2 = 10-4 m2
1 mm2 = 0,000001 m2 = 10-6 m2
1 m2 = 100 dm2 =102 dm2
1 m2 = 10.000 cm2 = 104 cm2
1 m2 = 1.000.000 mm2 = 106 mm2
1 ha (hektar) = 10.000 m2

Konversi ini dapat dilakukan dengan skala 100 karena pada dasarnya luas
merupakan perkalian antara besaran panjang dengan besaran panjang lainnya. Oleh
karena itu konversi luas seperti dua kali melakukan konversi luas 100 x100 = 100

5. Konversi Satuan Volume


Satuan volume menunjukkan nilai dari suatu bangun 3 dimensi. Misalnya kamu
memiliki sebuah gelas yang kemudian diisi dengan air, maka air tersebut dikatakan
mengisi volume dari gelas tersebut. Pada dasarnya satuan volume merupakan
perkalian dari 3 buah besaran panjang.

Maka dasarnya satuan volume merupakan perkalian dari 3 buah besaran panjang,
maka dari itu pada konversi satuan volume nilainya dikali 1000 atau dibagi 1000.
Satuan volume ada bermacam-macam salah satunya adalah liter, selain liter ada satuan
baku lainnya yang digunakan untuk satuan volume yakni meter kubik.

1 km3 = 109 m3
1 hm3 = 106 m3
1 dam3 = 103 m3
1 dm3 = 10-3 m3
1 cm3 = 10-6 m3
1 mm3 = 10-9 m3
1 m3 = 103 dm3
1 m3 = 106 cm3
1 m3 = 109 mm3

Karena satuan volume lebih dari satu maka berikut ini konversi satuan volume
dengan basis satuan lainnya
:
1 liter = 1 dm3 = 1.000 mL = 1.000 cc
1 liter = 0,001 m3 = 10-3 m3
1 m3 = 1000 liter
1 cm3 = 1 cc
1 mL = 1 mL = 1 cm3
1 mL = 0,001 liter = 10-3 liter
1 mL = 0,000001 m3 = 10-6 m3
6. Konversi Satuan Tekanan
Satuan tekanan digunakan untuk mengukur kekuatan dari suatu cairan atau gas.
Biasanya tekanan dihubungkan dengan satuan volume dan temperatur atau suhu.
Semakin tinggi tekanan dalam suatu tempat yang sama maka suhu juga akan semakin
tinggi. Contoh perhitungan konversi berbagai satuan tekanan:

Atmospher :
1 atmospher = 1,013 bar
1 atmospher = 14,689 psi
1 atmospher = 101.300 pascal
1 atmospher = 1.013 milibar
1 atmospher = 760 mm 0f Hg/760 torr

Barr :
1 barr = 750 torr/750 mm of Hg
1 bar = 14,5 psi
1 bar = 100.000 pascal
1 bar = 1000 milibar

Torr :
45 torr = 60 milibar
45 torr = 0,05923001 bar/dibulatkan menjadi 0,06 barr
45 torr = 0,870 psi
45 torr = 6.000 pascal
mm of Hg :
1 mm of Hg = 1 torr
760 mm of Hg = 1 atmospher
760 mm of Hg = 14,689 psi
760 mm of Hg = 101.300 pascal

2.2 BEBERAPA KONSENTRASI LARUTAN


A. PERHITUNGAN KONSENTRASI
Formulasi pada dasarnya adalah campuran multikomponen, jumlah relatif suatu zat
dalam multikomponen mewakili konsentrasinya. Ini bisa berupa konsentrasi obat
terlarut dalam larutan, obat tersuspensi dalam suspensi, atau bubuk obat dalam triturat
bubuk padat. Ekspresi konsentrasi, hubungannya dengan jumlah total, dan perhitungan
yang melibatkan perubahan konsentrasi atau jumlah total merupakan bagian penting
dalam praktek farmasi.

A. Solusi Persentase
Konsentrasi bahan dalam suatu formula seringkali dipersentasikan sebagai
persentase dapat mewakili % berat/berat (% berat/berat misalnya 2 g padatan dalam
100 g cairan = 2% b/v) atau % volume/volume (v/v misalnya 2 mL cairan A dalam
100 mL cairan B = 2 % v/v cairan A).
Perhitungan jumlah pasti suatu bahan yang akan digunakan dalam suatu formulasi
bila persentase komposisi formula diketahui dapat dilakukan dengan menggunakan
rasio dan proporsi, contoh untuk mengeluarkan 240 mL larutan 10 % b/v suatu zat
obat, jumlah zat obat yang dibutuhkan dapat dihitung sebagai berikut :
10g = xg x = 10g x 240 mL = 24g
100mL 240 mL 100 mL

B. Konsentrasi Berdasarkan Mol dan Setaranya


Berat molekul atau mol suatu senyawa lebih berguna untuk perhitungan ketika dua
atau lebih senyawa kimia ingin dibandingkan untuk sifat tertentu. Jadi selama
penemuan obat, potensi relatif dari senyawa yang berbeda dibandingkan
berdasarkan molar.
Konsep konsentrasi larutan suatu senyawa didasarkan pada berat molokul atau
berat setara yang dapat didefenisiksn sebagai berikut : berat molekul suatu senyawa
menyatakan berat satu mol suatu senyawa dalam gram. contoh 1 mol glukosa sama
dengan 180,16 g glukosa. Massa molar glukosa direpresentasikan sebagai 180,16
g/mol. Berat ekivalen suatu senyawa menyatakan berat molekulnya dibagi dengan
jumlah valensi atau muatan ionik dalam larutan. Ini memprhitungkan aktivitas
kimia elektrolit.
Satu ekivalen (singkatan : persamaan), dalam gram, suatu senyawa mewakili 1
mol senyawa dalam gram dibagi valensinya. Contoh berat molekul ion Mg 2+ adalah
24, 3 g yang menunjukkan bahwa 24,3 g ion Mg 2+ mewakili 1 mol Mg2+.
Sebaliknya berat ekivalen ion Mg 2+ adalah 24,3/2 = 12,15 g, karena terdapat dua
muatan pada ion Mg 2+. Jadi bila digunakan untuk perhitungan netralisasi muatan, 1
mol atau berat molekul Mg2+ ion mewakili 2 ekivalen.
Larutan elektrolit sering kali dibuat berdasarkan molaritas, molalitas dan
normalitas berikut adalah perinciannya :
a. Molaritas (M)
Molaritas dalam konsentrasi larutan dikenal dengan istilah konsentrasi molar
atau molaritas dengan simbol (M) molaritas digunakan untuk mendapatkan
konsentrasi kuantitatif. Molaritas didefenisikan sebagai mol zat terlarut per liter
larutan, misalnya 1M larutan asam sulfat mewakili 98 g (berat molekul) H 2SO4
yang dilarutkan dalam 1 L larutan. Rumusnya adalah Molaritas (M) = mol zat
terlarut liter larutan atau Molaritas (M) = massa zat terlarut g Mr zat terlarut 1000
volume larutan (mL).

Contoh Soal :
2,00 gram natrium hidroksida (NaOH) dilarutkan dalam air dan membentuk larutan
dengan volume 200 mL. Berapa molaritas NaOH dalam larutan ?
Jawab : agar mengetahui jumlah molaritas maka harus melihat perbandingan antara
jumlah mol solut dengan jumlah liter larutan. Dengan kata lain kita mengetahui
jumlah NaOH dalam mol dan volume dalam liter.
Massa rumus NaOH 40,0 dengan demikian 2,00g NaOH 1 mol NaOH 40,0 g
NaOH = 2,00g / 40,0 g = 0,05 mol NaOH.
Jika dinyatakan dalam liter 200 ml menjadi 0,200 L maka Molaritas (M) = 0,05 mol
NaOH/ 0,2 L larutan = 0,250 mol NaOH/liter = 0,250 M NaOH.
Mengapa molaritas sangat penting dalam konsentrasi larutan ? karena jika kita
mengetahui molaritas dari suatu larutan maka dapat menentukan jumlah mol yang
diinginkan. Untuk mengetahui jumlah mol yang diinginkan maka kita harus
mengukur volume setara.

b. Normalitas (N)
Normalitas (N) dapat diartikan sebagai jumlah mol ekuivalen dari suatu zat per
liter larutan. Rumus normalitas dapat ditulis : normalitas = mol ekuivalen v (liter).
Sedangkan rumus normalitas yang digunakan untuk mencari padatan yang
dilarutkan dalam air berbeda dengan rumus normalitas jumlah molekuivalen dari
suatu zat per liter. Rumus normalitas padatan yang dilarutkan dalam air : normalitas
= gram zat terlarut massa ekivalen x liter larutan.
N = m (X) Mm kali xx 1000v (mL)x sementara itu hubungan ekuivalen dan bobot
molekul dapat dirumuskan sebagai berikut : gram ekuivelen = Mrn dimana n adalah
banyaknya ekuivelen setiap mol zat x.

Contoh soal :
Hitunglah normalitas larutan yang mengandung 36,75 g H2SO4 dalam 1,5 liter
larutan. Mr H2SO4 adalah 98
Jawab : massa ekuivalen = 49
Kenormalan 36,7549 x 1,50 = 0,50 n

c. Molalitas (m)
Adalah istilah yang lebih jarang digunakan untuk mewakili jumlah mol zat
terlarut per kilogram pelarut. Sedangkan formalitas (F) adalah istilah lain yang
jarang digunakan untuk menyatakan berat rumus suatu senyawa dalam 1 L larutan.
Ini berbeda dengan molaritas dalam menunjukkan jumlah zat terlarut yang
ditambahkan kedalam larutan, namun tidak mempertimbangkan sifat spesies kimia
yang sebenarnya ada dalam larutan. Misalnya ketika 1 mol natrium karbonat
(Na2CO3) atau natrium bikarbonat ( NaHCO 3) dilarutkan dalam total 1L larutan
asam klorida (HCL), konsentrasi Na2CO3 atau NaHCO3 dapat direppresentasikan
sebagai 1F (menunjukkan jumlah yang ditambahkan) tetapi tidak sebagai 1M
(menunjukkan jumlah dalam larutan) walaupun secara kuantitatif keduanya sama
karena senyawa bereaksi dengan asam dalam larutan dan tidak tetap dalam spesies
yang sama itu ditambahkan.

C. Bagian Per Unit Kosentrasi


Konsentrasi bagian per satuan biasanya dinyatakan untuk konsentrasi zat terlarut
yang sangat rendah, bagian per satuan konsentrasi yang umum digunakan adalah
sebagai berikut : bagian perjuta (ppm) mewakili 1 bagian suatu zat dalam 1 juta
(106) bagian dari total campuran. Bagian per juta (ppm) tidak berdimensi, karena
bagian-bagian zat dan campuran total diwakili dalam satuan yang sama. Selain utu
ukuran ini berlaku untuk larutan dan padatan.
Jadi 1 ppm NaCL dalam bubuk padat dapat mewakili 1µ g/g atau mg/kg NaCl.
Selain itu 1 ppm larutan NaCl dapat mewakili 1µ L/L NaCl dalam air. Bagian per
miliar (ppb) mewakili 1 bagian suatu zat dalam 1 milliar (10 9) bagian campuran
total. Mirip dengan ppm ia tidak berdimensi dan tidak mewakili keadaan (padat
atau cair) suatu zat.
B. PENGENCERAN LARUTAN STOK
Larutan stok adalah larutan pekat suatu zat yang dapat diencerkan hingga
konsentrasi lebih rendah yang diinginkan dengan menambahkan pelarut segera
sebelum digunakan atau dikeluarkan. Larutan stok sering digunakan dalam penyaluran
farmasi untuk meningkatkan efisiensi, kemudahan, dan keakuratan penyaluran serta
keunggulan dalam biaya dengan pengangkutan dan penyimpanan larutan pekat
bervolume rendah. Perhitungan umum yang diperlukan untuk mengencerkan larutan
stok pekat ke konsentrasi yang diinginkan adalah jumlah pelarut yang diperlukan
untuk mencapai konsentrasi yang diinginkan. Hal ini dapat diperoleh dari rumus
konsentrasi (c) berdasarkan volume (v) larutan dan berat (w) zat.
c (ing/mL) = w(ing)
v(inmL)
oleh karena itu jika larutan stok diberi tanda 1 dan larutan akhir dibuat dengan tanda 2
maka
c1 = w1/v1 = w1 x v2
c2 = w2/v1 = v1 x w2
karena berat zat terlarut sama dengan yang akan dipindahkan dari larutan stok ke
larutan akhir yang diencerkan maka
w1 = w2 karena itu c1 x v1 = c2 x v2 rumus ini dapat digunkanan untuk
menghitung volume pelarut yang diperlukan untuk membuat larutan encer misalnya
untuk mengencerkan larutan stok 50 % b/v untuk menghasilkan 200 mL larutan 5%
b/v, c1 = 50, c2 = 5 dan v2 = 200.
V1 = ( c2 x v2) / c1 = (5x 200) / 50 = 20 mL
Jadi banyaknya larutan stok yang diperlukan = 20 mL dan banyaknya pelarut yang
diperlukan = 200-20 = 180 mL untuk menghasilkan total 200 mL larutan encer.
Pengukuran juga dapat dilakukan berdasarkan berat dan bukan berdasarkan volume
untuk stok dan larutan encer dengan demikian menjadi
C1 x w1 = c2 x w2
BAB III

PENGENCERAN DAN PEMEKATAN

C.1 PENGENCERAN
A. PENGERTIAN
Pengenceran adalah berkurangnya rasio zat terlarut didalam larutan akibat
penambahan pelarut. Larutan didefenisikan sebagai campuran yang homogen antara 2
macam zat atau lebih, larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Umumnya zat terlarut
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pelarut, sedangkan pelarut bisa berupa air ataupun
cairan organik seperti metanol, etanol, aseton dan lain-lain. Pengenceran pada prinsipnya
hanya menambahkan pelarut saja, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran
sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran.
Larutan adalah suatu cairan yang berisi satu macam atau lebih bahan obat atau obat
yang larut dalam cairan yang melarutkan, sehingga obat tersebut tidak tampak lagi bentuk
sebelumnya. Pengenceran obat atau pemicikan obat merupakan tahapan yang harus
dilakukan untuk meningkatkan keakuratan takaran obat dalam resep disebabkan takaran
obat < 50 mg sehingga dikuatirkan alat tidak akurat dalam menimbangnya sehingga
diperlukan pengenceran obat.

B. TUJUAN PENGENCERAN
1. Meningkatkan keakuratan takaran obat.
2. Memperkecil ukuran partikel, pembuluh darah terkecil ditubuh berdiameter 5-
10um, jadi kita harus memperkecil partikel suatu obat
3. Mempercepat proses difusi, difusi adalah peristiwa mengalirnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.

C. JENIS-JENIS PENGENCERAN
1. Pelarutan
Jika suatu bentuk bubuk kering dari suatu obat harus ditambahkan dengan
sejumlah bahan-bahan tambahan seperti aquades, misalnya 2 gr obat dalam bentuk
obat diberikan dalam kemasan flakon ditambah dengan satu ampul berisi 2cc
aquades dimana bubuk itu harus dilarutkan ?. konsentrasi harus dibuat sebagai
berikut : 2 mL aquades mengandung 2 g obat, 1cc aquades mengandung
setengahnya, 1 g obat atau 1 cc aquades mengandung 1000 mg obat.

Contoh soal :
Jika diinginkan larutan 100 % maka pasien harus mendapatkan 500 mg obat. maka
kita dapat memperoleh larutan ini dengan 2 cara yaitu :
Cara pertama : 2 cc larutan mengandung 2000 mg obat untuk dapat memberikan
500 mg obat maka kita butuhkan larutan pelarut 500mg/2000mg x 2 cc = 0,5 cc
Cara kedua : untuk menghitung disini diperluka 100% larutan yang berarti 1cc
larutan mengandung 1000 mg obat untuk dapat memberikan 500 mg obat kita
perlukan : 500 mg/1000mg x 1cc = 0,5 cc larutan
2. Pengenceran
a. Berat/berat (b/b)
Krim dan salep umumnya dinyatakan dalam b/b misalnya salep hidrokortison
2,5 % b/b artinya terdapat 2,5 g salep hidrokortison dalam 100 g parafin lunak.
b. Volume/Volume (v/v)
larutan aqueous alkohol 10 % mengandung 10 mL alkohol yang dilarutkan
dalam air sehingga volume menjadi 100 mL.
c. Berat/Volume (b/v)
larutan aqueus natrium klorida 10 % mengandung 10 g natrium klorida yang
dilarutkan dalam dengan air sampai volumenya menjadi 100 mL. Ada dua jenis
infus intra vena yang paling umum digunakan yaitu infus natrium klorida 0,9 %
b/v yamg artinya 0,9 g natrium klorida dilarutkan dengan air sampai volumenya
menjadi 100 mL dan infus dextrosa 5 % b/v yang artinya 5 g glukosa yang
dilarutkan dengan air sampai volume menjadi 100 mL

D. PROSEDUR PENGENCERAN
1. Prinsip Pengenceran
Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja, sehingga jumlah
mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah
pengenceran atau jumlah zat gr zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah
gr zat terlarut sesudah pengenceran. Rumus sederhana pengenceran sebagai barikut :
M1V1 = M2V2
Dimana M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume molaritas larutan sesudah pelarutan
C1/C2 = V1/V2
Dimana C1 = Consentrat awal
C2 = Consentrat akhir
V1 = Volume awal
V2 = Volume akhir

Contoh soal :
a. jika kita akan membuat 500 mL HCl 2 M menggunakan HCL 4 M maka
penggunaan rumus pengenceran adalah 4 M x V1 = 2M x 500 mL maka V1 = 250
mL, artinya ambil HCL 4 M sebanyak 250 mL adukkan dengan air hingga 500 mL.
Sedangkan pada praktek pengenceran : masukkan air dulu sebanyak kurang dari
250 mL baru ditambahkan 250 mL HCL 4 M lalu diaduk dengan air hingga batas
labu takar 500 mL. Praktek seperti ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan
letupan untuk pengenceran asam pekat (Anief 2006).
b. alkohol 100% dalam 1 liter diencerkan menjadi alkohol 70 % sebanyak 100 mL.
Hitunglah rasio perbandingannya jawabannya :
Dik ; C1 = 100 %
C2 = 70 %
V1 = 1000 mL
V2 = ....?
Jawaban :
C1/C2 = V1/V2
100%/70% = 1000mL/X
X = 1000 mL x 700/100 mL
= 700 mL/1000 mL perbandingan 7:10 7/10 x 100 cc =70 cc
X/700 = 100/1000 consentrat 100 cc = 70 mL alkohol dan 30 mL air
X = 70 cc

Jadi untuk membuat alkohol 70 % sebanyak 100 cc dibutuhkan 70 mL alkohol dan


30 mL air.

2. Prinsip Cara Pengenceran


a. Lakukan perhitungan pengenceran
b. Masukkan larutan pekat ke dalam labu takar (dengan pemipetan)
c. Tambahkan pelarut sampai leher labu takar
d. Gojok hingga homogen
e. Tambahkan pelarut sampai batas
f. Tutup dan gojok lagi

E. ATURAN UMUM PENGENCERAN ATAU PERBANDINGAN OBAT


PENGENCER
Jika berat obat dalam resep 10-50 mg maka dibuat perbandingan pengenceran 1:10
artinya bahan ditimbang 50 mg, eksepien pengencer 450 mg, total 500 mg.
Jika berat obat dalam resep 1-10 mg maka dibuat perbandingan pengenceran 1:50
artinya bahan ditimbang 50 mg, eksepien pengencer 2450 mg total 2500 mg.
Jika berat obat dalam resep 0,1-1 mg maka dilakukan pengenceran bertingkat.
1. Metode Pengenceran sediaan padat
a. Ketentuan batas penimbangan terendah adalah 50 mg.
b. Timbang obat yang akan diencerkan sebesar 50 mg
c. Tambahkan sacharum lactis (SL) tergantung perbandingan pengenceran obat.
misalnya 1;10 artinya 1 bagian obat (50 mg) diencerkan hingga 10 kalinya
menjadi (500 mg) berarti jumlah sacharum lactis 9 bagian yang harus
ditimbang 500mg-50 mg = 450 mg atau dengan cara perhitungan 9/10 x 500
mg.
d. gerus campuran hingga homogen
2. Metode Pengenceran sediaan cair
a. Timbang bahan obat mg (batas minimum penimbangan)
b. Larutkan obat dalam pelarut sejumlah tertentu misalnya bahan obat dilarutkan
sampai volume 10 mL
c. Maka jumlah hasil pengenceran yang digunakan (takaran obat dalam resep
mg/50) x10 mL. Contoh pengenceran obat cair
bila dalam resep takaran obat yang harus ditimbang 25 mg dan dilakukan
pengenceran cair sampai volume 10 mL, maka perhitungan pengenceran yang
diambil adalah (25 mg / 50 mg) x 10 mL = 5 mL hasil pengenceran obat yang
diambil untuk membuat sediaan.
3.1 PEMEKATAN
Pemekatan adalah menjadikan sediaan yang memiliki kekuatan yang lebih besar
dengan mengurangi kuantitas relatif pelarut atau pembawa. Pekatan adalah proses
meningkatkan konsentrasi larutan yang akan berkonsentrasi rendah supaya menjadi
larutan berkonsentrasi tinggi. Ada juga mengatakan pemekatan yaitu bertambahnya rasio
konsentrasizat terlarut di dalam larutan akibat penambahan zat terlarut.

Pemekatan dapat dilakukan dengan cara mengetahui terlebih dahulu konsentrasi yang
diinginkan. Dalam pemekatan berlaku rumus :
Mol larutan awal + Mol laruta pekat = Mol akhir
(V1xM1) + ( V2xM2) = V3xM3
(V1xM1) + (V2xM2) = (V1=V2) x M3 dimana
V1 adalah volume larutan sebelum pengenceran
M1 adalah konsentrasi larutan sebelum pengenceran
V2 adalah volum larutan pekat yang ditambahkan
V3 adalah volume akhir sesudah pemekatan oleh karena itu V3 bisa diganti menjadi V1 +
V2 karena V3 merupakan volume akhir dimana larutan encer ditambah larutan pekat.
M3 adalah konsentrasi akhir sesudah pemekatan.

Contoh soal :
Berapa kosentrasi 1000 mL larutan HCL 1M setelah ditambah HCL 3 M sebanyak 750
mL

Jawab :
( V1xM1) + (V2 x M2) = V3 x M3
(V1 xM1) + (V2xM2) = (V1 + V2) xM3
(1000 mL x 1 M) + (750 mL x 3 M) = (1000 mL +750 mL) x 3M
1000 mmol + 2250 mmol = 1750 mL.M3
3250 mmol = 1750 mL.3M
M3 = 3250 mmol : 1750 mL
M3 = 1.8571M jadi konsentrasi akhir adalah 1.8571 M
BAB IV

ALIGASI

4.1 PENDAHULUAN
Dalam menhadapi kehidupan ini sering kali dihadapkan kepada suatu permasalahan
sehingga kita dituntut untuk menyelesaikannya. Untuk itu regenerasi penerus kita harus
dapat menyelesaikan sebagai bekal dalam kehidupan dimasa yang akan datang. Untuk
ketrampilan dalam menyelesaikan masalah dibutuhkan berbagai kemampuan yang ada
pada diri kita, sebagai hasil dari belajar yaitu pengetahuan , sikap dan psikomotor.

Pada sebuah pembelajaran matematika tentang aligasi yang menjelaskan suatu metode
aritmatika yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
pencampuransediaan dengan kekuatan yang berbeda. Ada dua tipe aligasi yaitu aligasi
medial dan aligasi pertukaran. Aligasi medial merupakan suatu metode untuk menghitung
rata-rata (avarevage) kekuatan bobot yang ditimbang atau kuantitatif lain dari campuran
atau lebih zat yang jumlah dan konsentrasinya diketahui. Sedangkan aaligasi pertukaran
merupakan metode aritmatika yang dipergunakan untuk menentukan banyaknya dua
sediaan atau lebih yang memiliki kekuatan pencampuran yang berbeda untuk
memperoleh hasil akhir dengan jumlah dan kekuatan yang diinginkan.

4.2 ALIGASI MEDIAL


Aligasi medial merupakan suatu metode untuki menghitung rata-rata (averange)
kekutan bobot yang ditimbang atau ukuran kuantitatif lain, dari campuran dua atau lebih
zat yang jumlah dan konsentrasinya diketahui. Paling sering digunakan untuk
menentukan persentase kekuatan suatu campuran dan hasil pecahan desimal dikalikan
dengan kuantitas yang berkaitan kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah total campuran
dan hasil pecahan desimal itu dikalikan 100 untuk menghasilkan persentase kekuatan
campuran. Kuantitas tersebut dinyatakan dalam satuan metriks yang sama apakah bobot
atau volume.

Aligasi medial dapat digunakan untuk menentukan bobot jenis suatu campuran cairan.
Rumus : Bobot jenis = bobot zat/bobot volume air yang setara

Contoh Soal:
Digunakan untuk menentukan persentase kekuatan suatu campuran :
1. Berapa % kekuatan (v/v) alkohol dalam campuran 2500 mL alkohol 50 % v/v mL
alkohol 70 % v/v dan 2000 mL alkohol 90% v/v?
Jawab : 50% x 2500 mL = 1250 mL
70% x 1500 mL = 1050 mL
90% x 2000 mL = 1800 mL
Total : 6000 mL 4100 mL
Presentase kekuatan = (4100 mL/6000 mL) x 100% = 0,68 x 100% = 68 % v/v
2. Berapa oksidasi seng dalang salep yang dibuat dengan mencampur 100g salep 15 5
b/b, 150 g salep 20% b/b, dan 75 g salep 5% b/b ?
Jawab : 15 % x 100 g = 15 g
20 % x 150 g = 30 g
5 % x 200 g = 10 g
Total : 450 g 55 g
Presentase = (55 g/450 g) x 100 % = 0,12 x 100 % = 12 % b/b

4.3 ALIGASI PERTUKARAN


Aligasi pertukaran merupakan metode aritmatika untuk menentukan banyaknya dua
sediaan atau lebih yang memiliki kekuatan pencampuran yang berbeda untuk
memperoleh hasil akhir dengan jumlah dengan kekuatan yang diinginkan. Skema
diagram untuk aligasi pertukaran digunakan untuk menentukan proporsi relatif komponen
– komponen yang dicampur bersama –sama untuk memperoleh produk dengan presentase
kekuatan yang diinginkan.

Jumlah yang dihasilkan melalui perhitungan ini biasanya dinyatakan dalam bagian
yang kemudian dapat digunakan untuk menghitung jumlah sebenarnya dalam gram atau
mililiter. Aligasi pertukaran digunakan dalam menentukan :

1. Jumlah relatif sediaan dengan kekuatan mencampur yang berbeda untuk memperoleh
produk dengan kekuatan yang diinginkan.
2. Jumlah pengencer yang harus ditambahkan pada suatu sediaan untuk menurunkan
kekuatannya
3. Jumlah konsistituen aktif yang harus ditambahkan pada sediaan untuk meningkatkan
kekuatannya.

Rasio bagian yang di peroleh untuk membuat proporsi relatif

HLB CAMP – HLB


HLB EM A
EM B

HLB

CAMPURAN

HLB EM A – HLB
HLB EM B
CAMP

Contoh soal :
Pada proporsi berapa salep benzokain 20 % harus di campur dengan basis salep untuk
menghasilkan salep benzokain 2,5 % ?
20 % 2,5 bagian salep 20%
2,5 %
0% 17,5 bagian basis salep
Jumlah relatif = 2,5 : 17,5 atau diperkecil = 1:7
(salep 20% : basis salep)
Buktikan kebenaran jawaban dengan aligasi medial :
0,2 x 1 (bagian) = 0,2
0 x 7 (bagian) = 0
Total 8 0,2
0,2 + 8 = 0,025 x 100 % = 2,5 %

Anda mungkin juga menyukai