Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Barang single use adalah suatu alat atau bagian dari suatu benda termasuk
segala macam komponen, suku cadang, aksesori yang ditujukan untuk
sekali pakai dalam diagnosis atau terapi medis pada manusia yang
dikelompokkan kedalam peralatan kritis yang harus disediakan dalam
keadaan steril atau yang harus disediakan setelah diproses dengan desinfeksi
tingkat tinggi (DTT). Penggunaan barang single use yang seharusnya sekali
pakai di buang banyak dilakukan di Rumah Sakit untuk di proses ulang
sampai menjadi barang steril. Proses sterilisasi barang re-use di RS dilakukan
dengan berbagai alasan antara lain harga barang nya mahal , keterbatasan
dana dan sebagainya.

Karena barang-barang tersebut diproduksi dan disiapkan untuk sekali pakai


/ single use maka proses ulang pakai (re-use ) kemungkinan akan
menimbulkan beberapa masalah - masalah baik terhadap penderita
ataupun terhadap petugas rumah sakit ang tentunya berdampak
terhadap penurunan mutu pelayanan Rumah Sakit . Oleh sebab itu
agar permasalahan yang kemungkinan terjadi dapat dihindarkan lebih
awal bila dilakukan proses sterilisasi barang single-use maka perlu
dipertimbangkan beberapa faktor ,seperti pertimbangan teknis,
pertimbangan klinis, keamanan personil, etika - mediko legal dan Cost
effective.
Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan permasalahan tersebut
diatas yang terkait dengan proses Sterilisasi barang single-use maka
diadakan rapat kordinasi dibawah pimpinan Direktur Utama,Komite Medik,
Komite Keperawatan dan Komite PPIRS hasil pertemuan memutuskan dan
menugaskan kepada Kepala Instalasi Sterilisasi Pusat untuk
menyempurnakan draft SK Kebijakan barang single-use.

Sebagai tindak lanjut dari hasil pertemuan maka Instalasi Sterilisasi Sentral
merasa perlu membuat buku Panduan Proses Sterilisasi barang single-use
dan membuat draf SK Kebijakan Pemberlakuan buku Panduan Proses
Sterilisasi barang single-use ke reuse sebagai pengganti SK Kebijakan
barang single-use

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Sebagai panduan untuk penyelenggaraan proses sterilisasi barang single use


di lingkungan Rumah Sakit Hi. Muhammad Yusuf
2. Tujuan Khusus

 Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan


pertimbangan teknis seperti ruangan kerja, fasilitas dan Sumber Daya
Manusia
 Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan
pertimbangan klinis (patient safety)
 Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan
pertimbangan etika dan medico legal
 Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan
pertimbangan cost effectiveness
 Memahami proses sterilisasi barang single-use sesuai dengan aturan
dan spesifikasi dari setiap barang yang akan diproses

C. RUANG LINGKUP
1. Sistem Pelayanan
a. Sentralisasi : Unit Sterilisasi Sentral
b. Desentralisasi : Satelit Sterilisasi
2. Lingkup Kegiatan Pelayanan
a. Unit Kerja yang melakukan proses re-use barang single use adalah :
- Unit ICU
- Unit Bedah Central
- Unit Kebidanan dan Bayi
- Perinatologi
b. Proses Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan di Unit Kerja
c. Proses Sterilisasi dilakukan di Instalasi Sterilisasi Sentral
D. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 Tahun 2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
4. Keputusan Menkes RI No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan
Rumah Sakit
5. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterilisasi Supply Departemen
(CSSD))
6. Keputusan Direktur Rumah Sakit Hi. Muhammad Yusuf Nomor:
142/SK/DIR/VI/2023 tentang Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Rumah
Sakit Hi. Muhammad Yusuf
BAB II
RUANG LINGKUP

Pada umumnya peralatan dan atau bahan medis (cairan infus, kateter, benang dan
yang sejenis) tercetak tanggal kadaluarsanya. Bila tanggal kadaluwarsa pada
bahan-bahan ini telah terlewati, pabrik tidak menjamin sterilitas, keamanan atau
stabilitas dari item tersebut. Beberapa bahan memuat pernyataan yang
mengindikasikan bahwa isinya adalah steril sepanjang kemasan utuh. Peralatan
sekali pakai (single-use) mungkin bisa di re use dalam keadaan khusus.

Ada dua risiko terkait single-use dan reuse peralatan sekali pakai. Ada
peningkatan risiko infeksi dan ada risiko bahwa performa peralatan tersebut
mungkin tidak adekuat atau tidak memuaskan setelah diproses ulang.

Instalasi terkait yang berhubungan dengan peralatan yang bisa digunakan sekali
pakai ( single use ) atau bisa dipakai ulang ( re use ) adalah :
1. IGD
2. Ruang Perawatan Intensive / Kritis (ICU, NICU )
3. Kamar Operasi

Beberapa alat medis sekali pakai dan / BMHP dapat digunakan lagi dengan
persyaratan spesifik tertentu. Rumah sakit menetapkan ketentuan tentang
penggunaan kembali alat medis sekali pakai sesuai dengan peraturan perundang -
undangan dan standar profesional meliputi :
a) Alat dan material yang dapat dipakai kembali ;
b) Jumlah maksimum pemakaian ulang dari setiap alat secara spesifik;
c) Identifikasi kerusakan akibat pemakaian dan keretakan yang menandakan alat
tidak dapat dipakai;
d) Proses pembersihan setiap alat yang segera dilakukan sesudah pemakaian dan
mengikuti protokol yang jelas;
e) Pencantuman identifikasi pasien pada bahan medis habis pakai untuk
hemodialysis;
f) Pencatatan bahan habis pakai yang re use di rekam medis; dan
g) Evaluasi untuk menurunkan resiko infeksi bahan medis habis pakai yang di re
use
A. FAKTOR PERTIMBANGAN
1. Pertimbangan Teknis
a. Sarana Rumah Sakit
Apakah rumah sakit mempunyai sarana dan fasilitas yang sesuai
dengan spesifikasi dan kapasitas untuk melakukan proses sterilisasi
barang single-use, apakah sudah tersentralisasi, apakah proses dibawah
pengawasan Instalasi Sentral Sterilisasi dan sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional ( SPO).
1) Ruangan

 Area pre-cleaning dan cleaning barang single use kotor


 Area pengemasan barang single use bersih
 Area penyimpanan barang steril
2) Peralatan :

 Untuk proses dekontaminasi/pencucian :


 Washer Autometic Desinfector
 Lemari pengering
 Spray Gun
 Untuk proses pengemasan :
 Mesin sealling
 Mesin Labeler
 Untuk proses sterilisasi :
 Mesin sterilisator Suhu tinggi ( Autoclave atau Dry Heat )
 Mesin sterilisator Suhu rendah ( Ethylene Oksida )
3) Bahan Desinfektan
Standar pemakaian desinfektan di RS terutama yang berkaitan dengan :
 Jenis desinfektan
 Konsentrasi
 Aturan pemakaian

Pemakaian desinfektan harus memenuhi standar karena beberapa

desinfektan mempunyai kelemahan antara lain :


 Mengakibatkan peralatan korosif dan merusak
 Mengakibatkan karsinogen, toksik dan iritatif
 Tidak mempunyai kemampuan membersihkan
4) Bahan Pengemas
 Sesuai dengan metoda sterilisasi yang dipakai.
 Dapat menahan mikroorganisme
 Kuat dan tahan lama.
 Mudah digunakan dan tidak beracun.
 Aman dan mudah dibuka
 Mampu menahan segel dengan baik.

b. Sumber daya Manusia Rumah Sakit


Apakah Rumah Sakit sudah mempunyai SDM yang terampil dan
kompeten dalam bidang sterilisasi baik SDM di Instalasi Sterilisasi Sentral
maupun SDM yang bertugas melakukan proses pre-cleaning dan cleaning
di unit kerja ? Bilamana tidak, sudah bisa diperkirakan akan timbul
masalah- masalah teknis karena barang diproses oleh orang yang tidak
mempunyai pengetahuan, kompetensi dan keterampilan dibidang
sterilisasi .
c. Disain /jenis barang
Apakah barang tersebut mudah dibersihkan atau tidak ? Barang-barang
yang mempunyai disain yang kecil dan rumit misalnya kateter jantung
mempunyai lumen yg kecil dan panjang akan sangat sulit dibersihkan,
dengan demikian besar kemungkinan masih ada sisa bahan-bahan organik
maupun bakteri pada barang tersebut. Tentunya, bila proses
dekontaminasi tidak sempurna maka dapat dipastikan bahwa proses
sterilisasi tidak akan sempurna sehingga tidak bisa dijamin mutu sterilitas
barang single-use tersebut.
d. Kerusakan struktur barang

Mampukah barang tsb melalui proses dekontaminasi dan sterilisasinya


tanpa kerusakan struktur pada barang tersebut, yang kemudian
dapat merugikan penderita maupun pemakainya.
Bila barang tsb cukup kuat sampai beberapa kali barang tsb dapat
diproses kembali? Kerusakan struktur pada barang mengakibatkan
barang tersebut menjadi rapuh, mudah patah dan sobek atau berubah
bentuk
e. Rekomendasi dari pabrik asal barang single use
Apakah pabrik pembuat barang tersebut mendukung dan
merekomendasikan untuk dillakukan proses pemakaian ulang atau di
fungsikan menjadi barang re-use?
2. Pertimbangan Klinik
- Keamanan penderita /Patient safety :

 Apakah tidak terdapat sisa kotoran atau bahan toksik pada barang single
use yang dilakukan proses re-use ?
 Bila terjadi kerusakan struktur , apakah akan berakibat pada penderita ?
- Standard of care

Perlu dinilai apakah penggunaan ulang tersebut tidak menyalahi


standard of care di unit pelayanan pasien
3. Pertimbangan keamanan personil

Proses ulang barang-barang tersebut dapat menimbulkan bahaya pada


personil rumah sakit , misalnya :
 Bahaya penularan penyakit , seperti hepatitis , AIDS , typus dan lain
bagainya
 Bahaya penyakit kulit seperti gatal-gatal ,kelainan kulit lainnya dll

4. Pertimbangan etika dan mediko legal

Bila hasil penggunaan barang single-use yang diproses ulang tersebut


ternyata tidak seperti yang diharapkan oleh penderita maupun
penggunanya, siapakah yang akan bertanggung jawab ? Apakah :
 Kepala CSSD
 Kepala Unit Kerja pelayanan
 Dokter yang merawat Pasien
 Perawat yang memakaikan kepada Pasien
 Pimpinan Rumah sakit

5. Pertimbangan Cost effective

Dalam melakukan proses barang single use kotor menjadi barang steri l

membutuhkan biaya - biaya yang terkait dengan :


 Tenaga kerja ( SDM )
 Sumber daya ( energy listrik ,air ,uap dll )
 Bahan pembersihan /desinfektan
 Bahan pengemas dan ABHP lainnya
 Pemeliharaan peralatan sterilisasi
 Fasilitas penyimpanan dan distribusi barang steril
 Pengawasan proses sterilisasi
 Dan sebagainya
Apakah biaya-biaya yang terkait dengan komponen diatas sebanding dengan harga
barang single- use tersebut dan segala resiko yang harus dihadapi ?
BAB III
TATA LAKSANA

Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan patient safety, maka peralatan


yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi
keselamatan pasien. Hal ini terkait kontaminasi yang ditimbulkan jika digunakan
kembali. Alat single use – re use harus memperhatikan syarat – syarat yang
direkomendasikan yaitu kondisi alat masih baik, tidak rusak, tidak cacat, mudah di
gunakan kembali. Oleh sebab itu dilakukan aturan peralatan yang single use dan
re-use sebagai berikut :

Peralatan yang single-use (sekali pakai)


a. Berupa benda tajam
b. Yang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh pasien
c. Yang penggunaannya dilakukan secara septik.

a) Peralatan yang bisa dipakai ulang ( re use )


Beberapa alat medis sekali pakai dan atau BMHP dapat digunakan lagi dengan
persyaratan spesifik tertentu. Berikut alat yang dapat dipakai kembali ;
1. Mikromist (nebu)
2. Suction conector
3. Stilet ETT
4. sungkup(Ambu Bag)
5. Selang Anastesi

b) Jumlah maksimum pemakaian ulang dari setiap alat secara spesifik;

No. Alat Medis Frekuensi Identifikasi Proses kontrol


Penggunaan pemeriksaan tanda-
Ulang & Proses tanda kerusakan

1. Selang Anastesi 5 kali pemakaian  Alat tidak 1. Beri kode pada


(4 kali re use berubah alat yang akan di
dengan suhu bentuk dan reuse berupa
rendah / plasma) berubah warna penandaan“Huruf
 Tidak ada dan Angka” Bila
keretakan kode angka telah
mencapai 4 kali
 Tidak berubah
reuse maka untuk
fungsi
alat berikutnya / alat
baru menggunakan
kode yang sama.
2. Catat jumlah re
use pada alat
dengan memberikan
tanda “ garis” sesuai
jumlah re use yang
sudah dilakukan dan
catat di buku catatan
re use.
3. Setelah batas
frekuensi
penggunaan alat
habis, alat tidak
boleh digunakan
lagi
4. Bila alat rusak
sebelum waktunya,
alat tidak boleh
digunakan.

2. Suction conector 5 kali pemakaian  Tidak robek/ 1. Beri kode pada


(4 kali re use bocor alat yang akan di
dengan suhu  Tidak berubah reuse berupa
rendah / plasma) warna penandaan“Huruf
dan Angka” Bila
kode angka telah
mencapai 4 kali
reuse maka untuk
alat berikutnya / alat
baru menggunakan
kode yang sama.
2. Catat jumlah re
use pada alat
dengan memberikan
tanda “ garis” sesuai
jumlah re use yang
sudah dilakukan dan
catat di buku catatan
re use.
3. Setelah batas
frekuensi
penggunaan alat
habis, alat tidak
boleh digunakan
lagi
4. Bila alat rusak
sebelum waktunya,
alat tidak boleh
digunakan.

3. Mikromist (nebu) 5 kali pemakaian  Tidak robek/ 1. Beri kode pada


(4 kali re use bocor alat yang akan di
dengan suhu  Tidak berubah reuse berupa
rendah / plasma) fungsi penandaan“Huruf
dan Angka” Bila
kode angka telah
mencapai 4 kali
reuse maka untuk
alat berikutnya / alat
baru menggunakan
kode yang sama.
2. Catat jumlah re
use pada alat
dengan memberikan
tanda “ garis” sesuai
jumlah re use yang
sudah dilakukan dan
catat di buku catatan
re use.
3. Setelah batas
frekuensi
penggunaan alat
habis, alat tidak
boleh digunakan
lagi
4. Bila alat rusak
sebelum waktunya,
alat tidak boleh
digunakan.

4. sungkup(Ambu 7 kali pemakaian  Tidak bocor 1. Beri kode pada


Bag) (6 kali re use  Tidak robek alat yang akan di
dengan suhu  Tidak berubah reuse berupa
rendah / plasma) warna penandaan“Huruf
dan Angka” Bila
kode angka telah
mencapai 4 kali
reuse maka untuk
alat berikutnya / alat
baru menggunakan
kode yang sama.
2. Catat jumlah re
use pada alat
dengan memberikan
tanda “ garis” sesuai
jumlah re use yang
sudah dilakukan dan
catat di buku catatan
re use.
3. Setelah batas
frekuensi
penggunaan alat
habis, alat tidak
boleh digunakan
lagi
4. Bila alat rusak
sebelum waktunya,
alat tidak boleh
digunakan.
A. TUJUAN PROSES STERILISASI BARANG SINGLE-USE
1. Menurunkan biaya Rumah Sakit dalam penyediaan alat kesehatan
2. Memelihara efektifitas dan mutu alat kesehatan steril
3. Mengurangi risiko infeksi
4. Meningkatkan masa pakai alat kesehatan
5. Menjamin keamanan dan stabilitas alat kesehatan
6. Menjamin mutu pelayanan sterilisasi

B. PERSYARATAN BARANG SINGLE-USE BISA DI RE-USE


1. Instrumen single-use yang di re-use adalah instrument dengan harga yang
mahal
2. Terdapat literature atau bukti yang menyatakan bahwa barang single-use
dapat di re-use.
3. Staf yang berhak menyatakan bahwa instrument masih baik dan dapat
dilakukan proses re-use adalah dokter terakhir yang menggunakan alat.
4. Instrumen single-use yang di re-use harus ditandai dengan kode warna
sesuai aturan.
5. Penanda yang dimaksud terbuat dari bahan karet atau selotip
sesuai kode warna pada penandaan.
6. Staf yang berkewajiban memberikan tanda adalah penanggung jawab alat
di Unit Kerja.
7. Proses untuk pre-cleaning, cleaning dan sterilisasi harus sesuai
dengan
spesifikasi masing- masing alat.
8. Harus ada prosedur tertulis (SPO) tentang Pembersihan dan
dekontaminasi
barang single-use

9. Reprocessing alat yang terkontaminasi harus dilakukan pada area yang

dirancang dan digunakan khusus untuk Proses dekontaminasi dengan


syarat :
a. Ruangan harus terpisah dari ruang lain
b. Ventilasi harus dapat mengeliminasi zat toksik
c. Pembersihan manual mempertimbangkan bahan pembersih dengan
busa yang sedikit, ph netral, formula enzimatik untuk seluruh komponen
biologis seperti darah, lemak, karbohidrat serat dll
d. Dibawa langsung ketempat pembersihan dengan kontainer yang
tertutupdan mudah dibersihkan
C. TAHAPAN PROSES STERILISASI ALAT SINGLE-USE
Dikelompokkan berdasarkan penggunaan barang medik apakah golongan
semikritikal atau golongan kritikal
1. Golongan semi kritikal, tahapan Proses barang single use :
a. Perendaman
b. Uji visual
c. Pencucian
d. Pembilasan
e. Disinfection
f. Pembilasan
g. Pengeringan
h. Pengemasan
i. Labeling
j. Penyimpanan alat kesehatan
2. Golongan kritikal, tahapan Proses barang single use
a. Perendaman
b. Uji visual
c. Pencucian
d. Pembilasan
e. Disinfection
f. Pembilasan
g. Pengeringan
h. Pengemasan
i. Labeling
j. Proses sterilisasi
k. Penyimpanan alat kesehatan steril
D. PROSEDUR PROSES STERILISASI ALAT SINGLE-USE
1. Unit Kerja
a. Perawat Penanggung Jawab Alat mengisi Kartu Persetujuan Proses Sterilisasi
Barang “Single-Use”
b. Dokter terakhir yang menggunakan alat menandatangani persetujuan re-use.
c. Perawat Penanggung Jawab Alat
 Mengelompokan alat berdasarkan proses re-use
 Menyerahkan alat yang akan di re-use ke bagian pre-cleaning bersamaan
dengan kartu persetujuan proses sterilisasi
d. Petugas pre-cleaning

 Memasukan alat ke dalam container trolley barang kotor


 Mengisi Formulir Permintaan Sterilisasi rangkap 3
 Mengirim barang kotor ke Instalasi Sterilisasi Sentral dengan
membawa Kartu
 Persetujuan Proses Sterilisasi Barang Single-Use dan Formulir Permintaan
Sterilisasi

Unit Sterilisasi Sentral


a. Petugas Loket
 Menerima Kartu Persetujuan Proses Sterilisasi Barang Single-
Use dan Formulir Permintaan Sterilisasi yang sudah diisi
 Kode warna dan jumlah re-use dari setiap item barang single-
use sesuai Kartu Persetujuan Proses Sterilisasi Barang Single-Use
ditulis di Formulir Permintaan Sterilisasi pada kolom keterangan.
 Formulir Permintaan Sterilisasi yang sudah diisi, dibagi menjadi :
a. Lembar ke 1 ( asli ) untuk Unit kerja
b. Lembar ke 2 untuk distribusi barang steril
c. Lembar ke 3 untuk proses sterilisasi
 Menyerahkan formulir lembar ke 1 kepada petugas Unit kerja b.
Petugas Cleaning
 Melakukan proses berdasarkan kelompok barang yang di re-use

b. Petugas pengemasan dan penandaan


1) Mengemas barang yang sudah bersih dari hasil proses cleaning
dengan bahan pengemas yang sesuai
2) Memberi dan menempelkan kertas labeling yang bertuliskan :
Warna gelang dari barang single use
Tanggal proses sterilisasi
Tanggal expire date

c. Petugas Sterilisasi
 Melakukan proses steril dengan metoda sterilisasi suhu rendah
(Plasma atau Etilen Oksida) atau steriliasasi suhu tinggi (steam)
 Mengirim barang steril ke ruangan penyimpanan barang steril e.
Petugas penyimpanan dan distribusi barang steril
 Melakukan uji visual
 Membubuhkan paraf pada Kartu Persetujuan Proses Sterilisasi
Barang Single-Use sebagai tanda persetujuan bahwa alat memenuhi
syarat
 Melakukan penyimpanan pada rak –rak
 Mendistribusikan barang steril ke unit kerja

3. Di Unit kerja :
a. Petugas Unit Kerja
- Mengambil alat yang telah selesai proses sterilisasi di loket pendistribusian
- Melakukan pemeriksaan bersama dengan petugas pendistribusian barang
steril
- Menanda tangani formulir Formulir Permintaan Sterilisasi
- Mencatat semua data tambahan pada formulir
- Membawa alat steril ke Unit Kerja
b. Penanggung Jawab Barang Steril
- Menyimpan alat steril pada ruang penyimpanan barang steril
- Menempatkan Kartu Persetujuan Proses Sterilisasi Barang Single
Use bersaman dengan alat
c. Dokter
Menginstruksikan pemakaian barang single-use steril untuk pasien
sesuai
dengan tindakan medik
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

A. MONITORING

1. Monitoring secara umum dilakukan sesuai dengan cara monitoring

yang tercantum dalam Buku Pedoman Layanan Sterilisasi.

2. Monitoring khusus terhadap alat single use yang dilakukan proses


sterilisasi ulang menjadi tanggung jawab utama dokter yang
menggunakan.
3. Dengan pertimbangan keselamatan pasien Instalasi Sterilisasi Sentral
mempunyai wewenang untuk merekomendasikan tidak layaknya alat
single use tertentu diproses re use kepada Departemen/Instalasi/Unit
terkait.
4. Monitoring selain melibatkan Instalasi sterilisasi Sentral juga melibatkan
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.

B. EVALUASI

1. Evaluasi mutu sterilitas secara berkala menjadi tanggung jawan Unit


Kerja terkait bekerjasama dengan Instalasi Sterilisasi Sentral.
2. Evaluasi secara umum sesuai dengan cara evaluasi yang tercantum
dalam buku Pedoman Layanan Sterilisasi.

3. Evaluasi terhadap kinerja alat dan sarana selain dilakukan oleh Unit

Kerja dan Instalasi Sterilisasi Sentral juga menjadi tanggung jawab Tim

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.


BAB V
PENUTUP

Proses sterilisasi ulang barang single use menjadi penting karena ditinjau
dari banyak aspek cara ini bukan hal yang dianjurkan, untuk menjamin bahwa
barang single use yang diproses sehingga bisa di re use harus mempunyai
beberapa ketentuan :
1. Pasien atau keluarga pasien setidaknya diberitahu bahwa alat yang mereka
gunakan merupakan alat single use yang diproses untuk re use.
2. Penetapan jumlah re use harus berpedoman kepada literature, jurnal
resmi atau bukti pemakaian dilapangan.
3. Dokter yang terakhir menggunakan alat single use di re use
berkewajiban menetapkan apakah alat bisa di re use atau tidak.
4. Setiap alat single use yang di re use diberi tanda sesuai dengan Kode
Warna, penandaan dilakukan oleh penanggung jawab alat.
5. Secara umum proses sterilisasi sesuai dengan buku Panduan Layanan
Sterilisasi.
Pada akhirnya perlu disampaikan bahwa barang single-use adalah barang yang
tidak boleh dipergunakan berulang, kalaupun dengan alasan penghematan biaya
maka proses yang dimulai dari persetujuan re-use sampai barang menjadi steril
kembali harus melalaui pengawasan yang ekstra ketat oleh segenap personil
yang terlibat dalam proses ini agar keselamatan pasien benar - benar dipastikan
bisa terjaga.

Anda mungkin juga menyukai