Anda di halaman 1dari 21

Lakon Carangan “Kumbakarna Perlaya” Karya Dadan Sunandar Sunarya Sebagai Bentuk

Karakater Nilai Nasionalis Dalam Bela Negara Pada Generasi Muda Dewasa Kini.

Santi Febrianti

16133017

INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA (ISBI) BANDUNG

2019-2020
Lakon Carangan “Kumbakarna Perlaya” Karya Dadan Sunandar Sunarya Sebagai
Bentuk Karakater Nilai Nasionalis Dalam Bela Negara Pada Generasi Muda Dewasa
Kini.
Santi Febrianti 16133017
Santi.febrianti.12@gmail.com
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Latar Belakang

Masa depan bangsa sangatlah ditentukan oleh para generasi muda. Kaum muda adalah
masa depan bagi suatu bangsa dalam upaya mewujudkan cita - cita dan mempertahankan
kedaulatan bangsa. Karena mereka pewaris bangsa yang dapat meningkatkan dan memperbaiki
produktivitas bangsa. Tetapi dizaman sekarang generasi muda menjadi bahan pembicaraan
oleh semua kalangan masyarakat dimana perkembangan yang semakin modern ini generasi
muda bangsa seolah terkikis moral dan akhlaknya.

Yang mana perkembangan zaman semakin maju membuat generasi muda susah
mengkontrol perubahan yang dipengaruhi oleh globalisasi. Dimana era digital ini banyak
pemuda yang memanfaatkannya tanpa memfilter apa yang seharusnya dilakukan. Sehingga
dapat mempengaruhi pedoman pemuda zaman sekarang. Sejatinya, seperti halnya media sosial
yang menjadi faktor utama untuk mendapatkan informasi yang terkini bisa merubah cara
pandang seseorang dalam menyikapi sesuatu yang sedang terjadi.

Masa muda hendaknya masa dimana mencari jati diri dan identitas diri tetapi
kebanyakan pemuda zaman sekarang hanya menunjukan identitas diri untuk mendapatkan
eksistensi semata yang mana hanya ingin mendapakatkan pengakuan dari orang sekitarnya
tanpa menunjukan sebuah prestasi yang menjadi kebanggaan seutuhnya. Kehidupan yang
semakin modern adalah alasan kenapa moral generasi muda saat ini sangat berkurang. Berkaca
dari pengertian bahwa moral ialah sesuatu perilaku seseorang yang bersifat positif. Zaman
sekarang yang semakin membuat pemuda penerus bangsa lupa akan beban yang harus
ditanggung

Sebagai pemuda zaman sekarang harus mengkuatkan ideologi untuk menunjukan jati
diri yang sejatinya sebagai penerus bangsa yang mampu bersaing dan bersinergi bagi
pembangunan bangsa yang terus menerus dilakukan agar menjadi daya saing dinegara maju
lainnya. Beban yang menjadi semua penerus bangsa ada ditangan pemuda jaman
sekarang yang seharusnya masih berada pada jalan yang sudah ditentukan tanpa adanya
pengaruh atau hambatan dari luar.

Menjadi seorang pemuda tentu bukanlah identitas yang biasa-biasa saja. Pemuda
dengan semangat dan tenaga yang masih berapi-api memiliki tanggung jawab yang cukup berat
untuk dirinya, masyarakat dan peradaban.

Terdapat sekiranya Empat beban seorang pemuda. Pertama, Guide of Value (Pengawal
Nilai). Nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi budaya ketimuran
yang penuh norma menjadi tanggung jawab seorang pemuda untuk terus dijaga.

Kedua, Iron Stock (Pengganti). Generasi yang sekarang, diharapkan akan


menggantikan kegerasi tua di hari depan. Sehingga pemuda diharapkan sudah memiliki
konsepsi-konsepsi yang berkemajuan untuk masa depan Indonesia dan diterapakan ketika
pemuda tersebut sudah memiliki kuasa atas sikap dan kebijakan baik bagi dirinya maupun
masyarakatnya.

Ketiga, Agent of Control Social (Kontrol Sosial). Pemuda tetap melakukan kritik dan
masukan kepada para pemegang kebijakan masyarakat. Saat kebijakan tersebut dirasa salah,
pemuda memiliki beban untuk melakukan kritik dan mengawalnya.

Keempat, Agent of Social Change (Perubahan Sosial). Saat pemuda sudah tetap
menjaga nilai luhur, memiliki konsep masa depan yang lebih baik dan tetap melakukan kontrol
sosial. Maka saat nanti ia menjadi generasi yang mapan, diharapkan mampu merubah kondisi
sosial yang ada untuk lebih baik.

Pemuda Indonesia mempunyai peluang tinggi dalam melakukan upaya bela negara
tanpa harus pergi berperang atau menjaga perbatasan dari serangan militer. Dewasa ini
ancaman dapat diartikan sebagai kekhawatiran akan jaminan hidup sehari-hari, artinya
ancaman telah bergeser bentuknya dari ancaman senjata menjadi ancaman : kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan, kelaparan, penyakit yang belum ditemukan obatnya, kelangkaan
lapangan kerja, tindakan kesewenangan penguasa, kriminalitas, SARA, disintegrasi nasional,
terorisme, perdagangan narkotika / obat terlarang, masa depan generasi muda. Untuk itu,
diperlukannya upaya pembelaan negara berupa sistem pertahanan negara yang melibatkan
berbagai komponen pertahanan negara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa membela
negara tidak hanya dengan memanggul bedil menjadi tentara, tetapi dapat dilakukan dengan
berbagai jenis kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh semua warga negara.
Sesuai tuntutan reformasi untuk menuju masyarakat madani, justru kesadaran Bela
Negara ini perlu ditanamkan guna menangkal berbagai potensi ancaman dan gangguan
sehingga tidak selalu harus berarti memanggul bedil menghadapi musuh. Tetapi keterlibatan
warga negara sipil dalam bentuk Bela Negara secara non-fisik dapat dilakukan dengan berbagai
bentuk. Bentuk Bela Negara secara fisik yaitu segala upaya untuk mempertahankan kedaulatan
negara dengan cara berpartisipasi secara langsung dalam upaya pembelaan negara (TNI
Mengangkat senjata, Rakyat Berkarya nyata dalam proses Pembangunan).

Pemudia Indonesia tetap harus memegang kuat nilai dan adat ketimuran bangsa, yang
dimana itulah kekuatan untuk terus selalu bersama kuat dalam persatuan. Seperti dalam lakon
Crangan “Kumbakaran Perlaya” karya Dadan Sunandar S, memberikan cerminan bahwa dalam
medan perang pun nilai – nilai adiluhung bangsa tetap di jungjung. Salah satunya adalah nilai
silih asih , silih asuh , silih asah.

Silih asah silih asih silih asuh bukanlah bahasa kuno peninggalan sejarah. Tetapi
merupakan falsafah bagi kehidupan orang sunda yang harus terus dibumikan dimanapun dan
kapanpun. Keutamaan dari falsafah silih asah silih asih silih asuh merupakan satu kesatuan
sikap, nilai dan rukun hidup yang harus dijiwai oleh pemuda Indonesia dalam menjalakan
kehidupannya demi terwujudnya pemuda yang kuat, cerdas, egaliter dan saling menebar cinta
kasih sesamanya.

Silih asah yang berarti saling memberi pengetahuan. Daik dengan cara saling
mengingatkan saling membangun kesadaran akan ilmu pengetahuan dan saling mendukung
dalam pengembangan diri sesamanya. Ini demi terbentuknya satu kesatuan masyarakat yang
cerdas. Sebuah masyarakat yang cerdas merupakan satu syarat terbentuknya masyarakat yang
kuat, tanpa kecedasan dan kesadaran akan ilmu pengetahuan masyarakat akan kehilangan
hakikat dan kemerdekaannya sebagai manusia sehingga tanpa ilmu pengetahuan masyarakat
akan mudah untuk dibodohi,didiskriminasi dan dieksploitasi.semangat silih asah merupakan
semangat membangun dan menumbuhkembangkan khazanah keilmuan.

Dalam masyarakat yang menjiwai rukun hidup silih asah, ilmu pengetahuan akan
berdampingan dengan dimensi etis sehingga ilmu pengetahuan tidak lagi menjadi alat
penindasan yang angkuh tetapi ilmu pengetahuan akan menjelma menjadi anggun yang akan
membebaskan dan mengangkat derajat masyarakat dari keterbelakangan.
Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini tidak terjadi
kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan di angkat
dalam penelitian ini.

Adapun rumusan masalah yang akan disampaikan pada penelitian ini :

1. Bagaimana lakon carangan “ Kumbakarna Perlaya” menjadi cermin karekater


nasionalis terhadap pemuda Indonesia saat ini ?
2. Bagaimana lakon carangan “Kumbakarna Perlaya” dalam kontribusinya untuk
upaya bela negara ?

Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dan manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Menggambarkan kondisi dan sikap pemuda yang memegang tinggi nilai nasionalis
dalam wujud karakter yang kuat.
2. Mengidentifikasi lakon carangan “Kumbakarna Perlaya” karya Dadan Sunandar S
sebagai cermin sikap patriot dalam upaya bela negara.
3. Menyadarkan akan pentingnya bela negara dan mempertahankan nilai bangsa.
4. Menjaga naskah – naskah tradisional agar tetap eksis di kalangan pemuda.

Tinjauan Pustaka

a. Penelitian Terdahulu
1. Judul penelitian :
NILAI TOKOH WAYANG KUMBAKARNA TERHADAP PENGEMBANGAN
KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA.
Penulis : Anggita Yuliana, Sumarno, Sri Handayani
Terbit : Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan SosialFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
(UNEJ)
Tahun : 2014

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Anggita dkk merupakan jenis penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif tipe analisis isi atau dokumen. Mereka
menggunakan bentuk peneliatan deskriptif dengan menganalisis data atau seumber – sumber
yang dikumpulkan dari beberapa perpustakaan di Jember.

Data yang telah terkumpul melalui teknikpengumpulan data yang dilakukan


diberbagaitempat yang telah ditentukan, maka selanjutnyamelakukan analisis data. Proses
analisis datadimulai dari menelaah seluruh data yangterkumpul, dilanjutkan dengan mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberikankode, dan mengkategorisasikan. Peneliti
jugamengkaitkan data yang satu dengan data yanglain, agar laporan yang disajikan lebih baik.
Agar data yang diperoleh dandikumpulakan merupakan data yang valid dandata yang disajikan
dapat dipertanggungjawabka,maka dilakukan pengecekan dengan tekniktriangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaankeabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yanglain
untuk keperluan pengecekan atau sebagaiperbandingan terhadap data itu.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Anggita dkk antara lain :

1. Penjabaran singkat riwayat tokoh wayang Kumbakarna


2. Penjabaran 7 karakter Kumbakarna yang juga masuk kedalam kurikulum pembelajaran
2013
3. Manfaat Nilai Tokoh Wayang KumbakarnaTerhadap Pengembangan Karakter Siswa
DalamPembelajaran Sejarah

Perbedaan anatara penelitian ini dengan penelitian yang akan di lakukan penulis adalah
dalam metode pengumpulan data dan dalam analisis data. Penelitian ini menganalisis data-
data yang dikaitkan dengan metode pembelajaran kurikuluim 2013 terhadap perkembangan
karakter siswa SMA dalam pelajaran sejarah.

Sedangkan penulis menggunakan metode analisis naskah carangan wayang karya Dadan
Sunandar S untuk menggambil makna filosofi sunda yang ada dalam tokoh Kumbakarna dan
menjabarkannya melalui bentuk karakter bela negara pada remaja.

Sedang Menurut Kartono (1990), remaja dibagi tiga yaitu :

1. Remaja Awal (12-15 Tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan
intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat
ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola
kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak
stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini
timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri.Remaja
mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis
dan etis.

Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia
ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan
kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang
dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.

3. Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin
hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami
arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu
berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.

Maka cakupan penulis lebih luas karena tidak hanya untuk siswa SMA.

Kontribusi penelitian yang di lakukan oleh Anngita dkk ialah mengembangkan sikap
peserta didikdalam pembelajaran sejarah menggunakanpendekatan saintifik. Pendekatan
saintifik dapatmengembangkan sikap, keterampilan danpengetahuan peserta didik. 3 model
pembelajarandengan pendekatan saintifik yang ditetapkan olehkurikulum 2013 yakni model
pembelajaranberbasis masalah, model pembelajaran berbasisproyek, dan model pembelajaran
penemuan.Beberapa model pembelajaran tersebut dalam aktivitasnya dapat mengembangkan
sikap pesertadidik dengan menanamkan nilai – nilai karakter.

Pendekatan saintifik disusun pada RPP. RPP merupakan rencana yang akan dilakukanpada
proses pembelajaran sejarah yang akandicapai, meliputi Kompetensi Inti, KompetensiDasar,
tujuan pembelajaran, materi ajar,pendekatan, strategi, metode pembelajaran,kegiatan
pembelajaran, penilaian proses, sumberbelajar. Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasarmencakup nilai karakter yang akan dikembangkandalam pembelajaran sejarah terhadap
pesertadidik. Nilai karakter yang akan dikembangkandisesuaikan pula pada materi yang akan
diajarkan,bertujuan agar peserta didik dengan mudahmemahami dan mengaplikasikan nilai
karakterpada dirinya. RPP yang dibuat berdasarkansilabus pada kurikulum 2013.

Nilai karakter dari tokoh wayang Kumbakarna merupakan nilai karakter yangmengandung
nilai – nilai pendidikan. Nilai karakter Kumbakarna masuk ke dalam 18 nilai karakter yang
telah ditentukan oleh kurikulum2013. Manfaat nilai karakter tokoh wayangKumbakarna
terhadap pembentukan karakterdalam pembelajaran sejarah, dapat dilihat darisilabus dan RPP
pembelajaran sejarah. Nilaikarakter tokoh wayang Kumbakarnadiintegrasikan kedalam silabus
dan RPPpembelajaran sejarah sebagai upaya pembentukanatau pengembangan karakter peserta
didik.

2. Judul Penelitian : NASKAH PAKELIRAN LAKON KUMBAKARNA


GUGUR GAYA SURAKARTA
Penulis : Suwondo,S.Kar.,M.Hum
Terbit : DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN
TINGGIKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALINSTITUT SENI
INDONESIA (ISI) SURAKARTA S U R A K A R T A.
Tahun : 2009

Dalam penelitan yang dilakukan oleh Suwondo memnggunakan pendekatan kualitatif


yang diamana penulis menggunakan metode pengumpulan data dan analisis data. Namun pada
penelitiannya Suwondo menggunakan pengmpulan data melalui beberapa media yaitu pada
tahap pengumpulan data dengan menjaring berbagai lakon dari narasumber, pertunjukan
wayang live maupun rekaman, dan melalui penelusuran pustaka. Metode pengumpulan data
seringkali dilakukan dengan wawancara mendalam kepada narasumber dan obeservasi
terhadap pertunjukan wayang.

Wawancara ini bermaksud mencari data yang berhubungan dengan sanggit lakon
Kumbakarna Gugur. Sumber data dalam penelitian ini berupa buku-buku yang memuat lakon
Kumbakarna Gugur, panduan praktik pedalangan, dan rekaman audio serta audio-visual
pergelaran wayang lakon. Data dari pergelaran wayang difokuskan pada lakon Kumbakarna
Gugur dari berbagai dalang dan berbagai versi. Data yang bersumber dari buku berupa
penelitian lakonKumbakarna Gugur, naskah pergelaran lakon Kumbakarna Gugur, dan
balungan lakon Kumbakarna Gugur dari berbagai versi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suwondo menghasilkan sebuah naskah pakeliran
lakon Kumbakarna Gugur dengan menggunakan pakem Surakarta. Dengan memberikan
kontribusi sebuah naskah pakeliran dengan gaya baru yang mampu membantu seniman
pakeliran muda untuk menambah pemahaman dan pengetahuan lakonnya.

Penelitian ini tentu berbeda dengan penelitian penulis. Penelitian ini mengacu pada
sebua pembuatan karya pakeliran untuk seniman pedalangan.

3. Judul Penelitian : KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM


MENGAPLIKASIKAN NILAI-NILAI LUHUR YANG DIPEROLEH DARI
CERITA TOKOH WAYANG SUMANTRI DAN KUMBAKARNA DALAM
BERMAIN PERAN
Penulis : Suwarno Putro
Terbit : Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pasca
Sarjana Universitas Negeri Semarang
Tahun : 2013

Suwarno dalam penelitiannya menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif,


data yang dianalisis adalah data kwalitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif merupakan sebuah
analisis fungsi-fungsi bahasa yang dinyatakan secara konkret dalam tindak tutur. Pendekatan
ini fokus pada mengidentifikasi nilai-nilai luhur dalam wacana yang berorientasi pada tujuan
mengaplikasikan dalam bermain peran. Siswa membaca naskah cerita tokoh wayang Sumantri
dan Kumbakarna secara klasikal dengan bimbingan guru. Kemudian menggali untuk
menemukan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam naskah cerita tersebut.

Penelitian ini menekankan pada penelitian bagaimana siswa mengaplikasikan nilai-


nilai luhur dalam bermain peran yang diperoleh dari membaca cerita tokoh wayang Sumantri
dan Kumbakarna. Cerita wayang sebagai sumber nilai-nilai luhur. Jenis penelitian yang
digunakan adalah tipe penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang akan
menggambarkan atau memaparkan nilai-nilai luhur cerita tokoh wayang Sumantri dan
Kumbakarna.

Sumber data penelitian adalah :

(1) naskah cerita tokoh wayang Sumantri dan Kumbakarna,

(2) siswa dalam bermain peran.

Dalam penelitiannya , menghasilkan penilaian mengenai kempuan siswa dalam


mengaplikasikan nilai-nilai luhur dalam tokoh wayang Sumatri dan Kumbakarna.
Penelitian ini tentu berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis karena metode berbeda
dengan capaian yang berbeda namun mepunyai kesamaan yaitu sama – sama dalam
mengiplikasikan nilai – nilai luhur dari tokoh Kumbakarna.

b. Landasan Teori

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa pendekatan teori , yaitu diantara nya

a. Teori Nilai menurut Scheler

Scheler menjelaskan nilai adalah hal yang dituju oleh perasaan, yang mewujudkan apriori
emosi. Nilai bukan idea atau cita, melainkan sesuatu yang nyata dan hanya dapat dialami
dengan jiwa yang bergetar, yaitu dengan emosi. Pemahaman nilai tidak sama dengam
pemahaman secara umum, seperti dalam mendengar, melihat, dan mencium. Akal tidak dapat
mengetahui nilai, sebab nilai tampil apabila ada rasa yang diarahkan pada sesuatu. Nilai adalah
hal yang dituju perasaan, yaitu apriori perasaan.

Scheler berpandangan bahwa nilai merupakan kualitas objektif. Keberadaannya tidak


tergantung pada benda. Seseorang tidak dapat memahami nilai dari benda yang bernilai, karena
nilai mendahului bendanya. Nilai adalah kualitas apriori artinya bukan hanya tidak tergantung
pada semua objek yang bereksistensi, tetapi juga tidak tergantung pada tanggapan seseorang.
Nilai bersifat mutlak, tidak berubah, sehingga tidak dipengaruhi oleh perbuatan seseorang.
Pengetahuan seseorang tentang nilai dapat bersifat relatif, tetapi bukan nilai itu sendiri yang
relative.

Moralitas perbuatan-perbuatan manusia berdasarkan pada berlakunya nilai-nilai objektif,


sehingga tidak tergantung pada manusia. Nilai-nilai tidak berubah dan tidak bersifat subjektif.
Nilai-nilai ditangkap secara langsung berdasarkan intuisi. Nilai-nilai tidak tergantung pada
subjek, tetapi sebaliknya subjek tergantung pada nilai-nilai dan hierarkhi di antara nilai-nilai
tersebut. Pengenalan tentang nilai mendahului pengenalan tentang benda. Suatu lukisan dilihat
indah berarti menerapkan pada lukisan itu nilai indah. Nilai-nilai berlaku secara objektif dan
apriori.

Scheler menggolongkan nilai-nilai menjadi empat tingkatan, yaitu : Pertama, nilai-nilai


kesenangan, yaitu nilai-nilai yang menyangkut kesenangan dan ketidak-senangan yang
terdapat dalam objek-objek, yang berpadanan dengan tanggapan makhluk-makhluk yang
memiliki indra. Kedua, nilai-nilai vital, yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan vitalitas hidup
hasil hubungan timbal balik organisme dengan dunia sekitarnya. Ketiga, nilai-nilai rohani yang
tidak tergantung dari hubungan timbal balik antara organisme dengan dunia di sekitarnya.
Nilai-nilai rohani meliputi nilai-nilai estetis (indah dan jelek), kebenaran (benar dan salah) dan
nilai-nilai pengetahuan murni (pengetahuan yang dijalankan tanpa pamrih). Keempat, nilai-
nilai religius, yaitu nilai-nilai yang menyangkut objek-objek absolut, meliputi yang kudus dan
yang tidak kudus.

b. Teori Psikodinamik oleh Sigmund Freud

Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan
kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-
aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi
konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-
anak dini.

Psikodinamika mencerminkan dinamika-dinamika psikis yang menghasilkan gangguan


jiwa atau penyakit jiwa. Dinamika psikis terjadi melalui sinergi dan interaksi-interaksi elemen
psikis setiap individu. Seksualitas Freud sebagai sebuah dinamika, menangkap ada bermacam-
macam potensi psikopatologi dalam setiap peta id, ego, dan superego. Ketiga elemen psikis ini
mempunyai kekhasan masing-masing, sebab mereka menggambarkan tiap-tiap ide yang saling
paradoks. Hanya saja, mereka tidak akan membuat manusia sepenuhnya nyaman, karena
manusia tetap saja orang yang sakit. Sebagaimana tubuh fisik yang mempunyai struktur:
kepala, kaki, lengan dan batang tubuh, Sigmund Frued, berkeyakinan bahwa jiwa manusia juga
mempunyai struktur, meski tentu tidak terdiri dari bagian-bagian dalam ruang. Struktur jiwa
tersebut meliputi tiga instansi atau sistem yang berbeda. Masing-masing sistem tersebut
memiliki peran dan fungsi sendiri-sendiri. Keharmonisan dan keselarasan kerja sama di antara
ketiganya sangat menentukan kesehatan jiwa seseorang. Ketiga sistem ini meliputi: Id, Ego,
dan Superego.

Id merupakan reservoar energi psikis yang menggerakkan Ego dan Superego. Energi psikis
dalam Id dapat meningkat karena adanya rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar
individu. Apabila energi psikis ini meningkat, akan menimbulkan pengalaman tidak enak
(tidak menyenangkan). Id tidak bisa membiarkan perasaan ini berlangsung lama. Karena itu,
segeralah id mereduksikan energi tersebut untuk menghilangkan rasa tidak enak yang
dialaminya. Jadi, yang menjadi pedoman dalam berfungsinya Id adalah menghindarkan diri
dari ketidakenakan dan mengejar keenakan.
Id bergerak berdasarkan kesenangan ( pleasure principle ), ingin segera memenuhi
kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id
adalah tabiat hewani manusia. ( Jalaluddin Rakhmat M.sc, Psikologi Komunikasi, 1986 ). Pada
mulanya, Id sama sekali berada di luar kontrol individu. Id hanya melakukan apa yang disukai.
Ia dikendalikan oleh “prinsip kesenangan” ( the pleasure principle ). Pada Id tidak dikenal
urutan waktu ( timeless ). Hukum-hukum logika dan etika sosial tidak berlaku untuknya. Dalam
mimpi seringkali kita melihat hal-hal yang sama sekali tidak logis.

Meski id mampu melahirkan keinginan, namun ia tidak mampu memuaskannya. Subsistem


yang kedua, ego berfungsi menjembatani tuntutan id dengan realitas di dunia luar. Ego
merupakan mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego-
lah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewani manusia dan hidup
sebagai wujud yang rasional ( pada pribadi yang normal ).

Id hanya mengenal dunia subjektif (dunia batin), sementara ego dapat membedakan sesuatu
yang hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar (dunia objektif, dunia
kenyataan). Lain dengan id, ego berpegang pada prinsip kenyataan ( reality principle ) dan
berhubungan dengan proses sekunder. Tujuan prinsip realitas adalah mencari objek yang tepat
sesuai dengan kenyataan untuk mereduksi ketegangan yang timbul di dalam diri. Proses
sekunder ini adalah proses berpikir realistik. Dengan mempergunakan proses sekunder, Ego
merumuskan sesuatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya dengan suatu
tindakan untuk mengetahui apakah rencananya itu berhasil atau tidak.

Superego adalah sistem kepribadian terakhir yang ditemukan oleh Sigmund Frued. Sistem
kepribadian ini seolah-olah berkedudukan di atas Ego, karena itu dinamakan Superego.
Fungsinya adalah mengkontrol ego. Ia selalu bersikap kritis terhadap aktivitas ego, bahkan tak
jarang menghantam dan menyerang ego.

Superego merupakan sistem kepribadian yang melepaskan diri dari Ego. Aktivitas
Superego dapat berupa self observation, kritik diri, larangan dan berbagai tindakan refleksif
lainnya. Superego terbentuk melalui internalisasi (proses memasukkan ke dalam diri) berbagai
nilai dan norma yang represif yang dialami seseorang sepanjang perkembangan kontak
sosialnya dengan dunia luar.

Dengan demikian, Superego berdasarkan nilai dan norma-norma yang berlaku di dunia
eksternal, kemudian melalui proses internalisasi, nilai dan norma-norma tersebut menjadi
acuan bagi perilaku yang bersangkutan. Superego merupakan dasar moral dari hati nurani.
Aktivitas superego terlihat dari konflik yang terjadi dengan ego, yang dapat dilihat dari emosi-
emosi, seperti rasa bersalah, rasa menyesal, juga seperti sikap observasi diri, dan kritik kepada
diri sendiri.

c. Konsep Bela Negara

Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi
suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu
negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut.

Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam masalah pembelaan negara. Hal
tersebut merupakan wujud kecintaan seorang warga negara pada tanah air yang sudah
memberikan kehidupan padanya. Hal ini terjadi sejak seseorang lahir, tumbuh dewasa serta
dalam upayanya mencari penghidupan.

Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik
atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan secara non-
fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa
dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-
orang yang menyusun bangsa tersebut.

Dalam pelaksanaan pembelaan negara, seorang warga bisa melakukannya baik secara fisik
maupun non fisik. Pembelaan negara secara fisik diantaranya dengan cara perjuangan
mengangkat senjata apabila ada serangan dari negara asing terhadap kedaulatan bangsa.

Sementara, pembelaan negara secara non fisik diartikan sebagai semua usaha untuk
menjaga bangsa serta kedaulatan negara melalui proses peningkatan nasionalisme.
Nasionalisme adalah rangkaian kecintaan dan kesadaran dalam proses berkehidupan dalam
negara dan bangsa, serta upaya untuk menumbuhkan rasa cinta pada tanah air. Selain itu,
pembelaan bisa dilakukan dengan cara menumbuhkan keaktifan dalam berperan aktif untuk
mewujudkan kemajuan bangsa dan negara.

Metode Penelitian

a. Pendekatan

Metodelogi penelitian kualitatif dengan pendektan Phenomenologik. Dalam penelitian kali ini
saya menggunakan pendekatan Phenomenologik yaitu mengakui kebenaran empiric etik yang
memerlukan akalbudi untuk melacak dan menjelaskan serta berargumentasi. Akalbudi disini
mengandung makna bahwa kita perlu menggunakan kriteria lebih tinggi lagi dari sekedar truth
or false. Nilai moral yang digunakan pada pendektan ini adalah : Nilai moral agama , ilmu ,
nilai moral individu.

Asumsi dasar dari pendektan phenomenologik adalah bahwa manusia dalam berilmu
pengetahuan tidak dapat lepas dari pandangan moralnya, baik pada taraf mengamati ,
menghimpun data , menganalisis atau membuat kesimpulan.

Dalam lakon kumbakarna bagaiaman moral dan nilai seorang kasatria diperlihatkan secara
halus. Melalui dialog antar tokoh , melalui setiap percakapan nya data dianalisis berapa banyak
nilai nilai luhur yang di sampaikan.

Seperti tindakan kumbakarna yang pergi ke medan perang untuk membela tanah air nya bukan
untuk membela kesalahan dari kakak nya , itu adalah salah satu sikap kasatria. Walau dia telah
di cincang oleh pasukan kera dia tetap berjuang untuk menyerang untuk terus bertarung hingga
akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Teknik Pengumpulan Data dan Analisis

Penelitian ini akan menggunakan teknik observasi non partisipatif yaitu dimana penulis
hanya akan mengamati objek yang diamatinya, menelaah dan mencatatnya sebagai sumber
data.

Selain dari observasi , penulis juga menggunakan teknik wawancara dan teknik kajian
dokumen yang dimana penulis akan mewawancarai beberapa narasumber sebagai sumber data.
Dan juga kajian data seperti mengkaji naskah lakon carangan “Kumbakarna Perlaya” dan juga
mengkaji video dokumen pertunjukan wayang golek dari lakon carangan “Kumbakarna
Perlaya”. Wawancara dilakukan secara mendalam terhadap beberapa narasumber, yakni dalang
dan beberapa teman yang mempunyai ilmu pedalangan . Pemilihan narasumber ini didasarkan
pada beberapa pertimbangan, seperti tingkat keahlian, daya ingat, kesehatan, dan kecakapan.
Wawancara ini bermaksud mencari data yang berhubungan dengan lakon Kumbakarna perlaya
ini.

Studi pustaka dimaksudkan untuk mencari teori dan konsep-konsep yang berhubungan
dengan permasalahan yang diajukan, serta mencari data tertulis tentang nilai – nilai dan konsep
pada lakon kumbakarna.
Yang kemudian akan melaui uji analisi data untuk memastikan kebenaran data. Analisis
data dilakukan dengan cara deskriptif analitik, yakni menguraikan objek material secara kritis.

Pelaporan

 Gambaran Umum Kumbakarna

Dalamwayangpedia.com(2012)Kumbakarna adalah salah satu ksatria yang menjadi


teladan sebagai pahlawan yang rela mati membela negara dan tumpah darahnya. Kumbakarna
memiliki arti telinga besar, hal ini mencerminkan prilaku Resi Wisrawadan dewi Sukesi ketika
akan mengandung Kumbakarna didahului dengan perkelahian dan resi Wisrawa sambil
menjewer telinga Sukesi sehingga saat melahirkan anaknya bertelinga besar. Kumbakarna
memiliki nama lengkap yaitu Raden Arya Kumbakarna. Ia anak ke dua dari 4 bersaudara yang
dilahirkan oleh resi Wisrawa dan dewi Sukesi. Kumbakarna mempunyai tempat tinggal di
ksatriaan Lemburgangsa.

Dalam Okegituaja.blogspot.com (2013) Kumbakarna adalah raksasa yang berukuran


besar dengan mata melotot, hidung pelokan, mulut ngablak dengan kumis, jenggot, dan
cambang yang sangat lebat. Ia memakai mahkota makuth dengan hiasan turidha, jamang susun
tiga, jungkat penatas, karawista, dalawala, nyamat, bersumping mangkara dan kancingnya
gelapan Utah-utah pendek. Rambut Gimbal memakai prabasebagai simbol kebesarannya.
Badan raksasa dengan ulur-ulur naga mamangsa dan talipraba dengan motif geometric. Posisi
kaki jangkahan denawa ratondan dengan dua pasang uncal kencana, sepasang uncalwastra,
celana cindle puspita dan dodotbermotif parang rusak. Attribut lain nya yaitu kelat bahu raksasa
raja gelang denawa raton, tangan kiri mengepal dibuat irisan, sehingga tidak dapat digerakkan
(seperti lazimnya raksasa yang berukuran besar). Tangan kanan bebar digerakan, dan memakai
keroncong. Ditampilkan dengan muka jambon (merah muda) dengan tubuh gembleng atau
muka dan badan gembleng. Senjatanya adalah aji-aji gedhonmenga dan pelak gelak sakethi.

 Kumbakarna Bertapa

Dalam Okegituaja.blogspot.com (2013) Semasa mudanya, Kumbakarna bertapa


bersama Rahwana untuk memuja Dewa Brahma. Saat Dewa Brahma muncul untuk
memberikan anugerah kepadanya, saat itu kumbakarna salah mengucapkan anugerah yang
diinginkannya, ia memohon “ Indraasan ” (Indrasan berarti tahta Dewa Indra), tetapi ia
mengucapkan “Neendrasan” (Nindrsan berarti tidur abadi). Karena merasa sayang kepada
adiknya, Rahwana meminta Brahma agar membatalkan anugerah tersebut. Namun Brahma
tidak berkenan membatalkan anugerahnya, tetapi ia meringankan anugerah tersebut agar
Kumbakarna tidur selama enam bulan dan bangun selama enam bulan. Pada saat ia dalam masa
tidur, ia tidak akan mengerahkan 4seluruh kekuatannya.

Sejak awal Kumbakarna menyadari keraksasaan dalam dirinya, dia tidak setuju dengan
cara-cara kakaknya, Rahwana yang selalu mengedepankan nafsu angkara murka untuk
mendapatkan segalanya. Dia juga tidak setuju dengan penculikan Dewi Sinta isteri Sri Rama.
Hanya kemalasannya untuk mengingatkan kakaknya berulang kali, membuat dia pergi bertapa
di gunung. Bagi dia lebih baik tidur dari pada menyaksikan ulah adharma kakak kandungnya..

 Kebimbangan Kumbakarna

Dalam Okegituaja.blogspot.com (2013) Kumbakarna dihadapkan kedalam 2 pilihan


yang sulit antara menegakkan kebenaran/kejujuran atau membela negara tumpah darahnya.
Kebenaran adalah hal yang mulia, yang harus diperjuangkan dalam bentuk apapun. Dan dia
pernah bersumpah untuk itu. Kumbakarna ingat benar ajaran itu, namun sekarang yang dia lihat
adalah darah dan mayat saudaranya. Hati Kumbakarna pedih, tubuhnya menggigil karena
marah. Sebenarnya dia tidak ingin membela sang kakak, tapi sebagai ksatria hatinya meradang
melihat negerinya hancur, dan putra-putra bangsa tewas bergelimpangan darah.

Dan akhirnya dia membebaskan sumpahnya dan memutuskan untuk berperang. Dia
tidak menghiraukan apa yang dilakukanya benar atau salah, dia berperang demi harga diri
bangsanya dan kelangsungan hidup rakyatnya yang tidak bersalah, dan jadi korban
kesombongan pemimpinnya. Kumbakarna juga sadar bahwa kakaknya, Rahwana bersalah, dan
sejak awal dia selalu memberi nasehat kepada kakaknya untuk mengembalikan Sita, yang
merupakan haknya Sri Rama. Tapi nasihat yang diberikan selalu ditolak dengan tegas oleh
kakaknya, dalam satu sisi ia juga berfikir pasukan Sri Rama akan menghancurkan negara
Alengka, negara yang telah menghidupi semua leluhurnya. Oleh karenanya dia berperang
bukan membela kakaknya yang zalim, tetapi membela tanah tumpah darahnya. Epos ini sering
dipilih untuk menggambarkan nasionalisme, baik nasionalisme yang bersifat dari kehendak
hari nuraninya sendiri seperti yang dimiliki oleh Kumbakarna (right or wrong, it’s my
country)atau nasionalisme yang bersifat umum seperti yang dimiliki oleh Wibisana, yang
melihat bahwa kebenaran sebagai sesuatu yang mutlak.

Mengenai yang mana yang benar, ini bisa menumbuhkan pendapat-pendapat yang
berbeda -beda antar tokoh, Kumbakarna mempunyai alasan yang kuat untuk memilih jalannya
masing - masing, dan melakukan pilihannya dengan segenap hati.
 Kumbakarna Gugur

Dalam Okegituaja.blogspot.com(2013) Ketika perang besar terjadi di Alengka yang


menewaskan seluruh panglima perangnya termasuk kedua putra Kumbakarna telah gugur di
medan laga. Rahwana bermaksud memanggil Kumbakarnauntuk diangkat menjadi panglima
perang. Saat itu Kumbakarna sedang bertapa tidur yang sukar untuk dibangunkan, atas saran
TogogKumbakarna dapat dibangunkan dengan mencabut bulu cumbunya . Kumbakarnapun
terbangun dan menghadap Rahwana, ia diperlakukan sangat istimewa diberi makanan
sebanyak seratus tumpeng beserta lauk pauknya. Ketika selesai makan Kumbakarna diminta
memimpin prajurit untuk membela Rahwana, seketika itu Kumbakarna menjadi marah dan
memuntahkan semua makanan yang telah dimakannya. Ia bersedia menjadi panglima perang
tetapi tidak membela Rahwana namun membela tanah tumpah darah dan tanah kelahirannya
Alengka yang selama ini memberihidup dan membesarkannya akan dirusak oleh musuh.

Akhir hayat Kumbakarna diceritakan dalam perang besar itu, Kumbakarna berhadapan
dengan Lesmana dan Rama. Atas nasihat Wibisana tubuh Kumbakarna harus dipotong-potong
dengan panah, sehingga kesaktiannya akan hilang dan akhirnya gugur. Rama mengakhirihidup
Kumbakarna dengan pusaka saktinya Gumawijaya. Ada yang menceritakan Kumbakarna
gugur dengan tubuh yang terpotong- potong itu karena kutukan Arya Jambumangli. Sifat
kesatria Kumbakarna ini di tanah Jawa menjadi suri teladan bagi satria Jawa, agar dapat
mencontoh Kumbakarna ini. Ia rela mati untuk membela negara dan tanah tumpah darah, tidak
didasari oleh kemauan atas keinginan dunia, dan tidak membantu kepada orang yang
berperang membela keinginan sendiri yang tidak benar.

 Sifat dan Karakteristik Kumbakarna

Dalam Okegituaja.blogspot.com (2013) Kumbakarna adalah salah satu ksatria yang


menjadi teladan sebagai pahlawan yang rela mati membela negara dan tumpah darahnya.Ia
memiliki watak jujur, pemberani, penasehat, dan ksatria yang memiliki kesaktian. Tetapi ada
satu sifat yang tidak terpujiialah sifat kemalasannya. Kumbakarna setiap hari kerjanya hanya
makan dan tidur saja. Tetapi dari sifatnya yang malas tertutupi oleh sifat dan wataknya yang
baik hati, penasehat, nasionalis, jujur, pemberani, dan ksatria.

Sifat dan karakter ini tercermin dalam cuplikan yang ada pada cerita Kumbakarna, yaitu
saat diadakannya suatu pertemuan antara semua prajurit perang beserta panglima-panglimanya,
Kumbakarna menasihati kakaknya Rahwana agar tidak melanggar Dharma, dan menyuruh
Rahwana agar segera melepaskan dewi Sita kepada Rama kembali, tetapi ditolak dengan tegas
oleh Rahwana. Penolakkan tersebut mendorong Kumbakarna untuk kembali ke pertapaannya
dan tidur. Sifat nasionalisnya juga tercermin dalam cuplikan saat Kumbakarna dipaksa untuk
bangun dan membantu Rahwana untuk berperang. Ia bersedia menjadi panglima perang tetapi
tidak membela Rahwana namun membela tanah tumpah darah dan tanah kelahirannya
Alengka, dan ia pun harus rela mati demi tanah tumpah darah nya oleh panah saktinya Rama
“Gumawijaya”.

 Nilai Nasionalisme

Dalam myworldly2.com (2012) Nilai atau dalam bahasa Inggris disebut value berarti
harga, penghargaan, atau tafsiran. Artinya, harga atau penghargaan yang melekat pada sebuah
objek. Objek yang dimaksud adalah berbentuk benda, barang, keadaan, perbuatan, atau
perilaku.

Nilai adalah sesuatu yang abstrak, bukan konkret. Nilai hanyabisa dipikirkan, dipahami,
dan dihayati. Nilai juga berkaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan, dan hal -hal yang
bersifat batiniah.

Dalam Jeremiasjena.wordpress.com (2008) Nasionalisme adalah satu paham yang


menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah Negara dengan mewujudkan satu
konsep identitas bersama untuk kelompok manusia. Berikut ini macam- macam Nasionalisme.

a. Nasionalisme nekrofhilia

Nasionalisme yang menjadi landasan kekerasan seperti ini adalah sebuah nasionalisme yang
nekrofhilia, nasionalisme yang mengarahkan konsruksi kesadaran pada hal-hal yang identic
dengan kekerasan dan berujung pada kematian. Padahal nasionalisme yang diinginkan harus
membangun negeri ini,sehingga dibutuhkan upaya untuk menata kembali kebersamaan dan
menumbuhkan etos keindonesiaan untuk menentukan positioning, bargaining, arah dasar
penataan, pengembangan, pembangunan serta kepribadian bangsa.

b. Nasionalisme Biofhilia

Nasionalisme yang biofhilia atau nasionalisme yang mendorong harapan besar pada hal- hal
yang berhubungan dengan kehidupan dan kemakmuran serta kesejahteraan orang banyak perlu
untuk diwujudkan. nasionalisme ini termasuk nasionalisme yang sehat,karena nasionalisme ini
lahir dari pola berfikir komprehensif, sebuah cara berfikir yang ditandai dengan keberanian
masyarakat untuk bertindak dan melakukan perubahan dalam hidupnya.
Dan pada dasarnya nasionalisme yang sehat adalah nasionalisme yang lahir dari rahim
kesadaran kebangsaan yang dihayati dengan hati nurani. Dapat disimpulkan bahwa nilai
nasionalisme merupakan prinsip yang mencerminkan kecintaan terhadap kelompok atau
bangsa dan kesediaan untuk mempertahankan kedaulatan negaranya.

Tempat Penelitian

Judul Penelitian : Lakon Carangan “Kumbakarna Perlaya” Karya Dadan Sunandar


Sunarya Sebagai Bentuk Karakater Nilai Nasionalis Dalam Bela Negara Pada Generasi Muda
Dewasa Kini.

Tempat Penelitian : Jl. Sukapura no.1a Rt 03 Rw 02 Kelurahan Sukapura Kec.


Kiaracondong Bandung 40285

Lama penelitian : 1 bulan


Jadwal Penalitian

Minggu ke
No. Kegiatan Keterangan
1 2 3 Tgl 24/6 Tgl 25/6 Tgl 26/6
1 Persiapan
Penyedian alat dan bahan X
2 Pengumpulan dan analisis data
Studi pustaka X
Observasi X
Wawancara Tidak Terlaksana
Klarifikasi data X
Analisis data X

3 Pelaporan
Menyusun draf laporan X X
Pengiriman laporan X
Daftar Pustaka

wayangpedia.com(2012)

Okegituaja.blogspot.com (2013)

Jeremiasjena.wordpress.com (2008)

Cahya.2017. Tiga Maestro Dalang Wayang Golek : Proses Kreatif , Idealisme, dan Gaya
Pertunjukan.Bandung : Sunan Ambu Press

Anda mungkin juga menyukai