B. FAKTOR KONVERSI
Faktor konversi digunakan untuk mengubah satuan besaran tampa mengubah nilainya.
Metode terdiri dari pecahan dimana penyebutnya sama dengan pembilang, tetapi dalam
satuan berbeda. Karena adanya karakteristik dari perkalian maka nilai besarannya tidak
berubah selama dikalikan.
Jadi jika pecahan pembilang sama dengan penyebutnya, maka pecahannya akan sama
dengan satu. Selama pecahan dan penyebutnya masih ekivalen maka nilai besarannya
akan tetap sama.
km = kilo meter
hm = hekto meter
dam = deka meter
m = meter
dm = desi meter
cm = centi meter
mm = mili meter
1m = 10 cm
1m = 100 cm
1m 1000 mm
1km = 10 hm
1m = 1000 mm
1km = 10 hm
1km = 100 dam
1km = 1000 m
1 hari 24 jam
1 jam = 60 menit
1 menit = 60 detik
1 detik = 1/60 menit
1 menit = 1/60 jam
1 jam = 3.600 detik
1 hari 86.400 detik
Konversi ini dapat dilakukan dengan skala 100 karena pada dasarnya luas
merupakan perkalian antara besaran panjang dengan besaran panjang lainnya. Oleh
karena itu konversi luas seperti dua kali melakukan konversi luas 100 x100 = 100
Maka dasarnya satuan volume merupakan perkalian dari 3 buah besaran panjang,
maka dari itu pada konversi satuan volume nilainya dikali 1000 atau dibagi 1000.
Satuan volume ada bermacam-macam salah satunya adalah liter, selain liter ada satuan
baku lainnya yang digunakan untuk satuan volume yakni meter kubik.
1 km3 = 109 m3
1 hm3 = 106 m3
1 dam3 = 103 m3
1 dm3 = 10-3 m3
1 cm3 = 10-6 m3
1 mm3 = 10-9 m3
1 m3 = 103 dm3
1 m3 = 106 cm3
1 m3 = 109 mm3
Karena satuan volume lebih dari satu maka berikut ini konversi satuan volume
dengan basis satuan lainnya
:
1 liter = 1 dm3 = 1.000 mL = 1.000 cc
1 liter = 0,001 m3 = 10-3 m3
1 m3 = 1000 liter
1 cm3 = 1 cc
1 mL = 1 mL = 1 cm3
1 mL = 0,001 liter = 10-3 liter
1 mL = 0,000001 m3 = 10-6 m3
6. Konversi Satuan Tekanan
Satuan tekanan digunakan untuk mengukur kekuatan dari suatu cairan atau gas.
Biasanya tekanan dihubungkan dengan satuan volume dan temperatur atau suhu.
Semakin tinggi tekanan dalam suatu tempat yang sama maka suhu juga akan semakin
tinggi. Contoh perhitungan konversi berbagai satuan tekanan:
Atmospher :
1 atmospher = 1,013 bar
1 atmospher = 14,689 psi
1 atmospher = 101.300 pascal
1 atmospher = 1.013 milibar
1 atmospher = 760 mm 0f Hg/760 torr
Barr :
1 barr = 750 torr/750 mm of Hg
1 bar = 14,5 psi
1 bar = 100.000 pascal
1 bar = 1000 milibar
Torr :
45 torr = 60 milibar
45 torr = 0,05923001 bar/dibulatkan menjadi 0,06 barr
45 torr = 0,870 psi
45 torr = 6.000 pascal
mm of Hg :
1 mm of Hg = 1 torr
760 mm of Hg = 1 atmospher
760 mm of Hg = 14,689 psi
760 mm of Hg = 101.300 pascal
A. Solusi Persentase
Konsentrasi bahan dalam suatu formula seringkali dipersentasikan sebagai
persentase dapat mewakili % berat/berat (% berat/berat misalnya 2 g padatan dalam
100 g cairan = 2% b/v) atau % volume/volume (v/v misalnya 2 mL cairan A dalam
100 mL cairan B = 2 % v/v cairan A).
Perhitungan jumlah pasti suatu bahan yang akan digunakan dalam suatu formulasi
bila persentase komposisi formula diketahui dapat dilakukan dengan menggunakan
rasio dan proporsi, contoh untuk mengeluarkan 240 mL larutan 10 % b/v suatu zat
obat, jumlah zat obat yang dibutuhkan dapat dihitung sebagai berikut :
10g = xg x = 10g x 240 mL = 24g
100mL 240 mL 100 mL
Contoh Soal :
2,00 gram natrium hidroksida (NaOH) dilarutkan dalam air dan membentuk larutan
dengan volume 200 mL. Berapa molaritas NaOH dalam larutan ?
Jawab : agar mengetahui jumlah molaritas maka harus melihat perbandingan antara
jumlah mol solut dengan jumlah liter larutan. Dengan kata lain kita mengetahui
jumlah NaOH dalam mol dan volume dalam liter.
Massa rumus NaOH 40,0 dengan demikian 2,00g NaOH 1 mol NaOH 40,0 g
NaOH = 2,00g / 40,0 g = 0,05 mol NaOH.
Jika dinyatakan dalam liter 200 ml menjadi 0,200 L maka Molaritas (M) = 0,05 mol
NaOH/ 0,2 L larutan = 0,250 mol NaOH/liter = 0,250 M NaOH.
Mengapa molaritas sangat penting dalam konsentrasi larutan ? karena jika kita
mengetahui molaritas dari suatu larutan maka dapat menentukan jumlah mol yang
diinginkan. Untuk mengetahui jumlah mol yang diinginkan maka kita harus
mengukur volume setara.
b. Normalitas (N)
Normalitas (N) dapat diartikan sebagai jumlah mol ekuivalen dari suatu zat per
liter larutan. Rumus normalitas dapat ditulis : normalitas = mol ekuivalen v (liter).
Sedangkan rumus normalitas yang digunakan untuk mencari padatan yang
dilarutkan dalam air berbeda dengan rumus normalitas jumlah molekuivalen dari
suatu zat per liter. Rumus normalitas padatan yang dilarutkan dalam air : normalitas
= gram zat terlarut massa ekivalen x liter larutan.
N = m (X) Mm kali xx 1000v (mL)x sementara itu hubungan ekuivalen dan bobot
molekul dapat dirumuskan sebagai berikut : gram ekuivelen = Mrn dimana n adalah
banyaknya ekuivelen setiap mol zat x.
Contoh soal :
Hitunglah normalitas larutan yang mengandung 36,75 g H2SO4 dalam 1,5 liter
larutan. Mr H2SO4 adalah 98
Jawab : massa ekuivalen = 49
Kenormalan 36,7549 x 1,50 = 0,50 n
c. Molalitas (m)
Adalah istilah yang lebih jarang digunakan untuk mewakili jumlah mol zat
terlarut per kilogram pelarut. Sedangkan formalitas (F) adalah istilah lain yang
jarang digunakan untuk menyatakan berat rumus suatu senyawa dalam 1 L larutan.
Ini berbeda dengan molaritas dalam menunjukkan jumlah zat terlarut yang
ditambahkan kedalam larutan, namun tidak mempertimbangkan sifat spesies kimia
yang sebenarnya ada dalam larutan. Misalnya ketika 1 mol natrium karbonat
(Na2CO3) atau natrium bikarbonat ( NaHCO 3) dilarutkan dalam total 1L larutan
asam klorida (HCL), konsentrasi Na2CO3 atau NaHCO3 dapat direppresentasikan
sebagai 1F (menunjukkan jumlah yang ditambahkan) tetapi tidak sebagai 1M
(menunjukkan jumlah dalam larutan) walaupun secara kuantitatif keduanya sama
karena senyawa bereaksi dengan asam dalam larutan dan tidak tetap dalam spesies
yang sama itu ditambahkan.
C.1 PENGENCERAN
A. PENGERTIAN
Pengenceran adalah berkurangnya rasio zat terlarut didalam larutan akibat
penambahan pelarut. Larutan didefenisikan sebagai campuran yang homogen antara 2
macam zat atau lebih, larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Umumnya zat terlarut
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pelarut, sedangkan pelarut bisa berupa air ataupun
cairan organik seperti metanol, etanol, aseton dan lain-lain. Pengenceran pada prinsipnya
hanya menambahkan pelarut saja, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran
sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran.
Larutan adalah suatu cairan yang berisi satu macam atau lebih bahan obat atau obat
yang larut dalam cairan yang melarutkan, sehingga obat tersebut tidak tampak lagi bentuk
sebelumnya. Pengenceran obat atau pemicikan obat merupakan tahapan yang harus
dilakukan untuk meningkatkan keakuratan takaran obat dalam resep disebabkan takaran
obat < 50 mg sehingga dikuatirkan alat tidak akurat dalam menimbangnya sehingga
diperlukan pengenceran obat.
B. TUJUAN PENGENCERAN
1. Meningkatkan keakuratan takaran obat.
2. Memperkecil ukuran partikel, pembuluh darah terkecil ditubuh berdiameter 5-
10um, jadi kita harus memperkecil partikel suatu obat
3. Mempercepat proses difusi, difusi adalah peristiwa mengalirnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
C. JENIS-JENIS PENGENCERAN
1. Pelarutan
Jika suatu bentuk bubuk kering dari suatu obat harus ditambahkan dengan
sejumlah bahan-bahan tambahan seperti aquades, misalnya 2 gr obat dalam bentuk
obat diberikan dalam kemasan flakon ditambah dengan satu ampul berisi 2cc
aquades dimana bubuk itu harus dilarutkan ?. konsentrasi harus dibuat sebagai
berikut : 2 mL aquades mengandung 2 g obat, 1cc aquades mengandung
setengahnya, 1 g obat atau 1 cc aquades mengandung 1000 mg obat.
Contoh soal :
Jika diinginkan larutan 100 % maka pasien harus mendapatkan 500 mg obat. maka
kita dapat memperoleh larutan ini dengan 2 cara yaitu :
Cara pertama : 2 cc larutan mengandung 2000 mg obat untuk dapat memberikan
500 mg obat maka kita butuhkan larutan pelarut 500mg/2000mg x 2 cc = 0,5 cc
Cara kedua : untuk menghitung disini diperluka 100% larutan yang berarti 1cc
larutan mengandung 1000 mg obat untuk dapat memberikan 500 mg obat kita
perlukan : 500 mg/1000mg x 1cc = 0,5 cc larutan
2. Pengenceran
a. Berat/berat (b/b)
Krim dan salep umumnya dinyatakan dalam b/b misalnya salep hidrokortison
2,5 % b/b artinya terdapat 2,5 g salep hidrokortison dalam 100 g parafin lunak.
b. Volume/Volume (v/v)
larutan aqueous alkohol 10 % mengandung 10 mL alkohol yang dilarutkan
dalam air sehingga volume menjadi 100 mL.
c. Berat/Volume (b/v)
larutan aqueus natrium klorida 10 % mengandung 10 g natrium klorida yang
dilarutkan dalam dengan air sampai volumenya menjadi 100 mL. Ada dua jenis
infus intra vena yang paling umum digunakan yaitu infus natrium klorida 0,9 %
b/v yamg artinya 0,9 g natrium klorida dilarutkan dengan air sampai volumenya
menjadi 100 mL dan infus dextrosa 5 % b/v yang artinya 5 g glukosa yang
dilarutkan dengan air sampai volume menjadi 100 mL
D. PROSEDUR PENGENCERAN
1. Prinsip Pengenceran
Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja, sehingga jumlah
mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah
pengenceran atau jumlah zat gr zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah
gr zat terlarut sesudah pengenceran. Rumus sederhana pengenceran sebagai barikut :
M1V1 = M2V2
Dimana M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume molaritas larutan sesudah pelarutan
C1/C2 = V1/V2
Dimana C1 = Consentrat awal
C2 = Consentrat akhir
V1 = Volume awal
V2 = Volume akhir
Contoh soal :
a. jika kita akan membuat 500 mL HCl 2 M menggunakan HCL 4 M maka
penggunaan rumus pengenceran adalah 4 M x V1 = 2M x 500 mL maka V1 = 250
mL, artinya ambil HCL 4 M sebanyak 250 mL adukkan dengan air hingga 500 mL.
Sedangkan pada praktek pengenceran : masukkan air dulu sebanyak kurang dari
250 mL baru ditambahkan 250 mL HCL 4 M lalu diaduk dengan air hingga batas
labu takar 500 mL. Praktek seperti ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan
letupan untuk pengenceran asam pekat (Anief 2006).
b. alkohol 100% dalam 1 liter diencerkan menjadi alkohol 70 % sebanyak 100 mL.
Hitunglah rasio perbandingannya jawabannya :
Dik ; C1 = 100 %
C2 = 70 %
V1 = 1000 mL
V2 = ....?
Jawaban :
C1/C2 = V1/V2
100%/70% = 1000mL/X
X = 1000 mL x 700/100 mL
= 700 mL/1000 mL perbandingan 7:10 7/10 x 100 cc =70 cc
X/700 = 100/1000 consentrat 100 cc = 70 mL alkohol dan 30 mL air
X = 70 cc
Pemekatan dapat dilakukan dengan cara mengetahui terlebih dahulu konsentrasi yang
diinginkan. Dalam pemekatan berlaku rumus :
Mol larutan awal + Mol laruta pekat = Mol akhir
(V1xM1) + ( V2xM2) = V3xM3
(V1xM1) + (V2xM2) = (V1=V2) x M3 dimana
V1 adalah volume larutan sebelum pengenceran
M1 adalah konsentrasi larutan sebelum pengenceran
V2 adalah volum larutan pekat yang ditambahkan
V3 adalah volume akhir sesudah pemekatan oleh karena itu V3 bisa diganti menjadi V1 +
V2 karena V3 merupakan volume akhir dimana larutan encer ditambah larutan pekat.
M3 adalah konsentrasi akhir sesudah pemekatan.
Contoh soal :
Berapa kosentrasi 1000 mL larutan HCL 1M setelah ditambah HCL 3 M sebanyak 750
mL
Jawab :
( V1xM1) + (V2 x M2) = V3 x M3
(V1 xM1) + (V2xM2) = (V1 + V2) xM3
(1000 mL x 1 M) + (750 mL x 3 M) = (1000 mL +750 mL) x 3M
1000 mmol + 2250 mmol = 1750 mL.M3
3250 mmol = 1750 mL.3M
M3 = 3250 mmol : 1750 mL
M3 = 1.8571M jadi konsentrasi akhir adalah 1.8571 M
BAB IV
ALIGASI
4.1 PENDAHULUAN
Dalam menhadapi kehidupan ini sering kali dihadapkan kepada suatu permasalahan
sehingga kita dituntut untuk menyelesaikannya. Untuk itu regenerasi penerus kita harus
dapat menyelesaikan sebagai bekal dalam kehidupan dimasa yang akan datang. Untuk
ketrampilan dalam menyelesaikan masalah dibutuhkan berbagai kemampuan yang ada
pada diri kita, sebagai hasil dari belajar yaitu pengetahuan , sikap dan psikomotor.
Pada sebuah pembelajaran matematika tentang aligasi yang menjelaskan suatu metode
aritmatika yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
pencampuransediaan dengan kekuatan yang berbeda. Ada dua tipe aligasi yaitu aligasi
medial dan aligasi pertukaran. Aligasi medial merupakan suatu metode untuk menghitung
rata-rata (avarevage) kekuatan bobot yang ditimbang atau kuantitatif lain dari campuran
atau lebih zat yang jumlah dan konsentrasinya diketahui. Sedangkan aaligasi pertukaran
merupakan metode aritmatika yang dipergunakan untuk menentukan banyaknya dua
sediaan atau lebih yang memiliki kekuatan pencampuran yang berbeda untuk
memperoleh hasil akhir dengan jumlah dan kekuatan yang diinginkan.
Aligasi medial dapat digunakan untuk menentukan bobot jenis suatu campuran cairan.
Rumus : Bobot jenis = bobot zat/bobot volume air yang setara
Contoh Soal:
Digunakan untuk menentukan persentase kekuatan suatu campuran :
1. Berapa % kekuatan (v/v) alkohol dalam campuran 2500 mL alkohol 50 % v/v mL
alkohol 70 % v/v dan 2000 mL alkohol 90% v/v?
Jawab : 50% x 2500 mL = 1250 mL
70% x 1500 mL = 1050 mL
90% x 2000 mL = 1800 mL
Total : 6000 mL 4100 mL
Presentase kekuatan = (4100 mL/6000 mL) x 100% = 0,68 x 100% = 68 % v/v
2. Berapa oksidasi seng dalang salep yang dibuat dengan mencampur 100g salep 15 5
b/b, 150 g salep 20% b/b, dan 75 g salep 5% b/b ?
Jawab : 15 % x 100 g = 15 g
20 % x 150 g = 30 g
5 % x 200 g = 10 g
Total : 450 g 55 g
Presentase = (55 g/450 g) x 100 % = 0,12 x 100 % = 12 % b/b
Jumlah yang dihasilkan melalui perhitungan ini biasanya dinyatakan dalam bagian
yang kemudian dapat digunakan untuk menghitung jumlah sebenarnya dalam gram atau
mililiter. Aligasi pertukaran digunakan dalam menentukan :
1. Jumlah relatif sediaan dengan kekuatan mencampur yang berbeda untuk memperoleh
produk dengan kekuatan yang diinginkan.
2. Jumlah pengencer yang harus ditambahkan pada suatu sediaan untuk menurunkan
kekuatannya
3. Jumlah konsistituen aktif yang harus ditambahkan pada sediaan untuk meningkatkan
kekuatannya.
HLB
CAMPURAN
HLB EM A – HLB
HLB EM B
CAMP
Contoh soal :
Pada proporsi berapa salep benzokain 20 % harus di campur dengan basis salep untuk
menghasilkan salep benzokain 2,5 % ?
20 % 2,5 bagian salep 20%
2,5 %
0% 17,5 bagian basis salep
Jumlah relatif = 2,5 : 17,5 atau diperkecil = 1:7
(salep 20% : basis salep)
Buktikan kebenaran jawaban dengan aligasi medial :
0,2 x 1 (bagian) = 0,2
0 x 7 (bagian) = 0
Total 8 0,2
0,2 + 8 = 0,025 x 100 % = 2,5 %