Anda di halaman 1dari 12

PERIODE PRE

ROMANTIK
Latar belakang
◦ Masyarakat Inggris yang sebelumnya masih menganggap karya sastra neo-klasik adalah karya
sastra utama, kini mulai beranggapan bahwa suatu karya sastra tanpa perasaan adalah karya
sastra yang gersang. Aturan-aturan, prinsip-prinsip karya periode neo-klasik sudah banyak
ditinggalkan. Subjektivitas dalam karya sastra pada periode pre-romantik ini mulai
mendapatkan tempat di hati masyarakat Inggris. Alam yang tadinya dijauhi, kini merupakan
sumber inspirasi berkarya. Banyak penulis mulai menoleh keindahan alam dan sejuknya hawa
pegunungan. Karya sastra pada periode ini mulai diwarnai dengan emosi serta kritik terhadap
norma-norma klasik yang membelenggu kebebasan berkarya. Pemberontakan terhadap
kaidah-kaidah berkarya periode neo-klasik ditandai dengan ditinggalkannya bentuk “heroic
couplet” dan dipakainya bentuk “blank verse” sebagaimana karya-karya Shakespeare, Spencer,
dan Milton.
Prosa
◦ Di dunia prosa, muncul suatu bentuk karya sastra yang merupakan embrio dari lahirnya karya sastra
novel. Jika kita menengok ke perkembangan prosa Inggris, kita dapatkan beberapa bentuk sebelum
bentuk novel muncul. Bentuk yang pertama muncul adalah “Chronicle”. Bentuk ini berupa laporan
tentang peristiwa-peristiwa yang yang terfokus pada seseorang yang menjadi tokoh utama. Tokoh ini
mengalami petualangan demi petualangan sebelum akhirnya oleh pengarang ia dibuat hidup
menetap bersama pasangannya atau terbunuh dalam petualangan terakhirnya. ”Chronicle” ini tidak
memiliki plot (alur cerita) dan umumnya berbentuk episode-episode lepas. Contoh karya sastra yang
berbentuk “chronicle” adalah “Gulliver‟s Travels” karya Jonathan Swift. Bentuk kedua setelah
“chronicle” adalah “plotted adventure story”. Tidak seperti bentuk sebelumnya yang berupa episode-
episode yang bisa berdiri sendiri-sendiri, “plotted adventure story” ini sudah memiliki semacam plot
yang merangkai petualangan-petualangan mendebarkan yang dialami tokoh utama. Contoh karya
yang berbentuk “plotted adventure story” adalah “Treasure Island” karya Robert Louis Stevenson.
Bentuk ketiga adalah “romance” dengan ciri khasnya berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi di
tempat-tempat yang terasa jauh dan asing (misalnya di gurun Sahara) atau di masa-masa yang
sangat lampau yang memungkinkan memunculkan makhluk-makhluk aneh. Contoh karya sastra
bentuk “romance” adalah “Ivanhoe” karya Sir Walter Scott.
◦ Setelah kemunculan “romance” ini suatu genre baru dalam karya sastra yang disebut “novel” muncul.
Ciri-ciri novel adalah tokoh utamanya orang-orang biasa dengan peristiwa-peristiwa biasa yang umum
dijumpai dan fokus mulai bergeser dari petualangan ke tokoh itu sendiri.
◦ Samuel Richardson (1689-1761) dianggap sebagai penulis novel pertama dalam sejarah
kesusastraan Inggris. Sebagai seorang yang sudah dikenal karena kepandaiannya menulis surat, ia
diminta oleh para penerbit untuk membuat sebuah buku tuntunan membuat surat. Permintaan itu
dengan senang hati ia terima. Namun yang muncul bukanlah sebuah tuntunan membuat surat,
melainkan serentetan surat yang indah dan sentimental dan merupakan sebuah cerita. Buku tersebut
diberi judul Pamela or Virtue Reward dan mengisahkan tentang seorang pramuwisma yang mendapat
godaan dari tuannya. Dalam Pamela Richardson menggunakan teknik surat atau dikenal
dengan epistolary technique, di mana kisah diceritakan oleh tokoh cerita itu sendiri melalui surat-
suratnya. Buku ini diterbitkan dalam 4 jilid, dan terbit berturut-turut antara Tahun 1740 hingga 1741.
Suksesnya yang pertama ini mendorong Richardson menulis beberapa buah novel lagi: Clarissa, the
Mistery of a Young Lady dalam 8 jilid dan terbit pada Tahun 1747 hingga 1748; Sir Charles
Grandison dalam 7 jilid dan terbit pada Tahun 1754. Karya-karya Richardson ini terkesan agak terlalu
sentimental dan hanya menonjol dalam mengungkapkan perasaan kaum hawa. Namun
bagaimanapun juga ia telah meletakkan dasar karya baru (novel) dalam dunia sastra Inggris.
◦ Emosi pribadi, dan kesensitifan Richardson banyak mempengaruhi Henry Fielding (1707-
1754), meskipun ia berbuat lain di dalam tulisantulisannya. Fielding lebih cenderung ke tokoh-
tokoh yang jenaka, kadangkadang satiris dalam tulisan-tulisannya. Ini dibuktikan dalam
tulisannya yang berjudul Joseph Andrews yang terbit pada Tahun 1742 yang sesungguhnya
adalah sindiran terhadap karya Richardson Pamela yang dianggapnya penuh dengan
sentimentalitas palsu dan kebajikan-kebajikan kuno.

◦ Kisah Joseph Andrews berkisar pada seorang pembantu rumah tangga laki-laki yang mendapat
godaan dari majikan-majikan wanitanya. Cerita ini digarap oleh Henry Fielding dengan jenaka,
kadang-kadang sedikit kasar, dan tanpa memberikan ulasan-ulasan moral pada pelaku-
pelakunya, sebagaimana pada novel Pamela. Pada novel The History and Adventures of
Joseph Andrews (judul lengkapnya), Fielding menggunakan teknik mata Tuhan atau lebih
dikenal dengan The Eye of God Technique, di mana penulisnya berada di luar cerita dan
mengetahui segala yang terjadi pada tokoh-tokohnya bagaikan Tuhan saja.
◦ Henry Fielding yang mendapat pendidikannya di Eton juga menulis beberapa
tragedi. Namun sindiran-sindirannya terhadap keadaan politik pada masa itu
membuatnya dilarang melakukan kegiatan teater. Akhirnya ia kembali bergelut
dengan kehidupan hukumnya untuk menghidupi keluarganya dan penulisan
novel.
◦ Penulis lainnya dari periode ini yang dianggap mempunyai andil bagi
pertumbuhan novel Inggris adalah Tobias Smollet (1721-1771), seorang
Skotlandia yang berpraktik sebagai dokter ahli bedah sepulangnya dari West
Indies. Karya-karyanya banyak berbau petualangan sehingga
menyerupai picarescue novel. Beberapa di antaranya adalah “Roderick
Random” dan “Peregrine Pickle.”
Puisi
◦ Sajak-sajak pada periode Pre-Romantik ini cenderung digunakan sebagai curahan perasaan
penyairnya dan bukan lagi sebagai pernyataan pikiran seperti yang umum dilakukan pada
periode sebelumnya. Selain itu bentuk “heroic couplet” yang umum digunakan untuk sajak-
sajak pada periode Augustus juga sudah ditinggalkan dan diganti dengan bentuk “blank verse”.
Penyair periode Pre-Romantik ini juga mulai mencari bahan inspirasi sajaknya dari alam sekitar
atau dari negeri-negeri jauh misalnya Tiongkok, Arab, dan Persi sehingga tidak lagi terpusat
pada sumber klasik seperti yang dilakukan penyair sebelumnya.
◦ Thomas Gray (1716-1800) mendapat pendidikan di Cambridge dalam tradisi klasik
dan kemudian ia menjadi guru besar pada Universitas yang sama. Ia dianggap
sebagai penulis yang dapat menggabungkan ciri periode sebelumnya dengan periode
transisi ini. Tema sajak-sajaknya adalah rasa simpati yang mendalam terhadap
kehidupan rakyat pedesaan. Sajaknya yang terkenal adalah “Elegy Written in a
C o u n t r y C h u r c h y a r d . ”
Meskipun ada kesan melankolis, namun Gray masih dapat menguasai gaya
bahasanya, sehingga tidak ada kesan berlebihan. Ia sangat cermat dan hati-hati
dalam tulisannya sehingga ia tampak masih memiliki ciri-ciri periode neo-klasik.
Elegy yang terdiri dari 126 baris ini diselesaikan Gray dalam waktu 9 tahun. Ada dua
buah tulisannya yang lain, yaitu “The Fatal Sisters”, dan “The Descent of Odin” yang
mengisahkan cerita-cerita yang diambil dari mitologi Skotlandia.
◦ Lepas dari kehidupan yang bergelimang dengan wanita dan minuman keras, Robert Burns (1759-1796)
adalah benar-benar seorang artis dan seorang romantik sejati. Pada masanya, ia adalah seorang
penyair yang berhasil dengan sentuhan-sentuhan perasaannya yang belum pernah dilakukan oleh
penyair-penyair lain sejak periode Renaissance. Masa kecil Burns adalah masa yang sulit, masa kerja
keras dan kemiskinan. Ayahnya adalah seorang petani Skotlandia yang harus berjuang menghidupi
keluarganya dengan bercocok tanam di tanah yang berkarang.
Semenjak ayahnya meninggal di Tahun 1784. Burns harus menjadi kepala keluarga. Di dalam keadaan
yang serba sulit ini, Burns masih sempat belajar dan menulis kesan-kesan serta pengalaman-
pengalamannya sehari-hari.
◦ Hal ini terlihat pada sajak-sajaknya, yang sebagian besar berbau satiris. Sindirannya yang tajam
tentang kemunafikan dalam kehidupan keagamaan di sekelilingnya dituangkannya dalam sajak “Holly
Willie‟s Prayer.” Pada lirik-liriknya tampak kesederhanaan dan kepolosan dalam pemaparan tema
filosofinya. Penggunaan dialek Skotlandia di sana-sini membuat lirik-liriknya menjadi lebih menarik.
Sajak-sajak Burns bersifat pribadi, penuh dengan perasaan, dan gaya penulisannya selalu musikal.
Karya-karyanya antara lain adalah “To a Mountain Daisy”, “To a Mouse”, “Winter”, dan sebuah lagu
yang menjadi lagu dunia “Auld Lang Syne. “
◦ William Blake (1757-1827) berpendidikan formal di bidang seni. Pada usia 10 tahun ia masuk
sekolah melukis. Kemudian ia belajar di sekolah Royal Academy of Arts. Ayahnya adalah seorang
agen barang-barang seperti pita, jarum dan benang di kota London. Pada usia yang ke14, ia magang
pada seorang pemahat terkenal bernama James Basire selama tujuh tahun. Di tempat inilah ia mulai
menulis puisi. Blake dianggap sebagai penyair yang aneh, seorang mistik yang penuh dengan
khayalan-khayalan gaib. Sajak-sajaknya banyak melukiskan alam serta penghuninya termasuk
penghuni halusnya.
◦ Di samping seorang mistik, ia juga seorang “panteis”, suatu keyakinan yang menganggap bahwa
Tuhan ada di mana-mana dan terdapat pada segala sesuatu, bahwa segala sesuatu di alam semesta
ini adalah bagian dari Tuhan. Ia menganggap alam beserta penghuninya mempunyai arti kosmis.
◦ Kumpulan puisi Blake yang pertama, yang berjudul “Political Sketches” diterbitkan ketika ia berusia 26
tahun. Kumpulan puisi ini melukiskan ketidakpuasannya terhadap tradisi neo-klasik dan keinginannya
yang keras untuk mencari bentuk-bentuk serta teknik-teknik baru puisi. Untuk bentuk lirisnya ia
mengacu kepada penyair-penyair periode Elizabethan, penyairpenyair awal abad 17 dan puisi-pisi
Oceania. Di samping itu ia juga mengacu kepada Thomas Chatterten, Collin dan penyair-penyair abad
ke-18, kecuali Pope dan Dr. Johnson.
◦ Dalam karyanya yang berjudul Songs of Innocence yang terbit pada Tahun 1789, William
Blake memperkenalkan metode publikasi untuk semua karya-karyanya yang kemudian
yaitu dengan teks puisinya serta pola lukisan yang berhubungan dengan puisinya pada
sebuah piring tembaga, menuangkan impresinya pada kertas dan kemudian memberi
goresan warna pada kertas tersebut dengan cat air.
◦ Jika kumpulan puisi yang berjudul Songs of Innocence adalah tentang anak-anak dan
ditujukan untuk mereka, puisinya yang berjudul Songs of Experience yang terbit pada
Tahun 1794. Blake berkisah tentang kemiskinan, wabah, pelacuran, perang dan yang
menurut Blake merupakan sumber kejahatan yaitu represi moral serta intelektual,
khususnya represi seks. Pada karyanya ini Blake menggunakan bentuk lirik dari melapor
serta simbol yang padat, yang membawa puisinya ke beberapa pengertian ganda.
◦ Pada usia enam puluhan, Blake berhenti menulis puisi. Ia mengabdikan dirinya ke
profesinya yang semula, yaitu menulis dan memahat. Banyak lukisan serta pahatannya
yang menjadi ilustrasi pada karya-karya penyair lain. Blake telah mencapai kesempurnaan
baik dibidang puisi maupun dibidang melukis dan memahat.
Drama
◦ Di samping sebagai novelis, Oliver Goldsmith juga dikenal sebagai penulis puisi dan drama.
Goldsmith adalah seorang penulis yang miskin dan pernah ditahan oleh pemilik tanah karena
tidak membayar sewa. Ia adalah anggota kelompok Samuel Johnson, dan dianggap sebagai
penulis yang produktif. Karya komedinya berjudul The Good Natured Man (1768) dan She
Stoops to Conquer (1773).

Anda mungkin juga menyukai