Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RESUME

Mata Kuliah Sistem Pengendalian Internal


(Manajemen Risiko dan Fraud)

Dosen Pengampu :
Nurul Lathifah, S.A., M.A.

Oleh :
Jauharul Qalbi (08020220067)
Akuntansi 6A

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
1. Risiko Audit dan Komponennya
Risiko audit adalah risiko bahwa auditor mungkin tanpa sengaja telah gagal
untuk memodifikasi pendapat secara tepat mengenai laporan keuangan yang
mengandung salah saji material .Risiko audit yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah risiko deteksi. Risiko ini menyatakan suatu ketidakpastian yang
dihadapi auditor dimana kemungkinan bahan bukti yang telah dikumpulkan oleh
auditor tidak mampu untuk mendeteksi adanya salah saji yang material.

Dalam merecanakan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit, SA


312.02 (PSA No.25) mendefinisikan risiko audit adalah risiko yang terjadi
dalam hal auditor tanpa sadar tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana
mestinya atas suatu laporan keuangan yang memiliki salah saji matreial.
Menurut SAS 39 tentang sampling audit dan SAS 47 tentang materialitas dan
risiko, risiko audit terdiri dari toga komponen yaitu risiko bawaan (inherent
risk), risiko pengendalian (control risk), risiko deteksi (detection risk).

 Inherent Risk
Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan
terdapatnya salah saji material (baik kecurangan maupun kesalahan)
dalam suatu bagian pengauditan sebelum melakukan pertimbangan
efektivitas pengendalian internal klien (Elder, R. J. et al., 2011). Risiko
bawaan meliputi suatu kententuan saldo rekening atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
 Control Risk
Risiko pengendalian merupakan suatu salah saji material yang dapat
terjadi apabila dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi
secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern pihak klien. Risiko
pengendalian adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan
adanya kekeliruan salah saji dalam segmen audit yang melewati batas
toleransi, yang tak terdeteksi atau tercegah oleh struktur pengendalian
intern klien (Arens dan Loebbecke, 1997).
 Detection Risk
Risiko deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi
salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Dalam hal
mengetahui risiko tersebut dapat dilakukan uji analitis (analytical
procedure) dan tes uji atas transaksi (test of detail).
2. Tujuan Manajemen Risiko
 Definisi Manajemen Risiko
Menurut Herman Darmawi manajemen risiko adalah suatu usaha untuk
mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan
perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang
lebih tinggi. Atau suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi,
kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor
dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses. Jadi
dapat dsimpulkan bahwa manajemen risiko adalah upaya untuk
mengendalikan risiko yang terjadi dengan menerapkan cara-cara sistematik
agar kerugian dapat dihindari atau diminimalisirkan.
 Tujuan Manajemen Risiko
Secara umum manajemen risiko digunakan untuk dasar agar bisa
memprediksikan bahaya yang akan dihadapai dengan perhitungan yang
akurat serta pertimbangan yang matang dari berbagai informasi awal untuk
mengidari kerugian. Namun secara khusus tujuan dari manajemen risiko
adalah:
o Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator.
o Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled
tidak dapat diterima.
o Mengalokasikan modan mebatasi risiko.
o Agar perusahaan tetap hidup dengan perkembangan yang
berkesinambungan.
o Memberikaan rasa aman.
o Biaya risk manajemen yang efisien dan efektif.
o Agar pendapatan perusahaan stabil dan wajar, memberikan kepuasan
bagi pemilik dan pihak lain.
Manfaat Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan cara untuk melindungi perusahaan atau suatu
usaha dari setiap kemungkinan yang merugikan. Adapun manfaat lain dari
manajemen risiko adalah:
o Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap
kegiatan yang mengandung bahaya.
o Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan.
o Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai
kelangsungan dan keamanan investasinya.
o Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi
setiap unsur dalam organisasi / perusahaan.
3. Peranan Internal Audit dalam Manajemen Risiko
Peranan auditor internal dalam manajemen risiko antara satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya berbeda-beda. Hal ini timbul karena adanya
kompleksitas risiko yang berbeda. Peranan Internal Audit dalam suatu
perusahaan terhadap manajemen risiko akan berubah sepanjang waktu mengikuti
perkembangan kompleksitas manajemen risiko yang dilaksanakan dalam
perusahaan. Fungsi audit internal dalam manajemen risiko dalah mengevaluasi
proses manajemen risiko. Tujuannya adalah untuk memberikan jaminan bahwa
proses manajemen risiko berfungsi sebagaimana direncanakan dan akan
memungkinkan sasaran dalam tujuan organisasi tercapai. Audit atas proses
kegiatan manajemen risiko dimulai dari mengidentifikasi seluruh risiko yang
dilakukan oleh manajemen, kemudian fokus pada risiko-risiko utama dengan
metode risk based audit yaitu serangkaian tahapan yang memuat tehnik dan
prosedur untuk mengawasi suatu Bank tertentu dengan berfokus pada risiko-
risiko yang melekat pada kegiatan usaha Bank yang terlebih dahulu
memperhatikan kajian risiko (risk assesment) dari masing-masing unit kerja
yang di audit setelah mengidentifikasi risiko kemudian menganalisa atas
evaluasi potensi kemungkinan terjadinya kerugian dan besarnya kerugian,
dituangkan dalam rencana audit tahunan dan anggaran audit. Diserahkan pada
Dewan Komisaris dan Direksi untuk persetujuan. Internal audit menjabarkan
ruang lingkup audit, fokus audit dan prosedur audit yang direncanakan dan
jadwal waktu audit untuk tiap-tiap auditable activities.
Dalam praktiknya peranan audit internal dalam manajemen risiko mencakup :
o Memfokuskan tugas audit internal pada risiko-risiko utama dan penting,
sebagaimana diidentifikasi oleh manajemen
o Mengaudit proses Manajemen Risiko di seluruh organisasi
o Memberikan assurance kepada pengelolaan risiko
o Memberikan dukungan dan keterlibatan aktif dalam proses manajemen
risiko
o Memfasilitasi identifikasi/penilaian risiko dan pendidikan manajemen
lini dalam manajemen risiko dan pengendalian internal,
o Mengkoordinasi pelaporan risiko kepada Dewan Komisaris dan Direksi,
Komite Audit dan lainnya.
Pelaksanaan audit oleh auditor internal atas kegiatan usaha perbankan
tidak hanya mencakup kelemahan pengendalian intern tetapi juga kekurangan–
kekurangan dari sistem manajemen risiko. Auditor internal adalah alat Direksi
untuk memastikan bahwa semua elemen perusahaan memiliki pemahaman yang
sama mengenai risiko.
 Peran Utama :
1. Memberikan assurance atas proses manajemen risiko
2. Memberikan assurance bahwa risiko telah dievaluasi dengan benar
3. Mengevaluasi proses manajemen risiko
4. Mengevaluasi pelaporan risiko-risiko penting (key risks)
5. Mereview pengelolaan risiko-risiko penting (key risks).
 Peran yang Diperkenankan :
1. Memfasilitasi identifikasi dan evaluasi risiko
2. Mengarahkan manajemen dalam merespon risiko
3. Mengkoordinasikan aktivitas ERM
4. Mengkonsolidasikan pelaporan risiko
5. Memelihara dan mengembangkan kerangka kerja ERM
6. Mengembangkan strategi manajemen risiko.
 Peran yang Tidak Diperbolehkan :
1. Menyusun risk appetite
2. Melibatkan diri dalam proses manajemen risiko
3. Mengambil keputusan atas risk response
4. Mengimplementasikan risk response atas nama manajemen
5. Bertanggung jawab atas manajemen risiko.
4. Faktor-faktor Penyebab Fraud
Menurut Oversights System Report on Corporate Fraud (2007), alasan utama
yang menyebabkan terjadinya fraud adalah :
1. Adanya tekanan untuk memenuhi kebutuhan.
2. Untuk mendapatkan keuntungan.
3. Tidak menganggap apa yang dilakukannya adalah termasuk fraud.
Namun didalam pengkajian yang mendalam, dapat kita kelompokan empat
faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, sering disebut dengan
teori GONE, yaitu:
1. Greed (keserakahan)
2. Opportunity (kesempatan)
3. Need (kebutuhan)
4. Exposure (kebutuhan)
Faktor Greed dan Need merupakan faktor individual yang berhubungan dengan
individu pelaku kecurangan, sedangkan faktor Opportunity dan Exposure
merupakan faktor generik / umum yang berhubungan dengna organisasi sebagai
korban perbuatan kecurangan (Tuanakota, 2010). Seseorang dipercaya menjadi
pelanggar ketika ia melihat dirinya sendiri sebagai orang yang mempunyai
masalah keuangna yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain, sadar
bahwa masalah ini diam-diam dapat diatasi dengan menyalahgunakan
wewenangnya sebagai pemegang kepercayaan di bidang keuangan, dan tindak
tanduk sehari-hari memungkinkannya menyesuaikan pandangan mengenai
dirinya sebagai seorang yang bisa dipercaya dalam menggunakan dana atau
kekayaan yang dipercayakan:, dalam perkembangan selanjutnya hipotesis ini
dikenal sebagai fraud triangle (segitiga fraud).
 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Fraud
Lingkungan kerja dalam suatu organisasi termasuk salah satu hal yang
penting untuk diperhatikan. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan
prosese produksi dalam suatu perusahaan, namum lingkungan kerja
mempunyai Hubungan langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan
proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang akan memberikan
kesempatannya untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaiknya.
Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat
memHubungani cara karyawan bekerja yang akhirnya dapat melakukan
tindakan-tindakan yang dapat merugikan perusahaan.
 Pengaruh Personal Attitude terhadap Fraud
Kepribadian seseorang juga mempunyai hubungan terjadinya suatu tindakan
kecurangan. Orang yang jujur dimanapun di tempatkan akan berlaku jujur
sebaliknya orang yang mempunyai karakter curang juga mempunyai
kecenderungan curang dalam keseharianya. Umumnya kepribadian yang
baik dilandasi dengan keimanan yang kokoh.
 Pengaruh Sistem Administrasi terhadap Fraud
Sistem adalah sekumpulan sumber daya yang berhubungan untuk mencapai
tujuan tertentu (menurut bodnar 2000,pl), Sedangkan administrasi adalah
keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan
atas rasionalitas tetentu dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya dengan memanfaatkan sarana dan prasarana tertentu
secara berdaya guna (kamus besar bahasa indonesia 2002). Kesimpulan
tentang sistem administrasi adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
mengarahkan semua kegiatan dalam mencapai suatu tujuan dengan
memanfaatkan sumber daya manusia serta sarana prasarana. Hartono, et.al
(2003) memberikan batasan mal-administrasi secara umum yaitu perilaku
yang tidak wajar termasuk penundaan pemberian pelayanan, tidak sopan dan
kurang peduli terhadap masalah yang menimpa seseorang disebabkan oleh
perbuatan penyalahgunaan kekuasaan, termasuk penggunaan kekuasaan
secara semena-mena atau kekuasaan yang digunakan untuk perbuatan yang
tidak wajar, tidak adil, intimidatif atau diskriminatif, dan tidak patut
didasarkan seluruhnya atau sebagian atas ketentuan undang-undang atau
fakta, tidak masuk akal, atau berdasarkan tindakan unreasonable, unjust,
oppressive, improper dan diskriminatif.
5. Tindakan Pendeteksian dan Pencegahan
Internal audit adalah suatu mekanisme penilaian, yang dilakukan oleh
internal auditor yang terlatih mengenai ketelitian, dapat dipercaya, efisiensi, dan
kegunaan catatan-catatan (akutansi) perusahaan, serta pengendalian intern yang
terdapat dalam perusahaan. Tujuannya adalah untuk membantu pimpinan
perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan
memberikan analisa, penilaian, saran,dan komentar mengenai kegiatan
perusahaan yang di audit. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor
melakukan kegiatan-kegiatan berikut:
1. Menelaah dan menilai sistem pengendalian internal perusahaan, apakah
telahbaik/memadai atau tidak, dan penerapan sistem pengendalian
manajemen, strukturpengendalian intern, dan pengendalian operasional
lainnya serta mengembangkanpengendalian yang efektif dengan biaya yang
tidak terlalu mahal.
2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur
yangtelah ditetapkan oleh manajemen.
3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan
dandilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian,
kecurangan danpenyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi
dapatdipercaya.
5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang
diberikanoleh manajemen.
6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan
efisensi dan efektifitas.
DAFTAR PUSTAKA
Trinaldi, Dr. Kamaliah, MM., Ak., CA Drs. Al Azhar. A, MM., Ak., CA,. 2014.
“Pengaruh Risiko Audit, Materialitas, Prosedur Review Dan Kontrol Kualitas, Dan
Komitmen Profesional Terhadap Prematur Sign Off”. Pekanbaru: Indonesia.
Purnamasari Desy, Nasikin, SE., MM., CPA., Ak. “PENGARUH AUDIT RISK
(INHERENT RISK, CONTROL RISK, dan DETECTION RISK) TERHADAP
PENENTUAN AUDIT FEE”. Malang: Universitas Brawijaya.
Karmudiandri, Arwina. “Peranan Audit Internal Dalam Manajemen Risiko
Bank”. dalam Media Bisnis: Vol. 6, No. 1, Edisi Maret 2014, Hlm. 19-26.

Anda mungkin juga menyukai