Difabel (orang penyandang cacat) adalah orang-orang yang memiliki keterbatasan
baik dibagian fisik maupun mental. Akan tetapi dibalik keterbatasannya, mereka tidak menyerah begitu saja akan nasib yang harus diterima. Mereka selalu berusaha untuk bisa menjadi diri mereka sendiri, tanpa ingin bergantung kepada orang lain. Banyak dari mereka mendorong kursi rodanya sendiri supaya tidak merepotkan orang lain. Termasuk pada ajang Asia Para Games, pertandingan olahraga yang diikuti oleh para penyandaang difabel dari seluruh kawasan Asia. Pesta olahraga tersebut dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober sampai 13 Oktober 2018. Ajang yang bertajuk “The Inspiring spirit and Energy of Asia” menunjukankan bahwa para penyandang difabel, dapat menjadi semangat dan energi yang menginspirasi bagi negara-negara Asia. Para penyandang difabel dapat dijadikan contoh nyata, didalam hidup ini kita harus selalu bersyukur dan bersemangat dalam menjalani hidup sekarang ini. Pesta olahraga difabel se-Asia itu telah diikuti oleh 42 negara. Acara tersebut dilangsungkan di Jakarta dan sukses. Seluruh atlet yang mengikuti perhelatan tersebut adalah difabel yang memiliki kekurangan dibagian fisik. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi pahlawan difabel untuk negeranya masing-masing. Mereka terus berusaha mengeluarkan seluruh tenaganya dan kekuatannya untuk membawa nama baik untuk diri mereka, keluarga, dan negaranya. Zaman sekarang menjadi seorang pahlawan bukanlah perkara yang sulit. Tanpa mengangkat bambu runcing dan senjata, kita sudah bisa menjadi pahlawan untuk bangsa ini. Cukup dengan mengorbankan hidupnya untuk tumpah darah tercinta. Termasuk para atlet yang ikut dalam ajang Asia Para Games, mereka telah mendapat apresiasi sebagai pahlawan difabel. Baik mereka yang menang, maupun mereka yang belum berkesempatan untuk menjadi pemenang. Mereka telah mengalahkan rasa takut akan kekurangan yang mereka miliki, dengan mengikuti pesta olahraga dan menjadi setara dengan mereka yang tidak memiliki kekurangan. Mereka adalah bukti nyata bahwa dalam menjalani hidup tidaklah baik untuk terus mengeluh dan menyerah atas segala perkara sekecil apapun. Mereka adalah contoh panutan untuk kita yang memiliki anggota tubuh lengkap tanpa cacat. Mereka saja sanggup untuk menjalani hidup ini, bahkan mereka mampu untuk terjun ke zona yang mustahil untuk mereka lalui. Perjuangan pahlawan olahraga difabel Salah satu kisah datang dari atlet angkat besi yang memiliki sedikit keterbatasan ia bernama Ni Nengah Widiasih. Namanya mulai terangkat saat ia memengangkan mendali perak pada perhelatan Asia Para Games 2018 di Jakarta bebrapa waktu yang lalu. Ni Nengah Widiasih yang lahir di Karangasem pada 12 Desember 1989. Ia kehilangan fungsi kakinya pada usia empat tahun dan mulai menggunakan kursi roda. Pada saat ia duduk di bangku sekolah dasar, ia dikirim ke Yayasan Pembinaan Anak Cacat, dan segala kebutuhannya ditanggung oleh yayasan tersebut. Ni Nengah Widiasih adalah salah satu atlet difabel bidang angkat besi. Awalnya ia menjadikan angkat besi sebagai permainan saja tetapi setelah ia melihat sang kakak akhirnya ia bercita-cita untuk menjadi atlet angkat besi. Kakaknya lah yang mengajari beliau menjadi seorang atlet angkat besi. Bersama kakaknya, ia berlatih sebanyak lima kali dalam seminggu. Ni Nengah Widiasih dengan segala keterbatasannya berlatih tanpa kenal lelah. Tetes demi tetes keringat ia curahkan demi tercapainya cita-cita untuk menjadi seorang pemain angkat besi. Memang tidak mudah bagi seorang difabel untuk berlatih angkat besi. Ni Nengah hanya bertumpu pada kekuatan otot tangan dan bahu saja, berbeda dengan atlit angkat besi yang memiliki tubuh sempurna mereka bisa bertumpu pada kekuatan otot kaki, pinggang, punggung, bahu dan tangan mereka. Sungguh perjuangan yang besar demi tercapainya cita- cita. Keterbatasan fisik bukan halangan Keterbatasan fisik bukanlah hal yang menghalangi Ni Nengah Widiasih dalam berlatih. Dengan tanpa adanya fungsi dari kaki, justru ia menganggap bahwa kelumpuhannya adalah anugerah yang diberikan oleh tuhan, agar ia bisa lebih giat lagi dalam berlatih. Bersama sang kakak I Gede Suantaka, ia terus berlatih dan saling bertukar pikiran. Bahkan pada laman sport.detik.com tertulis bahwa ia ingin menurunkan berat badannya dan melakukan diet untuk bisa masuk kekelas yang lebih rendah. Namun usaha itu gagal, tetap saja pada perhelatan Asia Para Games, Ia tetap masuk kelas 40 KG. Usaha tidak mengkhianati hasil Tetapi memang benar apa kata pepatah dahulu, Perjuangan juga usaha tidak akan mengkhianati hasil yang kita dapat. Hal tersebut juga terjadi pada diri Ni Nengah Widiasih, setelah melewati banyak sekali latihan dan kegagalan. Pada akhirnya dia mendapatkan cita- citanya sebagai atlit angkat besi. Sekarang dia telah mengoleksi beberapa mendali dari berbagai perlombaan. Ni Nengah mendapatkan beberapa medali salah satunya di Olimpiade Difabel Musim Panas tahun 2016 di Rio de Janeiro, Ni Nengah Widiasih mendapatkan mendali perunggu. Ni Nengah juga pernah mendapat mendali perak di Pesta Olahraga Difabel Asia tahun 2014 di Incheon, Korea dan tahun 2018 di Jakarta. Juga beliau pernah mendapat mendali perunggu di World Championship tahun 2014 di Dubai. Selain itu Ni Nengah Widiasih juga pernah menjuarai beberapa ajang olahraga lain baik tingkat nasional maupun internasional. Dengan segenap raihan medali yang ia dapatkan dibeberapa kejuaraan nasional dan internasional, sekarang ia mendapat gelar sebagai lifter terbaik kedua didunia. Gelar itu diberikan oleh IWF (Internasional Weightlifting Federation).
Ni Nengah Widiasih sebagai pahlawan olahraga difabel
Pahlawan adalah sosok yang mempertaruhkan nyawa dan merelakan segala tenaganya untuk membuat bangsa ini merdeka serta bebas dari para penjajah. Namun sekarang pahlawan bukan hanya orang yang berjuang dimedan perang, bukan juga orang yang memgang senjata untuk melwan musuh. Tapi, saat ini pahlawan sesungguhnya adalah mereka yang rela berkorban demi nusa dan bangsa ini. Termasuk didalamnya Ni Nengah Widiasih yang telah membuat Indonesia patut berbangga atas gelar dan kememenangan yang diraih. Sebagai seorang difabel yang tidak bisa menggerakan kedua kakinya ia berjuang demi Indonesia. Tak hanya itu, Ni Nengah Widiasih juga mengisnpirasi banyak orang dengan keuletan dan ketekunanya dalam menjalani kehidupannya. Sosok seperti Ni Nengah Widiasih juga layak mendapat julukan pahlawan. Ia adalah penerus sosok-sosok pahlawan disaat Indonesia belum merdeka. Karena, ia adalah orang yang telah rela dan ikhlas bertarung dalam bidang olahraga, demi mengharumkan nama bangsa Indonesia. Ni Nengah telah menjadi wadah penerusan cita-cita luhur para pahlawan terdahulu. Ni Nengah telah menyatakan bahwa segala kekurangan yang kita miliki, dapat pertutupi karena kita terus berusaha dan berikhtiar. Penulis sangat terinspirasi dengan kisah Ni Nengah Widiasih yang sangat memotivasi. Terutama untuk anak muda di era yang sangat maju seperti sekarang. Ia membuat para pemuda termasuk penulis untuk ikut serta menjadi pahlawan yang kekinian sepeti Ni Nengah Widiasih. Tak hanya Ni Nengah saja, tetapi selurur atlet yang ikut dalam Asia Para Games 2018. Mereka adalah sosok pahlawan nyata yang lahir untuk membuat Indonesia kembali berjaya sepeti pada masanya. Menjadi seperti Ni Nengah Widiasih Para leluhur perjuang pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia, mengharapkan lebih banyak lagi orang orang seperti Ni Nengah, yang terus berjuang dan membanggakan demi tumpa darah Indonesia. Orang yang bisa membuat Indonesia kembali besar seperti sedia kala. Bukan hanya dalam bidang olahraga, tetapi juga dibidang kehidupan yang lain. Menjadi pahlawan yang paling sederhana adalah menjadi pahlawan untuk diri sendiri. Mengalahkan hawa nafsu untuk melanggar peraturan pemerintah, berusaha untuk menjadi masyarakan negara yang jujur. Mengamalkan nilai pancasila dalam setiap segi kehidupan. Berusaha untuk mengolah sampah dengan bijak, setidaknya dengan membuang sampah pada tempatnya. Tidak menggunakan isyu SARA untuk menjatuhkan seseorang. Selalu ikhlas juga fokus dalam melakukan segala kegiatan yang kita jalankan. Dengan melakukan hal demikian kita telah menjadi pemenang bagi diri kita sendiri serta pahlawan untuk orang lain. Selanjutnya menjadi pahlawan dalam peminatan dan bakat yang kita miliki. Asah terus kemampuan itu, jangan takut akan kata kekalahan. Dalam segala hal, gagal adalah hal yang wajar. Jangan malu dengan kata gagal, karena kekalahan adalah kesuksesan yang tertunda. Tetapi jangan terlarut juga dalam kegagalan, teruslah bertawakal, berdoa dan berusaha untuk kemajuan diri dimasa yang akan datang. Untuk para muda-mudi bangsa Indonesia singsingkan lengan bajumu dan jadilah pahlawan bagi bangsamu, seperti Ni Nengah Widiasih. Sekarang kita dijajah, namun bukan oleh penjajah kolonial seperti dahulu, yamg ingin memecah belah dengan politik devide at impera (adu domba). Sekarang kita dijajah oleh pemikiran sempit pihak-pihak tak bertanggung jawab. Kita sudah dibodoh-bodohi dengan konten tidak memdidik, banyak dari mereka yang menjelekan golongan tertentu. Pihak pihak tersebut telah menyebar luaskan HOAX agar kita tertipu akan tupiannya yang sangat mematikan. Mereka melontarkan ujaran kebencinan untuk orang lain. Suka mengkritik tetapi dirinya sendiri belum trntu lebih baik. Ini semua membuat bangsa Indonesia memiliki pemahaman sempit tentang arti keankearagaman., dan membenci perbedaan tersebut. Kobarkan semangat ‘Kita Bhineka, Kita Pancasila.”. Lalu kita akan menjadi pahlawan untuk bangsa ini. Menjadi pahlawan adalah hal yang mudah. Jadilah pahlawan dimanapun dan kapanpun. Kita seharusnya melihat betapa sulitnya pahlawan untuk memperjuangkan kemerdekaan. Saat ini, giliran kita sebagai pewaris tekad mulia para leluhur pejuang bangasa dan negara. Soekarno berkata “Perjuanganku adalah mudah, karena aku melawan musuh. Tetapi perjuangan kalian akan lebih sulit, karena kalian akan melawan bangsa sendiri.”