Anda di halaman 1dari 2

Pudarnya Nilai Pahlawan tanpa tanda jasa

By Devi Nur Avita

Setiap pagi aku bertemu dengan mereka di perempatan jalan. Mereka Selalu melihat jam
tangan sakan akan mengkhawatirkan hal yang tidak diinginkan akan terjadi. Langkah kaki
mereka dimulai dengan niat mencerdaskan anak bangsa, dedikasinya sungguh luar biasa.
harapan utama mereka adalah melihat murid-murid tumbuh menjadi pribadi yang berprestasi
dan bermanfaat untuk agama dan negara. Mereka bertindak sebagai pilar yang kuat di belakang
pencapaian pendidikan, membentuk masa depan tanpa harus mencari pengakuan.

Guru tanpa tanda jasa seringkali mengubah hidup sesorang tanpa menuntut pujian dan imbalan
besar. Pencapaian terbesarnya bukan penghargaan akan tetapi sebuah keberhasilan anak
bangsa.Mereka adalah pahlawan yang berdiri di garis depan tidak membutuhkan sorotan. Guru
tanpa tanda jasa juga ahli dalam segala hal. Tidak hanya mengajarkan pelajaran, tetapi juga
mengajarkan,norma, nilai-nilai keadilan, toleransi dalam perbedaan. Mereka membentuk
generasi yang mampu memahami dan menghargai keragaman sebagai kekayaan.

Didalam benak mereka apa yang ada di depannya adalah bibit bibit pengetahuan yang kelak
akan tumbuh menjadi pohon kebijaksanaan. Dipupuk, disiram dengan penuh kasih sayang.
Terkadang rasa lelah datang, namun Ikrar profesinya selalu membangkitkan semangat juang.

Hingga pada suatu malam, beberapa notifikasi sosial media terdengar berbunyi beberapa kali.
Sedikit penasaran kubuka Direct Massage dari seorang sahabat, ternyata beberapa conten
video seseorang pahlawan tanpa tanda jasa. Yang katanya pahlawan tanpa tanda jasa sekarang
meminta sebuah pengakuan, mengumbar keluh kesah sebuah pengorbanan, dan sedikit saja
jasanya membutuhkan penghargaan.

Muncul sebuah pernyataan didalam hati yang dalam, "Begitulah kecanggihan teknologi digital
hari ini, brutal dan tidak terkontrol, membuka sisi gelap dari ketidakpantasan sikap seorang
pahlawan". Lupakah mereka dengan pribahasa jawa "ajining diri saka lathi, ajining raga saka
busana". Nilai diri seseroang terletak pada perkataan dan perbuatannya, yang saat ini
fenomenanya tertuang dalam sebuah conten video.

sebuah conten video yang berakibat fatal membuat seorang guru akan kehilangan integeitas
dan moralitasnya. Bagaimana sosok guru yang dianggap teladan dan pahlawan malah
mengajarkan keputusasaan, hanya karena tidak mendapatkan sebuah penghormatan. Anak
bangsa akan kehilangan sosok pahlawan tanpa tanda jasanya.

"Tut wuri handayni" adalah filosofi pendidikan bapak Ki Hajar Dewantara, yang harusnya
menjadi prinsip dan perisai guru dalam berperilaku. Dengan begitu maka guru akan selalu
mengingat bahwa ia adalah seorang pendidik yang terus menuntun dan menjadi panutan bagi
bangsa.

Sebagai seorang figur panutan, maka sudah sepatutnya seorang guru mempergunakan sosial
media dengan bijaksana, bukan berarti membatasi tetapi berkreasi dengan membuat conten
video yang menginspirasi untuk mendidik dan memperkaya literasi anak negeri.

Anda mungkin juga menyukai