Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

Besaran Dan Satuan


Nugi Nugraha Bren
1415031100
 Besaran fisika adalah sifat benda atau gejala alam yang
dapat diukur. Panjang, massa, lama waktu pertandingan bola,
suhu udara, kekerasan benda, kecepatan mobil, terang cahaya,
energi yang tersimpan dalam bensin, arus listrik yang mengalir
dalam kabel, tegangan listrik PLN, daya listrik lampu ruangan,

1.1 Besaran dan massa jenis air adalah contoh sifat-sifat benda yang dapat
dikur. Maka semuanya merupakan besaran fisika.
Fisika  Kelompok besaran yang mendasar inilah yang harus
ditentukan. Kelompok besaran ini selanjutknya dinamakan
besaran pokok. Berdasarkan sejumlah pertemuan para ahli
fisika seluruh dunia, akhirnya ditetapkan tujuh besaran pokok
dalam fisika.
Semua besaran fisika selain tujuh besaran pokok dalam Tabel dinamakan besaran
turunan. Semua besaran turunan merupakan kombinasi dari besaran-besaran
pokok. Karena jumlah besaran fisika sangat banyak maka boleh dikatakan bahwa
hampir semua besaran fisika merupakan besaran turunan
 Nilai pengukuran akan berguna jika dilakukan dalam satuan
baku. Satuan baku adalah satuan yang diterima secara umum
dan terdefinisi dengan pasti nilainya. Contoh satuan baku

1.2 Pengukuran
untuk pengukuran panjang adalah meter, sentimeter,
millimeter, kilometer, kaki, inci, mil, dan sebagainya. Semua
dan Satuan orang di dunia memiliki penafsiran yang sama tentang panjang
satu meter, satu millimeter, satu inci, satu kaki, dan sebagainya.
Apabila dilaporkan Panjang benda adalah 1,4 meter maka
semua orang akan memiliki kesimpulan yang sama.
 Satuan kaki, inci, dan meter adalah satuan panjang yang baku
karena berapa panjangnya telah terdefinisi dengan jelas.
Namun tidak semua orang akrab dengan bermacam-macam
satuan baku tersebut. Kita di Indonesia lebih mudah

1.3 Satuan menggunakan satuan meter daripada kaki dan inci. Negara lain
mungkin lebih sering menggunakan satuan kaki atau inci.
Sistem Untuk menyeragamkan penggunaan satuan di seluruh dunia,
pada Konferensi Umum Berat dan Pengukuran ke-14 tahun
International 1971 ditetapkan satuan internasional untuk tujuh besaran
pokok. Satuan tersebut selanjutnya dinamakan satuan SI (Le
Systeme Internationale).
 Cabang fisika yang paling awal berkembang adalah mekanika. Di
dalam mekanika, besaran fisika yang digunakan hanayalah panjang,
massa, dan waktu. Satuan SI untuk ketiga besaran terebut adalah
meter, kilogram, dan sekon. Kelompok tiga satuan ini diberi nama
khusus yaiu satuan MKS (M = meter, K = kilogram, dan S =
second).
 Cabang fisika yang paling awal berkembang adalah mekanika. Di
dalam mekanika, besaran fisika yang digunakan hanayalah panjang,
massa, dan waktu. Satuan SI untuk ketiga besaran terebut adalah
meter, kilogram, dan sekon. Kelompok tiga satuan ini diberi nama
khusus yaiu satuan MKS (M = meter, K = kilogram, dan S =
second).
 Setelah para ahli menetapkan satuan SI untuk besaran-besaran pokok, yang harus
dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai untuk tiap satuan tersebut. Berapa
nilai satu kilogram tersebut? Berapa panjangkah satu meter? Berapa lamakah satu
1.4 Penetapan sekon? Penetapan ini pun ditentukan dalam Konferensi Umum Berat dan Ukuran

Nilai Satuan SI
para ahli seluruh dunia. Khusus untuk satuan massa, panjang, dan waktu, nilai
satuan yang telah ditetapkan hingga saat ini sebagai berikut.

untuk Besaran
Pokok
 Satuan SI juga memperkenalkan kita pada penggunaan awalan dalam
penulisan besaran fisis. Penggunaaan awalan tersebut merupakan
alternative penggunaan bilangan pangkat sepuluh. Awalah-awalan
1.5 Awalan yang dibakukan tampak pada Tabel

Satuan
 Satuan waktu diubah ke sekon.
Kita dapat menulis 72 km/jam = 72 km /1 jam. Karena 1 jam = 3
600 s maka 72 km /1 jam = 72 km/3 600 s = 0,02 km/s. Dengan
demikian, jarak tempuh mobil selama 40 s adalah 0,02 km/s x 40
1.6 Konversi s = 0,8 km.

Satuan  Satuan waktu diubah ke jam


Karena 1 jam = 3 600 s maka 1 s = (1/3 600) jam. Dengan
demikian, 40 s = 40 x (1/3 600) jam = 0,0111 jam. Jarak tempuh
mobil menjadi 72 km/jam x 0,0111 jam = 0,8 km.
 Sebelum dilakukan sertifikasi, tanah diukur dulu luasnya.
Petugas yang berwenang mengukur luas tanah adalah petugas
dati Badan Pertanahan Nasional (BPN). Jika bentuk tanah

1.7 Pengukuran
persegi atau persegi panjang, maka pengukuran sangat mudah
dilakukan yaitu hanya mengukur Panjang sisi - sisinya. Namun,
Luas Tanah umunya bentuk tanaht idak persegi atau ersegi Panjang dan
Cenderung tidak beraturan. Bahkan kadang ada bagian yang
melengkung. Bagaimana menentukan luas tanah yang tidak
beraturan tersebut? Ini akan kita bahas.
 Pada gambar (kiri) adalah segitiga yang sudah diukur panjang sisi-sisinya dan akan kita tentukan
luasnya. Panjang sisis segitiga tersebut adalah a, b, dan c. Untuk menentukan luas segitiga, kita
tempatkan segitiga tersebut pada koordinat dan meletakkan satu sisi segitiga berimpit dengan satu
sumbu koordinat. Kita misalkan sisi c berimpit dengansumbu x (Gambar 1.45 kanan). Kemudian
buat lingkaran yang berpusat di pusat koordinat (salah satu titik sudut segitiga) dan berpusat di
sudut yang lain yang berada di sumbu x. Jarijari lingkaran persis sama dengan panjang sisi segitiga
sehingga kedua lingkaran berpotongan di sudut ketiga segitiga tersebut. Seperti pada Gambar
(kanan), persamaan lingkaran kiri dan lingkaran kanan adalah
Kurangkan persamaan diatas maka diperoleh

Subtitusikan, maka diperoleh nilai y0 sebagai


berikut:

Maka luas segitiga adalah


 Apa yang kita peroleh dri hasil pengukuran? Tentu data bukan?
Data yang didapat harus diolah dan dilaporkan. Pertanyaannya
adalah bagaimana melaporkannya?
 Seperti yang sudah disebtukan sebelumnya bahwa tidak akan
pernah ada pengukuran yang menghasilkan nilai yang ersis sama
dengan yang seharusnya. Pengukuran pasti menghasilkan kesalahan.
Kesalahan yang dihasilkan bisa muncul karena keterbatasan
1.9 Pengolahan ketelitian alat ukur, faktor lingkungan, atau kesalahan dalam
melakukan pengukuran. Mistar 30 cm yang sering dibawa kuliah
Data memiliki skala terkecil 1 mm. Dengan demikian, alat ini hanya teliti
melakukan pengukuran hingga 1 mm. Keterlitian lebih tinggi
dihasilkan dengan menggunakan jangka sorong yang dapat
mengukur hingga 0,1 mm atau 0,025 mm. Ketelitian lebih tinggi lagi
dapat dicapai dengan menggunakn mikrometer di mana kita dapat
mengukur hingga 0,01 mm.
 Saat melakukan pengukuran berulang maka sangat jarang
kitamenemukan hasil yang semuanya sama. Ada nilai yang sama
dan ada yang tidak sama. Bahkan yang tidak sama lebih sering
muncul daripada yang sama. Lalu nilai apa yang kita laporkan?
Yang kita laporkan adalah nilai rata-rata. Bagaimana menghitung
nilai rata-rata? Misalkan data yang kita peroleh dari n kali
pengukuran tampak pada Tabel

Anda mungkin juga menyukai