Makalah Tentang Pernikahan Kelompok 9

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG PERNIKAHAN DAN KOMPILASI HUKUM

ISLAM

(Makalah Ini Dibuat Untuk Memenugi Tugas Mata Kuliah Fidh Ibadah)

Dosen Pengampu : Dr.Sutarjo M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 9

1. Aldo Serena (2301071004)


2. Adi Gusniawan (2301071002)

PROGRAM STUDI S1 TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO


TAHUN AKADEMIK 2023/2024

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kelompok penulis bisa
menyelesaikan tugas makalah “Tentang Pernikahan dan Kompilasi Hukum Islam”
sebagai mana mestinya. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih
terhadap pihak-pihak yang turut ikut andil dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis
sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan
dalam segi penyusunan dan sistematika penulisan yang baik dan benar oleh karena
itu penulis selaku penyusun sangat berharap banyak terhadap para pembaca agar
memberi saran dan masukkan sehingga penulis bisa menyempurnakan kekurangan
tersebut. Semoga makalah yang penulis susun ini bermanfaat bagi kita semua
terutama terhadap penulis.

Wa’alaikumussalam Wr. Wb
Metro, 26 September 2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Muhalilah atau Muharromat
B. Pengetian Akad, Sighot beserta syarat-syaratnya
C. Pengertian Wali dan Saksi
D. Kedudukan dan Jenis Mahar
E. Kedudukan dan Hikmah Walimatus Urs
F. Hak dan Kewajiban Suami Istri menurut UUD
G. Pernikahan dan Kompilaso Hukum Islam

BAB III

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Telah diketahui bahwa pernikahan adalah merupakan sunatullah, bahwa makhluk


yang bernyawa itu diciptakan berpasang-pasangan, baik laki-laki maupun
perempuan (Q.S.Dzariat :49). “dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-
pasangan, supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.

Pernikahan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan umat
manusia. Dengan adanya pernikahan rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina
sesuai dengan norma agama dan tata kehidupan masyarakat.

Hubungan antara seorang laki - laki dan perempuan adalah merupakan tuntunan
yang telah diciptakan oleh Allah SWT dan untuk menghalalkan hubungan ini
maka disyariatkanlah akad nikah. Pergaulan antara laki - laki dn perempuan yang
diatur dengan pernikahan ini akan membawa keharmonisan, keberkahan dan
kesejahteraan baik bagi laki - laki maupun perempuan, bagi keturunan diantara
keduanya bahkan bagi masyarakat yang berada disekeliling kedua insan tersebut.

Dalam agama samawi, masalah pernikahan mendapat tempat yang sangat


terhormat dan sangat terjunjung tinggi tata aturan yang telah ditetapkan dalam
kitab suci. Negara Indonesia misalnya, masalah pernikahan merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga
pemerintah Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga sekarang menaruh
perhatian yang sangat serius dalam hal pernikahan ini.
B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pernikahan?


2. Bagaimana dasar hukum pernikahan?
3. Apa Tujuan dan Hikmah pernikahan?
4. Bagaimana syarat dan rukun pernikahan?

C.Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari pernikahan.

2. Untuk mengetahui dasar hukum pernikahan.

3. Untuk mengetahui tujuan dan hikmah pernikahan.

4. Untuk mengetahui syarat dan rukun pernikahan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhalilah atau Muharromat


1. Muhallilat (yang halal dinikahi)
yang halal (boleh) untuk dinikahi adalah :
1. Anak tante kita (sepupu)
2. Anak tiri kita yang ibunya telah kita ceraikan
3. Cucu perempuan kita (Bukan cucu kandung)
4. Istri anak angkat dan anak tiri kita
5. Anak angkat kita
6. Anak perempuan ibu yang menyusui kita yang tidak menyusu pada
(anak angkat yang menyusu pada ibu kandung) dan tentu saja orang lain
2. Muharromat (yang haram dinikahi)
Wanita yang haram dinikahi atau dalam istilah arab disebut Al Muharramat,
dapat dibagi menjadi dua bagian:
1. Wanita yang haram dinikahi untuk selama-lamanya (Al Muharramat Al
Mu’abbadah), yaitu wanita yang tidak boleh dinikahi untuk waktu
yang tidak terbatas karena adanya sebab sifat pengharaman yang tidak
bisa hilang, seperti karena anak perempuannya, saudara perempuannya
dan lain-lainnya.
2. Wanita yang haram dinikahi untuk sementara (Al Muharramat Al
Mu’aqqatah), yaitu wanita yang haram dinikahi karena sebab
pengharamannya dapat hilang karena sesuatu sebab dan bila sebab
pengharaman tersebut hilang maka wanita itu seperti halnya wanita
lain yang halal dinikahi, dan keharamannya hilang, seperti wanita yang
sudah menjadi istri orang lain atau wanita musyrik dan lain
sebagainya.

A. Perempuan Yang Haram Dinikahi Untuk Selamanya (Al Muharramat Al


Mu’abbadah)
Adapun wanita-wanita yang haram untuk dinikahi untuk selama-lamanya
disebabkan oleh tiga sebab, yaitu:
1.Karena sebab nasab (al muharramat bi sabab al qarabah).
Perempuan Yang Haram Dinikahi sebab hubungan nasab adalah sebagai berikut:
a.Ibu-ibu, termasuk ibu, ibu dari ibu (nenek dari ibu), ibu dari ayah (nenek dari
ayah) dan seterusnya keatas.
a. Anak-anak perempuan kandung, termasuk cucu terus kebawah.
b. Saudara-saudara perempuan, termasuk sekandung seayah dan seibu.
c. Saudara-saudara ayah yang perempuan (bibi dari ayah), termasuk juga saudara
perempuan dari kakek.
d. Saudara-saudara ibu yang perempuan, termasuk saudara nenek yang
perempuan.
e. Anak-anak perempuan dari saudara-saudara laki-laki (keponakan dari saudara
laki-laki), baik sekandung maupun seibu.
f. Anak-anak perempuan dari saudara-saudara perempuan (keponakan dari
saudara perempuan), baik yang sekandung, seayah maupun seibu.

Pengharaman ini didasarkan pada firman Allah: Artinya:“Diharamkan atas


kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281]; saudara-
saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan;
Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
perempuan” (QS. An Nisa’; 23)

3. Karena sebab mengawini seorang wanita / persemendaan (al muharramat


bi sabab al mushaharah). perempuan yang haram dinikahi karena
hubungan persemendaan adalah sebagai berikut:
a. Bekas istrinya
b. Bekas istri dari anak (menantu), termasuk didalamnya bekas istri
cucu dan seterusnya kebawah. Dasarnya adalah:
c. Anak-anak tiri, ialah anak-anak dari istri yang telah dicampuri.
Apabila istri itu belum dicampuri maka anak tiri tersebut halal
dinikahi, termasuk juga didalamnya anak-anak perempuan dari
anak-anak tiri dan seterusnya.
d. Mertua, yaitu ibu kandung si istri, demikian juga nenek istri dari
pihak garis ibu atau ayah dan seterusnya keatas dan tidak
disyaratkan terjadi hubungan kelamin antara suami istri yang
bersangkutan, tetapi akad nikah yang telah dilakukan yang
menyebabkan mertua dan seterusnya haram dinikahi.
4. Karena sebab persusuan (al muharramat bi sabab ar radha’ah).
Susuan adalah sampainya air susu anak adam ke lambung anak yang belum
berumur lebih dari 2 tahun (24 bulan).[12] Wanita yang haram dinikahi karenan
susuan adalah sebagaimana haramnya karena nasab (keturunan). Ini berdasarkan
pada hadits Nabi saw: Artinya:”Bahwasannya ia (anak perempuan pamanku) itu
tidak halal bagiku, sesungguhnya ia adalah saudaraku sesusuan, dan haram karena
sesusuan itu adalah sebagaimana haram karena keturunan” Berdasarkan hadits
diatas maka wanita yang haram dinikahi sebab sepersusuan adalah:
1. Ibu-ibu yang menyusukan, termasuk di dalamnya ibu dari ibu yang
menyusukan, ibu dari suami ibu yang menyusukan dan seterusnya keatas.
2. Anak-anak perempuan dari ibu yang menyusukan.
3. Anak-anak perempuan dari semua ibu yang menyusukan.
4. Anak-anak dari saudara laki-laki sesusuan, termasuk didalamnya anak-anak
perempuan dari anak-anak laki-laki ibu dan suami ibu susuan.
5. Anak-anak dari saudara perempuan sesusuan, termasuk didalamnya anak-anak
perempuan dari anak-anak perempuan dari ibu sususan dan suami ibu susuan.
6. Saudara-saudara perempuan dari ibu yang menyusukan.
7. Saudara perempuan dari suami ibu yang menyusukan.

Yang dimaksud dengan susuan yang mengakibatkan keharaman perkawinan


adalah susuan yang diberikan kepada si anak yang memang masih menjadikan air
susu ibunya atau wanita lain menjadi sumber makana pokok untuk pertumbuhan
jasmaninya.

B. Perempuan Yang Haram Dinikahi Untuk Sementara (Al Muharramat Al


Mu’aqqatah) Perempuan yang haram dinikahi untuk sementara dan dapat dinikahi
apabila sebab yang mengakibatkan haramnya nikah tersebut telah hilang adalah
sebagai berikut:
1. Wanita Pezina
Wanita pezina boleh dinikahi oleh laki-laki mukmin dan laki-laki pezina
boleh menikahi wanita mukmin apabila mereka benar-benar telah taubat,
memulai kehidupan yang bersih dan menjauhi dosa.
2. Wanita Musyrik
Para ulama’ sepakat bahwa seorang laki-laki mukmin diharamkan menikahi
perempuan musyrik atau murtad, sampai mereka kembali beriman dan beragama
Islam.
3. Wanita Budak
Jumhur ulama’ berpendapat bahwa tidak boleh lelaki merdeka menikah atau
kawin dengan wanita budak, kecuali dengan syarat.Karena tidak mungkin atau
tidak mampu kawin dengan wanita merdeka.Takut terjerumus zina.
Para ulama’ berpendapat bahwa budak laki-laki boleh kawin dengan budak
perempuan dan perempuan merdeka boleh dinikahi oleh budak laki-laki
asalkan ia dan walinya rela, menurut pendapat Al Qurthubi sabar membujang
itu lebih baik daripada kawin dengan perempuan budak, sebab anaknya nanti
akan menjadi budak pula. Diriwayatkan dari umar bahwa ia pernah berkata:
seorang lelaki merdeka kawin dengan perempuan budak berarti menjadikan
separuh dirinya sebagai budak.
4. Wanita yang Sedang Ihram
Kawinnya orang yang sedang ihram baik ihram pada waktu haji maupun
umrah adalah batal dan segala akibat hukumnya tidak berlaku, sebagaimana
riwayat Muslim:
Artinya:“Tidak boleh kawin orang yang sedang dalam ihram dan tidak boleh
mengawinkan serta tidak boleh melamar”
5. Wanita yang Ditalak Tiga Kali
Perempuan yang ditalak tiga kali tidak boleh atau tidak halal dinikahi oleh
suaminya yang telah mentalak kecuali setelah perempuan tersebut dikawini
oleh lelaki lain dengan pernikahan sah, kemudian dicerai dan habis masa
iddahnya
6. Wanita Bekas Istri Orang Lain yang Masih Dalam Masa Iddah
Perkawinan ini diharamkan bagi orang Islam dengan alasan memperhatikan
hak suami, sebagaimana firman Allah yang artinya (dan) diharamkan bagimu
‫( المحصنات من النساء‬wanita-wanita yang bersuami) untuk dikawini sebelum
bercerai dengan suami-suami mereka itu, baik mereka merdeka atau budak
dan beragama Islam ‫( إّال ما ملكت أيمانكم‬kecuali wanita-wanita yang kamu miliki)
yakni hamba-hamba yang tertawan maka mereka boleh kamu campuri
walaupun mereka punya suami di negeri perang, yakni setelah istibra’
(membersihkan rahimnya).
Yang dimaksud dengan ‫ المحصنات‬adalah perempuan-perempuan yang bersuami
kecuali menjadi budak sebagai tawanan perang. Sebab tawanan perang halal bagi
laki-laki yang menguasai setelah masa iddahnya selesai sekalipun masih punya
suami.[29]
7. Wanita yang Sedang Sakit
Imam Malik berpendapat bahwa nikah dengan orang sakit tidak boleh.
Pendapat tersebut diambil dari fatwa Imam Malik sendiri bahwa keduanya (suami
istri) harus dipisahkan meskipun sudah sembuh. (makalah)
8. Wanita yang Sedang Dili’an
Tidak halal bagi seorang laki-laki mengawini kembali bekas istrinya yang
sedang di li’an, karena apabila terjadi saling sumpah melaknati (li’an) maka
perempuan istrinya itu haram dinikahi untuk selamanya.
9. Mengawini Wanita Lebih Dari Empat
Diharamkan seorang laki-laki menikahi lebih dari empat orang wanita dalam
waktu yang sama, karena seorang laki-laki tidak boleh mempunyai istri lebih dari
empat orang.
10. Mengumpulkan Dua Orang Perempuan yang Bersaudara
Diharamkan memadu dua orang yang masih bersaudara baik saudara
sekandung, saudara seayah maupun saudara sepersususan. Ketentuan mengenai
larangan ini

B.Pengetian Akad, Sighot beserta syarat-syaratnya

 Akad
Akad nikah berasal dari kata-kata aqad nikah yang berasal lagi dari sebutan
Alquran ‘aqdu al-nikaah. Akad artinya ikatan. Nikah artinya perkawinan.
Akad nikah berarti perjanjian mengikatkan diri dalam perkawinan antara
seorang wanita dengan seorang laki-laki.
Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang berakad
dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab penyerahan dari pihak pertama, sedangkan
qabul adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab dari pihak wali si perempuan
dengan ucapan: “Saya kawinkan anak saya yang bernama si A kepadamu dengan
mahar sebuah kitab Alquran”. Qabul adalah penerimaan dari pihak suami dengan
ucapakan: “Saya terima mengawini anak Bapak yang bernama si A dengan
mahar sebuah kitab Alquran”.
Para ahli fiqih biasa menggunakan rumusan perkawinan sebagai berikut:
a. Penggunaan lafaz akad untuk menjelaskan bahwa perkawinan itu adalah suatu
perjanjian yang dibuat oleh orang-orang atau pihak-pihak yang terlibat dalam
perkawinan.
b. Penggunaan ungkapan (yang mengandung maksud membolehkan hubungan
kelamin), karena pada dasarnya hubungan laki-laki dan perempuan adalah
terlarang, kecuali ada hal-hal yang membolehkannya secara hukum syara’. Di
antara hal yang membolehkan hubungan kelamin itu adalah adanya akad nikah
di antara keduanya. Dengan demikian akad itu adalah suatu usaha untuk
membolehkan sesuatu yang asalnya tidak boleh.
c. Digunakannya “seorang pria dengan seorang wanita” mengandung arti bahwa
perkawinan itu hanyalah antara jenis kelamin yang berbeda. Hal ini menolak
perkawinan sesame jenis yang sekarang telah dilegalkan beberapa Negara
barat.
d. Digunakannya ungkapan “sebagai suami-istri” mengandung bahwa
perkawinan itu adalah bertemunya dua jenis kelamin yang berbeda dalam
suatu rumah tangga, bukan hanya dalam istilah “hidup bersama”.
e. Dalam definisi tersebut disebutkan pula tujuan perkawinan yaitu membentuk
rumah tangga yang bahagia dan kekal, yang menafikkan sekaligus perkawinan
temporal sebagaimana yang berlaku dalam perkawinan mud’ah dan
perkawinan tahlil.
f. Disebutkannya berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa menunjukkan bahwa
perkawinan itu bagi Islam adalah peristiwa agama yang dilakukan untuk
memenuhi perintah agama
 SIGHAT
Sighat atau ijab qabul adalah penegasan kehendak dan penerimaan mengikatkan
diri dalam bentuk perkawinan yang dilakukan oleh pihak laki-laki dan perempuan.
Ibnu Tumiyah mengatakan, akad nikah ijab kabulnya boleh dilakukan dengan
bahasa arab, kata-kata atau perbuatan apa saja yang oleh masyarakat umumnya
dianggap sudah menyatakan terjadinya nikah
.

Anda mungkin juga menyukai