Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 0 No.

0 (2021) 000-000
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/

Studi Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Menggunakan Aplikasi


Epaksi dan Metode Fuzzy Set Theory di Daerah Irigasi (DI)
Ketapang Barat Kabupaten Sampang

Kania Laksita Inadhi1*, Tri Budi Prayogo2, Jadfan Sidqi


Fidari3
1
Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,
Jalan MT.Haryono No.167, Malang, 65145, Indonesia

*Korespondensi Email: kanialaksita4@gmail.com

Abstract: The region of Irigasi Ketapang Barat's system of Irigasi doesn't work as
expected. The reason why this happened was because there were some problems,
both technical and non-technical. Teknis problems are caused by a lot of sediment,
but for non-technical problems, there aren't any people around when the air is
coming in. It's important to figure out how the system works to solve this problem.
In this case, fuzzy set theory and applications of epaksi are used to figure out how
well a system works. What from the two methods above will be compared and uji
hipotesis will be done. To figure out what needs to be done first, use the PSTEK
tool (Profi, Sosial, Teknik, Ekonomi, dan Kelembagaan).

Keywords: Irrigation Performance 1, Fuzzy Set Theory 2, PSTEK 3

Abstrak: Daerah Irigasi Ketapang Barat sistem irigasinya tidak berjalan seperti apa
yang diharapkan. Faktor yang terjadi dikarenakan adanya beberapa permasalahan
yakni permasalahan teknis dan non teknis. Permasalahan teknis sendiri dikarenakan
adanya sedimentasi yang cukup tinggi sedangkan untuk permasalahan non teknis
dikarenakan tidak taatnya para petani pada saat pembagian air. Untuk mengatasi
permasalahan ini yang perlu dilakukan adalah dengan menilai kinerja sistem irigasi.
Kinerja sistem irigasi yang dinilai tersebut memakai aplikasi epaksi dan metode
fuzzy set theory. Yang dimana nantinya dari kedua metode tersebut akan
dibandingkan dan dilakukan uji hipotesis. Kemudian untuk mengetahui aspek yang
perlu di prioritaskan maka menggunakan PSTEK (Profi, Sosial, Teknik, Ekonomi,
dan Kelembagaan).

Kata kunci: Kinerja Irigasi 1,Fuzzy Set Theory 2, PSTEK 3

1. Pendahuluan
Saluran irigasi merupakan saluran yang terdiri dari bangunan pelengkap yang berfungsi untuk
mendistribusikan air, pembuanagan air, dan menyediakan air irigasi [1]. Seiring berkembangnya
zaman dan berjalannya waktu Daerah Irigasi Ketapang Barat mengalami kekurangan air yang dimana
jumlah air tidak sesuai dengan kebutuhan air di petak-petak sawah. Permasalahan itu bisa terjadi

*Penulis korespendensi: author@organization.edu.co


Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 0 No. 0 (2021) p. 0-0

karena faktor usia bangunan, sedimentasi ataupun bisa terjadi karena tidak taatnya para petani saat
pembagian air terutama pada saat musim kemarau. Dengan adanya permasalahan tersebut maka hal
utama yang perlu diketahui adalah kinerja sistem irigasi. Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas
pekerjaan yang diperoleh untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas yang diberikan [2].
Daerah Irigasi Ketapang Barat sendiri terletak di Desa Ketapang Barat, Kecamatan Ketapang dengan
rual areal 68 Ha. Daerah Irigasi Ketapang Barat berada dibawah naungan Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Sampang.
Keadaan seperti inilah yang mewajibkan untuk melakukan penilaian kinerja sistem irigasi karena
dengan begitu akan mengetahui kinerja sistem irigasi yang mempunyai status dimana mencakup
petani pengguna air, dokumentasi, produktivitas tanam,organisasi personalia, sarana penunjang serta
prasarana fisik [3]. Keadaan tersebut juga melatarbelakangi adanya kinerja sistem irigasi yang dinilai
menggunakan aplikasi ePAKSI, Fuzzy Set Theory, dan PSTEK. Dalam kinerja sistem irigas yang
dinilai yang didasarkan pada penelusuran ke tempat Daerah Irigasi Ketapang Barat yang aspek
kinerjanya sesuai dengan Permen Nomor 12 tahun 2015 berisi Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi isinya ada enam aspek berupa keadaan perkumpulan petani pengguna air,
dokumentasi, operasi pemeliharaan, organisasi personalia, produktivitas tanam, produktivitas tanam
serta prasarana fisik [4]. Kemudian konsep fuzzy sendiri dapat mengetahui tingkat kebenaran yang
diwakilkan oleh 2 (dua) kriteria penilaian yang didasarkan derajat keanggotaan [5]. Dan yang terakhir
adalah untuk mendukung kegiatan kinerja sistem irigasi, PSTEK (Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan
Kelembagaan) membantu berjalannya perencanaan yang menggunakan P3A/GP3A untuk
menyediakan program pemberdayaan kelembagaan bagi petani di daerah irigasi dengan menggunakan
fakta dan data yang ada di Daerah Irigasi Ketapang Barat.
2. Bahan dan Metode
2.1 Bahan
2.1.1 Lokasi dan Waktu Studi
Penelitian ini terdapat pada Daerah Irigasi Ketapang Barat Kabupaten Sampang yang berada di
Bawah naungan Dinas PUPR Kabupaten Sampang dan terletak di Kecamatan Sampang, Provinsi
Jawa Timur yang berjarak 41 kilometer dari ibukota Kabupaten Sampang ke arah utara. Berdasarkan
letak geografis terletak pada koordinat 06⁰05’-07⁰13’ LS dan 113 ⁰08’-113 ⁰39’ BT. Studi penilaian
dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2021 sampai 25 Maret 2021.

Gambar 1: Peta Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Ketapang Barat Kabupaten Sampang

2
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 0 No. 0 (2020) p. 1-5

2.1.2 Data yang Diperlukan dalam Studi


Beberapa data yang dibutuhkan untuk penelitian meliputi data sekunder serta data primer seperti
dibawah ini:
1. Data primer adalah data utama yang isinya adalah data penilaian kinerja sistem irigasi dan derajat
keanggotaan dalam himpunan fuzzy yang diperoleh dari kuisioner.
2. Data sekunder berasal dari instansi Dinas PUPR Kabupaten Sampang dan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sampang. Data sosial, ekonomi, teknis, dan kelembagaan yang berasal langsung dari
masyarakat pengelola irigasi dan petani, baik dari pencatatan data secara langsung survey
lapangan atau dengan wawancara.
2.2 Metode
Dalam penelitian ini metode epaksi dilakukan penelitian langsung berupa observasi ke
lapangan yang mana akan menilai penilaian kinerja sistem irigasi di Daerah Irigasi Ketapang
Barat dan nantinya akan mendapatkan hasil berupa angka di setiap masing masing sub aspek pada
Daerah Irigasi Ketapang Barat. Kemudian untuk metode menggunakan fuzzy set theory
menggunakan derajat keanggotaan dimana nilai tersebut didapatkan dari hasil wawancara
responden pengelola Daerah Irigasi Ketapang Barat Kabupaten Sampang [6].
Metode PSTEK (Profil Sosial Teknik Ekonomi dan Kelembagaan) dimana dari metode ini
menggunakan data dari sumber sumber yang ada atau bisa langsung terjun di lapangan. Pada
metode PSTEK data yang digunakan berupa profil dari Daerah Irigasi Ketapang Barat, lingkup
sosial Daerah Irigasi Ketapang Barat, teknik di Daerah Irigasi Ketapang Barat, ekonomi di Daerah
Irigasi Ketapang Barat dan yang terakhir adalah kelembagaan di Daerah Irigasi Ketapang Barat
yang nantinya akan menghasilkan nilai nilai dari masing masing aspek dalam PSTEK dan
manakah yang perlu didahulukan untuk diperbaiki di Daerah Irigasi Ketapang Barat. .
2.3 Persamaan
2.3.1 Perhitungan Uji Hipotesis
Perhitungan hipotesis ini menggunakan informasi dalam sampel untuk menguji 2 (dua) nilai
rata-rata dimana nantinya akan digunakan untuk membedakan rata-rata antara (dua) populasi dan
menggunakan rumus perhitungan uji t [7]. Perhitungan uji t menggunakan sebagai berikut:
x− y
t hitung=

Dimana :
√ (n 1+n 2−1)
+

( n 1−1 ) S 1+ ( n 2−1 ) S 2 1 1 Pers.1
n1 n2

X : sampel pertama yang dirata-rata


y : sampel kedua yang dirata-rata
S1 : standar deviasi penilaian pertama
S2 : standar deviasi penilaian kedua
n : jumlah data
Pengujian mempunyai parameter :
t hitung > tα/2 maka H0 ditolak
t hitung > tα/2 maka H0 diterima
Nilai tα dapat diperoleh dari tabel dimana tingkat taraf nyata (α) adalah penentuannya. Taraf
nyata (α) adalah besarnya toleransi untuk menerima kesalahan hipotesis terhadap parameter
populasinya.
2.3.2 Perhitungan Nilai Indikator

3
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 0 No. 0 (2021) p. 0-0

Perhitungan nilai indikator pada PSTEK sendiri menggunakan rumus Sturges. Rumus
Sturges digunakan untuk menentukan jumlah kelas dan lebar kelas [8]. Rumusnya sebagai berikut :

Xn−Xi
c= Pers.2
k
Dimana :
c : Diperkirakan berapa besarnya kelas
k : Jumlah berapa banyaknya kelas
Xn : Pengamatan tertinggi yang diberi nilai
Xi : Pengamatan terendah yang diberi nilai
2.3.3 Proses ANFIS (Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System)
Pada langkah ini dilakukan membuat aturan berdasarkan dengan kondisi sistem dengan
menggunakan ANFIS [9]. Untuk aturan yang dihasilkan berupa :

IF ( X 1is A 1 ) … ….. ( Xn is An ) THEN Z= p 1∗X 1+ ...+ Pn∗Xn+q Pers.3

Dimana :

IF : disebut antesden
Xn : Nama sub aspek ke-i
Ai : Himpunan fuzzy ke-i
Pn : Konstanta tegas
q : Konstanta tegas
THEN : disebut konsekuen
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Menggunakan Aplikasi Epaksi
Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan pedoman dari Permen PUPR No. 12 tahun 2015
yang berisi Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Penilaian di Daerah Irigasi (DI)
Ketapang Barat merupakan penilaian pertama menggunakan aplikasi Epaksi [10]. Dikarenakan sudah
banyak bangunan di Daerah Irigasi (DI) Ketapang Barat dan petani merasa dirugikan akan kurangnya
air maka dilakukan pembobotan pada bangunan di Daerah Irigasi (DI) Ketapang Barat. Nilai bobot
yang di distribusi dilakukannya menggunakan skor tiap aspek di form Penilaian Kinerja Sistem Irigasi
DI Ketapang Barat. Berikut merupakan langkah langkah untuk mendilai kondisi bangunan :
Tahap Pertama = Kondisi fisik banguna pada jaringan ditelusuri sehingga menghasilkan nilai yang
dilihat secara visual atau nyata.
Tahap Kedua = Kondisi visual dilapangan ditentukan, apakah dalam keadaan jelek, sedang, atau
baik sekali.
Tahap Ketiga = Sesuai dengan kondisi visual di lapangan.
Tahap Keempat= Deskripsi kondisi sesuai pada visual di lapangan
Tahap Kelima = Setelah mendapatka penilaian dan bobot pengaruhnya didasarkan parameter nilai,
lalu melakukan perkalian dua bobot skor, maka mendapati hasil penilaian 42, 9.5,
8.5 dan 19. Dari beberapa bagian penilaian kondisi mercu bendung tersebut dijumlah
kemudian mendapatkan nilai kondisi keseluruhan mercu
sebesar 79.

4
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 0 No. 0 (2020) p. 1-5

Bangunan utama dinilai dan memberikan hasil pada bangunan utama tidak terdapatnya
kantong lumpur pada keseluruhannya bernilai 10,63% dari 13% yang diinginkan. Berikut merupakan
tabel contoh penilaian bangunan mercu:
Tabel 1:Penilaian Bangunan Pada Aplikasi Epaksi

Semua penilaian setiap aspek dinilai seperti tabel diatas, maka dibawah ini terdapat
rekapitulasi penilaian kinerja sistem irigasi Daerah Irigasi Ketapang Barat:

Tabel 2: Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi DI Ketapang Barat

3.2 Kinerja Sistem Irigasi Dinilasi Menggunakan Metode Fuzzy Set Theory
Proses kinerja sistem irigasi yang dinilai memakai fuzzy set theory metode. Penilaian yang akan
dinilai akan sama dengan penilaian menggunakan metode epaksi yang berjumlah 6 (enam) aspek dan
dalam aspek tersebut mempunyai masing masing sub aspek. Dalam proses ini menggunakan 4
(empat) responden yang akan diwawancarai sebagai berikut:
Tabel 3 : Responden Pengelola DI Ketapang Barat

Setelah melalukan penilaian wawancara terhadap responden maka selanjutanya melakukan plot
manual untuk menghasilkan kurva grafik dalam masing masing aspek penilaian kinerja sistem irigasi
setiap himpunan. Dibawah ini merupakan contoh plot kurva grafik derajat keanggotaan bangunan
utama secara manual

5
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 0 No. 0 (2021) p. 0-0

Gambar 4: Plot Secara Manual Kurva Derajat Keanggotaan pada Bangunan Utama
3.2.1 Penentuan Aturan Fuzzy dan Proses Interferensi Fuzzy
Fuzzy rules merupakan langkah dilakukan setelah fuzzy input telah dilakukan. Langkah
langkah dalam membuat fuzzy rules seperti dibawah ini:
x merupakan himpunan fuzzy = 3 (Himpunan kurang, himpunan cukup,serta himpunan baik)
n merupakan variable masukan = 2 (sub komponen kinerja buku data Di serta peta gambar) maka
fuzzy aturannya = x n = 32 = 9 fuzzy aturan bisa diatur seperti uraian dibawah ini.
1. (R1) IF B is kurang and P is kurang THEN kinerja dokumentasi is [0,009703 x B] + [0,097617 x
P] + [0,24554] = Z1
Dimana
a. IF B is kurang and P is kurang = anteseden
b. Kinerja Dokumentasi is [0,9703 x B] + [0,97617 x P] = konsekuen
Artinya : pada aturan pertama (R1), apabila kinerja struktur buku data DI kurang serta peta
gambar kurang, sehingga keluaran kinerja komponen dokumentasi merupakan nilai yang
dijumlah dari [0,9703 dikalikan dengan nilai input Buku Data DI] + [0,97617 x nilai masukan
Peta serta Gambar] + [0,24554]. Angka 0,9703 serta 0,97617 merupakan parameter yang
konsekuen atau nilainya bersifat koefisien.
Fuzzy mempunyai aturan agar komponen Dokumentasi berjumlah sembilan aturan yaitu seperti
uraian dibawah ini.
1. (R1) IF B is kurang and P is kurang THEN kinerja dokumentasi is [0,009703 x B] + [0,09762 x
P] + [0,24554] = Z1
2. (R2) IF B is kurang and P is cukup THEN kinerja dokumentasi is [0,009796 x B] + [0,098602 x
P] + [0,22778] = Z2
3. (R3) IF B is kurang and P is baik THEN kinerja dokumentasi is [0,009775 x B] + [0,098137 x P]
+ [0,24341] = Z3
4. (R4) IF B is cukup and P is kurang THEN kinerja dokumentasi is [0,009750 x B] + [0,09672 x P]
+ [0,24571] = Z4
5. (R5) IF B is cukup and P is cuku THEN kinerja dokumentasi is [0,009730 x B] + [0,09828 x P] +
[0,24083] = Z5
6. (R6) IF B is cukup and P is baik THEN kinerja dokumentasi is [0,009590 x B] + [0,09813 x P] +
[0,10461] = Z6
7. (R7) IF B is baik and P is kurang THEN kinerja dokumentasi is [0,002221 x B] + [0,09489 x P] +
[0,01300] = Z7
8. (R8) IF B is baik and P is cukup THEN kinerja dokumentasi is [0,002232 x B] + [0,09861 x P] +
[0,01263] = Z8
9. (R9) IF B is baik and P is baik THEN kinerja dokumentasi is [0,003001 x B] + [0,09825 x P] +
[0,02303] = Z9

6
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 0 No. 0 (2020) p. 1-5

Fuzzy rules tersebut diinputkan ke dalam aplikasi matlab. Kemudian dibawah ini merupakan
rekapan kinerja sistem irigasi yang dinilai menggunakan fuzzy set theory:
Tabel 4: Rekapitulasi Kinerja Sistem Irigasi yang Dinilai Menggunakan Fuzzy Set Theory

3.3 Uji Hipotesis Metode Epaksi dan Metode Fuzzy Set Theory
Setelah kedua metode tersebut mendapatkan nilai pada setiap aspeknya maka langkah selanjutnya
adalah melakukan uji hipotesis. Dimana uji hipotesis ini akan memberikan hasil apakah terdapat
perbedaan yang signifikan atau tidak. Berikut merupakan tabel rekapitulasi antara 2 (dua) metode :

Tabel 4 : Rekapitulasi Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Fuzzy Set Theory

Pada uji hipotesis didapatkan thitung < ttabel = H0 diterima. Yang dimana 0,231 < 1,4758
maka H0 yang artinya adalah hipotesis diterima dan tidak adanya selisih yang jauh diantara dari kedua

7
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 0 No. 0 (2021) p. 0-0

kinerja sistem irigasi yang dinilai menggunakan dengan EPAKSI metode serta fuzzy set theory
metode.
3.4 PSTEK (Profil Sosial Teknik Ekonomi dan Kelembagaan)
Dalam PSTEK ini beberapa data yang bias digunakan yaitu data profil, sosial, teknik, ekonomi
dan kelembagaan yang ada pada Daerah Irigasi Ketapang Barat. Dimana nantinya PSTEK ini dapat
memberikan arahan rekomendasi aspek manakah yang didahulukan. Langkah pertama yang harus
dilakukan adalah dengan menilai kondisi pada masing masing aspek di PSTEK. Kemudian setelah
melakukan penilaian di setiap kondisi proses berikutnya adalah melakukan nilai skoring yang
tentunya di setiap aspek PSTEK. Untuk nilai aspek sosial mendapatkan total skoring sebesar 8 dan
masuk ke dalam klasifikasi aspek sosial sedang. Kemudian unruk nilai aspek ekonomi mendapatkan
total sebesar 6 dan masuk ke dalam klasifikasi aspek ekonomi sedang. Selanjutnya aspek teknik
mendapatkan nilai sebesar 17 dan masuk ke dalam klasifikasi aspek teknik buruk dan yang terakhir
adalah aspek kelembagaan dimana mendapatkan nilai sebesar 13 dan mendapatkan klasifikasi
pengelolaan aspek kelembagaan cukup baik.
Kemudian langkah berikutnya adalah dengan melakukan analisis IFAS-EFAS. Analisis IFAS-
EFAS sendiri bertujuan untuk mengambil keputusan dan penentuan rekomendasi yang berdasarkan
kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman. Setelah mengetahui masing-masingnya maka di
kelompokkan dalam tabel. Berikut dibawah ini merupakan SWOT (Strenght Weakness Opportunity
Threat) dari Daerah Irigasi Ketapang Barat Kabupaten Sampang.

Tabel 5: Tabel SWOT Daerah Irigasi Ketapang Barat Kabupaten Sampang

Strength Weakness
• Kelembagaan HIPPA masih Opportunity Threat
• Gotong royong dan
hubungan masyarakat petani belum legal sehingga • Potensi sumber daya alam dan • Kurangnya partisipasi
lahan yang banyak dan anggota HIPPA
•cukup baik masyarakat dalam terhambatnya kinerja dari
Partisipasi
pengelolaan irigasi pertanian HIPPA itu sendiri beragam • Rendahnya pengetahuan
cukup baik • Kinerja kelembagaan HIPPA dalam pemeliharaan jaringan
• Potensi sumber daya manusia
• Keterlibatan pegawai Dinas masih sangat lemah irigasi
bidang pertanian masih banyak • Sikap masyarkat yang
PUPR bidang Irigasi dan •Pengelolaan adminstrasi dan
masyarakat dalam kegiatan memandang untuk
keuangan lembaga masih kurang keberlangsungan irigasi
pengelolaan irigasi cukup baik
• Ketersediaan air kurang karena merupakan tanggung jawab
terdapatnya sedimentasi pemerintah
•Kondisi teknik jaringan
irigasi berfungsi cukup baik • Kondisi fisik jaringan irigasi • Penguatan kelembagaan
walaupun masih terdapat cukup baik tetapi masih tidak HIPPA
beberapa kondisi fisik yang maksimal karena banyaknya • Terdapat alih fungsi lahan
masih kurang sistem kerjanya kehilangan air yang disebabkan pertanian
Setelah melakukan SWOT makayang
oleh saluran selanjutnya
rusak sehinggadilakukan perhitungan kembali yaitu skor dan
bobot dari masing masing SWOT. Dankemana
air merembes mendapatkan
mana. nilai untuk kekuatan sebesar 2,50, nilai
kelemahan sebesar 2,40, nilai peluang sebesar 3,05 dan yang terakhir adalah ancaman sebesar 2,75.
Maka setelah itu akan muncul manakah penangan dan arahan rekomendasi yang perlu diprioritaskan
terlebih dahulu. Berikut dibawah ini merupakan tabel arahan rekomendasi di setiap aspek pada
PSTEK.

8
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 0 No. 0 (2020) p. 1-5

Tabel 6 : Arahan Rekomendasi PSTEK

4. Kesimpulan
Berdasarkan penilaian kinerja sistem irigasi epaksi mendapatkan nilai sebesar 71,91% dari 100%
sedangkan untuk kinerja sistem irigasi yang dinilai memakai fuzzy set theory mendapatkannilai
sebesar 87,87% dari 100%. Dimana antara kedua metode tersebut setelah dilakukan uji hipotesis
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Kemudian untuk aspek pertama yang perlu
diprioritaskan adalah aspek teknik, kedua aspek kelembagaan, ketiga aspek ekonomi dan yang
terakhir adalah aspek sosial. Untuk penanganan dan arahan sendiri dari aspek teknik berupa memberi
usulan kepada pegawai Dinas PUPR Kabupaten Sampang untuk memperbaiki fasilitas bangunan yang
dapat menganggu aliran air.
Kemudian untuk aspek kelembagaan yaitu melegalkan organisasi HIPPA (Himpunan Petani
Pemakai Air) , penanganan dan arahan aspek ekonomi adalah dengan mengadakan optimalisasi
potensi sumber daya lokal dan mengadakan pelatihan atau keterampilan dengan bantuan permodalan
dari pemerintah. Dan yang terakhir adalah aspek sosial yaitu dengan meningkatkan kegiatan gotong-
royong agar Daerah Irigasi Ketapang Barat semakin terawatt dan berjalan sesuai dengan fungsinya.

Ucapan Terima kasih


Saya ucapkan terima kasih kepada Dinas PUPR Kabupaten Sampang Bidan Irigasi dan Air
Baku atas pemberian data dan akses yang peneliti butuhkan. Serta tidak lupa kepada Bapak Arie
Febrianto,ST. selaku pembimbing lapangan dan Bapak Dr. Eng. Tri Budi Prayogo, ST., MT. serta
Bapak Jadfan Sidqi Fidari, ST.,MT. yang sudah memberikan bimbingan dan arahan selama peneliti
menyusun laporan.
Daftar Pustaka
[1] Eka Wulandari Srihadi Putri, Donny Harisuseno dkk. 2015. “Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi
Jragung Kabupaten Demak” dalam Jurnal Pengairan (hlm.1-4). Malang: Universitas
Brawijaya Magister Teknik Pengairan Malang.

9
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 0 No. 0 (2021) p. 0-0

[2] Kamus Besar Bahasa Indonesia.[Online]. Tersedia di https://kbbi.kemdikbud.go.id/. Diakses


04 Februari 2021.

[3] Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumberdaya Air
Direktorat Bina Operasi Dan Pemeliharaan. 2019. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pengelolaan
Aset Dan Kinerja Sisten Irigasi (PAKSI). Jakarta.
[4] Moh Nugroho, Ruzardi dkk. 2018. “Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi Daerah Irigasi Van Der
Wijck Dengan Menggunakan Fuzzy Set Theory” dalam Jurnal Universitas Islam Indonesia
(hlm.4-8). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
[5] Sahilda Swabawani. 2016. “Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi Sub Daerah Irigasi Jejeruk Kiri
Tambran Menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32 Tahun 2007 dan Fuzzy
Set Theory”. Tesis, Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

[6] Endah Aryuningsih Tri Rahajeng. 2012. “Kinerja Sistem Irigasi Daerah Irigasi (DI) Krisak
Kabupaten Wonogiri”. Tesis, Surakarta : Universitas Sebeleas Maret Surakarta.

[7] Ratih Ardia Sari, 2013. “Pengujian Hipotesis”,


http://radiasari.lecture.ub.ac.id/category/materikuliah, diakses pada 04 Februari 2021.

[8] S Ria Yuana. “Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel”


http://eprints.stiperdharmawacana.ac.id/, diakses pada 05 Februari 2021
[9] Rizka Nurul Fajriani, Farida Asriani dkk. 2018. “Penerapan Adaptive Neuro-Fuzzy Inference
System (ANFIS) untuk Pemantauan Status Gunung Merapi” dalam Jurnal Universitas Jendral
Soedirman (hlm.141-142). Purbalingga: Universitas Jendral Soedirman.
[10] Indonesia. Peraturan Menteri PUPR No.12/PRT/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai