Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PROSES BERBANGSA DAN BERNEGARA


(Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PANCASILA)
Dosen Pengampu : Dr. Tusriyanto, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 6

1. Aldo Serena (2301071004)


2. Yohan Andreansyah (2301070036)

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMI KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
”Proses berbangsa dan bernegara”.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan baik dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka kami
sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan untuk pembuatan
makalah di hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan
semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua
pembaca. Khususnya bagi mahasiswa-mahasiswi. Atas selesainya makalah
ini, kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Metro, 30 September 2023

Penulis
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia


mengalami kontak dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa
dan kebudayaannya masing-masing. Menyadari kenyataan tersebut,
masyarakat sadar bahwa pentingnya mempelajari bahasa asing yang
dirasakan berguna bagi bermacam bidang kehidupan seperti agama, ilmu
pengetahuan, perdagangan maupun ekonomi.

Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap
pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa,
ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor
penting yang sangat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita pencerahan
kehidupan bangsa kita di masa depan. “The founding leaders” Indonesia
telah meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan sebagaimana dalam
pembukaan UUD 1945.

Kita mendirikan negara Republik Indonesia untuk maksud


melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita tersebut,
bangsa kita telah pula bersepakat membangun kemerdekaan kebangsaan
dalam susunan organisasi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Negara Hukum yang bersifat demokratis (democratische rechtsstaat) dan
sebagai Negara Demokrasi konstitutional (constitutional democracy)
berdasarkan Pancasila.
Dalam upaya mewujudkan cita-cita itu, tentu banyak permasalahan,
tantangan, hambatan, rintangan, dan bahkan ancaman yang harus dihadapi.
Masalah-masalah yang harus kita hadapi itu beraneka ragam corak dan
dimensinya. Banyak masalah yang timbul sebagai warisan masa lalu,
banyak pula masalah-masalah baru yang terjadi sekarang ataupun yang akan
datang dari masa depan kita. Dalam menghadapi beraneka persoalan
tersebut, selalu ada kecemasan, kekhawatiran, atau bahkan ketakutan-
ketakutan sebagai akibat kealfaan atau kesalahan yang kita lakukan atau
sebagai akibat hal-hal yang berada di luar jangkauan kemampuan kita,
seperti karena terjadinya bencana alam atau karena terjadinya krisis
keuangan di negara lain yang berpengaruh terhadap perekonomian kita di
dalam negeri.

Dalam perjalanan bangsa kita selama 100 tahun terakhir sejak


kebangkitan nasional, selama 80 tahun terakhir sejak sumpah pemuda,
selama 63 tahun terakhir sejak kemerdekaan, ataupun selama 10 tahun
terakhir sejak reformasi, telah banyak kemajuan yang telah kita capai, tetapi
masih jauh lebih banyak lagi yang belum dan mesti kita kerjakan. “Saking”
banyaknya permasalahan yang kita hadapi, terkadang orang cenderung larut
dalam keluh kesah tentang kekurangan, kelemahan, dan ancaman-ancaman
yang harus dihadapi yang seolah-olah tidak tersedia lagi jalan untuk keluar
atau solusi untuk mengatasi keadaan.

Lebih-lebih selama 4 tahun terakhir ini, demikian banyak bencana


yang datang bertubi-tubi, baik karena faktor alam maupun karena faktor
kesalahan manusia. Bencana alam seperti tsunami di Aceh dan Nias
dipandang sebagai bencana kemanusiaan yang tergolong sangat luar biasa
skalanya dalam sejarah umat manusia. Bencana tsunami itu disusul pula
oleh berbagai gempa bumi di berbagai daerah dan meletusnya Gunung
Merapi yang juga menimbulkan banyak korban di Yogyakarta dan Jawa
Tengah. Segala jenis bencana alam tersebut tentunya juga sangat
berpengaruh

terhadap kondisi perekonomian rakyat, tidak saja di daerah bencana,


tetapi juga secara luas diseluruh indonesia.

Di samping perkembangan yang bersifat eksternal tersebut di atas,


kita pun perlu terus mencermati dinamika perkembangan politik, ekonomi,
dan sosial budaya di daerah-daerah dan di tingkat nasional kita sendiri.
Perkembangan kegiatan berpemerintahan dan bernegara setelah
sepuluh tahun terus menerus bergerak cepat memerlukan langkah-langkah
konsolidasi yang tersistematisasikan. Berbagai fungsi yang bersifat tumpang
tindih perlu ditata ulang. Berbagai kegiatan yang alfa dikerjakan, perlu
ditangani dengan cara yang lebih baik.

Penting bagi kita semua, terutama kaum muda Indonesia,


membiasakan diri yaitu untuk mengerjakan apa saja yang semestinya kita
kerjakan guna memperbaiki keadaan dan meningkatkan produktifitas kita
sebagai bangsa dan negara. Setiap anak bangsa perlu bertekad melaksanakan
tugas dan kewajiban masing-masing melebihi apa yang seharusnya
dikerjakan, dengan hanya mengambil hak tidak melebihi hak yang memang
seharusnya diterima.

A. Tujuan Penelitian
1. Memberikan pengetahuan tentang apa itu negara dan bangsa
dan apa itu proses berbangsa dan bernegara .
2. Memperluas ilmu mahasiswa dan mahasiswi mengenai
proses berbangsa dan bernegara sebelum kemerdekaan dan
saat ini.
3. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa dan mahasisiwi
atas manfaat hidup berbangsa dan bernegara

B. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun atas sistematika terdiri dari 3 bab, yaitu :
Bab I Pendahuluan : Latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan : Pengertian Bangsa dan Negara, proses
berbangsa dan bernegara, kerangka dasar kehidupan berbangsa dan
bernegara, pengertian hakikat berbangsa, unsur-unsur terbentuknya
bangsa, pengertian hakikat bernegara, unsur-unsur negara, manfaat
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bab III Penutup : Kesimpulan, dan saran.
Bab IV Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Bangsa dan Negara


Bangsa adalah kumpulan dari banyaknya orang yang mempunyai
persamaan tujuan, asal, adat istiadat, bahasa, dan sejarah. Jadi Bangsa
Indonesia adalah sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan yang
sama dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses di dalam
satu wilayah Nusantara/Indonesia.
Secara etimologis, negara berasal dari kata belanda staat, atau inggris
state, yang berasal dari bahasa latin yaitu Status atau statum yang berarti
“menempatkan dalam keadaan berdiri” jadi organisasi diantara
sekelompok/beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami
suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya pemerintahan yang
mengurus tata tertib atau bisa diartikan sebagai satu perserikatan yang
melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum yang mengikat masyarakat
dengan kekuasaan untuk memaksa bagi ketertiban sosial.
2.Proses Berbangsa dan Bernegara
1. Masa sebelum kemerdekaan
Proses berbangsa dan bernegara pada zaman sebelum kemerdekaan lebih
berorientasi pada perjuangan dalam melawan penjajah. Dari tinjauan sejarah
zaman Sriwijaya pada abad VII dan Kerajaan Majapahit abad XIII telah ada
upaya untuk menyatukan nusantara. Namun para penguasa belum memiliki
kemampuan yang cukup untuk mempertahankan kejayaan yang telah
dicapai yang menyebabkan kehancuran. Di samping itu kehancuran juga
disebabkan karena kerajaan tradisional tersebut belum memahami konsep
kebangsaan dalam arti luas.
Proses kehidupan berbangsa dan bernegara mulai berkembang sejak
Sumpah Pemuda dikumandangkan ke seluruh nusantara. Dalam periode
selanjutnya secara nyata mulai dipersiapkan kemerdekaan Indonesia pada
masa pendudukan Jepang, yaitu dengan dibentuknya Badan Penyelidik
Usaha – usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dan puncaknya adalah
ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
2. Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang
Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang erat kaitannya
dengan hakikat pendidikan kewarganegaraan, yaitu upaya sadar dan
terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak
dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan
kejayaan bangsa dan negara. Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan
bangsa, memberi ilmu tentang tata negara, menumbuhkan kepercayaan
terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa, maka takkan sulit untuk
menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia dalam proses
berbangsa dan bernegara.
Negara Indonesia merupakan negara yang berkembang dan negara yang
akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari masyarakat,
membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar
dapat tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki.
Masyarakat harus disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada
negaranya, bersatu padu dalam rasa yang sama untuk menghadapi krisis
budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain. Negara harus menggambarkan
image pada masyarakat agar timbul rasa bangga dan keinginan untuk
melindungi serta mempertahankan negara itu sendiri. Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebuah sarana yang tepat untuk memberikan
gambaran secara langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang
kewarganegaraan pada masyarakat sehingga proses berbangsa dan
bernegara dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

Dalam upaya untuk memahami proses berbangsa dan bernegara,


merupakan bagian yang tidak dapat dipisahakan dengan perkembangan
kehidupan masyarakat. Kesadaran terhadap sejarah menjadi penting ketika
suatu masyarakat mulai menyadari bagaimana posisinya sekarang dan
seperti apa jatidiri atau identitasnya serta apa yang dilakukan ke depan.
Penciptaan suatu identitas bersama berkisar pada perkembangan keyakinan
dan nilai – nilai yang dianut bersama yang dapat memberi suatu perasaan
solidaritas sosial pada suatu masyarakat suatu wilayah tertentu. Suatu
identitas bersama menunjukkan bahwa individu – individu tersebut setuju
atas pendefinisian diri mereka yang saling diakui, yakni suatu kesadaran
mengenai perbedaan dengan orang lain, dan suatu perasaan akan harga
diri.Dalam proses berbangsa dan bernegara itu juga diperlukan penciptaan
identitas bersama.
Identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat dilihat pada:
1) Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
2) Lambang negara yaitu Garuda Pancasila
3) Slogan/semboyan yaitu Bhineka Tunggal Ika
4) Sarana komunikasi/bahasa negara yaitu Bahasa Indonesia
5) Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya
6) Pahlawan-pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti
7) patimura, Hasanudin, Pangeran antasari dan lain-lain.

Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara


Indonesia dapat mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup.
Sebagai bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan
internasional akan dihargai dan sejajar dengan bangsa dan negara lain.
Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan jatidiri serta kepribadiannya.
Rasa solidaritas sosial, kebersamaan sebagai kelompok dapat mendukung
upaya mengisi kemerdekaan. Dengan identitas bersama itu juga dapat
memberikan motivasi untuk mencapai kejayaan bangsa dan negara di masa
depan.

3. Kerangka Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Sejarah menunjukkan dinamika kehidupan bangsa Indonesia
mengalami pasang surut sesuai dengan tantangan zaman yang dihadapi.
Segala perubahan yang terjadi disadari sebagai konsekuensi kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dan lingkungan masyarakat internasional. Dalam
rangka pelaksanaan kehidupan nasional Indonesia telah memiliki
seperangkat sarana yang dapat digunakan sebagi acuan, yaitu :

A. Pancasila
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia terkandung
didalamnya konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita – citakan yang
terkandung dasar pikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan
yang dianggap baik. Pancasila tidak hanya sebagai pandangan hidup bangsa,
tetapi juga sebagai dasar negara RI. Pancasila dalam kehidupan ini sering
disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar falsafah Negara (Philosofiche
Gronslag). Dalam pengertian ini Pancasila suatu dasar nilai serta norma
untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan kata lain Pancasila
merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan
negara.
Pancasila dinilai memenuhi syarat sebagai pilar bagi negara-bangsa
Indonesia yang pluralistik dan cukup luas dan besar ini. Pancasila mampu
mengakomodasi keanekaragaman yang terdapat dalam kehidupan negara-
bangsa Indonesia.

Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung konsep


dasar yang terdapat pada segala agama dan keyakinan yang dipeluk atau
dianut oleh rakyat Indonesia, merupakan common denominator dari
berbagai agama, sehingga dapat diterima semua agama dan keyakinan.
Demikian juga dengan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab,
merupakan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Manusia didudukkan
sesuai dengan harkat dan martabatnya, tidak hanya setara, tetapi juga secara
adil dan beradab.
Pancasila menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, namun dalam
implementasinya dilaksanakan dengan bersendi pada hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, sedang kehidupan berbangsa dan
bernegara ini adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, bukan untuk kesejahteraan perorangan atau golongan. Nampak
bahwa Pancasila sangat tepat sebagai pilar bagi negara-bangsa yang
pluralistik.
Pancasila sebagai salah satu pilar dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara memiliki konsep, prinsip dan nilai yang merupakan kristalisasi
dari belief system yang terdapat di seantero wilayah Indonesia, sehingga
memberikan jaminan kokoh kuatnya Pancasila sebagai pilar kehidupan
berbangsa dan bernegara.

B.UUD 1945
Undang Undang Dasar 1945 adalah hukum dasar yang tertulis. Sebagai
hukum, maka UUD 1945 bersifat mengikat bagi pemerintah lembaga
negara, lembaga masyarakat, setiap warga negara Indonesia di mana saja
dan setiap penduduk yang ada di wilayah negara Indonesia. Sebagai hukum,
UUD 1945 berisi norma – norma, aturan – aturan atau ketentuan – ketentuan
yang harus dilaksanakan dan ditaati.
Undang Undang Dasar bukanlah hukum biasa. Sebagai hukum dasar,
undang–undang dasar itu sendiri merupakan sumber hukum. Setiap produk
hukum seperti undang–undang, peraturan atau keputusan pemerintah, dan
juga setiap tindakan kebijakan pemerintah haruslah berdasarkan dan
bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi yang pada akhirnya
dipertanggungjawabkan pada ketentuan-ketentuan UUD 1945.UUD 1945
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Pembukaan UUD 1945 dan Pasal–
pasal UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan sebagai pokok kaidah
fundamental negara RI. Dengan demikian pembukaan memiliki kedudukan
yang lebih tinggi dari pasal–pasal UUD 1945. Dalam kaitannya dengan
pembukaan UUD 1945 ini berhubungan dengan Pancasila. Dalam alinea 4
Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menunjukkan bahwa Pancasila
merupakan dasar negara RI. Oleh karena kedudukan Pembukaan sebagai
pokok kaidah fundamental negara RI, mempunyai kedudukan yang sangat
kuat, tetap, dan tidak dapat diubah oleh siapapun, maka perumusan
Pancasila yang terkandung di dalam pembukaan bersifat kuat, tetap dan
tidak dapat diubah oleh siapapun. Dengan kata lain, perumusan Pancasila
yang sah adalah seperti yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945.

C.Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional


Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional Indonesia
merupakan cara pandang bangsa Indonesia untuk menyamakan persepsi,
visi dan motivasi dalam rangka menjamin persatuan dan kesatuan serta
kepentingan nasional dalam rangka pencapaian cita – cita nasional
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dalam
kehidupannya secara umum manusia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
keturunan dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan wawasan nasional,
manusia Indonesia yang telah bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
sangat diwarnai oleh faktor lingkungan baik internal maupun eksternal,
dekat maupun jauh.
Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional Indonesia merupakan
penjabaran dari falsafah bangsa Indonesia Pancasila sesuai dengan kondisi
atau keadaan geografis negara serta sejarah yang dialaminya. Melalui
wawasan tersebut bangsa Indonesia menentukan cara–cara pemanfaatan
kondisi geografis, kondisi sosial budaya dan lingkungannya dalam rangka
menjamin kepentingan nasional dan mencapai cita – cita nasional.

D.Ketahanan Nasional sebagai Pendekatan Konsepsional


Setiap bangsa mempunyai cita–cita luhur yang ingin dicapai.
Perjuangan untuk mencapai cita–cita tersebut mempunyai fungsi sebagai
penentu tujuan nasionalnya. Dalam perjuangan mencapai tujuan nasional
setiap bangsa akan menghadapi berbagai macam tantangan. Untuk itu,
setiap bangsa harus memiliki harus memiliki ketahanan nasional.

Ketahanan nasional adalah kondisi dinamik bangsa, meliputi


segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional, dalam menghadapi dan mengatsi segala tantangan, ancaman,
hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dalam negeri,
yang langsung maupun tidak langsung untuk menjamin identitas, integritas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan
nasional. Pada hakikatnya ketahanan nasional adalah keuletan dan menuju
kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan nasional yang tangguh akan lebih
mendorong pembangunan nasional, dan berhasilnya pembangunan nasional
akan meningkatkan ketahanan nasional.

4.Pengertian Hakikat Berbangsa


Sejak awal manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara
berpasangan (Adam dan Hawa), laki-laki dan perempuan. Oleh karena
berpasangan inilah manusia menjadi semakin bertambah jumlahnya seiring
dengan kebutuhan biologisnya. Dengan semakin berkembangnya manusia di
dunia ini maka semakin berkembang pula kebutuhan untuk pemenuhan
hidupnya sehari-hari, mulai dari kebutuhan sandang, pangan, sampai papan.
Untuk memenuhi kebutuhan inilah manusia saling berinteraksi satu sama
lain. Hubungan antarmanusia hanya dapat dilakukan dalam suatu
kelompok/komunitas. Oleh karena itu, setiap manusia tidak dapat hidup
sendiri, setiap manusia selalu berhubungan dengan manusia lain untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki


identitas bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, agama, ideologi,
budaya, dan/atau sejarah. Mereka umumnya dianggap memiliki asal-usul
keturunan yang sama. Dalam kamus ilmu Politik dijumpai istilah bangsa,
yaitu “natie” dan “nation”, artinya masyarakat yang bentuknya diwujudkan
oleh sejarah yang memiliki unsur sebagai berikut:
1. Satu kesatuan bahasa.
2. Satu kesatuan daerah.
3. Satu kesatuan ekonomi.
4. Satu kesatuan hubungan ekonomi.
5. Satu kesatuan jiwa yang terlukis dalam kesatuan budaya.
Sebagian ahli berpendapat bahwa bangsa itu mirip dengan komunitas etnik,
meskipun tidak sama. Bangsa adalah suatu komunitas etnik yang ciri-cirinya
adalah: memiliki nama, wilayah tertentu, mitos leluhur bersama, kenangan
bersama, satu atau beberapa budaya yang sama dan solidaritas tertentu.
Istilah bangsa sering disebut sama dengan istilah rakyat. Untuk
membedakan keduanya para ahli mengatakan bahwa bangsa adalah suatu
pengertian politis, sedangkan rakyat adalah suatu pengertian sosiologis.

5.Unsur-unsur Terbentuknya Bangsa


Menurut Hans Kohn, kebanyakan bangsa terbentuk karena adanya
faktor-faktor objektif tertentu yang membedakannya dari bangsa lain, yakni
kesamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat istiadat, kesamaan politik,
perasaan, dan agama.

Menurut Friedrich Hertz ada 4 unsur yang berpengaruh bagi


terbentuknya suatu bangsa, yaitu:
1. Keinginan untuk mencapai kesatuan Nasional.
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan Nasional bebas dari dominasi
dan campur tangan bangsa asing.
3. Keinginan akan kemandirian, Keunggulan, Indifidualitas, Keaslian atau
Kekhasan menjadi tinggi Bahasa Nasional.
4. Keinginan untuk menonjol diantara bangsa-bangsa dalam mengejar
kehormatan pengaruh prestise.

6. Pengertian Hakikat Bernegara


Negara merupakan integrasi kekuasaan politik, organisasi pokok
kekuatan politik, agency (alat) masyarakat yang memegang kekuasaan
mengatur hubungan antarmanusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala
kekuasaan di dalamnya. Dengan demikian negaramengintegrasikan dan
membimbing berbagai kegiatan sosial penduduknya ke arah tujuan bersama.
Istilah Negara merupakan terjemahan dari kata staat (bahasa
Belanda), state (bahasa Inggris), etat (bahasa Perancis), lo stato (bahasa
Italia), dan der staat (bahasa Belanda). Menurut bahasa sansekerta, negari
atau negara yang berarti kota, sedangkan menurut bahasa suku-suku di
Indonesia sering disebut negeri atau Negara, yang berarti tempat tinggal.
Istilah staat mula-mula dipergunakan di Eropa Barat pada abad ke-15,
bahwa kata staat, state, etat itu dialihkan dari kata status atau statum (bahas
Latin) yang secara etimologis berarti sesuatu yang memiliki sifat-sifat tegak
dan tetap.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Negara adalah


persekutuan bangsa yang hidup dalam satu daerah/wilayah dengan batas-
batas tertentu yang diperintah dan diurus oleh suatu badan pemerintahan
dengan teratur.
Dapat disimpulkan bahwa negara merupakan:
1. Organisasi kekuasaan yang teratur
2. Organisasi yang mempunyai kekuasaan yang bersifat memaksa dan
memonopoli
3. Suatu organisasi untuk mengurus kepentingan bersama dalam masyarakat
4. Persekutuan yang mempunyai wilayah tertentu dan yang dilengkapi
dengan alat perlengkapan Negara.
Pada umumnya sifat hakikat negara mencakup hal-hal berikut:
1. Sifat Memaksa, artinya negara mempunyai kekuasaan untuk memaksakan
kekuasaan fisik secara legal, sehingga sseluruh peraturan perundang-
undangan serta kebujakan lainnya dapat ditaati oleh masyarakat,
terwujud ketertiban dan kemampuan dalam masyarakat.
2. Sifat Monopoli, artinya negara mempunyai kekuasaan untuk menetapkan
tujuan bersama masyarakat. Bila warga negara dan masyarakat
mengingkari dan melanggar hal demikian, maka negara dapat mengambil
tindakan sesuai dengan hukum yang berlaku.
3. Sifat Mencakup Semua (all-encompasing, all-embaracing), artinya semua
peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua orang tanpa
terkecuali.

4. Sifat Menentukan, artinya negara memiliki kekuasaan untuk menentukan


sikap-sikap untuk menjaga stabilitas Negara itu. Sifat menentukan juga
membuat Negara dapat menentukan secara unilateral dan dapat pula
menuntut bahwa semua orang yang ada di dalam wilayah suatu Negara
(kecuali orang asing) menjadi anggota politik Negara.
Hakikat Negara merupakan salah satu dari bentuk perwujudan dari sifat-
sifat Negara yang telah dijelaskan di atas. Ada beberapa teori tentang
hakekat Negara, diantaranya:

A. Teori Sosiologis
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri,
kebutuhan antar individu tersebut membentuk suatu masyarakat. Di
dalam ruang lingkup masyarakat terdapat banyak kepentingan individu
yang saling berkaitan satu sama lain dan tidak jarang pula saling
bertentangan. Maka manusia harus dapat beradaptasi dengan baik untuk
menyesuaikan kepentingan-kepentingannya agar dapat hidup dengan
rukun
B.Teori Yuridis
1) Patriarchaal
Teori yang menganut asas kekeluargaan, dimana terdapat satu orang
yang bijaksana dan kuat yang dijadikan sebagai kepala keluarga.
2) Patriamonial
Raja mempunyai hak sepenuhnya atas daerah kekuasaannya, dan setiap
orang yang berada di wilayah tersebut harus tunduk terhadap raja
tersebut.
3) Perjanjian
Raja mengadakan perjanjian dengan masyarakatnya untuk melindungi
hak-hak masyarakat itu, dan jika hal tersebut tidak dilakukan maka
masyarakat dapat meminta pertanggung jawaban raja.

7.Unsur -unsur Negara


A.Rakyat
Orang yang diam dan berkumpul disuatu Negara.
B.Wilayah
Bagian/tempat yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Negara,
seperti:
1) Darat
2) Udara
3) Laut
4) Wilayah ekstra territorial
C.Pemerintah yang berdaulat
Arti sempit: lembaga eksekutif (Presiden dan kabinet).
Arti luas: semua badan yang berwenang mengelola negara, terdiri:
1) Legislatif : DPR
2) Eksekutif : Presiden
3) Yudikatif: MA
4) Eksaminatif (kontrol): BPK
5) Konstitutif : MPR
D.Pengakuan negara lain
1)De facto (fakta/fisik) Kenyataan berdirinya suatu negara. Bersifat:
lemah, mudah berubah.
2)De jure (hukum)
Manfaat kehiduan Berbangsa dan Bernegara. Pentingnya memahami sikap
berbangsa dan bernegara dalam setiap warga dapat memeberikan manfaat
yang besar bagi dirirnya, masyarakat bangsa dan negara.

8. Manfaat Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

a. Dengan kehidupan Berbangsa dan Bernegara kita dapat mengetahui sejarah


negara kita sendiri serta dapat melestraikan budaya Indonesia dan tampil
sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat Nasional maupun
Internasional.
b. Dengan kesadaran Berbangsa dan Bernegara kita dapat mewujudkannya
dengan cara mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok
dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat Nasional maupun
Internasional.
c. Dapat memahami isi dari pancasila yang berguna untuk mempersatukan
bangsa Indonsesia yang terdiri dari beranekaragam budaya, agama, etnis,
dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap
ancaman, tantangan dan hambatan.

d. Dengan kehidupan Berbangsa dan Bernegara akan memunculkan sikap rela


berkorban seperti contoh dalam dunia olahraga, para atlet bekerja keras
untuk bisa mengahrumkan nama negaranya walaupun mereka harus
merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita
ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi atlet saja, mereka juga
memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama
mengahbiskan waktunya mengantri hanya untuk mendapatkan tiket demi
mendukung langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama
bangsa.

e. Dapat menciptakan keamanan dan lingkungan sekitar seperti menjadi bagian


dari siskamling, membantu korban bencana sebagaimana kita ketahui bahwa
Indonesia sering sekali mengalami bencana alam.
f. Dapat menjaga kebersihan serta kesehatan antara kebersihan tempat tinggal
kita sendiri, mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar bagi
generasi penerus bangsa.
g. Dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap produksi dalam negeri agar
Indonesia tidak terus menerus mengimpor barang dari luar negeri
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat, kami dapat menyimpulkan bahwa :
1. Bangsa adalah kumpulan dari banyaknya orang yang mempunyai
persamaan tujuan, asal, adat istiadat, bahasa, dan sejarah.
2. Negara adalah beberapa kelompok manusia yang bersama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya pemerintahan
yang mengurus tata tertib atau bisa diartikan sebagai satu perserikatan
yang melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum yang mengikat
masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa bagi ketertiban sosial.
3. Unsur-unsur negara adalah memiliki wilayah, memiliki rakyat,
pemerintahan yang berdaulat,
4. Proses berbangsa dan bernegara dibedakan menjadi 2, yaitu berbangsa
dan bernegara sebelum kemerdekaan dan saat ini.
5. Manfaat hidup berbangsa dan bernegara antar lain : dapat mengetahui
sejarah negara, dapat menjadikan anak-anak bangsa yang berprestasi
baik, dapat mempersatukan bangsa indonesia tidak mengenal ras, budaya
atau suku bangsa bahkan agama, menumbuhkan rasa tolong menolong
antar rakyat, dapat menciptakan keamanan dilingkungan, dapat menjaga
kebersihan dan keamanan dan kesejahteraan, dan dapat menimbulkan
rasa cinta terhadap produksi yang dibuat oleh negeri sendiri.

B.Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini mahasiswa dan mahasiswi dapat
lebih menghargai jasa-jasa para pahlawan yang sudah berjuang untuk negara
kita merdeka sehingga kita tidak merasakan proses berbangsa dan bernegara
sesulit mereka-mereka saat dimedan perang.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, M., Wawasan Nusantara Dalam Peraturan Perundang-undangan


Negara Republik Indonesia, Shalia Indonesia, 1980. Buku sejarah
perjuangan bangsa Indonesia.
Drs.S. Sumarsono, MBA, Pendidikan Kewarganegaraan, 2002. Jakarta, PT
Gramedia Pustama Utama

Anda mungkin juga menyukai