Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Hasil studi kasus yang dilakukan pada klien kelolaan yang berjumlah
3 orang dengan diabetes mellitus tipe 2 di Kelurahan Pesurungan Kidul
wilayah Pusksemas Debong Lor Kota Tegal selama bulan Juni 2022 meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. Penerapan
implementasi yang dilakukan yaitu pemberian seduhan kayu manis 200 ml
setiap hari selama 7 hari. Tindakan tersebut bertujuan untuk mengontrol
ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah.
4.1.1 Pengkajian
a. Klien 1
Klien pertama dengan inisial Tn. T berusia 51 tahun, berjenis
kelamin laki-laki dan bekerja sebagai penjaga malam puskesmas.
Klien memiliki riwayat sakit diabetes mellitus tipe 2 sejak 4 tahun
yang lalu, namun belum pernah dirawat di rumah sakit. Klien
mengeluhkan badannya sering lelah, sering haus, kakinya terasa
kebas dan sering BAK dengan jumlah 12x/hari. Klien tidak rutin
memeriksakan kesehatannya ke fasilitas kesehatan, namun rutin
melakukan pengukuran kadar gula darah sewaktu (GDS) secara
mandiri dengan dibantu oleh anaknya dan diperoleh hasil GDS pada
bulan Mei 2022 yaitu 280 mg/dL. Klien rutin mengonsumsi obat
Metformin HCL 500 mg sebanyak 3 kali sehari. Hasil pengkajian:
keadaan compos mentis (skor GCS: E4 M5 V6 = 15), GDS = 275
mg/dL dan BB = 58 kg.
b. Klien 2
Klien kedua dengan inisial Ny. FD berusia 36 tahun berjenis
kelamin perempuan sebagai ibu rumah tangga. Klien memiliki
riwayat sakit diabetes mellitus tipe 2 sejak 3 tahun yang lalu, namun
belum pernah dirawat di rumah sakit. Klien mengeluhkan badannya
sering lesu, mulutnya kering, kakinya terasa terbakar dan sering

35
36

BAK dengan 14x/hari. Klien tidak rutin memeriksakan


kesehatannya ke fasilitas kesehatan, namun rutin melakukan
pengukuran GDS secara mandiri dan diperoleh hasil GDS bulan
Mei 2022 yaitu 280 mg/dL. Klien rutin mengonsumsi obat
Metformin HCL 500 mg dan Glimepiride 2 mg sebanyak 3 kali
sehari. Hasil pengkajian: keadaan compos mentis (skor GCS: E4 M5
V6 = 15), GDS = 270 mg/dL dan BB = 49 kg.
c. Klien 3
Klien ketiga dengan inisial Ny. D berusia 55 tahun berjenis
kelamin Perempuan sebagai ibu rumah tangga. Klien memiliki
riwayat sakit diabetes mellitus tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu. Klien
pernah dirawat di rumah sakit karena kadar gula tinggi yang
mencapai 475 mg/dL. Klien mengatakan badannya sering lelah,
mulutnya kering, sering haus, kakinya terasa berat dan terbakar,
serta sering BAK dengan 15x/hari. Klien rutin memeriksakan
kesehatannya ke fasilitas kesehatan. Pada pemeriksaan terakhir pada
bulan Mei 2022 diperoleh hasil GDS yaitu 385 mg/dL. Klien rutin
injeksi insulin novomix 10U sebanyak 3 kali sehari. Hasil
pengkajian: keadaan compos mentis (skor GCS: E4 M5 V6 = 15),
GDS = 370 mg/dL dan BB = 46,5 kg.

4.1.2 Diagnosis Keperawatan


Bersumber dari data pengkajian ketiga klien yang telah diperoleh
data mayor dan data minor sebagai berikut:
a. Data mayor
Data subjektif yang didapatkan yaitu klien merasa lelah atau lesu
dan data objektifnya yaitu kadar glukosa dalam darah tinggi.
Terlihat dari hasil pemeriksaan GDS pada Tn. T, Ny. FD dan Ny. D
lebih dari 200 mg/dL (275 mg/dL, 270 mg/dL dan 370 mg/dL).
37

b. Data minor
Data subjektif yang didapatkan yaitu klien mengatakan mulutnya
kering, sering haus dan data objektifnya yaitu sering BAK dengan
peningkatan jumlah urin lebih dari 2 liter/hari.
Data mayor dan data minor di atas menunjukkan bahwa ketiga klien
kelolaan mengalami hiperglikemia karena terjadi adanya resistensi
insulin, berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) dapat ditegakkan diagnosis keperawatan yaitu
ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan
resistensi insulin ditandai dengan lelah/lesu, peningkatan kadar
glukosa dalam darah, mulut kering, sering haus dan peningkatan
jumlah urin (D.0027).

4.1.3 Intervensi Keperawatan


Berdasarkan diagnosa yang ada di atas, luaran yang sesuai
berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah
kestabilan kadar glukosa darah (L.05022) dengan kriteria hasil: lelah
atau lesu menurun, mulut kering menurun, rasa haus menurun, kadar
glukosa darah membaik, dan jumlah urin membaik. Untuk mencapai
hasil tersebut maka peneliti menentukan rencana keperawatan yang akan
dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
yaitu manajemen hiperglikemia (I.03115) dan manajemen nutrisi
(I.03119).
Pada manajemen hiperglikemia tindakan yang akan dilakukan
yaitu monitor glukosa darah, monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan
ajarkan pengelolaan diabetes. Sedangkan tindakan yang akan dilakukan
pada manajemen nutrisi yaitu monitor kadar glukosa darah, monitor
berat badan dan edukasi diet dengan konsumsi makanan yang rendah
lemak dan tinggi serat. Dari beberapa tindakan tersebut peneliti
menggabungkan tindakan pengelolaan diabetes dan edukasi diet yaitu
dengan menerapkan pemberian seduhan kayu manis.
38

Rencana keperawatan dengan pemberian seduhan kayu manis


sebanyak 200 ml dilakukan setiap hari selama 7 hari pada waktu pagi
dan malam hari sesudah makan kepada Tn. T,
Ny. FD dan Ny. D Seduhan kayu manis merupakan jenis tanaman
holtikultura yang berasal dari negara Birma dan saat ini banyak
dibudidayakan di Indonesia. Kayu manis memiliki kandungan Energi,
Karbohidrat, Kalsium, Zat Besi, Magnesium, Fosfor, Kalium, dan
Vitamin A. Kandungan tersebut dapat mencegah terjadinya infeksi
jamur, menurunkan kadar gula darah dan meredakan peradangan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurbani Fatmala yang
berjudul “Konsumsi Kayu Manis Terhadap Glukosa Darah Penderita
Diabetes Melitus di Tambak Ploso Lamongan” didapatkan hasil bahwa
pada penderita diabetes melitus dengan cara mengecek kadar glukosa
darah sesudah pemberian seduhan kayu manis. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan kadar glukosa darah sesudah pemberian seduhan
kayu manis mengalami penurun yang signifikan pada semua responden.
Tetapi tidak semua responden yang mengalami penurunan memiliki
kadar glukosa darah normal. Dalam penelitian ini diberikan seduhan
kayu manis kepada responden selama 7 hari, dikonsumsi pada pagi dan
malam hari masing-masing sebanyak 200 ml untuk menegetahui apakah
ada perbedaan glukosa darah puasa sebelum dan sesudah mengonsumsi
seduhan kayu manis terhadap penderita diabetes melitus.

4.1.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi pada Tn. T, Ny. FD dan Ny. D dilaksanakan pada
tanggal 08 Juni 2022 – 14 Juni 2022. Sebelum dilakukan pemberian
implementasi, klien dilakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu
(GDS). Dari pemeriksaan tersebut didapatkan hasil GDS Tn. T = 275
mg/dL, GDS Ny. FD = 270 mg/dL, dan GDS Ny. D = 370 mg/dL.
Selanjutnya klien diberikan implementasi dengan pemberian
seduhan kayu manis sebanyak 200 ml. Pemberian implementasi tersebut
39

dilakukan setiap hari pada pagi hari sebelum klien menjalankan


aktifitasnya. Setelah hari kelima pemberian implementasi tepatnya
sebelum pemberian implementesi keenam pada hari Minggu, 12 Juni
2022 klien dilakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu kembali.
Hasil pemeriksaan tersebut GDS Tn. T = 264 mg/dL, GDS Ny. FD =
255 mg/dL, dan GDS Ny. D = 357 mg/dL.
Kemudian pemberian implementasi dilanjutkan hingga hari
ketujuh yaitu pada hari Selasa, 14 Juni 2022. Keesokan harinya pada hari
Rabu, 15 Juni 2022 dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan kadar gula
darah sewaktu dan didapatkan hasil GDS Tn. T = 231 mg/dL, GDS Ny.
FD = 228 mg/dL, dan GDS Ny. D = 318 mg/dL.

4.1.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan dilakukan pada Tn. T, Ny. FD dan Ny. D
setelah 7 hari penerapan implementasi dengan pemberian seduhan kayu
manis sebanyak 200 ml secara berturut-turut. Berdasarkan penerapan
tersebut, diperoleh hasil penurunan kadar glukosa darah pada Tn. T dan
Ny. FD dan Ny. D setelah dilakukan implementasi pemberian seduhan
kayu manis yaitu 44 mg/dL, 42 mg/dL dan 52 mg/dL.
Ketiga klien kelolaan yaitu Tn. T, Ny. FD dan Ny. D mengatakan
bahwa setelah penerapan implementasi dengan pemberian seduhan kayu
manis sebanyak 200 ml secara berturut-turut, klien merasa tubuhnya
segar dan lemah dan/atau lesunya berkurang, mulut tidak kering, rasa
hausnya menurun dan frekuensi BAK berkurang.
Selain itu, peneliti juga melakukan pengukuran berat badan
setelah implementasi pemberian seduhan kayu manis sebanyak 200 ml
selama 7 hari berturut-turut. Hasil pengukuran berat badan pada ketiga
klien kelolaan yaitu Tn. T = 60 kg, Ny. FD = 51 kg dan Ny. D = 48 kg.
Setelah dilakukan evaluasi berdasarkan kriteria hasil yang telah
ditentukan berpedoman pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi.
40

4.2 Hasil Penerapan Tindakan Keperawatan


Hasil penerapan tindakan keperawatan terhadap ketidakstabilan kadar
glukosa darah pada klien dengan diabetes mellitus tipe 2 disajikan pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4. 3 Hasil Penerapan Pemberian seduhan kayu manis
GDS Sebelum GDS Hari ke-5 GDS Hari ke-7
Nama
Implementasi Setelah Implementasi Setelah Implementasi
Klien
(mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
Tn. T 275 264 231
Ny. FD 270 255 228
Ny. D 370 357 318

Berdasarkan tabel 4.1 setiap responden mengalami penurunan kadar


glukosa dalam darah pada pemeriksaan GDS hari ke-5 setelah implementasi
keperawatan.
Tabel 4. 4 Hasil Pengukuran Gula Darah Sewaktu Sebelum dan Setelah
Pemberian seduhan kayu manis
GDS Hari ke-7
GDS Sebelum Selisih GDS Sebelum dan
Nama Setelah
Implementasi Setelah Implementasi
Klien Implementasi
(mg/dL) (mg/dL)
(mg/dL)
Tn. T 275 231 turun 44
Ny. FD 270 228 turun 42
Ny. D 370 318 turun 52

Berdasarkan tabel 4.2 hasil pengukuran kadar glukosa dalam darah


setiap responden setelah diberikan seduhan kayu manis mendapatkan hasil
yang beragam. Pada tiga responden mengalami penurunan kadar glukosa
darah yaitu Tn. T setelah dilakukan pemeriksaan GDS mengalami penurunan
kadar glukosa dalam darah sebanyak 44 mg/dL dan pada Ny. FD mengalami
penurunan kadar glukosa dalam darah sebanyak 42 mg/dL dan Ny D
mengalami penurunan kadar glukosa dalam darah sebanyak 52 mg/dL.
41

4.3 Pembahasan
4.2.1 Analisis Pengkajian
Dalam karya ilmiah ini, peneliti mengelola tiga responden dengan
diabetes mellitus tipe 2. Penentuan responden dilakukan berdasarkan
kriteria inklusi, kemudian dipilih menggunakan simple random sampling
dan sampling without replacement dengan memberikan penomoran dari
1-10, kemudian diacak hingga mendapatkan 3 calon responden yang
sesuai kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam karya ilmiah ini yaitu
memiliki penyakit diabetes mellitus tipe 2 kurang dari 10 tahun,
mengonsumsi obat antidiabetes, bersedia menjadi responden dan berusia
41 – 60 tahun.
Penentuan kriteria inklusi tersebut sejalan dengan penelitian
Mildawati (2019) yang menunjukkan hasil bahwa penderita diabetes
melitus mengalami komplikasi setelah berusia > 65 tahun sebanyak
90,5% dan dijelaskan bahwa semakin bertambahnya usia maka risiko
terjadinya komplikasi semakin meningkat. Selain itu, dijelaskan pula
bahwa komplikasi pada penderita diabetes mellitus muncul setelah
penyakit berjalan 10 – 15 tahun. Hal itu terjadi karena lamanya
menderita diabetes mellitus tipe 2 mengakibatkan glukosa dalam darah
menumpuk secara terus menerus sehingga terjadi komplikasi.
Hasil pengkajian pada klien pertama yaitu Tn. T (BB = 60 kg)
mengalami sakit diabetes mellitus tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu,
mengonsumsi obat Metformin HCL 500 mg sebanyak 3 kali sehari dan
berusia 51 tahun. Klien kedua yaitu Ny. FD (BB = 51 kg) mengalami
sakit diabetes mellitus tipe 2 sejak 3 ½ tahun yang lalu, mengonsumsi
obat Metformin HCL 500 mg dan Glimepiride 2 mg sebanyak 3 kali
sehari, serta berusia 36 tahun. Sedangkan klien ketiga yaitu Ny. D (BB=
48 kg) mengalami sakit diabetes mellitus tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu,
injeksi insulin novomix 10U sebanyak 3 kali sehari dan berusia 55 tahun.
42

Selain itu, hasil pengkajian ketiga klien memiliki keluhan yang


sama yaitu merasa lelah atau lesu, mulutnya kering, sering haus dan
sering BAK dengan jumlah urin Tn. T: 12x/hari, Ny. FD: 14x/hari dan
Ny. D: 15x/hari. Hasil pengkajian tersebut menunjukkan bahwa klien
sering kencing (poliuria) dan haus berlebih (polidipsi) yang merupakan
manifestasi klinis dari diabetes mellitus (Purwanto, 2016).
Pada pemeriksaan kadar gula darah sewaktu (GDS) didapatkan
hasil Tn. T: 275 mg/dL, Ny. FD: 270 mg/dL dan Ny. D: 370 mg/dL.
Menurut Yahya (2018) normal kadar glukosa dalam darah pada
pemeriksaan GDS adalah kurang dari 200 mg/dL. Dalam kasus ini,
peningkatan kadar glukosa darah yang terjadi pada ketiga klien kelolaan
karena resistensi insulin atau yang disebut dengan diabetes mellitus
tipe2.

4.2.2 Analsis Masalah Keperawatan yang Muncul


Masalah keperawatan yang muncul dari pengkajian yang telah
dilakukan adalah ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan
dengan resistensi insulin. Keluhan utama yang dialami klien yaitu
merasa cepat lelah dan/atau lesu. Keluhan tersebut terjadi karena
tingginya kadar glukosa dalam darah lebih dari normal (hiperglikemia)
sehingga sel kekurangan energi dan menyebabkan kelelahan.
Ketidakstabilan kadar glukosa darah merupakan variasi kadar
glukosa darah naik dan/atau turun dari rentang normal. Pada studi kasus
ini, klien mengalami hiperglikemia dengan tanda mayor yaitu merasa
lelah/lesu dan ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah
ataupun urin. Sedangkan tanda minor hiperglikemia yaitu mengeluh
mulutnya kering dan sering merasa haus, ditandai dengan peningkatan
jumlah urin (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti mengambil diagnosa
keperawatan ketidakstabilan glukosa darah karena sesuai dengan hasil
pengkajian yang dilakukan pada ketiga klien kelolaan yaitu merasa
43

lelah/ lesu dan kadar glukosa dalam darahnya tinggi sesuai dengan data
mayor hiperglikemia. Sedangkan hasil pengkajian lainnya yaitu ketiga
klien kelolaan mengatakan mulutnya kering, sering haus dan sering
buang air kecil. Data mayor dan minor hiperglikemia tersebut tercantum
pada diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah SDKI.

4.2.3 Analisis Tindakan Keperawatan pada Diagnosa Keperawatan


Masalah yang berhubungan dengan kondisi klien diabetes
mellitus tipe 2 yang mengalami hiperglikemia dinyatakan sebagai
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan
masalah hiperglikemia yang dialami klien diabetes mellitus tipe 2 adalah
ketidakstabilan kadar glukosa darah.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
ketidakstabilan kadar glukosa darah pada klien kelolaan yaitu
menggunakan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Menurut
Sutanto (2013) terapi secara farmakologi pada klien dengan diabetes
mellitus tipe 2 yaitu dengan pemberian obat antidiabetes atau obat
glikemik oral (Oral Hypoglicemic Agents/OHA). Pada penelitian
Chaudhury et al. (2017) dijelaskan bahwa pemberian terapi farmakologi
dengan obat antidiabetes secara berkelanjutan dapat menimbulkan risiko
gagal ginjal maupun gagal jantung. Penderita diabetes meliitus lebih
dianjurkan untuk melakukan modifikasi gaya hidup dengan aktivitas
fisik dan pengelolaan diet lebih efektif dibandingkan hanya melakukan
terapi farmakologi.
Pengelolaan diet pada penderita diabetes mellitus dapat
dilakukan dengan menerapkan prinsip 3J (jumlah, jenis dan jadwal
makan) yang berarti penderita dianjurkan untuk makan teratur dengan
membatasi jumlah karbohidrat dan mengonsumsi janis makanan dengan
kandungan rendah lemak.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurbani Fatmala et.al (2017)
menunjukkan bahwa pemberian seduhan kayu manis selama 7 hari
44

berturut turut dapat menurunkan kadar glukosa, hal ini dibuktikan pada
pasien sebelum diberikan seduhan kayu manis dengan kadar glukosa
dalam darah tidak normal atau di atas 200 mg/dL, setelah diberikan
terapi nonfarmakologi dengan pemberian seduhan kayu manis yang
diberikan pagi dan malam hari sebanyak 200 ml sekali minum, pasien
mengalami penurunan kadar gula darahnya. Penurunan tersebut terjadi
karena seduhan kayu manis mempunyai manfaat salah satunya dapat
meningkatkan kinerja insulin, dimana insulin bekerja membantu proses
metabolism dan mengantar sel darah menuju ke semua sel sel tubuh.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti memilih seduhan
kayu manis sebagai intervensi untuk mengontrol ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah. Selain kandungan yang ada dalam seduhan kayu
manis juga karena saat ini kayu manis tersebut sudah banyak
dibudidayakan di Indonesia dengan harga yang terjangkau.

4.2.4 Analisis Tindakan Keperawatan Sesuai dengan Hasil Penelitian


Tindakan keperawatan yang dilakukan pada ketiga klien kelolaan
dengan diabetes mellitus tipe 2 yaitu dengan melakukan pemberian
seduhan kayu manis. Seduhan kayu manis yang diberikan sebanyak 200
ml. Pemberian seduhan kayu manis dilakukan setiap hari pada pagi dan
malam hari selama 7 hari.
Selama dilakukan tindakan pemberian seduhan kayu manis ketiga
klien kelolaan kooperatif dengan menghabiskan seduhan kayu manis
yang diberikan. Tn. T menyukai seduhan kayu manis yang diberikan
karena enak bau jamu dan tidak pahit saat diminum. Ny. FD juga
seduhan kayu manis yang diberikan karena rasanya seperti jamu dan
wangi. Ny. D responya sama dengan kedua klien yang lain menyukai
seduhan kayu manis karena rasanya tidak pahit.
Hambatan yang muncul selama tindakan keperawatan terjadi pada
Tn. T karena selama pemberian seduhan kayu manis klien belum
mengelola diet dengan menerapkan prinsip 3J (jumah, jenis dan jadwal
45

makan). Keluarga Tn. T mengatakan bahwa Tn. T selama ini selalu


makan dengan porsi besar.

4.2.5 Analisis Evaluasi Keperawatan


Hasil implementasi pemberian seduhan kayu manis terhadap
ketidakstabilan kadar glukosa darah pada klien dengan diabetes mellitus
tipe 2 yaitu pemberian seduhan kayu manis sebanyak 200 ml setiap hari
pada pagi dan malam hari selama 7 hari, didapatkan hasil penurunan
kadar glukosa darah pada Tn. T, Ny. FD dan Ny. D .
Hasil penurunan kadar glukosa darah dari ketiga klien tersebut
tidak lepas dari kepatuhan responden pada ketaatan untuk mau
meminum seduhan kayu manis yang sesuai dengan waktu minum dan
lamanya meminum seduhan selam 7 hari berturut turut.
Menurut Amelia et al. (2019) dalam penelitiannya dijelaskan
bahwa terdapat hubungan antara pola makan dan kadar gula darah pada
pasien diabetes mellitus. Pola makan adalah suatu cara tertentu dalam
mengatur jumlah dan jenis asupan makanan dengan maksud untuk
mempertahankan kesehatan, status gizi, serta mencegah dan atau
membantu proses penyembuhan. Pola makan yang baik harus dipahami
oleh para penderita diabetes mellitus dalam pengaturan pola makan
sehari-hari. Prinsip 3J yaitu jenis, jumlah dan jadwal makan perlu
diperhatikan karena menentukan kecepatan naiknya kadar glukosa
darah. Kebiasaan konsumsi makanan tanpa menerapkan prinsip 3J
memiliki peluang 3 kali lebih besar untuk mempunyai kadar gula darah
yang tidak terkontrol.
Sedangkan hasil studi kasus karya ilmiah ini juga diperoleh hasil
penurunan kadar gula darah sewaktu (GDS) pada Tn. T,Ny. FD dan Ny.
D setelah diberikan implementasi pemberian seduhan kayu manis
sebanyak 200 ml setiap hari selama 7 hari yaitu sebesar 44 mg/dL, 42
mg/dL, dan 52 mg/dL. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Nurbani
Fatmala et.al 2017 yang menjelaskan bahwa pemberian seduhan kayu
46

manis sebanyak 200 ml setiap hari selama 7 hari dapat penurunan kadar
gula darah.
Hasil evaluasi lainnya dari pemberian implementasi selama 7
hari pada ketiga klien kelolaan yaitu Tn. T, Ny. FD dan Ny. D
mengatakan bahwa setelah penerapan implementasi dengan pemberian
seduhan kayu manis sebanyak 200 ml secara berturut-turut, klien merasa
tubuhnya segar dan lemah dan/atau lesunya berkurang, mulut tidak
kering, rasa hausnya menurun dan frekuensi BAK berkurang. Selain itu,
peneliti juga melakukan pengukuran berat badan pada ketiga klien
kelolaan yaitu Tn. T = 60 kg, Ny. FD = 51 kg dan Ny. D = 48 kg. Setelah
dilakukan evaluasi berdasarkan kriteria hasil yang telah ditentukan
berpedoman pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi.
Berdasarkan uraian di atas, pemberian seduhan kayu manis
sebagai minuman tambahan atau selingan pada penderita diabetes
mellitus tipe 2 selama 7 hari dapat menurunkan kadar gula darah sewaktu
pada setiap klien. Adapun klien yang menggunakan insulin juga relatif
menunjukkan penurunan setelah diberikan implementasi pemberian
seduhan kayu manis sebanyak 200 ml per hari selama 7 hari. Selain itu,
Pola makan pada setiap klien tidak termasuk dalam penelitian kali ini,
sehingga pola makan klien relatif berbeda disetiap kliennya dan
dimungkinkan memberikan efek bias terhadap penelitian kali ini.
Sehingga perlu diperhatikan pula pola makan klien penderita diabetes
mellitus tipe 2 untuk mengontrol kadar glukosa dalam darahnya, selain
dengan menggunakan seduhan kayu manis 200 ml per hari sebagai terapi
komplementer.
Untuk rencana tindak lanjutnya yaitu diharapkan penderita
diabetes mellitus tipe 2 dapat melanjutkan terapi nonfarmakologi dengan
mengonsumsi seduhan kayu manis secara mandiri untuk mengelola
ketidakstabilan kadar glukosa darah.

Anda mungkin juga menyukai