Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

BAGIAN-BAGIAN ALAT UKUR, KONVERSI SATUAN, CARA


MENGKALIBRASI ALAT UKUR, DAN CARA KERJANYA

Disusun Oleh:

KELOMPOK III

1. Mirza Anggara                        4223250008


2. Rafli Dewantara                      4223250029
3. Dita Putri Az Zahra                 4223250006
4. Rahma Hidayanti                     4222250004
5. Lowis Tambunan                     4223250032

PRODI ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
I. PENDAHULUAN

 
1.1 Latar Belakang Masalah

            Dalam mempelajari ilmu fisika diperlukan pengukuran dan untuk


melakukan pengukuran dibutuhkan alat ukur. Agar dapat melakukan pengukuran
dengan benar maka dibutuhkan pengetahuan tentang bagian-bagian alat ukur,
konversi satuan, cara mengkalibrasi alat ukur, dan cara kerjanya. Alat ukur
merupakan suatu alat untuk mengukur nilai dari suatu besaran. Alat ukur memiliki
berbagai jenis antara lain mistar, jangka sorong, stopwatch, dan lain-lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja bagian-bagian alat ukur?


2. Apa itu konversi satuan dan bagaimana cara mengonversi satuan?
3. Bagaimana cara mengkalibrasi alat ukur?
4. Bagaimana cara kerja sebuah alat ukur?
5. Bagaimana contoh pengoprasian alat tersebut?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagian-bagian dari beberapa alat ukur


2. Agar dapat memahami konsep tentang konversi satuan 
3. Agar dapat memahami cara mengkalibrasi alat ukur
4. Untuk mengetahui cara kerja sebuah alat ukur

II. PEMBAHASAN

2.1 Konversi Satuan

        Konversi satuan adalah mengubah satuan suatu besaran dari salah satu sistem
satuan ke dalam sistem satuan lainnya tanpa merubah nilai satuan aslinya.
Misalnya mengubah satuan besaran berat dari satuan gram ke kilogram. Konversi
satuan dapat dilakukan hanya jika sebuah benda memiliki besaran yang sama.

2.1.1 Faktor Konversi


Untuk melakukan konversi satuan, maka diperlukan faktor yang disebut faktor
konversi. Faktor konversi menyatakan hasil perbandingan atau menunjukkan
kesetaraan suatu satuan pengukuran dengan pengukuran lainnya. Biasanya faktor
konversi digunakan jika penyebut dan pembilangnya sama, karena tentu hasil
pecahannya akan tetap sama.

Contoh Faktor Konversi :


Jumlah Satuan Hasil Faktor Konversi

1 km 1000 m dan 1 m = (1/1000) km

1 inch 2,54 cm dan 1 cm = 1/2,54 inch

1 kg 1000 g dan 1 g = (1/1000) kg

1 liter 1000 ml dan 1 ml = (1/1000) liter

1 jam 60 menit dan 1 menit = (1/60) jam

2.1.2 Cara menghitung Konversi Satuan


Untuk menghitung konversi satuan lihatlah tingkatan ukuran serta nilai
pengali dan pembaginya yang berubah saat naik ataupun turun.
Misalnya akan mengkonversi satuan panjang 11 km menjadi ukuran cm. Maka
merubah km ke cm turun 5 tingkat atau  bisa dikalikan karena turun dengan
100.000. Maka hasilnya ialah 11 x 100.000 = 1.100.000 cm.

2.1.3 Macam-macam Konversi Satuan

a. Konversi Satuan Berat


Satuan ini digunakan untuk menyatakan berat suatu benda. Satuan
yang satu dengan yang lain memiliki kesetaraan nilai. Ada juga
satuan berat yang juga umum digunakan untuk menyatakan satuan
berat antara lain: Ton, kuintal, ons dan pon.

b. Konversi Satuan Panjang


Satuan panjang adalah macam konversi satuan yang dapat juga
dipakai untuk menyatakan satuan tinggi.
c. Konversi Satuan Luas
Satuan luas dipakai untuk mengukur luas sebuah bidang datar.
Satuan luas biasanya sering diakhiri dengan kata persegi. Persegi
dituliskan dengan simbol pangkat 2. Meter persegi ialah satuan
luas yang paling umum dipakai.
· Kilometer persegi (km²)
· Hektometer persegi (hm²)
· Dekameter persegi (dam²)
· Meter persegi (m²)
· Desimeter persegi (dm²)
· Centimeter persegi (cm²)
· Milimeter persegi (mm²).

Selain persegi ada juga satuan luas berbasis are


 Kiloare (ka)
 Hektoare (ha)
 Dekaare (daa)
 Are (a)
 Deciare (da)
 Centiare (ca) dan
 Miliare (ma)
Hubungan satuan luas mudah dipahami menggunakan tangga
konversi satuan luas.
Kedua tangga konversi satuan luas tersebut memiliki hubungan
melalui persamaan berikut:
· 1 hm² = 1 ha
· 1 dam² = 1 a
· 1 m² = ca
Cara mudah menghitungnya yaitu:
Di tiap anak tangga memiliki nilai 10. Jika turun satu makan
dikalikan 10 dan jika naik satu dibagi 10.

d. Konversi Satuan Volume


Konversi satuan volume adalah satuan yang digunakan untuk
mengukur atau menyatakan ukuran isi. Satuan volume dinyatakan
dalam kubik atau pangkat 3.

Satuan volume juga memiliki satuan lain, selain yang telah


disebutkan di atas, Antara lain:

Persamaan yang menghubungkan ke dua tangga konversi di atas


antara lain :
·       1 dm³ = 1 liter
·       1 m³ = 1 kiloliter
·       1 cm³ = 1cc = 1 mililiter

e. Konversi Satuan Waktu


2.2 Mistar

Pada umumnya, mistar sebagai alat ukur panjang memiliki 2 skala ya itu
skala utama dan skala terkecil. Satuan untuk skala utama  adalah cm dan satuan
untuk skala terkecil adalah mm. Di antara Skala utama terdapat 10 bagian skala
terkecil sehingga skala terkecil memiliki nilai 1/10 cm = 0,1 cm atau 1 MM.
Sedangkan mistar memiliki ketelitian atau ketidakpastian pengukuran sebesar 0,5
mm atau 0,05 cm yakni setengah dari nilai skala terkecil yang dimiliki oleh mistar
tersebut. 

Posisi mata Harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika membaca skala
mistar. Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran akibat
beda kemiringan dalam melihat atau disebut kesalahan paralaks.

2.2.1 Cara kerja mistar

1. Pastikan ujung penggaris anda berada tepat di benda yang anda ukur.
2. Gunakan tangan kiri untuk menahan benda yang diukur.
3. Gunakan tangan kanan untuk menyesuaikan ujung penggaris anda.

2.2.2 Contoh hasil pengukuran mistar

Hasil pengukurannya = 3,1-0,3 = 2,8 cm


Penulisan hasil ukur = (2,8 ± 0,05)

2.2.3 Kalibrasi Mistar


Ada dua orang peneliti bernama A dan B hendak mengukur panjang kayu
yang sama dalam kondisi yang sama pula, namun kedua peneliti tersebut
menggunakan mistar yang mereka bawa dari rumah mereka masing-masing, dan
mistar yang mereka bawa memiliki resolusi yang sama, yaitu 0.1 mm. Dari kasus
ini mungkin kita akan mengharapkan hasil pengukuran yang sama. Namun
kenyataannya, pengukuran yang dilakukan oleh A tergambar seperti pada Gambar
1, sedangkan pengukuran oleh B pada Gambar 2.

Dengan kata lain, peneliti A memperoleh hasil pengukuran 2.8 ± 0.05 cm,
sedangkan peneliti B memperoleh hasil pengukuran 2.7 ± 0.05 cm. Dengan
mengasumsikan kondisi lingkungan tidak berubah (yang akan kita bahas lebih
lanjut kemudian), maka perbedaan nilai ini tentu seharusnya tidak terjadi. Oleh
karena itu, kita dapat menduga bahwa kesalahan ini terletak pada salah satu mistar
yang panjangnya tidak sesuai dengan definisi satuan panjang cm.
Sekarang pertanyaannya adalah, mistar yang mana yang dapat mengukur
panjang kayu dengan tepat? Untuk menjawab ini, kita perlu membandingkan
panjang yang terukur oleh masing-masing mistar atau skala masing-masing mistar
dengan skala yang sebenarnya, atau yang kita sebut sebagai kalibrasi. Kita tidak
akan membahas prosedur kalibrasi secara rinci, karena pada dasarnya ada banyak
cara yang dapat dilakukan untuk mengkalibrasi alat ukur, dan berbeda-beda di
setiap instansi. Namun, cara yang paling sederhana adalah menggunakan suatu
objek yang besarannya sudah terjamin sesuai dengan definisi satuan yang ada.
Sebagai contoh, perhatikan Gambar 3 berikut ini.
Pada Gambar 3 kita memiliki mistar yang hendak dikalibrasi, serta lima
batang material dengan koefisien muai rendah yang panjangnya sudah tertera, dan
label panjang tersebut sudah kita asumsikan benar. Cara kalibrasi mistar ini cukup
sederhana, yaitu kita hanya perlu mengukur kelima batang tersebut menggunakan
mistar yang hendak dikalibrasi tadi. Kemudian kita bisa menulis hasil pengukuran
yang kita peroleh, dengan mencantumkan panjang asli, ketidakpastian, serta hasil
pengukuran atau penyimpangan yang merupakan nilai hasil pengukuran dikurangi
panjang asli. Sebagai contoh, dari Gambar 3 kita peroleh hasil pengukuran sebagai
berikut seperti pada Tabel 1.

Panjang asli (cm) Hasil Pengukuran (cm) Penyimpangan (cm)

1 1 ± 0.05 0

2 1.9 ± 0.05 -0.1

3 2.9 ± 0.05 -0.1

4 4 ± 0.05 0

5 5 ± 0.05 0

Tabel 1.
Dengan data ini kita bisa mengetahui letak kesalahan dari alat ukur yang
dikalibrasi. Apabila kita perhatikan, mistar ini dapat mengukur secara tepat untuk
panjang 1 cm, 4 cm, dan 5 cm, sedangkan terdapat suatu penyimpangan pada
panjang 2 cm dan 3 cm. Data kalibrasi ini juga dapat digunakan sebagai referensi
ketika kita mengukur dengan alat ukur yang sama, yaitu ketika misal mistar ini
membaca 3 cm, kita sudah tahu bahwa panjang 3 cm bukanlah hasil yang tepat,
karena terdapat penyimpangan pembacaan berdasarkan data kalibrasi yang kita
peroleh tadi.
Pertanyaan selanjutnya yang berada di pikiran kita mungkin adalah
bagaimana kita bisa meyakinkan bahwa batang yang kita gunakan untuk kalibrasi
memang memiliki panjang yang sesuai dengan label. Karena batang ini kita
gunakan sebagai referensi, maka batang ini harus benar-benar disimpan secara
terawat sehingga nilainya tidak berubah dari waktu ke waktu. Misal, batang
tersebut perlu disimpan dalam suhu yang tetap atau menggunakan bahan yang
tidak mudah memuai untuk meminimalisir pemuaian, mengingat bahwa hukum
fisika dapat berlaku kapan saja. Batang tersebut juga terkadang perlu dikalibrasi
sebagaimana alat ukur dengan alat lain untuk mengkonfirmasi panjang batang
tersebut.
2.3 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat yang bisa mengukur panjang dan ketebalan suatu
benda dengan tingkat akurasi dan presisi yang sangat baik yaitu sekitar +- 0,05
mm.
Pada jangka sorong juga ada 2 buah skala yang dipakai buat membaca hasil
pengukuran. Pertama yaitu skala utama yang memakai satuan centimeter dan
milimeter pada bagian bawah dan satuan inch pada bagian atas. kedua adalah
skala nonius atau vernier.
2.3.1 Bagian-bagian jangka sorong

1. Rahang luar
Terdiri dari rahang geser dan rahang tetap. Rahang luar memiliki fungsi
untuk mengukur diameter luar dan dimensi luar atau sisi bagian luar
sebuah benda misal panjang, tebal, lebar sebuah benda kerja.
2. Rahang dalam
Terdiri dari rahang geser dan rahang tetap. Rahang dalam memiliki fungsi
untuk mengukur diameter dalam dan dimensi bagian dalam atau sisi
bagian dalam sebuah benda berlubang seperti diameter dalam pipa,
panjang dan lebar kotak, dan lain-lain.
3. Pengukur kedalaman
Seperti namanya bagian ini mempunyai fungsi untuk mengukur kedalaman
sebuah benda. selain itu bagian ini juga bisa digunakan untuk mengukur
tinggi sebuah benda.
4. Skala utama (dalam cm)
Skala utama dalam bentuk satuan cm memiliki fungsi untuk menyatakan
ukuran utama dalam bentuk centimeter (cm). skala ditandai setiap mm.
5. Skala utama (dalam inchi)
Skala utama dalam bentuk satuan inchi memiliki fungsi untuk menyatakan
ukuran utama dalam bentuk inchi.
6. Skala nonius/vernier (dalam mm)
Skala nonius dalam bentuk milimeter berfungsi sebagai skala pengukuran
fraksi dalam bentuk mm. Memberikan pengukuran interpolasi hingga 0,1
mm atau lebih.
7. Skala nonius/vernier (dalam inchi)
Skala nonius dalam bentuk inchi berfungsi sebagai skala pengukuran
fraksi dalam bentuk inchi.
8. Sekrup pengunci
Mempunyai fungsi untuk menahan bagian-bagian yang bergerak saat
berlangsungnya proses pengukuran misal rahang dan Depth probe
sehingga pembacaan hasil ukur bisa dilakukan tanpa takut berubah posisi.
9. Sekrup ibu jari
Sekrup ibu jari terletak di bagian bawah skala vernier yang berfungsi
untuk memberikan pegangan bagi pengguna untuk menggeser rahang
gerak dengan mudah dan mengatur posisi rahang serta tangkai ukur
kedalaman agar tetap menjaga pegangan yang kuat pada benda yang
diukur.
2.3.2 Cara mengkalibrasi jangka sorong
untuk melakukan kalibrasi jangka sorong dapat dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Buka skrup pengunci dengan memutarkan skrup pengunci berlawanan
dengan arah jarum jam sampai longgar.
2. Dorong rahang geser sampai menyentuh rahang tetap
3. Perhatikan angka 0 pada skala nonius
4. Jika angka 0 pada skala nonius sejajar dengan angka 0 pada skala
utama artinya alat ukur sudah terkalibrasi dan siap digunakan
5. Jika angka 0 pada skala nonius tidak sejajar dengan angka 0 pada skala
utama maka lakukan pembersihan pada rahang-rahangnya
6. Setelah melakukan pembersihan pada rahang-rahangnya ulangi
kembali
langkah 1 sampai langkah 5
7. jika langkah 1 sampai langkah 5 sudah dilakukan beberapa kali dan
angka 0 pada skala nonius masih belum sejajar dengan angka 0 pada
skala utama itu artinya alat ukur tersebut sudah rusak dan tidak dapat
digunakan lagi.

2.3.3 Cara kerja jangka sorong


a. Cara kerja jangka sorong untuk mengukur diameter luar
Pertama, buka rahang jangka dengan melonggarkan pengunci, geser
rahang geser jangka sorong ke kanan, sehingga benda yang akan
diukur dapat masuk diantara kedua rahang.
Setelah benda yang akan diukur sudah diletakkan diantara kedua
rahang, geserlah rahang geser ke kiri hingga benda terjepit oleh kedua
rahang sekaligus mengunci jangka sorong.
b. Cara kerja jangka sorong untuk mengukur diameter dalam
Setelah pengunci dilonggarkan, geserlah rahang geser sedikit kekanan.
letakkan benda yang akan diukur hingga kedua rahang atas jangka
sorong masuk kedalam benda tersebut.
Geserlah rahang geser kekanan hingga kedua rahang menyentuh kedua
dinding dalam benda yang diukur dan kuncilah jangka sorong.
c. Cara kerja jangka sorong untuk mengukur kedalaman
Letakkan tabung atau benda yang akan diukur kedalamannya dalam
posisi berdiri tegak.
Letakkan atau tusukkan tangkai ujung jangka sorong ke permukaan
tabung yang akan diukur dalamnya. Geserlah rahang geser ke bawah
hingga ujung tangkai pada jangka sorong menyentuh dasar tabung lalu
kencangkan kunci jangka sorong.

2.3.4 Contoh hasil pengukuran jangka sorong

Jangka sorong dengan NST 0,05 mm


diketahui skala utama= 0,5 cm
skala nonius= (10 x 0,005 cm)=0,05 cm

jumlahkan angka yang didapat dari skala utama dan skala nonius:
0,5 cm + 0,05 cm = 0,55 cm
jadi, hasil pengukurannya adalah 0,55 cm.

2.4 Mikrometer Sekrup


Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur besaran
panjang yang terdiri atas poros tetap yang berperan sebagai skala utama dan
poros putar yang berperan sebagai skala noninus. Tingkat ketelitian
mikrometer sekrup ini mencapai 0,01 mm dan mampu mengukur ketebalan
atau diameter benda yang sangat kecil dengan presisi dengan batas maksimal
panjang benda 25 mm.

2.4.1 Bagian-bagian mikrometer Sekrup

1. Frame (bingkai)
Frame ini mempunyai bentuk huruf C atau U. frame ini terbuat dari
bahan logam tahan panas dengan desain yang cukup tebal dan kuat
bertujuan untuk meminimalisir terjadinya pemuaian panjang yang bisa
proses pengukuran. selain itu, frame ini juga dilapisi dengan lapisan
plastik guna menghindari terjadinya transfer panas dari tangan
pengukur terhadap logam saat pengukuran.
2. Anvil (poros tetap)
poros tetap berfungsi sebagai penahan saat sebuah benda akan diukur.
3. Spindle (poros gerak)
poros gerak merupakan sebuah silinder logam yang dapat digerakan
maju-mundur, menjauh atau mendekati poros tetap.
4. Lock Nut (pengunci)
Pengunci berfungsi untuk menahan poros gerak agar tidak bergerak
saat proses pengukuran suatu benda.
5. Sleeve
merupakan batang logam tempat terletaknya skala utama (dalam
satuan mm).
6. Thimble
merupakan batang logam yang dapat diputar, berukuran lebih besar
dari sleeve dan merupakan tempat terletaknya skala nonius atau skala
putar (dalam satuan mm)
7. Ratchet
berfungsi untuk mengencangkan poros gerak jika sudah menyentuh
benda dengan cara diputar searah jarum jam sampai terdengar suara
bunyi ketukan logam (tik). untuk memastikan ujung poros gerak telah
menempel sempurna dengan benda maka ratchet dapat diputar
sebanyak 2-3 putaran.

2.4.2 kalibrasi mikrometer sekrup


Untuk kalibrasi dan penyetelan posisi nol ini, kita perlu
memperhatikan penyimpangan yang terjadi pada skala nonius. Jika
penyimpangan posisi nol pada skala nonius kurang dari 0,02mm (dua
garis), maka penyetelan dilakukan pada bagian sleeve (skala utama),
namun jika lebih dari 0,02 mm, maka penyetelan dilakukan pada bagian
ratchet. Perhatikan langkah-langkah kalibrasi mikrometer di bawah berikut
:
a. Penyimpangan kurang dari 0,02 mm

 Posisikan mikrometer pada posisi nol


 Geser lock nut ke posisi mengunci
 Ambil mikrometer adjusting
 Pasang mikrometer adjusting wrench pada bagian
sleeve mikrometer (masukkan kunci pada lubang yang
ada dibadan sleeve mikrometer)
 geser keatas atau kebawah mikrometer adjusting
wrench untuk mengatur garis nol pada skala utama agar
bisa bertemu segaris dengan garis nol pada skala nonius
 posisikan kedua garis pada skala nonius dan skala
utama agar bertemu dalam satu garis lurus
b. Penyimpangan lebih dari 0,02 mm

 kembali ratchet daKencangkann periksa kembali posisi nol


Posisikan mikrometer pada posisi nol
 Geser lock nut ke posisi mengunci
 Ambil mikrometer adjusting wrench, pilih kunci yang kecil
 Pasang mikrometer adjusting wrench pada bagian ratchet
mikrometer (masukkan kunci pada lubang yang ada di badan
ratchet)
 Tahan thimble agar tidak bergerak lalu kendorkan ratchet
dengan mikrometer adjusting wrench hingga thimble bebas
berputar
 Posisikan angka nol pada thimbel (skala nonius) dengan
garis nol pada skala utama (sleeve).

2.4.3 Cara kerja mikrometer sekrup


1. Letakkan benda pada landasan mikrometer
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam menggunakan
mikrometer sekrup adalah meletakkan benda yang akan diukur pada
landasan mikrometer sekrup.
Benda diletakkan di antara bagian penjepit dan penahan yang terdapat
pada mikrometer sekrup. Pastikan benda terletak dengan rapi dan
sejajar untuk menghindari adanya kesalahan dalam pengukuran nanti.
2. Menjepit Benda yang akan diukur
Langkah selanjutnya adalah menjepit benda yang akan diukur dengan
cara memutar perlahan-lahan bagian pemutar halus pada mikrometer
sekrup hingga benda-benda terjepit. Jangan lupa untuk memastikan
benda benar-benar terjepit agar tidak goyang ketika pengukuran
dilakukan.
3. Perhatikan angka pada skala utama
Setelah benda terjepit dengan erat, bacalah angka skala utama pada
bagian lengan mikrometer. Catat angka tersebut dengan tepat agar
tidak lupa.
4. Perhatikan angka pada skala nonius
Selain angka pada skala utama, angka pada skala nonius juga penting
dalam pengukuran benda menggunakan mikrometer sekrup. Perhatikan
skala nonius menunjukan angka berapa kemudian catatlah angka
tersebut.
5. Hitung hasil pengukuran
Setelah memperoleh angka dari skala utama dan skala nonius, maka
langkah selanjutnya adalah menghitung hasil pengukuran. Cara
menghitung hasil pengukuran mikrometer dapat dilakukan dengan
rumus berikut:

angka skala utama + (angka skala nonius x tingkat ketelitian


mikrometer)

Contohnya, apabila skala utama menunjukan angka 25 mm dan skala


nonius menunjukan angka 22mm dengan tingkat ketelitian 0,01 m,
maka tebal benda yang diukur tersebut adalah 27,2 mm.

2.4.4 Contoh hasil pengukuran


Jika pada suatu pengukuran didapatkan gambar skala utama ataupun skala
nonius dibawah ini. Hitunglah berapa panjang dari benda yang akan
diukur?

Skala utama= 4 mm
Skala nonius= 0,30 mm
jadi, hasil dari pengukuran diatas adalah:
Skala utama ditambah skala nonius= 4+0,3 = 4,30 mm

2.5 Speedometer
speedometer adalah sebuah alat pengukur kelajuan kendaraan darat,
speedometer juga merupakan perlengkapan standar setiap kendaraan yang
beroperasi di jalan.
2.5.1 Bagian-bagian speedometer
1. Dudukan Speedometer
Bagian ini merupakan komponen dari speedometer yang memiliki
fungsi sebagai tempat menempelnya speedometer. Yang akhirnya nanti
akan dipasangkan kaca speedometer yang bersangkutan. Komponen ini
termasuk yang cukup penting juga.
2. Sistem Kabel
Bagian yang kedua yaitu sistem kabel pada speedometer Anda. Kabel
ini nantinya akan berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari
komponen penyusun aki mobil menuju ke saluran listrik yang ada pada
speedometer Anda. Hal ini akan membuat speedometer tersebut dapat
berfungsi sebagaimana seharusnya.
3. Roda penggerak
Bagian selanjutnya yakni bagian yang tergolong penting keberadaanya
dalam speedometer Anda. Roda penggerak berfungsi untuk
menggerakkan jarum penunjuk angka yang ada pada speedometer.
Apabila roda ini tidak berfungsi dengan baik, maka bisa dikatakan
speedometer Anda tidak akan berfungsi dengan optimal. Hal tersebut
dikarenakan jarum penunjuk tidak akan bisa bergerak.
4. Komponen Jarum dan angka
Bagian ini merupakan bagian yang berfungsi sebagai indikator, dimana
akan menjadi patokan bagi Anda yang mengendarai mobil untuk
menentukan kecepatan laju kendaraan. Selain itu, angka atau jarum
yang ada pada speedometer ini juga berfungsi sebagai indikator yang
menunjukkan jumlah bahan bakar yang tersisa pada mobil Anda.
5. Kaca atau Cover Speedometer
Bagian yang terakhir yaitu cover yang berbentuk seperti kaca pada
speedometer Anda. Kaca ini berfungsi sebagai komponen yang akan
melindungi speedometer Anda dari cipratan air, debu, maupun kotoran
lainnya yang bisa saja merusak speedometer mobil kesayangan Anda.

2.5.2 Cara Mengkalibrasikan speedometer


1. Posisikan kunci kontak On
2. Tekan 2 tombol reset, yakni; 'Select' dan 'Adjust' (gbr.1) secara
bersamaan selama 15 detik dan akan muncul kode reset 1860 (gbr.2),
yakni angka baku kode reset spidometer KOSO seri 1 yang diaplikasi
pada motor Megelli.
Bila angka yang muncul tidak sesuai, harus disamakan. Cara setnya
tekan tombol adjust untuk memilih angka yang akan diubah. Lalu
tekan 'Select' untuk mengubah/menambah angka. “Kalau angka kedip-
kedip, berarti angka tersebut bisa diubah. Pokoknya mirip seperti setel
jam digital.

Kemudian tekan tombol 'Adjust' berulang kali hingga muncul tulisan


MPH dan KM/H (gbr.3). “Pilih satuan kecepatan yang diinginkan.
MPH berarti mill per hours sedangkan KM/h; kilo meter per hours.
Lalu tekan tombol adjust sekali, akan muncul tulisan pulse dan angka 9
(gbr.4) yang menunjukkan sensor putaran pelek. Kalau angka tidak
sesuai, mesti disesuaikan dengan cara cukup menekan tombol 'Select'
berulang kali sesuai angka yang diinginkan. Lanjutkan tekan tombol
'Adjust' sekali. Akan muncul tulisan pulse dan angka 1 (gbr.5) yang
menunjukkan sensor putaran cakram. Kalau angka berbeda, disamakan
dengan cara seperti langkah 3.

Terakhir, tekan tombol adjust sekali dan akan muncul angka nol (0),
kilometer yang sudah ditempuh dan jam digital. Proses kalibrasi sudah
selesai, tinggal posisikan kunci kontak pada posisi Off.
Jangan lupa jam digital juga harus diset ulang. Pasalnya kalau tidak,
beberapa kejadian, angka atau huruf yang muncul ada yang tidak
komplit. Dan untuk mengetahui top speed (gbr.6) yang sudah pernah
ditempuh, caranya tekan tombol 'Adjust' sekali saja.

2.5.3 Cara Kerja Speedometer


cara kerja speedometer terbagi menjadi beberapa menurut sensor:
 secara sensor mekanis, maksudnya adalah perangkat
pengukur kecepatan yang dihubungkan langsung dengan
roda depan atau transmisi dengan menggunakan kabel
khusus yang akan ikut bergerak saat kendaraan melaju,
gerakan yang dihasilkan dari pergerakan kabel akan diubah
untuk menggerakkan jarak kecepatan
 secara sensor elektronik, maksudnya adalah pengukur
kecepatan yang bekerja atas dasar sensor yang ditempatkan 
pada poros penggerak kendaraan yang dapat mendeteksi
jumlah putaran pada poros dan kemudian dikirim ke
speedometer dengan arus yang disebut juga arus Eddy yang
menggerakan jarum kecepatan atau kecepatan secara digital
 secara sensor GPS, maksudnya adalah pengukur kecepatan
yang menggunakan perubahan data posisi koordinat bumi
yang diperoleh melalui satelit dan diolah oleh prosesor
menjadi informasi kecepatan.

2.6 Termometer
Termometer disebut juga pengukur suhu adalah alat yang
digunakan untuk mengukur suhu(temprature),atau pun perubahan
suhu.Istilah termometer berasal dari bahsa latin thermo yang berarti
panas dan meter yang berarti untuk mengukur.
2.6.1 Bagian-bagian Termometer
1. Tabung Gelas
Tabung gelas adalah badan termometer yang didalamnya berisi komponen
utama seperti skala dan pipa kapiler.
2. Pipa Kaca
pipa kaca atau pipa kapiler adalah tabung sempit yang berisi zat cair
seperti air raksa maupun alkohol. Fungsi dari pipa tersebut adalah sebagai
tempat pemuaian zat cair tersebut. Jika zat cair tersebut memuai akibat
naiknya suhu maka zat tersebut akan naik ke atas pipa kapiler ketika suhu
mulai menurun, zat cair akan menyusut dan turun ke bawah.
3. Skala
Skala merupakan bagian termometer yang berupa garis-garis berisi angka.
Fungsi dari bagian ini menunjukan derajat celcius dari suatu benda.
4. Zat cair pengisi termometer
Zat Cair pengisi termometer menjadi bagian terpenting karena berfungsi
sebagai komponen dalam mengindikasikan derajat suhu suatu benda.
5. Lekukan
Lekukan biasanya terdapat pada kolom raksa thermometer badan bagian
ini berfungsi agar zat cair yang telah memuai tidak mudah turun kembali.
6. Tandon
Tandon atau reservoir adalah bagian paling bawah pada termometer
2.6.2 Kalibrasi termometer
1. Cara kalibrasi termometer digital dengan air dingin
Isi sebuah gelas besar dengan es, lalu isi dengan air. Aduk air es
dan diamkan selama 3 menit. Tempatkan termometer digital kau di dalam
air es, pastikan untuk menempelkan sedalam setidaknya 4 cm ke dalam air
tersebut, tetapi tentukan untuk tidak menyentuh segi atau bab bawah kaca.
Aduk air es guna meratakan suhu air dan mencegah termometer
melekat pada es kerikil. Tunggu setidaknya 30 detik hingga termometer
membaca suhu. Suhu termometer digital harusnya meraih 0 ° C. Jika tidak,
tekan tombol reset pada termometer digital, sampai bacaannya mencapai 0
° C.
2. Cara kalibrasi termometer digital dengan air mendidih
Didihkan air dalam suatu panci yang dalam. Tempatkan
termometer digital kamu di dalam air mendidih. Sekali lagi, pastikan
termometer terendam setidaknya sedalam 4 cm dan tunggu setidaknya 30
detik. Termometer digital harusnya menunjukkan suhu 100 ° C. Jika tidak,
biarkan termometer tetap di dalam air, putar kenop pengatur sampai
bacannya mencapai tanda 100 ° C.

2.6.3 Cara Kerja Termometer


Termometer digital berisi mekanisme komputasi kecil dan resistor.
Perubahan suhu menyebabkan sensor memberitahu perubahan resistansi.
Komputer mengubah perbedaan resistansi menjadi perbedaan suhu dan
memberikan pembacaan digital dalam derajat celcius atau fahrenheit.
Sensor thermoresistor disebut juga thermistor.
2.6.4 Contoh hasil pengukuran Termometer
Pada termometer raksa, ketika kita mendekatkan mata kita ke kolom raksa
maka akan tampak bahwa permukaan merukuri membentuk seperti lensa yang
melengkung atau menonjol ke atas yang disebut dengan miniskus cembung
(miniskus positif). Berbeda dengan air yang melengkung ke bawah membentuk
miniskus cekung (miniskus negatif). Lalu bagaimana menentukan skala hasil
pengukuran suhu pada termometer raksa yang berbentuk miniskus cembung
tersebut. Perhatikan diagram di bawah ini.

 Pada gambar di atas, setiap garis pada skala termometer memiliki nilai
1oC, karena dari suhu 20oC – 30oC terdapat 10 garis, sehingga tiap garis
menyatakan suhu 1oC.
 Kita bisa membuat perkiraan pembacaan skala dengan menggunakan
tingkat ketelitian termometer. Pada termometer raksa, biasanya
ketelitiannya adalah 0,2oC.
 Dari gambar di atas, permukaan miniskus cembung raksa hampir
menunjukkan skala 30oC.
 Karena hampir berarti belum mencapai suhu 30oC. Dengan menggunakan
tingkat ketelitian termometer, kita kurangkan skala yang hampir terbaca
dengan tinggkat ketelitian termometer yaitu 30oC – 0,2oC = 29,8oC.
 Hasil pengukuran tersebut dapat dituliskan sebagai 29,8oC ± 0,2oC, yang
mengandung arti bahwa keakuratan atau ketelitian suhu berkisar antara
29,8oC sampai 30,0oC.

2.7 Neraca
Neraca adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan
besarnya massa suatu Benda.
2.7.1 Bagian-bagian Neraca

1. Tempat beban
Digunakan untuk meletakkan benda yang akan diukur.
2. Tombol Kalibrasi
Berfungsi untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca tidak digunakan
untuk mengukur.
3. Lengan Neraca
Lengan ini berfungsi untuk meletakkan anting atau pemberat pada
neraca.
4. Anting atau pemberat yang diletakkan pada masing-masing lengan dan
dapat digeser-geser,
berfungsi sebagai penunjuk hasil pengukuran.
5. Titik 0 atau garis kesetimbangan.
Berfungsi untuk menentukan titik kesetimbangan.

2.7.2 Cara Kalibrasi Neraca Ohaus


Untuk melakukan kalibrasi pada neraca ohaus, pertama geser semua
pemberat (anting) pada neraca ke kiri menuju titik terendah dari skala yang
ditunjukkan. Kemudian putar sekrup atau tombol kalibrasi yang terletak di bawah
tempat beban hinga neraca mencapai garis kesetimbangan (titik 0). Setelah
berhasil maka neraca ohaus siap untuk digunakan.
2.7.3 Cara Kerja Neraca
Cara kerja neraca adalah membandingkan massa benda yang diukur dengan anak
timbangan. Pengukuran neraca dapat diubah dengan menggeser posisi anting
(anak timbangan) sepanjang lengan. Anting dapat digeser menjauhi atau
mendekati poros neraca. Massa pada benda dapat diketahui dengan menjumlahkan
masing-masing posisi dari setiap anting di sepanjang lengan setelah neraca dalam
keadaan setimbang.
2.7.4 Contoh Hasil Pengukuran Neraca

Pada contoh di atas, lengan 500 gram berada di tengah, ada kemungkinan di
model lain, lengan 500 gram ada di belakang atau malah di depan. Hasil
pengukuran pada contoh di atas: 400 + 90 + 8,2 = 498,2 gram. Sedikit berbeda
dengan contoh pertama, contoh berikut di baca dari belakang (atas) dulu,
menyesuaikan posisi lengan 500 gram.
2.8 Stopwatch
Stopwatch merupakan alat yang digunakan untuk mengukur waktu dengan
ketelitian bisa mencapai 0,001 detik. Stopwatch biasanya digunakan untuk
keperluan pertandingan, pertunjukan, penelitian dan lain-lain. Fungsi stopwatch
yang lainnya yaitu adanya sebuah fitur stopclock yang berfungsi sebagai penunda
waktu tanpa mempengaruhi proses mengukur waktu.
Ada dua macam stopwatch yaitu stopwatch analag dan stopwatch digital.
Hasil pengukuran stopwatch digital lebih efektif dan akurat daripada analog
karena stopwatch digital menggunakan angka dan bukan jarum.
2.8.1 Bagian-bagian stopwacth
a) Stopwatch Analog
1. Tombol start/stop untuk menjalankan dan menghentikan stopwatch.
2. Tombol riset untuk meriset stopwatch ke nol
3. Jarum besar sebagai jarum penunjuk dalam satuan detik
4. Jarum kecil sebagai jarum penunjuk satuan menit
5. lingkaran detik merupakan lingkaran yang berisi angka-angka mulai dari
angka 1 sampai 60 dalam satuan detik.
6. lingkaran menit merupakan lingkaran yang berisi angka-angka mulai dari
5 sampai 30 dalam satuan menit.

b) Stopwatch Digital

1. Start/Stop Button, fungsinya untuk memulai dan memberhentikan waktu


yang berjalan.
2. Mode Button, fungsinya untuk mengubah mode pengukuran waktu yang
ada pada display/layar.
3. Split/Reset Button, fungsinya untuk mensplits waktu yang berjalan tanpa
harus menghentikan waktunya berfungsi ketika waktu sedang berjalan,
ketika waktu sedang berhenti tombol beralih fungsi menjadi tombol reset.
4. Display, fungsinya untuk menunjukan hasil dari pengukuran waktu
2.8.2 Kalibrasi Stopwatch
Pada metode perbandingan langsung (direct comparison), stopwatch-timer
(UUT) dikalibrasi dengan cara membandingkan langsung hasil pengukurannya
dengan pengukuran alat standar. Dalam hal ini, alat standar merupakan time
interval reference (referensi untuk interval waktu) yang telah tertelusur ke sistem
internasional untuk satuan waktu (SI unit) melalui proses kalibrasi ke standar ukur
waktu. Standar ukur waktu dapat berupa standar utama waktu dan frekuensi (jam
atom Cesium), standar sekunder Rubidium, atau standar kerja quartz oscillator
yang telah tertelusur ke SI unit untuk besaran waktu. Dalam praktik metode
perbandingan langsung ini, stopwatch-timer dapat dikalibrasi menggunakan 3
sistem. Pertama dengan mengukur sinyal waktu audio (audio time signal) dari
standar referensi waktu melalui gelombang radio pendek (short wave radio) [2]
atau melalui sinyal telepon, seperti yang dilakukan di NIST dan USNO di
Amerika Serikat serta di KRISS Korea Selatan. Sistem pertama ditunjukkan pada
Gambar di bawah ini. Metode ini memerlukan investasi yang cukup besar
sehingga saat ini belum ada yang dapat mengaplikasikannya di Indonesia.

Sistem kedua kalibrasi stopwatch dengan metode perbandingan langsung dapat


dilakukan dengan menggunakan tampilan waktu (time display) yang tertelusur ke
standar utama waktu UTC (Coordinated Universal Time, waktu universal
terkoordinasi).

Sistem ketiga, kalibrasi dilakukan dengan membandingkan UUT terhadap alat


ukur waktu yang tertelusur ke SI. Alat ukur waktu acuan harus memiliki tingkat
resolusi satu tingkat lebih teliti.
2.8.3 Cara Kerja Stopwatch
1. Pastikan stopwatch memiliki nilai 0.
2. Bila belum tegak keatas, atur terlebih dahulu.
3. Jika memulai pengukuran klik start button
4. Jika menghentikan pengukuran klik stop button.
5. Hitung terlebih dahulu hasil pengukuran.
6. Jika telah digunakan reset.
7. Simpan ditempat kembali ke wadahnya.
2.8.4 Contoh Hasil Pengukuran Stopwatch
Dalam sebuah lomba lari, hasil pencatatan waktu tempuh seorang atlet
ditunjukkan pada gambar stopwatch berikut.

Waktu tempuh atlet tersebut adalah…


Pembahasan: Berdasarkan gambar stopwatch yang diberikan pada soal dapat
diketahui bahwa jarum menit (lingkaran kecil) menunjuk angka 50 dan jarum
detik (lingkaran besar) menunjuk angka 30. Kombinasi dari dua jarum tersebut
menghasilkan waktu 50 menit 39 detik. Jadi, waktu tempuh atlet tersebut adalah
50 menit 39 detik.

2.9 Amperemeter
Amperameter adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur nilai
arus listrik. Pengukuran arus listrik harus memutuskan rangkaian terlebih dahulu
lalu dihubungkan masing-masing ke terminal terminal amperemeter. Pemasangan
amperemeter pada rangkaian harus secara seri. Tingkat ketelitian suatu alat
tergantung dari nilai skala terkecilnya (NST). Untuk ampermeter, ketelitian
alatnya berbeda-beda.
2.9.1 Bagian-bagian amperameter
1. Galvanometer
Bagian utama dari amperemeter ialah galvanometer. Galvanoeter adalah
alat yang dapat mendeteksi keberadaan arus listrik dan mengukurnya
dengan memanfaatkan prinsip gaya Lorentz.
2. Terminal Positif dan terminal Negatif
Karena dipasang seri, terminal positif pada amperemeter adalah tempat
masuknya arus positif dan terminal negatif untuk jalan keluar negatif
output dari rangkaian yang diukur.
3. Measuring Limit
Measuring limit atau batas pengukuran menunjukan nilai maksimal yang
bisa diukur menggunakan amperemeter.
4. Maximum Scale
Maximum scale menunjukkan skala maksimum yang bisa ditampilkan di
panel penampil.
5. Shunt Resistance
Shunt adalah komponen dalam amperemeter berfungsi untuk membuat
jalur hambatan arus listrik rendah yang memungkinkannya melewati titik
lain dalam rangkaian. Komponen inilah yang kami maksud dengan resistor
kecil, dan dipasang secara paralel dengan galvanometer. Untuk mencegah
penyimpangan saat pengukuran, maka nilai resistansi shunt harus sangat
kecil, sama dengan atau kurang dari 1 ohm.
6. Jarum penunjuk
Jarum yang menunjukkan nilai arus terukur ini terintegrasi dengan
kumparan pada galvanometer sehingga ketika ada arus yang memutar
kumparan, jarum pun ikut berputar dan menunjukkan besar nilainya. Pada
Amperemeter digital, nilai arus ditunjukkan oleh angka digital yang
ditampilkan pada display.

2.9.2 Kalibrasi amperemeter


Mengambil dua buah meter dengan type yang berbeda, mengamati nilai
parameternya dan mencatat dalam table di bawah ini:
Dari data di atas M2 lebih teliti dari pada M1 Di karenakan persen kesalahanya
lebih kecil.
Menggambarkan rangkaian percobaan seperti gambar Di bawah ini.

Menggunakan sumber tegangan 10 Volt, variasi tegangan yang diukur melalui


pengaturan nilai R pad potensiometer. Hitung pengaturan R untuk percobaan
sesuai harga di bawah ini.
I = {V sumber / (Rp+R)}
Menggunakan R1 = 100 Ω, Vsumber = 10 volt.
Mengkonsultasikan harga perhitungan Rp anda pada dosen pembimbing.
 Memposisikan semua ampermeter pada batas ukur tertinggi.
 Memasangkan A1 yang paling teliti dimana harga penunjukan digunakan sebagai
nilai acuan atau dianggap sebagai harga sesungguhnya. Posisikan potensiometer
dalam  R terbesar.
Mengonsultasikan rangkaian pada dosen pembimbing.
Setelah mendapat persetujuan dosen pembimbing, nyalakan power supply atur Rp
supaya penunjukkan meter 0 mA, perkecil batas ukur sehingga tampak respon
meter menunjuk harga terbaca. Hasilnya catat dalam table berikut.

Mematikan saklar power supply, mrnggantikan A1dengan A2 dan membaca harga


penunjukkannya, diisikan pada table di atas,
0.  Mematikan power supply  ganti A2 dengan A3.
1.  Menghidupkan kembali power supply  dan memaca harga penunjukkannya A3
dan mencatat dalam table
2.  Mematikan power supply,  melepas Rp ukur besar tahanannya dicatat dalam
table, kemudian Rp posisikan untuk pengukuran 2 mA.
3.  Memasangkan kembali Rp serta kembalikan A1 mengganti A3.
4.  menghidupkan power supply, membaca penunjukkan A1 tepatkan pada posisi
2 mA melalui pengaturan Rp.  
5.  Mematikan power supply ganti A1 dengan A2.
6.  Menghidupkan kembali power supply  membaca penunjukkan A2 dan
mencatat dalam table. 
7.  Mematikan power supply ganti A2 dengan A3.
8.  Menghidupkan kembali power supply, membaca penunjukkan A3 dan
mencatat dalam table.
9.  Mengulangi langkah 12 sampai 18 untuk pengukuran 4 mA, 6 mA, 8 mA dan
10 mA.

2.9.3 Cara Kerja Amperemeter


Berikut urutan langkah menggunakan dan cara membaca amperemeter:
1. Atur knob skala maksimum mendekati perkiraan nilai arus yang terukur
2. Pasang amperemeter secara seri dengan beban yang akan diukur.
3. Nyalakan sumber listrik lalu baca jarum penunjuk skala yang bergerak
diantara skala A.
4. Jika kamu menemukan jarum bergerak terlalu cepat ke batas maksimum
pengukuran, maka naikkan skala maksimumnya. Jika jarum bergerak
sedikit namun tampak seperti tidak bergeser dari nilai 0 maka coba
turunkan skala maksimumnya.
Urutan di atas dilakukan jika kamu menggunakan jenis amperemeter tanpa Clamp
Ampere. Buat jenis amperemeter yang memiliki clamp ampere, kamu tidak perlu
mematikan sumber listrik, lalu merangkai seri amperemeter ke beban. Kamu
hanya perlu memasang clamp ke titik kabel yang ingin diukur dan amperemeter
pun sudah langsung menampilkan hasil pengukuran.
2.10 Lux Meter
Lux Meter adalah alat pengukuran intensitas cahaya di sebuah tempat dengan
satuan Lux (lx) dimana memanfaatkan sensor cahaya berupa sel foton, dimana
sensor akan menerima cahaya yang masuk ke dalam sensor dan diolah sehingga
hasil dari pengukuran dapat terbaca.Semakin jauh jarak antara sumber cahaya ke
sensor maka akan semakin kecil nilai yang ditunjukkan lux meter. Ini
membuktikan bahwa semakin jauh jaraknya maka intensitas cahaya akan semakin
berkurang.
2.10.1 Bagian-bagian Lux meter
1. Layar panel : Menampilkan hasil pengukuran
2. Tombol Off/On : Sebagai tombol untuk menyalakan atau
mematikan alat
3. Tombol Range : Tombol kisaran ukuran
4. 4. Zero Adjust VR : Sebagai pengkalibrasi alat (bila terjadi error)
5. 5. Sensor cahaya : Alat untuk mengkoreksi/mengukur cahaya
2.10.2 Kalibrasi Lux Meter
Dalam penggunaannya luxmeter dikalibrasi untuk mengetahui
penyimpangannya. Kalibrasi luxmeter dapat dilakukan dengan metode
perbandingan atau hukum kebalikan kuadrat jarak pada bangku fotometer.
Luxmeter secara garis besar terdiri dari sensor dan penunjukan dan luxmeter yang
benar juga menginformasikan spesifikasinya (kelas L, A, B atau C). Kelas kelas
tersebut menyatakan kesalahan responsivitas dari sensor terhadap V(λ) atau
disebut f1’. Pada penelitian ini dilakukan percobaan kalibrasi luxmeter bukan dan
fungsi V(λ) filter. Kalibrasi luxmeter bukan fungsi V(λ) filter koreksinya lebih
besar dari pada lux meter fungsi V(λ) filter. Koreksi luxmeter bukan fungsi V(λ)
dalam % adalah sebesar 16 % untuk luxmeter 1 sedangkan untuk luxmeter 2, 17
% untuk rentang 2000, 37 % untuk rentang 200 dan 26% untuk rentang 20.
Sedangkan korelasi lux meter fungsi V(λ) kurang dari 1 % untuk setiap rentang.
2.10.3 Cara Kerja Lux Meter
Alat pengukur cahaya tersebut sudah dilengkapi dengan berbagai
fitur yang dapat mendukung proses pengukuran dengan baik. Di dalam
alat ini juga dilengkapi dengan sel foto yang nantinya digunakan untuk
menangkap cahaya yang dibutuhkan oleh layar panel sensor cahaya. Jenis
sensor yang digunakan biasanya adalah photo diode, yang merupakan
salah satu bagian dari sensor optik. Yang terpenting adalah meletakkan
sensor cahaya pada area pusat yang ingin diketahui tingkat intensitas
cahayanya. Respons alat ini tentunya akan berbeda apabila terkena cahaya
alami dan cahaya buatan, sebab memang biasanya cahaya alami memiliki
warna serta panjang gelombang yang sangat berbeda dengan cahaya
buatan. Penggunaan luxmeter biasanya sangat dibutuhkan dalam dunia
bisnis maupun industri, akan tetapi bukan berarti jika dalam kehidupan
sehari-hari tidak penting menggunakan alat ukur tersebut. Setiap orang
tentunya ingin mendapatkan kapasitas cahaya yang cukup agar sensor
dalam otak bisa menggunakannya sesuai dengan porsi yang sudah
dibutuhkan. Oleh karena itu tidak ada salahnya untuk mengukur terlebih
dahulu tingkat cahaya yang ada dalam suatu tempat atau ruangan, agar
nantinya dapat mendapatkan jumlah cahaya yang maksimal.

2.11 Velocitymeter
velocitymeter adalah sebuah alat ukur yang dapat memperhitungkan
kecepatan dan arah sebuah benda dalam keadaan bergerak baik di daratan maupun
didalam air.
2.11.1 Bagian-bagian velocitymeter

2.11.2 Kalibrasi velocitymeter


Proses kalibrasi velocitymeter dilakukan secara berkala agar kinerja dan
hasil pencatatan tetap stabil dan baik. Berikut urutan kalibrasi pada anemometer.
Untuk kalibrasi arah angin, metode berikut dapat menghasilkan akurasi ±5° atau
lebih baik jika dilakukan dengan hati-hati. Mulailah dengan menghubungkan
instrumen ke sirkuit pengkondisi sinyal yang menunjukkan nilai arah angin. Ini
mungkin indikator yang menampilkan nilai arah angin dalam derajat sudut atau
hanya voltmeter yang memantau output. Pegang atau pasang instrumen sehingga
pusat putaran baling-baling berada di atas bagian tengah selembar kertas yang
memiliki tanda silang 30° atau 45°. Posisikan instrumen sehingga crossarm
pemasangan berorientasi utara-selatan dengan baling-baling di utara dan
anemometer di selatan.
2.11.3 Cara Kerja Velocitymeter
Anemometer/velocitymeter harus diletakkan ditempatkan diluar ruangan, lalu alat
ini akan bergerak saat tertiup angin. Bagian baling-baling akan berputar sesuai
dengan arah mata angin. pada bagian bawah anemometer terdapat suatu alat yang
berfungsi untuk menghitung tingkat kecepatan angin dalam 1 detik.

Anda mungkin juga menyukai