Anda di halaman 1dari 16

SKENARIO MITIMIGASI BENCANA KEBAKARAN DIPEMUKIMAN

PADAT PENDUDUK DI KELURAHAN SUNGAI DAMA KOTA


SAMARINDA
1) 2)
Febriola Veronika, Benny Mochtar ,3)Musrifah
1)
Mahasiswa Teknik Sipil,Fakultas Teknik ,Universitas 17 Agustus 1945
Jl.Ir.H.Juanda Kotak ,Pos No.1052 Gedung E Telp.(0541) 743390 Ext.121

ABSTRAK
Kebakaran merupakan bencana yang berdasarkan penyebab kejadiannya
tergolong sebagai bencana alam (natural disaster) maupun bencana non-alam yang di
akibatkan oleh kelalaian manusia (man-made disaster). Jumlah dan kepadatan
penduduk yang cukup tinggi akan mempengaruhi keseimbangan kota, salah satunya
adalah perumahan di kota Samarinda, mengakibatkan berkembangan permukiman
padat. Meningkatnya proporsi permukiman padat ini, telah menyebabkan peningkatan
aktivitas bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat tidak selalu disertai dengan
kepedulian akan pentingnya keamanan dan keselamatan dari ancaman bencana, salah
satunya kebakaran.
. Teknik pengumpulan data dalam pernelitian ini yaitu, dokumentasi, survey
lapangan, observasi dan wawancara.
Berdasarkan hasil survey material atap dominan seng dan dinding dominan
kayu sehingga bangunan masuk kategori mudah terbakar. Untuk lebar jalan antara
1.5m s/d 3m sehingga lebarnya tidak cukup untuk dilewati mobil Damkar. Tidak
terdapat sumber air di wilayah penelitian tetapi tedapat sungai Karang Mumus
sepanjang jalan Pesut sehingga memudahkan dalam mengisian kembali air pada
mobil Damkar.
Sebagai antisipasi dini sebagai upaya terhadap bahaya kebakaran. Saran yang
dapat diberikan adalah meningkatkan perawatan, pengecekan sarana dan sosialisasi
kepada masyarakat mengenai bahaya kebakaran.
Kata kunci : Permukiman Padat, Kebakaran, Samarinda
1.PENDAHULUAN badan di daerah wajib berupanya

Kebakaran termasuk ke dalam aktif melakukan pencegahan dan

salah satu bencana. Kebakaran penanggulagan atas bahaya

merupakan bencana yang kebakaran, baik untuk kepentingan

berdasarkan penyebab pribadi maupun untuk kepentingan

kejadaiannya tergolong sebagai umum, sehingga implikasinya,

bencana alam (natural disaster) bahwa pemerintahan sebetulnya

maupun bencana non-alam yang di telah memberikan bentuk regulasi

akibatkan oleh kelalaian manusia tentang penurunan risiko

(man-made disaster). Kebakaran kebakaran, hanya setiap wilayah

termasuk ke dalam salah satu masih memiliki kapasitas yang

bencana. Kebakaran merupakan kecil untuk dapat menginternalisasi

bencana yang berdasarkan factor-faktor risiko kebakaran.

penyebab kejadaiannya tergolong Menurut Moga (2002) perencanaan

sebagai bencana alam (natural mitigasi adalah suatu

disaster) maupun bencana non- pengembangan strategi untuk

alam yang di akibatkan oleh mengurangi dampak dari bencana

kelalaian manusia (man-made pada komunitas, fasilitas, wilayah,

disaster). Perkembangan jumlah kota atau Negara. Perencanaa

penduduk kota Samarinda cukup mitigasi dapat dikelompokan

signifikan. Jumlah penduduk pada dalam banyak kategori tetapi

2018 adalah jiwa 858.080 dengan umumnya dikelompokkan pada

kepadatan penduduk orang/ha mitigasi fisik dan non fisik ( Moga

(BPS Kota Samarinda). 2002). Oleh karna itu pada

Berdasarkan perda Kota Samarinda penulisan tugas akhir ini penulis

tentang pencegahan, mengangkat judul : Skenario

Penanggulangan bahaya kebakaran Mitimigasi Bencana Kebakaran

dijelaskan bahwa Setiap orang atau Di Pemukiman Pada Penduduk


Di Kelurahan Sungai Dama Kota berpenduduk padat, berkontribusi
Samarinda. terhadap peningkatan kerentanan
kebakaran perkotaan. Mantra (2005)
menuliskan bahwa kerentanan
terhadap bencana kebakaran di
Tujuan Penelitian
kawasan perkotaan meliputi kondisi
1. Untuk mengetahui berapa besar lingkungan (lebar jalan masuk,
bahaya resiko kebakaran
dipemukiman padat penduduk ketersediaan lapangan atau parker),
pada Kelurahan Sungai Dama struktur bangunan dan jarak antar
Kota Samarinda bangunan. Kebakaran di Kota
2. Untuk menyusun scenario
Samarinda sering terjadi dan telah
mitimigasi yang akan
diterapkan di Kelurahan Sungai menjadi sebuah bencana yang telah
Dama. menimbulkan kerugian material yang
II. TINJAUAN PUSTAKA tidak sedikit. Penelitian mengenai
risiko kebakaran perkotaan ini
Pengertian Kebakaran
merupakan suatu langkah penting dan
Kebakaran adalah nyala api
mendesak yang harus dilakukan karena
baik kecil maupun besar pada tempat,
intensitas kejadian kebakaran beserta
situasi dan waktu yang tidak
dampaknya yang terjadi di Kota
dikehendaki yang bersifat merugikan
Samarinda hingga saat ini semakin
dan pada umumnya sulit untuk
tinggi dan telah menimbulkan banyak
dikendalikan. Kebakaran merupakan
kerugian. Penelitian ini akan
api yang tidak terkendali dan tidak
menghasilkan suatu model penilaian
diinginkan oleh manusia. Kebakaran
tingkat risiko bencana kebakaran pada
termasuk keadaan darurat yang dapat
kawasan perkotaan. . Dan kebakaran
menimbulkan berbagai macam
juga merupakan suatu reaksi oksidasi
kerugian mulai dari manusia. Chainey
eksotermis yang berlangsung dengan
and Ratcliffe (2015) menuliskan
cepat dari suatu bahan bakar yang
bahwa wilayah perkotaan yang
disertai dengan timbulnya
api/penyalaan. Adapun definisi d. Menurut Perda DKI No.3 tahun
kebakaran antara lain: 1992
a. Menurut Permen PU RI No. Definisi kebakaran secara
26/PRT/M/2008 umum adalah suatu peristiwa
Bahaya kebakaran adalah atau kejadian timbulnya api
bahaya yang diakibatkan oleh yang tidak terkendali yang
adanya ancaman potensial dan dapat membahayakan
derajat terkena pancaran api keselamatan jiwa maupun harta
sejak dari awal terjadinya benda.
kebakaran hingga penjalaran e. Menurut NFPA (National Fire
api, asap dan gas yang Protection Association)
ditimbulkan. Secara umum kebakaran
b. Menurut Standar Nasional didefinisikan sebagai suatu
Indonesia (SNI) peristiwa oksidasi yang
Kebakaran adalah sebuah melibatkan 3 unsur yang harus
fenomena yang terjadi ketika ada, yaitu: bahan bakar yang
suatu bahan mencapai mudah terbakar, oksigen yang
temperature kritis dan bereaksi ada dalam udara, dan sumber
secara kimia dengan oksigen energy atau panas yang
(sebagai contoh) yang berakibat menimbulkan
menghasilkan panas, nyala api, kerugian harta benda, cidera
cahaya, asap, uap air, karbon bahkan kematian.
monoksida, karbondioksida, f. Menurut David A Cooling
atau produk dan efek lain. Kebakaran adalah sebuah
c. Menurut Ramli (2010) reaksi kimia dimana bahan
Kebakaran adalah api yang bakar di oksidasi sangat cepat
tidak terkendali yang artinya dan menghasilkan panas.
diluar kemampuan dan
Teori Api
keinginan manusia.
Soehatman Ramli menjelaskan a. Incipien Stage (Tahap
bahwa api tidak terjadi begitu saja Permulaan)
tetapi merupakan suatu proses kimiawi Pada tahap ini tidak terlihat
antara uap bahan bakar dengan adanya asap, lidah api atau
oksigen dan bantuan panas. ). Menurut panas, tetapi terbentuk partikel
teori ini kebakaran terjadi karena pembakaran dalam jumlah
adanya tiga faktor yang menjadi unsur yang signifikan selama periode
api yaitu: tertentu
a. Bahan bakar, yaitu unsur bahan b. Smoldering Stage ( Tahap
bakar baik padat, cair atau gas Membara)
yang dapat terbakar yang Partikel pembakaran telah
bercampur dengan oksigen dari bertambah membentuk apa
udara. yang kita lihat sebagai “asap”.
b. Sumber, yaitu yang menjadi Masih belum ada nyala api atau
pemicu kebakaran dengan panas yang signifikan.
energi yang cukup untuk c. Flame Stage
menyalakan campuran antara Tercapai titik nyala dan mulai
bahan bakar dan oksigen dari terbentuk lidah api. Jumlah
udara. asap mulai berkurang
c. Oksigen, terkandung dalam sedangkan panas meningkat.
udara. Tanpa adanya udara atau d. Heat Stage
oksigen, maka proses Pada tahap ini terbentuk panas,
kebakaran tidak dapat terjadi. lidah api, asap dan gas beracun
dalam jumlah besar. Transisi
Pada proses penyalaan, api mengalami
dari flame stage ke heat stage
empat tahapan mulai dari tahap
biasanya sangat cepat seolah-
permulaan hingga menjadi besar,
olah menjadi satu dalam fase
berikut penjelasannya:
sendiri.
Proses Penjalaran Api
Kebakaran biasanya dimulai Penjalaran panas lainnya
dari api yang kecil kemudian melalui proses radiasi yaitu
membesar dan menjalar ke daerah pancaran cahaya atau
sekitarnya. Penjalaran api menurut gelombang elektro magnetik
Ramli (2010) dapat melalui beberapa yang dikeluarkan oleh nyala
cara yaitu: api. Dalam proses radiasi ini,
a. Konveksi terjadi proses perpindahan
Yaitu penjalaran api melalui panas (heat transfer) dan
benda padat, misalnya member panas ke objek
merambat melalui besi, beton, penerimanya. Faktor inilah
kayu atau dinding. Jika terjadi yang sering menjadi penyebab
kebakaran di suatu ruangan penjalaran api dari suatu
maka panas dapat merambat bangunan ke bangunan lain di
melalui dinding sehingga sebelahnya.
ruangan di sebelah akan Bahaya Kebakaran
mengalami pemanasan yang Kebakaran mengandung
menyebabkan api dapat berbagai potensi bahaya baik bagi
merambat dengan mudah manusia, harta benda maupun
b. Konduksi lingkungan. Berikut ini dijelaskan
Api juga dapat menjalar bahaya utama suatu kebakaran
melalui fluida, misalnya air, menurut Ramli (2010).
udara atau bahan cair lainnya. Terbakar api secara langsung
Suatu ruangan yang terbakar Karena terjebak dalam api yang
dapat menyebabkan panas sedang berkobar
melalui hembusan angin yang
terbawa udara panas ke daerah
sekitarnya.
c. Radiasi
Menurut Permen PU RI No.

Klasifikasi Kebakaran 20/PRT/M/2009, untuk mencapai hasil

a. Klasifikasi Indonesia kerja yang efektif dan efisien harus

Menurut peraturan Menteri didukung oleh tenaga-tenaga yang

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. mempunyai dasar pengetahuan,

Per 04/Men/1980 tentang syarat-syarat pengalaman dan keahlian dibidang

pemasangan dan pemeliharaan alat proteksi kebakaran, meliputi:

pemadam api ringan, kebakaran dapat


diklasifikasikan sebagai berikut kebakaran

penyelamatan darurat
Efek Kebakaran Efek Kebakaran
Tingkat Panas (fluk)
(kW/m²)
37,5 100% kematian dalam waktu satu Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
menit Menurut Kepmen PU RI NO.
25 1% kematian dalam waktu 10 detik 10/KPTS/2000 sistem proteksi aktif
15,8 100% kematian dalam 1 menit,
adalah sistem perlindungan terhadap
cedera parah dalam 10 detik
kebakaran yang dilakukan dengan
12,5 1% kematian dalam 1 menit, luka
bakar derajat dalam 10 detik mempergunakan peralatan yang dapat
bekerja secara otomatis maupun
6,3 Tindakan darurat dapat dilakukan manual, yang dapat dipergunakan oleh
oleh personal dengan pakaian penghuni atau petugas pemadam
pelindung yang sesuai
kebakaran dalam melaksanakan
4,7 Tindakan dapat dilakukan beberapa
operasi pemadaman.
menit dengan pakaian pelindung
memadai Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

SDM Dalam Manajemen Menurut Ramli (2010), Alat

Penanggulangan Kebakaran Pemadam Api Ringan (APAR) adalah


alat pemadam yang bisa diangkut,
diangkat dan dioperasikan oleh satu Berdasarkan kategori-kategori
orang. yang ada maka kebakaran dapat
Menurut Zaini (1998), faktor yang digolongkan sebagai berikut:
menjadi dasar dalam memilih APAR
1. Kebakaran Klas A
sebagai berikut:
Adalah kebakaran yang
1. Memilih APAR sesuai dengan
menyangkut benda-benda padat
kelas kebakaran yang akan
kecuali logam.
dipadamkan
Contoh : Kebakaran kayu,

2. Harus memerhatikan keparahan kertas, kain, plastik, dan

yang mungkin terjadi sebagainya.


Alat/media pemadam yang
3. APAR disesuaikan dengan tepat untuk memadamkan
pekerjaannya kebakaran klas ini adalah
dengan : pasir, tanah/lumpur,
4. Memerhatikan kondisi daerah tepung pemadam, foam (busa)
yang dilindungi dan air .

9 Kategori Kebakaran
2. Kebakaran Klas B
Kategori kebakaran adalah
Kebakaran bahan bakar cair atau gas
penggolongan kebakaran
yang mudah terbakar.
berdasarkan jenis bahan yang
Contoh : Kerosine, solar, premium
terbakar. Dengan adanya kategori
(bensin), LPG/LNG, minyak goreng.
tersebut, akan lebih mudah dalam
pemilihan media pemadaman yang 2.11.2 Analisis Upaya
dipergunakan untuk memadamkan Penanggulangan Kebakaran
kebakaran.
Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan didapatkan hasil bahwa
kawasan Kelurahan Sungai Dama Kota obyek/subyek yang mempunyai
Samarinda telah memiliki sistem kualitas dan krakteristik tertentu yang
upaya penanggulangan kebakaran ditetapkan oleh peneliti untuk
yang terdiri dari sarana dipelajari dan kemudian di tarik
penanggulangan kebakaran yang kesimpulannya “. Pendapat diatas
meliputi penyediaan APAR, hidran, menjadiu salah satu acuan bagi penulis
dan alarm kebakaran, prasarana untuk menentukan populasi. Populsi
penanggulangan kebakaran. yang akan sebagai penelitian adalah
keseluruhan bangunan yang ada di
METODOLOGI PENELITIAN kelurahan sungai dama kota samarinda

Lokasi Penelitian dan total populasi 2.411 KK, terbagi


dalam 33 RT.
Adapun lokasi penelitian di
kelurahan Sungai Dama kota Teknik Pengumpulan data

Samarinda. Jenis sumber data adalah mengenai

Secara giografis kelurahan sungai dari mana data di peroleh. Apakah data

dama Kota Samarinda ini terletak pada di peroleh dari sumber langsung (data

Kecamatan Samarinda Ilir. Secara primer) atau data di peroleh dari

administrasi Kelurahan Sungai Dama sumber tidak langsung (data skunder).

ini terdiri dari 33 RT dan mempunyai Variabel Penelitian


luas lahan sebesar 167,5 Ha.
Resiko Bahaya Kebakaran
Sampel
Di dalam Kepmen No. 10/KPTS/2000
Populasi dalam penelitian ini Pasal 1 yang dimaksud dengan
merupakan wilayah yang ingin diteliti pengamanan terhadap bahaya
oleh peneliti. Seperti menurut Sugiono kebakaran dibangunan gedung dan
(2011:80) “ Populasi adalah wilayah lingkungan adalah segala upaya yang
generalisasi yang terdiri atas menyangkut ketentuan dan persyaratan
teknisyang diperlukan dalam mengatur PEMBAHASAN
dan mengendalikan penyelenggaraan
Pembagian Wilayah Penelitian
pembangunan bangunan gedung
Menurut Peta Kelurahan Sungai
Bahaya Dama

Menurut Cova (1999), bahaya terdiri Secara giografis kelurahan sungai


dari fungsi komponen penyusunnya. dama Kota Samarinda ini terletak pada
Gabungan dari komponen penyusun Kecamatan Samarinda Ilir mempunyai
bahaya akan meningkatkan pengaruh luas lahan sebesar 167,5 Ha.
bahaya yang dihasilkan penggunaan lahan pada kawasan ini
90% digunaklan sebagai lahan
Kepadatan Bangunan
terbangun.
Kepadatan bangunan dapat diketahui
Potesi Bahaya
dengan membandingkan luas
bangunan per luas blok lahan. Menurut Cova (1999), bahaya
terdiri dari fungsi komponen
Skenario Mitigasi Bencana
penyusunnya. Gabungan dari
Skenario mitigasi pada komponen penyusun bahaya akan
penelitian di dapatkan dari hasil meningkatkan pengaruh bahaya yang
wanwancara dari narasumber. dihasilkan. Di wilayah studi,
komponen sumber bahaya adalah
5 Pengolahan Data
potensi rumah tangga dan persebaran
a. Data yang telah terkumpul perlu di pasar dan variabel kepadatan
olah dahulu bangunan.
b. Tujuannya menyederhanakan
Kepadatan Bangunan
seluruh data yang terkumpul
c. Menyajikannya dalam susunan Berdasarkan tabel dapat di lihat bahwa
yang baik dan rapi lokasi 2 adalah lokasi dengan jumlah
d. Kemudian di analisi penduduk tertinggi dibandingkan
lokasi 1 dan lokasi 3 yang termasuk memiliki 956 bangunan termasuk
dalam wilayah penelitian. kedalam kategori sangat tinggi.

Kepadatan Bangunan pada lokasi 1 Kepadatan Bangunan Pada Lokasi


3
Berdasarkan gambar di atas lokasi 1
memiliki 5 RT yang meliputi RT 18, Pada lokasi 3 memiliki 7 RT yang
20, 21, 22 dan 23. Dan lokasi 1 ini meliputi RT 01, 02, 03, 04, 05, 06,
berada di jalan jelawat dan survey dan RT 07. Lokasi 3 ini berada di jalan
yang di lakukan memulai dari Gang Kakap dan survey di lakukan di mulai
Mosi 1 dan berakhir pada Gang 12 di dari jalan Kakap dan berakhir di jalan
Jalan Otto Iskandardinata. Berdasarkan Gurami
pengamatan pada saat proses survey
Persebaran Bangunan Publik
yang telah di lakukan, lokasi 1
termasuk dalam kategori tinggi karena Berdasarkan proses survey persebaran
jumlah kepadatan bangunan yaitu 394 bangunan publik berada di beberapa
bangunan lokasi. Lokasi 1 memilik persebaran
bangunan pasar lokasi tersebut berada
Klasifikasi Kepadatan Bangunan
di jalan jelawat bangunan pasar
pada lokasi 1
ters Klasifikasi Kepadatan Bangunan
Kepadatan Bangunan Pada Lokasi 2 ebu Sangat rendah <10 bangunan/ha
t Rendah 11-40 bangunan/ha
Pada lokasi 2 memiliki 15 RT yang
yait Sedang 41-60 bangunan/ha
meliputi RT 08,09, 10, 11, 12, 13, 14, Tinggi 61-80 bangunn/ha
u
15, 16, 24, 25, 26, 27, 28, 30. Lokasi 2 Sangat tinggi >81 bangunan/ha
ban
ini berada di jalan Otto Iskandardinata
gunan pasar tradisonal. Lokasi 2
dan survey dilakukan yang di mulai
memiliki persebaran bangunan pasar
dari Gang Apel dan Berakhir di
modern, gedung rumah sakit jiwa.
jalanKakap. Berdasarkan pengamatan
Lokasi 3 memiliki persebaran gedung
pada saat proses survey lokasi 2
Eks.
Persebaran Bangunan Publik 3 Gedung 1 unit
Lokasi 1 Sekolah
4 Gedung 2 unit
Lokasi 1 memiliki persebaran
Kelurahan
bangunan public yaitu pasar
5 Gedung 1 unit
tradisional.
Kementrian
Perhubungan
Persebaran Bangunan Publik
Lokasi 1
No Fungsi Jumlah
Persebaran Bangunan Publik
Bangunan
Lokasi 2
1 Pasar 1 unit
No Fungus Jumlah Tradisional
Bangunan 6 Laboratorius 1 unit
1 Pasar Modern 1 unit Kampus
2 Rumah Sakit 1 unit
Keperawatan
Jiwa
Yarsi
Sumber: Kelurahan su
Sumber: Kelurahan Sungai Dama
Sungai Dama
Skenario Mitigasi
Persebaran Bangunan Publik
Lokasi 3 Perencanaan mitigasi adalah
suatu pengembangan strategi untuk
No Fungsi Jumlah
mengurangi dampak dari bencana pada
Bangunan
komunitas, wilayah, kota atau Negara.
1 Gedung Eks. 2 unit
Perencanaan mitigasi dapat
Rumah Sakit
dikelompokkan dalam banyak kategori
2 Kampus 1 unit
tetapi umumnya dikelompokkan pada
Keperawatan
mitigasi fisik dan nonfisik.Terdapat
Yarsi
lima tipe tindakan dasar yang ada
untuk digunakan dalam program – 1.Pembentukan jalur Evakuasi dan
program perencanaan fisik, tindakan system informasi tanggap bencana
ekonomi, tindakan institusional dan kebakaran,
manajemen serta tindakan masyarakat.
a.Dilapangan dipasang petunjuk arah
Keterlibatan langsung masyarakat
untuk menunjukkan warga kearah
dalam mitigasi dapat didorongkan
jalan yang harus dilalui supaya tidak
pada aksi – aksi seperti peningkatan
mengganggu masuknya mobil
kesadaran bencana, peningkatan
DAMKAR ketempat kebakaran.
kemampuan dan kesiapsiagaan
terhadap bencana, keterlibatan dalam V.KESIMPULAN DAN SARAN
kebijakan dan regulasi pengurangan
Kesimpulan
kebencanaan.
Hasil akhir dari penelitian ini
Kondisi real lapangan :
adalah merupakan jawaban dari
1. Akses masuk/ jalan rata- permasalahan yang ada pada bab awal
rata memiliki kelebaran ± 3 tugas akhir ini, yaitu:
m,
1. Dari variabel penelitian
2. Tidak adanya jalur
Skenario mitigasi
evakuasi
pencegahan bencana
3. Kurangnya kesadaran
kebakaran di pemukiman
masyarakat
padat penduduk di
4. Kurangnya komunikasi
Kelurahan Sungai Dama
antara relawan dan
Kota Samarinda, diketahui
DAMKAR sehingga
tingkat bahaya resiko
terjadinya miskomunikasi
kebakaran di permukiman
Skenario Mitigasi : padat penduduk pada
kelurahan Sungai Dama
Kota Samarinda, yaitu
Bahaya Berdasarkan hasil kembali air pada mobil
perhitungan dari tabel Damkar.
klasifikasi kepadatan
banguanan terdapat lokasi 2. Dalam usaha untuk
yang memiliki kepadatan meningkatkan keandalan
bangunan sangat tinggi sarana dan prasarana maka
karena melebihi spesifikasi skenario mitigasi dilakukan
yaitu >81 bangunan/ha pada lokasi penelitian
memiliki 956 bangunan. antara lain :
a. Kerentanan a. Pembentukan jalur
Berdasarkan hasil Evakuasi
survey material atap b. Pemasangan pipa dan
dominan seng dan selang hidran atau
dinding dominan kayu selang pemadam
sehingga bangunan c. Pemasangan
masuk kategori mudah reservoir/Tandon/sumur
terbakar. Untuk lebar d. kesadaran
jalan antara 1.5m s/d Meningkatkan masyarat
3m sehingga lebarnya akan pentingnya
tidak cukup untuk ketersidiaan APAR di
dilewati mobil Damkar. setiap rumah
Tidak terdapat sumber e. Setiap bangunan public
air di wilayah penelitian diharuskan memiliki
tetapi tedapat sungai Hidran
Karang Mumus
sepanjang jalan Pesut
sehingga memudahkan
dalam mengisian
5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

1. Sebagai suatu kajian yang


bersifat akademis, penelitian
Dwijayayanti, F.,2010. Mitigasi
ini dapat dilanjutkan ketingkat
Bencana Kebakaran di
yang lebih detail dengan
Permukiman Padat
melakukan survey penelitian
Kecamatan Bojongloa Kaler
yang lebih rinci lagi pada
(Studi Kasus: Kelurahan
lokasi dari tahap awal
Babakan Asih dan Kelurahan
penelitian sampai dengan
Jamika), Institut Teknologi
selesainya penelitian agar dapat
Bandung, Bandung
menjadi wacana pembelajaran
yang baik.
2. Sebaiknya pada penelitian
Mantra, I.B.G,W., Kajian
selanjutnya objek pada lokasi Penanggulangan Bahaya
penelitian ditambah sehingga Kebakaran Pada Perumahan
( Suatu Kajian Pendahuluan
dapat meneliti tingkat risiko di Perumahan Sarijadi
kebakaran dengan lebih rinci Bandung ). Jurnal 3:61

dan lebih baik lagi.


3. Sebaiknya pada penelitian Nurwulandari, Furi S. 2016. Kajian
Mitigasi Bencana Kebakaran
selanjutnya dilakukan di Permukiman Padat ( Studi
pengambilan gambar pada saat Kasus : Kelurahan Taman
Sari, Kota Bandung).
melakukan wawancara kepada Bandung
responden.
Oetomo, Andi. 2007. Penataan Ruang
Berbasis Mitigasi Bencana.
Bulletin Tata Ruang Mei-Juni
2007. Badan Koordinasi Tata
Ruang Nasional, Jakarta
Rianta, E., 2007. Pemetaan Risiko Sagala, S. Adhitama, P. dan Sianturi,
Bermacam Bahaya D.G. 2013. Analisis Upaya
Lingkungan di Kelurahan Pencegahan Bencana
Kampung Melayu, Cipinang Kebakaran di Pemukiman
Besar Utara dan Penjaringan Padat Perkotaan Kota
Provinsi DKI Jakarta., Action Bandung, Study Kasus
Contre Ia Faim, Jakarta. Kelurahan Sukahaji.
Bandung .

Anda mungkin juga menyukai