Anda di halaman 1dari 8

Tugas Praktik Mandiri

Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah


(PDPT)
A. Persoalan
Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 187 ayat 2 PMNA/KBPN Nomor
18 tahun 2021 tentang Tata Cara Penetapan Hak Pengelolaan dan Hak Atas Tanah, telah
diterbitkan Keputusan Menteri ATR/BPN Nomor 1241/SK-HK.02/IX/2022 tentang
Perolehan dan Harga Rumah Tinggal/Hunian untuk Orang Asing sebagai dasar Batasan
harga pemilikan rumah tapak maupun satuan rumah susun oleh orang asing dan
petunjuk pelaksanaan dari Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah
Nomor : HR.01/1963/XI/2022 tanggal 1 November 2022. Sebagai seorang akademisi,
berikan pendapat Saudara/i tentang hal tersebut.
Analisis dapat didasarkan pada kondisi sosiokultural dimana saudara tinggal
atau melalui studi pustaka melihat konteks sosiokultural di Indonesia dari berbagai segi.
Cantumkan data dan sumbernya (jika berasal dari studi pustaka).
B. Regulasi Yang Dianalisis
1) Pasal 187 ayat 2 PMNA/KBPN Nomor 18 tahun 2021 tentang Tata Cara Penetapan
Hak Pengelolaan dan Hak Atas Tanah
2) Keputusan Menteri ATR/BPN Nomor 1241/SK-HK.02/IX/2022 tentang Perolehan
dan Harga Rumah Tinggal/Hunian untuk Orang Asing sebagai dasar Batasan harga
pemilikan rumah tapak maupun satuan rumah susun oleh orang asing
3) Petunjuk pelaksanaan dari Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah
Nomor : HR.01/1963/XI/2022 tanggal 1 November 2022.
C. Hasil Analisis

Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri ATR/Ka.BPN Nomor


1241/SK-HK.02/IX/2022 tentang Perolehan dan Harga Rumah Tempat
Tinggal/Hunian untuk Orang Asing “Sebagai dasar batasan harga pemilikan rumah
tapak maupun satuan rumah susun oleh Orang Asing”.

Bahwa Orang Asing dapat memiliki :

1. Hak Milik Satuan Rumah Susun (HMSRS), yang dibangun di atas Hak
Guna Bangunan atau Hak Pakai
(UU Nomor 11 Tahun 2022)
2. Syarat Orang asing memiliki rumah tempat tinggal atau hunian cukup
dibutuhkan dengan memiliki visa, paspor, atau izin tinggal.
(Pasal 69 PP Nomor 18 Tahun 2021)
3. Rumah tapak di atas tanah
a. Hak Pakai di atas Tanah Negara
b. Hak Pakai di atas Hak Milik (yang dikuasai berdasar perjanjian
pemberian HP diatas HM dengan akta PPAT) atau Hak Pengelolaan
(berdasar perjanjian oemanfaatan tanah dengan pemegang Hak
Pengelolaan)
4 Rumah susun yang dibangun di atas bidang tanah:
a. HP atau HGB di atas Tanah Negara
b. HP atau HGB di atas Tanah Hak Pengelolaan
c. HP atau HGB di atas Tanah Hak Milik

Yang harus diperhatikan :

1. Rumah Tapak :
a. Rumah dengan Kategori rumah mewah
b. 1 bidang tsnah perorang/keluarga
c. Luas maksimal 2.000 m2
d. Jika memberikan dampak positif terhadap ekonomi dan sosial maka
dapat diberikan lebih dari 1 bidang tanah atau luasannya lebih dari
2.000 m2 dengan izin Menteri
2. Rumah Susun, dengan kategori rumah susun komersial
3. Kepemilikan rumah tinggal atau hunian untuk Orang Asing dapat berasal dari
rumah tempat baru atau rumah/unit lama
4. Dapat diwariskan kepada ahli waris yang memenuhi syarat
5. Dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan
6. Beralih atau dialihkan kepada pihak lain
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang banyak menarik para
orang asing khususnya para investor untuk menanamkan modal atau investasi
khususnya dibidang pertanahan. Tingginya kunjungan wisatawan asing ke Indonesia
membuat banyak para investor asing melirik tanah ataupun tempat hunian untuk
investasi atau penanaman modal. Kehadiran penanam modal asing di Indonesia sangat
diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Keberadaan orang
asing yang berkedudukan di Indonesia dalam rangka investasi teah memberikan
manfaat sehingga orang asing diperbolehkan memiliki rumah tinggal atau hunian
berupa rumah tapak (rumah tinggal) atau hunian berupa satuan rumah susun.

Tujuan pengaturan tentang pemilikan rumah tempat tinggal oleh orang asing
yang berkedudukan di Indonesia adalah untuk memberikan kemudahan bagi orang
asing untuk memenuhi kebutuhannya akan tempat hunian guna mendukung kegiatan
dan usaha dan pemodalannya di Indonesia. Selain itu, juga untuk memberikan kepastian
dan perlindungan hukum mengenai kemungkinan pemilikan rumah tinggal oleh orang
asing agar nantinya apabila terjadi suatu permasalahan terhadap tanah yang dikuasainya
dapat diselesaikan secara benar dengan mengacu kepada ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku bagi orang asing (Pariawan, n.d.).

Kepemilikan rumah tempat tinggal termasuk juga rumah susun oleh orang asing
di Indonesia harus merupakan rumah susun mewah atau dalam arti rumah atau sarusun
yang tidak termasuk klasifikasi rumah sederhana atau rumah sangat sederhana. Rumah
tempat tinggal atau hunian untuk orang asing diberikan dengan harga minimal sebagai
berikut:

Rumah Tapak
No. Lokasi atau Provinsi Harga Minimal (Rupiah)
1. Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Rp. 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah)
2. Banten Rp. 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah)
3. Jawa Barat Rp. 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah)
4. Jawa Tengah Rp. 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah)
5. Jawa Timur Rp. 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah)
6. Daerah Istimewa Yogyakarta Rp. 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah)
7. Bali Rp. 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah)
8. Nusa Tenggara Barat Rp. 3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah)
9. Sumatera Utara Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah)
10. Kalimantan Timur Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah)
11. Sulawesi Selatan Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah)
12. Kepulauan Riau Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah)
13. Daerah atau Provinsi Lainnya Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)

Rumah Susun
No. Lokasi/Provinsi Harga Minimal (Rupiah)
1. Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Rp. 3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah)
2. Banten Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah)
3. Jawa Barat Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah)
4. Jawa Tengah Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah)
5. Jawa Timur Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah)
6. Bali Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah)
7. Daerah Istimewa Yogyakarta Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah)
8. Daerah/Provinsi Lainnya Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)

Berdasarkan Keputusan Menteri ATR/BPN Nomor 1241/SK-HK.02/IX/2022


tentang Perolehan dan Harga Rumah Tinggal/Hunian untuk Orang Asing sebagai dasar
Batasan harga pemilikan rumah tapak maupun satuan rumah susun oleh orang asing,
dapat ditampilkan tabel seperti tabel diatas, daftar harga minimal untuk rumah tinggal
yang dapat dimiliki oleh orang asing berada pada kisaran Rp. 1.000.000.000.

Dalam Lampiran Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan


Pertanahan Nasional Nomor 29 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian, Pelepasan,
atau Pengalihan Hak Atas Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Oleh Orang
Asing Yang Berkedudukan Di Indonesia, dijelaskan mengenai luasan tanahnya yang
tidak boleh melebihi 2.000 m2 (dua ribu meter persegi) dan hanya boleh memiliki 1
(satu) bidang tanah per orang atau per keluarga. Namun dalam keadaan tertentu yang
mempunyai dampak positif luar biasa terhadap ekonomi, maka pemberian rumah
tempat tinggal dapat diberikan dengan luas lebih dari 2.000 m2 (dua ribu meter persegi),
dengan izin Menteri (Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional, 2021).

Tujuan pembatasan orang asing yang hanya dapat memiliki sebuah rumah
adalah untuk menjaga agar kesempatan pemilikan tersebut tidak menyimpang dari
tujuan, yaitu sekedar memberikan dukungan yang wajar bagi penyelenggaraan usaha
orang asing tersebut di Indonesia. Pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian bagi
orang asing tersebut tidak boleh dilihat hanya dari kepentingan orang asing yang
bersangkutan, tetapi lebih dari itu kehadirannya di Indonesia harus memberikan
manfaat atau kontribusi terhadap pembangunan nasional.

Kehadiran orang asing memang harus memberikan manfaat atau kontribusi


terhadap pembangunan nasional. Namun, jika melirik keadaan sosiokultural di
Indonesia, dengan banyaknya investor yang tumbuh bak jamur di musim penghujan ini
memberikan dampak bagi masyarakat Indonesia.
Melihat kondisi di Yogyakarta, perkembangan pariwisata di Yogyakarta
berkembang dengan sangat cepat seiring dengan perkembangan ekonomi yang
merupakan bagian dari pembangunan nasional. Salah satu tujuan pariwisata di
Indonesia adalah Yogyakarta. Jogja terbuat dari rindu”, kalimat ini sering dijadikan
“mantra” untuk menarik jutaan wisatawan baik domestik maupun wisatawan manca
negara untuk datang ke Kota Yogyakarta Para wisatawan yang berkunjung ke
Yogyakarta ini menyebar ke beberapa objek pariwisata di seluruh Kabupaten maupun
Kota seprovinsi Yogyakarta. Perkembangan Pariwisata Indonesia khususnya
Yogyakarta sudah mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan dengan adanya
kebijakan pemerintah terhadap infrastruktur, fasilitas, objek, dan atraksi pariwisata.
Investasi mulai dibuka untuk penanaman modal asing maupun dalam negeri dalam
membangun fasilitas akomodasi, transportasi, telekomunikasi, serta pendukung
pariwisata lainnya.

Lalu apa kabar dengan Kota Yogyakarta? Kota yang katanya terbuat dari
“rindu” ini menawarkan banyak sekali potensi wisata. Kota ini dipenuhi dengan
bangunan-bangunan cagar budaya, warisan budaya, serta wisata alam yang sangat
bervariasi mulai dari wisata alam pegunungan sampai dengan pesisir pantai, yang juga
tak kalah serunya Kota ini juga mempunyai gumuk pasir yang termasuk dalam gumuk
pasir langka di Asia Tenggara. Maka, tak mengejutkan jika Kota Yogyakarta selalu
menjadi destinasi tujuan utama wisata di Indonesia.

jika dilihat dari sosiokultural, Masifnya pembangunan hotel di Kota


Yogyakarta, yang terkenal dengan slogan “Jogja Berhati Nyaman” dalam beberapa
tahun belakangan ini menimbulkan berbagai dampakpada kondisi lingkungan, sosial
maupun budaya. Walaupun dampak dari pembangunan tersebut tidak semuanya
merupakan dampak negatif dari pembangunan, namun perlu juga dipikirkan bagaimana
upaya-upaya yang dapat diambil untuk meminimalisir dari dampak pembangunan yang
terjadi saat ini. Hal ini karena seharusnya dalam suatu pembangunan, juga harus
memikirkan kebutuhan dari generasi yang akan datang.

Isu pembangunan hotel tersebut menjadi nafas perjuangan yang menggerakkan


slogan “Jogja Ora Didol”, suatu gerakan masyarakat perkotaan yang berjuang untuk
mencari keadilan atas hak-hak warga perkotaan. Nyatanya slogan tersebut sukses dalam
mencuri perhatian warga Kota Yogyakarta, namun tak jarang juga slogan tersebut
hanya sebagai simbol perlawanan rakyat. Yang jelas, masyarakat Kota Yogyakarta
sudah mulai sadar akan pentingnya keadilan dalam tata ruang dan tanah.

Anda mungkin juga menyukai