Oka Warpriana - 012121021 - Resume About Status Asthmaticus
Oka Warpriana - 012121021 - Resume About Status Asthmaticus
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS BINAWAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022
1. Konsep Status Asmatikus
a. Definisi
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang
tidak berespons terhadap terapi konvensional. Serangan dapat
berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi, ansietas, penggunaan
tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi,
peningkatan adrenergic, dan iritan nonspesifik dapat menunjang
episode ini. Epidsode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas
terhadap penisilin.
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma berat kemudian bertambah berat yang refrakter bila
serangan 1 – 2 jam pemberian obat untuk serangan asma akut
seperti adrenalin subkutan, aminofilin intravena, atau antagonis β 2
2. Prevalensi
Kementerian Kesehatan RI, 2018 melaporkan prevalensi asma di
Indonesia adalah 4,5% dari populasi, dengan jumlah kumulatif kasus
asma sekitar 11.179.032. Asma berpengaruh pada disabilitas dan
kematian dini terutama pada anak usia 10-14 tahun dan orang tua usia 75-
79 tahun. Diluar usia tersebut 2 kematian dini berkurang, namun lebih
banyak memberikan efek disabilitas. Saat ini, asma termasuk dalam 14
besar penyakit yang menyebabkan disabilitas di seluruh dunia
(Soetjiningsih, 2015).
3. Patofisiologi
Karakteristik dasar dari asma (konstriksi otot polos bronchial,
pembengkakan mukosa bronchial, dan pengentalan sekresi) mengurangi
diameter bronchial dan nyata pada status asmatikus.
Abnormalitas ventilasi – perfusi yang mengakibatkan hipoksemia dan
respirasi alkalosis pada awalnya, diikuti oleh respiratori asidosis.Terhadap
penurunan PaO2 dan respirasi alkalosis dengan penurunan PaCO2 dan
peningkatan pH. Dengan meningkatnya keparahan status asmatikus,
PaCO2 meningkat dan pH turun, mencerminkan respirasi asidosis
(Krisanty Paula, 2009).
Etiologi: Allergen masuk ke dalam tubuh
↓
Merangsang sel plasma
↓
Ig E
↓
Sejumlah mediator (histamine, neokotrien, factor pengaktifasi platelet,
bradikinin dll)
↓
Permeabilitas kapiler meningkat
↓
Produksi mucus meningkat (pembengkakan mukosa bronchial dan
pengentalan sekresi)
↓
Diameter bronchial menurun
↓
Abnormalitas ventilasi perfusi
↓
Hipoksemia dan respirasi alkalosis
↓
Respirasi asidosis
Clinical Pathways
FAKTOR PENYEBAB
Sekresi mukus
Menyerang sel Metabolisme
matosit di paru
Bronki terisi
mukus
Antigen dan Hiperventilasi
antibody alveoli
berikatan Kebutuhan O2
Alkalosis
Mempengaruhi respiratorik
otot polos dan
kelenjar jalan Hiperventilasi
alveoli
Obstruksi berat
saat respirasi
bronkospasme
Permiabilitas
kapiler alveoli
Dipsneu
Bersihan jalan
napas tidak
Edema ruang
efektif Penurunan nafsu
interstisium paru
makan
Diameter bronkiolus
Pola nafas tidak
mengecil Nutrisi kurang
efektif
dari kebutuhan
tubuh
Pengkajian umum
Dapatkan riwayat :
1) Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat pasien
tentang disfungsi pernafasan sebelumnya; bukti terbaru penularan
terhadap infeksi, allergen atau iritan lain, trauma. Lakukan
pengkajian fisik pada dada dan paru.
2) Observasi pernafasan terhadap:
a) Frekuensi nafas apakah cepat (takipnea), normal atau lambat,
b) Kedalaman nafas: kedalaman normal, terlalu dangkal
( hipopnea ), terlalu dalam (hiperpnea), biasanya diperkirakan
dari amplitude torakal dan pegembangan abdomen
c) Kemudahan: kurang upaya, sulit (dispnea), ortopnea,
dihubungkan dengan retraksi enterkosta dan atau substrenal
(inspirasi “ tenggelam” dari jaringan lunak dalam hubungannya
dengan kartilaginosa dan tulang toraks), pulsus paradoksus
(tekanan darah turun dengan inspirasi dan menigkat karena
ekspirasi), pernafasan cuping hidung dan mengi
d) Pernafasan sulit: kontinu, intermiten menjadi makin buruk dan
menetap, awitan tiba- tiba pada saat istirahat atau kerja,
dihubungkan dengan mengi, menggorok, dihubungkan dengan
nyeri
e) Irama: variasi dalam frekuesi dan kedalaman pernafasan.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum
(D.0001)
2. Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan
bernapas (D.0005)
5. Nursing Intervention
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum
(D.0001)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ….. x ….. maka
diharapkan bersihan jalan napas membaik dengan kriteria hasil:
Bersihan jalan napas (L.01001)
o Batuk efektif meningkat (5)
o Produksi sputum menurun (5)
o Wheezing menurun (5)
o Dispnea menurun (5)
o Gelisah menurun (5)
o Frekuensi napas membaik (5)
o Pola napas membaik (5)
6. Nursing Evaluation
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematik pada status kesehatan klien. Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan
dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan
yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mencapai tujuan).