Anda di halaman 1dari 341

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

Nomor 6 Tahun 2014 Seri E Nomor 3

PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR


NOMOR 6 TAHUN 2014

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BOGOR TAHUN 2015-2019

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Bogor


Nomor 3 Tahun 2014
Seri E
Tanggal 3 November 2014

SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR,


ttd.
ADE SARIP HIDAYAT
Pembina Utama Muda
NIP. 19600910 198003 1 003
WALIKOTA BOGOR
PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR

NOMOR 6 TAHUN 2014

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KOTA BOGOR TAHUN 2015-2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BOGOR,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk mencapai Visi Misi Kota


Bogor dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) sesuai Peraturan Daerah Kota Bogor
Nomor 7 Tahun 2009 yaitu “Kota Jasa yang Nyaman
dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan
Amanah” perlu disusun Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan
bagian integral dari RPJPD dimaksud;

1
b. bahwa dengan terpilih dan dilantiknya Walikota dan
Wakil Walikota periode 2015-2019 perlu disusun
RPJMD Tahun 2015-2019 yang merupakan
penjabaran RPJPD dan Visi Misi Walikota dan Wakil
Walikota terpilih, sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bogor
Tahun 2015-2019;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
Barat, dan dalam Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954
tentang Pengubahan Undang-Undang Nomor 16 dan
17 Tahun 1950 (Republik Indonesia Dahulu) tentang
Pembentukan Kota-Kota Besar dan Kota-Kota Kecil di
Jawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 551);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang


Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang


Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang


Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4846);

3
11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

12. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang


Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5068);

13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5589);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang


Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

16. Perturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang


Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
4
17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
48,Tambahan Lembaran Negara Republik
IndonesiaNomor 4833);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2010 tentang


Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;

19. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010-2014;

20. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang


Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4833);

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun


2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah;

22. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur


Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun
2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan
Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun


2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
5
24. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 9
Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 8
Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 45);

25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25


Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
BaratTahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2013 Nomor 25 Seri E, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 160);
26. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2008
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun
2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota
Bogor Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1
Seri E);

27. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2008


tentang Urusan Pemerintahan Kota Bogor (Lembaran
Daerah Kota Bogor Tahun 2008 Nomor 2 Seri E);

28. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2009


tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Daerah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah
Kota Bogor Tahun 2009 Nomor 3 Seri E).

29. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2010


tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran
Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1 Seri D)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Kota Bogor Nomor 4 Tahun 2014 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor
Tahun 2010 Nomor 2 Seri D);

6
30. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor
Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kota Bogor
Tahun 2011 Nomor 2 Seri E);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BOGOR
dan
WALIKOTA BOGOR
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA


PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA
BOGOR TAHUN 2015-2019.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kota Bogor.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai


unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD


adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bogor.

4. Walikota adalah Walikota Bogor.

5. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat OPD adalah


Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah.

7
6. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya
disebut Kepala Bappeda adalah Kepala OPD yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan di
daerah.

7. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah


dalam wilayah kerja Pemerintah Daerah.

8. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah dalam


wilayah kerja kecamatacn.

9. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa


depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan
sumber daya yang tersedia.

10. Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah adalah satu kesatuan tata


cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan
yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di
tingkat daerah.

11. Rencana pembangunan daerah adalah suatu proses untuk


menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan
dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia yang dilaksanakan
oleh semua komponen dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan
yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah OPD, Rencana Pembangunan
Tahunan Daerah, dan Rencana Kerja OPD.

12. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya


disebut RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah
untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

13. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya


disebut RPJMD Tahun 2015-2019adalah dokumen perencanaan
pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

8
14. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut RKPD
adalah rencana pembangunan tahunan daerah yang merupakan
dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

15. Rencana Strategis Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya


disebut dengan Renstra OPD adalah dokumen perencanaan OPD untuk
periode 5 (lima) tahun.
16. Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut
Renja OPD adalah dokumen perencanaan OPD untuk periode 1 (satu)
tahun.

17. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disebut


Musrenbang adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka
menyusun rencana pembangunan daerah.

18. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada
akhir periode perencanaan.

19. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan


dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

20. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif


untuk mewujudkan visi dan misi.

21. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah


untuk mencapai tujuan.

22. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi 1 (satu) atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh OPD untuk mencapai sasaran dan
tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat
yang dikoordinasikan oleh Bappeda.

23. Indikator kinerja adalah alat ukur untuk menilai keberhasilan suatu
program pembangunan secara kualitatif dan kuantitatif.

9
24. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh 1 (satu)
atau beberapa OPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur
pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan
sumber daya, baik berupa personal, barang modal termasuk peralatan
dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis
sumber daya, sebagai masukan (input) untuk menghasilkan (output)
dalam bentuk barang atau jasa.

25. Efisiensi adalah derajat hubungan antara barang/jasa yang dihasilkan


melalui suatu program/kegiatan dan sumber daya yang diperlukan
untuk menghasilkan barang/jasa tersebut yang diukur dengan biaya
per unit keluaran (output).

26. Efektivitas adalah ukuran yang menunjukan seberapa jauh program/


kegiatan mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan.

27. Kemanfaatan adalah kondisi yang diharapkan akan dicapai apabila


keluaran (output) dapat diselesaikan tepat waktu, tepat lokasi, dan
tepat sasaran, serta berfungsi dengan optimal.

28. Periode pelaporan akhir triwulan pertama adalah tanggal 31 Maret,


akhir triwulan kedua adalah tanggal 30 Juni, akhir triwulan ketiga
adalah tanggal 30 September, dan akhir triwulan keempat adalah
tanggal 31 Desember.

29. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi


masukan (input), keluaran(output), dan hasil (outcome) terhadap
rencana dan standar.

30. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disebut SPM adalah


ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal.

10
BAB II
KEDUDUKAN

Pasal 2

RPJMD merupakan:
a. penjabaran dari visi, misi, dan program Walikota ke dalam strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Walikota,
dan arah kebijakan keuangan daerah dengan berpedoman RPJPD;

b. dokumen perencanaan daerah yang memberikan arah sekaligus acuan


bagi seluruh komponen pelaku pembangunan daerah dalam
mewujudkan pembangunan daerah yang berkesinambungan;

c. Dasar Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Tahun 2015


sampai dengan Tahun 2019.

BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 3

(1) Maksud penetapan RPJMD adalah untuk menetapkan dokumen


perencanaan sebagai pedoman dalam:
a. penyusunan Renstra OPD untuk kurun waktu 5 (lima) tahun;
b. penyusunan RKPD;
c. penyusunan Renja OPD.

(2) Tujuan penetapan RPJMD adalah untuk:


a. memberikan arah pembangunan dalam jangka lima tahun
kedepan;
b. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun
anggaran selama 5 (lima) tahun yang akan datang;
c. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar
pelaku pembangunan di Kota Bogor;
d. menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif,
efisien, berkeadilan dan berkelanjutan;

11
e. menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan daerah antar
wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat
pemerintah;
f. memberikan tolok ukur keberhasilan pembangunan OPD dan
Walikota.

BAB IV
SISTEMATIKA

Pasal 4

Sistematika RPJMD terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum,
proses penyusunan, serta kedudukan RPJMD terhadap
dokumen perencanaan pembangunan lainnya dan
sistematika penyusunan.

BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH


Memuat gambaran mengenai kondisi geografis, kondisi
ekonomi, kondisi sosial budaya, kondisi sarana, prasarana
dan penataan ruang, serta kondisi pemerintahan umum.
BAB III : GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN
KERANGKA PENDANAAN
Memuat gambaran umum APBD 5 (lima tahun) ke belakang,
arah kebijakan APBD 5 (lima tahun) ke depan dan perkiraan
APBD.

BAB IV : ANALISIS ISU STRATEGIS


Memuat isu-isu strategis yang saat ini berkembang maupun
isu-isu yang kemungkinan besar dalam kurun waktu 5
(lima) tahun ke depan akan mewarnai perkembangan Kota
Bogor.

BAB V : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


Menjelaskan visi dan misi Pemerintah Daerah dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun ke depan, tujuan, dan sasaran dari
setiap misi.

12
BAB VI : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Memuat sasaran dan arah kebijakan yang merupakan
rumusan perencanaan yang komprehensif.

BAB VII : KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN


DAERAH
Memuat kebijakan dan program-program pembangunan
daerah beserta sasaran dari masing-masing program pada
setiap misi.

BAB VIII : INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI


KEBUTUHAN PENDANAAN
Memuat program-program yang berkaitan langsung dengan
pencapaian sasaran, indikasi program-program prioritas
yang disertai kebutuhan pendanaan.

BAB IX : PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH


Menjelaskan indikator makro daerah dan indikator kinerja
pembangunan daerah tahun 2015-2019 yang ditetapkan
berdasarkan uraian program pada masing-masing misi.

BAB X : PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN


Memuat arahan perencanaan pembangunan tahun 2015
(transisi) setelah periode RPJMD Tahun 2010-2014 berakhir
serta prinsip-prinsip dasar dan kaidah pelaksanaan RPJMD
tahun 2015-2019.

Pasal 5

RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 tercantum dalam lampiran


yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

13
BAB V
VISI, MISI DAN TUJUAN

Pasal 6

(1) Visi RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 adalah “Kota Bogor yang
nyaman, beriman dan transparan”.

(2) Misi RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 adalah:


a. menjadikan Bogor Kota yang cerdas dan berwawasan teknologi
informasi dan komunikasi;
b. menjadikan Bogor kota yang sehat dan makmur;
c. menjadikan Bogor kota yang berwawasan lingkungan;
d. menjadikan Bogor sebagai kota jasa yang berorientasi pada
kepariwisataan dan ekonomi kreatif;
e. mewujudkan pemerintah yang bersih dan transparan;
f. mengokohkan peran moral agama dan kemanusiaan untuk
mewujudkan masyarakat madani.

(3) Tujuan RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 adalah :


a. Tujuan yang terdapat dalam misi 1
1. meningkatkan implementasi E-Government;
2. menciptakan lingkungan belajar dengan modal sosial yang
kuat;
3. mendorong proses pengambilan keputusan publik yang cerdas;
4. mengembangkan kualitas pendidikan dalam upaya mencetak
generasi muda yang tangguh dan berkompeten.

b. Tujuan yang terdapat dalam misi 2


1. meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk
hidup dan berperilaku sehat;
2. meningkatkan kualitas permukiman;
3. merevitaliasi ruang perkotaan yang lebih sehat dan nyaman
untuk semua elemen masyarakat (termasuk anak, perempuan,
lansia dan difabel);
4. meningkatkan ketahanan kelompok Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS);

14
5. meningkatkan produktifitas dan akses masyarakat terhadap
penghidupan yang layak.

c. Tujuan yang terdapat dalam misi 3


1. meningkatkan kualitas penataan ruang;
2. meningkatkan kualitas daya dukung dan daya
tampunglingkungan kota;
3. mengembangkan transportasi kota yang mengutamakan
angkutan umum massal, pejalan kaki dan pesepeda;
4. mendorong pembangunan kota yang tanggap risiko bencana
dan dampak perubahan iklim;
5. menerapkan pengelolaan sampah yang terpadu dan
berkelanjutan.

d. Tujuan yang terdapat dalam misi 4


1. menjadikan warisanbudaya sebagai aset kota;
2. menguatkan identitas dan citra kota bogor (city branding);
3. mengembangkan pariwisata Kota Bogor yang berkarakter;
4. mengembangkan iklim ekonomi kreatif.

e. Tujuan yang terdapat dalam misi 5


1. mempercepat pelaksanaan reformasi birokrasi;
2. meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar daerah dan
internasional;
3. meningkatkan sinergitas antara pemerintah kota dengan
elemen masyarakat;
4. menguatkan perundangan daerah.

f. Tujuan yang terdapat dalam misi 6


1. meningkatkan integrasi nilai-nilai agama dan kemanusiaan
dalam implementasi kehidupan;
2. mendorong harmonisasi dan kerukunan antar umat beragama;
3. mendorong peran lembaga-lembaga agama dan organisasi
kemasyarakatan dalam meningkatkan kualitas kehidupan
umat.

15
BAB VI
PRIORITAS PEMBANGUNAN

Pasal 7

Prioritas Pembangunan dalam RPJMD Kota Bogor Tahun 2015 – 2019


yaitu:
a. penataan Transportasi dan Angkutan Umum;
b. penataan Pelayanan Persampahan dan Kebersihan Kota;
c. penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL);
d. penataan Ruang Publik, Taman dan Ruang Terbuka Hijau;
e. transformasi Karakter Budaya dan Reformasi Birokrasi;
f. penanggulangan kemiskinan.

BAB VII
PENGENDALIAN DAN EVALUASI

Pasal 8

(1) Walikota melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan


RPJMD.

(2) Pelaksanaan pengendalian dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan oleh Bappeda.

(3) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:


a. kebijakan perencanaan pembangunan daerah;
b. pelaksanaan rencana pembangunan daerah.

(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:


a. kebijakan perencanaan pembangunan daerah;
b. pelaksanaan rencana pembangunan daerah;
c. hasil rencana pembangunan daerah.

Pasal 9

Pedoman pengendalian dan evaluasi RPJMD diatur oleh Walikota.

16
BAB VIII
PERUBAHAN RPJMD
Pasal 10
(1) RPJMD dapat diubah dalam hal:
a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses
perumusan dan substansi yang dirumuskan belum sesuai dengan
mekanisme yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;
b. terjadi perubahan yang mendasar meliputi suatu pekerjaan yang
tidak dapat dikerjakan, terjadi bencana alam, atau perubahan
kebijakan nasional; atau
c. merugikan kepentingan nasional.
(2) RPJMD perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
(3) Dalam hal pelaksanaan RPJMD terjadi perubahan capaian sasaran
tahunan tetapi tidak mengubah target pencapaian sasaran akhir
pembangunan jangka panjang dan menengah, penetapan perubahan
RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

BAB IX
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 11

(1) Masyarakat dapat melaporkan program dan kegiatan yang dianggap


tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan disertai dengan
data dan informasi yang akurat kepada Pemerintah Daerah.

(2) Pemerintah Daerah menindaklanjuti laporan dari masyarakat


berdasarkan pertimbangan Kepala Bappeda dan Kepala OPD.

17
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 12

(1) Tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) perlu disusun
Indikator Kinerja Tujuan agar selaras dengan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

(2) Penyusunan Indikator Kinerja Tujuan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 13

(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan untuk


menghindari kekosongan rencana pembangunan daerah, Walikota
yang sedang memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya wajib
menyusun RKPD untuk tahun pertama periode pemerintahan tahun
berikutnya sesuai peraturan perundang-undangan.

(2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pedoman dalam
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun
pertama periode pemerintahan Walikota berikutnya.

(3) Dokumen perencanaan yang telah ada sebelum Peraturan Daerah ini
ditetapkan sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah
ini masih tetap berlaku sampai ditetapkannya dokumen perencanaan
yang baru berdasarkan Peraturan Daerah ini.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah
Kota Bogor Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kota Bogor Tahun 2010-2014 (Lembaran Daerah Kota
Bogor Tahun 2010 Nomor 3 Seri E) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

18
Pasal 15

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kota Bogor.

Ditetapkan di Bogor
pada tanggal 3 November 2014

WALIKOTA BOGOR,
ttd.
BIMA ARYA

Diundangkan di Bogor
pada tanggal 3 November 2014

SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR,


ttd.
ADE SARIP HIDAYAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR


TAHUN 2014 NOMOR 3 SERI E

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BAGIAN HUKUM
DAN HAK ASASI MANUSIA,

N. HASBHY MUNNAWAR, S.H, M.Si.


Pembina
NIP. 19720918199911001

NOREG PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT :


(210/2014).
19
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR Formatted: Left: 3 cm, Right: 2 cm,
Top: 2 cm, Bottom: 2 cm, Width:
NOMOR : 6 Tahun 2014 21,59 cm, Height: 33 cm, Header
TANGGAL : 3 November 2014 distance from edge: 0,2 cm, Footer
distance from edge: 0,2 cm
TANGGAL :
AHUN Formatted: Font: English (U.S.)

TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH Formatted Table

DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2015-2019. Formatted: Font: English (U.S.)


Formatted: Font: English (U.S.)
Formatted Table
Formatted: Font: English (U.S.)
Formatted: Border: Left: (No border)
Formatted: Centered, Space Before:
0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single,
No bullets or numbering

13
BAB I. PENDAHULUAN
Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt, Font color: Auto
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG Formatted: Font: Bookman Old Style,


12 pt, Font color: Auto
I.1. LATAR BELAKANG
Rencana pembangunan daerah merupakan landasan dalam pelaksanaan Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
pembangunan yang disusun berdasarkan kondisi saat ini beserta dinamika
permasalahannya dan mimpi serta cita-cita di masa depan yang disesuaikan
dengan kemampuan sumberdaya yang dimiliki. Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 (UU 25/2004) tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional membagi dokumen perencanaan pembangunan tersebut berdasarkan
jangka waktunya, meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
untuk periode 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
untuk periode lima tahun dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
untuk periode satu tahun.
Meskipun terbagi berdasarkan jangka waktu, pada prinsipnya
perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan yang harmonis
yang mana RPJP menjadi pedoman bagi penyusunan RPJM kemudian RPJM
menjadi acuan untuk dokumen lainnya. Kesatuan tersebut tidak hanya antara
dokumen perencanaan pembangunan daerah saja, tetapi juga satu kesatuan
dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan dokumen perencanaan
pembangunan nasional. Kesatuan ini akan membuat target pembangunan
nasional, target pembangunan provinsi, dan target pembangunan
kabupaten/kota dapat dicapai secara sinergis.
UU 25/2004 juga mengamanatkan RPJM Daerah merupakan penjabaran
dari visi, misi, dan program Kepala Daerah. RPJM Daerah memuat arah
kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum,
dan program Organisasi Perangkat Daerah (OPD), lintas OPD, dan program
kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi
dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM Daerah ini selanjutnya
menjadi acuan kepala daerah beserta jajarannya dalam melaksanakan
pembangunan di Kota Bogor pada periode 2015-2019.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa
RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) paling lama enam
bulan setelah kepala daerah dilantik. Terpilihnya Kepala Daerah Kota Bogor
periode 2015-2019 dan pelantikannya pada bulan April 2014 sekaligus
menjadi momentum dimulainya penyusunan RPJMD Kota Bogor 2015-2019. Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Penyusunan dokumen RPJM Kota Bogor dilakukan dengan berbagai
tahapan yang memadukan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif,
politis, dan top-down serta bottom-up, dengan melibatkan para
pakar/narasumber yang berkompeten di bidangnya, penjaringan aspirasi dari
berbagai elemen masyarakat melalui proses konsultasi publik dan
musyawarah perencanaan pembangunan, pembahasan dengan OPD sebagai
pelaksana pembangunan, serta konsultasi dengan DPRD Kota Bogor dan
Gubernur.
Bogor dengan sejarah panjangnya telah menyandang berbagai macam
predikat di mata nasional maupun mancanegara. Bogor dengan berbagai
kelebihannya telah menjadi kota pilihan Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi,
Gubernur Jendral Sir Stamford Raflless, dan Soekarno untuk dijadikan pusat
pemerintahan sekaligus tempat peristirahatan. Deretan nama yang
disandangnya mulai dari kota terindah di Jawa, tempat peristirahatan, kota
dalam taman, kota hujan, menjadi bagian dari karakter Kota Bogor selain
posisinya sebagai satelit ibukota negara yang keberadaannya teramat penting.

14
Sebagai penyangga ibukota, Bogor berkembang sangat pesat menjawab
kebutuhan penduduk dan kawasan di sekitarnya. Pesatnya perkembangan ini
disertai dengan berbagai problematika yang muncul. Permasalahan yang
selama ini menjadi prioritas dalam 10 tahun terakhir antara lain adalah
masalah transportasi, kemiskinan, kebersihan, dan pedagang kaki lima.
Selain memperhatikan keterkaitan dokumen RPJM Kota Bogor ini dengan
dokumen perencanaan daerah lainnya, RPJM Kota Bogor juga disusun untuk
menjawab isu-isu strategis yang muncul. Keempat isu tersebut, bersama
dengan permasalahan daerah lainnya dan perwujudan janji-janji politik Kepala
Daerah, menjadi bagian dari pekerjaan rumah besar yang harus diselesaikan
oleh pemerintah Kota Bogor selama lima tahun mendatang. Dokumen RPJM
merupakan instrumen untuk mengoptimalkan potensi dan sumberdaya yang
dimiliki, dengan pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada secara
lebih efektif dan efisien, dalam rangka menjawab berbagai tantangan
pembangunan tersebut.
Menjadi harapan bersama bahwa dokumen RPJMD Kota Bogor 2015-2019 Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
ini menjadi instrumen perencanaan sehingga visi “Kota Bogor yang Nyaman,
Beriman, dan Transparan” dapat terwujud di akhir tahun perencanaan.
Seluruh penjabaran visi Kota Bogor selama lima tahun dalam misi, tujuan,
sasaran, strategi, kebijakan, dan program yang termuat dalam dokumen RPJM
ini pada akhirnya menjadi bagian dari upaya mewujudkan Visi RPJP Kota
Bogor sebagai “Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan
Pemerintahan Amanah” pada tahun 2025.
Formatted: Space Before: 0 pt,
After: 0 pt, Line spacing: single

Formatted: Font: Bookman Old Style,


12 pt, Indonesian
I.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN
Formatted: Font: Bookman Old Style,
Dasar hukum yang menjadi landasan penyusunan RPJMD Kota Bogor 12 pt, Font color: Auto, Indonesian
2015-2019 ini adalah sebagai berikut: Formatted: Indent: Left: -0,01 cm,
Space Before: 0 pt, After: 6 pt, Line
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- spacing: single
daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Formatted: Font: Bookman Old Style,
Jawa Barat, dan dalam Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah 12 pt

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 13 Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Tahun 1954 tentang Pengubahan Undang-Undang Nomor 16 dan 17
Formatted: Font: Bookman Old Style,
Tahun 1950 (Republik Indonesia Dahulu) tentang Pembentukan Kota-Kota 12 pt
Besar dan Kota-Kota Kecil di Jawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Formatted: Font: Bookman Old Style,
Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 12 pt
Nomor 551); Formatted: Font: Bookman Old Style,
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang 12 pt

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

15
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
12. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5068);
13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5234);
14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5589);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 48,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
18. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025;
19. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah NasionalTahun 2010-2014;
20. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Nomor 4833);
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

16
22. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan
Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
24. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 8 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 45);
25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
BaratTahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun
2013 Nomor 25 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 160);
26. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2008
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1 Seri E);
27. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Kota Bogor (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2008
Nomor 2 Seri E);
28. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Formatted: List Number, Indent: Left:
0 cm, Hanging: 0,75 cm
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Tahun 2005-2025 (Lembaran
Daerah Kota Bogor Tahun 2009 Nomor 3 Seri E). Formatted: Font: 12 pt
Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1 Seri
D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Formatted: Indent: Left: 0 cm,
Hanging: 0,75 cm, Space Before: 0
Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran pt, After: 0 pt, Line spacing: single,
Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1 Seri D); Tab stops: Not at 0,63 cm

29. Formatted: Font: Bookman Old Style,


12 pt
1. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Formatted: Font: 12 pt
Ruang Wilayah Kota Bogor Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kota
Bogor Tahun 2011 Nomor 2 Seri E);Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 Formatted: List Number, Indent: Left:
0 cm, Hanging: 0,75 cm
tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan
Formatted: Font: Bookman Old Style,
Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan dalam Daerah 12 pt
Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir Formatted: Indent: Left: 0 cm,
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Pengubahan Hanging: 0,75 cm, Space Before: 0
pt, After: 0 pt, Line spacing: single,
Undang-Undang Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 (Republik Indonesia Tab stops: Not at 0,63 cm
Dahulu) tentang Pembentukan Kota-Kota Besar dan Kota-Kota Kecil di
Jawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

17
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
12. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5068);
13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5589);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025;
19. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
20. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4833);

18
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
22. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan
Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
24. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 8 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 45);
25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
Barat Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun
2013 Nomor 25 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 160);
26. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2008
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1 Seri E);
27. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Kota Bogor (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2008
Nomor 2 Seri E);
28. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Tahun 2005-2025 (Lembaran
Daerah Kota Bogor Tahun 2009 Nomor 3 Seri E).
29. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1 Seri
D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor
3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah
Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1 Seri D);
30. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Bogor Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kota
Bogor Tahun 2011 Nomor 2 Seri E).
Formatted: Space Before: 0 pt,
After: 0 pt, Line spacing: single
I.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN
Formatted: Font: Bookman Old Style,
Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pembangunan yang 12 pt, Font color: Auto, Indonesian
terencana, pemerintah daerah dalam membuat perencanaan pembangunan Formatted: Indent: Left: -0,01 cm,
Space Before: 0 pt, After: 6 pt, Line
mengeluarkan 6 (enam) jenis dokumen perencanaan dan penganggaran yaitu spacing: single
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD), Rencana Tata Ruang Wilayah
Formatted: Font: Bookman Old Style,
(RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Rencana Kerja 12 pt, Indonesian
Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Strategis (Renstra) Organisasi Perangkat
Daerah (OPD), dan Rencana Kerja OPD (Renja-OPD).
Keenam dokumen tersebut memiliki tiga perbedaan rentang waktu yaitu
dokumen perencanaan jangka panjang yang dibuat untuk jangka waktu
selama 20 tahun (RPJPD dan RTRW), perencanaan jangka menengah 5 tahun
(RPJMD dan Renstra-OPD), serta jangka pendek yang dibuat tahunan (RKPD
dan Renja-OPD). Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
RPJMD Kota Bogor merupakan penjabaran dari Visi, Misi dan Program
Formatted: Font: Bookman Old Style,
Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD dengan 12 pt

19
memperhatikan RPJM Nasional dan Provinsi. RPJM Kota Bogor menjadi
pedoman dalam penyusunan dokumen perencanaan tahunan yakni RKPD
sekaligus menjadi acuan bagi OPD dalam menyusun Renstra OPD. Renstra
OPD menjadi acuan bagi penyusunan Renja OPD dan Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA) OPD. RKPD dan RKA–OPD inilah yang selanjutnya menjadi
bahan penyusunan APBD.
Dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran bersifat hierarkis,
artinya dokumen yang jangka waktunya lebih panjang menjadi rujukan bagi
dokumen yang jangka waktunya lebih pendek sedangkan dokumen yang
dikeluarkan oleh pemerintah yang lebih tinggi menjadi rujukan bagi dokumen
yang dikeluarkan oleh pemerintah di bawahnya seperti yang ditunjukkan pada
Gambar I. 1Gambar I. 1Gambar I. 1Gambar I. 1Gambar I. 1. Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Formatted: Space Before: 0 pt, After:
0 pt
Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt

Gambar I. 1111. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan Daerah Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt, Check spelling and grammar
Formatted: Font: Bookman Old Style,
I.3.1. KONSISTENSI RPJMD KOTA BOGOR DENGAN RPJMD PROVINSI 12 pt
JAWA BARAT
Formatted: Font: Bookman Old Style,
Kota Bogor merupakan satu diantara 27 kota/kabupaten yang menjadi 12 pt, Indonesian

bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat. Bersama Kabupaten Bogor, Formatted: Font: Bookman Old Style,
Font color: Auto
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kota Sukabumi, dan Kota Depok,
Formatted: Indent: Left: 0 cm,
Kota Bogor berada dibawah koordinasi Badan Koordinasi Pemerintahan dan Hanging: 1,26 cm, Space Before: 0 pt,
Pembangunan (BKPP) Wilayah I Jawa Barat. Dalam mewujudkan keterpaduan After: 6 pt, Line spacing: single
dan sinergitas pembangunan, maka perencanaan pembangunan setiap daerah Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
diharapkan dapat sinergis dengan perencanaan pembangunan daerah lain dan
mengacu juga pada perencanaan pembangunan provinsi yang menaunginya.
Dan untuk mengukur sejauh mana perencanaan pembangunan Kota Bogor
mengacu pada perencanaan pembangunan Provinsi Jawa Barat, maka dapat
dilihat dari konsistensi RPJMD Kota Bogor dengan RPJMD Provinsi Jawa Barat
yang selanjutnya dijelaskan pada uraian berikut.
Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt, Indonesian
I.3.1.1. KONSISTENSI ISU STRATEGIS
Formatted: Font: Bookman Old Style,
Salah satu bagian dokumen RPJMD memuat isu strategis yang dijadikan 12 pt, Font color: Auto
salah satu dasar untuk menentukan program-program yang dijalankan selama Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
lima tahun. Terdapat 17 isu strategis yang termuat di dalam RPJMD Provinsi
Jawa Barat 2013-2018 dan terdapat 12 isu strategis yang termuat di dalam
RPJMD Kota Bogor 2015-2019. Dari 12 isu strategis RPJMD Kota Bogor,
terdapat sembilan isu strategis yang berkorelasi dengan isu strategis RPJMD
Provinsi Jawa Barat. Artinya, 75% isu strategis Kota Bogor telah berkorelasi
dengan isu strategis provinsi. Isu-isu strategis tersebut ditunjukkan pada tabel
berikut di bawah ini.

20
Formatted ... [2]
Formatted ... [3]
Formatted ... [1]
Formatted ... [4]
Tabel I. 1111 Konsistensi Isu Strategis RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018
Formatted ... [5]
terhadap Isu Strategis RPJMD Kota Bogor 2015-2019
Formatted Table ... [6]
Formatted
ISU STRATEGIS RPJMD PROVINSI ISU STRATEGIS RPJMD KOTA BOGOR ... [7]
JABAR 2013-2018 2015-2019 Formatted ... [8]
Pertumbuhan penduduk dan Mobillitas Penduduk yang Aman, Efektif, Formatted ... [10]
persebarannya. dan Efisien. Penduduk yang Tinggi.
Pertumbuhan Formatted ... [9]
I.1.1. Pertumbuhan ekonomi dan I.1.2. Pengembangan Sektor Unggulan dan Formatted ... [11]
pemerataan kesejahteraan Ekonomi Kreatif.
Penataan, Penertiban, dan Pemberdayaan Formatted ... [12]
masyarakat.
Kualitas lingkungan hidup untuk PKL.
Pencemaran Lingkungan dan Perubahan Formatted ... [13]
mendukung terwujudnya Jabar Green Iklim Mikro.
Formatted ... [14]
Province.
Formatted ... [17]
Kecepatan dan ketepatan penaganan Ancaman dan Penanggulangan Bencana.
bencana serta adaptasi masyarakat Formatted ... [15]
terhadap bencana. Formatted ... [18]
Pemerintahan daerah yang efektif dan Pengelolaan Kota Berbasis Smart City. Formatted ... [19]
efisien.
Pelestarian nilai – nilai dan warisan Warisan Budaya yang Mengakar sebagai Formatted ... [16]
budaya lokal. Industri Wisata Jawa
Pengembangan bagian dari Karakter
Pengembangan Kota.
Kepariwisataan. Formatted ... [20]
Barat.
Penanggulangan penduduk miskin. Penurunan Fakir Miskin dan Anak Formatted ... [21]
Pencegahan dan Penanganan Masalah Terlantar.
Formatted ... [22]
Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Formatted ... [24]
Formatted
Selain isu-isu strategis di atas, provinsi memiliki isu-isu strategis lain yaitu: ... [25]
1. Kualitas dan aksesibilitas pendidikan dan kesehatan; Formatted ... [23]
2. Pengangguran dan ketenagakerjaan; Formatted ... [26]
3. Kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar dan strategis; Formatted ... [27]
4. Kualitas demokrasi; Formatted ... [29]
5. Pasar global dan Asean-China Free Trade Area (ACFTA); Formatted ... [30]
6. Alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian dan penertiban okupasi Formatted ... [28]
lahan tidur (HGU); Formatted ... [31]
7. Ketahanan pangan; dan Formatted ... [32]
8. Keamanan dan ketertiban daerah.
Formatted ... [34]
Kualitas dan aksesibilitas pendidikan dan kesehatan di Kota Bogor pada Formatted ... [35]
dasarnya masih memiliki permasalahan yang terletak pada masalah Formatted ... [33]
pemerataan di wilayah-wilayah kelurahan tertentu saja, sama halnya pada isu Formatted ... [36]
pengangguran dan ketenagakerjaan serta isu kualitas dan cakupan pelayanan Formatted ... [37]
infrastruktur dasar dan strategis. Pembangunan infrastruktur yang menjadi Formatted ... [39]
perhatian adalah pembangunan yang pesat di wilayah pusat kota yang dinilai
Formatted ... [38]
belum sepenuhnya memperhatikan kondisi daya dukung wilayah dan
Formatted ... [40]
kesesuaiannya dengan keberadaan Kebun Raya Bogor sebagai salah satu
Formatted
landmark dan benchmark. ... [41]
Formatted ... [42]
Pada isu kualitas demokrasi, walau tidak tercantum pada isu strategis Formatted ... [44]
RPJMD Kota Bogor, namun hal tersebut dilakukan dengan upaya mendorong
Formatted ... [45]
proses pengambilan keputusan publik yang cerdas sebagaimana tercantum
Formatted ... [43]
dalam salah satu tujuan dari penjabaran visi dan misi Kota Bogor lima tahun
Formatted
ke depan. Tujuan tersebut dijabarkan ke dalam sasaran yang meliputi proses ... [46]
Formatted
perencanaan dan pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat, ... [47]
yang disertai peningkatan sarana pengaduan masyarakat. Formatted ... [48]
Formatted ... [49]
Dalam menghadapi isu Pasar global dan Asean-China Free Trade Area
Formatted ... [50]
(ACFTA), Kota Bogor fokus pada pengembangan basis-basis industri kreatif
Formatted
yang selama ini belum dikembangkan secara optimal. Keberadaan ... [51]
Formatted
produk-produk unggulan dinilai belum cukup beragam dan belum memiliki ... [52]

nilai tambah dibanding dengan kabupaten/kota lain. Hal tersebut disertai Formatted ... [53]
upaya dalam pengembangan sumber daya manusia yang didorong Formatted ... [54]
pembinaannya di tingkat kelurahan melalui keberadaan saung-saung kreatif, Formatted ... [55]
sehingga diharapkan mampu mencetak para tenaga kerja kreatif yang berdaya Formatted ... [56]
saing. Formatted ... [57]
Formatted ... [58]

21
Formatted ... [59]
Formatted ... [60]
Formatted ... [61]
Formatted ... [62]
Perkembangan wilayah perkotaan, mendorong Kota Bogor secara pesat
Formatted ... [63]
mengalami laju alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian. Walaupun
Formatted ... [64]
basis pertanian tidak menjadi sektor unggulan, namun RPJMD Kota Bogor
Formatted
mendorong berkembangnya agribisnis perkotaan sebagaimana tercantum pada ... [65]
Formatted
salah satu sasaran yang dirumuskan. Begitu halnya dengan isu ketahanan ... [66]

pangan yang mana RPJMD Kota Bogor lebih menitikberatkan pada Formatted ... [67]
pendistribusian dan pengamanan harga, yang kemudian dirumuskan ke dalam Formatted ... [68]
salah satu sasaran yaitu “Terjaminnya kualitas dan kebutuhan pangan Formatted ... [69]
masyarakat”. Formatted ... [70]
Secara umum isu keamanan dan ketertiban daerah di Kota Bogor dinilai Formatted ... [71]
relatif kondusif. Namun demikian, antisipasi dan perhatian terhadap isu Formatted ... [72]
tersebut dirumuskan ke dalam tujuan “Meningkatkan integrasi nilai-nilai Formatted ... [73]
agama dan kemanusiaan dalam implementasi kehidupan” dan tujuan Formatted ... [74]
“Mendorong harmonisasi dan kerukunan antar umat beragama”. Formatted ... [76]
Secara khusus, terdapat dua isu strategis yang menjadi perhatian RPJMD Formatted ... [77]
Kota Bogor yang tidak berkorelasi langsung dengan isu strategis RPJMD Formatted ... [78]
Provinsi Jawa Barat meliputi: Formatted ... [75]
1. Ketidaksesuaian antara pemanfaatan ruang dengan rencana, Formatted ... [79]
2. Penguatan citra Kota Bogor (city branding). Formatted ... [80]
Sebagai salah satu kota besar baik di wilayah Provinsi Jawa Barat Formatted ... [81]
maupun Indonesia, Kota Bogor mengalami pembangunan yang sangat pesat. Formatted ... [82]
Arus pembangunan cenderung mengimbangi kebutuhan pusat sebagaimana Formatted ... [83]
letak geografis Kota Bogor yang menjadi salah satu kota satelit DKI Jakarta. Formatted ... [85]
Hal yang dikhawatirkan adalah terdapatnya pembangunan yang tidak sesuai Formatted ... [84]
dengan perencanaan yang telah dilakukan sebagaimana sering dikeluhkan
Formatted ... [86]
oleh masyarakat saat ini. Perkembangan tersebut di sisi lain dapat
Formatted ... [87]
menghilangkan karakter kota yang seharusnya dapat menjadi aset dan
Formatted
menjadi ciri khas Kota Bogor dibandingkan kota lain. Hal tersebut yang ... [90]
Formatted
kemudian menjadi rumusan dan penekanan isu strategis RPJMD Kota Bogor ... [91]

sehingga menjadi isu strategis yang unik dibanding isu strategis provinsi. Formatted ... [88]
Formatted ... [89]
I.3.1.2. KONSISTENSI JANJI GUBERNUR JAWA BARAT TERHADAP JANJI Formatted ... [92]
WALIKOTA BOGOR Formatted ... [93]
Formatted
RPJMD merupakan penjabaran dari visi dan misi kepala daerah terpilih, ... [94]

sehingga dalam penyusunannya juga mengakomodir janji kepala daerah saat Formatted ... [95]
melakukan kampanye. Terdapat konsistensi janji politik antara Walikota dan Formatted ... [97]
Kota Bogor dan Gubernur Provinsi Jawa Barat sehingga pemenuhan akan Formatted ... [96]
janji-janji tersebut dapat terintegrasi. Formatted ... [98]
Tabel II. 2222 Konsistensi Janji Gubernur Jawa Barat terhadap Janji Walikota Formatted ... [99]
Bogor Formatted ... [100]
JANJI GUBERNUR JAWA BARAT JANJI WALIKOTA BOGOR Formatted ... [102]
Pendidikan Gratis SD, SLTP dan SLTA di Sekolah gratis 12 tahun. Formatted ... [103]
Seluruh Jawa Barat Serta Pembangunan Pemerataan ketersediaan SD, SMP, SMA Formatted ... [101]
20.000 Ruang Kelas Baru. dan SMKN di setiap
Menyediakan kecamatan.
buku paket pelajaran.
Formatted ... [104]
Beasiswa pendidikan untuk Pemuda, Beasiswa bagi guru dan pelajar pada
Formatted ... [105]
Tenaga Medis, Serta Keluarga Atlit jenjang dasar dan menengah sebanyak
Berprestasi dan Guru. 100 orang per tahun. Formatted ... [107]
Revitalisasi Posyandu dan Dana Peningkatan pelayanan Posyandu. Formatted ... [106]
Operasional Kader Posyandu. Peningkatan BOP bagi Kader Posyadu, Formatted ... [108]
Membuka 2 Juta Serapan Tenaga Kerja RT, RW, LPM, ruang-ruang
Menyediakan dan Linmas. yang dapat Formatted ... [109]
Barudan Mencetak 100.000 memfasilitasi tumbuh berkembangnya Formatted ... [110]
Wirausahawan Baru Jawa Barat. kreatifitas dan jejaring ekonomi kreatif di Formatted ... [112]
setiap kelurahan.
Formatted ... [111]
Alokasi 4 Triliyun Untuk Infrastruktur -
Desa dan Perdesaan. Formatted
Rehabilitasi 100.000 Rumah Rakyat Pengurangan kemiskinan dan ... [113]
Miskin.
Pembangunan Pusat Seni dan Budaya pengangguran serta
Meningkatkan bantuan
kreatifitas usaha kecil.
melalui Formatted ... [114]
Jawa Barat di Kabupaten/Kota.
Pembangunan Gelanggang Olahraga di penyelenggaraan
Meningkatkan event-event
sarana kreatif.
prasarana Formatted ... [115]
Kabupaten/Kota. olahraga. Formatted ... [117]
Formatted ... [116]
22
Formatted ... [118]
Formatted: Font: 6 pt
Salah satu pembagian peran yang ditunjukkan pada tabel di atas adalah
Formatted: ISI, Indent: First line: 1
pada janji gubernur yang mendorong Pembangunan Pusat Seni dan Budaya cm
Jawa Barat di Kabupaten/Kota, diimbangi janji walikota dalam upaya Formatted: Font: Bookman Old Style,
meningkatkan kreatifitas melalui penyelenggaraan event-event kreatif. 12 pt, Indonesian
Sedangkan satu-satunya janji gubernur yang tidak berkorelasi langsung
Formatted: Font: Bookman Old Style,
dengan janji walikota terdapat pada Alokasi 4 Triliyun Untuk Infrastruktur 12 pt
Desa dan Perdesaan. Walaupun tidak berkorelasi langsung, namun pada Formatted: Indent: Left: 0 cm,
penerapan di wilayah perkotaan seperti Kota Bogor, janji walikota mencoba Hanging: 0,5 cm, Space After: 0 pt,
Tab stops: Not at 1,27 cm
mengimbanginya dengan melakukan peningkatan dan peran serta kecamatan
serta kesiapan kelurahan melalui butir-butir janji walikota yang antara lain Formatted: English (U.S.)

meliputi: Formatted: Font: Bookman Old Style,


12 pt
1. Pengembangan Puskesmas Induk Rawat Inap di setiap kecamatan;
Formatted: Indent: Left: 0,5 cm,
2. Percepatan infrastruktur daerah; Space After: 0 pt, No bullets or
3. Peningkatan pelayanan publik hingga tingkat kelurahan; dan numbering
4. Transparansi APBD melalui penyediaan akses informasinya di setiap Formatted: Font: Bookman Old Style,
kelurahan. 12 pt, Font color: Auto

4. ; Formatted: Indent: Left: 0 cm,


Hanging: 1,75 cm, Space Before: 0
I.3.1.3. KONSISTENSI TERHADAP COMMON GOALS RPJMD PROVINSI pt, After: 6 pt, Line spacing: single
JAWA BARAT TAHUN 2013-2018 Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Salah satu rumusan RPJMD Provinsi adalah memuat common goals yang
Formatted: Font: Bookman Old Style,
akan dicapai dalam jangka pembangunan lima tahun ke depan, yang mana hal 12 pt, Indonesian
tersebut menjadi tujuan pembangunan yang harus dipenuhi oleh program- Formatted: Font: Bookman Old Style,
program pembangunan daerah di berbagai sektor. Penentuan tujuan tersebut 12 pt
didasari oleh rumusan visi-misi kepala daerah dengan mempertimbangkan isu Formatted: Space Before: 0 pt,
strategis yang dimiliki daerah tersebut. Konsistensi dalam pemenuhan tujuan After: 0 pt

pembangunan daerah antara RPJMD Kota Bogor terhadap RPJMD Provinsi Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt, Check spelling and grammar
Jawa Barat ditunjukkan pada tabel berikut di bawah ini.
Formatted: Font: Bookman Old Style,
Tabel I. 3333 Konsistensi Common Goals RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013- 12 pt
2018 terhadap Tujuan RPJMD Formatted: Font: Bookman Old Style,
Kota Bogor 2015-2019. 11 pt

COMMON GOALS RPJMD PROVINSI Formatted: Font: Bookman Old Style,


TUJUAN RPJMD KOTA BOGOR 2015-2019 11 pt
JAWA BARAT 2013-2018
Peningkatan Aksesibilitas dan Mutu Mengembangkan kualitas pendidikan dalam Formatted: Space Before: 0 pt,
After: 0 pt
Pendidikan. upaya mencetak generasi muda yang
tangguh dan berkompeten. Formatted: Font: Bookman Old Style,
11 pt
Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Meningkatkan kesadaran dan kemampuan
Formatted: Space Before: 0 pt,
Layanan Kesehatan. masyarakat untuk hidup dan berperilaku After: 0 pt
sehat.
Formatted: Font: Bookman Old Style,
Infrastruktur Wilayah, Energi dan Air I.1.3. Meningkatkan kualitas permukiman. 11 pt
Baku. Merevitalisasi ruang perkotaan yang lebih Formatted: Space Before: 0 pt,
sehat dan nyaman untuk semua elemen After: 0 pt
masyarakat (termasuk anak, perempuan, Formatted: None, Space Before: 0
lansia, dan difabel). pt, After: 0 pt, No bullets or
Ekonomi Pertanian. - numbering, Tab stops: Not at 1,25 cm

Ekonomi Non Pertanian. Mengembangkan iklim ekonomi kreatif. Formatted: Font: Bookman Old Style,
11 pt
Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup Meningkatkan kualitas daya dukung
Formatted: Space Before: 0 pt,
dan Kebencanaan. lingkungan kota. After: 0 pt
Menerapkan pengelolaan sampah yang
Formatted: Font: Bookman Old Style,
terpadu dan berkelanjutan. 11 pt
Mendorong pembangunan kota yang
Formatted: Space Before: 0 pt,
tanggap risiko bencana dan dampak After: 0 pt
perubahan iklim. Formatted: Font: Bookman Old Style,
Pengelolaan Seni, Budaya, Wisata, serta Mengembangkan kualitas pendidikan dalam 11 pt
Kepemudaan dan Olahraga. upaya mencetak generasi muda yang Formatted ... [119]
tangguh dan berkompeten.
Formatted ... [120]
Ketahanan Keluarga dan Meningkatkan produktifitas dan akses
Formatted ... [121]
Kependudukan. masyarakat terhadap penghidupan yang
layak. Formatted ... [122]
Formatted ... [123]

23
Formatted ... [124]
Formatted ... [125]
Formatted ... [126]
Formatted ... [127]
COMMON GOALS RPJMD PROVINSI
TUJUAN RPJMD KOTA BOGOR 2015-2019 Formatted ... [128]
JAWA BARAT 2013-2018
Kemiskinan, PMKS, dan Keamanan. Meningkatkan ketahanan kelompok Formatted ... [129]
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Formatted ... [130]
(PMKS). Formatted ... [131]
Modernisasi Pemerintahan dan I.1.4. Meningkatkan implementasi e- Formatted ... [132]
Pembangunan Pedesaan. government. Formatted ... [133]
Menciptakan lingkungan belajar dengan
Formatted ... [134]
modal sosial yang kuat.
Formatted
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat konsistensi antara common ... [135]

goals dari Provinsi Jawa Barat dengan tujuan-tujuan yang terdapat dalam Formatted ... [136]
RPJMD Kota Bogor. Meskipun demikian, tetap terdapat penyesuaian- Formatted ... [139]
penyesuaian berdasarkan atas karakteristik Kota Bogor. Sebagai contoh, satu Formatted ... [140]
common goal dari provinsi adalah soal ekonomi pertanian, dan mengingat Formatted ... [141]
karakteristik Kota Bogor, maka yang hendak disasar dalam RPJMD Kota Bogor Formatted ... [138]
adalah “Berkembangnya agribisnis perkotaan”. Konsistensi ini akan Formatted ... [137]
mendorong keterpaduan pembangunan antara Kota Bogor dan Provinsi Jawa Formatted ... [142]
Barat. Formatted ... [143]
Formatted ... [145]
I.3.1.4. TARGET RPJMD PROVINSI JAWA BARAT UNTUK KOTA BOGOR
Formatted ... [146]
Dalam merealisasikan target-target Provinsi Jawa Barat pada jangka Formatted ... [147]
waktu pembangunan menengah hingga tahun 2018, terdapat target-target Formatted ... [148]
yang diharapkan dapat dipenuhi oleh setiap wilayah kabupaten/kota termasuk Formatted ... [144]
Kota Bogor. Konsistensi target tersebut diperbandingkan dengan indikator Formatted ... [149]
makro Kota Bogor, dimana indikator makro kota ini disesuaikan dengan pola
Formatted ... [150]
data pada tahun-tahun sebelumnya. Perbandingan target-target tersebut
Formatted ... [151]
sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut di bawah ini.
Formatted ... [152]
Tabel I. 4444 Target RPJMD Provinsi Jawa Barat Untuk Kota Bogor. Formatted ... [153]
REALISA
TARGET PROYEKSI KOTA BOGOR Formatted ... [156]
KABUPATEN/ SI 2012
NO Formatted ... [157]
KOTA PUBLIKA
2016 2018 2016 2018 Formatted
SI BPS ... [158]
1 Realisasi dan I.1.5. 76 I.1.6. 77 I.1.7. 7 I.1.8. 77,57 I.1.9. 78,16 Formatted ... [159]
Target Indeks ,47 ,89 8 Formatted ... [154]
Pembangunan Formatted ... [155]
Manusia (IPM)
Formatted ... [160]
I.1.10. 2 I.1.11. Realisas I.1.12. 9, I.1.13. 11 I.1.14. 1 I.1.15. 10,02 I.1.16. 10,11
Formatted ... [161]
i dan Target 81 ,04 1,5
Rata-Rata Formatted ... [162]
Lama Sekolah Formatted ... [163]
(RLS) Formatted ... [164]
I.1.17. 3 I.1.18. Realisas I.1.19. 98 I.1.20. 99 I.1.21. 9 I.1.22. 99,15 I.1.23. 99,26 Formatted ... [165]
i dan Target ,97 ,3 9,8
Formatted ... [166]
Angka Melek
Formatted
Huruf (AMH) ... [167]
I.1.24. 4 I.1.25. Realisas I.1.26. 69 I.1.27. 70 I.1.28. 7 I.1.29. 69,51 I.1.30. 69,73 Formatted ... [168]
i dan Target ,07 ,64 1,6 Formatted ... [169]
Angka Formatted ... [170]
Harapan Formatted ... [171]
Hidup (AHH)
Formatted ... [172]
I.1.31. 5 I.1.32. Realisas I.1.33. 65 I.1.34. 65 I.1.35. 6 I.1.36. 663,4 I.1.37. 668,4
i dan Target 5 7,2 58 5 6 Formatted ... [173]
Daya Beli Formatted ... [174]
Masyarakat Formatted ... [175]
(Purchasing Formatted ... [176]
Power Formatted ... [177]
Parity/PPP)
Formatted ... [178]
I.1.38. 6 I.1.39. Realisas I.1.40. 8, I.1.41. 5, I.1.42. 5 I.1.43. 6,83 – I.1.44. 6,40 -
i dan Target 47 97 7,83 7,40 Formatted ... [179]
Kemiskinan Formatted ... [180]
Formatted ... [181]
Formatted ... [182]
24
Formatted ... [183]
Formatted ... [184]
Formatted ... [185]
Formatted ... [186]
Formatted ... [187]
Formatted ... [188]
Formatted ... [189]
Formatted ... [190]
Formatted ... [191]
Formatted ... [209]
Formatted ... [211]
Formatted ... [212]
Formatted ... [213]
REALISA
TARGET PROYEKSI KOTA BOGOR Formatted ... [214]
KABUPATEN/ SI 2012
NO Formatted
KOTA PUBLIKA ... [210]
2016 2018 2016 2018
SI BPS Formatted ... [207]
I.1.45. 7 I.1.46. Realisas I.1.47. 6, I.1.48. 6, I.1.49. 6 I.1.50. 5,3 – I.1.51. 5,1 – Formatted ... [205]
i dan Target 2 05 ,05 6,3 6,1 Formatted ... [206]
Laju Formatted ... [208]
Pertumbuhan
Formatted ... [215]
Ekonomi
tanpa Minyak Formatted ... [216]
dan Gas Formatted ... [218]
Formatted ... [219]
Memperhatikan tabel di atas, terdapat sedikit perbedaan antara target- Formatted ... [220]
target provinsi dengan proyeksi indikator makro Kota Bogor. Target provinsi Formatted ... [221]
yang lebih rendah dibanding proyeksi Kota Bogor terdapat pada indikator IPM Formatted ... [222]
dan PPP, sedangkan target provinsi yang lebih tinggi dibanding proyeksi Kota Formatted ... [223]
Bogor terdapat pada indikator RLS, AMH, AHH, dan kemiskinan. Untuk laju Formatted ... [224]
pertumbuhan ekonomi, target provinsi tidak dapat dikatakan lebih tinggi atau
Formatted ... [225]
lebih rendah karena Kota Bogor menetapkan proyeksinya dalam rentang.
Formatted ... [217]
Formatted ... [226]
Perbedaan tersebut dikarenakan proyeksi ini dibangun berdasarkan pola Formatted ... [237]
data sebelumnya dan keterkaitan antar indikator makro lainnya. Meskipun Formatted ... [239]
terdapat perbedaan, angkanya tidak terlalu signifikan sehingga pemenuhan Formatted ... [227]
proyeksi indikator makro Kota Bogor diharapkan dapat memberikan kontribusi Formatted ... [228]
positif terhadap pencapaian target-target Provinsi Jawa Barat. Formatted ... [229]
Formatted ... [231]
Formatted ... [233]
Formatted ... [235]
Formatted ... [232]
I.3.2. KONSISTENSI RPJM KOTA BOGOR DENGAN RPJP KOTA BOGOR Formatted ... [234]
Formatted
Dalam penyusunan RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 diperlukan ... [236]
adanya konsistensi antara RPJM Kota Bogor dengan RPJPD Kota Bogor. Formatted ... [238]
Konsistensi antara RPJPD Kota Bogor dan RPJMD Kota Bogor dapat dilakukan Formatted ... [240]
dengan memperbandingkan antara sasaran pokok dalam dokumen RPJPD Formatted ... [230]
Kota Bogor dengan Visi dan Misi Kepala Daerah serta Program dalam RPJMD Formatted ... [241]
Kota Bogor. Sasaran Pokok RPJPD Kota Bogor merupakan penjabaran dari Formatted ... [242]
Misi yang terdapat dalam RPJPD Kota Bogor. Terdapat 21 sasaran pokok Formatted ... [243]
dalam dokumen RPJPD Kota Bogor yang dapat dilihat pada Tabel I. 5Tabel I. Formatted ... [244]
5Tabel I. 5Tabel I. 5Tabel I. 5. Formatted ... [245]
Tabel I. 5555 Sasaran Pokok RPJP Kota Bogor Formatted ... [246]
MISI RPJPD KOTA BOGOR SASARAN POKOK RPJPD KOTA BOGOR Formatted ... [247]
MISI 1. Meningkatnya nilai tambah dan daya saing Formatted ... [248]
BERKEMBANGNYA pada seluruh sektor ekonomi terutama Formatted ... [249]
PEREKONOMIAN MASYARAKAT sektor jasa yang menjadi basis aktifitas Formatted ... [250]
DENGAN TITIK BERAT PADA ekonomi Formatted ... [251]
JASA YANG MENGOPTIMALKAN Meningkatnya kompetensi, produktifitas, Formatted ... [252]
PEMANFAATAN SUMBER DAYA penempatan, perlindungan dan Formatted ... [253]
YANG ADA pengawasan tenaga kerja Formatted ... [254]
Meningkatnya keterkaitan antar sektor Formatted ... [255]
dalam suatu sistem yang produktif Formatted ... [256]
Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi,
Formatted Table ... [257]
investasi di daerah, nilai ekspor produk
Formatted ... [258]
serta mengurangi ketergantungan
Formatted
terhadap bahan baku impor ... [259]
Formatted
Tersedianya penunjang perkembangan ... [260]

ekonomi dalam bentuk regulasi yang Formatted ... [261]


Formatted ... [262]
Formatted ... [263]
25
Formatted ... [264]
Formatted ... [265]
MISI RPJPD KOTA BOGOR SASARAN POKOK RPJPD KOTA BOGOR Formatted: Space Before: 0 pt,
After: 0 pt
efektif, pembiayaan yang berkelanjutan, Formatted Table
sumber daya manusia yang berkualitas,
Formatted: Space Before: 0 pt,
teknologi tinggi dan tepat guna, jaringan After: 0 pt
distribusi yang efektif dan efisien serta
sistem informasi yang handal
Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang Formatted: Space Before: 0 pt,
After: 0 pt
berkualitas dan berkesinambungan
sehingga mencapai tingkat kesejahteraan
pada tahun 2025 Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt, Indonesian
MISI 2. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup
Formatted: Font: Bookman Old Style,
TERWUJUDNYA KOTA YANG yang bersih dan sehat 12 pt
BERSIH, INDAH, TERTIB DAN Terbangunnya konsep pembangunan yang Formatted: Left, Space Before: 0 pt,
AMAN (BERIMAN) DENGAN nyaman dan berwawasan lingkungan After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
SARANA DAN PRASARANA Meningkatnya penataan ruang dan Border: Top: (No border), Bottom: (No
border), Left: (No border), Right: (No
PERKOTAAN YANG MEMADAI pertanahan border)
DAN BERWAWASAN Meningkatnya kualitas dan kuantitas Formatted: Space Before: 0 pt,
LINGKUNGAN sarana dan prasarana perkotaan termasuk After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
Border: Top: (No border), Bottom: (No
perlindungan masyarakat dari bencana border), Left: (No border), Right: (No
Meningkatnya ketentraman dan ketertiban border)
Formatted: Space Before: 0 pt,
kota After: 0 pt
Meningkatnya keseimbangan antara Formatted: Space Before: 0 pt,
After: 0 pt
jumlah penduduk terhadap daya dukung
dan daya tampung lingkungan Formatted: Space Before: 0 pt,
After: 0 pt
Terkendalinya pengelolaan sumber daya
Formatted: Space Before: 0 pt,
alam dan lingkungan hidup yang efektif, After: 0 pt
efisien dan bernilai tambah Formatted: Space Before: 0 pt,
MISI 3. Terwujudnya masyarakat yang beriman After: 0 pt
MENINGKATNYA KUALITAS dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Formatted: Space Before: 0 pt,
After: 0 pt
SUMBERDAYA MANUSIA YANG Esa, memiliki watak dan perilaku yang
BERIMAN, BERKETERAMPILAN, berbudi pekerti luhur, cerdas, toleran, Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
SEHAT, CERDAS DAN gotong royong, dinamis dan berorientasi
Formatted: Left, Space Before: 0 pt,
SEJAHTERA iptek After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
Meningkatnya kualitas sumber daya Border: Top: (No border), Bottom: (No
border), Left: (No border), Right: (No
manusia, antara lain ditandai dengan border)
meningkatnya indeks pembangunan Formatted: Space Before: 0 pt,
manusia ( IPM ) After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
Border: Top: (No border), Bottom: (No
Meningkatnya peran serta pemuda dalam border), Left: (No border), Right: (No
semua sektor pembangunan dan IPTEK
Formatted: Space Before: 0 pt,
Meningkatnya kesetaraan dan keadilan After: 0 pt
gender Formatted: Space Before: 0 pt,
MISI 4. Terwujudnya kehidupan politik yang After: 0 pt

TERWUJUDNYAPEMERINTAHAN demokratis serta meningkatnya kinerja Formatted: Space Before: 0 pt,


After: 0 pt
KOTA YANG EFEKTIF DAN perangkat daerah dengan meningkatkan
Formatted: Font: Bookman Old Style,
EFFISIEN SERTA MENJUNJUNG profesionalisme aparatur dan transparansi 12 pt, Indonesian
TINGGI SUPREMASI HUKUM secara partisipatif, akuntabel di dalam
Formatted: Font: Bookman Old Style,
pelaksanaan pemerintahan 12 pt
Terciptanya konsolidasi demokrasi pada Formatted: Left, Space Before: 0 pt,
berbagai aspek kehidupan politik yang After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
Border: Top: (No border), Bottom: (No
dapat diukur berdasarkan pemerintahan border), Left: (No border), Right: (No
yang berlandaskan hukum, birokrasi yang border)
profesional dan netral, masyarakat sipil Formatted: Space Before: 0 pt,
dan masyarakat politik After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
Border: Top: (No border), Bottom: (No
Terciptanya supremasi hukum serta border), Left: (No border), Right: (No
tertatanya sistem hukum daerah yang border)
Formatted: Space Before: 0 pt,
mencerminkan kebenaran, keadilan, After: 0 pt

akomodatif dan aspiratif Formatted: Space Before: 0 pt,


After: 0 pt

26
MISI RPJPD KOTA BOGOR SASARAN POKOK RPJPD KOTA BOGOR Formatted: Space Before: 0 pt, After:
0 pt
Meningkatnya partisipasi masyarakat Formatted Table
dalam penetapan kebijakan yang
Formatted: Space Before: 0 pt, After:
didukungkondisi politik yang demokratis 0 pt
berbasiskan etika Formatted: Space Before: 0 pt, After:
0 pt
10%
Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Formatted: Space Before: 0 pt, After:
sasaran pokok RPJP 0 pt, Line spacing: single
yang termuat dalam Formatted: Font: Bookman Old Style,
RPJM 12 pt

Formatted: Font: Bookman Old Style,


90% 12 pt, Check spelling and grammar
Formatted: Space Before: 0 pt, After:
0 pt
Gambar I. 2222. Persentase Ketermuatan Sasaran Pokok RPJPD Kota Bogor Formatted: Font: Bookman Old Style,
Dalam RPJMD Kota Bogor 12 pt
Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt, Indonesian
Seperti yang tertera pada Gambar I. 2Gambar I. 2Gambar I. 2Gambar I.
Formatted: Font: Bookman Old Style,
2Gambar I. 2, dari 21 sasaran pokok sebanyak 19 sasaran pokok RPJPD (90%) 12 pt, Indonesian
telah termuat dalam RPJMD. Sasaran pokok RPJPD yang tidak termuat dalam
Formatted: Indent: First line: 1 cm,
RPJMD yaitu: Space Before: 0 pt, After: 6 pt, Line
spacing: single
1. Meningkatnya kesetaraan dan keadilan gender;
Formatted: Font: Bookman Old Style,
2. Tersedianya penunjang perkembangan ekonomi dalam bentuk regulasi 12 pt
yang efektif, pembiayaan yang berkelanjutan, sumber daya manusia yang Formatted: Font: Bookman Old Style,
berkualitas, teknologi tinggi dan tepat guna, jaringan distribusi yang efektif 12 pt, Indonesian
dan efisien serta sistem informasi yang handal. Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Berdasarkan keterkaitan ini, dapat dinyatakan bahwa RPJMD Kota Bogor Formatted: Font: Bookman Old Style,
Tahun 2015-2019 sudah konsisten dengan RPJPD Kota Bogor dengan 12 pt
persentase kesesuaiannya sebesar 90 persen. Hal ini sangat mendukung Formatted: Space Before: 0 pt, After:
ketercapaian tahapan pembangunan jangka panjang khususnya tahapan ke-3. 0 pt, Line spacing: single
Formatted: Font: Bookman Old Style,
Tahapan pembangunan jangka panjang terbagi menjadi lima tahapan dan 12 pt, Indonesian
RPJMD tahun 2015-2019 merupakan RPJMD Daerah tahapan ke-3. Dalam Formatted: Font: Bookman Old Style,
tahapan ini ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara Font color: Auto
menyeluruh baik dalam bidang ekonomi, bidang fisik dan prasarana, bidang Formatted: Justified, Indent: Left: 0
sosial budaya dan bidang hukum, pemerintahan dan politik. Berikut arah cm, Hanging: 1,65 cm, Right: 0,09
cm, Space Before: 0 pt, After: 0 pt,
pembangunan dari empat misi yang terdapat di RPJPD. Line spacing: single
Formatted: Font: Bookman Old Style,
MISI 1: MENGEMBANGKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DENGAN TITIK Indonesian
BERAT PADA JASA YANG MENGOPTIMALKAN PEMANFAATAN Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
SUMBER DAYA YANG ADA.
Formatted: Space Before: 0 pt, After:
0 pt
NO ARAH PEMBANGUNAN 2015 – 2019
Formatted Table
1 Perekonomian dikembangkan  Mengembangkan sektor tersier
Formatted: Centered, Space Before:
dengan memperkuat perekonomian sebagai sektor unggulan. 0 pt, After: 0 pt
lokal agar berdaya saing tinggi  PDRB Rp. 6.590.212,83 (juta) Formatted: Font: Bookman Old Style,
untuk menghadapi tantangan  Indeks Daya Beli 69,06 12 pt
global. Formatted ... [266]
Formatted ... [267]
2 Interaksi antar daerah didorong  Terbangunnya kemitraan Formatted ... [269]
dengan membangun keterkaitan dengan wilayah-wilayah Formatted ... [270]
sistem produksi, distribusi, dan dan/atau organisasi lain, Formatted ... [268]
pelayanan antar daerah yang kokoh. pengembangan ekonomi dalam
Formatted ... [271]
Upaya tersebut dilakukan dengan skala regional, nasional
Formatted ... [272]
prinsip-prinsip dasar mengelola
Formatted
peningkatan produktivitas melalui ... [273]
Formatted ... [274]

27
NO ARAH PEMBANGUNAN 2015 – 2019 Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
inovasi, penguasaan, penelitian,
Formatted: Space Before: 0 pt,
pengembangan dan penerapan After: 0 pt
IPTEK menuju ekonomi berbasis Formatted: Centered, Space Before:
pengetahuan serta kemandirian 0 pt, After: 0 pt
secara berkelanjutan, dengan Formatted Table
memanfaatkan sumber daya yang
ada.
3 Kelembagaan ekonomi  Peningkatan bantuan teknis dan Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
dikembangkan sesuai dengan keuangan kepada KUMKM
Formatted: Space Before: 0 pt,
kemajuan ekonomi dengan dalam upaya membangun Pusat After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
menerapkan prinsip-prinsip tata Bisnis Berwawasan Lingkungan Border: Top: (No border), Bottom: (No
kelola pemerintahan yang baik di border), Left: (No border), Right: (No

dalam menyusun kerangka regulasi Formatted: Justified, Space Before:


0 pt, After: 0 pt, Font Alignment:
dan perizinan yang efisien, efektif Auto, Border: Top: (No border),
dan non diskriminatif, menjaga, Bottom: (No border), Left: (No border),
Right: (No border)
mengembangkan dan melaksanakan
Formatted: Font: (Default) Bookman
iklim persaingan usaha secara sehat Old Style, 12 pt, Not Bold, Font color:
serta melindungi konsumen, Auto
meningkatkandaya saing,
merumuskan strategi dan kebijakan
pengembangan teknologi,
meningkatkan daya saing Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(KUMKM) sehingga menjadi bagian
integral dari keseluruhan kegiatan
ekonomi untuk memperkuat basis
ekonomi daerah. Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
4 Menciptakan iklim investasi yang  Pemantapan regulasi bagi
Formatted: Space Before: 0 pt,
kondusif guna mendukung peningkatan investasi After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
terwujudnya pertumbuhan ekonomi  Mempertahankaniklim investasi Border: Top: (No border), Bottom: (No
border), Left: (No border), Right: (No
yang berkelanjutan dan berkualitas yang kondusif
Formatted: Justified, Space Before:
melalui regulasi perizinan yang lebih  Terciptanya dan tersedianya 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment:
efektif dan efisien, serta paket-paket insentif bersaing Auto, Border: Top: (No border),
peningkatan infrastruktur sebagai bagi investasi Bottom: (No border), Left: (No border),
Right: (No border)
penunjang investasi.  Peningkatan promosi investasi,
Formatted: Font: Bookman Old Style,
untuk menarik investor 12 pt
5 Kebijakan pasar kerja diarahkan  Penjaminan keselamatan dan Formatted: Space Before: 0 pt,
untuk mendorong terciptanya keamanan kerja After: 0 pt
lapangan kerja formal dan Formatted: Justified, Space Before:
meningkatkan kesejahteraan 0 pt, After: 0 pt

pekerja informal. Formatted: Font: Bookman Old Style,


12 pt
6 Pekerja diharapkan mempunyai  Pelatihan ketrampilan,
Formatted: Space Before: 0 pt,
produktivitas yang tinggi sehingga kewirausahaandanpeningkatan After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
dapat bersaing serta menghasilkan produktivitas Border: Top: (No border), Bottom: (No
border), Left: (No border), Right: (No
nilai tambah yang tinggi dengan  Peningkatan kualitas dan
Formatted: Justified, Space Before:
pelatihan peningkatan kualitas kuantitas sarana dan prasarana 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment:
tenaga kerja sebagai investasi yang mendukung produktivitas Auto, Border: Top: (No border),
sumber daya manusia. dan nilai tambah tenaga kerja Bottom: (No border), Left: (No border),
Right: (No border)
 Peningkatan daya saing tenaga
Formatted: Font: Bookman Old Style,
kerja melalui standarisasi dan 12 pt
sertifikasi. Formatted: Space Before: 0 pt,
 Meningkatkan Pembinaan After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
Border: Top: (No border), Bottom: (No
lembaga pelatihan swasta dan border), Left: (No border), Right: (No
pemerintah border)
Formatted: Justified, Space Before:
7 Di sektor primer diarahkan kepada  Menjaga tingkat ketahanan 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment:
peningkatan nilai tambah dandaya pangan serta Auto, Border: Top: (No border),
Bottom: (No border), Left: (No border),
saing produk-produk pertanian pemantapanagribisnis yang Right: (No border)

28
NO ARAH PEMBANGUNAN 2015 – 2019 Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
melalui pelaksanaan pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan
Formatted: Space Before: 0 pt,
baik berkenaan dengan penguatan dan berkelanjutan After: 0 pt
ketahanan pangan dan Formatted: Centered, Space Before:
penanggulangan kemiskinan. 0 pt, After: 0 pt
8 Di sektor sekunder diarahkan  Pemberdayaan produk lokal dan Formatted Table
kepada peningkatan daya saing pengembangan pasar dalam Formatted: Font: Bookman Old Style,
industri pengolahan dengan cara negeri 12 pt
peningkatan kualitas.  Pembangunan wilayah industri Formatted: Space Before: 0 pt,
After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
yang berwawasan lingkungan Border: Top: (No border), Bottom: (No
9 Di sektor tersier diprioritaskan  Pengelolaan kawasan bisnis dan border), Left: (No border), Right: (No
untuk mendorong pertumbuhan perdagangan Formatted: Justified, Space Before:
perekonomian di Kota Bogor 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment:
Auto, Border: Top: (No border),
terutama Jasa Perdagangan, Hotel Bottom: (No border), Left: (No border),
dan Restoran, Jasa Angkutan dan Right: (No border)
Komunikasi, Jasa Keuangan, Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Persewaan dan Jasa Perusahaan,
Jasa Pendidikan serta jasa lainnya. Formatted: Space Before: 0 pt,
After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
10 Kepariwisataan dikembangkan agar  Pengayaan obyek wisata yang Border: Top: (No border), Bottom: (No
mampu mendorong kegiatan ada dengan peningkatan border), Left: (No border), Right: (No
border)
ekonomi dan meningkatkan aksesibilitas fasilitas sosial dan Formatted: Justified, Space Before:
0 pt, After: 0 pt, Font Alignment:
kesejahteraan masyarakat serta fasilitas umum serta Auto, Border: Top: (No border),
memberikan perluasan lapangan membangun sistem dan jejaring Bottom: (No border), Left: (No border),
Right: (No border)
kerja dengan mengembangkan pemasaran wisata yang kokoh
Formatted: Font: (Default) Bookman
potensi wisata yang ada. Old Style, 12 pt, Not Bold, Font color:
11 Pengembangan Usaha Mikro, Kecil  Meningkatkan keterlibatan Auto
dan Menengah (UMKM) diarahkan swasta melalui CSR untuk Formatted: Font: Bookman Old Style,
agar menjadi pelaku ekonomi yang mendukung pengembangan 12 pt

berbasis IPTEK dan berdaya saing, ekonomi UMKM Formatted: Space Before: 0 pt,
After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
khususnya dalam menyediakan  Pemberdayaan UMKM melalui Border: Top: (No border), Bottom: (No
barang dan jasa kebutuhan peningkatan akses pasar border), Left: (No border), Right: (No
masyarakat sehingga mampu Formatted ... [275]
memberikan kontribusi yang nyata Formatted: Font: Bookman Old Style,
untuk memperkuat perekonomian 12 pt

lokal. Pengembangan UMKM Formatted ... [276]


dilakukan melalui peningkatan Formatted ... [277]
kompetensi dan penguatan Formatted: Font: Bookman Old Style,
kewirausahaan serta peningkatan 12 pt

produktivitas yang berorientasi Formatted ... [278]


terhadap kebutuhan pasar, Formatted: Font: (Default) Bookman
pemanfaatan hasil serta inovasi dan Old Style, 12 pt, Indonesian
penerapan teknologi dalam iklim Formatted: Space Before: 0 pt,
usaha yang sehat. After: 0 pt, Line spacing: single
Formatted: Font: Bookman Old Style,
Font color: Auto
MISI 2: MEWUJUDKAN KOTA YANG BERSIH, INDAH, TERTIB DAN AMAN
Formatted
(BERIMAN) DENGAN SARANA PRASARANA PERKOTAAN YANG ... [279]

MEMADAI DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN. Formatted: Font: Bookman Old Style,


12 pt
NO ARAH PEMBANGUNAN 2015 – 2019 Formatted: Space Before: 0 pt,
1 Mewujudkan pembangunan  Pemantapan penyelenggaraan After: 0 pt

berwawasan lingkungan melalui tata ruang Formatted Table

penataan ruang dan pertanahan  Pemantapan sistem informasi Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
yang terintegrasi secara nasional, data spasial daerah
Formatted
regional, maupun lokal menuju kota ... [280]

metropolitan yang nyaman Formatted ... [281]


2 Mewujudkan penataan kota secara  Revitalisasi kawasan pusat kota Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
menyeluruh untuk membentuk dan kawasan wisata
Formatted ... [282]
wajah dan lingkungan kota yang
Formatted ... [283]

29
NO ARAH PEMBANGUNAN 2015 – 2019 Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
beridentitas dan berbudaya yang
Formatted: Space Before: 0 pt,
mendukung kenyamanan dan daya After: 0 pt
tarik wisata Formatted Table
3 I.1.52. Mewujudkan sistem  Peningkatan dan kemantapan
Formatted: Font: Bookman Old Style,
transportasi yang mendukung infrastruktur transportasi 12 pt
aksesibilitas kegiatan ekonomi,  Pengembangan transportasi Formatted: Space After: 0 pt, Font
sosial, dan budaya melalui massal Alignment: Auto, Border: Top: (No
border), Bottom: (No border), Left: (No
penyelenggaraan transportasi yang  Penataan angkutan umum border), Right: (No border)
berkualitas dan berwawasan  Pengembangan transportasi Formatted ... [284]
lingkungan serta bersinergi dengan ramah lingkungan
Formatted ... [286]
tata ruang  Pengembangan prasarana
Formatted ... [287]
transportasi
Formatted
 Penataan lalu lintas ... [288]
Formatted ... [289]

4 Mewujudkan kelestarian sistem  Pengembangan dan pengendalian Formatted ... [290]
ekologi kota yang memperhatikan ruang terbuka hijau Formatted ... [291]
ruang terbuka hijau dan kawasan  Pengembangan situ untuk Formatted ... [292]
resapan serta pengamanan kota pengendalian banjir Formatted ... [293]
dari bencana melalui perlindungan  Penataan bantaran sungai Formatted ... [285]
dan pemanfaatan sumber daya Formatted ... [294]
alam yang terintegrasi secara Formatted ... [295]
regional. Formatted ... [296]
Formatted ... [297]
5 Mewujudkan kota tanpa  Peningkatan Prasarana dan
Formatted ... [298]
permukiman kumuh melalui Sarana Dasar (PSD) lingkungan
Formatted ... [299]
pembangunan perumahan pemukiman kumuh
Formatted
permukiman yang sehat dengan  Perluasan akses keterlibatan ... [300]
Formatted
mengutamakan pembangunan masyarakat dalam penanganan ... [301]

secara vertikal dan memperhatikan pembangunan lingkungan Formatted ... [304]


daya dukung lahan, konservasi perumahan kumuh Formatted ... [305]
sumber daya air serta penyediaan  Pengelolaan dan pengembangan Formatted ... [306]
sarana prasarana pendukung yang rusun Formatted ... [307]
memadai Formatted ... [302]
Formatted ... [303]
6 Mewujudkan pembangunan sistem  Peningkatan kualitas air minum Formatted ... [308]
penyediaan air minum dan sanitasi, dan pengembangan sumber- Formatted ... [310]
listrik, gas serta sarana informasi sumber air baku Formatted ... [312]
telekomunikasi modern untuk  Keberlanjutan keterpaduan
Formatted ... [309]
menunjang terpenuhinya jaringan utilitas Kota
Formatted ... [313]
kebutuhan dasar masyarakat serta
Formatted
kegiatan perkotaan melalui ... [314]
Formatted
peningkatan kuantitas dan kualitas ... [315]

layanan. Integrasi jaringan utilitas Formatted ... [311]


kota dilakukan secara terpadu Formatted ... [316]
7 Meningkatkan sistem layanan  Pengembangan kinerja layanan Formatted ... [317]
persampahan melalui modernisasi persampahan Formatted ... [318]
pengolahan dan peningkatan  Pemantapan pengembangan Formatted ... [319]
partisipasi masyarakat pengelolaan persampahan skala Formatted ... [320]
kawasan dengan 3R (Reduce, Formatted ... [321]
Reuse, Recycle) Formatted ... [322]
 Perluasan jaringan pengelolaan
persampahan berbasis Formatted ... [323]
masyarakat Formatted ... [324]
 Pengelolaan TPA Formatted ... [325]
 Formatted ... [326]
8 Meningkatkan partisipasi  Pengembangan model partisipasi Formatted ... [327]
masyarakat dan penegakan hukum swasta dalam investasi dibidang Formatted ... [328]

30
NO ARAH PEMBANGUNAN 2015 – 2019 Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
dalam mewujudkan kota yang infrastruktur dan sarana kota
Formatted: Space Before: 0 pt,
bersih, indah, tertib dan aman.  Pemantapan sistem dan After: 0 pt
prosedur penegakan hukum Formatted Table
Formatted: Font: (Default) Bookman
Old Style, 12 pt, Not Bold, Font color:
Auto
Formatted: Font: (Default) Bookman
Old Style, 12 pt, Not Bold, Font color:
Auto
MISI 3: MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERIMAN, Formatted: Justified, None, Indent:
BERKETERAMPILAN, SEHAT, CERDAS DAN SEJAHTERA. Left: 0,37 cm, Space Before: 0 pt,
After: 0 pt, Don't keep with next,
NO ARAH PEMBANGUNAN 2015 – 2019 Don't keep lines together
1 Peningkatan kualitas sumber daya  IPM Kota Bogor 83,70 Formatted: Space Before: 0 pt,
manusia ditandai dengan After: 0 pt, Line spacing: single

meningkatnya Indeks Pembangunan Formatted: English (U.S.)

Manusia (IPM) dan Indeks Formatted: Font: Bookman Old Style


Pembangunan Gender (IPG) Formatted: Justified, Indent: Left: 0
cm, Hanging: 1,6 cm, Right: -0,16
2 Pengendalian jumlah dan laju  Jumlah Penduduk 1.311.834 jiwa cm, Space Before: 0 pt, Line spacing:
pertumbuhan penduduk diarahkan  LPP 2 % single
pada peningkatan pelayanan Formatted: Font: Bookman Old Style,
Keluarga Berencana (KB) dan 12 pt

kesehatan reproduksi yang Formatted: Space Before: 0 pt,


After: 0 pt, Line spacing: single
terjangkau, bermutu, dan efektif
Formatted Table
menuju terbentuknya keluarga kecil
Formatted: Font: Bookman Old Style,
yang berkualitas. 12 pt
3 Terciptanya sistem administrasi  Peningkatan sistem administrasi
Formatted: Space Before: 0 pt,
kependudukan yang tertib guna kependudukan After: 0 pt, Line spacing: single, Font
mendukung perencanaan dan Alignment: Auto, Border: Top: (No
border), Bottom: (No border), Left: (No
pelaksanaan pembangunan Kota border), Right: (No border)
Bogor, serta mendorong Formatted: Justified, Space Before:
terakomodasinya hak penduduk dan 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single,
Font Alignment: Auto, Border: Top:
perlindungan sosial. (No border), Bottom: (No border), Left:
4 Pembangunan pendidikan diarahkan  Bebas Buta (No border), Right: (No border)
kepada peningkatan kualitas sumber  RLS 13,00 Formatted: Font: Bookman Old Style,
daya pendidikan untuk mendukung  Peningkatan kualitas lulusan 12 pt

terwujudnya masyarakat yang pendidikan non formal Formatted: Space Before: 0 pt,
After: 0 pt, Line spacing: single, Font
berkualitas berketerampilan dan Alignment: Auto, Border: Top: (No
berdaya saing dengan biaya border), Bottom: (No border), Left: (No
border), Right: (No border)
pendidikan yang murah dan
Formatted
terjangkau. ... [329]

5 Terwujudnya peningkatan derajat  AHH 77 Formatted: Font: Bookman Old Style,


12 pt
kesehatan masyarakat Kota Bogor
Formatted ... [330]
melalui peningkatan kesadaran,
Formatted
kemauan dan kemampuan hidup ... [331]
Formatted: Font: Bookman Old Style,
sehat yang diselenggarakan 12 pt
berdasarkan perikemanusiaan,
Formatted ... [332]
pemberdayaan, kemandirian, adil dan
Formatted ... [333]
merata dengan perhatian khusus
Formatted: Font: Bookman Old Style,
terhadap ibu, bayi, anak, usia lanjut 12 pt
dan keluarga miskin Formatted ... [334]
6 Peningkatan sarana prasarana  Terwujudnya peningkatan Formatted ... [335]
kesehatan, pembiayaan, sumber daya pembiayaan, pembinaan,
Formatted: Font: Bookman Old Style,
manusia, pembinaan, pengawasan, pengawasan pengendalian dan 12 pt
pengendalian, dan penilaian disertai Penilaian dalam pelayanan Formatted ... [336]
peningkatan kemandirian masyarakat kesehatan serta pemantapan Formatted ... [337]
melalui upaya promotif dan preventif kemandirian masyarakat
dalam peningkatan kualitas

31
NO ARAH PEMBANGUNAN 2015 – 2019 Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
lingkungan, perilaku hidup bersih
Formatted: Space Before: 0 pt,
dan sehat After: 0 pt, Line spacing: single
7 Pengembangan dan pembinaan  Terwujudnya nilai-nilai kesalehan Formatted Table
kehidupan keagamaan diarahkan sosial dalam perilaku aparat dan
Formatted: Font: Bookman Old Style,
kepada pemahaman dan masyarakat 12 pt
implementasi terhadap nilai-nilai Formatted: Space Before: 0 pt,
agama yang terwujud dalam perilaku After: 0 pt, Line spacing: single, Font
Alignment: Auto, Border: Top: (No
yang bermoral. border), Bottom: (No border), Left: (No
border), Right: (No border)
8 Pembangunan kesejahteraan sosial  Pelayanan Sosial (32,98%) Formatted: Font: Bookman Old Style,
diarahkan kepada peningkatan 12 pt

kualitas hidup penyandang masalah Formatted: Justified, Space Before:


0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single,
kesejahteraan sosial dan Font Alignment: Auto, Border: Top:
pendayagunaan potensi sumber (No border), Bottom: (No border), Left:
(No border), Right: (No border)
kesejahteraan sosial.
Formatted: Justified, Space Before:
9 Pembangunan pemberdayaan  Menurunnya Jumlah Kekerasan 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single
perempuan dan perlindungan anak Terhadap Anak dan Perempuan Formatted: Font: Bookman Old Style,
diarahkan untuk meningkatkan (22%) 12 pt, Font color: Auto
kesadaran dan kemampuan Formatted: Font: Bookman Old Style,
masyarakat dalam mewujudkan 12 pt

kesetaraan dan keadilan gender serta Formatted: Space Before: 0 pt,


After: 0 pt, Line spacing: single, Font
perlindungan hak anak-anak yang Alignment: Auto, Border: Top: (No
dilaksanakan secara integral lintas border), Bottom: (No border), Left: (No
border), Right: (No border)
sektor dan lintas wilayah.
1
I.1.53.I.1.54. Pembangunan pemberdayaan  Penguatan Kelembagaan Formatted ... [338]
0 perempuan dan perlindungan anak Perlindungan Anak (35%) Formatted ... [339]
dilaksanakan melalui penguatan Formatted ... [340]
kelembagaan masyarakat. Formatted ... [341]
11 Pembangunan daerah harus  Peningkatan kebijakan publik Formatted ... [342]
memperhatikan pengarusutamaan yang memperhatikan dampak, Formatted ... [343]
gender yaitu setiap kebijakan publik akses dan manfaat bagi kaum Formatted ... [345]
haruslah memperhatikan dampak, perempuan dan laki-laki Formatted ... [346]
akses dan manfaat bagi kaum Formatted ... [348]
perempuan dan laki-laki. Formatted ... [344]
12 Pembangunan pemuda diarahkan  Peningkatan peran serta pemuda
Formatted ... [349]
pada peningkatan kualitas sumber dalam pembangunan (80%)
Formatted ... [347]
daya manusia, pembangunan  Pengembangan nilai-nilai budaya
Formatted
karakter kebangsaan dan partisipasi lokal. ... [350]
Formatted
pemuda di dalam berbagai bidang ... [351]
pembangunan, terutama di bidang Formatted ... [352]
ekonomi, sosial budaya, IPTEK dan Formatted ... [353]
politik serta memiliki wawasan Formatted ... [354]
kebangsaan. Formatted ... [355]
13 Pembangunan olahraga diarahkan  Peningkatan sarana dan Formatted ... [356]
pada peningkatan prestasi olahraga prasarana olahraga Formatted ... [357]
danbudaya olahraga di kalangan Formatted ... [358]
masyarakat. Formatted ... [359]
Formatted ... [360]
MISI 4: MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN KOTA YANG EFEKTIF DAN EFISIEN
Formatted ... [361]
SERTA MENJUNJUNG TINGGI SUPREMASI HUKUM.
Formatted ... [362]
NO ARAH PEMBANGUNAN 2015 – 2019 Formatted ... [363]
1 Memantapkan dan mendukung  Pemantapan proses demokrasi Formatted Table
proses demokrasi secara melalui peningkatan pemahaman Formatted ... [364]
berkelanjutan pada berbagai aspek, politik dan terbangunnya proses Formatted ... [365]
yang berlandaskan hukum untuk politik yang demokratis
Formatted ... [366]
mewujudkan pembangunan Kota
Formatted ... [367]

32
NO ARAH PEMBANGUNAN 2015 – 2019 Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Bogor
Formatted: Space Before: 0 pt,
2 Memantapkan penyelenggaraan  Pemantapan penyelenggaraan After: 0 pt
pemerintahan dengan prinsip- pemerintahan dan pelayanan Formatted: Centered, Space Before:
prinsip tata pemerintahan yang yang berorientasi pada 0 pt, After: 0 pt
amanah pada semua tingkat kebutuhan masyarakat Formatted Table
pemerintahan serta mendekatkan Formatted: Font: Bookman Old Style,
pola pelayanan masyarakat yang 12 pt
memenuhi aspek transparansi, Formatted: Space Before: 0 pt,
After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
akuntabilitas dan kualitas prima Border: Top: (No border), Bottom: (No
3 Terwujudnya kualitas masyarakat  Pemantapan ketaatan hukum border), Left: (No border), Right: (No
dan aparatur yang mempunyai dan tersedianya produk hukum Formatted: Justified, Space Before:
kesadaran hukum dan menjunjung yang responsif 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment:
Auto, Border: Top: (No border),
tinggi hukum serta memperkuat  Peningkatan kualitas sarana dan Bottom: (No border), Left: (No border),
penegakan hukum tanpa prasarana penegakan hukum Right: (No border)
diskriminatif dengan sanksi hukum  Peningkatan kompetensi Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
yang tegas aparatur
Formatted: Space Before: 0 pt,
4 Memperkuat peran serta masyarakat  Peningkatan partisipasi After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
melalui bentuk kelembagaan yang masyarakat melalui kelembagaan Border: Top: (No border), Bottom: (No
lebih efisien dan efektif border), Left: (No border), Right: (No
border)
5 Terwujudnya sistem koordinasi yang  Pemantapan sistem koordinasi Formatted: Justified, Space Before:
0 pt, After: 0 pt, Font Alignment:
sinergis dalam penyelenggaraan yang sinergis dalam Auto, Border: Top: (No border),
pemerintahan. penyelenggaraan pemerintahan Bottom: (No border), Left: (No border),
Right: (No border)
6 Memantapkan peran media massa  Pemantapan peran Media yang
Formatted: Font: Bookman Old Style,
yang profesional melalui profesional dan 12 pt
peningkatan akses masyarakat bertanggungjawab sebagai alat Formatted: Space Before: 0 pt,
terhadap informasi yang bebas dan kontrol After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
bertanggungjawab dengan Border: Top: (No border), Bottom: (No
border), Left: (No border), Right: (No
menjadikan media massa sebagai
Formatted: Justified, Space Before:
alat kontrol atas pemenuhan 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment:
kepentingan publik Auto, Border: Top: (No border),
Bottom: (No border), Left: (No border),
7 Terciptanya kesetaraan gender  Peningkatan program, anggaran, Right: (No border)
dalam segala aspek tatanan kerjasama yang berbasis gender Formatted: Font: Bookman Old Style,
kehidupan 12 pt
Formatted: Space Before: 0 pt,
I.3.3. RPJMD KOTA BOGOR DENGAN RTRW KOTA BOGOR After: 0 pt, Font Alignment: Auto,
Border: Top: (No border), Bottom: (No
I.3.3.1. STRUKTUR RUANG KOTA border), Left: (No border), Right: (No
I.3.3.1. border)
Formatted ... [368]
Penyusunan RPJMD memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai Formatted ... [369]
pola dan struktur tata ruang yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Formatted ... [370]
Kota Bogor Nomor 8 Kota Bogor tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Formatted ... [371]
Bogor Tahun 2011-2031, sebagai acuan untuk mengarahkan lokasi kegiatan
Formatted ... [372]
dan menyusun program pembangunan yang berkaitan pemanfaatan ruang
Formatted
kota yang dibagi menjadi empat tahap waktu pelaksanaan dengan masing- ... [373]
Formatted
masing tahap memiliki waktu lima tahun. ... [374]
Formatted ... [375]
Penelaahan rencana tata ruang bertujuan untuk melihat kerangka
Formatted: English (U.S.)
pemanfaatan ruang daerah dalam lima tahun mendatang yang asumsi-
Formatted ... [376]
asumsinya, meliputi:
Formatted ... [377]
1. 1) Struktur ruang dalam susunan pusat-pusat permukiman dan sistem Formatted ... [378]
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan Formatted: English (U.S.)
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan Formatted ... [379]
fungsional;
Formatted ... [380]
2. 2) Distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi Formatted: English (U.S.)
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya; dan Formatted ... [381]
3. 3) Pemanfaatan ruang melalui program yang disusun dalam rangka Formatted: English (U.S.)
mewujudkan rencana tata ruang yang bersifat indikatif, melalui Formatted ... [382]

33
sinkronisasi program sektoral dan kewilayahan baik di pusat maupun di
daerah secara terpadu.
Indikasi program perwujudan struktur ruang Kota Bogor tahun 2011 –
2031 terbagi menjadi pusat pelayanan, transportasi, dan utilitas. Rencana
pusat pelayanan dibagi berdasarkan proyeksi jumlah penduduk yang akan
ditampung hingga tahun akhir rencana sebesar 1,6 juta jiwa serta arahan
untuk menyebarkan pusat-pusat pelayanan yang saat ini memusat, sehingga
struktur ruang Kota Bogor diarahkan pada banyak pusat (polisentris).
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk dan perhitungan kebutuhan pusat
pelayanan maka direncanakan Kota Bogor memiliki satu pusat kota, empat
subpusat (pusat Wilayah Pelayanan/ WP) dan 14 subpusat WP (pusat
lingkungan).
Wilayah Pelayanan (WP) A, meliputi Kecamatan Bogor Tengah, sebagian
Kecamatan Bogor Selatan (Batu Tulis, Bondongan, Empang), sebagian
Kecamatan Bogor Timur (Baranangsiang, Sukasari), dan sebagian Kecamatan
Bogor Barat (Menteng) dengan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2028
sebesar 296.180 jiwa. Indikasi program utama pada pusat pelayanan untuk
WP A, yaitu penataan kawasan yang menjadi icon Kota Bogor yang berlokasi di
kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya, penataan kawasan perdagangan
yang berlokasi kawasan pasar Bogor dan sekitar jalan Suryakencana, dan
kawasan pasar Anyar dan sekitarnya, penataan kawasan sekitar stasiun yang
berlokasi di Kelurahan Pabaton, Kelurahan Cibogor dan Kelurahan Paledang,
pemeliharaan kawasan yang mempunyai ciri khas bangunan tempo dulu
dengan nilai arsitektur tinggi yang berlokasi di kawasan Sempur Taman
Kencana, dan penataan kawasan hunian kepadatan tinggi yang diarahkan
pada pengembangan hunian vertikal dan perbaikan kampung yang berlokasi di
sekitar sungai Cisadane dan Ciliwung (kelurahan Panaragan, Kelurahan Kebon
Kalap, Kelurahan Bondongan dan Kelurahan Babakan Pasar). Seluruh
program dilaksanakan pada tahapan lima tahun ke-I, kecuali penataan
kawasan hunian kepadatan tinggi yang dilaksanakan pada tahapan lima tahun
ke-I dan lima tahun ke-II.
Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Indikasi program utama pada pusat pelayanan untuk WP B, terdiri dari Formatted: Indent: First line: 1 cm,
pengembangan kawasan sekitar terminal sebagai pusat WP dengan kegiatan Space Before: 0 pt, After: 6 pt, Line
spacing: single
berupa perdagangan dan jasa skala WP berlokasi di Terminal Bubulak, sekitar
Formatted: Font: Bookman Old Style,
Sindangbarang, menjaga dan memelihara RTH Kota yang berlokasi di Kawasan 12 pt
hutan kota CIFOR dan Situ Gede, menjaga dan memelihara lahan pertanian
Formatted: Indent: First line: 1 cm,
kota sebagai RTH yang berlokasi di Kelurahan Balumbang Jaya, Kelurahan Space Before: 0 pt, After: 6 pt, Line
Situ Gede, pengembangan dan pengendalian perumahan kepadatan rencana spacing: single
yang dilayani oleh kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal yang berlokasi di
Kelurahan Loji, Kelurahan Pasirmulya, Kelurahan Pasirkuda, Kelurahan
Pasirjaya, dan penataan kawasan perumahan kepadatan tinggi yang diarahkan
pada perbaikan kampung dan perumahan vertikal yang berlokasi di Kelurahan
Gunung Batu. Wilayah cakupan WP B, meliputi sebagian besar Bogor Barat
dengan proyeksi penduduk tahun 2028 sebesar 216.065 jiwa. Seluruh program
dilaksanakan pada tahapan lima tahun ke-I dan lima tahun ke-II, kecuali
program “Menjaga dan memelihara RTH Kota” dan “Menjaga dan memelihara
lahan pertanian kota sebagai RTH” dilaksanakan hingga tahapan lima tahun
ke-IV.
Rencana jaringan jalan memiliki indikasi program utama jaringan jalan
yang meliputi, pembangunan Inner Ring Road dengan panjang dua kilometer,
lebar 40 meter yang berlokasi di Muarasari hingga Wangun, pembangunan
lanjutan jalan R3 dengan panjang 5,5 kilometer yang berlokasi di Vila Duta
hingga Tajur, pembangunan jalan tembus yang berlokasi di jalan Ahmad
Sobana hingga jalan Tanah Baru dengan panjang satu kilometer dan lebar 30

34
meter, pembangunan jalan tembus yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani (Air Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Mancur) hingga jalan Ceremai Ujung dengan panjang 500 meter, dan
Formatted: Font: Bookman Old Style,
pembangunan yang berlokasi di jalan Tanah Baru (Jalan P. Asogiri) dengan 12 pt
panjang 3 kilometer dan lebar jalan 30 meter yang melewati tanah Inti Inovaco. Formatted ... [383]
Seluruh program dilaksanakan pada tahapan lima tahun ke-I.
Formatted ... [384]
Rencana persampahan adalah mengembangkan sistem pengelolaan Formatted ... [385]
sampah terpadu. Indikasi program utama untuk persampahan, meliputi Formatted ... [386]
penambahan dan pemeliharaan sarana dan prasarana TPA Galuga yang Formatted ... [387]
dilaksanakan pada tahapan lima tahun ke-I dan persiapan dukungan pada Formatted ... [388]
TPA Nambo yang dilakukan di tahapan lima tahun ke-1. Selanjutnya, terdapat
Formatted ... [389]
indikasi program pengelolaan sampah dengan program 3 R yang meliputi
Formatted Table
seluruh wilayah Kota Bogor dan pembuatan tempat pengelolaan sampah
Formatted
terpadu skala lingkungan di setiap kawasan perumahan baru, kedua program ... [390]
Formatted: Font: Bookman Old Style
tersebut dilaksanakan pada tahapan lima tahun ke-1 hingga lima tahun ke-
IV.Terakhir adalah pembangunan IPLT di setiap WP yang dilaksanakan di Formatted ... [391]
tahapan lima tahun ke-I dan lima tahun ke-II. Keseluruhan rencana struktur Formatted ... [392]
ruang serta indikasi program utama Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel I. Formatted ... [393]
6Tabel I. 6Tabel I. 6Tabel I. 6Tabel I. 6. Formatted ... [395]
Formatted ... [396]
Formatted ... [394]
Formatted: Font: Bookman Old Style
Tabel I. 6666 Rencana struktur Ruang Kota Bogor Formatted ... [397]
ARAH WAKTU PELAKSANAAN Formatted ... [398]
PEMANFAA
LIMA LIMA Formatted Table
TAN LIMA LIMA
RENCANA STRUKTUR TAH TAH Formatted: Font: Bookman Old Style
NO. RUANG/IN LOKASI TAH TAH
RUANG UN UN Formatted
DIKASI UN UN ... [399]
KE- KE-
PROGRAM KE-I KE-II Formatted: Font: Bookman Old Style
III IV
UTAMA Formatted ... [400]
I. Rencana Pusat Formatted ... [401]
Pelayanan
Formatted ... [402]
I.1 Wilayah Pelayanan B Pengemban Terminal
Formatted: Font: Bookman Old Style
gan Bubulak,
kawasan sekitar Formatted: Font: Bookman Old Style
sekitar Sindang Formatted ... [403]
terminal Barang Formatted ... [404]
sebagai Formatted ... [405]
pusat WP
Formatted ... [406]
dengan
Formatted: Font: Bookman Old Style
kegiatan
berupa Formatted: Font: Bookman Old Style
perdaganga Formatted ... [407]
n dan jasa Formatted ... [408]
skala WP Formatted: Font: Bookman Old Style
Menjaga Kawasan
Formatted ... [409]
dan hutan kota
memelihara CIFOR dan Formatted ... [410]
RTH Kota Situ Gede Formatted ... [411]
II Rencana Utilitas Formatted ... [412]
II.1 Persampahan Pengelolaan Kota Bogor Formatted Table
sampah Formatted ... [413]
dengan
Formatted: Font: Bookman Old Style
program 3
R Formatted ... [414]
Pembuatan Di setiap Formatted: Font: Bookman Old Style
tempat kawasan Formatted ... [415]
pengelolaan perumaha Formatted ... [416]
sampah n baru
Formatted ... [417]
terpadu
Formatted
skala ... [418]
Formatted: Font: Bookman Old Style

35
ARAH WAKTU PELAKSANAAN Formatted: Font: Bookman Old Style,
PEMANFAA 11 pt
LIMA LIMA
TAN LIMA LIMA
RENCANA STRUKTUR TAH TAH Formatted Table
NO. RUANG/IN LOKASI TAH TAH
RUANG UN UN Formatted: Font: Bookman Old Style
DIKASI UN UN
KE- KE- Formatted: Font: Bookman Old Style,
PROGRAM KE-I KE-II
III IV 12 pt
UTAMA
Formatted: Space Before: 0 pt,
lingkungan After: 0 pt
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011-2031 Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt, Indonesian
Formatted: Font: Bookman Old Style,
I.3.3.2. POLA RUANG KOTA 12 pt, Font color: Auto
I.3.3.2. Formatted: Indent: Left: 0 cm,
Arahan rencana pola Kota Bogor ruang terbagi menjadi dua, yaitu arahan Hanging: 1,75 cm, Space Before: 0
pt, After: 0 pt, Line spacing: single
pengembangan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Arahan
Formatted: English (U.S.)
pengembangan kawasan lindung, meliputi pendataan pemanfaatan ruang
Formatted: Font: Bookman Old Style,
sempadan sungai dan identifikasi permasalahan serta penataan sempadan 6 pt, Font color: Auto
sungai yang berlokasi di Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane dilaksanakan Formatted: Font: Bookman Old Style,
dari tahapan lima tahun ke-I hingga lima tahun ke-II. 12 pt
Arahan pengembangan kawasan budidaya terdiri dari sektor perumahan, Formatted: Indent: First line: 1 cm,
Space Before: 0 pt, After: 3 pt, Line
perdagangan dan jasa, industri, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Rencana Ruang spacing: single
Terbuka Non Hijau (RTNH), dan rencana sektor informal. Rencana sektor
Formatted: Indent: First line: 1 cm,
perumahan diarahkan pada penataan, pengendalian dan pengembangan Space Before: 0 pt, After: 6 pt, Line
berdasarkan karakteristik wilayah. Dimana indikasi program utama untuk spacing: single

sektor perumahan, meliputi pembangunan rusunawa/rusunami di Kota Bogor Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
yang dilaksanakan pada lima tahun ke-I dan lima tahun ke-II, dan peremajaan
Formatted: Font: Bookman Old Style,
perumahan padat dan kumuh dengan sasaran utama pada perumahan padat 12 pt
dan kumuh yang dilaksanakan lima tahun ke-I hingga lima tahun ke-III.
Formatted: Font: Bookman Old Style,
Indikasi program utama RTH terdiri dari pembangunan taman lingkungan 12 pt, Indonesian
di pemukiman padat yang berlokasi di Lebak Kantin, Babakan Pasar, Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Sukamulya dan Sindangsari Kelurahan Kebon, pembangunan Taman Topi City
Park yang berlokasi di Kecamatan Bogor Tengah dimana kedua program Formatted ... [419]
tersebut dilaksanakan di lima tahun ke-I, pembangunan Sport Center – Formatted ... [420]
lapangan olahraga berlokasi di WP E yang dilaksanakan pada lima tahun ke-I Formatted ... [421]
dan lima tahun ke-II, dan pengadaan lahan untuk RTH yang diarahkan di Formatted ... [423]
seluruh wilayah kota yang dilaksanakan pada lima tahun ke-I hingga lima Formatted ... [424]
tahun ke-IV. Selengkapnya tersaji pada Tabel I. 7Tabel I. 7Tabel I. 7Tabel I. Formatted ... [422]
7Tabel I. 7. Formatted ... [425]
Formatted ... [426]
Formatted ... [427]
Tabel I. 7777 Rencana Pola Ruang Kota Bogor
Formatted
RENCANA PENTAHAPAN PEMANFAATAN POLA RUANG ... [428]
SESUAI RTRW Formatted: Font: Bookman Old Style
WAKTU PELAKSANAAN Formatted ... [429]
RENCANA POLA ARAH
NO. LIMA LIMA LIMA Formatted
RUANG PEMANFAATAN LIMA ... [430]
LOKASI TAHU TAHU TAHU
RUANG/INDIKASI TAHU Formatted ... [432]
NKE- NKE- NKE-
PROGRAM NKE-I Formatted ... [433]
II III IV
Formatted
I Kawasan Budidaya ... [431]
I.1 Ruang Terbuka Pengadaan lahan Seluruh Formatted: Font: Bookman Old Style
Hijau (RTH) untuk RTH wilayah Formatted: Font: Bookman Old Style
kota Formatted ... [434]
I.2 Perumahan Peremajaan Peruma Formatted ... [435]
perumahan padat han
Formatted ... [436]
dan kumuh padat
dan Formatted ... [437]
kumuh Formatted: Font: Bookman Old Style
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011-2031 Formatted: Font: Bookman Old Style
Formatted ... [438]
Formatted ... [439]

36
Formatted ... [440]
Formatted ... [441]
Formatted ... [443]
Formatted ... [442]
Formatted ... [444]
Formatted ... [445]
Formatted Table ... [446]
Formatted
I.4. SISTEMATIKA PENULISAN ... [447]
Formatted ... [448]
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Formatted ... [449]
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
Formatted ... [450]
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Formatted ... [451]
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, maka dokumen RPJM Kota
Formatted
Bogor 2015-2019 ini disajikan dalam sistematika sebagai berikut. ... [452]
Formatted ... [453]
BAB I PENDAHULUAN Formatted ... [454]
I.1 Latar Belakang
Formatted ... [455]
I.2 Dasar Hukum Penyusunan
Formatted ... [456]
I.3 Hubungan Antar Dokumen
Formatted
I.4 Sistematika Penulisan ... [457]
Formatted
I.5 Maksud dan Tujuan ... [458]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Formatted ... [459]


II.1 Aspek Geografi dan Demografi Formatted ... [460]
II.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Formatted ... [461]
II.3 Aspek Pelayanan Umum Formatted ... [462]
II.4 Aspek Daya Saing Daerah Formatted ... [463]
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA Formatted ... [464]
KERANGKA PENDANAAN Formatted ... [465]
Kinerja Keuangan Masa Lalu Formatted ... [466]
III.1 Formatted ... [467]
Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
Formatted ... [468]
III.2
Formatted ... [469]
Kerangka Pendanaan
Formatted
III.3 ... [470]

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Formatted ... [471]


IV.1 Permasalahan Pembangunan Formatted ... [472]
IV.2 Isu-Isu Strategis Formatted ... [473]
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Formatted ... [474]
V.1 Visi Formatted ... [475]
V.2 Misi Formatted ... [476]
V.3 Tujuan Formatted ... [477]
V.4 Sasaran Formatted ... [478]
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Formatted ... [479]
VI.1 Strategi
Formatted ... [480]
VI.2 Arah Kebijakan
Formatted
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH ... [481]
Formatted
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI ... [482]
Formatted
KEBUTUHAN PENDANAAN ... [483]

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Formatted ... [484]


BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Formatted ... [485]
Formatted ... [486]
Formatted ... [487]
Formatted ... [488]
Formatted ... [489]
Formatted ... [490]
Formatted ... [491]
Formatted ... [492]
I.5. MAKSUD DAN TUJUAN
Formatted
I.5.
... [493]
Formatted ... [494]

37
Maksud dan tujuan dari penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt, English (U.S.)
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor Tahun 2015-2019 adalah:
Formatted: Indent: First line: 1 cm,
1. mMemberikan arah pembangunan dalam jangka lima tahun ke depan; Space Before: 0 pt, After: 6 pt, Line
spacing: single
2. mMenjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, Formatted: Font: Bookman Old Style,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran 12 pt
selama 5 (lima) tahun yang akan datang; Formatted: Justified, Space Before:
0 pt, After: 6 pt, Line spacing: single
3. mMenjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pelaku Formatted: Font: Bookman Old Style,
pembangunan di Kota Bogor; 12 pt

4. mMenjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif, efisien, Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
berkeadilan dan berkelanjutan;
Formatted: Font: Bookman Old Style,
5. mMenciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan daerah antar wilayah, 12 pt

antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintah; dan Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
6. mMemberikan tolok ukur keberhasilan pembangunan OPD dan Kepala Formatted: Font: Bookman Old Style,
Daerah. 12 pt
Formatted: Font: Bookman Old Style,
12 pt
Formatted: List 1, Justified, Indent:
Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Space
After: 0 pt, Line spacing: single

38
6.

39
Page 21: [1] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00
Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 21: [2] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Check spelling and grammar

Page 21: [3] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 21: [4] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Indonesian

Page 21: [5] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [6] Formatted Table Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Formatted Table

Page 21: [7] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [8] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 21: [9] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [10] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [11] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [12] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [13] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [14] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [15] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


None, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, No bullets or numbering, Tab stops: Not at 1,25 cm

Page 21: [16] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold, Indonesian

Page 21: [17] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [18] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold, Indonesian

Page 21: [19] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [20] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [21] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [22] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 21: [23] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [24] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [25] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [26] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [27] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 21: [28] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [29] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [30] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [31] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [32] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 21: [33] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [34] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [35] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [36] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [37] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 21: [38] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [39] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [40] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [41] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [42] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)
Page 21: [43] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00
Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [44] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [45] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [46] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [47] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 21: [48] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [49] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [50] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [51] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 21: [52] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 21: [53] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 21: [54] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single

Page 21: [55] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 21: [56] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,5 cm, Space After: 0 pt, Tab stops: Not at 1,27 cm
Page 21: [57] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:43:00
ISI, Indent: First line: 1 cm, Space After: 6 pt

Page 21: [58] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 22: [59] Formatted Cemon 09/11/2014 21:25:00


ISI, Indent: First line: 1 cm, Space After: 3 pt

Page 22: [60] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Space After: 0 pt, Tab stops: Not at 1,27 cm

Page 22: [61] Formatted Cemon 09/11/2014 21:26:00


Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Space After: 3 pt, Tab stops: Not at 1,27 cm

Page 22: [62] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:44:00


Indent: First line: 1 cm, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single

Page 22: [63] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Indonesian

Page 22: [64] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 22: [65] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 22: [66] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 22: [67] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Check spelling and grammar

Page 22: [68] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 22: [69] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [70] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Font color: Background 1

Page 22: [71] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt
Page 22: [72] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00
Font: Bookman Old Style, 11 pt, Font color: Background 1

Page 22: [73] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [74] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 22: [75] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [76] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [77] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [78] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [79] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [80] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [81] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [82] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [83] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 22: [84] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [85] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [86] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian
Page 22: [87] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00
Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [88] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 22: [89] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [90] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [91] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [92] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [93] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [94] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [95] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 22: [96] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [97] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [98] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [99] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [100] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 22: [101] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian
Page 22: [102] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00
Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [103] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [104] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [105] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 22: [106] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [107] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [108] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [109] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [110] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 22: [111] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [112] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [113] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 22: [114] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [115] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 22: [116] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian
Page 22: [117] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00
Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 22: [118] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:45:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian

Page 23: [119] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 23: [120] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:46:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 23: [121] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 23: [122] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:46:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 23: [123] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 23: [124] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:46:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [125] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:46:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [126] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 24: [127] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:46:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [128] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 24: [129] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


None, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, No bullets or numbering, Tab stops: Not at 1,25 cm

Page 24: [130] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 24: [131] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:47:00


Indent: First line: 1 cm, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single
Page 24: [132] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:47:00
Font: Bookman Old Style, 12 pt, Indonesian

Page 24: [133] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:47:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 24: [134] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 24: [135] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 24: [136] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Check spelling and grammar

Page 24: [136] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Check spelling and grammar

Page 24: [137] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [137] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [138] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [138] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [139] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [139] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [140] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [140] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [141] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt
Page 24: [141] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00
Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [142] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [143] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 24: [144] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Font color: Background 1

Page 24: [145] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [145] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [146] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [146] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [147] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [147] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [148] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [148] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [149] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [150] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 24: [151] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Indonesian
Page 24: [152] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00
Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [152] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [153] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [154] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


None, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, No bullets or numbering, Tab stops: Not at 1,25 cm

Page 24: [155] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold, Indonesian

Page 24: [156] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [156] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [157] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [157] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [158] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [158] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [159] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [159] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [160] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [161] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


None, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, No bullets or numbering, Tab stops: Not at 1,25 cm
Page 24: [162] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00
Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold, Indonesian

Page 24: [163] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [163] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [164] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [164] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [165] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [165] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [166] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [166] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [167] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [167] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [168] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [168] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [169] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [170] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


None, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, No bullets or numbering, Tab stops: Not at 1,25 cm
Page 24: [171] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00
Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold, Indonesian

Page 24: [172] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [172] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [173] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [173] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [174] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [174] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [175] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [175] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [176] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [176] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [177] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [177] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [178] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [179] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


None, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, No bullets or numbering, Tab stops: Not at 1,25 cm
Page 24: [180] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00
Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold, Indonesian

Page 24: [181] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [181] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [182] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [182] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [183] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [183] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [184] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [184] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [185] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [185] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [186] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [186] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [187] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [188] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


None, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, No bullets or numbering, Tab stops: Not at 1,25 cm
Page 24: [189] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00
Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold, Indonesian

Page 24: [190] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [190] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [191] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [191] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [192] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [192] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [193] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [193] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [194] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [194] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [195] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [195] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [196] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [197] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


None, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, No bullets or numbering, Tab stops: Not at 1,25 cm
Page 24: [198] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00
Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold, Indonesian

Page 24: [199] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [199] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [200] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [200] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [201] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [201] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [202] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [202] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [203] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [203] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [204] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [204] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [205] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [206] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Font color: Background 1
Page 24: [207] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00
Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [208] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Font color: Background 1

Page 24: [209] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [210] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Font color: Background 1

Page 24: [211] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [212] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Font color: Background 1

Page 24: [213] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [214] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Font color: Background 1

Page 24: [215] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [216] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 24: [217] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Font color: Background 1

Page 24: [218] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [219] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Font color: Background 1

Page 24: [220] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [221] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Font color: Background 1
Page 24: [222] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00
Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [223] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Font color: Background 1

Page 24: [224] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 24: [225] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt, Font color: Background 1

Page 25: [226] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 25: [227] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


None, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, No bullets or numbering, Tab stops: Not at 1,25 cm

Page 25: [228] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold, Indonesian

Page 25: [229] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 25: [230] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold, Indonesian

Page 25: [231] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 25: [232] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold, Indonesian

Page 25: [233] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 25: [234] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold, Indonesian

Page 25: [235] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 25: [236] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold, Indonesian
Page 25: [237] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00
Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 25: [238] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold

Page 25: [239] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 25: [240] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:48:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 11 pt, Not Bold

Page 25: [241] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:49:00


ISI, Indent: First line: 1 cm

Page 25: [242] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 25: [243] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:49:00


ISI, Indent: First line: 1 cm, Space After: 6 pt

Page 25: [244] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 25: [245] Formatted Cemon 09/11/2014 21:26:00


ISI, Indent: First line: 1 cm, Space After: 12 pt

Page 25: [246] Formatted Cemon 09/11/2014 21:26:00


ISI, Space After: 12 pt

Page 25: [247] Formatted Cemon 09/11/2014 21:26:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 25: [248] Formatted Cemon 09/11/2014 21:26:00


ISI, Indent: First line: 1 cm, Space After: 12 pt

Page 25: [249] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:49:00


Font: Bookman Old Style, Font color: Auto

Page 25: [250] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:49:00


Indent: Left: 0 cm, Hanging: 1,25 cm, Space Before: 0 pt, After: 6 pt, Line spacing: single

Page 25: [251] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt
Page 25: [252] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:49:00
ISI, Indent: First line: 1 cm, Space After: 6 pt

Page 25: [253] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 25: [254] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Check spelling and grammar

Page 25: [255] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 25: [256] Formatted Cemon 22/11/2014 23:23:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 25: [257] Formatted Table Bendahara 04/11/2014 13:49:00


Formatted Table

Page 25: [258] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 25: [259] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 25: [260] Formatted Cemon 22/11/2014 23:23:00


Left, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No
border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 25: [261] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 25: [262] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 25: [263] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 25: [264] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 25: [265] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt
Page 27: [266] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00
Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 27: [267] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 27: [268] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:51:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold, Font color: Auto, Indonesian

Page 27: [269] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 27: [270] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 27: [271] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 27: [272] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 27: [273] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 27: [274] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold, Font color: Auto

Page 29: [275] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 29: [276] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 29: [277] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 29: [278] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold, Font color: Auto

Page 29: [279] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:52:00


Justified, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 1,75 cm, Right: 0,09 cm, Space Before: 0 pt, Line spacing:
single

Page 29: [280] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 29: [281] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 29: [282] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 29: [283] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 30: [284] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, None, Space After: 0 pt, No bullets or numbering, Tab stops: Not at 1,25 cm

Page 30: [285] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold

Page 30: [286] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [287] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold

Page 30: [288] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [289] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold

Page 30: [290] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [291] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold

Page 30: [292] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [293] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold

Page 30: [294] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [295] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold

Page 30: [296] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [297] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold

Page 30: [298] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:52:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold, Font color: Auto, Indonesian

Page 30: [299] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [300] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border), Left: (No
border), Right: (No border)

Page 30: [301] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 30: [302] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold, Font color: Auto

Page 30: [303] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, None, Space After: 0 pt, Don't keep with next, Don't keep lines together

Page 30: [304] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [305] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space After: 0 pt

Page 30: [306] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 30: [307] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, None, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,37 cm, Space After: 0 pt, Don't keep with next, Don't
keep lines together

Page 30: [308] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [309] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 30: [310] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 30: [311] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold, Font color: Auto

Page 30: [312] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [313] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 30: [314] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold, Font color: Auto

Page 30: [315] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, None, Indent: Left: 0,37 cm, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Don't keep with next, Don't
keep lines together

Page 30: [316] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [317] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 30: [318] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 30: [319] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold, Font color: Auto

Page 30: [320] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [321] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 30: [322] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 30: [323] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:52:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold, Font color: Auto, Indonesian

Page 30: [324] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [325] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 30: [326] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 30: [327] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 30: [328] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 31: [329] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top:
(No border), Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 31: [330] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border),
Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)
Page 31: [331] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00
Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top:
(No border), Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 31: [332] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border),
Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 31: [333] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top:
(No border), Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 31: [334] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border),
Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 31: [335] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top:
(No border), Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 31: [336] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border),
Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 31: [337] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top:
(No border), Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 32: [338] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top:
(No border), Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 32: [339] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 32: [340] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border),
Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 32: [341] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top:
(No border), Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)
Page 32: [342] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00
Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 32: [343] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


None, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, No bullets or numbering, Don't keep with
next, Don't keep lines together, Tab stops: Not at 1,25 cm

Page 32: [344] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 32: [345] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 32: [346] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, None, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, No bullets or numbering, Don't
keep with next, Don't keep lines together, Tab stops: Not at 1,25 cm

Page 32: [347] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 32: [348] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 32: [349] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 32: [350] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 32: [351] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border),
Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 32: [352] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top:
(No border), Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 32: [353] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 32: [354] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border),
Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)
Page 32: [355] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00
Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top:
(No border), Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 32: [356] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 32: [357] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border),
Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 32: [358] Formatted Cemon 22/11/2014 23:24:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Font Alignment: Auto, Border: Top:
(No border), Bottom: (No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 32: [359] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single

Page 32: [360] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:53:00


Font: Bookman Old Style, Font color: Auto

Page 32: [361] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:53:00


Justified, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 1,75 cm, Right: -0,16 cm, Space Before: 0 pt, Line spacing:
single

Page 32: [362] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 32: [363] Formatted Cemon 22/11/2014 23:25:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 32: [364] Formatted Cemon 22/11/2014 23:25:00


Centered, Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 32: [365] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 32: [366] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 32: [367] Formatted Cemon 22/11/2014 23:25:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)
Page 33: [368] Formatted Cemon 22/11/2014 23:25:00
Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 33: [369] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 33: [370] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 33: [371] Formatted Cemon 22/11/2014 23:25:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 33: [372] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 33: [373] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 33: [374] Formatted Cemon 22/11/2014 23:25:00


Justified, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom:
(No border), Left: (No border), Right: (No border)

Page 33: [375] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: (Default) Bookman Old Style, 12 pt, Not Bold

Page 33: [376] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:54:00


Indent: Left: 1 cm, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, No bullets or numbering

Page 33: [377] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:54:00


Font: Bookman Old Style, Font color: Auto

Page 33: [378] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:54:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 33: [379] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 33: [380] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt
Page 33: [381] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00
Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 33: [382] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 35: [383] Formatted Cemon 09/11/2014 21:26:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 35: [384] Formatted Cemon 09/11/2014 21:26:00


Indent: First line: 1 cm, Space Before: 0 pt, After: 6 pt, Line spacing: single

Page 35: [385] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 35: [386] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 35: [387] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Check spelling and grammar

Page 35: [388] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 35: [389] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [390] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [391] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 35: [392] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [393] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [394] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [395] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [396] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 35: [397] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [398] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 35: [399] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [400] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [401] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [402] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [403] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [404] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 35: [405] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [406] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [407] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [408] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border),
Left: (No border), Right: (No border)

Page 35: [409] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt
Page 35: [410] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00
Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 35: [411] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [412] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 35: [413] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [414] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [415] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [416] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 35: [417] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 35: [418] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:59:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 36: [419] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 36: [420] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Check spelling and grammar

Page 36: [421] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 36: [422] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:00:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 36: [423] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:00:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 36: [424] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt
Page 36: [425] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:00:00
Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 36: [426] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 36: [427] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:00:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 36: [428] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 36: [429] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:00:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 36: [430] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:00:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 36: [431] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 36: [432] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:00:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 36: [433] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:00:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 36: [434] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:00:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 36: [435] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 36: [436] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:00:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 36: [437] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:00:00


Font: Bookman Old Style, 11 pt

Page 36: [438] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 36: [439] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, After: 0 pt
Page 37: [440] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:00:00
Font: Bookman Old Style, 12 pt, Indonesian

Page 37: [441] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:08:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [442] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Indent: Left: -0,01 cm, Space Before: 0 pt, After: 6 pt, Line spacing: single

Page 37: [443] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 37: [444] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [445] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt

Page 37: [446] Formatted Table Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Formatted Table

Page 37: [447] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [448] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [449] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [450] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [451] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [452] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [453] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border), Left: (No
border), Right: (No border)

Page 37: [454] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [455] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [456] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [457] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [458] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [459] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border), Left: (No
border), Right: (No border)

Page 37: [460] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [461] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Justified

Page 37: [462] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [463] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [464] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [465] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [466] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border), Left: (No
border), Right: (No border)

Page 37: [467] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [468] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [469] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [470] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border), Left: (No
border), Right: (No border)

Page 37: [471] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [472] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [473] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [474] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [475] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [476] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border), Left: (No
border), Right: (No border)

Page 37: [477] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [478] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [479] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [480] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border), Left: (No
border), Right: (No border)

Page 37: [481] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto
Page 37: [482] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00
Space Before: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border), Left: (No
border), Right: (No border)

Page 37: [483] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [484] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border), Left: (No
border), Right: (No border)

Page 37: [485] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:09:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [486] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt, Font Alignment: Auto, Border: Top: (No border), Bottom: (No border), Left: (No
border), Right: (No border)

Page 37: [487] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Space Before: 0 pt

Page 37: [488] Formatted Cemon 22/11/2014 23:26:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto, English (U.S.)

Page 37: [489] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:10:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt

Page 37: [490] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:10:00


Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single

Page 37: [491] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:10:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Indonesian

Page 37: [492] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:10:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt, Font color: Auto

Page 37: [493] Formatted Bendahara 04/11/2014 14:10:00


English (U.S.)

Page 37: [494] Formatted Bendahara 04/11/2014 13:35:00


Font: Bookman Old Style, 12 pt
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Pembahasan mengenai Aspek Geografi dan Demografi berisikan tentang


kondisi umum geografi daerah, potensi pengembangan wilayah, dan wilayah
rawan bencana. Dalam bagian ini, dijelaskan pula mengenai kondisi demografi
seperti ukuran, struktur dan distribusi penduduk.

II.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI


II.1.1. KARAKTERISTIK LOKASI DAN WILAYAH
II.1.1.1. SEJARAH KOTA BOGOR

...“Tah di dinya, ku andika adegkeun eta dayeuh laju ngaranan Bogor


sabab Bogor teh hartina tunggul kawung”…

Sebait pantun Pacilong tersebut menceritakan sebuah Kota bernama


Bogor, dimana Bogor berarti tunggul kawung, atau pohon enau. Kehebatan
pohon enau ini menyiratkan juga kehebatan sebuah Kota yang pernah menjadi
pusat pemerintahan Kerajaan Hindu terbesar di Nusantara.
Kota Bogor lahir dari sebuah Kerajaan besar bernama Pajajaran yang
memindahkan ibukotanya ke tanah Pakuan pada tahun 1482 (dari tempat
semula, yaitu Galoeh) seiring dinobatkannya Sri Baduga Maharaja atau yang
dikenal dengan sebutan Prabu Siliwangi menjadi raja Kerajaan Pajajaran.
Perpindahan ibukota ini adalah untuk yang terakhir kalinya karena pada
tanggal 11 bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 yang kira-kira jatuh pada
tanggal 8 Mei 1579 Masehi kerajaan besar ini pada akhirnya lenyap.
Berakhirlah jaman pajajaran (1482-1579). Hancur dan hilanglah sebuah ibu
kota kerajaan yang tersohor namanya. Kota itu dikalahkan tapi tidak untuk
dikuasai. Lama kelamaan wilayah ini berganti rupa menjadi hutan belantara.
Tidak ada catatan yang tertinggal mengenai Pakuan, ibukota Kerajaan
Pajajaran setelah keruntuhannya pada tahun 1579. Seolah hilang dan baru
ditemukan kembali setelah serangkaian ekspedisi yang dilakukan oleh Scipio
pada tahun 1687, Adolf Winkler tahun 1690 dan Abraham van Riebeeck tahun
1704 dan 1709. Penemuan Prasasti Batutulis dan situs-situs lainya menjadi
bukti yang meyakinkan bahwa di Bogorlah terletak pusat pemerintahan
Pakuan Pajajaran.
Atas perintah dari Camphuijs, untuk mencari jejak Kerajaan Pajajaran,
ekspedisi pada tahun 1687 yang dipimpin Sersan Scipio dibantu oleh Letnan
Patinggi dan Letnan Tanuwijaya seorang sunda Sumedang berhasil
menemukanpemukiman dibeberapa tampat, seperti Cikeas, Citeureup, Kedung
Halang dan Parung Angsana. Pada tahun 1687, pembukaan Hutan Pajajaran
mengawali babak baru kehidupan tanah ini yang ditandai dengan didirikannya
sebuah perkampungan yang kemudian diberi nama Kampung Baru. Kampung
Barulah yang selanjutnya menjadi cikal bakal tempat kelahiran Kabupaten
Bogor yang didirikan kemudian sekaligus sebagai pusat pemerintahan bagi
kampung-kampung lainnya seperti Parakan Panjang, Parung Kujang,
Panaragan, Bantarjati, Sempur, Baranang Siang, Parung Banteng dan
Cimahpar.
Pada tahun 1745 Gubernur Jenderal Baron Van Inhoff jatuh cinta pada
tanah indah ini dan lalu membangun sebuah istana yang mirip dengan
Bleheim Palace di Inggris. Istana yang saat ini tersohor dengan nama Istana
Bogor dibangun seiring dengan pembangunan jalan Raya Daendles yang
menghubungkan Batavia dengan Bogor, sehingga keadaan Bogor mulai
bekembang.

35
Pada masa pendudukan Inggris, dalam kepemimpinan Gubernur Jenderal
Thomas Rafless, kota ini berkembang pesat dimana Istana Bogor mengalami
renovasi dengan perkembangan taman disekelilingnya yang merupakan cikal
bakal Kebun Raya. Beliau juga memperkejakan seorang Planner(perencana)
yang bernama Carsens yang menata Bogor sebagai tempat peristirahatan yang
dikenal dengan Buitenzorg. Buitenzorg yang berarti ”without a care” kemudian
tersohor menjadi destinasi wisata pelancong dunia, hingga menjadi pilgrimage
para ilmuwan dunia setelah lahirnya S’Lands Plantetuin Te Buitenzorg (Kebun
Raya Bogor).
Setelah pemerintahan kembali kepada Hindia Belanda pada tahun 1903,
terbit Undang-undang Desentralisasi yang bertujuan menghapus sistem
pemerintahan tradisional diganti dengan sistem administrasi pemerintahan
modern. Sebagai realisasinya dibentuk Staadsgemeente diantaranya adalah:
1.Gemeente Batavia ( S. 1903 No.204 )
2.Gemeente Meester Cornelis ( S. 1905 No.206 )
3.Gemeente Buitenzoorg ( S. 1905 No.208 )
4.Gemeente Bandoeng ( S. 1906 No.121 )
5.Gemeente Cirebon ( S. 1905 No.122 )
6.Gemeente Soekabumi ( S. 1914 No.310 )
(Regeringsalmanak Voor Nederlandsh Indie 1928 : 746-748)
Pembentukan Gemeente tersebut bukan untuk kepentingan penduduk
pribumi tetapi untuk kepentingan orang-orang Belanda dan masyarakat
golongan Eropa dan yang dipersamakan (yang menjadi
Burgermeester(Walikota)dari Staatsgemeente Buitenzorg selalu orang-orang
Belanda dan baru tahun 1940 diduduki oleh orang Bumiputra yaitu Mr.
Soebroto).
Pada tahun 1922 sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap peran
desentralisasiyang ada maka terbentuklah Bestuursher Voorings Ordonantie
atau Undang-undang Perubahan Tata Pemerintahan Negeri Hindia Belanda
(Staatsblad 1922 No. 216), sehingga pada tahun 1992 terbentuklah
Regentschaps Ordonantie (Ordonantie Kabupaten) yang membuat ketentuan-
ketentuan daerah Otonomi Kabupaten (Staatsblad 1925 No. 79).
Provinsi Jawa Barat dibentuk pada tahun 1925 (Staatsblad 1924 No. 378
bij Propince West Java) yang terdiri dari 5 karesidenan, 18 Kabupaten
(Regentscape) dan Kotapraja (Staads Gemeente), dimana Buitenzorg (Bogor)
salah satu Staads Gemeente di Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan
Staatsblad 1905 No. 208 jo. Staatsblad1926 No. 368, dengan prinsip
desentralisasi modern, dimana kedudukan Burgermeester menjadi jelas.
Pada masa pendudukan Jepang kedudukan pemerintahan di Kota Bogor
menjadi lemah karena pemerintahan dipusatkan pada tingkat karesidenan
yang berkedudukan di Kota Bogor, pada masa ini nama-nama lembaga
pemerintahan berubah menjadi: Karesidenan menjadi Syoeoe,
Kabupaten/Regenschaps menjadi Ken, Kota/Staads Gemeente menjadi Si,
Kawedanaan/Distrik menjadi Gun, Kecamatan/Under Districk menjadi Soe
dan desa menjadi Koe.
Pada masa setelah kemerdekaan, yaitu setelah pengakuan kedaulatan RI,
pemerintahan di Kota Bogor namanya menjadi Kota Besar Bogor yang dibentuk
berdasarakan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950.
Selanjutnya pada tahun 1957 nama pemerintahan berubah menjadi Kota
Praja Bogor, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1Tahun 1957, kemudian
dengan Undang-undang Nomor 18 tahun 1965 dan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1974 berubah kembali menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor.

36
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999,
Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor diubah menjadi Kota Bogor. Nama Bogor
sendiri dapat ditemui pada sebuah dokumen tertanggal 7 April 1752. Dalam
dokumen tersebut tercantum nama Ngabei Raksacandra sebagai "hoofd van de
negorij Bogor" (kepala kampung Bogor). Dalam tahun tersebut ibukota
Kabupaten Bogor masih berkedudukan di Tanah Baru. Dua tahun kemudian,
Bupati Demang Wiranata mengajukan permohonan kepada Gubernur Jacob
Mossel agar diizinkan mendirikan rumah tempat tinggal di Sukahati di dekat
Buitenzorg.
Terakhir berdasarkan PP No.44/1992, perwakilan kecamatan Tanah
Sareal ditingkatkan statusnya menjadi kecamatan. Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2008, wilayah Kota Bogor terdapat enam
kecamatan dan 68 kelurahan (diolah dari berbagai sumber).

II.1.1.2. LUAS DAN BATAS WILAYAH ADMINISTRASI


Luas wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 hektar yang terdiri dari enam
kecamatan dan 68 kelurahan. Keenam kecamatan tersebut yaitu Kecamatan
Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan
Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Tanah Sareal.
Kecamatan Bogor Barat mempunyai luas wilayah terbesar yaitu 3.285 hektar
dan terdiri dari 16 kelurahan sedangkan Kecamatan Bogor Tengah mempunyai
luas wilayah terkecil yaitu 813 hektar dan terdiri dari 11 kelurahan. Untuk
luas wilayah menurut kecamatan tersaji pada Tabel II. 1.
Secara administratif Kota Bogor dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor
dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan
Ciawi, Kabupaten Bogor.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Kecamatan
Ciomas, Kabupaten Bogor.
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan
Caringin, Kabupaten Bogor.
Tabel II. 1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Bogor
NO KECAMATAN LUAS WILAYAH
(HA)
1 Bogor Selatan 3.081
2 Bogor Timur 1.015
3 Bogor Utara 1.772
4 Bogor Tengah 813
5 Bogor Barat 3.285
6 Tanah Sareal 1.884
Jumlah 11.850
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013

II.1.2. LETAK DAN KONDISI GEOGRAFI


Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106°43’30”BT –
106°51’00”BT dan 6°30’30”LS – 6°41’00”LS. Kedudukan geografi Kota Bogor
berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat
dekat dengan DKI Jakarta. Jarak Kota Bogor dengan Kota Jakarta kurang
lebih 60 kilometer dan dengan Kota Bandung sekitar 120 kilometer. Hal ini
menjadi potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi,
komunikasi, dan pariwisata. Berdasarkan hasil foto udara diketahui sebagian
dari total wilayah Kota Bogor merupakan kawasan yang sudah terbangun,

37
kecuali di wilayah Kecamatan Bogor Selatan. Area terbangun paling luas
berada di wilayah Kecamatan Bogor Tengah.

II.1.3. TOPOGRAFI
Kota Bogor mempunyai wilayah dengan kontur berbukit dan
bergelombang dengan ketinggian bervariasi, ketinggian minimum 190 meter
dan ketinggian maksimum 330 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar
wilayah Kota Bogor memiliki lahan datar dengan kemiringan berkisar 0−2
persen, untuk luasan lahan datar seluas 1.763,94 hektar dan tersebar di enam
kecamatan. Seluas 8.091,19 hektar merupakan lahan landai dengan
kemiringan berkisar 2−15 persen, seluas 1.109,92 hektar merupakan lahan
agak curam dengan kemiringan 15−25 persen, seluas 765,21 hektar
merupakan lahan curam dengan kemiringan 25−40 persen dan lahan sangat
curam seluas 119,74 hektar dengan kemiringan lebih dari 40 persen.
Kecamatan Bogor Selatan merupakan daerah di Kota Bogor yang tergolong
sangat peka terhadap erosi, karena mempunyai kemiringan lebih dari 40
persen atau sangat curam sehingga daerah tersebut sangat peka terhadap
erosi. Untuk lebih jelasnya, tingkat kemiringan daerah menurut kecamatan
telah tersaji dalam Tabel II. 2.
Tabel II. 2 Tingkat Kemiringan Daerah Menurut Kecamatan di Kota Bogor
TINGKAT KEMIRINGAN (HA)
AGAK SANGAT
NO KECAMATAN DATAR LANDAI CURAM
CURAM CURAM JUMLAH
<2% 2−15% 25−40%
15−25% >40%
1 Bogor Selatan 169,10 1.418,40 1.053,89 350,37 89,24 3.081
2 Bogor Timur 182,30 722,62 56,03 44,25 9,80 1.015
3 Bogor Utara 137,85 1.565,65 0 68 0,50 1.772
4 Bogor Tengah 125,44 560,47 0 117,54 9,55 813
5 Bogor Barat 618,40 2.502,14 0 153,81 10,65 3.285
6 Tanah Sareal 530,85 1.321,91 0 31,24 0 1.884
Jumlah 1.763,94 8.091,19 1.109,92 765,21 119,74 11.850
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013

II.1.3.1. GEOLOGI
Jenis tanah hampir diseluruh wilayah Kota Bogor adalah latosol coklat
kemerahan dengan luasan 8.496,35 hektar, kedalaman efektif tanah lebih dari
90 centimeter dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka
terhadap erosi. Kemudian jenis tanah lain yang juga menyebar di enam
Kecamatan yaitu aluvial kelabu dengan luasan 1.157,9 hektar. Kondisi fisik
dan lingkungan menurut jenis tanah per kecamatan di Kota Bogor tersaji pada
Tabel II. 3.
Tabel II. 3 Kondisi Fisik dan Lingkungan Menurut Jenis Tanah Per Kecamatan
di Kota Bogor
JENIS TANAH (HA)
LATOSO
LATOS LATOSOL
KECAM L PODZOLI ANDRO
NO ALUVIAL OL MERAH REGOS JUMLA
ATAN COKLAT K MERAH SOL
KELABU COKLA KEKUNIN OL H (HA)
KEMERA KUNING COKLAT
T GAN
HAN
1 Bogor 175,41 271,88 1.860,67 0 0 732,19 40,85 3.081
Selatan
2 Bogor 218,51 0 796,49 0 0 0 0 1.015
Timur
3 Bogor 141.30 0 1.576,95 53,75 0 0 1.772
Utara
4 Bogor 162,82 0 650,18 0 0 0 813
Tengah
5 Bogor 397,63 0 1.928,61 0 26,35 85,27 847,14 3.285
Barat

38
JENIS TANAH (HA)
LATOSO
LATOS LATOSOL
KECAM L PODZOLI ANDRO
NO ALUVIAL OL MERAH REGOS JUMLA
ATAN COKLAT K MERAH SOL
KELABU COKLA KEKUNIN OL H (HA)
KEMERA KUNING COKLAT
T GAN
HAN
6 Tanah 62,26 0 1.683,45 138,29 0 0 0 1.884
Sareal
Jumlah 1.157,9 271,88 8.496,35 192,04 26,5 732,19 85,27 11.850
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013

Kondisi geologi di Kota Bogor yaitu tufa dengan luasan 3.395,17 hektar
yang tersebar di enam kecamatan dengan Kecamatan Bogor Selatan menjadi
kecamatan dengan penyebaran kondisi geologi tufa terbesar. Sedangkan kipas
aluvial dengan luasan 3.249,98 hektar dan Kecamatan Bogor Utara menjadi
kecamatan dengan penyebaran kondisi geologi kipas aluvial. Untuk lebih
jelasnya mengenai penyebaran kondisi geologi menurut kelurahan dapat dilihat
pada Tabel II. 4.
Tabel II. 4 Kondisi Geologi Menurut Kecamatan di Kota Bogor
KONDISI GEOLOGI (HA)
LANAU
BREKSI
NO KECAMATAN ALIRAN KIPAS
ENDAPAN TUFA TUFAN JUMLAH
ANDESIT ALUVIAL
DAN
CAPILI
1 Bogor Selatan 445,01 0 0 1.838,81 797,18 3.081
2 Bogor Timur 0 304,21 0 710,79 0 1,015
3 Bogor Utara 0 1.766,64 0 5,36 0 1.772
4 Bogor Tengah 0 226,98 0,17 582,81 3,04 81
5 Bogor Barat 1.012,45 348,89 1.372,51 238,81 312,34 3.285
6 Tanah Sareal 1.262,15 603,26 0 18,59 0 1.884
Jumlah 2.719,61 3.249,98 1.372,68 3.395,17 1.112,56 11.850
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013

II.1.3.2. HIDROLOGI
Di wilayah Kota Bogor terdapat enam lokasi mata air, empat lokasi air
tanah dalam dan dua lokasi air tanah dangkal yang biasa digunakan untuk air
minum non perpipaan. Kapasitas sumber mata air dan air tanah dalam
mengalami penurunan dibanding tahun 2011. Demikian pula kapasitas air
tanah dalam, dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami penurunan.
Hal ini menunjukkan semakin berkurangnya resapan air karena semakin
bertambahnya daerah pemukiman di wilayah Kota Bogor. Lahan di Kota Bogor
hingga tahun 2012 masih banyak lahan tidak kritisnya yaitu sekitar 81,45
persen (9.651,98 ha). Sementara lahan kritisnya mencapai 1,82 persen (215,47
ha). Sisanya agak kritis 2,49 persen (295,07 ha) dan potensial kritis 14,24
persen (1.687,48 ha). Lahan kritis banyak terdapat di wilayah Kecamatan
Bogor Selatan. Semua Kelurahan di daerah tersebut mengandung lahan kritis
kecuali Kelurahan Cikaret. Lahan potensial kritis selain di Kecamatan Bogor
Selatan juga banyak terdapat di Kecamatan Bogor Barat.
Beberapa danau, situ dan kolam di Kota Bogor ada yang berfungsi untuk
irigasi, retensi dan rekreasi. Situ Gede, Situ Panjang dan Situ Curug
difungsikan sebagai irigasi dan retensi. Danau Bogor Raya, Kolam Retensi
Cimanggu dan Kolam Retensi Taman Sari Persada selain difungsikan sebagai
retensi juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Danau atau situ terluas di
Kota Bogor adalah Situ Panjang (4,5 ha) dan Situ Gede (4 ha).
Di wilayah Kota Bogor dilalui oleh dua buah sungai, yaitu Sungai Cisadane dan
Sungai Ciliwung. Sungai Cisadane mempunyai luas pengaliran 185 kilometer
persegi dan Sungai Ciliwung mempunyai luas pengaliran 211 kilometer

39
persegi. Menurut hasil pengukuran debit tahun 2004, setiap satu kilometer
persegi Sungai Cisadane memiliki debit 75,8 liter per detik dan setiap satu
kilometer persegi Sungai Ciliwung memiliki debit 74,1 liter per detik.
Untuk kualitas air, pada umumnya kualitas air sungai di wilayah Kota Bogor
kurang memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Hal itu disebabkan beberapa
unsur seperti sulfat, fosfat, nitrat dan jumlah total coliform dalam air sungai,
melebihi kriteria baku. Kondisi yang mirip juga terdapat pada air situ yang
umumnya berkualitas di bawah persyaratan baku mutu. Sedangkan air sumur
penduduk, nilai pH-nya cenderung fluktuatif, dan di beberapa lokasi
kandungan detergen dan bakteri e-colli sedikit diatas kriteria yang disyaratkan.
Tabel II. 5 Hasil Pengukuran Debit Tahun 2004
LUAS
DAERAH TINGGI VOLUM
NO. SUNGAI RATA-RATA ALIRAN/KM²
PENGALIRA ALIRAN E X 106
N
1 Cisadane 185,0 Km² 14 m³/det 75,8 Lt/det 2388,3 mm 441 m³
2 Ciliwung 211,0 Km² 15,6 m³/det 74,1 Lt/det 2335,4 mm 492 m³
Sumber : Masterplan SPAM Kota Bogor, 2008
Ketersediaan air di Kota Bogor pada tahun 2012 dari berbagai
penggunaan lahan dan rata-rata hujan per tahun yaitu 209.106.398,04
m3/tahun. Ketersediaan air paling banyak terdapat pada penggunaan lahan
dengan persentase dari total luas lahan yang paling besar, yaitu di sektor
permukiman, RTH dan perumahan.
Tabel II. 6 Perhitungan Ketersediaan Air (Supply Water/SW)
RATA- LUAS PERSENTAS
KOEFISIE
RATA WILAYA E DARI
GUNA N SW
NO HUJAN H TOTAL
LAHAN LIMPASA (M3/TAHUN)
(mm/tahu Luas Lahan
N (Ha)
n) (%)
1 Perdagangan 0,70 4.008 81,2 0,68 2.278.147,20
2 Permukiman 0,70 4.008 3.135,79 24,46 87.977.724,2
3 Perumahan 0,60 4.008 1.020,08 8,61 24.530.883,84
4 Komplek 0,60 4.008 73,96 0,62 1.778.590,084
Militer
5 Istana 0,60 4.008 1,17 0,01 28.136,16
6 Industri 0,90 4.008 92,59 0,78 3.339.906,48
7 Terminal 0,60 4.008 5,41 0,05 130.099,68
8 RTH 0,30 4.008 6.088,58 51,38 73.209.085,9
9 Tanah 0,35 4.008 984,38 8,31 13.808.882,62
Kosong(tidak
1 Lain2 Non 0,35 4.008 144,35 1,22 2.024.941,804
0 RTH
teridentifika
TOTAL KETERSEDIAAN AIR (SW) 209.106.398,
si)
Sumber : BPS, Materi Teknis RTRW 2011 dan Hasil Analisis Konsultan 04
KLHS 2012
Tabel II. 7 Perhitungan Kebutuhan Air Kota Bogor (Demand Water/DW)
PENDU TAHUN PROYEKSI
NO URAIAN SATUAN DUK
2010 2016 2021 2026 2031
1 Jumlah jiwa 950.334 1.171.194 1.356.507 1.575.159 1.833.586
Penduduk
2 KHLW m3/jiwa/ 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
tahun
TOTAL KEBUTUHAN AIR 950.334 1.171.194. 1.356.507. 1.575.159. 1.833.586.
(DW) m3/tahun .000 000 000 000 000
Sumber : BPS dan Hasil Analisis Konsultan KLHS 2012

40
Tabel II. 8 Perbandingan Ketersediaan Air (SW) terhadap Kebutuhan Air (DW)
FAKTOR RUMUS NILAI SATUAN π = SL/DL
Ketersediaan Air SW 209.106.398 m3/Tahun
Kebutuhan Air DW 950.334.000 m3/Tahun 0,220035
Status Daya Dukung Air π < 1 daya dukung
terlampaui/overshoot
Sumber : BPS dan Hasil Analisis Konsultan KLHS 2012

Berdasarkan Perbandingan Ketersediaan Air (SW) terhadap Kebutuhan Air


(DW) di Tabel II. 8 diketahui Daya Dukung Air terlampaui/tidak aman
(overshoot). Ketersediaan air tersebut berasal dari berbagai penggunaan lahan
dan rata-rata hujan per tahun. Hal ini berarti ketersediaan air menjadi hal
penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis Kegiatan, Rencana dan
Program (KRP) Kota Bogor karena ketersediaan air tidak bisa memenuhi
kebutuhan air warga Kota Bogor.
Di lain hal, untuk daya dukung air tanah di Kota Bogor, pemakaian air
tanah pada tahun 2011 secara keseluruhan hanya sekitar 37,75 persen dari
potensi (Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Terpadu Pengelolaan Air
Tanah Kota Bogor 2011), tetapi mengingat tingkat pengambilan air tanah tidak
merata, maka hal tersebut mengakibatkan di tempat tertentu sudah terlihat
adanya penurunan muka air tanah yang signifikan, sehingga terindikasi sudah
masuk ke dalam zona rawan, kritis bahkan rusak.
Berdasarkan hasil analisis geologi dan hidrogeologi, zona konservasi air
tanah di kota Bogor diperuntukkan bagi kedalaman 45–120 m bmt (zonasi
vertikal). Secara umum Kota Bogor (80,4%) berada pada zona konservasi air
tanah aman dengan luas 95,8 km2. Adapun zona rawan air tanah telah terjadi
seluas 13,3 km2 (11,2%) terletak pada sebagian Kecamatan Bogor Tengah,
Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan Bogor Selatan. Penyebaran zona kritis
air tanah seluas 6,2 km2 (5,2%) dan zona rusak air tanah seluas 3,2 km2
(3,2%) terletak pada sebagian Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan Bogor
Selatan. Adapun rincian konservasi air tanah per kecamatan dapat dilihat
pada Tabel II. 9 sampai dengan Tabel II. 14.
Tabel II. 9 Konservasi Air Tanah Kecamatan Bogor Barat
LUAS KONSERVASI AIR TANAH (%)
NO KELURAHAN
(KM )
2 AMAN RAWAN KRITIS RUSAK
1 Pasir Mulya 1,00 100% - - -
2 Pasir Kuda 2,25 100% - - -
3 Pasir Jaya 2,90 98,8% 1,2% - -
4 Gunung batu 2,20 100% - - -
5 Loji 2,53 100% - - -
6 Menteng 2,09 100% - - -
7 Cilendek Timur 1,05 100% - - -
8 Cilendek Barat 1,74 100% - - -
9 Sindang Barang 3,70 100% - - -
10 Margajaya 2,55 100% - - -
11 Balumbang Jaya 1,54 100% - - -
12 Situgede 2,73 100% - - -
13 Bubulak 3,14 100% - - -
14 Semplak 0,44 100% - - -
15 Curug mekar 1,04 100% - - -
16 Curug 1,95 100% - - -
Sumber :Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Terpadu Pengelolaan
Air Tanah Kota Bogor 2011

41
Tabel II. 10 Konservasi Air Tanah Kecamatan Tanah Sareal
LUAS KONSERVASI AIR TANAH (%)
NO KELURAHAN
(KM2) AMAN RAWAN KRITIS RUSAK
1 Kedung Waringin 1,42 100% - - -
2 Kedung Jaya 0,72 100% - - -
3 Kebon Pedes 1,04 100% - - -
4 Tanah Sareal 1,05 100% - - -
5 Kedung Badak 1,95 100% - - -
6 Sukaresmi 0,98 100% - - -
7 Sukadamai 1,12 100% - - -
8 Cibadak 4,64 100% - - -
9 Kayumanis 2,43 100% - - -
10 Mekarwangi 1,35 100% - - -
11 Kencana 2,14 100% - - -
Sumber :Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Terpadu Pengelolaan
Air Tanah Kota Bogor 2011
Tabel II. 11 Konservasi Air Tanah Kecamatan Bogor Utara
LUAS KONSERVASI AIR TANAH (%)
NO KELURAHAN
(KM )
2 AMAN RAWAN KRITIS RUSAK
1 Bantarjati 1,70 99,3% 0,7% - -
2 Tegalgundil 1,98 89,4% 10,6% - -
3 Tanah Baru 2,33 97,8% 2,2% - -
4 Cimahpar 4,44 100% - - -
5 Ciluar 2,20 100% - - -
6 Cibuluh 1,54 100% - - -
7 Kedung Halang 1,92 100% - - -
8 Ciparigi 1,61 100% - - -
Sumber :Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Terpadu Pengelolaan
Air Tanah Kota Bogor 2011
Tabel II. 12 Konservasi Air Tanah Kecamatan Bogor Tengah
LUAS KONSERVASI AIR TANAH (%)
NO KELURAHAN
(KM )
2 AMAN RAWAN KRITIS RUSAK
1 Paledang 1,78 - 100% - -
2 Gudang 0,32 - 100% - -
3 Babakan Pasar 0,42 - 100% - -
4 Tegallega 1,23 0,8% 99,2% - -
5 Babakan 1,22 18,8% 81,2% - -
6 Sempur 0,63 74% 26% - -
7 Pabaton 0,63 10,3% 89,7% - -
8 Cibogor 0,44 100% - - -
9 Panaragan 0,27 74,2% 25,8% - -
10 Kebon Kelapa 0,45 100% - - -
11 Ciwaringin 0,74 100% - - -
Sumber :Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Terpadu Pengelolaan
Air Tanah Kota Bogor 2011
Tabel II. 13 Konservasi Air Tanah Kecamatan Bogor Timur
LUAS KONSERVASI AIR TANAH (%)
NO KELURAHAN
(KM )2 AMAN RAWAN KRITIS RUSAK
1 Sindangsari 0,9 100% - - -
2 Sindangrasa 1,06 38,2% 31,2% 30,2% 0,4%
3 Tajur 0,45 - - - 100%
4 Katulampa 4,91 10,3 37,4% 39,7% 12,6%
5 Baranangsiang 2,35 - 48,4% 14,3% 37,3%
6 Sukasari 0,48 - 13,7% 20,7% 65,6%
Sumber :Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Terpadu Pengelolaan
Air Tanah Kota Bogor 2011

42
Tabel II. 14 Konservasi Air Tanah Kecamatan Bogor Selatan
LUAS KONSERVASI AIR TANAH (%)
NO KELURAHAN
(KM2) AMAN RAWAN KRITIS RUSAK
1 Mulya Harja 4,79 100% - - -
2 Pamoyanan 2,45 71,6% 26,5% 1,9% -
3 Ranggamekar 1,48 12,3% 80,5% 7,2% -
4 Genteng 1,73 33,4% 56,7% 9,9% -
5 Kertamaya 3,60 100% - - -
6 Rancamaya 2,00 100% - - -
7 Bojongkerta 2,76 100% - - -
8 Harjasari 1,49 100% - - -
9 Muarasari 1,54 94,9% 5,1% - -
10 Pakuan 1,04 27,4% 31,8% 40,8% -
11 Cipaku 1,74 - 19,6% 59,3% 21,1%
12 Lawang Gintung 0,61 2,8% 50% 47,2%
13 Batu Tulis 0,66 - 17,7% 82,3% -
14 Bondongan 0,68 - 52,2% 41,0% 6,8%
15 Empang 0,79 14,5% 81,7% 3,8% -
16 Cikaret 3,45 100% - - -
Sumber :Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Terpadu Pengelolaan
Air Tanah Kota Bogor 2011

Gambar 1 Peta Konservasi Air Tanah Kota Bogor Tahun 2011


Sumber : Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Terpadu Pengelolaan
Air Tanah Kota Bogor 2011

II.1.3.3. KLIMATOLOGI
Kota Bogor mempunyai suhu rata-rata tiap bulan 32,1°C dengan suhu
terendah 22,4°C dan suhu tertinggi 33,7°C. Suhu seperti itu antara lain
dipengaruhi kelembaban udara sebesar 92,0 persen serta jumlah curah hujan
setiap bulannya. Jumlah curah hujan di Kota Bogor pada tahun 2012,
memperlihatkan bahwa Pos Hujan Atang Sanjaya menjadi Pos Hujan Empang
dengan jumlah curah hujan terbesar yaitu 535,3. Menurut Stasiun Klimatologi,
bulan November menjadi bulan dengan curah hujan terbesar pada tahun 2012
di Kota Bogor dengan Pos Hujan Empang terbesar yaitu 652,0. Sedangkan

43
untuk curah hujan rata-rata dalam rentang tiga tahun terakhir, dari tahun
2010 sampai dengan 2012 mengalami naik turun yang berkisar antara 236,3
sampai 535,3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Tabel II. 15 dan Tabel II.
16.
Kualitas udara Kota Bogor secara keseluruhan dapat dikatakan baik atau
sehat. Beberapa parameter kualitas udara Kota Bogor relatif tidak
membahayakan lingkungan, karena gas-gas dan partikulat tersuspensi yang
dihasilkan, pada umumnya masih di bawah ambang batas baku mutu udara
ambien. Namun kadar debu dan tingkat kebisingan pada beberapa lokasi
masih berada di atas persyaratan ambang batas yang ditentukan.
Tabel II. 15 Jumlah Curah Hujan di Kota Bogor Tahun 2012
POS HUJAN EMPANG STASIUN
N
BULAN KATULAM ATANG KLIMATO
O. EMPANG
PA SANJAYA LOGI
1 Januari 278,0 424,0 537,0 272,0
2 Februari 645,0 450,0 1152,0 549,0
3 Maret 143,0 164,0 31,0 136,0
4 April 432,0 257,0 735,0 390,0
5 Mei 235,0 266,0 256,0 195,0
6 Juni 164,0 160,0 206,0 94,0
7 Juli 64,0 37,0 210,0 117,0
8 Agustus 183,0 101,0 74,0 79,0
9 September 200,0 370,0 384,0 271,0
10 Oktober 656,0 374,0 920,0 540,0
11 November 653,0 636,0 1264,0 652,0
12 Desember 298,0 429,0 655,0 359,0
Rata-rata 2012 329,3 305,7 535,3 304,5
2011 236,3 245,6 387,7 237,6
2010 437,8 427,0 437,9 337,6
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2012

Tabel II. 16 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Tahun 2010-2012


POS HUJAN EMPANG
RATA-RATA/ STASIUN
ATANG
TAHUN EMPANG KATULAMPA KLIMATOLOGI
SANJAYA
2012 329,3 305,7 535,3 304,5
2011 236,3 245,6 387,7 237,6
2010 437,8 427,0 437,9 337,6
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2012

II.1.3.4. PENGGUNAAN LAHAN


Luas lahan sawah di enam kecamatan pada tahun 2012 yaitu 750 hektar
dan luas bukan sawah yaitu 2.374 hektar. Kecamatan Bogor Selatan
mempunyai luasan lahan sawah dan lahan bukan sawah terbesar masing-
masing yaitu 283 hektar dan 580 hektar. Untuk lebih jelasnya mengenai
luasan lahan pertanian menurut kecamatan, dapat dilihat pada Tabel II. 17.
Jenis penggunaan lahan bukan sawah dapat dibedakan menjadi beberapa
klasifikasi, yaitu: Tegal, Ditanami Pohon, Kolam, Tidak Diusahakan dan
Lainnya. Lahan tegal mempunyai luasan yang paling besar yaitu 964 hektar
dan Kecamatan Bogor Selatan mempunyai luas lahan bukan sawah terbesar di
Kota Bogor.
Tabel II. 17. Luas Lahan Pertanian Menurut Kecamatan
NO KECAMATAN LAHAN SAWAH (HA) LAHAN BUKAN SAWAH
(HA)
1. Bogor Selatan 283 580
2. Bogor Timur 178 383
3. Bogor Utara 2 496

44
NO KECAMATAN LAHAN SAWAH (HA) LAHAN BUKAN SAWAH
(HA)
4. Bogor Tengah 1 16
5. Bogor Barat 272 475
6. Tanah Sareal 14 424
Jumlah
2012 750 2.374
2011 750 2.374
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013

Tabel II. 18. Luas Lahan Bukan Sawah Menurut Kecamatan


LUAS LAHAN BUKAN SAWAH (HA)
N KECAMATA DITANA TIDAK JUMLA
TEGA KOLA LAINNY
O N MI DIUSAHAKA H
L M A
POHON N
1. Bogor 282 73 19 11 195 580
Selatan
2. Bogor 137 54 18 7 167 383
Timur
3. Bogor Utara 195 93 13 3 192 496
4. Bogor 3 3 5 0 5 16
Tengah
5. Bogor Barat 128 72 8 2 265 475
6. Tanah 219 71 12 4 118 424
Sareal
Jumlah
2012 964 366 75 27 942 2.374
2011 964 366 75 27 942 2.374
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013

Kemampuan lahan di Kota Bogor terbagi menjadi tiga kategori yaitu:


1. Lahan yang tidak dapat dikembangkan (restricted area)
Lahan yang tidak dapat dikembangkan adalah lahan yang sudah ditetapkan
mempunyai fungsi perlindungan dan lahan yang ditetapkan tidak dapat
dialihfungsikan ke penggunaan lain yang tidak sesuai. Secara umum lahan
ini adalah lahan perlindungan setempat, kawasan perlindungan plasma
nutfah dan hutan kota. Lahan ini terbagi menjadi dua kawasan yaitu
kawasan perlindungan plasma nutfah dan hutan kota, serta kawasan
perlindungan setempat. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung pada Pasal 60,
bahwa kawasan perlindungan plasma nutfah adalah Kebun Raya Bogor.
Wilayah Hutan Kota yang dapat dijadikan potensi RTH Kota Bogor kedepan
adalah hutan-hutan penelitian yang notabene adalah milik
departemen/kantor pusat yang sewaktu-waktu bisa dialihkan fungsinya
menjadi fungsi komersial diantaranya: Hutan Penelitian Biotrop dan Kebun
Penelitian IPB.

2. Lahan yang dapat dikembangkan dengan persyaratan (limited area)


Lahan yang dapat dikembangkan dengan persyaratan adalah lahan belum
terbangun yang dapat dialihfungsikan untuk kegiatan perkotaan dengan
persyaratan tertentu seperti pengaturan bangunan atau penggunaan
teknologi tertentu. Di Kota Bogor lahan ini terdiri dari lahan resapan air
dimana pembangunannya memerlukan pengaturan KDH dan/atau
pemberlakukan aturan penyediaan sumur resapan.

45
3. Lahan yang dapat dikembangkan (developed area)
Lahan yang dapat dikembangkan adalah lahan terbangun atau lahan tidak
terbangun yang dapat dialihfungsikan penggunaannya untuk keperluan
aktivitas budidaya perkotaaan, seperti perumahan dan prasarananya,
industri, perdagangan dan jasa. Dalam kecenderungannya lahan tidak
terbangun cenderung beralih fungsi menjadi lahan perumahan dan
prasarananya atau industri. Sedangkan kegiatan komersial perkotaan
berupa perdagangan dan jasa cenderung berubah dari penggunaan lahan
perumahan atau lahan terbangun lainnya.

Tabel II. 19. Kemampuan Lahan Kota Bogor


LAHAN
LAHAN TIDAK DAPAT
LAHAN YANG DAPAT
DAPAT DIKEMBAN
DIKEMBANGKAN
DIKEMBANGKAN GKAN
TERBATAS
KAWASAN
NO KECAMATAN PERLIND
LAHAN KAWASAN DAERAH JUMLAH
UNGAN KAWASAN
POTENSIAL YANG RESAPAN/
PLASMA PERLINDU
UNTUK SUDAH KONSERV
NUTFAH NGAN
PENGEMB TERBANG ASI AIR
DAN SETEMPAT
ANGAN UN TANAH
HUTAN
KOTA
1 Bogor Barat 51,16 114,30 1.166,41 1.011,42 - 2.343,29
2 Bogor - 139,22 1.927,60 944,12 282,30 3.293,24
Selatan
3 Bogor 108,84 63,76 47,18 561,34 - 781,12
Tengah
4 Bogor - 107,61 390,88 536,73 19,84 1.055,06
Timur
5 Bogor Utara - 106,55 898,95 886,57 - 1.892,07
6 Tanah - 103,78 1.162,96 1.053,97 - 2.320,70
Sareal
Jumlah 160,00 635,23 5.593,97 4.994,13 302,14 11.685,4
9
Sumber: Laporan akhir KLHS RTRW Kota Bogor, 2011-2031

II.1.3.5. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH


Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor Tahun 2011 - 2031, wilayah
Kota Bogor terbagi ke dalam lima Wilayah Pengembangan (WP) yaitu:
1. Wilayah Pengembangan (WP) A, dengan pusat WP di Kebun Raya dan
sekitarnya;
2. Wilayah Pengembangan (WP) B, dengan pusat WP di kawasan di Bubulak
dan sekitarnya;
3. Wilayah Pengembangan (WP) C, dengan pusat WP di kawasan di Yasmin
dan Pasar TU Kemang;
4. Wilayah Pengembangan (WP) D, dengan pusat WP di kawasan di BORR
Kedunghalang, Sentul, dan Warung Jambu;
5. Wilayah Pengembangan (WP) E, dengan pusat WP dikawasan Tajur R3,
Inner Ring Road.

46
II.1.3.6. WILAYAH RAWAN BENCANA.
Berdasarkan hasil pemetaan daerah Tim Taruna Tanggap Bencana
(Tagana) tahun 2011, di wilayah Kota Bogor sedikitnya terdapat 32 titik rawan
bencana alam. Daerah rawan bencana tersebut merupakan daerah rawan
longsor dan banjir tersebar di enam wilayah Kecamatan se-Kota Bogor. Daerah
rawan longsor berada di Bogor Tengah, Bogor Selatan dan Bogor Barat.
Sementara daerah rawan banjir biasanya berada di sisi Sungai Cisadane dan
Sungai Ciliwung maupun aliran sungai kecil dari keduanya seperti di daerah
Tanah Sareal, Bogor Barat, Bogor Timur dan Bogor Utara.
Titik rawan longsor di wilayah Bogor Tengah diantaranya Kelurahan
Kebon Kelapa, Kelurahan Paledang dan Kelurahan Panaragan. Di Tanah Sareal
yaitu di Kelurahan Kencana, Kelurahan Cibadak, dan Kelurahan Mekarwangi.
Di wilayah Bogor Barat di Kelurahan Pasir Jaya, Cilendek Barat dan Kelurahan
Cilendek Timur. Di wilayah Bogor Selatan yaitu di Kelurahan Cipaku,
Kelurahan Mulyaharja, Kelurahan Harjasari dan Kelurahan Rangga Mekar. Di
wilayah Bogor Timur yaitu di Kelurahan Katulampa, Baranangsiang dan
Kelurahan Sukasari. Di wilayah Bogor Utara diantaranya di Kelurahan Cibuluh
dan Kelurahan Ciparigi
Titik rawan banjir di Bogor Barat di antaranya di Kelurahan Pasir Jaya,
Cilendek Barat dan Cilendek Timur. Kemudian di Bogor Selatan ada di
Kelurahan Cipaku, Mulyaharja, Harjasari dan Ranca Mekar yang juga rawan
longsor selain rawan banjir bandang. Di wilayah Bogor Timur terdapat di
daerah Katulampa, Baranangsiang dan Sukasari. Sedangkan di Bogor Utara di
Kelurahan Cibuluh dan Ciparigi.

II.1.4. ASPEK DEMOGRAFI


Penduduk Kota Bogor pada tahun 2012 terdapat sebanyak 1.004.831 jiwa
yang terdiri atas 510.884 orang laki-laki dan sebanyak 493.947 orang
perempuan. Dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah penduduk Kota Bogor
pada tahun 2012 bertambah sebanyak 37.433 orang atau meningkat sebanyak
3,87 persen. Dengan luas wilayah 118,50 kilometer persegi, kepadatan
penduduk di Kota Bogor pada tahun 2012 mencapai 8.480 jiwa perkilometer
persegi. Jumlah Rumah Tangga di Kota Bogor sebanyak 243.665 Rumah
Tangga dengan rata-rata anggota rumah tangga sebanyak empat orang.
Kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan Bogor Barat
dengan jumlah penduduk 223.168 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk tertinggi
sesuai golongan umur di Kota Bogor pada tahun 2012 berada dikisaran 25-29
tahun. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk sesuai golongan umur
telah tersaji dalam Tabel II. 20.
Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 1.023.923 jiwa
dengan kepadatan penduduk mencapai 8.606 jiwa per kilometer persegi. Untuk
rincian luas wilayah, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, jumlah
rumah tangga dan kepadatan penduduk telah tersaji pada Tabel II. 20.
Tabel II. 20. Luas Wilayah, Jumlah RT/RW, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah
Tangga dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kota Bogor
BANYAKNY
LUAS JUMLAH PENDUDUK RUMAH LAJU KEPADAT
A
NO KECAMATAN WILAYAH TANG PERTUMB AN (PER
LAKI-
(KM2) RT RW PEREMPUAN JUMLAH GA UHAN KM2)
LAKI
1 Bogor Selatan 30,81 769 190 97.698 92.837 190.535 45.714 2,5 6.184
2 Bogor Timur 10,15 318 59 50.553 49.430 99.983 24.052 2,5 9.851
3 Bogor Utara 17,72 527 108 91.874 88.973 180.847 44.218 3,0 10.206
4 Bogor Tengah 8,13 431 98 52.720 51.550 104.270 26.404 1,4 12.825
5 Bogor Barat 32,85 800 197 113.373 109.795 223.168 53.656 2,8 6.794
6 Tanah Sareal 18,84 634 128 104.666 101.362 206.028 49.621 3,9 10.936
Jumlah
2012 118,50 3.479 780 510.884 493.947 1.004.831 243.665 3,87 8.480
2011 118,50 3.479 780 493.761 473.637 967.398 238.227 4,06 8.164

Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung JawabanWalikota Bogor, 2013

47
Gambar II. 2 Piramida Penduduk Kota Bogor, 2012

Di tahun 2012 jumlah kelahiran lebih banyak dibandingkan dengan


jumlah kematian. Jumlah kelahiran yaitu 9.763 jiwa dengan laki-laki sebanyak
5.229 jiwa dan perempuan sebanyak 4.534 jiwa. Sedangkan untuk jumlah
kematian, 4.496 jiwa meninggal dengan jumlah laki-laki sebanyak 2.578 jiwa
dan perempuan sebanyak 1.918 jiwa. Kecamatan Bogor Barat menjadi
kecamatan dengan jumlah kelahiran dan kematian tertinggi di Kota Bogor.
Untuk jumlah kelahiran dan kematian menurut kecamatan telah tersaji pada
Tabel II. 21.
Tabel II. 21. Jumlah Kelahiran dan Kematian di Kota Bogor
LAHIR MENINGGAL
KECAMATAN LAKI- PEREMPUAN L+P LAKI- PEREMPUAN L+P
LAKI LAKI
Bogor Selatan 1.082 980 2.062 616 452 1.068
Bogor Timur 624 495 1.119 230 161 391
Bogor Utara 378 314 692 184 150 334
Bogor Tengah 594 540 1.134 377 311 688
Bogor Barat 1.641 1.384 3.025 769 570 1.339
Tanah Sareal 910 821 1.731 402 274 676
Jumlah
2012 5.229 4.534 9.763 2.578 1.918 4.496
2011 5.131 4.704 9.835 2.264 1.748 4.012
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013
Berdasarkan hasil survei angkatan kerja nasional, jumlah penduduk usia
kerja (15 tahun ke atas) pada tahun 2012 terdapat sebanyak 710.307 orang.
Dari seluruh penduduk usia kerja sebanyak 422.528 orang termasuk kedalam
kelompok angkatan kerja. Sebanyak 383.111 orang diantaranya adalah
penduduk yang bekerja dan sisanya sebanyak 39.417 orang adalah
pengangguran yang sedang mencari pekerjaan.
Penduduk yang bekerja di Kota Bogor menurut pendidikan terdapat sebanyak
62.377 berpendidikan SLTP, sebanyak 141.240 orang berpendidikan SLTA dan
sebanyak 75.892 orang berpendidikan Akademi dan Universitas. Lebih jelasnya
mengenai distribusi pekerja menurut tingkat pendidikan terdapat pada Tabel
II. 22.

48
Tabel II. 22. Jumlah Perkiraan Distribusi Pekerja Menurut Tingkat Pendidikan
TINGKAT PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
Tidak/Belum Tamat Sekolah 16.046 13.342 29.388
Skolah Dasar (SD) 52.606 21.608 74.214
SLTP 40.025 22.352 62.377
SLTA 106.753 34.487 141.240
Diploma /Akademi/ Universitas 46.100 29.792 75.892
Jumlah 261.530 121.581 383.111
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013
Indikator-indikator ketenagakerjaan di Kota Bogor pada tahun 2012
memiliki lima perincian yang terdiri dari Penduduk Usia Kerja (PUK) sebesar
710.307 jiwa, angkatan kerja yang bekerja sebanyak 422.528 jiwa, angkatan
kerja yang mencari pekerjaan sebanyak 39.417 jiwa, tingkat pengangguran di
Kota Bogor sebanyak 9,33 persen, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) sebesar 59,49 persen. Perubahan besarnya indikator-indikator utama
ketenagakerjaan setiap tahunnya telah tersaji pada Tabel II. 23.
Penduduk Kota Bogor sebanyak 877.498 jiwa menganut agama Islam.
Sebanyak 38.433 jiwa menganut agama Protestan dan 23.350 jiwa menganut
agama Katolik. Jumlah penduduk di Kota Bogor menurut agama yang dianut
telah disajikan pada Tabel II. 24.

Tabel II. 23. Indikator-indikator Utama Ketenagakerjaan


PERINCIAN 2009 2010 2011 2012
Penduduk Usia Kerja (PUK) 772.433 916.106 704.431 710.307
Angkatan Kerja 431.255 511.470 436.206 422.528
Bekerja 415.549 492.842 391.221 383.111
Mencari Pekerjaan 15.706 18.628 44.985 39.417
Bukan Angkatan Kerja (BAK) 341.178 404.637 268.225 287.779
Tingkat Pengangguran (%) 3,64 3,64 10,31 9,33
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 55,83 55,83 61,92 59,49
(%)
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013

Tabel II. 24. Jumlah Pemeluk Agama di Kota Bogor


KECAMATAN ISLAM KATOLIK PROTESTAN HINDU BUDHA LAINNYA JUMLAH
Bogor Selatan 168.889 4.123 6.321 451 1.163 - 180.947
Bogor Timur 81.787 6.782 7.798 470 1.050 - 97.887
Bogor Utara 158.212 3.653 5.920 1.430 1.000 - 171.204
Bogor Tengah 84.608 5.030 8.371 745 4.061 - 102.815
Bogor Barat 202.861 1.897 3.812 1.010 949 - 210.529
Tanah Sareal 181.141 1.855 6.211 850 721 - 190.788
Jumlah
2012 877.498 23.350 38.433 4.956 9.933 - 954.170
Sumber: Kota Bogor Dalam angka, 2013

II.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dari aspek kesejahteraan
masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator kesejahteraan dan pemerataan
ekonomi, kesejahteraan sosial serta seni budaya dan olahraga.

II.2.1. FOKUS KESEJAHTERAAN DAN PEMERATAAN EKONOMI


Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi
dilakukan terhadap indikator:
II.2.1.1. PERTUMBUHAN PDRB
Kondisi perekonomian Kota Bogor dapat dikatakan membaik, hal ini dapat
dilihat dari laju pertumbuhan PDRB konstan dalam empat tahun terakhir yang
mengalami pertumbuhan positif. PDRB atas dasar harga berlaku (Hb)
mengalami peningkatan yang signifikan dari 11.904,60 miliar rupiah pada
tahun 2009 menjadi 13.908,90 miliar rupiah pada tahun 2010. Selama tahun

49
2009-2010, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan kontribusi
terbesar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku dengan
perkembangan nilai dari 4.526,58 miliar rupiah pada tahun 2009 meningkat
menjadi 6.276,21 miliar rupiah pada tahun 2012, kemudian diikuti oleh sektor
Industri Pengolahan dengan nilai 3.044,08 miliar rupiah pada tahun 2009
menjadi 4.765,77 miliar rupiah pada tahun 2012. Pada sektor Pengangkutan
dan Komunikasi tumbuh dari nilai 1.719,77 miliar rupiah pada tahun 2009
menjadi 2.607,34 miliar rupiaih pada tahun 2012. Sektor Keuangan, Sewa dan
Jasa Perusahaan pada tahun 2009 memiliki nilai 1.216,46 miliar rupiah
kemudian meningkat menjadi 1.789,16 miliar rupiah pada tahun 2012.
Perkembangan nilai PDRB atas dasar harga konstan dan kontribusi sektor
dalam PDRB Kota Bogor selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel
II.25 berikut.
Tabel II.25 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2009 s.d 2012
2009 2010 2011 2012
NO SEKTOR
(RP) % (RP) % (RP) % (RP) %
1 Pertanian 24.008,43 0,20 25,916.73 0,19 28,118.04 0,18 30,275.03 0,17
2 Pertambang
an dan 207,34 0,001 223.97 0,001 219.49 0,0014 213.85 0,0012
Penggalian
3 Industri
3,044,078.40 25,57 3,644,311.09 26,20 4,158,989.50 26,85 4,765,773.70 27,51
Pengolahan
4 Listrik,Gas
dan Air 245,221.37 2,06 281,368.13 2,02 310,200.08 2,00 348,135.59 2,01
bersih
5 Konstruksi 653,511.28 5,49 744,153.29 5,35 799,592.71 5,16 872,995.32 5,04
6 Perdagangan
, Hotel dan 4,528,576.95 38,04 5,147,429.56 37,01 5,675,587.90 36,65 6,276,208.33 36,23
Restoran
7 Pengangkuta
n dan 1,719,767.35 14,45 2,159,576.94 15,53 2,368,197.56 15,29 2,607,342.60 15,05
Komunikasi
8 Keuangan,
sewa, dan
1,216,482.77 10,22 1,381,808.71 9,93 1,570,307.14 10,14 1,789,161.87 10,33
Jasa.
Perusahaan
9 Jasa-jasa 472,745.77 3,97 524,111.15 3,77 576,014.54 3,72 633,229.69 3,66
PDRB Atas
Dasar Harga 11,904,599.66 100 13,908,899.57 100 15,487,253.96 100 17,323,335.99 100
Konstan
Sumber: Diolah dari PDRB Kota Bogor, 2013

Pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012


mengalami pertumbuhan sebesar 16,84 persen. Sektor-sektor yang
berkontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan PDRB ini antara lain sektor
Industri Pengolahan yang berkontribusi sebesar 14,59 persen. Sektor lainnya
adalah sektor Keuangan, sewa dan jasa perusahaan berkontribusi sebesar
13,94 persen, sedangkan sektor Listrik, Gas dan Air bersih serta Pengangkutan
dan Komunikasi berkontribusi sebesar 10,58 persen terhadap pertumbuhan
PDRB atas dasar harga berlaku.
Pada Tabel II.26 berikut juga dapat dilihat ada sektor yang mengalami
pertumbuhan negatif yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian pada PDRB
atas dasar harga berlaku, nilai pertumbuhannya minus 2,57 persen per tahun
sedangkan atas dasar harga konstan tahun 2000 nilai pertumbuhannya
mencapai minus 9,20 persen per tahun. Hal ini disebabkan oleh penurunan
kuantitas sektor yang bergerak di sektor ini pada tahun 2012.
Dengan melihat perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku dan harga
konstan tahun 2000 dapat menjelaskan bahwa dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir ini telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan ini

50
bukan hanya terjadi karena kenaikan harga atau inflasi tetapi juga terjadi
karena adanya peningkatan kapasitas produksi sektoral.
Tabel II.26 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2012 Atas
Dasar Harga Berlaku (Hb) dan harga Konstan (Hk) Kota Bogor
2010 2011 2012
NO SEKTOR HB HK HB HK HB HK
% % % % % %
1 Pertanian 7,95 3,22 8,49 2,84 7,67 2,22
2 Pertambangan dan Penggalian 8,02 1,53 -2 -9,47 -2,57 -9,2
3 Industri Pengolahan 19,72 6,38 14,12 6,2 14,59 6,14
4 Listrik,Gas dan Air bersih 14,74 6,95 10,25 6,99 12,23 7,02
5 Konstruksi 13,87 4,12 7,45 4,15 9,18 4,02
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 13,67 4,98 10,26 5,28 10,58 5,31
7 Pengangkutan dan Komunikasi 25,57 6,55 9,66 8,09 10,1 7,03
8 Keuangan, sewa, dan Js. Perusahaan 13,59 8,36 13,64 8,47 13,94 8,48
9 Jasa-jasa 10,87 5,36 9,9 5,42 9,93 5,22
PDRB 16,84 6,14 11,35 6,19 11,86 6,15
Sumber: Diolah dari PDRB Kota Bogor, 2013

II.2.1.2. LAJU INFLASI KOTA BOGOR


Laju inflasi merupakan ukuran untuk menggambarkan kenaikan atau
penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap
kemampuan daya beli masyarakat. Laju inflasi tahun kalender di Kota Bogor
pada tahun 2013 berada pada angka 8,55 persen. Angka ini meningkat dari
tahun sebelumnya yang tercatat hanya 4,06 persen. Rata-rata pertumbuhan
inflasi di Kota Bogor hanya sebesar 0,41 persen. Laju inflasi Kota Bogor ini
jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju inflasi Provinsi Jawa Barat
yang pada tahun 2012, laju inflasi Provinsi Jawa Barat hanya sebesar 3,53
persen dengan rata-rata pertumbuhannya mencapai 0,14 persen per tahun.
Selama empat tahun terakhir penyumbang terbesar bagi inflasi adalah
kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Pada tahun 2010 saja
besarannya mencapai 17,10 persen yang dipicu oleh kenaikan beberapa harga
komoditi bumbu-bumbuan naik tajam pada saat itu. Penyumbang inflasi
selanjutnya diikuti oleh kelompok pengeluaran makanan jadi, rokok dan
tembakau sebesar 2,49 persen, sedangkan penyumbang inflasi yang terkecil
masih pada kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa
keuangan sebesar 0,42 persen.
Berdasarkan pengalaman tingginya inflasi pada tahun 2010, pemerintah
kemudian melakukan upaya penekanan laju inflasi menjadi 2,85 persen pada
tahun 2011. Laju inflasi kemudian meningkat kembali pada tahun 2012 yang
lajunya mencapai 4,06 persen. Kelompok pengeluaran yang paling banyak
masih di kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi masih
memberikan andil yang cukup besar terhadap besaran angka inflasi Kota
Bogor, masing-masing sebesar 9,96 persen dan 4,13 persen.
Tabel II.27. Nilai Inflasi Rata-rata Tahun 2009 s.d 2013 Kota Bogor
RATA-RATA
INFLASI 2009 2010 2011 2012 2013
PERTUMBUHAN
Kota Bogor 2,16 6,57 2,85 4,06 8,55 0,41
Sumber: BPS Kota Bogor, 2013

II.2.1.3. PDRB PER KAPITA DAN INDEKS GINI


PDRB per Kapita merupakan salah satu indikator produktivitas penduduk
dihitung dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk. PDRB per
Kapita dapat dihitung atas dasar harga berlaku dan harga konstan. PDRB per

51
Kapita Kota Bogor selama empat tahun terakhir menunjukkan peningkatan
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar konstan.
Pada tahun 2008 jumlah PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku
hingga tahun 2012 Kota Bogor mengalami pertumbuhan yang cukup baik yaitu
dari 11,08 juta rupiah pada tahun 2008 kemudian meningkat menjadi 17,34
juta rupiah pada tahun 2012. PDRB per Kapita atas dasar harga konstan
mengalami peningkatan yang cukup pesat selama periode 2008-2012 yaitu
sebesar 4,67 juta rupiah pada tahun 2008 menjadi 5,37 juta rupiah pada
tahun 2012. Rata-rata pertumbuhan PDRB per Kapita 3,38 persen per tahun.
Tabel II.28 PDRB Perkapita Atas Dasar harga konstanTahun 2000Tahun 2008 s.d
2012Kota Bogor
URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012
PDRB Per kapita Atas Dasar Harga Berlaku
11,08 12,58 14,64 16,01 17,24
(Rp.juta/jiwa)
PDRB per kapita Atas dasar Harga Konstan
4,67 4,77 5,04 5,25 5,37
Tahun 2000 (Rp.juta /jiwa)
Sumber: Diolah dari PDRB Kota Bogor, 2013

PDRB per kapita Kota Bogor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
sejalan dengan pertumbuhan PDRB, hanya saja pertumbuhan tersebut tidak
diikuti dengan pemerataan. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai Indeks Gini
Kota Bogor.
Indeks Gini merupakan gambaran tingkat pemerataan distribusi
pendapatan masyarakat. Indeks Gini Kota Bogor sebesar 0,3403 ini artinya
pemerataan pendapatan di Kota Bogor mencapai level rendah. Indeks Gini
adalah ukuran ketimpangan ekonomi dalam distribusi pendapatan
yang ditentukan dengan Koefisien Gini Rasio antara 0-1 (>0 dan <1),
semakin rendah Koefisien Gini maka pendapatan suatu wilayah/ daerah
semakin merata. Kategori ketimpangan tinggi apabila Indeks Gini lebih besar
dari 0,5 dan kategori rendah dengan Indeks Gini dibawah 0,5 (tinggi > 0,5
dan rendah <0,5).

II.2.1.4. PERSENTASE PENDUDUK DIATAS GARIS KEMISKINAN


Berdasarkan data dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K) rumah tangga miskin dikelompokkan menjadi tiga, antara
lain:
1. Kelompok 1 adalah rumah tangga/individu dengan kondisi kesejahteraan
sampai dengan 10 persen terendah di Indonesia/paling Miskin.
2. Kelompok 2 adalah rumah tangga/individu dengan kondisi kesejahteraan
antara 11 persen-20 persen terendah di Indonesia/hampir miskin.
3. Kelompok 3 adalah rumah tangga/ individu dengan kondisi kesejahteraan
antara 21 persen-30 persen terendah di Indonesia/rentas miskin.
Di Kota Bogor jumlah rumah tangga miskin mencapai 49.522 rumah
tangga yang tersebar di seluruh kecamatan. Jumlah rumah tangga miskin
pada kelompok 1/paling miskin di Kota Bogor mencapai 17.188 rumah tangga.
Pada kelompok 2/hampir miskin, jumlah rumah tangga miskin mencapai
16.167 rumah tangga, sedangkan penduduk yang masuk kelompok 3/rentan
miskin sebanyak 16.167 rumah tangga.
Kecamatan dengan jumlah rumah tangga miskin terbanyak adalah
Kecamatan Bogor Selatan dengan jumlah mencapai 12.922 rumah tangga
dengan 4.958 adalah rumah tangga miskin kelompok 1, 4.266 rumah tangga
miskin kelompok 2 dan 3.679 kelompok 3.

52
Tabel II. 29 Jumlah Rumah Tangga Miskin Kota Bogor
NAMA KECAMATAN JUMLAH RUMAH TANGGA
KEL 1 *) KEL 2 *) KEL 3 *) TOTAL
Bogor Selatan 4.958 4.285 3.679 12.922
Bogor Timur 1.537 1.395 1.446 4.378
Bogor Utara 2.638 2.595 2.743 7.976
Bogor Tengah 1.924 1.644 1.678 5.246
Bogor Barat 3.256 3.373 3.862 10.491
Tanah Sereal 2.875 2.875 2.759 8.509
Kota Bogor 17.188 16.167 16.167 49.522
Sumber: Data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K), 2011.
Jumlah kepala keluarga miskin berdasarkan jenis kelamin 86,76 persen
dari total rumah tangga miskin di Kota Bogor atau 42.967 KK didominasi oleh
kepala keluarga laki-laki, sedangkan kepala keluarga perempuan dengan
status miskin hanya sebanyak 6.555 KK atau sebesar 13,43 persen dari
jumlah rumah tangga miskin di Kota Bogor. Bila dilihat dari latar belakang
pendidikan kepala keluarga penyandang kemiskinan, kepala keluarga dengan
latar belakang pendidikan Sekolah dasar (SD) memiliki jumlah terbanyak yang
mencapai 21.494 KK atau sebesar 43,40 persen dari jumlah rumah tangga
miskin, sedangkan kepala keluarga yang tidak memiliki ijazah ada sebanyak
11.091 KK penyandang kemiskinan.
Tabel II. 30 Kepala Keluarga Miskin berdasarkan Jenis Kelamin
JENIS KELAMIN KK KK %
Laki-laki 42.967 86,76%
Perempuan 6.555 13,24%
Total KK 49.522 100,00%
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KK KK %
Tidak punya ijazah 11.091 22,40%
SD 21.494 43,40%
SMP 8.603 17,37%
SMA 5.535 11,18%
Perguruan Tinggi 130 0,26%
Tidak sekolah 2.669 5,39%
Total 49.522 100,00%
Sumber: Data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K), 2011.
Persentase penduduk di atas garis kemiskinan di Kota Bogor mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Di banding tahun 2008 yaitu dari 9,72 persen
atau dari 97.710 jiwa penduduk miskin menjadi 9,16 persen atau 88.900 jiwa
penduduk miskin pada tahun 2011.
Pada tahun 2010 persentase penduduk miskin Kota Bogor mencapai 9,24
persen ini artinya ada sebanyak 90.200 jiwa penduduk miskin yang ada di
Kota Bogor. Persentase ini jauh lebih rendah daripada persentase penduduk
miskin Provinsi Jawa Barat yang mencapai 10,31 persen.
Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan
untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan
dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak. Garis
Kemiskinan di Kota Bogor pada tahun 2011 tercatat 305.870 rupiah per bulan.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya
mencapai 278.530 rupiah per bulan. Garis kemiskinan Kota Bogor ini jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan Garis Kemiskinan Provinsi Jawa Barat yang
hanya sebesar 230.445 rupiah per bulan.

53
Tabel II. 31 Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan di Kota Bogor
N TAHU JUMLAH PENDUDUK PERSENTASE PENDUDUK GARIS
O N MISKIN MISKIN KEMISKIN
1 2008 (JIWA)
97,710 (%)
9,72 AN
223.218
2 2009 91,710 8,82 (RUPIAH/
256.414
3 2010 90,200 9,24 BULAN)
278.530
4 2011 88,900 9,16 305.870
Sumber: Bogor Dalam Angka, 2013

II.2.1.5. ANGKA KRIMINALITAS YANG TERTANGANI


Dinamika perkembangan Kota Bogor yang pesat dengan kemajemukan
masyarakat akan berdampak pada perubahan sosial di masyarakat. Disisi lain
peningkatan jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan ketersediaan
fasilitas akan berdampak negatif seperti semakin bertambahnya tingkat
pengangguran, bertambahnya angka kemiskinan dan akan memicu
meningkatnya angka kriminalitas. Sampai dengan tahun 2012 rasio
kriminalitas di Kota Bogor tercatat sebesar 4,66 persen. Angka ini mengalami
penurunan dibandingkan pada tahun 2011 yang tercatat sebesar 4,20 persen.
Jika angka kriminalitas pada suatu daerah semakin rendah ini
menggambarkan tingginya rasa aman masyarakat. Begitu juga sebaliknya jika
angka kriminalitas tinggi maka rasa aman masyarakat semakin rendah.
Tingkat kriminalitas di Kota Bogor selama empat tahun terakhir termasuk
dalam kategori rendah, hal tersebut ditunjukan oleh kondisi di kalangan
masyarakat yang aman, nyaman dan tentram dan tidak adanya gejolak di
masyarakat.
Tabel II. 32 Angka Kriminalitas Yang Tertangani di Kota Bogor
NO TAHUN ANGKA KRIMINALITAS YANG TERTANGANI
1 2009 4,96
2 2010 4,71
3 2011 4,20
4 2012 4,66
Sumber: Bogor Dalam Angka, 2013

II.2.2. FOKUS KESEJAHTERAAN SOSIAL


Analisis pada fokus kejahteraan sosial meliputi indikator Angka Melek
Huruf, Angka Rata-rata Lama Sekolah, Angka Partisipasi Kasar, Angka
Pendidikan yang Ditamatkan, Angka Partisipasi Murni, Angka Kelangsungan
Hidup Bayi, Angka Usia Harapan Hidup, Persentase Penduduk yang Memiliki
Lahan, dan Rasio Penduduk yang Bekerja. Analisis beberapa indikator pada
fokus kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut:
II.2.2.1. PENDIDIKAN
Pembangunan pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator
pendidikan antara lain Angka Melek Huruf, Angka Rata-Rata Lama Sekolah,
Partisipasi Murni, Angka Putus Sekolah dan Angka Pendidikan yang
Ditamatkan.
II.2.2.1.1. ANGKA MELEK HURUF (AMH)
Kondisi makro Kota Bogor dari sisi pendidikan semakin membaik namun
belum ada peningkatan yang cukup signifikan dari tahun lalu. Angka Melek
Huruf (AMH) pada tahun 2012 naik menjadi 98,97 persen dibandingkan
dengan tahun 2011 yang tercatat hanya 98,79 persen. Bila diterjemahkan
maka setiap 100 orang penduduk di Kota Bogor pada tahun 2012 masih ada
satu orang yang tidak bisa membaca.

54
Di Kota Bogor pada tahun 2012 tercatat memliki 706.618 jiwa penduduk
pada kelompok usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis. Angka
ini meningkat 9.740 jiwa daripada tahun sebelumnya yang hanya mencapai
696.878 jiwa. Berikut adalah data Perkembangan AMH pada tiga titik tahun.
Tabel II. 33 Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2009 s.d 2012 Kota Bogor
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun 619.035 687.390 696.878 706.618
yang bisa membaca dan menulis
2 Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas 611.297 695.950 705.413 713.972
3 Angka Melek Huruf (%) 98,75 98,77 98,79 98,97
Sumber: Diolah dari Bogor Dalam Angka, 2013

II.2.2.1.2. ANGKA RATA-RATA LAMA SEKOLAH


Angka Rata-Rata Lama Sekolah untuk pendidikan wajib belajar sembilan
tahun cenderung tetap dengan angka berkisar 9,9 tahun. Artinya penduduk di
Kota Bogor umumnya bersekolah hanya sampai dengan kelas satu tingkat
Sekolah Menengah Atas (Kelas X).
Tabel II. 34 Angka Rata-rata Lama SekolahKota Bogor
URAIAN 2009 2010 2011 2012
Rata-rata lama sekolah 9,77 9,79 9,8 9,9
Sumber: Diolah Dari IPM Kota Bogor, 2012

Bila dilihat dari data kecamatan pada tahun 2011 tercatat penduduk
Kecamatan Bogor Utara memiliki rata-rata lama sekolah yang lebih lama
dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu 10,41 tahun. Ini artinya
penduduk di Kecamatan Bogor Utara umumnya bersekolah sampai dengan
kelas dua Sekolah Menengah Atas.
Angka Rata-Rata Lama Sekolah paling rendah di Kota Bogor adalah
penduduk di Kecamatan Bogor Selatan, dengan rata-rata lama sekolah 8,66
tahun yang artinya hanya sampai dengan kelas tiga Sekolah Menengah
Pertama. Angka ini nyaris memenuhi target pendidikan nasional Pemerintah
Pusat.
Tabel II. 35 Angka Rata-Rata Lama Sekolah Berdasarkan Kecamatan Kota Bogor
NO KECAMATAN RATA-RATA LAMA
SEKOLAH
1 Bogor Selatan 8,66
2 Bogor Timur 8,71
3 Bogor Utara 10,41
4 Bogor Tengah 9,85
5 Bogor Barat 9,95
6 Tanah Sareal 9,49
Kota Bogor 9,8
Sumber: IPM Kota Bogor, 2012

II.2.2.1.3. ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK)


Angka Partisipasi Kasar sekolah di Kota Bogor untuk tingkat pendidikan
SD/MI mengalami penurunan dari 119,27 persen pada tahun 2012 menjadi
114,4 persen pada tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya jumlah
siswa yang bersekolah pada jenjang pendidikan SD/MI di Kota Bogor dari
125.454 jiwa pada 2012 kemudian turun menjadi 124.339 jiwa.
Angka Partisipasi Kasar untuk tingkat pendidikan SMP/MTs pun
mengalami penurunan yang signifikan. Pada 2012 tercatat Angka Partisipasi
Sekolah-nya mencapai 117,51 persen kemudian turun signifikan menjadi
104,66 persen. Hal ini disebabkan oleh menurunnya jumlah siswa yang

55
bersekolah di jenjang penddikan SMP/MTs dari 60.494 jiwa pada tahun 2012
kemudian tercatat hanya 55.086 jiwa pada tahun 2013.
Peningkatan yang cukup signifikan pada angka partisipasi kasar ternyata
justru terjadi pada jenjang pendidikan SMA/MA/SMK. Pada 2013 tercatat APK
SMA/MA/SMK mencapai 129 persen. Angka ini melonjak signifikan dari tahun
2012 yang tercatat 116,46 persen. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
jumlah siswa yang berpartisipasi bersekolah pada jenjang tersebut yang
tercatat mencapai 66.453 jiwa pada tahun 2013 padahal di tahun 2012
tercatat hanya 60.057 jiwa.
Tabel II. 36 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2009 s.d 2013
Kota Bogor
NO JENJANG PENDIDIKAN 2009 2010 2011 2012 2013
1 SD/MI
jumlah siswa yang bersekolah di jenjang 110.62 115.17 122.14 125.45 124.33
pendidikan SD/MIkelompok usia 7-12
jumlah penduduk 3
98.096 6
105.28 7
106.09 4
105.18 9
108.68
tahun
APK SD/MI 112,77 9
109,39 7
115,13 5
119,27 4
114,4
2 SMP/MTs
2.1 jumlah siswa yang bersekolah di jenjang 52.760 50.415 48.785 60.494 55.086
.
2.2 pendidikan SMP/MTs
jumlah penduduk kelompok usia 13-15 47.639 51.053 51.359 51.480 52.631
.
2.3 tahun
APK SMP/MTs 110,75 98,75 94,99 117,51 104,66
3 SMA/MA/SMK
3.1 jumlah siswa yang bersekolah di jenjang 55.469 57.635 62.185 60.057 66.453
.
3.2 pendidikan
jumlah SMA/MA/SMK
penduduk kelompok usia 16-18 51.246 54.906 50.689 51.560 51.512
.
3.3 tahun
APK SMA/MA/SMK 104,97 104,97 122,68 116,48 129
.
Sumber: Data Dinas Pendidikan Kota Bogor, 2013
Angka Partisipasi Kasar tingkat SD/MI pada Kecamatan Bogor Tengah
merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kota
Bogor. APK Kecamatan Bogor Tengah pada tahun 2013 tercatat mencapai
196,72 persen. APK SD/MI terendah di Kota Bogor dapat terlihat di Bogor
Utara yang hanya mencapai 87,81 persen. Hal ini disebabkan oleh jumlah
partisipasi pada kelompok ini hanya 17.097 jiwa sedangkan penduduk dengan
usia sekolah tersebut tercatat ada sebanyak 19.470 jiwa.
APK untuk tingkat SMP/MTs di Kota Bogor paling tinggi terjadi di
Kecamatan Bogor Tengah dengan Angka Partisipasi Kasar mencapai 270.49
persen. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah siswa yang bersekolah pada
jenjang pendidikan SMP/MTs yang tercatat mencapai 13.968 jiwa. APK
terendah tercatat di Kecamatan Bogor Timur dengan angka hanya 55,12
persen. Hal ini disebabkan oleh rendahnya siswa yang bersekolah pada jenjang
pendidikan tersebut. Pada tahun 2013 di Bogor Timur hanya tercatat ada
sebanyak 2.930 jiwa siswa yang bersekolah pada tingkat pendidikan SMP/MTs
padahal jumlah penduduk usia 13-15 tahun yang harusnya bersekolah pada
jenjang tersebut tercatat ada 5.316 jiwa.
Di Kecamatan Bogor Tengah lagi-lagi menjadi kecamatan dengan angka
partisipasi sekolah tertinggi di Kota Bogor. APK Kecamatan Bogor Tengah pada
jenjang pendidikan SMA/MA/SMK yang mencapai 226,9 persen dengan jumlah
siswa yang berpartisipasi sekolah pada tingkat SMA/MA/SMK sebesar 11.810
jiwa. Sedangkan Kecamatan Bogor Selatan tercatat memiliki nilai APK
SMA/MA/SMK terendah di Kota Bogor dengan nilai hanya 58,23 persen. Hal
ini disebabkan rendahnya jumlah siswa yang bersekolah pada jenjang tersebut
yang tercatat hanya 6.151 jiwa. Padahal penduduk usia 16-18 tahun yang
harusnya bersekolah pada jenjang pendidikan SMA/MA/SMK ada sebanyak
10.564 jiwa.

56
Tabel II. 37 Angka Partisipasi Kasar Menurut KecamatanTahun 2013 Kota Bogor
JUMLAH
SISWA PENDU SISWA
PENDU SISWA PENDU
NO KECAMATA YANG DUK BERSEKO
DUK BERSEKO
DUK
N BERSEK APK USIA APK LAH APK
USIA 7- LAH USIA 16-
OLAH 13- SMA/MA/
12 TH SMP/MTS 18TH
SD/MI 15 TH SMK
1 Bogor 25.425 23.125 109,95 10.108 10.900 92,73 12.675 10.73 118,
Barat 2 1
2 Bogor 13.586 10.902 124,62 2.930 5.316 55,12 10.513 5.201 202,
Timur 13
3 Bogor 17.097 19.470 87,81 6.580 9.517 69,14 13.050 9.205 141,
Utara 77
4 Bogor 23.274 22.612 102,93 11.001 11.044 99,61 6.151 10.56 58,2
Selatan 4 3
5 Bogor 20.835 10.591 196,72 13.968 5.164 270,49 11.810 5.205 226,
Tengah 9
6 Tanah 24.122 21.984 109,73 10.499 10.690 98,21 12.254 10.60 115,
Sareal 5 55
Jumlah 124.339 108.684 114,4 55.086 52.631 104,66 66.453 51.512 129
Sumber: Data Dinas Pendidikan Kota Bogor, 2013

II.2.2.1.4. ANGKA PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN


Perkembangan angka pendidikan yang ditamatkan pada tahun 2013 pada
penduduk usia 15 tahun keatas tidak mengalami perubahan yang signifikan
bahkan cenderung tetap dibandingkan tahun 2012 untuk jenjang SMA/SMK
dan SMP/MTs. Untuk jenjang pendidikan SMA/SMK pada tahun 2013
mengalami perkembangan 1,72 persen dibandingkan tahun 2012 yang
mengalami pertumbuhan 1,7 persen, sedangkan untuk jenjang SMP/MTs
mengalami perkembangan sebesar 1,67 persen pada tahun 2013 dari 1,6
persen pada tahun 2012.
Perkembangan angka pendidikan yang ditamatkan pada tahun 2012
untuk jenjang pendidikan perguruan tinggi mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dibandingkan tahun 2011. Pada tahun 2012 tercatat 11,32
persen sedangkan pada tahun 2011 hanya tercatat 10,92 persen. Maka dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk usia produktif (usia 15 tahun ke
atas) yang tersedia di Kota Bogor umumnya memiliki tingkat pendidikan
tertinggi sampai dengan Perguruan Tinggi.
Tabel II. 38 Perkembangan Angka Pendidikan Yang Ditamatkan (APT) Penduduk Usia
15 Tahun keatas Tahun 2009 s.d 2013 Kota Bogor
NO APT 2009 2010 2011 2012 2013
1 SD 1,07 1,03 1,78 1,8 2,02
2 SMP 0,9 0,95 1,41 1,6 1,67
3 SMA 0,93 0,98 1,73 1,7 1,72
4 Perguruan Tinggi 10,33 7,76 10,93 11,32 n/a
Sumber: Data Dinas Pendidikan Kota Bogor, 2013

II.2.2.1.5. ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM)


Angka Partisipasi Murni merupakan indikator yang digunakan untuk
menentukan tingkat partisipasi murni penduduk usia sekolah. Keberhasilan
Program Wajib Belajar Sembilan Tahun dapat dilihat dari indikator Angka
Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni. APM menunjukkan
perbandingan antara jumlah siswa yang berasal dari Kota Bogor dengan
jumlah penduduk Kota Bogor pada usia sekolah.

57
Tabel II. 39 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2009 s.d 2013 Kota
Bogor
NO JENJANG PENDIDIKAN (2009) (2010) (2011) (2012) (2013)
1 SD/MI
1.1. Jumlah siswa kelompok usia 7- 100.685 97.807 106.064 108.407 106.616
12 tahun yang bersekolah di
jenjang pendidikan SD/MI
1.2. Jumlah penduduk kelompok 98.096 105.289 105.185 105.185 109.714
usia 7-12 tahun
1.3. APM SD/MI 102,64 92,89 100,84 103,06 97,18
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah siswa kelompok usia 13- 36.111 97.807 39.272 51.480 47.159
15 tahun yang bersekolah di
jenjang pendidikan SMP/MTs
2.2. Jumlahpenduduk kelompok usia 47.639 105.289 51.480 40.094 52.631
13-15 tahun
2.3. APM SMP/MTs 75,80 92,89 76,29 128,40 89,60
3 SMA/MA/SMK
3.1. Jumlah siswa kelompok usia 16- 38.318 38.244 38.028 40.506 47.159
18 tahun yang bersekolah di
jenjang pendidikan
SMA/MA/SMK
3.2. Jumlahpenduduk kelompok usia 51.246 54.906 51.560 51.560 52.631
16-18 tahun
3.3. APM SMA/MA/SMK 74,77 69,65 73,75 78,56 89,60
Sumber: Data Dinas Pendidikan Kota Bogor, 2013
Realisasi APM SD/Mi di kota Bogor pada tahun 2013 tercatat sebesar
97,18. Jika membandingkan dengan tahun lalu jumlah ini mengalami
penurunan sebesar 5,88 poin, pada tahun 2012 nilai APM mencapai 103,06.
Penurunan angka ini disebabkan oleh penurunan jumlah siswa kelompok usia
7-12 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI yaitu penurunan
sebanyak 1.791 siswa dimana pada tahun 2012 sebanyak 108.407 siswa pada
tahun 2013 turun menjadi 106.616 siswa.
Realisasi APM SMP/MTs di Kota Bogor pada tahun 2013 mencapai angka
89,60, jika dibandingkan dengan tahun lalu penurunan ini cukup signifikan
karena pada tahun 2012 nilai APM SMP/MTs mencapai 128,40. Penurunan ini
disebabkan berkurangnya jumlah siswa kelompok usia 13-15 tahun yang
bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs yang tahun 2012 berjumlah
51.480 siswa, pada tahun 2013 hanya 47.159 siswa. Capaian APM
SMA/MA/SMK di Kota Bogor pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dari tahun sebelumnya dimana pada tahun 2012 hanya
mencapai nilai 78,56 pada tahun 2013 APM SMA/MA/SMK Kota Bogor
mencapai angka 89,60.
Tabel II. 40 Angka Partisipasi Murni Tahun 2013 menurut Kecamatan Kota
Bogor
SD/MI SMP/MTS SMA/MA/SMK
JUMLA JUMLA
H H
JUMLAH SISWA JUMLA SISWA JUMLA
JUMLA
SISWA USIA H USIA H
H
KECAM USIA 7-12 13-15 PENDU 16-18 PENDU
NO PENDU
ATAN TH APM TH DUK APM TH DUK APM
DUK
BERSEKO BERSE USIA BERSEK USIA
USIA 7-
LAH DI KOLAH 13-15 OLAH 16-
12 TH
SD/MI DI TH DI 18TH
SMP/M SMA/M
TS A/ SMK
1 Bogor 21.394 23.524 91 6.632 10.900 61 8.634 10.732 80
Barat
2 Bogor 11.718 10.925 107 1.931 5.316 36 5.599 5.201 108
Timur
3 Bogor 14.966 19.635 76 4.436 9.517 47 9.212 9.205 100
Utara

58
SD/MI SMP/MTS SMA/MA/SMK
JUMLA JUMLA
H H
JUMLAH SISWA JUMLA SISWA JUMLA
JUMLA
SISWA USIA H USIA H
H
KECAM USIA 7-12 13-15 PENDU 16-18 PENDU
NO PENDU
ATAN TH APM TH DUK APM TH DUK APM
DUK
BERSEKO BERSE USIA BERSEK USIA
USIA 7-
LAH DI KOLAH 13-15 OLAH 16-
12 TH
SD/MI DI TH DI 18TH
SMP/M SMA/M
TS A/ SMK
4 Bogor 19.791 22.802 87 7.396 11.044 67 3.986 10.564 38
Selatan
5 Bogor 17.932 10.721 167 19.303 5.164 374 6.644 5.205 128
Tengah
6 Tanah 20.815 22.107 94 7.461 10.690 70 6.962 10.605 66
Sareal
Jumlah 106.616 109.714 97,18 47.159 52.631 89,60 41.037 51.512 79,66

Sumber: Data Dinas Pendidikan Kota Bogor, 2013

Jika membandingkan nilai APM berdasarkan kecamatan, maka realisasi


APM SD/MI di Kecamatan Bogor Tengah merupakan yang paling tinggi yakni
mencapai angka 167, sementara APM SD/MI yang paling rendah di tingkat
kecamatan adalah kecamatan Bogor Utara yaitu hanya mencapai 76. Senada
dengan APM di tingkat SD/MI, realisasi APM SMP/MTs di Kecamatan Bogor
Tengah merupakan yang paling tinggi nilai partisipasinya yakni mencapai 374.
Sementara yang paling rendah nilai partisipasinya adalah Kecamatan Bogor
Timur dengan angka 36. Nilai ini sangat rendah jika dibandingkan dengan
standar nilai tertinggi APM Nasional dengan angka 100. Untuk capaian APM
tingkat SMA/MA/SMK nilai APM yang paling tinggi berasal dari Kecamatan
Bogor Tengah dengan nilai APM sebesar 128, sementara paling rendah berasal
dari Kecamatan Bogor Selatan yang hanya mencapai nilai 38.
II.2.2.2. KESEHATAN
II.2.2.2.1. ANGKA KELANGSUNGAN HIDUP BAYI
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh
terhadap kualitas sumberdaya manusia. Tujuan dari pembangunan kesehatan
adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah
satu unsur kesejahteraan umum. Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran
mencapai 19,52. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan standar
nasional yaitu 40 per kelahiran hidup. Nilai AKB 19,52 per kelahiran hidup
termasuk kategori angka kematian hardrock yang sangat sulit untuk
diturunkan ke depannya dalam hal jumlah. Tahap hardrock merupakan tahap
ketiga dari Infrant Mortality Rate (IMR) dengan besar IMR dibawah 30 per 1000
kelahiran. Sementara Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 13.
Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) pada tahun 2013 di Kota Bogor
sebesar 996,75 menggambarkan peluang bayi yang hidup usia di bawah satu
tahun diantara 1.000 bayi yang lahir adalah sebanyak 996,75 bayi. Jika
melihat dari cakupan kecamatan di Kota Bogor, maka kecamatan dengan
AKHB paling tinggi ditunjukkan pada Kecamatan Bogor Timur yakni sebesar
998,02 bayi setiap 1.000 bayi yang lahir. Pada umumnya setiap kecamatan di
Kota Bogor harapan seorang bayi hidup cukup tinggi dengan AKHB berkisar
antara 994,75 hingga 998,02 bayi.
Tabel II. 41 Jumlah Kematian Bayi, Kelahiran Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka
Kematian Ibu dan Angka Kelangsungan Hidup Bayi Kota Bogor Tahun 2013
JUMLAH
JUMLAH ANGKA
KEMATIAN ANGKA ANGKA
KELAHIRAN KELANGSUNGAN
KECAMATAN BAYI USIA <1 KEMATIAN KEMATIAN
HIDUP TAHUN HIDUP BAYI
TAHUN BAYI (AKB) IBU (AKI)
2013 (AKHB)
TAHUN 2013
Bogor Barat 11 4.421 2,49 1 997,51

59
JUMLAH
JUMLAH ANGKA
KEMATIAN ANGKA ANGKA
KELAHIRAN KELANGSUNGAN
KECAMATAN BAYI USIA <1 KEMATIAN KEMATIAN
HIDUP TAHUN HIDUP BAYI
TAHUN BAYI (AKB) IBU (AKI)
2013 (AKHB)
TAHUN 2013
Bogor Timur 4 2.023 1,98 2 998,02
Bogor Utara 11 3.434 3,20 4 996,80
Bogor Selatan 14 3.777 3,71 4 996,29
Bogor Tengah 11 2.095 5,25 1 994,75
Tanah Sareal 11 3.804 2,89 1 997,11
Jumlah 62 19.554 19,52 13 996,75
Sumber: Data Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2013

II.2.2.2.2. ANGKA HARAPAN HIDUP


Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyaknya
tahun yang dapat ditempuh seseorang selama hidupnya. Indikator ini sering
digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk khususnya di bidang kesehatan. Berdasarkan
sumber IPM Kota Bogor Tahun 2012, AHH di Kota Bogor dalam kurun waktu
2007-2011 menunjukkan peningkatan, dimana pada tahun 2010 AHH
penduduk Kota Bogor mencapai 68,87 tahun dan pada tahun 2011 meningkat
sebesar 0,09 menjadi 68,96 tahun.
Peningkatan AHH di Kota Bogor cukup baik walaupun peningkatan dari
tahun ke tahun tidak begitu signifikan, untuk itu beberapa variabel yang
memiliki hubungan terhadap angka harapan hidup perlu lebih diperhatikan
lagi, seperti persentase penolong persalinan medis, jumlah dokter, persentase
angka kesakitan, keadaan lingkungan perumahan dan penyediaan air bersih
sehingga peningkatan AHH di Kota Bogor lebih signifikan di tahun yang akan
datang.
II.2.2.2.3. PERSENTASE BALITA GIZI BURUK
Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi
buruk terhadap jumlah balita. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi tidak hanya diketahui dengan
mengukur berat badan (BB) atau tinggi badan (TB) sesuai dengan umur (U)
secara masing-masing, tetapi juga dalam bentuk indikator yang dapat
merupakan kombinasi antara ketiganya. Masing-masing indikator mempunyai
makna tersendiri. Seperti kombinasi antara BB dan U membentuk indikator
BB menurut U yang disimpulkan dengan “BB/U” kombinasi antara TB dan U
atau “TB/U dan kombinasi antara BB dan TB membentuk indikator BB
menurut TB atau “BB/TB”.
Tabel II. 42 Jumlah Balita Gizi Buruk di Kecamatan Kota Bogor Tahun 2009-2013
JUMLAH BALITA GIZI BURUK
NO KECAMATAN
2009 2010 2011 2012 2013
1 Bogor Barat 47 47 127 138 43
2 Bogor Timur 14 9 65 11 8
3 Bogor Utara 47 36 41 60 94
4 Bogor Selatan 59 138 130 94 81
5 Bogor Tengah 32 22 97 62 63
6 Tanah Sareal 30 44 95 96 89
Jumlah 229 296 555 461 378
Sumber: Data Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2013

Jumlah balita yang menderita gizi buruk di Kota Bogor pada tahun 2013
tercatat sebanyak 378 kasus, dimana angka balita gizi buruk paling banyak
berasal dari Kecamatan Bogor Utara yakni sebanyak 94 kasus, angka ini
mengalami peningkatan dibanding tahun tahun sebelumnya, terlihat pada
tabel di atas, pada tahun 2011 kasus balita gizi buruk terdapat 41 kasus,

60
kemudian pada tahun 2012 meningkat lagi sebesar 19 kasus menjadi 60
kasus, dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 34 kasus.
Jumlah kasus balita gizi buruk di Kecamatan Bogor Utara ini cukup
memprihatinkan karena jika merujuk pada tabel di atas, maka terlihat
kecamatan lainnya di Kota Bogor justru mengalami penurunan kasus balita
gizi buruk seperti di Kecamatan Bogor Barat yang penurunan angka gizi
buruknya cukup signifikan yakni sebesar 95 kasus.
Untuk kasus balita gizi buruk paling sedikit terjadi di Kecamatan Bogor
Timur yang hanya ditemukan delapan kasus, angkanya menurun dari tahun
lalu dengan jumlah sebanyak satu kasus. Penurunan jumlah balita gizi buruk
di sebagian besar kecamatan di Kota Bogor menunjukkan adanya peningkatan
kesadaran dan peran posyandu yang semakin membaik.
Tabel II. 43 Jumlah Balita di Kecamatan Kota Bogor Tahun 2009-2013
JUMLAH BALITA
NO KECAMATAN
2009 2010 2011 2012 2013
1 Bogor Barat 13.814 24.210 13.953 17.941 18.305
2 Bogor Timur 6.764 6.756 7.195 7.722 7.922
3 Bogor Utara 12.347 11.894 12.355 12.622 13.832
4 Bogor Selatan 13.803 14.819 14.051 14.625 16.509
5 Bogor Tengah 7.732 6.682 7.337 7.289 7.769
6 Tanah Sareal 16.241 17.348 14.569 16.308 15.470
Jumlah 70.701 81.709 69.460 76.507 79.807
Sumber: Data Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2013
Jumlah balita di Kota Bogor pada tahun 2013 berjumlah 79.807 jiwa
jumlah ini meningkat dibanding dua tahun sebelumnya yakni sebanyak 69.460
jiwa di tahun 2011 dan 76.507 jiwa di tahun 2012. Jumlah balita paling
banyak tercatat berasal dari kecamatan Bogor Barat yakni sebanyak 18.305
jiwa dan kecamatan dengan jumlah balita paling sedikit adalah Kecamatan
Bogor Tengah yakni sebanyak 7.769 jiwa.

Tabel II. 44 Persentase Balita Gizi Buruk di Kota Bogor Menurut Kecamatan Tahun
2009-2013
PERSENTASE BALITA GIZI BURUK
NO. KECAMATAN
2009 2010 2011 2012 2013
1 Bogor Barat 0,34 0,19 0,91 0,76 0,23
2 Bogor Timur 0,2 1,33 0,9 0,14 0,1
3 Bogor Utara 0,38 0,3 0,33 0,47 0,68
4 Bogor Selatan 0,42 0,93 0,92 0,64 0,49
5 Bogor Tengah 0,41 0,32 1,3 0,85 0,81
6 Tanah Sareal 0,18 0,25 0,65 0,58 0,57
Jumlah 0,32 0,36 0,79 0,6 0,47
Sumber: Data Dinas Pendidikan Kota Bogor, 2013
Persentase jumlah balita yang menderita gizi buruk di Kota Bogor pada
tahun 2013 adalah sebesar 0,47 persen, besarnya persentase ini menunjukkan
adanya penurunan balita gizi buruk dari tahun 2011 hingga tahun 2013.
Penurunan persentase balita gizi buruk juga mengindikasikan adanya
peningkatan kesehatan balita itu sendiri dan kesadaran ibu-ibu untuk
memberikan makanan yang bergizi untuk anaknya.
II.2.2.2.4. KESEMPATAN KERJA (RASIO PENDUDUK YANG BEKERJA)
Penduduk Kota Bogor pada tahun 2012 terdapat sebanyak 1.004.831
orang yang terdiri atas 510.884 orang laki-laki dan sebanyak 493.947
perempuan. Dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah penduduk Kota Bogor
pada tahun 2012 bertambah sebanyak 37.433 orang atau meningkat sebanyak

61
3,87 persen. Berdasarkan hasil survei angkatan kerja nasional, jumlah
penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) pada tahun 2012 terdapat sebanyak
422.528 orang.
Dari seluruh penduduk usia kerja sebanyak 422.528 orang termasuk
kedalam kelompok angkatan kerja. Sebanyak 383.111 orang diantaranya
adalah penduduk yang bekerja dan sisanya sebanyak 39.417 orang adalah
pengangguran yang sedang mencari pekerjaan.
Tabel II. 45 Rasio Penduduk yang Bekerja dengan Angkatan Kerja
ANGKATAN KERJA JUMLAH PENDUDUK USIA
GOLONGAN 15 TAHUN
MENCARI PEKERJAAN
UMUR BEKERJA KEATAS(BEKERJA+MENCAR
(MENGANGGUR)
I PEKERJAAN)
15-19 17.290 9.989 27.279
20-24 37.385 12.018 49.403
25-29 46.012 3.355 49.367
30-34 68.054 3.903 71.957
35-39 58.728 1.488 60.216
40-44 46.312 1.488 47.800
45-49 37.630 2.480 40.110
50-54 34.632 3.630 38.262
55-59 16.706 533 17.239
60-64 11.821 533 12.354
65+ 8.541 0 8.541
Jumlah 383.111 39.417 422.528
Sumber:Bogor Dalam Angka, 2013
Tabel II. 46 Rasio Angkatan Kerja
JUMLAH
GOLONGAN JUMLAH ANGKATAN RASIO PENDUDUK
PENDUDUK
UMUR BEKERJA YANG BEKERJA
BEKERJA
15-19 17.290 27.279 0,63
20-24 37.385 49.403 0,76
25-29 46.012 49.367 0,93
30-34 68.054 71.957 0,95
35-39 58.728 60.216 0,98
40-44 46.312 47.800 0,97
44-49 37.630 40.110 0,94
50-54 34.632 38.262 0,91
55-59 16.706 17.239 0,97
60-64 11.821 12.354 0,96
65+ 8.541 8.541 1,00
Jumlah 383.111 422.528 0,91
Sumber:Bogor Dalam Angka 2013

Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan


kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus
diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja
sehingga diharapkan dapat menyerap pertambahan angkatan kerja, sedangkan
rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang
bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Rasio penduduk yang bekerja Kota
Bogor pada Tahun 2012 mencapai 0,91 (Tabel II. 46), berdasarkan nilai
tersebut dapat disimpulkan bahwa 91 persen dari angkatan kerja yang ada di
Kota Bogor memperoleh kesempatan kerja sedangkan sembilan persen masih
mencari kerja atau pengangguran.

62
Pada umumnya penduduk yang bekerja di Kota Bogor terserap pada
lapangan pekerjaan sektor Perdagangan dan Jasa. Dengan rincian sebanyak
115.406 orang bekerja pada lapangan pekerjaan sektor Perdagangan, Rumah
Makan dan Hotel, sedangkan yang bekerja pada lapangan pekerjaan sektor
Jasa terdapat sebanyak 113.108 orang.
Tabel II. 47 Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Kerja
TAHUN
LAPANGAN KERJA
2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian 11.598 12.137 6.920 4.703 6.198
Industri Pengolahan 47.792 68.605 63.597 60.857 67.674
Perdagangan, Hotel dan 66.572 111.737 108.820 112.774 115.406
Resort
Jasa 133.074 96.022 99.031 113.697 113.108
Lain-lain 91.344 96.987 68.359 99.190 80.725
Jumlah 350.380 385.488 346.727 391.221 383.111
Sumber: Bogor Dalam Angka, 2013

II.2.3. FOKUS SENI BUDAYA DAN OLAHRAGA


Fokus seni budaya mencakup jumlah kelompok seni budaya dan jumlah
gedung olahraga. Pencapaian pembangunan seni, budaya dan olahraga dapat
dilihat berdasarkan indikator jumlah grup kesenian, jumlah gedung kesenian,
jumlah klub olahraga, dan jumlah gedung olahraga. Capaian pembangunan
seni, budaya, dan olahraga Kota Bogor Tahun 2013 disajikan dalam Tabel II.
48 berikut:
Tabel II. 48 Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2013 Kota Bogor
RASIO RASIO RASIO
RASIO KLUB
GRUP GEDUNG GEDUNG
OLAHRAGA
NO KECAMATAN KESENIAN KESENIAN PER OLAHRAGA
PER10.000
PER 10.000 10.000 PER 10.000
PENDUDUK
PENDUDUK PENDUDUK PENDUDUK
1 Bogor Barat 0,58 0 0 0,09
2 Bogor Timur 0,90 0 0,1 0,20
3 Bogor Utara 0,28 0 0,16 0,44
4 Bogor Selatan 0,31 0 0,05 0,21
5 Bogor Tengah 0,48 0,09 0,09 0,09
6 Tanah Sareal 0,09 0 0,04 0,44
Rasio 0,49 0,01 0,07 0,35
Sumber: Bogor Dalam Angka, 2013
Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa jumlah grup kesenian di
Kota Bogor pada tahun 2013 sebanyak 49 grup. Rasio jumlah grup kesenian
adalah 0,49 grup kesenian per 10.000 penduduk. Angka rasio ini cukup kecil
dan dapat dikatakan jika minat terhadap kesenian di Kota Bogor masih sangat
kecil. Jumlah gedung kesenian di Kota Bogor tercatat hanya satu, yakni yang
bertempat di Kecamatan Bogor Tengah, yaitu Gedung Kemuning Gading,
sehingga jika dilihat dari jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk nilai
rasionya adalah 0,01.
Jumlah gedung olahraga yang ada di Kota Bogor tercatat sebanyak 35
gedung yang tersebar di seluruh kecamatan di Kota Bogor, tercatat dua gedung
di Kecamatan Bogor Barat, dua gedung di Kecamatan Bogor Timur, delapan
gedung di Kecamatan Bogor Utara, empat gedung di Kecamatan Bogor Selatan,
satu gedung di Kecamatan Bogor Tengah dan sembilan gedung di Kecamatan
Tanah Sareal.

63
Jika melihat dari rasio jumlah gedung olahraga per 10.000 penduduk
maka di dapat nilai 0,35. Angka yang cukup rendah ini bukan berarti
mengindikasikan bahwa minat penduduk Kota Bogor kecil terhadap bidang
olahraga, bisa saja banyak penduduk yang melakukan aktivitas olahraganya di
luar (outdoor). Sama halnya dengan minimnya jumlah gedung olahraga di Kota
Bogor, jumlah klub olahraga di Kota Bogor pun terbilang sangat sedikit yakni
hanya tujuh klub olahraga, jika dihitung rasio jumlah klub olahraga per
10.000 penduduk maka hanya di dapati nilai 0,07.

II.3. ASPEK PELAYANAN UMUM


II.3.1. FOKUS LAYANAN URUSAN WAJIB

Aspek pelayanan umum terdiri dari fokus layanan urusan wajib dan fokus
layanan urusan pilihan. Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan
terhadap indikator-indikator kinerja penyelengaraan urusan wajib Kota Bogor
yaitu pendidikan, kesehatan, sarana dan prasana umum, serta perhubungan;
sedangkan analisis kinerja atas layanan urusan pilihan yaitu jumlah investor
berskala nasional (PMDN/PMA), jumlah nilai investasi berskala nasional
(PMDN/PMA), rasio daya serap tenaga kerja, pertanian, peternakan, perikanan,
perindustrian dan perdagangan, energi, sumber daya air dan pariwisata.
Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil analisis dari beberapa
indikator kinerja pada fokus layanan urusan wajib dan fokus layanan urusan
pilihan Kota Bogor sebagai berikut:
II.3.1.1. PENDIDIKAN
II.3.1.1.1. RASIO KETERSEDIAAN SEKOLAH PER PENDUDUK USIA
SEKOLAH

Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah merupakan


indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu sekolah untuk
menampung penduduk usia sekolah. Rasio ini membandingkan jumlah
sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per 10.000 jumlah penduduk usia
pendidikan.
Rasio ketersediaan sekolah di Kota Bogor pada selang waktu tahun 2009
hingga tahun 2013 pada jenjang pendidikan SD/MI maupun untuk jenjang
SMP/MTs mengalami fluktuasi. Seperti tersaji pada Tabel II. 49 rasio
ketersediaan sekolah untuk jenjang SD/Mi pada tahun 2009 sebesar 287,67;
kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2010 menajdi 311,51; akan tetapi
terjadi penurunan di tahun 2011 dan tahun 2012 menjadi 309,37 untuk tahun
2011 dan 307,55 di tahun 2012; dan mengalami kenaikan di tahun 2013
menjadi 316,86; yang artinya bahwa satu sekolah SD/MI menampung 252
siswa. Fluktuasi yang terjadi pada rasio ketersediaan sekolah untuk tingkat SD
yaitu karena peningkatan jumlah penduduk sekolah dasar (usia 7-12 tahun)
yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah gedung sekolah.
Rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang SMP/MTs juga mengalami
fluktuasi, yaitu pada tahun 2009 sebesar 326,29; kemudian terjadi
peningkatan di tahun 2010 menjadi 354,53; akan tetapi terjadi penurunan di
tahun 2011 dan 2012 menjadi 350,20 di tahun 2011 dan 345,50 di tahun
2012; kemudian terjadi kenaikan yang cukup besar di tahun 2013 menjadi
411,59; angka ini artinya bahwa satu sekolah SMP/Mts dapat menampung
411 siswa. Peningkatan jumlah penduduk sekolah (usia 13-15 tahun) tidak
disertai dengan peningkatan jumlah sekolah SMP/MI sehingga menyebabkan
rasio ketersediaan sekolah terutama di tahun 2013 begitu tinggi.
Pada jenjang pendidikan SMA/MA rasio ketersediaan sekolah terus
mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2009 sebesar 631,49; pada tahun
2010 menjadi 611,76; terjadi penurunan di tahun 2011 menjadi 593,22; di

64
tahun 2012 menjadi 593,22; dan terus mengalami penurunan di tahun 2013
hingga menjadi 493,71; angka ini berarti bahwa satu sekolah SMA/MA dapat
menampung 494 siswa. Penurunan yang terjadi pada rasio ketersediaan
sekolah di Kota Bogor pada selang waktu tahun 2009 hingga tahun 2013
dikarenakan adanya peningkatan jumlah sekolah SMA/MA setiap tahunnya.
Tabel II. 49 Rasio Ketersediaan Sekolah Kota Bogor Tahun 2009-2013
NO JENJANG PENDIDIKAN 2009 2010 2011 2012 2013
1 SD/MI
1.1. Jumlah gedung sekolah 341 338 340 342 343
1.2. jumlah penduduk kelompok 98.096 105.289 105.185 105.185 108.684
1.3. usia
Rasio7-12 tahun 287,67 311,51 309,37 307,55 316,86
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah gedung sekolah 146 144 147 149 149
2.2. Jumlah penduduk kelompok 47.639 51.053 51.480 51.480 61.327
2.3. usia
Rasio13-15 tahun 326,29 354,53 350,20 345,50 411,59
3 SMA/MA
3.1 Jumlah gedung sekolah 124 128 132 132 138
3.2 Jumlah penduduk kelompok 78.305 78.305 78.305 78.305 68.132
usia 16-19 tahun
3.3 Rasio 631,49 611,76 593,22 593,22 493,71
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bogor, 2013

Seperti tersaji pada Tabel II. 49 kecamatan yang memiliki rasio


ketersediaan sekolah tertinggi untuk jenjang pendidikan SD/MI, yaitu
Kecamatan Tanah Sareal dengan rasio 354,58; yang artinya satu sekolah
SD/MI menampung 354 siswa. Untuk jenjang pendidikan SMP/MTs rasio
ketersediaan sekolah tertinggi terdapat di Kecamatan Bogor Utara dengan rasio
sebesar 528,72; angka ini berarti satu sekolah SMP/MTs menampung 529
siswa. Untuk jenjang pendidikan SMA/MA rasio ketersediaan sekolah tertinggi
terdapat di Kecamatan Tanah Sareal dengan rasio sebesar 638,05 yang artinya
satu sekolah SMA/MA menampung 638 siswa. Salah satu penyebab utama
yang menjadikan Kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Utara
memiliki rasio ketersediaan sekolah tertinggi untuk jenjang pendidikan SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/MA adalah jumlah penduduk yang tinggi dengan tidak
diimbangi oleh jumlah gedung sekolah yang memadai.
Tabel II. 50 Rasio Ketersediaan Sekolah per kecamatan Kota Bogor Tahun 2013
SD/MI SMP/MTS SMA/MA
JUM JUMLA
JUMLA
JUMLAH LAH H
JUMLAH H
JUMLAH PENDUD GED PENDU
NO KECAMATAN PENDUDU GEDUN
GEDUNG RASIO UK USIA RASIO UNG DUK RASIO
K USIA 7- G
SEKOLAH 13-15 SEK USIA
12 TH SEKOL
TH OLA 16-19
AH
H TH
1 BOGOR 72 23.125 321,18 28 10.900 389,28 28 14.260 509,29
BARAT
2 BOGOR 39 10.902 279,54 12 5.316 443,00 19 6.926 364,53
TIMUR
3 BOGOR 51 19.470 38,18 18 9.517 528,72 24 12.115 504,79
UTARA
4 BOGOR 65 22.612 347.88 32 11.044 345,13 23 13.843 601,87
SELATAN
5 BOGOR 54 10.591 196.13 28 5.164 184,43 22 6.951 315,95
TENGAH
6 TANAH 62 21.984 354.58 31 10.690 34,48 22 14.037 638,05
SAREAL
Jumlah 343 108.684 316.86 149 52.631 353,23 138 68.132 493,71
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bogor, 2013

65
II.3.1.1.2. RASIO GURU : MURID
Rasio guru dan murid merupakan perbandingan antara jumlah guru dan
murid pada suatu jenjang tertentu. Rasio guru murid ini dapat
menggambarkan beban tanggungan yang harus dijalani oleh seorang guru
pada suatu daerah. Rasio ini juga dapat mengindikasikan ketersediaan tenaga
pengajar juga mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai
mutu pengajaran. Semakin kecil nilai rasionya, maka akan semakin kecil juga
beban tanggungan seorang guru. Sebaliknya semakin besar nilai rasionya,
maka akan semakin besar juga beban tanggungan seorang guru diduga akan
semakin berkurang pengawasan/perhatian guru terhadap murid sehingga
kualitas pengajaran akan cenderung semakin rendah.
Selama kurun waktu tahun 2009 hingga tahun 2013 rasio guru terhadap
murid untuk jenjang pendidikan SD/MI mengalami turun naik. Dari rasio
sebesar 23,38 pada tahun 2009; terjadi kenaikan di tahun 2010 menjadi
23,97; kemudian terjadi penurunan di tahun 2011 menjadi 22,02; kemudian
terjadi kenaikan di tahun 2012 menjadi 23,70; hingga turun kembali di tahun
2013 menjadi 23,08. Angka ini mengartikan bahwa satu guru mengajar 23
siswa SD. Tidak stabilnya jumlah guru maupun jumlah murid SD/MI
menyebabkan tidak stabilnya pula rasio guru terhadap murid untuk jenjang
pendidikan SD/MI di Kota Bogor pada selang waktu tahun 2009 hingga tahun
2013.
Rasio guru terhadap murid untuk jenjang pendidikan SMP/MTs pada
selang waktu tahun 2009 hingga tahun 2012 terus mengalami kenaikan. Hal
ini dapat dilihat pada tahun 2009 rasio guru terhadap murid sebesar 13,75;
mengalami kenaikan di tahun 2010 menjadi 14,57; kemudian kembali naik di
tahun 2011 menjadi 15,46; naik kembali di tahun 2012 menjadi 15,99; hingga
tahun 2013 kembali mengalami kenaikan menjadi 17,11. Angka ini
menunjukan bahwa satu guru mengajar 17 siswa SMP/MTs. Salah satu
penyebab rasio guru terhadap murid pada jenjang pendidkan SMP/MTs terus
mengalami kenaikan di Kota Bogor pada selang waktu tahun 2009 hingga
tahun 2013, yaitu jumlah murid yang terus meningkat setiap tahunnya yang
tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah guru.
Untuk jenjang pendidikan SMA/MA rasio guru terhadap murid terus
mengalami perubahan pada tahun 2009 hingga tahun 2013. Dimana rasio
guru terhadap murid sebesar 13 pada tahun 2009 dan 2011, sedangkan rasio
guru dan murid sebesar 14 terjadi di tahun 2010, 2012, dan 2013. Pada tahun
2013 rasio guru terhadap murid sebesar 14, artinya bahwa satu guru mengajar
14 siswa SMA/MA. Perubahan yang terjadi pada rasio guru terhadap murid
untuk jenjang pendidikan SMA/MA dikarenakan selain oleh terjadinya
perubahan jumlah murid setiap tahunnya juga oleh perubahan jumlah guru
setiap tahunnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota, bahwa setiap SD/MI tersedia
satu orang guru untuk setiap 32 peserta dan untuk SMP/MTs tidak melebihi
36 orang, maka rasio guru terhadap murid di Kota Bogor masih dapat
dikatakan ideal.
Tabel II. 51 Rasio Guru terhadap Murid Kota Bogor Tahun 2009-2013
NO JENJANG PENDIDIKAN 2009 2010 2011 2012 2013
1 SD/MI
1.1. Jumlah Guru 5.060 4.804 5.176 5.292 5.386
1.2. Jumlah Murid 118.305 115.176 113.955 125.452 124.339
1.3. Rasio 1 : 23,38 1 : 23,97 1 : 22,02 1 : 23,70 1 : 23,08
2 SMP/MTs

66
2.1. Jumlah Guru 3.642 3.458 3496 3.431 3.218
2.2. Jumlah Murid 50.086 50.415 54.063 54.876 55.086
2.3. Rasio 1 : 13,75 1 : 14,57 1 : 15,46 1 : 15,99 1 : 17.11
3 SMA/MA
3.1 Jumlah Guru 4.183 4.057 4.350 4.347 4.448
3.2 Jumlah Murid 57.653 57.668 58.576 60.047 61.787
3.3 Rasio 1:13 1:14 1:13 1:14 1:14
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bogor, 2013
Seperti tersaji pada Tabel II. 52, kecamatan yang memiliki rasio guru
terhadap murid tertinggi untuk jenjang pendidikan SD/MI yaitu Kecamatan
Bogor Selatan dengan rasio 25.29; yang artinya satu guru mengajar 25 siswa.
Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs rasio ketersediaan sekolah
tertinggi terdapat di Kecamatan Bogor Tengah dengan rasio sebesar 23.35;
angka ini mengartikan bahwa satu guru mengajar 23 siswa. Salah satu
penyebab utama yang menjadikan Kecamatan Bogor Selatan dan Kecamatan
Bogor Tengah memiliki rasio guru terhadap murid tertinggi untuk jenjang
pendidikan SD/MI dan SMP/MTs adalah jumlah penduduk yang tinggi dengan
tidak diimbangi oleh jumlah guru yang ada.
Tabel II. 52 Rasio Guru Terhadap Murid Berdasarkan Kecamatan Tahun 2013
SD/MI SMP/MTS
NO KECAMATAN JUMLAH JUMLAH JUMLAH
JUMLAHMURID RASIO RASIO
GURU GURU MURID
1 Bogor Barat 1.193 25.425 21,31 629 10.108 16,06
2 Bogor Timur 601 13.586 22,60 222 2.930 13,19
3 Bogor Utara 733 17.097 23,32 433 6.580 15,19
4 Bogor 920 23.274 25,29 666 11.001 16,51
5 Bogor
Selatan 856 20.835 24,33 598 13.968 23,35
6 Tanah
TengahSareal 1.083 24.122 22,27 670 10.499 15,67
Jumlah 5.386 124.339 23,08 3.218 55.086 17,11
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bogor , 2013

II.3.1.2. KESEHATAN
II.3.1.2.1. RASIO POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU) PER SATUAN
BALITA
Rasio Posyandu per satuan balita adalah jumlah posyandu per 1.000
balita. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat, dalam rangka penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Rasio posyandu per satuan balita di Kota Bogor pada selang waktu tahun
2009 hingga tahun 2013 menunjukan data yang tidak stabil. Dimana pada
tahun 2009 rasio posyandu per satuan balita sebesar 13,31; terjadi penurunan
di tahun 2010 menjadi 11,56; akan tetapi terjadi kenaikan di tahun 2011
sehingga menjadi 13,76; rasio kembali mengalami penurunan hingga tahun
2013 sebesar 12,49 di tahun 2012 dan 12,02 di tahun 2013. Angka ini berarti
bahwa pada tahun 2013 dari 1.000 balita yang ada di Kota Bogor, dapat
dilayani Posyandu sebanyak 12 Posyandu ( 1 posyandu melayani 83 balita).
Jumlah posyandu di Kota Bogor dari tahun 2009 hingga tahun 2013 terus
mengalami peningkatan jumlah yang diharapkan dapat mengimbangi
peningkatan jumlah balita setiap tahunnya agar tercapai posyandu ideal yang
melayani 50 balita.

67
Tabel II. 53 Jumlah Posyandu dan Balita Tahun 2009-2013 Kota Bogor
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1. Jumlah posyandu 941 945 956 956 959
2. Jumlah balita 70.701 81.709 69.460 76.507 79.807
3. Rasio 13,31 11,56 13,76 12,49 12,02
Sumber: LKPJ Kota Bogor, 2013

Kecamatan dengan rasio Posyandu per satuan balita tertinggi pada tahun
2013 terdapat pada Kecamatan Bogor Tengah dengan rasio sebesar 16,47 yang
artinya 1.000 balita dapat dilayani Posyandu sebanyak 16 Posyandu.
Kecamatan ini memiliki rasio posyandu per satuan balita tertinggi dikarenakan
jumlah balita yang terdapat di Kecamatan Bogor Tengah merupakan jumlah
balita paling sedikit dibandingkan kecamatan lainnya yang juga didukung oleh
jumlah Posyandu yang memadai.
Tabel II. 54 Jumlah Posyandu dan Balita menurut kecamatan tahun 2013 Kota Bogor
JUMLAH JUMLAH
NO KECAMATAN RASIO
POSYANDU BALITA
1 Bogor Barat 210 18.305 11,47
2 Bogor Timur 96 7.922 12,12
3 Bogor Utara 142 13.832 10,27
4 Bogor Selatan 217 16.509 13,14
5 Bogor Tengah 128 7.769 16,47
6 Tanah Sareal 166 15.470 10,73
Jumlah 959 79.807 12,02
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2013

II.3.1.2.2. RASIO PUSKESMAS, KLINIK DAN PUSKESMAS PEMBANTU


(PUSTU)
Puskesmas, Klinik dan Pustu merupakan salah satu sarana penunjang
kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Semakin banyak jumlah ketersediaannya, maka semakin memudahkan
masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan. Seperti tersaji pada
Tabel II. 55, rasio Puskesmas per satuan penduduk pada selang waktu tahun
2009 hingga tahun 2013 terus mengalami perubahan. Pada tahun 2013, yang
merupakan rasio Puskesmas per satuan penduduk tertinggi, memiliki rasio
sebesar 42.663 artinya satu Puskemas melayani sebanyak 42.663 jiwa.
Sementara itu, apabila dibandingkan dengan wilayah kerja Puskesmas dimana
sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000
penduduk, maka dapat dikatakan jumlah Puskesmas yang ada di Kota Bogor
belum memenuhi standar yang ada.
Rasio Klinik di Kota Bogor terus mengalami penurunan dari tahun 2009
hingga tahun 2013. Pada tahun 2009 rasio Klinik persatuan penduduk
mencapai 11.264 akan tetapi terus mengalami penurunan hingga pada tahun
2013, yang memiliki rasio terendah mencapai 7.816 yang artinya satu Klinik
melayani 7.670 jiwa.
Untuk rasio Pustu persatuan penduduk juga mengalami perubahan setiap
tahunnya pada tahun 2009 hingga tahun 2013. Dimana rasio yang terjadi
mengalami fluktuasi, hal ini terlihat pada tahun 2009 rasio Pustu per satuan
penduduk mencapai 35.045 akan tetapi mengalami penurunan di tahun 2010
hingga mencapai 33.914, kemudian terjadi kenaikan di tahun 2011 menjadi
34.550 naik kembali menjadi 34.649 di tahun 2012, hingga mengalami
kenaikan di tahun 2013 menjadi 35.308 Angka ini berarti pada tahun 2013
satu Pustu melayani 35.308 jiwa.
Kenaikan rasio Puskesmas per satuan penduduk terus mengalami
kenaikan setiap tahunnya pada tahun 2009 hingga tahun 2013 dikarenakan
terjadinya peningkatan jumlah penduduk setiap tahun tanpa diimbangi oleh

68
jumlah Puskesmas. Berbeda dengan rasio Klinik dan rasio Pustu per satuan
penduduk, dimana jumlah Klinik terus mengalami peningkatan guna
mengimbangi peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya.
Tabel II. 55 Rasio Puskesmas, Klinik dan Pustu Kota Bogor Tahun 2009-2013
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1. Jumlah Puskesmas 24 24 24 24 24
2. Jumlah Klinik 84 114 114 117 141
3. Jumlah Pustu 27 28 28 29 29
4. Jumlah Penduduk 946.204 950.334 967.398 1.004.831 1.023.923
5. Rasio Puskesmas per
39.425 39.597 40.308 41.868 42.663
satuan penduduk
6. Rasio Klinik per
11.264 8.336 8.486 8.588 7.816
satuan penduduk
7. Rasio Pustu per
35.045 33.941 34.550 34.649 35.308
satuan penduduk
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2013

II.3.1.2.3. RASIO RUMAH SAKIT PER SATUAN PENDUDUK


Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk adalah jumlah Rumah Sakit per
10.000 penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan fasilitas Rumah Sakit
berdasarkan jumlah penduduk. Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi
oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pada tahun 2013 Kota Bogor memiliki satu Rumah Sakit Jiwa/Paru dan
penyakit khusus lainnya dan dua Rumah Sakit TNI/POLRI. Rasio Rumah Sakit
terhadap jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2013 mencapai 78.763. Hal ini
berarti satu rumah sakit melayani sejumlah 78.763. penduduk Kota Bogor
pada tahun 2013. Rasio Rumah Sakit terhadap jumlah penduduk mengalami
penurunan dari kurun waktu tahun 2009 hingga tahun 2013. Peningkatan
jumlah rumah sakit setiap tahunnya diharapkan mampu mengimbangi
pertumbuhan penduduk yang ada, sehingga kualitas pelayanan rumah sakit
terhadap jumlah penduduk semakin meningkat.
Tabel II. 56 Jumlah dan Rasio Rumah Sakit per Jumlah Penduduk Tahun 2009-2013
Kota Bogor
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1. Jumlah Rumah Sakit - - - - -
Umum (Pemerintah)
2. Jumlah Rumah Sakit 1 1 1 1 1
Jiwa/Paru dan penyakit
khusus lainnya milik
pemerintah
3. Jumlah Rumah Sakit 1 2 2 2 2
AD/AU/ AL/POLRI
4. Jumlah Rumah Sakit - - - - -
Daerah
5. Jumlah seluruh Rumah 9 10 11 12 13
Sakit
6. Jumlah Penduduk 946.204 950.334 967.398 1.004.831 1.023.923
7. Rasio 105.134 95.033 87.945 83.736 78.763
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2013
Seperti tersaji pada Tabel II. 57, kecamatan dengan jumlah Rumah Sakit
terbanyak terdapat di Kecamatan Bogor Tengah dengan total rumah sakit
sebanyak empat unit yang terdiri dari dua unit Rumah Sakit TNI/POLRI dan
dua unit Rumah Sakit Swasta.

69
Tabel II. 57 Jumlah Rumah Sakit menurut Kecamatan tahun 2013 Kota Bogor
RS
JIWA/PARU
DAN RUMA
RUMAH
RUMAH SAKIT PENYAKIT RUMAH H
SAKIT
NO KECAMATAN UMUM KHUSUS SAKIT SAKIT TOTAL
AD/AU/
(PEMERINTAH) LAINNYA DAERAH SWAS
AL/POLRI
MILIK TA
PEMERINTA
H
1 Bogor Barat Na 1 Na Na 1 2
Bogor Na Na Na Na
2 1 1
Timur
3 Bogor Utara Na Na Na Na 1 1
Bogor Na Na Na Na
4 3 3
Selatan
Bogor Na Na Na
5 2 2 4
Tengah
Tanah Na Na Na
6 Na 2 2
Sareal
Jumlah Na 1 2 Na 10 13
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2013

II.3.1.2.4. RASIO DOKTER PER SATUAN PENDUDUK


Rasio dokter per jumlah penduduk adalah jumlah dokter per 1.000
penduduk. Rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan tingkat
pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan jumlah penduduk
yang ada. Rasio ini juga mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap
tenaga dokter. Idealnya adalah satu berbanding 2.500 artinya satu orang
dokter melayani 2.500 penduduk, ini sesuai dengan standar sistem pelayanan
terpadu.
Pada Tabel II. 58, Rasio Dokter per satuan penduduk di Kota Bogor pada
selang waktu tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami fluktuasi. Dimana
pada tahun 2009 rasio dokter per satuan penduduk mencapai 10.632,
kemudian mengalami fluktuasi hingga pada tahun 2013 mengalami kenaikan
hingga mencapai 4.511. Angka ini memiliki arti bahwa pada tahun 2013, satu
dokter melayani 4.511 jiwa. Dengan standar sistem pelayanan terpadu bahwa
idealnya rasio dokter per satuan penduduk adalah 1: 2.500 artinya satu orang
dokter melayani 2.500 penduduk, maka dapat dikatakan rasio dokter per
satuan penduduk di Kota Bogor belum mencapai kata ideal. Terbatasnya
jumlah dokter serta kurang meratanya distribusi dokter yang ada merupakan
salah satu penyebab belum idealnya rasio dokter per satuan penduduk di Kota
Bogor, sehingga diperlukan pemerataan distribusi jumlah dokter ke masing-
masing wilayah.
Jumlah dokter spesialis tahun 2013 di Kota Bogor sebanyak 505 dokter,
sehingga diperoleh rasio sebesar 2.028. Berbeda dengan rasio dokter, dokter
spesialis memiliki arti bahwa satu dokter melayani 2.028 jiwa. Dengan standar
sistem pelayanan terpadu yang sama dengan dokter bahwa idealnya rasio
dokter per satuan penduduk adalah 1:2500 artinya, idealnya satu dokter
spesialis melayani 2.500 jiwa. Maka dapat dikatakan bahwa rasio dokter
spesialis di Kota Bogor sudah ideal. Dari total 13 Rumah Sakit yang terdapat di
Kota Bogor kebutuhan akan dokter spesialis dapat dikatakan sudah terpenuhi
akan tetapi, masih terkendala oleh pemerataan dokter spesialis. Oleh karena
itu, diperlukan pemerataan dokter spesaialis di Kota Bogor terutama dokter
spesialis onkologi, perinatologi, immunologi dan jantung.

70
Tabel II. 58 Rasio Dokter per Satuan Penduduk Tahun 2009-2013 Kota Bogor
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
Dokter
1 Jumlah Dokter 89 98 108 109 227
2 Jumlah Penduduk 946.204 950.334 967.398 1.004.831 1.023.923
Rasio 10.632 9.697 8.957 9.219 4.511
Dokter Spesialis
1 Jumlah Dokter Na Na Na Na 505
2 Jumlah Penduduk 946.204 950.334 967.398 1.004.831 1.023.923
Rasio Na Na Na Na 2.028
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2013
Seperti tersaji pada Tabel 59, kecamatan dengan jumlah dokter terbanyak
terdapat di Kecamatan Bogor Barat dengan jumlah dokter 74 dokter dan dokter
spesialis 248 dokter.
Tabel 59 Jumlah Dokter menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Bogor
NO KECAMATAN JUMLAH DOKTER JUMLAH DOKTER
SPESIALIS
1 Bogor Barat 74 248
2 Bogor Timur 25 60
3 Bogor Utara 28 56
4 Bogor Selatan 23 30
5 Bogor Tengah 42 83
6 Tanah Sareal 35 28
Jumlah 227 505
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2013
II.3.1.3. PERHUBUNGAN
II.3.1.3.1. SARANA DAN PRASARANA UMUM
Rasio Rumah Layak Huni
Rasio Rumah Layak Huni adalah perbandingan jumlah rumah layak huni
dengan jumlah penduduk. Permukiman dan rumah layak huni merupakan
harapan dan idaman seluruh masyarakat. Sebuah rumah disebut layak bila
memenuhi aspek sehat, aman, terjamin, dapat dicapai dan mampu dibayar,
termasuk kebutuhan dasar, bebas dikriminasi dan kepastian kepemilikannya.
Pada tahun 2011 jumlah rumah layak huni terhadap jumlah penduduk di Kota
Bogor mencapai 152.940 rumah (15,81%) dan jumlahnya bertambah di tahun
2012 menjadi 153.942 akan tetapi bila dibandingkan dengan jumlah penduduk
di tahun 2012 yang juga meningkat, maka rasionya mengalami penurunan
menjadi 15,32. Bila diasumsikan satu rumah tangga tinggal di satu unit
rumah, maka 15,32 persen rumah di Kota Bogor dinyatakan telah layak huni.
Pada tahun 2013 Keluarga Rumah Tak Layak Huni di Kota Bogor berjumlah
2.625 keluarga, sehingga diberikan bantuan teknis Rumah Tidak Layak Huni
(RTLH) sebanyak 2.207 unit dengan nilai bantuan untuk RTLH masing masing
rumah mendapat 6.000.000 rupiah per unit yang pelaksanaannya diserahkan
langsung kepada masyarakat melalui Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang
terdapat di masing-masing kelurahan. Kegiatan ini dalam rangka
penyelenggaraan program lingkungan sehat perumahan yang diharapkan
mampu meningkatkan rasio rumah layak huni.
Tabel II. 60 Rasio Jumlah Layak Huni terhadap Jumlah Penduduk Tahun 2009-2012
Kota Bogor
NO URAIAN 2011 2012
1. Jumlah Rumah Layak Huni 152.940 153.942
2. Jumlah penduduk 967.398 1.004.831
Rasio 15,81 15,32
Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Sosial, dan Transmigrasi, 2013

71
II.3.1.3.2. JUMLAH ARUS PENUMPANG ANGKUTAN UMUM
Seperti tersaji pada Tabel II. 61, jumlah arus penumpang angkutan umum
pada selang waktu tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami penurunan.
Pada tahun 2010 jumlah penumpang bus di Kota Bogor mencapai 4.190.962
jiwa dan terus mengalami penurunan hingga di tahun 2013 menjadi 3.722.731
jiwa. Begitu pula dengan jumlah penumpang kereta api, pada tahun 2009
jumlah penumpang kereta api mencapai angka 13.115.539 penumpang dan
terus mengalami penurunan hingga tahun 2012 mencapai 12.544.774
penumpang. Penurunan yang terjadi setiap tahun pada jumlah arus
penumpang angkutan umum, dalam hal ini jumlah penumpang bus dan
jumlah penumpang kereta api di Kota Bogor disebabkan oleh berbagai faktor.
Salah satunya adalah banyaknya penumpang yang beralih menggunakan
kendaraan pribadi. Kondisi ini tentunya menimbulkan rentetan masalah
berikutnya, misalnya adalah kontribusi terhadap kemacetan kota.
Tabel II. 61 Jumlah Penumpang Angkutan Umum Tahun 2010-2013 Kota Bogor
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1. Jumlah penumpang Na 4.190.962 4.127.072 3.969.831 3.722.731
Bus
2. Jumlah penumpang 13.115.539 12.793.225 12.716.108 12.544.774 Na
Kereta api
Total Jumlah 13.115.539 16.984.187 16.843.180 16.514.605 Na
Penumpang
Sumber: Diolah dari berbagai sumber (Bogor Dalam Angka Tahun 2013
dan Dinas LLAJ Kota Bogor)

Seperti tersaji pada Tabel II. 62, kecamatan dengan jumlah penumpang
bus tertinggi terdapat di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah
dengan jumlah penumpang angkutan umum mencapai 79.440 jiwa. Hal ini
berarti penduduk yang bertempat tinggal di Kecamatan Bogor Barat dan Bogor
Tengah merupakan penduduk dengan pengguna angkutan umum bus
terbanyak di Kota Bogor.
Tabel II. 62 Jumlah Penumpang Angkutan Umum menurut kecamatan Tahun 2013
Kota Bogor
JUMLAH PENUMPANG
NO KECAMATAN
BUS
1 Bogor Barat 79.440
2 Bogor Timur 78.287
3 Bogor Utara 68.837
4 Bogor Selatan 71.747
5 Bogor Tengah 79.440
6 Tanah Sareal 13.285
Jumlah 391.036
Sumber: Dinas LLAJ Kota Bogor, 2013

II.3.1.3.3. RASIO IZIN TRAYEK


Izin trayek adalah pemberian izin trayek kepada orang atau pribadi atau
badan yang menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada satu
atau beberapa trayek tertentu dalam wilayah daerah. Rasio izin trayek adalah
perbandingan jumlah izin trayek yang dikeluarkan selama satu tahun terhadap
jumlah penduduk. Seluruh angkutan umum yang ada di Kota Bogor umum
wajib memiliki izin trayek. Hal ini dimaksudkan untuk penataan, pengaturan
dan pengendalian trayek angkutan umum, sehingga ini dapat meminimalisir
trayek ilegal yang dilakukan para pengendara angkutan umum. Rasio izin
trayek di Kota Bogor terus mengalami penurunan setiap tahunnya dari tahun
2009 hingga tahun 2013. Hal ini terlihat pada Tabel II. 63, dimana pada tahun
2009 rasio izin trayek mencapai 0,85; kemudian di tahun 2010 menjadi 0,85
dan turun menjadi 0,83 di tahun 2011, kemudian turun kembali di tahun

72
2012 menjadi 0,8; hingga terus turun menjadi 0,79 di tahun 2013. Jumlah izin
trayek di Kota Bogor selama lima tahun terakhir (tahun 2009 s.d tahun 2013)
tidak mengalami perubahan, baik izin trayek perkotaan maupun izin trayek
per kelurahan, yaitu sebesar 3.412 untuk izin trayek perkotaan dan 4.644
untuk izin trayek per kelurahan.
Tabel II. 63 Rasio Izin Trayek Tahun 2009-2013 Kota Bogor
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1. Izin Trayek angkutan kota 3.412 3.412 3.412 3.412 3.412
2. Izin Trayek angkutan
4.644 4.644 4.644 4.644 4.644
perkotaan (AKDP)
3. Jumlah Izin Trayek 8.056 8.056 8.056 8.056 8.056
4. Jumlah penduduk 946.204 950.334 967.398 1.004.831 1.023.923
5. Rasio Izin Trayek 0,85 0,85 0,83 0,80 0,79
Sumber : Diolah dari berbagai sumber (LKPJ Kota Bogor Tahun 2013, dan
Dinas LLAJ Kota Bogor)

Seperti tersaji pada Tabel II. 64 kecamatan dengan jumlah izin trayek
tertinggi terdapat di Kecamatan Bogor Timur dengan jumlah izin trayek
mencapai 2.042. Hal ini dikarenakan Kecamatan Bogor Timur memiliki jumlah
izin trayek terbanyak 2.042 izin trayek.
Tabel II. 64 Ijin Trayek Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Bogor
JUMLAH IZIN TRAYEK TOTAL
NO KECAMATAN JUMLAH
PERKOTAAN PERKELURAHAN
IZIN TRAYEK
1 Bogor Barat 624 1.046 1.670
2 Bogor Timur 612 1.430 2.042
3 Bogor Utara 437 1.187 1.624
4 Bogor Selatan 624 711 1.335
5 Bogor Tengah 456 0 456
6 Tanah Sareal 659 210 869
Jumlah 3.412 4.644 8.056
Sumber : Dinas LLAJ Kota Bogor, 2013

II.3.1.3.4. JUMLAH UJI KIR ANGKUTAN UMUM


Uji Kir adalah serangkaian kegiatan menguji dan/atau memeriksa bagian-
bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan
kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan
layak jalan. Uji Kir ini diharapkan dapat menjaga keselamatan dan
kenyamanan penumpang angkutan umum. Selain itu, juga untuk menjaga
keseimbangan ekosistem lingkungan yang diakibatkan asap kendaraan.
Jumlah angkutan umum yang telah melakukan Uji Kir pada tahun 2013
sebanyak 21.407 unit kendaraan dari 28.721 unit kendaraan (74,53%).
Jumlah ini menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai
86,86 persen dan pada tahun 2011 jumlah kendaraan yang telah melakukan
Uji Kir mencapai 100,94 persen. Jumlah angkutan umum yang melakukan Uji
Kir semakin menurun setiap tahunnya mengindikasi semakin menurunnya
kesadaran para pemilik kendaraan umum terhadap kendaraannya yang
berimbas terhadap ketidaknyamanan penumpang angkutan umum dan rawan
kecelakaan.

73
Tabel II. 65 Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Tahun 2009-2013 Kota Bogor
2009 2010 2011 2012 2013
ANGK
JML JML JML JML JML
NO UTAN JML JML JML JML JML
H % H % H % H % H %
UMUM H H H H H
KIR KIR KIR KIR KIR
1. Mobil - - - - - - - - - - - - - - -
penump
ang
umum
2. Mobil 9.758 10.126 103,77 10.126 9.886 97,63 9.888 9.682 97,92 11.458 9.474 82,68 11.402 9.030 79,20
bus
3. Mobil 9.841 12.132 123,28 12.132 11.997 98,89 11.998 12.402 103,37 14.338 12.936 90,22 17.302 12.36 71,48
8
barang
4. Kereta 4 1 25,00 1 - - 2 8 400,00 8 5 62,50 9 3 33,33
gandeng
an
5. Kereta 2 3 150,00 3 3 100,00 4 5 125,00 4 3 75,00 8 6 75,00
tempela
n
Jumlah 19.605 22.262 113,55 22.262 21.886 98,31 21.892 22.097 100,94 25.808 22.418 86,86 28.721 21.407 74,53
Sumber : Dinas LLAJ Kota Bogor, 2013
II.3.1.3.5. JUMLAH TERMINAL BUS
Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat
dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan
pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul
jaringan transportasi. Keberadaan terminal merupakan salah satu prasarana
utama dalam pelayanan angkutan umum. Keberadaan terminal berperan
dalam menentukan tingkat kinerja dari pelayanan angkutan umum dalam
suatu wilayah. Jumlah terminal bus yang terdapat di Kota Bogor tidak
mengalami perubahan dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2009
s.d tahun 2013), yaitu sebanyak tiga terminal bus.
Tabel II. 66 Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bus Tahun 2009-2013 Kota
Bogor
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1. Jumlah terminal bus 3 3 3 3 3
- Terminal Baranangsiang
- Terminal Merdeka
- Terminal Bubulak
Jumlah 3 3 3 3 3
Sumber : Dinas LLAJ Kota Bogor, 2013

II.3.2. FOKUS LAYANAN URUSAN PILIHAN


II.3.2.1. JUMLAH INVESTOR BERSKALA NASIONAL (PMDN/PMA)
Kota Bogor mempunyai jumlah investor berskala nasional baik
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)/Penanaman Modal Asing (PMA) yang
selalu mengalami kenaikan jumlah dari tahun 2009 sampai dengan tahun
2013. Banyaknya jumlah PMDN jauh lebih besar dibandingkan PMA.
Banyaknya jumlah investor PMDN maupun PMA berpengaruh baik terhadap
jumlah investasi di Kota Bogor. Tahun 2013 jumlah investor sebanyak 843
PMDN dan 61 PMA. Hasil analisis jumlah investor PMDN/PMA Kota Bogor
dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel II. 67 Jumlah Investor PMDN/PMA Tahun 2009 s.d 2013 Kota Bogor
TAHUN URAIAN PMDN PMA TOTAL
2009 Jumlah Investor - - -
2010 Jumlah Investor 58 38 96
2011 Jumlah Investor 93 45 138
2012 Jumlah Investor 192 50 142
2013 Jumlah Investor 843 61 904
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Tahun 2013,
BPPTPM Kota Bogor

74
II.3.2.2. JUMLAH NILAI INVESTASI BERSKALA NASIONAL PENANAMAN
MODAL DALAM NEGERI/ PENANAMAN MODAL ASING
(PMDN/PMA)
Pada tahun 2012, realisasi nilai investasi yang ditanamkan di Kota Bogor
mencapai Rp. 2.608.646.492.592 (dua triliun enam ratus delapan miliar enam
ratus empat puluh enam juta empat ratus sembilan puluh dua ribu lima ratus
sembilan puluh dua rupiah) dengan rincian PMA sebesar Rp 49.550.000.000
dan PMDN Sebesar Rp 2.559.146.492.592 jumlah perusahaan PMA sebanyak
50 dan PMDN sebanyak 192. Sedangkan untuk tahun 2013 nilai realisasi
investasi mencapai Rp. 3.583.359.898.446 (tiga triliun lima ratus delapan
puluh tiga miliar tiga ratus lima puluh sembilan juta delapan ratus sembilan
puluh delapan ribu empat ratus empat puluh enam rupiah). Dengan nilai PMA
sebesar Rp 216.824.000.000 dan nilai PMDN Sebesar Rp 3.366.535.898.446.
Sehingga untuk Realisasi Nilai Investasi di Kota Bogor Tahun 2013 mengalami
kenaikan sebesar 37,36 persen dari Realisasi Investasi pada tahun 2012.
Tabel II. 68 Jumlah Investasi PMDN/PMA Tahun 2009 s.d 2013 Kota Bogor
PERSETUJUAN REALISASI
NILAI
TAHUN JUMLAH NILAI JUMLAH
INVESTASI(RP
PROYEK INVESTASI PROYEK
000)
2009 Na Na 869.500.000
2010 Na Na 96 1.002.665.000.000
2011 Na Na 138 7.615.667.957.900
2012 192 Na 142 2.608.646.492.592
2013 843 Na 904 3.583.359.898.446
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Tahun 2013,
BPPTPM Kota Bogor

II.3.2.3. RASIO DAYA SERAP TENAGA KERJA


Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor pada Tahun 2012 sebanyak 1.997
orang. Sedangkan untuk tahun 2013, dengan jumlah perusahaan PMA
sebanyak 61 dan PMDN sebanyak 1.414. Adapun penyerapan tenaga kerja di
Kota Bogor pada Tahun 2013 sebanyak 2.696 orang.
Penyerapan tenaga kerja menurut jumlah seluruh PMA/PMDN
menunjukkan kenaikan dari tahun 2012 sampai tahun 2013. Peningkatan
jumlah seluruh PMA/PMDN dan jumlah tenaga kerja yang sangat signifikan di
rentang tahun tersebut menyebabkan rasio daya serap tenaga kerja meningkat
hingga mencapai 2,98. Hasil analisis rasio daya serap tenaga kerja di Kota
Bogor, dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel II. 69 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun 2009 s.d 2013 Kota Bogor
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah tenaga kerja yang - - - 1.997 2.696
berkerja pada perusahaan
PMA/PMDN
2 Jumlah seluruh PMA/PMDN - 96 138 242 904
3 Rasio daya serap tenaga - - - 8,25 2,98
kerja
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Tahun 2013,
BPPTPM Kota Bogor

II.3.2.4. PERTANIAN
Laju alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Kota
Bogor semakin tinggi. Alih fungsi lahan ini tentu berimplikasi kepada produksi
pangan, lingkungan fisik serta kesejahteraan masyarakat pertanian yang
kehidupannya tergantung pada lahannya. Lahan pertanian (sawah) di Kota
Bogor hingga saat ini tercatat 750 hektar dengan jumlah penduduk yang

75
bergantung pada sektor pertanian sekitar 72.388 jiwa (Kota Bogor Dalam
Angka 2012) hampir sepuluh persen dari jumlah penduduk Kota Bogor.
Dalam rangka mengendalikan laju alih fungsi lahan pertanian pangan ini,
pada tahun 2009 Pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
yang didalamnya menjelaskan mengenai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B) adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk
dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan
pokok bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. LP2B
dapat berupa lahan beririgasi, lahan reklamasi rawa pasang surut dan non
pasang surut (lebak) dan/atau lahan tidak beririgasi (lahan kering).
Pada UU Nomor 41/2009 pasal 23 dengan tegas disebutkan bahwa
penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan Nasional diatur dalam
Peraturan Pemerintah mengenani Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan
untuk di Tingkat Provinsi diatur dalam Perda mengenai tata ruang wilayah
provinsi serta di kabupaten/kota diatur dalam Perda tata ruang wilayah
kabupaten/kota. Demikian juga halnya apabila suatu Kawasan Pertanian
Pangan Berkelanjutan tertentu memerlukan perlindungan khusus, kawasan
tersebut dapat ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Dalam rangka pelaksanaan perlindungan dan pengendalian LP2B
langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh Pemerintah pusat dan Pemerintah
daerah antara lain: pemberian insentif, disinsentif, mekanisme perizinan,
proteksi dan penyuluhan.
Pemberian insentif diberikan dengan mempertimbangkan: jenis lahan,
kesuburan tanah, luas kondisi irigasi, produktivitas usaha tani, lokasi dan
lain-lain. Pemberian insentif dapat dilakukan dengan cara:
1. Keringanan PBB
2. Pengembangan infrastruktur pertanian
3. Pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul
4. Kemudahan dalam mengkases informasi dan teknologi
5. Penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian
6. Jaminan penerbitan sertifikat bidang tanah pertanian tanaman pangan
7. Penghargaan bagi petani berprestasi tinggi.
Realisasi panen tanaman padi di lahan seluas 689 hektar, dengan jumlah
produksi padi sebesar 4271,8 ton Gabah Kering Panen (GKP) diperoleh
produktivitas padi per tahun rata-rata mencapai 6,2 ton per hektar. Apabila
dikonversi ke komoditi pangan beras, maka beras yang dihasilkan Kota Bogor
selama tahun 2013 adalah 2392,21 ton beras (konversi dari Padi GKP ke beras
= 56%).
Kebutuhan beras per kapita per tahun sebanyak 120 kg per jiwa per
tahun, maka dengan jumlah penduduk sebanyak 967.398 jiwa, Kota Bogor
membutuhkan beras sebanyak 116.087,760 ton per tahun. Berdasarkan data
hasil produksi beras lokal Kota Bogor yang berjumlah 2392,21 ton beras, maka
kontribusi produksi beras lokal Kota Bogor pada tahun 2013 sebesar 2,10
persen.
Palawija di Kota Bogor yang memiliki jumlah produksi terbesar yaitu talas
dan ubi kayu, tahun 2012 produksi tanaman talas mencapai 3.232,65 ton dan
ubi kayu sebanyak 3.140,28 ton. Untuk lebih jelasnya mengenai target dan
realisasi produksi tanaman palawija telah tersaji pada Tabel II. 70.
Kangkung menjadi komoditas sayuran di Kota Bogor yang mempunyai
produksi terbesar di tahun 2012 yaitu sebesar 979 ton. Tanaman tomat juga
termasuk tanaman sayuran yang jumlah produksinya besar yaitu 702 ton.
Untuk target, realisasi dan produksi tanaman sayuran telah tersaji pada Tabel
II. 71.

76
Tabel II. 70 Target dan Realisasi Produksi Palawija
2011 2012
TANAMAN TARGET REALISASI PRODUKSI TARGET REALISASI PRODUKSI
(HA) (HA) (TON) (HA) (HA) (TON)
Kedelai 0 0 0 0 0 0
Kacang 0 0 0 0 0 0
Hijau
Ubi Kayu 322 105 4.883 312 244 3.140,28
Ubi Jalar 106 111 1.454 96 110 1.441
Sorgum 0 0 0 0 0 0
Talas 169 89 2.697,60 169 115 3.232,65
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013
Tabel II. 71 Target, Realisasi dan Produsi Tanaman Sayuran Menurut Jenis Tanaman
di kota Bogor
2011 2012
JENIS
TARGET REALISASI PRODUKSI TARGET REALISASI PRODUKSI
TANAMAN
(HA) (HA) (TON) (HA) (HA) (TON)
Kangkung 98 80 935,00 98 89 979,00
Ketimun 68 54 619,50 68 56 588,00
Tomat 44 32 594,00 44 39 702,00
Daun 19 15 162,00 19 11 99,00
Bawang
Cabe 19 18 102,00 19 13 78,00
Rawit
Kacang 18 14 126,00 18 15 90,00
Merah
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013
Buah jambu biji pada tahun 2012 menghasilkan 1.128 ton sementara
buah-buahan lainnya hanya berproduksi tidak lebih dari 400 ton. Pada 2012,
produksi tanaman obat-obatan juga meningkat, temulawak menghasilkan
174,61 ton, diikuti mengkudu/pace sebesar 143,50 ton dan laos sebesar
114,55 ton.
Tabel II. 72 Banyaknya Pohon Ditanam, Dipanen dan Produksi Tanaman Buah-
buahan di Kota Bogor
2011 2012
JENIS
POHON POHON PRODUKSI POHON POHON PRODUKSI
TANAMAN
DITANAM DIPANEN (TON) DITANAM DIPANEN (TON)
Jengkol 8.908 771 1.542 0 1.028 1,3
Jambu Biji 190.688 104.016 312.048 3.140 110.052 1.128,0
Mangga 54.584 3.319 19.914 0 4.152 249,1
Pisang 173.802 22.120 33.180 200 23.044 345,7
Salak 7.104 0 0 0 0 0
Sawo 8.228 750 3.375 0 1000 3,8
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka,2013

Tabel II. 73 Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Tanaman Obat-obatan menurut
Jenis Tanaman
2011 2012
JENIS LUAS LUAS LUAS
LUAS PRODUKSI PRODUKSI
TANAMAN PANEN TANAM PANEN
TANAM (HA) (TON) (TON)
(HA) (HA) (HA)
Laos 1,13 1,86 172,80 1.200 32.800 114,55
Temulawak 0,91 1,01 20,60 0 7.937 174,61
Temuireng 0,32 0,15 5,28 0 701 1,68
Mengkudu 0,14 0 126,02 0 8.231 143,50
Temukunci 0,23 0,25 6,32 0 2.375 5,23
Sambiloto 0,38 0,36 9,46 1.500 1.800 3,60
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013

77
II.3.2.5. PETERNAKAN
Di bidang peternakan, tercatat populasi hewan ternak besar terdiri dari
874 ekor sapi perah, 212 ekor sapi potong dan 181 ekor kerbau. Ternak kecil
terdiri dari 12.094 ekor domba dan 1.298 ekor kambing, sedangkan untuk
ternak unggas terdiri dari 205.610 ekor ayam ras pedaging, 131.850 ekor ayam
bukan ras dan 5.224 ekor itik. Untuk produksi daging tahun 2013, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel II. 74 Data Produksi Daging Kota Bogor Tahun 2013
PRODUKSI (KG)
NO. KOMODITI DAGING JUMLAH
LOKAL RPH/TPH/TPA
1 Sapi 0,00 3.263.048 3.263.048
2 Kerbau 0,00 0,00 0,00
3 Kambing/Domba 99.244 0,00 99.244
5 Ayam: 0,00 0,00 0,00
- Buras 113.870 0,00 113.870
- Broiler 0 8.417.923 8.417.923
6 Itik 3.050 0,00 3.050
Jumlah 216.164 11.680.971 11.897.135

Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Walikota Bogor


Tahun 2013

Dari Tabel II. 74 diperoleh total produksi daging Kota Bogor tahun 2013
mencapai 11.897.135 kg. Komoditi daging Ayam Broiler mempunyai total
produksi terbesar yaitu sebesar 8.417.923 kg dengan seluruh produksinya
berasal dari RPH/TPH/TPA. Komoditi daging Itik mempunyai total produksi
terkecil yaitu 3.050 kg dengan seluruh produksinya berasal dari lokal.
Total produksi daging Kota Bogor tahun 2013 mencapai11.897.135 kg.
Kebutuhan konsumsi daging masyarakat Kota Bogor (target daerah) adalah
sebesar 10,1 x 967.398=9.770.719,8 kg/kapita/thn. Sehingga tingkat capaian
kinerja produksi daging mencapai 121,8 persen.
Jumlah produksi telur (ayam buras, itik dan ayam petelur/layer)
sebanyak 53.959 kg dengan norma gizi (Nasional) 6,10 dan jumlah penduduk
967.398 jiwa, maka diperolah kebutuhan telur di Kota Bogor sebesar
5.901.127,8 kg, sehingga kemampuan produksi Kota Bogor sebesar 0,9 persen.
Untuk memenuhi kebutuhan telur di Kota Bogor maka didatangkan telur dari
luar Kota Bogor.
Produksi susu berupa susu sapi murni sebanyak 1.850.188 liter,
merupakan susu produksi sapi perah yang dipelihara masyarakat dengan
populasi sebanyak 874 ekor. Dengan norma gizi (nasional) 4,70 dan jumlah
penduduk 967.398 jiwa, maka diperoleh kebutuhan susu di Kota Bogor
sebesar 4.546.770,6 liter, sehingga kemampuan produksi susu Kota Bogor
tahun 2013 sebesar 40,68 persen. Untuk memenuhi kebutuhan susu di kota
Bogor dipenuhi dari produk susu pabrikan yang banyak beredar di pasar.
II.3.2.6. PERIKANAN
Produksi ikan di Kota Bogor tahun 2012 menurut tempat
penangkapan/pemeliharaan sebagian besar berasal dari budi daya ikan kolam
dengan total produksi sebesar 3.295,1 ton dan luasan kolam sebesar 264.000
hektar. Kecamatan Tanah Sareal merupakan kecamatan penyumbang terbesar
terhadap produksi ikan di Kota Bogor. Jumlah produksi ikan dari tahun 2011
sampai 2012 terus meningkat untuk budi daya kolam, sawah dan keramba.
Untuk lebih jelasnya mengenai luas areal dan jumlah produksi ikan menurut
tempat penangkapan/pemeliharaan dapat dilihat pada tabel berikut.

78
Tabel II. 75 Luas Areal dan Jumlah Produksi Ikan Menurut Tempat
Penangkapan/Pemeliaraan per Kecamatan
PERAIRAN KOLAM AIR
KOLAM SAWAH KERAMBA
KECAMATA UMUM DERAS
N LUAS PROD LUAS PROD LUAS PROD LUAS PROD LUAS PROD
(HA) (TON) (HA) (TON) (HA) (TON) (HA) (TON) (HA) (TON)
Bogor * 1,2474 29.040 362,5 360 2 2,7 2,7 0 64,1
Selatan
Bogor Timur * 0,2152 36.960 461,3 420 2,6 3,4 3,4 66.420 81,6
Bogor Utara * 0,0572 44.880 593,1 0 3,3 4,4 4,4 0 104,9
Bogor * 0,1344 5.280 66,9 0 0,4 0,5 0,5 0 11,7
Tengah
Bogor Barat * 0,6546 26.400 329,5 156,0 1,9 2,4 2,4 0 58,3
Tanah * 0,2770 121.440 1.482,8 264,0 8,4 0 10,9 0 262,4
Sareal
Jumlah
2012 NA 2,5858 264.000 3.295,1 1.200 18,6 1.200 24,2 66.420 583,0
2011 NA 264.000 3.012,8 1.200 17,4 1.200 22,7 66.420 586,6
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka,2013

II.3.2.7. PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN


A. INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

Indikator hasil penanganan urusan industri dapat dilihat dari indikator


kinerja berupa jumlah industri kecil dan menengah serta jumlah industri yang
sudah memanfaatkan teknologi tepat guna. Capaian untuk tahun 2013
dibandingkan dengan target terlihat dalam tabel berikut:
Tabel II. 76 Capaian Kinerja Urusan Perindustrian Tahun 2013
NO INDIKATOR KERJA SATUAN TARGET REALISASI
2013 2013
1 Jumlah Industri Kecil dan Unit 3.408 3.757
Menangah (kumulatif)
2 Jumlah Industri yang Unit 700 750
memanfaatkan Teknologi Tepat
Guna
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Walikota Bogor
Tahun 2013

Pertumbuhan Industri Kecil dan Menengah berdasarkan jumlah unit


usaha mengalami peningkatan 5,47 persen yaitu bertambah sebanyak 195 unit
usaha dari 3.562 unit usaha pada tahun 2013 menjadi 3.757 unit usaha pada
tahun 2013.
Penambahan unit usaha industri tersebut diantaranya pada bidang
industri makanan sebanyak 170 unit usaha, bidang industri minuman
sebanyak enam unit usaha, bidang industri kayu olahan dan rotan sebanyak
tiga unit usaha, bidang industri kertas sebanyak empat unit usaha, bidang
industri bahan galian non logam sebanyak satu unit usaha, bidang industri
kimia sebanyak lima unit usaha, bidang industri logam sebanyak empat unit
usaha, bidang industri kulit sebanyak dua unit usaha.
Selain dari segi jumlah unit usaha, pertumbuhan industri di Kota Bogor
juga dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terserap serta besar investasi
pada sektor industri seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel II. 77 Tenaga Kerja dan Investasi Industri Tahun2012 – 2013
NO URAIAN SATUAN 2012 2013 PENINGKATA
N (%)
1 Tenaga Orang 57.790 58.166 0,66
Kerja
2 Investasi Rp. 746.591.054.659,- 753.468.545.912,- 1,00
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Walikota Bogor
Tahun 2013

79
Pada tahun 2013 terdapat penambahan jumlah tenaga kerja pada sektor
industri yaitu sebanyak 376 orang, yang terdiri dari 105 orang pada industri
Menengah/besar, 149 orang pada industri kecil formal dan 122 orang pada
industri kecil non formal.
Selain itu terdapat peningkatan investasi industri sebesar 6.877.491.253
rupiah yang terdiri dari 5.853.409.630 rupiah pada industri menengah/besar,
896.081.623 rupiah pada industri kecil formal dan 128.000.000 rupiah pada
industri kecil non formal.
Perusahaan perdagangan di Kota Bogor dari tahun ke tahun semakin
bertambah. Dari segi kuantitas, Usaha Perdagangan Kecil sampai dengan
tahun 2012 masih mendominasi sektor perdagangan Kota Bogor. Pada tahun
2012, banyaknya perusahaan perdagangan kecil mencapai 8.216 pengusaha
(83,02 %).
Pada 2011 perusahaan yang terdaftar sebanyak 1.366 perusahaan dan
pada 2012 hanya 1.288 perusahaan. Perusahaan terbanyak yang mendaftar
adalah perusahaan perorangan yaitu sebanyak 605 (46,97 %) dan perusahaan
komanditer (CV) sebanyak 458 (35,56 %).
Tabel II. 78 Jumlah Perusahaan Perdagangan dan Nilai Investasi
JUMLAH
JENIS PERUSAHAAN
NILAI INVESTASI (JUTA) PERUSAHAAN
PERDAGANGAN
2011 2012
Perusahaan Perdagangan Formal
Perusahaan Besar >Rp. 5.000,- 15 7
Perusahaan Menengah Rp. 500,- s/d Rp. 23 49
Perusahaan Kecil 5.000,-
Rp. 50 s/d Rp. 500,- 150 192
Perusahaan Mikro <Rp. 50,- 213 94
Perusahaan Perdagangan Non - NA NA
Formal
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka,2013

Tabel II. 79 Jumlah Penerbitan Tanda Daftar Perusahaan 2009-2012


PERINCIAN 2009 2010 2011 2012
Perusahaan Terbatas 255 299 346 213
Perusahaan Komanditer (CV) 288 370 432 458
Perusahaan Perorangan 364 496 580 605
Koperasi 23 12 6 11
Badan Usaha Lain 7 1 2 1
Jumlah 937 1.178 1.366 1.288
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013

Layanan AMDAL diberikan kepada masyarakat dunia usaha yang


membutuhkan rekomendasi dokumen lingkungan bagi kegiatan usaha yang
akan dibangun. Data layanan Amdal, UKL-UPL dan SPPL dari tahun 2010 s.d.
2013 disajikan dalam tabel berikut.
Tabel II. 80 Layanan Amdal Tahun 2010 s.d. 2013 di Kota Bogor
NO JUMLAH
JENIS KEGIATAN
2010 2011 2012 2013
1 Toko/Perkantoran 2 - - -
2 Industri - 1 - -
3 Sarana Pendidikan - - - 1
4 Pembangunan Jalan - 2 1 -
5 TPPAS 1
6 Pusat Perbelanjaan 1 2
7 Terminal - - 1
Jumlah 2 3 2 5
Sumber: RENSTRA BPLH Kota Bogor 2015-2019

80
Tabel II. 81 Layanan UKL-UPL Tahun 2010 s.d. 2013 di Kota Bogor
JUMLAH
NO JENIS KEGIATAN
2010 2011 2012 2013
1 Toko/Perkantoran - 2 5 3
3 SPBU 1 4 1 1
2 Rumah Makan 3 6 11 5
4 Bengkel - 2 4 9
3 Industri 5 3 1 1
5 Tower 5 - - -
4 Sarana Kesehatan/RS 1 4 4 4
6 Kantor/Perkantoran 2 5
5 Perumahan/Hotel/Apart 2 1 7 3
7 Laboratorium 1 - 1 2
6 IPAL 1 2 - 1
8 Sarana Pendidikan - - 1 2
9 Pasar - - 3 -
10 Swalayan - 1 1 1
Jumlah 21 30 39 32
Sumber: RENSTRA BPLH Kota Bogor 2015-2019

B. INDUSTRI KREATIF

Departemen Perdagangan RI tahun 2009 telah menjelaskan bahwa yang


dimaksud dengan industri kreatif adalah industri yang berasal dari
pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk
menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan
dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Dalam
ekonomi kreatif terdapat 14 sub-sektoral ekonomi kreatif yang telah ditetapkan
pemerintah sebagai fokus pengembangan ekonomi kreatif hingga tahun 2025,
antara lain:
1. Periklanan;
2. Arsitektur;
3. Pasar seni dan barang antik;
4. Kerajinan;
5. Desain;
6. Fesyen;
7. Film, video, dan fotografi;
8. Permainan interaktif;
9. Musik;
10. Seni pertunjukan;
11. Penerbitan dan percetakan;
12. Layanan komputer dan piranti lunak;
13. Radio dan televisi;
14. Riset dan pengembangan.
Berdasarkan data “Kajian Ekonomi Tematik Potensi Ekonomi Kreatif di
Kota Bogor”, untuk Kota Bogor jumlah ekonomi kreatif bertambah satu yaitu
kuliner. Pembahasan kuliner yang diharapkan masuk dalam sub-sektoral
ekonomi kreatif berdasarkan kesepakatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
dengan seluruh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang akan mengusulkan
kuliner sebagai sub-sektoral ekonomi kreatif kepada Kementrian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif. Hal ini didasari oleh basarnya potensi kuliner sebagai
keunggulan lokal di Jawa Barat.
Jumlah pelaku usaha ekonomi kreatif adalah 98 pelaku. Jika berdasarkan
kecamatan, jumlah terbanyak berada di kecamatan Bogor Selatan sebanyak 27
pelaku atau 27,55 persen. Selanjutnya terbanyak kedua berada di Kecamatan
Bogor Barat sebanyak 18 pelaku usaha atau 18,37 persen, disusul Kecamatan
Bogor Utara sebanyak 15 pelaku atau 15,31 persen, Kecamatan Bogor Tengah

81
dan Tanah Sareal masing-masing 13 pelaku usaha atau 13,27 persen dan yang
paling sedikit adalah Kecamatan Bogor Timur sebanyak 12,24 persen. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa secara jumlah pelaku usaha paling banyak
berada di Kecamatan Bogor Selatan yang merupakan salah satu daerah sentra
UKM. Secara lengkap jumlah pelaku usaha ekonomi kreatif per kecamatan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 82 Jumlah Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif Kota Bogor Tahun 2012
NO KECAMATAN JUMLAH PERSENTASE
1 Bogor Barat 18 18.37
2 Bogor Selatan 27 27.55
3 Bogor Tengah 13 13.27
4 Bogor Timur 12 12.24
5 Bogor Utara 15 15.31
6 Tanah Sareal 13 13.27
Total 98 100.00
Sumber: BPS Kota Bogor, 2012

Berdasarkan data dari “Kajian Ekonomi Tematik Potensi Ekonomi Kreatif


di Kota Bogor”, dari 15 sub-sektoral ekonomi kreatif di Kota Bogor, ternyata
yang teridentifikasi lima sub-sektoral yaitu: fesyen, kerajinan, kuliner, musik
dan percetakan. Sub sektoral ekonomi kreatif yang paling banyak adalah
kerajinan yaitu sebanyak 43 pelaku usaha atau 43,88 persen. Banyaknya
pelaku usaha kerajinan memang sudah tidak diragukan lagi, Kota Bogor
merupakan salah satu wilayah penghasil beragam jenis kerajinan, antara lain
kerajinan dari kayu dan bambu, kerajinan yang berbasis kaca dan keramik,
kerajinan berbasis daur ulang, kerajinan berbasis seni dan handycraft dan
kerajinan logam dan kerajinan berbasis kain dan bordir.
Selanjutnya terbanyak kedua adalah kuliner yang berjumlah 26 atau
26,53 persen. Sebagaimana diketahui juga bahwa Kota Bogor terkenal sebagai
salah satu kota wisata kuliner, sehingga sangat relevan ketika pelaku usaha
kuliner merupakan salah satu yang terbanyak di Kota Bogor. Terbanyak
berikutnya adalah sub-sektoral fesyen dengan jumlah 20 pelaku usaha atau
20,41 persen. Terbanyak selanjutnya adalah sub-sektoral penerbitan dan
percetakan yang berjumlah lima pelaku usaha atau 5,10 persen, dan yang
paling sedikit adalah sub-sektoral musik yang berjumlah empat pelaku usaha
atau 4,08 persen. Dengan gambaran yang disampaikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa secara jumlah pelaku ekonomi kreatif terbanyak adalah
sub-sektoral kerajinan. Secara jelas jumlah pelaku usaha berdasarkan sub-
sektoral ekonomi kreatif Kota Bogor dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 83 Jumlah Pelaku Usaha Berdasarkan Sub-sektoral Ekonomi Kreatif
NO SUB-SEKTORAL JUMLAH PERSENTASE
1 Fesyen 20 20.41
2 Kerajinan 43 43.88
3 Kuliner 26 26.53
4 Musik 4 4.08
5 Penerbitan dan Percetakan 5 5.10
Total 98 100.00
Sumber: BPS Kota Bogor, 2012
Kota Bogor memiliki objek dan sarana wisata yang memadai sehingga
mengundang banyak wisatawan datang ke Kota Bogor. Hal ini menjadikan
wilayah Kota Bogor lebih ramai lagi dan berpotensi bagi berbagai usaha untuk
meningkatkan perekonomian. Selain kunjungan ke obyek-obyek wisata,
aktivitas kunjungan wisata ke Kota Bogor juga tercermin dari keramaian di
pusat-pusat perdagangan makanan jajanan dan buah-buahan serta factory
outlet pakaian dan tas seperti di Jalan Suryakencana, Siliwangi, Pajajaran, dan
Tajur terutama pada Hari Sabtu, Minggu dan hari-hari libur.

82
Sektor industri kreatif yang selama ini telah berjalan di Kota Bogor dan
memberikan kontribusi baik dalam aspek materi maupun citra terhadap Kota
Bogor seperti Industri Kreatif Wayang Golek di Kelurahan Loji yang menjadi
target kunjungan wisatawan mancanegara; Industri Kreatif Gong di Pancasan
Kelurahan Pasir Jaya yang sudah mendunia dan menjadi target kunjungan
rutin para wisatawan mancanegara; Industri Kreatif Pembuatan Kujang di
Kelurahan Katulampa; Industri Kreatif Sepatu/sendal di Kelurahan Cikaret;
Industri Kreatif Batik Bogor dan sebagainya.
Adanya iklim usaha yang kondusif dan banyaknya jumlah perusahaan
yang bergerak di bidang jasa akan mendorong Kota Bogor menjadi wilayah
yang berkembang dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Kondisi ini akan
mengakibatkan roda perekonomian di Kota Bogor terus berkembang, sehingga
berbagai jenis usahapun tumbuh subur dari usaha jasa sampai kuliner banyak
berdiri di wilayah-wilayah strategis.

II.3.2.8. ENERGI
Sumber energi gas semakin diminati masyarakat Kota Bogor. Peningkatan
pelanggan gas di tahun 2012 mencapai 16.826 pelanggan dan sebesar 97
persen merupakan pelanggan rumah tangga. Pemanfaatan gas di kalangan
pelanggan industri dan komersil juga semakin meningkat. Penggunaan gas di
kalangan industri meningkat 2,46 persen dari 435,7 juta kubik tahun 2011
menjadi 446,4 juta kubik tahun 2012. Sedangkan penggunaan di kalangan
pelanggan komersil meningkat sekitar 4,11 persen dari 2.139.922 kubik tahun
2011 menjadi 2.227.820 kubik tahun 2012. Hal ini menyebabkan volume gas
yang terjual juga meningkat 2,41 persen dibanding tahun 2011 dengan rata-
rata volume gas terjual per bulan sekitar 37,7 juta kubik.
Tabel II. 84 Banyaknya Pelanggan Listrik dan Daya Tersambung Menurut Kecamatan
NO KECAMATAN JUMLAH DAYA
PELANGGAN TERSAMBUNG
1 Bogor Selatan 34.721 53.865.690
2 Bogor Timur 20.491 57.342.380
3 Bogor Utara 41.321 76.906.410
4 Bogor Tengah 20.380 67.525.210
5 Bogor Barat 41.601 53.89.971
6 Tanah Sareal 43.336 76.140.920
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013

II.3.2.9. SUMBER DAYA AIR

Berdasarkan Perda No. 16 Tahun 2011, sumber air minum PDAM Tirta
Pakuan Kota Bogor berasal dari dua sumber utama, yaitu :
1. Mata Air
a. Mata Air Kota Batu dengan kapasitas terpasang 70 Lt/detik
b. Mata Air Bantar Kambing dengan kapasitas terpasang 170 Lt/detik
c. Mata Air Tangkil dengan kapasitas terpasang 170 Lt/detik
d. Mata Air Palasari dengan kapasitas terpasang 30 Lt/detik.

2. Air Permukaan
a. WTP Cipaku dengan kapasitas terpasang 300 Lt/detik
b. WTP I Dekeng dengan kapasitas terpasang 1.150 Lt/detik
c. WTP II Dekeng dengan kapasitas terpasang 400 Lt/detik
d. WTP Palasari dengan kapasitas terpasang 20 Lt/detik

83
Tabel II. 85 Sumber Air Baku danKapasitas Produksi Air Bersih
KAPASITAS (LITER/DETIK) SISA
TAHU KAPASITAS
NO SUMBER LOKASI TERPA PRODU TERMANFAAT
N (LITER/DE
SANG KSI KAN
TIK)
1 Mata Air Kota Batu 1918 70 66 65,66
2 Mata Air Bantar 1969 170 135 135,00
2 Mata Air Kambing
Bantar 1969 170 135 135,00
3 Mata Air Kambing
Tangkil 1974 170 130 130,04
4 IPA Cipaku 1 1988 120 280 221 59
dan2 3
Cipaku 1995 60
Cipaku 4 2003 60
5 IPA Dekeng I 1997 600 1.000 762 238
Dekeng I 2005 Up-
2011 Rating
2 unit
Dekeng II 2013 filter
400 400 335 65
6 Mata Air Palasari I 2008 30 19 18,85
7 IPA Palasari I 2008 20 20 11,03 9
JUMLAH 2,050 1,679 371
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Walikota Bogor
Tahun 2013

Dari berbagai sumber mata air yang ada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
mampu mengalirkan zona – zona pelayanan air minumnya seperti :
1. Mata Air Kota Batu melayani Zona 6 (Kelurahan Cikaret, Ciomas, Ciomas
Rahayu, Gunung Batu, Kota Batu, Loji, Mekar Jaya, Mulya Harja, Parakan,
Pasir Jaya, Pasir Mulya, Pasir Kuda dan Sirna Galih, Balumbang Jaya,
Sindang Barang, NN Tajur Halang)
2. Mata Air Tangkil melayani pelanggan di zona 1 (Kelurahan Tajur,
Katulampa, Lawang Gintung, Pakuan, Muara Sari, Sindang Rasa, Sindang
Sari, Harjasari, Rancamaya dan Kertamaya)
3. Mata Air Bantar Kambing melayani zona 2 (Kelurahan Cipaku dan Genteng)
dan membantu untuk melayani zona 3 dan Zona 1
4. WTP Dekeng I dan WTP Dekeng II melayani zona 4 (Mekar Wangi, Cibadak,
Kencana, Cimahpar, Cibuluh, Tegal Gundil, Kebon Pedes, Tegal Lega,
Panaragan, Sempur, Bantarjati, Kebon Kalapa, Babakan, Cibogor, Ciluar,
Tanah Baru, Sukaraja, Ciwaringin, Pabaton, Tanah Sareal, Menteng,
Kedung Waringin, Kedung Jaya, Curug Semplak, Kedung Halang, Kedung
Badak, Cilendek Timur, Cilendek Barat, Sukaresmi, Ciparigi, Sukadamai,
Kayumanis dan Margajaya)
5. WTP Cipaku melayani pelanggan zona 3 (Kelurahan Baranangsiang,
Sukasari, Batutulis, Babakan Pasar, Gudang, Paledang, Bondongan,
Empang, Pasir Jaya dan Bojongkerta, Tanah Baru)
6. Mata Air dan WTP Palasari melayani wilayah zona 5 (Kelurahan
Pamoyanan, Ranggamekar dan Palasari)

Sumber air baku yang masih bisa diandalkan untuk penambahan


kapasitas produksi adalah sungai Cisadane. Ketersediaan air sungai sangat
berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas air yang dihasilkan PDAM Tirta
Pakuan. Di Kota Bogor sendiri, terdapat sungai seluas 124,59 hektar dan
sempadan sungai seluas 181,79 hektar.
Daerah pelayanan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah wilayah Kota
Bogor yang telah mengalami perluasan wilayah pada tahun 1995 sehingga
tanggung jawab PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor semakin bertambah, dengan
adanya perluasan wilayah Kota Bogor ada wilayah Kota Bogor yang dilayani
oleh PDAM Kabupaten Bogor, sampai saat ini mencapai 14.314 SL atau 78.727
jiwa.

84
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor telah menjangkau enam wilayah
kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Timur,
Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Tanah Sareal, Kecamatan Bogor Tengah,
dan kecamatan Bogor Utara. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor saat ini telah
memiliki Jumlah pelanggan sebanyak 118.424 sambungan yang tersebar pada
enam wilayah kecamatan terdiri dari kelompok Sosial, Kelompok Rumah
Tangga, Instansi Pemerintah, Perniagaan dan Industri. Untuk peta wilayah
sungai Ciliwung-Cisadane telah tersaji pada gambar berikut:

Gambar II. 3 Peta Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane

Keterangan:
1. Kode Wilayah : 02.05.A2
2. Status
Sungai : WS Lintas Propinsi
3. Status : Pemerintah Pusat
4. Propinsi
Kewenangan : Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten
5. Kabupaten : Kabupaten Tangerang , Kota Tangerang , Kota
Tangerang Selatan , Kabupaten Bekasi , Kabupaten
Bogor , Kota Bekasi , Kota Bogor , Kota Depok ,
Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Utara, Kota
Jakarta Pusat, Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta
Selatan
6. DAS : Das Cimanceuri, Das Ciranggon, Das Cileleus, Das
Cimauk, Das Cirarab, Das Ciasin, Das Cisadane,
Das Cikapadilan, Das Angke, Das Krukut, Das
Ciliwung, Das Sunter, Das Cakung, Das Blencong,
Das Bekasi
7. DAS Terbesar : DAS Cisadane
8. Luas DAS : -
9. Luas Wilayah : 5.293,01 km2
Sungai
II.3.2.10. PARIWISATA

Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Bogor pada tahun 2013


sebanyak 3.953.594 orang wisatawan. Kota Bogor yang dalam sejarahnya
pernah menjadi kota penting di mata dunia memiliki banyak sekali
peninggalan sejarah dan kebudayaan, namun demikian berbagai potensi ini
belum dikembangkan secara maksimal sebagai destinasi wisata di Kota Bogor.

85
Data sekunder yang tersedia, hanya menyebutkan 14 objek wisata di Kota
Bogor termasuk Kebun Raya Bogor yang merupakan ikon legendaris.
Sebagai kota yang memiliki identitas serta karakter yang kuat, Kota Bogor
seyogyanya dapat memanfaatkan potensi tersebut untuk mengembangkan
pariwisata. Pengembangan destinasi wisata baru tidak harus dilakukan dengan
membuat wahana wisata baru, melainkan mengembangkan potensi yang telah
dimiliki agar memiliki nilai tambah. Hal ini sekaligus dapat disinambungkan
dengan upaya pelestarian dan pengembalian ruh dari peninggalan sejarah.
Tabel II. 86 Daftar Obyek Wisata, Alamat dan Daya Tarik Wisata di Kota Bogor
OBYEK WISATA ALAMAT JENIS OBYEK LUAS
WILAYAH
Kebun Raya Bogor Jl. Ir. H. Juanda Alam, Ilmiah, dan 87 Ha
Budaya
Istana Kepresidenan Jl. Ir. H. Juanda No. 1 Sejarah dan 28,8 Ha
Bogor Budaya
Prasasti Batu Tulis Jl. Batutulis No. 54 Sejarah 21,34 m2
Plaza Kapten Muslihat Jl. Kapten Muslihat No. 51 Taman Rekreasi 17.690 m2
Museum Zoologi Bogor Jl. Ir. H. Juanda No. 9 Ilmiah dan Budaya 1500 m2
Museum Etnobotani Jl. Ir. H. Juanda No, 22-24 Ilmiah 1600 m2
Museum Perjuangan Jl. Merdeka No 56 Sejarah dan 650 m2
Bogor Budaya
Rancamaya Country Jl. Rancamaya Utama Taman Rekreasi 400 Ha
Golf Ciawi Bogor
Museum danMonumen Jl. Jend Sudirman No. 35 Sejarah dan 9.400 m2
PETA Budaya
Tanaman Obat Jl. Tentara Pelajar No. 3 Ilmiah 1 Ha
Museum Tanah Jl. Ir. H Juanda Ilmiah 30 m2
Danau Wisata Situ Jl. Tambakan No. 1 Taman Rekreasi 6 Ha
Gede dan Alam
Country Club Jl. KH. Sholeh Iskandar Rekreasi 3,7 Ha
Cimanggu No. 1
The Jungle Bogor Nirwana Residence Rekreasi 3 Ha
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2013

Potensi yang telah dimiliki dan salah satu warisan budaya yang paling
dikenal adalah Kebun Raya Bogor. Sebagai salah satu kebun raya yang
mengoleksi tumbuhan tropis terbesar di dunia, Kebun Raya Bogor menjadi
semakin disadari pentingnya baik ditinjau dari kepentingan ekologi maupun
ekonomi. Namun demikian, lokasi ini tidak luput dari ancaman pencemaran
udara dari lingkungan sekitamya. Sebagai jalur lalu lintas yang semakin padat,
ruas-ruas jalan di sekitar Kebun Raya Bogor menjadi tempat emisi
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor baik berupa gas maupun
partikel. Kepadatan kendaraan di sekitar Kebun Raya Bogor sangat
berpengaruh terhadap kondisi pohon. Menurut Sukarsono (Sukarsono. 1998.
[THESIS] ) Dampak Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan di Kebun Raya
Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor) kandungan gas pencemar udara dari
kendaraan yaitu gas NO2 dan partikel Pb (timbal) di hampir semua lokasi
sudah melampaui nilai ambang batas dan kandungan tertinggi terdapat di
pinggir kebun raya. Persentase kerusakan (rata-rata) struktur anatomi daun
yang diduga disebabkan oleh pencemaran udara berkisar antara 0‒64,88
persen.
Dari hasil penelitian Endes N Dahlan (Dahlan, Endes N. 2007. [DISERTASI]
Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2 Antropogenik
dari Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor dengan Pendekatan Sistem
Dinamik. Bogor: Ilmu Pengetahuan Kehutanan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor), penggunaan bahan bakar menghasilkan emisi gas CO 2 antropogenik di
kota Bogor pada tahun 2010 sebanyak 600.216 ton dan diprediksi pada tahun
2100 menjadi 848.175 ton. Sedangkan menurut Sri Purwaningsih (sumber:

86
Purwaningsih, Sri. 2007. [SKRIPSI] Kemampuan Serapan Karbondioksida pada
Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor. Bogor: Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor)1, daya serap karbondioksida Kebun Raya Bogor menggunakan
pendekatan median adalah 0,11 ton/jam sedangkan menggunakan pendekatan
taksonomi adalah 0,54 ton/jam. Kondisi ini memantapkan Kebun Raya untuk
menjalankan fungsinya sebagai penyerap karbondioksida. Dengan begitu,
emisi gas CO2 di kota Bogor dapat diserap oleh Kebun Raya Bogor selama 277
hari.
Selain kepadatan kendaraan, pemanfaatan ruang di sekitar Kebun Raya
Bogor semakin mengalami perubahan seiring dengan meningkatnya lahan
terbangun. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya bangunan-bangunan yaitu
pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pusat perdagangan dan berbagai
sentra lainnya. Bahkan untuk Kecamatan Bogor Tengah dimana Kebun Raya
Bogor berada, terdapat 11 hotel berbintang dari jumlah total 13 hotel
berbintang di Kota Bogor (sumber: Kota Bogor Dalam Angka Tahun 2013)2.
Menurut Retno Mustikaweni (sumber: Mustikaweni, Retno. 2008. [SKRIPSI]
Pengaruh Perubahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Lingkar Luar Kebun Raya
Bogor Terhadap Iklim Mikro. Bogor: Program Studi Arsitektur Landskap Fakultas
Pertanian IPB)3, pola perubahan lahan terbangun serta penurunan jumlah
ruang terbuka hijau dan badan air berdampak pada peningkatan suhu udara
perkotaan. Suhu udara kota yang tinggi dapat menimbulkan ketidaknyamanan
kota itu sendiri. THI (Temperature Humidity Index) Kota Bogor mengalami
peningkatan sebesar 0,53 (semakin tinggi THI, semakin tidak nyaman). Suatu
tempat termasuk kategori nyaman jika memiliki nilai THI antara 21-27.
Penghitungan tingkat kenyamanan di daerah sekitar Kebun Raya Bogor
menunjukkan ketidaknyamanan di siang hari (THI berkisar antara 28 sampai
32) dan peningkatan suhu yang tajam. Indeks THI ini dapat meningkat apabila
pemanfaatan ruang di sekitar KRB tidak dikendalikan dengan baik.
Meningkatnya lahan terbangun tersebut juga berdampak pada beberapa
jenis hewan di dalam Kebun Raya Bogor khususnya burung. Keberadaan
burung-burung semakin mengalami tekanan akibat dari perubahan kondisi
lingkungan baik di dalam maupun di sekitar Kebun Raya Bogor. Dari hasil
penelitian Wawan Hermawan (sumber: Hermawan, Wawan. 2001. [SKRIPSI]
Keragaman Jenis Burung di Kebun Raya Bogor. Bogor: Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) pada tahun 2001, beberapa jenis
burung yang sebelumnya terdapat di Kebun Raya Bogor kini jumlahnya
semakin menurun bahkan beberapa jenis diduga sudah hilang. Hal ini
disebabkan Kebun Raya Bogor sudah terisolasi dari hutan di sekitarnya.
Jumlah jenis burung yang berhasil ditemukan sebanyak 46 jenis setelah
sebelumnya ditemukan 56 jenis pada tahun 1986.
Kawasan di sekitar Kebun Raya Bogor memiliki nilai kesejarahan yang
tinggi. Hal tersebut dikarenakan kawasan di sekitarnya merupakan kawasan
hasil pembangunan masa kependudukan bangsa kolonial. Elemen-elemen dan
area-area bersejarah hasil pembangunan dan perkembangan periode kolonial
pun masih ada hingga saat ini dan memberikan karakteristik yang khas pada
Kota Bogor, terutama di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor. Elemen dan area
tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing, yaitu kawasan dengan
karakter lanskap kolonial di beberapa kelurahan di sekeliling Kebun Raya
Bogor, Pecinan di Suryakencana, dan Kampung Arab di Empang.

87
Menurut Mayang H.W4, rencana tata ruang Kota Bogor menetapkan
bahwa kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya merupakan wilayah pusat
kota sebagai kota lama (kawasan bersejarah) yang diarahkan untuk
mempertahankan kegiatan perdagangan dan jasa yang ada, pusat
perkantoran, dan RTH skala kota. Penetapan ini dapat menjadi tekanan
terhadap keberadaan Kebun Raya Bogor.

II.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH


Aspek daya saing daerah dapat mengukur tingkat kemampuan ekonomi
suatu daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan dengan
tetap terbuka pada persaingan dengan propinsi dan kabupaten/kota lainnya
yang berdekatan, domestik, atau internasional. Aspek daya saing daerah terdiri
dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim
berinvestasi dan sumber daya manusia. Indikator variabel aspek daya saing
daerah terdiri dari:
II.4.1. FOKUS KEMAMPUAN EKONOMI DAERAH
Analisis kinerja atas fokus kemampuan ekonomi daerah dilakukan
terhadap Indikator-Indikator: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per
Kapita, Pengeluaran Konsumsi Non-Pangan Rumah Tangga per Kapita, Nilai
Tukar Petani dan Produktivitas Total Daerah. Berikut ini disajikan beberapa
contoh hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus kemampuan
ekonomi daerah, sebagai berikut:
II.4.1.1. PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PER KAPITA
Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan merupakan rata-rata biaya yang
dikeluarkan rumah tangga dalam sebulan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi aggota rumah tangga yang dibagi dengan banyaknya anggota rumah
tangga. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu
konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan tanpa memperhatikan asal
barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja.
Seperti yang tersaji pada Tabel II. 87, persentase pengeluaran perkapita
sebulan dalam kurun waktu tahun 2009 sampai tahun 2011 mengalami
fluktuasi. Hal ini terlihat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, pengeluaran
perkapita perbulan penduduk Kota Bogor berada pada kisaran golongan
pengeluaran 300.000 sampai 499.999 rupiah. Pada tahun 2009 sebanyak
47,80 persen penduduk Kota Bogor yang berada kisaran golongan pengeluaran
300.000 sampai 499.999 rupiah pada tahun 2010 sebanyak 33,33 persen
penduduk Kota Bogor yang berada kisaran golongan pengeluaran 300.000
sampai 499.999 rupiah dan pada tahun 2011 sebanyak 33,35 penduduk Kota
Bogor yang berada kisaran golongan pengeluaran 300.000 sampai 499.999
rupiah. Akan tetapi untuk kisaran golongan pengeluaran lebih dari 1.000.000
rupiah selama kurun waktu tiga tahun terakhir, terus mengalami kenaikan
yang diikuti pula dengan peningkatan golongan pengeluaran per kapita per
bulan. Peningkatan pengeluaran per kapita per bulan juga mengindikasi
adanya peningkatan pendapatan yang berimbas pada peningkatan
kesejahteraan.
Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan penduduk di Kota Bogor
terdapat pada golongan 300.000 rupiah hingga 499.999 rupiah. Akan tetapi,
golongan pengeluaran lebih dari 1.000.000 rupiah merupakan golongan
dengan peningkatan paling signifikan dari tahun 2009 hingga tahun 2011.
Peningkatan pengeluaran perkapita perbulan juga mengindikasi adanya
peningkatan pendapatan yang berimbas pada peningkatan kesejahteraan.
Akan tetapi peningkatan yang terjadi menimbulkan ketidakmerataan ekonomi

88
yang terjadi di Kota Bogor. Dimana rata-rata pengeluaran per kapita penduduk
berada di golongan 300.000 rupiah hingga 499.999 rupiah dengan hasil yang
fluktuasi setiap tahunnya, sedangkan untuk golongan pengeluaran lebih dari
1.000.000 rupiah merupakan golongan ketiga tertinggi akan tetapi merupakan
golongan dengan peningkatan paling signifikan setiap tahunnya.
Tabel II. 87 Persentase Pengeluaran Per Kapita Sebulan Penduduk Kota Bogor (%)
GOLONGAN
NO 2009 (%) 2010 (%) 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%)
PENGELUARAN
1  100.000 0,16 0,00 0,00 - -
2 100.000 – 149.999 0,59 0,31 0,00 - -
3 150.000 – 199.999 4,78 1,57 0,22 - -
4 200.000 – 299.999 6,86 11,8 10,08 - -
5 300.000 – 499.999 47,80 33,33 33,35 - -
6 500.000 – 749.999 20,91 27,32 25,48 - -
7 750.000 – 999.999 7,69 11,53 12,18 - -
8  1.000.000 11,21 14,13 18,69 - -
Sumber: IPM Kota Bogor Tahun, 2012

Pengeluaran rata-rata konsumsi per kapita sebulan dapat dijadikan


sebagai indikator kesejahteraan rakyat. Dimana hal ini didasarkan pada teori
yang pada umumnya semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat, maka
proporsi persentase pengeluaran untuk makanan semakin menurun. Angka
konsumsi rumah tangga per kapita diperoleh dari perbandingan antara rata-
rata pengeluaran rumah tangga untuk makanan sebulan dengan rata-rata
total pengeluaran rumah tangga sebulan.
Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di Kota Bogor pada tahun
2011 adalah Rp 763.236,00. Hal ini berarti setiap penduduk di Kota Bogor
mengeluarkan biaya sebesar itu untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
dalam kurun waktu satu bulan. Seperti tersaji pada Tabel II. 88, rasio
pengeluaran rata-rata makanan per kapita tahun 2009 sebesar 697.805 rupiah
dan rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita per bulan sebesar 296.251
rupiah sehingga diperoleh rasio sebesar 42,45 persen. Pada tahun pada tahun
2011 rata-rata pengeluaran per bulan sebesar 763.236 rupiah dan rata-rata
pengeluaran konsumsi makanan per bulan sebesar 340.544 rupiah sehingga
diperoleh rasio sebesar 44,62 persen. Melihat dari garis kemiskinan Kota Bogor
yang terus menurun, seharusnya berbanding lurus dengan rata-rata
pengeluaran makanan per kapita. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya,
peningkatan rata-rata pengeluaran makanan per kapita bertentangan dengan
menurunnya garis kemiskinan Kota Bogor.
Tabel II. 88 Pengeluaran Rata-Rata (Rp) Makanan per Kapita Kota Bogor Tahun 2009-
2013
NO URAIAN 2009 2010 2011
1. Rata-rata pengeluaran per bulan 697.805 Na 763.236
2. Rata-rata pengeluaran konsumsi 296.251 Na 340.544
makanan per bulan
3. Rasio 42,45 Na 44,62
Sumber : Suseda Kota Bogor, 2009, 2012

II.4.1.2. PENGELUARAN KONSUMSI NON-PANGAN PER KAPITA

Pengeluaran konsumsi rumah tangga selanjutnya, yaitu pengeluaran


rumah tangga non-pangan. Dimana semakin besar pengeluaran untuk
memenuhi kebutuhan non-pangan menggambarkan semakin sejahtera rumah
tangga tersebut, akan tetapi semakin kecil pengeluaran untuk memenuhi
kebutuhan non-pangan menggambarkan bahwa rumah tangga tersebut kurang
sejahtera.

89
Seperti yang tersaji pada Tabel II. 89, rasio pengeluaran untuk non-
pangan per kapita perbulan dalam kurun waktu tahun 2009 dan tahun 2011
mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2009 rata-rata
pengeluaran per kapita perbulan sebesar 697.805,00 rupiah dan rata-rata
pengeluaran non-pangan per kapita perbulan sebesar 401.554,00 rupiah
sehingga diperoleh rasio sebesar 57,55 persen; penurunan terjadi pada tahun
2011 dengan rasio sebesar 55,38 persen.
Tabel II. 89 Pengeluaran Rata-Rata (Rp) Konsumsi non-Pangan per Kapita Kota Bogor
tahun 2009-2013
NO URAIAN 2009 2011
1. Rata-rata pengeluaran per bulan 697.805 763,236
2. Rata-rata pengeluaran konsumsi non-pangan per 401.554 422,692
bulan
3. Rasio 57,55 55.38
Sumber: Suseda Kota Bogor tahun 2009, dan 2012

Pengeluaran non-pangan didominasi oleh pengeluaran perumahan dan


fasilitas rumah tangga, sedangkan pengeluaran makanan didominasi oleh
pengeluaran makanan dan minuman jadi. Bila dibandingkan antara
pengeluaran makanan dan bukan makanan, rasio pengeluaran untuk
makanan lebih kecil bila dibandingkan dengan rasio pengeluaran bukan
makanan. Dengan merujuk pada teori bahwa semakin kecil pengeluaran untuk
memenuhi kebutuhan pangan menggambarkan semakin sejahtera rumah
tangga tersebut, akan tetapi semakin besar pengeluaran untuk memenuhi
kebutuhan pangan menggambarkan bahwa rumah tangga tersebut kurang
sejahtera. Maka penduduk Kota Bogor dapat dikatakan telah sejahtera.
Tabel II. 90 Pengeluaran konsumsi pangan dan non-pangan Kota Bogor Tahun 2009-
2013
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1 Rata-rata pengeluaran 296.251 - 340.544 - -
konsumsi per bulan
2 Rata-rata pengeluaran non- 401.554 - 422,692 - -
pangan per bulan
Sumber: Suseda Kota Bogor tahun 2009 dan 2012

II.4.1.3. PRODUKTIVITAS TOTAL DAERAH


Produktivitas Total Daerah dapat menggambarkan seberapa besar tingkat
produktivitas tiap sektor dalam rangka mendorong perekonomian suatu
daerah. Produktivitas total daerah dihitung dengan membagi nilai PDRB per
sektor dengan jumlah angkatan kerja pada sektor tersebut.
Seperti tersaji pada Tabel II. 91, pada tahun 2012 rata-rata produktivitas
total daerah mencapai 45,22. Sektor yang memiliki produktivitas tertinggi
adalah Industri Pengolahan dengan nilai produktivitas sebesar 70,42;
Perdagangan, Hotel dan Restaoran menjadi yang tertinggi kedua dengan nilai
produktivitas sebesar 54,38. Nilai produktivitas paling rendah, yaitu pada
sektor Pertanian dengan nilai sebesar 4,88.
Sektor dengan PDRB atas dasar harga berlaku paling tertinggi, yaitu
Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan PDRB sebesar 6.276.208,33 rupiah,
diikuti oleh sektor Industri Pengolahan dengan PDRB sebesar 4.765.773,7
rupiah, kemudian diikuti oleh sektor Lain-lain dengan PDRB sebesar
3.828.687,36 rupiah.

90
Tabel II. 91 Produktivitas Total Daerah di Kota Bogor tahun 2012
LAPANGAN KERJA PDRB ATAS JUMLAH PRODUKTIVITAS
DASAR HARGA TENAGA
BERLAKU KERJA
RP (JUTAAN)
1 Pertanian 30.275,03 6.198 4,88
2 Industri Pengolahan 4.765.773,70 67.674 70,42
3 Perdagangan, Hotel dan 6.276.208,33 115.406 54,38
Restoran
4 Jasa 2.422.391,56 113.108 21,42
5 Lain-laina 3.828.687,36 90.725 42,20
Jumlah 17.323.335,98 383.111 45,22
Sumber: PDRB Kota Bogor tahun 2013

II.4.2. FOKUS FASILITAS WILAYAH/INFRASTRUKTUR


Fasilitas wilayah atau infrastruktur adalah penunjang daya saing daerah
dalam hubungannya dengan ketersediaan fasilitas untuk mendukung ekonomi
daerah di berbagai sektor di daerah dan antar-wilayah. Semakin lengkap
ketersediaan wilayah/infrastruktur, maka semakin kuat dalam menghadapi
daya saing daerah.
Gambaran umum kondisi daya saing daerah terkait dengan fasilitas
wilayah/infrastruktur dapat dilihat dari: aksesibilitas daerah, penataan
wilayah, fasilitas bank dan non bank, ketersediaan air bersih, fasilitas listrik,
ketersediaan restoran dan rumah makan serta ketersediaan penginapan.
Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil analisis dari beberapa indikator
kinerja pada fokus fasilitas wilayah/infrastruktur, sebagai berikut:

II.4.2.1. AKSESIBILITAS DAERAH


II.4.2.1.1. RASIO PANJANG JALAN PER JUMLAH KENDARAAN
Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan merupakan salah satu
indikator penting aksesibilitas daerah yang digunakan untuk melihat
ketersediaan sarana jalan terhadap jumlah kendaraan dalam rangka
memberikan kemudahan akses bagi seluruh masyarakat dalam melakukan
segala aktivitas di semua lokasi dengan kondisi dan karakteristik fisik yang
berbeda.
Jumlah perjalanan yang dilakukan setiap individu saat ini semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya pula jumlah penduduk serta
perekonomian suatu daerah. Untuk memenuhi kebutuhan akan transportasi
yang saat ini semakin tinggi perlu adanya upaya untuk meningkatkan
transportasi yang disertai dengan peningkatan sarana dan prasarana
transportasi.
Seperti tersaji pada Tabel II. 92, rasio panjang jalan terhadap jumlah
kendaraan pada tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan. Hal
ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 rasio panjang jalan terhadap
kendaraan sebesar 31,64; terjadi peningkatan pada tahun 2010 menjadi 37,99;
kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi 47,23; dan
mengalami peningkatan pada tahun 2012 dan 2013 menjadi 47,27. Panjang
jalan dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami penurunan, yaitu dari
711.292 kilometer pada tahun 2009 dan 2010 menjadi 661.450 kilometer pada
tahun 2011 hingga tahun 2013. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah
kendaraan terus mengalami peningkatan, yaitu dari 225.050 pada tahun 2009
menjadi 312.639 pada tahun 2013. Sehingga untuk ketersediaan sarana jalan
terhadap jumlah kendaraan di Kota Bogor pada tahun 2013 mencapai 1:47, ini
artinya bahwa setiap panjang jalan sepanjang satu kilometer, dapat diakses
kendaraan baik kendaraan roda empat maupun roda dua sebanyak 47
kendaraan.

91
Tabel II. 92 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Kota Bogor Tahun 2009-2013
NO. URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1. Panjang Jalan 711.292 711.292 661.450 661.450 661.450
2. Jumlah Kendaraan 225.050 270.224 312.383 312.639 312.639
3. Rasio 31,64 37,99 47,23 47,27 47,27
Sumber: Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Pada Tabel II. 93 telah tersaji data kondisi jalan dengan melihat pada
keterlaksanaan indikator pada program yang berkaitan dengan pembangunan,
peningkatan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase serta sarana dan
prasarananya. Capaian yang terlihat dari setiap indikator menunjukkan angka
yang relatif selalu mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan
tahun 2013. Hal ini menunjukkan fasilitas umum pendukung aksesibilitas
masyarakat bisa terbangun dengan baik.
Tabel II. 93 Data Kondisi Jalan 2010-2013
CAPAIAN CAPAIAN
CAPAIAN CAPAIAN
S/D S/D
NO. INDIKATOR S/D TAHUN S/D TAHUN
TAHUN TAHUN
2010 2011
2012 2013
Program pembangunan jalan, jembatan, dan drainase
1 Ketersediaan Lahan 0,87 km 1,31 km 1,94 km 2,74 km**
2 Panjang Jalan 0 km 0,0975 km 1,44 km 1,44 km*
3 Terbangun
Pembangunan Drainase 3,55 km 2 km 1,36 km 2,25 km
Jalan @ Tahun
Kumulatif 3,55 km 5,55 km 6,91 km 9,16 km
4 Pembangunan 2 unit 0 unit 1 unit 1 unit
Jembatan @ Tahun
5 Pembangunan Trotoar @ 1514 m2 480 m2 5720 m2 3450
Tahun
Program Peningkatan Jalan, Jembatan, dan Drainase
1 Ketersediaan Lahan @ 0,487 km 0,306 km 0,439 km 0,24 km
Tahun
2 Peningkatan Jalan 11,15 km 10,54 km 14,35 km 12,817 km
Kumulatif 11,15 km 21,69 km 36,04 km 48,857 km
Program Pemeliharaan Jalan, Jembatan, dan Drainase
1 Panjang Jalan 249,77 km 260,4 km 288,715 321,095
Berkondisi Baik km km
2 Panjang 209,169 km 218,4 km 233,313 249,402
Pedestrian/trotoar km km
Berkualitas Baik
3 Perbaikan/Pemeliharaan 5 unit 21 unit 25 unit 26 unit
Jembatan @ Tahun
Program Pembangunan Sistem Informasi/Database Jalan, Jembatan, dan Drainase
1 Leger Jalan 28,76% 44,4% 63,31% 63,31%
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
1 Penyediaan Sarana/ 40% 50% 60% 65 %
Instrument
Kebinamargaan
Sumber: RENSTRA Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor
2015-2019

Adapun Kinerja Lalu Lintas dari 11 Lokasi Rawan Kemacetan berdasarkan


RPJMD, masih terdapat lima lokasi dengan tingkat pelayanan D (V/C ratio
0,75 – 0,84), yaitu: Simpang Tanjakan Empang, Simpang Lawang Saketeng,
Jembatan Merah, Simpang Asem, Sukasari (depan Shangrilla).
Di luar 11 titik rawan kemacetan tersebut, saat ini dan terutama pada
hari-hari libur (Sabtu-Minggu dan hari libur nasional) di ruas-ruas jalan
tertentu seringkali juga terjadi kepadatan dan tersendatnya (kemacetan) arus
lalu lintas.

92
Tabel II. 94 Identifikasi Kinerja Lalu Lintas Pada 11 Lokasi Rawan Kemacetan Tahun
2013
HARI KER
TIPE KAPASITAS
NO LOKASI (RUAS JALAN) VOLUME V/C KECEPATAN
JALAN (SMP/JAM)
(SMP/JAM) RATIO (KM/JAM)
1 Simpang Tanjakan Empang
- Jl. Pahlawan 3 2/2 UD 3.167,4 2.461,1 0,78 23,72
- Jl. R. Aria Suryawinata (Pulo 4/2 UD 5.056,9 3.610,7 0,71 24,44
Empang)
- Jl. R. Saleh Syarif Bustaman 2/2 UD 5.325,9 3.970,5 0,75 24,47
2 Simpang Lawang Seketeng
- Jl. Lawang Seketeng 2/1 2.642,1 2.080,7 0,79 23,33
- Jl. R. Saleh Syarief Bustaman 2/2 UD 5.325,9 3.970,5 0,75 24,47
3 Simpang Gunung Batu
- Jl. Mayjend Ishak Djuarsa 2/2 UD 3.004,3 1.969,5 0,66 24,48
- Jl. Veteran 4/2 D 2.797,5 1.997,4 0,71 25,35
- Jl. RE. Abdullah 2/2 UD 2.852,8 1.258,1 0,44 38,61
4 Jembatan Merah
- Jl. Kapten Muslihat 4/2 D 2.390,7 1.876,2 0,78 24,33
- Jl. Merdeka 4/1 4.404,5 2.451,1 0,56 26,37
- Jl. Veteran (1/3 Arus dr Jl.
4/1 4.404,5 2.611,5 0,59 25,56
Merdeka + Jl. Kapt. Muslihat)
5 Simpang Asem
- Jl. Merdeka 4/1 4.404,5 2.451,1 0,56 26,37
- Jl. MA. Salmun 2/1 2.688,7 2.202,1 0,82 20,08
6 Sukasari (depan Shangrilla)
- Jl. Siliwangi 2 4/1 5.157,5 4.007,4 0,78 24,46
7 Simpang Bank Jabar
- Jl. Dewi Sartika 4 2/2 UD 2.745,4 2.042,8 0,74 25,26
- Jl. Kapten Muslihat 1 4/2 D 2.390,7 1.606,5 0,67 26,25
8 Simpang Paledang
- Jl. Kapten Muslihat 1 4/2 D 2.390,7 1.481,0 0,62 29,31
- Jl. Kapten Muslihat 2 4/2 D 2.390,7 1.732,0 0,72 25,91
- Jl. Mayor Oking 2/2 UD 2.925,1 1.505,0 0,51 35,32
9 Simpang Taman Topi
- Jl. Kapten Muslihat 1 4/2 D 2.390,7 1.481,0 0,62 29,31
- Jl. Nyi Raja Permas
10 Simpang Suryakencana (Pasar Bogor)
- Jl. Ir. H. Djuanda 3 4/1 5.359,5 3.914,0 0,73 28,57
- Jl. Otto Iskandardinata 4/2 UD 5.677,3 2.861,4 0,50 37,73
- Jl. Suryakencana 4/1 4.487,1 2.921,1 0,65 27,71
11 Jalan Otto Iskandardinata 4/2 UD 5.677,3 2.861,4 0,50 37,73
sumber: RENSTRA DLLAJ Kota Bogor 2015-2019

II.4.2.1.2. JUMLAH ORANG YANG TERANGKUT ANGKUTAN UMUM


Seperti tersaji pada Tabel II. 95, jumlah orang maupun barang yang
terangkut angkutan umum pada selang waktu tahun 2009 hingga tahun 2013
mengalami fluktuasi. Dimana pada tahun 2009 sebanyak 4.041.746 orang
terangkut kendaraan umum, kemudian mengalami peningkatan pada tahun
2010 menjadi 4.190.962 orang, terjadi penurunan di tahun 2011 menjadi
4.127.072 orang, dan terus mengalami penurunan hingga tahun 2013 menjadi
3.969.831 orang di tahun 2012 dan 3.722.731 orang terangkut angkutan
umum di tahun 2013. Penurunan jumlah orang yang terangkut angkutan
umum yang terjadi tiga tahun terakhir ini, salah satunya diakibatkan semakin
banyaknya penduduk yang memiliki kendaraan pribadi yang berarti semakin
meningkat pula kesejahteraan masyarakat Kota Bogor. Akan tetapi, hal ini

93
berbanding terbalik apabila terkait masalah semakin banyaknya jumlah
kendaraan setiap tahunnya yang mengakibatkan semakin padatnya kendaraan
per panjang jalan di Kota Bogor.
Tabel II. 95 Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum Kota Bogor Tahun
2009-2013
NO. URAIAN SATUAN 2009 2010 2011 2012 2013
1. Jumlah Orang 4.041.746 4.190.962 4.127.072 3.969.831 3.722.731
orang
2. Jumlah Ton Na Na Na Na Na
Barang
Sumber: Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bogor, 2013

II.4.2.1.3. JUMLAH ORANG MELALUI TERMINAL PER TAHUN


Seperti tersaji pada Tabel II. 96, jumlah orang yang melalui terminal pada
selang waktu tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami fluktuasi. Dimana
pada tahun 2009 sebanyak 4.041.746 orang melalui terminal, kemudian
mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 4.190.962 orang, terjadi
penurunan di tahun 2011 menjadi 4.127.072 orang, dan terus mengalami
penurunan hingga tahun 2013 menjadi 3.969.831 orang di tahun 2012 dan
3.722.731 orang melalui terminal di tahun 2013.
Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat
dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan
pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul
jaringan transportasi. Keberadaan terminal merupakan salah satu prasarana
utama dalam pelayanan angkutan umum. Keberadaan terminal berperan
dalam menentukan tingkat kinerja dari pelayanan angkutan umum dalam
suatu wilayah. Terminal merupakan satu-satunya prasarana transportasi yang
terdapat di Kota Bogor, selain stasiun. Di Kota Bogor tidak terdapat dermaga
maupun bandara, terkait dengan kondisi geografis yang kurang memadai.
Tabel II. 96 Jumlah orang/barang melalui terminal Kota Bogor Tahun 2009-2013
2009 2010 2011 2012 2013
No. Uraian
(orang) (orang) (orang) (orang) (orang)
1. Terminal 4.041.746 4.190.962 4.127.072 3.969.831 3.722.731
Jumlah 4.041.746 4.190.962 4.127.072 3.969.831 3.722.731
Sumber: Dinas LLAJ Kota Bogor, 2013

II.4.3. FOKUS IKLIM BERINVESTASI


Fokus iklim berinvestasi sangat dipengaruhi oleh rasa aman yang
diciptakan agar investor tertarik untuk berinvestasi. Salah satu hal yang
menjadi halangan terbesar dalam mewujudkan ketentraman dan ketertiban
yaitu kriminalitas. Ketentraman dan ketertiban umum yang kondusif
menggambarkan bahwa dispilin hukum berjalan dengan baik. Ketentraman
dan ketertiban umum sangat berdampak positif dalam meningkatkan
kenyamanan berinvestasi. Investasi menjadi faktor yang sangat penting karena
berperan terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi akan memberikan banyak
manfaat terhadap banyak pihak, baik investor, masyarakat dan pemerintah.
Investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan
kerja baru sehingga diharapkan akan mengurangi beban pengangguran dan
kemiskinan.
Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan fokus iklim berinvestasi
salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja: Fasilitas Bank dan Non
Bank, Angka Kriminalitas, Jumlah Demonstrasi, Kemudahan Perizinan,
Pengenaan Pajak Daerah, Peraturan Daerah (Perda) yang Mendukung Iklim
Usaha dan Status Kelurahan (Persentase Kelurahan Berstatus Swasembada
Terhadap Total Kelurahan). Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil analisis
dari beberapa indikator kinerja pada fokus kemampuan ekonomi daerah,
sebagai berikut:

94
II.4.3.1. FASILITAS BANK DAN NON BANK
Ketersediaan Fasilitas Bank dan Non Bank sangat penting dalam rangka
menunjang aspek daya saing daerah. Dengan adanya fasilitas tersebut segala
urusan berkaitan dengan jasa dan lalu lintas keuangan dapat berjalan dengan
lancar. Indikator kinerja berkaitan dengan fasilitas bank dan non bank salah
satunya dapat dilihat dari jenis dan jumlah bank serta cabang-cabangnya.
Seperti tersaji pada Tabel II. 97, jumlah bank yang ada di Kota Bogor
berdasarkan jenis pada selang tahun 2009 hingga tahun 2012 tidak
mengalami perubahan apapun. Jenis bank pemerintah di Kota Bogor
seluruhnya berjumlah empat unit, bank swasta nasional berjumlah 29 unit,
bank pembangunan daerah berjumlah satu unit, dan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) berjumlah sembilan unit.
Tabel II. 97 Jumlah Bank berdasarkan jenis di Kota Bogor Tahun 2009-2012
NO. JENIS BANK 2009 2010 2011 2012
1 Pemerintah 4 4 4 4
2 Swasta 29 29 29 29
Nasional
3 Pembangunan 1 1 1 1
Daerah
4 BPR 9 9 9 9
Jumlah 43 43 43 43
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2011, 2012

II.4.3.2. ANGKA KRIMINALITAS


Keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas merupakan salah
satu prioritas untuk mewujudkan stabilitas penyelenggaraaan pemerintahan
terutama di daerah. Iklim berinvestasi dapat terselengggara dengan baik
apabila pemerintah dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat,
menjaga ketertiban dalam pergaulan masyarakat serta menanggulangi
kriminalitas.
Seperti tersaji pada Tabel II. 98, angka kriminalitas Kota Bogor pada
tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami fluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada
tahun 2009 angka kriminalitas mencapai 0,147 persen, kemudian mengalami
penurunan di tahun 2010 menjadi 0,135 persen, dan terus mengalami
peningkatan di tahun 2011 menjadi 0,143 persen, dan 0,142 persen di tahun
2012. Selama kurun waktu empat tahun terakhir, kasus pencurian selalu
menjadi kasus kriminalitas yang paling tertinggi diantara kasus kriminalitas
lainnya. Semakin rendahnya angka kriminalitas pada suatu daerah
menggambarkan tingginya rasa aman masyarakat dan begitu pula sebaliknya.
Kondisi keamanan dan ketertiban lingkungan di Kota Bogor relatif stabil dan
terkendali, hal ini ditunjukan dengan angka kriminalitas yang masih relatif
kecil.
Tabel II. 98 Angka Kriminalitas Tahun 2009-2012 Kota Bogor
NO JENIS KRIMINAL 2009 2010 2011 2012
1. Jumlah kasus narkoba 111 93 94 91
2. Jumlah kasus pembunuhan 5 2 3 6
4. Jumlah kasus penganiayaan 95 65 95 99
5. Jumlah kasus pencurian 579 458 464 474
6. Jumlah kasus penipuan 272 288 351 377
7 Lain-lain 330 380 378 375
8. Jumlah tindak kriminal 1392 1286 1385 1422
9. Jumlah
selama 1penduduk
tahun 946.204 950.334 967.398 1.004.831
10. Angka kriminalitas 0,147 0,135 0,143 0,142
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka,2011, 2012

95
II.4.3.3. JUMLAH DEMONSTRASI
Seperti tersaji pada Tabel II. 99, kejadian unjuk rasa yang terjadi di kota
berdasarkan jenisnya mengalami peningkatan pada rentang waktu tahun 2011
hingga tahun 2012. Pada tahun 2011 jumlah unjuk rasa sebanyak 53 kasus,
yang terdiri dari 20 kasus unjuk rasa di bidang politik, dan 33 kasus unjuk
rasa di bidang ekonomi, sedangkan untuk tahun 2012 terjadi sebanyak 85
kasus unjuk rasa, yang terdiri dari 35 kasus unjuk rasa di bidang politik, 47
kasus unjuk rasa di bidang ekonomi, dan tiga kasus unjuk rasa pada kasus
pemogokan kerja. Unjuk rasa atau demonstrasi merupakan sebuah
gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk
rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau
penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula
dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan
kelompok. Unjuk rasa pada dasarnya hanyalah penyampaian aspirasi kepada
objek unjuk rasa dalam banyak kasus adalah pemerintah. Meningkatnya
kasus unjuk rasa di Kota Bogor, terutama kasus ekonomi, menggambarkan
bahwa beberapa pihak masyarakat Kota Bogor tidak sependapat dengan
kebijakan yang ada, baik pemerintah maupun swasta.
Tabel II. 99 Banyaknya Kejadian Unjuk Rasa di Kota Bogor Tahun 2011-2012
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1 Bidang politik - 20 35
2 Ekonomi - 33 47
3 Kasus pemogokan kerja - - 3
4 Jumlah unjuk rasa - 53 85
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2011, 2012

II.4.3.4. STATUS KELURAHAN


Pembangunan kelurahan dalam jangka panjang ditujukan untuk
memperkuat dasar-dasar sosial ekonomi perkelurahan yang memiliki
hubungan fungsional yang kuat dan mendasar dengan kota-kota dan wilayah
di sekitarnya. Pembangunan kelurahan dan pembangunan sektor yang lain di
setiap kelurahan akan mempercepat pertumbuhan Kelurahan menjadi
Kelurahan swasembada yang memiliki ketahanan di segala bidang dan dengan
demikian dapat mendukung pemantapan ketahanan nasional. Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa dan Kelurahan.
Berdasarkan statusnya, kelurahan diklasifikasikan menjadi tiga, yakni
kelurahan Swadaya (tradisional); kelurahan Swakarya (transisional); dan
kelurahan Swasembada (berkembang).
Kelurahan swadaya adalah kelurahan yang memiliki potensi tertentu
tetapi dikelola dengan sebaik-baiknya, dengan ciri: daerahnya terisolir dengan
daerah lainnya, penduduknya jarang, mata pencaharian homogen yang bersifat
agraris, bersifat tertutup, masyarakat memegang teguh adat, teknologi masih
rendah, sarana dan prasarana sangat kurang, hubungan antarmanusia sangat
erat, pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga. Jumlah kelurahan swadaya
di Kota Bogor berjumlah 15 kelurahan.
Kelurahan swakarya adalah peralihan atau transisi dari kelurahan
swadaya menuju kelurahan swasembada. Ciri-ciri kelurahan swakarya adalah
kebiasaan atau adat istiadat sudah tidak mengikat penuh, sudah mulai
menpergunakan alat-alat dan teknologi, sudah tidak terisolasi lagi walau
letaknya jauh dari pusat perekonomian, telah memiliki tingkat perekonomian,
pendidikan, jalur lalu lintas dan prasarana lain, jalur lalu lintas antara
Kelurahan dan kota sudah agak lancar. Jumlah Kelurahan swakarya di Kota
Bogor berjumlah 29 kelurahan.

96
Jumlah kelurahan swadaya, swakarya, maupun swasembada di Kota
Bogor tidak mengalami perubahan dari tahun 2011 hingga tahun 2012.
Jumlah Kelurahan swasembada di Kota Bogor pada tahun 2011 dan tahun
2012, yaitu sebanyak 24 kelurahan dan total kelurahan di Kota Bogor
sebanyak 68 kelurahan, sehingga diperoleh persentase kelurahan berstatus
swasembada terhadap total Kelurahan di Kota Bogor sebesar 35,29 persen.
Ciri-ciri kelurahan swasembada: kebanyakan berlokasi di ibukota
kecamatan, penduduknya padat-padat, tidak terikat dengan adat istiadat,
telah memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai dan lebih maju dari Kelurahan
lain, partisipasi masyarakatnya sudah lebih efektif. Kelurahan
swasembada di Kota
Bogor memiliki jumlah terbesar kedua setelah kelurahan swakarya. Hal
ini berarti kelurahan di Kota Bogor sebagian besar masyarakatnya telah
mampu memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam serta
potensinya sesuai dengan kegiatan pembangunan regional.
Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai jumlah kelurahan
swadaya, swakarya, dan swasembada di Kota Bogor tahun 2010-2012
Tabel II. 100 Jumlah Kelurahan Swasembada di Kota Bogor Tahun 2010-2012
NO URAIAN 2011 2012
1. Jumlah Kelurahan Swadaya 15 15
2. Jumlah Keluarahan Swakarya 29 29
3. Jumlah Keluarahan Swasembada 24 24
4. Jumlah Kelurahan 68 68
Rasio Kelurahan Swasembada 35,29 35,29
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 20112012,

Seperti tersaji pada Tabel 101, Kecamatan Bogor Utara memiliki


kelurahan swadaya yang terbanyak diantara kecamatan lainnya, yaitu
sebanyak enam kelurahan. Kelurahan swakarya terbanyak terdapat di
Kecamatan Bogor Barat dengan jumlah delapan kelurahan swakarya.
Kecamatan yang memiliki jumlah kelurahan swasembada terbanyak terdapat
di Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Bogor Barat dengan jumlah
kelurahan swasembada sebanyak tujuh kelurahan.
Tabel 101 Jumlah Kelurahan Menurut Klasifikasi Per Kecamatan Tahun 2011-2012
NO. KECAMATAN SWADAYA SWAKARYA SWASEMBADA JUMLAH
1 Bogor Selatan 4 7 5 16
2 Bogor Timur 4 2 0 6
3 Bogor Utara 6 2 0 8
4 Bogor Tengah 0 4 7 11
5 Bogor Barat 1 8 7 16
6 Tanahsareal 0 6 5 11
2011 15 29 24 68
Jumlah
2012 15 29 24 68
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2011, 2012

II.4.4. FOKUS SUMBER DAYA MANUSIA


Fokus Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor penting yang
tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan daerah. Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan pembangunan
daerah. Perlu adanya upaya dalam peningkatan terhadap kualitas sumber
daya manusia, salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan merupakan
salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia
sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas
pendidikan. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk
meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia serta kualitas tenaga
kerja. Semakin besar jumlah tenaga kerja maka semakin besar kapasitas
penduduk usia kerja untuk menopang penduduk usia tidak produktif. Oleh

97
karenanya pembangunan SDM harus benar-benar diarahkan dan ditingkatkan
agar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin,
profesional dan mampu memanfaatkan, mengembangkan serta menguasai
ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan
pembangunan nasional.
Analisis kinerja atas fokus sumber daya manusia dilakukan terhadap
indikator-indikator: Kualitas Tenaga Kerja dan Tingkat Ketergantungan.
II.4.4.1. KUALITAS TENAGA KERJA (RASIO LULUSAN S1/S2/S3)
Kualitas SDM berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia
untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri dan di luar negeri. Kualitas
tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan.
Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan
penduduk yang telah menyelesaikan S1, S2 dan S3.
Seperti yang tersaji pada Tabel II. 102 kualitas tenaga kerja merupakan
salah satu permasalahan yang ada mengingat jumlah lulusan S1/S2/S3 masih
terbilang kecil yang berbanding lurus dengan kecilnya rasio S1/S2/S3. Pada
tahun 2010 rasio lulusan sebesar 0,064; mengalami penurunan pada tahun
2011 menjadi sebesar 0,056; dan meningkat di tahun 2012 menjadi 0,135.
Pada selang waktu tahun 2009 sampai tahun 2012 rasio lulusan S1/S2/S3
terus mengalami peningkatan, kecuali tahun 2011 ke tahun 2012. Secara
keseluruhan hal ini menunjukan bahwa kesadaran akan pentingnya
pendidikan semakin meningkat pula. Selain itu, peluang untuk mendapatkan
lapangan pekerjaan atau menciptakan peluang usaha lebih besar bagi mereka
yang berpendidikan tinggi dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan
rendah.
Tabel II. 102 Rasio Lulusan S1/S2/S3 Tahun 2008-2012 Kota Bogor
NO URAIAN 2010 2011 2012
1 Jumlah Lulusan S1 Na 46.996 55.855
2 Jumlah Lulusan S2/S3 Na 6.766 79.855
4 Jumlah Lulusan S1/S2/S3 60.680 53.762 135.710
5 Jumlah Penduduk 950.334 967.398 1.004.831
6 Rasio lulusan S1/S2/S3 0,064 0,056 0,135
Sumber: LKPJ Kota Bogor Tahun 2013, Kota Bogor Dalam Angka Tahun
2011 dan Tahun 2012

II.4.4.2. TINGKAT KETERGANTUNGAN (RASIO KETERGANTUNGAN)

Rasio Ketergantungan (Defendency Ratio) adalah


perbandingan antara jumlah penduduk belum produktif (umur 0-14 tahun)
ditambah dengan jumlah penduduk nonproduktif (umur 65 tahun ke atas)
dibandingkan dengan jumlah pendduk produktif (umur 15-64 tahun). Rasio
Ketergantungan dapat dilihat berdasarkan usia, yaitu Rasio Ketergantungan
Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.
Tingkat ketergantungan penduduk digunakan untuk melihat gambaran
besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia
produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia di
bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif
karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang
menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap
tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64
tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar
konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung
pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio
ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari
sisi demografi.

98
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai
indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu
daerah. Semakin tingginya rasio ketergantungan menunjukkan semakin
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk
membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi,
sedangkan rasio ketergantungan yang semakin rendah menunjukkan semakin
rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Rasio Ketergantungan Muda merupakan perbandingan jumlah penduduk
usia belum produktif (usia 0-14 tahun) dengan jumlah penduduk usia
produktif (usia 15 - 64 tahun). Seperti yang tersaji pada Tabel II. 103 Rasio
Ketergantungan Muda mengalami penurunan pada selang waktu antara tahun
2009 sampai tahun 2013. Pada tahun 2009 rasio ketergantungan muda
sebesar 40,39; mengalami penurunan menjadi 39,32; mengalami penurunan di
tahun 2012 menjadi 36,69; pada tahun 2013 mengalami penurunan kembali
menjadi 31,58 ini berarti bahwa setiap 100 orang yang berusia produktif harus
menanggung kurang lebih 35 orang usia belum produktif (usia 0-14 tahun).
Tabel II. 103 Rasio Ketergantungan Muda Kota Bogor Tahun 2011-2013
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah Penduduk Usia 262.690 Na 261.985 261.692 236.412
< 15 tahun
2 Jumlah Penduduk Usia 650.381 Na 666.252 713.224 748.688
15 – 64 tahun
3 Rasio Ketergantungan 40,39 Na 39,32 36,69 31,58
muda
Sumber: Diolah dari berbagai sumber (Kota Bogor Dalam Angka 2011,
2012, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil)

Rasio Ketergantungan Tua merupakan perbandingan jumlah penduduk


usia tidak produktif (usia 65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia
produktif (usia 15-64 tahun). Rasio ketergantungan tua mengalami kenaikan
dalam selang waktu antara tahun 2009 hingga tahun 2013. Seperti tersaji
pada Tabel II. 104, pada tahun 2009 rasio ketergantungan tua sebesar 5,09;
mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 5,88; mengalami penurunan di
tahun 2012 menjadi 4,19; akan tetapi naik kembali di tahun 2013 menjadi
5,19 ini berarti setiap 100 orang berusia produktif harus menanggung kurang
lebih 5 orang usia tidak produktif. Tidak ditemukannya data tahun 2010
menyebabkan rasio ketergantungan tua di tahun tersebut tidak dapat
diketahui angkanya.
Tabel II. 104 Rasio Ketergantungan Tua Kota Bogor Tahun 2011-2013
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah Penduduk 33.133 Na 39.165 29.915 38.823
Usia > 65 tahun
2 Jumlah Penduduk 650.381 Na 666.252 713.224 748.688
Usia 15 – 64 tahun
3 Rasio Ketergantungan 5,09 Na 5,88 4,19 5,19
tua
Sumber : Kota Bogor Dalam Angka Tahun 2010, 2011 dan Tahun 2012,
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Rasio Ketergantungan merupakan rasio ketergantungan dengan


membandingkan jumlah penduduk usia belum produktif (usia < 15 tahun) dan
jumlah penduduk usia tidak produktif (usia > 64 tahun) dengan jumlah
penduduk produktif (usia 15-64 tahun). Berdasarkan data yang tersaji pada
Tabel II. 105, rasio ketergantungan Kota Bogor mengalami penurunan pada
selang waktu antara tahun 2009 hingga tahun 2013. Dimana pada tahun 2009
rasio ketergantungan mencapai 45,48; mengalami penurunan di tahun 2011
menjadi 45,20; dan mengalami penurunan di tahun 2012 menjadi 26,32; dan

99
kembali naik di tahun 2013 menjadi 40,93; angka ini berarti setiap 100 orang
berusia produktif harus menanggung kurang lebih 41 usia belum produktif
dan usia tidak produktif. Salah satu ciri keberhasilan pembangunan dalam
bidang kependudukan adalah terjadinya perubahan komposisi penduduk
menurut umur, yaitu semakin rendahnya jumlah penduduk tidak produktif,
terutama kelompok penduduk usia 0 hingga 14 tahun, yang tercermin pada
menurunnya rasio ketergantungan Kota Bogor pada selang waktu tahun 2011
hingga tahun 2013.
Tabel II. 105 Rasio Ketergantungan Kota Bogor Total Tahun 2011-2013
NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah Penduduk Usia 262.690 Na 261.985 261.692 236.412
2 0-14 tahun
Jumlah Penduduk Usia 33.133 Na 39.165 29.915 38.823
3 > 65 tahun
Jumlah Penduduk Usia 295.823 Na 301.150 291.607 275.235
4 Tidak Produktif
Jumlah Penduduk Usia 650.381 Na 666.252 713.224 748.688
5 15 – 64 tahun
Rasio Ketergantungan 45,48 Na 45,20 40,89 36,76
Sumber : Kota Bogor Dalam Angka Tahun 2010, 2011 dan Tahun 2012,
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Seperti tersaji pada Tabel 106, rasio ketergantungan tertinggi terdapat di


Kecamatan Bogor Selatan dengan rasio ketergantungan sebesar 50,33; ini
artinya setiap 100 orang berusia produktif harus menanggung kurang lebih 50
usia belum produktif dan usia tidak produktif. Kecamatan dengan rasio
ketergantungan muda tertinggi terdapat pada Kecamatan Bogor Selatan
dengan rasio sebesar 44,32, ini artinya angka ini berarti setiap 100 orang
berusia produktif harus menanggung kurang lebih 44 usia belum produktif,
sedangkan untuk ketergantungan tua tertinggi terdapat di Kecamatan Bogor
Tengah dengan rasio sebesar 7,74, ini artinya angka ini berarti setiap 100
orang berusia produktif harus menanggung kurang lebih delapan usia tidak
produktif.
Tabel 106 Jumlah Penduduk Menurut Rasio Ketergantungan Tahun 2011
RASIO RASIO
KECAMATA RASIO
NO KETERGANTUNGA KETERGANTUNGA
N KETERGANTUNGAN
N MUDA N TUA
1 Bogor 50,33 44,32 6,00
2 Selatan
Bogor 45,68 39,93 5,75
3 Timur
Bogor Utara 44,91 40,50 4,41
4 Bogor 40,30 32,56 7,74
5 TengahBarat
Bogor 45,07 39,34 5,72
6 Tanah 47,15 42,23 4,92
7 Sareal
Kota Bogor 45,20 39,32 5,88
Sumber : IPM Kota Bogor Tahun 2012
Rasio Ketergantungan Kota Bogor pada selang waktu tahun 2011 hingga
tahun 2013 memperlihatkan bahwa beban beban yang ditanggung penduduk
usia produktif untuk membiayai penduduk usia belum produktif dan tidak
produktif lagi relatif rendah, hal ini terlihat dari Rasio Ketergantungan di tahun
2013 yang mencapai angka sebesar 40,93 yang artinya setiap 100 orang
berusia produktif harus menanggung kurang lebih 41 usia belum produktif
dan usia tidak produktif.

100
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAANKEUANGAN DAERAH
DAN KERANGKA PENDANAAN

Keuangan daerah merupakan komponen paling penting dalam


perencanaan pembangunan, sehingga analisis mengenai kondisi dan proyeksi
keuangan daerah perlu dilakukan untuk memperoleh proyeksi yang tepat
mengenai kemampuan daerah dalam mendanai rencana pembangunan dan
pemecahan permasalahan strategis secara tepat. Dengan melakukan analisis
keuangan daerah yang tepat akan melahirkan kebijakan yang efektif dalam
pengelolaan keuangan daerah.
Pengelolaan keuangan daerah Kota Bogor dilaksanakan dalam suatu
sistem terintegrasi dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan
Peraturan Daerah. APBD merupakan instrumen yang menjamin terciptanya
disiplin dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan
pendapatan maupun belanja daerah.
Struktur APBD Kota Bogor terdiri dari:
1. Penerimaan Daerah yang di dalamnya terdapat Pendapatan Daerah dan
Penerimaan Pembiayaan Daerah.
2. Pengeluaran Daerah yang di dalamnya terdapat Belanja Daerah serta
Pengeluaran Pembiayaan Daerah.

III.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU


Kinerja keuangan masa lalu menguraikan tentang kinerja pelaksanaan
APBD. Kinerja pelaksanaan APBD diketahui dari kinerja pendapatan daerah
dan kinerja belanja daerah.

III.1.1. PENDAPATAN DAERAH


Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana terakhir
diubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, disebutkan bahwa Pendapatan Daerah adalah
hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Pendapatan daerah diperoleh melalui sumber-sumber meliputi: Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah.
Selama empat tahun terakhir (2011-2014), realisasi Pendapatan Daerah
terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-rata
peningkatan per tahun sebesar 12,28 persen yaitu dari Rp 1.141.638.163.971
pada tahun 2011 menjadi Rp 1.604.980.700.547 pada tahun 2014. Kenaikan
pendapatan ini seiring dengan peningkatan pendapatan yang diperoleh dari
pos Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan, sedangkan untuk pos
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah nilainya mengalami fluktuasi dalam
empat tahun terakhir. Kenaikan pendapatan daerah ini memberikan gambaran
pertumbuhan yang positif sebagaimana disajikan padagrafik berikut.

101
PENDAPATAN DAERAH

2.000.000.000.000

1.500.000.000.000

1.000.000.000.000

500.000.000.000

0
2011 2012 2013 2014

Pendapatan Daerah
Gambar III.1 Realisasi Pendapatan Daerah Kota Bogor Tahun 2011-2014

1.000.000.000.000

800.000.000.000

600.000.000.000

400.000.000.000

200.000.000.000

0
2011 2012 2013 2014

PAD Dana Perimbangan

Gambar III.2 Besaran Komponen Pembentuk Realisasi Pendapatan Daerah


Kota Bogor Tahun 2011-2014

III.1.1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

Pendapatan Asli Daerah terdiri atas: (a) Pajak Daerah, (b) Retribusi
Daerah, (c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan (d) Lain-
lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
PAD selama kurun waktu 2011-2014 mengalami kenaikan yang sangat
signifikan yaitu sebesar 30,59 persen pada tahun 2012 kemudian meningkat
lebih tinggi lagi yaitu sebesar 54,42 persen pada tahun 2013. Peningkatan PAD
ini disebabkan oleh peningkatan yang cukup signifikan pada semua pos PAD.
Pos yang mengalami peningkatan yang sangat signifikan adalah pos Pajak
Daerah yang rata-rata tumbuh sebesar 26,36 persen setiap tahunnya atau
meningkat dari Rp 165.396.746.064 pada tahun 2011 menjadi Rp
311.645.000.000 pada tahun 2014.
Dari Tabel III.1 komponen PAD yang memberikan kontribusi sangat besar
adalah pos Pajak Daerah dengan kontribusi kepada PAD berkisar antara 71,77
persen sampai dengan 75,41 persen. Pos-pos lain yang memberikan kontribusi
kepada PAD berturut-turut adalah pos Retribusi Daerah dengan kisaran
persentase kontribusi 14,37 persen hingga 15,85 persen, pos Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah berkontribusi terhadap PAD dengan kisaran
antara5,02 persen hingga 6,65 persen dan pos Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan berkontribusi antara 4,21 persen sampai dengan 5,98
persen terhadap PAD.

102
Tabel III.1Penerimaan PAD Kota Bogor Tahun 2011-2014
RENTANG RATA-
PERSENT RATA
NO URAIAN 2011 2012 2013 2014* ASE PERTUMB
KONTRIB UHAN
USI
1 Pajak Daerah 165.396.74 224.746.19 341.419.70 311.645.0 71,7 75,41
6.064 7.191 4.885 00.000 7 23,51%
2 Retribusi 35.950.601. 44.698.473 73.636.737 59.376.06 14,3 15,85
Daerah 655 .424 .984 5.903 7 18,20%
3 Hasil 13.784.056. 15.180.503 19.568.717 21.473.57 4,21 5,98
Pengelolaan 944 .825 .822 2.209
Kekayaan
Daerah yang
Dipisahkan 15,92%
4 Lain-lain 15.318.039. 16.307.295 30.070.719 20.754.57 5,02 6,65
Pendapatan 957 .770 .794 4.582
Asli Daerah 10,65%
Jumlah PAD 230.449.44 300.932.47 464.695.88 413.249.2 100 100
4.620 0.210 0.485 12.694 21,49%
Sumber: Diolah dari APBD Kota Bogor Tahun 2011-2013
* Angka berdasarkan APBD Murni 2014

Selama tahun 2011-2014, PAD memiliki proporsi yang kecil terhadap


Pendapatan Daerah bila dibandingkan dengan pos Dana Perimbangan. Rata-
rata kontribusi PAD hanya sebsar 24,41 persen per tahun. Hal tersebut dapat
diartikan bahwaketergantungan pada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Provinsi masih relatif tinggi.

Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah

2.000.000.000.000

1.500.000.000.000

1.000.000.000.000

500.000.000.000

0
2011 2012 2013 2014
PAD Pendapatan Daerah
Gambar III.3 Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah Tahun 2011-2014

III.1.1.2. DANA PERIMBANGAN

Dana Perimbangan merupakan pendapatan pemerintah daerah yang


berasal dari pemerintah pusat. Berdasarkan data realisasi Dana Perimbangan
dalam APBD Kota Bogor pada tahun 2011-2014. terlihat bahwa Dana
Perimbangan terus mengalami peningkatan yang signifikan. Penerimaan Dana
Perimbangan ini mengalami rata-rata pertumbuhan sebsar 12,80 persen per
tahun.
Pada tahun 2011 penerimaan Dana Perimbangan Kota Bogor mencapai Rp
602.216.659.331 kemudian meningkat sebesar 23,15 persen pada tahun 2012
menjadi Rp 741.642.441.988. Nilai ini kemudian meningkat pada tahun 2013
hingga menjadi Rp 792.975.350.762 dan terus meningkat menjadi Rp
859.072.322.269 pada tahun 2014.
Kenaikan di tahun 2013 tidak sebesar kenaikan pada tahun sebelumnya.
Hal ini disebabkan oleh menurunnya jumlah penerimaan dari Pos Bagi Hasil
Pajak/Bukan Pajak dari Rp 113.540.376.988 pada tahun 2012 menjadi Rp

103
86.768.928.762 atau berkurang 35.01 persen. Pada tahun 2014 Pos Dana Bagi
Hasil Pajak/Bukan Pajak meningkat kembali sebesar 8,34 persen menjadi Rp
93.257.764.269.
Pos-pos yang memberikan kontribusi kepada Dana Perimbangan terdiri
dari: (1) Pos Dana Alokasi Umum (DAU). (2) Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak. dan
(3) Dana Alokasi Khusus (DAK). sebagaimana tabel berikut.
Tabel III.2Komponen Realisasi Dana Perimbangan Kota Bogor Pada Pendapatan
Tahun 2011-2014
RATA-RATA RATA-
PROPORSI RATA
NO URAIAN 2011 2012 2013 2014 DANA PERTU
PERIMBAN MBUHA
GAN N
1 Bagi Hasil 120.803.3 133.540.3 86.786.92 93.257.76 16,34 -5,67
Pajak/ Bagi 71.331 76.988 8.762 4.269
Hasil Bukan
Pajak
2 Dana 472.888.3 603.531.5 686.520.7 732.337.0 82,16 16,02
Alokasi 38.000 50.000 59.000 58.000
Umum
3 Dana 8.524.950. 4.570.515. 19.667.66 33.477.50 1,50 118,05
Alokasi 000 000 3.000 0.000
Khusus
JUMLAH 602.216.6 741.642.4 792.975.3 859.072.3 100,00 12,80
DANA 59.331 41.988 50.762 22.269
PERIMBANG
AN
Sumber: Diolah dari APBD Kota Bogor Tahun 2011-2014

Dalam kurun waktu tahun 2011-2014. Dana Perimbangan memberikan


kontribusi terhadap Pendapatan Daerah rata-rata sebesar 52,89 persen per
tahun. Ini artinya penerimaan Dana Perimbangan merupakan kontribusi
terbesar terhadap pembentukan Pendapatan Daerah. Perkembangan
kontribusi Dana Perimbangan dapat dilihat pada Gambar III.4.

2.000.000.000.000

1.500.000.000.000

1.000.000.000.000

500.000.000.000

0
2011 2012 2013 2014

Dana Perimbangan Pendapatan Daerah

Gambar III.4 Kontribusi Realisasi Dana Perimbangan terhadap Realisasi


Pendapatan Daerah Kota Bogor 2011-2014

III.1.1.3. LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH


Pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri atas: (a) Pendapatan
Hibah, (b) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, (c) Bantuan Keuangan dari
Provinsi/ Pemerintah Daerah lainnya, (d) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
dan Pemerintah Daerah Lainnya dan (e) Dana Darurat.
Dalam rentang 2011-2014, pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
mengalami penerimaan secara fluktuatif. Pada tahun 2012, jumlah realisasi
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar Rp 313.944.168.157,
yang mana meningkat 1,61 persen dibandingkan dengan tahun 2011

104
sebesar Rp308.971.864.020. Kenaikan ini dipengaruhi oleh meningkatnya pos
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya sebesar
Rp16.217.471.822dan peningkatan pos Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya sebesar Rp31.724.957.555. Akan tetapi, pada saat
yang sama terjadi penurunan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar
Rp32.459.160.240.
Pada tahun 2013, Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,87 persen dari Rp313.955.168.157
pada tahun 2012 menjadi Rp 316.700.777.711. Perlambatan pertumbuhan ini
disebabkan oleh adanya penurunan yang tajam pada pos Bantuan Keuangan
dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya dari Rp 72.203.842.100 menjadi
Rp 27.406.344.276.
Pada tahun 2014, Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan sebesar 5,04 persen dengan
nilai penerimaan sebesar Rp 332.659.165.584. Peningkatan ini disebabkan
oleh peningkatan pos Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah lainnya.
Tabel III.3Realisasi Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Kota
Bogor Tahun 2011-2014
RATA-
RATA-
RATA
RATA
NO URAIAN 2011 2012 2013 2014 PERT
PROPO
UMBU
RSI
HAN
1 Pendapatan 10.499.965.000 0 0 6.000.000.000 1,30 n.a
Hibah
2 Bagi Hasil 99.788.359.235 116.005.831.057 134.389.347.435 124.676.079.584 37,29 8,29
Pajak
Provinsi
3 Dana 158.204.655.240 125.745.495.000 154.905.086.000 154.905.086.000 46,68 0,89
Penyesuaian
dan Otonomi
Khusus
4 Bantuan 40.478.884.545 72.203.842.100 27.406.344.276 47.078.000.000 14,73 29,37
Keuangan
dari Provinsi
atau
Pemerintah
Daerah
lainnya
Jumlah 308.971.864.020 313.955.168.157 316.700.777.711 332.659.165.584 100 2,51
Lain-Lain
Pendapatan
yang Sah
Sumber: Diolah dari APBD Kota Bogor Tahun 2011-2014

Memperhatikan data selama empat tahun kontribusi realisasi penerimaan


Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah terhadap Pendapatan Daerah dapat
dilihat melalui grafik berikut.

105
2.000.000.000.000

1.500.000.000.000

1.000.000.000.000

500.000.000.000

0
2011 2012 2013 2014

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Pendapatan Daerah

Gambar III.5 Kontribusi Realisasi Penerimaan lain-lain Pendapatan Daerah


yang Sah terhadap Pendapatan Daerah
Kota Bogor

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah dalam kurun waktu tahun 2011-
2013 memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Daerah rata-rata 25,39
persen per tahun. Kontribusi Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah merupakan penyumbang terkecil terhadap Pendapatan Daerah Kota
Bogor. Persentase kontribusi Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah terus mengalami penurunan dari 28,91 persen pada tahun 2011 menurun
menjadi 26,20 persen pada tahun 2012 dan terus menurun menjadi 21,52
persen pada tahun 2013.

III.1.2. BELANJA DAERAH

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana terakhir diubah dengan
Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, bahwa Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Kewajiban pemerintah
daerah tersebut adalah mendanai penyelenggaraan urusan pemerintah daerah,
baik urusan wajib maupun urusan pilihan.
Belanja daerah yang direncanakan tersebut dikelompokkan menjadi
Belanja Tidak Langsung (BTL) dan Belanja Langsung (BL). Belanja Tidak
Langsung merupakan kinerja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan, sedangkan Belanja Langsung
merupakan belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan.
Besaran Belanja Daerah Kota Bogor dalam kurun waktu 2011-2014 terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 pertumbuhan realisasi Belanja
Daerah sebesar 16,90 persen dari Rp 1.074.576.515.295 pada tahun 2011
menjadi Rp 1.256.206.808.990. Nilai ini kemudian meningkat menjadi 13,21
persen pada tahun 2013 menjadi Rp 1.422.132.371.106 dan terus mengalami
peningkatan pada tahun 2014 menjadi Rp 1.746.486.907.247.
Peningkatan Belanja Daerah tersebut disumbang oleh kedua komponen
Belanja Daerah yaitu Belanja Tidak Langsung yang rata-rata kenaikannya
sebesar 8,25 persen per tahun dan Belanja Langsung sebesar 29,76 persen per
tahun dalam kurun waktu 2011-2014.

106
Tabel III.4Belanja Daerah Kota Bogor Tahun 2011-2014
NO URAIAN 2011 2012 2013 2014
1 Belanja 651.341.702.518 673.881.506.052 759.629.257.174 824.669.820.965
Tidak
Langsung
2 Belanja 423.234.812.777 582.325.302.938 662.503.113.932 913.723.976.142
langsung
TOTAL 1.074.576.515.295 1.256.206.808.990 1.422.132.371.106 1.746.488.907.247
BELANJA
Sumber: Diolah dari APBD Kota Bogor Tahun 2014

III.1.2.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG

Belanja Tidak Langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja hibah,


belanja bagi hasil, belanja bantuan dan belanja tidak terdduga. Belanja tidak
langsung pada dasarnya tidak berkaitan secara langsung dengan program dan
kegiatan yang dilaksanakan.
Selama periode 2011-2014 perkembangan Belanja Tidak Langsung Kota
Bogor menunjukkan kecenderungan kenaikan sebesar 8,25 persen per tahun.
Pada tahun 2011 realisasi Belanja Tidak Langsung sebesar Rp
651.341.702.518 kemudian meningkat menjadi Rp 824.669.820.965 pada
tahun 2014.
Tabel III.5Belanja Tidak Langsung Tahun 2011-2014
NO URAIAN 2011 2012 2013 2014
5.1 Belanja Tidak 651.341.702.518 673.880.506.052 759.629.257.174 824.669.820.965
Langsung
5.1. Belanja Pegawai ( Bel. 541.591.289.786 629.017.584.082 666.001.628.574 746.344.698.204
1 Tidak Langsung )
5.1. Belanja Bunga 0 788.319.621 3.536.703.420 5.700.000.000
2
5.1. Belanja Subsidi 0 - 993.071.158 -
3
5.1. Belanja Hibah 30.001.151.750 34.721.274.400 2.392.000.000 38.257.312.000
4
5.1. Belanja Bantuan Sosial 77.973.952.452 3.899.753.000 21.675.545.000 21.680.229.000
5
5.1. Belanja Bantuan 854.909.499 - - 900.000.000
7 Keuangan kepada
Provinsi/Kab/Kota
5.1. Belanja Tidak Terduga 1.775.308.530 4.598.665.450 3.592.797.109 11.787.581.761
8
Sumber: Diolah dari APBD Kota Bogor Tahun 2012-2013

III.1.2.2. BELANJA LANGSUNG

Belanja Langsung merupakan belanja yang terkait secara langsung


dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang telah direncanakan.Untuk
mengukur capaian prestasi kerja dari belanja langsung dapat dilihat dari
sejauh mana indikator kinerja daerah yang telah ditetapkan dapat
dicapai.Belanja Langsung terdiri atas tiga komponen utama yang menjadi
prioritas, yaitu belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal.
Selama periode 2011-2014, terdapat peningkatan Belanja Langsung Kota
Bogor yang cukup signifikan dengan rata-rata peningkatan sebesar29,76
persen. Pada tahun 2011, realisasi Belanja Langsung sebesar Rp
423.234.812.777 kemudian meningkat pada tahun 2012 sebesar 37,59 persen
menjadi Rp 582.325.302.938. Pada tahun 2013 realisasi Belanja Langsung Rp
662.503.113.932 kemudian ditargetkan meningkat 39,14 persen menjadi Rp
872.754.981.682 pada tahun 2014.

107
Tabel III.6Belanja Langsung
NO URAIAN 2011 2012 2013 2014
5.2 BELANJA LANGSUNG 423.234.81 582.325.30 662.503.11 872.754.98
2.777 2.938 3.932 1.682
5.2 Belanja Pegawai ( Bel. 67.535.066. 92.119.355. 88.649.061. 110.122.90
.1 Langsung ) 055 958 925 8.298
5.2 Belanja Barang dan 222.746.78 267.929.90 349.545.99 286.129.73
.2 Jasa 8.684 9.220 2.987 0.056
5.2 Belanja Modal 132.952.95 222.276.03 224.308.05 476.502.34
.3 8.038 7.760 9.020 3.328
Sumber: Diolah dari APBD Kota Bogor Tahun 2012-2014

III.1.3. NERACA DAERAH

Neraca daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan serta


kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Di sisi
Neraca Daerah, total aset pemerintah Kota Bogor yang tercatat pada tahun
2013 sebesar Rp5.438.033.205.130,55. Aset yang paling besar peningkatannya
adalah pada aset tanah yang mengalami peningkatan sebesar
Rp250.572.365.606 atau mengalami peningkatan sebesar 9,52% disbanding
tahun 2012.
Tabel III.7 Neraca Daerah Tahun 2012-2013
TAHUN
NO. URAIAN REF 2012 2013
(RP) (RP)
I ASET
I.1 ASET LANCAR
1 Kas di Kas Daerah 3.2.1 166.713.638.494,00 293.517.712.205,00
2 Kas di Bendahara
Pengeluaran 3.2.2 424.066.889,00 793.162.712,00
3 Kas di Bendahara -
Penerimaan 323 55.575.072,00
4 Piutang pajak daerah 324 771.905.446,00 188.453.383.305,00
5 Piutang Retribusi
daerah 3.2.5 1.490.777.483,15 1.629.489.149,15
6 Piutang Pendapatan
Bagi Hasil Provinsi 3.2.6 18.721.968.738,00
7 Bagian Lancar Tagihan
Penjualan Angsuran 327 3.040.095.084,00 2.724.308.866,00
8 Bagian Lancar
Tuntutan
Perbendahaaraan 328 33.762.181,00 33.762.181,00
9 Bagian Lancar
Tuntutan Ganti Rugi
(TGR) 3.2.9 195.538.500,00 192.338.500,00
10 Piutang Lainnya 3.2.10 48.474.718.865,34 152.385.530.380,25
11
Persediaan
3211 99.957.775.980,89 15.281.768.743,00
Jumlah Aset Lancar 231.102.278.923,38 673.738.999.851,40
I.2 INVESTASI JANGKA
PANJANG
I.2.1 Investasi Non
Permanen 3211
1 Dana Bergulir 3211 63.742.100,00 63.742.100,00
Jumlah Investasi Non-
Permanen 63.742.100,00 63.742.100,00
I.2.2 Investasi Permanen 3.2.12
1 Penyertaan Modal di
PD BPR Bank Pasar 3.2.12 18.398.674.866,82 28.559.573.701,42
2 Penyertaan Modal di 3.2.12 11.684.452.323,00

108
TAHUN
NO. URAIAN REF 2012 2013
(RP) (RP)
Bank Jabar Cabang
Bogor 11.684.452.323,00
3 Penyertaan Modal di
PDAM Kota Bogor 3212 134.491.876.103,84 162.331.559.353,51
4 Penyertaan Modal di
PD Jasa Transportasi 3212 10.720.874.621,91 96.669.314.655,91
5 Penyertaan Modal di
PD Pasar Pakuan Jaya 3.2.12 107.939.876.005,45 114.873.747.559,31
Jumlah Investasi
Permanen 3.2.12 283.235.753.921,02 327.118.647.593,15
Jumlah Investasi
Jangka Panjang 283.299.496.021,02 327.182.389.693,15
I.3 ASET TETAP
1 Tanah 3213 2.380.146.197.497,00 2.630.718.563.103,00
2 Peralatan dan Mesin 3213 246.667.762.998,00 282.725.477.379,00
3 Gedung dan Bangunan 3.2.13 474.789.036.321,00 555.795.536.617,00
4 Jalan. Irigasi. dan
Jaringan 3.2.13 721.405.361.294,00 808.548.272.711,00
5 Aset Tetap Lainnya 3213 10.359.929.882,00 10.971.683.772,00
6 Konstruksi dalam
Pengerjaan 3213 19.857.578.158,00 44.491.891.156,00
7 Akumulasi Penyusutan 3.2.13 - -
Jumlah Aset Tetap 3.853.225.866.150,004.293.251.424.738,00
I.4 DANA CADANGAN 3.2.14
1 Dana Cadangan 3.2.14 25.000.000.000,00 -
Jumlah Dana -
Cadangan 25.000.000.000,00
I.5
ASET LAINNYA
3215
1 Tagihan Penjualan - -
Angsuran 3.2.15
2 Tuntutan - -
Perbendaharaan (TP) 3.2.15
3 Tuntutan Ganti Rugi 5.925.000,00 5.925.000,00
(TGR) 3215
4 Kemitraan dengan 70.583.504.310,00 127.940.052.768,00
Pihak Ketiga (BOT) 3215
5 Aset Tak Berwujud 3.2.15 4.366.021.300,00 6.091.310.880,00
6 Aset Rusak Berat 3.2.15 9.557.344.770,00 9.823.102.200,00
Jumlah Aset Lainnya 3215 845.127.953.80.00 143.860.390.848,00
JUMLAH ASET 4.477.140.436.474,40 5.438.033.205.130,55

II KEWAJIBAN
II. KEWAJIBAN JANGKA -
1 PENDEK 3.2.16
1 Utang Perhitungan
Pihak Ketiga 3.2.16 77.632.901,00 60.864.840,00
2 Utang Bunga 3216 - -
3 Bagian Lancar Utang - -
Jangka Panjang 3216
4 Utang Jangka Pendek
Lainnya 3.2.16 5.685.839.766,00 252.669.962,00
Jumlah Kewajiban
Jangka Pendek 3.2.16 5.763.472.667,00 313.534.802,00
II. KEWAJIBAN JANGKA
2 PANJANG 3.2.17

109
TAHUN
NO. URAIAN REF 2012 2013
(RP) (RP)
1 Utang kepada Bank 3.2.17 - -
Jabar
2 Utang kepada
Pemerintah Pusat 3217 3.585.182.807.800,00 6.421.300.000.000,00
Jumlah Kewajiban
Jangka Panjang 3217 35.851.828.078,00 64.212.950.948,00
JUMLAH KEWAJIBAN 41.615.300.745,00 64.526.485.750,00
III EKUITAS DANA
III EKUITAS DANA -
1 LANCAR 3218
1 Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SiLPA) 3218 16.706.000.548.100,00 29.424.600.000.000,00
2 Pendapatan yang
ditangguhkan 3.2.18 67.001,00 9.675.195,00
3 Cadangan Piutang 3.2.18 54.006.797.559,49 364.140.781.119,40
4 Cadangan Persediaan 3.2.18 9.957.775.980,89 15.281.768.743,00
5 Dana yg Harus
Disediakan utk Pemby.
Utang Jk. Pendek 3.2.18 (5.685.839.766,00) (252.669.962,00)
Jumlah Ekuitas Dana
Lancar 225.338.806.256,38 673.425.465.049,40
III EKUITAS DANA
2 INVESTASI
1 Diinvestasikan dalam
Investasi Jangka
Panjang 3.2.19 283.299.496.021,02 327.182.389.693,15
2 Diinvestasikan dalam
Aset Tetap 3.2.19 3.853.225.866.150,00 4.293.251.424.738,00
3 Diinvestasikan dalam
Aset Lainnya 3219 845.12.795.380,00 143.860.000.000,00
4 Dana yg Harus
Disediakan utk Pemby.
Utang Jk. Panjang 3.2.19 (35.851.828.078,00) (64.212.950.948,00)
Jumlah Ekuitas Dana
Investasi 4.185.186.329.473,02 4.700.081.254.331,15
III. EKUITAS DANA
3 CADANGAN 3.2.20
1 Diinvestasikan dalam -
Dana Cadangan 3220 25.000.000.000,00
Jumlah Ekuitas Dana -
Cadangan 3.2.20 25.000.000.000,00
JUMLAH EKUITAS
DANA 44.435.525.135.729,40 53.373.506.719.380,55
JUMLAH KEWAJIBAN
DAN EKUITAS DANA 4.477.140.436.474,40 5.438.033.205.130,55
Sumber: Dokumen Realisasi anggaran

III.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU

Kebijakan pengelolaan pada masa sebelumnya dapat dijadikan evaluasi


dalam perencanaan pembangunan lima tahun ke depan. Realisasi atas capaian
target pendapatan dan penerimaan daerah menggambarkan peta kemampuan
daerah untuk memperoleh pendanaan APBD. Kebijakan pengelolaan keuangan
dicerminkan dari proporsi penggunaananggaran untuk pemenuhan kebutuhan
aparatur terhadap total belanja keseluruhan danproporsi Pendapatan Daerah
terhadap Belanja Daerah.

110
III.2.1. PROPORSI PENGGUNAAN ANGGARAN

Kebijakan anggaran merupakan acuan umum dari rencana kerja


pembangunan dan merupakan bagian dari perencanaan operasional anggaran
dan alokasi sumber daya, sementara kebijakan keuangan daerah diarahkan
kepada kebijakan penyusunan program dan indikasi kegiatan pada
pengelolaan pendapatan dan belanja daerah secara efektif dan efisien.
Secara umum belanja daerah dapat dikategorikan ke dalam belanja
aparatur dan belanja publik. Belanja publik merupakan belanja yang
penggunaannya diarahkan dan dinikmati langsung oleh masyarakat.
Dalam empat tahun terakhir (2011-2014) proporsi Belanja Pegawai berada
dalam rentang 48,27 persen hingga 55,30 persen terhadap total pengeluaran
(belanja ditambah dengan pembiayaan pengeluaran). Tren proporsi Belanja
Pegawai terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-rata
pertumbuhan 12,04 persen per tahun. Hal ini terjadi karena terjadinya
kenaikan Gaji PNS sebesar sepuluh persen serta pemberian gaji ke-13.
Dari Tabel III.8menunjukkan bahwa APBD Kota Bogor relatif baik dari sisi
belanja, karena proporsi penggunaan anggaran untuk belanja aparatur tidak
mendominasi terhadap total pengeluaran dalam APBD.
Tabel III.8Proporsi Penggunaan Anggaran 2011-2014
TOTAL BELANJA
TOTAL PENGELUARAN
PEGAWAI(BELANJA PERSENTASE
(BELANJA+
TAHUN LANGSUNG + BELANJA
PEMBIAYAAN
BELANJA TIDAK PEGAWAI
PENGELUARAN) (RP)
LANGSUNG)(RP)
2011 609.126.355.841 1.101.454.216.295 55,30
2012 721.136.940.040 1.328.886.891.990 54,27
2013 754.650.690.499 1.478.064.699.166 51,06
2014 856.776.106.502 1.774.821.638.407 48,27
Sumber: Diolah dari APBD Kota Bogor Tahun 2011-2014

III.2.2. ANALISIS PEMBIAYAAN

Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk


menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah, ketika terjadi
defisit anggaran. Sumber pembiayaan dapat berasal dari sisa lebih perhitungan
anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman obligasi, transfer dari dana
cadangan maupun hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan. Sedangkan
pengeluaran dalam pembiayaan itu sendiri adalah anggaran hutang, bantuan
modal dan transfer ke dana cadangan.
Analisis pembiayaan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan
defisit riil yang dihitung berdasarkan data realisasi pendapatan, realisasi
belanja serta realisasi pengeluaran pembiayaan pada masa sebelum tahun
perencanaan. Selanjutnya analisis pembiayaan juga dapat digunakan untuk
mengetahui perkembangan sumber-sumber penutup defisit riil tersebut
berdasarkan komposisinya.
Tabel III.9Jenis dan Jumlah Pembiayaan Daerah Kota Bogor Tahun 2011-2013
NO URAIAN 2011 2012 2013 2014
1 Jumlah Pendapatan 1.141.637.967.971 1.356.530.080.355 1.574.372.008.958 1.604.980.700.54
Daerah 7
Dikurangi
2 Total Belanja 1.074.576.515.295 1.256.206.808.990 1.422.132.371.106 1.738.393.797.10
7
3 Jumlah 26.877.701.000 72.680.083.000 55.932.328.060 36.427.841.300
Pengeluaran
Pembiayaan Daerah

111
NO URAIAN 2011 2012 2013 2014
Surplus Riil (+) / 40.183.751.676 27.643.188.365 96.307.309.792 -169.840.937.860
Defisit Riil (-)
Ditambahkan
4 Jumlah Penerimaan 97.655.357.440 139.415.917.116 197.938.800.162 307.172.157.954
Pembiayaan Daerah
SiLPA 137.839.109.116 167.059.105.481 294.246.109.954 137.331.220.094

Sumber: Diolah dari APBD Kota Bogor Tahun 2011-2013

Tabel III.9 menunjukkanbahwa pada tahun 2011 realisasi belanja daerah


masih lebih kecil daripada realisasi pendapatan. Hal ini berarti tidak terjadi
defisit anggaran atau surplus sebesar Rp 40.183.751.676. sehingga tidak
diperlukan anggaran penutup riil. Oleh karena itu SiLPA tahun sebelumnya
tidak dialokasikan untuk menutup defisit melainkan dialokasikan sepenuhnya
sebagai penerimaan pembiayaan pada tahun berkenaan dan akan menambah
SiLPA tahun berkenaan yang selanjutnya akan menjadi bagian sisa lebih
perhitungan anggaran (SiLPA) pada tahun berikutnya. Surplus riil anggaran
pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar31,21 persen menjadi Rp
27.643.188.365. Surplus riil kemudian meningkat kembali pada tahun 2013
menjadi Rp 96.307.309.792.
Pertambahan nilai surplus riil pada tahun 2013 ini menyebabkan SiLPA
mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 76,13 persen menjadi Rp
294.246.109.954 dari awalnyaRp 167.059.105.481 pada tahun sebelumnya.
Pada tahun 2014 diperkirakan akan terjadi defisit riil hingga minus Rp
169.840.937.860. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya perkiraan anggaran
belanja Pemerintah Kota Bogor, namun defisit riil ini mampu ditutupi dengan
penerimaan pembiayaan daerah sebesar Rp 307.172.157.954 sehingga SiLPA
tahun berkenaan pada tahun 2014 ditargetkan mencapai Rp 137.331.220.094.

III.2.2.1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH

Penerimaan pembiayaan daerah berasal dari Sisa Lebih Perhitungan


(SiLPA) yang terdiri atas pelampauan penerimaan PAD, pelampauan
penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan
daerah yang sah dan sisa penghematan belanja atau akibat lainnya.
Tahun 2011 realisasi penerimaan pembiayaan daerah adalah sebesar Rp
97.655.357.440 kemudian meningkat 42,76 persen menjadi Rp
139.415.917.116 pada 2012. Realisasi ini terus mengalami peningkatan 41,98
persen pada tahun 2013 menjadi Rp 197.938.800.162. Sedangkan pada tahun
2014 diperkirakan penerimaan pembiayaan daerah mengalami peningkatan
signifikan hingga 55,69 persen menjadi Rp 307.172.157.954.

III.2.2.2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH

Pengeluaran pembiayaan daerah dilaksanakan dalam bentuk penyertaan


modal (investasi) pemerintah daerah pada BUMD dan pemberian pinjaman
daerah. Tahun 2011 realisasi pengeluaran pembiayaan daerah adalah sebesar
Rp26.877.701.000 kemudian meningkat berturut-turut menjadi Rp
72.680.083.000 pada tahun 2012 dan Rp 56.932.328.060 pada tahun 2013.

112
Tabel III.10Jenis Pembiayaan Daerah Kota Bogor Tahun 2011-2014
NO URAIAN 2011 2012 2013 2014
A Penerimaan Pembiayaan Daerah
1 Sisa Lebih 97.655.357.440 137.839.305.116 167.060.005.481 294.236.109.954
Pembiayaan
Anggaran Tahun
Sebelumnya
2 Pencarian Dana 0 30.407.146.681
Cadangan
3 Penerimaan 0 0 0 12.000.000.000
Pinjaman Daerah
4 Penerimaan Kembali 0 471.648.000 936.048.000
Pemberian Pinjaman
5 Penerimaan Piutang 1.576.612.000
Daerah
6 Pelampauan 0
Penerimaan Dan
Penghematan Belanja
Jumlah Penerimaan
97.655.357.440 139.415.917.116 197.938.800.162 307.172.157.954
Pembiayaan Daerah
B Pengeluaran Pembiayaan Daerah
1 Pembentukan Dana 25.000.000.000 5.000.000.000
Cadangan
2 Penyertaan Modal 26.377.701.000 47.208.435.000 44.310.640.294 23.874.731.300
(Investasi)
Pemerintah Daerah
3 Pembayaran Pokok 0 0 5.685.639.766 53.110.000
Utang
4 Pemberian Pinjaman 500.000.000 471.648.000 936.048.000 12.500.000.000
Daerah
Jumlah Pengeluaran 26.877.701.000 72.680.083.000 55.932.328.060 36.427.841.300
Pembiayaan Daerah
TOTAL 70.777.656.440 66.735.834.116 142.006.472.102 270.744.316.654
PEMBIAYAAN
Sumber: Diolah dari APBD Kota Bogor Tahun 2011-2014

III.3. KERANGKA PENDANAAN

Kerangka pendanaan disusun untuk memperoleh gambaran kekuatan


keuangan Kota Bogor dalam pembangunan daerah, baik yang menyangkut
Urusan Wajib maupun Urusan Pilihan. Analisis kerangka pendanaan
bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan daerah yang akan
dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka menengah
daerah selama lima tahun ke depan. Suatu kapasitas riil keuangan daerah
adalah total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan berbagai pos atau
belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas
utama.

III.3.1.ANALISIS BELANJA DAN PENGELUARAN PERIODIK WAJIB DAN


MENGIKAT SERTA PRIORITAS UTAMA

Analisis Belanja dan Pengeluaran Periodik Wajib Serta Prioritas Utama


berfungsi untuk mengetahui rata-rata pertumbuhan pengeluaran belanja
maupun pembiayaan yang bersifat wajib serta prioritas. Dengan berpedoman
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, maka disajikan
data dan perhitungan rata-rata pertumbuhan sebagaimanaTabel III.11
dibawah ini:

113
Tabel III.11Belanja dan Pengeluaran Periodik. Wajib dan Mengikat serta
Prioritas Utama
RATA-
RATA
NO URAIAN 2011 2012 2013 2014
PERTUM
BUHAN
5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG
5.1.1 Belanja 541.591.289 629.017.584.0 662.464.92 746.344.698 11,28
Pegawai ( Bel. .786 82 5.154 .204 %
5.1.1. Gaji
Tidakdan 478.518.432 564.896.658.1 586.089.73 638.213.276 10,08
01
5.1.1. Tunjangan
Langsung
Tambahan) .275
47.411.464. 11
46.079.066.00 8.710
57.479.469. .908
85.185.978. %
21,57
02 Penghasilan 174 0 212 000 %
5.1.1. Belanja
PNS
03 Penerimaan
2.848.800.0 4.278.120.0 4.395.120.0 15,55
lainnya 2.938.800.000
00 00 00 %
Pimpinan dan
anggota DP
5.1.1. Insentif Pajak 12.812.593. 13.542.549.12 14.617.597.
6,81%
04 dan Retribusi 337 6 232
5.1.1. Insentif 15.582.250.
0
05 Pemungutan 000
5.1.1. Insentif
Pajak Daerah 2.968.073.2
1.560.510.845 0
06 Pemungutan 96
5.1.2 Belanja
RetribusiBunga 0 788.319.621 993.071.15 5.700.000.0 168,90
5.1.2. Daerah
Bunga Utang 0 788.319.621 8
993.071.15 00
5.700.000.0 %
01
5.1.3 Pinjaman
Belanja Subsidi 0 0 8
0 00
0 0
5.1.4 Belanja Hibah 0 2.377.266.000 47.766.235. 8.670.925.0 53,93
5.1.4. Belanja Hibah 0 2.377.266.000 096
25.704.958. 00
8.670.925.0 %
08 Dana
BelanjaBOS
Hibah 850 00
22.061.276.
Pemilu Kepala 0 0 0
246
Daerah dan
5.1.5 Belanja
Wakil Kepal 935.730.341 3.899.753.000 300.000.00 14.592.250. 149,84
5.1.5. Bantuan
Belanja Sosial 0
300.000.00 000
14.592.250. %
935.730.341 3.899.753.000
02 Bantuan Partai 0 000
5.1.8 Belanja
Politik Tidak 1.775.308.5 4.598.665.450 3.592.797.1 13.773.686. 97,97
5.1.8. TerdugaTidak
Belanja 30
1.775.308.5 4.598.665.450 09
3.592.797.1 361
13.773.686. %
01 Terduga
Sub Total A 30
544.302.328 640.681.588.1 09
715.117.02 361
789.081.559 13,18
5.2 BELANJA LANGSUNG .657 53 8.517 .565 %
5.2.1 Belanja
67.535.066. 85.956.561.95 39.160.908. 110.122.908 17,70
Pegawai ( Bel.
055 8 425 .298 %
Langsung )
5.2.1. Honorarium 35.324.271. 55.601.938.85 27.836.413. 54.747.574. 15,73
01
5.2.1. PNS
Honorarium 455
20.619.149. 2
24.556.793.54 900
1.475.480.7 000
41.482.608. %
26,24
02
5.2.1. Non PNS
Uang Lembur 850
1.686.878.5 8
1.448.853.000 50
2.394.000.0 300
1.759.707.5 %
1,42%
03
5.2.1. Honorarium 00 00
6.998.513.7 00
2.394.009.9
2.489.101.199 -1,93%
04 Pengelolaan 75 80
5.2.1. Belanja
Dana BOS kursus.
415.000.00 10,32
05 pelatihan. 22.800.000 27.750.000
0 %
sosialisasi dan
5.2.1. Belanja
Bimbingan 9.904.766.2 1.837.075.359 41.500.000 9.711.258.5 -0,66%
06
5.2.2 Pegawai
Belanja – BOS
teknis Barang 50
181.826.723 195.840.786.1 190.877.82 18
263.082.817 13,10
5.2.2. dan JasaBahan
Belanja .691
5.864.337.2 87 2.178
65.892.515. .079
7.955.051.5 %
10,70
7.229.414.714
01 Pakai Habis 08 915 23 %
5.2.2. Belanja
Kantor 19.324.118. 21.377.668.43 1.530.719.8 33.798.919. 20,49
02
5.2.2. Bahan/Materia
Belanja Jasa 909
44.923.736. 1
62.019.935.70 20
23.567.362. 230
64.539.457. %
12,84
03
5.2.2. lBelanja
Kantor Premi 387 8 477
10.254.303. 818
1.991.540.0 %
25,91
997.631.727 1.328.032.550
04
5.2.2. Asuransi
Belanja 21.567.905. 16.469.106.90 630
2.205.168.0 00
29.036.341. %
10,42
05 Perawatan 930 6 00 307 %
5.2.2. Belanja Cetak
Kendaraan 7.674.978.9 329.620.00 10.492.222. 10,98
9.177.907.311
06 dan
Bermotor 93 0 470 %
5.2.2. Belanja
Penggandaan 17.083.068. 21.860.939.91 2.296.521.3 27.695.263. 17,48
11 Makanan dan 055 8 20 000 %
5.2.2. Belanja
Minuman 2.581.314.5 660.366.75 3.082.836.0
12 Pakaian Dinas 1.748.515.716 6,10%
63 0 00
dan Atributnya
5.2.2. Belanja
dan kelengkapa 611.576.245 875.424.500 31.899.871. 1.354.110.0 30,34
13 Pakaian Kerja 467 00 %

114
5.2.2. Belanja 16.488.088. 20.216.149.57 8.500.179.6 46.835.910. 41,62
15
5.2.2. Perjalanan
Belanja 300 0 60
27.648.067. 613 %
76,06
Dinas 32.250.000 131.900.000 176.000.000
16 Beasiswa 027 %
5.2.2. Belanja
Pendidikan 6.887.569.1 10.383.183.20 9.099.851.9 5.316.354.0
17 Kursus.
PNS -8,27%
25 7 77 00
Pelatihan.
5.2.2. Belanja
Sosialisasi. dan 8.075.849.4 12.956.061.26 58.628.250 21.710.553. 39,05
20
5.2.2. Pemeliharaan
Bintek PNS
Belanja Barang 99
29.714.298. 2
10.066.546.39 6.934.645.8 823 %-
72.109.463
24 dan Jasa – BOS 750 4 85 86,56
5.2.2. Belanja Barang 9.026.147.8 %0
27 dan Jasa BOS 32
5.2.3 Belanja Modal 0 0 0 0
Sub Total B 249.361.789 281.797.348.1 230.038.73 373.205.725 14,39
6.2 Pengeluaran .746 45 0.603 .377 %
Pembiayaan
6.2.1 Pembentukan
Daerah 25.000.000.00 5.000.000.0 -
Dana 0 00 100,00
6.2.2 Penyertaan
Cadangan %
26.377.701. 47.208.435.00 44.310.640. 23.874.731.
Modal -3,27%
000 0 294 300
(Investasi)
6.2.3 Pembayaran
Pemerintah 0 0 5.685.639.7 0
Pokok
Daerah
Sub Utang
Total C 26.377.701. 72.208.435.00 66
54.996.280. 23.874.731. -3,27%
TOTAL A+B+C 000
820.041.819 0
994.687.371.2 060
1.000.152.0 300
1.186.162.0 13,09
.403 98 39.180 16.242 %
Sumber: Diolah dari APBD Kota Bogor Tahun 2011-2014 (Update data Mei
2014)

Dari perhitungan tabel diatas diketahui bahwa sepanjang empat tahun


terakhir (2011-2014),Belanja dan Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat
serta Prioritas Utama rata-rata pertumbuhannya adalah sebesar 13,09 persen
per tahun. Apabila dihitung berdasarkan masing-masing jenis pengeluaran
maka Belanja Bunga memiliki rata-rata pertumbuhan yang sangat signifikan
yaitu 168,90 persen per tahun.
Kebijakan Walikota dan Wakil Walikota terpilih periode 2015 – 2019
memberi penekanan pada efisiensi dan realokasi anggaran. Efisiensi
anggaran ialah penghematan anggaran pada pos-pos yang anggarannya masih
memungkinkan untuk dikurangi tanpa mengorbankan output atau outcomes
dan dana hasil efisiensi itu kemudian di realokasikan untuk pos-pos lain yang
dibutuhkan bagi peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat. Salah satu bentuk implementasi dari efisiensi dan realokasi
anggaran tersebut adalah ditekannya angka pertumbuhan Belanja Periodik
Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama dari awalnya 13,09 persen per tahun
menjadi 11,00 persen per tahun. Angka ini kemudian menjadi patokan dalam
memproyeksikan Belanja dan Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta
Prioritas Utama selama lima tahun ke depan.

2.000.000.000.000

1.500.000.000.000

1.000.000.000.000

500.000.000.000

0
2011 2012 2013 2014

Jumlah Pendapatan Daerah Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat

Gambar III.6Perbandingan antara Pendapatan Daerah dengan Belanja dan


Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Tahun 2011-2014

115
Pada tahun 2011, proporsi Belanja dan Pengeluaran Wajib dan Mengikat
serta Prioritas Utama terhadap Pendapatan Daerah adalah sebesar 71,83
persen, kemudian terus mengalami peningkatan menjadi 73,32 persen pada
tahun 2012. Pada tahun 2013 proporsi Belanja dan Pengeluaran Wajib dan
Mengikat Serta Prioritas Utama mengalami penurunan menjadi 63,52 persen
kemudian meningkat pada tahun 2014 menjadi 73,90 persen. Penurunan
proporsi Belanja dan Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
terhadap Pendapatan Daerahsebenarnya dapat menunjukkan meningkatnya
penggunan anggaran bagi kepentingan masyarakat secara langsung.

III.3.2. PROYEKSI DATA MASA LALU

Dalam bagian ini menjelaskan mengenai proyeksi data masa lalu dan
asumsi yang digunakan untuk memproyeksi serta kebijakan-kebijakan yang
mempengaruhi proyeksi data. Penyusunan proyeksi ini didasarkan pada rata-
rata pertumbuhan realisasi lima tahun yang meliputi proyeksi Pendapatan
Daerah dan proyeksi Belanja dan Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat
serta Prioritas Utama.
Tabel III.12Proyeksi Pendapatan Daerah dan Belanja Pengeluaran Wajib dan
Mengikat serta Prioritas Utama Tahun 2015-2019
RATA- PROYEKSI (RP)
RATA
TAHUN
URAIAN PERTU
DASAR (RP) 2015 2016 2017 2018 2019
MBUH
AN (%)
Pendapatan 1.604.980. 12,28 1.801.997. 2.023.199.6 2.271.554.7 2.550.396. 2.863.466.
Daerah Kota 700.547 888.924 50.053 27.745 289.861 662.673
Bogor
Belanja dan 1.186.162. 11,00 1.316.639. 1.461.470. 1.622.231. 1.800.677. 1.998.751.9
Pengeluaran 016.242 838.029 220.212 944.435 458.323 78.738
Periodik
Wajib dan
Mengikat
serta
Prioritas
Utama
Persentase 73,91 73,07 72,24 71,42 70,60 69,80
Belanja dan
Pengeluaran
Periodik
Wajib dan
Mengikat
serta
Prioritas
Utama
terhadap
Pendapatan
Daerah
Sumber: Diolah dari APBD Kota Bogor Tahun 2014

Pada Tabel III.12 diatas, hasil proyeksi hingga tahun 2019 menunjukkan
bahwa pendapatan daerah yang teralokasikan untuk Pengeluaran Periodik
Wajib dan Mengikat serta Prioritas utamadiproyeksikan akan terus menurun
hingga tahun 2019. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan keuangan
daerah lebih menitikberatkan pada pos-pos belanja yang manfaatnya dapat
diterima secara langsung oleh masyarakat.

116
III.3.3. PENGHITUNGAN KERANGKA PENDANAAN

Kerangka pendanaan ini bertujuan untuk menghitung kapasitas riil


keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program jangka
menengah lima tahun kedepan. Kapasitas riil inilah yang akan digunakan
sebagai sumber pembiayaan bagi program-program prioritas maupun belanja
tidak langsung.
Berdasarkan proyeksi Penerimaan Daerah dan Belanja serta Pengeluaran
Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama, maka dapat
diproyeksikan kapasitas riil keuangan daerah yang akan digunakan untuk
membiayai program/kegiatan selama lima tahun kedepan (2015-2019) dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel III.13.

Tabel III.13 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai


Pembangunan Daerah Kota Bogor Tahun 2015-2019
NO URAIAN 2015 2016 2017 2018 2019
1 Pendapatan 1.801.997.888.924 2.023.199.650.053 2.271.554.727.745 2.550.396.289.861 2.863.466.662.673
Pencairan
Dana
2 0 0 0 0 0
Cadangan
(Sesuai Perda)
Sisa Lebih Riil
3 Perhitungan
Anggaran 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000

Total Penerimaan 1.851.997.888.924 2.073.199.650.053 2.321.554.727.745 2.600.396.289.861 2.913.466.662.673


Dikurangi:
Belanja dan
Pengeluaran
Pembiayaan
4 yang wajib
dan mengikat
serta Prioritas
Utama 1.316.639.838.029 1.461.470.220.212 1.622.231.944.435 1.800.677.458.323 1.998.751.978.738
Kapasitas Riil
Kemampuan
Keuangan 535.358.050.896 611.729.429.841 699.322.783.310 799.718.831.538 914.714.683.935
% Kapasitas Riil
terhadap
Pendapatan
Daerah (%) 29,71 30,24 30,79 31,36 31,94
Rencana alokasi
Prioritas I
Belanja
5
Langsung 428.286.440.717 489.383.543.873 559.458.226.648 639.775.065.230 731.771.747.148
Pembentukan
6 Dana
Cadangan
Rencana Alokasi
Prioritas II
Belanja
7
Langsung 80.303.707.634 91.759.414.476 104.898.417.497 119.957.824.731 137.207.202.590
Belanja Tidak
8
Langsung 26.767.902.545 30.586.471.492 34.966.139.166 39.985.941.577 45.735.734.197
Surplus Anggaran
Riil dan Berimbang Berimbang Berimbang Berimbang Berimbang
Berimbang

117
Pada Tabel III.13 tersebut diatas dapat dilihat bahwa prioritas
pengeluaran yang harus didahulukan adalah bersifat wajib mengikat dan
prioritas utama baik pada belanja langsung dan pengeluaran pembiayaan
maupun yang berada pada belanja tidak langsung. Penghitungan kerangka
pendanaan menunjukkan bahwa kapasitas riil keuangan daerah berkisar
antara 29,71 persen – 31,94 persen terhadap total penerimaan daerah yang
ada.
Kapasitas riil keuangan daerah tersebut merefleksikan besaran pos
Belanja Langsung dari APBD Kota Bogor. Dapat diamati bahwa besaran pos
Belanja Langsung ini diproyeksikan senantiasa meningkat setiap tahunnya.
Kondisi ini mencerminkan kebijakan Walikota dan Wakil Walikota terpilih
periode 2015 – 2019 yang memberi penekanan pada efisiensi dan realokasi
anggaran.

118
BAB IV
ANALISIS ISU STRATEGIS

IV.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

Proses pembangunan akan sangat bergantung dengan apa yang dimiliki


daerah tersebut sebagai modal dalam penyokong keberhasilan pembangunan.
Namun pada perjalanannya pembangunan daerah juga kerap kali harus
menghadapi berbagai permasalahan yang dapat menghambat keberhasilan
dalam mencapai target-target pembangunan. Permasalahan tersebut baik yang
telah dan tengah berlangsung, ataupun permasalahan yang dapat terjadi pada
masa yang akan datang. Permasalahan umum pembangunan di Kota Bogor
tersebar di berbagai bidang pemerintahan. Sebagai salah satu kota besar
Indonesia, Kota Bogor tumbuh dengan berbagai kemajuan yang masih diiringi
permasalahan perkotaan yang juga kerap muncul. Seringkali secara umum
seperti terjadi juga di kota besar lainnya, fenomena pertumbuhan penduduk,
pergeseran sektor unggulan, meningkatnya aktivitas perkotaan yang mulai
mereduksi kelestarian lingkungan, perubahan budaya perkotaan yang belum
diimbangi dengan potensi kota dan kesiapan masyarakat, dan hal lainnya,
terjadi pula di Kota Bogor.
Berdasarkan hasil pengumpulan data baik primer maupun sekunder,
disertai wawancara, dan FGD (Focus Group Discussion), beberapa
permasalahan pembangunan daerah di Kota Bogor dijelaskan lebih lanjut pada
uraian berikut.

A. BIDANG PENDIDIKAN
Belum Terpenuhinya Wajib Belajar 9 Tahun
Pendidikan mempunyai peran penting dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Pendidikan di Kota Bogor dapat dikatakan kurang merata terbukti
dari program wajib belajar 9 tahun yang masih belum diperoleh semua anak
usia sekolah yang ada di seluruh Kecamatan Kota Bogor. Pada tahun 2013
program wajib belajar 9 tahun di Kota Bogor tidak terpenuhi dilihat dari Angka
Partisipasi Murni (APM). Begitu pula dengan angka APK menurun pada tingkat
SD dan SMP. Di sisi lain, lulusan S1, S2 dan S3 jumlahnya mencapai 14
persen dari jumlah penduduk.

B. BIDANG KESEHATAN
Belum Terpenuhinya Layanan Kesehatan Masyarakat secara Optimal
Sarana prasarana kesehatan berupa posyandu, puskesmas, dan dokter
memiliki rasio yang masih kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk.
Kondisi angka balita gizi buruk masih dinilai cukup tinggi yaitu mencapai
angka 378 kasus pada tahun 2013, yang mana hal ini dapat disebabkan rasio
posyandu per satuan balita masih rendah. Angka balita gizi buruk paling
banyak berasal dari Kecamatan Bogor Utara yakni sebanyak 94 kasus, dan
angka ini mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Persentase jumlah balita yang menderita gizi buruk di Kota Bogor pada tahun
2013 adalah sebesar 0,47 persen. Rasio puskesmas per satuan penduduk
idealnya adalah 1: 30.000, sedangkan di lapangan mencapai 1: 42.663.
Masih kurangnya jumlah dokter ditunjukkan pada nilai rasio dokter per
satuan penduduk yang juga sudah melebihi kapasitas pelayanannya yaitu 1:
4.511 penduduk, sedangkan kapasitas standar pelayanan yang seharusnya
yaitu 1: 2500 penduduk. Permasalahan lain terkait kesehatan yang dihadapi
Kota Bogor adalah masih terdapat beberapa penyakit dengan jumlah kasus
yang tinggi atau terus meningkat diantaranya TBC, tifus, dan hepatitis.
Ditambah kondisi perkembangan kasus HIV/AIDS, dimana dari sisi jumlah

119
kasus maupun dari segi peningkatannya cukup mencemaskan dan terus
mengalami peningkatan. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Bogor
tahun 2010, Kota Bogor merupakan 10 besar kota dengan jumlah penderita
TBC terbanyak untuk wilayah Jawa Barat. Sebanyak 1.023 dari 7.641 orang
suspek di Kota Bogor, dideteksi positif menderita penyakit TBC. Hasil
pendataan 10.166 orang suspect TBC dan 1.021 positif TBC, menunjukkan
hasil bahwa penyakit TBC saat ini sering kali menyerang usia produktif yakni
dari usia 14 hingga 54 tahun. Hasil evaluasi Program TB Paru 2011, Dinas
Kesehatan mencatat sudah ada 507 orang positif dari 3.850 suspek yang
berhasil didata petugas.
Untuk kasus hepatitis, Kota Bogor pernah mengalami peningkatan
kasus Hepatitis A pada bulan September 2011 sebanyak 11 orang di
Kelurahan Cilendek Barat, Kecamatan Bogor Barat. Kemudian kasus kumulatif
HIV/AIDS Kota Bogor yang dicatat oleh AIDS Watch Indonesia pada tahun
2013, menyatakan bahwa sejak tahun 2006 sampai Desember 2012 sudah
mencapai 1.693 kasus. Kemudian diketahui dari 2015 penderita, 976
diantaranya positif mengidap AIDS. Setidaknya terdapat 1388 orang penderita
yang masih masuk ke dalam usia produktif, yaitu 25 sampai 49 tahun.
Terdapat 1418 penderita diantaranya adalah laki-laki, dan sudah ada 79
penderita AIDS yang meninggal dunia sejak tahun 2001.

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP


1. Tingginya Tingkat Pencemaran Lingkungan
Isu pencemaran lingkungan di Kota Bogor yang dihadapi menjadi
permasalahan pembangunan daerah, khususnya dalam hal menciptakan
lingkungan yang sehat bagi masyarakatnya. Isu-isu lain terkait pencemaran
lingkungan yang terjadi di Kota Bogor adalah sanitasi yang buruk, pengelolaan
dua sungai besar (Ciliwung dan Cisadane) yang melintasi Kota Bogor belum
cukup baik, serta polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor.
Pada tahun 2011 masih banyak rumah yang menggunakan sanitasi
dengan plengsengan yaitu buangan kakus langsung dibuang ke sungai tanpa
masuk ke tangki septik (15,58% KK). Kecenderungan tersebut semakin
meningkat dari waktu ke waktu. Pengelolaan sungai besar yang melintasi Kota
Bogor pun dinilai belum optimal, yang mana kualitas air Sungai Ciliwung di
Kota Bogor telah melampaui ambang baku mutu air yang ditetapkan dalam PP
No.82 Tahun 2001 baik dari parameter fisik, kimia dan biologi. Nilai rata-rata
BOD hasil penelitian sebesar 9,975, nilai rata-rata DO sebesar 6,479 dan
jumlah rata-rata total coliform sebesar 57.000 koloni/ml – 408.000 koloni/ml.
Meningkatnya aktivitas manusia, perubahan guna lahan dan semakin
beragamnya pola hidup menjadikan tingkat pencemaran di Sungai Ciliwung
semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Permasalahan polusi udara karena kendaraan bermotor ditunjukkan
dari pengukuran parameter TSP (debu) di beberapa tempat di Kota Bogor pada
tahun sampai dengan tahun 2012 umumnya sudah melewati baku mutu 230
µg/Nm3.
2. Pengelolaan Sampah yang Belum Terpadu
Permasalahan lain yang terjadi adalah pengelolaan sampah yang belum
terpadu. Sampai saat ini sampah masih menjadi permasalahan yang belum
terpecahkan khususnya bagi kota-kota besar di Indonesia. Permasalahan ini
timbul terutama karena (i) besarnya volume sampah yang berbanding lurus
dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, (ii) keterbatasan lahan
untuk pembuangan akhir, dan (iii) teknis pengelolaan sampah yang masih
konvensional.

120
Dari segi estetika sampah menjadi hal buruk yang merusak
pemandangan serta menimbulkan bau tidak sedap. Sampah yang dihasilkan
Kota Bogor berasal dari aktivitas rumah tangga, sampah pasar, sampah
pertokoan, sampah fasilitas umum dan sampah industri. Permasalahan
sampah dan pengelolaan sampah di Kota Bogor di antaranya adalah masih
terdapat 29,80% dari total seluruh rumah tangga masih membuang sampah
dengan cara cara menimbun, membakar, membuang ke sungai dan lainnya.
Pada tahun 2013 baru terdapat 13 kelurahan dengan total penduduk sebesar
39.540 jiwa yang terlayani program 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

D. BIDANG PENATAAN RUANG


1. Pengembangan Kawasan Belum Memperhatikan Kawasan Rawan
Bencana
Pengembangan kawasan belum memperhatikan kawasan rawan bencana
merupakan permasalahan yang terjadi di Kota Bogor pada bidang penataan
ruang. Kondisi kontur tanah yang labil menyebabkan ancaman terhadap
bencana alam, menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi Kota Bogor.
Selain longsor, potensi bencana lain yaitu berupa banjir, pohon tumbang,
angin puting beliung dan kebakaran (akibat petir dan arus
pendek).Berdasarkan hasil pemetaan daerah potensi bencana di Kota Bogor,
dari enam kecamatan dan 68 kelurahan di Kota Bogor, hampir separuh
wilayahnya adalah rawan banjir dan longsor.
Kecamatan Bogor Barat sebagai Wilayah Pelayanan (WP) B dengan
potensi pengembangan wilayah sebagai pusat pengembangan di kawasan
Bubulak merupakan kawasan paling rawan bencana longsor. Terdapat 32 titik
rawan bencana alam yang terdiri atas daerah rawan longsor dan banjir yang
tersebar di enam wilayah kecamatan se-Kota Bogor. Untuk wilayah Kecamatan
Bogor Tengah terdapat tiga titik rawan longsor, di Kecamatan Tanah Sareal
terdapat enam titik rawan banjir, Kecamatan Bogor Barat terdapat enam titik
rawan longsor dan banjir, Kecamatan Bogor Selatan terdapat 12 titik rawan
longsor, Kecamatan Bogor Timur terdapat tiga titik rawan banjir dan di wilayah
Kecamatan Bogor Utara terdapat dua titik rawan banjir. Pada tahun 2013
tercatat lebih dari 40 peristiwa tanah longsor terjadi di berbagai lokasi di Kota
Bogor, dalam skala kecil hingga besar. Dampak lain yang perlu diantisipasi
adalah peningkatan suhu 10°C akibat perubahan iklim mikro di Kota Bogor
pada sepuluh tahun belakangan yang dapat memicu kondisi kekeringan dan
banjir.
2. Penyelenggaraan Penataan Ruang yang Belum Optimal
Permasalahan lain yang dihadapi adalah penyelenggaraan penataan
ruang yang belum optimal baik dari sisi pemanfaatan, pengawasan, dan
pengendaliannya. Permasalahan yang dihadapi terkait penataan ruang
diantaranya adalah daya dukung lahan dan daya dukung air Kota Bogor sudah
terlampaui (overshoot). Selain itu tingkat konversi lahan pertanian/Ruang
Terbuka Hijau dinilai cukup tinggi. Luas lahan pertanian di Kota Bogor
semakin berkurang akibat dikonversi ke penggunaan non pertanian. Sebagian
besar kasus konversi lahan pertanian terutama pada lahan sawah yang masih
produktif. Konversi lahan pertanian tersebut sebagian besar diantaranya
menjadi perumahan dan kawasan perdagangan yang ditandai dengan ruko-
ruko.
Rencana tata ruang Kota Bogor menetapkan bahwa kawasan Kebun
Raya Bogor dan sekitarnya merupakan wilayah pusat kota sebagai kota lama
(kawasan bersejarah). Hanya saja, arahan pemanfaatannya adalah untuk
mempertahankan kegiatan perdagangan dan jasa yang ada, pusat
perkantoran, dan RTH skala kota. Penetapan ini dapat menjadi tekanan
terhadap keberadaan Kebun Raya Bogor. Kemudian terdapat sedikitnya 117

121
Base Transceiver Station (BTS) yang berdiri di Kota Bogor tidak memiliki izin.
Umumnya pengelola tower hanya mengantongi Izin Penggunaan Peruntukan
Tanah (IPPT). Namun ada juga pengelola tower yang tidak memiliki secarik izin
pun.
Total luas inkonsistensi tata ruang yang terjadi di Kota Bogor sebesar
127,21 hektar atau 1,13 persen dari total luas wilayah Kota Bogor.
Inkonsistensi terbesar terjadi pada taman/lapangan olah raga/jalur hijau
menjadi ruang terbangun yaitu 94,31 hektar (0,84% dari total luas wilayah
Kota Bogor), pertanian/kebun campuran menjadi ruang terbangun sebesar
22,57 hektar (0,20% dari total luas wilayah Kota Bogor) dan hutan kota
menjadi ruang terbangun sebesar 10,33 hektar (0,09% dari total luas wilayah
Kota Bogor. Hal lain yang cukup mendasar adalah belum efektifnya
pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan pemanfaatan ruang.
3. Memudarnya Identitas Kota Bogor
Sejarah yang panjang dengan identitas yang kuat sebagai kota yang
nyaman, memiliki tata ruang dengan konsep garden city, yang melekat pada
Kota Bogor dari masa kerajaan sampai masa kolonial semakin memudar.
Kenyataannya, keberadaan dari bangunan dan peninggalan bersejarah belum
menjadi hal yang penting. Bangunan-bangunan bersejarah di Kota Bogor
belum diperhatikan sebagai sebuah aset yang bernilai tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari belum adanya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kota untuk
mengatur, melindungi dan melestarikan bagunan bersejarah. Kondisi ini
dikuatkan dengan banyaknya bangunan cagar budaya yang beralih fungsi
menjadi bangunan komersial seperti hotel dan restoran. Pembangunan Kota
Bogor cenderung menata kota dari aspek fisik keruangannya saja dalam
rangka mengejar pertumbuhan ekonomi. Sedangkan nilai budaya, kesejarahan
yang melekat dan mewarnai Kota Bogor sebagai identitas Kota Bogor kurang
menjadi perhatian utama.
Kedepannya perkembangan Kota Bogor diharapkan tetap dapat
mempertahankan identitas Kota Bogor, termasuk konsep garden city. Konsep
garden city yang dimaksud bukan berarti hanya kota yang dipenuhi taman,
tetapi menyangkut penataan ruang yang jelas untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan aktifitas masyarakat kota, termasuk penataan green network
(jaringan ruang terbuka hijau berupa taman-taman, jalur hijau, hutan
kota/kawasan lindung, lahan pertanian) yang berkontribusi terhadap sistem
ekologis kota, nilai ekonomi, sosial dan kenyamanan lingkungan.

E. BIDANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN


Belum Optimalnya Kerja Sama Antar Daerah

Permasalahan yang terdapat dalam bidang perencanaan pembangunan


salah satunya adalah belum optimalnya kerja sama antar daerah. Hal ini dapat
dilihat belum dapat dimanfaatkan dengan optimalnya aset kelembagaan yang
terdapat di Kota Bogor, salah satunya sejumlah perguruan tinggi dan kantor
pusat beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGO (Non-
Government Organization) yang aktif dalam memperjuangkan isu-isu tertentu
di berbagai wilayah di Indonesia. Banyaknya kajian mengenai Kota Bogor yang
dilakukan oleh perguruan tinggi belum dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota
dalam upaya untuk mengembangkan kotaatau upaya yang telah dilakukan
para LSM di luar Kota Bogor pun belum dapat direplikasikan di Kota Bogor.
Selain aset kelembagaan-kelembagaan yang ada di Kota Bogor, sinergi
pembangunan dengan kota/kabupaten lain pun masih belum optimal. Perlu
kelembagaan khusus yang mengatur kerjasama antar daerah mengingat
beberapa kawasan memiliki sumberdaya dan permasalahan yang sama yang
harus diselesaikan secara bersama-sama, contoh: Daerah Aliran Sungai (DAS)

122
dengan melibatkan daerah yang dialiri DAS yang sama, pengelolaan kawasan
khusus Jabodetabekjur yang melibatkan tiga provinsi, kerja sama antar
daerah dalam hal penyepakatan batas wilayah, dan tentunya kerja sama
dalam pengembangan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Isu terkait kerjasama antar daerah, sejalan juga dengan apa yang
diamanatkan dalam RPJP Kota Bogor dalam RPJMD periode ketiga ini (2015-
2019), yang mana harus mengoptimalkan kerjasama antar wilayah skala
nasional/regional maupun luar negeri dalam rangka pengembangan ekonomi.

F. BIDANG PENANAMAN MODAL


Peningkatan Investasi yang Belum Mengacu pada Potensi dan Daya
Saing Wilayah
Investasi merupakan salah satu faktor penting untuk menggerakkan
perekonomian di Kota Bogor. Iklim investasi yang kondusif merupakan faktor
penting untuk meningkatkan nilai investasi Kota Bogor. Untuk mewujudkan
hal tersebut perlu pembenahan kelembagaan, peningkatan sumber daya
manusia kaitannya dengan ketersediaan tenaga kerja, peningkatan pelayanan
dan prosedur berinvestasi, stabilitas ketentraman dan ketertiban, infrastruktur
pendukung, serta promosi investasi. Dalam rangka peningkatan aspek daya
saing terhadap wilayah terhadap kabupaten/kota lain, maka peningkatan
investasi perlu terus dilakukan sehingga tidak menjadi wilayah yang tertinggal
dengan wilayah kabupaten/kota sekitar. Namun peningkatan investasi yang
belum mengacu pada potensi dan daya saing wilayah masih menjadi
permasalahan yang terjadi saat ini.

G. BIDANG KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH


UMKM dan Industri Kreatif yang Belum Berkembang
Pengembangan UMKM, Industri Kecil Menengah (IKM), maupun industri
kreatif masih menghadapi beberapa kendala diantaranya adalah masih
sulitnya akses permodalan bagi pelaku usaha, belum berkembangnya pusat-
pusat industri kecil, UMKM dan industri kreatif, masih rendahnya insan
kreatif yang memiliki jiwa kewirausahaan, dan masih rendahnya kapasitas
sumberdaya pelaku usaha.
Sektor industri pengolahan di Kota Bogor memiliki kontribusi terbesar
kedua setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor industri memiliki
tren yang meningkat berdasarkan kurun waktu lima tahun terakhir, pada
tahun 2008 kontribusi sektor industri pengolahan sebesar 25,10% dan pada
tahun 2012 berkontribusi sebesar 27,51% terhadap total PDRB. Peningkatan
tersebut menunjukkan bahwa kegiatan industri pengolahan di Kota Bogor
mengalami perkembangan yang baik, begitu juga potensinya untuk
dikembangkan.
Industri unggulan dan ekonomi kreatif sangat potensial untuk
dikembangkan di Kota Bogor, dengan mendorong industri kecil dan atau
UMKM, serta industri kreatif. Namun permasalahan klasik yang sering
dihadapi dalam pengembangan industri kecil mengengah, UMKM maupun
industri kreatif diantaranya adalah sulitnya akses permodalan, masih sulitnya
pemasaran dikarenakan belum berkembangnya sentra-sentra produksi,
sumberdaya pelaku IKM, UMKM, serta masih rendahnya jiwa kewirausahaan
insan kreatif.
Kota Bogor memiliki potensi pengembangan industri pengolahan yang
cukup besar, diantaranya adalah pabrik sepatu/sandal di Kelurahan Cikaret
Kecamatan Bogor Selatan. Industri kreatif yang cukup menonjol di Kota Bogor
diantaranya adalah fesyen, kuliner, dan kerajinan/produk olahan dari bambu
yang dibuat menjadi untuk souvenir atau oleh-oleh.

123
Potensi industri pengolahan IKM, UMKM dan industri kreatif sangat
strategis untuk dikembangkan, dan tidak dapat dipungkiri merupakan akibat
dari berkembangnya pariwisata diKota Bogor. Begitu pula sebaliknya,
perkembangan sektor industri dan industri kreatif mendukung pariwisata Kota
Bogor. Pengembangannya memiliki multipliereffect terhadap perkembangan
sektor lain, artinya memberikan efek positif terhadap sektor lain, dan juga
dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk menjawab tingginya angka
pengangguran di Kota Bogor. Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan
industri unggulan dan ekonomi kreatif ini adalah persaingannya dengan
daerah-daerah lain yang dekat secara geografis dan telah dikenal jauh-jauh
hari sebelumnya sebagai pusat kreatifitas seperti Kota Bandung.

H. BIDANG KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL


Tingginya Jumlah Penduduk
Tingginya jumlah penduduk merupakan permasalahan yang dihadapi
oleh Kota Bogor khususnya pada bidang kependudukan dan catatan sipil.
Jumlah penduduk di Kota Bogor semakin meningkat dengan perkembangan
kepadatan penduduk yang semakin padat. Rasio kepadatan penduduk per km 2
mencapai 6.000 jiwa yang kemudian di tahun 2012 kepadatan penduduk Kota
Bogor mencapai 8.480 orang per km 2. Dalam dokumen RPJP Kota Bogor 2005-
2025 dinyatakan bahwa Kota Bogor sebagai Kota penyangga ibukota diarahkan
untuk dapat menampung 1,5 juta jiwa pada tahun 2025. Kontribusi
pertumbuhan penduduk ini semakin nyata berhubungan dengan tingginya
pula tingkat migrasi wilayah-wilayah yang menjadi satelit DKI Jakarta.

I. BIDANG KETENAGAKERJAAN
Tingginya Angka Pengangguran
Angka pengangguran yang cukup tinggi, masih menjadi permasalahan
Kota Bogor. Berdasarkan data dari Kota Bogor Dalam Angka, tingkat
pengangguran Kota Bogor mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun
2008 sebesar 3,64% kemudian menjadi 9,33% pada tahun 2012. Angka ini
lebih besar dibandingkan dengan angka pengangguran Prtovinsi Jawa Barat
yang sebesar 7,47%.

J. BIDANG KETAHANAN PANGAN


Belum Tangguhnya Ketahanan Pangan Daerah
Isu ketahanan pangan merupakan isu global yang hampir terjadi
disetiap daerah. Seperti wilayah perkotaan lainnya, Kota Bogor bukan
merupakan daerah utama penghasil pertanian sehingga dalam pemenuhan
kebutuhan pangan, akan mengandalkan pasokan dari wilayah lain.
Permasalahan utama pada aspek ketahanan pangan adalah terletak pada
distribusi dan pengamanan harga. Masalah ini kemudian mempengaruhi
masalah lainnya yaitu inflasi. Data menunjukkan bahwa selama empat tahun
terakhir penyumbang terbesar bagi inflasi adalah kelompok bahan makanan
dan makanan jadi.

K. BIDANG PERHUBUNGAN
Penataan Sistem Transportasi yang Belum Maksimal
Permasalahan utama terkait sistem transportasi di Kota Bogor adalah
kemacetan yang diakibatkan oleh banyaknya jumlah kendaraan. Pada tahun
2013 rasio jumlah kendaraan dengan panjang jalan di Kota Bogor 1:47, artinya
bahwa setiap panjang jalan sepanjang satu kilometer dapat diakses kendaraan
baik kendaraan roda empat maupun roda dua sebanyak 47 kendaraan. Nilai
rasio tersebut meningkat dikarenakan jumlah pengguna angkutan umum tiga

124
tahun terakhir semakin menurun. Selain banyaknya jumlah kendaraan,
kemacetan yang terjadi di beberapa titik diakibatkan oleh angkutan perkotaan
(angkot) yang berhenti sembarangan untuk menurunkan dan menunggu
penumpang.
Permasalahan lain terkait sistem transportasi di Kota Bogor diantaranya
adalah tingginya angka pengguna commuter linedi Kota Bogor yang tidak
didukung dengan transportasi AKAP yang memadai (4.000 motor terparkir
setiap harinya di sekitar Stasiun Bogor dan pengendaranya menuju Jakarta
dan sekitarnya dengan commuter line).
Hal lain juga terkait sarana prasarana lalu lintas yang masih tidak
ramah pengguna, dicontohkan dengan kondisi trotoar yang tinggi dan naik
turun, halte yang kotor, underpass yang belum optimal penggunaannya (IPB
menuju Kebun Raya Bogor) dan masih banyak jalan-jalan yang berlubang. Hal
tersebut tentunya memiliki keterkaitan denganangka kejadian kecelakaan lalu
lintas.

L. BIDANG SOSIAL
Tingginya Tingkat Kemiskinan dan Kelompok Masyarakat Marjinal
Perkotaan
Permasalahan utama yang dihadapi Bidang Sosial di Kota Bogor yaitu
tingginya tingkat kemiskinan dan kelompok masyarakat marginal perkotaan.
Permasalahan tersebut diantaranya adalah tingginya jumlah penduduk
miskin, banyaknya kasus penyandang masalah sosial, khususnya anak
jalanan dan kecenderungan meningkatnya kawasan kumuh perkotaan.
Jumlah penduduk miskin 88.900 jiwa (9,16%) meskipun tiap tahunnya terus
menurun rata-rata 0,46 persen per tahunnya, namun memiliki peringkat
keempat tertinggi dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa Barat. Dari total
penduduk Kota Bogor, 3,19 persen memiliki kategori sangat miskin, 6,28
persen miskin dan 8,39 persen hampir miskin. Dari total jumlah penduduk
miskin, 29,45 persen tidak tamat SD, 55,18 persen tamat SD/SMP, dan 15,37
persen tamat SMA keatas.
Jumlah gelandangan, pengemis dan anak jalanan di Kota Bogor
meningkat pada saat menjelang lebaran. Diperkirakan ada lebih dari 1000
anak jalanan yang beroperasi di perempatan, pertigaan, angkutan kota, pasar
dan terminal. Belum adanya aturan yang tegas dan efektif oleh Pemerintahan
Kota Bogor dalam menangani permasalahan ini. Selain itu terdapat 801 anak
terlantar, 189 balita terlantar, 470 lanjut usia terlantar, 7 anak nakal, 114
korban penyalah gunaan narkoba dan 1.632 penyandang cacat.
Kemudian masih terdapat 191,82 hektar kawasan kumuh (SPM PU dan
Tata Ruang: Berkurangnya luasan pemukiman kumuh di kawasan perkotaan,
target RPJMD 2010-2014). Masih ada sebanyak 753 KK (0,31%) yang
menggunakan air sungai sebagai MCK dan masih terdapat sebanyak 3.415KK
(1,38%) tidak memiliki tempat pembuangan akhir (WC).

M. BIDANG KEBUDAYAAN
Menurunnya Nilai dan Budaya Masyarakat
Permasalahan yang dihadapi terkait budaya dan nilai hidup di Kota
Bogor diantaranya adalah terkait dengan aktifitas ekonomi perkotaan yang
memenuhi kebutuhan ibu kota. Masyarakat Kota Bogor sebagian besar
merupakan masyarakat commuter yang bekerja di luar Kota Bogor, yang
menghabiskan waktunya di Kota Bogor ketika malam dan akhir pekan,
sehingga sebagian besar kurang memperdulikan nasib kotanya. Bentuk
ketidakpedulian lain masyarakat terhadap lingkungan, contohnya membuang
sampah sembarangan, tidak mengelola sampah (baik di pasar, pertokoan

125
maupun tingkat rumah tangga), dan masih terdapat warga yang membuang
sampah di sungai.
Sebagai kota satelit ibukota, kalangan muda di Kota Bogor banyak
mengadopsi gaya hidup negatif kota metropolitan. Kegalauan di kalangan anak
muda ini terkait dengan belum ditemukannya jati diri. Tekanan dan tuntutan
gaya hidup mendorong kalangan muda melakukan berbagai hal, baik yang
positif maupun hal negatif dalam rangka memenuhi gaya hidup ideal yang
diinginkan. Kurangnya transfer nilai dan norma-norma di kalangan muda juga
menandai salah satu faktor yang mendorong dekadensi moral pada generasi
muda. Tuntutan orang tua yang bekerja dan sedikit meluangkan waktu untuk
anak menjadi alasan lain isu ini muncul.

N. BIDANG PARIWISATA
Menurunnya Kontribusi Sektor Tersier (Perdagangan, Hotel, dan
Restoran)
Layaknya kota jasa pada umumnya, sektor yang berkembang adalah
sektor tersier. Pada Kota Bogor, sektor tersier yang berkembang adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini ditandai dengan kontribusi sektor
tersebut terhadap total PDRB Kota Bogor. Meskipun secara total keseluruhan
PDRB Kota Bogor terus mengalami peningkatan, namun permasalahan yang
dihadapi adalah kontribusi sektor perdagangan hotel dan restoran mengalami
penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Perkembangan justru terlihat pada
sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan. Sektor ini merupakan sektor
yang kontribusi terhadap total PDRB terbesar kedua setelah sektor
perdagangan hotel dan restoran, yaitu sebesar 27,51% pada tahun 2012 dan
menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya.
O. BIDANG PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN
1. Peningkatan Laju Inflasi
Permasalahan lain yang terjadi yaitu peningkatan laju inflasi di Kota
Bogor. Laju inflasi Kota Bogor pada tahun 2013 berada pada angka 8,55
persen, angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai
4,06 persen. Rata-rata pertumbuhan inflasi di Kota Bogor hanya sebesar 0,41
persen. Selama empat tahun terakhir penyumbang terbesar bagi inflasi adalah
kelompok bahan makanan dan makanan jadi.
2. Belum Maksimalnya Revitalisasi Pasar Tradisional
Kondisi pasar tradisional di Kota Bogor secara umum hingga saat ini
masih memprihatinkan, pasar tradisional terkesan semrawut dan kumuh. Hal
tersebut dicirikan dengan sampah yang berserakan, becek, bau menyengat dan
sistem keamanan yang minim. Permasalahan lain yang dihadapi pasar
tradisional adalah buruknya manajemen pasar, sarana dan prasarana pasar
yang sangat minim. Belum terintegrasinya sistem transportasi dengan pasar-
pasar tradisional, sehingga aktivitas pasar tradisional menambah titik
kemacetan.
Disisi lain pertumbuhan mall dan mini market yang belakangan ini
marak harus dikendalikan agar dapat menjamin terciptanya iklim usaha yang
sehat dengan memberikan kesempatan yang sama antara pelaku usaha,
khususnya antara pedagang modern dan pedagang tradisional,sehingga terjadi
keseimbangan pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah. Revitalisasi
pasar tradisional menjadi penting dalam rangka meningkatkan kenyamanan
dan kualitas pasar agar bisa bersaing dangan pasar modern serta menjadi
sentra pertumbuhan ekonomi masyarakat Kota Bogor.

126
IV.2. ISU STRATEGIS
Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya
yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar,
mendesak dan menentukan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Isu
strategis merupakan tantangan dan potensi dalam pembangunan kedepan.
Berdasarkan daftar panjang permasalahan pembangunan Kota Bogor
yang dikemukan di atas, isu-isu strategis pembangunan Kota Bogor
berdasarkan permasalahan-permasalahan pembangunan daerah kemudian
dikelompokkan kedalam tigabidang yang meliputi bidang fisik-lingkungan,
sosial-budaya dan ekonomi.

A. PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN IKLIM MIKRO KOTA


BOGOR
Pencemaran yang banyak terjadi di Kota Bogor adalah yang terkait
dengan air (baik air tanah, air permukan, air sungai, maupun situ) dan udara
(polusi udara karena emisi buangan kendaraan bermotor dan debu).
Pencemaran air (baik air tanah maupun badan air seperti air sungai) banyak
terjadi dikarenakan pengelolaan air limbah, baik limbah cair maupun limbah
padat yang belum memadai. Masih terdapat jumlah orang yang buang air
besar di sungai ataupun drainase, usaha komersial membuang air hasil
kegiatannya tanpa diolah terlebih dahulu ke badan air.
Berdasarkan data hasil analisis kualitas air sungai Ciliwung tahun 2010,
dapat diketahui bahwa kualitas air di lokasi bagian hulu, tengah dan hilir
Sungai Ciliwung kurang memenuhi persyaratan untuk pemanfaatan air kelas
dua pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 karena tingginya total
bakteri colie dengan jumlah yang melampaui persyaratan kriteria baku mutu
tersebut, baik di bagian hulu, tengah, maupun hilir. Di bagian hilir Sungai
Ciliwung selain BOD dan jumlah bakteri total koliform yang tinggi, juga
mengandung fosfat total dan amonia total yang melampaui persyaratan.
Hal ini diperparah lagi dengan kebiasaan masyarakat yang masing sering
membuang sampah langsung ke sungai. Timbulan sampah juga merupakan
permasalahan pelik yang dihadapi Kota Bogor. Pengelolaan sampah belum
optimal, timbulan sampah kota yang cukup besar, serta sarana prasarana
pengangkutan sampah yang belum memadai.
Pembuangan sampah secara rutin setiap hari ke TPA merupakan bentuk
pengisian kembali (recharge), baik secara infiltrasi maupun perlokasi,
merupakan penyebab pencemaran air tanah yang sangat besar terutama air
tanah dangkal maupun air sumur gali, sehingga perlu penanganan serius.
Pencemaran lingkungan karena polusi udara juga sudah dirasakan
akibat semakin meningkatnya pemakaian sarana transportasi kendaraan
bermotor di Kota Bogor. Tingkat polusi udara di Kota Bogor menempati urutan
ketiga di Jawa Barat.
Pencemaran tersebut mengakibatkan menurunnya kenyamanan kota.
Salah satu indikator kenyamanan kota adalah kondisi iklim mikro kota itu
sendiri. Kota Bogor terkenal sebagai kota hujan yang menjadi tujuan wisata
karena berhawa sejuk dan nyaman. Namun, perubahan iklim mikro berupa
kenaikan suhu juga mulai terjadi di Kota Bogor. Iklim mikro berpengaruh kuat
terhadap kenyamanan termal manusia. Elemen pembentuk iklim mikro yang
mempengaruhi kenyamanan kota adalah radiasi matahari, temperatur udara,
kelembaban relatif, dan pergerakan udara (angin). Perubahan iklim mikro ini
sangat berpengaruh terhadap kenyamanan penduduk kota. Berdasarkan
penelitian, wilayah Bogor pada siang hari memiliki suhu permukaan rata-rata
sebesar 26,8oC, sedangkan malam hari sebesar 19,4 oC. Pada siang hari, suhu
permukaan membentuk pola UHI (Urban Heat Island) yang memusat di Kota

127
Bogor dan menyebabkan hawa panas. Salah satu penyebabnya adalah mulai
berkurangnya ruang terbuka hijau. Implikasi dari berkurangnya ruang terbuka
hijau di perkotaan adalah peningkatan temperatur yang berpotensi
menimbulkan fenomena tersebut.

B. KETIDAKSESUAIAN ANTARA PEMANFAATAN RUANG DENGAN


RENCANA
Peningkatan jumlah penduduk perkotaan memacu kebutuhan ruang
bagi permukiman dan segala utilitas serta infratrukturnya. Kota akan tumbuh
dengan segala potensi dan tantangan yang dimilikinya. Keadaan tersebut
harus dihadapi melalui penyiapan perencanaan tata ruang kabupaten/kota
yang mempertimbangkan kondisi, potensi dan tantangan yang dimiliki oleh
kota kabupaten/kota tersebut.
Pembangunan seringkali diiringi dengan inkonsistensi terhadap aturan
tata ruang yang telah dibuat. Inkonsistensi yang terjadi menyebabkan
kesemrawutan ruang dan pada akhirnya akan menimbulkan berbagai masalah
lingkungan. Bila hal ini tidak dikendalikan secara terpadu maka dapat
menyebabkan penurunan ketersediaan sumberdaya alam dan mengganggu
keberlanjutan kota.
Kota Bogor memiliki luas 11248,85 Ha, dan menunjukkan gejala
inkonsistensi tata ruang. Total luas inkonsistensi tata ruang yang terjadi di
Kota Bogor sebesar 127, 21 Ha atau 1,13% dari total luas wilayah Kota Bogor.
Inkonsistensi terbesar terjadi pada taman/lapangan olah raga/jalur hijau
menjadi ruang terbangun yaitu 94,31 Ha (0,84% dari total luas wilayah Kota
Bogor), pertanian/kebun campuran menjadi ruang terbangun sebesar 22,57
Ha (0,20% dari total luas wilayah Kota Bogor) dan hutan kota menjadi ruang
terbangun sebesar 10,33 Ha (0,09% dari total luas wilayah Kota Bogor).
Dari data ini terlihat bahwa inkonsistensi terjadi pada ruang terbuka
hijau yang beralih fungsi menjadi ruang terbangun. Kebutuhan akan ruang
untuk permukiman menjadi salah satu pemicu terbesarnya. Berdasarkan data
penggunaan lahan, pada tahun 2007 luas lahan permukiman di Kota Bogor
adalah seluas 4.161,4 Ha atau 35,12% dari total luas wilayah, dan dalam
kurun waktu 3 (tiga) tahun mengalami perluasan sekitar 9,98% menjadi seluas
4.577 Ha atau 38,62% dari total luas wilayah Kota Bogor seluas 11.850 Ha.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan ruang bagi permukiman di Kota
Bogor menunjukkan perkembangan yang signifikan. Dengan semakin
berkembangnya lahan permukiman dan tuntutan kebutuhan ruang bagi
permukiman kedepannya, memunculkan kompleksitas permasalahan yang
akan mempengaruhi proses pembangunan dan perkembangan Kota Bogor
kedepannya apabila tidak direncanakan strategi penanganannya sejak dini.
Inkonsistensi pemanfaatan ruang terhadap RTRW di Kota Bogor
sebagian besar diakibatkan adanya perubahan tutupan lahan pada kawasan
konservasi di kelerengan 2-15% menjadi TPLK (kebun campuran/tegal), yang
kemudian perlahan-lahan berubah menjadi permukiman. Konsentrasi
perubahan tutupan lahan menjadi ruang terbangun adalah di kecamatan
Bogor Barat, Bogor Tengah dan Bogor Timur. Ini menunjukkan bahwa wilayah
tersebut menjadi prioritas pengembangan permukiman guna mengimbangi
perkembangan perkotaan pada kecamatan lainnya seperti Tanah Sareal dan
Bogor Utara. Sedangkan pusat perubahan lahan menjadi kebun
campuran/tegal berada di kecamatan Bogor Tengah dan Bogor Selatan.
Kecamatan Bogor Tengah selain untuk pengembangan perkotaan juga
merupakan daerah konservasi karena adanya KRB. Kecamatan Bogor Selatan
lebih diprioritaskan untuk pengembangan agrowisata dan industri pertanian.
Perlu adanya aturan yang tegas untuk menindak upaya pengalihan fungsi
lahan yang semakin jauh menyimpang dari fungsi semula.

128
Berdasarkan Perbandingan Ketersediaan Lahan (SL) terhadap
kebutuhan lahan (DL),dan Perbandingan Ketersediaan Air (SW) terhadap
Kebutuhan Air (DW), diketahui bahwa Daya Dukung Lahan dan Air Kota Bogor
sudah terlampaui (overshoot). Hal ini sangat terkait dengan pertambahan
penduduk dan pengalihan fungsi lahan. Pengalihan fungsi lahan di perkotaan
cenderung ke arah penutupan tanah dengan bahan-bahan semen yang tidak
tembus air, sehingga mengakibatkan terganggunya keseimbangan hidrologi.
Hidrologi kota menjadi masalah pelik karena urbanisasi meningkatkan luasan
permukaan tertutup semen, paving, aspal, sehingga air hujan tercegah masuk
ke dalam tanah dan menjadi limpasan permukaan yang berakhir pada krisis
ketersediaan air tanah.
Meskipun pemakaian air tanah pada tahun 2011 secara keseluruhan
hanya sekitar 37,75% dari potensi, tetapi mengingat tingkat pengambilan air
tanah tidak merata, maka hal tersebut mengakibatkan di tempat tertentu
sudah terlihat adanya penurunan muka air tanah yang signifikan, sehingga
terindikasi sudah masuk ke dalam zona rawan, kritis bahkan rusak seperti
yang terjadi di Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Timur dan Bogor Tengah.

C. ANCAMAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA


Kota Bogor adalah kota rawan bencana karena kontur tanahnya yang
labil, cuaca ekstrim dan ketidakpedulian warga terhadap lingkungannya.
Berdasarkan hasil pemetaan daerah potensi bencana di Bogor, dari enam
kecamatan dan 68 keluarahan di Kota Bogor, hampir separuh wilayahnya
adalah rawan banjir dan longsor.
Di wilayah Kota Bogor sedikitnya terdapat 32 titik rawan bencana alam
yang terdiri atas daerah rawan longsor dan banjir yang tersebar di 6 wilayah
kecamatan se Kota Bogor. Untuk wilayah Bogor Tengah ada 3 titik rawan
longsor, di Tanah sareal ada 6 titik rawan banjir, Bogor Barat 6 titik rawan
longsor dan banjir, Bogor Selatan 12 titik rawan longsor, Bogor Timur 3 titik
rawan banjir dan di wilayah Bogor Utara ada 2 titik rawan banjir.
Pada tahun 2014 tercatat lebih dari 40 peristiwa tanah longsor terjadi di
berbagai lokasi di Kota Bogor, dalam skala kecil hingga besar. Di Kecamatan
Bogor Selatan, terdapat 39 titik rawan longsor pada 11 kelurahan, meliputi
Kelurahan Cikaret, Empang, Bondongan, Batutulis, Pamoyanan, Cipaku,
Genteng, Muarasari, Lawanggintung, Harjasari, Rancamaya, Bojongkerta,
Mulyaharja, dan Pakuan. Kondisi ini terdapat pula di kecamatan lain seperti
halnya pada beberapa wilayah di Kecamatan Bogor Tengah, salah satunya
Kelurahan Gudang. Taksiran kerugian akibat bencana banjir dan longsor
mencapai Rp 9,8 milyar.
Selain potensi bencana banjir dan longsor, terdapat potensi bencana lain
yaitu pohon tumbang, angin ribut dan kebakaran (akibat petir dan arus
pendek). Petir di Bogor termasuk yang terdahsyat di wilayah Asia Tenggara.
Iklim mikro kota Bogor dipengaruhi climate change. Berdasarkan
informasi BMKG, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi kenaikan suhu
rata-rata di Kota Bogor sebesar 10 C. Perlu antisipasi terhadap dampak yang
akan ditimbulkan yaitu kondisi kekeringan dan banjir. Peningkatan
konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, telah menyebabkan
pemanasan global dan menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang
berdampak pada semua sektor kehidupan termasuk karakteristik hidrologi
Daerah Aliran Sungai Ciliwung. Perubahan ini berdampak pada kerawanan
terjadinya bencana baik banjir maupun longsor di kawasan DAS Ciliwung.

129
D. MOBILITAS PENDUDUK YANG AMAN, EFEKTIF, EFISIEN, DAN RAMAH
LINGKUNGAN
Transportasi telah menjadi salah satu isu utama di Kota Bogor yang
hampir 10 tahun ini terus menjadi perhatian. Masalah transportasi yang
menjadi sorotan adalah titik-titik kemacetan yang ada di Kota Bogor, sarana
prasarana lalu lintas yang tidak ramah pengguna, dicontohkan dengan kondisi
trotoar yang tinggi dan naik turun, halte yang kotor, underpass (dari kampus
IPB Baranangsiang menuju Kebun Raya Bogor) yang tidak digunakan, masih
banyak jalan-jalan yang berlubang, dan tingginya angka commuter di Kota
Bogor yang tidak didukung dengan transportasi Antar Kota Antar Provinsi
(AKAP) yang memadai.
Permasalahan-permasalahan tersebut menimbulkan dampak pada
meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas. Pengembangan sistem
transportasi yang utama dilakukan di Kota Bogor sebaiknya adalah moda
transportasi angkutan massal yang ramah lingkungan karena sesuai dengan
citra Kota Bogor sebagai kota yang hijau dan kota dalam taman. Fasilitasi
mobilitas penduduk dibarengi upaya mengurangi titik-titik kemacetan,
meningkatkan kedisiplinan pengguna jalan dan menyelesaikan penyebab-
penyebab kemacetan seperti penataan Pedagang Kaki Lima (PKL).

E. KEMISKINAN DAN PENYANDANG MASALAH SOSIAL


Ciri pembeda antara wilayah desa dan kota memang secara faktual
dapat dilihat secara kasat mata yang menunjukkan bias pembangunan fisik,
sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Kota memberikan kesan yang lebih
maju daripada desa.
Semua sisi kehidupan kota seolah memberi kesan kemakmuran hidup.
Padahal di sisi lainnya, terdapat keterbelakangan yang mencerminkan potret
ketidakberdayaan, kemiskinan yang terkonsentrasi pada pemukiman kumuh
(slum area).
Gambaran kaum miskin kota selain dari sisi rendahnya tingkat ekonomi,
ialah kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, pekerjaan tak tetap, lokasi
pekerjaan berpindah-pindah dan seringkalimenjadi obyek kejaran aparat. Tak
jarang, warga miskin di perkotaan terlibat tindakan kriminal yang meresahkan
kehidupan sosial.
Kemiskinan juga ditunjukkan dengan masih banyaknya kawasan
kumuh perkotaan. Masih terdapat 191,82 hektar kawasan kumuh, selain itu
masih ada sebanyak 753 KK (0,31%) yang menggunakan air sungai sebagai
MCK (Suseda, 2013) dan masih ada sebanyak 3.415KK (1,38%) tidak memiliki
kloset (WC).
Kemiskinan juga dapat dilihat dari banyaknya penyandang masalah
sosial, terutama yang menjadi sorotan adalah masih banyaknya jumlah
pekerja anak yang bekerja di jalanan. Diperkirakan ada lebih dari seribu anak
jalanan yang beroperasi di perempatan, pertigaan, angkutan kota, pasar, dan
terminal.Menurut Kepala Pelaksana Rehabilitasi Sosial Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (2013), jumlah gelandangan, pengemis, dan anak jalanan di Kota
Bogor, selalu meningkat setiap menjelang Lebaran, bahkan hingga dua kali
lipatnya.
Jumlah penduduk miskin di Kota Bogor mencapai 88.900 jiwa (9,16%).
Meskipun terus menurun dengan rata-rata 0,46 % per tahunnya, namun
memiliki peringkat ke-4 tertinggi dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa
Barat. Dari total penduduk Kota Bogor, 3,19% memiliki kategori sangat
miskin, 6,28% miskin, dan 8,39 % hampir miskin.Dari total jumlah penduduk
miskin, 29,45% tidak tamat SD, 55,18 % tamat SD/SMP dan 15,37 % tamat
SMA keatas.

130
Dampak yang dimunculkan dari persoalan kemiskinan ini menjadi
sangat kompleks sehingga persoalan ini menjadi isu strategis dengan tingkat
kemendesakan yang tinggi untuk penyelesaiannya.

F. PERTUMBUHAN PENDUDUK YANG TINGGI


Laju pertumbuhan penduduk di Kota Bogor pada tahun 2010-2011
mencapai 1,80 %,angka ini sama dengan laju pertumbuhan penduduk
pertahun Provinsi Jawa Barat yakni 1,80%. Namun laju pertumbuhan
penduduk Kota Bogormeningkat tajam pada tahun 2011 yaitu mencapai 4,06%
untuk kemudian turun kembali pada tahun 2012 menjadi 3,87%.
Pertumbuhan penduduk di Kota Bogor ini tidak hanya diakibatkan oleh
pertumbuhan penduduk alami (kelahiran), namun juga di sumbangkan oleh
migrasi manusia.
Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk tersebut, merupakan
tantangan dan pekerjaan rumah bagi pemerintah kota, khususnya untuk
SKPD yang menangani urusan kependudukan. Lajupertumbuhan penduduk
pada akhirnya tidak hanya mempengaruhidaya dukung dan daya tampung
kawasan semata, melainkan berpengaruh terhadap seluruh variabel pelayanan
sosial, karena keseluruhan pelayanan harus didasarkan pada jumlah
penduduk yang dilayani.

G. WARISAN BUDAYA YANG BELUM MENGAKAR SEBAGAI BAGIAN DARI


KARAKTER KOTA
Bogor memiliki sejarah yang panjang dengan identitas yang luar biasa
melekatpadanya. Keberadaan Ibukota Pajajaran, pusat pemerintahan pada
masa kolonial,pusat penelitian, wisata, kota dalam taman, dan pemukiman
paling nyaman,merupakan deretan julukan yang pernah melekat pada Kota
Bogor. Berbagaipeninggalan sejarahpun masih banyak yang tersisa di Kota
Bogor yang harusdilestarikan keberadaannya.
Namun demikian, kenyataannya, keberadaan dari bangunan dan
peninggalanbersejarah belum menjadi hal yang penting. Bangunan-bangunan
bersejarah di KotaBogor belum diperhatikan sebagai sebuah aset yang bernilai
tinggi. Hal ini dapatdilihat dari belum adanya kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah kota untuk mengatur,melindungi dan melestarikan bangunan
bersejarah. Kondisi ini dikuatkan denganbanyaknya bangunan cagar budaya
yang beralih fungsi menjadi bangunan komersialseperti hotel dan restoran.
Penghargaan terhadap warisan budaya tidak hanya berasal dari
pemerintahsebagai pihak yang merencanakan dan membangun kota.
Kepedulian juga harusdatang dari warga masyarakat. Rendahnya keterkaitan
antara warga dan kotanyaakan bermuara pada belum dihargainya peninggalan
kota.
Masyarakat Kota Bogor sebagian besar merupakan masyarakat
commuter yangbekerja di luar Kota Bogor sehingga hanya menghabiskan
waktunya di Kota Bogorketika malam dan akhir pekan. Sehingga sebagian
besar kurang memperdulikannasib kotanya. Ketidakpedulian masyarakat juga
ditunjukkan dengan kurangnyakepedulian warga terhadap lingkungan,
contohnya membuang sampah secara sembarangan, termasuk ke sungai.

H. PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN YANG BERKARAKTER DAN


PENGUATAN CITRA KOTA BOGOR (CITY BRANDING)
Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang menggerakkan
pertumbuhan sektor tersier di Kota Bogor. Perkembangan pariwisata Kota
Bogor akan mendorong tumbuhnya sektor perdagangan, hotel dan restoran,
serta sektor tersier lainnya.

131
Objek wisata yang terdapat di Kota Bogor cukup banyak, mulai dari
wisata berbasis alam, berbasis ekonomi kreatif, berbasis sejarah, wisata
kuliner, wisata berbasis pendidikan dan atau wisata ilmiah, serta wisata
rekreasi. Potensi lain pariwisata Kota Bogor adalah dikembangkannya
pariwisata berbasis botanical garden dan pengembangan wisata budaya yang
selama ini belum berkembang di Kota Bogor.
Pengembangan pariwisata Kota Bogor ke depan perlu perencanaan yang
komprehensif, dengan mengidentifikasi potensi, jenis-jenis pariwisata, dan
daya dukung terhadap destinasi wisata, serta sesuai dengan karakter Kota
Bogor. Pengembangan wisata yang merubah bentang alam (tidak berbasis
sumberdaya alam) sebaiknya tidak dikembangkan di Kota Bogor.
Peningkatan sarana dan prasarana penunjang pariwisata Kota Bogor
perlu ditingkatkan seperti pusat informasi pariwisata, pengembangan destinasi
wisata, termasuk sistem transportasi menuju lokasi objek wisata. Seperti yang
diketahui bahwa masalah kemacetan merupakan permasalahan yang dihadapi
Kota Bogor dalam beberapa tahun terakhir.
Karakter Kota Bogor sendiri adalah kota yang memiliki kenyamanan bagi
masyarakatnya, memiliki julukan Kota Hujan, udara yang sejuk, memiliki
kawasan heritage dengan keberadaaan gedung peninggalan sejarah, seperti
istana presiden sebagai peninggalan zaman kolonial, keberadaan Kebun Raya,
bahkan memiliki sejarah pra kolonial sebagai pusat Kerajaan Pajajaran.
Degradasi lingkungan, hilangnya identitas kota yang merupakan
dampak negatif yang sering ditimbulkan secara umum akibat perkembangan
pariwisata perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal tersebut agar
berkembangnya pariwisata di Kota Bogor tetap memberikan kenyamanan bagi
penduduk asli yang tingggal di Kota Bogor, dan juga nyaman bagi para
wisatawan yang berkunjung ke Kota Bogor.
Penguatan citra Kota Bogor (city branding) menjadi penting untuk
meminimalisir salah satu dampak tersebut, sehingga karakterisitik Kota Bogor
tetap terjaga dan menjadi kekhasan tersendiri dibandingkan dengan daerah
lain di sekitarnya, khususnya dalam lingkup wilayah Jabodetabek dan
kota/kabupaten di Jawa Barat.

I. PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN DAN EKONOMI KREATIF


Sektor industri pengolahan di Kota Bogor memiliki kontribusi terbesar
kedua setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor industri memiliki
tren yang meningkat berdasarkan kurun waktu lima tahun terakhir, pada
tahun 2008 kontribusi sektor industri pengolahan sebesar 25,10% dan pada
tahun 2012 berkontribusi sebesar 27,51% terhadap total PDRB. Peningkatan
tersebut menunjukkan bahwa kegiatan industri pengolahan di Kota Bogor
mengalami perkembangan yang baik, begitu juga potensinya untuk
dikembangkan.
Industri unggulan dan ekonomi kreatif sangat potensial untuk
dikembangkan di Kota Bogor, dengan mendorong industri kecil dan atau
UMKM, serta industri kreatif. Namun permasalahan klasik yang sering
dihadapi dalam pengembangan industri kecil mengengah, UMKM maupun
industri kreatif diantaranya adalah sulitnya akses permodalan, masih sulitnya
pemasaran dikarenakan belum berkembangnya sentra-sentra produksi,
sumberdaya pelaku IKM, UMKM, serta masih rendahnya jiwa kewirausahaan
insan kreatif.
Kota Bogor memiliki potensi pengembangan industri pengolahan yang
cukup besar, diantaranya adalah pabrik sepatu/sandal di Kelurahan Cikaret
Kecamatan Bogor Selatan. Industri kreatif yang cukup menonjol di Kota Bogor

132
diantaranya adalah fesyen, kuliner, dan kerajinan/produk olahan dari bambu
yang dibuat menjadi untuk souvenir atau oleh-oleh.
Potensi industri pengolahan IKM, UMKM dan industri kreatif sangat
strategis untuk dikembangkan, dan tidak dapat dipungkiri merupakan akibat
dari berkembangnya pariwisata diKota Bogor. Begitu pula sebaliknya,
perkembangan sektor industri dan industri kreatif mendukung pariwisata Kota
Bogor. Pengembangannya memiliki multipliereffect terhadap perkembangan
sektor lain, artinya memberikan efek positif terhadap sektor lain, dan juga
dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk menjawab tingginya angka
pengangguran di Kota Bogor. Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan
industri unggulan dan ekonomi kreatif ini adalah persaingannya dengan
daerah-daerah lain yang dekat secara geografis dan telah dikenal jauh-jauh
hari sebelumnya sebagai pusat kreatifitas seperti Kota Bandung.

J. PENATAAN, PENERTIBAN DAN PEMBERDAYAAN PKL


Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi masalah hanya karena satu hal saja:
bahwa aktivitas perdagangannya dilakukan di tempat yang bukan seharusnya.
Akibatnya dari hal ini menjadi panjang: kemacetan, kekumuhan, premanisme.
Oleh karenanya, menyediakan ruang yang legal dan memang
dikhususkan bagi PKL untuk berdagang adalah solusi utama. Ruang-ruang
tersebut salah satunya adalah pasar tradisional.
Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai
dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung. Pasar tradisional
biasanya ada proses tawar menawar, bangunan yang terdiri dari kios-kios atau
gerai, kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan
makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, jasa
dan lain-lain.
Kondisi pasar tradisional di Kota Bogor secara umum hingga saat ini
masih memprihatinkan, pasar tradisional terkesan semrawut dan kumuh. Hal
tersebut dicirikan dengan sampah yang berserakan, becek, bau menyengat,
dan sistem keamanan yang minim.
Kondisi fisik pasar tersebut mengakibatkan menurunnya daya saing
pasar tradisional terhadap pasar modern yang sekarang beberapa tahun
belakangan ini berkembang pesat. Permasalahan seperti buruknya manajemen
pasar, sarana dan prasarana pasar yang sangat minim, dan tidak terlepas dari
menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL), menambah buruknya stigma pasar
tradisional. Namun demikian keberadaan pasar tradisonal di Kota Bogor
memiliki nilai strategis dimana pasar tradisional merupakan pasar yang paling
sering dikunjungi pembeli, terdapat banyak pedagang ritel tradisional,
kemudahan akses bagi pemasok kecil termasuk petani.
Keberadaan pasar tradisional memberikan manfaat bagi pembeli,
penjual, dan ekonomi wilayah secara keseluruhan. Subsektor perdagangan
eceran (termasuk didalamnya pasar tradisional) di Kota Bogor juga memiliki
kontribusi yang cukup besar terhadap total PDRB.Revitalisasi pasar tradisional
menjadi hal baik dalam rangka untuk meningkatkan kenyamanan dan
kualitas pasar agar bisa bersaing dangan pasar modern serta menjadi sentra
pertumbuhan ekonomi masyarakat Kota Bogor.
Menurut Perusahaan Daerah (PD) Pasar, terdapat enam pasar yang akan
direvitalisasi adalah Pasar Devris Jalan Raya Veteran, Pasar Gunung Batu,
Pasar Cumpok, Pasar Taman Kencana, Pasar Bogor dan Pasar
Yasmin.Revitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah harus dapat
meningkatkan kualitas pelayanan pasar tradisional dari segi fasilitas sarana-
prasarana, dan manajemen pengelolaan pasar. Pengelolaan pasar yang baik
pada akhirnya juga akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar pasar,

133
tersalurnya produk-produk lokal, penyerapan sumberdaya setempat,
terkelolanya dampak cemaran kegiatan pasar, serta tertatanya akses
transportasi. Seperti yang diketahui bahwa aktivitas pasar cenderung
mengakibatkan kemacetan.
Revitalisasi pasar tradisional berdampak strategis terhadap penanganan
permasalahan yang terjadi, seperti permasalahan PKL, dan kemacetan.
Revitalisasi diharapkan mampu mengakomodir PKL yang selama ini belum
memiliki kios, serta titik kemacetan yang ditimbulkan oleh aktivitas pasar.
Revitalisasi pasar sebaiknya juga diintegrasikan dengan sistem transportasi
sehingga dapat mengurai kemacetan yang menjadi permasalahan Kota Bogor
berapa tahun belakang ini. Pada akhirnya, revitalisasi pasar menjadi salah
satu jawaban akan penyediaan ruang khusus bagi PKL. Selain itu, penyediaan
ruang dapat dilakukan melalui zoning regulation, ialah regulasi tentang
penetapan zona-zona khusus PKL, biasanya terletak di sepanjang jalan.

K. PENGELOLAAN KOTA BERBASIS SMART CITY


Tantangan besar yang dihadapi Kota Bogor dalam lima tahun mendatang
adalah juga bagaimana perkembangan teknologi informasi yang sedemikian
pesatnya dapat dioptimalisasikan untuk mendukung pengelolaan kota. Dalam
waktu-waktu mendatang, akan menjadi hal yang jauh tertinggal dan inefisien
ketika pengelolaan kota masih dijalankan dengan cara-cara yang konvensional
atau cara-cara yang selama ini dipraktekkan selama sekian lama.
Perkembangan teknologi telah membawa berbagai kemudahan dalam
hidup kita, dan seyogyanya teknologi itu juga dimanfaatkan dalam pengelolaan
kota. Sebenarnya ini bukan menjadi barang baru, karena telah lama kita
mengenal istilah e-government(atau e-gov). Hanya saja, penerapannya yang
memang masih menjumpai banyak kendala. Di tingkat negara, pada tahun
2012 Indonesia tidak termasuk daftar 50 negara teratas dalam hal kesiapan
penerapan e-Government (sedangkan dua negara tetangga kita, yaitu Singapura
dan Malaysia, masuk ke dalam daftar tersebut) (United Nations Department of
Economic and Social Affairs 2012).
Dalam konteks antar kota di Indonesia, Kota Bogor sudah sangat
selayaknya mengimplementasikan sepenuhnya e-government. Keberadaan
perguruan tinggi terkemuka di kota Bogor dan lembaga-lembaga penelitian dan
ilmu pengetahuan sehingga mengentalkan Bogor juga sebagai kota pendidikan,
ditambah lagi posisi strategisnya sebagai satelit ibukota negara, memperkuat
konteks penerapan e-gov di Kota Bogor, bahkan jika memungkinkan menjadi
kota yang terdepan dibanding yang lainnya.
Pada akhirnya, penerapan e-gov hanya menjadi salah satu pilar dari kota
yang cerdas (smart city). Pendidikan yang berkualitas, proses pengambilan
keputusan publik yang cerdas, dan masyarakat pembelajar (learning society),
adalah pilar-pilar lainnya sehingga kota yang cerdas ini tidak hanya
menyentuh pada aspek infrastruktur teknologi informasi saja, tetapi juga
menyentuh soal sosial-budaya masyarakat.

134
BAB V
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V.1.VISI
Visi amatlah penting dalam suatu kebijakan pembangunan mengingat visi
adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan. Dengan adanya visi, maka segala sumber daya dapat digunakan
secara terarah, guna mewujudkan kondisi akhir yang dicita-citakan melalui
serangkaian tahapan kegiatan. Oleh karena itu, visi pembangunan mempunyai
berbagai fungsi diantaranya:
a. sebagai arah bagi semua kebijakan pembangunan;
b. sebagai tujuan dan sasaran akhir yang hendak dicapai oleh kebijakan
pembangunan,
c. sebagai acuan dalam penyusunan program dan anggaran pembangunan,
dan
d. sebagai sarana untuk melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap
semua kebijakan pembangunan.

Lebih jauh, visi pembangunan dapat menjadi pranata yang berfungsi


sebagai pedoman perilaku pembangunan, sebagai alat pemersatu masyarakat
dalam pembangunan, dan sebagai sarana pengendali sosial dalam
pembangunan. Penentuan visi pembangunan dengan misi dan strategi
pencapaiannya amatlah penting, agar proses pembangunan dapat
dilaksanakan dengan arah dan kebijakan yang jelas. Berhubung dengan itu,
untuk menjawab permasalahan dan isu strategis daerah ke depan, maka visi
pembangunan Kota Bogor untuk jangka waktu 2015-2019 adalah sebagai
berikut: “Kota Bogor yang nyaman, beriman dan transparan”

Kalimat visi di atas mengandung tiga kata kunci yaitu nyaman, beriman
dan transparan. Pemaknaan tiga kata kunci tersebut secara lebih lanjut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Nyaman
Makna Nyaman merupakan kondisi yang dirasakan masyarakat dalam
melakukan berbagai aktivitas, seperti bekerja, berusaha, belajar, tumbuh
dan aktifitas-aktifitas lain yang dilakukan di dalam kota oleh setiap elemen
masyarakat. Pada dasarnya kondisi tersebut dapat terpenuhi sedikitnya
oleh tiga faktor. Faktor pertama terkait dengan kualitas lingkungan, yang
mana kota dapat mencerminkan kondisi yang sehat dan bersih dengan
tingkat pencemaran (meliputi air, tanah dan udara) dapat dikendalikan
dengan baik. Kota yang nyaman adalah kota yang baik secara klimatik
(iklim yang sejuk), indah secara visual, maupun secara aromatik. Kondisi
fisik lingkungan yang baik, dicerminkan juga dari sisi ketersediaan fasilitas
perkotaan yang memadai untuk seluruh warga termasuk anak, perempuan,
lansia, dan difabel, ramah pengguna dengan akses yang mudah dalam
mendukung aktifitas masyarakat menuju taraf kehidupan yang lebih baik.
Faktor kedua kondisi nyaman juga harus dipenuhi dari sektor ekonomi
seperti dunia usaha yg kondusif; kemudahan mendapat pekerjaan; dan
berkembangnya ekonomi kreatif. Sedangkan faktor terakhir adalah
berkaitan dengan kultur masyarakat yang baik. Kenyamanan didapat
ketika warga juga merasa aman dengan kehidupan berbudaya yang
tumbuh dilingkupi oleh modal sosial yang guyub.

135
b. Beriman
Makna Beriman, diterjemahkan ke dalam berkembangnya aktivitas
kehidupan beragama yang lebih bermakna. Hal ini merupakan perwujudan
dari masyarakat yang memiliki nilai-nilai agama dan moral yang tidak
hanya sebagai cerminan nilai pribadi, namun terimplementasikan ke dalam
kehidupan bersosialisasi antar sesama dan kepedulian terhadap
lingkungan hidup yang dijadikan tempat tinggal dan berlangsungnya
berbagai aktivitas. Harmonisasi pun tidak hanya terjadi diantara
masyarakat saja, namun juga dengan lingkungannya. Selanjutnya
perhatian terhadap generasi muda menjadi penting dalam menjamin
terjaganya nilai dan norma ditengah gencarnya dampak negatif dari arus
globalisasi.

c. Transparan
Makna Transparan, lebih ditekankan pada proses berlangsungnya
pemerintahan kota dalam mengefektifkan tugas dan fungsi, serta mengawal
arah pembangunan kota ke depan. Transparansi menuntut kecakapan dan
peran aktif pemerintah dalam membuka diri, melayani, bekerja sama
dengan berbagai pihak dalam melaksanakan program-program
pembangunan, sehingga pemenuhan target pembangunan menjadi sebuah
aksi kolaboratif bersama elemen masyarakat lain. Sebagai bagian dari
transparansi, jalannya program-program pembangunan dapat diakses oleh
masyarakat sehingga hak masyarakat atas informasi publik dapat
terpenuhi.
Makna Transparan kemudian diartikan juga sebagai pemerintahan yang
demokratis, yang mana pemerintah mampu menyerap aspirasi warganya.
Selain itu, transparan mencerminkan penyelenggara pemerintahan yang
bersih dan bebas KKN. Pada prosesnya pemerintahan juga mampu
menerapkan e-government secara adil, tepat, efektif, dan terintegrasi.

V.2.MISI
Untuk mewujudkan visi pembangunan Kota Bogor 2015-2019 tersebut,
dapat ditempuh melalui enam misi pembangunan sebagai berikut:
a. Menjadikan Bogor kota yang cerdas dan berwawasan teknologi
informasi dan komunikasi
Kota yang cerdas direpresentasikan oleh iklim lingkungan belajar yang
tumbuh di tengah masyarakat. Hal ini diharapkan semakin berkembang
dengan ketersediaan berbagai fasilitas yang mendorong kemudahan
masyarakat untuk mengangkses pengetahuan, utamanya lewat
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Masyarakat dapat
mengakses informasi yang luas dan mendorong terjadinya proses
pengambilan keputusan publik yang cerdas. Penyelenggaraan pemerintah
dan pelayanan publik dilakukan dengan basis Sistem Informasi Manajemen
yang terintegrasi. Sistem Informasi Manajemen itu sekaligus menjadi
decision support system sehingga proses pengambilan keputusan publik
dapat dilakukan secara cerdas pula.

b. Menjadikan Bogor kota yang sehat dan makmur


Kota yang sehat mencerminkan masyarakat dengan kemudahan terhadap
akses layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang memadai kemudian
diimbangi pula oleh kesadaran masyarakat dalam berperilaku sehat, mulai
dari lingkungan rumah tangga sampai lingkungan perkotaan.
Masyarakat yang sehat mendorong masyarakat yang lebih produktif
sehingga masyarakat dapat memperoleh kesempatan berkarya secara
maksimal. Kesempatan untuk berkarya inilah yang menjadi kunci menuju

136
kemakmuran. Selain itu, ketersediaan barang-barang konsumsi yang
terjangkau mnejadi penunjang bagi kemakmuran sebuah kota.

c. Menjadikan Bogor kota yang berwawasan lingkungan


Wawasan lingkungan bukan hanya menjadi upaya namun juga menjadi
budaya bagi setiap elemen masyarakat. Penerapan green city, rendah
karbon, ramah lingkungan, penanganan sampah, diinternalisasikan
sebagai gaya hidup. Kota yang berwawasan lingkungan didukung pula oleh
peraturan-peraturan dan kebijakan yang menjamin upaya pelestarian
dapat berjalan seiring dengan pertumbuhan kota.

d. Menjadikan Bogor sebagai kota jasa yang berorentasi pada


kepariwisataan dan ekonomi kreatif
Masyarakat dengan individu-individu yang kreatif dapat menumbuhkan
industri kreatif, yang pada akhirnya dapat bersinergi dalam mendukung
tumbuhnya industri pariwisata. Masyarakat tersebut dapat tumbuh
ditengah-tengah karakter kota yang kuat. Hal tersebut merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga upaya mendesain kota
harus dilakukan secara komprehensif untuk seluruh sudut kota. Lanskap
kota yang berbudaya menguatkan citra kota yang kemudian menjadi aset
dan juga identitas kota. Hal tersebut diikuti dengan berkembangnya
proses-proses kreatif sehingga industri-industri kreatif dapat terus
tumbuh.

e. Mewujudkan pemerintah yang bersih dan transparan


Pemerintah yang bersih merupakan pemerintah yang dapat menjamin tidak
adanya praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme dalam perjalanan
roda pemerintahan. Reformasi birokasi menjadi syarat dalam menjalankan
roda pemerintahan. Pemerintah aktif membuka diri bagi masyarakat dan
juga membuka peluang-peluang kerjasama dengan berbagai pihak.
Pemenuhan hak masyarakat akan informasi publik menjadi bagian dari
upaya transparansi. Selanjutnya sinergitas dilakukan guna menyatukan
berbagai potensi dan stabilitas kebijakan demi kemajuan pembangunan
kota.

f. Mengokohkan peran moral agama dan kemanusiaan untuk


mewujudkan masyarakat madani.
Peran moral agama dan kemanusiaan bukan hanya menjadi hal yang
tumbuh dan mempengaruhi ranah individual saja, namun dapat menjadi
nafas penggerak pembangunan kota. Kota berkembang dimana masyarakat
hidup rukun dan damai. Setiap warga, kelompok, atau lembaga menjadi
agen pembawa kedamaian dan penyadaran bagi sesama untuk
menerapkan nilai moral, agama, dan kemanusiaan dalam kehidupan
sehari-hari.

V.2.1. JANJI-JANJI POLITIK

Visi dan misi Kota Bogor 2015 - 2019 sebagaimana tersebut di atas
bersumber dari visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota terpilih pada saat
masa kampanye. Mengiringi visi dan misi tersebut, disampaikan pula janji-janji
politik yang rumusannya lebih teknis operasional dibanding visi-misi dan
tentunya menjadi bagian dari target yang harus dipenuhi selama lima tahun ke
depan.

137
Janji-janji politik tersebut dikelompokkan berdasarkan misi yang
menaungi, disajikan sebagai berikut:

MISI JANJI-JANJI POLITIK


I. MENJADIKAN Peningkatan SDM pengajar PAUD dan standarisasi
BOGOR KOTA YANG sarpras minimal
Pemerataan PAUD SD, SMP, SMA dan SMKN di
ketersediaan
CERDAS DAN setiap
Sekolahkecamatan
gratis 12 tahun
BERWAWASAN
TEKNOLOGI Beasiswa bagi guru dan pelajar pada jenjang dasar dan
INFORMASI DAN menengah
Menyediakan sebanyak 100 orang
buku paket per tahun
pelajaran
KOMUNIKASI Meningkatkan kegiatan penelitian siswa di sekolah-
sekolah
Meningkatkan penggunaan teknologi dalam proses
belajar mengajar
Menyediakan bus pelajar
II. MENJADIKAN Pengembangan Puskesmas Induk Rawat Inap di setiap
BOGOR KOTA YANG kecamatan
Pembangunan RSUD
SEHAT DAN Kunjungan dokter pada keluarga Pra-Sejahtera
MAKMUR
Peningkatan pelayanan Posyandu
Pelayanan kesehatan gratis
Pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta
bantuan usahasarana
Meningkatkan kecil prasarana olahraga
III. MENJADIKAN Pengendalian perizinan dan mewujudkan pengendalian
BOGOR KOTA YANG pembangunan yang berwawasan lingkungan dan
BERWAWASAN berbudaya
LINGKUNGAN Peningkatan kawasan pejalan kaki (pedestrian)
Penataan dan penyediaan lahan parkir
IV. MENJADIKAN Menyediakan ruang-ruang yang dapat memfasilitasi
BOGOR SEBAGAI tumbuh berkembangnya kreatifitas dan jejaring ekonomi
KOTA JASA YANG kreatif di setiap kelurahan
BERORIENTASI Meningkatkan kreatifitas melalui penyelenggaraan event-
PADA event kreatif
KEPARIWISATAAN Menyediakan bus wisata
DAN EKONOMI Memberdayakan sarana publik dan museum
KREATIF
Menyediakan kawasan relokasi PKL
Percepatan infrastruktur daerah
V. MEWUJUDKAN Transparansi APBD melalui penyediaan akses
PEMERINTAH YANG informasinya di setiap kelurahan
BERSIH DAN Kerja sama pengawasan dengan KPK
TRANSPARAN Peningkatan pelayanan publik hingga tingkat kelurahan
Peningkatan BOP bagi Kader Posyadu, RT, RW, LPM,
dan Linmas
Pembangunan kantor KPUD Kota Bogor
VI. MENGOKOHKAN Membangun karakter (character building) dan akhlaqul
PERAN MORAL karimah melalui ekstra kurikuler
AGAMA DAN Penambahan kesejahteraan bagi guru mengaji
KEMANUSIAAN
UNTUK
MEWUJUDKAN
MASYARAKAT
MADANI

138
V.3.TUJUAN DAN SASARAN

Penjabaran seluruh misi ke dalam masing-masing tujuan dan sasaran,


selanjutnya ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 1 Tabel Penjabaran Misi, Tujuan dan Sasaran


MISI TUJUAN SASARAN
I.MENJADIKAN MENINGKATKAN Terwujudnya sistem pemerintahan
BOGOR KOTA IMPLEMENTASI E- berbasis Teknologi Informasi dan
YANG CERDAS GOVERNMENT Komunikasi (TIK)
DAN Meningkatnya kualitas pelayanan
BERWAWASAN publik berbasis Teknologi Informasi
TEKNOLOGI dan Komunikasi (TIK)
INFORMASI Meningkatnya akses masyarakat
DAN terhadap sistem informasi dan
KOMUNIKASI komunikasi
MENCIPTAKAN Berkembangnya minat baca dan
LINGKUNGAN BELAJAR belajar di masyarakat
DENGAN MODAL Berkembangnya ruang kreasi,
SOSIAL YANG KUAT inovasi, dan berbagi untuk
masyarakat
MENDORONG PROSES Meningkatnya partisipasi
PENGAMBILAN masyarakat yang berkualitas dalam
KEPUTUSAN PUBLIK perencanaan pembangunan
YANG CERDAS Meningkatnya partisipasi
masyarakat yang berkualitas dalam
pelaksanaan pembangunan
Meningkatnya pelayanan dan
penanganan pengaduan masyarakat
dalam proses pembangunan
Tersedianya baseline data yang
kuat, akurat dan mutakhir
MENGEMBANGKAN Berkembangnya kegiatan
KUALITAS DAN pendidikan yang mendukung
PEMERATAAN AKSES kompetensi dan karakter
PENDIDIKAN DALAM Meningkatnya pemerataan akses
UPAYA MENCETAK dan kualitas pendidikan formal, non
GENERASI MUDA formal dan informal
YANG TANGGUH DAN Terciptanya generasi muda yang
BERKOMPETEN berprestasi
II.MENJADIKA MENINGKATKAN Meningkatnya aksesibilitas
N BOGOR KESADARAN DAN masyarakat miskin terhadap
KOTA YANG KEMAMPUAN layanan kesehatan
SEHAT DAN MASYARAKAT UNTUK Menurunnya kasus penyakit
MAKMUR HIDUP DAN menular
BERPERILAKU SEHAT Meningkatnya kualitas kesehatan
individu dan keluarga
Meningkatnya pengetahuan
masyarakat mengenai perilaku
bersih dan sehat bagi diri sendiri
dan lingkungannya
MENINGKATKAN Meningkatnya aksesibilitas
KUALITAS masyarakat terhadap pengelolaan
PERMUKIMAN air limbah yang layak
Berkurangnya kawasan
permukiman kumuh
Tersedianya pelayanan air minum

139
MISI TUJUAN SASARAN
yang memadai
MEREVITALISASI Meningkatnya jumlah dan kualitas
RUANG PERKOTAAN taman-taman kota sebagai ruang
YANG LEBIH SEHAT publik yang sehat,asri, aman, dan
DAN NYAMAN UNTUK ramah pengguna
SEMUA ELEMEN Terpenuhinya kebutuhan kelompok
MASYARAKAT berkebutuhan khusus di ruang
(TERMASUK ANAK, publik
PEREMPUAN, LANSIA,
DAN DIFABEL)
MENINGKATKAN Tertangani dan terfasilitasinya
KETAHANAN kelompok Penyandang Masalah
KELOMPOK Kesejahteraan Sosial (PMKS)
PENYANDANG Meningkatnya kesejahteraan
MASALAH keluarga dan kualitas hidup warga
KESEJAHTERAAN miskin
SOSIAL (PMKS) Terwujudnya perlindungan
perempuan dan anak terhadap
tindak kekerasan
MENINGKATKAN Meningkatnya kegiatan
PRODUKTIVITAS DAN perekonomian dan aksesibilitas
AKSES MASYARAKAT masyarakat terhadap lapangan
TERHADAP pekerjaan yang produktif
PENGHIDUPAN YANG Meningkatnya jiwa kewirausahaan
LAYAK dan iklim yang kondusif untuk
berkreasi dan berusaha di
masyarakat
Berkembangnya agribisnis
perkotaan
Terjaminya kualitas dan kebutuhan
pangan masyarakat
III.MENJADIKA MENINGKATKAN Tersusunnya kebijakan penataan
N BOGOR KUALITAS PENATAAN ruang yang berwawasan lingkungan
KOTA YANG RUANG Meningkatnya implementasi rencana
BERWAWASAN tata ruang dan kendali terhadap
LINGKUNGAN pemanfaatan ruang
Meningkatnya luasan dan kualitas
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota
Tertatanya Pedagang Kaki Lima
(PKL) serta pasar tradisional
MENINGKATKAN Menurunnya tingkat pencemaran
KUALITAS DAYA akibat aktivitas perkotaan
DUKUNG DAN DAYA Meningkatnya upaya pemulihan dan
TAMPUNG konservasi sumber daya alam
LINGKUNGAN KOTA Terwujudnya penataan dan
pelestarian Daerah Aliran Sungai
(DAS)
Meningkatnya peran serta
masyarakat dalam pelestarian
lingkungan
MENGEMBANGKAN Terwujudnya sistem angkutan
TRANSPORTASI KOTA umum kota yang nyaman dan
YANG ramah lingkungan
MENGUTAMAKAN Meningkatnya kualitas sarana
ANGKUTAN UMUM prasarana pejalan kaki dan
MASSAL, PEJALAN pengguna sepeda

140
MISI TUJUAN SASARAN
KAKI DAN PESEPEDA Berkurangnya kemacetan
MENDORONG Meningkatnya pencegahan dan
PEMBANGUNAN KOTA kesiapsiagaan terhadap bencana
YANG TANGGAP Meningkatnya tanggap darurat saat
RISIKO BENCANA DAN bencana
DAMPAK PERUBAHAN Meningkatnya pemulihan pasca
IKLIM bencana
Meningkatnya pengelolaan mitigasi
dan adaptasi terhadap perubahan
iklim
MENERAPKAN Meningkatnya pelayanan
PENGELOLAAN persampahan
SAMPAH YANG Meningkatnya Pengelolaan Sampah
TERPADU DAN Berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
BERKELANJUTAN Internalisasi pengelolaan sampah
sebagai bagian dari budaya hidup
masyarakat
IV.MENJADIKA MENJADIKAN Meningkatnya peran serta
N BOGOR WARISAN BUDAYA masyarakat dalam pengelolaan
SEBAGAI SEBAGAI ASET KOTA warisan budaya
KOTA JASA Terpeliharanya kelestarian warisan
YANG budaya
BERORIENTAS Tersedianya kebijakan/peraturan
I PADA daerah yang mengatur warisan
KEPARIWISAT budaya
AAN DAN MENGUATKAN Meningkatnya fungsi kawasan
EKONOMI IDENTITAS DAN CITRA penyangga kebun raya secara fisik,
KREATIF KOTA BOGOR (CITY visual dan ekologis
BRANDING) Diterapkannya konsep perancangan
kota (urban design), termasuk street
furniture, yang meningkatkan citra
kota
Dijadikannya Bogor sebagai Pusat
Pengetahuan dan Penelitian bidang
pertanian dan botani
Tumbuh berkembangnya aktivitas
MICE (Meeting, Incentives,
Conferences/Convention,
Exhibitions/Events)
MENGEMBANGKAN Berkembangnya destinasi wisata
PARIWISATA KOTA Meningkatnya peran kelembagaan
BOGOR YANG pariwisata
BERKARAKTER Berkembangnya Industri pariwisata
MENGEMBANGKAN Terciptanya iklim industri kreatif
IKLIM EKONOMI Terjalinnya kemitraan antar pelaku
KREATIF industri kreatif
Terciptanya SDM yang kreatif dan
wirausahawan kreatif
V.MEWUJUDK MEMPERCEPAT Terwujudnya pemerintahan yang
AN PELAKSANAAN bersih dan bebas korupsi, kolusi,
PEMERINTAH REFORMASI dan nepotisme
YANG BERSIH BIROKRASI Meningkatnya kapasitas dan
DAN akuntabilitas kinerja birokrasi
TRANSPARAN Meningkatnya kualitas pelayanan
publik kepada masyarakat
Meningkatnya pemenuhan hak

141
MISI TUJUAN SASARAN
masyarakat akan informasi publik
MENINGKATKAN Terbangunnya kesepahaman
KOORDINASI DAN bersama antar daerah mengenai isu-
KERJA SAMA ANTAR isu lintas wilayah dalam bidang
DAERAH DAN ekonomi dan pengembangan
INTERNASIONAL wilayah, pelayanan publik, serta
lingkungan hidup
Menguatnya kelembagaan kerja
sama antar daerah dan
internasional
MENINGKATKAN Meningkatnya event-event yang
SINERGITAS ANTARA memunculkan ikatan dan kecintaan
PEMERINTAH KOTA antara warga dan kotanya
DENGAN ELEMEN Terfasilitasinya organisasi,
MASYARAKAT komunitas dan sejenisnya yang
memiliki fokus terhadap
pembangunan kota
Optimalisasi keberadaan dan peran
serta berbagai perguruan tinggi,
perusahaan swasta, BUMN, BUMD
dan lembaga swadaya masyarakat
setempat dalam pembangunan kota
Bogor
Tersedianya ruang bagi elemen
warga untuk turut memberi
pertimbangan dalam segala
pengambilan kebijakan mengenai
pembangunan kota
MENGUATKAN Tersusunnya perundangan daerah
PERUNDANGAN yang sinkron dan sinergis
DAERAH Harmonisnya perundangan daerah
Tegaknya perundangan daerah
VI.MENGOKOH MENINGKATKAN Digunakannya nilai-nilai agama dan
KAN PERAN INTEGRASI NILAI – kemanusiaan sebagai pedoman
MORAL NILAI AGAMA DAN dalam kehidupan sehari-hari
AGAMA DAN KEMANUSIAAN DALAM
KEMANUSIAAN IMPLEMENTASI
UNTUK KEHIDUPAN
MEWUJUDKAN MENDORONG Terselenggaranya aktivitas lintas
MASYARAKAT HARMONISASI DAN agama
MADANI KERUKUNAN ANTAR Terdeteksi dan tertanganinya
UMAT BERAGAMA potensi permasalahan antar umat
beragama
MENDORONG PERAN Meningkatnya peran lembaga agama
LEMBAGA-LEMBAGA dan organisasi kemasyarakatan
AGAMA DAN dalam aktivitas pembangunan
ORGANISASI masyarakat
KEMASYARAKATAN
DALAM
MENINGKATKAN
KUALITAS KEHIDUPAN
UMAT

142
BAB VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan


komprehensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan
sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Strategi harus dijadikan salah satu
rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah (strategy focussed-
management). Rumusan strategi berupa pernyataan yang menjelaskan
bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai yang selanjutnya diperjelas
horison waktunya dengan serangkaian arah kebijakan.

VI.1. STRATEGI
Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-program
indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Satu strategi dapat terhubung
dengan pencapaian satu sasaran. Dalam hal beberapa sasaran bersifat
inherent dengan satu tema, satu strategi dapat dirumuskan untuk mencapai
gabungan beberapa sasaran tersebut.
Dalam mencapai pembangunan Kota Bogor lima tahun ke depan, maka
terdapat strategi-strategi dari setiap sasaran yang disampaikan sebagai
berikut:
MISI 1.
MENJADIKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS
DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
TUJUAN I. MENINGKATKAN IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT
NO SASARAN STRATEGI
1 Terwujudnya sistem Optimalisasi penggunaan Teknologi Informasi
pemerintahan berbasis dan Komunikasi (TIK) dalam mempermudah
Teknologi Informasi dan pertukaran data dan informasi serta proses
Komunikasi (TIK) komunikasi antar unit pemerintah. Untuk itu,
dibutuhkan Sistem Informasi Manajemen
(SIM) yang terintegrasi antar OPD.
2 Meningkatnya kualitas Meningkatkan penggunaanTeknologi Informasi
pelayanan publik dan Komunikasi (TIK) dalam memberikan
berbasis Teknologi pelayanan publik sehingga pelayanan dapat
Informasi dan diberikan secara online yang cepat, mudah
Komunikasi (TIK) dantransparan. OPD-OPD yang ada didorong
mengembangkan pelayanan semacam ini
melalui pembuatan dan operasionalisasi
Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang
terintegrasi.
3 Meningkatnya akses Meningkatkan akses terhadap internet dalam
masyarakat terhadap fungsi edukasi dan produktif di ruang publik,
sistem informasi dan instansi pemerintah, dan lokasi strategis
komunikasi lainnya. Hal ini harus dibarengi dengan upaya
e-literacy (melek internet) bagi masyarakat
luas.

TUJUAN II. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN MODAL


SOSIAL YANG KUAT
NO SASARAN STRATEGI
1 Berkembangnya minat Menyusun dan mengembangkan beragam
baca dan belajar di fasilitas baca dan perpustakaan serta lokasi
masyarakat khusus pasar buku murah untuk
mempermudah akses masyarakat terhadap
bahan bacaan.

143
NO SASARAN STRATEGI
2 Mengembangkan ruang Menyediakan ruang dan aktivitas yang dapat
kreasi, inovasi, dan menumbuhkan aktivitas kreatif dan inovatif.
berbagi untuk
masyarakat

TUJUAN III. MENDORONG PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PUBLIK


YANG CERDAS
NO SASARAN STRATEGI
1 Meningkatnya partisipasi Mengembangkan sistem perencanaan dan
masyarakat yang monev pembangunan yang meningkatkan
berkualitas dalam kepedulian dan partisipasi publik terutama
perencanaan dalam proses pembangunan formal strategis.
pembangunan Perhatian perlu diberikan pada fenomena
2 Meningkatnya partisipasi “kelelahan berpartisipasi” (participation
masyarakat yang fatigue), dimana masyarakat jenuh untuk
berkualitas dalam berpartisipasi akibat implementasi yang tidak
pelaksanaan sesuai dengan yang direncakanan. Fenomena
pembangunan ini dapat diminimalkan melalui sedikitnya dua
3 Meningkatnya pelayanan cara yaitu (i) kejelasan anggaran yang
dan penanganan disediakan, dan (ii) integrasi antara hasil
pengaduan masyarakat Musrenbang Kelurahan, Kecamatan, dan Kota.
dalam proses
pembangunan
4 Tersedianya baseline Membangun sistem basis data antar instansi
data yang kuat, akurat secara akurat dan terintegrasi yang dapat
dan mutakhir dimanfaatkan untuk menghasilkan kebijakan
publik yang andal. Baseline data ini harus
diperankan sebagai sistem pendukung
pengambilan keputusan (decision supporting
system) sehingga harus dapat menyajikan
berbagai indikator pembangunan seperti
pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM),
pencapaian Indikator Kinerja Kunci (IKK),
Indikator Kinerja Utama (IKU). Selain itu, perlu
dikembangkan mekanisme untuk
mengoptimalkan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) sebagai
bagian dari baseline data dan decision
supporting system.

TUJUAN IV. MENGEMBANGKAN KUALITAS DAN PEMERATAAN AKSES


PENDIDIKAN DALAM UPAYA MENCETAK GENERASI MUDA
YANG TANGGUH DAN BERKOMPETEN
NO SASARAN STRATEGI
1 Berkembangnya kegiatan Mengembangkan pola pendidikan yang
pendidikan yang berlandaskan pada nilai dan karakter
mendukung kompetensi disamping muatan akademik dan
dan karakter keterampilan. Selain nilai dan karakter yang
bersifat universal, nilai dan karakter lokal
juga perlu diperkuat sebagai tercermin dalam
budaya dan kearifan tradisional yang ada.
2 Meningkatnya Memeratakan akses pendidikan dan
pemerataan akses dan memenuhi standar kualifikasi pendidik dan
kualitas pendidikan lembaga pendidikan sehingga mampu
formal, non formal dan mendorong lingkungan pendidikan yang lebih
informal berkualitas.

144
NO SASARAN STRATEGI
3 Terciptanya generasi Memberikan pembinaan dan insentif dalam
muda yang berprestasi peningkatan prestasi kualitas pemuda dalam
beragam bidang.

MISI 2.
MENJADIKAN BOGOR KOTA YANG SEHAT DAN MAKMUR

TUJUAN 1. MENINGKATKAN KESADARAN DAN KEMAMPUAN MASYARAKAT


UNTUK HIDUP DAN BERPERILAKU SEHAT

NO SASARAN STRATEGI
1 Meningkatnya Mengembangkan program untuk
aksesibilitas masyarakat meningkatkan akses masyarakat miskin
miskin terhadap layanan terhadap fasilitas kesehatan. Berbagai
kesehatan program ini haruslah inheren dengan program
nasional khususnya BPJS.
2 Menurunnya kasus Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
penyakit menular melalui perbaikan kualitas kesehatan keluarga
dan penurunan penyakit menular.
3 Meningkatnya kualitas Meningkatkan dan memperbaiki kualitas
kesehatan individu dan kesehatan individu dan keluarga dengan
keluarga pengembangan program-program KB, dan
program-program yang mengarah pada
perbaikan kesehatan kelompok perempuan,
anak, remaja, dan lansia.
4 Meningkatnya Mengembangan program yang secara kontinyu
pengetahuan masyarakat memberikan perubahan kesadaran dan
mengenai perilaku bersih perilaku kesehatan masyarakat.
dan sehat bagi diri
sendiri dan
lingkungannya

TUJUAN 2. MENINGKATKAN KUALITAS PERMUKIMAN

NO SASARAN STRATEGI
1 Meningkatnya Menciptakan standar dan mengembangan
aksesibilitas masyarakat kualitas permukiman yang sehat melalui
terhadap pengelolaan air perbaikan kualitas sanitasi, redesign
limbah yang layak permukiman kumuh, dan akses terhadap air
2 Berkurangnya kawasan minum yang layak.
pemukiman kumuh
3 Tersedianya pelayanan
air minum yang
memadai

TUJUAN 3. MEREVITALISASI RUANG PERKOTAAN YANG LEBIH SEHAT DAN


NYAMAN UNTUK SEMUA ELEMEN MASYARAKAT (TERMASUK
ANAK, PEREMPUAN, LANSIA, DAN DIFABEL)

NO SASARAN STRATEGI
1 Meningkatnya jumlah Merevitalisasi taman-taman kota dengan
dan kualitas taman- peremajaan dan pemeliharaan tanaman, dan
taman kota sebagai pengadaan fasilitas yang ramah anak, lansia,
ruang publik yang sehat, dan difabel. Selain itu, juga diupayakan
asri, aman, dan ramah penambahan taman-taman baru sehingga
pengguna taman sebagai ruang publik dapat diakses

145
NO SASARAN STRATEGI
2 Terpenuhinya kebutuhan secara lebih luas oleh masyarakat. Untuk itu
kelompok berkebutuhan pembangunan taman akan lebih
khusus di ruang publik mengutamakan pada perencanaan berbasis
masyarakat. Hal ini dilakukan selain untuk
menguatkan karakter Kota Bogor, juga dalam
rangka pengayaan dan pemeliharaan jangka
panjang taman-taman kota.

TUJUAN 4. MENINGKATKAN KETAHANAN KELOMPOK PENYANDANG


MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)
NO SASARAN STRATEGI
1 Tertangani dan Menertibkan dan membina PMKS sehingga
terfasilitasinya kelompok menjadi warga yang lebih produktif dan
Penyandang Masalah mandiri melalui beragam lembaga sosial yang
Kesejahteraan Sosial ada serta program-program jangka pendek
(PMKS) yang menekankan pada pembentukan mental
hidup.
2 Meningkatnya Melakukan pembinaan terhadap kelompok
kesejahteraan keluarga Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
dan kualitas hidup (PMKS) sehingga menjadi warga yang lebih
warga miskin produktif dan mandiri melalui beragam
lembaga sosial yang ada serta program-
program jangka pendek yang menekankan
pada peningkatan taraf hidup warga miskin
dan kelompok Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS).
3 Terwujudnya Menciptakan lingkungan yang aman bagi
perlindungan perempuan perempuan dan anak melalui pembinaan,
dan anak terhadap pengembangan sarana pengaduan serta
tindak kekerasan penindakan yang tegas terhadap pelaku
kekerasan.

TUJUAN 5. MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS DAN AKSES MASYARAKAT


TERHADAP PENGHIDUPAN YANG LAYAK
NO SASARAN STRATEGI
1 Meningkatnya kegiatan Mengembangan sistem ketenagakerjaan
perekonomian dan terpadu melalui pengembangan keterampilan
aksesibilitas masyarakat dan mental wirausaha serta sistem informasi
terhadap lapangan kerja yang up-to-date dan iklim bekerja.
pekerjaan yang produktif
2 Meningkatnya jiwa
kewirausahaan dan iklim
yang kondusif untuk
berkreasi dan berusaha
di masyarakat
3 Berkembangnya Mengembangkan pertanian dengan
Agribisnis perkotaan memanfaatkan lahan pertanian yang produktif
untuk komoditas tanaman hias, ikan hias, dan
pengembangan produk olahan.
4 Terjaminya kualitas dan Meningkatkan ketersediaan bahan pangan.
kebutuhan pangan
masyarakat

146
MISI 3.
MENJADIKAN BOGOR KOTA YANG BERWAWASAN
LINGKUNGAN
TUJUAN 1. MENINGKATKAN KUALITAS PENATAAN RUANG
NO SASARAN STRATEGI
1 Tersusunnya kebijakan Mengimplementasikan penataan ruang secara
penataan ruang yang tegas dengan mengembalikan kenyaman Kota
berwawasan lingkungan Bogor melalui peran serta masyarakat dalam
2 Meningkatnya pengendalian.
implementasi rencana
tata ruang dan kendali
terhadap pemanfaatan
ruang
3 Meningkatnya luasan Membebaskan sempadan sungai atau sumber
dan kualitas Ruang air lainnya dan memanfaatan aset yang belum
Terbuka Hijau (RTH) dioptimalkan serta mengoptimalisasikan
Kota fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) eksisting.
4 Tertatanya Pedagang Menciptakan ruang ekonomi yang
Kaki Lima (PKL) serta memfasilitasi ekonomi tradisional dan pentaan
pasar tradisional Pedagang Kaki Lima (PKL).

TUJUAN 2. MENINGKATKAN KUALITAS DAYA DUKUNG DAN DAYA


TAMPUNG LINGKUNGAN KOTA
SASARAN STRATEGI
1 Menurunnya tingkat Mengimplementasikan regulasi standar
pencemaran akibat kualitas pencemaran yang diiringi dengan
aktivitas perkotaan perubahan sistem kota yanglebih ramah
lingkungan.
2 Meningkatnya upaya Memulihkan dan konservasi sumber daya
pemulihan dan alam dengan prioritas pada sumber air baku.
konservasi sumber daya
alam
3 Terwujudnya penataan Mewujudkan kota riverfront melalui sterilasi
dan pelestarian Daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) dari aktivitas
Aliran Sungai (DAS) budidaya yang mengganggu. Memperlakukan
dua sungai utama yang melalui Kota Bogor
yaitu Ciliwung dan Cisadane sebagai ecoregion
sehingga pengelolaannya harus dilaksanakan
secara lintas daerah.
4 Meningkatnya peran Mewujudkan kota yang lebih ramah
serta masyarakat dalam lingkungan dengan menekankan pada
pelestarian lingkungan perubahan kesadaran dan perilaku
masyarakat melalui pendidikan formal dan
pembinaan secara kontinyu.
TUJUAN 3. MENGEMBANGKAN TRANSPORTASI KOTA YANG
MENGUTAMAKAN ANGKUTAN UMUM MASSAL,PEJALAN
KAKI DAN PESEPEDA
NO SASARAN STRATEGI
1 Terwujudnya sistem Mewujudkan sistem pergerakan yang efisien
angkutan umum kota dan ramah lingkungan yang berdasarkan pada
yang nyamandan ramah sistem angkutan massal yang memadai.
lingkungan
2 Meningkatnya kualitas Peningkatan kenyamanan dalam berjalan kaki
sarana prasarana pejalan yang ramah bagi setiap kalangan. Model
kaki dan pengguna sarana pedestrian ideal yang dikembangkan
sepeda bersama Program Sustainable Urban Transport
Improvement Project (SUTIP GIZ) akan menjadi

147
NO SASARAN STRATEGI
percontohan untuk dikembangkan
selanjutnya. Pengembangan jalur pesepeda
akan dimulai pada koridor jalan utama yang
telah ada, kemudian dalam proses evaluasi
akan dikembangkan jalur lain yang memadai.
3 Berkurangnya Menargetkan pengurangan jumlah kendaraan
kemacetan pribadi dengan meningkatkan pelayanan
angkutan umum yang memadai disertai
dengan evaluasi dan pengembangan kawasan
parkir (park on ride). Pengadaan gedung parkir
pada pusat kota akan memanfaatkan akuisisi
lahan dan land banking. Upaya ini diiringi
dengan peningkatan penggunaan non-
motorized transport.

TUJUAN 4. MENDORONG PEMBANGUNAN KOTA YANG TANGGAPRISIKO


BENCANA DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
NO SASARAN STRATEGI
1 Meningkatnya Mewujudkan masyarakat dan pemerintah
pencegahan dan yang siap-tanggap dalam menghadapi bencana
kesiapsiagaan terhadap di beberapa daerah prioritas. Selain itu,
bencana menjadikan Kota Bogor sebagai bagian dari
2 Meningkatnya tanggap komunitas internasionalyang secara bersama-
darurat saat bencana sama mengurangi pemanasan global
3 Meningkatnya pemulihan diantaranya melalui penghijauan kota, green
pasca bencana building, dan partisipasinya dalam berbagai
4 Meningkatnya kampanye seperti Earth Hour.
pengelolaan mitigasi dan
adaptasi terhadap
perubahan iklim

TUJUAN 5. MENERAPKAN PENGELOLAAN SAMPAH YANG TERPADU DAN


BERKELANJUTAN
NO SASARAN STRATEGI
1 Meningkatnya pelayanan Meningkatan pelayanan sampah melalui
persampahan kerjasama antardaerah untuk Tempat
Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) yang
menerapkan sistem sanitary landfill serta
pelayanan pengangkutan sampah.
2 Meningkatnya Mereduksi jumlah sampah yang diangkut
Pengelolaan Sampah melalui upaya 3R (Reuse Reduce Recycle) yang
Berbasis 3R (Reduce, didasarkan pada penerapan teknologi dan
Reuse, Recycle) perubahan kesadaran dan perilaku
3 Internalisasi pengelolaan masyarakat khususnya di tingkat rumah
sampah sebagai bagian tangga, RT, RW dan kelurahan. Maka dalam
dari budaya hidup penenerapan budaya di masyarakat, peran
masyarakat dan kewenangan kecamatan akan lebih
ditingkatkan. Pengembangan bank sampah
dapat dikerjasamakan dengan pihak
pemulung dengan memulai pada wilayah
percontohan yang ditentukan.

148
MISI 4.
MENJADIKAN BOGOR SEBAGAI KOTA JASA YANG BERORIENTASI PADA
KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF

TUJUAN 1. MENJADIKAN WARISAN BUDAYA SEBAGAI ASET KOTA


NO SASARAN STRATEGI
1 Meningkatnya peran serta Mendorong keaktifan beragam organisasi dan
masyarakat dalam lembaga dalam kegiatan pelestarian budaya
pengelolaan warisan baik yang bendawi maupun non bendawi.
budaya
2 Terpeliharanya kelestarian Memperkuat upaya pelestarian warisan
warisan budaya budayamelalui pembuatan regulasi,
3 Tersedianya kemitraan antarpihak, dan sarana prasarana
kebijakan/peraturan pendukung khususnya di kawasan cagar
daerah yang mengatur budaya.
warisan budaya

TUJUAN 2. MENGUATKAN IDENTITAS DAN CITRA KOTA BOGOR (CITY


BRANDING)
NO SASARAN STRATEGI
1 Meningkatnya fungsi Merencanakan kawasan penyangga Kebun
kawasan penyangga Raya Bogor (KRB) sehingga pengembangan
kebun raya secara fisik, kawasan penyangga dapat kompatibel dengan
visual dan ekologis keberadaan KRB.
Membangun regulasi yang kokoh sehingga
pengembangan kawasan penyangga sesuai
dengan tema Garden Compatible Development
2 Diterapkannya konsep Membangun beragam tapak di Kota Bogor
perencangan kota (urban melalui konsep dan rancangan kota yang
design), termasuk street jelas dan mendukung imaji kota yang
furniture, yang berdasarkan pada panduan rancang kota dan
meningkatkan citra kota City Branding.
3 Dijadikannya Bogor Mengaktifkan kembali potensi penelitian dan
sebagai pusat peningkatan pengetahuan pertanian dan
pengetahuan dan botani Kota Bogor melalui kerjasama dalam
penelitian bidang negeri dan luar negeri.
pertanian dan botani
4 Tumbuh berkembangnya Memfasilitasi berkembangnya aktivitas MICE
aktivitas MICE (Meeting, dengan menerapkan regulasi yang tegas,
Incentives, membangun infrastruktur MICE berskala
Conferences/Convention, internasional, dan mendorong sertifikasi hotel
Exhibitions/Events) dalam batas-batas yang dikendalikan
sehingga tidak kontraproduktif terhadap sisi
kenyamanan kota.

TUJUAN 3. MENGEMBANGKAN PARIWISATA KOTA BOGOR YANG


BERKARAKTER
NO SASARAN STRATEGI
1 Berkembangnya destinasi Mengembangkan industri pariwisata yang
wisata terintegrasi melalui pengembangan paket,
2 Meningkatnya peran sarpras pariwisata (peta, petunjuk, kawasan
kelembagaan pariwisata oleh-oleh), promosi dan pemasaran.
3 Berkembangnya Industri
pariwisata

149
TUJUAN 4. MENGEMBANGKAN IKLIM EKONOMI KREATIF
NO SASARAN STRATEGI
1 Terciptanya iklim industri Menginisiasi penciptaan iklim yang kondusif
kreatif bagi ekonomi kreatif melalui penciptaan
2 Terjalinnya kemitraan ruang kreatif, pembinaan SDM kreatif, dan
antar pelaku industri kemitraan sebagai sarana transfer
kreatif pengetahuan dan praktikal melalui tahapan
3 Terciptanya SDM yang berikut:
kreatif dan wirausahawan 1) Creative-waves, yaitu menciptakan
kreatif gelombang kreatifitas;
2) Creative-network, yaitu membangun
jejaring sesama pelaku ekonomi kreatif;
3) Creative-preneur, yaitu membangun
orang-orang kreatif sebagai
wirausahawan.
Dibutuhkan model triple-helix dalam
pengembangan ekonomi kreatif, ialah
pelibatan tiga pihak utama meliputi
pemerintah, pebisnis, dan kaum intelektual.
Hanya saja, intervensi pemerintah perlu
dilakukan secara hati-hati dan terukur
mengingat kreatifitas justru bisa tenggelam
oleh intervensi yang bersifat keproyekan.

MISI 5.
MEWUJUDKAN PEMERINTAH YANG BERSIH DAN
TRANSPARAN
TUJUAN 1. MEMPERCEPAT PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI
NO SASARAN STRATEGI
1 Terwujudnya Membangun pemerintahan yang berintegritas
pemerintahan yang dengan perbaikan kinerja keuangan dan
bersih dan bebas akuntabilitas melalui komitmen terhadap
korupsi, kolusi, dan pemberantasan korupsi dan standarisasi
nepotisme kompetensi jabatan.
2 Meningkatnya kapasitas
dan akuntabilitas kinerja
birokrasi
3 Meningkatnya kualitas Memperkuat relasi pemerintah dan
pelayanan publik kepada masyarakat melalui perbaikan kualitas
masyarakat pelayanan publik dan penyediaan informasi
publik secara lebih mudah dan terbuka.
4 Meningkatnya
pemenuhan hak
masyarakat akan
informasi publik

TUJUAN 2. MENINGKATKAN KOORDINASI DAN KERJA SAMA ANTAR


DAERAH DAN INTERNASIONAL
NO SASARAN STRATEGI
1 Terbangunnya Memperkuat kerjasama antardaerah dalam
kesepahaman bersama pembangunan dalam bidang-bidang prioritas.
antar daerah mengenai Selain itu, kerja sama ini juga dilakukan
isu-isu lintas wilayah dalam rangka menguatkan posisi Kota Bogor
dalam bidang ekonomi dalam konstelasi Jabodetabekpunjur.
dan pengembangan
wilayah, pelayanan

150
NO SASARAN STRATEGI
publik, serta lingkungan
hidup

2 Menguatnya
kelembagaan kerja sama
antar daerah dan
internasional

TUJUAN 3. MENINGKATKAN SINERGITAS ANTARA PEMERINTAH KOTA


DENGAN ELEMEN MASYARAKAT
NO SASARAN STRATEGI
1 Meningkatnya event- Memfasilitasi interaksi antara kota dengan
event yang masyarakat dan komunitas melalui beragam
memunculkan ikatan kegiatan yang melibatkan pemerintah dan
dan kecintaan antara masyarakat didalamnya. Sebagai contoh
warga dan kotanya diantaranya adalah Lomba Mulung di Ciliwung
Antar Kelurahan yang dilakukan setiap Hari
2 Terfasilitasinya Jadi Kota Bogor.
organisasi, komunitas
dan sejenisnya yang
memiliki fokus terhadap
pembangunan kota
3 Optimalisasi keberadaan Menggunakan kajian dan kepakaran IPTEK
dan peran serta berbagai dan inovasi perguruan tinggi dan LSM
perguruan tinggi, kompeten dalam pengambilan kebijakan
perusahaan swasta, pembangunan.
BUMN, BUMD dan
lembaga swadaya
masyarakat setempat
dalam pembangunan
kota Bogor
4 Tersedianya ruang bagi Memfasilitasi terbentuknya Dewan Kota atau
elemen warga untuk nama lain sebagai sarana peningkatan proses
turut memberi partisipasi masyarakat dalam perumusan
pertimbangan dalam kebijakan publik strategis.
segala pengambilan
kebijakan mengenai
pembangunan kota

TUJUAN 4. MENGUATKAN PERUNDANGAN DAERAH


NO SASARAN STRATEGI
1 Tersusunnya Menyusun peraturan perundangan yang tidak
perundangan daerah tumpang tindih melalui harmonisasi
yang sinkron dan
2 Harmonisnya perundangan daerah.
sinergis
3 perundangan daerah
Tegaknya perundangan Menegakkan peraturan perundangan daerah,
daerah terutama untuk menjaga ketertiban dan
keamanan, kenyaman, dan konsistensi tata
ruang.

151
MISI 6. MENGOKOHKAN PERAN MORAL AGAMA DAN KEMANUSIAAN
UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI
TUJUAN 1. MENINGKATKAN INTEGRASI NILAI-NILAI AGAMA DAN
KEMANUSIAAN DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN
NO SASARAN STRATEGI
1 Digunakannya nilai-nilai Mengimplementasikan nilai agama dan
agama dan kemanusiaan kemanusiaan untuk meningkatkan kualitas
sebagai pedoman dalam nilai kehidupan. Hal ini terekspresikan dalam
kehidupan sehari-hari penurunan kriminalitas danpenyakit
masyarakat.

TUJUAN 2. MENDORONG HARMONISASI DAN KERUKUNAN ANTAR UMAT


BERAGAMA
NO SASARAN STRATEGI
1 Terselenggaranya Mewujudkan pemahaman antar umat
aktivitas lintas agama beragama melalui dialog dan aktivitas rutin
antar agama untuk menurunkan potensi
konflik horizontal.
2 Terdeteksi dan Mengembangkan deteksi dini dalam potensi
tertanganinya potensi konflik dengan melakukan intermediasi dan
permasalahan antar pencerdasan publik melalui media.
umat beragama

TUJUAN 3. MENDORONG PERAN LEMBAGA-LEMBAGA AGAMA DAN


ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS KEHIDUPAN UMAT
NO SASARAN STRATEGI
1 Meningkatnya peran Memfasilitasi lembaga keagamaan dan
lembaga agama dan kemasyarakatan untuk berkontribusi dalam
organisasi pembangunan khususnya pemberantasan
kemasyarakatan dalam kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi
aktivitas pembangunan rakyat, diantaranya melalui pemanfaatan zakat
masyarakat atau bentuk-bentuk dana umat lainnya.
Termasuk didalam lembaga keagamaan
tersebut adalah lembaga penyelenggara
pendidikan seperti Diniyah Takmiliyah dengan
kontribusinya pada pembangunan sumber
daya manusia dan karakter.

VI.2. ARAH KEBIJAKAN

Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi


yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu
ke waktu selama 5 (lima) tahun. Rumusan arah kebijakan merasionalkan
pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan
pelaksanaannya. Arah kebijakan Kota Bogor dalam pentahapan strategi lima
tahun ke depan ditunjukkan sebagai berikut:

MISI 1. MENJADIKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN


TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

ARAH KEBIJAKAN (TAHUN KE-)


SASARAN
1 2 3 4 5
Terwujudnya Optimalisasi penggunaan Teknologi Informasi dan
sistem Komunikasi (TIK) dalam mempermudah pertukaran data
pemerintaha dan informasi serta proses komunikasi antar unit

152
ARAH KEBIJAKAN (TAHUN KE-)
SASARAN
1 2 3 4 5
n berbasis pemerintah. Untuk itu, dibutuhkan Sistem Informasi
Teknologi, Manajemen (SIM) yang terintegrasi antar OPD.
Informasi,
dan
Komunikasi
(TIK)
Meningkatny Meningkatkan penggunaanTeknologi Informasi dan
a kualitas Komunikasi (TIK) dalam memberikan pelayanan publik
pelayanan sehingga pelayanan dapat diberikan secara online yang
publik cepat, mudah dantransparan. OPD-OPD yang ada didorong
berbasis mengembangkan pelayanan semacam ini melalui
Teknologi, pembuatan dan operasionalisasi Sistem Informasi
Informasi, Manajemen (SIM) yang terintegrasi.
dan
Komunikasi
(TIK)
Meningkatny - - Meningkatkan akses terhadap
a akses internet dalam fungsi edukasi dan
masyarakat produktif di ruang publik, instansi
terhadap pemerintah, dan lokasi strategis
sistem lainnya. Hal ini harus dibarengi
informasi dengan upaya e-literacy (melek
dan internet) bagi masyarakat luas.
komunikasi
Berkembang Menyusun dan Kampanye gemar membaca,
nya minat mengembangkan pengadaan event-event yang
baca dan beragam fasilitas baca menumbuhkan iklim belajar
belajar di dan perpustakaan sehingga Kota Bogor menjadi smart
masyarakat serta lokasi khusus city for smart people.
pasar buku murah
untuk mempermudah
akses masyarakat
terhadap bahan
bacaan.
Mengembang - Menyediaakan ruang dan aktivitas -
kan ruang yang dapat menumbuhkan aktivitas
kreasi, kreatif dan inovatif
inovasi, dan
berbagi
untuk
masyarakat
Meningkatny Mengembangkan sistem perencanaan dan monev
a partisipasi pembangunan yang meningkatkan kepedulian dan
masyarakat partisipasi publik terutama dalam proses pembangunan
yang formal strategis. Perhatian perlu diberikan pada fenomena
berkualitas “kelelahan berpartisipasi” (participation fatigue), dimana
dalam masyarakat jenuh untuk berpartisipasi akibat implementasi
perencanaan yang tidak sesuai dengan yang direncakanan. Fenomena ini
pembanguna dapat diminimalkan melalui sedikitnya dua cara yaitu (i)
n kejelasan anggaran yang disediakan, dan (ii) integrasi antara
Meningkatny hasil Musrenbang Kelurahan, Kecamatan, dan Kota.
a partisipasi
masyarakat
yang
berkualitas
dalam

153
ARAH KEBIJAKAN (TAHUN KE-)
SASARAN
1 2 3 4 5
pelaksanaan
pembanguna
n
Meningkatny
a pelayanan
dan
penanganan
pengaduan
masyarakat
dalam proses
pembanguna
n
Tersedianya Membangun sistem Pemanfaatan basis data untuk
baseline data basis data antar menghasilkan kebijakan publik
yang kuat, instansi secara akurat yang andal. Baseline data ini harus
akurat dan dan terintegrasi. diperankan sebagai sistem
mutakhir Sistem basis data ini pendukung pengambilan keputusan
harus dapat (decision supporting system).
menyajikan berbagai -
indikator
pembangunan seperti
pencapaian Standar
Pelayanan Minimal
(SPM), pencapaian
Indikator Kinerja
Kunci (IKK), Indikator
Kinerja Utama (IKU).
Berkembang Mengembangkan pola - -
nya kegiatan pendidikan yang
pendidikan berlandaskan pada
yang nilai dan karakter
mendukung disamping muatan
kompetensi akademik dan
dan karakter keterampilan. Selain
nilai dan karakter yang
bersifat universal, nilai
dan karakter lokal juga
perlu diperkuat
sebagaimana tercermin
dalam budaya dan
kearifan tradisional
yang ada.
Membangun keteladanan bagi generasi muda
melalui interaksi dan komunikasi yang intens,
dan hal ini dimulai dan didorong oleh aparatur
Pemda. Selain itu, disediakan wahana-wahana
bagi generasi muda untuk menyalurkan dan
mengembangkan aktivitas-aktivitas positifnya.
Meningkatny Memeratakan akses pendidikan -
a dan memenuhi standar kualifikasi
pemerataan pendidik, standar proses dan
akses dan standar sarana dan prasarana
kualitas sehingga mampu mendorong
pendidikan pendidikan formal yang lebih
formal, non berkualitas.
formal dan

154
ARAH KEBIJAKAN (TAHUN KE-)
SASARAN
1 2 3 4 5
informal

Membangun masyarakat
pembelajar (learning society),
sehingga keluarga dan lingkungan
sekitar memiliki kepedulian dan
mampu mendorong pendidikan
generasi muda.
Terciptanya Memberikan pembinaan dan insentif dalam peningkatan
generasi prestasi kualitas pemuda dalam beragam bidang.
muda yang
berprestasi

MISI 2. MENJADIKAN BOGOR KOTA YANG SEHAT DAN MAKMUR

ARAH KEBIJAKAN
SASARAN
1 2 3 4 5
Meningkatnya - Mengembangkan program untuk meningkatkan
aksesibilitas akses masyarakat miskin terhadap fasilitas
masyarakat kesehatan. Berbagai program ini haruslah
miskin inheren dengan program nasional khususnya
terhadap BPJS.
layanan
kesehatan
Menurunnya Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui
kasus penyakit perbaikan kualitas kesehatan keluarga dan penurunan
menular penyakit menular.
Meningkatnya Meningkatkan dan memperbaiki kualitas kesehatan individu
kualitas dan keluarga dengan pengembangan program-program KB,
kesehatan dan program-program yang mengarah pada perbaikan
individu dan kesehatan kelompok perempuan, anak, remaja, dan lansia
keluarga
Meningkatnya Mengembangan program yang secara kontinyu memberikan
pengetahuan perubahan kesadaran dan perilaku kesehatan masyarakat.
masyarakat
mengenai
perilaku bersih
dan sehat bagi
diri sendiri dan
lingkungannya
Meningkatnya Menciptakan standar dan mengembangan kualitas
aksesibilitas permukiman yang sehat melalui perbaikan kualitas sanitasi,
masyarakat redesign permukiman kumuh, dan akses terhadap air
terhadap air minum yang layak.
limbah yang -
layak -
Berkurangnya
kawasan
pemukiman
kumuh
Tersedianya
pelayanan air
minum yang

155
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN
1 2 3 4 5
memadai

Meningkatnya - - Merevitalisasi taman-taman kota


jumlah dan dengan peremajaan dan
kualitas taman- pemeliharaan tanaman, dan
taman kota pengadaan fasilitas yang ramah
sebagai ruang anak, lansia, dan difabel. Selain itu,
publik yang juga diupayakan penambahan
sehat, asri, taman-taman baru sehingga taman
aman, dan sebagai ruang publik dapat diakses
ramah secara lebih luas oleh masyarakat.
pengguna Untuk itu pembangunan taman
akan lebih mengutamakan pada
Terpenuhinya perencanaan berbasis masyarakat.
kebutuhan Hal ini dilakukan selain untuk
kelompok menguatkan karakter Kota Bogor,
berkebutuhan juga dalam rangka pengayaan dan
khusus di pemeliharaan jangka panjang
ruang publik taman-taman kota.
Tertangani dan Menertibkan dan membina PMKS sehingga menjadi warga
terfasilitasinya yang lebih produktif dan mandiri melalui beragam lembaga
kelompok sosial yang ada serta program-program jangka pendek yang
penyandang menekankan pada pembentukan mental hidup.
masalah
kesejahteraan
sosial (PMKS)
Meningkatnya Melakukan pembinaan terhadap kelompok PMKS sehingga
kesejahteraan menjadi warga yang lebih produktif dan mandiri melalui
keluarga dan beragam lembaga sosial yang ada serta program-program
kualitas hidup jangka pendek yang menekankan pada peningkatan taraf
warga miskin hidup warga miskin dan kelompok PMKS.
Terwujudnya - - Menciptakan lingkungan yang aman
perlindungan bagi perempuan dan anak melalui
perempuan dan pembinaan, pengembangan sarana
anak terhadap pengaduan serta penindakan yang
tindak tegas terhadap pelaku kekerasan.
kekerasan
Meningkatnya - Mengembangan sistem ketenagakerjaan terpadu
kegiatan melalui pengembangan keterampilan dan mental
perekonomian wirausaha serta sistem informasi kerja yang up-
dan to-date dan iklim bekerja.
aksesibilitas
masyarakat
terhadap
lapangan
pekerjaan yang
produktif
Meningkatnya
jiwa
kewirausahaan
dan iklim yang
kondusif untuk
berkreasi dan
berusaha di
masyarakat

156
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN
1 2 3 4 5
Berkembangnya - Mengembangkan pertanian dengan
agribisnis memanfaatkan lahan pertanian yang produktif
perkotaan untuk komoditas tanaman hias, ikan hias, dan
pengembangan produk olahan
Terjaminnya Meningkatkan ketersediaan bahan pangan
kualitas dan
kebutuhan
pangan
masyarakat

MISI 3. MENJADIKAN BOGOR KOTA YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

ARAH KEBIJAKAN
SASARAN
1 2 3 4 5
Tersusunnya Mengimplementasikan penataan ruang secara tegas dengan
kebijakan mengembalikan kenyaman Kota Bogor melalui peran serta
penataan masyarakat dalam pengendalian.
ruang yang
berwawasan
lingkungan
Meningkatnya
implementasi
rencana tata
ruang dan
kendali
terhadap
pemanfaatan
ruang
Meningkatnya Membebaskan sempadan sungai atau sumber air lainnya dan
luasan dan memanfaatan aset yang belum dioptimalkan serta
kualitas Ruang mengoptimalisasikan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Terbuka Hijau eksisting.
(RTH) Kota
Tertatanya Membangun pangkalan Mengembangkan sistem
Pedagang Kaki data PKL yang monitoring, pengendalian, dan
Lima (PKL) digunakan sebagai basis penindakan bagi PKL yang
serta pasar dalam melakukan melanggar
tradisional identifikasi dan
pembatasan jumlah
pedagang, disertai
dengan pendekatan
humanis secara
kelembagaan
Menciptakan ruang ekonomi yang
memfasilitasi PKL melalui zoning
and timing regulations
Revitalisasi pasar tradisional sebagai upaya relokasi PKL dan
menarik minat pengunjung
Menurunnya Mengimplementasikan regulasi standar kualitas pencemaran
tingkat yang diiringi dengan perubahan sistem kota yanglebih ramah
pencemaran lingkungan.
akibat
aktivitas
perkotaan

157
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN
1 2 3 4 5
Meningkatnya Memulihkan dan konservasi sumber daya alam dengan
upaya prioritas pada sumber air baku.
pemulihan dan
konservasi
sumber daya
alam
Terwujudnya - - Mewujudkan kota riverfront
penataan dan melalui sterilasi Daerah Aliran
pelestarian Sungai (DAS) dari aktivitas
Daerah Aliran budidaya yang mengganggu.
Sungai (DAS) Memperlakukan dua sungai utama
yang melalui Kota Bogor yaitu
Ciliwung dan Cisadane sebagai
ecoregion sehingga pengelolaannya
harus dilaksanakan secara lintas
daerah.
Meningkatnya Mewujudkan kota yang lebih ramah lingkungan dengan
peran serta menekankan pada perubahan kesadaran dan perilaku
masyarakat masyarakat melalui pendidikan formal dan pembinaan secara
dalam kontinyu.
pelestarian
lingkungan
Terwujudnya - - Mewujudkan sistem pergerakan
sistem yang efisien dan ramah
angkutan lingkungan berdasarkan pada
umum kota
Meningkatnya sistem angkutan
Peningkatan massal yang
kenyamanan dalam
yang
kualitas memadai.
berjalan kaki yang ramah bagi
nyamandan
sarana setiap kalangan. Model sarana
ramah
prasarana pedestrian ideal yang
lingkungan
pejalan kaki dikembangkan bersama Program
dan pengguna Sustainable Urban Transport
sepeda Improvement Project (SUTIP GIZ)
akan menjadi percontohan untuk
dikembangkan
selanjutnya.Pengembangan jalur
pesepeda akan dimulai pada
koridor jalan utama yang telah
ada, kemudian dalam proses
evaluasi akan dikembangkan jalur
lain yang memadai.
Berkurangnya Menargetkan pengurangan jumlah
kemacetan kendaraan pribadi dengan
meningkatkan pelayanan
angkutan umum yang memadai
disertai dengan evaluasi dan
pengembangan kawasan parkir
(park on ride). Pengadaan gedung
parkir pada pusat kota akan
memanfaatkan akuisisi lahan dan
land banking. Upaya ini diiringi
dengan peningkatan penggunaan
non-motorized transport.

158
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN
1 2 3 4 5
Meningkatnya Mewujudkan masyarakat dan pemerintah yang siap-tanggap
pencegahan dalam menghadapi bencana di beberapa daerah prioritas.
dan Selain itu, menjadikan Kota Bogor sebagai bagian dari
kesiapsiagaan komunitas internasionalyang secara bersama-sama
terhadap mengurangi pemanasan global diantaranya melalui
bencana penghijauan kota, green building, dan partisipasinya dalam
Meningkatnya berbagai kampanye seperti Earth Hour.
tanggap
darurat saat
bencana
Meningkatnya
pemulihan
pasca bencana
Meningkatnya
pengelolaan
mitigasi dan
adaptasi
terhadap
perubahan
iklim
Meningkatnya Pelayanan pengangkutan sampah.
pelayanan Meningkatkan
persampahan pelayanan sampah
melalui kerjasama
antardaerah untuk
Tempat Pengelolaan
Sampah Terpadu
(TPST) regional yang
menerapkan sistem
sanitary landfill serta
pelayanan
pengangkutan
sampah.
Meningkatnya Mereduksi jumlah sampah yang diangkut melalui upaya 3R
Pengelolaan (Reuse Reduce Recycle) yang didasarkan pada penerapan
Sampah teknologi dan perubahan kesadaran dan perilaku masyarakat
Berbasis 3R khususnya di tingkat rumah tangga, RT, RW dan kelurahan.
(Reduce Reuse Maka dalam penenerapan budaya di masyarakat, peran dan
Recycle) kewenangan kecamatan akan lebih ditingkatkan.
Pengembangan bank sampah dapat dikerjasamakan dengan
Internalisasi pihak pemulung dengan memulai pada wilayah percontohan
pengelolaan yang ditentukan.
sampah
sebagai bagian
dari budaya
hidup
masyarakat

159
MISI 4. MENJADIKAN BOGOR SEBAGAI KOTA JASA YANG BERORIENTASI
PADA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF

ARAH KEBIJAKAN
SASARAN
1 2 3 4 5
Meningkatnya Mendorong keaktifan beragam organisasi dan lembaga
peran serta dalam kegiatan pelestarian budaya baik yang bendawi
masyarakat maupun non bendawi.
dalam
pengelolaan
warisan
budaya
Terpeliharany Memperkuat upaya pelestarian warisan budaya melalui
a kelestarian pembuatan regulasi, kemitraan antarpihak, dan sarana
warisan prasarana pendukung khususnya di kawasan cagar budaya.
budaya
Tersedianya
kebijakan/per
aturan daerah
yang
mengatur
warisan
budaya
Meningkatnya Merencanakan kawasan Membangun regulasi
fungsi penyangga Kebun Raya yang kokoh sehingga
kawasan Bogor (KRB) sehingga pengembangan
penyangga pengembangan kawasan kawasan penyangga
kebun raya penyangga dapat sesuai dengan tema
secara fisik, kompatibel dengan Garden Compatible
visual dan keberadaan KRB Development
ekologis
Diterapkannya Membangun beragam tapak di Kota Bogor melalui konsep
konsep dan rancangan kota yang jelas dan mendukung imaji kota
perancangan yang berdasarkan pada panduan rancang kota dan City
kota (urban Branding.
design),
termasuk
street
furniture, yang
meningkatkan
citra kota
Dijadikannya - - - Mengaktifkan kembali
Bogor sebagai potensi penelitian dan
pusat peningkatan
pengetahuan pengetahuan
dan penelitian pertanian dan botani
bidang Kota Bogor melalui
pertanian dan kerjasama dalam
botani negeri dan luar negeri.
Tumbuh Memfasilitasi berkembangnya aktivitas MICE dengan
berkembangny menerapkan regulasi yang tegas, membangun infrastruktur
a aktivitas MICE berskala internasional, dan mendorong sertifikasi
MICE hotel dalam batas-batas yang dikendalikan sehingga tidak
(Meeting, kontraproduktif terhadap sisi kenyamanan kota.
Incentives,
Conferences/C
onvention,
Exhibitions/Ev

160
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN
1 2 3 4 5
ents)

Berkembangn Mengembangkan industri pariwisata yang terintegrasi


ya destinasi melalui pengembangan paket, sarpras pariwisata (peta,
wisata petunjuk, kawasan oleh-oleh), promosi dan pemasaran.
Meningkatnya
peran
kelembagaan
pariwisata
Berkembangn
ya Industri
pariwisata
Terciptanya Menginisiasi penciptaan iklim yang kondusif bagi ekonomi
iklim industri kreatif melalui penciptaan ruang kreatif, pembinaan SDM
kreatif kreatif, dan kemitraan sebagai sarana transfer pengetahuan
Terjalinnya dan praktikal melalui tahapan berikut:
kemitraan 1) Creative-waves, yaitu menciptakan gelombang
antar pelaku kreatifitas;
industri 2) Creative-network, yaitu membangun jejaring sesama
kreatif pelaku ekonomi kreatif;
3) Creative-preneur, yaitu membangun orang-orang kreatif
Terciptanya
sebagai wirausahawan.
SDM yang
Dibutuhkan model triple-helix dalam pengembangan
kreatif dan
ekonomi kreatif, ialah pelibatan tiga pihak utama meliputi
wirausahawan
pemerintah, pebisnis, dan kaum intelektual. Hanya saja,
kreatif
intervensi pemerintah perlu dilakukan secara hati-hati dan
terukur mengingat kreatifitas justru bisa tenggelam oleh
intervensi yang bersifat keproyekan.

MISI 5.
MEWUJUDKAN PEMERINTAH YANG BERSIH DAN TRANSPARAN

ARAH KEBIJAKAN
SASARAN
1 2 3 4 5
Terwujudnya Membangun pemerintahan yang berintegritas dengan
pemerintahan perbaikan kinerja keuangan dan akuntabilitas melalui
yang bersih dan komitmen terhadap pemberantasan korupsi dan
bebas korupsi, standarisasi kompetensi jabatan.
kolusi, dan
nepotisme
Meningkatnya
kapasitas dan
akuntabilitas
kinerja birokrasi
Meningkatnya Memperkuat relasi pemerintah dan masyarakat melalui
kualitas perbaikan kualitas pelayanan publik dan penyediaan
pelayanan publik informasi publik secara lebih mudah dan terbuka.
kepada
masyarakat
Meningkatnya
pemenuhan hak
masyarakat akan
informasi publik

161
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN
1 2 3 4 5
Terbangunnya Memperkuat kerjasama antardaerah dalam pembangunan
kesepahaman dalam bidang-bidang prioritas. Selain itu, kerja sama ini
bersama antar juga dilakukan dalam rangka menguatkan posisi Kota
daerah mengenai Bogor dalam konstelasi Jabodetabekpunjur.
isu-isu lintas
wilayah dalam
bidang ekonomi
dan
pengembangan
wilayah,
pelayanan
publik, serta
lingkungan hidup
Menguatnya
kelembagaan
kerja sama antar
daerah dan
internasional
Meningkatnya Memfasilitasi interaksi antara kota dengan masyarakat
event-event yang dan komunitas melalui beragam kegiatan yang melibatkan
memunculkan pemerintah dan masyarakat didalamnya. Sebagai contoh
ikatan dan diantaranya adalah Lomba Mulung di Ciliwung Antar
kecintaan antara Kelurahan yang dilakukan setiap Hari Jadi Kota Bogor.
warga dan
kotanya
Terfasilitasinya
organisasi,
komunitas dan
sejenisnya yang
memiliki fokus
terhadap
pembangunan
kota
Optimalisasi Menggunakan kajian dan kepakaran IPTEK dan inovasi
keberadaan dan perguruan tinggi dan LSM kompeten dalam pengambilan
peran serta kebijakan pembangunan.
berbagai
perguruan tinggi,
perusahaan
swasta, BUMN,
BUMD dan
lembaga swadaya
masyarakat
setempat dalam
pembangunan
kota Bogor
Tersedianya Memfasilitasi terbentuknya Dewan Kota atau nama lain
ruang bagi sebagai sarana peningkatan proses partisipasi masyarakat
elemen warga dalam perumusan kebijakan publik strategis.
untuk turut
memberi
pertimbangan
dalam segala
pengambilan
kebijakan
mengenai

162
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN
1 2 3 4 5
pembangunan
kota
Tersusunnya Menyusun peraturan perundangan yang tidak tumpang
perundangan tindih melalui harmonisasi perundangan daerah.
daerah yang
sinkron dan
sinergis
Harmonisnya
perundangan
daerah
Tegaknya Menegakkan peraturan perundangan daerah, terutama
perundangan untuk menjaga ketertiban dan keamanan, kenyamanan,
daerah dan konsistensi tata ruang.

MISI 6. MENGOKOHKAN PERAN MORAL AGAMA DAN KEMANUSIAAN


UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

ARAH KEBIJAKAN
SASARAN
1 2 3 4 5
Digunakannya Mengimplementasikan nilai agama dan kemanusiaan untuk
nilai-nilai meningkatkan kualitas nilai kehidupan. Hal ini
agama dan terekspresikan dalam penurunan danpenyakit masyarakat.
kemanusiaan
sebagai
pedoman
dalam
kehidupan
sehari-hari
Terselenggara Mewujudkan pemahaman antar umat beragama melalui
nya aktivitas dialog dan aktivitas rutin antar agama untuk menurunkan
lintas agama potensi konflik horizontal.
Terdeteksi dan Mengembangkan deteksi dini dalam potensi konflik dengan
tertanganinya melakukan intermediasi dan pencerdasan publik melalui
potensi media.
permasalahan
antar umat
beragama
Meningkatnya Memfasilitasi lembaga keagamaan dan kemasyarakatan
peran lembaga untuk berkontribusi dalam pembangunan khususnya
agama dan pemberantasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi
organisasi rakyat, diantaranya melalui pemanfaatan zakat atau
kemasyarakat bentuk-bentuk dana umat lainnya. Termasuk didalam
an dalam lembaga keagamaan tersebut adalah lembaga
aktivitas penyelenggara pendidikan seperti Diniyah Takmiliyah
pembangunan dengan kontribusinya pada pembangunan sumber daya
masyarakat manusia dan karakter.

163
BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Perumusan kebijakan umum dan program pembangunan daerah


bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan
pemerintahan daerah dengan rumusan sasaran serta indikator kinerja sasaran
yang menjadi acuan penyusunan program prioritas pembangunan jangka
menengah daerah. Adapun program pembangunan daerah merupakan
sekumpulan program prioritas yang secara khusus berhubungan dengan
pencapaian sasaran pembangunan daerah.
Terdapat enam bidang prioritas yang menjadi agenda terdepan
pembangunan di Kota Bogor dalam periode 2015 – 2019. Keenam bidang
prioritas tersebut adalah:
1. Penataan transportasi dan angkutan umum
Terdapat stigma negatif yang melekat untuk Kota Bogor selama ini yaitu
“kota sejuta angkot“. Stigma ini melekat bersamaan dengan berbagai
permasalahan transportasi yang muncul lainnya seperti kemacetan dan isu
lainnya seperti transportasi ramah lingkungan. Bidang prioritas ini akan
memuat program-program untuk mengatasi segala permasalahan tersebut
sekaligus membangun fondasi bagi pengembangan transportasi kota yang
berkelanjutan di masa mendatang. Strategi-strategi yang digunakan
diantaranya adalah rasionalisasi jumlah dan ukuran angkutan kota,
memaknai transportasi sebagai “pergerakan, bukan perpindahan“ orang
melalui jalur sepeda dan pedestrian, serta minimalisasi pergerakan
kendaraan melalui penyediaan fasilitas parkir yang tersentralisasi. Penataan
transportasi dan angkutan umum akan diwujudkan dengan lima program
yang akan dilaksanakan pada kurun waktu RPJMD 2015-2019, sebagai
berikut:
1. Peningkatan Pelayanan Angkutan;
2. Peningkatan Aksesibilitas Pelayanan Jasa Transportasi;
3. Peningkatan Keselamatan dan Keamanan Transportasi;
4. Peningkatan Kompetensi SDM Transportasi;
5. Pengembangan Transportasi Ramah Lingkungan.
2. Penataan pelayanan persampahan dan kebersihan kota
Menjaga karakter Kota Bogor sebagai kota yang hijau dan penuh dengan
taman menjadi tantangan tersendiri ketika menghadapi permasalahan soal
sampah. Kompleksitas pengelolaan sampah selalu berkorelasi positif dengan
jumlah penduduk, dan dengan jumlah penduduk yang sudah menembus
angka satu juta jiwa (dan ini yang menjadi definisi kawasan metropolitan),
maka kompleksitasnya membutuhkan penanganan yang tidak hanya sekadar
business as usual. Bidang prioritas ini menyasar pengelolaan sampah secara
holistik, mulai dari level bangkitan timbulan (penghasil sampah baik rumah
tangga maupun non rumah tangga), pengangkutan, penampungan,
pengolahan, hingga pembuangan. Pengelolaan ini dimulai dari level pertama,
sekaligus menjadi tantangan terbesar, yaitu bagaimana timbulan sampah
dikurangi sejak dari tingkat rumah tangga. Terwujudnya pelayanan
persampahan dan kebersihan kota didukung oleh empat program yakni:
1. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan;
2. Perbaikan, Optimalisasi, Operasional dan Pemeliharaan Fungsi TPA;
3. Peningkatan Pengelolaan Sampah Berbasis 3R;
4. Pengembangan Lingkungan Sehat.
3. Penataan dan pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL)
Sejarah krisis moneter di Indonesia menunjukkan bahwa sektor non formal
seperti pedagang kaki lima adalah sektor dengan daya tahan yang tangguh
terhadap segala macam guncangan ekonomi. Sektor ini dapat bertahan dan
mampu menjadi penyelamat bagi ratusan ribu, mungkin jutaan, orang yang

164
menggelutinya sebagai profesi dan jauh lebih banyak lagi dari sisi keluarga
yang dihidupi.
Di sisi lain, muncul banyak ekses negatif dari aktivitas Pedagang Kaki Lima
yang tidak tertata seperti kemacetan, kekumuhan, terampasnya ruang
publik, hingga premanisme. Oleh karenanya, penataan Pedagang Kaki Lima
mutlak dilakukan sehingga sebagai aktivitas ekonomi, Pedagang Kaki Lima
dapat dipertahankan namun dengan ekses negatif yang tetap diminimalkan.
Beberapa strategi yang diambil adalah penyediaan lokasi pengganti (melalui
relokasi berdasar zoning regulation dan revitalisasi pasar), menguatkan
kelembagaan Pedagang Kaki Lima sehingga anggotanya yang berprofesi
sebagai Pedagang Kaki Lima itu jelas dan terdata, kemudian kampanye
hingga strategi terakhir adalah penindakan, baik oleh Satpol PP maupun
dukungan bantuan dari TNI/Polri. Dua program yang mendukung penataan
dan pemberdayaan Pedagang Kaki Lima antara lain:
1. Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima;
2. Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal.

4. Penataan ruang publik, pedestrian, taman dan Ruang Terbuka Hijau


(RTH)
Sebagaimana disampaikan sebelumnya, Bogor adalah kota dengan karakter
hijau, sebuah kota di dalam taman. Penataan ruang publik, pedestrian,
taman dan Ruang Terbuka Hijau lainnya menjadi penguat akan karakter
tersebut, dan dapat menjadi pembeda dengan kota-kota lainnya. Ruang yang
disasar khususnya adalah ruang sepanjang sungai (bantaran), sepanjang
jalan, aset-aset (baik milik daerah maupun pihak lainnya) yang bisa
dioptimalisasi menjadi Ruang Terbuka Hijau, dan ruang privat (pekarangan
rumah). Selain itu, mekanisme insentif dan disinsentif juga perlu
dikembangkan baik bagi individu maupun institusi yang memberikan
kontribusi signifikan terhadap pelaksanaan prioritas ini. Program yang
mendukung terwujudnya penataan ruang publik, pedestrian, taman dan RTH
adalah:
1. Pembangunan Prasarana Pedestrian dan Pesepeda;
2. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
5. Transformasi budaya dan reformasi birokrasi
Reformasi birokrasi telah menjadi agenda nasional untuk sekian lamanya
namun tak kunjung juga memperlihatkan hasil nyatanya. Salah satu
penyebab utama dari lambatnya reformasi birokrasi bergulir adalah bahwa
segala permasalahan di dalam birokrasi yang hendak direformasi ini
bukanlah sekadar permasalahan struktural semata, melainkan sudah
menjadi permasalahan budaya/kultur.
Soal struktural akan lebih mudah untuk ditangani karena cukup
diselesaikan di level kebijakan saja, akan tetapi soal kultural, dengan praktek
dan kebiasaan yang telah menurun selama puluhan tahun lamanya, menjadi
tantangan tersendiri. Oleh karena itu, bidang prioritas kelima dari Walikota
Kota Bogor adalah “Transformasi budaya dan reformasi birokrasi”, karena
birokrasi yang berubah tidak dapat dipisahkan dengan budaya yang
bertransformasi.
Pada akhirnya, mengubah budaya ini harus diawali dengan menerapkan
sistem yang baik dan mampu memaksa anggota sistemnya untuk berperilaku
sebagaimana digariskan. Mengawali pembentukan kebiasaan baru adalah
dengan pemaksaan, dan pemaksaan yang elegan (bukan arogan), adalah
pemaksaan melalui sebuah sistem.
Pada tataran sistem, pemerintah pusat telah menyiapkan berbagai instrumen
kebijakan dengan sedemikian lengkapnya mencakup Grand Design, Road
Map dan berbagai pedoman bagi daerah untuk melaksanakan reformasi
birokrasi. Kota Bogor bertekad mendukung kebijakan nasional ini dengan
tidak hanya melaksanakannya saja, tetapi juga melakukan percepatan.

165
Sebagai salah satu katalisator untuk percepatan ini, hendak digagas kerja
sama antara Kota Bogor dengan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Selain itu, kebijakan-kebijakan lainnya yang akan diambil adalah
penempatan jabatan secara terbuka dengan kualifikasi yang terstandarisasi,
pengembangan mekanisme insentif sebagai
motivasi ekstra bagi aparatur sipil negara, meningkatkan transparansi
pengelolaan keuangan daerah sehingga memungkinkan kontrol sosial, serta
penerapan e-government untuk meningkatkan pelayanan publik,
transparansi, dan kepastian.
Sebagai bagian dari reformasi birokrasi ini, pengelolaan keuangan daerah
dilakukan dengan senantiasa mengedepankan prinsip efisiensi dan realokasi
anggaran. Efisiensi anggaran ialah penghematan anggaran pada pos-pos yang
anggarannya masih memungkinkan untuk dikurangi tanpa mengorbankan
output atau outcomes, dan dana hasil efisiensi itu kemudian direalokasikan
untuk pos-pos lain yang dibutuhkan bagi peningkatan pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat. Program-programnya adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik;
2. Penataan Tata Laksana;
3. Penataan dan Penguatan Organisasi;
4. Penguatan Akuntabilitas Kinerja;
5. Pengembangan Kapasitas Kecamatan dan Kelurahan;
6. Pembinaan dan Penataan Perangkat Kecamatan dan Kelurahan;
7. Pembinaan dan Pengembangan Aparatur;
8. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur;
9. Pengembangan Komunikasi, Informasi, dan Media Massa;
10. Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan
Kebijakan KDH;
11. Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah;
12. Peningkatan Pengelolaan Aset Daerah;
13. Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat.

6. Penanggulangan Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah global yang dihadapi setiap daerah di negeri
ini. Penanggulangan kemiskinan pun merupakan agenda penting yang selalu
menjadi perhatian Kepala Negara dan Kepala Daerah dengan targetnya
untuk terus diturunkan. Lahirnya Perpres Nomor 1 Tahun 2010 dan
Permendagri Nomor 42 Tahun 2010 mengamanatkan daerah untuk
menyusun dokumen Strategi Penananggulanan Kemiskinan Daerah sebagai
komitmen pemerintah untuk menjadikan penanggulangan kemiskinan
sebagai dasar pembangunan. Kemiskinan merupakan permasalahan lintas
sektor yang dalam penanggulangannya memerlukan kerja keras dari berbagai
pihak, sehingga strategi penanggulangan kemiskinan perlu dilakukan dengan
dengan menyelaraskan berbagai upaya percepatan penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan,
pelaku usaha, dan para pihak yang peduli.
Data yang dirilis oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K) pada 2011 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan Kota Bogor
pada tahun 2010 adalah sebesar 9,47%. Meskipun tingkat ini lebih baik
daripada tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Barat yang sebesar 11,27%, tetap
upaya penanggulangan kemiskinan harus terus dilakukan dan ditingkatkan
demi harkat, martabat, dan kesejahteraan masyarakat.
Hal yang patut diperhatikan adalah bahwa permasalahan kemiskinan
merupakan permasalahan multidimensi. Permasalahan ini tidak hanya
menyangkut soal pendapatan rumah tangga atau pekerjaan saja, tetapi juga
mengenai akses terhadap layanan pendidikan, kesehatan, pangan, air bersih,
hingga sanitasi. Oleh karena itu, kemiskinan bukan lagi kondisi kekurangan
kebutuhan dasar saja, melainkan merupakan kondisi tidak tercapainya

166
suatu standar kehidupan yang dianggap layak oleh masyarakat (SMERU,
TNP2K, dan SEADI-USAID 2013).
Strategi penanggulangan kemiskinan kota Bogor difokuskan pada
pemenuhan hak dasar dengan sasaran pada tiga kategori miskin (miskin,
hampir miskin, dan rentan miskin). Terdapat 20 program pemerintah Kota
Bogor dalam RPJMD yang mendukung pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan ini yaitu:
1. Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin;
2. Upaya Kesehatan Masyarakat;
3. Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana
Puskesmas/ Puskesmas Pembantu dan Jaringannya;
4. Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah
Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-Paru/Rumah Sakit Mata;
5. Perbaikan Gizi Masyarakat;
6. Peningkatan Ketahanan Pangan;
7. Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak;
8. Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun;
9. Pendidikan Menengah;
10. Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja;
11. Peningkatan Kesempatan Kerja;
12. Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan;
13. Lingkungan Sehat Perumahan;
14. Pengembangan Lingkungan Sehat;
15. Pemberdayaan Fakir Miskin, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Lainnya;
16. Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial;
17. Pembinaan eks Penyandang Penyakit Sosial (eks narapidana, psk,
narkoba dan penyakit sosial lainnya);
18. Pembinaan Anak Terlantar;
19. Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial;
20. Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan.

Program-program pembangunan daerah yang ditampilkan pada tabel berikut ini


adalah program-program prioritas yang i) berhubungan dengan pencapaian
sasaran pembangunan daerah dan ii) berhubungan dengan enam bidang
prioritas Kota Bogor 2015-2019 sebagaimana diuraikan sebelumnya. Penyajian
kebijakan umum dan program pembangunan daerah terdapat pada tabel berikut:

167
MISI I.
MENJADIKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Tujuan I. 1. Meningkatkan implementasi e-government
CAPAIAN KINERJA
BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
URUSAN
AWAL AKHIR
Terwujudnya Jumlah regulasi tentang 1 16 Optimalisasi
Pengembangan
sistem implementasi Teknologi penggunaan

Komunikasi,
pemerintahan Informasi dan Teknologi
Informasi dan
berbasis Komunikasi (dokumen Informasi dan Kantor
Media Massa Komunikasi
Teknologi perwali) Komunikasi Komunikasi
Fasilitasi dan
Informasi dan Jumlah unit kerja (OPD, 127 212 (TIK) dalam dan

Peningkatan Informatika
Komunikasi UPTD, kelurahan, mempermudah Informatika
SDM Bidang
(TIK) kecamatan, Puskesmas, pertukaran data
Komunikasi
BUMD) yang terkoneksi dan informasi
dan Informasi
internet serta proses
Pengembangan Sistem 20 100 komunikasi
Informasi Manajemen antar unit
(SIM) terintegrasi antar pemerintah.
OPD (%) Untuk itu,
Pembangunan Sistem 23 48 dibutuhkan
Informasi Manajemen Sistem Informasi
(SIM) OPD (unit) Manajemen
Penyediaan repository Tidak Tersedia (SIM) yang
data warehouse sebagai tersedia terintegrasi
basis decision support antar OPD.
system
Meningkatnya Jumlah OPD yang 3 9 Meningkatkan Pengembangan Sekretariat
Komunikasi

kualitas memberikan pelayanan penggunaan Komunikasi, Daerah


dan
pelayanan publik berbasis internet Teknologi Informasi dan (Bag.
Informatika
publik Informasi dan Media Massa Humas)

168
CAPAIAN KINERJA
BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
URUSAN
AWAL AKHIR
berbasis Pengadaan barang dan - 100 Komunikasi  Peningkatan
Teknologi jasa berbasis internet (%) (TIK) dalam dan
Dinas
Informasi dan memberikan Pengembangan Otonomi
Pendapatan
Komunikasi pelayanan Pengelolaan Daerah
Daerah
(TIK) publik sehingga Keuangan
pelayanan dapat Daerah
Tingkat pelayanan 50 100 diberikan secara  Peningkatan Penanaman Badan
promosi dan investasi online yang Daya Saing Modal Pelayanan
berbasis internet (%) cepat, mudah Penanaman Perizinan
dan transparan. Modal Terpadu
OPD-OPD yang dan
ada didorong Penanaman
mengembangkan Modal
pelayanan
semacam ini
melalui
pembuatan dan
operasionalisasi
Sistem Informasi
Manajemen
(SIM) yang
terintegrasi.
Meningkatnya Jumlah lokasi ruang 1 41 Meningkatkan
akses publik berfasilitas wifi akses terhadap
masyarakat (titik) internet dalam Pendidikan Dinas
Pendidikan

terhadap Rasio instansi 60 100 fungsi edukasi Menengah Pendidikan


sistem pemerintah berfasilitas dan produktif di
informasi dan wifi publik (%) ruang publik,

169
VII. 170

CAPAIAN KINERJA
BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
URUSAN
AWAL AKHIR
komunikasi Jumlah sekolah yang 367 523 instansi  Wajib Belajar
memiliki akses terhadap pemerintah, dan Pendidikan
layanan internet lokasi strategis Dasar
lainnya. Hal ini Sembilan
harus dibarengi Tahun
Jumlah kunjungan web 16,8 juta 17 juta dengan upaya e-  Kantor
Pemerintah Kota Bogor Kunjunga kunjungan literacy (melek Komunika
Pengembangan
sebagai media n internet) bagi

si dan
Komunikasi,
komunikasi dan e-literacy masyarakat Informatik
Informasi dan
warga luas. Komunikasi a
Media Massa
Persentase Radio 60 80 dan
Komunitas yang aktif (%) Informatika - Sekretariat
 Kerjasama Daerah
Informasi (Bag.
dengan Media Humas)
Massa

170
Tujuan I. 2. Menciptakan lingkungan belajar dengan modal sosial yang kuat
CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Berkembangnya Jumlah Taman Bacaan 18 34 Menyusun dan  Pendidikan
minat baca dan Masyarakat (TBM) mengembangka Non Formal
belajar di Jumlah perpustakaan di 453 606 n beragam  Pendidikan
masyarakat satuan pendidikan fasilitas baca Anak Usia
dan Dini
- Pendidikan Anak Usia 95 115 perpustakaan Wajib Belajar Dinas
Pendidikan

Dini (PAUD) serta lokasi Pendidikan Pendidikan


khusus pasar Dasar
buku murah Sembilan
untuk Tahun
- Pendidikan Dasar 275 374 mempermudah  Pendidikan
akses Menengah
- Pendidikan Menengah 83 117 masyarakat  Pengembanga
terhadap bahan n Budaya
bacaan Baca dan
Pembinaan
Perpustakaan Kantor Arsip
Jumlah pengunjung 37.00 97.00 Peningkatan dan

Perpustakaan
perpustakaan umum 0 0 Sarana dan Perpustakaa
daerah dan keliling Prasarana n Daerah
Jumlah perpustakaan 0 1 Perpustakaan
bertaraf internasional

Berkembangnya Jumlah sarana kreativitas 0 3 Menyediaakan Pengelolaan Dinas


Lingkungan

ruang kreasi, pemuda di ruang publik ruang dan Ruang Kebersihan


Hidup
inovasi, dan aktivitas yang Terbuka Hijau dan

171
VII. 172

CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
berbagi untuk dapat (RTH) Pertamanan
masyarakat Jumlah sarana dan 379 384 menumbuhkan  Pengembanga
prasarana olahraga aktivitas kreatif n dan
dan inovatif Keserasian
Kebijakan
Pemuda
Kantor
Jumlah penyelenggaraan 4 7 Peningkatan Kepemudaan
Pemuda dan

event kreatif budaya Peran Serta dan Olah Raga


Olah Raga
Kepemudaan
 Peningkatan
Sarana dan
Prasarana
Olah Raga
Jumlah kegiatan 12 60 Dinas
kepemudaan Kebudayaan
 Pengelolaan Pariwisata
Keragaman Kebudayaan dan
Budaya Ekonomi
Kreatif

Jumlah pemuda yang 0 272 Dinas


mendapat pelatihan Tenaga Kerja
kewirausahaan - Peningkatan Sosial dan
Kesempatan Ketenagakerjaan Transmigrasi
Masterplan kompleks 0 1 Kerja Kantor
olahraga (GOR) Pemuda dan
Olah Raga

172
Tujuan I. 3. Mendorong proses pengambilan keputusan publik yang cerdas

CAPAIAN KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Meningkatnya Tingkat partisipasi 50 70 Mengembangkan  Badan
partisipasi Musrenbang sistem Perencanaan
masyarakat Kelurahan (%) perencanaan dan  Perencanaan Perencanaan Pembanguna
yang monev Pembangunan Pembanguna n Daerah
berkualitas Tingkat partisipasi 80 90 pembangunan Daerah n
dalam Musrenbang yang Kecamatan
perencanaan Kecamatan (%) meningkatkan
pembangunan Tingkat partisipasi 90 95 kepedulian dan Badan
Musrenbang Kota partisipasi Perencanaan
(%) publik terutama Pembanguna
dalam proses n Daerah
Meningkatnya Keswadayaan warga NA 10 pembangunan
partisipasi dalam Program formal strategis.  Peningkatan
masyarakat Daerah Perhatian perlu Partisipasi
yang Pemberdayaan diberikan pada Masyarakat dalam
fenomena Pemberdayaa
berkualitas Masyarakat (PDPM) Membangun
“kelelahan n Masyarakat
dalam (%) Kelurahan Kecamatan
berpartisipasi” dan
pelaksanaan
(participation Kelurahan
pembangunan Tingkat partisipasi 75 78  Peningkatan
dalam Pemilu Kota fatigue), dimana Keberdayaan
(%) masyarakat Masyarakat
jenuh untuk Kelurahan
berpartisipasi
Tingkat partisipasi 66 70
akibat Kesatuan Kantor
dalam Pemilu
implementasi Pendidikan Politik Bangsa dan Kesatuan
Provinsi (%)

yang tidak sesuai Masyarakat Politik Dalam Bangsa dan


dengan yang Negeri Politik

173
VII. 174

CAPAIAN KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
direncakanan.
Tingkat partisipasi 75 78 Fenomena ini
dalam Pemilu dapat
Nasional (%) diminimalkan
melalui
Meningkatnya Jumlah aduan yang NA 100 sedikitnya dua
pelayanan dan diselesaikan (%) cara yaitu (i)
penanganan kejelasan
pengaduan anggaran yang
masyarakat disediakan, dan Mengintensifkan
Sekretariat

dalam proses (ii) integrasi Penanganan Otonomi


antara hasil Daerah (Bag.
pembangunan Pengaduan Daerah
Musrenbang Humas)
Masyarakat
Kelurahan,
Kecamatan, dan
Kota.

Tersedianya Repository data Tidak Tersedia Membangun  Pengembangan Komunikasi Kantor


baseline data warehouse tersedia sistem basis data Komunikasi, dan Komunikasi
yang kuat, antarinstansi Informasi dan Informatika dan
akurat dan secara akurat Media Massa Informatika
mutakhir dan terintegrasi 

Tingkat integrasi Tidak Tersedia yang dapat


database mencakup tersedia dimanfaatkan
Badan
data capaian SPM, untuk Perencanaan
Pengembangan Perencanaan
IKU/IKK, Indikator menghasilkan Pembanguna

Data dan Informasi Pembanguna


Kinerja Daerah kebijakan publik n
n Daerah
RPJM, Indikator yang andal.
Sasaran RPJM (%) Baseline data ini
174
CAPAIAN KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
harus
diperankan
sebagai sistem
Jumlah OPD yang Tidak Tersedia pendukung Badan
menerapkan sistem Tersedi pengambilan Perencanaan
kearsipan berbasis a keputusan Pembanguna
TI (decision n Daerah
supporting  Perbaikan Sistem Kantor Arsip
system) sehingga Administrasi Kearsipan dan
harus dapat Kearsipan Perpustakaan
menyajikan Daerah
berbagai Badan
indikator Kepegawaian,
pembangunan Pendidikan
seperti dan Pelatihan
pencapaian  Pengembangan Badan
Standar Data/Informasi/St Statistik Perencanaan
Pelayanan atistik Daerah Pembanguna
Minimal (SPM), n Daerah
pencapaian
Indikator Kinerja
Kunci (IKK),
Indikator Kinerja
Utama (IKU).
Selain itu, perlu
dikembangkan
mekanisme
untuk
mengoptimalkan

175
VII. 176

CAPAIAN KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Sistem Informasi
Administrasi
Kependudukan
(SIAK) sebagai
bagian dari
baseline data
dan decision
supporting
system.

176
Tujuan I. 4. Mengembangkan kualitas dan pemerataan akses pendidikan dalam upaya mencetak generasi muda yang tangguh
dan berkompeten
CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Berkembangnya Persentase pendidik yang 31 41 Mengembangkan  Peningkatan
kegiatan mendapatkan pelatihan pola pendidikan Mutu Pendidik
pendidikan pembelajaran tematik yang dan Tenaga
yang dan pendidikan karakter berlandaskan Kependidikan
mendukung Jumlah sekolah yang 6 56 pada nilai dan  Pendidikan
kompetensi dan mendapat pelatihan karakter Anak Usia
karakter pendidikan karakter disamping Dini
Dinas
muatan Wajib Belajar Pendidikan
Pendidikan

akademik dan Pendidikan


keterampilan. Dasar
Selain nilai dan Sembilan
karakter yang Tahun
bersifat  Pendidikan
universal, nilai Menengah
Persentase Dinniyah NA 100 dan karakter  Pendidikan
Takmiliyah yang dibantu lokal juga perlu Non Formal
penyelenggaraannya oleh diperkuat
pemerintah daerah sebagai
tercermin dalam  Pemberdayaan Sekretariat
Otonomi
budaya dan Lembaga Daerah Bag.
Daerah
kearifan Sosial Kemasyarakatan
tradisional yang
ada.
Meningkatnya Pendidik non formal dan 72,14 75,62 Memetarakan  Peningkatan Pendidikan Dinas
pemerataan informal dengan akses Mutu Pendidik Pendidikan
akses dan kulaifikasi S1 (%) pendidikan dan dan Tenaga

177
VII. 178

CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
kualitas menetapkan Kependidikan
pendidikan standar  Pendidikan
kualifikasi Non-Formal
formal, non Persentase satuan 52 175 pendidik  Wajib Belajar
formal dan pendidikan formal yang dan lembaga Pendidikan
informal terakreditasi A pendidikan Dasar
sehingga mampu Sembilan
mendorong Tahun
lingkungan  Pendidikan
pendidikan yang Menengah
Persentase satuan 16 36 lebih  Manajemen
pendidikan non formal berkualitas. Pelayanan
yang terakreditasi (%) Pendidikan
Persentase satuan 20 45
pendidikan yang
menerima bantuan
sarana dan prasarana
pendidikan (%)
Angka rata-rata lama 9,93 10,5
sekolah
Angka Partisipasi Murni
(APM)
- SD/MI/Paket A 97,18 100
- SMP/MTs/Paket B 89,60 92
- SMA/SMK/MA/Paket 99,94 100
C

178
CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Terciptanya Jumlah medali yang 52 175 Memberikan Pembinaan
Kepemudaan

generasi muda diraih olahragawan pembinaan dan dan Kantor Pemuda


dan Olah
yang pelajar tingkat wilayah insentif dalam Pemasyarakat dan Olah Raga
Raga
berprestasi dan provinsi peningkatan an Olahraga
Jumlah pemuda pelopor 1 1 prestasi kualitas  Wajib Belajar
tingkat Jawa Barat dan pemuda dalam Pendidikan
Nasional beragam bidang. Dasar
Sembilan
Tahun Dinas
Pendidikan
Jumlah siswa berprestasi 43 53  Manajemen Pendidikan
tingkat propinsi Layanan
Pendidikan
Jumlah siswa berprestasi 10 15  Pendidikan
tingkat nasional Menengah
Jumlah siswa berprestasi 14 14
tingkat internasional
Jumlah tawuran antar 80 8
pelajar

179
VII. 180

MISI II.
MENJADIKAN BOGOR KOTA YANG SEHAT DAN MAKMUR
Tujuan II. 1. Meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk hidup dan berperilaku sehat

CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA BIDANG
SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Meningkatnya Persentase 62 100 Mengembangan
Pelayanan
aksesibilitas masyarakat yang program untuk

Kesehatan
masyarakat memiliki jaminan meningkatkan akses
Penduduk Miskin
miskin kesehatan (%) masyarakat
terhadap Persentase 100 100 miskinterhadapfasilita
layanan masyarakat s kesehatan. Berbagai
kesehatan miskin terlayani program ini haruslah  Upaya Kesehatan
di sarana inheren dengan Masyarakat
kesehatan dasar program nasional
dan rujukan (%) khususnya BPJS. Dinas
Bed occupacy rate 0 75  Pengadaan, Kesehatan
(BOR) di RSUD Peningkatan dan
Kesehatan
(%) Perbaikan Sarana
dan Prasarana
Puskesmas/Puskes
mas Pembantu dan
Jaringannya
Rasio puskesmas 0,78 1,00  Standarisasi
/pustu per Pelayanan
kelurahan Kesehatan
Sarana kesehatan 12 25 Pengadaan,
Rumah Sakit

pemerintah yang Peningkatan


Umum
terakreditasi Sarana dan
Daerah
Prasarana Rumah

180
CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA BIDANG
SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Sakit/Rumah Sakit
Jiwa/Rumah Sakit
Paru-Paru/Rumah
Sakit Mata
Persentase sarana 68 73
kesehatan swasta
yang memenuhi
standar (%)
Jumlah 3 6
puskesmas rawat
inap
Persentase 0 85
kunjungan dokter
pada keluarga pra
sejahtera (%)
Menurunnya Prevalensi 110 105 Meningkatkan
kasus Tubercolosis BTA kualitas kesehatan  Pencegahan dan
penyakit positif (per masyarakat melalui Penanggulangan
menular 100.000 perbaikan kualitas Penyakit Menular
Dinas
penduduk) kesehatan keluarga Kesehatan
Kesehatan
Angka kematian 0,7 0,21 dan penurunan  Peningkatan
balita akibat diare penyakit menular. Pelayanan
Kesehatan Anak
Balita
Prevalensi HIV 0,2 <0,5  Peningkatan Keluarga Badan
AIDS Penanggulangan Berencana Pemberdayaa
Narkoba, PMS dan n Masyarakat

181
VII. 182

CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA BIDANG
SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Termasuk Keluarga dan Keluarga
HIV/AIDS Sejahtera Berencana
Persentase angka 84 86 Kepemudaa Kantor
kesembuhan TBC n dan Olah Pemuda dan
(%) raga Olah Raga
Tingkat 68,40 95,00
pengetahuan
masyarakat
tentang HIV/
AIDS secara
komprehensif
Jumlah pemuda 70 370
yang mengetahui
bahaya Narkoba
dan HIV/ AIDS
Meningkatnya Persentase balita 0,47 0 Meningkatkan dan  Perbaikan Gizi
kualitas gizi buruk (%) memperbaikikualitas Masyarakat
kesehatan Persentase 81 85 kesehatan individu  Peningkatan
individu dan cakupan dan keluarga dengan Pelayanan
keluarga imunisasi dasar pengembangan Kesehatan anak
lengkap pada bayi program-program KB, Balita Dinas
Kesehatan
Persentase Ibu 0 15 dan program-program  Peningkatan Kesehatan
Hamil Kurang yang mengarah pada Keselamatan Ibu
Energi Kronis perbaikan Melahirkan dan
(KEK) (%) kesehatankelompok Anak
Rasio kematian 13 10 perempuan, anak,
Ibu per 100.000 remaja, dan lansia

182
CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA BIDANG
SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
kelahiran hidup
Rasio kematian 62 49
Pengawasan Obat
bayi per 1000

dan Makanan
kelahiran hidup
Cakupan balita 100 100
gizi buruk  Upaya Kesehatan
mendapat Masyarakat
perawatan
Persentase remaja 39 50
Promosi Kesehatan
yang mendapat

dan Pemberdayaan
pelayanan
Masyarakat
kesehatan
Persentase 58 68
posyandu
berstrata mandiri
Peningkatan
(%)

Pelayanan
Persentase lansia 30 100
Kesehatan Lansia
yang mendapat
pelayanan Keluarga Badan
kesehatan Berencana Pemberdayaa
Kesertaan ber-KB 111.18 156.18  Keluarga dan n Masyarakat
(Akseptor) 3 3 Berencana Keluarga dan Keluarga
Pusat Informasi 24 29 Sejahtera Berencana
Kesehatan
dan Konseling

Reproduksi Remaja
(PIK) Remaja
 Pembinaan dan Kepemudaan Kantor
Jumlah fasilitasi 15 90 Pemasyarakatan dan Olah Pemuda dan

183
VII. 184

CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA BIDANG
SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
penyelenggaraan Olahraga Raga Olah Raga
event olahraga
Kota Bogor

Meningkatnya Persentase 64,88 75 Mengembangan


Pengembangan
pengetahuan masyarakatber- program yang secara

Lingkungan Sehat
masyarakat PHBS (%) kontinyu memberikan Dinas
Kesehatan
mengenai Persentase 100 100 perubahan kesadaran  Promosi Kesehatan Kesehatan
perilaku Keluarahan siaga dan perilaku dan Pemberdayaan
bersih dan aktif (%) kesehatan Masyarakat
sehat bagi diri persentase 22,49 55 masyarakat.  Lingkungan Sehat Perumahan Dinas
sendiri dan Kawasan yang Perumahan Rakyat Kesehatan
lingkunganny mematuhi Perda
a KTR (%)
Persentase RW 0 50
yang
mendapatkan
sosialisasi
mengenai
perilaku bersih
dan sehat (%)
Persentase akses 79,3 82,5
jamban keluarga
(%)

184
Tujuan II. 2. Meningkatkan kualitas permukiman
CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA BIDANG
SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Meningkatnya cakupan rumah 366 600 Menciptakan Dinas
Lingkungan Perumahan
aksesibilitas tangga yang terlayani standar dan Pengawasan

Sehat Rakyat
masyarakat sistem offsite mengembangan Bangunan dan
Perumahan
terhadap kualitas Permukiman
pengelolaan Cakupan rumah 2,21 6,17 permukiman
Dinas
air limbah tangga dengan yang sehat
Kebersihan
yang layak pengelolaan air melalui - Pengembangan
dan
limbah yang layak perbaikan Kinerja
Pekerjaan Pertamanan
(%) kualitas Pengelolaan
Umum
Cakupan rumah 1.020 12.200 sanitasi, Air Minum dan Dinas
tangga yang terlayani redesign Air Limbah Pengawasan
sistem intermediate permukiman Bangunan dan
(KK) kumuh, dan Permukiman
Berkurangnya Jumlah kawasan 43 28 akses terhadap
air minum Pengembangan
kawasan kumuh (titik) Dinas

yang layak. Lingkungan Kesehatan


permukiman Persentase Rumah 79.5 82.5 Kesehatan
Sehat
kumuh Sehat (%)
Tersedianya Jumlah rumah 840 2.500 Pengembangan
Dinas

pelayanan air tangga berakses air Kinerja


Pekerjaan Pengawasan
minum yang minum bersih (non Pengelolaan
Umum Bangunan dan
memadai PDAM) *intervensi Air Minum dan
Permukiman
per tahun) Air Limbah

185
VII. 186

Tujuan II. 3. Merevitalisasi ruang perkotaan yang lebih sehat dan nyaman untuk semua elemen masyarakat (termasuk anak,
perempuan, lansia dan difabel)
CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA BIDANG
SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Meningkatnya Jumlah taman kota Merevitalisasi taman-
jumlah dan yang dilengkapi taman kota dengan
kualitas dengan fasilitas yang peremajaan dan
Pengelola
taman-taman ramah lansia pemeliharaan

an Ruang Dinas
kota sebagai Jumlah lapangan tanaman, dan Lingkungan
Terbuka Kebersihan dan
ruang publik bermain pengadaan fasilitas Hidup
Hijau Pertamanan
yang sehat, Jumlah taman kota yang ramah anak,
(RTH)
asri, aman yang dilengkapi lansia, dan difabel.
dan ramah dengan fasilitas Selain itu, juga
pengguna bermain anak diupayakan
Terpenuhinya Jumlah ruang publik penambahan taman-
kebutuhan yang memiliki taman baru sehingga
kelompok fasilitas difabel taman sebagai ruang  Pengelola
berkebutuhan publik dapat diakses an Ruang Dinas
secara lebih luas oleh Lingkungan
khusus di Terbuka Kebersihan dan
masyarakat. Hal ini Hidup
ruang publik Hijau Pertamanan
dilakukan demi (RTH)
menguatkan karakter
Kota Bogor.

186
Tujuan II. 4. Meningkatkan ketahanan kelompok Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
CAPAIAN
KINERJA
BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
URUSAN
AKHI
AWAL
R
Tertangani Rumah Tangga 10.48 9744 Menertibkan  Pemberdayaan
dan Sangat 7 dan membina Kelembagaan
terfasilitasin Miskin(RTSM)/KSM PMKS sehingga Kesejahteraan
ya kelompok Eks Peserta Program menjadi warga Sosial
penyandang Keluarga Harapan yang lebih  Pembinaan Panti
masalah (PKH) produktif dan Asuhan/Panti
kesejahteraa mandiri melalui Jompo
n sosial Jumlah Wanita 75 562 beragam  Pelayanan dan
(PMKS) Rawan Sosial lembaga sosial Rehabilitasi
Ekonomi (WRSE) yang yang ada serta Kesejahteraan
ditangani program- Sosial
Persentase korban 100 100 program jangka  Pembinaan Eks
pendek yang Sosial Dinas Tenaga Kerja,
bencana yang Penyandang
menekankan Sosial dan Transmigrasi
mendapat bantuan Penyakit Sosial
(%) pada (eks narapidana,
pembentukan PSK, narkoba
mental hidup. dan penyakit
sosial lainnya)
Jumlah jenis PMKS 19 24  Pembinaan Anak
yang ditangani Terlantar
Persentase PMKS 53 63  Pembinaan Para
yang ditangani (%) Penyandang
Cacat dan
Trauma
Peningkatan kualitas 50 900  Pemberdayaan

187
VII. 188

CAPAIAN
KINERJA
BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
URUSAN
AKHI
AWAL
R
hidup bagi lansia Fakir Miskin dan
Penyandang
Masalah
Kecamatan
Kesejahteraan
Sosial (PMKS)
Lainnya
Meningkatny Persentase KK miskin 8,26 7,18 Melakukan  Peningkatan Sosial Dinas Tenaga Kerja,
a (%) pembinaan Partisipasi Sosial dan Transmigrasi
kesejahteraa terhadap Masyarakat
n keluarga Jumlah perempuan 170 420 kelompok  Peningkatan
dalam
dan kualitas kepala keluarga yang PMKS sehingga Peran
Membangun
hidup warga dibina menjadi warga Perempuan di
Kelurahan
miskin yang lebih Kelurahan
Jumlah perbaikan - 544 produktif dan Keluarga
Peningkatan
rumah tidak layak Berencana Badan Pemberdayaan

mandiri melalui Kelembagaan


huni (unit) beragam dan Masyarakat dan
Ekonomi
lembaga sosial Keluarga Keluarga Berencana
Kelurahan
yang ada serta Sejahtera
program- Peningkatan
Dinas Pengawasan

program jangka Ketahanan dan Perumahan


Bangunan dan
pendek yang Pemberdayaan Rakyat
Permukiman
Keluarga

188
CAPAIAN
KINERJA
BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
URUSAN
AKHI
AWAL
R
menekankan
pada
Lingkungan
peningkatan

Sehat
taraf hidup
warga miskin

Perumahan
dan kelompok

PMKS.
Terwujudnya Persentase kasus 65 75 Menciptakan Pemberday
Peningkatan
perlindungan kekerasan terhadap lingkungan aan

Kualitas Hidup Badan Pemberdayaan


perempuan anak dan perempuan yang aman bagi Perempuan
dan Masyarakat dan
dan anak yang ditangani dan perempuan dan dan
Perlindungan Keluarga Berencana
terhadap terselesaikan (%) anak melalui Perlindung
Perempuan
tindak pembinaan, an Anak
kekerasan Persentase 100 100 pengembangan  Pelayanan dan
sarana Dinas Tenaga Kerja,
pendampingan kasus Rehabilitasi Sosial
pengaduan Sosial dan Transmigrasi
kekerasan terhadap Kesejahteraan
anak tindak
Jumlah pekerja anak 100 100 serta  Sosial
Perlindungan
kekerasan (%) penindakan dan
yang tegas Ketenagake Dinas Tenaga Kerja,
Pengembangan
terhadap rjaan Sosial dan Transmigrasi
Lembaga
pelaku Ketenagakerjaan
kekerasan. Pemberday
Peningkatan
aan Badan Pemberdayaan

kelembagaan
Masyarakat Masyarakat dan
Ekonomi
dan Keluarga Berencana
Kelurahan
Kelurahan

189
VII. 190

Tujuan II. 5. Meningkatkan produktifitas dan akses masyarakat terhadap penghidupan yang layak
CAPAIAN KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Meningkatnya Jumlah UMKM yang 10.823 11.002 Mengembangan Penciptaan
Koperasi dan

kegiatan produktif sistem Iklim Usaha Dinas Koperasi dan


Usaha Kecil
perekonomian dan ketenagakerjaan Kecil Usaha Kecil
dan
aksesibilitas terpadu melalui Menengah Menengah
Menengah
masyarakat pengembangan yang Kondusif
terhadap lapangan Jumlah IKM yang 700 1075 keterampilan Badan
Perencanaan Perencanaan
pekerjaan yang produktif dan mental Perencanaan

Pembangunan Pembanguna
produktif wirausaha serta Pembangunan
Ekonomi n
sistem informasi Daerah
Jumlah SIUP 600 960 kerja yang  Pengembangan Dinas
uptodate dan Industri Kecil Industri Perindustrian dan
iklim bekerja. dan Menengah Perdagangan
Jumlah TDP 600 960 - Badan Pelayanan
Peningkatan
Perizinan Terpadu

Daya Saing Penanaman


dan Penanaman
Penanaman Modal
Modal
Modal
- Kecamatan
Jumlah penyerapan 1.308 1.514 Peningkatan
Dinas Tenaga

tenaga kerja Kualitas dan


Kerja, Sosial dan
Produktivitas
Transmigrasi
Tenaga Kerja
Persentase 0 100 Dinas Tenaga
Ketenagakerj
optimalisasi fungsi Kerja, Sosial dan
aan
BLK (%)  Peningkatan Transmigrasi,
Persen pencari kerja 26 29 Kesempatan
Dinas
yang dilatih di BLK Kerja
Perindustrian dan
yang terserap di
Perdagangan,
pasar kerja (%)
190
CAPAIAN KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Jumlah wirausaha 128 944 Dinas Koperasi dan
baru Usaha Kecil
Menengah
Meningkatnya jiwa Jumlah sentra IKM 0 5
kewirausahaan dan  Penciptaan
iklim yang Iklim Usaha Dinas Koperasi dan
kondusif untuk Kecil Usaha Kecil
berkreasi dan Menengah Menengah
berusaha di yang Kondusif
Koperasi dan
masyarakat
Jumlah IKM yang 12 37  Pengembangan Usaha Kecil
menerapkan Sistem dan
Teknologi Pendukung Menengah
Usaha bagi Sekretariat Daerah
Usaha Mikro (Bag.
Kecil Perekonomian)
Menengah
Jumlah produk yang tersertifikasi yang  Peningkatan
dihasilkan UMKM Kualitas
- halal 590 1090 
Kelembagaan
Pengembangan Dinas
Koperasi
Industri Kecil Perindustrian dan
- haki 200 450 
dan Menengah
Peningkatan Perdagangan
Kemampuan
Jumlah promosi yang dilakukan  Pengembangan
Teknologi Industri Sekretariat Daerah
Kewirausahaa
Industri
n dan (Bag.
Keunggulan Perekonomian)
Kompetitif
Usaha Kecil

191
VII. 192

CAPAIAN KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Menengah

- ekonomi 10 20  Perlindungan
Konsumen dan
Pengamanan
Dinas
Perdagangan
Perindustrian dan
- perdagangan 21 41 Peningkatan
Perdagangan

Efisiensi
Perdagangan
Perdagangan
Dalam Negeri
- perindustrian 15 35 Peningkatan
Sekretariat Daerah

dan
(Bag.
Pengembangan
Perekonomian)
Ekspor
- koperasi 28 69 Dinas Pertanian
- pertanian 10 50
Jumlah kemitraan 3 13
dan kerjasama  Pengolahan
UMKM dan
Badan
Jumlah koperasi 301 726 Pemasaran
Pemberdayaan
aktif Hasil Produksi Pertanian
Masyarakat dan
Jumlah Lembaga 136 0 Pertanian,
Keluarga
Keuangan Mikro Peternakan
Berencana
yang menjadi dan Perikanan
Lembaga Keuangan
Mikro berbadan
hukum

192
CAPAIAN KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Berkembangnya Produksi Tanaman 556.000 597.000 Mengembangkan  Program Pertanian Dinas Pertanian
agribisnis Hias (Tangkai/Pot) pertanian Peningkatan
perkotaan Produksi Ikan Hias 14.768.300 20.000.000 dengan Produksi
(Ekor) memanfaatkan Pertanian,
Jumlah hewan yang 174.526 822.960 lahan pertanian Peternakan,
dipotong di RPH yang produktif dan Perikanan
(Ekor) untuk
Jumlah produk 24 84 komoditas  Pengolahan
olahan pertanian tanaman hias, dan
binaan ikan hias, dan Pemasaran
Produk hasil 34 119 pengembangan Hasil Produksi
pertanian binaan produk olahan. Pertanian,
yang dipasarkan Peternakan
dan Perikanan
Terjaminya Skor Pola Pangan 86 100 Meningkatkan Peningkatan
Ketahanan Kantor Ketahanan

kualitas dan Harapan (PPH) ketersediaan Ketahanan


Pangan Pangan
kebutuhan pangan bahan pangan. Pangan
masyarakat Stabilitas harga dan 100 100 Dinas
pasokan pangan (%) Perindustrian dan
Persentase tingkat 100 100  Perlindungan Perdagangan
pemantauan dan Konsumen dan - Kantor Ketahanan
Perdagangan
pengendalian inflasi Pengamanan Pangan
daerah Perdagangan - Sekretariat
Daerah (Bag.
Perekonomia)

193
VII. 194

MISI III.
MENJADIKAN BOGOR KOTA YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
Tujuan III. 1. Meningkatkan kualitas penataan ruang
CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Tersusunnya Peninjauan ulang 0 1 Mengimplementasikan Badan
kebijakan RTRW Kota Bogor penataan ruang Perencanaan
penataan ruang 2011-2031 (dokumen) secara tegas dengan Pembangunan
yang mengembalikan Daerah
berwawasan Jumlah rencana 6 36 kenyaman Kota Bogor  Perencanaan Penataan Dinas
lingkungan umum, rencana detil melalui peran serta Tata Ruang Ruang Pengawasan
dan rencana masyarakat dalam Bangunan
pengembangan pengendalian. dan
kawasan Permukiman
yangdisusun
(RDTR/RTBL)
Meningkatnya Frekuensi pembinaan 1 11  Peningkatan Badan
implementasi kepada masyarakat Peran Serta Perencanaan
rencana tata (per tahun) Masyarakat Pembangunan
ruang dan Jumlah regulasi 10 20 dalam Daerah
kendali penataan ruang Penataan
terhadap (perda/perwali) Ruang Penataan
pemanfaatan Persentase tindak 100 100  Pemanfaatan Ruang
ruang lanjut atas Ruang
pengaduan
pelanggaran tata
ruang (%)
Tingkat konsistensi 0 90
pemanfaatan ruang

194
CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Meningkatnya Luas Ruang Terbuka 39 43.15 Membebaskan Dinas
luasan dan Hijau (ha) sempadan sungai Kebersihan
Pengelolaan
kualitas Ruang atau sumber air Perumahan dan

Areal
Terbuka Hijau lainnya dan Rakyat Pertamanan
Pemakamam
(RTH) Kota Persentase luas 100 100 memanfaatan aset Penataan Badan
Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau yang belum Ruang Perencanaan

Ruang
Kota dalam kondisi dioptimalkan serta Pembangunan
terpelihara (%) mengoptimalisasikan Daerah
fungsi Ruang Terbuka  Perlindungan Badan
Hijau (RTH) eksisting. Konservasi Pengelolaan
Sumber daya Lingkungan
alam Hidup
Dinas
Lingkungan Kebersihan
Hidup dan
Pengelolaan
Pertamanan

Ruang
Badan
Terbuka Hijau
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Tertatanya Persentase Pedagang - 100 Menciptakan ruang  Pembinaan Dinas
Pedagang Kaki Kaki Lima yang ekonomi yang Pedagang Koperasi dan
Lima serta pasar mendapatkan memfasilitasi ekonomi Kaki Lima Usaha Kecil
tradisional pembinaan (%) tradisional dan dan Asongan Perdagangan Menengah
Jumlah review zoning - 100 pentaan Pedagang  Peningkatan
Pedagang Kaki Lima Kaki Lima. Efisiensi PD Pasar
terhadap 14 zona Perdagangan

195
VII. 196

CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Pedagang Kaki Lima Dalam Negri
(%)
Jumlah pasar 2 7  Peningkatan Otonomi Satuan Polisi
tradisional yang Kantrantibma Daerah Pamong Praja
ditata s dan
Peningkatan
Dinas Lalu

Pencegahan
Keselamatan
Tindak Lintas dan
dan Perhubungan
Kriminal Angkutan
Keamanan
Jalan
Transportasi
Badan
 Perencanaan Penataan Perencanaan
Tata Ruang Ruang Pembangunan
Daerah
Pengelolaan Kebersihan
Lingkungan

Ruang dan
Hidup
Terbuka Hijau Pertamanan

196
Tujuan III. 2. Meningkatkan kualitas daya dukung dan daya tampung lingkungan kota
CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA BIDANG
SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Menurunnya Tingkat pemenuhan 20 100 Mengimplementasika  Pengendalian Lingkungan Badan
tingkat baku mutu kualitas n regulasi standar Pencemaran Hidup Pengelolaan
pencemaran limbah cair (%)
Tingkat pemenuhan 20 100 kualitas pencemaran  dan Perusakan
Program Lingkungan
Dinas Lalu
akibat aktivitas baku mutu kualitas yang diiringi dengan Lingkungan
Pengembangan Perhubungan Hidup
Lintas dan
perkotaan udara (%) perubahan sistem Hidup
Transportasi
Tingkat pemenuhan 20 100 kota yanglebih ramah  Pengembangan Pekerjaan Angkutan
Dinas
baku kerusakan Ramah
Kinerja Umum Jalan
Pengawasan
lingkungan. Lingkungan
tanah untuk Pengelolaan Bangunan
produksi biomassa Air Minum dan dan
(%) Air Limbah Permukima
n
- Dinas
Kebersihan
dan
Pertamanan
Meningkatnya Jumlah sumber 34 40 Memulihkan dan Perlindungan
Badan

upaya pemulihan mata airyang konservasi sumber dan


Lingkungan Pengelolaan
dan dilindungi (lokasi) daya alam dengan Konservasi
Hidup Lingkungan
konservasisumbe prioritas pada Sumber Daya
Hidup
r daya alam sumber air baku. Alam
Jumlah 5 7  Penguatan Dinas Bina
Situ/Danau/Kolam Kebijakan dan Pekerjaan Marga dan
Panjang Saluran
Retensi Berkondisi 11 11  Pengembangan
Regulasi SDA
Irigasi Berkondisi dan Umum Sumber Daya
Baik Air
Baik (km) Pengelolaan
Terwujudnya Panjang 174,5 194,5 Mewujudkan kota 
Jaringan
Pengembangan Pekerjaan Dinas Bina
penataan dan Sungai/Saluran 4 4 riverfront melalui ,Irigasi, Rawa
Pengelolaan, Umum Marga dan
dan Jaringan
197 Pengairan
Lainnya
VII. 198

CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA BIDANG
SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
pelestarian Berkondisi Baik (km) sterilasi Daerah dan Sumber Daya
Daerah Aliran Aliran Sungai dari Konservasi Air
Sungai (DAS) aktivitas budidaya Sungai, Danau
yang mengganggu. dan Sumber
Daya Air
Memperlakukan dua Lainnya
sungai utama yang
melalui Kota Bogor
yaitu Ciliwung dan Badan
Perencanaan
Cisadane sebagai Perencanaan Perencanaan
Pembanguna

ecoregion sehingga Sosial Budaya Pembanguna


n
pengelolaannya n Daerah
harus dilaksanakan
secara lintas daerah
Meningkatnya Jumlah sekolah yang 50 100 Mewujudkan kota
peran serta dibina untuk yang lebih ramah
masyarakat menjadi sekolah lingkungan dengan Badan
Kemitraan
dalam Adiwiyata dan menekankan pada Lingkungan Pengelolaan

Lingkungan
pelestarian sekolah berbudaya perubahan Hidup Lingkungan
Hidup
lingkungan lingkungan per kesadaran dan Hidup
tahun perilaku masyarakat
Jumlah sosialisasi 1 3 melalui pendidikan
lingkungan hidup formal dan Badan
Perencanaan
(tema) pembinaan secara Perencanaan Perencanaan
Pembanguna

kontinyu. Sosial Budaya Pembanguna


n
n Daerah

198
Tujuan III. 3. Mengembangkan transportasi kota yang mengutamakan angkutan umum massal, pejalan kaki dan pesepeda
CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA BIDANG
SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Terwujudny Jumlah angkutan 0 1000 Mewujudkan sistem Dinas Lalu
Pengembangan
a sistem umum berbahan pergerakan yang efisien Perhubunga Lintas dan

Transportasi Ramah
angkutan bakar alternatif dan ramah lingkungan n Angkutan
Lingkungan
umum kota yang berdasarkan pada Jalan
yang sistem angkutan Badan
nyaman dan massal yang memadai.  Mitigasi dan Adaptasi Lingkungan Pengelolaan
ramah Perubahan Iklim Hidup Lingkungan
lingkungan Hidup
 Perencanaan
Pembangunan Sarana
Prasarana
Jumlah Prasarana 4 72
Peningkatan Badan
& Sarana Perencanaa

Aksesibilitas Perencanaa
Perhubungan n
Pelayanan Jasa n
Terbangun & Pembangun
Transportasi Pembangun
Terpelihara an
an Daerah
Operasional 3 7
Peningkatan Kualitas
Jumlah Koridor

Pelayanan Angkutan
BTS Trans Pakuan
Umum
(koridor)
Jumlah panjang 266.46 276.04
ruas jalan utama 8 8
Dinas Bina
(Arteri, Kolektor &
Pembangunan Jalan Pekerjaan Marga dan
Lokal) terbangun

dan Jembatan Umum Sumber


sesuai arahan
Daya Air
RTRW 2011 - 2031
(km)

199
VII. 200

CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA BIDANG
SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Persentase 86 89  Rehabilitasi/pemeliha
Panjang Jalan raan jalan dan
Berkondisi Mantap jembatan
(Baik & Sedang)  Pembangunan saluran
(%) drainase/gorong-
gorong
 Peningkatan sarana
prasarana perkotaan
Meningkatn Panjang Prasarana 0,545 24,813 Peningkatan  Peningkatan Pekerjaan Dinas Bina
ya kualitas Pedestrian yang kenyamanan dalam Prasarana Pedestrian Umum Marga dan
sarana meningkat berjalan kaki yang Sumber
prasarana kapasitasnya (km) ramah bagi setiap Daya Air
pejalan kaki kalangan. Model sarana
dan Panjang Prasarana 249.40 271.06 pedestrian ideal yang
pengguna Pedestrian Jalan 2 2 dikembangkan
sepeda Utama Terbangun bersama Program
(km) Sustainable Urban
Jalur sepeda yang 0 3 Transport Improvement Perhubunga Dinas Lalu
dikembangkan Project (SUTIP) GIZ n Lintas dan
(koridor) akan menjadi Angkutan
percontohan untuk Jalan
dikembangkan
selanjutnya.Pengemban
gan jalur pesepeda
akan dimulai pada
koridor jalan utama
yang telah ada,
kemudian dalam proses
200
CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA BIDANG
SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
evaluasi akan
dikembangkan jalur
lain yang memadai.
Berkurangn Rata-rata waktu 20,08 23 Menargetkan  Peningkatan Kualitas Perhubunga Dinas Lalu
ya tempuh di lokasi pengurangan jumlah Pelayanan Angkutan n Lintas dan
kemacetan rawan kemacetan kendaraan pribadi Umum Angkutan
(km/jam) dengan meningkatkan  Peningkatan Jalan
pelayanan angkutan Keselamatan dan
umum yang memadai Keamanan
disertai dengan Transportasi
evaluasi dan  Peningkatan
pengembangan Kompetensi SDM
kawasan parkir (park Transportasi
on ride). Pengadaan
gedung parkir pada
pusat kota akan
memanfaatkan akuisisi
lahan dan land
banking. Upaya ini
diiringi dengan
peningkatan
penggunaan non-
motorized transport.

201
VII. 202

Tujuan III. 4. Mendorong pembangunan kota yang tanggap risiko bencana dan dampak perubahan iklim
CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Meningkatnya Jumlah kejadian 295 286 Mewujudkan Pencegahan Kantor
Kesatuan

pencegahan dan bencana masyarakat dan dini dan Kesatuan


Bangsa dan
kesiapsiagaan pemerintah yang penanggulang Bangsa dan
Politik Dalam
terhadap siap-tanggap an korban Politik Dalam
Negeri
bencana dalam bencana alam Negeri
Persentase 10 100 menghadapi Dinas
Lingkungan
ketersediaan sarpras bencana di Pengawasan

sehat Perumahan
terhadap kebutuhan beberapa daerah Bangunan dan
perumahan
prioritas. Selain Permukiman
itu, menjadikan  Perencanaan Badan
Kota Bogor Pembangunan Perencanaan Perencanaan
sebagai bagian Daerah Rawan Pembangunan Pembangunan
dari komunitas Bencana Daerah
internasionalyang Dinas Bina
secara bersama- Pekerjaan Marga dan
sama Umum Sumber Daya
mengurangi  Pengendalian Air
pemanasan Banjir Dinas Tenaga
global Kerja, Sosial
diantaranya Sosial
dan
melalui Transmigrasi
Meningkatnya Tingkat penanganan 100 100 penghijauan Badan
kota, green Tanggap
tanggap darurat kejadian bencana (%) Pekerjaan Penanggulangan

building, dan Darurat


saat bencana Umum Bencana
partisipasinya Bencana
Daerah

202
CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
dalam berbagai Dinas Bina
kampanye seperti Marga dan
Earth Hour. Sumber Daya
Air
Dinas
Pengawasan
Bangunan dan
Permukiman
Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan
Dinas Tenaga
Kerja, Sosial
Sosial
dan
Transmigrasi
Dinas
Kesehatan
Kesehatan
Peningkatan
Dinas

Kesiagaan dan
Pengawasan
Pencegahan Perumahan
Bangunan dan
Bahaya
Permukiman
Kebakaran
 Penanganan Kesatuan Kantor
Bencana Alam Bangsa dan Kesatuan
Meningkatnya Tingkat pemulihan 100 100 Badan
Pemulihan Politik Dalam Bangsa dan
pemulihan pasca pasca bencana (%) Penanggulangan

Pasca Negeri
Sosial Politik Dalam
bencana Bencana
Bencana Negeri
Daerah

203
VII. 204

CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Dinas Tenaga
Kerja, Sosial
dan
Transmigrasi
Dinas Bina
Marga dan
Sumber Daya
Pekerjaan
Air
Umum
Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan
Perbaikan
Dinas

perumahan
Pengawasan
akibat Perumahan
Bangunan dan
bencana
Permukiman
alam/sosial
Meningkatnya Jumlah kampung 0 5 Badan
pengelolaan iklim Perencanaan
Mitigasi dan
mitigasi dan Pembangunan

Adaptasi Lingkungan
adaptasi Daerah
Perubahan Hidup
terhadap Badan
Iklim
perubahan iklim Perencanaan
Pembangunan
Daerah

204
Tujuan III. 5. Menerapkan pengelolaan sampah yang terpadu dan berkelanjutan
CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Meningkatnya Volume sampah 70,37 75,37 Meningkatan  Perbaikan,
pelayanan terangkut pelayanan sampah Optimalisasi, Dinas
Lingkungan
persampahan Volume sampah yang 1.756 1.941 melalui kerjasama Operasional Kebersihan
Hidup
diolah di TPA antardaerah untuk dan dan
Tempat Pengelolaan Pemeliharaan Pertamanan
Sampah Terpadu Fungsi TPA
(TPST) yang  Dinas
menerapkan sistem  Pengembangan Kebersihan
sanitary landfill Kinerja Lingkungan dan
serta pelayanan Pengelolaan Hidup Pertamanan
pengangkutan Persampahan  Kecamatan
sampah.
Meningkatnya Jumlah TPS 3R di 13 18 Mereduksi jumlah Lingkungan
Peningkatan
Pengelolaan tempat yang belum sampah yang Hidup Dinas

Pengelolaan
Sampah Berbasis terlayani oleh diangkut melalui Perencanaan Kebersihan
Sampah
3R (Reduce, angkutan (lokasi) upaya 3R (Reuse Pembangunan dan
Berbasis 3R
Reuse, Recycle) Jumlah Bank 10 85 Reduce Recycle) Pertamanan
Sampah (lokasi) yang didasarkan
pada penerapan Badan
Perencanaan
teknologi dan

Perencanaan
Sarana
perubahan Pembangunan
Prasarana Kota
kesadaran dan Daerah
perilaku
Internalisasi Persentase Reduksi 3,2 4,7 Peningkatan Dinas
masyarakat 
Lingkungan
pengelolaan Sampah (%) Pengelolaan Kebersihan
khususnya di Hidup
sampah sebagai Persentase 13 18 Sampah dan
tingkat rumah
bagian dari pengelolaan sampah Berbasis 3R Pertamanan
tangga, RT, RW dan

205
VII. 206

CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
budaya hidup di tingkat kelurahan. Maka
masyarakat rumahtangga (%) dalam penenerapan
budaya di
masyarakat, peran
dan kewenangan
kecamatan akan
lebih ditingkatkan.
Pengembangan
bank sampah dapat
dikerjasamakan
dengan pihak
pemulung dengan
memulai pada
wilayah
percontohan yang
ditentukan.

206
MISI IV.
MENJADIKAN BOGOR SEBAGAI KOTA JASA YANG BERORIENTASI PADA KEPARIWISATAAN DAN
EKONOMI KREATIF
Tujuan IV. 1.Menjadikan warisan budaya sebagai aset kota
CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Meningkatnya peran Persentase grup kesenian 70 100 Mendorong
serta masyarakat yang aktif memelihara keaktifan  Pengembangan
dalam pengelolaan dan mengembangkan seni beragam Nilai Budaya Dinas
warisan budaya dan budaya (%) organisasi Kebudayaan
Jumlah lembaga yang 8 16 dan lembaga  Pengembangan Kebudayaan Pariwisata dan
menangani bidang dalam kerjasama Ekonomi
kesenian dan budaya kegiatan pengelolaan Kreatif
pelestarian kekayaan
budaya baik budaya
Jumlah kelompok 51 62 yang bendawi
pelestari warisan budaya maupun non
Jumlah kegiatan 91 130 bendawi
pelestarian warisan
budaya yang melibatkan
masyarakat
Terpeliharanya Jumlah kemitraan dalam 9 16 Memperkuat  Pengembangan
kelestarian warisan pelestarian warisan upaya Kerjasama
Dinas
budaya budaya pelestarian Pengelolaan
Kebudayaan
warisan Kekayaan
Kebudayaan Pariwisata dan
budaya Budaya
Ekonomi
Jumlah Kawasan Cagar 1 5 melalui Pengelolaan
Kreatif

Budaya yang dilestarikan pembuatan Kekayaan


regulasi, Budaya

207
VII. 208

CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Jumlah gelar seni dan 30 80 kemitraan  Pengelolaan
budaya yang antarpihak, Keragaman
diselenggarakan dan sarpras Budaya
jumlah kegiatan 30 70 pendukung Dinas
Pengendalian
pengadaan sarana khususnya di Penataan Pengawasan

Pemanfaatan
prasarana pendukung di kawasan Ruang Bangunan dan
Ruang
kawasan Cagar budaya cagar budaya. Permukiman
jumlah kegiatan 68 145 Badan
pengadaan sarana Perencanaan
prasarana kesenian Pembangunan
budaya  Perencanaan Penataan Daerah
Gedung Kesenian 1 2 Tata Ruang Ruang Dinas
Pengawasan
Bangunan dan
Permukiman
Jumlah 20 30
kelompok/komunitas
kesenian budaya di Kota  Penataan dan
Bogor yang dibina Pengaturan
Jumlah sanggar kesenian 40 52 Bangunan Dinas
Perumahan
budaya di Kota Bogor Gedung Pengawasan
Rakyat
yang dibina Bangunan dan
Permukiman
Jumlah Cagar Budaya 224 239  Peningkatan Dinas
yang diinventarisir Utilitas Kebersihan dan
Perkotaan Pertamanan
Jumlah peraturan daerah  Penataan dan Koperasi dan Kantor
yang mengaturpelestarian Pemberdayaan Usaha Kecil Koperasi Usaha
208
CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
budaya Pedagang Kaki dan Kecil dan
Lima Menengah Menengah
Pekerjaan
Umum
 Pembangunan Dinas Bina
Prasarana Marga dan
Pedestrian dan Sumberdaya
Pesepeda Air
 Peningkatan Perhubungan Dinas Lalu
Aksesibilitas Lintas dan
Pelayanan Angkutan Jalan
Jasa
Transportasi
 Pengelolaan Dinas
Ruang Kebersihan dan
Terbuka Hijau Pertamanan
 Mitigasi dan Lingkungan Badan
Perubahan Hidup Perencanaan
Iklim Pembangunan
Daerah
BPLH
Tersedianya Jumlah Cagar Budaya 30 40 Dinas
kebijakan/peraturan yang ditetapkan oleh  Pengelolaan Kebudayaan
daerah yang mengatur Peraturan daerah Kekayaan Kebudayaan Pariwisata dan
Warisan Budaya Budaya Ekonomi
Kreatif

209
VII. 210

Tujuan IV. 2. Menguatkan identitas dan citra Kota Bogor (City Branding)

CAPAIAN
KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AKHI
AWAL
R
Meningkatnya fungsi Jumlah Merencanakan
kawasan penyangga kebijakan/peraturan kawasan
kebun raya secara fisik, daerah yang penyangga Kebun
visual dan ekologis menetapkan Kebun Raya Bogor (KRB)
Raya Bogor sebagai sehingga
benckmark pengembangan
pembangunan kota kawasan
Rencana rinci Belum ada penyangga dapat Dinas
pengembangan ada kompatibel dengan Pengawasan
Perencanaan Penataan
kawasan penyangga keberadaan KRB. Bangunan
Tata Ruang Ruang
Kebun Raya Bogor Membangun dan
regulasi yang Permukiman
kokoh sehingga
pengembangan
kawasan
penyangga sesuai
dengan tema
Garden Compatible
Development
Diterapkannya konsep Jumlah panduan Belum ada Membangun
perancangan kota (urban rancang kota ada beragam tapak di
design), termasuk street Dokumen konsep Belu ada Kota Bogor melalui
furniture yang pengembangan city m ada konsep dan
meningkatkan citra kota branding rancangan kota
yang jelas dan

210
CAPAIAN
KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AKHI
AWAL
R
mendukung imaji
kota yang
berdasarkan pada
panduan rancang
kota dan City
Branding
Dijadikannya Bogor Jumlah kerjasama 10 15 Mengaktifkan  Kerjasama Perencanaan Badan
sebagai Pusat pemerintah daerah kembali potensi Pembangu Pembanguna Perencanaan
Pengetahuan dan dengan lembaga penelitian dan nan n Pembanguna
Penelitian bidang penelitian dalam dan peningkatan n Daerah
pertanian dan botani luar negeri pengetahuan
pertanian dan
botani Kota Bogor
melalui kerjasama
dalam negeri dan
luar negeri.
Tumbuh berkembangnya Jumlah sarana dan 6 14 Memfasilitasi  Pengemban Pariwisata Dinas
aktivitas MICE (Meeting, prasaranan berkembangnya gan Kebudayaan
Incentives, pendukung MICE aktivitas MICE Destinasi Pariwisata
Conferences/Convention, dengan Pariwisata dan Ekonomi
Exhibitions/Events) membangun Kreatif
infrastruktur MICE
berskala
internasional,
mendorong
sertifikasi hotel,
dan dengan

211
VII. 212

CAPAIAN
KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AKHI
AWAL
R
menerapkan
regulasi yang tegas
sehingga membuat
Kota Bogor tetap
nyaman. Oleh
karena itu,
pembangunan
infrastruktur MICE
(seperti convention
centre, hotel)
harus dalam
batas-batas yang
dikendalikan agar
tidak
kontraproduktif
terhadap sisi
kenyamanan kota.

212
Tujuan IV. 3. Mengembangkan Pariwisata Kota Bogor yang berkarakter

CAPAIAN KINERJA
BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
URUSAN
AWAL AKHIR
Berkembangnya Jumlah destinasi wisata 16 18 Mengembangkan Pengembangan Pariwisata Dinas
destinasi wisata yang dikembangkan industri Destinasi Kebudayaan
pariwisata yang Pariwisata Pariwisata dan
Jumlah Kunjungan 3.769.787 6.071.280 terintegrasi Pengembangan Ekonomi
Wiasatawan Nusantara melalui Pemasaran Kreatif
Jumlah Kunjungan 183.807 296.023 pengembangan Pariwisata
Wiasatawan paket, sarpras
Mancanegara pariwisata (peta,
Jumlah event/pameran 6 8 petunjuk,
yang diikuti per tahun kawasan oleh-
Badan promosi 0 1 oleh), promosi
pariwisata daerah yang dan pemasaran.
terbentuk
Meningkatnya Jumlah kompepar 1 6 Pengembangan Pariwisata Dinas
peran kelembagaan Jumlah kerjasama yang 1 1 Kemitraan Kebudayaan
pariwisata dilakukan Pariwisata dan
Ekonomi
Kreatif

213
VII. 214

Tujuan IV. 4. Mengembangkan iklim ekonomi kreatif


CAPAIAN
KINERJA
BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
URUSAN
AWA AK
L HIR
Terciptanya iklim Jumlah Industri kreatif 172 342 Menginisiasi Pengembanga Industri - Dinas
industri kreatif penciptaan iklim n Industri Perindustria
yang kondusif bagi Kecil dan n dan
ekonomi kreatif Menengah Perdaganga
melalui penciptaan n
ruang kreatif, - Dinas
pembinaan SDM Kebudayaan
kreatif, dan Pariwisata
kemitraan sebagai dan
sarana transfer Ekonomi
pengetahuan dan Kreatif
praktikal. Melalui
Tahapan berikut:
Terjalinnya Bogor Creative Forum 0 1 1) Creative-waves,  Pengemban Dinas Koperasi
kemitraan antar yaitu menciptakan gan dan Usaha
pelaku industri gelombang Kewirausah Kecil Menengah
kreatif Saung Kreaftif 0 68 kreatifitas; Koperasi dan Dinas
aan dan
2) Creative- Usaha Kecil dan Kebudayaan
Keunggulan
network, yaitu Menengah Pariwisata dan
Kompetitif
membangun Usaha Kecil Ekonomi Kreatif
Jumlah komunitas kreatif 10 60 jejaring sesama Menengah
pelaku ekonomi
Peningkata Sekretariat
kreatif; Pemberdayaan

n Daerah (Bag.
3) Creative- Masyarakat dan
Kreatifitas Kemasyarakata
preneur, yaitu Kelurahan
Masyarakat n)

214
CAPAIAN
KINERJA
BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
URUSAN
AWA AK
L HIR
membangun
orang-orang kreatif
Terciptanya SDM Jumlah insan kreatif yang 1 3 Peningkata
sebagai Dinas

yang kreatif dan menerima penghargaan n


wirausahawan. Perindustrian
wirausahawan Kemampua
Dibutuhkan model dan
kreatif n Teknologi
triple-helix dalam Perdagangan
Industri
pengembangan Industri
Jumlah pelatihan 4 9 Pengemban Kantor
ekonomi kreatif,

kewirausahaan industri gan Koperasi dan


ialah pelibatan tiga
kreatif Industri UMKM
pihak utama
Kecil dan
meliputi
Menengah
pemerintah,
Jumlah produk berkualitas 19 29 
pebisnis, dan
ekspor
kaum intelektual.
Hanya saja,
intervensi
pemerintah perlu
dilakukan secara
hati-hati dan
terukur mengingat
kreatifitas justru
bisa tenggelam
oleh intervensi
yang bersifat
keproyekan

215
VII. 216

MISI V.
MEWUJUDKAN PEMERINTAH YANG BERSIH DAN TRANSPARAN
Tujuan V. 1. Mempercepat pelaksanaan reformasi birokrasi
CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Terwujudnya Indeks integritas 7.29 7.51 Membangun  Peningkatan
pemerintahan daerah pemerintahan Pengembangan
yang bersih yang Sistem Seluruh
Seluruh OPD
dan bebas berintegritas Pelaporan Urusan
korupsi, dengan Capaian Kinerja
kolusi, dan perbaikan dan Keuangan
nepotisme kinerja  Peningkatan Badan Pelayanan
keuangan dan Daya Saing Penanaman Perizinan Terpadu
akuntabilitas Penanaman Modal dan Penanaman
melalui Modal Modal
komitmen  Mengintensifka
terhadap n Penanganan Sekretariat Daerah
pemberantasa Pengaduan (Bag. Humas)
n korupsi dan Masyarakat
Penetapan zona 0 5 standarisasi  Peningkatan
integritas/wilayah (2014) kompetensi Sistem Inspektorat
bebas korupsi (OPD) jabatan. Pengawasan
Otonomi
Opini BPK atas WDP WTP Internal dan Badan
Daerah
laporan keuangan Pengendalian Kepegawaian,
Pelaksanaan Pendidikan dan
Kebijakan KDH Pelatihan
Peningkatan
Badan Pengelolaan

dan
Keuangan dan Aset
Pengembangan
Daerah
Pengelolaan
216
CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Aset Daerah

 Peningkatan Badan Pengelolaan


dan Keuangan dan Aset
Pengembangan Daerah
Pengelolaan
Sekretariat Daerah
Keuangan
(Bag.Keuangan)
Daerah
Meningkatny Akuntabilitas kinerja CC B  Peningkatan Seluruh Seluruh OPD
a kapasitas instansi pemerintah (2012) Pengembangan Urusan Sekretariat Daerah
dan Sistem (Bag.
akuntabilitas Pelaporan Perekonomian)
kinerja Capaian Kinerja
birokrasi dan Keuangan
Aparatur yang 60% 85%  Peningkatan
memenuhi standar Kapasitas
kompetensi jabatan Sumber Daya
Aparatur
 Pengembangan Otonomi Sekretariat Daerah
Kapasitas Daerah, (Bag.Pemerintahan)
Kecamatan dan
Kelurahan
Terbentuknya OPD 1 1 Perda  Penataan Otonomi Sekretariat Daerah
yang tepat fungsi dan Sistem Daerah (Bag.Organisasi)
tepat ukuran (right Manajemen
sizing) (perda) SDM Aparatur
Konsistensi antara 97 >97

217
VII. 218

CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
rencana kegiatan
OPD dan
implementasinya (%)
Pengisian jabatan melalui seleksi  Penataan dan
terbuka (%) 100 Penguatan
Organisasi
 Pengendalian Sekretariat Daerah
Pembangunan (Bag Pengendalian
Program)
 Fasilitasi Komunikasi Sekretariat Daerah
Peningkatan dan (Bag. Humas)
SDM Bidang Informatika
Komunikasi dan
Informasi
 Peningkatan Otonomi Sekretariat DPRD
Kapasitas Daerah
Lembaga
Perwakilan
Rakyat Daerah
 Pembinaan dan Kepegawaian Badan
Pengembangan Kepegawaian,
Aparatur Pendidikan dan
Pelatihan
Sekretariat Dewan
Pengurus KORPRI
Meningkatny Indeks kepuasan 2,5. 3,25 Memperkuat Peningkatan
Seluruh

a kualitas masyarakat pada relasi Sarana dan Seluruh OPD


Urusan
pelayanan seluruh OPD yang pemerintah Prasarana
218
CAPAIAN
KINERJA BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
publik kepada memberikan dan Aparatur
masyarakat pelayanan publik masyarakat
Persentase OPD yang 50 100 melalui  Pembinaan dan
menetapkan SOP perbaikan Penataan
pelayanan publik (%) kualitas Perangkat Kecamatan
pelayanan Kecamatan dan
publik dan Kelurahan
Otonomi
penyediaan Penataan Tata Sekretariat Daerah
Daerah

informasi Laksana (Bag. Organisasi)


publik secara  Peningkatan
lebih mudah Kualitas Sekretariat Daerah
dan terbuka. Pelayanan (Ba. Organisasi)
Publik
Dinas
Penataan Kependudukan
Kependudukan

Administrasi dan Catatan


dan Pencatatan
Kependudukan Sipil
Sipil
Meningkatny OPD yang 10 100
a pemenuhan menyediakan
hak informasi publik Pengembangan
Komunikasi

masyarakat sesuai UU KIP (%) Komunikasi, Sekretariat Daerah


dan
akan Persentase permintaan 20 100 Informasi dan (Bag. Humas)
Informastika
informasi akan informasi publik Media Massa
publik yang terlayani oleh
PPID dan PPID
pembantu (%)

219
VII. 220

Tujuan V. 2. Meningkatkan koordinasi dan kerja sama antar daerah dan internasional
CAPAIAN KINERJA
BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
URUSAN
AWAL AKHIR
Terbangunnya Jumlah bidang 5 18 Memperkuat Kerja Sama - Sekretariat
kesepahaman kesepakatan bersama antar kerjasama Pembangunan Daerah (Bag.
bersama antar daerah (bidang) antardaerah dalam Pemerintahan)
daerah pembangunan - Badan
mengenai isu- dalam bidang- Perencanaan
isu lintas bidang prioritas. Pembangunan
wilayah dalam Selain itu, kerja Daerah
bidang sama ini juga
ekonomi dan dilakukan dalam
pengembangan rangka
wilayah, menguatkan posisi
pelayanan Kota Bogor dalam Otonomi
publik, serta konstelasi Daerah
lingkungan Jabodetabekpunjur
hidup
Menguatnya Kelembagaan kerja sama 2 2
kelembagaan regional yang berjalan
kerja sama Jumlah forum internasional 2 3
antar daerah yang digiati
dan Jumlah kerja sama dengan 6 6
internasional pihak ketiga internasional
Jumlah kerja sama dengan 2
kota-kota luar negeri
Jumlah perusahaan 9 14
swasta, BUMD yang
berkontribusi terhadap
pembangunan Kota Bogor.

220
Tujuan V. 3. Meningkatkan sinergitas antara pemerintah kota dengan elemen masyarakat

CAPAIAN KINERJA
BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
URUSAN
AWAL AKHIR
Meningkatnya Jumlah event yang 10 15 Memfasilitasi  Pengelolaan Kebudayaan Dinas
event-event memunculkan ikatan interaksi antara Keragaman Kebudayaan
yang dan kecintaan antara kota dengan Budaya Pariwisata dan
memunculkan warga dan kotanya masyarakat dan Ekonomi Kreatif
ikatan dan Jumlah warga yang 250 500 komunitas  Pengelolaan
kecintaan berpartisipasi dalam melalui beragam Keragaman
antara warga event-event dimaksud kegiatan yang Budaya
dan kotanya melibatkan
Terfasilitasinya Jumlah organisasi, 78 78 pemerintah dan  Peningkata Kepemudaan Kantor Pemuda
organisasi, komunitas, dan masyarakat n Peran dan Olahraga dan Olahraga
komunitas dan sejenisnya yang didalamnya. Serta
sejenisnya difasilitasi Sebagai contoh Kepemudaa
yang memiliki Jumlah kegiatan 4 29 diantaranya n
fokus terhadap bersama yang adalah Lomba
pembangunan diadakan oleh Mulung di
kota pemerintah daerah Ciliwung Antar
dan Kelurahan yang
organisasi/komunitas dilakukan setiap
dimaksud Hari Jadi Kota
Bogor.
Optimalisasi Persentase perguruan 3 6 Menggunakan  Kerjasama Perencanaan Sekretariat
keberadaan tinggi dan LSM kajian dan Pembangun Pembangunan Daerah (Bag.
dan peran setempat yang kepakaran an Pemerintahan)
serta berbagai bekerjasama dengan IPTEK dan
perguruan pemerintah kota (%) inovasi

221
VII. 222

CAPAIAN KINERJA
BIDANG
SASARAN INDIKATOR SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
URUSAN
AWAL AKHIR
tinggi dan Jumlah ormas yang 34 40 perguruan tinggi  Pemberdaya Otonomi Sekretariat
lembaga bekerjasama dengan dan LSM an Lembaga Daerah Daerah (Bag.
swadaya pemerintah kota kompeten dalam Sosial Kemasyarakatan
masyarakat pengambilan )
setempat kebijakan
dalam pembangunan
pembangunan
kota Bogor
Tersedianya Dewan kota atau Belum Terbentuk Memfasilitasi
ruang bagi nama lain yang ada dan terbentuknya
elemen warga menjadi ruang bagi berjalan Dewan Kota
untuk turut elemen warga untuk atau nama lain
memberi turut memberi sebagai sarana
pertimbangan pertimbangan dalam peningkatan
dalam segala segala pengambilan proses
pengambilan kebijakan mengenai partisipasi
kebijakan pembangunan kota masyarakat
mengenai dalam
pembangunan perumusan
kota kebijakan
publik strategis.

222
Tujuan V. 4. Menguatkan perundangan daerah
CAPAIAN KINERJA BIDA
SASARAN NG
SASARAN INDIKATOR SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
URUS
AWAL AKHIR
AN
Tersusunnya Perundangan daerah yang 100 100 Menyusun
Otono
perundangan penyusunan/perubahannya peraturan Penataan Peraturan Sekretariat
mi

daerah yang dikonsultasikan dengan perundangan Perundang- Daerah


Daera
sinkron dan seluruh pemangku yang tidak undangan (Bag.Hukum)
h
sinergis kepentingan (%) tumpang
tindih  Perencanaan Tata
melalui Ruang Badan
Penat
harmonisasi Perencanaan
Pemanfaatan Ruang aan
Harmonisnya Perundangan daerah yang 100 100 perundangan Pembanguna

Pengendalian Ruang
perundangan harmonis (%) daerah. n Daerah

Pemanfaatan Ruang
daerah
Tegaknya Penindakan tindak pidana 60 80 Menegakkan  Penataan Peraturan Otono Sekretariat
perundangan ringan (%) peraturan Perundang- mi Daerah
daerah perundangan undangan Daera (Bag.Hukum)
Jumlah gugatan perkara 20 <20 daerah,  Penegakan Hukum h
hukum tata usaha negara perkara perkara terutama dan Penerapan HAM
dan perdata untuk
Konsistensi rencana tata 5 5 menjaga  Peningkatan Kesat Kantor
ruang (WP) ketertiban Keamanan dan uan Kesatuan
dan Kenyamanan Bangs Bangsa dan
keamanan, Lingkungan a dan Politik
kenyaman,  Peningkatan Politik Satuan Polisi
dan Kantrantibmas dan Dalam Pamong
konsistensi Pencegahan Tindak Negeri Praja
tata ruang. Kriminal

223
VII. 224

MISI VI.
MENGOKOHKAN PERAN MORAL AGAMA DAN KEMANUSIAAN UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI
Tujuan VI. 1 Meningkatkan integrasi nilai dan norma agama dalam implementasi kehidupan

CAPAIAN KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Digunakannya Angka 0,142 < 0,142 Mengimplementasikan
nilai-nilai kriminalitas (2012) nilai agama dan
Pemberdayaan Sekretariat
Otonomi

agama dan kemanusiaan untuk
Lembaga Daerah (Bag.
kemanusiaan meningkatkan Daerah
Sosial Kemasyarakatan)
sebagai kualitas nilai
pedoman kehidupan. Hal ini
dalam terekspresikan  Pembinaan
kehidupan diantaranya dari Eks Dinas Tenaga
sehari-hari penurunan angka Penyandang Sosial Kerja, Sosial dan
kriminalitas dan Penyakit Transmigrasi
penyakit masyarakat. Sosial
Jumlah Korban 50 1.550 Satuan Polisi
Narkotika dan Peningkatan Kesatuan
Pamong Praja

HIV/AIDS/WTS Kantrantibma Bangsa


Kantor
yang dibina s dan dan
Kesatuan
Pencegahan Politik
Bangsa dan
Tindak Dalam
Politik
Kriminal Negeri
Kecamatan

224
Tujuan VI. 2. Mendorong harmonisasi dan kerukunan antar umat beragama
CAPAIAN KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Terselenggaranya Jumlah dialog 7 35 Mewujudkan pemahaman Pengembangan Kesatuan Kantor
aktivitas lintas rutin lintas antar umat beragama Wawasan Bangsa Kesatuan
agama agama melalui dialog dan aktivitas Kebangsaan dan Bangsa dan
(kali/tahun) rutin antar agama untuk Politik Politik
menurunkan potensi konflik Dalam
horizontal. Negeri

Terdeteksi dan Persentase 100 100 Mengembangkan deteksi dini Pengembangan Kesatuan Kantor
tertanganinya deteksi dini dalam potensi konflik Wawasan Bangsa Kesatuan
potensi permasalahan dengan melakukan Kebangsaan dan Bangsa dan
permasalahan antar umat intermediasi dan Politik Politik
antar umat beragama (%) pencerdasan publik melalui Dalam
beragama Persentase 100 100 media. Negeri
Deteksi dini
permasalahan
antar umat
beragama
yang dapat
tertangani (%)
Konflik SARA 0 0

225
VII. 226

Tujuan VI. 3. Mendorong peran lembaga-lembaga agama dan organisasi kemasyarakatan dalam
meningkatkan kualitas kehidupan umat
CAPAIAN KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
Meningkatnya Jumlah Memfasilitasi lembaga  Pemberday Sosial Dinas Tenaga
peran lembaga lembaga keagamaan dan aan Kerja, Sosial dan
agama dan keagamaan kemasyarakatan untuk Kelembaga Transmigrasi
organisasi yang dibina berkontribusi dalam an
kemasyarakatan pembangunan Kesejahtera
dalam aktivitas khususnya an Sosial
pembangunan Jumlah 34 40 pemberantasan  Pembinaan
masyarakat organisasi kemiskinan dan Panti
kemasyarakatan pemberdayaan ekonomi Asuhan/Pa
yang dibina rakyat, diantaranya nti Jompo
Jumlah melalui pemanfaatan  Pemberday Sekretariat Daerah
kegiatan sosial zakat atau bentuk- aan (Bag.
pemberdayaan bentuk dana umat Lembaga Kemasyarakatan)
ekonomi lainnya. Termasuk Sosial
Otonomi
Jumlah Wahana 16 68 didalam lembaga Pemberday
Daerah

Kesejahteraan keagamaan tersebut aan Umat


Sosial Berbasis adalah lembaga Islam dan
Masyarakat penyelenggara Umat
(WKSBM)yang pendidikan seperti Beragama
terbentuk Diniyah Takmiliyah Lainnya
Jumlah panti 72 84 dengan kontribusinya  Pengemban Kantor Kantor Kesatuan
asuhan yang pada pembangunan gan Kesatuan Bangsa dan Politik
dibina sumber daya manusia Wawasan Bangsa
Jumlah panti 0 1 dan karakter. Kebangsaa dan
asuhan milik n Politik
Pemda  Kemitraan Dalam
Pengemban Negeri

226
CAPAIAN KINERJA
INDIKATOR BIDANG
SASARAN SASARAN STRATEGI PROGRAM OPD PJ
SASARAN URUSAN
AWAL AKHIR
gan
Wawasan
Kebangsaa
n
Jumlah 600 600  Pengemban Koperasi Dinas Koperasi
masyarakat gan Sistem dan dan Usaha Kecil
yang mengikuti Pendukung Usaha Menengah
sosialisasi Usaha Bagi Kecil dan
tentang Usaha Menengah
wawasan Mikro Kecil
kebangsaan Menengah
(orang per
tahun)
Jumlah 2 3  Pemberday Sosial Dinas Tenaga
penyuluhan aan Fakir Kerja, Sosial dan
kepada ormas Miskin,dan Transmigrasi
dan LSM Penyandan
(kali/tahun) g Masalah
Jumlah 65 90 Kesejahtera Kecamatan
lembaga sosial an Sosial
yang (PMKS)
berpartisipasi Lainnya
aktif dalam
penanganan
PMKS

227
BAB VIII
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS
YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

Programprioritas merupakan program-program yang secara khusus


berhubungan dengan pencapaian sasaran pembangunan daerah. Bab
sebelumnya telah menampilkan daftar program-program prioritas berikut
keterkaitannya dengan sasaran yang dituju.

Prioritas I merupakan program pembangunan daerah dengan tema atau


program unggulan (dedicated) Walikota dan amanat/kebijakan nasional yang
definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana.Program prioritas I
harus berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental,
berskala besar dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi,
memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada
capaian visi dan misi daerah. Bagi program prioritas I, menjadi tanggung jawab
bersama Kepala OPD dengan Walikota pada tingkat kebijakan.

Pada periode 2015-2019, prioritas I Kota Bogor mencakup enam bidang meliputi:

1. Penataan transportasi dan angkutan umum;

2. Penataan pelayanan persampahan dan kebersihan kota;

3. Penataan dan pemberdayaan PKL;

4. Penataan ruang publik, pedestrian, taman dan Ruang TerbukaHijau (RTH)


lainnya;

5. transformasi budaya dan reformasi birokrasi; dan

6. Penanggulangan kemiskinan. Masing-masing dari keenam bidang prioritas ini


kemudian dijabarkan menjadi berbagai program, baik sebagai program
prioritas (yang berkorelasi langsung dengan pencapaian enam bidang
prioritas), program wajib (program-program untuk memenuhi dan
melaksanakan urusan wajib pemerintah daerah), maupun program rutin yang
menjadi pendukung.Program-program tersebut, berikut pendanaan
indikatifnya disajikan pada tabel berikut.

228
VIII. 229

Tabel VIII. 1 Indikasi Rencana Program Prioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Kota Bogor
KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
SELURUH OPD

Pelayanan Pemenuhan 12 12 110.659 12 113.980 12 117.383 12 120.909 12 124.55 12 Seluruh OPD (44 OPD)
Administrasi kebutuhan dasar 8
Perkantoran operasional SKPD
(Honor pegawai
non PNS, ATK,
Barang cetakan,
Peningkatan Alat listrik
Hasil &
evaluasi 40 45 210 50 210 55 210 60 210 65 210 65 Inspektorat
Pengembangan Sistem elektronik,
LAKIP SKPD yang
Pelaporan Capaian Peralatan
memenuhi kriteria
kebersihan
Kinerja dan Keuangan minimal , Biaya
"Cukup"
telepon,
(%) Surat
Kabar, Mamin,
Penyusunan 100 100 200 100 220 100 220 100 250 100 375 100 Sekretariat Daerah (Bag. Pemerintahan)
Perjadin, BBM,
laporan
PDH) (Bulan)
pemerintahan
daerah (LPPD,
EKPPD, ILPPD)
tingkat kota (%)
Penyusunan 100 100 2.100 100 2.100 100 2.310 100 2.310 100 2.520 100 Seluruh OPD(44 OPD)
dokumen
perencanaan
(Renja SKPD) dan
laporan
akuntabilitas
(LAKIP, LKPJ,
LPPD) secara tepat
waktu (%)
Akuntabilitas 4 4 4 4 4 4 4 Sekretariat Daerah (Bag. Perekonomian)
Kinerja BUMD
Peningkatan Sarana Pemenuhan 100 100 103.117 100 106.211 100 109.397 100 112.679 100 116.05 100 Seluruh OPD(44 OPD)
dan Prasarana kebutuhan 9
Aparatur inventaris kantor
(%)
Inventaris kantor 100 100 100 100 100 100 100
yang terpelihara
(%)

Peningkatan Kapasitas Peningkatan 60 70 30.294 75 21.174 75 21.474 80 21.974 80 22.474 80 Badan Kepegawaian, Pendidikan dan
Sumber Daya Aparatur kualitas SDM Pelatihan
dalam pemenuhan

229
VIII. 230

KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
kompetensi
jabatan (%)
Persentase 10 20 2.100 20 2.100 20 2.100 20 2.100 Seluruh OPD(44 OPD)
aparatur OPD yang
ditingkatkan
kapasitasnya (%)
Pengembangan Pembangunan SIM 23 5 5 5 5 5 48 Seluruh OPD(44 OPD)
Komunikasi, Informasi OPD
dan Media Masa
URUSAN WAJIB

PENDIDIKAN

Peningkatan Persentase PAUD 45 50 1.388 55 1.488 60 1.638 65 1.838 70 2.088 70 Dinas Pendidikan
Pendidikan Anak Usia yang memiliki
Dini sarana dan
prasarana
belajar/bermain
(%)
Persentase PAUD 25 30 35 40 45 50 50
yang telah
menerapkan
manajemen
berbasis sekolah
(MBS)(%)
Persentase
Akreditasi satuan
pendidikan PAUD
- PAUD Formal (%) 45,93 45 55 65 75 100 100
- PAUD Non 18,65 25 31 37 43 50 50
Formal (%)
Jumlah PAUD 1 1 2 2 2 2 2
Negeri
Wajib Belajar Rasio Guru dengan 1 : 23 1:26 24.807 1:27 25.551 1:28 26.318 1:28 27.107 1:28 28.920 1:28 Dinas Pendidikan
Pendidikan Dasar 9 Siswa SD/MI
Tahun Rasio Murid 1 : 33 1:32 1:32 1:32 1:32 1:32 1:32
dengan Rombel
SD/MI
Jumlah sekolah 6 7 8 9 10 11 11
yang melayani
pendidikan inklusif
SD

230
KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
Persentase Sekolah 69,77 70 71 73 75 77 80
yang memiliki
Perpustakaan
SD/MI(%)

Jumlah siswa SD/ 113.433 113.58 113.783 113.933 114.046 114.171 114.171
MI yang menerima 3
bantuan BOS

Persentase ruang 77,31 79 80 82 84 86 86


kelas SD/MI yang
memadai(%)

Rasio Murid 1 : 34 1:32 1:32 1:31 1:30 1:29 1:29


dengan Rombel
SMP/MTs

Persentase Sekolah 69,66 70 72 74 75 76 76


yang memiliki
Perpustakaan
SMP/MTs(%)

Persentase Jumlah 87,25 88 90 92 94 96 96


ruang kelas
SMP/MTs yang
memadai (%)

Jumlah SMP yang 3 5 7 9 10 12 12


mengadakan
Kelompok Ilmiah
Remaja (KIR)

Pendidikan Menengah Rasio Murid 1 : 33 1:32 22.256 1:31 22.924 1:30 23.612 1:29 24.320 1:28 25.049 1:28 Dinas Pendidikan
dengan Rombel
SMA/MA/SMK
Persentase Sekolah 66,67 68 70 72 73 74 74
yang memiliki
Perpustakaan
SMA/SMK/MA(%)

231
VIII. 232

KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
Jumlah jam efektif 4 4 4 4 4 4 4
pembelajaran
MULOK tingkat
SMA/MA/SMK
(jam)

Jumlah siswa 14.997 15.147 15.250 15.325 15.390 15.440 15.440


SMAN/SMKN yang
menerima bantuan
BOS

Persentase ruang 93,29 94 95 96 97 98 99


kelas SMA/SMK
yang memadai(%)

Jumlah SMA/SMK 4 6 7 8 9 10 10
yang mengadakan
Kelompok Ilmiah
Remaja (KIR)

Manajemen Layanan Persentase sekolah 85 86 18.989 87 19.558 88 20.145 89 20.750 90 21.372 90 Dinas Pendidikan
Pendidikan berbasis TI (%)
Persentase 65 65,05 65,08 70 70,02 70,04 70,06
pemenuhan
Kebutuhan
Administrasi
Sekolah disemua
jenjang(%)

Persentase Guru 3 3 3 3 3 3 3
Berprestasi
disemua jenjang
(%)

Sosialisasi sistem 8 10 14 18 22 24 24
pendaftaran siswa
baru melalui PPDB
online

Persentase 100 100 100 100 100 100 100


Pemutakhiran
sistem PPDB (%)

232
KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
Peningkatan Mutu Persentase 21,26 23 488 24 503 25 518 26 534 27 550 27 Dinas Pendidikan
Pendidik dan Tenaga Kualifikasi
Kependidikan Pendidik PAUD (%)
Persentase 44,11 45 46 47 48 49 49
Kompetensi
Pendidik PAUD
(%)
PersentaseKompete 33,89 34 35 36 37 38 38
nsi Tenaga
Kependidikan
PAUD(%)
Persentase 67,88 68 69 70 71 72 72
Kualifikasi
Pendidik SD (%)
Persentase 53 54 55 56 57 58 58
Kompetensi
Pendidik SD (%)
Persentase 67,68 68 69 70 71 72 72
Kompetensi Tenaga
Kependidikan SD
(%)
Persentase 86,76 87 88 89 90 91 91
Kualifikasi
Pendidik SMP (%)
Persentase 62,77 63 64 65 66 67 67
Kompetensi
Pendidik SMP (%)
Persentase 44 45 46 47 48 49 49
Kompetensi Tenaga
Kependidikan SMP
(%)
Persentase 88,56 89 90 91 92 93 93
Kualifikasi
Pendidik
SMA/SMK (%)
Persentase 57,45 58 59 60 61 62 62
Kompetensi
PendidikSMA/SMK
(%)
Pendidikan Non- Persentasebuta 99,88 99,90 1.405 99,92 175 99,94 180 99,96 225 99,98 23 99,98 Dinas Pendidikan
Formal huruf usia 15-55

233
VIII. 234

KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
tahun yang
tertangani(%)
Persentase Peserta 0,0002 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001
paket A bagi
penduduk usia
sekolah yang
belum bersekolah
SD/MI (%)
Persentase Jumlah 90 92 94 96 98 100 100
kelulusan peserta
didik yang
mengikuti ujian
kesetaraan (%)
Persentase satuan 16 17 18 19 20 21 30%
pendidikan non
formal yang sudah
terakreditasi(%)
Persentase Kursus- 100 100 100 100 100 100 100
kursus/pelatihan
yang dibina secara
terus menerus(%)
Persentase 75 76 80 85 90 95 95
Lulusan kursus
keterampilan dan
pelatihan yang
dapat memasuki
dunia kerja(%)
Persentase 100 100 100 100 100 100 100
Pemenuhan
jumlah tenaga
pendidik,
instruktur, atau
penguji praktek
dari kursus-
kursus/pelatihan
yang diperlukan
(%)

Persentase 80 81 83 84 85 86 86
Kualifikasi
Pendidikprogram

234
KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
kesetaraan (%)
PersentaseKompete 80 81 83 84 85 86 86
nsi
Pendidikprogram
kesetaraan(%)
PersentaseKompete 45 46 50 55 60 65 65
nsipendidik
Lembaga Kursus
dan Pelatihan
(LKP)(%)
Persentase jumlah 80 81 83 86 89 92 92
kursus-
kursus/pelatihan
yang memiliki
sarana dan
prasarana minimal
sesuai dengan
standar teknis
yang ditetapkan(%)
Ratio modul Paket 1 : 05 1:04 1:03 1:02 1:01 1:01 1:01
A terhadap warga
belajar
Persentase 100 92 94 96 98 100 100
kelulusan Paket
A(%)
Ratio modul Paket 100 90 91 92 93 94 94
B terhadap warga
belajar(%)
Persentase 3 89 90 91 92 93 93
kelulusan Paket
B(%)
Ratio modul Paket 100 91 92 93 94 95 95
C terhadap warga
belajar
Persentase 100 100 100 100 100 100 100
kelulusan Paket
C(%)

Kendaraan 3 3 6
perpustakaan
keliling (unit)

235
VIII. 236

KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
Persentase Diniyah NA 40 50 60 70 80 80
Takmiliyah yang
dibantu
operasionalnya

KESEHATAN
Pelayanan Kesehatan Persentase Jumlah 100 100 36.000 100 34.000 100 34.000 100 35.000 100 35.000 100 Dinas Kesehatan
Penduduk Miskin kunjungan
masyarakat miskin
di sarana
kesehatan dasar
yang terlayani (%)
Persentase 100 100 100 100 100 100 100
kunjungan
masyarakat miskin
di sarana
kesehatan rujukan
yang terlayani (%)
Persentase - 30 66 100 100 100 100
integrasi jamkesda
ke JKN (jumlah
peserta Jamkesda
yang
diintegrasikan ke
BPJS dibagi
jumlah peserta
Jamkesda)(%)
Peningkatan Persentase 96 96 900 96,5 1.150 97 1.200 97.5 1.300 98 1.350 98 Dinas Kesehatan
Keselamatan Ibu pelayanan ibu
Melahirkan dan Anak hamil (K4)(%)
Persentase 92 92 92,5 93 93,5 94 94
persalinan yang
ditolong oleh
tenaga
kesehatan(%)
Persentase 75,6 76 77 78 79 80 80
Komplikasi ibu
bersalin yang
ditangani (%)

Persentase 60,07 61 62 62,5 63 63,5 64


Pelayanan KB
Aktif(%)

236
KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
Persentase 100 100 100 100 100 100 100
pelayanan
kesehatan
neonatus lengkap
(KN Lengkap)(%)
Persentase 54,5 60 65 70 75 80 80
Komplikasi
neonatus yang
ditangani(%)

Peningkatan Pelayanan Persentase 95 95,5 200 96 300 96,5 400 97 400 97,5 500 97,5 Dinas Kesehatan
Kesehatan Anak Balita pelayanan
kesehatan bayi
(kunjungan
bayi)(%)
Persentase 90,3 91 92 93 94 95 95
pelayanan anak
balita (kunjungan
Balita)(%)

Upaya Kesehatan Jumlah kunjungan 1.303.41 1.330.0 8.905 1.380.0 11.500 1.400.00 11.600 1.430.000 12.000 1.450.000 12.000 1.460.000 Dinas Kesehatan
Masyarakat masyarakat di 6 00 00 0
sarana kesehatan
dasar
Persentase 3,3 5 8 10 12 15 15
kunjungan remaja
yang melakukan
konseling(%)
Persentase sekolah 45,1 50 55 60 65 70 70
yang memiliki
Perconselor(%)
Persentase sekolah 91,2 93 95 97 98 100 100
yang memiliki guru
terlatih PKPR(%)
Persentase sekolah 50,1 55 57 59 62 70 70
memiliki Dokcil(%)

Persentase kasus 100 100 100 100 100 100 100


Kekerasan
Terhadap Anak

237
VIII. 238

KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
(KTA) yang
ditangani(%)
Persentase 96,5 100 100 100 100 100 100
penjaringan
kesehatan siswa(%)
Persentase anemia 9,14 9 8 7 6 5 5
remaja putri anak
sekolah (SMP &
SMA kelas 1)(%)
Persentase 70 80 90 95 100 100 100
puskesmas yang
melaksanakan
Penyakit Tidak
Menular (PTM)
terintegrasi(%)
Persentase 25 35 40 45 50 55 55
posbindu yang
melaksanakan
Penyakit Tidak
Menular ( PTM )
terintegrasi(%)
Persentase 100 100 100 100 100 100 100
kunjungan rawat
jalan gigi dalam
wilayah
puskesmas yang
tertangani (%)
Persentase 10 13 15 18 20 20 20
pemeriksaan
laboratorium di
Puskesmas(%)
Persentase calon 100 100 100 100 100 100 100
jemaah haji yang
diperiksa
kesehatannya(%)
Persentase 69 72 75 78 80 83 83
kelompok olah
raga yang
dibina(%)
Persentase 100 100 100 100 100 100 100
keluarga rawan
kesehatan yang
dibina(%)

238
KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
Persentase 81,80 83 85 87 90 92 92
keluarga
mandiri(%)
Persentase POS 60 70 80 90 100 100 100
UKK yang
dibina(%)
Persentase 80 85 90 95 100 100 100
penanganan
pasien gangguan
kesehatan jiwa di
puskesmas(%)
Persentase 16,67 20,80 25 29,10 33,30 37,50 37,50
puskesmas siaga
sehat jiwa(%)
Presentase 60 70 75 80 85 90 90
penanganan kasus
gangguan refraksi
pada anak
sekolah(%)
Jumlah operasi 140 160 170 180 190 200 200
katarak pada
masyarakat miskin
Persentase 20 50 60 65 70 75 75
Pengobat
tradisional yang
dibina(%)
Persentase 71 76 82 88 94 100 100
posyandu yang
memiliki Usaha
Kesehatan Gigi
Masyarakat
(UKGM) (%)
Persentase 80 82 85 87 90 90 90
posyandu yang
memiliki Usaha
Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS)
(%)
Persentase 20 40 50 60 70 80 80
penjaringan
gangguan refraksi
pada anak sekolah

239
VIII. 240

KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
(%)
Persentase 60 70 75 80 85 90 90
penanganan kasus
gangguan refraksi
pada anak sekolah
(%)

Peningkatan Persentase 85 87 600 89 700 90 700 92 800 93 800 93 Dinas Kesehatan


Pelayanan Kesehatan posbindu yang
Lansia dibina(%)
Persentase 100 100 100 100 100 100 100
puskesmas ramah
lansia(%)
Persentase lansia 100 100 100 100 100 100 100
yang dibina (%)

Perbaikan Gizi Persentase Balita 0,47 0,35 2.030 0,3 2.500 0,25 2.700 0,2 3.000 0,15 3.000 0,15 Dinas Kesehatan
Masyarakat gizi Buruk(%)
Persentase Balita 9,4 9,3 9,2 9 8,5 8 8
pendek (%)
Persentase 76,4 77 78 80 85 90 90
cakupan ASI
Ekslusif(%)
Persentase Balita 90,41 91 92 93 94 95 95
mendapat kapsul
Vitamin A(%)
Persentase Balita 70 80 85 90 95 100 100
yang ditimbang(%)
Persentase Remaja 0 15 20 25 30 35 35
Putri Mendapat
Fe(%)
Persentase Ibu 20 19 18 17 16 15 15
hamil anemia(%)
Persentase balita 2,8 8 7,5 7 6,5 6 6
gizi kurang (%)
Persentase balita 9,4 9,3 9,2 9 8,5 8 8
pendek (%)
Persentase 76,4 77 78 80 85 90 90
cakupan ASI
Eksklusif (%)
Persentase balita 90,41 91 92 93 94 95 95

240
KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
mendapat kapsul
Vitamin A (%)
Persentase ibu 20 19 18 17 16 15 15
hamil KEK (%)
Pencegahan dan Persentase lokasi 93,5 95 3.700 95,1 3.950 95,2 4.200 95,3 4.500 95,4 4.800 95,4 Dinas Kesehatan
Penanggulangan bebas jentik
Penyakit Menular nyamuk DBD(%)
Menurunya angka 75 60 55 50 45 40 40
kesakitan (IR)
akibat DBD (per
100.000
penduduk)
Presentase 91,4 91,52 91,64 91,76 91,88 92 92
penemuan kasus
baru BTA positif
TBC (CDR)(%)
Persentase angka 84 85 85 86 86 86 86
kesembuhan TBC
(cure rate)(%)
Persentase Angka 82 83 84 85 86 87 87
konversi TBC(%)
Persentase 96,7 96,8 96,9 97 97,1 97,2 97,2
penemuan diare
balita(%)
Persentase 100 100 100 100 100 100 100
penderita kusta
minum obat(%)
Persentase 100 100 100 100 100 100 100
penanganan kasus
malaria(%)
Persentase 78,6 80 85 90 95 100 100
penemuan kasus
pneumonia
Balita(%)
Persentase 91 86 87 88 89 90 90
keberhasilan
pengobatan TBC
(Succes Rate) (%)

241
VIII. 242

KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
Cakupan Angka 146 162 171 180 189 199 199
Notifikasi Kasus
(CNR) TBC per
100.000 penduduk
Persentase 100 100 100 100 100 100 100
penanganan diare
balita (%)
Persentase 80 81 82 83 84 85 85
cakupan imunisasi
dasar lengkap
pada bayi (%)
Persentase 68,4 70 75 80 85 95 95
pengetahuan
Komprehensif HIV
AIDS Usia 15-24
tahun(%)
Persentase 6,6 10 15 20 25 30 30
konseling tes HIV
(VCT/PITC)(%)
Persentase ODHA 45,4 65 70 75 80 85 85
yang mendapat
ART(%)
Pengadaan, Jumlah 53 56 8.000 59 8.500 62 9.500 65 9.000 68 9.000 68 Dinas Kesehatan
Peningkatan dan puskesmas/pust
Perbaikan Sarana u yang
dan Prasarana terbangun
Puskesmas/ Jumlah 3 4 5 6 6 6 6
Puskesmas Puskesmas
Pembantu dan perawatan
Jaringannya Tersedianya 0 1 1 2 2 2 2
Sistem informasi
rujukan/kesehat
an
Standarisasi Sarana 0 20 1.050 40 2.100 60 2.200 80 3.250 100 3.350 100 Dinas Kesehatan
Pelayanan Kesehatan Kesehatan
pemerintah
dengan sistem
pengelolaan
keuangan
BLUD(%)
Sarana 65 75 80 85 85 90 90
kesehatan
swasta yang
dibina(%)

242
KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
Persentase 0 20 40 60 80 100 100
sarana
kesehatan
pemerintah yang
terakreditasi
nasional (%)
Promosi Kesehatan Persentase JKN 0 20 4.250 30 4.825 40 5.225 45 5.600 50 5.650 50 Dinas Kesehatan
dan Pemberdayaan mandiri (jumlah
Masyarakat peserta JKN
mandiri dibagi
jumlah
penduduk )(%)
Persentase 61,7 63 65 67 70 72 72
Rumah Tangga
ber-PHBS(%)
Persentase 65 67 69 71 73 75 75
Penyuluhan
Kesehatan
kepada
Masyarakat(%)
Persentase 22,49 45 50 55 60 75 75
Institusi yang
Menerapkan
100% KTR(%)
Persentase 0 6 7 8 9 10 10
Upaya Kesehatan
Berbasis
Masyarakat
(UKBM) madya
(%)
Persentase 57,9 61 64 67 70 74 74
tempat PBM
Sekolah ber-
PHBS (%)
Persentase 65 65 70 75 80 85 85
kelurahan siaga
aktif (%)
Persentase 15 20 21 24 27 30 30
posyandu
mandiri (%)
Pengembangan Persentase akses 79,3 80,5 1.460 81 1.880 81,5 2.065 82 2.235 82,5 2.400 82,5 Dinas Kesehatan
Lingkungan Sehat jamban
keluarga(%)
Persentase akses 87,4 89 92 95 98 100 100
air bersih (%)

243
VIII. 244

KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
Persentase akses 27,6 29,5 30 30.5 31 31,5 31,5
SPAL yang
memenuhi
syarat (%)
Persentase akses 66,9 68,7 68.8 70 70,2 70.5 70,5
pengelolaan
sampah (%)
Persentase 0,00 40 60 70 80 90 90
kelurahan STBM
(%)
Persentase - 1 2 3 4 5 5
kelurahan ODF
(%)
Persentase air 75 89 90 91 92 93 93
minum yang
memenuhi
syarat(%)
Persentase 16 20 40 60 80 100 100
Rumah Sakit
dan Puskesmas
dengan RTH (%)
Persentase 20 25 30 35 40 45 45
Industri dengan
sanitasi layak(%)
Persentase 50 55 60 65 70 75 75
Peskontrol yang
memenuhi
syarat(%)
Pengawasan Obat Persentase TPM 25 30 4.600 50 5.080 60 5.560 80 6.030 100 6.100 100 Dinas Kesehatan
dan Makanan yang laik
sehat(%)
Persentase 70 74 78 82 86 90 90
produk makanan
yang diuji
memenuhi
syarat
kesehatan(%)
Persentase 50 73 75 77 79 81 81
produk farmasi
yang diuji
memenuhi
syarat
kesehatan(%)
Persentase 90 95 96,5 98 99 100 100
sarana industri
rumah tangga

244
KONDISI
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN OPD PJ(*)
INDIKATOR KONDISI AKHIR
PROGRAM KINERJA KINERJA (2019)
PROGRAM AWAL 2015 2016 2017 2018 2019
TARGE RP TARGE RP RP RP RP
TARGET TARGET TARGET
T (JUTA) T (JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA)
pangan (IRTP)
yang di bina dan
memenuhi
syarat
kesehatan(%)
Persentase jenis 97 100 100 100 100 100 100
obat dengan
tingkat
ketesediaa
minimal 18
bulan(%)
Persentase 100 100 100 100 100 100 100
penggunaan obat
generik di sarana
kesehatan
dasar(%)
Pengadaan, Rumah Sakit 0 1 15.00 0 20.00 0 25.000 0 30.000 0 35.00 1 Rumah Sakit Umum Daerah dan Dinas
Peningkatan Sarana Umum Daerah 0 0 0 Kesehatan
dan Prasarana
Rumah Sakit/Rumah
Sakit Jiwa/Rumah
Sakit Paru-
Paru/Rumah Sakit
Mata
Persentase 0 55 60 65 67 70 70
Perawatan per
tempat tidur(%)
Persentase 0 40 40 40 40 40 40
Jumlah tempat
tidur Kelas III RS
Pemerintah(%)
Cakupan 0 100 100 100 100 100 100
pelayanan
kesehatan untuk
BPJS(%)
Persentase 0 25 25 25 25 25 25
Jumlah RS
dengan proporsi
25% ruang tidur
bagi kelas III(%)

245
VIII. 246

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
PEKERJAAN UMUM
Pembangunan Jalan dan Jumlah panjang ruas 266.468 268.818 218.470 270.418 157.330 272.198 232.325 274.598 232.325 276.048 111.975 276.048 Dinas Bina Marga dan
Jembatan jalan utama (Arteri, Sumber Daya Air
Kolektor & Lokal)
terbangun sesuai
arahan RTRW 2011 –
2031 (km)
Jumlah simpang yang 0 0 0 2 4 6 6
meningkat kapasitasnya
Jumlah panjang ruas 0 0 0 1,8 3,4 5,74 5,74
jalan yang
dilebarkan/ditingkatkan
kapasitasnya (km)

Rehabilitasi/Pemeliharaan Jumlah panjang ruas 48,857 50,857 109.385 52,857 120.306 54,857 132.335 56,857 145.587 58,857 160.185 58,9 Dinas Bina Marga dan
Jalan dan Jembatan jalan yang ditingkatkan Sumber Daya Air
strukturnya/kelasnya
(km)
Persentase panjang jalan 86 86,5 87 87,5 88 88,5 88,5
berkondisi mantap (baik
& sedang) dari seluruh
panjang jalan (%)

Pembangunan Saluran Penurunan jumlah 16 16 800 12 16.000 9 13.200 6 14.400 4 10.400 4 Dinas Bina Marga dan
Drainase/ Gorong-gorong lokasi rawan genangan Sumber Daya Air
Pembangunan Prasarana Panjang prasarana 0,545 5,399 7.181 10,253 31.459 15,107 32.137 19,961 36.966 24,813 28.118 24,813 Dinas Bina Marga dan
Pedestrian dan Pesepeda pedestrian yang Sumber Daya Air &
meningkat kapasitasnya
(pelebaran prasarana
pedestrian) (km)
Panjang prasarana 249,402 250,62 255,292 260,762 266,952 271,062 271,062
pedestrian jalan utama
terbangun (km)
Jalur sepeda yang 0 0 1 2 2 3 3 Dinas Lalu Lintas dan
dikembangkan (koridor) Angkutan Jalan

Pembangunan Sistem Jumlah sistem ter- 2 0 1 1.000 1 2 1.200 2 2 Dinas Bina Marga dan
Informasi/Data Base Jalan dan update Sumber Daya Air
Jembatan

246
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Peningkatan Sarana dan Rasio sarana dan 65 70 3.500 75 3.745 80 4.007 85 4.288 90 4.588 90 Dinas Bina Marga dan
Prasarana Kebinamargaan prasarana terhadap Sumber Daya Air
beban layan (%)

Penguatan Kebijakan dan Jumlah peraturan 1 1 500 2 550 3 600 5 1.300 6 700 6 Dinas Bina Marga dan
Regulasi Kebinamargaan bidang Bina Marga Sumber Daya Air
(peraturan)

Pengembangan dan Pengelolaan Panjang saluran irigasi 11 11 9.625 11 10.299 11 11.020 11 11.791 11 12.616 11 Dinas Bina Marga dan
Jaringan Irigasi, Rawa dan berkondisi baik (km) Sumber Daya Air
Jaringan Pengairan Lainnya
Pengembangan, Pengelolaan, Panjang sungai/saluran 174,54 176,54 59.101 178,54 74.570 180,54 84.174 182,54 87.313 184,54 77.162 184,54 Dinas Bina Marga dan
dan Konservasi Sungai, Danau berkondisi baik (km) Sumber Daya Air
dan Sumber Daya Air Lainnya Panjang sungai/saluran 0 0 2 4 6 8 10
yang ditingkatkan
kapasitasnya (km)
Jumlah 5 5 6 6 7 7 7
situ/danau/kolam
retensi berkondisi baik

Pengendalian Banjir Jumlah kawasan rawan 4 4 4.000 3 4.400 2 4.800 2 5.200 1 5.600 1 Dinas Bina Marga dan
banjir (lokasi) Sumber Daya Air

Pembangunan Dan Pengelolaan Jumlah sistem data SDA 2 0 - 1 1.000 1 - 2 1.200 2 - 2 Dinas Bina Marga dan
Sistim Informasi/Data Base Sumber Daya Air
Sumber Daya Air

Penguatan Kebijakan dan Jumlah peraturan 1 1 500 2 550 3 600 4 650 4 - 4 Dinas Bina Marga dan
Regulasi Sumber Daya Air bidang Sumber Daya Air Sumber Daya Air
(SDA) (peraturan)

Pengembangan Kinerja Jumlah rumah tangga 840 500 52.450 500 57.400 500 5.600 500 7.000 500 5.000 2500 Dinas Pengawasan
Pengelolaan Air Minum dan Air berakses air minum Bangunan dan
Limbah bersih (non PDAM) Permukiman
Perda pengelolaan 0 1 - - - - 1 Dinas Kebersihan dan
domestik
Penambahan 381 50 70 100 - - 601 Pertamanan
sambungan
Pembangunanrumah
IPAL (SR) 0 1 1 - - - 1
Paledang
Pembangunan SP IPAL - - 500 500 500 500 500
Paledang
Pembangunan IPLT 1 - 1 - 1 - 3

247
VIII. 248

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Peningkatan pelayanan 1 1,2 1,5 1,7 2 2,5 2,5
limbah cair domestik (%)

Tanggap Darurat Bencana Tingkat penanganan 100 100 3.000 100 3.000 100 3.000 100 10.000 100 3.000 100 Badan Penanggulangan
Daerah kejadian bencana (%) Bencana Daerah
Dinas Bina Marga dan
Sumber Daya Air
Dinas Pengawasan
Bangunan dan
Permukiman
Dinas Kebersihan dan
Pertamanan

Pemulihan Pasca Bencana Tingkat pemulihan 100 100 12.000 100 12.000 100 12.000 100 3.000 100 12.000 100 Badan Penanggulangan
pasca bencana (%) Bencana Daerah
Dinas Bina Marga dan
Sumber Daya Air
Dinas Kebersihan dan
Pertamanan

10 15 15 15 15 15 15 Dinas Pengawasan
Bangunan dan
Permukiman

PERUMAHAN RAKYAT
Lingkungan Sehat Perumahan Peningkatan Jumlah 272 77.372 340 77.440 408 77.958 476 78.026 544 78.094 544 Dinas Pengawasan
Rumah layak huni (unit) Bangunan dan
Permukiman
Pengurangan Jumlah 43 3 3 3 3 3 28
titik lokasi kawasan
kumuh (titik)

Terpeliharanya jalan 548.153 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 1.048.153


lingkungan dalam
kondisi baik (m2)

Berkurangnya lokasi 3.400 120 120 120 120 120 2.800


rawan longsor di
lingkungan permukiman
(titik)

Peningkatan Panjang 767,400 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 867,400


saluran pembuangan air

248
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
hujan perumahan (m2)

Jumlah Jembatan 17 6 6 6 6 6 47
Penyebrangan Orang
(JPO) yang dibangun

Peningkatan jumlah 320 518 518 518 518 518 518


hunian
Rusunawa/Rusunami
(unit)

Cakupan rumah tangga 4.700 6.200 7.700 9.200 10.700 12.200 12.200
yang dilayani Sanimas
(SR)

Peningkatan Kesiagaan dan Respon time kebakaran 11 11 5.500 11 5.500 11 5.500 11 5.500 11 5.500 11 Dinas Pengawasan
Pencegahan Bahaya Kebakaran (menit) Bangunan dan
Permukiman

Pengelolaan Areal Pemakaman Jumlah TPU (lokasi) 8 8 11.156 8 6.156 8 7.695 8 9.079 8 11.349 8 Dinas Kebersihan dan
Pertamanan

Peningkatan Utilitas Perkotaan Jumlah PJU (TL) 12.000 13.000 22.000 14.000 23.000 14.500 23.500 15.000 24.000 15.500 24.500 15.500 Dinas Kebersihan dan
Pertamanan

Penataan dan Pengaturan Jumlah jenis bantuan 5 5 2.500 5 2.500 5 2.500 5 2.500 5 2.500 5 Dinas Pengawasan
Bangunan Gedung teknis
Revitalisasi kawasan 0 1 1 1 1 1 5 Bangunan dan
prioritas
Kajian (kawasan)
teknis bangunan 4 2 2 2 2 2 14 Permukiman

Pengaturan, Pembinaan, Jumlah asosiasi 28 28 150 28 160 28 165 28 170 28 190 28 Dinas Pengawasan
Pengawasan Jasa Konstruksi penyedia jasa yang Bangunan dan
mendapat pembinaan Permukiman
teknis
PENATAAN RUANG
Perencanaan Tata Ruang Jumlah rencana umum, 6 6 2.350 6 2.700 6 2.250 6 2.750 6 2.250 36 Dinas Pengawasan
rencana detil dan Bangunan dan
rencana pengembangan Permukiman
kawasan yang disusun Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
Rencana rinci Ada Ada Dinas Pengawasan
pengembangan kawasan Bangunan dan
penyangga Kebun Raya Permukiman
Bogor

249
VIII. 250

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Presentase kerlaksanaan 0 20 40 60 80 100 100 Badan Perencanaan
perencanaan tata ruang Pembangunan Daerah
(%)
Pemanfaatan Ruang Jumlah review zoning 0 0 1 550 1 200 1 200 1 200 4 Badan Perencanaan
PKL (terhadap 14 zona Pembangunan Daerah
PKL)
Tingkat konsistensi 0 0 90 90 90 90 90
pemanfaatan ruang
Pengendalian Pemanfaatan Presentase 0 20 1.050 40 1.150 60 1.150 80 1.150 100 1.150 100 Badan Perencanaan
Ruang keterlaksanaan Pembangunan Daerah
pengendalian
pemanfaatan ruang
Kesesuaian antara IMB 90 90 100 92 523 94 683 96 752 98 827 98 Dinas Pengawasan
dengan bangunan Bangunan dan
dilapangan (%) Permukiman
Pencegahan jumlah 70 72 74 76 78 80 80
bangunan baru tidak
berizin (%)
Tindak lanjut atas 100 100 100 100 100 100 100
pengaduan pelanggaran
tata ruang (%)
Jumlah regulasi 10 2 2 2 2 2 20
penataan ruang
(perda/perwali)
Tingkat kesesuaian 0 100 100 100 100 100 100
antara PSU dengan
perizinan
Jumlah PSU yang 0 3 3 3 3 3 15
diserahkan pengembang
Peningkatan Peran Serta penyelenggaraan 100 100 250 100 500 100 500 100 500 100 500 100 Badan Perencanaan
Masyarakat dalam Penataan sosialisasi penataan Pembangunan Daerah
Ruang ruang (%)
Tindak lanjut 100 100 100 100 100 100
Pengaduan masyarakat
akan pelanggaran tata
ruang

250
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Perencanaan Pembangunan Presentase 0 20 750 40 100 60 100 80 100 100 100 100 Badan Perencanaan
Daerah Rawan Bencana keterlaksanaan Pembangunan Daerah
perencanaan
pembangunan daerah
rawan bencana

Perencanaan Sarana Jumlah dokumen 0 2 1.200 2 1.200 2 1.200 2 1.200 2 1.200 10 Badan Perencanaan
Prasarana Kota perencanaan sarana Pembangunan Daerah
prasarana perkotaan

Kerja Sama Pembangunan Jalinan kerja sama antar Terjalin Terjalin 713 Terjalin dan 713 Terjalin 650 Terjalin 650 Terjalin dan 800 Terjalin Sekretariat Daerah
daerah, regional dan aktif dan aktif aktif dan dan aktif dan aktif (Bag. Pemerintahan)
(Jabodetabekpunjur) dan aktif aktif
internasional yang terjalin

Tingkat pencapaian 20 20 40 60 80 100 100 Badan Perencanaan


koordinasi Pembangunan Daerah
pembangunan(%)

Perencanaan Pembangunan Tersusunnya dokumen 100 100 4.000 100 4.000 100 4.000 100 4.000 100 4.000 100 Kecamatan
Daerah rencana kegiatan prioritas
kecamatan (%)
Tingkat pelaksanaan 20 20 40 60 80 100 100 Badan Perencanaan
proses perencanaan Pembangunan Daerah
pembangunan dareah(%)

Perencanaan Pembangunan Tingkat penyusunan 20 20 375 40 375 60 1.238 80 1.275 100 1.313 100 Badan Perencanaan
Ekonomi dokumen perencanaan Pembangunan Daerah
sektoral bidang ekonomi

Pengembangan Data dan Tingkat ketersediaan dan 80 20 450 40 450 60 900 80 927 100 955 100 Badan Perencanaan
Informasi validitas data/informasi Pembangunan Daerah
untuk perencanaan(%)
Perencanan Pembangunan Tingkat penyusunan 20 20 500 40 500 60 500 80 500 100 500 100 Badan Perencanaan
Sarana Prasarana dokumen perencanaan Pembangunan Daerah
pembangunan sarana
prasarana(%)

251
VIII. 252

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Perencanaan Sosial Budaya Tingkat penyusunan 20 20 638 40 638 60 591 80 609 100 627 100 Badan Perencanaan
dokumen perencanaan Pembangunan Daerah
sektoral bidang sosial
budaya(%)
Perencanaan Prasarana Tingkat penyusunan 20 20 500 40 500 60 500 80 500 100 500 100 Badan Perencanaan
Wilayah dan Sumber Daya dokumen perencanaan Pembangunan Daerah
Alam prasarana wilayah dan
sumber daya alam(%)

PERHUBUNGAN
Peningkatan Pelayanan Operasional (Jumlah) 3 4 45.783 5 19.607 6 19.351 7 34.436 7 3.307 7 Dinas Lalu Lintas dan
Angkutan Koridor BTS Trans Angkutan Jalan
Pakuan
Jumlah Trayek Feeder 6 10 14 17 20 23 23
Penurunan Jumlah Becak 1.725 1.300 1.000 750 500 250 250
Jumlah koridor bus 0 0 1 1 1 0 3
sekolah wisata dalam
Angkutan 0 0 0 2 0 0 2
kota (paket)

Peningkatan Aksesibilitas Ketersediaan Dokumen 6 29 325.250 22 463.960 16 190.314 14 299.729 12 19.090 99 Dinas Lalu Lintas dan
Pelayanan Jasa Transportai Perencanaan Teknis Angkutan Jalan
Luas lahan yang di 0 8,25 7,5 5 3,5 0,5 24,75
Bebaskan (Hektar)
Jumlah Kegiatan 4 12 14 17 14 11 72
Pembangunan dan
Pemeliharaan Prasarana
& Sarana Perhubungan

Peningkatan Keselamatan Jumlah Alat Pemberi 51 8 22.495 7 21.186 9 20.367 7 17.479 7 17.346 89 Dinas Lalu Lintas dan
dan Keamanan Transportasi Isyarat Lalu Lintas (APILL) Angkutan Jalan
Terpasang
Jumlah Pelaksanaan 60 108 108 108 108 108 600
Operasi Penertiban
Gabungan

252
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Peningkatan Jumlah Peserta - 100 1.470 100 1.642 100 1.682 100 1.835 100 1.927 500 Dinas Lalu Lintas
Kompetensi SDM Penyegaran Petugas dan Angkutan Jalan
Transportasi Operasional LLAJ
Jumlah Peserta Sosialisasi 2.100 900 1.000 1.000 1.000 1.000 7.000
Pengembangan Pelaksanaan Uji Petik 6 12 1,620 12 2,013 12 923 12 962 12 1,005 66 Dinas Lalu Lintas
Transportasi Emisi Gas Buang dan Angkutan Jalan
Ramah Kendaraan Bermotor
Lingkungan Jumlah Kendaraan 22.418 21.925 21.769 21.771 21.227 22.435 22.435
Bermotor Wajib Uji
Jumlah Kendaraan Umum 0 200 400 600 800 1000 1000
Berbahan Bakar Alternatif
LINGKUNGAN HIDUP
Pengembangan Volume Sampah Terangkut 70,37 71,37 30.000 72,37 35.000 73,37 40.000 74,37 45.000 75,37 50.000 75,37 Dinas Kebersihan
Kinerja (persen) dan Pertamanan
Pengelolaan Jumlah kelompok 2 2 2 2 1.960 2 2.156 2 176 12 Kecamatan
Persampahan masyarakat (Pokmas)
pengelola sampah berbasis
3R (Pokmas per kelurahan)
Perbaikan, Volume sampah yang 1.756 1.791 29.357 1.827 32.688 1.864 31.108 1.902 33.903 1.941 22.920 1.941 Dinas Kebersihan
Optimalisasi, diolah di TPA Galuga (m3) dan Pertamanan
Operasional dan Persentase volume sampah 98,16 98,16 98,16 98,16 98,16 98,16 98,16
Pemeliharaan yang diolah di TPA (%)
Fungsi TPA
Jenis 12 12 12 12 12 12 12
pengolahan/pemrosesan
akhir sampah
Jumlah fasilitas 5 6 6 6 6 6 6
pengolahan/pemrosesan
akhir sampah
Kapasitas pengolahan 2.520 2.587 2.635 2.684 2.733 2.783 2.783
(m3/hari)
Peningkatan Reduksi Sampah (%) 3,2 3,5 9.583 3,8 9.656 4,1 9.728 4,4 9.800 4,7 9.872 4,7 Dinas Kebersihan
Pengelolaan Jumlah TPS 3R di daerah 13 14 15 16 17 18 18 dan Pertamanan
Sampah Berbasis yang belum terlayani oleh dan Kecamatan
3R angkutan (lokasi)
Jumlah Bank Sampah 10 25 40 55 70 85 85
(lokasi)
Pengembangan kemitraan 0 5 10 15 20 25 25
(kelompok)

253
VIII. 254

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Terpenuhinya target 100 100 100 100 100 100 100
retribusi (%)
Persentase pengelolaan 13 14 15 16 17 18 18
sampah di tingkat
rumahtangga
Pengendalian Jumlah usaha dan/atau - 20 2.550 40 2.850 60 2.550 80 2.550 100 2.550 100 Badan Pengelola
Pencemaran dan kegiatan yang telah Lingkungan Hidup
Perusakan mentaati persyaratan
Lingkungan Hidup administratif dan teknis
pencegahan pencemaran
air (%)
Jumlah usaha dan/atau - 20 40 60 80 100 100
kegiatan sumber tak
bergerak yang telah
mentaati persyaratan
administratif dan teknis
pencegahan pencemaran
udara (%)
Luasan yang telah - 20 40 60 80 100 100
ditetapkan yang telah
ditetapkan dan
diinformasikan status
kerusakan lahan dan/atau
tanah untuk produksi
biomassa
Jumlah Usaha dan/atau 5 5 5 5 5 25
kegiatan yang memiliki ijin
pengendalian pencemaran
dan kerusakan lingkungan
(IPLC dan TPS B3)
Jumlah pengawasan 400 150 150 150 150 150 750
pengelolaan lingkungan
dari kegiatan dan/atau
usaha
Jumlah pengaduan - 60 70 80 90 100 100
masyarakat akibat adanya
dugaan pencemaran
dan/atau perusakan
lingkungan hidup yang
ditindaklanjuti (%)
Jumlah pengelolaan 30 40 40 40 40 200 200
limbah B3 yang dipantau
Perlindungan dan Jumlah pengendalian 180 200 3.250 200 3.250 200 3.250 200 3.250 200 3.250 200 Badan Pengelola
Konservasi pemanfaatan air tanah di Lingkungan Hidup
Sumber Daya Kota Bogor (kegiatan
usaha)

254
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Alam Jumlah sumber mata air 34 8 8 8 8 8 74
yang dilindungi (lokasi)

Jumlah bangunan 1.306 100 100 100 100 100 1.806


konservasi air tanah (unit)
Jumlah perlindungan, 13 7 7 7 7 7 48
pelestarian dan
pengembangan
keanekaragaman hayati
(lokasi)
Peningkatan Jumlah dokumen 2 2 950 2 950 2 950 2 950 2 950 2 Badan Pengelola
Kualitas dan informasi kualitas Lingkungan Hidup
Akses Informasi lingkungan
Sumber Daya
Pengelolaan Luas Taman yang 398.328, 408.328 8.800 423.328 10.500 428.328 11.500 433.328 12.500 438.328 13.500 438.328 Dinas Kebersihan
Alam dan
Ruang Terbuka memenuhi kriteria ramah 63 dan Pertamanan
Lingkungan
Hijau (Rth) Hidup anak, lansia dan difabel
(m2)
Jumlah taman tematik 2 2 2 2 2 10
Jumlah taman yang 2 2 2 2 2 10
dikelola komunitas
Jumlah Hutan Kota yang 1 0 1 0 1 0 3 Badan Pengelola
terbangun (lokasi) Lingkungan Hidup

Mitigasi Jumlah inventarisasi dan - 1 10.100 1 12.250 1 13.250 1 14.200 1 16.100 5 Badan Pengelola
dan Adaptasi identifikasi GRK Lingkungan Hidup
Perubahan Iklim (dokumen)
Jumlah kampung iklim - 1 1 1 1 1 5
Jumlah energy terbarukan 1 1 1 1 1 1 1
Fasilitasi penyelenggaraan 0 20 40 450 60 450 80 450 100 450 100 Badan Perencanaan
koordinasi dan Pembangunan
perencanaan lingkungan Daerah
hidup dan perubahan
iklim
Kemitraan Jumlah sekolah yang 50 60 850 70 850 80 850 90 900 100 900 100 Badan Pengelola
Lingkungan Hidup difasilitasi dan dibina Lingkungan Hidup
teknis Program Adiwiyata
dan sekolah berbudaya
lingkungan
Jumlah sosialisasi 1 3 3 3 3 3 3
lingkungan hidup (tema)

Jumlah kampanye - 1 1 1 1 1 5
lingkungan hidup

255
VIII. 256

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
PERTANAHAN - -
Penyelesaian Masalah pertanahan yang 83 83 350 83 350 83 475 83 475 83 475 83 Sekretariat Daerah
Konflik-Konflik termediasi (%) (Bag. Pemerintahan)
Pertanahan
KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

Penataan Tertatanya administrasi 100 100 3.000 100 3.100 100 3.200 100 3.500 100 3.800 100 Dinas
administrasi kependudukan (%) Kependudukan dan
kependudukan Penguatan fungsi RT/RW NA 100 100 100 100 100 100 Catatan Sipil
dalam penertiban dan
pengendalian kebijakan
Pengembangan 0 - - - - 1 300 - - - - 1
kependudukan
daerah untuk
meminimalkan dampak
negatif dari urbanisasi
KETAHANAN PANGAN
Peningkatan Skor Pola Pangan 81 90 2.197 94 2.263 96 2.331 98 2.401 100 2.473 Kantor Ketahanan
Ketahanan Harapan (%) Pangan
Pangan Stabilitas harga dan 100 100 100 100 100 100 100
pasokan pangan (%)
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN & PERLINDUNGAN ANAK
Peningkatan Persentase kasus 65 67 69 71 73 75 75 Badan
Kualitas Hidup kekerasan terhadap Pemberdayaan
dan Perlindungan perempuan dan anak Masyarakat dan
Perempuan yang terselesaikan (%) Keluarga Berencana
Peningkatan Jumlah perempuan yang 500 550 600 650 700 750 750 Badan
Peran Serta dan memperoleh pendidikan Pemberdayaan
Kesetaraan politik (orang) Masyarakat dan
Jender dalam Jumlah perempuan yang 500 600 700 800 900 1000 1000 Keluarga Berencana
Pembangunan berperan aktif di tiap
kelurahan dalam kegiatan
P2WKSS (KK)
Penguatan Jumlah instansi terkait 10 12 14 16 18 20 20 Badan
Kelembagaan yang memahami Pemberdayaan
Pengarusutamaan perlindungan dan hak- Masyarakat dan
Gender dan Anak hak anak Keluarga Berencana
Jumlah aparatur 74 74 74 74 74 74 74
pimpinan wilayah yang
memahami perlindungan
dan hak-hak anak
Jumlah orang tua yang 0 68 136 170 204 238 238
memahami perlindungan
dan hak-hak anak
Jumlah anak yang 100 136 170 204 238 272 272

256
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
memahami perlindungan
dan hak-hak anak
Jumlah satuan 0 12 18 24 30 36 36
pendidikan yang
memahami perlindungan
dan hak-hak anak
Jumlah Peserta pelatihan 30 30 30 30 30 30 30
perencanaan
penganggaran responsif
gender (PPRG)
KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
Kesehatan Pusat Informasi dan 24 25 27 27 28 29 29 Keluarga Berencana
Reproduksi Konseling (PIK) Remaja
Remaja
Keluarga Kesertaan ber-KB 111.183 120.183 129.183 138.183 147.183 156.183 156.183 Keluarga Berencana
Berencana (Akseptor) dan Keluarga
Sejahtera
Peningkatan Anggota Kelompok 6.656 6.706 6.756 6.806 6.856 6.906 6.906 Keluarga Berencana
Ketahanan dan ketahanan keluarga dan Keluarga
Pemberdayaan dalam kesertaan ber KB Sejahtera
Keluarga Anggota kelompok NA 500 600 700 800 900 900
ketahanan keluarga
dalam bidang ketahanan
sosial
SOSIAL - -
Pemberdayaan Domunen Profil Bidang 0 1 2.575 0 1 3.025 0 1 3.475 3 Dinas Tenaga Kerja,
Fakir Miskin, Sosial Sosial dan
Penyandang Jumlah operator, 10.579 10.419 10.259 10.099 9.939 9.779 9.779 Transmigrasi
Masalah Pendamping dan Rumah
Kesejahteraan Tangga Sangat
Sosial Lainnya Miskin(RTSM)/KSM
Program Keluarga
Harapan (PKH) yang
dibina
Rumah Tangga Sangat 10.544 160 160 160 160 160 9.744
Miskin(RTSM)/KSM Eks
Peserta Program Keluarga
Harapan (PKH)
Jumlah Lanjut Usia yang 75 150 150 150 150 150 825
ditangani
Jumlah Wanita Rawan 75 90 97 100 100 100 562
Sosial Ekonomi yang
ditangani

257
VIII. 258

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Terpasilitasinya dan 100 100 100 100 100 100 100
Terlayani Pemulangan OT
Ke Tempat Asalnya
Pengurusan / 100 100 100 100 100 100 100
Pemulasaran Bagi Mayat
Terlantar
Pembinaan Panti Jumlah panti asuhan 72 74 150 74 150 74 190 79 240 78 230 78 Dinas Tenaga Kerja,
Asuhan/Panti yang dibina Sosial dan
Jompo Pesentase Pengadaan 0 0 0 100 0 0 100 Transmigrasi
Lahan Panti (%)
Pelayanan dan Jumlah Anjal, Gepeng, 1.200 1.350 1.500 1.650 1.800 Dinas Tenaga Kerja,
Rehabilitasi dan PSK yang ditangani Sosial dan
Kesejahteraan Anjal 122 125 128 131 134 137 137 Transmigrasi
Sosial
Gepeng 216 221 227 233 239 245 245
PSK 101 104 107 110 113 116 116
Pembinaan eks Jumlah Korban Narkotika 25 250 700 300 750 300 800 300 850 300 900 1.475 Dinas Tenaga Kerja,
Penyandang dan HIV/AIDS/WTS yang Sosial dan
Penyakit Sosial dibina Transmigrasi
(eks narapidana, Jumlah Eks Psikotik yang 25 100 100 100 100 100 525
psk, narkoba dan dibina
penyakit sosial
lainnya) Sosialisasi Pencegahan 80 100 100 100 100 100 100
Korban Tindak Kekerasan
dan Trafficking (%)
Pembinaan Anak Jumlah Anak Terlantar / 50 50 550 50 575 50 650 50 675 50 750 2.750 Dinas Tenaga Kerja,
Terlantar Anak Jalanan yang dibina Sosial dan
Transmigrasi
Pembinaan Para Penyandang Cacat 93 230 550 230 650 230 750 230 850 230 900 1.243 Dinas Tenaga Kerja,
Penyandang Trauma yang dibina Sosial dan
Cacat dan Trauma Transmigrasi
Pemberdayaan Jumlah makam pahlawan 1.060 1.065 900 1.070 1.000 1075 1.100 1.080 1.200 1.085 1.300 1.085 Dinas Tenaga Kerja,
Kelembagaan yang terpelihara/terawat Sosial dan
Kesejahteraan Jumlah PSKS yang 77 82 87 92 97 102 102 Transmigrasi
Sosial terbina
Jumlah PSKS yang 6 10 12 14 16 18 18
menerima bantuan
Pelayanan dan Persentase pemenuhan 100 100 500 100 600 100 650 100 700 100 750 100 Dinas Tenaga Kerja,
Rehabilitasi Kebutuhan Dasar Bagi Sosial dan
Kesejahteraan korban Bencana Transmigrasi
Sosial Jumlah pengadaan 1 0 2 2 2 0 7
sekretariat POSKO
Penanggulangan Bencana
Jumlah Mobil Rescue 1 2 2 2 3 3 3

258
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Motor Rescue 0 1 2 3 4 5 5

KETENAGAKERJAAN - -
Peningkatan Jumlah pencari kerja 786 128 795 128 819 144 844 144 989 144 895 Dinas Tenaga Kerja,
Kualitas dan yang dilatih di BLK Sosial dan
Produktivitas Jumlah pencari kerja 130 50 50 50 50 55 55 Transmigrasi
Tenaga Kerja yang magang di
perusahaan
Jumlah Keluarga Miskin 322 105 105 105 120 435 Dinas Tenaga Kerja,
yang dialtih Sosial dan
Persentase Lembaga 50 100 100 100 100 100 100 Transmigrasi
Latihan Swasta (LLS) yang
dibina (%)
Jumlah Kejuruan yang 13 13 13 13 13 13 13
memiliki sarana dan
prasarana pelatihan kerja
memadai
Jumlah Balai latihan 1 1 1 2 3 3 3
kerja
Perlindungan dan Jumlah pekerja anak 100 100 1.437 100 1.480 100 1.525 100 1.570 100 1.570 100 Dinas Tenaga Kerja,
Pengembangan Upah Minimum Kota 2.002.00 2.493.941 2.634.632 2.775.7 2.916.914 3.058.055 3.058.055 Sosial dan
Lembaga sesuai Kriteria Hidup 0 73 Transmigrasi
Ketenagakerjaan Layak (Rp)
Jumlah Angka Kecelakaan 344 333 322 311 300 289 289
Kerja
Peningkatan Jumlah penyerapan 1.308 1.347 344 1.387 355 1.428 365 1.470 376 1.514 388 1.514 Dinas Tenaga Kerja,
Kesempatan Kerja tenaga kerja Sosial dan
Jumlah wirausaha baru 128 253 194 148 57 164 944 Transmigrasi
Persen pencari kerja yang 26 27 27 28 28 29 29
dilatih di BLK yang
terserap di pasar kerja
KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
Penciptaan Iklim Jumlah UMKM yang 10.832 20 25 35 40 50 11.002 Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil produktif UMKM
Menengah yang Jumlah kelompok usaha 72 75 78 81 83 87 476
Kondusif yang mendapat bantuan
permodalan
Peningkatan Jumlah Koperasi aktif 301 85 419 85 431 85 444 85 457 85 471 726 Dinas Koperasi dan
Kualitas Jumlah Lembaga 136 27 27 27 27 28 0 UMKM
Kelembagaan Keuangan Mikro yang
Koperasi menjadi Lembaga

259
VIII. 260

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Keuangan Mikro berbadan
hukum

Pengembangan Jumlah promosi yang 25 5 1.835 5 1.890 5 1.947 5 2.005 5 2.065 25 Dinas Koperasi dan
Sistem dilakukan UMKM
Pendukung Usaha Jumlah kemitraan dan 3 5 7 9 11 13 13
bagi Usaha Mikro, kerjasama UMKM
Kecil dan
Menengah Jumlah promosi ekonomi 10 2 1.105 2 1.138 2 1.172 2 1.207 2 1.243 20 Sekretariat Daerah
(Bag. Perekonomian
Penataan dan Persentase PKL yang 0 100 4.323 100 4.452 100 4.585 100 4.723 100 344.712 100 Dinas Koperasi dan
Pemberdayaan terelokasikan berdasarkan UMKM
Pedagang Kaki zona
Lima Persentase Pedagang Kaki 0 100 100 100 100 100 100
Lima yang direlokasi dan
mendapatkan pembinaan
(%)
PENANAMAN MODAL - -
Peningkatan Daya Persentase perizinan dan 100 100 7.244 100 8.015 100 8.973 100 9.863 100 10.912 100 Badan Pelayanan
Saing Penanaman non perizinan yang dapat Perizinan Terpadu
Modal dilayani sesuai dengan dan Penanaman
SOP (%) Modal
Nilai realisasi investasi 3.583 2.100 2.205 2.315 2.431 2.552 2.552
(dalam miliar rupiah)
Jumlah promosi 4 4 4 4 4 4 20
penanaman modal
Cakupan perizinan yang 100 100 100 100 100 100 100 Kecamatan
terlayani (%)
KEBUDAYAAN
Pengembangan Jumlah pemberian 1 2 1.125 0 1.295 4 1.685 0 1.745 68 1.805 68 Dinas Kebudayaan
Nilai Budaya Bantuan sarana Pariwisata dan
prasarana kesenian Ekonomi Kreatif
Jumlah Pemberian 6 6 6 6 8 10 42
Dukungan, Penghargaan
dan Kerjasama dibidang
Budaya
Jumlah Sosialisasi Nilai 1 1 2 2 3 3 12
Budaya
Jumlah Penggandaan 666 666 - 900 - 1.000 3.232
Buku Sejarah Bogor
Jumlah Sekolah yang 0 10 15 18 21 23 51
mendapatkan sosialisasi
nilai nilai tradisi.
Jumlah kelompok Peserta 24 26 27 29 30 31 31

260
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Lomba Seni tradisional
tingkat sekolah SD,
SMP,SMA
Pengelolaan Jumlah perekaman dan - 1 380 1 465 1 455 2 785 2 990 2 Pengelolaan
Kekayaan Budaya digitalisasi bahan pustaka Kekayaan Budaya

Jumlah pelajar dan 0 40 45 50 50 50 235


generasi muda yang
mengikuti Sosialisasi
Sejarah Tradisional
Jumlah Seminar 0 1 2 2 3 4 12
Pelestarian dan
pengembangan Wayang
Jumlah Situs dan Cagar 16 2 0 0 0 0 18
Budaya yang terpelihara

Jumlah Sekolah yang 35 20 20 22 24 26 112


mendapatkan sosialisasi
Cagar Budaya
Jumlah rapat koordinasi 1 1 1 3
cagar budaya

Jumlah papan nama/ 30 6 6 6 6 54


paneng cagar budaya

Jumlah Pameran 0 1 1 1 1 1 6
Kepurbakalaan

Pengelolaan Jumlah gelar seni yang 30 32 2.221 33 2.692 35 3.028 38 3.500 40 3.872 208 Dinas Kebudayaan
Keragaman dikuti oleh Pariwisata dan
Budaya komunitas,kelompok Ekonomi Kreatif
/sanggar seni
Jumlah festival seni yang 4 7 8 9 10 11 11
diikuti oleh sanggar seni

Jumlah Pameran Seni 2 3 3 3 4 4 4


Rupa yang diikuti oleh
komunitas seni rupa
Jumlah dialog 0 2 4 6 6 8 26
Kebudayaan

Jumlah Pagelaran 2 25 26 28 28 29 138


Kesenian dan Kebudayaan
Daerah

261
VIII. 262

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Pagelaran Wayang Golek 2 2 2 2 2 2 2

Pengembangan Jumlah kemitraan yang 3 4 160 5 245 6 360 7 395 8 450 8 Dinas Kebudayaan
Kerjasama terjalin dengan lembaga Pariwisata dan
Pengelolaan kebudayaan Ekonomi Kreatif
Kekayaan Budaya
Jumlah kemitraan yang 0 1 2 3 3 3 12 Dinas Kebudayaan
terjalin dengan lembaga
kebudayaan

KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA

Peningkatan Jumlah siswa yang 200 225 705 250 726 275 748 300 770 325 793 450 Kantor Pemuda dan
Peran serta mengikuti seleksi dan Olah Raga
kepemudaan diklat PASKIBRAKA
Jumlah pemuda yang 30 40 50 60 70 80 80
mengikuti PPAN dan BPAP

Jumlah Pemuda yang 30 32 34 36 38 40 40


mengikuti kegiatan
Pemuda Pelopor
Jumlah pemuda/pelajar NA 100 100 100 100 100 500
yang mengikuti
pembinaan/pendidikan
keagamaan di luar jam
sekolah
Pengembangan Jumlah pemuda yang 0 68 9.477 136 9.762 136 10.05 136 10.356 136 10.667 612 Kantor Pemuda dan
dan Keserasian memahami tentang 5 Olah Raga
Kebijakan undang - undang
Pemuda kepemudaan
Pembinaan dan Jumlah Atlet dengan 114 127 7.034 0 7.245 127 7.462 0 7.686 127 7.917 127 Kantor Pemuda dan
Pemasyarakatan cabang olahraga yang Olah Raga
Olahraga diikutsertakan dalam
POPWIL
Jumlah Atlet dengan 116 0 130 0 140 0 140
cabang olahraga yang
diikutsertakan dalam
POPDA
Jumlah Atlet dengan 300 250 150 150
cabang olahraga yang
diikutsertakan dalam
Pekan Olahraga Pondok
Pesantren Daerah
(POSPEDA)

262
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Pekan Olahraga Pondok 120 0 0 130 0 0 130 Sekretariat Daerah
Pesantren Daerah tingkat (Bag.
Wilayah (POSPEDAWIL) Kemasyarakatan)
Pekan Olahraga Pondok 0 75 0 0 80 0 80
Pesantren Daerah tingkat
Jawa Barat
(POSPEDAJABAR)
Pekan Olahraga Pondok 0 0 25 0 0 30 30
Pesantren Daerah tingkat
Nasional (POSPEDANAS)
Peningkatan Jumlah Lapangan 7 300 1.107 5 1.140 5 1.174 - 1.210 5 1.246 - Kantor Pemuda dan
Sarana dan Olahraga yang di renovasi Olah Raga
Prasarana
Olahraga
KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI
Pengembangan Penyelenggaraan 1 1 1.459 1 1.496 1 1.961 1 2.012 1 2.085 1 Sekretariat Daerah
Wawasan peringatan hari hari besar (Bag. Umum)
Kebangsaan
Jumlah dialog lintas 7 7 7 7 7 7 35 Kantor Kesatuan
agama Bangsa dan Politik

Kemitraan Jumlah masyarakat yang 600 600 150 600 150 600 150 600 150 600 150 600 Kantor Kesatuan
Pengembangan mengikuti pembinaan Bangsa dan Politik
Wawasan wawasan kebangsaan(per
Kebangsaan tahun)
Pendidikan Tingkat partisipasi dalam 75 - - - - - - 78 2.300 - 1.000 78
Politik Pemilu Kota (%)
Masyarakat
Tingkat partisipasi dalam 66 - - - - - - - - 70 - 70
Pemilu Provinsi (%)

Tingkat partisipasi dalam 75 - - - - - - - - 78 - 78


Pemilu Nasional (%)

Peningkatan Jumlah pengendalian dan 36 46 500 56 500 66 600 76 600 86 700 86


Keamanan dan penindakan yang
Kenyamanan dilakukan perangkat
Lingkungan daerah (kasus)
Pemeliharaan Titik rawan PKL yang 10 10 10.29 10 11.357 10 12.42 10 12.824 10 14.428 10 Satuan Polisi
Kantrantibmas menjadi titik tertib PKL 5 8 Pamong Praja
dan Pencegahan (titik lokasi)
Tindak Kriminal

263
VIII. 264

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Anjal yang terjaring 850 850 800 750 700 650 650

Titik-titik rawan anjal 0 2 3 3 3 3 14


menjadi bebas anjal

Aktivitas penegakan Perda 420 420 450 450 450 450 450
dan ketertiban umum
(kali)
Jumlah Linmas (orang) 3.875 3.895 3.915 3.935 3.955 3.975 3.975

Kapasitas aparat dan 69 69 69 69 69 69 69


masyarakat dalam
pelaksanaan
SIMSWAKARSA (aparat)
Penertiban pedagang dan NA 12 12 12 12 12 60
pendatang ilegal (kali)

Persentase penanganan 100 100 100 100 100 100 100 Kantor Kesatuan
kejadian konflik antar Bangsa dan Politik
golongan dan SARA (%)
OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM,
ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH,
PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN
PERSANDIAN
Peningkatan Ketaatan SKPD terhadap 10 20 1.620 30 1.635 40 2.185 50 2.230 60 2.395 60 Inspektorat
Sistem peraturan dan ketentuan
Pengawasan yang berlaku (%)
Internal dan
Pengendalian
Pelaksanaan
Kebijakan KDH
Persentase pejabat yang 100 100 100 100 100 100 100 Badan Kepegawaian,
melaporkan Laporan Pendidikan dan
Harta Kekayaan Pelatihan
Penyelenggara Negara
(LHKPN) secara tepat
waktu (%)

Peningkatan dan Dokumen keuangan 100 100 990 100 1.089 100 1.150 100 1.200 100 1.300 100 Badan Pengelolaan
Pengembangan (APBD dan DPA SKPD), Keuangan dan Aset
Pengelolaan laporan keuangan, dan Daerah
Keuangan Daerah pelayanan keuangan yang
dihasilkan secara tepat

264
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
waktu (%)

Tingkat tertib 100 100 700 100 700 100 700 100 700 100 700 100 Sekretariat Daerah
administrasi pengelolaan (Bag. Keuangan)
keuangan (ketepatan
waktu penyampaian
dokumen laporan
keuangan daerah) (%)

Tingkat realisasi 1.410.874 1.801.999 7.750 1.928.139 8.250 2.063.1 11.50 2.207.526 12.000 2.362.053 12.500 2.362.053 Dinas Pendapatan
pendapatan daerah (juta 08 0 Daerah
rupiah)

Jumlah wajib pajak yang n.a 60 80 100 100 100 100


melakukan pelaporan dan
pembayaran secara online
melalui Sistem Informasi
Pajak Daerah (SIP DEH)
(%)

Wajib pajak yang puas n.a 65 Meningkat mening meningka meningkat meningkat
dengan pelayanan kat t
pembayaran pajak (%)

Jumlah Objek Pajak (OP) 11.366 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 220.000 Dinas Pendapatan
PBB yang telah Daerah/Kecamatan
dimutakhirkan (OP)

Peningkatan Pelaporan, inventarisasi, 100 100 5.970 100 6.100 100 6,260 100 6.500 100 6.700 100 Badan Pengelolaan
Pengelolaan Aset pemeliharaan, dan Keuangan dan Aset
Daerah pengamanan Barang Milik Daerah
Daerah (%)

Pengendalian Tingkat tertib 97 > 97 1,375 > 97 1,400 > 97 1,425 > 97 1,450 > 97 1,475 > 97 Sekretariat Daerah
Pembangunan administrasi pelaksanaan (Bag. Pengendalian
kegiatan pembangunan Program)
(%)

Pemantapan Nama Rupabumi di Kota 0,47 0,49 131 0,6 131 0,8 175 0,9 175 - - - Sekretariat Daerah
Otonomi Daerah Bogor yang dibakukan (Bag. Pemerintahan)
dan Sistem
Administrasi
Pemerintah
Daerah

265
VIII. 266

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Peningkatan Rapat kerja 90 90 800 90 850 90 900 90 900 90 950 90 Sekretariat Daerah
pelayanan Walikota/Wakil Walikota (Bag. Pemerintahan)
kedinasan kepala yang terfasilitasi (%)
daerah/ wakil
kepala daerah

Tingkat realisasi agenda 100 100 3.500 100 3.500 100 3.500 100% 3.500 100 3.500 100 Sekretariat Daerah
kedinasan kepala daerah (Bag. Keuangan)
(%)

Pengembangan Tingkat pelaksanaan 100 100 1.725 100 1.045 100 1.260 100 1.385,45 100 1.524 100 Sekretariat Daerah
Kapasitas urusan yang dilimpahkan (Bag. Pemerintahan)
Kecamatan dan kepada kecamatan dan
Kelurahan kelurahan (%)

Mengintensifkan Pengaduan masyarakat NA 100 100 100 100 100 150 100 150 100 150 100 Sekretariat Daerah
Penanganan yang ditangani (%) (Bag. Humas)
Pengaduan
Masyarakat

Pemberdayaan Persentase Lembaga sosial NA 60 200 65 200 70 200 75 200 80 200 80 Sekretariat Daerah
Lembaga Sosial yang berpartisipasi aktif (Bag.
dalam pembangunan (%) Kemasyarakatan)
Tenaga pendidik Diniyah NA 60 70 80 90 100 100
Takmiliyah yang
mendapat insentif (%)
Jumlah anggota NA 10.000 12.500 15.000 17.500 20.000 75.000
masyarakat peserta
pembinaan keagamaan
Jumlah lembaga NA 20 25 30 35 40 150
keagamaan yang
mendapatkan bantuan
sarana-prasarana

Peningkatan Indeks kepuasan 2,50 2,65 1.050 2,80 1.100 2,95 1.125 3,10 1.150 3,25 1.175 3,25 Sekretariat Daerah
Kualitas masyarakat pada seluruh (Bag. Organisasi)
Pelayanan Publik SKPD yang memberikan
pelayanan publik

Penataan Tata Persentase SKPD yang 50 60 100 70 100 80 100 90 100 100 100 100 Sekretariat Daerah
Laksana menetapkan SOP (Bag. Organisasi)
pelayanan publik (%)
Penataan dan Organisasi perangkat 100 100 500 100 500 100 500 - - - - 100 Sekretariat Daerah
Penguatan daerah yang tepat fungsi (Bag. Organisasi)
Organisasi dan tepat ukuran (%)

266
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Penguatan Akuntabilitas kinerja CC C 550 BB 300 BB 300 B 300 B 550 B Sekretariat Daerah
Akuntabilitas instansi pemerintah (Bag. Organisasi)
Kinerja

Penerapan Monitoring pelaksanaan - 100 500 - - - - - - - - 100 Sekretariat Daerah


Reformasi reformasi birokrasi (%) (Bag. Organisasi)
Birokrasi

Peningkatan Persentase Prolegda yang 80 80 23.92 80 24.644 80 33.844 80 34.860 80 35.905 80 Sekretariat DPRD
Kapasitas disetujui menjadi Perda 6
Lembaga (%)
Perwakilan
Rakyat Daerah

Pembinaan dan Tingkat kemampuan dan Meningkat 12.17 Meningkat 13.389 Mening 19.63 Meningkat 21.601 Meningkat 23.762 Meningkat Kecamatan
Penataan pengetahuan aparatur 2 kat 8
Perangkat kecamatan kelurahan (%)
Kecamatan dan
Kelurahan

Kerjasama Kerjasama regional dan 12 12 925 13 650 13 650 14 650 14 800 14 Sekretariat Daerah
Pembangunan internasional (termasuk (Bagian
forum-forum dan sister Pemerintahan)
city) yang digiati
Jumlah kerjasama 10 11 12 13 14 15 15 Badan Perencanaan
pemerintah daerah Pembangunan
dengan lembaga Daerah
penelitian dalam dan luar
negeri
Jumlah perusahaan 9 10 11 12 13 14 14 Sekretariat Daerah
swasta, BUMD yang (Bag. Perekonomian)
berkontribusi terhadap
pembangunan Kota Bogor.

Penataan Persentase penyusunan 100 100 1.700 100 1.800 100 1.900 100 2.000 100 2.000 100 Sekretariat Daerah
Peraturan produk hukum daerah (Bagian Hukum)
Perundang- sesuai perundang-
undangan undangan (%)

Penegakan Persentase penanganan 100 100 1.300 100 1.500 100 1.700 100 1.700 100 1.700 100
Hukum dan perkara perdata, TUN dan
Penerapan HAM HAM (%)
Penilaian penerapan HAM 80 83 86 89 92 95 95
oleh Kementerian

267
VIII. 268

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Penelitian Ketersediaan dokumen 100 100 400 100 500 100 500 100 500 100 500 100 Badan Perencanaan
Pengembangan penelitian dan Pembangunan
pengembangan (%) Daerah

Pembinaan dan Pengisian jabatan yang 0,5 0,6 5.239 0,65 7.021 0,7 7.010 0,75 7.017 0,8 7.330 0,8 Badan Kepegawaian,
Pengembangan memenuhi standar Pendidikan dan
Aparatur kompetensi Pelatihan
Persentase pegawai yang 90 95 95 100 100 100 100
terlayani administrasi
kepegawaian secara
lengkap (%)

Persentase aparatur yang 65 70 75 80 85 90 90


memiliki kompetensi
dasar sesuai kebutuhan
(%)

Gedung pendidikan dan 0 0 DED Pemban Penyediaa 1 1


pelatihan gunan n sarana
gedung prasarana
Jumlah anggota KORPRI 245 250 1.500 250 1.500 250 1.600 250 1.600 250 1.650 1.495 Sekretariat Dewan
yang mendapat Pengurus KORPRI
pembinaan,
pendampingan, bantuan,
dan/atau santunan
(orang)
Kualitas atlet PNS daerah Meningka Meningkat Meningkat Mening Meningkat Meningkat Meningkat
t kat

Penataan Sistem Pemeringkatan jabatan 50 350 50 250 100 - - - Sekretariat Daerah


Manajemen SDM untuk setiap jabatan pada (Bag. Organisasi)
Aparatur OPD (%)
Pengaturan jabatan 1 1
fungsional dalam rangka
pengembangan karir dan
profesionalisme aparatur
(Kepwal)

268
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KELURAHAN

Pengembangan Jumlah pelaku usaha 240 300 796 360 820 420 1.126 480 1.159 540 1.194 540 Badan
Lembaga yang mampu Pemberdayaan
Ekonomi menggunakan teknologi Masyarakat dan
Kelurahan tepat guna (orang) Keluarga Berencana

Jumlah Pengurus UEK SP 204 204 204 204 204 204 204
yang mendapat pelatihan

Jumlah penerima KUBE 2.762 2.787 2.812 2.837 2.862 2.887 2.887
Gakin

jumlah santri yang 400 500 600 700 800 900 900
mendapat pelatihan
usaha ekonomi syariah

Peningkatan Persentase keswadayaan 0,7 0,72 11.30 0,73 11.643 0,74 15.99 0,75 16.469 0,76 16.963 0,76 Badan
Partisipasi masyarakat dalam 4 0 Pemberdayaan
Masyarakat dalam pembangunan Masyarakat dan
Membangun Keluarga Berencana
Kelurahan Kecamatan

Lembaga Kemasyarakatan 68 68 68 68 68 68 68
dalam pembangunan yang
dilatih
Pengurus TP-PKK yang 74 74 74 74 74 74 74
dilatih (PKK)

Kader Pemberdayaan 340 476 612 748 884 1.020 1.020


Masyarakat yang dilatih
(kader)
Kader Pos Daya yang 68 68 68 68 68 68 68
dilatih

Sarana Administrasi 2.048 2.505 2.962 3.419 3.876 4.335 4.335


RT/RW Se- Kota Bogor
(buku)
Persentase partisipasi 80 80 85 85 90 90 90
masyarakat

269
VIII. 270

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Jumlah masyarakat yang 300 300 300 300 300 300 1.800 Kecamatan
terlibat dalam
pelaksanaan Program
Daerah Pemberdayaan
Masyarakat (PDPM) (orang
per kecamatan)

Peningkatan Jumlah anggota 150 250 300 350 300 450 300 550 300 650 300 650 Badan
Peran Perempuan organisasi perempuan Pemberdayaan
di Kelurahan yang berperan aktif Masyarakat dan
terhadap perlindungan Keluarga Berencana
hak-hak perempuan dan
anak (orang)
Jumlah lingkungan 74 80 86 92 98 104 104
ramah anak (LRA)

Peningkatan Jumlah saung kreatif per 0 13 - 13 - 14 14 14 68 Sekretariat Daerah


Kreatifitas kelurahan (Bag
Masyarakat Kemasyarakatan)

Dinas Perindustrian
&Perdagangan

Peningkatan Persentase program yang 80 80 450 80 463 80 636 80 655 80 675 80 Kecamatan
Keberdayaan dilaksanakan Kecamatan Badan
Masyarakat (%) Pemberdayaan
Kelurahan Masyarakat dan
Keluarga Berencana

Masyarakat dan Kelompok 400 480 560 640 720 800 800 Badan
Binaan yang mengikuti Pemberdayaan
Lomba Kelurahan (orang) Masyarakat dan
Keluarga Berencana

Pembinaan dan Jumlah pembinaan di 12 12 12 12 12 12 12 Kecamatan


Penataan wilayah (kali/tahun)
Perangkat
Kecamatan dan
Kelurahan

270
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
STATISTIK

Pengembangan Persentase ketersediaan 80 20 300 40 300 60 350 80 350 100 400 100 Badan Perencanaan
Data/Informasi/S data/informasi statistik Pembangunan
tatistik Daerah daerah (%) Daerah

Persentase pemutakhiran 80 85 85 87 90 90 90 Badan


data profil kelurahan Pemberdayaan
Masyarakat dan
Keluarga Berencana
KEARSIPAN
Perbaikan Sistem Penataan tata naskah 40 50 160 60 65 70 70 80 75 90 80 90 Badan Kepegawaian,
Administrasi kepegawaian setiap PNS Pendidikan dan
Kearsipan (%) Pelatihan

Persentase SKPD yang 20 500 40 520 60 540 80 560 100 580 100 Kantor Arsip dan
terbina sistem kearsipan Perpustakaan
(%) Daerah

Penyelamatan Jumlah unit kerja yang 15 5 425 7 450 8 480 10 500 12 525 57 Kantor Arsip dan
dan Pelestarian mengintegrasikan Perpustakaan
Arsip Daerah arsipnya dalam Daerah
pengelolaan Kantor Arsip
dan Perpusda

Tingkat 40 50 60 70 80 90 90 Badan Tingkat


pemeliharaan dan Kepegawai pemeliharaan dan
penataan dokumen an, penataan dokumen
arsip kepegawaian Pendidika arsip kepegawaian
(%) n dan (%)
Pelatihan
Tingkat pemeliharaan dan 40 50 60 70 80 90 90 Badan Kepegawaian,
penataan dokumen arsip Pendidikan dan
kepegawaian (%) Pelatihan

271
VIII. 272

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)

PERPUSTAKAAN
Pengembangan Jumlah pengunjung 37,000 49,000 743 61,000 743 73,000 817 85,000 871 97,000 930 97,000 Kantor Arsip dan
Budaya Baca dan perpustakaan umum dan Perpustakaan Daerah
Pembinaan keliling
Perpustakaan Jumlah koleksi buku 44,320 47,620 50,920 54,220 57,520 60,820 60,820
jumlah perpustakaan 10 11 12 13 14 15 15
masyarakat
Jumlah perpustakaan 56 57 58 59 60 61 61
kelurahan
Jumlah perpustakaan 52 20 20 20 20 20 152
sekolah yang dibina
Peningkatan Perpustakaan bertaraf 0 DED 420 Pembangunan 12.600 Penyediaan 1.000 1 2.000 1.210 1 Kantor Arsip dan
Sarana dan internasional gedung sarana Perpustakaan Daerah
Prasarana prasarana
Perpustakaan Kendaraan perpustakaan 3 unit 3 unit 6 unit
keliling
KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Pengembangan SKPD yang menyediakan 10 20 - 40 - 60 80 100 100 Sekretariat Daerah
Komunikasi, informasi publik sesuai (Bag. Humas)
Informasi dan Undang-Undang tentang
Media Massa Keterbukaan Informasi
Publik (%)
Jumlah regulasi tentang 1 5 17.585 5 19.015 5 23.265 25.240 21.640 16 Kantor Komunikasi
implementasi Teknologi dan Informatika
Informasi dan
Komunikasi (Perwali)
Kerjasama - - 1,515 1,561 1,608 Sekretariat Daerah
Informasi dengan (Bag. Humas)
Media Massa Pembinaan radio 0 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 100% Kantor Komunikasi
komunitas (kali) dan Informatika
Fasilitasi Jumlah SDM dilatih TIK 102 100 225 100 225 100 225 100 225 100 225 602 Kantor Komunikasi
Peningkatan (orang) dan Informatika
SDM Bidang Jumlah jabatan 0 2 - 2 - 2 2 2 10
Komunikasi dan fungsional SDM TIK
Informasi

272
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
URUSAN PILIHAN
PERTANIAN
Peningkatan Produktivitas Padi 6,2 6,5 3.870 6,6 4.257 6,7 4.683 6,8 5.151 6,9 5.666 6,9 Dinas Pertanian
Produksi (Ton/Ha)
Pertanian, Produksi Buah - Buahan 122.000 126.000 130.000 134.000 138.000 142.000 142.000
Peternakan dan (Kw)
Perikanan
Produksi Tanaman Hias 556.000 564.000 573.000 581.000 589.000 597.000 597.000
(Pot/Tangkai)
Produksi Sayuran (Kw) 369.000 387.000 405.000 424.000 442.000 460.000 460.000
Jumlah varietas bibit 2 4 6 8 10 12 12
hasil kultur jaringan
Jumlah hewan yang 174.526 460.080 550.800 623.520 732.240 822.960 822.960
dipotong di RPH
Produksi susu (Liter) 1.280.000 1.342.000 1.405.000 1.469.000 1.533.000 1.597.000 1.597.000
Jumlah LKMA gapoktan 0 4 8 12 16 20 20
PUAP
Jumlah Kelompok yang 27 30 35 40 45 50 50
menyusun RDKK Pupuk
Bersubsidi
Jumlah Kelembagaan 0 5 10 15 20 25 25
Sarana dan Prasarana
Pertanian
Produksi Ikan Konsumsi 4.238 4.897 5.266 5.647 6.061 6.522 6.522
(Ton)
Produksi Benih BBI 150.000 250.000 350.000 550.000 775.000 900.000 900.000
(Ekor)
Produksi Ikan Hias (Ekor) 14.768.300 16.000.000 17.000.000 18.000.000 19.000.000 20.000.000 20.000.000
Pencegahan dan Jumlah Hewan Yang 202.800 103.000 900 78.200 990 53.400 1,089 28.600 1,198 18.800 1,318 18.800 Dinas Pertanian
Penanggulangan Divaksin (Ekor)
Penyakit Jumlah obat untuk 136 544 680 816 952 1.088 1.088
Tanaman, Ternak biosecurity (Liter)
dan Ikan serta
Penyediaan Luas Pengendalian 235 70 45 45 40 35 0
Pangan Hewani Hama/Penyakit Tanaman
yang Aman, (Ha)
Sehat, Utuh dan Jumlah Sampel 100 160 170 180 190 200 200
Halal Pemeriksaan Produk
Pangan hewani
Pengolahan dan Jumlah Produk Olahan 10 15 1.982 20 2.180 25 2.398 30 2.638 35 2.902 35 Dinas Pertanian
Pemasaran Hasil Hasil Pertanian yang
Produksi dibina Dinas
Pertanian,

273
VIII. 274

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Peternakan dan Jumlah Produk Olahan 5 7 10 13 16 19 19
Perikanan Hasil Peternakan yang
dibina Dinas
Jumlah Produk Olahan 9 10 15 20 25 30 30
Hasil Perikanan yang
dibina Dinas
Jumlah komoditas yang 4 6 8 10 12 14 14
dipasarkan di STA
Jumlah Produk yang 10 15 20 25 30 35 35
dipasarkan di Pasar Tani
Jumlah komoditas 20 22 24 26 28 30 30
Perikanan yang
dipasarkan di depo ikan
hias
Jumlah komoditas 0 20 25 30 35 40 40
Perikanan yang
dipasarkan di Depo
Pemasaran Hasil
Perikanan (Fishmart)
Peningkatan Jumlah kelompok tani 60 25 244 25 251 26 259 26 267 26 275 128 Kantor Ketahanan
Kesejahteraan yang mendapatkan Pangan
Petani pembinaan
PARIWISATA - -
Pengembangan Jumlah destinasi wisata 16 16 2.652 17 2.731 17 2.813 18 2.898 18 2.985 18 Dinas Kebudayaan
Destinasi yang dikembangkan Pariwisata dan
Pariwisata Jumlah Kunjungan 3.769.787 4.146.766 4.561.442 5.017.586 5.519.345 6.071.280 6.071.280 Ekonomi Kreatif
Wiasatawan Nusantara
Jumlah Kunjungan 183.807 202.187 222.406 244.647 269.111 296.023 296.023
Wiasatawan
Mancanegara
Persentase peningkatan 0.5 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 1
sarana dan prasarana
pendukung pariwisata
Jumlah Hotel berfasilitas 6 hotel 1 2 2 2 2 14
MICE
Pengembangan Jumlah event/pameran 6 7 1.469 7 1.513 8 1.558 8 1.605 8 1.653 8 Dinas Kebudayaan
Pemasaran yang diikuti (kali per Pariwisata dan
Pariwisata tahun) Ekonomi Kreatif
Badan promosi Belum ada Ada - ada - ada ada ada 1
pariwisata daerah yang
terbentuk

274
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI
KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)

Pengembangan Jumlah Kompepar 1 1 - 1 - 1 1 1 6 Dinas Kebudayaan


Kemitraan Jumlah Koordinasi yang 2 3 - 3 - 3 3 3 3 Pariwisata dan
dilakukan (per tahun) Ekonomi Kreatif
Jumlah kerjasama yang 1 1 - 1 - 1 1 1 1
dilakukan

PERDAGANGAN - -
Perlindungan Jumlah kasus yang 115 15 2.343 20 2.413 25 2.486 30 2.560 35 2.637 240 Dinas Perindustrian
Konsumen dan diselesaikan dan Perdagangan
Pengamanan Jumlah pengawasan 32 11 11 11 11 11 87
Perdagangan barang beredar dan jasa
yang dilakukan di
pasaran (kali)
Jumlah Ukur Timbang 577 677 777 877 977 1077 1.077
Takar (UTT)
Sosialisai perlindungan 4 2 2 2 2 3 15
konsumen
Haki 200 50 50 50 50 50 450
Halal 590 100 100 100 100 100 1.090 Sekretariat Daerah
Tingkat pemantauan dan 100 100 100 100 100 100 100 (Bag. Perekonomian)
pengendalian inflasi
daerah
Peningkatan Jumlah kerjasama 472 486 500 515 531 Dinas Perindustrian
Efisiensi dengan jaringan dan Perdagangan
Perdagangan Jumlah kegiatan survey 12 12 - 12 - 12 12 12 12
Dalam Negeri pasar
Peningkatan dan Meningkatnya jumlah 19 21 1.650 23 1.699 25 1.750 27 1.802 29 1.857 29 Dinas Perindustrian
Pengembangan produk berkualitas dan Perdagangan
Ekspor ekspor (komoditi)
INDUSTRI - -
Pengembangan Jumlah IKM yang 700 775 663 850 682 925 703 1.000 724 1.075 746 1.075 Dinas Perindustrian
Industri Kecil produktif dan Perdagangan
dan Menengah Jumlah industri kreatif 172 192 217 252 292 342 342
Jumlah insan kreatif 1 1 1 2 2 3 3
yang menerima
penghargaan
Bogor Creative Forum 0 0 1 1 1 1 1
Jumlah komunitas 10 10 10 10 10 10 60
kreatif

275
VIII. 276

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI


KONDISI
INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 KINERJA
PROGRAM KINERJA OPD PJ(*)
PROGRAM RP RP RP RP AKHIR
AWAL TARGET TARGET RP (JUTA) TARGET TARGET TARGET
(JUTA) (JUTA) (JUTA) (JUTA) (2019)
Jumlah kelompok pelaku
industri yang
mendapatkan bantuan
permodalan
Peningkatan Jumlah IKM yang 12 5 - 5 5 5 5 37 Dinas Perindustrian
Kemampuan menerapkan Teknologi dan Perdagangan
Teknologi
Industri
Pengembangan Jumlah pelatihan 4 1 716 1 737 1 759 1 782 1 805 9 Dinas Perindustrian
Kewirausahaan kewirausahaan industri - - dan Perdagangan
dan Keunggulan kreatif
Kompetitif Usaha Jumlah produk 19 2 2 2 2 2 29
Kecil Menengah berkualitas ekspor

KETRANSMIGRASIAN - -
Pembinaan dan Jumlah KK calon 34 3 106 2 109 2 113 2 116 2 119 2 Dinas Tenaga Kerja,
Penempatan transmigrasi yang Sosial dan
Transmigrasi mengikuti transmigrasi Transmigrasi

Keterangan:
 OPD yang tercantum sebagai penanggungjawab program (OPD PJ) dapat disesuaikan kembali jika dalam perjalanan periode RPJM
terjadi perubahan organisasi. Hal ini dilakukan tanpa harus mengubah dokumen RPJMD ini.

276
BAB IX
INDIKATOR KINERJA DAERAH

Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran


tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah pada akhir periode masa jabatan. Indikator kinerja daerah dapat
disusun berdasarkan indikator dari program prioritas yang telah ditetapkan
(outcomes) atau kompositnya (impact). Indikator kinerja daerah dibagi dalam 3
(tiga) aspek meliputi (i) aspek kesejahteraan masyarakat, (ii) aspek pelayanan
umum dan (iii) aspek daya saing daerah. Gambaran lengkap kondisi dan rencana
capaian kinerja selama lima tahun Pemerintah Kota Bogor dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel IX. 1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Kota Bogor
KONDI
SI
KONDISI
KINER
KINERJA
JA
ASPEK/FOKUS/BIDANG PADA TARGET CAPAIAN SETIAP
PADA
URUSAN/ INDIKATOR AWAL TAHUN
NO AKHIR
KINERJA PEMBANGUNAN PERIODE PERIO
DAERAH RPJMD
DE
RPJMD
TAHU TAH TAHU TAHU TAHU
THN 0
N 1 UN 2 N 3 N 4 N5
A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
I. KESEJAHTERAAN DAN PEMERATAAN EKONOMI
I.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Umum,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1. Laju Pertumbuhan 6,15 6,26 6,36 6,46 6,56 6,66 6,66
Ekonomi (%)
2. Laju Inflasi 4,06 4,05 4,05 4,05 4,04 4,04 4,04
3. PDRB per kapita ADHB 20,4 21,7 23,0 24,3 25,5 26,7 26,7
4. PDRB ADHK 6.063.388,37 6.419.9 6.791. 7.176. 7.577. 7.992. 7.992.36
36,37 108,38 903,24 321,36 362,71 2,71
5. Miskin (%) 8,97 8,30 8,19 8,08 7,97 7,86 7,75
6. IPM 76,70 77,77 78,27 78,77 79,27 79,77 79,77
7. Tingkat Pengangguran 9,33 8,44 7,64 6,91 6,26 5,66 5,66
Terbuka (TPT) (%)
8. Indeks Gini 0,34 0,33 0,33 0,32 0,32 0,31 0,31
9 Indeks Daya Beli (Rp) 67,86 68,89 69,15 69,41 69,67 69,93 69,93
II. FOKUS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
II.1 Pendidikan
1. Angka Melek Huruf 99,03 99,09 99,15 99,20 99,26 99,32 99,32
II.2 Kesehatan
1. Angka Usia Harapan 69,30 69,41 69,51 69,62 69,73 69,83 69,83
Hidup

277
KONDI
SI
KONDISI
KINER
KINERJA
JA
ASPEK/FOKUS/BIDANG PADA TARGET CAPAIAN SETIAP
PADA
URUSAN/ INDIKATOR AWAL TAHUN
NO AKHIR
KINERJA PEMBANGUNAN PERIODE PERIO
DAERAH RPJMD
DE
RPJMD
TAHU TAH TAHU TAHU TAHU
THN 0
N 1 UN 2 N 3 N 4 N5
B. ASPEK PELAYANAN UMUM
I. PELAYANAN URUSAN WAJIB
I.1 Pendidikan
1. Angka rata-rata lama 9,93 9,97 10,02 10,06 10,11 10,15 10,15
sekolah
2. Angka Partisipasi Kasar 113,33 113,5 113,7 113,8 113,9 114 114
SD/Paket A
3. Angka Partisipasi Kasar 104,66 104,7 104,75 104,8 104,9 105 105
SMP/MTs/Paket B
4. Angka Partisipasi Kasar 129,00 129,5 130 130,5 131 131,5 131,5
SMA/SMK/ MA/Paket C
5. Angka Partisipasi Murni 97,18 98 98,5 99 99,5 100 100
(APM) SD/MI/Paket A
6. Angka Partisipasi Murni 89,60 90 90,5 91 91,5 92 92
(APM) SMP/MTs/Paket B
7. Angka Partisipasi Murni 99,94 99,95 99,96 99,97 99,98 100 100
(APM)
SMA/SMK/MA/Paket C
8. Angka pendidikan yang 100 100 100 100 100 100 100
ditamatkan
SD/MI/Sederajat (%)
9. Angka pendidikan yang 100 100 100 100 100 100 100
ditamatkan
SLTP/MTs/Sederajat (%)
10. Angka pendidikan yang 100 100 100 100 100 100 100
ditamatkan
SLTA/MA/SMK/Sederajat
(%)
11. Kualifikasi tenaga (72,14) 72,15 72,16 72,17 72,18 72,19 72,19
pendidik sekurang-
kurangnya S1/DIV (orang)
12. Rasio rombel dengan 1 : 1,64 1 : 1,51 1 : 1,38 1 : 1,26 1 : 1,13 1:1 1:1
ruang kelas SD
13. Rasio rombel dengan 1:1,05 1:1,04 1 : 1,03 1 : 1,02 1 : 1,01 1 :1 1 :1
ruang kelas SMP
14. Rasio rombel dengan 1 : 1,12 1 : 1,10 1 : 1,08 1 : 1,06 1 : 1,04 1:1 1:1
ruang kelas SMA/SMK
15. Sekolah kondisi bangunan 91,6 91,7 91,8 91,9 92 92,1 92,1
baik

278
KONDI
SI
KONDISI
KINER
KINERJA
JA
ASPEK/FOKUS/BIDANG PADA TARGET CAPAIAN SETIAP
PADA
URUSAN/ INDIKATOR AWAL TAHUN
NO AKHIR
KINERJA PEMBANGUNAN PERIODE PERIO
DAERAH RPJMD
DE
RPJMD
TAHU TAH TAHU TAHU TAHU
THN 0
N 1 UN 2 N 3 N 4 N5
16. Persentase sekolah yang 54,03% 55% 56% 57% 58% 59% 59%
memiliki Lab IPA (SMP,
SMA) dengan sarana
prasarana yang baik
17. APK PAUD usia 4-6 tahun 65,19% 70% 73% 77% 79% 80% 80%
18. Angka Partisipasi Murni 22,7% 23% 24 25% 26% 27% 27%
(APM) Pendidikan anak
Usia Dini
I.2 Kesehatan
1. Prevalensi HIV/AIDS <0,5 <0,5 <0,5 <0,5 <0,5 <0,5 <0,5
2. Persentase balita gizi 0,47 0,5 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3
buruk
3. Jumlah Balita Gizi Buruk 378 350 340 330 320 300 300
4. Angka kematian ibu per 13 12 11 10 10 10 10
100.000 kelahiran hidup
5. Angka Kematian Bayi 62 58 55 53 51 49 49
(AKB)
6. Angka kematian balita 62 61,5 61 60.5 60 59 59
7. Cakupan balita gizi buruk 100 100 100 100 100 100 100
mendapat perawatan
8. Persentase Pasien Gakin 100 100 100 100 100 100 100
yang terlayani di
pelayanan dasar dan
rujukan
9. Rasio Puskesmas per 0,72 0,72 0,71 0,71 0,7 0,7 0,7
satuan penduduk (per
30.000 penduduk)
10. Rasio klinik yang 3,38 3,44 3,57 3,70 3,82 3,92 3,92
memenuhi persyaratan
per 25.000 penduduk
11. Rasio Pustu per satuan 0,87 0,96 0,96 1,02 1,07 1,11 1,11
penduduk
12. Rasio dokter per 100.000 7,96 8,52 9,04 9,53 11,23 11,88 11,88
penduduk
13. Rasio bidan per satuan 11,15 11,42 11,68 11,82 11,95 12,06 12,06
penduduk
14. Prevalensi Tuberkulosis 0,006 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005
per 100.000 penduduk
15. Rasio perawat per satuan 10,85 11,71 12,53 13,29 14 14,65 14,65
penduduk
16. Akreditasi Rumah Sakit 0 1 1 1 1 1 1

279
KONDI
SI
KONDISI
KINER
KINERJA
JA
ASPEK/FOKUS/BIDANG PADA TARGET CAPAIAN SETIAP
PADA
URUSAN/ INDIKATOR AWAL TAHUN
NO AKHIR
KINERJA PEMBANGUNAN PERIODE PERIO
DAERAH RPJMD
DE
RPJMD
TAHU TAH TAHU TAHU TAHU
THN 0
N 1 UN 2 N 3 N 4 N5
17. Cakupan kunjungan ibu 95,97 96 96,5 97 97,5 98 98
hamil K4
18. Cakupan komplikasi 75,61 76 77 78 79 80 80
kebidanan yang ditangani
19. Cakupan pertolongan 91,99 92 92,5 93 93,5 94 94
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
20. Cakupan pelayanan nifas 95,68 96 96,5 97 97,5 98 98
21. Cakupan neonatus 54,5 60 63 65 68 69 70
dengan komplikasi yang
ditangani
22. Cakupan kunjungan bayi 94,96 95,5 96 96,5 97 97,5 97,5
23. Cakupan peserta KB Aktif 60,07 68,16 75,64 82,62 89,11 95,22 95,11
24. Cakupan pelayanan anak 86,6 91 92 93 94 95 94
balita
25. Cakupan pemberian 14 30 50 70 80 100 100
makanan pendamping
ASI pada anak usia 6 - 24
bulan keluarga miskin
26. Cakupan Balita Gizi 100 100 100 100 100 100 100
Buruk mendapat
perawatan
27. Cakupan penjaringan 96,86 100 100 100 100 100 100
kesehatan siswa SD dan
setingkat
28. Acute Flacid Paralysis 100 100 100 100 100 100 100
(AFP) rate per 100.000
penduduk < 15 tahun
29. Persentase penemuan 78,6 80 85 90 95 100 100
pnemonia balita
30. Persentase penemuan 91,4 81 82 83 84 85 85
pasien baru TB. BTA
(positif)
31. Persentase penderita DBD 100 100 100 100 100 100 100
yang ditangani
32. Persentase penanganan 70,4 75 80 85 90 95 95
penderita diare
33. Cakupan pelayanan 100 100 100 100 100 100 100
kesehatan dasar pasien
masyarakat miskin

280
KONDI
SI
KONDISI
KINER
KINERJA
JA
ASPEK/FOKUS/BIDANG PADA TARGET CAPAIAN SETIAP
PADA
URUSAN/ INDIKATOR AWAL TAHUN
NO AKHIR
KINERJA PEMBANGUNAN PERIODE PERIO
DAERAH RPJMD
DE
RPJMD
TAHU TAH TAHU TAHU TAHU
THN 0
N 1 UN 2 N 3 N 4 N5
34. Cakupan pelayanan 100 100 100 100 100 100 100
kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin
35. Cakupan desa/kelurahan 100 100 100 100 100 100 100
mengalami Kejadian Luar
Biasa (KLB) yang
dilakukan penyelidikan
epidemiologi < 24 jam
36. Cakupan desa/kelurahan 68 68 68 68 68 68 68
siaga aktif
37. Indeks Kepuasan 75 77 79 81 83 85 85
Masyarakat (%)
I.3. Pekerjaan Umum
1. Jumlah danau/situ dan 5 5 6 6 7 7 7
kolam retensi berkondisi
baik.
2. Panjang saluran, sungai 174,54 176,54 178,54 180,54 182,54 184,54 184,54
dan jaringan irigasi
dengan kapasitas
memadai dan berkondisi
baik (km)
3. Persentase panjang jalan 86 86,5 87 87,5 88 88,5 88,5
berkondisi mantap (baik &
sedang) dari seluruh
panjang jalan (%)
4. Jumlah rumah tangga 840 500 500 500 500 500 2500
berakses air minum
bersih (non PDAM)
5. Cakupan rumah tangga 4.700 6.200 7.700 9.200 10.700 12.200 12.200
yang dilayani Sanimas
(SR)
6. Jumlah TPU yang tertata 8 8 8 8 8 8 8
dengan baik (lokasi)
9. Jumlah PJU baru 12.000 13.000 14.000 14.500 15.000 15.500 15.500
10. Persentase pemeliharaan 100 100 100 100 100 100 100
PJU
11. Penambahan jumlah 381 50 70 100 601
sambungan IPAL ke
rumah penduduk (SR)

281
KONDI
SI
KONDISI
KINER
KINERJA
JA
ASPEK/FOKUS/BIDANG PADA TARGET CAPAIAN SETIAP
PADA
URUSAN/ INDIKATOR AWAL TAHUN
NO AKHIR
KINERJA PEMBANGUNAN PERIODE PERIO
DAERAH RPJMD
DE
RPJMD
TAHU TAH TAHU TAHU TAHU
THN 0
N 1 UN 2 N 3 N 4 N5
I.4. Perumahan Rakyat
1. Jumlah lingkungan 43 3 3 3 3 3 28
pemukiman kumuh
2. Rumah layak huni - 272 340 408 476 544 544
I.5. Lingkungan Hidup
1. Persentase penanganan 73,57 74,87 76,17 77,47 78,77 80,07 80,07
sampah (terangkut & 3R)
2. Rasio tempat pembuangan 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001
sampah (TPS) persatuan
penduduk
3. Wilayah layanan 70,4% 71,4% 72,4% 73,4% 74,4% 75,4% 75,4%
persampahan
4. Jumlah Taman yang 200 12 12 12 12 12 260
tertata dengan baik
5. Persentase titik lokasi eks 16 1 1 1 1 1 21
PKL yang difungsikan
sebagai RTH
6. Persentase - 20 40 60 80 100 100
usaha/kegiatan yang
telah memiliki dokumen
lingkungan yang sudah
melaksanakan kewajiban
sesuai ketentuan
pengelolaan lingkungan
7. Persentase penegakan - 50 60 70 80 100 100
hukum
8. Jumlah sekolah yang 50 60 70 80 90 100 100
dibina untuk menjadi
sekolah berbudaya
lingkungan
9. Jumlah hutan kota yang 1 - 1 1 1 1 1
terbangun (unit)
10. Jumlah mata air yang 34 8 8 8 8 8 74
dilindungi
11. Jumlah bangunan 1,306 100 100 100 100 100 1,806
konservasi air tanah
(sumur resapan, sumur
pantau, sumur imbuhan,
sumur bioretensi) (unit)
12. Jumlah usaha/kegiatan 180 200 200 200 200 200 200
yang dipantau
penggunaan air tanah

282
KONDI
SI
KONDISI
KINER
KINERJA
JA
ASPEK/FOKUS/BIDANG PADA TARGET CAPAIAN SETIAP
PADA
URUSAN/ INDIKATOR AWAL TAHUN
NO AKHIR
KINERJA PEMBANGUNAN PERIODE PERIO
DAERAH RPJMD
DE
RPJMD
TAHU TAH TAHU TAHU TAHU
THN 0
N 1 UN 2 N 3 N 4 N5
13. Jumlah perusahaan yang 30 5 5 5 5 5 65
memiliki IPLC
I.6. Kependudukan dan Catatan Sipil
1. Cakupan penerbitan KK 100 100 100 100 100 100 100
2. Cakupan penerbitan KTP 82 83 84 85 86 87 87
3. Cakupan penerbitan 57 63 72 79 86 92 92
kutipan akta kelahiran
4. Cakupan penerbitan 5 7 10 12 15 17 17
Kutipan akta kematian
I.7. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1. Indeks Pemberdayaan 67 72 73 73 74 74 74
Gender (IPG)
2. Indeks Pembangunan 66 68 70 72 74 76 76
Gender (IDG)
3. Persentase kasus 110 130 150 170 190 210 210
kekerasan terhadap
perempuan yang
terselesaikan (%)
4. Tingkat pendidikan 50 55 60 65 70 75 75
SLTP/MTs/Sederajat yang
ditamatkan perempuan
(%)
5. Tingkat pendidikan 48 52 56 60 64 68 68
SMU/MA/Sederajat yang
ditamatkan perempuan
(%)
I.8. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
1. Jumlah keluarga 68.837 67.837 66.837 65.837 64.837 63.837 63.837
prasejahtera dan sejahtera
I
2. Cakupan sasaran 111.183 120.183 129.18 138.18 147.18 156.18 156.183
Pasangan Usia Subur 3 3 3 3
menjadi Peserta KB aktif
3. Cakupan Anggota Bina 6.485 6.535 6.585 6.635 6.685 6.735 6.735
Keluarga Balita (BKB) ber-
KB
4. Cakupan PUS Peserta KB 223 243 263 283 303 323 323
Anggota Usaha
Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera
(UPPKS) yang ber-KB

283
KONDI
SI
KONDISI
KINER
KINERJA
JA
ASPEK/FOKUS/BIDANG PADA TARGET CAPAIAN SETIAP
PADA
URUSAN/ INDIKATOR AWAL TAHUN
NO AKHIR
KINERJA PEMBANGUNAN PERIODE PERIO
DAERAH RPJMD
DE
RPJMD
TAHU TAH TAHU TAHU TAHU
THN 0
N 1 UN 2 N 3 N 4 N5
5. Rasio Petugas Lapangan 68 68 68 68 68 68 68
Keluarga
Berencana/Penyuluh
Keluarga Berencana
(PLKB/PKB) 1 Petugas di
setiap 2 (dua )
Desa/Kelurahan
6. Rasio Pembantu Pembina 68 68 68 68 68 68 68
Keluarga Berencana
(PPKBD) 1 (satu ) petugas
di setiap Desa/Kelurahan
7. Cakupan penyediaan alat 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30%
dan obat Kontrasepsi
untuk memenuhi
permintaan masyarakat
30% setiap tahun
I.9. Sosial
1. Jumlah Lembaga 1.392 1.532 1.685 1.853 2.038 2.242 2.242
Keagaamaan yang
berpartisipasi aktif dalam
pembangunan
2. Persentase panti jompo 88 90 92 94 96 98 98
dan anak yang terkelola
dengan baik
3. Jumlah lanjut usia yang 50 180 180 180 180 180 950
menerima bantuan
4. Jumlah penyandang cacat 110 100 100 100 100 100 610
yang menerima bantuan
5. Persentase Korban 100 100 100 100 100 100 100
bencana yang ditangani
6. Jumlah Anjal Gepeng,
PSK yang ditangani:
i. Anjal 123 125 129 132 135 138 138
ii. Gepeng 186 190 195 200 205 210 210
iii. PSK 98 100 104 107 110 113 113
7. Jumlah WKSBM di Kota 16 10 10 10 10 12 68
Bogor yang terbentuk
8. PMKS yang memperoleh 18.690 19.064 19.445 19.834 20.231 20.635 20.635
bantuan sosial
9. PMKS yang yang ditangani 18.943 19.322 19.708 20.102 20.505 20.915 20.915
10. PSM yang aktif 100 125 150 175 200 225 250

284
KONDI
SI
KONDISI
KINER
KINERJA
JA
ASPEK/FOKUS/BIDANG PADA TARGET CAPAIAN SETIAP
PADA
URUSAN/ INDIKATOR AWAL TAHUN
NO AKHIR
KINERJA PEMBANGUNAN PERIODE PERIO
DAERAH RPJMD
DE
RPJMD
TAHU TAH TAHU TAHU TAHU
THN 0
N 1 UN 2 N 3 N 4 N5
11. Karang Taruna yang aktif 20 10 10 10 10 10 70
12. Persentase makam 100 100 100 100 100 100 100
pahlawan yang dipelihara
13. Persentase korban 100 100 100 100 100 100 100
bencana yang ditangani
I.10. Ketenagakerjaan
1. Jumlah penyerapan 1.308 1.347 1.387 1.428 1.470 1.514 1.514
tenaga kerja
2. Upah Minimum Kota 2.002.000 2.493.9 2.634. 2.775. 2.916. 3.058. 3.058.05
sesuai Kriteria Hidup 41 632 773 914 055 5
Layak (Rp)
I.11. Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
1. Jumlah UMKM yang 11.297 12.427 13.669 15.036 16.540 18.194 18.194
produktif
2. Jumlah Koperasi aktif 301 85 85 85 85 85 726
3. Jumlah produk yang
tersertifikasi yang
dihasilkan UMKM:
a. Halal 590 100 100 100 100 100 1090
b. Haki 200 50 50 50 50 50 450
I.12. Penanaman Modal
1. Nilai realisasi PMA dan 3.583 3.941 4.335 4.769 5.246 5.770 5.770
PMDN (dalam Miliar
Rupiah)
I.13. Kebudayaan
1. Jumlah grup seni budaya 40 42 45 48 50 52 52
yang aktif
2. Jumlah cagar budaya 0 0 0 0 0 1 1
yang ditetapkan Perda
3. Jumlah gelar budaya 30 32 33 33 34 36 168
I.14. Kepemudaan dan
Olahraga
1. Jumlah organisasi 68 68 68 68 68 68 68
pemuda yang dibina
2. Jumlah Atlet yang
berprestasi:
a. POPDA 52 0 55 0 60 0 60
b. POPWIL 17 20 0 22 0 22 22
3. Jumlah sarana dan 379 381 383 385 387 389 389
prasarana olahraga
4. Persentase keikutsertaan
pada cabang olahraga

285
KONDI
SI
KONDISI
KINER
KINERJA
JA
ASPEK/FOKUS/BIDANG PADA TARGET CAPAIAN SETIAP
PADA
URUSAN/ INDIKATOR AWAL TAHUN
NO AKHIR
KINERJA PEMBANGUNAN PERIODE PERIO
DAERAH RPJMD
DE
RPJMD
TAHU TAH TAHU TAHU TAHU
THN 0
N 1 UN 2 N 3 N 4 N5
dalam event olahraga
Tingkat Wilayah dan
Provinsi (%):
a. POPDA 60 0 85 0 90 0 90
b. POPWIL 100 100 0 100 0 100 100
I.15. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
1. Jumlah LSM, ORMAS dan 1 1 1 1 1 1 5
OKP yang dibina
(kegiatan)
I.17. Kemasyarakatan
1. Jumlah qori/qoriah 30 45 60 75 90 105 105
2. Jumlah tempat ibadah 154 167 180 193 206 219 219
yang mendapatkan
bantuan
3. Jumlah zakat terkumpul 3.515.154.57 4.015.1 4.515. 5015.1 5.515. 6.015. 6.015.15
di BAZ (Rp milyar) 8 54.578 154.57 54.578 154.57 154.57 4.578
8 8 8
4. Jumlah TPQ dan MDA 39 39 39 45 45 51 51
I.18. Statistik
1. Database yang valid, 12 18 26 32 38 44 44
mudah diakses dan
termutakhirkan secara
rutin (OPD)
I.19. Perpustakaan
1. Jumlah pengunjung 37.000 49.000 61.000 73.000 85.000 97.000 97.000
perpustakaan umum dan
keliling (orang)
I.20. Komunikasi dan Informatika
1. Jumlah Pengembangan 10 20 45 45 46 46 212
Infrastruktur Jaringan
telekomunikasi (titik)
2. Jumlah pembangunan 1 - 1 - - 1 1
dan pengembangan
Control Room (paket)
3. Pengembangan aplikasi 23 5 5 5 5 5 48
sistem informasi
manajemen (SIM)

286
KONDI
SI
KONDISI
KINER
KINERJA
JA
ASPEK/FOKUS/BIDANG PADA TARGET CAPAIAN SETIAP
PADA
URUSAN/ INDIKATOR AWAL TAHUN
NO AKHIR
KINERJA PEMBANGUNAN PERIODE PERIO
DAERAH RPJMD
DE
RPJMD
TAHU TAH TAHU TAHU TAHU
THN 0
N 1 UN 2 N 3 N 4 N5
II. PELAYANAN URUSAN
PILIHAN
II.1. Pertanian
1. Produksi Tanaman Hias 556.000 564.000 573.000 581.00 589.000 597.000 597.000

(Tangkai/Pot)
2. Produksi Ikan Hias (Ekor) 14.768.300 16.000.00 17.000. 18.000.0 19.000. 20.000.0 20.000.000
0 000 00 000 00

3. Jumlah hewan yang 174.526 460.080 550.800 623.520 732.240 822.960 822.960

dipotong di RPH (Ekor)


4. Jumlah produk olahan 24 32 45 58 71 84 84
pertanian binaan
5. Produk hasil pertanian 34 63 77 91 105 119 119
binaan yang dipasarkan

II.2. Pariwisata
1. Jumlah Kunjungan 3.769.787 4.146.7 4.561. 5.017. 5.519. 6.071. 6.071.28
Wiasatawan Nusantara 66 442 586 345 280 0

2. Jumlah junjungan 183.807 202.188 222.40 244.64 269.11 296.02 296.023


Wiasatawan Mancanegara 6 7 2 3

3. Jumlah Kompepar 1 1 1 1 1 1 6
II.3. Industri
1. Jumlah sentra IKM 0 1 1 1 1 1 5
2. Jumlah Industri kreatif 172 192 217 252 292 342 342
3. Jumlah IKM yang 700 775 850 925 1,000 1,075 1,075
produktif
II.4. Perdagangan
1. Peningkatan nilai ekspor 19 21 23 25 27 29 20
C. DAYA SAING DAERAH
I. KEMAMPUAN EKONOMI
1. Pengeluaran konsumsi 658,45 660,95 663,45 665,96 668,96 670,96 670,96
rumah tangga per kapita
3. Pengeluaran konsumsi 395.070 396.570 398.07 399.57 401.07 402.57 402.576
non pangan perkapita 0 6 6 6

II. FASILITAS
WILAYAH/INFRASTRUKT
UR
II.1. Perhubungan
1. Jumlah Kegiatan 4 12 14 17 14 11 72
Pembangunan dan
Pemeliharaan Prasarana

287
KONDI
SI
KONDISI
KINER
KINERJA
JA
ASPEK/FOKUS/BIDANG PADA TARGET CAPAIAN SETIAP
PADA
URUSAN/ INDIKATOR AWAL TAHUN
NO AKHIR
KINERJA PEMBANGUNAN PERIODE PERIO
DAERAH RPJMD
DE
RPJMD
TAHU TAH TAHU TAHU TAHU
THN 0
N 1 UN 2 N 3 N 4 N5
dan Sarana Perhubungan
2. Persentase Lulus Uji 97,50 97,80 98,10 98,40 98,70 99,00 99,00
Kendaraan Bermotor
Wajib Uji
3. Rata-rata waktu tempuh 2,99 2,91 2,83 2,75 2,68 2,61 2,61
di lokasi rawan kemacetan
(menit/km)
4. Operasional Koridor 3 4 5 6 7 7 7
Angkutan Massal (koridor
Trans Pakuan)
II.2. Penataan Ruang
1. Kesesuaian antara IMB 90 90 92 94 96 98 98
dengan bangunan
dilapangan (%)

2. Tindak lanjut atas 100 100 100 100 100 100 100
pengaduan pelanggaran
tata ruang
3. Tingkat konsistensi 0 90 90 90 90 90 90
pemanfaatan ruang (%)
II.3. Sumberdaya Manusia
1. Rasio lulusan S1/S2/S3 0,13 0,15 0,17 0,19 0,21 0,23 0,23

288
BAB X
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

X.1. PEDOMAN TRANSISI

Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi


kekosongan RKPD setelah RPJMD ini berakhir, maka RPJMD Kota Bogor
2015-2019 menjadi pedoman penyusunan RKPD dan RAPBD tahun
pertama di bawah kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih hasil
pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) pada periode berikutnya.
Selanjutnya RKPD masa transisi merupakan tahun pertama dan bagian
yang tidak terpisahkan dari RPJMD walikota dan wakil walikota terpilih
hasil pemilukada pada periode berikutnya yaitu pada tahun 2019-2020.

Melalui pedoman transisi ini, maka diharapkan masalah-masalah


pembangunan yang belum seluruhnya tertangani sampai dengan akhir
periode RPJMD ini dan masalah-masalah pembangunan yang akan
dihadapi dalam tahun pertama masa pemerintahan baru dapat
terselesaikan.

X.2. KAIDAH PELAKSANAAN

Guna mendukung efektifitas dan efisiensi implementasi RPJMD,


maka diperlukan:

1. Konsistensi penyusunan Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD


dengan RPJMD, yang mana Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota
Bogor berkewajiban untuk menyusun rencana strategis yang memuat
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pokok
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya yang disusun
dengan berpedoman pada RPJMD Kota Bogor tahun 2015-2019 yang
nantinya akan menjadi pedoman di dalam menyusun Rencana Kerja
(Renja) dan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kota Bogor;
2. Walikota dan Wakil Walikota Kota Bogor berkewajiban mengarahkan
pelaksanaan RPJMD Kota Bogor tahun 2015-2019 dengan
mengerahkan semua potensi dan kekuatan daerah;
3. Walikota dan Wakil Walikota Kota Bogor berkewajiban
menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJMD Kota Bogor tahun
2015-2019 kepada masyarakat;
4. Pengendalian dan evaluasi kinerja pencapaian program RPJMD Kota
Bogor tahun 2015-2019 dilakukan oleh Bappeda secara berkala;
5. Penyusunan RKPD Kota Bogor pada tahun 2016 sampai dengan tahun
2019 berpedoman pada RPJMD Kota Bogor tahun 2015-2019;
6. Penguatan kemampuan dan kapasitas DPRD untuk memantau dan
mengevaluasi RPJMD;
7. Penguatan kemampuan dan kapasitas pihak non pemerintah (non
government stakeholders) untuk memantau dan mengevaluasi
implementasi RPJMD.

289
Sasaran-sasaran yang ditetapkan dalam RPJMD ini dapat dicapai
selama ada sinergitas usaha antara SKPD dan seluruh komponen
masyarakat termasuk dunia usaha. Oleh karena itulah SKPD serta para
pemangku kepentingan wajib melaksanakan program-program yang telah
ditetapkan dengan sebaik–baiknya dan Bappeda wajib melakukan
pemantauan terhadap penjabaran RPJMD dalam Renstra SKPD.

Dalam proses pelaksanaannya, dimungkinkan dilakukan perubahan


RPJMD sepanjang terjadi perubahan-perubahan yang mendasar mencakup
antara lain terjadinya bencana alam, goncangan politik, krisis ekonomi,
konflik sosial budaya, gangguan keamanan, pemekaran daerah, atau
perubahan kebijakan. Termasuk perubahan kebijakan ini adalah kebijakan
nasional dan kebijakan daerah seperti Rencana Tata Ruang Wilayah yang
menjadi acuan penyusunan RPJMD. Perubahan RPJMD tersebut
ditetapkan dengan Peraturan Daerah, kecuali perubahan pada capaian
sasaran tahunan yang tidak mengubah target pencapaian sasaran akhir
pembangunan jangka menengah, perubahannya ditetapkan dengan
Peraturan Walikota.

WALIKOTA BOGOR,
ttd.
BIMA ARYA

290

Anda mungkin juga menyukai