SKRIPSI
ADHANI RAHMI
1106073301
FAKULTAS HUKUM
DEPOK
JULI 2015
SKRIPSI
ADHANI RAHMI
1106073301
FAKULTAS HUKUM
HUKUM BISNIS
DEPOK
JULI 2015
vi
Kata kunci:
pkpu, kreditor, kedudukan
ii
Universitas Indonesia
Key words:
suspension of payment, creditor, standing
iii
Universitas Indonesia
iv
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
vi
Universitas Indonesia
Tabel 3.1 Daftar Tagihan Kreditor dalam PKPU PT. Benangsari Indahtexindo
Tabel 4.3 Penolakan Rencana Perdamaian oleh PT. Bank Mandiri, Tbk
berdasarkan Pemungutan Suara (Voting)
vii
Universitas Indonesia
1
Indonesia (1), Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang, UU No. 37 Tahun 2004, LN No. 131 Tahun 2004, TLN No. 4443, ps. 1 angka 1.
2
Indonesia (1), loc. cit., ps. 222 ayat (2).
1
Universitas Indonesia
1. Manfaat Waktu
2. Manfaat Ekonomi
3. Manfaat Yuridis
3
Robintan Sulaiman dan Joko Prabowo, Lebih Jauh tentang Kepailitan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1998, (Jakarta: Pusat Studi Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Pelita
Harapan, 2000), hlm. 32-33.
4
R. Anton Suyatno, Pemanfaatan Penundaan Kewajiban Pembayran Utang Sebagai Upaya
Mencegah Kepailitan, edisi pertama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012).
5
Ibid., hlm. 66.
Universitas Indonesia
Restrukturisasi utang merupakan salah satu cara yang terdapat dalam PKPU
melalui lembaga perdamaian, yang diadakan oleh masing-masing pihak untuk
menentukan tata cara, waktu dan jumlah utang yang harus dibayar. Menurut R.
Anton Suyatno, pengabulan PKPU tetap dan tercapainya perdamaian dapat
menghindari perusahaan dari kepailitan. Keadaan seperti ini secara ekonomi akan
sangat menguntungkan, antara lain:6
Oleh karena keuntungan yang disebutkan diatas, para debitor yang masih
memiliki harapan untuk melunasi utang-utangnya, seringkali memilih untuk
menempuh lembaga PKPU terlebih dahulu. Atau dengan kata lain, PKPU
merupakan jalan terakhir sebelum dijalaninya proses kepailitan, yang pada
umumnya dihindari oleh pihak debitor.
Dalam proses PKPU, perdamaian menjadi tolak ukur dalam penyelesaian
utang-utang debitor kepada para kreditor, serta menjadi penentu apakah debitor
tersebut akan menyelesaikan utangnya melalui PKPU atau dengan dipailitkan.
Walaupun tingkat keberhasilan PKPU masih tergolong rendah, tetapi PKPU
merupakan sarana yang pada umumnya ditempuh oleh para debitor sebagai
pertahanan terakhir. Baik diajukan secara sendiri berdasarkan inisiatif debitor
(voluntary petition), maupun permohonan yang diajukan oleh kreditor
(involuntarily petition). Dimana esensi dari pengajuan PKPU oleh kreditor ini
adalah suatu upaya agar debitor memberikan proposal perdamaian.
Hubungan yang sangat erat antara debitor dengan para kreditor sangat
terlihat jelas dalam proses PKPU. Hal ini dikarenakan, dalam proses perdamaian
tersebut dibutuhkan kesepakatan diantara para kreditor atas proposal perdamaian
yang diajukan oleh debitor. Oleh karena itu, kedudukan diantara kreditor menjadi
6
Ibid., hlm. 56.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dicapai dengan kesepakatan bersama secara adil dan seimbang. Namun seringkali
ditemukan pertentangan persetujuan terhadap proposal perdamaian, akibat adanya
posisi kreditor separatis yang dominan. Untuk itu perlu diberi penjelasan secara
hukum, terkait kedudukan antara kreditor konkuren dan kreditor separatis.
Hal ini kemudian menuntun Penulis pada kasus PKPU yang diajukan oleh
PT. Benangsari Indahtexindo sebagai debitor, dan para kreditor yang terdiri dari
Bank Mandiri, Tbk, Dwi Makmur, PT.Conitex Sonoco, PT. Karya Mulya
Teknikindo, PT. Pimurho, Surya Jaya PD, PD. Hasil Lestari, PD. Samudra
Indonesia, Tanjung Anom Sejati, dan Indosehat. Para pihak menjalani proses
PKPU yang diawali dengan adanya permohonan pengajuan PKPU oleh debitor
(voluntarily petition) pada bulan Oktober 2013, dan sampai dengan pernyataan
pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal
18 Juli 2014.
Putusan pailit yang dijatuhkan oleh karena tidak tercapainya perdamaian
antara debitor dan kreditor. Proposal perdamaian yang diajukan debitor
sebenarnya telah mendapatkan persetujuan dari mayoritas kreditor konkuren.
Namun terjadi kendala dengan PT. Bank Mandiri, Tbk yang berkedudukan
sebagai kreditor separatis dan kreditor konkuren yang tidak menyetujui proposal
perdamaian tersebut. Alasan utama pihak PT. Bank Mandiri, Tbk tidak
menyetujui proposal perdamaian adalah dikarenakan PT. Bank Mandiri, Tbk tidak
sepakat terkait waktu penyerahan barang jaminan. Dimana PT. Bank Mandiri,
Tbk menginginkan PT. Benangsari Indahtexindo untuk menyerahkan jaminan
setelah adanya homologasi (pengesahan oleh Hakim).7 Sedangkan PT. Benangsari
Indahtexindo merencanakan untuk melakukan penyerahan jaminan dalam kurun
waktu 3 (tiga) tahun kemudian.
Berdasarkan hal tersebut, Tim Pengurus melakukan pemungutan suara
(voting) antara kreditor konkuren dan kreditor separatis dalam menentukkan
persetujuan proposal rencana perdamaian. Hasil pemungutan suara menunjukkan
bahwa perdamaian ditolak, berdasarkan suara dari satu kreditor PT. Bank
Mandiri, Tbk yang memegang suara mayoritas kreditor separatis dan kreditor
7
Wuwun Nafsiah, Perdamaian Benangsari dan Mandiri belum terjalin,
http://nasional.kontan.co.id/news/perdamaian-benangsari-dan-mandiri-belum-terjalin, diunduh
pada 23 April 2015, jam 17.45 WIB.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
8
Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2010), hlm. 177.
9
Indonesia (1), loc. cit., ps. 1 angka 2.
Universitas Indonesia
10
Sri Mamudji et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 9-10.
11
Ibid., hlm. 4.
12
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3, (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press),1986. hlm. 52.
Universitas Indonesia
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Ibid. hlm. 66.
16
Ibid., hlm. 69.
Universitas Indonesia
merupakan penelitian pencarian atau penemuan fakta yaitu suatu penelitian yang
bertujuan untuk menemukan fakta-fakta dalam permasalahan yang dihadapi oleh
para kreditor selama menjalani proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU). Serta mencari seberapa jauh pemenuhan hak kreditor konkuren dalam
menjalani proses PKPU, khususnya dalam penentuan perdamaian.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
17
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan: Memahami Undang-Undang No. 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan, cet. 4, (Jakarta: Grafiti, 2010), hlm. 73.
18
Indonesia (1), loc. cit., ps. 1 angka 6.
12
Universitas Indonesia
a) Kredit dari bank, kredit dari perusahaan selain bank, atau pinjaman dari
orang-perorangan (pribadi) berdasarkan perjanjian kredit, atau perjanjian
meminjam uang.
b) Surat-surat utang jangka pendek (sampai dengan satu tahun), seperti
misalnya commercial paper yang pada umumnya berjangka waktu tidak
lebih dari 270 hari.
c) Surat-surat utang jangka menengah (lebih dari satu tahun sampai dengan
3 tahun).
d) Surat-surat utang jangka panjang (di atas tiga tahun), antara lain berupa
obligasi yang dijual melalui pasar modal atau dijual melalui direct
placement.
19
Ibid., hlm. 3.
Universitas Indonesia
20
Ibid.
21
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh R.
Subekti dan R.Tjitrosudibio, cet. 34, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2004), ps. 1313.
22
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], loc.cit., ps. 1320.
Universitas Indonesia
Melihat pengertian diatas, maka dapat terlihat bahwa kredit yang dilakukan
antara Bank/Kreditor dengan Nasabah/Debitor (orang-perorangan atau
perusahaan) didasarkan dengan perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana
diatur dalam Bab XIII KUH Perdata. Pengaturan ini juga selaras dengan
pendapat Prof. Subekti, dimana beliau menyatakan bahwa semua pemberian
kredit pada hakekatnya merupakan perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana
diatur dalam Pasal 1754 sampai dengan 1769 KUH Perdata.24
Pada dasarnya, para pihak diberi kebebasan untuk menentukan isi dari
perjanjian selama tidak bertentangan dengan undang-undang, kepatutan,
ketertiban umum, dan kesusilaan (Asas Kebebasan Berkontrak), selama telah
disepakati oleh masing-masing pihak yang terlibat didalamnya. Tetapi karena
pihak bank mengemban resiko tinggi dalam melakukan perikatan tersebut,
maka pihak bank dituntut untuk lebih berhati-hati dalam memberikan kredit
kepada nasabah. Sebagaimana penerapan Prinsip Kehati-hatian (Prudential
Principle) dalam dunia perbankan. Salah satunya adalah dengan menerapkan
konsep yang terdapat dalam The Five C‟s Principle selama menjalankan
kegiatan pemberian kredit, yaitu Character (Watak), Collateral (Jaminan) ,
Capital (Modal), Capacity (Kemampuan), dan Condition of Economy
23
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], loc.cit., ps. 1338 ayat (1).
24
Subekti, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit menurut Hukum Indonesia, cet. ke-5,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), hlm. 3.
Universitas Indonesia
25
HR Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, (Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti,2005) hlm. 193-196.
Universitas Indonesia
agunan.
6. Klausul asuransi (insurance clause). Klausul ini memberikan
perlindungan terhadap barang agunan yang dijadikan jaminan
oleh Debitor. Segala kerusakan dan kelalaian merupakan
tanggung jawab si Debitor.
7. Klausul mengenai tindakan yang dilarang oleh bank (negative
clause).
8. Trigger clause atau Opeisbaar Clause. Klausul ini mengatur hak
bank untuk mengakhiri perjanjian kredit secara sepihak walaupun
jangka waktu perjanjian kredit tersebut belum berakhir. Klausul
ini memuat hal-hal mengenai hilangnya kewenangan bertindak
atau kehilangan hak bagi Debitor untuk mengatur harta
kekayaannya, barang jaminan serta kelalaian Debitor untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan dalam perjanjian
kredit/pengakuan utang, sehingga Debitor harus membayar secara
seketika dan sekaligus lunas.
9. Klausul mengenai denda (penalty clause). Klausul ini berisi
tentang jumlah denda yang wajib dibayarkan oleh si Debitor
apabila terjadi keterlambatan pembayaran bunga kredit setiap
bulannya.
10. Expence Clause. Klausul ini mengatur mengenai beban biaya dan
ongkos yang timbul sebagai akibat pemberian kredit, yang
biasanya dibebankan kepada Debitor antara lain biaya pengikatan
jaminan, pembuatan akta dan penagihan kredit.
11. Debet Authorization Clause. Klausul ini berisi pendebetan
rekening pinjaman Debitor haruslah dengan seizin Debitor.
Bahwa yang mempunyai hak untuk mendebet adalah Debitor
sendiri atau yang telah diberi kuasa oleh Debitor yang melalui
persetujuan dari bank dengan memakai lampiran surat kuasa.
12. Representation and Warranties. Klausul ini berisi pernyataan-
pernyataan hal tertentu nasabah debitor mengenai fakta-fakta
yang menyangkut status hukum, keadaan keuangan, dan harta
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
merupakan faktor penting dalam setiap pemberian kredit, hal tersebut ditujukkan
untuk memberi keyakinan kepada kreditor bahwa debitor akan mengembalikan
pinjamannya. Menurut Sutan Remy Sjahdeini, ada dua asas penting mengenai
jaminan. Yaitu:31
2) Aturan main yang menentukan cara membagi aset debitor kepada para
kreditor, apabila ada penjualan aset debitor yang dijual untuk menutupi
utang-utangnya. Aturan tersebut tercantum dalam Pasal 1132 KUH
31
Sjahdeini, op. cit., hlm. 3-5.
32
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], loc. cit., ps. 1131.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Selain yang disebutkan diatas, kreditor pemegang jaminan juga diatur dalam
Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (“UUHT”) dan
Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Fidusia (“UUJF”). Dalam hal ini,
kreditor separatis merupakan kreditor pemegang jaminan kebendaan, baik Gadai,
Hipotek, Hak Tanggungan, maupun Fidusia. Hukum jaminan mengenal istilah
kreditor separatis, dikatakan separatis yang berkonotasi "pemisahan" karena
kedudukan kreditor tersebut terpisahkan dari kreditor lainnya, dalam arti kreditor
dapat menjual sendiri dan mengambil sendiri dari hasil penjualan, yang terpisah
dengan harta pailit umumnya.36
Dalam hukum kepailitan, kreditor separatis diberikan kesempatan untuk
melakukan parate eksekusi (parate executie), dimana kreditor dapat melakukan
penjualan atas objek jaminan seolah-olah tidak terjadi kepailitan37, untuk
dijadikan sebagai pelunasan utang si debitor. Sejalan dengan peraturan tersebut,
Setiawan juga mengemukakan pendapatnya mengenai hak separatis dalam
kepailitan:38
Tindakan parate eksekusi dilakukan bagi kreditor yang tidak ingin pelunasan
utangnya tercampur dalam bundel pailit, sehingga memutuskan untuk
mengeksekusi objek secara mandiri dan terpisah dari proses kepailitan. Parate
eksekusi memberikan hak kepada kreditor untuk menjual objek jaminan yang
dijaminkan oleh debitor. Parate eksekusi juga disinggung secara implisit oleh
Sastrawidjaja, dalam pendapatnya mengenai kreditor separatis:39
36
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, (Bina Ilmu
Surabaya, 1990), hlm. 99.
37
Indonesia (1), loc. cit., ps. 15 ayat (1).
38
Setiawan, Hak Tanggungan dan Masalah Eksekusinya, Varia Peradilan, (Majalah Hukum
Tahun XI Nomor 131, Agustus 1996), hlm. 145.
39
Man S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
(Bandung: Alumni, 2006), hlm. 127.
Universitas Indonesia
40
Indonesia (1), loc. cit., ps. 56 ayat (1).
41
Indonesia (1), loc. cit., ps. 246.
Universitas Indonesia
d. Hipotik Kapal (Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 KUH Perdata);
e. Resi Gudang (Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem
Resi Gudang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2011).
42
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], loc. cit., ps. 1134.
Universitas Indonesia
43
Asikin, op. cit., hlm. 22-23.
44
Seung-Hyun Lee, Mike W. Peng, dan Jay B. Barney, Bankruptcy Law and
Entrepreneurship Development: A Real Options Perspective, (The Academy of Management
Review, Vol. 32, No. 1 (Jan., 2007)), hlm. 262.
Universitas Indonesia
45
Manahan M.P. Sitompul, Penyelesaian Sengketa Utang-Piutang Perusahaan Dengan
Perdamaian Di Dalam Atau Di Luar Proses Kepailitan (Studi Mengenai Lembaga Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang), (Medan: Disertasi Doktor Universitas Sumatera Utara, 2009),
hlm. 260.
Universitas Indonesia
46
Louis Edward Vital, The Early History of Bankruptcy Law, (University of Pennsylvania
Law Review 66, 1918), hlm. 223.
47
Sunarmi, Hukum Kepailitan: Edisi 2, (Jakarta: PT. Sofmedia, 2010), hlm. 18.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
50
Sastrawidjaja, op. cit., hlm. 203.
51
Subianta Mandala, Meeting Report: Indonesian Bankruptcy Law: An Update, (Beijing
China: Fifth Forum for Asian Insolvency Reform (FAIR), 27-28 April 2006), hlm. 1.
Universitas Indonesia
1. Asas Keseimbangan
Undang-Undang ini mengatur beberapa ketentuan yang
merupakan perwujudan dari asas keseimbangan, yaitu di satu
pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya
penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh Debitor
yang tidak jujur, di lain pihak, terdapat ketentuan yang dapat
mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga
kepailitan oleh Kreditor yang tidak beritikad baik.
2. Asas Kelangsungan Usaha
Dalam Undang-Undang ini, terdapat ketentuan yang
memungkinkan perusahaan Debitor yang prospektif tetap
dilangsungkan.
3. Asas Keadilan
Dalam kepailitan asas keadilan mengandung pengertian,
bahwa ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa
keadilan bagi para pihak yang berkepentingan. Asas keadilan
ini untuk mencegah terjadinya Kesewenang-wenangan pihak
penagih yang mengusahakan pembayaran atas tagihan
masing-masing terhadap Debitor, dengan tidak
mempedulikan Kreditor lainnya.
4. Asas Integrasi
Asas Integrasi dalam Undang-Undang ini mengandung
pengertian bahwa sistem hukum formil dan hukum
materiilnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem
hukum perdata dan hukum acara perdata nasional.
Selain asas-asas diatas, seyogyanya suatu Undang-Undang Kepailitan
52
Indonesia (1), loc. cit., penjelasan umum paragraf 17.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
54
Suyatno, op. cit. hlm. 50.
55
Kartini Mulyadi, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Serta Dampak Hukumnya,
Makalah (dibawakan dalam Lokakarya tentang Peraturan Kepailitan, diselenggarakan oleh
Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia Daerah Khusus Jakarta bekerja sama dengan Direktorat
Jenderal Hukum dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman Republik Indonesia) tanggal
24 Oktober 1998, hlm. 1.
Universitas Indonesia
56
Indonesia (1), loc. cit., ps. 222 ayat (1) dan (2).
Universitas Indonesia
yang dapat ditagih adalah utang yang belum tentu sudah jatuh
waktu, tetapi dapat ditagih dikemudian hari karena dimungkingkan
terjadinya wanprestasi sebagaimana telah ditentukan sebelumnya
dalam perjanjian.
1. PKPU Sementara
PKPU ini dijatuhkan pertama kali setelah adanya pengajuan
permohonan oleh pemohon, dan putusan ini harus langsung
diberikan oleh hakim apabila syarat PKPU sudah terpenuhi.
Apabila permohonan diajukan oleh debitor, maka pengadilan harus
segera menetapkan PKPU dengan jangka waktu paling lambat 3
(tiga) hari setelah didaftarkannya permohonan.57 Sedangkan dalam
hal pihak kreditor yang mengajukan permohonan PKPU, maka
pengadilan harus mengabulkan PKPU Sementara paling lambat 20
(dua puluh) hari setelah permohonan didaftarkan. PKPU
Sementara berlangsung sampai sidang permusyawaratan pertama
dilaksanakan58, dengan batas waktu paling lama 45 (empat puluh
lima) hari, sebelum adanya putusan PKPU Tetap.59
Selama PKPU Sementara, debitor diminta untuk menyusun
rencana perdamaian atau proposal perdamaian (apabila dalam
permohonan tidak dilampirkan) atau langsung dapat mengambil
suara (voting) untuk menentukan persetujuan pemberian PKPU
Tetap (apabila debitor sudah melampirkan rencana perdamaian
pada saat permohonan PKPU). PKPU sementara dapat berakhir
apabila; tidak tercapainya perdamaian diantara para pihak, tidak
57
Indonesia (1), loc. cit., ps. 225 ayat (2).
58
Indonesia (1), loc. cit., ps. 225 ayat (3).
59
Indonesia (1), loc. cit., ps. 225 ayat (4).
Universitas Indonesia
2. PKPU Tetap
PKPU ini diberikan setelah adanya persetujuan dari kreditor
untuk menentukkan PKPU Sementara menjadi PKPU Tetap.
Jangka waktu pelaksanaan dan termasuk perpanjangannya paling
lambat selama 270 (dua ratus tujuh puluh) hari sejak
diputuskannya PKPU Sementara.62 Debitor dan kreditor diberikan
kesempatan untuk melakukan pembahasan terkait dengan rencana
perdamaian yang telah diajukan, dengan bantuan pengurus PKPU
yang sudah ditunjuk oleh pengadilan. Apabila PKPU Tetap
berakhir, maka debitor secara otomatis dinyatakan pailit.
1) Debitor
Menurut Pasal 1 angka 3 UUK-PKPU, yang disebut dengan debitor
adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-
undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan. 63
Debitor merupakan subjek hukum, yang terdiri dari orang
perseorangan pribadi (naturlijk persoon) dan badan hukum (rechts
persoon).
2) Kreditor
Pasal 1 angka 2 UUK-PKPU memberikan definisi mengenai kreditor.
Dalam pasal tersebut, kreditor didefinisikan sebagai orang yang
60
Indonesia (1), loc. cit., ps. 228 ayat (5).
61
Indonesia (1), loc. cit., ps. 225 ayat (5).
62
Indonesia (1), loc. cit., ps. 228 ayat (6).
63
Indonesia (1), loc. cit., ps. 1 angka 3.
Universitas Indonesia
3) Pengurus PKPU
Pihak yang diangkat oleh Pengadilan Niaga untuk melakukan
kepengurusan bersama-sama dengan debitor selama proses PKPU
berlangsung, Pengurus berwenang untuk menentukkan kegiatan usaha
debitor yang mempengaruhi harta kekayaan si debitor. Pengurus yang
ditunjuk dapat terdiri dari 1 (satu) orang atau berupa tim pengurus
(lebih dari 1 (satu)).65 Pengurus juga memastikan agar PKPU dapat
berjalan dengan baik, dan masing-masing kreditor mendapatkan hak-
hak mereka serta pelunasan utang seimbang dengan tagihan-
tagihannya. Pengurus PKPU yang diangkat tidak boleh memiliki
benturan kepentingan dan independen.66 Yang dapat diangkat menjadi
pengurus adalah orang perseorangan yang berdomisili di wilayah
Negara Republik Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang
dibutuhkan dalam rangka mengurus harta Debitor; dan terdaftar pada
kementerian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
hukum dan peraturan perundang-undangan.67
4) Hakim Pengawas
Merupakan hakim yang diangkat oleh Pengadilan Niaga untuk
64
Indonesia (1), loc. cit., ps. 1 angka 2.
65
Indonesia (1), loc. cit., ps. 225 ayat (2).
66
Indonesia (1), loc. cit., ps. 234 ayat (1).
67
Indonesia (1), loc. cit., ps. 234 ayat (2).
Universitas Indonesia
5) Advokat
Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di
dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini.70 Advokat memberikan
suatu jasa berupa konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan
kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan
hukum lain untuk kepentingan klien.71 Dalam perkara PKPU, advokat
berperan dalam membantu penyampaian permohonan yang diajukan
oleh para pihak. Advokat yang telah ditunjuk dan diangkat,
berkewajiban untuk mendampingi debitor selama proses PKPU
berlangsung.
6) Pengadilan Niaga
Pengadilan yang berikan wewenang untuk mengadili perkara PKPU
adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum.72
Selanjutnya UUK-PKPU mengatur mengenai pengadilan mana yang
berwenang untuk mengadili suatu perkara PKPU (kompetensi relatif),
seperti berikut:73
68
Indonesia (1), loc. cit., ps. 225 ayat (2).
69
Indonesia (1), loc. cit., ps. 65.
70
Indonesia (2), Undang-undang tentang Advokat, UU No. 18 Tahun 2003, LN No. 49
Tahun 2003, TLN No. 4288, ps. 1 angka 1.
71
Indonesia (2), loc. cit., ps. 1 angka 2.
72
Indonesia (1), loc. cit., ps. 1 angka 7.
73
Indonesia (1), loc. cit., ps. 3 ayat (1).
Universitas Indonesia
74
Indonesia (1), loc. cit., ps. 223.
Universitas Indonesia
75
Indonesia (1), loc. cit., ps. 224 ayat (1).
76
Indonesia (1), loc. cit., ps. 224 ayat (6) jo. ps. 6 ayat (4).
77
Indonesia (1), loc. cit., ps. 3 ayat (1).
78
Indonesia (1), loc. cit., ps. 3 ayat (2), (3), (4), (5).
79
Indonesia (1), loc. cit., ps. 229 ayat (3).
Universitas Indonesia
80
Indonesia (1), loc. cit., ps. 225 ayat (2).
81
Indonesia (1), loc. cit., ps. 224 ayat (6) jo. ps. 6 ayat (5).
82
Indonesia (1), loc. cit., ps. 225 ayat (5).
83
Indonesia (1), loc. cit., ps. 225 ayat (5).
Universitas Indonesia
84
Indonesia (1), loc. cit., ps. 226 ayat (1).
85
Indonesia (1), loc. cit., ps. 268.
86
Indonesia (1), loc. cit., ps. 270 ayat (1).
87
Indonesia (1), loc. cit., ps. 227.
88
Indonesia (1), loc. cit., ps. 225 ayat (4).
89
Indonesia (1), loc. cit., ps. 271.
Universitas Indonesia
90
Indonesia (1), loc. cit., ps. 265.
91
Indonesia (1), loc. cit., ps. 228 ayat (3).
92
Indonesia (1), loc. cit., ps. 228 ayat (4).
93
Indonesia (1), loc. cit., ps. 229 ayat (1).
Universitas Indonesia
94
Indonesia (1), loc. cit., ps. 278 ayat (1) jo. ps. 238 ayat (1).
95
Indonesia (1), loc. cit., ps. 240 ayat (1).
96
Indonesia (1), loc. cit., ps. 281 ayat (1).
Universitas Indonesia
97
Indonesia (1), loc. cit., ps. 285 ayat (2).
98
Indonesia (1), loc. cit., ps. 288.
99
Indonesia (1), loc. cit., ps. 286.
Universitas Indonesia
perdamaian.100
Selain karena disahkannya perdamaian, maka proses PKPU juga dapat
berakhir apabila:
100
Indonesia (1), loc. cit., ps. 267.
101
Indonesia (1), loc. cit., ps. 230 ayat (1).
102
Indonesia (1), loc. cit., ps. 255 ayat (1).
Universitas Indonesia
103
Sjahdeini, op. cit., hlm. 329.
104
Indonesia (1), loc. cit., ps. 229 ayat (1) dan ps. 281 ayat (1).
105
Indonesia (3), Peraturan Pemerintah tentang Penghitungan Jumlah Hak Suara Kreditor, PP
No. 10 Tahun 2005, LN No.27 Tahun 2005, TLN No. 4484, ps. 2.
Universitas Indonesia
kreditor didasarkan pada jumlah piutang atau besaran tagihan yang dimiliki
masing-masing kreditor. Selanjutnya diatur rincian masing-masing satu suara
kreditor, seperti berikut:106
106
Indonesia (3), loc. cit., ps. 3.
107
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hlm. 35.
Universitas Indonesia
terlibat didalamnya. Dari berbagai dampak yang diberikan, maka sub-bab ini akan
membahas secara khusus mengenai akibat hukum yang dianggap memberikan
pengaruh terhadap kedudukan kreditor dalam proses PKPU.
Pertama, debitor dalam menjalankan kegiatan pengurusan atau pemindahan
hak yang berkaitan dengan hartanya maka harus berdasarkan persetujuan yang
diberikan oleh Pengurus PKPU yang telah ditunjuk oleh pengadilan niaga dan di
bawah pengawasan hakim pengawas.108 Ketentuan tersebut memberikan batasan
ruang gerak debitor terhadap harta kekayaannya, sehingga debitor tidak memiliki
kekuasaan secara mutlak. Tindakan debitor yang dilakukan tanpa persetujuan atau
sepengetahuan pengurus tersebut, tidak akan memberikan dampak pada hartanya.
Atau dengan kata lain, tindakan tersebut tidak memiliki akibat hukumnya dan
dianggap tidak pernah terjadi. Namun, tindakan terhadap harta tersebut dapat
memiliki akibat hukum, apabila pengurus PKPU bersangkutan telah menyetujui
tindakan tersebut. Pertimbangan yang diambil oleh pengurus tersebut didasari
oleh perhitungan dampak yang dihasilkan terhadap harta debitor, apakah
merugikan atau menguntungkan bagi debitor. Jika menguntungkan, maka
tindakan tersebut dapat dibebankan kepada harta debitor.109
Perjanjian pinjaman dengan pihak ketiga oleh debitor juga diatur secara
limitatif oleh UUK-PKPU. Debitor hanya dapat melakukan perjanjian pinjaman
kepada pihak ketiga apabila mendapat persetujuan pengurus.110 Dan apabila
dibutuhkan adanya jaminan dalam mengikatkan perjanjian pinjaman tersebut,
maka harus mendapatkan persetujuan dari Hakim Pengawas111, dan merupakan
harta kekayaan debitor yang belum dibebankan sebagai jaminan utang.112 Oleh
karena itu, pengurus atau tim pengurus memiliki peran yang penting dalam
menjalankan proses PKPU, dengan melakukan upaya dengan semaksimal
mungkin agar kegiatan usaha debitor dapat terus berjalan dan meminimalisir
hambatan-hambatan selama proses berlangsung. Dalam hal ini, pengurus PKPU
108
Indonesia (1), loc. cit., ps. 240 ayat (1).
109
Indonesia (1), loc. cit., ps. 240 ayat (3).
110
Indonesia (1), loc. cit., ps. 240 ayat (4).
111
Indonesia (1), loc. cit., ps. 240 ayat (5).
112
Indonesia (1), loc. cit., ps. 240 ayat (6).
Universitas Indonesia
mengawasi menentukan segala hal terkait harta debitor, untuk menjaga agar tidak
terjadi kerugian selama proses PKPU berlangsung.
Pengaturan tersebut sangatlah berbeda dengan proses kepailitan. Dalam
kepailitan, debitor menjadi tidak cakap dalam melakukan aktivitas yang berkaitan
dengan harta pailit. Hal ini dikarenakan, setiap harta debitor yang sudah masuk ke
dalam bundel pailit berada di bawah kuasa kurator. Atau seperti yang
dikemukakan oleh Retno Wulan Sutantio:113
113
Retno Wulan Sutantio, Suatu Tinjauan Terhadap Beberapa Yurisprudensi Mengenai
Kepailitan, (Jakarta: BPHN-Dep.Keh, 1991), hlm. 5.
114
Bernadette Waluyo, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
cet. I, (Bandung: Penerbit Bandar Maju, 1999), hlm. 85.
115
Indonesia (1), loc. cit., ps. 242.
Universitas Indonesia
dalam Pasal 245 dan semua tindakan eksekusi yang telah dimulai
untuk memperoleh pelunasan utang, harus ditangguhkan.”
Dengan demikian, tindakan parate eksekusi atau parate executie yaitu hak kreditor
untuk melakukan eksekusi dengan kekuasaannya sendiri secara langsung atas
objek jaminan, harus ditangguhkan. Keadaan ini berlangsung baik selama PKPU
Sementara maupun selama PKPU Tetap.116
Penangguhan tersebut berlangsung sampai dengan proses PKPU berakhir,
atau maksimal selama 270 (dua ratus tujuh puluh) hari. Tujuannya adalah untuk
memaksimalkan harta debitor, sehingga dapat dilaksanakan proses pelunasan
utang debitor secara maksimal. Adanya penangguhan telah menunjukkan adanya
asas keadaan diam (standstill atau stay) selama proses PKPU berlangsung. Hal
tersebut dilakukan agar proses PKPU dapat berjalan secara efektif, dan mencegah
terjadinya peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian kepada kreditor maupun
debitor.
Ketiga, debitor tidak dapat dipaksa untuk membayar utang-utangnya selama
proses PKPU berlangsung, sebagaimana diatur dalam Pasal 245 UUK-PKPU:117
Hal ini juga dikarenakan, berlakunya asas keadaan diam (stay) semenjak putusan
PKPU sementara ditetapkan sampai dengan proses PKPU berakhir. Selama proses
PKPU berlangsung, debitor hanya diperbolehkan melakukan pembayaran
terhadap seluruh utang-utangnya kepada semua kreditornya tanpa terkecuali.118
Debitor tidak dapat dipaksakan untuk membayar sebagian utangnya kepada salah
satu atau sebagian kreditor.
Keempat, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 229 ayat (3) UUK-PKPU
116
Sjahdeini, op. cit., hal. 358.
117
Indonesia (1), loc. cit., ps. 245.
118
Indonesia (1), loc. cit., ps. 242 ayat (1) jo. ps. 245.
Universitas Indonesia
seperti berikut:119
119
Indonesia (1), loc. cit., ps. 229 ayat (3).
120
American Bankruptcy Institute, What Every Unsecured Creditor Should Know About
Chapter 11, Chapter 11 - “101”, (American Bankruptcy Institute Journal: Issues and Information
for the Insolvency Professional), hlm. 3. Reprinted with permission from the ABI Journal, Vol.
Universitas Indonesia
Seperti yang dikutip dari jurnal yang dibuat oleh The American
Bankruptcy Institute tersebut, maka kreditor konkuren dapat melakukan
pengawasan dengan meminta opini secara rutin terkait kegiatan kredit
terhadap debitor yang memberikan pengaruh besar terhadap pendapatan
perusahaan. Tindakan ini dilakukan agar perusahaan mengetahui risiko
yang mungkin akan terjadi apabila debitor mengajukan pailit.
Dengan langkah preventif diatas, maka kreditor itu sendiri diharapkan dapat
mengurangi kerugian apabila debitor dikemudian hari dinyatakan pailit atau
PKPU. Selain langkah preventif diatas, selanjutnya UUK-PKPU telah
memberikan perlindungan hukum terhadap kreditor konkuren dengan
menyetarakan kedudukan antara kreditor konkuren dengan kreditor separatis.
Dalam Pasal 222 ayat (2) UUK-PKPU, yang dimaksud sebagai kreditor
adalah baik kreditor konkuren maupun kreditor yang didahulukan.122 Pada
dasarnya kedudukan para kreditor adalah sama (prinsip paritas creditorium).
Tetapi asas tersebut memiliki pengecualiannya, yaitu tidak berlaku terhadap
121
American Bankruptcy Institute, loc. cit.
122
Sjahdeini, op. cit., hlm. 327.
Universitas Indonesia
123
Fred B.G. Tumbuan, “Pokok – pokok Undang – undang Tentang Kepailitan sebagaimana
diubah oleh PERPU No. 1/1998” dalam Penyelesaian Utang – Piutang melalui Kepailitan atau
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Rudhy A. Lontoh, Ed. (Bandung: Alumni, 2001), hlm.
128. Dalam Artikel Royke A. Taroreh, Hak Kreditor Separatis dalam Mengeksekusi Benda
Jaminan Oleh Debitor Pailit, (Vol.II/No.2/Januari-Maret /2014 Edisi Khusus), hlm. 106.
124
Indonesia (1), loc. cit., ps. 55 ayat (1).
125
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], loc.cit., ps. 1132.
Universitas Indonesia
Shubhan, kreditur yang memiliki piutang yang lebih besar, akan mendapatkan
porsi pembayaran piutang lebih besar dari pada yang memiliki piutang lebih kecil,
bukan dengan cara sama rata.126 Hal ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya,
setiap utang harus selalu dibayarkan, walaupun pembayaran tidak dilakukan
secara penuh.
Keuntungan dari kreditor separatis adalah memiliki hak untuk
mengeksekusi objek jaminan di luar kepailitan (parate executie). Pengertian
eksekusi itu sendiri adalah pelaksanaan putusan pengadilan (dalam arti sempit),
atau pelaksanaan pemenuhan hak berdasarkan putusan pengadilan serta
pelaksanaan pemenuhan hak berdasarkan title eksekutorial (dalam arti luas).
Karena adanya parate eksekusi, kreditor separatis diberikan kedudukan yang lebih
dibandingkan dengan kreditor lainnya. Hal ini dikarenakan, objek jaminan
tersebut dapat di eksekusi di luar kepailitan dan terpisah dari bundel pailit. Parate
eksekusi merupakan hak yang melekat pada setiap kreditor separatis, oleh karena
itu pelaksanaannya dapat selalu dijalankan selama memenuhi syarat titel
eksekutorial.
Dalam Kepailitan, terdapat pengecualian terhadap tindakan parate eksekusi.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 56 ayat (1) UUK-PKPU:127
126
M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, cetakan ke-1, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 148.
127
Indonesia (1), loc. cit., ps. 56 ayat (1).
Universitas Indonesia
tersebut128, sebagai akibat hukum dari proses PKPU. Jangka waktu penangguhan
tersebut adalah selama proses PKPU berlangsung dan/atau maksimal selama 270
(dua ratus tujuh puluh) hari, atau dengan kata lain, selama proses PKPU
berlangsung. Hal tersebut diatur dalam Pasal 246 UUK-PKPU, yang menyebutkan
bahwa:129
“Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, Pasal 57, dan
Pasal 58 berlaku mutati mutandis terhadap pelaksanaan hak Kreditor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1) dan Kreditor yang
diistimewakan, dengan ketentuan bahwa penangguhan berlaku selama
berlangsungnya penundaan kewajiban pembayaran utang.”
Sekalipun kreditor separatis dapat mengeksekusi hak atas jaminannya secara
tersendiri, namun kreditor separatis tetap tunduk kepada ketentuan mengenai
penangguhan eksekusi, yang berlaku demi hukum selama 270 (dua ratus tujuh
puluh) hari sejak putusan PKPU Sementara ditetapkan. Dengan kata lain, jangka
waktu penangguhan ini dilakukan mulai saat penetapan PKPU Sementara, PKPU
Tetap, dan sampai dengan jangka waktu PKPU berakhir.
Selanjutnya Pasal 244 ayat (1) UUK-PKPU, mengatur mengenai kedudukan
dari tagihan-tagihan kreditor separatis dan kreditor preferen terkait dengan
penangguhan tersebut. Pasal 244 ayat (1) menyebutkan bahwa, dengan tetap
memperhatikan ketentuan yang dicantumkan dalam Pasal 246 UUK-PKPU,
PKPU tidak berlaku terhadap:130
a. tagihan yang dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak
tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya;
b. tagihan biaya pemeliharaan, pengawasan, atau pendidikan yang
sudah harus dibayar dan Hakim Pengawas harus menentukan
jumlah tagihan yang sudah ada dan belum dibayar sebelum
penundaan kewajiban pembayaran utang yang bukan merupakan
tagihan dengan hak untuk diistimewakan; dan
c. tagihan yang diistimewakan terhadap benda tertentu milik Debitor
maupun terhadap seluruh harta Debitor yang tidak tercakup pada
ayat (1) huruf b.
Pasal 244 UUK-PKPU harus dimaknai sebagai pendukung adanya
128
Indonesia (1), loc. cit., ps. 242 ayat (1).
129
Indonesia (1), loc. cit., ps. 246.
130
Indonesia (1), loc. cit., ps. 244.
Universitas Indonesia
131
Sjahdeini, op. cit., hlm. 359.
132
M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan, cetakan
ke-2, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.27.
133
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001), hlm. 61.
Universitas Indonesia
134
Sjahdeini, op. cit., hlm. 29-31.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
135
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 67/Pdt.Sus-
PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst.tertanggal 23 Oktober 2013.
136
Kontan, Gagal Jalani PKPU, akhirnya Benangsari Pailit,
http://nasional.kontan.co.id/news/gagal-jalani-pkpu-akhirnya-benangsari-pailit, diunduh pada 18
Juni 2015, jam 08.49 WIB.
60
Universitas Indonesia
semakin menumpuk.
Akhirnya pada tanggal 21 Oktober 2013, PT. Benangsari Indahktexindo
mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan
Register Nomor: 67/PKPU/2013/PN.NIAGA.JKT.PST. Dengan amar putusan
seperti berikut:137
Universitas Indonesia
JENIS BUKTI
NO. KREDITOR JUMLAH TAGIHAN
TAGIHAN TAGIHAN
Pajak
Pertambaha
Kantor
1. n Nilai
Pelayanan Pajak Preferen Rp. 712.618.281
(PPN) dan
Pratama Subang
Pajak Bumi
Bangunan
138
Data olahan Penulis, berdasarkan “Daftar Voting Rencana Perdamaian PT. Benangsari
Indahtexindo (Dalam PKPU)” dan “Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat No. 67/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tertanggal 18 Juli 2014”.
Universitas Indonesia
(PBB)
PT. Bank Separatis KMK I Rp. 473.851.202.872,92
2. Mandiri (PF), KMK
(Persero), Tbk. Konkuren II, dan KI Rp. 654.516.134.897,67
Inv. (0543,
0649, 0712,
0672, 0671,
0688, 0687,
0016, 0022,
3. Gansa Altexindo Konkuren 0062, 0169) Rp. 87.632.223
dan FP.
(371, 372,
609, 6939,
136, 7601,
7602, 7814)
FP. (1637,
PT. Protechma 1073, 1013,
5. Konkuren Rp. 111.409.168
Indonesia 1145, 1389,
1496, 422)
Surat
PT. Tanjung Tagihan
6. Konkuren Rp. 220.128.400
Anom Sejati (Pembelian
Mesin)
Aryanti Artisari,
7. Konkuren Kwi. 00173 Rp.10.000.000
SH, M.Kn.
Universitas Indonesia
Indonesia Tagihan
Kwi. (276,
277, 304,
305, 306,
307, 308,
309,
PT. Karyamulya
9. Konkuren 2013344, Rp. 64.059.006
Teknindo
2013355)
(Biaya
sparepart
dan
supplies)
Fk. (0147,
0188, 0189,
10. PD. Surya Jaya Konkuren 0190, 0191) Rp. 36.536.500
(Pembelian
supplies)
Invoice.
12/10/2013
12. Inti Mekar Konkuren tanggal 12 Rp. 3.950.000
Oktober
2013
Surat
Tagihan
PD. Hasil
13. Konkuren (Biaya Rp. 13.680.000
Lestari
supplies dan
sparepart)
Universitas Indonesia
Surat
PT. Klinik Tagihan
14. Konkuren Rp. 130.698.000
Indosehat 2003 (Biaya jasa
kesehatan)
Semua tagihan diatas yang diajukan oleh Kreditor telah diakui oleh Debitor.
Lalu kemudian dilakukan pemanggilan para Kreditor untuk hadir dalam semua
rapat-rapat kreditor di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Lt.
III, Jl. Gadjah Mada No. 17, Jakarta Pusat. Rapat-rapat kreditur, diadakan pada:
Universitas Indonesia
yang menjadi kekhawatiran debitor adalah jika Bank of India akan meminta
pelunasan utang dengan segera. Akhirnya para kreditor menyetujui secara
aklamasi (pada tanggal 3 Februari 2014) atas permohonan perpanjangan PKPU
Tetap yang diajukan debitor, dan akhirnya PKPU Tetap ini diperpanjang selama
45 (empat puluh lima) hari (terhitung tanggal 5 Februari 2014).
Selanjutnya pada tanggal 20 Maret 2014, diadakan Rapat Kreditor yang
membahas mengenai progres yang telah dicapai debitor terkait dengan Proposal
Perdamaian melalui Surat No. 018/BSI/IIII/2014 (tertanggal 14 Maret 2014). PT.
Tanjung Anom Sejati, PT. Samudra Indonesia, PT. Klinik Indosehat 2003, PD.
Hasil Lestari yang diwakili oleh Taufik Riyadi, SH (kuasa hukum para Kreditor
tersebut) sebagai kreditor konkuren telah menyetujui Proposal Perdamaian
tersebut. Namun sampai diadakannya Rapat Kreditor tersebut, Tim Pengurus
belum menerima tanggapan dari Komite pada PT. Bank Mandiri, Tbk (sebagai
kreditor separatis dan kreitor konkuren). Dimana sebelumnya, kuasa hukum
debitor telah melakukan beberapa kali pertemuan dengan PT. Bank Mandiri, Tbk
untuk membahas proposal perdamaian, yaitu pada tanggal 7 Februari 2014 dan 26
Februari 2014. Dimana keinginan PT. Bank Mandiri, Tbk telah seluruhnya
dipenuhi oleh Debitor. Oleh karena belum adanya tanggapan dari PT. Bank
Mandiri, Tbk, debitor menyampaikan permohonan perpanjangan waktu PKPU
selama 60 (enam puluh) hari, agar debitor dapat menyampaikan dokumen-
dokumen pendukung lainnya terkait Proposal Rencana Perdamaian tersebut.
Permohonan ini juga diajukan untuk memberikan debitor waktu dalam
bernegosiasi dan membuat skema penyelesaian utang dengan para kreditor,
khususnya PT. Bank Mandiri, Tbk. Sehingga pada tanggal 21 Maret 2014,
perpanjangan PKPU Tetap tersebut dikabulkan oleh Majelis Hakim.
Setelah membahas Proposal Rencana Perdamaian (Surat No.
018/BSI/IIII/2014, tertanggal 14 Maret 2014) dan melakukan perpanjangan PKPU
Tetap pada terhitung tanggal 22 Maret 2014, selanjutnya dilakukan Rapat
Pembahasan Proposal Rencana Perdamaian pada tanggal 19 Mei 2014. Dimana
sebelumnya, Tim Pengurus telah menerima persetujuan dari PT. Bank Mandiri,
Tbk melalui Surat No. 336/JTC-Mandiri/5-14. Surat persetujuan disini adalah
surat persetujuan dengan suatu syarat, dimana apabila persyaratan disanggupi
Universitas Indonesia
untuk dipenuhi semuanya, maka persetujuan akan diberikan oleh PT. Bank
Mandiri, Tbk.
Terkait dengan Surat atas Persetujuan tersebut, masih terdapat beberapa
kendala dalam penjualan 61 (enam puluh satu) bidang tanah/bangunan yang
terletak di Jl. Raya Subang KM. 8, Purwakarta. Sehingga menyebabkan
pembayaran sebagian besar initial payment kepada PT. Bank Mandiri, Tbk.
(sebagai kreditor separatis) mengalami keterlambatan dan tidak sesuai dengan
perdiksi debitor sebagaimana dimaksud dalam Proposal Rencana Perdamaian
yang telah debitor ajukan. Dan juga menyebabkan Debitor tidak dapat tepat waktu
memenuhi pembayaran initial payment sebesar USD 2.049.090,68,- kepada PT.
Bank Mandiri, Tbk, pada tanggal 16 Mei 2014. Tetapi Debitor tetap akan
membayar angsuran bulan Mei dan seterusnya terhadap pembayaran kewajiban
pokoknya, tetap akan dibayarkan oleh debitor sesuai dengan proposal rencana
perdamaian yang telah diajukan sebelumnya. Bahkan sampai tanggal 13 Mei
2014, debitor telah menyetor initial payment sebesar USD$ 300.000,- ke rekening
escrow account No. 103.000.424.2281 a.n. Credit Recovery I Group – Loan Coll.
I pada PT. Bank Mandiri, Tbk.
Terkait dengan hal tersebut, debitor telah mendapat kesepahaman dengan
PT. Bank Mandiri, Tbk dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan segala permasalahan terkait penjualan aset dan memenuhi seluruh
pembayaran initial payment. Debitor telah membuat perjanjian dengan pembeli
atas 61 (enam puluh satu) bidang tanah/bangunan yang terletak di Jl. Raya Subang
KM. 8, Purwakarta, dengan waktu untuk melakukan transaksi jual beli tanah
paling lambat 2 (dua) bulan setelah penandatanganan perjanjian sebagaimana
Surat Perjanjian untuk melakukan transaksi jual beli tanah antara Roy Sutanto
dengan Heru Alam Surja Wibowo, tertanggal 16 Mei 2014. Oleh karena itu,
debitor membutuhkan perpanjangan waktu untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut.
Dalam Rapat Pembahasan Proposal Perdamaian (Surat No.
018/BSI/IIII/2014, tertanggal 14 Maret 2014) tersebut juga disebutkan bahwa PT.
Bank Mandiri, Tbk. telah menyetujui perpanjangan PKPU Tetap selama 60 (enam
puluh) hari tetapi meminta agar Proposal Rencana Perdamaian tersebut belum
Universitas Indonesia
disepakati karena akan adanya perubahan jadwal untuk angsuran bulan Mei 2014
sebesar USD 375.000,-. Lalu Hakim Pengawas menanyakan kepada para kreditor
konkuren (yaitu kepada Kuasa Hukum PT. Tanjung Anom Sejati, Kuasa Hukum
PT. Samudera Indonesia, Kuasa Hukum Klinik Indosehat 2003, Kuasa Hukum
PD. Hasil Lestari) mengenai persetujuan perpanjangan PKPU Tetap selama 60
(enam puluh) hari, dan ditanggapi dengan adanya persetujuan dari para kreditor
konkuren tersebut. Oleh karena perpanjangan selama 60 (enam puluh) hari jatuh
pada hari Sabtu, maka Hakim Pengawas menyepakati bahwa perpanjangan PKPU
Tetap menjadi selama 59 (lima puluh sembilan) hari yang jatuh pada hari Jumat
(18 Juli 2014). Setelah diikuti dengan persetujuan kreditor konkuren terhadap
perpanjangan selama 59 (lima puluh sembilan) hari tersebut. Akhirnya ditetapkan
perpanjangan PKPU Tetap selama 59 (lima puluh sembilan) hari terhitung sejak
tanggal 21 Mei 2014.
Secara keseluruhan, debitor telah mengajukan Proposal Rencana Perdamaian
pada tanggal 25 November 2013, tanggal 6 Januari, tanggal 24 Januari, tanggal 24
Februari 2014, dan tanggal 14 Maret 2014. Setelah melaksanakan beberapa kali
rapat kreditor dan melakukan beberapa kali perubahan rencana perdamaian, pada
tanggal 14 Mei 2014 diajukan rencana perdamaian yang terakhir oleh debitor.
Dengan adanya perubahan tersebut, Hakim Pengawas mengadakan dan memimpin
Rapat Pembahasan Perdamaian pada tanggal 17 Juli 2014 yang diikuti dengan
pemungutan suara (voting) terkait Proposal Rencana Perdamaian. Hasil
pemungutan suara terkait dengan Rencana Perdamaian yang diajukan oleh Debitor,
adalah sebagai berikut:139
a. Kreditor konkuren yang menolak = 1 kreditor konkuren dengan jumlah
tagihan sebesar Rp. 654.516.134.897,67,- (atau sama dengan 99.94%)
b. Kreditor separatis yang menolak = 1 kreditor dengan jumlah tagihan
sebesar Rp. 473.851.202.872,92,- (atau sama dengan 100%)
Rapat Pembahasan Perdamaian tersebut dihadiri oleh debitor dan 6 (enam)
kreditor (kreditor preferen (Kantor Pelayanan Pajak Pratama Subang), kreditor
separatis (PT. Bank Mandiri, Tbk), kreditor konkuren (PT. Bank Mandiri, Tbk,
139
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, “Putusan No.
67/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tertanggal 18 Juli 2014”, hlm. 7.
Universitas Indonesia
PT. Tanjung Anom Sejati, PT. Samudra Indonesia, PD. Hasil Lestari, PT. Klinik
Indosehat 2003) dimana perolehan hasilnya adalah penolakan Rencana
Perdamaian oleh mayoritas kreditor konkuren dan kreditor separatis, sehingga
tidak memenuhi persyaratan yang diatur dalam ketentuan Pasal 281 ayat (1) huruf
a dan b UUK-PKPU. Dengan demikian, Rencana Perdamaian yang diajukan oleh
PT. Benangsari Indahtexindo ditolak oleh para kreditor yang hadir. Berdasarkan
komposisi perhitungan suara kreditor konkuren dan kreditor separatis yang
menolak Rencana Perdamaian dengan ketentuan Pasal 281 ayat (1) UUK-PKPU,
maka debitor dinyatakan pailit dengan segala akibat hukumnya.
Menurut Arman Hanis sebagai pengurus PKPU seperti yang dikutip oleh
Noverius Laoli pada Tabloid KONTAN, para pihak belum mencapai kata sepakat
mengenai Proposal Rencana Perdamaian yang diajukan debitor karena belum
adanya jaminan pembayaran utang dari debitor kepada PT. Bank Mandiri, Tbk.140
Selanjutnya Wuwun Nafsiah dalam artikelnya menyebutkan bahwa alasan lainnya
yang menyebabkan belum tercapainya perdamaian adalah tidak sepakatnya pihak
Kreditor, yaitu PT. Bank Mandiri, Tbk terhadap waktu penyerahan jaminan dari
debitor. Dimana Kreditor menginginkan barang jaminan diserahkan setelah
adanya homologasi, sedangkan debitor meminta jaminan utang diserahkan 3 (tiga)
tahun kemudian.141 Oleh karena tidak tercapainya titik temu antara kepentingan
PT. Bank Mandiri, Tbk dengan kemampuan debitor, maka perdamaian tidak dapat
tercapai. Sehingga dalam Rapat Kreditor pada tanggal 17 Juli 2014, kreditor
konkuren dan kreditor separatis (PT. Bank Mandiri, Tbk) memutuskan untuk
menolak Proposal Rencana Perdamaian yang diajukan oleh debitor.
Menanggapi keputusan Rapat Kreditor yang diadakan pada tanggal 17 Juli
2014, maka diadakan sidang tepat satu hari setelahnya, yaitu pada tanggal 18 Juli
2014. Dalam sidang tersebut, para kreditor yang terlibat dalam PKPU maupun
Debitor pemohon PKPU telah membenarkan apa yang ada dalam laporan Tim
Pengurus maupun Hakim Pengawas. Oleh karena itu, PKPU dinyatakan telah
140
Kontan, Pengadilan perpanjang PKPU debitur Bank Mandiri,
http://nasional.kontan.co.id/news/pengadilan-perpanjang-pkpu-debitur-bank-mandiri, diunduh
pada 18 Juni 2015, jam 10.11 WIB.
141
Wuwun Nafsiah, Loc. Cit.
Universitas Indonesia
berakhir dan debitor dinyatakan PAILIT oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negei Jakarta Pusat pada tanggal 18 Juli 2014.142
3.1. Utang PT. Benangsari Indahtexindo dengan PT. Bank Mandiri, Tbk
Pada awalnya, utang debitor terhadap PT. Bank Mandiri, Tbk berasal dari
sejumlah perjanjian fasilitas kredit yang diberikan selama 4 (empat) tahun, mulai
tahun 2001-2005. Diantaranya dengan rincian seperti berikut:
a. Kredit Investasi
Perjanjian Kredit Investasi I (Refinance Pabrik Existing -30.000
Spindles) No. 4Hb.JTH/028/PK-KI/2001, Akta No. 9 tanggal 11
Juli 2001;
Perjanjian Kredit Investasi II (Refinance/Take Over ex Bank Mega-
10.000 Spindles) No. 4Hb.JTH/029/PK-KI/2001, Akta No. 10
tanggal 11 Juli 2001 di buat dihadapan Harun Kamil, SH;
Perjanjian Kredit Investasi III 12.000 Spindles (Ekspansi Tahap II
No. 4Hb.JTH/030/PK-KI/2001, Akta No. 11 tanggal 11 Juli 2001;
Perjanjian Kredit Investasi IV 30.000 Spindles (Ekspansi Tahap III)
No. KP.COD/014/PK-KI.VA/2002.
b. Kredit Modal Kerja (KMK) I
Perjanjian Kredit Modal Kerja Eks Post Financing yang dibuat
dibawah tangan dan ditanda tangani diatas kertas bermaterai cukup
No. KP-COD/026/PK-KMK/VA/2004 tanggal 30 Desember 2004;
Perjanjian Kredit Modal Kerja Eks Post Financing yang dibuat
dibawah tangan dan ditanda tangani diatas kertas bermaterai cukup
No. KP-COD/014/PK-KMK/VA/2005 tanggal 14 Maret 2005;
Perjanjian Kredit Modal Kerja Eks Post Financing No. KP-
COD/026/PK-KMK/VA/2005, Akta No. 84 tanggal 15 Agustus
2005.
c. Kredit Modal Kerja (KMK) II
Perjanjian Kredit Modal Kerja No : KP.COD/012/PK-
142
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, “Putusan No.
67/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tertanggal 18 Juli 2014”, hlm. 8-18.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
143
Johanes Ibrahim, Cross Default & Cross Collateral Sebagai Upaya Penyelesaian
Masalah Kredit, (Bandung: Rafika Aditama, 2004), hlm. 107.
144
Ibid.
Universitas Indonesia
145
Wuwun Nafsiah, Bank Mandiri Gugat PKPU Benang Sari Indah,
http://nasional.kontan.co.id/news/bank-mandiri-gugat-pkpu-benang-sari-indah, diunduh pada 25
April 2015, jam 08.57 WIB.
146
Nafsiah, loc. cit.
147
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, “Putusan No.
67/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tertanggal 18 Juli 2014”, hlm. 8-18.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Tahun 2014
Tidak dikenakan bunga (grace period);
b. Tahun 2015 – 2022
Suku bunga ditetapkan sebesar 1% (satu) persen per tahun, dibayar
efektif setiap bulan pada setiap tanggal 23 bulan yang
bersangkutan;
PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. berhak untuk sewaktu-waktu
meninjau kembali ketentuan besarnya suku bunga yang berlaku.
Perubahan suku bunga tersebut berlaku mengikat cukup dengan
pemberitahuan tertulis kepada Debitor PKPU;
IV. Tunggakan Bunga dan Denda
Terhadap keseluruhan tunggakan Bunga dan Denda per tanggal 23 Februari
2014 USD$ 62.559.861,72,- (enam puluh dua juta lima ratus lima puluh
sembilan ribu delapan ratus enam puluh satu poin tujuh puluh dua dollar
Amerika Serikat) wajib dilunasi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Sebesar 10% dari total tunggakan bunga atau sebesar USD$
3.374.328,38,- dibayar secara pro rata terhitung mulai tanggal 23
Januari 2015 sampai dengan 23 Desember 2022;
b. Sebesar 90% dari total tunggakan bunga sebesar USD$
30.368.955,42,- ditambah dengan kewajiban bunga yang timbul
sampai dengan tanggal homologasi, diberikan keringanan dengan
dihapuskan 100%;
c. Sebesar 100% dari total tunggakan denda sebesar USD$
28.816.577,90,- ditambah dengan denda yang timbul sampai dengan
tanggal homologasi, diberikan keringanan dengan dihapuskan 100%;
d. Penghapusan tunggakan bunga dan denda tersebut pada point (b) dan
(c) di atas berlaku efektif setelah seluruh kewajiban pokok Debitor
PKPU kepada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. dinyatakan lunas;
e. Apabila terdapat tunggakan/keterlambatan pembayaran kewajiban
pokok dan/atau bunga, maka PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. berhak
membatalkan pemberian keringanan/penghapusan tunggakan bunga
dan denda;
Universitas Indonesia
V. Agunan
1. Agunan atas seluruh kewajiban Debitor PKPU kepada PT. Bank Mandiri
(Persero), Tbk. adalah seluruh aset yang telah diserahkan kepada PT.
Bank Mandiri (Persero), Tbk, oleh Debitor PKPU dan/atau pihak ketiga
lainnya guna menjamin pelunasan fasilitas kredit PT. Benangsari
Indahtexindo (untuk selanjutnya disebut “Agunan”), termasuk tetapi
tidak terbatas pada:
1) Tanah berikut bangunan yang berada di atasnya, terdiri dari:
a. SHGB Nomor : 1/Wantilan atas nama PT. Benangsari Indahtexindo
seluas 39.050 M2, terletak Desa Wantilan, Kecamatan Kalijati,
Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat yang telah dibebani
dengan Hak Tanggungan peringkatan I (pertama) sebesar Rp.
15.370.000.000,- (lima belas milyar tiga ratus tujuh puluh juta
rupiah) sebagaimana tercantum pada Sertifikat Hak Tanggungan
No. 25/2002, tanggal 24 Januari 2002;
b. 12 (dua belas) SHM atas nama Soetanto, terdiri dari:
SHM Nomor : 121/Wantilan, seluas 8.520 M2, terletak di
Desa Wantilan, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang, Jawa
Barat;
SHM Nomor : 135/Wantilan, seluas 788 M2, terletak di Desa
Wantilan, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang, Jawa
Barat;
SHM Nomor : 136/Wantilan, seluas 366 M2, terletak di Desa
Wantilan, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang, Jawa
Barat;
SHM Nomor : 137/Wantilan, seluas 4.770 M2, terletak di
Desa Wantilan, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang, Jawa
Barat;
SHM Nomor : 138/Wantilan, seluas 9.565 M2, terletak di
Desa Wantilan, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang, Jawa
Barat;
SHM Nomor : 139/Wantilan, seluas 3.770 M2, terletak di
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tiga puluh milyar tujuha ratus empat puluh tujuh juta delapan ratus
tiga puluh empat ribu dua ratus dua puluh satu rupiah), sebagaimana
tercantum dalam Sertifikat Jaminan Fidusia Nomor : W7-
1033.HT.04.07.TH.1007/P, tanggal 2 Oktober 2007;
5) Jaminan Pribadi (Borgtocht) dari :
a. Saudara Sutanto, sebagaimana tercantum pada Akta Pemberian
Jaminan Pribadi (Borghtocht), tanggal 9 Oktober 2006, Nomor :
82, dibuat dihadapan Arry Supratno, SH, Notaris di Jakarta;
b. Saudara Roy Sutanto, sebagaimana tercantum pada Akta
Pemberian Jaminan Pribadi (Borghtocht), tanggal 9 Oktober 2006,
Nmor : 83, dibuat dihadapan Arry Supratno, SH, Notaris di Jakarta;
6) Jaminan Perusahaan (Corporate Guarantee) dari :
a. PT. Warna Unggul, sebagaimana tercantum pada Akta Perjanjian
Jaminan Perusahaan (Corporate Guarantee), tanggal 9 Oktober
2006, Nomor : 85, dibuat dihadapan Arry Supratno, SH, Notaris di
Jakarta;
b. PT. Benangsari Karya Sandang, sebagaimana tercantum pada Akta
Perjanjian Jaminan Perusahaan (Corporate Guarantee), tanggal 9
Oktober 2006, Nomor : 84, dibuat dihadapan Arry Supratno, SH,
Notaris di Jakarta;
7) Terhadap tanah seluas 19.969 M2 berikut bangunan yang berdiri di
atasnya yang berada di sekitar lokasi pabrik PT. Benangsari
Indahtexindo diserahkan kepada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk.
sebagai agunan fasilitas kredit PT. Benangsari Indahtexindo dan
dibebani Hak Tanggungan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember
2014, dengan nilai pengikatan yang akan ditentukan kemudian oleh
PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk., setelah proses sertifikasi menjadi
SHM selesai dilakukan dan telah dilakukan penilaian oleh Kantor Jasa
Penilai Publik rekanan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk.;
8) Terhadap asset PT. Warna Unggul antara lain berupa sebidang tanah
SHGB Nomor : 01 atas nama PT. Warna Unggul di Jl. Raya Subang
KM. 8, Desa Karajan berikut bangunan yang berada diatasnya akan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan instansi terkait, antara lain Kantor Pertanahan dan Kantor Pajak
serta hal-hal lain terkait permasalahan agunan yang mungkin timbul
dikemudian hari;
12) Apabila PT. Benangsari Indahtexindo tidak dapat memenuhi
kewajibannya sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian Perdamaian
ini, maka PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. berhak melakukan
tindakan apapun terhadap objek yang menjadi agunan kredit,
termasuk untuk melakukan penempelan atau pemasangan papan
pengumunan dan/atau penulisan di objek yang merupakan agunan
kredit di PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk atau pun melakukan
pengumuman secara terbuka melalui media massa (cetak maupun
elektronik) dan untuk itu PT. Benangsari Indahtexindo/pemilik
agunan membebaskan pejabat/pegawai PT. Bank Mandiri (Persero),
Tbk. maupun PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. sebagai perseroan
dari semua gugatan/tuntutan hukum;
VI. Asuransi
Terhadap seluruh agunan Debitor PKPU yang dapat diasuransi atau
insurable, wajib diasuransikan dengan syarat banker‟s clause untuk
kepentingan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk pada perusahaan asuransi dan
melalui broker asuransi rekanan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk.
Sedangkan asuransinya menjadi beban dan harus dibayar secara tertib oleh
Debitor PKPU;
VII. Lain-Lain
1. Hal-hal yang dilakukan oleh Debitor PKPU sebelum Perjanjian
Perdamaian dihomologasi oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, antara lain :
1) Menyetorkan Initial Payment sebesar USD$ 2.049.090.68 (dua juta
empat puluh ribu sembilan puluh dollar Amerikat Serikat enam
puluh sen) selambat-lambatnya tanggal 16 Mei ke rekening escrow
account No. 070-0004877143 a.n. Credit Recovery I Group – Loan
Coll. I Dept pada Bank Mandiri dengan keterangan : “Pembayaran
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
85
Universitas Indonesia
149
Indonesia (1), loc. cit., ps. 281 ayat (1).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 4.1
Daftar Tagihan PT. Bank Mandiri, Tbk
Berdasarkan tabel diatas, maka diketahui bahwa tagihan PT. Bank Mandiri terdiri
dari 2 (dua) jenis, yaitu separatis dan konkuren. Tagihan konkuren merupakan
tagihan yang berasal dari utang bunga dan denda dari fasilitas kredit yang
diberikan PT. Bank Mandiri, Tbk, yaitu Kredit Modal Kerja I (KMK I), Kredit
Modal Kerja II (KMK II), dan Kredit Investasi (KI). Dimana perjanjian kredit atas
fasilitas kredit yang diberikan oleh PT. Bank Mandiri,Tbk tersebut telah
dibebankan dengan agunan, berupa bangunan pabrik, mesin-mesin pabrik, dan
tanah.
Perlu ditekankan bahwa penetapan pembebanan agunan dilakukan dengan
dicantumkannya ketentuan tersebut ke dalam klausula perjanjian kredit, lalu
dilanjutkan dengan pembuatan perjanjian jaminan. Berdasarkan perjanjian kredit
dan perjanjian jaminan tersebut, PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Benangsari
Indahtexindo, memiliki kewajiban untuk mentaati setiap perjanjian layaknya
undang-undang bagi kedua belah pihak (pacta sunt servanda).153 Dengan kata
lain, segala kewajiban debitor dan kreditor yang dicantumkan dalam klausula-
152
Daftar Voting Rencana Perdamaian PT. Benangsari Indahtexindo (Dalam PKPU).
153
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], loc. cit., ps. 1338 ayat (1)
jo. Pasal 1340 ayat (1).
Universitas Indonesia
klausula perjanjian (baik perjanjian kredit atau perjanjian jaminan), harus dipatuhi
dan dipenuhi oleh PT. Bank Mandiri, Tbk dan PT. Benangsari Indahtexindo.
Dalam hal ini, termasuk ketentuan mengenai bunga dan denda.
Bunga tergolong sebagai utang, yang wajib dibayarkan oleh debitor.
Pengertian utang disini merupakan pengertian utang dalam arti luas, yaitu segala
suatu kewajiban yang timbul dari perjanjian. Pengertian utang dalam UUK-
PKPU, memiliki pengertian yang selaras dengan pengertian kredit dalam Pasal 1
angka 11 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah dengan
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (“UU Perbankan”).
Mengacu kepada pengertian kredit dalam UU Perbankan, maka dapat terlihat
bahwa kredit dalam hal ini selalu diikuti dengan bunga. Atau dengan kata lain,
setiap pemberian kredit melalui fasilitas kredit apapun, akan selalu diikuti dengan
pembebanan bunga. Maka dari itu, dalam perjanjian kredit antara PT. Bank
Mandiri, Tbk dengan PT. Benangsari Indahtexindo, pihak bank diwajibkan untuk
mencantumkan klausula mengenai pembebanan bunga pinjaman (interest clause).
Ketentuan tersebut juga dinyatakan oleh Ch. Gatot Wardoyo, yang menyatakan
bahwa klausula mengenai bunga pinjaman merupakan salah satu klausula yang
selalu dan perlu dicantumkan dalam perjanjian kredit bank.
Utang bunga tersebut timbul dari perikatan yang didasarkan pada perjanjian
kredit, antara PT. Bank Mandiri, Tbk dengan PT. Benangsari Indahtexindo.
Pembebanan bunga yang harus dibayarkan oleh debitor tersebut termasuk dalam
bunga yang sudah diperjanjikan sebelumnya dalam perjanjian kredit. Bunga
tersebut merupakan suatu bentuk “kontra prestasi” atas penyerahan uang, yang
merupakan besaran jumlah ganti kerugian atau balas jasa penggunaan uang oleh
nasabah.154 Maka dari itu, merupakan sebuah kewajiban bagi debitor untuk
membayar bunga tersebut kepada PT. Bank Mandiri, Tbk. Dengan demikian,
setiap utang bunga merupakan kewajiban yang timbul dari perjanjian kredit. Yang
dalam hal ini, telah dibebankan dengan agunan atau jaminan. Karena telah
dibebankan dengan agunan, maka seharusnya utang bunga PT. Benangsari
Indahtexindo tersebut termasuk ke dalam jenis tagihan separatis.
154
Hazniel Harun, Hukum Perjanjian Kredit Bank, cetakan kedua, (Jakarta: Yayasan
Tritura”66, 1991), hal. 20.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 4.2
Jumlah Hak Suara PT. Bank Mandiri, Tbk
Tabel tersebut menunjukkan adanya hak atas suara PT. Bank Mandiri, Tbk
sebagai kreditor konkuren, berdasarkan tagihan bunga dan denda (seperti dalam
Tabel 4.1.1). Sehingga jumlah hak atas suara PT. Bank Mandiri, Tbk secara
keseluruhan adalah sebesar 70.190 suara. Dimana seharusnya, karena bunga dan
denda termasuk ke dalam tagihan separatis, maka PT. Bank Mandiri, Tbk tidak
mempunyai hak atas suara sebagai kreditor konkuren. Melainkan hanya sebagai
kreditor separatis. Sehingga total hak atas suara PT. Bank Mandiri, Tbk sebagai
kreditor separatis adalah sebesar 70.190. Berdasarkan hal tersebut, maka
penentuan pailitnya PT. Benangsari Indahtexindo tidak berdasarkan penolakan
kreditor konkuren dan kreditor separatis, atau tidak karena tidak terpenuhinya
Pasal 281 ayat (1) UUK-PKPU.
155
Daftar Voting Rencana Perdamaian PT. Benangsari Indahtexindo (Dalam PKPU).
Universitas Indonesia
Tabel 4.3
Penolakan Rencana Perdamaian oleh PT. Bank Mandiri, Tbk berdasarkan
Pemungutan Suara (Voting)
156
Data olahan Penulis, berdasarkan “Daftar Voting Rencana Perdamaian PT. Benangsari
Indahtexindo (Dalam PKPU)” dan “Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, “Putusan No. 67/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tertanggal 18 Juli 2014”.
157
Indonesia (1), loc. cit., ps. 289.
158
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, “Putusan No.
67/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst.”, hlm. 7.
159
Wawancara tertulis dengan Ravita Lina, SH, Panitera Pengganti Penundaan Kewajiban
Universitas Indonesia
“Kedudukan kreditor dalam pasal ini (Pasal 281 ayat (1) UUK-PKPU)
adalah seimbang. Dengan adanya kata “dan” tersebut, kreditor
konkuren dan kreditor separatis diberikan kesempatan yang sama
untuk menentukan persetujuan atas rencana perdamaian.”
Melihat penjelasan diatas, maka dapat terlihat bahwa secara tidak langsung
undang-undang telah menunjukkan adanya keseimbangan dalam melakukan
pemungutan suara, dan proses PKPU secara keseluruhan. Dalam hal ini terlihat
bahwa prinsip Paritas Creditorium diterapkan dengan kuat. Hal ini dikarenakan
PKPU berbeda dengan pailit, dimana tujuan akhir dari proses ini adalah
perdamaian. Sehingga tidak ada pembagian harta kekayaan debitor, yang
dilakukan disini adalah menunda pembayaran utang si debitor dengan
merestrukturisasi utang selama melaksanakan proses PKPU. Oleh karena itu,
masing-masing kreditor memiliki kepentingan yang sama dan harus terpenuhi
semaksimal mungkin melalui proses PKPU. Dengan demikian, adanya dominasi
yang mengarah kepada kreditor separatis telah menyimpangi prinsip Paritas
Creditorium pada Pasal 1131 KUH Perdata dan Asas Keseimbangan yang
terdapat dalam UUK-PKPU, khususnya Pasal 281 ayat (1) huruf a & b.
Selain itu, dalam ayat (1) huruf a, telah ditekankan mengenai kedudukan
macam-macam kreditor konkuren yang dilibatkan dalam pemungutan suara.
Dimana hampir seluruh kreditor konkuren diberikan kesempatan untuk
mengeluarkan suara dalam melaksanakan pemungutan suara, yaitu kreditor
konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui (sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 268 UUK-PKPU) dan kreditor yang tagihannya dibantah. Adanya
pengikutsertaan kreditor konkuren yang tagihannya dibantah dalam pemungutan
suara telah menunjukkan, bahwa undang-undang mengupayakan agar seluruh
kreditor konkuren terlibat selama proses PKPU berlangsung secara sepenuhnya.
Hal tersebut juga menunjukkan bahwa kreditor konkuren memiliki kedudukan
yang sama pentingnya dengan kreditor separatis, dan karena itu tidak boleh ada
ketimpangan perlakuan terhadap kedua kreditor tersebut.
Selain karena utang bunga dan denda termasuk ke dalam tagihan separatis,
daftar hadir rapat juga tidak menunjukkan adanya kehadiran PT. Bank Mandri,
Universitas Indonesia
Tbk sebagai kreditor konkuren. Dalam daftar hadir setiap Rapat Pembahasan
Rencana Perdamaian yang diadakan oleh Tim Pengurus, PT. Bank Mandiri, Tbk
hadir bersama kuasa hukumnya sebagai kreditor separatis.160 Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa PT. Bank Mandiri, Tbk tidak
melakukan pembahasan isi rencana perdamaian sebagai kreditor konkuren. Dan
apabila melihat isi dari setiap rencana perdamaian yang diajuka debitor, maka
dapat terlihat bahwa hanya terdapat perubahan atas ketentuan-ketentuan
pembayaran terhadap kreditor separatis (yaitu PT. Bank Mandiri, Tbk).
Pelaksanaan rapat pembahasan rencana perdamaian seperti ini telah
mengindikasikan adanya dominasi oleh kreditor separatis, yang merangkap juga
sebagai kreditor konkuren.
Selain itu, keberadaan PT. Bank Mandiri, Tbk sebagai kreditor konkuren baru
dapat terlihat pada saat adanya penolakan atas rencana perdamaian yang diajukan
debitor. Dengan adanya PT. Bank Mandiri, Tbk sebagai kreditor konkuren, telah
menyebabkan adanya satu kreditor yang memegang kendali dalam pemungutan
suara. Secara tidak langsung, PT. Bank Mandiri, Tbk merupakan satu-satunya
kreditor yang dapat menentukan hasil pemungutan suara, termasuk menentukan
debitor pailit. Dimana seharusnya proses PKPU melibatkan seluruh kreditor, serta
memperlakukan para kreditor dengan sama dan seimbang.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Fred B. G. Tumbuan, bahwa
PKPU merupakan suatu cara untuk menghindari kepailitan yang lazimnya
bermuara dalam likuidasi harta kekayaan debitor, dan bertujuan memperbaiki
keadaan ekonomis dan kemampuan debitor untuk mendapatkan keuntungan
sehingga debitor memiliki kemungkinan yang besar dalam melunaskan
kewajibannya.161 Kemungkinan pelunasan yang besar tersebut memberikan
kesempatan kepada kreditor, khususnya kreditor konkuren, dalam mendapatkan
pelunasan piutangnya yang sama layaknya dengan kreditor separatis. Oleh karena
160
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, “Putusan No.
67/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tertanggal 6 Desember 2013, 4 Februari 2014, 21 Maret
2014, dan 20 Mei 2014”, pada bagian daftar hadir pada “Laporan Rapat Pembahasan Rencana
Perdamaian”.
161
Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-Undangan Yang Terkait
dengan Kepailitan, (Bandung: Nuansa Aulia, 2006), hlm. 38.
Universitas Indonesia
itu, hasil dari proses PKPU seharusnya merupakan hasil yang ditentukan
berdasarkan kesepakatan bersama.
162
Wawancara tertulis dengan Arman Hanis, SH, Tim Pengurus Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) PT. Benagsari Indahtexindo), Jakarta, 21 April 2015.
Universitas Indonesia
kreditor yang terlibat dalam PKPU. Pendapat dari setiap kreditor juga patut
dijadikan sebagai bahan acuan dalam melakukan perubahan isi rencana
perdamaian, agar dapat memenuhi kepentingan dari masing-masing kreditor,
terutama kreditor konkuren. Karena melalui proses PKPU, kreditor konkuren
diberikan kesempatan untuk mendapatkan pelunasan utang sepenuhnya. Oleh
karena itu, selama proses PKPU berlangsung, kreditor konkuren dituntut untuk
selalu aktif dalam setiap rapat kreditor yang diadakan oleh Tim Pengurus.
Namun hal sebaliknya terjadi dalam proses PKPU PT. Benangsari
Indahtexindo. Dimana dalam Rapat Pembahasan Rencana Perdamaian terkait
Proposal Perdamaian (Surat No. 001/BSI/I/2014 tertanggal 6 Januari 2014)
beserta revisinya (Surat No. 005/BSI/I/2014 tertanggal 24 Januari 2014) pada
tanggal 27 November 2013, PT. Bank Mandiri, Tbk belum juga memberikan
tanggapan terhadap proposal perdamaian. Sedangkan kreditor preferen telah
memberikan tanggapannya, dengan menyetujui rencana perdamaian. Sebelumnya,
PT. Bank Mandiri, Tbk juga sudah pernah diberikan kesempatan untuk
mempertimbangkan proposal perdamaian.163 Tetapi karena PT. Bank Mandiri,
Tbk memerlukan beberapa waktu untuk membahas proposal perdamaian, maka
ditentukan perpanjangan waktu PKPU selama 60 hari.
Selanjutnya dalam Rapat Pembahasan Rencana Perdamaian yang diadakan
pada tanggal 20 Maret 2014, PT. Bank Mandiri, Tbk masih belum dapat
memberikan tanggapan. Kuasa hukum PT. Bank Mandiri, Tbk menyatakan bahwa
pihaknya baru akan menyerahkan proposal kepada komite PT. Bank Mandiri,
Tbk. Sedangkan kreditor konkuren (PT. Tanjung Anom Sejati, PT. Samudra
Indonesia, Klinik Indosehat 2003, dan PD. Hasil Lestari) dan kreditor preferen
(KPP Pratama Subang), sudah menyetujui isi dari proposal perdamaian
tersebut.164
Keadaan-keadaan diatas telah mengindikasikan adanya dominasi oleh
163
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, “Putusan No.
67/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tertanggal 6 Desember 2013”, pada bagian “Laporan
Rapat Pembahasan Rencana Perdamaian, sub-bagian Tanggapan dan Tanya Jawab”, hlm. 8.
164
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, “Putusan No.
67/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tertanggal 21 Maret 2014”, pada bagian “Laporan
Rapat Pembahasan Rencana Perdamaian, sub-bagian Tanggapan dan Tanya Jawab”, hlm. 10.
Universitas Indonesia
165
Daftar hadir “Rapat Pembahasan Rencana Perdamaian”, dalam Putusan Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, “Putusan No. 67/Pdt.Sus-
PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tertanggal 4 Februari 2014”, hlm. 8.
166
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, “Putusan No.
67/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tertanggal 6 Desember 2013, 4 Februari 2014, 21 Maret
2014, dan 20 Mei 2014”, pada bagian daftar hadir pada “Laporan Rapat Pembahasan Rencana
Perdamaian”.
Universitas Indonesia
konkuren. Seharusnya setiap kreditor memiliki hak yang sama untuk hadir dalam
setiap rapat yang diadakan oleh Tim Pengurus PKPU, khususnya dalam rapat
pembahasan proposal perdamaian.
Melihat hasil pemungutan suara yang diambil dalam Rapat Pembahasan
Proposal Rencana Perdamaian yang dilakukan pada tanggal 27 November 2013,
30 Januari 2014, 20 Maret 2014, dan 19 Mei 2014, maka terlihat bahwa kreditor
konkuren bersama dengan kreditor separatis menyetujui secara aklamasi terhadap
perpanjangan waktu PKPU Tetap. Persetujuan secara aklamasi memberikan
persetujuan tanpa dilakukannya pemungutan suara, oleh karena itu pelaksanaan
penetapan perpanjangan PKPU seperti ini rentan sekali dengan penyimpangan
asas keseimbangan, sebagaimana yang dianut dalam UUK-PKPU. Persetujuan
secara aklamasi akan terasa adil dan seimbang apabila semua kreditor yang
mewakili kelas kreditor hadir untuk memberikan persetujuan perpanjangan PKPU
Tetap. Tetapi dalam Rapat Pembahasan Rencana Perdamaian yang diadakan pada
tanggal 30 Januari 2014, terdapat salah satu jenis kreditor yang tidak hadir, yaitu
kreditor konkuren. Sehingga perpanjangan PKPU Tetap hanya disetujui secara
aklamasi oleh kreditor separatis dan kreditor preferen.167 Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa kreditor konkuren tidak dilibatkan dalam penetapan
perpanjangan waktu PKPU Tetap.
Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 229 ayat (1) UUK-PKPU, mengatur
bahwa penetapan perpanjangan PKPU Tetap dilakukan oleh pengadilan dengan
syarat persetujuan kreditor konkuren dan kreditor separatis.168 Penempatan kata
dan dalam ketentuan Pasal 229 ayat (1) huruf a, menunjukan bahwa pasal tersebut
bersifat kumulatif. Sehingga dalam melakukan setiap pemungutan suara,
diperlukan persetujuan kreditor konkuren dan kreditor separatis yang hadir dalam
rapat. Pasal tersebut perlu di interpretasikan dengan baik. Sifat kumulatif pasal
tersebut telah mengindikasikan pentingnya persetujuan dari kreditor konkuren.
Sehingga walaupun perpanjangan waktu PKPU Tetap disetujui secara aklamasi,
167
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, “Putusan No.
67/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tertanggal 4 Februari 2014”, pada bagian “Laporan
Hasil Pemungutan Suara (Voting) terhadap Permintaan Debitor untuk Perpanjangan Waktu
PKPU Tetap”, hlm. 17.
168
Indonesia (1), loc. cit., ps. 229 ayat (1).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
para kreditor. Para kreditor diberikan kesempatan yang sama dalam menentukan
isi rencana perdamaian. Namun hal tersebut seringkali tidak diperhatikan secara
mendalam, karena mekanisme penghitungan suara (voting) dalam PKPU. Menurut
UUK-PKPU pemungutan suara diambil berdasarkan besaran jumlah tagihan
masing-masing kreditor konkuren atau separatis yang hadir dalam rapat kreditor.
Besaran tagihan tersebut secara tidak langsung telah memberikan dampak
terhadap keseluruhan proses PKPU. Dimana PT. Bank Mandiri, Tbk dengan
tagihan yang besar akan mendapatkan suara yang besar pula dalam pemungutan
suara. Suara kreditor dengan tagihan seperti ini mendorong terjadinya posisi
dominan, dengan mengutamakan kepentingan kreditor yang bersangkutan
dibandingkan kreditor dengan jumlah tagihan yang lebih kecil.
Jumlah hak suara PT. Bank Mandiri, Tbk sangat besar, yaitu secara
keseluruhan sebesar 70.190 (4.738 suara sebagai kreditor separatis, dan 65.452
suara sebagai kreditor konkuren).169 Kedudukan PT. Bank Mandiri, Tbk sebagai
kreditor separatis yang merangkap sebagai kreditor konkuren tersebut, telah
memberikan pengaruh yang besar terhadap proses PKPU, khususnya selama
Rapat Pembahasan Rencana Perdamaian berlangsung. Posisi rangkap tersebut
memberikan indikasi bahwa selama PT. Bank Mandiri, Tbk menyetujui isi
rencana perdamaian yang berkaitan dengan kreditor konkuren, maka disimpulkan
bahwa mayoritas kreditor konkuren telah setuju dan tidak melakukan perubahan
atas isi rencana perdamaian. Sedangkan, peluang yang sama seharusnya diberikan
kepada kreditor konkuren lainnya. Hal ini telah mengakibatkan peran kreditor
konkuren lain menjadi pasif dalam menentukan keputusan selama proses PKPU
berlangsung. Oleh karena itu, penentuan tagihan dalam rapat verifikasi utang
merupakan suatu hal yang perlu dicermati dengan baik. Tim Pengurus harus
melihat segala akibat yang akan ditimbulkan atas kebijakan yang diambil,
khususnya terkait utang bunga dan denda kepada PT. Bank Mandiri, Tbk.
Pengakhiran proses PKPU berdasarkan penolakan oleh PT. Bank Mandiri,
Tbk sebagai kreditor separatis dan kreditor konkuren telah mengindikasikan
bahwa terdapat satu kreditor yang menjadi penentu diterima atau tidaknya rencana
perdamaian, yaitu PT. Bank Mandiri, Tbk. Dengan demikian, secara tidak
169
Daftar Voting Rencana Perdamaian PT. Benangsari Indahtexindo (Dalam PKPU).
Universitas Indonesia
langsung, kreditor konkuren lain yang hadir dalam rapat hanya dianggap sebagai
pemenuh kuorum dalam rapat kreditor. Dan suara yang diberikan dalam rapat
sebenarnya tidak berarti terhadap hasil akhir dari proses PKPU. Karena walaupun
mayoritas kreditor konkuren lain (PT. Bank Mandiri, Tbk, PT. Tanjung Anom
Sejati, PT. Samudra Indonesia, PD. Hasil Lestari, PT. Klinik Indosehat 2003)
sudah menyetujui rencana perdamain, tetapi karena jumlah tagihan PT. Bank
Mandiri, Tbk sebagai kreditor konkuren sangat besar, maka rencana perdamaian
tersebut akan tetap ditolak. Penjelasan ini menunjukkan bahwa eksistensi atau
keberadaan kreditor konkuren disini tidak memberikan kontribusi yang besar
dalam proses PKPU, bahkan tertutupi dengan adanya dominasi dari kreditor
separatis yang juga merangkap sebagai kreditor konkuren dalam menentukkan
persetujuan rencana perdamaian.
Pada dasarnya, PKPU ditujukkan kepada seluruh kreditor. Sebelum
berlakunya UUK-PKPU, UUK telah memberikan penekanan mengenai penerapan
proses PKPU kepada kreditor konkuren.170 Melihat perkembangan peraturan
tersebut, maka perlu diperhatikan bahwa kreditor konkuren merupakan kreditor
yang membutuhkan perlindungan lebih dalam hukum kepailitan. Dengan adanya
penekanan kreditor konkuren dalam PKPU seperti yang diatur pada UUK,
mendorong suatu pemahaman bahwa pada dasarnya PKPU merupakan lembaga
yang memberikan kesempatan pelunasan yang lebih baik bagi kreditor konkuren.
PKPU juga diharapkan akan memberikan kesempatan restrukturisasi kepada
kreditor konkuren, sama besarnya kepada kreditor lain, khususnya PT. Bank
Mandiri, Tbk.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tersebut harus dilakukan terhadap semua kreditor yang terlibat dalam PKPU.
Hal tersebut ditujukkan, agar kreditor sebisa mungkin dipastikan untuk
mendapat pelunasan seluruhnya. Apabila ada salah satu kreditor yang
mendapat pelunasan sedangkan kreditor lainnya belum mendapatkan
pelunasannya, maka akan menimbulkan ketidakseimbangan atau
ketidaksetaraan kedudukan antara para kreditor yang terlibat dalam PKPU.
Kreditor yang belum mendapatkan pelunasannya dapat dirugikan karena
mereka dimungkinkan mendapatkan pelunasan kurang dari jumlah piutang
yang telah dijanjikan sebelumnya atau bahkan mendapatkan pelunasan yang
tidak layak.
Dalam proses PKPU PT. Benangsari Indahtexindo, diketahui bahwa
dalam Surat No. 336/JTC-Mandiri/5-14 mengenai Persetujuan atas Proposal
PT. Benangsari Indahtexindo (tertanggal 6 Mei 2014), PT. Bank Mandiri,
Tbk memberikan beberapa persyaratan persetujuan yang harus dipenuhi oleh
debitor. Salah satu syaratnya adalah melakukan pembayaran initial payment
(atas utang pokok) awal sebesar USD$ 2.049.090,68,- (dua juta empat puluh
sembilan ribu sembilan puluh dollar Amerika Serikat enam puluh delapan
sen), dengan penyetoran ke rekening escrow account (Rekening No. 070-
0004877143, a.n Credit Recovery I Group – Loan Coll. Dept) selambat-
lambatnya tanggal 16 Mei 2014.172 Persyaratan tersebut secara tidak langsung
telah mengindikasikan adanya pemaksaan kepada debitor untuk melakukan
pembayaran, sebagai persyaratan agar proposal perdamaian disetujui oleh PT.
Bank Mandiri, Tbk. PT. Bank Mandiri, Tbk memberikan batas waktu sampai
tanggal 16 Mei 2014, yang berarti pembayaran tersebut dilakukan pada saat
proses PKPU berlangsung. Pembayaran disini hanya dilakukan kepada PT.
Bank Mandiri, Tbk, atas tagihan yang dijaminkan dengan jaminan (separatis).
Menurut undang-undang, tindakan seperti ini tidak diperbolehkan.
Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 242 ayat (1) jo. Pasal 245 UUK-PKPU,
172
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, “Putusan No.
67/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tertanggal 20 Mei 2014”, pada bagian “Laporan Rapat
Pembahasan Rencana Perdamaian, sub-bagian Persetujuan atas Proposal PT. Benangsari
Indahtexindo (Dalam PKPU) dari PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk, tertanggal 6 Mei 2014”, hlm.
8.
Universitas Indonesia
maka debitor tidak boleh dipaksa untuk melakukan pembayaran kepada para
kreditor, termasuk kepada kreditor separatis (PT. Bank Mandiri, Tbk).
Apabila tindakan tersebut dilakukan, maka pembayaran juga harus dilakukan
kepada kreditor preferen dan kreditor konkuren lainnya.
Walaupun tindakan tersebut belum terjadi, tetapi adanya persyaratan
tersebut telah mengindikasikan adanya posisi dominan oleh kreditor separatis.
Seharusnya Tim Pengurus tidak membiarkan persyaratan seperti ini
dituangkan dalam Surat Persetujuan tersebut. Karena apabila persyaratan
tersebut dapat dipenuhi oleh debitor, maka dampaknya akan berpengaruh
terhadap berkurangnya harta kekayaan debitor yang dapat merugikan kreditor
konkuren lainnya. Tetapi yang terjadi dalam kasus adalah debitor
memberikan tanggapan terkait hal tersebut. Dalam hal ini, dapat terlihat
bahwa tidak ada upaya pencegahan oleh Tim Pengurus atas adanya
kemungkinan penyimpangan undang-undang. Disini, Tim Pengurus telah
menunjukkan keberpihakan dengan memberikan kesempatan kepada kreditor
separatis untuk mengatur isi rencana perdamaian, tanpa melihat ketentuan
dalam Pasal 242 ayat (1) jo. Pasal 245 UUK-PKPU. Seharusnya Tim
Pengurus menolak tindakan-tindakan kreditor yang sekiranya dapat
mengakibatkan kerugian terhadap harta debitor, dan kreditor lain. Bahkan
Tim Pengurus diberikan kewajiban untuk melaporkan tindakan tersebut
kepada hakim pengawas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dan tidak ada upaya hukum yang dapat dilakukan oleh kreditor separatis
untuk mencabut penangguhan tersebut.
Disini kreditor separatis tidak mempunyai kewenangan untuk
melaksanakan parate executie atas benda jaminan. Parate executie merupakan
hak yang diemban oleh PT. Bank Mandiri, Tbk (sebagai kreditor separatis).
Dengan adanya penangguhan, maka hak eksekusi benda jaminan yang
membedakan antara PT. Bank Mandiri, Tbk dengan kreditor konkuren lain
selama proses PKPU menjadi tidak ada. Dengan kata lain, tidak ada status
yang membedakan antara kreditor separatis dengan kreditor konkuren selama
proses PKPU berlangsung. Oleh karena tidak adanya perbedaan status
tersebut, maka kedudukan kreditor separatis seharusnya sama dengan kreditor
konkuren lainnya.
Karena adanya penangguhan, kedudukan PT. Bank Mandiri, Tbk
menjadi tidak berbeda dengan kreditor konkuren lainnya (Gansa Altexindo,
PT. Anugerah Texindotama, PT. Protechma Indonesia, PT. Tanjung Anom
Sejati, Aryanti Artisari, SH, M.Kn., PT. Samudra Indonesia, PT. Karyamulya
Teknindo, PD. Surya Jaya, PT. Pamaco Binar Santosa, Inti Mekar, PD. Hasil
Lestari, PT. Klinik Indosehat 2003). Dengan demikian, seharusnya tidak ada
perlakuan yang berbeda terhadap PT. Bank Mandiri, Tbk.
Apabila melihat proses PKPU PT. Benangsari Indahtexindo, maka
dapat terlihat bahwa terjadi ketimpangan perlakuan antara kreditor konkuren
dengan kreditor separatis. Selama melakukan Rapat Pembahasan Rencana
Perdamaian, kreditor separatis lebih banyak memberikan perubahan atas isi
rencana perdamaian. Tidak ditemukannya titik temu antara kepentingan PT.
Bank Mandiri, Tbk dengan kemampuan debitor telah mengakibatkan waktu
proses PKPU yang cukup lama, dan berakhir dengan pailit. Hal tersebut telah
merugikan pihak kreditor konkuren (selain PT. Bank Mandiri, Tbk), yang
mayoritas telah menyetujui isi rencana perdamaian.
Perpanjangan waktu PKPU Tetap yang diberikan, ditujukkan agar isi
rencana perdamaian dapat disetujui oleh kreditor separatis. Berdasarkan hal
tersebut, kreditor konkuren yang menyetujui perpanjangan waktu PKPU
Tetap tersebut, secara tidak langsung telah dituntut untuk menyetujuinya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Universitas Indonesia
a. Pasal 229 ayat (1) huruf a dan b, yang melibatkan kreditor konkuren
dan kreditor separatis secara bersama dalam pemungutan suara untuk
menentukkan persetujuan atas pemberian PKPU Tetap.
b. Pasal 281 ayat (1) huruf a dan b, yang juga melibatkan kreditor
konkuren dan kreditor separatis secara bersama dalam pemungutan
suara untuk menentukan persetujuan atas rencana perdamaian yang
diajukan oleh debitor.
c. Pasal 242 ayat (1) jo. Pasal 245, yang mengatur mengenai
penangguhan pembayaran sejumlah utang oleh debitor kepada salah
satu kreditor.
d. Pasal 242 ayat (1) jo. Pasal 246, yang mengatur mengenai
penangguhan pelaksanaan hak istimewa yang dimiliki kreditor
separatis, yaitu hak eksekusi atas jaminan secara tersendiri (parate
executie).
3. Dalam proses PKPU PT. Benangsari Indahtexindo telah terjadi
ketimpangan antara kedudukan kreditor konkuren dengan kreditor
separatis, terutama dalam hal penentuan persetujuan atas rencana
perdamaian yang diajukan oleh debitor. Beberapa hal yang menimbulkan
ketimpangan tersebut adalah sebagai berikut:
5.2 Saran
Berdasarkan penulisan skripsi ini maka penulis ingin menyampaikan
beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pelaksanaan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Indonesia. Pertama, Tim Pengurus
PKPU lebih memperhatikan dampak dari setiap kebijakan yang diambil, dengan
tidak menjaga independensi dan mengutamakan kepentingan bersama. Maka dari
Universitas Indonesia
itu, dibutuhkan adanya suatu peraturan khusus atau pedoman teknis yang
mengatur secara rinci dalam melaksanakan proses rapat kreditor. Yang dapat
dijadikan sebagai panduan dalam pengambilan kebijakan terhadap suatu keadaan
tertentu, dan mengatur juga mengenai independensi pengurus.
Kedua, penafsiran UUK-PKPU terhadap pelaksanaan proses PKPU harus
dilakukan secara cermat, terutama terkait dengan pasal-pasal yang memberikan
perlindungan kepada kreditor konkuren. Penafsiran UUK-PKPU tersebut harus
dilakukan dengan berlandaskan asas-asas yang dianut didalamnya, dan dalam
hukum kepailitan di Indonesia. Agar pelaksanaan proses PKPU (termasuk PKPU
PT. Benangsari Indahtexindo) dapat berjalan dengan baik, dan membuka
kesempatan yang besar dalam mencapai hasil akhir yang dicita-citakan.
Dan yang ketiga, kreditor konkuren sebagai pihak yang memiliki kedudukan
yang lemah diantara para kreditor lain, seharusnya diberikan perlindungan yang
lebih. Dengan memberikan pertimbangan lebih terhadap kepentingan-kepentingan
mereka, sehingga dapat tercapainya keadilan dalam menjalankan proses PKPU.
Karena dengan proses PKPU inilah, para kreditor konkuren diberikan suatu
kesempatan yang besar untuk berperan aktif demi pemenuhan kepentingan
mereka, termasuk dalam mendapatkan pelunasan piutang dengan penuh dan
layak.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
a. Buku
Universitas Indonesia
Undang Nomor 4 Tahun 1998. Jakarta: Pusat Studi Hukum Bisnis Fakultas
Hukum Universitas Pelita Harapan, 2000.
Sunarmi. Hukum Kepailitan: Edisi 2. Jakarta: PT. Sofmedia, 2010.
Sutantio, Retno Wulan. Suatu Tinjauan Terhadap Beberapa Yurisprudensi
Mengenai Kepailitan. Jakarta: BPHN-Dep.Keh, 1991.
Suyatno, R. Anton. Pemanfaatan Penundaan Kewajiban Pembayran Utang
Sebagai Upaya Mencegah Kepailitan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012.
Tumbuan, Fred B.G. “Pokok – pokok Undang – undang Tentang Kepailitan
sebagaimana diubah oleh PERPU No. 1/1998” dalam Penyelesaian Utang
– Piutang melalui Kepailitan atau Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang. Bandung: Alumni, 2001.
Usman, Rachmadi. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Waluyo, Bernadette. Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang. Bandung: Penerbit Bandar Maju, 1999.
b. Peraturan Perundang-Undangan
Universitas Indonesia
d. Jurnal
Lee, Seung-Hyun, Mike W. Peng, dan Jay B. Barney. “Bankruptcy Law and
Entrepreneurship Development: A Real Options Perspective” dalam The
Academy of Management Review, Vol. 32, No. 1. January 2007.
Vital, Louis Edward. “The Early History of Bankruptcy Law” dalam University
of Pennsylvania Law Review 66. 1918.
e. Internet
Nafsiah, Wuwun. 2013. Bank Mandiri Gugat PKPU Benang Sari Indah,
http://nasional.kontan.co.id/news/bank-mandiri-gugat-pkpu-benang-sari-
indah, (diunduh pada 25 April 2015).
f. Lain-Lain
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat “ Putusan No.
Universitas Indonesia
67/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst.”
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 1
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penghitungan
Jumlah Hak Suara Kreditor
Universitas Indonesia
TENTANG
Menimbang:
Kreditor;
Mengingat:
1. Pasal 5ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
SUARA KREDITOR.
Pasal 1
Setiap Kreditor berhak mengeluarkan paling sedikit 1 (satu) suara dalam rapat
Kreditor .
Pasal 2
Pasal 3
(2) Dalam hal Kreditor mempunyai piutang lebih dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah) maka untuk setiap kelipatan Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
Kreditor berhak atas 1 (satu) suara tambahan.
(3) Dalam hal sisa piutang tidak mencapai kelipatan Rp 10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah) penghitungan suara tambahan ditentukan sebagai berikut:
a. kurang dari Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) Kreditor tidak berhak atas suara
tambahan;
b. Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) atau lebih Kreditor berhak atas 1 (satu)
suara tambahan.
Pasal 4
Pada saat mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah
Nomor 80 Tahun 1998 tentang Perhitungan Jumlah Hak Suara Kreditur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 187, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3793) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 5
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 Maret 2005
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
ttd.
Dr. HAMID AWALUDIN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PENJELASAN ATAS
TENTANG
UMUM
Bertitik tolak dari Pasal 87 ayat (3) tersebut, pengaturan mengenai penghitungan
jumlah hak suara Kreditor dalam Peraturan Pemerintah ini berpedoman pada
jumlah piutang Kreditor.
Pada prinsipnya, setiap Kreditor berhak atas 1 (satu) suara dalam rapat Kreditor
dengan ketentuan jumlah suara Kreditor dihitung berdasarkan jumlah piutang,
yaitu untuk piutang sampai dengan Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) berhak
atas 1 (satu) suara.
Adapun sisa piutang yang tidak mencupai Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
berhak atas 1 (satu) suara tambahan, apabila sisa piutang tersebut berjumlah Rp
5.000.000,00 (limajuta rupiah) atau lebih.
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Universitas Indonesia
Pasal 5
Cukup jelas
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 4
Verbatim Wawancara #1, Wawancara #2,
Wawancara dan Wawancara #3
Universitas Indonesia
Jawaban:
Jaminan tambahan yang diberikan oleh PT. Benangsari Indahtexindo masih
belum mencukupi, menyebabkan perusahaan sudah tidak dimungkinkan
untuk melunasi utang-utangnya. Tetapi setelah penetapan pailit, perusahaan
tetap berjalan. Saya berusaha menjalankan on going concern. Jadi sampai
sekarang PT. Benangsari Indahtexindo juga masih menerima order untuk
membantu mengolah bahan tekstil, tetapi tidak untuk menjual. Hanya sebagai
pihak yang mengolah, secara bersama-sama bekerja dengan pihak lain.
7) Bagaimana proses pemberesan harta pailitnya sekarang?
Jawaban:
Sampai sekarang pemberesan harta pailit masih belum selesai, karena ada
kesulitan jual tanah milik PT. Benangsari Indahtexindo.
8) Bagaimana proses PKPU PT. Benangsari Indahtexindo?
Jawaban:
PKPU berjalan dengan lancar, dan dimaksimalkan sampai 270 hari.
9) Pemungutan suara (voting) dilakukan untuk apa saja?
Jawaban:
Tim Pengurus tidak pernah melakukan voting, hanya dengan persetujuan
secara aklamasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia