Anda di halaman 1dari 11

RESUME ABOUT STATUS ASTHMATICUS

Diajukan guna memenuhi tugas individu


Mata Kuliah Emergency Nursing

Dosen Pengampu : Ns. Harizza Pertiwi, S.Kep., MN

Disusun Oleh :

Oka Warpriana NIM 012121021

UNIVERSITAS BINAWAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022
1. Konsep Status Asmatikus
a. Definisi
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang
tidak berespons terhadap terapi konvensional. Serangan dapat
berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi, ansietas, penggunaan
tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi,
peningkatan adrenergic, dan iritan nonspesifik dapat menunjang
episode ini. Epidsode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas
terhadap penisilin.
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma berat kemudian bertambah berat yang refrakter bila
serangan 1 – 2 jam pemberian obat untuk serangan asma akut
seperti adrenalin subkutan, aminofilin intravena, atau antagonis β 2

tidak ada perbaikan atau malah memburuk.


b. Etiologi
Factor ekstrinsik, dapat terjadi jika asma yang timbul karena reaksi
hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya IgE yang bereaksi
terhadapa antigen yang terdapat di udara (antigen – inhalasi),
seperti debu, serbuk – serbuk dan bulu binatang.
Factor instrinsik antara lain infeksi, virus yang menyebabkan adalah
influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV), bakteri, misalnya
pertusis dan streptokokkus, jamur, misalnya aspergillus
c. Manifestasi klinis
Bising mengi dan sesak napas berat sehingga tidak mampu
menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan
dalam bergerak, Frekuensi napas lebih dari 25 x / menit, Denyut
nadi lebih dari 110x/menit, Arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang
dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau
kurang dari 120 lt/menit, Penurunan tekanan darah sistolik pada
waktu inspirasi dan meningkat saat ekspirasi. Pulsus paradoksus,
lebih dari 10 mmHg, Batuk non produktif karena secret kental dan
lumen jalan napas sempit, Wheezing, Dypsneu, Takikardi,
Pernafasan cuping hidung, Kecemasan, emosi tidak stabil dan
penurunan tingkat kesadaran, Tidak toleran terhadap aktivitas :
makan, bermain, berjalan, dan bahkan berbicara.
Status asmatikus berada pada Tingkat V penderita asma dimana :
a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma akut yang berat bersifat refrakter (tak beraksi)
sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas
yang reversibel (Sukarmin, 2009).

2. Prevalensi
Kementerian Kesehatan RI, 2018 melaporkan prevalensi asma di
Indonesia adalah 4,5% dari populasi, dengan jumlah kumulatif kasus
asma sekitar 11.179.032. Asma berpengaruh pada disabilitas dan
kematian dini terutama pada anak usia 10-14 tahun dan orang tua usia 75-
79 tahun. Diluar usia tersebut 2 kematian dini berkurang, namun lebih
banyak memberikan efek disabilitas. Saat ini, asma termasuk dalam 14
besar penyakit yang menyebabkan disabilitas di seluruh dunia
(Soetjiningsih, 2015).

3. Patofisiologi
Karakteristik dasar dari asma (konstriksi otot polos bronchial,
pembengkakan mukosa bronchial, dan pengentalan sekresi) mengurangi
diameter bronchial dan nyata pada status asmatikus.
Abnormalitas ventilasi – perfusi yang mengakibatkan hipoksemia dan
respirasi alkalosis pada awalnya, diikuti oleh respiratori asidosis.Terhadap
penurunan PaO2 dan respirasi alkalosis dengan penurunan PaCO2 dan
peningkatan pH. Dengan meningkatnya keparahan status asmatikus,
PaCO2 meningkat dan pH turun, mencerminkan respirasi asidosis
(Krisanty Paula, 2009).
Etiologi: Allergen masuk ke dalam tubuh

Merangsang sel plasma

Ig E

Sejumlah mediator (histamine, neokotrien, factor pengaktifasi platelet,
bradikinin dll)

Permeabilitas kapiler meningkat

Produksi mucus meningkat (pembengkakan mukosa bronchial dan
pengentalan sekresi)

Diameter bronchial menurun

Abnormalitas ventilasi perfusi

Hipoksemia dan respirasi alkalosis

Respirasi asidosis
Clinical Pathways
FAKTOR PENYEBAB

Imunologi Alergen Emosi


(kecemasan)

Sekresi mukus
Menyerang sel Metabolisme
matosit di paru

Bronki terisi
mukus
Antigen dan Hiperventilasi
antibody alveoli
berikatan Kebutuhan O2

Alkalosis
Mempengaruhi respiratorik
otot polos dan
kelenjar jalan Hiperventilasi
alveoli
Obstruksi berat
saat respirasi
bronkospasme
Permiabilitas
kapiler alveoli
Dipsneu
Bersihan jalan
napas tidak
Edema ruang
efektif Penurunan nafsu
interstisium paru
makan

Diameter bronkiolus
Pola nafas tidak
mengecil Nutrisi kurang
efektif
dari kebutuhan
tubuh

Dipsneu Intoleransi aktivtas


4. Nursing Assessment For Status Asthmaticus In Emergency Case
Pengkajian khusus :
Kaji ABCDE terlebih dahulu pada pasien yang mengalami kegawat
daruratan
Pengkajian lengkap “Head to toe” hanya dilakukan jika masalah telah
tertangani only after.
1) Airway
Tanyakan pada pasien bagaimana keadaannya?
2) Breathing
a. Minta pasien untuk bernafas dan batuk
b. Observasi pergerakan dada
c. Observasi kedalaman dan kecepatan nafas
d. Catat pengunaan otot-otot bantu pernafasan
e. Auskultasi
3) Circulation
a. Kaji warna kulit / temperature / capilary reffil
b. Pulse (kecepatan, kekuatan dan irama)

Pengkajian umum
Dapatkan riwayat :
1) Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat pasien
tentang disfungsi pernafasan sebelumnya; bukti terbaru penularan
terhadap infeksi, allergen atau iritan lain, trauma. Lakukan
pengkajian fisik pada dada dan paru.
2) Observasi pernafasan terhadap:
a) Frekuensi nafas apakah cepat (takipnea), normal atau lambat,
b) Kedalaman nafas: kedalaman normal, terlalu dangkal
( hipopnea ), terlalu dalam (hiperpnea), biasanya diperkirakan
dari amplitude torakal dan pegembangan abdomen
c) Kemudahan: kurang upaya, sulit (dispnea), ortopnea,
dihubungkan dengan retraksi enterkosta dan atau substrenal
(inspirasi “ tenggelam” dari jaringan lunak dalam hubungannya
dengan kartilaginosa dan tulang toraks), pulsus paradoksus
(tekanan darah turun dengan inspirasi dan menigkat karena
ekspirasi), pernafasan cuping hidung dan mengi
d) Pernafasan sulit: kontinu, intermiten menjadi makin buruk dan
menetap, awitan tiba- tiba pada saat istirahat atau kerja,
dihubungkan dengan mengi, menggorok, dihubungkan dengan
nyeri
e) Irama: variasi dalam frekuesi dan kedalaman pernafasan.

3) Observasi dalam adanya:


a) Bukti infeksi: peningkatan suhu, pembesaran kelenjar limfe
serfikal, membrane mukosa terinflamasi, dan rabas purulen
dari hidung, telinga atau paru- paru (sputum).
b) Mengi (wheezing): ekspirasi atau inspirasi, nada tinggi atau
musical, memanjang, secara lambat progresif atau tiba- tiba,
berhubungan dengan pernafasan sulit
c) Sianosis: perhatikan distribusi (perifer, perioral, fasial, batang
tubuh sera wajah, derajat, durasi, berhubungan dengan
aktivitas).
d) Nyeri dada: perhatikan lokasi dan situasi; terlokalisir atau
menyebar, pernafasan cepat, dangkal atau menggorok.

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum
(D.0001)
2. Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan
bernapas (D.0005)

5. Nursing Intervention
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum
(D.0001)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ….. x ….. maka
diharapkan bersihan jalan napas membaik dengan kriteria hasil:
Bersihan jalan napas (L.01001)
o Batuk efektif meningkat (5)
o Produksi sputum menurun (5)
o Wheezing menurun (5)
o Dispnea menurun (5)
o Gelisah menurun (5)
o Frekuensi napas membaik (5)
o Pola napas membaik (5)

Manajemen Jalan Napas (I.01011)


Observasi:
o Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
o Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing,
ronchi kering)
o Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik:
o Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head- tilt dan chin-lift
(jaw- thrust jika curiga trauma servical)
o Posisikan semi-fowler atau fowler
o Berikan minum hangat
o Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
o Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
o Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
o Keluarkan sumbatan benda pada dengan forsep McGill
o Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
o Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
o Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi:
o Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,mukolitik, jika
perlu

2. Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas


(D.0005)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ….. x ….. maka
diharapkan inspirasi dan atau ekspirasi yang memberikan ventilasi
adekuat membaik dengan kriteria hasil :

Pola nafas efektif (L.01004)


o Dispnea menurun (5)
o Penggunaan otot bantu napas menurun (5)
o Pemanjangan fase ekspirasi menurun (5)
o Ortopnea menurun (5)
o Pernapasanpursed-lip menurun (5)
o Pernapasan cuping hidung menurun (5)
o Ventilasi semenit meningkat (5)
o Kapasitas vital meningkat (5)
o Diameter thorax anterior-posterior meningkat (5)
o Tekanan ekspirasi meningkat (5)
o Tekanan inspirasi meningkat (5)
o Frekuensi napas membaik (5)
o Kedalaman napas membaik (5)
o Ekskursi dada membaik (5)

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Observasi
o Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
o Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik
o Monitor kemampuan batuk efektif
o Monitor adanya produksi sputum
o Monitor adanya sumbatan jalan napas
o Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
o Auskultasi bunyi napas
o Monitor saturasi oksigen
o Monitor nilai AGD
o Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
o Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
o Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
o Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
o Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

6. Nursing Evaluation
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematik pada status kesehatan klien. Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan
dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan
yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mencapai tujuan).

Anda mungkin juga menyukai